Daliluth Thalib
مُقَدِّمَةٌ
مُقَدِّمَةٌ
Pendahuluan
...
...
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
وَبِهِ ثِقَتِي
Dan kepada-Nya lah aku bertawakal
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ مَالِكُ يَوْمِ الدِّينِ.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, Pemilik hari pembalasan.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُبِينُ لِأَحْكَامِ شَرَائِعِ الدِّينِ الْفَائِزُ بِمُنْتَهَى الْإِرَادَاتِ مِنْ رَبِّهِ فَمَنْ تَمَسَّكَ بِشَرِيعَتِهِ فَهُوَ مِنَ الْفَائِزِينَ صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى جَمِيعِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِ كُلٍّ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang menjelaskan hukum-hukum syariat agama, yang berhasil mencapai puncak keinginan dari Tuhannya. Barangsiapa berpegang teguh pada syariatnya, maka dia termasuk orang-orang yang beruntung. Semoga Allah memberkahi dan memberi salam kepadanya, kepada seluruh para nabi dan rasul, kepada keluarga mereka semua dan para sahabatnya semuanya.
وَبَعْدُ: فَهَذَا مُخْتَصَرٌ فِي الْفِقْهِ عَلَى الْمَذْهَبِ الْأَحْمَدِ مَذْهَبِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بَالَغْتُ فِي إِيضَاحِهِ رَجَاءَ الْغُفْرَانِ وَبَيَّنْتُ فِيهِ الْأَحْكَامَ أَحْسَنَ بَيَانٍ لَمْ أَذْكُرْ فِيهِ إِلَّا مَا جَزَمَ بِصِحَّتِهِ أَهْلُ التَّصْحِيحِ وَالْعِرْفَانِ وَعَلَيْهِ الْفَتْوَى فِيمَا بَيْنَ أَهْلِ التَّرْجِيحِ وَالْإِتْقَانِ وَسَمَّيْتُهُ بِـ دَلِيلِ الطَّالِبِ لِنَيْلِ الْمَطَالِبِ
Wa ba'du: Ini adalah ringkasan fikih mazhab Ahmad, mazhab Imam Ahmad. Aku telah berusaha keras menjelaskannya dengan harapan mendapat ampunan, dan aku telah menjelaskan hukum-hukumnya dengan sebaik-baiknya. Aku tidak menyebutkan di dalamnya kecuali apa yang dinyatakan valid oleh para ahli validasi dan pengetahuan, dan itu menjadi fatwa di antara para ahli tarjih dan itqan. Aku menamainya "Dalil ath-Thalib li Nayl al-Mathalib" (Petunjuk Pelajar untuk Meraih Tujuan).
وَاللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ مَنِ اشْتَغَلَ بِهِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَأَنْ يَرْحَمَنِي وَالْمُسْلِمِينَ إِنَّهُ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ.
Aku memohon kepada Allah agar memberi manfaat dengannya kepada siapa saja dari kaum muslimin yang menyibukkan diri dengannya, dan agar Dia merahmati diriku dan kaum muslimin. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.
كِتَابُ الطَّهَارَةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الطَّهَارَةِ
Kitab Thaharah
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الطَّهَارَةِ
Kitab Thaharah
وَهِيَ: رَفْعُ الْحَدَثِ ١وَزَوَالُ الْخَبَثِ.
Yaitu: menghilangkan hadats 1dan menghilangkan khabats.
وَأَقْسَامُ الْمَاءِ ثَلَاثَةٌ:
Dan jenis-jenis air ada tiga:
أَحَدُهَا: طَهُورٌ وَهُوَ الْبَاقِي عَلَى خِلْقَتِهِ يَرْفَعُ الْحَدَثَ وَيُزِيلُ الْخَبَثَ.
Pertama: air suci mensucikan (thahur) yaitu yang tetap pada sifat aslinya, menghilangkan hadats dan menghilangkan khabats.
وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ:
Dan itu ada empat jenis:
١ - مَاءٌ يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُهُ وَلَا يَرْفَعُ الْحَدَثَ وَيُزِيلُ الْخَبَثَ وَهُوَ مَا لَيْسَ مُبَاحًا.٢
1 - Air yang haram digunakan dan tidak menghilangkan hadats tetapi menghilangkan khabats, yaitu yang tidak mubah.2
٢ - وَمَاءٌ يَرْفَعُ حَدَثَ الْأُنْثَى لَا الرَّجُلِ الْبَالِغِ وَالْخُنْثَى وَهُوَ مَا خَلَتْ بِهِ الْمَرْأَةُ الْمُكَلَّفَةُ لِطَهَارَةٍ كَامِلَةٍ عَنْ حَدَثٍ.
2 - Dan air yang menghilangkan hadats wanita, bukan laki-laki baligh dan khuntsa, yaitu air yang digunakan oleh wanita mukallaf untuk bersuci sempurna dari hadats.
٣ - وَمَاءٌ يُكْرَهُ اسْتِعْمَالُهُ مَعَ عَدَمِ الِاحْتِيَاجِ إِلَيْهِ وَهُوَ مَاءُ بِئْرٍ بِمَقْبَرَةٍ وَمَاءٌ اشْتَدَّ حَرُّهُ أَوْ بَرْدُهُ أَوْ سُخِّنَ بِنَجَاسَةٍ أَوْ بِمَغْصُوبٍ أَوْ اسْتُعْمِلَ فِي طَهَارَةٍ لَمْ تَجِبْ أَوْ فِي غُسْلِ كَافِرٍ أَوْ تَغَيَّرَ بِمِلْحٍ مَائِيٍّ أَوْ بِمَا لَا يُمَازِجُهُ كَتَغَيُّرِهِ بِالْعُودِ الْقَمَارِيِّ وَقِطَعِ الْكَافُورِ وَالدُّهْنِ وَلَا يُكْرَهُ مَاءُ
3 - Dan air yang makruh digunakan jika tidak dibutuhkan, yaitu air sumur di kuburan, air yang sangat panas atau sangat dingin, atau dipanaskan dengan najis atau barang ghasab, atau digunakan untuk bersuci yang tidak wajib, atau untuk memandikan orang kafir, atau berubah karena garam air atau sesuatu yang tidak bercampur dengannya seperti perubahannya karena kayu gaharu, potongan kapur barus, dan minyak. Dan tidak makruh air
زَمْزَمَ إِلَّا فِي إِزَالَةِ الْخَبَثِ.
Air zamzam kecuali untuk menghilangkan khabats (kotoran).
٤ - وَمَاءٌ لَا يُكْرَهُ اسْتِعْمَالُهُ كَمَاءِ الْبَحْرِ وَالْآبَارِ وَالْعُيُونِ وَالْأَنْهَارِ وَالْحَمَّامِ و١ الْمُسَخَّنِ بِالشَّمْسِ وَالْمُتَغَيِّرِ بِطُولِ الْمَكْثِ أَوْ بِالرِّيحِ مِنْ نَحْوِ مَيْتَةٍ أَوْ بِمَا يَشُقُّ صَوْنُ الْمَاءِ عَنْهُ كَطُحْلُبٍ وَوَرَقِ شَجَرٍ مَا لَمْ يُوضَعَا.
4 - Dan air yang tidak makruh untuk digunakan seperti air laut, sumur, mata air, sungai, pemandian, dan (1) yang dipanaskan dengan matahari, dan yang berubah karena lama diam atau karena bau dari bangkai atau sesuatu yang sulit dijaga dari air seperti lumut dan daun pohon selama tidak diletakkan.
الثَّانِي: طَاهِرٌ يَجُوزُ اسْتِعْمَالُهُ فِي غَيْرِ رَفْعِ الْحَدَثِ وَزَوَالِ الْخَبَثِ٢ وَهُوَ مَا تَغَيَّرَ كَثِيرٌ مِنْ لَوْنِهِ أَوْ طَعْمِهِ أَوْ رِيحِهِ بِشَيْءٍ طَاهِرٍ فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ بِنَفْسِهِ٣ عَادَ إِلَى طَهُورِيَّتِهِ.
Kedua: Suci, boleh digunakan selain untuk menghilangkan hadats dan menghilangkan khabats (2), yaitu air yang banyak berubah warna, rasa, atau baunya karena sesuatu yang suci. Jika perubahannya hilang dengan sendirinya (3), maka kembali menjadi air yang dapat menyucikan.
وَمِنَ الطَّاهِرِ: مَا كَانَ قَلِيلًا وَاسْتُعْمِلَ فِي رَفْعِ حَدَثٍ أَوْ انْغَمَسَتْ فِيهِ كُلُّ يَدِ الْمُسْلِمِ الْمُكَلَّفِ النَّائِمِ لَيْلًا نَوْمًا يَنْقُضُ الْوُضُوءَ قَبْلَ غَسْلِهَا ثَلَاثًا بِنِيَّةٍ وَتَسْمِيَةٍ وَذَلِكَ وَاجِبٌ.
Dan termasuk air suci: air yang sedikit dan digunakan untuk menghilangkan hadats, atau yang dicelupkan ke dalamnya seluruh tangan seorang Muslim mukallaf yang tidur pada malam hari dengan tidur yang membatalkan wudhu sebelum mencucinya tiga kali dengan niat dan menyebut nama Allah, dan itu wajib.
الثَّالِثُ: نَجِسٌ يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُهُ إِلَّا لِلضَّرُورَةِ وَلَا يَرْفَعُ الْحَدَثَ وَلَا يُزِيلُ الْخَبَثَ وَهُوَ مَا وَقَعَتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ قَلِيلٌ أَوْ كَانَ كَثِيرًا وَتَغَيَّرَ بِهَا أَحَدُ أَوْصَافِهِ.
Ketiga: Najis, haram menggunakannya kecuali karena darurat, tidak menghilangkan hadats dan tidak menghilangkan khabats, yaitu air yang terkena najis dan air itu sedikit, atau air yang banyak tetapi salah satu sifatnya berubah karena najis tersebut.
فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ بِنَفْسِهِ أَوْ بِإِضَافَةِ طَهُورٍ إِلَيْهِ أَوْ بِنَزْحٍ مِنْهُ وَيَبْقَى بَعْدَهُ
Jika perubahannya hilang dengan sendirinya, atau dengan menambahkan air suci ke dalamnya, atau dengan menimba sebagian darinya dan sisanya masih tersisa
كَثِيرٌ طَهُورٌ
Air yang banyak lagi suci
وَالْكَثِيرُ قُلَّتَانِ تَقْرِيبًا١ وَالْيَسِيرُ مَا دُونَهُمَا وَهُمَا خَمْسُمِائَةِ رِطْلٍ بِالْعِرَاقِيِّ وَثَمَانُونَ رِطْلًا وَسَبْعَانِ وَنِصْفُ سُبْعٍ بِالْقُدْسِيِّ وَمِسَاحَتُهُمَا أَيِ الْقُلَّتَانِ ذِرَاعٌ وَرُبْعٌ طُولًا وَعَرْضًا وَعُمْقًا.
Dan air yang banyak itu kira-kira dua qullah1, sedangkan yang sedikit adalah yang kurang dari itu. Dua qullah itu adalah lima ratus rithl Irak, atau delapan puluh rithl dan tujuh setengah rithl Quds. Ukuran dua qullah itu adalah satu hasta dan seperempat panjang, lebar, dan dalam.
فَإِذَا كَانَ الْمَاءُ الطَّهُورُ٢ كَثِيرًا وَلَمْ يَتَغَيَّرْ بِالنَّجَاسَةِ فَهُوَ طَهُورٌ وَلَوْ مَعَ بَقَائِهَا فِيهِ وَإِنْ شَكَّ فِي كَثْرَتِهِ فَهُوَ نَجِسٌ.
Jika air suci2 itu banyak dan tidak berubah karena najis, maka ia tetap suci meskipun najis itu masih ada di dalamnya. Jika ragu akan banyaknya, maka ia najis.
وَإِنِ اشْتَبَهَ مَا تَجُوزُ بِهِ الطَّهَارَةُ بِمَا لَا تَجُوزُ بِهِ الطَّهَارَةُ لَمْ يَتَحَرَّ وَيَتَيَمَّمْ بِلَا إِرَاقَةٍ.
Jika air yang sah untuk bersuci bercampur dengan yang tidak sah untuk bersuci, maka tidak boleh berusaha memilih dan harus bertayammum tanpa membuang air.
وَيَلْزَمُ مَنْ عَلِمَ بِنَجَاسَةِ شَيْءٍ إِعْلَامُ مَنْ أَرَادَ أَنْ يَسْتَعْمِلَهُ.
Wajib bagi orang yang mengetahui najisnya sesuatu untuk memberitahu orang yang hendak menggunakannya.
بَابُ الآنِيَةِ
بَابُ الآنِيَةِ١
Bab tentang Wadah1
يُبَاحُ اتِّخَاذُ كُلِّ إِنَاءٍ طَاهِرٍ وَاسْتِعْمَالُهُ وَلَوْ ثَمِينًا إِلَّا آنِيَةَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمُمَوَّهَ بِهِمَا.
Diperbolehkan menggunakan setiap wadah yang suci dan menggunakannya meskipun berharga, kecuali wadah emas, perak, dan yang disepuh dengan keduanya.
وَتَصِحُّ الطَّهَارَةُ بِهِمَا٢ وَبِالْإِنَاءِ الْمَغْصُوبِ.
Dan sah bersuci dengan keduanya2 dan dengan wadah yang dirampas.
وَيُبَاحُ إِنَاءٌ ضُبِّبَ بِضِبَّةٍ يَسِيرَةٍ مِنَ الْفِضَّةِ٣ لِغَيْرِ زِينَةٍ.
Dan diperbolehkan wadah yang dihiasi dengan sedikit perak3 bukan untuk perhiasan.
وَآنِيَةُ الْكُفَّارِ وَثِيَابُهُمْ طَاهِرَةٌ.
Wadah dan pakaian orang-orang kafir itu suci.
وَلَا يَنْجُسُ شَيْءٌ بِالشَّكِّ مَا لَمْ تُعْلَمْ نَجَاسَتُهُ.
Dan tidak ada sesuatu yang menjadi najis karena keraguan selama tidak diketahui kenajisannya.
وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَقَرْنُهَا وَظُفْرُهَا وَحَافِرُهَا وَعَصَبُهَا وَجِلْدُهَا نَجِسٌ وَلَا يَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ٤.
Tulang bangkai, tanduknya, kukunya, teracaknya, ototnya, dan kulitnya najis dan tidak menjadi suci dengan disamak4.
وَالشَّعْرُ وَالصُّوفُ٥ وَالرِّيشُ طَاهِرٌ إِذَا كَانَ مِنْ مَيْتَةٍ طَاهِرَةٍ فِي الْحَيَاةِ وَلَوْ كَانَتْ٦ غَيْرَ مَأْكُولَةٍ كَالْهِرِّ وَالْفَأْرِ.
Rambut, bulu domba5, dan bulu burung itu suci jika berasal dari bangkai yang suci ketika hidup meskipun6 tidak dimakan seperti kucing dan tikus.
وَيُسَنُّ١ تَغْطِيَةُ الآنِيَةِ وَإِيكَاءُ الأَسْقِيَةِ٢
Dan disunnahkan1 menutup wadah dan mengikat kantong air2
بَابُ الاسْتِنْجَاءِ وَآدَابِ التَّخَلِّي
بَابُ الِاسْتِنْجَاءِ وَآدَابِ التَّخَلِّي
Bab Istinja' dan Adab Buang Air
الِاسْتِنْجَاءُ هُوَ إِزَالَةُ مَا خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ بِمَاءٍ طَهُورٍ أَوْ حَجَرٍ طَاهِرٍ مُبَاحٍ مُنَقٍّ.
Istinja' adalah menghilangkan apa yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur) dengan air yang suci atau batu yang suci, diperbolehkan, dan membersihkan.
فَالْإِنْقَاءُ بِالْحَجَرِ وَنَحْوِهِ أَنْ يَبْقَى أَثَرٌ لَا يُزِيلُهُ إِلَّا الْمَاءُ وَلَا يُجْزِئُ أَقَلُّ مِنْ ثَلَاثِ مَسَحَاتٍ تَعُمُّ كُلُّ مَسْحَةٍ الْمَحَلَّ٣.
Membersihkan dengan batu dan sejenisnya adalah jika masih tersisa bekas yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan air, dan tidak cukup kurang dari tiga kali usapan di mana setiap usapan mencakup seluruh area yang terkena najis.
وَالْإِنْقَاءُ بِالْمَاءِ عَوْدُ خُشُونَةِ الْمَحَلِّ كَمَا كَانَ وَظَنُّهُ كَافٍ.
Membersihkan dengan air adalah mengembalikan kekasaran area yang terkena najis seperti semula dan meyakini itu sudah cukup.
وَيُسَنُّ٤ الِاسْتِنْجَاءُ بِالْحَجَرِ وَنَحْوِهِ ثُمَّ بِالْمَاءِ فَإِنْ عَكَسَ كُرِهَ وَيُجْزِئُ أَحَدُهُمَا وَالْمَاءُ أَفْضَلُ.
Disunahkan istinja' dengan batu dan sejenisnya kemudian dengan air. Jika dibalik maka dimakruhkan. Salah satu dari keduanya sudah cukup, namun air lebih utama.
وَيُكْرَهُ اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارُهَا فِي الِاسْتِنْجَاءِ.
Dimakruhkan menghadap atau membelakangi kiblat saat istinja'.
وَيَحْرُمُ بِرَوْثٍ وَعَظْمٍ وَطَعَامٍ وَلَوْ لِبَهِيمَةٍ فَإِنْ فَعَلَ لَمْ يُجْزِئْهُ بَعْدُ
Haram beristinja' dengan kotoran hewan, tulang, dan makanan meskipun untuk hewan. Jika dilakukan, maka tidak mencukupi setelahnya.
ذَلِكَ إِلَّا الْمَاءَ كَمَا لَوْ تَعَدَّى الْخَارِجُ مَوْضِعَ الْعَادَةِ١.
Itu kecuali air seperti jika yang keluar melampaui tempat yang biasa١.
وَيَجِبُ الِاسْتِنْجَاءُ لِكُلِّ خَارِجٍ إِلَّا الطَّاهِرَ وَالنَّجِسَ الَّذِي لَمْ يُلَوِّثْ الْمَحَلَّ.
Dan wajib istinja' untuk setiap yang keluar kecuali yang suci dan najis yang tidak mengotori tempat keluarnya.
فَصْلٌ
Pasal
يُسَنُّ لِدَاخِلِ الْخَلَاءِ تَقْدِيمُ الْيُسْرَى وَقَوْلُ: "بِسْمِ اللهِ" ٢ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ٣.
Disunnahkan bagi yang masuk ke tempat buang air mendahulukan kaki kiri dan mengucapkan: "Dengan nama Allah" ٢ Aku berlindung kepada Allah dari kotoran dan kejahatan٣.
وَإِذَا خَرَجَ قَدَّمَ الْيُمْنَى وَقَالَ: "غُفْرَانَكَ" ٤ "الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي" ٥.
Dan jika keluar, dahulukan kaki kanan dan ucapkan: "Ampunanmu" ٤ "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dariku dan menyehatkanku" ٥.
وَيُكْرَهُ فِي حَالِ التَّخَلِّي اسْتِقْبَالُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ١ وَمَهَبِّ الرِّيحِ وَالْكَلَامُ٢ وَالْبَوْلُ فِي إِنَاءٍ وَشَقٍّ وَنَارٍ وَلَا يُكْرَهُ الْبَوْلُ.
Dan dimakruhkan ketika buang hajat menghadap matahari dan bulan¹, arah angin, berbicara², kencing di wadah, celah, dan api, dan tidak dimakruhkan kencing.
قَائِمًا وَيَحْرُمُ اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارُهَا فِي الصَّحْرَاءِ بِلَا حَائِلٍ وَيَكْفِي إِرْخَاءُ ذَيْلِهِ.
berdiri. Dan haram menghadap atau membelakangi kiblat di tanah lapang tanpa penghalang, dan cukup dengan mengulurkan kain bawahnya.
وَأَنْ يَبُولَ أَوْ يَتَغَوَّطَ بِطَرِيقٍ مَسْلُوكٍ وَظِلٍّ نَافِعٍ وَتَحْتَ شَجَرَةٍ عَلَيْهَا ثَمَرٌ يُقْصَدُ وَبَيْنَ قُبُورِ الْمُسْلِمِينَ.
Dan bahwa seseorang kencing atau buang air besar di jalan yang dilewati, di bawah naungan yang bermanfaat, di bawah pohon yang berbuah yang dimaksudkan, dan di antara kuburan kaum muslimin.
وَأَنْ يَلْبَثَ فَوْقَ قَدْرِ حَاجَتِهِ.
Dan bahwa seseorang berdiam lebih dari kadar kebutuhannya.
بَابُ السِّوَاكِ
بَابُ السِّوَاكِ
Bab Siwak
يُسَنُّ بِعُودٍ رَطْبٍ لَا يَتَفَتَّتُ.
Disunnahkan menggunakan kayu siwak yang lembap dan tidak mudah hancur.
وَهُوَ مَسْنُونٌ مُطْلَقًا إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ فَيُكْرَهُ وَيُسَنُّ لَهُ قَبْلَهُ بِعُودٍ يَابِسٍ وَيُبَاحُ بِرَطْبٍ.
Siwak disunnahkan secara mutlak kecuali setelah zawal (tergelincirnya matahari dari tengah hari) bagi orang yang berpuasa, maka dimakruhkan. Disunnahkan baginya sebelum zawal menggunakan kayu siwak yang kering dan dibolehkan menggunakan yang lembap.
وَلَمْ يُصِبِ السُّنَّةَ مَنِ اسْتَاكَ بِغَيْرِ عُودٍ.
Tidak mengikuti sunnah orang yang bersiwak dengan selain kayu siwak.
وَيَتَأَكَّدُ عِنْدَ وُضُوءٍ وَصَلَاةٍ وَانْتِبَاهٍ مِنْ نَوْمٍ وَعِنْدَ تَغَيُّرِ رَائِحَةِ فَمٍ وَكَذَا عِنْدَ دُخُولِ مَسْجِدٍ وَمَنْزِلٍ وَإِطَالَةِ سُكُوتٍ وَصُفْرَةِ أَسْنَانٍ.
Siwak sangat dianjurkan ketika berwudhu, shalat, bangun dari tidur, ketika bau mulut berubah, begitu juga ketika memasuki masjid, rumah, diam yang lama, dan ketika gigi menguning.
وَلَا بَأْسَ أَنْ يَتَسَوَّكَ بِالْعُودِ الْوَاحِدِ اثْنَانِ فَصَاعِدًا.
Dan tidak mengapa jika dua orang atau lebih bersiwak dengan satu batang siwak.
فَصْلٌ
Pasal
يُسَنُّ حَلْقُ الْعَانَةِ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الْأَظَافِرِ وَالنَّظَرُ فِي الْمِرْآةِ وَالتَّطَيُّبُ بِالطِّيبِ وَالِاكْتِحَالُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي كُلِّ عَيْنٍ ثَلَاثًا وَحَفُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَحَرُمَ حَلْقُهَا وَلَا بَأْسَ بِأَخْذِ مَا زَادَ عَلَى الْقَبْضَةِ مِنْهَا وَالْخِتَانُ وَاجِبٌ عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى عِنْدَ الْبُلُوغِ وَقَبْلَهُ أَفْضَلُ.
Disunnahkan mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, bercermin, memakai wewangian, bercelak setiap malam di setiap mata sebanyak tiga kali, memendekkan kumis, memanjangkan jenggot dan haram mencukurnya. Tidak mengapa mengambil jenggot yang lebih dari segenggam. Khitan wajib bagi laki-laki dan perempuan ketika baligh, dan lebih utama dilakukan sebelum baligh.
بَابُ الوُضُوءِ
بَابُ الوُضُوءِ
Bab Wudhu
تَجِبُ فِيهِ التَّسْمِيَةُ وَتَسْقُطُ سَهْوًا وَإِنْ ذَكَرَهَا فِي أَثْنَائِهِ ابْتِدَاءً.
Basmalah wajib dalam wudhu dan gugur jika lupa. Jika teringat di tengah-tengah wudhu, maka dimulai lagi.
وَفُرُوضُهُ سِتَّةٌ: غَسْلُ الوَجْهِ وَمِنْهُ الْمَضْمَضَةُ وَالِاسْتِنْشَاقُ وَغَسْلُ١ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ وَمَسْحُ الرَّأْسِ كُلِّهِ وَمِنْهُ الْأُذُنَانِ وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ وَالْمُوَالَاةُ.
Fardhu wudhu ada enam: membasuh wajah termasuk berkumur dan istinsyaq, membasuh١ kedua tangan sampai siku, mengusap seluruh kepala termasuk telinga, membasuh kedua kaki sampai mata kaki, tertib, dan berkesinambungan.
وَشُرُوطُهُ ثَمَانِيَةٌ: انْقِطَاعُ مَا يُوجِبُهُ وَالنِّيَّةُ وَالْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ وَالْمَاءُ الطَّهُورُ الْمُبَاحُ وَإِزَالَةُ مَا يَمْنَعُ وُصُولَهُ وَالِاسْتِجْمَارُ تَجِبُ فِيهِ التَّسْمِيَةُ وَتَسْقُطُ سَهْوًا وَإِنْ ذَكَرَهَا فِي أَثْنَائِهِ ابْتِدَاءً وَفُرُوضُهُ سِتَّةٌ: غَسْلُ الْوَجْهِ وَمِنْهُ الْمَضْمَضَةُ وَالِاسْتِنْشَاقُ وَغَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ وَمَسْحُ الرَّأْسِ كُلِّهِ وَمِنْهُ الْأُذُنَانِ وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ وَالْمُوَالَاةُ وَشُرُوطُهُ ثَمَانِيَةٌ: انْقِطَاعُ مَا يُوجِبُهُ وَالنِّيَّةُ وَالْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ وَالْمَاءُ الطَّهُورُ الْمُبَاحُ وَإِزَالَةُ مَا يَمْنَعُ وُصُولَهُ وَالِاسْتِجْمَارُ
Dan syarat-syaratnya ada delapan: terputusnya hal yang mewajibkannya, niat, Islam, akal, tamyiz, air suci yang mubah, menghilangkan hal yang menghalangi sampainya air, dan istijmar. Wajib padanya tasmiyah dan gugur jika lupa. Jika mengingatnya di pertengahan, maka dimulai kembali. Fardhu-fardhunya ada enam: membasuh wajah termasuk berkumur dan istinsyaq, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap seluruh kepala termasuk kedua telinga, membasuh kedua kaki sampai mata kaki, tertib, dan berkesinambungan. Syarat-syaratnya ada delapan: terputusnya hal yang mewajibkannya, niat, Islam, akal, tamyiz, air suci yang mubah, menghilangkan hal yang menghalangi sampainya air, dan istijmar.
فَصْلٌ
Pasal
فَالنِّيَّةُ هُنَا قَصْدُ رَفْعِ الْحَدَثِ أَوْ قَصْدُ مَا تَجِبُ لَهُ الطَّهَارَةُ كَصَلَاةٍ وَطَوَافٍ وَمَسِّ مُصْحَفٍ.
Niat di sini bermaksud untuk menghilangkan hadats atau bermaksud untuk apa yang diwajibkan bersuci seperti shalat, thawaf, dan menyentuh mushaf.
أَوْ قَصْدُ مَا تُسَنُّ لَهُ كَقِرَاءَةٍ وَذِكْرٍ وَأَذَانٍ وَنَوْمٍ وَرَفْعِ شَكٍّ وَغَضَبٍ وَكَلَامٍ مُحَرَّمٍ وَجُلُوسٍ بِمَسْجِدٍ وَتَدْرِيسِ عِلْمٍ وَأَكْلٍ.
Atau bermaksud untuk apa yang disunahkan seperti membaca Al-Qur'an, dzikir, adzan, tidur, menghilangkan keraguan dan kemarahan, berbicara yang diharamkan, duduk di masjid, mengajar ilmu, dan makan.
فَمَتَى نَوَى شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ ارْتَفَعَ حَدَثُهُ.
Maka kapan saja seseorang berniat sesuatu dari itu, maka hadatsnya terangkat.
وَلَا يَضُرُّ سَبْقُ لِسَانِهِ بِغَيْرِ مَانَوَى وَلَا شَكُّهُ فِي النِّيَّةِ أَوْ فِي فَرْضٍ بَعْدَ فَرَاغِ كُلِّ عِبَادَةٍ.
Dan tidak membahayakan jika lidahnya mendahului dengan selain apa yang diniatkan, dan tidak pula keraguannya pada niat atau pada kewajiban setelah selesai setiap ibadah.
وَإِنْ شَكَّ فِيهَا فِي الْأَثْنَاءِ اسْتَأْنَفَ.
Dan jika ragu padanya di pertengahan, maka ia mengulangi.
فَصْلٌ فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ
Pasal tentang tata cara wudhu
وَهِيَ أَنْ يَنْوِيَ ثُمَّ يُسَمِّيَ يَغْسِلُ كَفَّيْهِ ثُمَّ يَتَمَضْمَضُ وَيَسْتَنْشِقُ ثُمَّ يَغْسِلُ وَجْهَهُ مِنْ مَنَابِتِ شَعْرِ الرَّأْسِ الْمُعْتَادِ وَلَا يُجْزِئُ غَسْلُ ظَاهِرِ شَعْرِ اللِّحْيَةِ إِلَّا أَنْ لَا يَصِفَ الْبَشَرَةَ ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ مَعَ مِرْفَقَيْهِ وَلَا يَضُرُّ وَسَخٌ يَسِيرٌ تَحْتَ ظُفْرٍ وَنَحْوِهِ ثُمَّ يَمْسَحُ جَمِيعَ ظَاهِرِ رَأْسِهِ مِنْ حَدِّ الْوَجْهِ إِلَى مَا يُسَمَّى قَفًا وَالْبَيَاضُ فَوْقَ الْأُذُنَيْنِ مِنْهُ وَيُدْخِلُ سَبَّابَتَيْهِ فِي
Yaitu berniat kemudian membaca basmalah, membasuh kedua telapak tangan, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh wajahnya dari tempat tumbuhnya rambut kepala yang biasa, dan tidak cukup membasuh bagian luar rambut jenggot kecuali jika tidak mengenai kulit, kemudian membasuh kedua tangannya beserta sikunya, dan tidak membahayakan kotoran sedikit di bawah kuku dan sejenisnya, kemudian mengusap seluruh bagian luar kepalanya dari batas wajah hingga apa yang disebut tengkuk, dan bagian putih di atas kedua telinga termasuk darinya, dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam
صُمَاخَيْ١ أُذُنَيْهِ وَيَمْسَحُ بِإِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَهُمَا ثُمَّ يَغْسِلُ رِجْلَيْهِ مَعَ كَعْبَيْهِ وَهُمَا الْعَظْمَانِ النَّاتِئَانِ.
Lubang telinga١ dan mengusap bagian luar keduanya dengan ibu jari, kemudian membasuh kedua kakinya beserta mata kaki, yaitu dua tulang yang menonjol.
فَصْلٌ
Pasal
وَسُنَنُهُ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ٢: اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَالسِّوَاكُ وَغَسْلُ الْكَفَّيْنِ ثَلَاثًا وَالْبِدَاءَةُ قَبْلَ غَسْلِ الْوَجْهِ بِالْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ وَالْمُبَالَغَةُ فِيهِمَا لِغَيْرِ الصَّائِمِ وَالْمُبَالَغَةُ فِي سَائِرِ الْأَعْضَاءِ مُطْلَقًا وَالزِّيَادَةُ فِي مَاءِ الْوَجْهِ وَتَخْلِيلُ اللِّحْيَةِ الْكَثِيفَةِ وَتَخْلِيلُ الْأَصَابِعِ وَأَخْذُ مَاءٍ جَدِيدٍ لِلْأُذُنَيْنِ وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَمُجَاوَزَةُ مَحَلِّ الْفَرْضِ وَالْغَسْلَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّالِثَةُ وَاسْتِصْحَابُ ذِكْرِ النِّيَّةِ إِلَى آخِرِ الْوُضُوءِ وَالْإِتْيَانُ بِهَا عِنْدَ غَسْلِ الْكَفَّيْنِ وَالنُّطْقُ بِهَا سِرًّا.
Dan sunnahnya ada delapan belas٢: menghadap kiblat, bersiwak, membasuh kedua telapak tangan tiga kali, memulai sebelum membasuh wajah dengan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung serta melebihkannya bagi selain orang yang berpuasa, melebihkan pada seluruh anggota wudhu secara mutlak, menambah air untuk wajah, menyela-nyela jenggot yang lebat, menyela-nyela jari-jari, mengambil air baru untuk kedua telinga, mendahulukan yang kanan atas yang kiri, melampaui batas fardhu, basuhan kedua dan ketiga, membawa serta zikir niat hingga akhir wudhu, melakukannya ketika membasuh kedua telapak tangan, dan mengucapkannya secara sirr.
وَقَوْلُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ٣ مَعَ رَفْعِ بَصَرِهِ إِلَى السَّمَاءِ: بَعْدَ فَرَاغِهِ.
Dan mengucapkan, "Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya"٣ seraya mengangkat pandangannya ke langit: setelah selesai.
وَأَنْ يَتَوَلَّى وُضُوءَهُ بِنَفْسِهِ مِنْ غَيْرِ مُعَاوِنٍ٤.
Dan hendaknya ia melakukan wudhunya sendiri tanpa dibantu orang lain٤.
بَابُ مَسْحِ الخُفَّيْنِ
بَابُ مَسْحِ١ الْخُفَّيْنِ
Bab Mengusap١ Khuf
يَجُوزُ بِشُرُوطٍ سَبْعَةٍ لُبْسُهُمَا بَعْدَ كَمَالِ الطَّهَارَةِ بِالْمَاءِ وَسَتْرُهُمَا لِمَحَلِّ الْفَرْضِ وَلَوْ بِرَبْطِهِمَا وَإِمْكَانُ الْمَشْيِ بِهِمَا عُرْفًا وَثُبُوتُهُمَا بِنَفْسِهِمَا وَإِبَاحَتُهُمَا وَطَهَارَةُ عَيْنِهِمَا وَعَدَمُ وَصْفِهِمَا الْبَشَرَ.
Diperbolehkan dengan tujuh syarat: memakainya setelah bersuci dengan air secara sempurna, menutupi area yang wajib dibasuh meskipun dengan mengikatnya, memungkinkan untuk berjalan dengannya secara 'urf, dapat berdiri sendiri, diperbolehkan, suci, dan tidak melekat pada kulit.
فَيَمْسَحُ لِلْمُقِيمِ وَالْعَاصِي بِسَفَرِهِ مِنَ الْحَدَثِ بَعْدَ اللُّبْسِ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَالْمُسَافِرُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنَّ.
Maka orang mukim dan orang yang melakukan perjalanan maksiat mengusap khuf dari hadats setelah memakainya selama sehari semalam, sedangkan musafir selama tiga hari tiga malam.
فَلَوْ مَسَحَ فِي السَّفَرِ ثُمَّ أَقَامَ أَوْ فِي الْحَضَرِ ثُمَّ سَافَرَ أَوْ شَكَّ فِي ابْتِدَاءِ الْمَسْحِ لَمْ يَزِدْ عَلَى مَسْحِ الْمُقِيمِ٢.
Jika seseorang mengusap saat safar kemudian mukim, atau saat hadir kemudian safar, atau ragu kapan mulai mengusap, maka tidak boleh melebihi masa mengusap orang mukim٢.
وَيَجِبُ مَسْحُ أَكْثَرِ أَعْلَى الْخُفِّ٣ وَلَا يُجْزِئُ مَسْحُ أَسْفَلِهِ وَعَقِبِهِ وَلَا يُسَنُّ.
Wajib mengusap sebagian besar bagian atas khuf٣ dan tidak mencukupi mengusap bagian bawah dan tumitnya, juga tidak disunnahkan.
وَمَتَى حَصَلَ مَا٤ يُوجِبُ الْغُسْلَ أَوْ ظَهَرَ بَعْضُ مَحَلِّ الْفَرْضِ أَوِ انْقَضَتِ الْمُدَّةُ بَطَلَ الْوُضُوءُ.
Kapan saja terjadi sesuatu٤ yang mewajibkan mandi, atau terlihat sebagian anggota wudhu, atau masa (mengusap) telah berakhir, maka batallah wudhu.
فَصْلٌ
Pasal
وَصَاحِبُ الْجَبِيرَةِ إِنْ وَضَعَهَا عَلَى طَهَارَةٍ لَمْ تَتَجَاوَزْ مَحَلَّ الْحَاجَةِ غَسَلَ الصَّحِيحَ وَمَسَحَ عَلَيْهِمَا بِالْمَاءِ وَأَجْزَأَ وَإِلَّا وَجَبَ - مَعَ الْغُسْلِ -
Orang yang memakai perban jika memakainya dalam keadaan suci dan tidak melebihi area yang dibutuhkan, maka ia membasuh anggota yang sehat dan mengusap perban dengan air, dan itu sudah mencukupi. Jika tidak, maka wajib - selain membasuh -
أَنْ يَتَيَمَّمَ لَهَا.
Untuk bertayamum untuknya.
وَلَا مَسْحَ مَا لَمْ تُوضَعْ عَلَى طَهَارَةٍ وَتُجَاوِزَ الْمَحِلَّ فَيَغْسِلُ وَيَمْسَحُ وَيَتَيَمَّمُ١.
Dan tidak ada mengusap kecuali jika diletakkan di atas thaharah dan melampaui tempat, maka dia membasuh, mengusap, dan bertayamum¹.
بَابُ نَوَاقِضِ الوُضُوءِ
بَابُ نَوَاقِضِ الْوُضُوءِ
Bab Pembatal-pembatal Wudhu
وَهِيَ ثَمَانِيَةٌ:
Dan itu ada delapan:
أَحَدُهَا: الْخَارِجُ مِنَ السَّبِيلَيْنِ قَلِيلًا كَانَ أَوْ كَثِيرًا طَاهِرًا كَانَ أَوْ نَجِسًا.
Pertama: Sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur), sedikit atau banyak, suci atau najis.
الثَّانِي: خُرُوجُ النَّجَاسَةِ مِنْ بَقِيَّةِ الْبَدَنِ فَإِنْ كَانَ بَوْلًا أَوْ غَائِطًا نَقَضَ مُطْلَقًا وَإِنْ كَانَ غَيْرَهُمَا كَالدَّمِ وَالْقَيْءِ نَقَضَ إِنْ فَحُشَ فِي نَفْسِ كُلِّ أَحَدٍ بِحَسَبِهِ.
Kedua: Keluarnya najis dari anggota badan lainnya. Jika itu adalah air kencing atau tinja, maka membatalkan secara mutlak. Jika selain keduanya seperti darah dan muntah, maka membatalkan jika dianggap banyak menurut setiap orang sesuai keadaannya.
الثَّالِثُ: زَوَالُ الْعَقْلِ أَوْ تَغْطِيَتُهُ بِإِغْمَاءٍ أَوْ نَوْمٍ مَا لَمْ يَكُنِ النَّوْمُ يَسِيرًا عُرْفًا مِنْ جَالِسٍ وَقَائِمٍ.
Ketiga: Hilangnya akal atau tertutupnya akal karena pingsan atau tidur, selama tidur itu tidak sebentar menurut kebiasaan dari orang yang duduk dan berdiri.
الرَّابِعُ: مَسُّهُ بِيَدِهِ - لَا ظُفْرِهِ - فَرْجَ الْآدَمِيِّ الْمُتَّصِلَ بِلَا حَائِلٍ أَوْ حَلْقَةَ دُبُرِهِ لَا مَسَّ الْخُصْيَتَيْنِ وَلَا مَسَّ مَحَلِّ الْفَرْجِ الْبَائِنِ.
Keempat: Menyentuh dengan tangannya - bukan kukunya - kemaluan manusia yang bersambung tanpa penghalang atau lingkaran duburnya, bukan menyentuh buah zakar dan bukan menyentuh tempat kemaluan yang terpisah.
الْخَامِسُ: لَمْسُ بَشَرَةِ الذَّكَرِ لِأُنْثَى أَوِ الْأُنْثَى الذَّكَرَ لِشَهْوَةٍ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ وَلَوْ كَانَ الْمَلْمُوسُ مَيِّتًا أَوْ عَجُوزًا أَوْ مَحْرَمًا أَوْ لَمَسْتُمْ لَا لَمْسَ٢ مِنْ دُونِ سَبْعٍ وَلَا لَمْسَ سِنٍّ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ وَلَا اللَّمْسَ٣ بِذَلِكَ.
Kelima: Menyentuh kulit laki-laki oleh perempuan atau perempuan oleh laki-laki karena syahwat tanpa penghalang, meskipun yang disentuh adalah mayat, orang tua renta, atau mahram, atau "lamastum" (kalian menyentuh), bukan "lamsa"² di bawah tujuh tahun, dan bukan menyentuh gigi, kuku, rambut, dan bukan sentuhan³ dengan itu.
وَلَا يَنْتَقِضُ وُضُوءُ الْمَمْسُوسِ فَرْجُهُ وَ١ الْمَلْمُوسِ بَدَنُهُ وَلَوْ وَجَدَ شَهْوَةً.
Dan tidak batal wudhu orang yang disentuh kemaluannya dan1 orang yang disentuh badannya meskipun merasakan syahwat.
السَّادِسُ: غُسْلُ الْمَيِّتِ أَوْ بَعْضِهِ وَالْغَاسِلُ هُوَ مَنْ يُقَلِّبُ الْمَيِّتَ وَيُبَاشِرُهُ لَا مَنْ يَصُبُّ الْمَاءَ.
Keenam: Memandikan mayit atau sebagiannya. Orang yang memandikan adalah yang membolak-balikkan mayit dan menyentuhnya langsung, bukan yang menuangkan air.
السَّابِعُ: أَكْلُ لَحْمِ الْإِبِلِ وَلَوْ نَيِّئًا٢ فَلَا نَقْضَ بِبَقِيَّةِ أَجْزَائِهَا كَكَبِدٍ وَقَلْبٍ وَطِحَالٍ وَكِرْشٍ وَشَحْمٍ وَكُلْيَةٍ وَلِسَانٍ٣ وَرَأْسٍ وَسَنَامٍ وَكَوَارِعَ وَمِصْرَانٍ وَمَرَقِ لَحْمٍ وَلَا يَحْنَثُ بِذَلِكَ مَنْ حَلَفَ لَا يَأْكُلُ لَحْمًا.
Ketujuh: Memakan daging unta meskipun mentah2, maka tidak batal dengan memakan bagian-bagian lainnya seperti hati, jantung, limpa, perut, lemak, ginjal, lidah3, kepala, punuk, kaki, usus, dan kuah daging. Dan tidak dianggap melanggar sumpah orang yang bersumpah tidak akan makan daging.
الثَّامِنُ: الرِّدَّةُ وَكُلُّ مَا أَوْجَبَ الْغُسْلَ أَوْجَبَ الْوُضُوءَ غَيْرَ الْمَوْتِ.
Kedelapan: Murtad. Dan setiap hal yang mewajibkan mandi juga mewajibkan wudhu, kecuali kematian.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ تَيَقَّنَ الطَّهَارَةَ وَشَكَّ فِي الْحَدَثِ أَوْ تَيَقَّنَ الْحَدَثَ وَشَكَّ فِي الطَّهَارَةِ عَمِلَ بِمَا تَيَقَّنَ.
Barangsiapa yakin suci dan ragu tentang hadats, atau yakin hadats dan ragu tentang kesucian, maka ia mengamalkan apa yang diyakininya.
وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُحْدِثِ الصَّلَاةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ بِبَشَرَتِهِ بِلَا حَائِلٍ.
Dan haram bagi orang yang berhadats untuk shalat, thawaf, dan menyentuh mushaf dengan kulitnya tanpa penghalang.
وَيَزِيدُ مَنْ عَلَيْهِ غُسْلٌ: بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَاللُّبْثِ فِي الْمَسْجِدِ بِلَا وُضُوءٍ.
Dan bertambah larangan bagi orang yang wajib mandi: membaca Al-Qur'an dan berdiam di masjid tanpa wudhu.
بَابُ مَا يُوجِبُ الغُسْلَ
بَابُ مَا يُوجِبُ الغُسْلَ
Bab tentang hal-hal yang mewajibkan mandi
وَهُوَ سَبْعَةٌ:
Ada tujuh perkara:
أَحَدُهَا: انْتِقَالُ المَنِيِّ فَلَوْ أَحَسَّ بِانْتِقَالِهِ فَحَبَسَهُ فَلَمْ يَخْرُجْ وَجَبَ الغُسْلُ فَلَوْ اغْتَسَلَ لَهُ ثُمَّ خَرَجَ بِلَا لَذَّةٍ لَمْ يُعِدْ الغُسْلَ.
Pertama: Berpindahnya mani. Jika seseorang merasakan perpindahan mani lalu menahannya sehingga tidak keluar, maka wajib mandi. Jika dia mandi karenanya kemudian mani keluar tanpa syahwat, maka tidak perlu mengulangi mandi.
الثَّانِي: خُرُوجُهُ مِنْ مَخْرَجِهِ١ وَلَوْ دَمًا وَيُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ بِلَذَّةٍ مَا لَمْ يَكُنْ نَائِمًا وَنَحْوَهُ.
Kedua: Keluarnya mani dari tempat keluarnya¹ meskipun berupa darah. Disyaratkan keluarnya dengan syahwat kecuali jika sedang tidur atau sejenisnya.
الثَّالِثُ: تَغْيِيبُ الحَشَفَةِ كُلِّهَا أَوْ قَدْرِهَا بِلَا حَائِلٍ فِي فَرْجٍ وَلَوْ دُبُرًا لِمَيِّتٍ أَوْ بَهِيمَةٍ أَوْ طَيْرٍ و٢لَكِنْ لَا يَجِبُ الغُسْلُ إِلَّا عَلَى ابْنِ عَشْرٍ وَبِنْتِ تِسْعٍ.
Ketiga: Masuknya seluruh hasyafah atau ukurannya tanpa penghalang ke dalam farji meskipun dubur mayat, hewan, atau burung. Akan tetapi² mandi tidak wajib kecuali bagi anak laki-laki berusia sepuluh tahun dan anak perempuan berusia sembilan tahun.
الرَّابِعُ: إِسْلَامُ الكَافِرِ وَلَوْ مُرْتَدًّا.
Keempat: Keislaman orang kafir meskipun murtad.
الخَامِسُ: خُرُوجُ٣ دَمِ الحَيْضِ.
Kelima: Keluarnya³ darah haid.
السَّادِسُ: خُرُوجُ دَمِ النِّفَاسِ١.
Keenam: Keluarnya darah nifas¹.
السَّابِعُ: الْمَوْتُ تَعَبُّدًا.
Ketujuh: Kematian sebagai bentuk ibadah.
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ الْغُسْلِ سَبْعَةٌ:
Syarat-syarat mandi ada tujuh:
انْقِطَاعُ مَا يُوجِبُهُ، وَالنِّيَّةُ، وَالْإِسْلَامُ، وَالْعَقْلُ، وَالتَّمْيِيزُ، وَالْمَاءُ الطَّهُورُ الْمُبَاحُ، وَإِزَالَةُ مَا يَمْنَعُ وُصُولَهُ.
Berhentinya penyebab mandi, niat, Islam, berakal, mumayyiz, air suci yang diperbolehkan, dan menghilangkan hal-hal yang menghalangi air sampai ke kulit.
وَوَاجِبُهُ: التَّسْمِيَةُ وَتَسْقُطُ سَهْوًا.
Yang wajib: Membaca basmalah, dan gugur jika lupa.
وَفَرْضُهُ: أَنْ يَعُمَّ بِالْمَاءِ جَمِيعَ بَدَنِهِ وَدَاخِلَ فَمِهِ وَأَنْفِهِ حَتَّى مَا يَظْهَرُ مِنْ فَرْجِ الْمَرْأَةِ عِنْدَ الْقُعُودِ لِحَاجَتِهَا وَحَتَّى بَاطِنَ شَعْرِهَا.
Fardhu (rukun) mandi: Meratakan air ke seluruh tubuh, bagian dalam mulut dan hidung, termasuk bagian kemaluan wanita yang terlihat saat duduk untuk buang hajat, dan sampai bagian dalam rambut.
وَيَجِبُ نَقْضُهُ فِي الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ لَا الْجَنَابَةِ.
Wajib membongkar (ikatan rambut) saat haid dan nifas, bukan saat junub.
وَيَكْفِي الظَّنُّ فِي الْإِسْبَاغِ.
Cukup berprasangka dalam membasuh secara merata.
وَسُنَنُهُ: الْوُضُوءُ قَبْلَهُ وَإِزَالَةُ مَا لَوَّثَهُ مِنْ أَذًى وَإِفْرَاغُهُ الْمَاءَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثًا وَعَلَى بَقِيَّةِ جَسَدِهِ ثَلَاثًا وَالتَّيَامُنُ وَالْمُوَالَاةُ وَإِمْرَارُ الْيَدِ عَلَى الْجَسَدِ وَإِعَادَةُ غَسْلِ رِجْلَيْهِ بِمَكَانٍ آخَرَ.
Sunah-sunahnya: Berwudhu sebelumnya, menghilangkan kotoran yang mengotorinya, menuangkan air ke kepala tiga kali dan ke seluruh tubuh tiga kali, mendahulukan anggota tubuh kanan, berurutan, mengusap tangan ke tubuh, dan mengulangi membasuh kaki di tempat lain.
وَمَنْ نَوَى غُسْلًا مَسْنُونًا أَوْ وَاجِبًا أَجْزَأَ عَنِ الْآخَرِ.
Barangsiapa berniat mandi sunnah atau wajib, maka mencukupi dari yang lainnya.
وَإِنْ نَوَى رَفْعَ الْحَدَثَيْنِ أَوِ الْحَدَثَ وَأَطْلَقَ أَوْ أَمْرًا لَا يُبَاحُ إِلَّا بِوُضُوءٍ وَغُسْلٍ أَجْزَأَ عَنْهُمَا.
Jika berniat menghilangkan dua hadats atau hadats secara mutlak, atau perkara yang tidak dibolehkan kecuali dengan wudhu dan mandi, maka mencukupi dari keduanya.
وَيَتَيَمَّمُ لِلْكُلِّ لِحَاجَةٍ وَلَمَّا يَسُنُّ لَهُ الْوُضُوءُ إِنْ تَعَذَّرَ.
Dan bertayamum untuk semuanya karena hajat dan ketika disunnahkan berwudhu jika sulit.
وَيُسَنُّ الْوُضُوءُ بِمُدٍّ١ وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ وَأُوقِيَّتَانِ وَأَرْبَعَةُ أَسْبَاعٍ٢ بِالْقُدْسِيِّ وَالِاغْتِسَالُ بِصَاعٍ وَهُوَ خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ٣ بِالْعِرَاقِيِّ وَعَشْرُ أَوَاقٍ وَسَبْعَانِ بِالْقُدْسِيِّ.
Dan disunahkan berwudhu dengan satu mud١ yaitu satu rithl dan sepertiga menurut ukuran Irak, dan dua uqiyyah dan empat pertujuh٢ menurut ukuran Quds. Adapun mandi disunahkan dengan satu sha' yaitu lima rithl dan sepertiga٣ menurut ukuran Irak, dan sepuluh uqiyyah dan dua pertujuh menurut ukuran Quds.
وَيُكْرَهُ: الْإِسْرَافُ لَا الْإِسْبَاغُ بِدُونِ مَا ذُكِرَ.
Dan dimakruhkan: berlebih-lebihan, bukan menyempurnakan wudhu dengan kurang dari ukuran yang telah disebutkan.
وَيُبَاحُ الْغُسْلُ فِي الْمَسْجِدِ مَا لَمْ يُؤْذِ بِهِ وَفِي الْحَمَّامِ إِنْ أَمِنَ الْوُقُوعَ فِي الْمُحَرَّمِ فَإِنْ خِيفَ كُرِهَ وَإِنْ عُلِمَ حَرُمَ.
Dan diperbolehkan mandi di masjid selama tidak mengganggu orang lain, dan di pemandian umum jika aman dari terjerumus dalam hal yang diharamkan. Jika dikhawatirkan, maka dimakruhkan. Jika diketahui pasti, maka diharamkan.
فَصْلٌ فِي الْأَغْسَالِ الْمُسْتَحَبَّةِ
Pasal tentang mandi-mandi yang dianjurkan
وَهِيَ سِتَّةَ عَشَرَ: آكَدُهَا لِصَلَاةِ جُمُعَةٍ فِي يَوْمِهَا لِذَكَرٍ حَضَرَهَا ثُمَّ لِغُسْلِ مَيِّتٍ ثُمَّ لِعِيدٍ فِي يَوْمِهِ٤ وَلِكُسُوفٍ وَاسْتِسْقَاءٍ وَجُنُونٍ وَإِغْمَاءٍ وَلِاسْتِحَاضَةٍ٥ لِكُلِّ صَلَاةٍ وَلِإِحْرَامٍ وَلِدُخُولِ مَكَّةَ وَحَرَمِهَا وَلِوُقُوفٍ٦ بِعَرَفَةَ وَطَوَافِ زِيَارَةٍ وَطَوَافِ وَدَاعٍ وَمَبِيتٍ بِمُزْدَلِفَةَ وَرَمْيِ جِمَارٍ٧.
Ada enam belas mandi yang dianjurkan: yang paling ditekankan adalah untuk shalat Jumat pada harinya bagi laki-laki yang menghadirinya, kemudian untuk memandikan jenazah, kemudian untuk shalat Ied pada harinya٤, untuk gerhana, istisqa', gila, pingsan, untuk istihadhah٥ setiap kali shalat, untuk ihram, untuk memasuki Makkah dan Haramnya, untuk wukuf٦ di Arafah, untuk thawaf ziarah, thawaf wada', bermalam di Muzdalifah, dan melempar jumrah٧.
بَابُ التَّيَمُّمِ
بَابُ التَّيَمُّمِ١
Bab Tayamum1
وَيَصِحُّ بِشُرُوطٍ ثَمَانِيَةٍ: النِّيَّةُ، وَالْإِسْلَامُ، وَالْعَقْلُ، وَالتَّمْيِيزُ، وَالِاسْتِنْجَاءُ أَوِ الِاسْتِجْمَارُ.
Dan tayamum sah dengan delapan syarat: niat, Islam, berakal, mumayyiz, istinja' atau istijmar.
السَّادِسُ: دُخُولُ وَقْتِ الصَّلَاةِ فَلَا يَصِحُّ التَّيَمُّمُ لِصَلَاةٍ قَبْلَ وَقْتِهَا وَلَا لِنَافِلَةٍ وَقْتَ نَهْيٍ.
Keenam: masuknya waktu shalat, maka tidak sah tayamum untuk shalat sebelum waktunya dan tidak pula untuk shalat sunnah pada waktu terlarang.
السَّابِعُ: تَعَذُّرُ اسْتِعْمَالِ الْمَاءِ إِمَّا لِعَدَمِهِ أَوْ لِخَوْفِهِ بِاسْتِعْمَالِهِ الضَّرَرَ.
Ketujuh: tidak memungkinkan menggunakan air karena ketiadaannya atau karena khawatir menggunakannya akan menimbulkan bahaya.
وَيَجِبُ بَذْلُهُ لِعَطْشَانَ٢ مِنْ آدَمِيٍّ أَوْ بَهِيمَةٍ مُحْتَرَمَيْنِ٣.
Dan wajib memberikan air kepada yang kehausan2 dari manusia atau hewan yang dihormati3.
وَمَنْ وَجَدَ مَاءً لَا يَكْفِي لِطَهَارَتِهِ اسْتَعْمَلَهُ فِيمَا يَكْفِي وُجُوبًا ثُمَّ تَيَمَّمَ٤.
Dan barangsiapa mendapati air yang tidak cukup untuk bersucinya, dia wajib menggunakannya sekadarnya kemudian bertayamum4.
وَإِنْ وَصَلَ الْمُسَافِرُ إِلَى الْمَاءِ وَقَدْ ضَاقَ الْوَقْتُ أَوْ عَلِمَ أَنَّ النَّوْبَةَ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ إِلَّا بَعْدَ خُرُوجِهِ عَدَلَ إِلَى التَّيَمُّمِ وَغَيْرُهُ لَا وَلَوْ فَاتَهُ الْوَقْتُ.
Dan jika musafir sampai ke air dan waktu telah sempit atau dia tahu bahwa gilirannya tidak akan sampai kepadanya kecuali setelah keluar waktu, dia beralih ke tayamum. Sedangkan selain musafir tidak boleh beralih ke tayamum meskipun waktunya habis.
وَمَنْ فِي الْوَقْتِ أَرَاقَ الْمَاءَ أَوْ مَرَّ بِهِ وَأَمْكَنَهُ الْوُضُوءُ٥ وَيَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يَجِدُ غَيْرَهُ حَرُمَ ثُمَّ إِنْ تَيَمَّمَ وَصَلَّى لَمْ يُعِدْ.
Dan barangsiapa dalam waktu shalat menumpahkan air atau melewatinya dan memungkinkan berwudhu5 dan dia tahu bahwa dia tidak akan mendapati selainnya, hukumnya haram. Kemudian jika dia bertayamum dan shalat, dia tidak perlu mengulangi.
وَإِنْ وَجَدَ مُحْدِثٌ بِبَدَنِهِ وَثَوْبِهِ نَجَاسَةً وَمَعَهُ مَاءٌ لَا يَكْفِي وَجَبَ غَسْلُ
Dan jika orang yang berhadats mendapati najis pada badan dan pakaiannya, sedangkan air yang dimilikinya tidak cukup, maka wajib mencuci
ثَوْبَهُ ثُمَّ إِنْ فَضَلَ شَيْءٌ غَسَلَ بَدَنَهُ ثُمَّ إِنْ فَضَلَ شَيْءٌ تَطَهَّرَ بِهِ١، وَإِلَّا تَيَمَّمَ.
Pakaiannya, kemudian jika ada sisa, ia membasuh badannya, kemudian jika ada sisa, ia bersuci dengannya¹, jika tidak maka ia bertayamum.
وَيَصِحُّ التَّيَمُّمُ لِكُلِّ حَدَثٍ وَلِلنَّجَاسَةِ عَلَى الْبَدَنِ بَعْدَ تَخْفِيفِهَا مَا أَمْكَنَ فَإِنْ تَيَمَّمَ لَهَا قَبْلَ تَخْفِيفِهَا لَمْ يَصِحَّ.
Dan tayamum sah untuk setiap hadats dan untuk najis pada badan setelah meringankannya semaksimal mungkin. Jika ia bertayamum untuk najis sebelum meringankannya, maka tidak sah.
الثَّامِنُ: أَنْ يَكُونَ بِتُرَابٍ طَهُورٍ مُبَاحٍ غَيْرِ مُحْتَرِقٍ لَهُ غُبَارٌ يَعْلَقُ بِالْيَدِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ ذَلِكَ صَلَّى الْفَرْضَ فَقَطْ عَلَى حَسَبِ حَالِهِ وَلَا يَزِيدُ فِي صَلَاتِهِ عَلَى مَا يُجْزِئُ وَلَا إِعَادَةَ.
Kedelapan: Bahwa tayamum dilakukan dengan debu yang suci, mubah, tidak terbakar, yang memiliki debu yang menempel di tangan. Jika ia tidak mendapatkan itu, ia hanya shalat fardhu sesuai kondisinya dan tidak menambah shalatnya melebihi apa yang mencukupi, dan tidak perlu mengulangi.
فَصْلٌ
Pasal
وَاجِبُ التَّيَمُّمِ: التَّسْمِيَةُ، وَتَسْقُطُ سَهْوًا وَفُرُوضُهُ خَمْسَةٌ: مَسْحُ الْوَجْهِ، وَمَسْحُ الْيَدَيْنِ إِلَى الْكُوعَيْنِ.
Kewajiban tayamum: Membaca basmalah, dan gugur jika lupa. Rukun-rukunnya ada lima: Mengusap wajah, dan mengusap kedua tangan sampai siku.
الثَّالِثُ: التَّرْتِيبُ فِي الطَّهَارَةِ الصُّغْرَى فَيَلْزَمُ مَنْ جُرِحَهُ بِبَعْضِ أَعْضَاءِ وُضُوئِهِ إِذَا تَوَضَّأَ أَنْ يَتَيَمَّمَ لَهُ عِنْدَ غَسْلِهِ لَوْ كَانَ صَحِيحًا.
Ketiga: Tertib dalam thaharah sughra. Maka orang yang terluka di sebagian anggota wudhunya, jika ia berwudhu, wajib bertayamum untuknya ketika membasuhnya seandainya ia sehat.
الرَّابِعُ: الْمُوَالَاةُ فَيَلْزَمُهُ أَنْ يُعِيدَ٢ غَسْلَ الصَّحِيحِ عِنْدَ كُلِّ تَيَمُّمٍ.
Keempat: Berurutan. Maka ia wajib mengulangi² membasuh anggota yang sehat pada setiap tayamum.
الْخَامِسُ: تَعْيِينُ النِّيَّةِ لِمَا تَيَمَّمَ لَهُ مِنْ حَدَثٍ أَوْ نَجَاسَةٍ فَلَا تَكْفِي نِيَّةُ أَحَدِهِمَا عَنِ الْآخَرِ وَإِنْ نَوَاهُمَا أَجْزَأَ.
Kelima: Menentukan niat untuk apa ia bertayamum, baik untuk hadats atau najis. Maka tidak cukup niat salah satunya untuk yang lain. Jika ia meniatkan keduanya, maka mencukupi.
وَمُبْطِلَاتُهُ خَمْسَةٌ: مَا أَبْطَلَ الْوُضُوءَ وَوُجُودُ الْمَاءِ وَخُرُوجُ الْوَقْتِ وَزَوَالُ الْمُبِيحِ لَهُ وَخَلْعُ مَا مَسَحَ عَلَيْهِ.
Dan pembatal-pembatalnya ada lima: apa yang membatalkan wudhu, adanya air, keluarnya waktu, hilangnya hal yang membolehkannya, dan melepas apa yang diusap di atasnya.
وَإِنْ وَجَدَ الْمَاءَ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ بَطَلَتْ وَإِذَا انْقَضَتْ لَمْ تَجِبِ الْإِعَادَةُ.
Jika ia menemukan air saat sedang shalat, maka shalatnya batal. Jika shalat telah selesai, maka tidak wajib mengulanginya.
وَصِفَتُهُ أَنْ يَنْوِيَ ثُمَّ يُسَمِّيَ وَيَضْرِبَ التُّرَابَ بِيَدَيْهِ مُفَرَّجَتِي الْأَصَابِعِ ضَرْبَةً وَاحِدَةً وَالْأَحْوَطُ اثْنَتَانِ لِعَدَمِ نَزْعِ خَاتَمٍ وَنَحْوِهِ فَيَمْسَحَ وَجْهَهُ بِبَاطِنِ أَصَابِعِهِ وَكَفَّيْهِ بِرَاحَتَيْهِ..
Tata caranya adalah berniat kemudian membaca basmalah dan memukul debu dengan kedua tangannya dengan jari-jari terbuka satu kali pukulan, dan yang lebih hati-hati adalah dua kali pukulan karena tidak melepas cincin dan sejenisnya. Kemudian mengusap wajahnya dengan bagian dalam jari-jarinya dan kedua telapak tangannya..
وَسُنَّ لِمَنْ يَرْجُو وُجُودَ الْمَاءِ تَأْخِيرُ التَّيَمُّمِ إِلَى آخِرِ الْوَقْتِ الْمُخْتَارِ وَلَهُ أَنْ يُصَلِّيَ بِتَيَمُّمٍ وَاحِدٍ مَا شَاءَ مِنَ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ لَكِنْ لَوْ تَيَمَّمَ لِلنَّفْلِ لَمْ يَسْتَبِحِ الْفَرْضَ
Disunnahkan bagi orang yang berharap menemukan air untuk menunda tayamum hingga akhir waktu pilihan. Ia boleh shalat dengan satu kali tayamum sesukanya, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Namun, jika ia bertayamum untuk shalat sunnah, maka ia tidak boleh melakukan shalat fardhu.
بَابُ إِزَالَةِ النَّجَاسَةِ
بَابُ إِزَالَةِ النَّجَاسَةِ
Bab Menghilangkan Najis
يُشْتَرَطُ لِكُلِّ مُتَنَجِّسٍ سَبْعُ غَسَلَاتٍ وَأَنْ يَكُونَ إِحْدَاهَا٣ بِتُرَابٍ طَاهِرٍ٤ طَهُورٍ٥ أَوْ صَابُونٍ وَنَحْوِهِ فِي مُتَنَجِّسٍ بِكَلْبٍ أَوْ خِنْزِيرٍ وَيَضُرُّ بَقَاءُ طَعْمِ النَّجَاسَةِ لَا لَوْنِهَا أَوْ رِيحِهَا أَوْ هُمَا عَجْزًا.
Disyaratkan untuk setiap benda yang terkena najis tujuh kali pencucian dan salah satunya harus dengan tanah yang suci lagi mensucikan atau sabun dan sejenisnya jika terkena najis anjing atau babi. Rasa najis yang tersisa membatalkan (penyucian), bukan warna atau baunya, atau keduanya karena ketidakmampuan.
وَيُجْزِئُ فِي بَوْلِ غُلَامٍ لَمْ يَأْكُلْ طَعَامًا لِشَهْوَةٍ١ نَضْحُهُ وَهُوَ غَمْرُهُ بِالْمَاءِ.
Dan cukup untuk membasuh air kencing anak kecil yang belum makan makanan karena nafsu¹ dengan memercikkan air yaitu merendamnya dengan air.
وَيُجْزِئُ فِي تَطْهِيرِ صَخْرٍ وَأَحْوَاضٍ وَأَرْضٍ تَنَجَّسَتْ بِمَائِعٍ وَلَوْ مَرَّ كَلْبٌ أَوْ خِنْزِيرٌ مُكَاثَرَتُهَا بِالْمَاءِ حَتَّى٢ بِحَيْثُ يَذْهَبُ لَوْنُ النَّجَاسَةِ وَرِيحُهَا.
Dan cukup untuk menyucikan batu, bak mandi, dan tanah yang terkena najis cair meskipun dilewati anjing atau babi dengan menyiramnya dengan air sampai² warna dan bau najis hilang.
وَلَا تَطْهُرُ الْأَرْضُ بِالشَّمْسِ وَالرِّيحِ وَالْجَفَافِ وَلَا النَّجَاسَةُ بِالنَّارِ.
Dan tanah tidak menjadi suci dengan sinar matahari, angin, dan kekeringan, dan najis tidak menjadi suci dengan api.
وَإِذَا خَفِيَ مَوْضِعُ النَّجَاسَةِ غُسِلَ حَتَّى يَتَيَقَّنَ غَسْلَهَا.
Dan jika tempat najis tidak diketahui, maka dicuci sampai yakin telah mencucinya.
فَصْلٌ
Pasal
الْمُسْكِرُ الْمَائِعُ وَكَذَا الْحَشِيشَةُ وَمَا لَا يُؤْكَلُ٣ مِنَ الطَّيْرِ وَالْبَهَائِمِ مِمَّا فَوْقَ الْهِرِّ خِلْقَةً نَجِسٌ.
Minuman memabukkan yang cair dan juga ganja serta hewan yang tidak dimakan³ dari burung dan binatang yang lebih besar dari kucing adalah najis.
وَمَا دُونَهُمَا فِي الْخِلْقَةِ كَالْحَيَّةِ وَالْفَارِ وَالْمُسْكِرِ غَيْرِ الْمَائِعِ فَطَاهِرٌ.
Dan yang lebih kecil dari keduanya dalam penciptaan seperti ular, tikus, dan minuman memabukkan yang tidak cair adalah suci.
وَكُلُّ مَيْتَةٍ نَجِسَةٌ غَيْرَ مَيْتَةِ الْآدَمِيِّ وَالسَّمَكِ وَالْجَرَادِ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ كَالْعَقْرَبِ وَالْخُنْفُسَاءِ وَالْبَقِّ وَالْقَمْلِ وَالْبَرَاغِيثِ.
Dan setiap bangkai adalah najis kecuali bangkai manusia, ikan, belalang, dan hewan yang tidak memiliki darah mengalir seperti kalajengking, kumbang, kutu busuk, kutu kepala, dan kutu.
وَمَا أُكِلَ لَحْمُهُ وَلَمْ يَكُنْ أَكْثَرُ عَلَفِهِ النَّجَاسَةَ فَبَوْلُهُ وَرَوْثُهُ وَقَيْئُهُ وَمَذْيُهُ وَمَنِيُّهُ وَلَبَنُهُ طَاهِرٌ.
Dan hewan yang dagingnya dimakan dan makanannya tidak sebagian besar dari najis, maka air kencing, kotoran, muntahan, madzi, mani, dan susunya adalah suci.
وَمَا لَا يُؤْكَلُ فَنَجِسٌ إِلَّا مَنِيَّ الْآدَمِيِّ وَلَبَنَهُ فَطَاهِرٌ.
Dan hewan yang tidak dimakan maka najis kecuali mani manusia dan susunya maka suci.
وَالْقَيْحُ وَالدَّمُ وَالصَّدِيدُ نَجِسٌ لَكِنْ يُعْفَى فِي الصَّلَاةِ عَنْ يَسِيرٍ مِنْهُ لَمْ
Nanah, darah, dan nanah bercampur darah adalah najis, tetapi dimaafkan dalam shalat jika sedikit dan tidak
يَنْقُضُ الوُضُوءَ إِذَا كَانَ مِنْ حَيَوَانٍ طَاهِرٍ فِي الْحَيَاةِ وَلَوْ مِنْ دَمِ حَائِضٍ١.
Wudhu batal jika berasal dari hewan yang suci ketika hidup meskipun dari darah haid¹.
وَيُضَمُّ يَسِيرٌ مُتَفَرِّقٌ بِثَوْبٍ لَا أَكْثَرُ.
Dan sedikit yang terpisah-pisah digabungkan dengan kain, tidak lebih.
وَطِينُ شَارِعٍ ظَنَّتْ نَجَاسَتَهُ وَعَرَقٌ وَرِيقٌ مِنْ طَاهِرٍ، طَاهِرٌ.
Dan lumpur jalan yang diduga najis serta keringat dan air liur dari yang suci, adalah suci.
وَلَوْ أَكَلَ هِرٌّ وَ٢نَحْوُهُ مِنَ الْحَيَوَانَاتِ الطَّاهِرَاتِ٣ كَالنَّمِسِ، وَالْفَأْرَةِ، وَالْقُنْفُذِ٤ أَوْ طِفْلٌ نَجَاسَةً ثُمَّ شَرِبَ مِنْ مَائِعٍ لَمْ يَضُرْ٥.
Jika kucing dan² sejenisnya dari hewan-hewan yang suci³ seperti musang, tikus, dan landak⁴ atau anak kecil memakan najis kemudian minum dari cairan, maka tidak mengapa⁵.
وَلَا يُكْرَهُ سُؤْرُ حَيَوَانٍ طَاهِرٍ وَهُوَ فَضْلَةُ طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ.
Dan tidak makruh sisa makanan dan minuman hewan yang suci.
بَابُ الحَيْضِ
بَابُ الحَيْضِ
Bab Haid
لَا حَيْضَ قَبْلَ تَمَامِ تِسْعِ سِنِينَ٦ وَلَا بَعْدَ خَمْسِينَ سَنَةً وَلَا مَعَ حَمْلٍ٧ وَأَقَلُّ الحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ٨ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا وَغَالِبُهُ سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ.
Tidak ada haid sebelum sempurna sembilan tahun dan tidak setelah lima puluh tahun, juga tidak saat hamil. Minimal haid adalah sehari semalam, maksimalnya lima belas hari, dan umumnya enam atau tujuh hari.
وَأَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ ثَلَاثَةَ عَشَرَ يَوْمًا وَغَالِبُهُ بَقِيَّةُ الشَّهْرِ وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ١.
Dan minimal masa suci di antara dua haid adalah tiga belas hari, dan umumnya adalah sisa bulan, dan tidak ada batasan untuk maksimalnya¹.
وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ أَشْيَاءُ: مِنْهَا الْوَطْءُ فِي الْفَرْجِ وَالطَّلَاقُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ٢ وَالطَّوَافُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَاللُّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ وَكَذَا الْمُرُورُ فِيهِ إِنْ خَافَتْ تَلْوِيثَهُ.
Dan haid mengharamkan beberapa hal: di antaranya jima' pada farji, talak, salat, puasa², tawaf, membaca Al-Qur'an, menyentuh mushaf, menetap di masjid, dan juga melewatinya jika khawatir mengotorinya.
وَيُوجِبُ الْغُسْلَ وَالْبُلُوغَ وَالْكَفَّارَةَ بِالْوَطْءِ فِيهِ٣ وَلَوْ مُكْرَهًا أَوْ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لِلْحَيْضِ وَالتَّحْرِيمِ وَهِيَ دِينَارٌ أَوْ نِصْفُهُ عَلَى التَّخْيِيرِ٤ وَكَذَا هِيَ إِنْ طَاوَعَتْ.
Dan mewajibkan mandi, baligh, dan kafarat karena jima' di dalamnya³ meskipun dipaksa, lupa, atau tidak tahu tentang haid dan keharamannya, dan kafaratnya adalah satu dinar atau setengahnya sesuai pilihan⁴, dan begitu pula wanita jika dia menyetujuinya.
وَلَا يُبَاحُ بَعْدَ انْقِطَاعِهِ وَقَبْلَ غُسْلِهَا أَوْ تَيَمُّمِهَا غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلَاقِ وَاللُّبْثِ بِوُضُوءٍ فِي الْمَسْجِدِ.
Dan tidak diperbolehkan setelah berhentinya haid dan sebelum mandi atau tayamum kecuali puasa, talak, dan menetap dengan wudhu di masjid.
وَانْقِطَاعُ الدَّمِ: بِأَنْ لَا تَتَغَيَّرَ قُطْنَةٌ احْتَشَتْ بِهَا فِي زَمَنِ الْحَيْضِ طُهْرٌ.
Dan berhentinya darah: yaitu tidak berubahnya kapas yang dipakai pada waktu haid menjadi suci.
وَتَقْضِي الْحَائِضُ وَالنُّفَسَاءُ الصَّوْمَ لَا الصَّلَاةَ.
Dan wanita haid dan nifas mengqadha puasa, bukan salat.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ جَاوَزَ دَمُهَا خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا فَهِيَ مُسْتَحَاضَةٌ فَتَجْلِسُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ سِتًّا أَوْ سَبْعًا بِتَحَرٍّ حَيْثُ لَا تَمْيِيزَ ثُمَّ تَغْتَسِلُ وَتَصُومُ وَتُصَلِّي بَعْدَ غَسْلِ الْمَحِلِّ وَتَعْصِبُهُ وَتَتَوَضَّأُ فِي وَقْتِ كُلِّ صَلَاةٍ وَتَنْوِي بِوُضُوئِهَا الِاسْتِبَاحَةَ.
Dan barangsiapa yang darahnya melebihi lima belas hari, maka dia adalah mustahadhah. Dia duduk (tidak shalat) setiap bulan selama enam atau tujuh hari dengan perkiraan jika tidak ada pembeda, kemudian mandi, puasa, dan shalat setelah membasuh kemaluannya, membalutnya, dan berwudhu setiap waktu shalat dengan niat istibahah (menghalalkan shalat).
وَكَذَا يَفْعَلُ كُلُّ مَنْ حَدَثُهُ دَائِمٌ.
Demikian pula dilakukan oleh setiap orang yang hadatsnya terus-menerus.
وَيَحْرُمُ وَطْءُ الْمُسْتَحَاضَةِ وَلَا كَفَّارَةَ.
Haram menyetubuhi wanita mustahadhah dan tidak ada kaffarah.
وَالنِّفَاسُ: لَا حَدَّ لِأَقَلِّهِ وَأَكْثَرُهُ أَرْبَعُونَ يَوْمًا وَيَثْبُتُ حُكْمُهُ بِوَضْعِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهِ خَلْقُ إِنْسَانٍ.
Nifas: tidak ada batasan minimal dan maksimalnya adalah empat puluh hari. Hukumnya berlaku dengan melahirkan sesuatu yang terlihat padanya ciptaan manusia.
فَإِنْ تَخَلَّلَ الْأَرْبَعِينَ نَقَاءٌ فَهُوَ طُهْرٌ لَكِنْ يُكْرَهُ وَطْؤُهَا فِيهِ.
Jika di tengah-tengah empat puluh hari itu ada masa suci, maka itu adalah suci. Tetapi dimakruhkan menyetubuhinya pada masa itu.
وَمَنْ وَضَعَتْ وَلَدَيْنِ فَأَكْثَرَ فَأَوَّلُ مُدَّةِ النِّفَاسِ مِنَ الْأَوَّلِ فَلَوْ كَانَ بَيْنَهُمَا أَرْبَعُونَ يَوْمًا فَلَا نِفَاسَ لِلثَّانِي.
Barangsiapa melahirkan dua anak atau lebih, maka awal masa nifas adalah dari yang pertama. Seandainya jarak antara keduanya empat puluh hari, maka tidak ada nifas untuk yang kedua.
وَفِي وَطْءِ النُّفَسَاءِ مَا فِي وَطْءِ الْحَائِضِ.
Dalam menyetubuhi wanita nifas berlaku hukum menyetubuhi wanita haid.
وَيَجُوزُ لِلرَّجُلِ شُرْبُ دَوَاءٍ مُبَاحٍ يَمْنَعُ الْجِمَاعَ وَلِلْأُنْثَى شُرْبُهُ لِحُصُولِ الْحَيْضِ وَلِقَطْعِهِ.
Boleh bagi laki-laki meminum obat yang diperbolehkan yang mencegah jima', dan bagi perempuan meminumnya untuk mendapatkan haid dan memutusnya.
بَابُ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
بَابُ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
Bab Adzan dan Iqamah
وَهُمَا فَرْضُ كِفَايَةٍ فِي الْحَضَرِ عَلَى الرِّجَالِ الْأَحْرَارِ وَيُسَنَّانِ لِلْمُنْفَرِدِ وَفِي السَّفَرِ وَيُكْرَهَانِ لِلنِّسَاءِ وَلَوْ بِلَا رَفْعِ صَوْتٍ.
Keduanya adalah fardhu kifayah di tempat mukim bagi laki-laki merdeka, dan keduanya sunnah bagi orang yang shalat sendirian dan dalam safar, serta makruh bagi wanita meskipun tanpa mengeraskan suara.
وَلَا يَصِحَّانِ إِلَّا مَرَّتَيْنِ مُتَوَالِيَيْنِ عُرْفًا وَأَنْ يَكُونَا مِنْ وَاحِدٍ بِنِيَّةٍ مِنْهُ.
Keduanya tidak sah kecuali dilakukan dua kali berturut-turut secara 'urf dan dilakukan oleh satu orang dengan niat darinya.
وَشَرْطٌ كَوْنُهُ مُسْلِمًا ذَكَرًا عَاقِلًا مُمَيِّزًا نَاطِقًا عَدْلًا وَلَوْ ظَاهِرًا وَلَا يَصِحَّانِ قَبْلَ الْوَقْتِ إِلَّا أَذَانَ الْفَجْرِ فَيَصِحُّ بَعْدَ نِصْفِ اللَّيْلِ.
Dan disyaratkan muadzin adalah seorang muslim, laki-laki, berakal, mumayyiz, dapat berbicara, adil meskipun secara zhahir. Keduanya tidak sah jika dilakukan sebelum waktu shalat kecuali adzan Subuh yang sah dilakukan setelah pertengahan malam.
وَرَفْعُ الصَّوْتِ رُكْنٌ مَا لَمْ يُؤَذِّنْ لِحَاضِرٍ.
Mengeraskan suara adalah rukun selama tidak adzan untuk orang yang hadir.
وَسُنَّ كَوْنُهُ صَيِّتًا أَمِينًا عَالِمًا بِالْوَقْتِ مُتَطَهِّرًا فِيهِمَا لَكِنْ لَا يُكْرَهُ أَذَانُ الْمُحْدِثِ بَلْ إِقَامَتُهُ.
Disunnahkan muadzin memiliki suara yang bagus, dapat dipercaya, mengetahui waktu shalat, dan dalam keadaan suci pada keduanya. Akan tetapi, adzan orang yang berhadats tidak makruh, hanya iqamahnya saja yang makruh.
وَيُسَنُّ الْأَذَانُ أَوَّلَ الْوَقْتِ وَالتَّرَسُّلُ فِيهِ وَأَنْ يَكُونَ عَلَى عُلُوٍّ رَافِعًا وَجْهَهُ جَاعِلًا سَبَّابَتَيْهِ فِي أُذُنَيْهِ مُسْتَقْبِلًا الْقِبْلَةَ وَيَلْتَفِتُ يَمِينًا لِحَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ وَشِمَالًا لِحَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ وَلَا يُزِيلُ
Disunnahkan adzan dilakukan di awal waktu, dengan perlahan-lahan, di tempat yang tinggi, menghadapkan wajah ke arah kiblat, meletakkan kedua jari telunjuk di kedua telinga, menoleh ke kanan saat mengucapkan "hayya 'alash shalah" dan ke kiri saat mengucapkan "hayya 'alal falah", dan tidak memindahkan
قَدَمَيْهِ١ مَا لَمْ يَكُنْ بِمَنَارَةٍ وَأَنْ يَقُولَ بَعْدَ حَيْعَلَةِ أَذَانِ الْفَجْرِ: الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ مَرَّتَيْنِ وَيُسَمَّى التَّثْوِيبَ٢.
Kedua kakinya١ selama tidak berada di menara dan mengucapkan setelah hayya'alah azan Subuh: Shalat lebih baik daripada tidur sebanyak dua kali, dan ini disebut tatswiib٢.
وَيُسَنُّ أَنْ يَتَوَلَّى الْأَذَانَ وَالْإِقَامَةَ وَاحِدٌ مَا لَمْ يَشُقَّ.
Dan disunnahkan bahwa azan dan iqamah dilakukan oleh satu orang selama tidak memberatkan.
وَمَنْ جَمَعَ أَوْ قَضَى فَوَائِتَ أَذَّنَ لِلْأُولَى وَأَقَامَ لِلْكُلِّ.
Dan siapa yang mengumpulkan atau mengqadha shalat yang terlewat, maka ia azan untuk shalat pertama dan iqamah untuk semuanya.
وَسُنَّ٣ لِمَنْ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَوِ الْمُقِيمَ أَنْ يَقُولَ مِثْلَهُ إِلَّا فِي الْحَيْعَلَةِ فَيَقُولُ: "لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ٤" وَفِي التَّثْوِيبِ: "صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ"٥ وَفِي لَفْظِ الْإِقَامَةِ: "أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا" ٦ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ إِذَا فَرَغَ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا
Dan disunahkan٣ bagi yang mendengar muadzin atau muqim untuk mengucapkan seperti yang ia ucapkan kecuali pada hayya'alah maka ia mengucapkan: "Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah٤" dan pada tatswiib: "Engkau benar dan baik"٥ dan pada lafaz iqamah: "Semoga Allah menegakkannya dan mengekalkannya"٦ kemudian bershalawat atas Nabi ﷺ ketika selesai dan mengucapkan: "Ya Allah, Tuhan panggilan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, berikanlah Muhammad
الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ" ١ ثُمَّ يَدْعُو هُنَا وَعِنْدَ الْإِقَامَةِ.
"Wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada maqam terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya" ¹ Kemudian berdoa di sini dan ketika iqamah.
وَيَحْرُمُ بَعْدَ الْأَذَانِ الْخُرُوجُ مِنَ الْمَسْجِدِ بِلَا عُذْرٍ أَوْ نِيَّةِ رُجُوعٍ.
Dan haram keluar dari masjid setelah adzan tanpa udzur atau niat kembali.
بَابُ شُرُوطِ الصَّلاةِ
بَابُ شُرُوطِ الصَّلَاةِ
Bab Syarat-Syarat Shalat
وَهِيَ تِسْعَةٌ: الْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ٢ وَكَذَا الطَّهَارَةُ مَعَ الْقُدْرَةِ، الْخَامِسُ: دُخُولُ الْوَقْتِ.
Dan syarat-syaratnya ada sembilan: Islam, berakal, tamyiz (mampu membedakan)٢, begitu juga bersuci dengan kemampuan, yang kelima: masuknya waktu.
فَوَقْتُ الظُّهْرِ مِنَ الزَّوَالِ إِلَى أَنْ يَصِيرَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ سِوَى ظِلِّ الزَّوَالِ.
Waktu Zuhur adalah dari tergelincirnya matahari hingga bayangan setiap benda menjadi sama panjangnya selain bayangan saat tergelincir.
ثُمَّ يَلِيهِ الْوَقْتُ الْمُخْتَارُ لِلْعَصْرِ حَتَّى يَصِيرَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَيْهِ سِوَى ظِلِّ الزَّوَالِ ثُمَّ هُوَ وَقْتُ ضَرُورَةٍ إِلَى الْغُرُوبِ.
Kemudian setelahnya adalah waktu pilihan untuk Asar hingga bayangan setiap benda menjadi dua kali lipat panjangnya selain bayangan saat tergelincir, kemudian itu adalah waktu darurat hingga terbenamnya matahari.
ثُمَّ يَلِيهِ وَقْتُ الْمَغْرِبِ حَتَّى يَغِيبَ الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ.
Kemudian setelahnya adalah waktu Maghrib hingga hilangnya cahaya merah.
ثُمَّ يَلِيهِ الْوَقْتُ الْمُخْتَارُ لِلْعِشَاءِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ الْأَوَّلِ ثُمَّ هُوَ وَقْتُ ضَرُورَةٍ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ ثُمَّ يَلِيهِ وَقْتُ الْفَجْرِ إِلَى شُرُوقِ الشَّمْسِ.
Kemudian setelahnya adalah waktu pilihan untuk Isya hingga sepertiga malam pertama, kemudian itu adalah waktu darurat hingga terbitnya fajar. Kemudian setelahnya adalah waktu Subuh hingga terbitnya matahari.
وَيُدْرَكُ الْوَقْتُ بِتَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ.
Dan waktu didapatkan dengan takbiratul ihram.
وَيَحْرُمُ تَأْخِيرُ الصَّلَاةِ عَنْ وَقْتِ الْجَوَازِ.
Dan haram menunda shalat melewati waktu jawaz (waktu yang diperbolehkan).
وَيَجُوزُ تَأْخِيرُ فِعْلِهَا فِي الْوَقْتِ مَعَ الْعَزْمِ عَلَيْهِ.
Dan boleh menunda pelaksanaannya dalam waktunya dengan niat melakukannya.
وَالصَّلَاةُ أَوَّلَ الْوَقْتِ أَفْضَلُ وَتَحْصُلُ الْفَضِيلَةُ بِالتَّأَهُّبِ أَوَّلَ الْوَقْتِ.
Dan shalat di awal waktu lebih utama, dan keutamaan didapatkan dengan bersiap-siap di awal waktu.
وَيَجِبُ قَضَاءُ الصَّلَاةِ الْفَائِتَةِ مُرَتَّبَةً فَوْرًا وَلَا يَصِحُّ النَّفْلُ الْمُطْلَقُ إِذَنْ وَيَسْقُطُ التَّرْتِيبُ بِالنِّسْيَانِ وَبِضِيقِ الْوَقْتِ وَلَوْ لِلِاخْتِيَارِ.
Dan wajib mengqadha shalat yang terlewat secara berurutan dengan segera, dan tidak sah shalat sunnah mutlak ketika itu. Dan gugur kewajiban berurutan karena lupa dan karena sempitnya waktu meskipun karena pilihan.
السَّادِسُ: سَتْرُ الْعَوْرَةِ مَعَ الْقُدْرَةِ بِشَيْءٍ لَا يَصِفُ الْبَشَرَةَ.
Keenam: Menutup aurat jika mampu dengan sesuatu yang tidak menggambarkan kulit.
فَعَوْرَةُ الرَّجُلِ١ الْبَالِغِ عَشْرًا أَوِ الْحُرَّةِ الْمُمَيِّزَةِ وَالْأَمَةِ٢ وَلَوْ مُبَعَّضَةً مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ وَعَوْرَةُ ابْنِ سَبْعٍ إِلَى عَشْرٍ الْفَرْجَانِ وَالْحُرَّةُ الْبَالِغَةُ كُلُّهَا عَوْرَةٌ فِي الصَّلَاةِ إِلَّا وَجْهَهَا٣.
Aurat laki-laki¹ yang telah baligh sepuluh tahun atau wanita merdeka yang mumayyiz dan budak perempuan² meskipun hanya sebagian adalah antara pusar dan lutut. Aurat anak laki-laki tujuh hingga sepuluh tahun adalah dua kemaluannya. Wanita merdeka yang baligh seluruh tubuhnya adalah aurat dalam shalat kecuali wajahnya³.
وَشَرَطَ فِي فَرْضِ الرَّجُلِ الْبَالِغِ سَتْرُ أَحَدِ عَاتِقَيْهِ بِشَيْءٍ مِنَ اللِّبَاسِ٤.
Dan disyaratkan dalam kewajiban laki-laki yang baligh untuk menutup salah satu pundaknya dengan sesuatu dari pakaian⁴.
وَمَنْ صَلَّى فِي مَغْصُوبٍ أَوْ حَرِيرٍ عَالِمًا ذَاكِرًا لَمْ تَصِحَّ.
Dan barangsiapa yang shalat dengan mengenakan barang rampasan atau sutra dengan sengaja dan ingat, maka shalatnya tidak sah.
وَيُصَلِّي عُرْيَانًا مَعَ وُجُودِ ثَوْبِ غَصْبٍ٥ وَفِي حَرِيرٍ لِعُذْرٍ٦ وَلَا يُعِيدُ وَفِي.
Dan dia shalat telanjang jika ada pakaian rampasan⁵ dan mengenakan sutra karena udzur⁶ dan tidak mengulangi shalatnya.
نَجَسَ لِعُذْرٍ وَيُعِيدُ.
Najis karena udzur dan mengulangi.
وَيَحْرُمُ عَلَى الذُّكُورِ لَا الْإِنَاثِ لُبْسُ مَنْسُوجٍ وَمُمَوَّهٍ بِذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ وَلُبْسُ مَا كُلُّهُ أَوْ غَالِبُهُ حَرِيرٌ.
Haram bagi laki-laki, bukan perempuan, memakai pakaian yang ditenun dan dihiasi dengan emas atau perak, serta memakai pakaian yang seluruhnya atau sebagian besarnya terbuat dari sutra.
وَيُبَاحُ مَا سُدِيَ بِالْحَرِيرِ وَأُلْحِمَ بِغَيْرِهِ أَوْ كَانَ الْحَرِيرُ وَغَيْرُهُ فِي الظُّهُورِ سِيَّانِ.
Diperbolehkan memakai pakaian yang ditenun dengan sutra dan digabungkan dengan selainnya, atau jika sutra dan selainnya sama-sama terlihat.
السَّابِعُ: اجْتِنَابُ النَّجَاسَةِ لِبَدَنِهِ وَثَوْبِهِ وَبُقْعَتِهِ مَعَ الْقُدْرَةِ فَإِنْ حُبِسَ بِبُقْعَةٍ نَجِسَةٍ وَصَلَّى صَحَّتْ لَكِنْ يُومِئُ بِالنَّجَاسَةِ الرَّطْبَةِ غَايَةَ مَا يُمْكِنُهُ وَيَجْلِسُ عَلَى قَدَمَيْهِ.
Ketujuh: Menghindari najis pada badan, pakaian, dan tempat shalat jika mampu. Jika ditahan di tempat yang najis dan shalat, maka shalatnya sah. Namun, ia harus memberi isyarat dengan najis yang basah semampunya dan duduk di atas kedua kakinya.
وَإِنْ مَسَّ ثَوْبُهُ ثَوْبًا نَجِسًا أَوْ حَائِطًا لَمْ يَسْتَنِدْ إِلَيْهِ أَوْ صَلَّى عَلَى طَاهِرٍ طَرَفُهُ مُتَنَجِّسٌ أَوْ سَقَطَتْ عَلَيْهِ النَّجَاسَةُ فَزَالَتْ أَوْ أَزَالَهَا سَرِيعًا: صَحَّتْ.
Jika pakaiannya menyentuh pakaian yang najis atau dinding yang tidak disandari, atau shalat di atas tempat yang suci namun ujungnya terkena najis, atau najis jatuh mengenainya lalu hilang atau segera dihilangkan, maka shalatnya sah.
وَتَبْطُلُ إِنْ عَجَزَ عَنْ إِزَالَتِهَا فِي الْحَالِ أَوْ نَسِيَهَا ثُمَّ عَلِمَ.
Shalatnya batal jika tidak mampu menghilangkan najis seketika atau lupa kemudian mengetahuinya.
وَلَا تَصِحُّ الصَّلَاةُ فِي الْأَرْضِ الْمَغْصُوبَةِ وَكَذَا الْمَقْبَرَةِ وَالْمَجْزَرَةِ وَالْمَزْبَلَةِ وَالْحَشِّ وَأَعْطَانِ الْإِبِلِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ وَالْحَمَّامِ وَأَسْطُحَةِ
Shalat tidak sah di tanah yang dirampas, begitu pula di kuburan, tempat penyembelihan, tempat sampah, kakus, kandang unta, tengah jalan, kamar mandi, dan atap-atap
هَذِهِ مِثْلُهَا١.
Ini sama seperti itu١.
وَلَا يَصِحُّ الْفَرْضُ فِي الْكَعْبَةِ وَالْحِجْرِ مِنْهَا وَلَا عَلَى ظَهْرِهَا إِلَّا إِذَا لَمْ يَبْقَ وَرَاءَهُ شَيْءٌ.
Shalat fardhu tidak sah di dalam Ka'bah dan Hijr darinya, juga tidak di atas atapnya kecuali jika tidak ada ruang lagi di belakangnya.
وَيَصِحُّ النَّذْرُ فِيهَا وَعَلَيْهَا وَكَذَا النَّفَلُ بَلْ يُسَنُّ فِيهَا.
Nazar sah dilakukan di dalamnya dan di atasnya, demikian pula shalat sunnah bahkan disunahkan di dalamnya.
الثَّامِنُ: اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ مَعَ الْقُدْرَةِ.
Kedelapan: Menghadap kiblat jika mampu.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَنْ يُخْبِرُهُ عَنْهَا بِيَقِينٍ صَلَّى بِالِاجْتِهَادِ فَإِنْ أَخْطَأَ فَلَا إِعَادَةَ٢.
Jika tidak menemukan orang yang memberitahunya dengan yakin, maka shalatlah dengan ijtihad. Jika keliru, maka tidak perlu mengulangi٢.
التَّاسِعُ: النِّيَّةُ وَلَا تَسْقُطُ بِحَالٍ وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ وَحَقِيقَتُهَا الْعَزْمُ عَلَى فِعْلِ الشَّيْءِ وَشَرْطُهَا: الْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ وَزَمَنُهَا أَوَّلُ الْعِبَادَاتِ أَوْ قَبْلَهَا بِيَسِيرٍ وَالْأَفْضَلُ قَرْنُهَا بِالتَّكْبِيرِ.
Kesembilan: Niat, dan tidak gugur dalam keadaan apapun. Tempatnya di hati dan hakikatnya adalah tekad untuk melakukan sesuatu. Syaratnya: Islam, berakal, dan mumayyiz. Waktunya di awal ibadah atau sedikit sebelumnya. Yang paling utama adalah menyertakannya dengan takbir.
وَشَرَطَ - مَعَ نِيَّةِ الصَّلَاةِ - تَعْيِينَ مَا يُصَلِّيهِ مِنْ ظُهْرٍ أَوْ عَصْرٍ أَوْ جُمُعَةٍ أَوْ وِتْرٍ أَوْ رَاتِبَةٍ وَإِلَّا أَجْزَأَتْهُ نِيَّةُ الصَّلَاةِ٣ وَلَا يُشْتَرَطُ تَعْيِينُ كَوْنِ الصَّلَاةِ حَاضِرَةً أَوْ قَضَاءً أَوْ فَرْضًا وَتُشْتَرَطُ٤ نِيَّةُ٥ الْإِمَامَةِ لِلْإِمَامِ وَالْإِئْتِمَامِ لِلْمَأْمُومِ.
Disyaratkan - bersama niat shalat - menentukan apa yang akan dishalati, apakah Zuhur, Asar, Jumat, Witir, atau Ratibah. Jika tidak, maka cukup niat shalat saja٣. Tidak disyaratkan menentukan apakah shalat itu ada'an, qadha', atau fardhu. Disyaratkan٤ niat٥ menjadi imam bagi imam dan niat menjadi makmum bagi makmum.
وَتَصِحُّ نِيَّةُ الْمُفَارَقَةِ لِكُلٍّ مِنْهُمَا لِعُذْرٍ يُبِيحُ تَرْكَ الْجَمَاعَةِ وَيَقْرَأُ مَأْمُومٌ فَارَقَ إِمَامَهُ فِي قِيَامٍ أَوْ يُكْمِلُ وَبَعْدَ الْفَاتِحَةِ كُلِّهَا لَهُ الرُّكُوعُ فِي الْحَالِ.
Dan niat berpisah itu sah bagi masing-masing dari keduanya karena udzur yang membolehkan meninggalkan jamaah. Makmum yang berpisah dengan imamnya dalam keadaan berdiri, ia membaca atau menyempurnakan (bacaan). Setelah (membaca) Al-Fatihah seluruhnya, ia langsung ruku'.
وَمَنْ أَحْرَمَ بِفَرْضٍ ثُمَّ قَلَبَهُ نَفْلًا صَحَّ إِنِ اتَّسَعَ الْوَقْتُ وَإِلَّا لَمْ يَصِحَّ وَبَطَلَ فَرْضُهُ.
Barangsiapa yang berihram dengan shalat fardhu kemudian mengubahnya menjadi shalat sunnah, maka sah jika waktunya lapang. Jika tidak, maka tidak sah dan fardhu-nya batal.
كِتَابُ الصَّلَاةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الصَّلَاةِ
Kitab Shalat
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الصَّلَاةِ
Kitab Shalat
تَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ غَيْرِ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ.
Wajib bagi setiap muslim mukallaf selain wanita haid dan nifas.
وَتَصِحُّ مِنَ الْمُمَيِّزِ وَهُوَ مَنْ بَلَغَ سَبْعًا وَالثَّوَابُ لَهُ.
Dan sah dari anak yang sudah mumayyiz yaitu yang telah mencapai usia tujuh tahun dan pahala baginya.
وَيَلْزَمُ وَلِيَّهُ أَمْرُهُ بِهَا لِسَبْعٍ وَضَرْبُهُ عَلَى تَرْكِهَا لِعَشْرٍ.
Dan wajib bagi walinya memerintahkannya shalat pada usia tujuh tahun dan memukulnya jika meninggalkannya pada usia sepuluh tahun.
وَمَنْ تَرَكَهَا جُحُودًا فَقَدْ ارْتَدَّ وَجَرَتْ عَلَيْهِ أَحْكَامُ الْمُرْتَدِّينَ.
Dan barangsiapa meninggalkannya karena mengingkari maka ia telah murtad dan berlaku baginya hukum-hukum orang murtad.
وَأَرْكَانُ الصَّلَاةِ١ أَرْبَعَةَ عَشَرَ لَا تَسْقُطُ عَمْدًا وَلَا سَهْوًا وَلَا جَهْلًا.
Dan rukun shalat¹ ada empat belas yang tidak gugur karena sengaja, lupa, atau tidak tahu.
أَحَدُهَا: الْقِيَامُ فِي الْفَرْضِ عَلَى الْقَادِرِ مُنْتَصِبًا فَإِنْ وَقَفَ مُنْحَنِيًا أَوْ مَائِلًا بِحَيْثُ لَا يُسَمَّى قَائِمًا لِغَيْرِ عُذْرٍ لَمْ تَصِحَّ وَلَا يَضُرُّ خَفْضُ رَأْسِهِ وَكُرِهَ قِيَامُهُ عَلَى رِجْلٍ وَاحِدَةٍ لِغَيْرِ عُذْرٍ.
Pertama: Berdiri dalam shalat fardhu bagi yang mampu dengan tegak. Jika berdiri membungkuk atau miring sehingga tidak disebut berdiri tanpa udzur maka tidak sah. Tidak mengapa menundukkan kepala. Makruh berdiri dengan satu kaki tanpa udzur.
الثَّانِي: تَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ وَهِيَ اللهُ أَكْبَرُ لَا يُجْزِئُهُ غَيْرُهَا يَقُولُهَا قَائِمًا فَإِنْ ابْتَدَأَهَا أَوْ أَتَمَّهَا غَيْرَ قَائِمٍ صَحَّتْ نَفْلًا وَتَنْعَقِدُ إِنْ مَدَّ اللَّامَ لَا إِنْ مَدَّ هَمْزَةَ اللهِ أَوْ هَمْزَةَ أَكْبَرَ أَوْ قَالَ أَكْبَارَ أَوِ الْأَكْبَرَ.
Kedua: Takbiratul ihram yaitu Allahu Akbar, tidak sah selainnya. Mengucapkannya sambil berdiri. Jika memulai atau menyelesaikannya tidak dalam keadaan berdiri maka sah untuk shalat sunnah. Sah jika memanjangkan lam, tidak jika memanjangkan hamzah Allah atau hamzah akbar, atau mengucapkan akbaar atau al-akbar.
الجَهْرُ بِهَا٢ وَبِكُلِّ رُكْنٍ وَوَاجِبٍ بِقَدْرِ٣ مَا يُسْمِعُ نَفْسَهُ فَرْضٌ.
Mengeraskan suara saat membacanya² dan pada setiap rukun dan kewajiban sesuai kadar³ yang dapat didengar diri sendiri adalah fardhu.
الثَّالِثُ: قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ مُرَتَّبَةً١ وَفِيهَا إِحْدَى عَشْرَةَ٢ تَشْدِيدَةً فَإِنْ تَرَكَ وَاحِدَةً أَوْ حَرْفًا وَلَمْ يَأْتِ بِمَا تَرَكَ تَصِحُّ فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ إِلَّا آيَةً كَرَّرَهَا بِقَدْرِهَا وَمَنِ امْتَنَعَتْ قِرَاءَتُهُ قَائِمًا صَلَّى قَاعِدًا وَقَرَأَ.
Ketiga: Membaca Al-Fatihah secara berurutan١ dan di dalamnya terdapat sebelas٢ tasydid. Jika meninggalkan satu atau satu huruf dan tidak membaca apa yang ditinggalkan, maka sah. Jika hanya mengetahui satu ayat, maka mengulanginya sesuai kadarnya. Siapa yang tidak mampu membaca sambil berdiri, maka shalat dengan duduk dan membaca.
الرَّابِعُ: الرُّكُوعُ وَأَقَلُّهُ أَنْ يَنْحَنِيَ بِحَيْثُ يُمْكِنُهُ مَسُّ رُكْبَتَيْهِ بِكَفَّيْهِ وَأَكْمَلُهُ أَنْ يَمُدَّ ظَهْرَهُ مُسْتَوِيًا وَيَجْعَلَ رَأْسَهُ حِيَالَهُ.
Keempat: Ruku' dan minimal ruku' adalah membungkuk hingga memungkinkan menyentuh kedua lututnya dengan kedua telapak tangannya. Ruku' yang paling sempurna adalah meluruskan punggungnya dan menjadikan kepalanya sejajar dengannya.
الْخَامِسُ: الرَّفْعُ مِنْهُ وَلَا يَقْصِدُ غَيْرَهُ فَلَوْ رَفَعَ فَزَعًا مِنْ شَيْءٍ لَمْ يَكْفِ.
Kelima: Bangkit dari ruku' dan tidak bermaksud selainnya. Seandainya bangkit karena terkejut oleh sesuatu, maka tidak cukup.
السَّادِسُ: الِاعْتِدَالُ قَائِمًا وَلَا تَبْطُلُ إِنْ طَالَ.
Keenam: Berdiri tegak (i'tidal) dan tidak batal jika dipanjangkan.
السَّابِعُ: السُّجُودُ وَأَكْمَلُهُ تَمْكِينُ جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ وَكَفَّيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافِ أَصَابِعِ قَدَمَيْهِ٣ مِنْ مَحَلِّ سُجُودِهِ وَأَقَلُّهُ وَضْعُ جُزْءٍ مِنْ كُلِّ عُضْوٍ وَيُعْتَبَرُ الْمَقَرُّ لِأَعْضَاءِ السُّجُودِ فَلَوْ وَضَعَ جَبْهَتَهُ عَلَى نَحْوِ قُطْنٍ مَنْقُوشٍ وَلَمْ يَنْكَبِسْ لَمْ تَصِحَّ وَيَصِحُّ سُجُودُهُ عَلَى كُمِّهِ وَذَيْلِهِ وَيُكْرَهُ بِلَا عُذْرٍ وَمَنْ عَجَزَ بِالْجَبْهَةِ لَمْ يَلْزَمْهُ بِغَيْرِهَا وَيُومِئُ مَا يُمْكِنُهُ.
Ketujuh: Sujud dan sujud yang paling sempurna adalah meletakkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari-jari kedua kaki٣ pada tempat sujudnya. Minimal sujud adalah meletakkan sebagian dari setiap anggota sujud. Tempat untuk anggota sujud harus diperhatikan. Seandainya meletakkan dahinya di atas kapas yang bercorak dan tidak tertekan, maka tidak sah. Sujud di atas lengan baju dan ujung pakaian adalah sah, namun makruh jika tanpa uzur. Siapa yang tidak mampu dengan dahi, maka tidak wajib baginya dengan selainnya, dan memberi isyarat semampunya.
الثَّامِنُ: الرَّفْعُ مِنَ السُّجُودِ.
Kedelapan: Bangkit dari sujud.
التَّاسِعُ: الجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَكَيْفَ جَلَسَ كَفَى وَالسُّنَّةُ أَنْ يَجْلِسَ مُفْتَرِشًا عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَيَنْصِبَ الْيُمْنَى وَيُوَجِّهَهُمَا٤ إِلَى الْقِبْلَةِ.
Kesembilan: Duduk di antara dua sujud dan bagaimana cara duduk yang cukup. Sunnah adalah duduk iftirasy di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan serta menghadapkan keduanya ke arah kiblat.
الْعَاشِرُ: الطُّمَأْنِينَةُ وَهِيَ السُّكُونُ وَإِنْ قَلَّ فِي كُلِّ رُكْنٍ فَعْلِيٍّ.
Kesepuluh: Thuma'ninah, yaitu ketenangan meskipun sebentar pada setiap rukun fi'li.
الْحَادِي عَشَرَ: التَّشَهُّدُ الْأَخِيرُ وَهُوَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بَعْدَ الْإِتْيَانِ بِمَا يُجْزِئُ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ وَالْمُجْزِئُ مِنْهُ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ سَلَامٌ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ سَلَامٌ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَالْكَامِلُ مَشْهُورٌ.
Kesebelas: Tasyahud akhir, yaitu: Allahumma shalli 'ala Muhammad, setelah membaca apa yang cukup dari tasyahud awal. Yang cukup darinya adalah At-tahiyyatu lillahi salaamun 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh, salaamun 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin, asyhadu an laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan rasulullah. Adapun yang sempurna sudah terkenal.
الثَّانِي عَشَرَ: الْجُلُوسُ لَهُ وَلِلتَّسْلِيمَتَيْنِ فَلَوْ تَشَهَّدَ غَيْرَ جَالِسٍ أَوْ سَلَّمَ الْأُولَى جَالِسًا وَالثَّانِيَةَ غَيْرَ جَالِسٍ لَمْ تَصِحَّ.
Kedua belas: Duduk untuk tasyahud dan dua salam. Seandainya bertasyahud tidak dalam keadaan duduk, atau mengucapkan salam pertama sambil duduk dan salam kedua tidak sambil duduk, maka shalatnya tidak sah.
الثَّالِثَ عَشَرَ: التَّسْلِيمَتَانِ وَهُوَ أَنْ يَقُولَ مَرَّتَيْنِ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَالْأَوْلَى أَنْ لَا يَزِيدَ: وَبَرَكَاتُهُ.
Ketiga belas: Dua salam, yaitu mengucapkan dua kali: Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah. Yang utama adalah tidak menambahkan: wa barakaatuh.
وَيَكْفِي فِي النَّفْلِ تَسْلِيمَةٌ وَاحِدَةٌ وَكَذَا فِي الْجَنَازَةِ.
Pada shalat sunnah, cukup satu salam saja, begitu pula pada shalat jenazah.
الرَّابِعَ عَشَرَ: تَرْتِيبُ الْأَرْكَانِ كَمَا ذَكَرْنَا فَلَوْ سَجَدَ مَثَلًا قَبْلَ رُكُوعِهِ عَمْدًا بَطَلَتْ وَسَهْوًا لَزِمَهُ الرُّجُوعُ لِيَرْكَعَ ثُمَّ يَسْجُدَ.
Keempat belas: Mengurutkan rukun-rukun sebagaimana yang telah kami sebutkan. Seandainya seseorang sujud sebelum ruku' dengan sengaja, maka shalatnya batal. Jika karena lupa, ia wajib kembali untuk ruku' kemudian sujud.
فَصْلٌ
Pasal
وَوَاجِبَاتُهَا ثَمَانِيَةٌ: تَبْطُلُ الصَّلَاةُ بِتَرْكِهَا عَمْدًا وَتَسْقُطُ سَهْوًا وَجَهْلًا: التَّكْبِيرُ لِغَيْرِ الْإِحْرَامِ١ لَكِنْ تَكْبِيرَةُ الْمَسْبُوقِ الَّتِي بَعْدَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ سُنَّةٌ وَقَوْلُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ لِلْإِمَامِ وَالْمُنْفَرِدِ لَا لِلْمَأْمُومِ وَقَوْلُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ لِلْكُلِّ وَقَوْلُ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ مَرَّةً فِي الرُّكُوعِ وَسُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى مَرَّةً فِي السُّجُودِ وَرَبِّي اغْفِرْ لِي بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَالتَّشَهُّدُ الْأَوَّلُ عَلَى غَيْرِ مَنْ قَامَ إِمَامُهُ سَهْوًا وَالْجُلُوسُ لَهُ.
Dan kewajiban-kewajibannya ada delapan: shalat menjadi batal jika meninggalkannya dengan sengaja dan gugur jika lupa dan tidak tahu: takbir selain takbiratul ihram١ tetapi takbir masbuk yang setelah takbiratul ihram adalah sunnah, dan mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah" bagi imam dan orang yang shalat sendirian, bukan bagi makmum, dan mengucapkan "Rabbana wa lakal hamdu" bagi semuanya, dan mengucapkan: "Subhana Rabbiyal 'Azhim" sekali dalam ruku' dan "Subhana Rabbiyal A'la" sekali dalam sujud dan "Rabbighfirli" di antara dua sujud, dan tasyahud awal bagi selain orang yang imamnya berdiri karena lupa dan duduk untuknya.
وَسُنَنُهَا: أَقْوَالٌ وَأَفْعَالٌ وَلَا تَبْطُلُ الصَّلَاةُ بِتَرْكِ شَيْءٍ مِنْهَا وَلَوْ عَمْدًا وَيُبَاحُ السُّجُودُ لِسَهْوِهِ.
Dan sunah-sunahnya: ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan, dan shalat tidak batal karena meninggalkan sesuatu darinya meskipun dengan sengaja, dan dibolehkan sujud sahwi karenanya.
فَسُنَنُ الأَقْوَالِ أَحَدَ عَشَرَ٢: قَوْلُهُ - بَعْدَ تَكْبِيرَةِ الإِحْرَامِ - "سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ" ٣ وَالتَّعَوُّذُ وَالْبَسْمَلَةُ وَقَوْلُ: آمِينَ وَقِرَاءَةُ السُّورَةِ٤ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ وَالْجَهْرُ بِالْقِرَاءَةِ لِلْإِمَامِ٥ وَيُكْرَهُ لِلْمَأْمُومِ وَيُخَيَّرُ الْمُنْفَرِدُ وَقَوْلُ غَيْرِ الْمَأْمُومِ – بَعْدَ
Maka sunan-sunan ucapan ada sebelas2: ucapannya - setelah takbiratul ihram - "Subhaanaka Allaahumma wa bihamdika wa tabaaraka ismuka wa ta'aalaa jadduka wa laa ilaaha ghairuka" 3 dan ta'awwudz dan basmalah dan mengucapkan: aamiin dan membaca surah4 setelah Al-Fatihah dan mengeraskan bacaan bagi imam5 dan dimakruhkan bagi makmum dan boleh memilih bagi orang yang shalat sendirian dan ucapan selain makmum - setelah
التَّحْمِيدُ - "مِلْءَ السَّمَاءِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ" وَمَا زَادَ عَلَى الْمَرَّةِ فِي تَسْبِيحِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَرَبِّ اغْفِرْ لِي وَالصَّلَاةُ - فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ - عَلَى آلِهِ ﷺ وَالْبَرَكَةُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ وَالدُّعَاءُ بَعْدَهُ.
Tahmid - "Memenuhi langit dan bumi dan memenuhi apa pun yang Engkau kehendaki setelahnya" dan apa yang lebih dari sekali dalam tasbih ruku' dan sujud dan Tuhanku ampunilah aku dan shalawat - dalam tasyahud akhir - kepada keluarganya ﷺ dan berkah atasnya dan atas mereka serta doa setelahnya.
وَسُنَنُ الْأَفْعَالِ - وَتُسَمَّى الْهَيْئَاتُ -: رَفْعُ الْيَدَيْنِ مَعَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَعِنْدَ الرَّفْعِ مِنْهُ وَحَطُّهُمَا عَقِبَ ذَلِكَ وَوَضْعُ الْيُمْنَى عَلَى الشِّمَالِ وَجَعْلُهُمَا تَحْتَ سُرَّتِهِ وَنَظَرُهُ إِلَى مَوْضِعِ سُجُودِهِ وَتَفْرِقَتُهُ بَيْنَ قَدَمَيْهِ قَائِمًا وَقَبْضُ رُكْبَتَيْهِ بِيَدَيْهِ مُفَرِّجَتَيِ الْأَصَابِعِ فِي رُكُوعِهِ وَمَدُّ ظَهْرِهِ فِيهِ وَجَعْلُ رَأْسِهِ حِيَالَهُ. وَالْبِدَاءَةُ فِي سُجُودِهِ بِوَضْعِ رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَدَيْهِ ثُمَّ جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ وَتَمْكِينُ أَعْضَاءِ السُّجُودِ مِنَ الْأَرْضِ وَمُبَاشَرَتُهَا لِمَحَلِّ السُّجُودِ سِوَى الرُّكْبَتَيْنِ فَيُكْرَهُ وَمُجَافَاةُ عَضُدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَبَطْنِهِ
Dan sunah-sunah perbuatan - dan disebut hai'at -: mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbiratul ihram, ketika ruku', ketika bangkit darinya, dan menurunkan keduanya setelah itu, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan keduanya di bawah pusarnya, memandang ke tempat sujudnya, merenggangkan kedua kakinya saat berdiri, menggenggam kedua lututnya dengan kedua tangannya dengan jari-jari terbuka saat ruku', meluruskan punggungnya saat ruku', dan menjadikan kepalanya sejajar dengannya. Memulai sujud dengan meletakkan kedua lututnya, kemudian kedua tangannya, kemudian dahi dan hidungnya, menekankan anggota sujud ke tanah dan menempelkannya ke tempat sujud kecuali kedua lutut maka dimakruhkan, dan menjauhkan kedua lengannya dari kedua sisi tubuh dan perutnya
عَنْ فَخِذَيْهِ وَفَخِذَيْهِ عَنْ سَاقَيْهِ وَتَفْرِيقِهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ وَإِقَامَةِ قَدَمَيْهِ وَجَعْلِ بُطُونِ أَصَابِعِهِمَا عَلَى الْأَرْضِ مُفَرَّقَةً وَوَضْعِ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ مَبْسُوطَةً مَضْمُومَةَ الْأَصَابِعِ١ وَرَفْعِ يَدَيْهِ أَوَّلًا فِي قِيَامِهِ إِلَى الرَّكْعَةِ وَقِيَامِهِ عَلَى صُدُورِ قَدَمَيْهِ وَاعْتِمَادِهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ بِيَدَيْهِ وَالِافْتِرَاشِ فِي الْجُلُوسِ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَفِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ وَالتَّوَرُّكِ فِي الثَّانِي وَوَضْعِ الْيَدَيْنِ عَلَى الْفَخِذَيْنِ مَبْسُوطَتَيْنِ مَضْمُومَتَيِ الْأَصَابِعِ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَكَذَا فِي التَّشَهُّدِ إِلَّا أَنَّهُ يَقْبِضُ مِنَ الْيُمْنَى الْخِنْصَرَ وَالْبِنْصَرَ وَيُلْحِقُ إِبْهَامَهَا مَعَ الْوُسْطَى وَيُشِيرُ بِسَبَّابَتِهَا عِنْدَ ذِكْرِ اللَّهِ وَالتِفَاتِهِ يَمِينًا وَشِمَالًا فِي تَسْلِيمِهِ وَنِيَّتِهِ بِهِ الْخُرُوجَ مِنَ الصَّلَاةِ وَتَفْضِيلِ الشِّمَالِ عَلَى الْيَمِينِ فِي الِالْتِفَاتِ٢.
Dari pahanya dan pahanya dari betisnya, memisahkan antara kedua lututnya, meluruskan kedua kakinya, meletakkan bagian dalam jari-jari keduanya di atas tanah dengan terpisah, meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya dengan terbuka dan jari-jari yang terkumpul1, mengangkat kedua tangannya pertama kali saat berdiri menuju rakaat, berdiri di atas punggung kedua kakinya, bersandar pada kedua lututnya dengan kedua tangannya, iftirasy (duduk dengan kaki kiri dilipat ke bawah) saat duduk di antara dua sujud dan pada tasyahud pertama, tawarruk (duduk dengan kaki kiri dilipat ke bawah dan kaki kanan ditegakkan) pada tasyahud kedua, meletakkan kedua tangan di atas paha dengan terbuka dan jari-jari terkumpul di antara dua sujud, demikian pula pada tasyahud, hanya saja ia menggenggam kelingking dan jari manis tangan kanan, menempelkan ibu jarinya dengan jari tengah, dan menunjuk dengan telunjuknya saat menyebut Allah, menoleh ke kanan dan kiri saat salam dengan niat keluar dari shalat, dan mengutamakan kiri daripada kanan dalam menoleh2.
فَصْلٌ فِيمَا يُكْرَهُ فِي الصَّلَاةِ
فَصْلٌ فِيمَا يُكْرَهُ فِي الصَّلَاةِ
Bab tentang hal-hal yang makruh dalam shalat
يُكْرَهُ لِلْمُصَلِّي اقْتِصَارُهُ عَلَى الْفَاتِحَةِ وَتَكْرَارُهَا وَالْتِفَاتُهُ بِلَا حَاجَةٍ٣ وَتَغْمِيضُ عَيْنَيْهِ وَحَمْلُ مُشْغِلٍ لَهُ وَافْتِرَاشُ ذِرَاعَيْهِ سَاجِدًا وَالْعَبَثُ وَالتَّخَصُّرُ وَالتَّمَطِّي وَفَتْحُ فَمِهِ وَوَضْعُهُ فِيهِ شَيْئًا وَاسْتِقْبَالُ صُورَةٍ وَوَجْهِ آدَمِيٍّ وَمُتَحَدِّثٍ وَنَائِمٍ وَنَارٍ وَمَا يُلْهِيهِ وَمَسُّ الْحَصَى وَتَسْوِيَةُ التُّرَابِ بِلَا عُذْرٍ وَتَرْوِيحٌ بِمِرْوَحَةٍ وَفَرْقَعَةُ أَصَابِعِهِ وَتَشْبِيكُهَا وَمَسُّ لِحْيَتِهِ وَكَفُّ ثَوْبِهِ وَمَتَى كَثُرَ ذَلِكَ عُرْفًا بَطَلَتْ وَأَنْ يُخَصِّصَ جَبْهَتَهُ بِمَا يَسْجُدُ عَلَيْهِ وَأَنْ يَمْسَحَ فِيهَا أَثَرَ سُجُودِهِ وَأَنْ يَسْتَنِدَ بِلَا حَاجَةٍ فَإِنِ اسْتَنَدَ بِحَيْثُ يَقَعُ لَوْ أُزِيلَ مَا اسْتَنَدَ إِلَيْهِ بَطَلَتْ.
Makruh bagi orang yang shalat untuk hanya membaca Al-Fatihah dan mengulanginya, menoleh tanpa keperluan3, memejamkan matanya, membawa sesuatu yang menyibukkannya, meletakkan lengannya saat sujud, bermain-main, berkacak pinggang, meregangkan badan, membuka mulutnya, menaruh sesuatu di dalamnya, menghadap gambar atau wajah manusia, orang yang berbicara, orang yang tidur, api, dan apa saja yang membuatnya lalai, menyentuh kerikil, meratakan tanah tanpa uzur, mengipas dengan kipas, menjentikkan jari-jarinya, menjalinnya, menyentuh jenggotnya, menahan pakaiannya. Jika hal-hal tersebut banyak dilakukan menurut 'urf maka shalatnya batal. Juga makruh mengkhususkan dahinya dengan sesuatu untuk sujud di atasnya, mengusap bekas sujudnya, bersandar tanpa keperluan. Jika bersandar sedemikian rupa sehingga jika disingkirkan ia akan jatuh maka shalatnya batal.
وَحَمْدِهِ إِذَا عَطَسَ أَوْ وَجَدَ مَا يَسُرُّهُ وَاسْتِرْجَاعِهِ إِذَا وَجَدَ مَا يَغُمُّهُ.
Dan memuji-Nya jika bersin atau menemukan sesuatu yang membuatnya senang, dan mengucapkan istirja' jika menemukan sesuatu yang membuatnya sedih.
فَصْلٌ فِيمَا يُبْطِلُ الصَّلَاةَ
فَصْلٌ فِيمَا يُبْطِلُ الصَّلَاةَ
Bab tentang hal-hal yang membatalkan shalat
يُبْطِلُهَا مَا أَبْطَلَ الطَّهَارَةَ وَكَشْفُ الْعَوْرَةِ عَمْدًا لَا إِنْ كَشَفَهَا نَحْوُ رِيحٍ فَسَتَرَهَا فِي الْحَالِ أَوْ لَا وَكَانَ الْمَكْشُوفُ لَا يَفْحُشُ فِي النَّظَرِ وَاسْتِدْبَارُ الْقِبْلَةِ حَيْثُ شُرِطَ اسْتِقْبَالُهَا وَاتِّصَالُ النَّجَاسَةِ بِهِ إِنْ لَمْ يُزِلْهَا فِي الْحَالِ وَالْعَمَلُ الْكَثِيرُ عَادَةً١ مِنْ غَيْرِ جِنْسِهَا لِغَيْرِ ضَرُورَةٍ وَالِاسْتِنَادُ قَوِيًّا لِغَيْرِ عُذْرٍ وَرُجُوعُهُ عَالِمًا ذَاكِرًا لِلتَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِي الْقِرَاءَةِ وَتَعَمُّدُ زِيَادَةِ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ وَتَعَمُّدُ٢ تَقْدِيمِ بَعْضِ الْأَرْكَانِ عَلَى بَعْضٍ وَتَعَمُّدُ السَّلَامِ قَبْلَ إِتْمَامِهَا وَتَعَمُّدُ إِحَالَةِ الْمَعْنَى فِي الْقِرَاءَةِ٣ وَبِوُجُودِ سُتْرَةٍ بَعِيدَةٍ وَهُوَ عُرْيَانٌ وَبِفَسْخِ النِّيَّةِ وَبِالتَّرَدُّدِ فِي الْفَسْخِ وَبِالْعَزْمِ عَلَيْهِ وَبِشَكِّهِ: هَلْ نَوَى فَعَمِلَ مَعَ الشَّكِّ عَمَلًا وَبِالدُّعَاءِ بِمَلَاذِ الدُّنْيَا وَبِالْإِتْيَانِ بِكَافِ الْخِطَابِ لِغَيْرِ اللهِ وَرَسُولِهِ أَحْمَدَ وَبِالْقَهْقَهَةِ وَبِالْكَلَامِ وَلَوْ سَهْوًا وَبِتَقَدُّمِ الْمَأْمُومِ عَلَى إِمَامِهِ وَيُبْطِلَانِ٤ صَلَاةَ إِمَامِهِ وَبِسَلَامِهِ عَمْدًا قَبْلَ إِمَامِهِ أَوْ سَهْوًا وَلَمْ يُعِدْهُ بَعْدَهُ وَبِالْأَكْلِ وَبِالشُّرْبِ٥ سِوَى الْيَسِيرِ عُرْفًا لِنَاسٍ وَجَاهِلٍ وَلَا تَبْطُلُ إِنْ بَلَعَ مَا بَيْنَ أَسْنَانِهِ بِلَا مَضْغٍ.
Hal-hal yang membatalkannya adalah apa yang membatalkan thaharah, membuka aurat dengan sengaja, kecuali jika terbuka karena angin lalu segera menutupnya, atau tidak dan yang terbuka tidak terlalu buruk untuk dilihat, membelakangi kiblat di mana menghadapnya adalah syarat, najis yang menempel padanya jika tidak segera dihilangkan, banyak beraktivitas yang biasa dilakukan1 selain jenisnya tanpa darurat, bersandar dengan kuat tanpa uzur, kembali dengan sadar dan ingat untuk tasyahud awal setelah memulai bacaan, sengaja menambah rukun fi'li, sengaja2 mendahulukan sebagian rukun atas sebagian lainnya, sengaja salam sebelum menyempurnakannya, sengaja mengubah makna dalam bacaan3, adanya sutrah yang jauh sementara ia telanjang, membatalkan niat, ragu-ragu dalam membatalkan, bertekad untuk membatalkan, ragu apakah ia berniat lalu beramal dengan keraguan, berdoa dengan kenikmatan dunia, menggunakan kata ganti orang kedua selain kepada Allah dan Rasul-Nya Ahmad, tertawa terbahak-bahak, berbicara meskipun lupa, makmum mendahului imamnya dan keduanya membatalkan4 shalat imamnya, salam dengan sengaja sebelum imamnya atau lupa dan tidak mengulanginya setelahnya, makan, minum5 selain yang sedikit menurut kebiasaan orang-orang dan orang bodoh, dan tidak batal jika menelan apa yang ada di antara giginya tanpa mengunyah.
وَكَالْكَلَامِ إِنْ تَنَحْنَحَ بِلَا حَاجَةٍ أَوْ نَفَخَ فَبَانَ حَرْفَانِ أَوِ انْتَحَبَ لَا خَشْيَةَ١، أَوْ نَفَخَ فَبَانَ حَرْفَانِ، لَا٢ إِنْ نَامَ فَتَكَلَّمَ أَوْ سَبَقَ عَلَى لِسَانِهِ حَالَ قِرَاءَتِهِ أَوْ غَلَبَهُ سُعَالٌ أَوْ عُطَاسٌ أَوْ تَثَاؤُبٌ أَوْ بُكَاءٌ.
Dan seperti berbicara jika berdehem tanpa keperluan atau meniup hingga tampak dua huruf atau meratap bukan karena khasyah (takut kepada Allah)¹, atau meniup hingga tampak dua huruf, tidak² jika tidur lalu berbicara atau mendahului lisannya ketika membaca atau dikalahkan oleh batuk atau bersin atau menguap atau menangis.
بَابُ سُجُودِ السَّهْوِ
بَابُ سُجُودِ السَّهْوِ
Bab Sujud Sahwi
يُسَنُّ: إِذَا أَتَى بِقَوْلٍ مَشْرُوعٍ فِي غَيْرِ مَحَلِّهِ سَهْوًا وَيُبَاحُ إِذَا تَرَكَ مَسْنُونًا وَيَجِبُ إِذَا زَادَ رُكُوعًا أَوْ سُجُودًا أَوْ قِيَامًا أَوْ قُعُودًا وَلَوْ قَدْرَ جَلْسَةِ الِاسْتِرَاحَةِ أَوْ سَلَّمَ قَبْلَ إِتْمَامِهَا أَوْ لَحَنَ لَحْنًا يُحِيلُ الْمَعْنَى أَوْ تَرَكَ وَاجِبًا أَوْ شَكَّ فِي زِيَادَةٍ وَقْتَ فِعْلِهَا.
Disunahkan: jika ia melakukan perkataan yang disyariatkan di tempat yang salah karena lupa, dan diperbolehkan jika ia meninggalkan sunnah, dan wajib jika ia menambah ruku', sujud, berdiri, atau duduk meskipun sekadar duduk istirahat, atau salam sebelum menyempurnakannya, atau melakukan kesalahan yang mengubah makna, atau meninggalkan kewajiban, atau ragu tentang penambahan pada saat melakukannya.
وَتَبْطُلُ الصَّلَاةُ: بِتَعَمُّدِ تَرْكِ سُجُودِ السَّهْوِ الْوَاجِبِ لَا٣ إِنْ تَرَكَ مَا وَجَبَ بِسَلَامِهِ قَبْلَ إِتْمَامِهَا.
Dan shalat menjadi batal: dengan sengaja meninggalkan sujud sahwi yang wajib, kecuali jika ia meninggalkan apa yang wajib dengan salamnya sebelum menyempurnakannya.
وَإِنْ شَاءَ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ قَبْلَ السَّلَامِ أَوْ بَعْدَهُ لَكِنْ إِنْ سَجَدَهُمَا بَعْدَهُ تَشَهَّدَ وُجُوبًا وَسَلَّمَ.
Dan jika ia mau, ia dapat melakukan dua sujud sahwi sebelum salam atau setelahnya, tetapi jika ia melakukannya setelah salam, ia wajib bertasyahud dan salam.
وَإِنْ نَسِيَ السُّجُودَ حَتَّى طَالَ الْفَصْلُ عُرْفًا أَوْ أَحْدَثَ أَوْ خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ سَقَطَ.
Dan jika ia lupa sujud hingga jeda menjadi panjang secara 'urf, atau berhadats, atau keluar dari masjid, maka (sujud sahwi) gugur.
وَلَا سُجُودَ عَلَى مَأْمُومٍ دَخَلَ٤ أَوَّلَ الصَّلَاةِ إِذَا سَهَا فِي صَلَاتِهِ.
Dan tidak ada sujud bagi makmum yang masuk pada awal shalat jika ia lupa dalam shalatnya.
وَإِنْ سَهَا إِمَامُهُ لَزِمَهُ مُتَابَعَتُهُ فِي سُجُودِ السَّهْوِ فَإِنْ لَمْ يَسْجُدْ إِمَامُهُ وَجَبَ عَلَيْهِ هُوَ.
Jika imamnya lupa, dia harus mengikutinya dalam sujud sahwi. Jika imamnya tidak sujud, dia sendiri wajib melakukannya.
وَإِنْ قَامَ لِرَكْعَةٍ زَائِدَةٍ جَلَسَ مَتَى ذَكَرَ.
Jika dia berdiri untuk rakaat tambahan, dia harus duduk ketika dia ingat.
وَإِنْ نَهَضَ عَنْ تَرْكِ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ نَاسِيًا لَزِمَهُ الرُّجُوعُ لِيَتَشَهَّدَ وَكُرِهَ إِنِ اسْتَتَمَّ قَائِمًا وَتَلْزَمُ: الْمَأْمُومَ مُتَابَعَتُهُ وَلَا يَرْجِعُ إِنْ شَرَعَ فِي الْقِرَاءَةِ وَمَنْ شَكَّ فِي رُكْنٍ أَوْ عَدَدِ رَكَعَاتٍ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ بَنَى عَلَى الْيَقِينِ وَهُوَ الْأَقَلُّ وَيَسْجُدُ لِلسَّهْوِ وَبَعْدَ فَرَاغِهِ لَا أَثَرَ لِلشَّكِّ.
Jika dia bangkit meninggalkan tasyahud awal karena lupa, dia harus kembali untuk bertasyahud, dan itu dimakruhkan jika dia telah berdiri tegak. Makmum wajib mengikutinya dan tidak kembali jika telah memulai bacaan. Siapa yang ragu tentang rukun atau jumlah rakaat saat shalat, dia harus membangun di atas keyakinan, yaitu yang paling sedikit, dan sujud sahwi. Setelah selesai, keraguan tidak berpengaruh.
بَابُ صَلَاةِ التَّطَوُّعِ
بَابُ صَلَاةِ التَّطَوُّعِ
Bab Shalat Sunnah
وَهِيَ: أَفْضَلُ تَطَوُّعِ الْبَدَنِ بَعْدَ الْجِهَادِ وَالْعِلْمِ.
Dan itu adalah: amalan sunnah badan yang paling utama setelah jihad dan ilmu.
وَأَفْضَلُهَا مَا سُنَّ جَمَاعَةً.
Dan yang paling utama adalah yang disunnahkan secara berjamaah.
وَآكَدُهَا: الْكُسُوفُ فَالِاسْتِسْقَاءُ فَالتَّرَاوِيحُ فَالْوِتْرُ وَأَقَلُّهُ رَكْعَةٌ وَأَكْثَرُهُ٦ إِحْدَى عَشْرَةَ وَأَدْنَى الْكَمَالِ ثَلَاثٌ بِسَلَامَيْنِ وَيَجُوزُ بِوَاحِدٍ سَرْدًا وَوَقْتُهُ مَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَطُلُوعِ الْفَجْرِ.
Dan yang paling ditekankan adalah: gerhana, lalu shalat istisqa', lalu tarawih, lalu witir. Paling sedikitnya satu rakaat dan paling banyaknya 11 rakaat. Kesempurnaan minimalnya adalah 3 rakaat dengan 2 salam, dan boleh dengan 1 salam secara terus-menerus. Waktunya adalah antara shalat Isya dan terbitnya fajar.
وَيُقْنَتُ فِيهِ بَعْدَ الرُّكُوعِ نَدْبًا فَلَوْ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ جَازَ وَلَا بَأْسَ أَنْ يَدْعُوَ فِي قُنُوتِهِ بِمَا شَاءَ وَمِمَّا وَرَدَ: "اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّمَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ" ١ "اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَبِكَ مِنْكَ لَا نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ" ٢.
Dan dianjurkan qunut setelah rukuk. Jika bertakbir dan mengangkat tangan kemudian qunut sebelum rukuk, maka boleh. Tidak mengapa berdoa dalam qunut dengan doa yang dikehendaki. Di antara doa yang diriwayatkan: "Ya Allah, berilah kami petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah kami kesehatan sebagaimana orang-orang yang Engkau beri kesehatan, pimpinlah kami sebagaimana orang-orang yang Engkau pimpin, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan lindungilah kami dari keburukan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ada yang menetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau jaga dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami dan Mahatinggi." 1 "Ya Allah, kami berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan kepada-Mu dari (siksa)-Mu, kami tidak dapat menghitung pujian kepada-Mu, Engkau sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri." 2.
ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ٣ وَيُؤَمِّنُ الْمَأْمُومُ٤ ثُمَّ يَمْسَحُ وَجْهَهُ بِيَدَيْهِ هُنَا وَخَارِجَ الصَّلَاةِ.
Kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam 3 dan makmum mengamini 4. Lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya di sini (dalam shalat) dan di luar shalat.
وَكُرِهَ الْقُنُوتُ فِي غَيْرِ الْوِتْرِ.
Makruh qunut selain dalam shalat witir.
وَأَفْضَلُ الرَّوَاتِبِ: سُنَّةُ الْفَجْرِ ثُمَّ الْمَغْرِبِ ثُمَّ سَوَاءٌ.
Shalat sunnah rawatib yang paling utama adalah sunnah Fajar, kemudian Maghrib, kemudian sama (keutamaannya).
وَالرَّوَاتِبُ الْمُؤَكَّدَةُ٥ عَشْرٌ: ٦رَكْعَتَانِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ الْفَجْرِ.
Shalat sunnah rawatib yang ditekankan 5 ada sepuluh: 6 rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum Fajar.
وَيُسَنُّ قَضَاءُ الرَّوَاتِبِ١ وَالْوِتْرِ إِلَّا مَا فَاتَ مَعَ فَرْضِهِ وَكَثُرَ فَالْأَوْلَى تَرْكُهُ وَفِعْلُ٢ الْكُلِّ بِبَيْتٍ أَفْضَلُ.
Dan disunahkan mengqadha shalat rawatib¹ dan witir kecuali yang terlewat bersama fardhu-nya dan banyak, maka yang utama adalah meninggalkannya. Melakukan² semuanya di rumah lebih utama.
وَيُسَنُّ الْفَصْلُ بَيْنَ الْفَرْضِ وَسُنَّتِهِ بِقِيَامٍ أَوْ كَلَامٍ.
Dan disunahkan memisahkan antara shalat fardhu dan sunnahnya dengan berdiri atau berbicara.
وَالتَّرَاوِيحُ عِشْرُونَ رَكْعَةً بِرَمَضَانَ وَوَقْتُهُمَا مَا بَيْنَ الْعِشَاءِ وَالْوِتْرِ.
Shalat tarawih adalah dua puluh rakaat di bulan Ramadhan, dan waktunya adalah antara shalat Isya' dan witir.
فَصْلٌ
Pasal
وَصَلَاةُ اللَّيْلِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّهَارِ وَالنِّصْفُ الْأَخِيرُ أَفْضَلُ مِنَ الْأَوَّلِ وَالتَّهَجُّدُ مَا كَانَ بَعْدَ النَّوْمِ.٣
Shalat malam lebih utama daripada shalat siang, dan setengah malam terakhir lebih utama daripada yang pertama. Tahajud adalah shalat yang dilakukan setelah tidur.³
وَيُسَنُّ قِيَامُ اللَّيْلِ وَافْتِتَاحُهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ وَنِيَّتُهُ عِنْدَ النَّوْمِ.
Disunahkan shalat malam dan memulainya dengan dua rakaat yang ringan serta berniat untuk itu ketika tidur.
وَيَصِحُّ التَّطَوُّعُ بِرَكْعَةٍ.
Shalat sunnah dengan satu rakaat hukumnya sah.
وَأَجْرُ الْقَاعِدِ غَيْرِ الْمَعْذُورِ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ.
Pahala orang yang shalat sambil duduk tanpa udzur adalah setengah dari pahala orang yang shalat sambil berdiri.
وَكَثْرَةُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ أَفْضَلُ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ٤.
Memperbanyak ruku' dan sujud lebih utama daripada memanjangkan berdiri⁴.
وَتُسَنُّ صَلَاةُ الضُّحَى غِبًّا وَأَقَلُّهَا رَكْعَتَانِ وَأَكْثَرُهَا ثَمَانٍ وَوَقْتُهَا مِنْ خُرُوجِ وَقْتِ النَّهْيِ إِلَى قُبَيْلَ الزَّوَالِ وَأَفْضَلُهُ إِذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ.
Shalat Dhuha disunahkan secara berselang-seling, minimal dua rakaat dan maksimal delapan rakaat. Waktunya dari setelah waktu larangan hingga menjelang zawal (tergelincirnya matahari). Yang paling utama adalah ketika panas menjadi sangat terik.
وَتُسَنُّ تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ وَسُنَّةُ الْوُضُوءِ وَإِحْيَاءُ مَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ وَهُوَ مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ.
Disunnahkan juga shalat Tahiyyatul Masjid, shalat sunnah Wudhu, dan menghidupkan waktu di antara dua Isya (Maghrib dan Isya), yaitu bagian dari shalat malam.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُسَنُّ سُجُودُ التِّلَاوَةِ مَعَ قِصَرِ الْفَصْلِ لِلْقَارِئِ وَالْمُسْتَمِعِ.
Disunnahkan sujud Tilawah dengan jeda yang pendek bagi pembaca dan pendengar.
وَهُوَ كَالنَّافِلَةِ فِيمَا يُعْتَبَرُ لَهَا.
Sujud Tilawah seperti shalat sunnah dalam hal yang dipertimbangkan untuknya.
يُكَبِّرُ إِذَا سَجَدَ بَعْدَ تَكْبِيرَةِ إِحْرَامٍ وَإِذَا رَفَعَ وَيَجْلِسُ وَيُسَلِّمُ بِلَا تَشَهُّدٍ وَإِنْ سَجَدَ الْمَأْمُومُ لِقِرَاءَةِ نَفْسِهِ أَوْ لِقِرَاءَةِ غَيْرِ إِمَامِهِ عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ.
Bertakbir ketika sujud setelah takbiratul ihram dan ketika bangkit. Duduk dan salam tanpa tasyahud. Jika makmum sujud karena bacaannya sendiri atau bacaan selain imamnya dengan sengaja, maka shalatnya batal.
وَيَلْزَمُ الْمَأْمُومُ مُتَابَعَةَ إِمَامِهِ فِي صَلَاةِ الْجَهْرِ١ فَلَوْ تَرَكَ مُتَابَعَتَهُ عَمْدًا بَطَلَتْ٢.
Makmum wajib mengikuti imamnya dalam shalat jahr (shalat yang dibaca dengan suara keras)¹. Jika dia sengaja meninggalkan mengikuti imamnya, maka shalatnya batal².
وَيُعْتَبَرُ كَوْنُ الْقَارِئِ يَصْلُحُ إِمَامًا لِلْمُسْتَمِعِ فَلَا يَسْجُدُ إِنْ لَمْ يَسْجُدْ٣ وَلَا قُدَّامَهُ وَلَا عَنْ يَسَارِهِ مَعَ خُلُوِّ يَمِينِهِ وَلَا يَسْجُدُ٤ لِتِلَاوَةِ امْرَأَةٍ وَخُنْثَى وَيَسْجُدُ لِتِلَاوَةِ أُمِّيٍّ وَزَمِنٍ وَمُمَيِّزٍ.
Dipertimbangkan bahwa pembaca itu layak menjadi imam bagi pendengar. Maka dia tidak sujud jika pembaca tidak sujud³, tidak di depannya, tidak di sebelah kirinya saat sebelah kanannya kosong. Tidak sujud⁴ untuk bacaan wanita dan khunsa. Sujud untuk bacaan orang yang buta huruf, orang yang sakit menahun, dan anak mumayyiz.
وَيُسَنُّ سُجُودُ الشُّكْرِ عِنْدَ تَجَدُّدِ النِّعَمِ وَانْدِفَاعِ النِّقَمِ.
Disunnahkan sujud syukur ketika mendapatkan nikmat baru dan terhindar dari bencana.
وَإِنْ سَجَدَ لَهُ عَالِمًا ذَاكِرًا فِي صَلَاتِهِ بَطَلَتْ.
Dan jika dia sujud kepadanya dengan sengaja dan sadar dalam shalatnya, maka shalatnya batal.
وَصِفَتُهُ وَأَحْكَامُهُ كَسُجُودِ التِّلَاوَةِ.
Sifat dan hukumnya sama seperti sujud tilawah.
فَصْلٌ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ
فَصْلٌ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ
Bab tentang waktu-waktu yang dilarang shalat
وَهِيَ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ إِلَى ارْتِفَاعِ الشَّمْسِ قِيدَ رُمْحٍ وَمِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ وَعِنْدَ قِيَامِهَا حَتَّى تَزُولَ.
Yaitu dari terbitnya fajar hingga matahari naik setinggi tombak, dari shalat Asar hingga terbenamnya matahari, dan ketika matahari terbit hingga tergelincir.
فَتَحْرُمُ صَلَاةُ التَّطَوُّعِ فِي هَذِهِ الْأَوْقَاتِ وَلَا تَنْعَقِدُ وَلَوْ جَاهِلًا لِلْوَقْتِ وَالتَّحْرِيمِ سِوَى سُنَّةِ فَجْرٍ قَبْلَهَا وَرَكْعَتَيِ الطَّوَافِ وَسُنَّةِ الظُّهْرِ٣ إِذَا جُمِعَ وَإِعَادَةِ جَمَاعَةٍ أُقِيمَتْ وَهُوَ فِي٤ الْمَسْجِدِ.
Maka haram melakukan shalat sunnah pada waktu-waktu ini dan tidak sah meskipun tidak mengetahui waktu dan keharamannya, kecuali shalat sunnah Fajar sebelumnya, dua rakaat thawaf, shalat sunnah Zuhur jika dijamak, dan mengulangi shalat berjamaah yang didirikan saat ia berada di masjid.
وَيَجُوزُ فِيهَا قَضَاءُ الْفَرَائِضِ وَفِعْلُ الْمَنْذُورَةِ وَلَوْ نَذَرَهَا فِيهَا.
Diperbolehkan mengqadha shalat fardhu dan melakukan shalat nazar pada waktu-waktu tersebut, meskipun dinazarkan pada waktu itu.
وَالِاعْتِبَارُ فِي التَّحْرِيمِ بَعْدَ الْعَصْرِ بِفَرَاغِ صَلَاةِ نَفْسِهِ لَا بِشُرُوعِهِ فِيهَا فَلَوْ أَحْرَمَ فِيهَا ثُمَّ قَلَبَهَا نَفْلًا لَمْ يُمْنَعْ مِنَ التَّطَوُّعِ.
Yang menjadi patokan dalam pengharaman setelah Asar adalah selesainya shalat itu sendiri, bukan dimulainya shalat. Jika seseorang memulai shalat pada waktu itu kemudian mengubahnya menjadi shalat sunnah, maka ia tidak dilarang untuk melakukan shalat sunnah.
وَتُبَاحُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي الطَّرِيقِ وَمَعَ حَدَثٍ أَصْغَرَ وَنَجَاسَةِ ثَوْبٍ وَبَدَنٍ وَفَمٍ.
Diperbolehkan membaca Al-Qur'an di jalan, dalam keadaan hadats kecil, najis pada pakaian, badan, dan mulut.
وَحِفْظُ الْقُرْآنِ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Menghafal Al-Qur'an adalah fardhu kifayah.
وَيَتَعَيَّنُ حِفْظُ مَا يَجِبُ فِي الصَّلَاةِ.
Wajib menghafal apa yang diwajibkan dalam shalat.
بَابُ صَلَاةِ الجَمَاعَةِ
بَابُ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ
Bab Shalat Berjamaah
تَجِبُ: عَلَي الرِّجَالِ الْأَحْرَارِ الْقَادِرِينَ حَضَرًا وَسَفَرًا.
Wajib: bagi laki-laki merdeka yang mampu, baik mukim maupun safar.
وَأَقَلُّهَا: إِمَامٌ وَمَأْمُومٌ وَلَوْ أُنْثَى.
Minimal jamaah: imam dan makmum meskipun perempuan.
وَلَا تَنْعَقِدُ بِالْمُمَيِّزِ فِي الْفَرْضِ.
Tidak sah berjamaah dengan anak mumayiz dalam shalat fardhu.
وَتُسَنُّ١ الْجَمَاعَةُ بِالْمَسْجِدِ٢ وَلِلنِّسَاءِ مُنْفَرِدَاتٍ عَنِ الرِّجَالِ.
Disunnahkan1 berjamaah di masjid2 dan bagi wanita terpisah dari laki-laki.
وَحَرُمَ أَنْ يَؤُمَّ بِمَسْجِدٍ لَهُ إِمَامٌ رَاتِبٌ فَلَا تَصِحُّ إِلَّا مَعَ إِذْنِهِ إِنْ كَرِهَ ذَلِكَ مَا لَمْ يَضِقِ الْوَقْتُ.
Haram mengimami shalat di masjid yang memiliki imam tetap, maka tidak sah kecuali dengan izinnya jika dia tidak suka selama waktu shalat belum sempit.
وَمَنْ كَبَّرَ قَبْلَ تَسْلِيمَةِ الْإِمَامِ الْأُولَى أَدْرَكَ الْجَمَاعَةَ وَمَنْ أَدْرَكَ الرُّكُوعَ غَيْرَ شَاكٍّ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ وَاطْمَأَنَّ ثُمَّ تَابَعَ.
Siapa yang bertakbir sebelum salam pertama imam, ia mendapatkan jamaah. Siapa yang mendapatkan ruku' tanpa ragu, ia mendapatkan rakaat, lalu tuma'ninah kemudian mengikuti.
وَسُنَّ٣ دُخُولُ الْمَأْمُومِ مَعَ إِمَامِهِ كَيْفَ أَدْرَكَهُ.
Disunnahkan3 makmum masuk shalat bersama imamnya bagaimanapun keadaannya saat mendapatinya.
وَإِنْ قَامَ الْمَسْبُوقُ قَبْلَ تَسْلِيمَةِ إِمَامِهِ الثَّانِيَةِ وَلَمْ يَرْجِعْ انْقَلَبَتْ نَفْلًا وَإِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ الَّتِي يُرِيدُ أَنْ يُصَلِّيَ مَعَ إِمَامِهَا لَمْ تَنْعَقِدْ نَافِلَةً٤ وَإِنْ أُقِيمَتْ وَهُوَ فِيهَا أَتَمَّهَا خَفِيفَةً.
Jika masbuk berdiri sebelum salam kedua imamnya dan tidak kembali, shalatnya menjadi sunnah. Jika iqamah untuk shalat yang ingin dia lakukan bersama imamnya dikumandangkan, maka tidak sah melakukan shalat sunnah4. Jika iqamah dikumandangkan saat dia sedang shalat sunnah, dia menyempurnakannya dengan ringan.
وَمَنْ صَلَّى ثُمَّ أُقِيمَتِ الْجَمَاعَةُ سُنَّ٥ أَنْ يُعِيدَ وَالْأُولَى فَرْضُهُ.
Siapa yang telah shalat kemudian iqamah untuk jamaah dikumandangkan, disunnahkan5 mengulangi dan yang pertama menjadi fardhu.
وَيَتَحَمَّلُ الإِمَامُ عَنِ المَأْمُومِ القِرَاءَةَ وَسُجُودَ السَّهْوِ وَسُجُودَ التِّلَاوَةِ وَالسُّتْرَةَ وَدُعَاءَ القُنُوتِ وَالتَّشَهُّدَ الأَوَّلَ إِذَا سَبَقَ بِرَكْعَةٍ فِي رُبَاعِيَّةٍ.
Dan imam menanggung bacaan, sujud sahwi, sujud tilawah, sutrah, doa qunut, dan tasyahud awal jika didahului satu rakaat dalam shalat empat rakaat bagi makmum.
وَسُنَّ لِلْمَأْمُومِ أَنْ يَسْتَفْتِحَ وَيَتَعَوَّذَ فِي الجَهْرِيَّةِ وَيَقْرَأَ الفَاتِحَةَ وَسُورَةً حَيْثُ شُرِعَتْ فِي سَكَتَاتِ إِمَامِهِ وَهِيَ قَبْلَ الفَاتِحَةِ وَبَعْدَهَا وَبَعْدَ فَرَاغِ القِرَاءَةِ.
Dan disunnahkan bagi makmum untuk membaca doa iftitah dan ta'awudz dalam shalat jahr, membaca Al-Fatihah dan surah di tempat yang disyariatkan pada saat imam diam, yaitu sebelum Al-Fatihah, setelahnya, dan setelah selesai membaca.
وَيَقْرَأُ فِيمَا لَا يَجْهَرُ فِيهِ١ مَتَى شَاءَ.
Dan dia membaca kapan saja dia mau dalam shalat yang tidak dikeraskan bacaannya١.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ أَحْرَمَ مَعَ إِمَامِهِ أَوْ قَبْلَ إِتْمَامِهِ لِتَكْبِيرَةِ الإِحْرَامِ لَمْ تَنْعَقِدْ صَلَاتُهُ وَالأَوْلَى لِلْمَأْمُومِ أَنْ يَشْرَعَ فِي أَفْعَالِ الصَّلَاةِ بَعْدَ إِمَامِهِ فَإِنْ وَافَقَهُ فِيهَا أَوْفِي السَّلَامِ كُرِهَ وَإِنْ سَبَقَهُ حَرُمَ.
Barangsiapa yang berihram bersama imamnya atau sebelum imamnya menyelesaikan takbiratul ihram, maka shalatnya tidak sah. Yang utama bagi makmum adalah memulai gerakan shalat setelah imamnya. Jika dia bersamaan dengan imamnya atau dalam salam, maka itu makruh. Jika mendahului imamnya, maka itu haram.
فَمَنْ رَكَعَ أَوْ سَجَدَ أَوْ رَفَعَ قَبْلَ إِمَامِهِ عَمْدًا لَزِمَهُ أَنْ يَرْجِعَ لِيَأْتِيَ بِهِ مَعَ إِمَامِهِ فَإِنْ أَبَى عَالِمًا عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ لَا صَلَاةَ نَاسٍ وَجَاهِلٍ.
Barangsiapa yang rukuk, sujud, atau bangkit sebelum imamnya dengan sengaja, dia wajib kembali untuk melakukannya bersama imamnya. Jika dia menolak dengan sengaja dan tahu, maka shalatnya batal, tidak shalat orang yang lupa dan tidak tahu.
وَيُسَنُّ لِلْإِمَامِ التَّخْفِيفُ مَعَ الإِتْمَامِ مَا لَمْ يُؤْثِرْ المَأْمُومُ التَّطْوِيلَ وَانْتِظَارُ دَاخِلٍ إِنْ٢ لَمْ يَشُقَّ عَلَى المَأْمُومِ٣.
Disunnahkan bagi imam untuk meringankan dengan menyempurnakan selama makmum tidak memilih untuk memanjangkan. Dan menunggu orang yang masuk jika٢ tidak memberatkan makmum٣.
وَمَنِ اسْتَأْذَنَتْهُ امْرَأَتُهُ أَوْ أَمَتُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ كَرِهَ مَنْعَهَا وَبَيْتُهَا خَيْرٌ لَهَا.
Dan barangsiapa yang dimintai izin oleh istrinya atau budak perempuannya untuk pergi ke masjid, maka dia makruh mencegahnya, dan rumahnya lebih baik baginya.
فَصْلٌ فِي الإِمَامَةِ
فَصْلٌ فِي الْإِمَامَةِ
Bab tentang Imamah
الْأَوْلَى بِهَا الْأَجْوَدُ قِرَاءَةً الْأَفْقَهُ وَيُقَدَّمُ قَارِئٌ لَا يَعْلَمُ فِقْهَ صَلَاتِهِ عَلَى فَقِيهٍ أُمِّيٍّ ثُمَّ الْأَسَنُّ ثُمَّ الْأَشْرَفُ ثُمَّ الْأَتْقَى وَالْأَوْرَعُ ثُمَّ يُقْرَعُ.
Yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling bagus bacaannya dan paling paham. Seorang qari yang tidak mengetahui fikih shalatnya didahulukan atas seorang faqih yang buta huruf, kemudian yang paling tua, kemudian yang paling mulia, kemudian yang paling bertakwa dan warak, kemudian diundi.
وَصَاحِبُ الْبَيْتِ وَإِمَامُ الْمَسْجِدِ وَلَوْ عَبْدًا أَحَقُّ.
Pemilik rumah dan imam masjid meskipun seorang budak lebih berhak.
وَالْحُرُّ أَوْلَى مِنَ الْعَبْدِ.
Orang merdeka lebih utama daripada budak.
وَالْحَاضِرُ وَالْبَصِيرُ وَالْمُتَوَضِّئُ أَوْلَى مِنْ ضِدِّهِمْ.
Orang yang hadir, yang melihat, dan yang berwudhu lebih utama daripada kebalikan mereka.
وَتُكْرَهُ إِمَامَةُ غَيْرِ الْأَوْلَى بِلَا إِذْنِهِ.
Makruh hukumnya mengimami selain yang paling berhak tanpa izinnya.
وَلَا تَصِحُّ إِمَامَةُ الْفَاسِقِ إِلَّا فِي جُمُعَةٍ وَعِيدٍ تَعَذُّرًا خَلْفَ غَيْرِهِ وَتَصِحُّ إِمَامَةُ الْأَعْمَى وَالْأَصَمِّ١ وَالْأَقْلَفِ٢ وَكَثِيرِ لَحْنٍ لَمْ يُحِلَّ الْمَعْنَى٣ وَالتَّمْتَامِ الَّذِي يُكَرِّرُ التَّاءَ مَعَ الْكَرَاهَةِ.٤
Tidak sah imamah orang fasik kecuali dalam shalat Jumat dan Ied karena sulit mencari selain dia. Sah imamah orang buta, tuli¹, tidak dikhitan², banyak kesalahan yang tidak mengubah makna³, dan orang yang terbata-bata yang mengulang-ulang huruf ta dengan makruh.⁴
وَلَا تَصِحُّ إِمَامَةُ الْعَاجِزِ عَنْ شَرْطٍ أَوْ رُكْنٍ إِلَّا بِمِثْلِهِ إِلَّا الْإِمَامَ.
Tidak sah imamah orang yang tidak mampu memenuhi syarat atau rukun kecuali dengan orang yang sama dengannya kecuali imam.
الرَّاتِبُ بِمَسْجِدٍ الْمَرْجُوُّ زَوَالُ عِلَّتِهِ فَيُصَلِّي جَالِسًا وَيَجْلِسُونَ خَلْفَهُ وَتَصِحُّ قِيَامًا.
Imam tetap masjid yang diharapkan kesembuhannya dari penyakit, maka dia shalat dengan duduk dan makmum duduk di belakangnya. Shalatnya sah jika dilakukan dengan berdiri.
وَإِنْ تَرَكَ الْإِمَامُ رُكْنًا أَوْ شَرْطًا مُخْتَلَفًا فِيهِ مُقَلِّدًا صَحَّتْ وَمَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مُعْتَقِدًا بُطْلَانَ صَلَاتِهِ أَعَادَ وَلَا إِنْكَارَ فِي مَسَائِلِ الِاجْتِهَادِ.
Jika imam meninggalkan rukun atau syarat yang diperselisihkan dengan bertaklid, maka shalatnya sah. Siapa yang shalat di belakangnya dengan meyakini batalnya shalat imam, maka dia mengulangi shalatnya. Tidak ada pengingkaran dalam masalah-masalah ijtihad.
وَلَا تَصِحُّ إِمَامَةُ الْمَرْأَةِ بِالرَّجُلِ١ وَلَا إِمَامَةُ الْمُمَيِّزِ بِالْبَالِغِ فِي الْفَرْضِ.
Tidak sah kepemimpinan wanita atas laki-laki¹ dan tidak sah kepemimpinan anak mumayyiz atas orang baligh dalam shalat fardhu.
تَصِحُّ إِمَامَتُهُ فِي النَّفْلِ وَفِي الْفَرْضِ بِمِثْلِهِ.
Sah kepemimpinannya (anak mumayyiz) dalam shalat sunnah dan dalam shalat fardhu dengan yang sepertinya (anak mumayyiz).
وَلَا تَصِحُّ إِمَامَةُ مُحْدِثٍ وَلَا نَجِسٍ يَعْلَمُ ذَلِكَ فَإِنْ جَهِلَ هُوَ وَالْمَأْمُومُ حَتَّى انْقَضَتْ٢ صَحَّتْ صَلَاةُ الْمَأْمُومِ وَحْدَهُ.
Tidak sah kepemimpinan orang yang berhadas dan orang yang najis jika mengetahui hal itu. Jika dia dan makmum tidak mengetahuinya hingga shalat selesai², maka shalat makmum saja yang sah.
وَلَا تَصِحُّ [إِمَامَةُ] ٣ الْأُمِّيِّ: وَهُوَ مَنْ لَا يُحْسِنُ الْفَاتِحَةَ إِلَّا بِمِثْلِهِ وَيَصِحُّ النَّفْلُ خَلْفَ الْفَرْضِ وَلَا عَكْسُ.
Tidak sah [kepemimpinan]³ orang yang ummi, yaitu orang yang tidak menguasai Al-Fatihah kecuali dengan orang yang sepertinya. Sah shalat sunnah di belakang shalat fardhu, tidak sebaliknya.
وَتَصِحُّ الْمَقْضِيَّةُ خَلْفَ الْحَاضِرَةِ وَعَكْسُهُ. حَيْثُ تَسَاوَتَا فِي الِاسْمِ.
Sah shalat qadha' di belakang shalat 'ada' dan sebaliknya, jika keduanya sama dalam nama (shalat).
فَصْلٌ
Pasal
يَصِحُّ وُقُوفُ الْإِمَامِ وَسَطَ الْمَأْمُومِينَ وَالسُّنَّةُ وُقُوفُهُ مُتَقَدِّمًا عَلَيْهِمْ.
Sah berdirinya imam di tengah-tengah makmum dan sunnahnya imam berdiri di depan mereka.
وَيَقِفُ الرَّجُلُ الْوَاحِدُ عَنْ يَمِينِهِ مُحَاذِيًا لَهُ وَلَا تَصِحُّ خَلْفَهُ وَلَا عَنْ يَسَارِهِ مَعَ خُلُوِّ يَمِينِهِ.
Seorang makmum laki-laki berdiri di sebelah kanan imam sejajar dengannya. Tidak sah jika berdiri di belakang imam atau di sebelah kirinya sementara sebelah kanan imam kosong.
وَتَقِفُ الْمَرْأَةُ خَلْفَهُ.
Wanita berdiri di belakang imam.
وَإِنْ صَلَّى الرَّجُلُ رَكْعَةً خَلْفَ الصَّفِّ مُنْفَرِدًا فَصَلَاتُهُ بَاطِلَةٌ.
Jika seorang laki-laki shalat satu rakaat di belakang shaf sendirian, maka shalatnya batal.
إِنْ أَمْكَنَ الْمَأْمُومَ الِاقْتِدَاءُ بِإِمَامِهِ وَلَوْ كَانَ بَيْنَهُمَا ثَلَاثُ مِائَةِ ذِرَاعٍ صَحَّ إِنْ رَأَى الْإِمَامَ أَوْ رَأَى مَنْ وَرَاءَهُ وَإِنْ كَانَ الْإِمَامُ وَالْمَأْمُومُ فِي الْمَسْجِدِ لَمْ تُشْتَرَطْ الرُّؤْيَةُ وَكَفَى سَمَاعُ التَّكْبِيرِ وَإِنْ كَانَ بَيْنَهُمَا نَهْرٌ تَجْرِي فِيهِ السُّفُنُ أَوْ طَرِيقٌ لَمْ تَصِحَّ.١
Jika makmum dapat mengikuti imamnya meskipun jarak di antara keduanya tiga ratus hasta, maka sah jika ia melihat imam atau melihat orang di belakangnya. Jika imam dan makmum berada di dalam masjid, maka tidak disyaratkan harus melihat, cukup mendengar takbir. Jika di antara keduanya terdapat sungai yang dilalui kapal atau jalan, maka tidak sah.¹
وَكُرِهَ عُلُوُّ الْإِمَامِ عَنِ الْمَأْمُومِ لَا عَكْسُهُ.
Makruh jika posisi imam lebih tinggi dari makmum, tidak sebaliknya.
وَكُرِهَ لِمَنْ أَكَلَ بَصَلًا أَوْ فِجْلًا وَنَحْوَهُ حُضُورُ الْمَسْجِدِ.
Makruh bagi orang yang makan bawang merah, bawang putih, dan sejenisnya untuk hadir ke masjid.
فَصْلٌ
Pasal
يُعْذَرُ بِتَرْكِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ الْمَرِيضُ وَالْخَائِفُ حُدُوثَ الْمَرَضِ وَالْمُدَافِعُ أَحَدَ الْأَخْبَثَيْنِ وَمَنْ لَهُ ضَائِعٌ يَرْجُوهُ أَوْ يَخَافُ ضَيَاعَ مَالِهِ أَوْ فَوَاتَهُ أَوْ ضَرَرًا فِيهِ أَوْ يَخَافُ عَلَى مَالٍ اسْتُؤْجِرَ٢ لِحِفْظِهِ كَنَظَّارَةِ٣ بُسْتَانٍ٤ أَوْ أَذًى بِمَطَرٍ وَوَحْلٍ وَثَلْجٍ وَجَلِيدٍ وَرِيحٍ بَارِدَةٍ بِلَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ أَوْ تَطْوِيلِ إِمَامٍ
Dimaafkan meninggalkan shalat Jumat dan berjamaah bagi orang sakit, orang yang khawatir terkena penyakit, orang yang menahan salah satu dari dua kotoran, orang yang memiliki barang hilang yang diharapkan, atau khawatir hartanya hilang, luput, atau rusak, atau khawatir terhadap harta yang disewa² untuk dijaga seperti penjaga³ kebun⁴, atau terganggu oleh hujan, lumpur, salju, es, angin dingin di malam yang gelap, atau imam yang memanjangkan shalat
بَابُ صَلَاةِ أَهْلِ الأَعْذَارِ
بَابُ صَلَاةِ أَهْلِ الْأَعْذَارِ
Bab Shalat Orang-orang yang Memiliki Udzur
يَلْزَمُ الْمَرِيضَ أَنْ يُصَلِّيَ الْمَكْتُوبَةَ قَائِمًا وَلَوْ مُسْتَنِدًا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِهِ وَالْأَيْمَنُ أَفْضَلُ وَيُومِئُ بِالرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ١ وَيَجْعَلُهُ أَخْفَضَ فَإِنْ عَجَزَ أَوْمَأَ بِطَرْفِهِ وَاسْتَحْضَرَ الْفِعْلَ٢ بِقَلْبِهِ وَكَذَا الْقَوْلَ إِنْ عَجَزَ عَنْهُ بِلِسَانِهِ وَلَا تَسْقُطُ مَا دَامَ عَقْلُهُ ثَابِتًا.
Orang yang sakit wajib melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri meskipun dengan bersandar. Jika tidak mampu, maka dengan duduk. Jika tidak mampu, maka berbaring miring dan yang kanan lebih utama. Dia memberi isyarat untuk ruku' dan sujud¹ dan menjadikannya lebih rendah. Jika tidak mampu, dia memberi isyarat dengan matanya dan menghadirkan perbuatan² di hatinya, begitu pula ucapan jika dia tidak mampu mengucapkannya dengan lisannya. Shalat tidak gugur selama akalnya masih tetap.
وَمَنْ قَدَرَ عَلَى الْقِيَامِ أَوْ٣الْقُعُودِ فِي أَثْنَائِهَا انْتَقَلَ إِلَيْهِ.٤
Siapa yang mampu berdiri atau³ duduk di pertengahan shalat, maka dia berpindah ke posisi tersebut.⁴
وَمَنْ قَدَرَ عَلَى أَنْ يَقُومَ مُنْفَرِدًا وَ٥يَجْلِسَ فِي الْجَمَاعَةِ خُيِّرَ.
Siapa yang mampu berdiri ketika shalat sendirian dan⁵ duduk dalam shalat berjamaah, maka dia boleh memilih.
وَتَصِحُّ عَلَى الرَّاحِلَةِ مِمَّنْ يَتَأَذَّى بِنَحْوِ مَطَرٍ وَوَحْلٍ أَوْ يَخَافُ عَلَى نَفْسِهِ نُزُولَهُ وَعَلَيْهِ الِاسْتِقْبَالُ وَمَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ.
Shalat di atas kendaraan sah bagi orang yang terganggu oleh hujan, lumpur, atau takut atas dirinya jika turun. Dia wajib menghadap kiblat dan melakukan apa yang mampu dia lakukan.
وَيُومِئُ مَنْ: بِالْمَاءِ وَالطِّينِ.
Orang yang berada di air dan lumpur memberi isyarat.
فَصْلٌ فِي صَلَاةِ المُسَافِرِ
فَصْلٌ فِي صَلَاةِ الْمُسَافِرِ
Bab tentang Shalat Musafir
قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ أَفْضَلُ لِمَنْ نَوَى سَفَرًا١ مُبَاحًا لِمَحَلٍّ مُعَيَّنٍ يَبْلُغُ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا وَهِيَ يَوْمَانِ قَاصِدَانِ فِي زَمَنٍ مُعْتَدِلٍ بِسَيْرِ الْأَثْقَالِ وَدَبِيبِ الْأَقْدَامِ إِذَا فَارَقَ بُيُوتَ قَرْيَتِهِ الْعَامِرَةِ.
Mengqashar shalat yang empat rakaat adalah lebih utama bagi orang yang berniat safar1 yang diperbolehkan ke tempat tertentu yang mencapai enam belas farsakh, yaitu dua hari yang disengaja pada waktu yang sedang dengan perjalanan yang berat dan berjalan kaki jika ia meninggalkan rumah-rumah desanya yang makmur.
وَلَا يُعِيدُ مَنْ قَصَرَ ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ اسْتِكْمَالِهِ٢ الْمَسَافَةَ.
Dan orang yang mengqashar kemudian kembali sebelum menyelesaikan2 perjalanan tidak perlu mengulangi.
وَيَلْزَمُهُ إِتْمَامُ الصَّلَاةِ إِنْ دَخَلَ وَقْتُهَا وَهُوَ فِي الْحَضَرِ أَوْ صَلَّى خَلْفَ مَنْ يُتِمُّ أَوْ لَمْ يَنْوِ الْقَصْرَ عِنْدَ الْإِحْرَامِ أَوْ نَوَى إِقَامَةً مُطْلَقَةً أَوْ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ أَوْ أَقَامَ لِحَاجَةٍ٣ وَظَنَّ أَنْ لَا تَنْقَضِيَ إِلَّا بَعْدَ الْأَرْبَعَةِ أَوْ أَخَّرَ الصَّلَاةَ بِلَا عُذْرٍ حَتَّى ضَاقَ وَقْتُهَا عَنْهَا.
Dan ia wajib menyempurnakan shalat jika waktunya masuk dan ia berada di tempat menetap atau shalat di belakang orang yang menyempurnakan atau tidak berniat mengqashar ketika takbiratul ihram atau berniat menetap secara mutlak atau lebih dari empat hari atau menetap karena suatu keperluan3 dan menyangka bahwa tidak akan selesai kecuali setelah empat hari atau mengakhirkan shalat tanpa uzur hingga waktunya sempit untuknya.
وَيَقْصُرُ إِنْ أَقَامَ لِحَاجَةٍ بِلَا نِيَّةِ الْإِقَامَةِ فَوْقَ أَرْبَعَةِ٤ أَيَّامٍ وَلَا يَدْرِي مَتَى تَنْقَضِي أَوْ حُبِسَ ظُلْمًا أَوْ بِمَطَرٍ وَلَوْ أَقَامَ سِنِينَ.
Dan ia mengqashar jika menetap karena suatu keperluan tanpa niat menetap lebih dari empat4 hari dan tidak tahu kapan akan selesai atau ditahan secara zalim atau karena hujan meskipun menetap bertahun-tahun.
فَصْلٌ فِي الجَمْعِ
فَصْلٌ فِي الْجَمْعِ
Bab tentang Shalat Jamak
يُبَاحُ بِسَفَرِ الْقَصْرِ الْجَمْعُ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْعِشَاءَيْنِ بِوَقْتِ إِحْدَاهُمَا.١
Diperbolehkan dalam safar qasar untuk menjamak antara Zuhur dan Asar serta dua Isya (Maghrib dan Isya) pada waktu salah satunya.
وَيُبَاحُ لِمُقِيمٍ مَرِيضٍ٢ يَلْحَقُهُ بِتَرْكِهِ مَشَقَّةٌ وَلِمُرْضِعَةٍ٣ لِمَشَقَّةِ كَثْرَةِ النَّجَاسَةِ وَلِعَاجِزٍ عَنِ الطَّهَارَةِ لِكُلِّ صَلَاةٍ وَلِعُذْرٍ أَوْ شُغْلٍ يُبِيحُ تَرْكَ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
Dan diperbolehkan bagi mukim yang sakit yang mendapat kesulitan jika meninggalkannya, bagi ibu menyusui karena kesulitan banyaknya najis, bagi yang tidak mampu bersuci untuk setiap shalat, dan karena uzur atau kesibukan yang membolehkan meninggalkan Jumat dan jamaah.
وَيَخْتَصُّ بِجَوَازِ جَمْعِ٤ الْعِشَاءَيْنِ وَلَوْ صَلَّى بِبَيْتِهِ ٥ثَلْجٌ وَجَلِيدٌ وَوَحْلٌ وَرِيحٌ شَدِيدَةٌ بَارِدَةٌ وَمَطَرٌ يَبُلُّ الثِّيَابَ وَتُوجَدُ٦ مَعَهُ مَشَقَّةٌ.
Dan khusus diperbolehkan menjamak dua Isya meskipun shalat di rumahnya karena salju, es, lumpur, angin kencang yang dingin, dan hujan yang membasahi pakaian serta terdapat kesulitan bersamanya.
وَالْأَفْضَلُ فِعْلُ الْأَرْفَقِ٧ بِهِ مِنْ تَقْدِيمِ الْجَمْعِ أَوْ تَأْخِيرِهِ.
Dan yang lebih utama adalah melakukan yang lebih nyaman baginya, baik mendahulukan jamak atau mengakhirkannya.
فَإِنْ جَمَعَ تَقْدِيمًا اشْتَرَطَ لِصِحَّةِ الْجَمْعِ نِيَّتَهُ عِنْدَ إِحْرَامِ الْأُولَى وَأَنْ لَا يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا بِنَحْوِ نَافِلَةٍ بَلْ بِقَدْرِ إِقَامَةٍ وَوُضُوءٍ خَفِيفٍ وَأَنْ يُوجَدَ الْعُذْرُ عِنْدَ افْتِتَاحِهِمَا وَأَنْ يَسْتَمِرَّ إِلَى فَرَاغِ الثَّانِيَةِ.
Jika menjamak taqdim, disyaratkan untuk sahnya jamak niat jamak saat takbiratul ihram shalat pertama, tidak memisahkan keduanya dengan shalat sunnah melainkan sekadar iqamah dan wudhu ringan, adanya uzur saat memulai keduanya, dan berlanjut hingga selesai shalat kedua.
وَإِنْ جَمَعَ تَأْخِيرًا اشْتَرَطَ٨: نِيَّةَ الْجَمْعِ بِوَقْتِ الْأُولَى قَبْلَ أَنْ يَضِيقَ.
Jika menjamak takhir, disyaratkan niat jamak pada waktu shalat pertama sebelum menyempit.
وَقْتَ الثَّانِيَةِ عَنْهَا١ وَبَقَاءُ الْعُذْرِ إِلَى دُخُولِ وَقْتِ الثَّانِيَةِ لَا غَيْرُ.
Waktu shalat kedua darinya¹ dan keberlangsungan udzur hingga masuknya waktu shalat kedua, tidak lebih.
وَلَا يُشْتَرَطُ لِلصِّحَّةِ اتِّحَادُ الْإِمَامِ وَالْمَأْمُومِ فَلَوْ صَلَّاهُمَا خَلْفَ إِمَامَيْنِ أَوْ بِمَأْمُومِ الْأُولَى وَبِآخَرَ الثَّانِيَةِ أَوْ خَلْفَ مَنْ لَمْ يَجْمَعْ أَوْ إِحْدَاهُمَا مُنْفَرِدًا أَوِ الْأُخْرَى٢ جَمَاعَةً أَوْ صَلَّى بِمَنْ لَمْ يَجْمَعْ صَحَّ.
Dan tidak disyaratkan untuk sahnya, kesamaan imam dan makmum. Jika ia shalat keduanya di belakang dua imam, atau dengan makmum pada shalat pertama dan dengan yang lain pada shalat kedua, atau di belakang orang yang tidak menjamak, atau salah satunya sendirian atau yang lainnya² berjamaah, atau shalat dengan orang yang tidak menjamak, maka sah.
فَصْلٌ فِي صَلَاةِ الخَوْفِ
فَصْلٌ فِي صَلَاةِ الْخَوْفِ
Bab tentang Shalat Khauf
تَصِحُّ صَلَاةُ الْخَوْفِ إِنْ كَانَ الْقِتَالُ مُبَاحًا حَضَرًا وَسَفَرًا.
Shalat Khauf sah jika peperangan diperbolehkan, baik dalam keadaan mukim maupun safar.
وَلَا تَأْثِيرَ لِلْخَوْفِ فِي تَغْيِيرِ عَدَدِ رَكَعَاتِ الصَّلَاةِ بَلْ فِي صِفَتِهَا وَبَعْضِ شُرُوطِهَا.
Rasa takut tidak mempengaruhi perubahan jumlah rakaat shalat, melainkan pada sifat dan sebagian syaratnya.
وَإِذَا اشْتَدَّ الْخَوْفُ صَلُّوا رِجَالًا وَرُكْبَانًا لِلْقِبْلَةِ وَغَيْرِهَا وَلَا يَلْزَمُ افْتِتَاحُهَا إِلَيْهَا يُومِئُونَ طَاقَتَهُمْ.
Jika rasa takut semakin kuat, mereka shalat dengan berjalan kaki atau berkendaraan menghadap kiblat atau selainnya, dan tidak wajib memulainya menghadap kiblat. Mereka memberi isyarat semampunya.
وَكَذَا فِي حَالَةِ الْهَرَبِ مِنْ عَدُوٍّ إِذَا كَانَ الْهَرَبُ مُبَاحًا أَوْ سَيْلٍ أَوْ سَبُعٍ أَوْ نَارٍ أَوْ غَرِيمٍ ظَالِمٍ أَوْ خَوْفِ فَوْتِ وَقْتِ الْوُقُوفِ بِعَرَفَةَ أَوْ خَافَ عَلَى نَفْسِهِ أَوْ أَهْلِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ ذَبَّ عَنْ ذَلِكَ وَعَنْ نَفْسِ غَيْرِهِ.
Demikian pula dalam keadaan melarikan diri dari musuh jika pelarian itu diperbolehkan, atau dari banjir, binatang buas, api, penagih utang yang zalim, atau takut kehilangan waktu wukuf di Arafah, atau takut atas dirinya, keluarganya, hartanya, atau membela diri dan orang lain.
وَإِنْ خَافَ عَدُوًّا إِنْ تَخَلَّفَ عَنْ رِفْقَتِهِ فَصَلَّى صَلَاةَ خَائِفٍ ثُمَّ بَانَ أَمْنُ الطَّرِيقِ لَمْ يُعِدْ.
Jika seseorang takut akan musuh jika tertinggal dari rombongannya, lalu dia shalat dengan shalat khauf (shalat dalam keadaan takut), kemudian ternyata jalan itu aman, maka dia tidak perlu mengulangi shalatnya.
وَمَنْ خَافَ أَوْ أَمِنَ فِي صَلَاتِهِ انْتَقَلَ وَبَنَى.
Barangsiapa yang merasa takut atau aman dalam shalatnya, maka dia berpindah (dari shalat khauf ke shalat biasa atau sebaliknya) dan meneruskan shalatnya.
وَلِمُصَلٍّ كَرٌّ وَفَرٌّ لِمَصْلَحَةٍ.
Orang yang shalat boleh maju dan mundur demi kemaslahatan.
وَلَا تَبْطُلُ بِطُولِهِ.
Dan shalatnya tidak batal karena lamanya hal itu.
وَجَازَ لِحَاجَةٍ حَمْلُ نَجَسٍ وَلَا يُعِيدُ.
Boleh karena kebutuhan membawa najis dan tidak perlu mengulangi (shalat).
بَابُ صَلَاةِ الجُمُعَةِ
بَابُ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ
Bab Shalat Jumat
تَجِبُ عَلَى كُلِّ ذَكَرٍ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ١ حُرٍّ لَا عُذْرَ لَهُ.
Wajib bagi setiap laki-laki Muslim mukallaf yang merdeka dan tidak memiliki udzur.
وَكَذَا عَلَى ٢مُسَافِرٍ لَا يُبَاحُ لَهُ الْقَصْرُ.
Demikian pula bagi musafir yang tidak diperbolehkan mengqashar shalat.
وَعَلَى مُقِيمٍ خَارِجَ الْبَلَدِ إِذَا كَانَ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَقْتُ فِعْلِهَا فَرْسَخٌ فَأَقَلُّ.
Dan bagi penduduk yang tinggal di luar kota jika jarak antara mereka dan tempat shalat Jumat pada waktu pelaksanaannya adalah satu farsakh atau kurang.
وَلَا تَجِبُ عَلَى مَنْ يُبَاحُ لَهُ الْقَصْرُ وَلَا عَلَى عَبْدٍ وَمُبَعَّضٍ وَامْرَأَةٍ وَمَنْ حَضَرَهَا مِنْهُمْ أَجْزَأَتْهُ وَلَا يُحْسَبُ هُوَ وَلَا مَنْ لَيْسَ مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ مِنَ الْأَرْبَعِينَ وَلَا تَصِحُّ إِمَامَتُهُمْ فِيهَا.
Dan tidak wajib bagi orang yang diperbolehkan mengqashar shalat, budak, muba'adh, dan wanita. Barangsiapa di antara mereka yang menghadirinya, maka itu sudah mencukupinya. Mereka dan orang yang bukan penduduk kota tidak dihitung sebagai bagian dari empat puluh orang. Keimaman mereka dalam shalat Jumat juga tidak sah.
وَشَرْطُ لِصِحَّةِ الْجُمُعَةِ أَرْبَعَةُ شُرُوطٍ: أَحَدُهَا: الْوَقْتُ١ وَهُوَ مِنْ أَوَّلِ وَقْتِ الْعِيدِ إِلَى آخِرِ٢ وَقْتِ الظُّهْرِ وَتَجِبُ بِالزَّوَالِ وَبَعْدَهُ أَفْضَلُ.
Dan syarat sahnya shalat Jumat ada empat syarat: Pertama: waktu١, yaitu dari awal waktu shalat Ied hingga akhir٢ waktu Zuhur, dan wajib dilakukan setelah zawal (tergelincirnya matahari dari tengah langit), dan setelahnya lebih utama.
الثَّانِي: أَنْ تَكُونَ بِقَرْيَةٍ وَلَوْ مِنْ قَصَبٍ يَسْتَوْطِنُهَا أَرْبَعُونَ اسْتِيطَانَ إِقَامَةٍ لَا يَظْعَنُونَ٣ صَيْفًا وَلَا شِتَاءً٤ وَتَصِحُّ فِيمَا قَارَبَ الْبُنْيَانَ مِنَ الصَّحْرَاءِ.
Kedua: hendaknya dilakukan di desa meskipun terbuat dari bambu, yang dihuni oleh empat puluh orang yang menetap, tidak berpindah-pindah٣ pada musim panas maupun musim dingin٤, dan sah dilakukan di padang pasir yang dekat dengan bangunan.
الثَّالِثُ: حُضُورُ أَرْبَعِينَ فَإِنْ نَقَصُوا قَبْلَ إِتْمَامِهَا اسْتَأْنَفُوا ظُهْرًا.
Ketiga: Dihadiri oleh empat puluh orang. Jika jumlah mereka kurang sebelum selesainya shalat, maka mereka harus memulai kembali shalat Zuhur.
الرَّابِعُ: تَقْدِيمُ خُطْبَتَيْنِ.
Keempat: Didahului oleh dua khutbah.
مِنْ شَرْطِ صِحَّتِهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْوَقْتُ وَالنِّيَّةُ٥ وَوُقُوعُهُمَا حَضَرًا وَحُضُورُ الْأَرْبَعِينَ وَأَنْ يَكُونَا٦ مِمَّنْ تَصِحُّ٧ إِمَامَتُهُ فِيهَا.
Dari syarat sahnya ada lima hal: waktu, niat٥, dilakukan di tempat yang hadir (bukan dalam perjalanan), dihadiri oleh empat puluh orang, dan hendaknya keduanya٦ termasuk orang yang sah٧ menjadi imam di dalamnya.
وَأَرْكَانُهَا سِتَّةٌ: حَمْدُ اللهِ٨ وَالصَّلَاةُ عَلَى رَسُولِ اللهِ وَقِرَاءَةُ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ٩ وَالْوَصِيَّةُ بِتَقْوَى اللهِ وَمُوَالَاتُهُمَا
Dan rukun-rukunnya ada enam: memuji Allah٨, bershalawat kepada Rasulullah, membaca satu ayat dari Kitabullah٩, berwasiat untuk bertakwa kepada Allah, dan berurutan antara keduanya.
الصَّلَاةُ وَالْجَهْرُ بِحَيْثُ يَسْمَعُ الْعَدَدُ الْمُعْتَبَرُ حَيْثُ لَا مَانِعَ.
Shalat dan mengeraskan suara sehingga jumlah yang diperhitungkan dapat mendengar di mana tidak ada penghalang.
وَسُنَّتُهَا: الطَّهَارَةُ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَإِزَالَةُ النَّجَاسَةِ وَالدُّعَاءُ لِلْمُسْلِمِينَ وَأَنْ يَتَوَلَّاهُمَا مَعَ الصَّلَاةِ وَاحِدٌ وَرَفْعُ الصَّوْتِ بِهِمَا حَسَبَ الطَّاقَةِ وَأَنْ يَخْطُبَ قَائِمًا عَلَى مُرْتَفِعٍ مُعْتَمِدًا عَلَى سَيْفٍ١ أَوْ عَصًا وَأَنْ يَجْلِسَ بَيْنَهُمَا قَلِيلًا.
Dan sunnahnya: bersuci, menutup aurat, menghilangkan najis, berdoa untuk kaum muslimin, dan hendaknya satu orang yang mengurus keduanya beserta shalat, mengeraskan suara pada keduanya sesuai kemampuan, berkhutbah sambil berdiri di atas tempat yang tinggi sambil bersandar pada pedang atau tongkat, dan duduk sebentar di antara keduanya.
فَإِنْ أَبَى أَوْ خَطَبَ جَالِسًا فَصَلَ بَيْنَهُمَا بِسَكْتَةٍ.
Jika dia menolak atau berkhutbah sambil duduk, maka pisahkan antara keduanya dengan diam sejenak.
وَسُنَّ قَصْرُهُمَا وَالثَّانِيَةُ أَقْصَرُ.
Dan disunnahkan untuk mempersingkat keduanya, dan yang kedua lebih singkat.
وَلَا بَأْسَ أَنْ يَخْطُبَ مِنْ صَحِيفَةٍ
Dan tidak mengapa berkhutbah dari lembaran catatan
فَصْلٌ
Pasal
يَحْرُمُ الكَلَامُ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ وَهُوَ مِنْهُ بِحَيْثُ يَسْمَعُهُ وَيُبَاحُ إِذَا سَكَتَ بَيْنَهُمَا أَوْ شَرَعَ فِي دُعَاءٍ.
Haram berbicara ketika imam sedang berkhutbah dan ia berada di posisi di mana ia dapat mendengarnya. Diperbolehkan berbicara jika imam diam di antara dua khutbah atau memulai doa.
وَتَحْرُمُ إِقَامَةُ الجُمُعَةِ وَإِقَامَةُ الْعِيدِ فِي أَكْثَرَ مِنْ مَوْضِعٍ مِنَ الْبَلَدِ إِلَّا لِحَاجَةٍ كَضِيقٍ وَبُعْدٍ وَخَوْفِ فِتْنَةٍ فَإِنْ تَعَدَّدَتْ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَالسَّابِقَةُ بِالْإِحْرَامِ هِيَ الصَّحِيحَةُ.
Haram melaksanakan shalat Jumat dan shalat Ied di lebih dari satu tempat di suatu kota kecuali karena kebutuhan seperti tempat yang sempit, jarak yang jauh, atau khawatir terjadi fitnah. Jika dilaksanakan di beberapa tempat bukan karena alasan tersebut, maka yang sah adalah yang lebih dahulu melakukan takbiratul ihram.
وَمَنْ أَحْرَمَ بِالْجُمُعَةِ فِي وَقْتِهَا وَأَدْرَكَ مَعَ الْإِمَامِ رَكْعَةً أَتَمَّ جُمُعَةً وَإِنْ أَدْرَكَ أَقَلَّ نَوَى ظُهْرًا.
Barangsiapa yang melakukan takbiratul ihram untuk shalat Jumat pada waktunya dan mendapatkan satu rakaat bersama imam, maka ia menyempurnakan shalat Jumat. Jika ia mendapatkan kurang dari itu, maka ia berniat shalat Zuhur.
وَأَقَلُّ السُّنَّةِ بَعْدَهَا رَكْعَتَانِ وَأَكْثَرُهَا سِتَّةٌ.
Paling sedikit shalat sunnah setelah Jumat adalah dua rakaat dan paling banyak adalah enam rakaat.
وَيُسَنُّ قِرَاءَةُ سُورَةِ الْكَهْفِ فِي يَوْمِهَا وَأَنْ يَقْرَأَ فِي فَجْرِهَا: ﴿آلم﴾ السَّجْدَةَ وَفِي الثَّانِيَةِ ﴿هَلْ أَتَى﴾ وَتُكْرَهُ مُدَاوَمَتُهُ عَلَيْهِمَا.
Disunnahkan membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat dan membaca surah As-Sajdah pada rakaat pertama shalat Subuh dan surah Al-Insan pada rakaat kedua. Makruh melakukannya terus-menerus pada kedua rakaat tersebut.
بَابُ صَلَاةِ العِيدَيْنِ
بَابُ صَلَاةِ الْعِيدَيْنِ
Bab Shalat Dua Hari Raya
وَهِيَ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Dan ia adalah fardhu kifayah.
وَشُرُوطُهَا: كَالْجُمُعَةِ مَا عَدَا الْخُطْبَتَيْنِ.
Dan syarat-syaratnya seperti shalat Jumat kecuali dua khutbah.
وَتُسَنُّ: فِي الصَّحْرَاءِ١.
Dan disunahkan di tanah lapang.¹
وَيُكْرَهُ: النَّفْلُ٢ قَبْلَهَا وَبَعْدَهَا قَبْلَ مُفَارَقَةِ الْمُصَلَّى.
Dan dimakruhkan shalat sunnah² sebelum dan sesudahnya sebelum meninggalkan tempat shalat.
وَوَقْتُهَا: كَصَلَاةِ الضُّحَى.
Dan waktunya seperti shalat Dhuha.
فَإِنْ لَمْ يُعْلَمْ بِالْعِيدِ إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ صَلَّوْا مِنَ الْغَدِ قَضَاءً.
Jika tidak mengetahui Idul Fitri kecuali setelah zawal, maka shalat pada keesokan harinya sebagai qadha.
وَسُنَّ تَبْكِيرُ الْمَأْمُومِ وَتَأَخُّرُ الْإِمَامِ إِلَى وَقْتِ الصَّلَاةِ.
Dan disunahkan bagi makmum untuk datang lebih awal dan imam terlambat sampai waktu shalat.
وَإِذَا مَضَى٣ فِي طَرِيقٍ يَرْجِعُ فِي٤ أُخْرَى وَكَذَا الْجُمُعَةُ.
Dan jika pergi³ melalui suatu jalan, hendaklah kembali melalui⁴ jalan lain, demikian juga untuk shalat Jumat.
وَصَلَاةُ الْعِيدِ رَكْعَتَانِ يُكَبِّرُ فِي الْأُولَى بَعْدَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَقَبْلَ التَّعَوُّذِ سِتًّا وَفِي الثَّانِيَةِ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ خَمْسًا يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيرَةٍ وَيَقُولُ بَيْنَهُمَا: اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ٥ بُكْرَةً٦
Dan shalat Ied terdiri dari dua rakaat. Bertakbir pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram dan sebelum ta'awudz sebanyak enam kali, dan pada rakaat kedua sebelum membaca Al-Fatihah sebanyak lima kali. Mengangkat kedua tangan pada setiap takbir dan mengucapkan di antara takbir-takbir tersebut: Allahu akbar kabira wal hamdulillahi katsira wa subhanallah⁵ bukratan⁶
وَأَصِيلًا وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ١ وَآلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا٢ كَثِيرًا ثُمَّ يَسْتَعِيذُ ثُمَّ يَقْرَأُ جَهْرًا الْفَاتِحَةَ ثُمَّ سَبِّحْ فِي الْأُولَى وَالْغَاشِيَةِ فِي الثَّانِيَةِ.
Dan sore hari, dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam yang banyak kepada Nabi Muhammad١ dan keluarganya٢. Kemudian ia ber-isti'adzah, lalu membaca Al-Fatihah dengan suara keras, kemudian membaca surah Sabbih pada rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua.
فَإِذَا سَلَّمَ خَطَبَ خُطْبَتَيْنِ وَأَحْكَامُهُمَا كَخُطْبَتَيِ الْجُمُعَةِ لَكِنْ يُسَنُّ أَنْ يَسْتَفْتِحَ الْأُولَى بِتِسْعِ.
Setelah salam, ia menyampaikan dua khutbah yang hukumnya sama seperti dua khutbah Jumat. Namun, disunahkan untuk memulai khutbah pertama dengan sembilan.
تَكْبِيرَاتٍ وَالثَّانِيَةَ بِسَبْعٍ.
Takbir dan yang kedua dengan tujuh.
وَإِنْ صَلَّى الْعِيدَ كَالنَّافِلَةِ صَحَّ لِأَنَّ التَّكْبِيرَاتِ الزَّوَائِدَ وَالذِّكْرَ بَيْنَهُمَا وَالْخُطْبَتَيْنِ سُنَّةٌ.
Jika seseorang melaksanakan shalat Ied seperti shalat sunnah, maka sah karena takbir tambahan, dzikir di antara keduanya, dan dua khutbah adalah sunnah.
وَسُنَّ لِمَنْ فَاتَتْهُ قَضَاؤُهَا وَلَوْ بَعْدَ الزَّوَالِ.
Disunnahkan bagi yang terlewat untuk mengqadha'nya meskipun setelah zawal.
فَصْلٌ
Pasal
يُسَنُّ التَّكْبِيرُ الْمُطْلَقُ وَالْجَهْرُ بِهِ فِي لَيْلَتَيِ الْعِيدَيْنِ إِلَى فَرَاغِ الْخُطْبَةِ وَفِي كُلِّ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ.
Disunnahkan takbir mutlak dan mengeraskannya pada dua malam Ied hingga selesainya khutbah dan pada setiap sepuluh hari Dzulhijjah.
وَالتَّكْبِيرُ الْمُقَيَّدُ فِي الْأَضْحَى عَقِبَ كُلِّ فَرِيضَةٍ صَلَّاهَا فِي جَمَاعَةٍ٣ مِنْ صَلَاةِ فَجْرِ يَوْمِ٤ عَرَفَةَ إِلَى عَصْرِ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ إِلَّا الْمُحْرِمَ فَيُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ ظُهْرِ يَوْمِ النَّحْرِ وَيُكَبِّرُ الْإِمَامُ مُسْتَقْبِلَ النَّاسِ.
Dan takbir muqayyad pada Idul Adha setelah setiap shalat fardhu yang dilakukan secara berjamaah٣ dari shalat Subuh pada hari٤ Arafah hingga Ashar hari terakhir Tasyriq, kecuali orang yang sedang ihram maka ia bertakbir dari shalat Zhuhur pada hari Nahr. Imam bertakbir menghadap orang-orang.
وَصْفَتُهُ شَفْعًا: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Deskripsinya secara berpasangan: Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaaha illallah wallahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamd.
وَلَا بَأْسَ بِقَوْلِهِ لِغَيْرِهِ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ١.
Dan tidak apa-apa baginya untuk mengatakan kepada orang lain: Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu١.
بَابُ صَلَاةِ الكُسُوفِ
بَابُ صَلَاةِ الْكُسُوفِ
Bab Shalat Gerhana
وَهِيَ سُنَّةٌ مِنْ غَيْرِ خُطْبَةٍ وَوَقْتُهَا مِنِ ابْتِدَاءِ الْكُسُوفِ إِلَى ذَهَابِهِ وَلَا تُقْضَى إِنْ فَاتَتْ.
Shalat gerhana adalah sunnah tanpa khutbah dan waktunya dari awal gerhana hingga selesai, dan tidak diqadha jika terlewat.
وَهِيَ رَكْعَتَانِ يَقْرَأُ فِي الْأُولَى جَهْرًا الْفَاتِحَةَ وَسُورَةً طَوِيلَةً ثُمَّ يَرْكَعُ طَوِيلًا ثُمَّ يَرْفَعُ فَيَسْمَعُ وَيَحْمَدُ وَلَا يَسْجُدُ بَلْ يَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ وَسُورَةً طَوِيلَةً ثُمَّ يَرْكَعُ ثُمَّ يَرْفَعُ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي الثَّانِيَةَ كَالْأُولَى ثُمَّ يَتَشَهَّدُ وَيُسَلِّمُ.
Shalat gerhana terdiri dari dua rakaat. Pada rakaat pertama, imam membaca Al-Fatihah dan surah yang panjang dengan keras, kemudian ruku' yang lama, lalu bangkit dan mendengarkan bacaan imam serta bertahmid tanpa sujud. Setelah itu, imam membaca Al-Fatihah dan surah yang panjang, kemudian ruku' lagi, lalu bangkit dan sujud dua kali dengan lama. Kemudian melakukan rakaat kedua seperti rakaat pertama, lalu tasyahud dan salam.
وَإِنْ أَتَى فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِثَلَاثَةِ رُكُوعَاتٍ أَوْ أَرْبَعٍ أَوْ خَمْسٍ فَلَا بَأْسَ.
Jika melakukan tiga, empat, atau lima kali ruku' pada setiap rakaat, maka tidak mengapa.
وَمَا بَعْدَ الْأَوَّلِ سُنَّةٌ لَا تُدْرَكُ بِهِ الرَّكْعَةُ.
Ruku' setelah yang pertama adalah sunnah dan tidak menyebabkan tertinggalnya rakaat.
وَيَصِحُّ أَنْ يُصَلِّيَهَا كَالنَّافِلَةِ.
Sah melakukan shalat gerhana seperti shalat sunnah biasa.
بَابُ صَلَاةِ الاسْتِسْقَاءِ
بَابُ صَلَاةِ الِاسْتِسْقَاءِ
Bab Shalat Istisqa
وَهِيَ سُنَّةٌ وَوَقْتُهَا وَصِفَتُهَا وَأَحْكَامُهَا كَصَلَاةِ الْعِيدِ.
Ia adalah sunnah dan waktunya, sifatnya serta hukum-hukumnya seperti shalat Ied.
وَإِذَا أَرَادَ الْإِمَامُ الْخُرُوجَ لَهَا وَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمْ بِالتَّوْبَةِ وَالْخُرُوجِ مِنَ الْمَظَالِمِ وَيَتَنَظَّفُ لَهَا وَلَا يَتَطَيَّبُ وَيَخْرُجُ مُتَوَاضِعًا مُتَخَشِّعًا مُتَذَلِّلًا مُتَضَرِّعًا١ وَمَعَهُ أَهْلُ الدِّينِ وَالصَّلَاحِ وَالشُّيُوخُ وَيُبَاحُ خُرُوجُ الْأَطْفَالِ وَالْعَجَائِزِ وَالْبَهَائِمِ٢ وَالتَّوَسُّلُ بِالصَّالِحِينَ.
Dan jika imam ingin keluar untuk shalat istisqa, ia menasihati orang-orang dan memerintahkan mereka untuk bertaubat dan keluar dari kezaliman. Ia membersihkan diri untuknya dan tidak memakai wewangian. Ia keluar dengan rendah hati, khusyuk, merendahkan diri, berdoa dengan sungguh-sungguh¹, dan bersamanya ahli agama, orang-orang saleh, dan para syekh. Diperbolehkan keluarnya anak-anak, perempuan tua, dan hewan-hewan², serta tawassul dengan orang-orang saleh.
فَيُصَلِّي ثُمَّ يَخْطُبُ خُطْبَةً وَاحِدَةً يَفْتَتِحُهَا بِالتَّكْبِيرِ كَخُطْبَةِ الْعِيدِ وَيُكْثِرُ فِيهَا الِاسْتِغْفَارَ وَقِرَاءَةَ آيَاتٍ فِيهَا الْأَمْرُ بِهِ وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ وَظُهُورَهُمَا نَحْوَ السَّمَاءِ فَيَدْعُو٣ بِدُعَاءِ النَّبِيِّ ﷺ وَيُؤَمِّنُ الْمَأْمُومُ.
Lalu ia shalat kemudian berkhutbah satu khutbah yang dibuka dengan takbir seperti khutbah Ied. Ia memperbanyak istighfar di dalamnya dan membaca ayat-ayat yang di dalamnya terdapat perintah untuk itu. Ia mengangkat kedua tangannya dan bagian belakangnya ke arah langit, lalu berdoa³ dengan doa Nabi ﷺ dan makmum mengamininya.
ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ٤ الْقِبْلَةَ فِي أَثْنَاءِ الْخُطْبَةِ فَيَقُولُ سِرًّا: اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَمَرْتَنَا بِدُعَائِكَ وَوَعَدْتَنَا إِجَابَتَكَ وَقَدْ دَعَوْنَاكَ كَمَا أَمَرْتَنَا فَاسْتَجِبْ لَنَا كَمَا وَعَدْتَنَا ثُمَّ يُحَوِّلُ رِدَاءَهُ فَيَجْعَلُ الْأَيْمَنَ عَلَى الْأَيْسَرِ وَالْأَيْسَرَ عَلَى الْأَيْمَنِ وَكَذَا النَّاسُ٥ وَيَتْرُكُونَهُ حَتَّى يَنْزَعُوهُ٦ مَعَ ثِيَابِهِمْ.
Kemudian dia menghadap4 kiblat selama khutbah dan berkata secara diam-diam: Ya Allah, sesungguhnya Engkau memerintahkan kami untuk berdoa kepada-Mu dan Engkau menjanjikan untuk mengabulkan doa kami. Kami telah berdoa kepada-Mu sebagaimana Engkau perintahkan, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana Engkau janjikan. Kemudian dia membalikkan selendangnya, meletakkan yang kanan di atas yang kiri dan yang kiri di atas yang kanan, demikian pula orang-orang5, dan mereka membiarkannya sampai mereka melepaskannya6 bersama pakaian mereka.
فَإِنْ سُقُوا وَإِلَّا عَادُوا ثَانِيًا وَثَالِثًا.
Jika mereka diberi minum, jika tidak, mereka akan kembali untuk kedua dan ketiga kalinya.
وَيُسَنُّ الْوُقُوفُ فِي أَوَّلِ الْمَطَرِ وَالْوُضُوءُ وَالِاغْتِسَالُ مِنْهُ وَإِخْرَاجُ رَحْلِهِ وَثِيَابِهِ لِيُصِيبَهَا.
Disunnahkan berdiri di awal hujan, berwudhu dan mandi darinya, serta mengeluarkan barang bawaan dan pakaiannya agar terkena hujan.
وَإِنْ كَثُرَ الْمَطَرُ حَتَّى خِيفَ مِنْهُ سُنَّ قَوْلُ اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ، ﴿رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ...﴾ [البقرة: ٢٨٦] الْآيَةَ.
Jika hujan lebat hingga ditakutkan darinya, maka disunnahkan mengucapkan, "Ya Allah, di sekeliling kami dan tidak di atas kami. Ya Allah, di atas bukit-bukit, gunung-gunung, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan." ﴿Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan apa yang tidak sanggup kami memikulnya...﴾ [Al-Baqarah: 286] ayat.
سُنَّ قَوْلُ: "مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ" وَيَحْرُمُ: "مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا" وَيُبَاحُ:" فِي نَوْءِ كَذَا".
Disunnahkan mengucapkan, "Kami dihujani dengan karunia Allah dan rahmat-Nya." Haram mengucapkan, "Kami dihujani karena bintang ini dan itu." Boleh mengucapkan, "Pada bintang ini dan itu."
كِتَابُ الجَنَائِزِ
كِتَابُ الجَنَائِزِ
كِتَابُ الْجَنَائِزِ
كِتَابُ الْجَنَائِزِ
Kitab Jenazah
...
...
كِتَابُ الْجَنَائِزِ
Kitab Jenazah
يُسَنُّ: الِاسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ وَالْإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِهِ١.
Disunnahkan: mempersiapkan diri untuk kematian dan memperbanyak mengingat kematian¹.
وَيُكْرَهُ الْأَنِينُ وَتَمَنِّي الْمَوْتِ إِلَّا لِخَوْفِ٢ فِتْنَةٍ٣.
Dan dimakruhkan mengeluh dan mengharapkan kematian kecuali karena takut² fitnah³.
وَتُسَنُّ عِيَادَةُ الْمَرِيضِ الْمُسْلِمِ وَتَلْقِينُهُ عِنْدَ مَوْتِهِ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ" ٤ مَرَّةً وَلَمْ يَزِدْ إِلَّا أَنْ يَتَكَلَّمَ وَقِرَاءَةُ "الْفَاتِحَةِ" وَ"يس"٥ وَتَوْجِيهُهُ إِلَى الْقِبْلَةِ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ مَعَ سَعَةِ الْمَكَانِ، وَإِلَّا فَعَلَى ظَهْرِهِ.
Dan disunnahkan menjenguk orang sakit Muslim dan mentalqinkannya saat menjelang kematian dengan "Laa ilaaha illallah" ٤ satu kali dan tidak menambahkannya kecuali jika dia berbicara, membacakan "Al-Fatihah" dan "Yasin"٥, mengarahkannya ke arah kiblat pada sisi kanannya jika tempat memungkinkan, jika tidak maka telentang.
فَإِذَا مَاتَ، سُنَّ: تَغْمِيضُ عَيْنَيْهِ٦، وَقَوْلُ: "بِسْمِ اللهِ وَعَلَى وَفَاةِ
Ketika dia meninggal, disunnahkan: menutup kedua matanya٦, dan mengucapkan: "Dengan nama Allah dan atas wafatnya
رَسُولُ اللهِ"١.
Rasulullah "1.
وَلَا بَأْسَ: بِتَقْبِيلِهِ وَالنَّظَرِ إِلَيْهِ وَلَوْ بَعْدَ تَكْفِينِهِ.
Dan tidak mengapa: menciumnya dan melihatnya meskipun setelah dikafani.
فَصْلٌ
Pasal
وَغُسْلُ الْمَيِّتِ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Dan memandikan mayit adalah fardhu kifayah.
وَشَرْطٌ فِي الْمَاءِ: الطَّهُورِيَّةُ وَالْإِبَاحَةُ وَفِى الْغَاسِلِ: الْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ.
Dan syarat pada air: suci dan diperbolehkan, dan pada orang yang memandikan: Islam, berakal, dan mumayyiz.
وَالْأَفْضَلُ: ثِقَةٌ عَارِفٌ بِأَحْكَامِ الْغُسْلِ.
Dan yang paling utama: orang yang terpercaya dan mengetahui hukum-hukum memandikan.
وَالْأَوْلَى بِهِ وَصِيَّةٌ٢ الْعَدْلِ.
Dan yang lebih utama dengannya adalah wasiat2 yang adil.
وَإِذَا شَرَعَ فِي غُسْلِهِ سَتَرَ عَوْرَتَهُ وُجُوبًا ثُمَّ يَلِفُّ عَلَى يَدِهِ خِرْقَةً فَيُنَجِّيهِ٣ بِهَا وَيَجِبُ غُسْلُ مَا بِهِ مِنْ نَجَاسَةٍ وَيَحْرُمُ مَسُّ عَوْرَةِ مَنْ بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ وَسُنَّ أَنْ لَا تُمَسَّ سَائِرُ جَسَدِهِ إِلَّا بِخِرْقَةٍ.
Dan apabila memulai memandikannya, wajib menutup auratnya, kemudian melilitkan kain pada tangannya lalu membersihkannya3 dengannya, dan wajib membasuh najis yang ada padanya, dan haram menyentuh aurat orang yang telah mencapai tujuh tahun, dan disunahkan untuk tidak menyentuh seluruh tubuhnya kecuali dengan kain.
وَلِلرَّجُلِ: أَنْ يَغْسِلَ زَوْجَتَهُ وَأَمَتَهُ وَبِنْتًا٤ دُونَ سَبْعٍ.
Dan bagi laki-laki: boleh memandikan istrinya, budak perempuannya, dan anak perempuan4 di bawah tujuh tahun.
وَلِلْمَرْأَةِ غُسْلُ زَوْجِهَا وَسَيِّدِهَا وَابْنٍ دُونَ سَبْعٍ.
Dan bagi perempuan boleh memandikan suaminya, tuannya, dan anak laki-laki di bawah tujuh tahun.
وَحُكْمُ غُسْلِ الْمَيِّتِ فِيمَا يَجِبُ وَيُسَنُّ كَغُسْلِ الْجَنَابَةِ لَكِنْ لَا يُدْخِلُ
Dan hukum memandikan mayit dalam hal yang wajib dan yang sunnah seperti mandi janabah, tetapi tidak memasukkan
الْمَاءُ فِي فَمِهِ وَأَنْفِهِ بَلْ يَأْخُذُ خِرْقَةً مَبْلُولَةً فَيَمْسَحُ بِهَا أَسْنَانَهُ وَمَنْخِرَيْهِ١.
Air tidak dimasukkan ke dalam mulut dan hidungnya, melainkan mengambil kain basah dan mengusap gigi dan lubang hidungnya dengannya¹.
وَيُكْرَهُ الِاقْتِصَارُ فِي غَسْلِهِ عَلَى مَرَّةٍ إِنْ لَمْ يَخْرُجْ مِنْهُ شَيْءٌ فَإِنْ خَرَجَ وَجَبَ٢ إِعَادَةُ الْغَسْلِ إِلَى سَبْعٍ فَإِنْ خَرَجَ بَعْدَهَا٣ حُشِيَ بِقُطْنٍ٤ فَإِنْ لَمْ يَسْتَمْسِكْ فَبِطِينٍ حُرٍّ ثُمَّ يُغْسَلُ الْمَحِلُّ وَيُوضَأُ وُجُوبًا وَلَا غَسْلَ.
Dimakruhkan mencukupkan memandikannya hanya sekali jika tidak keluar sesuatu darinya. Jika keluar sesuatu, wajib² mengulangi memandikannya hingga tujuh kali. Jika masih keluar setelahnya³, maka disumbat dengan kapas⁴. Jika tidak bisa tertahan, maka dengan tanah liat yang bersih, kemudian tempat keluarnya dimandikan dan wajib berwudhu, tidak perlu mandi besar.
وَإِنْ خَرَجَ بَعْدَ تَكْفِينِهِ لَمْ يُعَدِ الْوُضُوءَ وَلَا الْغَسْلَ.
Jika keluar setelah dikafani, tidak perlu mengulangi wudhu maupun mandi besar.
وَشَهِيدُ الْمَعْرَكَةِ وَالْمَقْتُولُ ظُلْمًا لَا يُغَسَّلُ٥ وَلَا يُكَفَّنُ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ وَيَجِبُ بَقَاءُ دَمِهِ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ فِي ثِيَابِهِ.
Orang yang mati syahid di medan perang dan orang yang dibunuh secara zalim tidak dimandikan⁵, tidak dikafani, tidak dishalatkan, wajib membiarkan darahnya tetap pada dirinya dan menguburkannya dengan pakaiannya.
وَإِنْ حُمِلَ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ أَوْ نَامَ أَوْ بَالَ أَوْ تَكَلَّمَ أَوْ عَطَسَ أَوْ طَالَ بَقَاؤُهُ عُرْفًا أَوْ قُتِلَ وَعَلَيْهِ مَا يُوجِبُ الْغُسْلَ مِنْ نَحْوِ جَنَابَةٍ فَهُوَ كَغَيْرِهِ.
Jika ia dibawa lalu makan, minum, tidur, buang air kecil, berbicara, bersin, atau tinggal lama secara 'urf, atau dibunuh dalam keadaan memiliki hal yang mewajibkan mandi besar seperti junub, maka ia seperti selainnya.
وَسِقْطٌ لِأَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ كَالْمَوْلُودِ حَيًّا.
Janin yang keguguran pada usia empat bulan seperti bayi yang lahir hidup.
وَلَا يُغَسِّلُ مُسْلِمٌ كَافِرًا وَلَوْ ذِمِّيًّا وَلَا يُصَلِّي عَلَيْهِ وَلَا.
Seorang Muslim tidak memandikan orang kafir meskipun kafir dzimmi, tidak menshalatinya, dan tidak...
يُتْبَعُ جَنَازَتَهُ بَلْ يُوَارَى لِعَدَمِ مَنْ يُوَارِيهِ.
Jenazahnya diikuti, bahkan dikuburkan karena tidak ada yang menguburkannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَكْفِينُهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Mengkafaninya adalah fardhu kifayah.
وَالْوَاجِبُ: سَتْرُ جَمِيعِهِ سِوَى رَأْسِ الْمُحْرِمِ وَوَجْهِ الْمُحْرِمَةِ بِثَوْبٍ لَا يَصِفُ الْبَشَرَةَ وَيَجِبُ أَنْ يَكُونَ مِنْ مَلْبُوسِ مِثْلِهِ مَا لَمْ يُوصِ١ بِدُونِهِ.
Yang wajib adalah menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala laki-laki yang berihram dan wajah perempuan yang berihram dengan kain yang tidak menggambarkan kulit. Kain tersebut harus dari jenis yang biasa dipakai oleh orang sepertinya, kecuali jika dia berwasiat¹ selain itu.
وَالسُّنَّةُ: تَكْفِينُ الرَّجُلِ فِي: ثَلَاثِ لَفَائِفَ بِيضٍ مِنْ قُطْنٍ تُبْسَطُ عَلَى بَعْضِهَا وَيُوضَعُ عَلَيْهَا مُسْتَلْقِيًا ثُمَّ يُرَدُّ طَرَفُ الْعُلْيَا مِنَ الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ طَرَفُهَا الْأَيْمَنُ عَلَى الْأَيْسَرِ ثُمَّ الثَّانِيَةُ ثُمَّ الثَّالِثَةُ كَذَلِكَ وَالْأُنْثَى فِي خَمْسَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ٢ مِنْ قُطْنٍ: إِزَارٍ وَخِمَارٍ وَقَمِيصٍ وَلِفَافَتَيْنِ وَالصَّبِيُّ فِي ثَوْبٍ٣، وَيُبَاحُ فِي ثَلَاثَةٍ وَالصَّغِيرَةُ فِي قَمِيصٍ وَلِفَافَتَيْنِ.
Yang sunnah adalah mengkafani laki-laki dengan tiga lapis kain putih dari katun yang dihamparkan satu di atas yang lain. Jenazah diletakkan terlentang di atasnya, lalu ujung atas dari sisi kiri dilipat ke sisi kanannya, kemudian ujung kanannya dilipat ke sisi kiri, begitu pula dengan lapis kedua dan ketiga. Adapun perempuan dikafani dengan lima helai kain putih² dari katun: kain sarung, kerudung, baju, dan dua lapis kain. Anak laki-laki dikafani dengan satu helai kain³, dan dibolehkan dengan tiga helai. Anak perempuan kecil dikafani dengan baju dan dua lapis kain.
وَيُكْرَهُ: التَّكْفِينُ بِشَعْرٍ وَصُوفٍ وَمُزَعْفَرٍ وَمُعَصْفَرٍ وَمَنْقُوشٍ.
Dimakruhkan mengkafani dengan kain yang terbuat dari bulu, wol, yang diberi za'faran, yang diberi warna kuning tua, dan yang bergambar.
وَيَحْرُمُ: بِجِلْدٍ وَحَرِيرٍ وَمُذَهَّبٍ.
Haram mengkafani dengan kulit, sutra, dan kain bersulam emas.
فَصْلٌ
Pasal
وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Dan shalat atasnya adalah fardhu kifayah.
وَتَسْقُطُ١ بِمُكَلَّفٍ وَلَوْ أُنْثَى.
Dan gugur1 dengan mukallaf meskipun perempuan.
وَشُرُوطُهَا ثَمَانِيَةٌ: النِّيَّةُ وَالتَّكْلِيفُ٢ وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَاجْتِنَابُ النَّجَاسَةِ وَحُضُورُ الْمَيِّتِ إِنْ كَانَ بِالْبَلَدِ وَإِسْلَامُ الْمُصَلِّي وَالْمُصَلَّى عَلَيْهِ وَطَهَارَتُهُمَا وَلَوْ بِتُرَابٍ لِعُذْرٍ.
Dan syarat-syaratnya ada delapan: niat, taklif2, menghadap kiblat, menutup aurat, menghindari najis, kehadiran mayit jika berada di negeri itu, keislaman orang yang shalat dan yang dishalatkan, dan kesucian keduanya meskipun dengan debu karena uzur.
وَأَرْكَانُهَا٣ سَبْعَةٌ: الْقِيَامُ فِي فَرْضِهَا وَالتَّكْبِيرَاتُ الْأَرْبَعُ وَقِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ وَالصَّلَاةُ عَلَى مُحَمَّدٍ٤ وَالدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ وَالسَّلَامُ وَالتَّرْتِيبُ٥ لَكِنْ لَا يَتَعَيَّنُ كَوْنُ الدُّعَاءِ فِي الثَّالِثَةِ بَلْ يَجُوزُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.
Dan rukun-rukunnya3 ada tujuh: berdiri dalam fardhunya, empat takbir, membaca Al-Fatihah, bershalawat atas Muhammad4, berdoa untuk mayit, salam, dan tertib5. Akan tetapi, doa tidak mesti pada (takbir) ketiga, bahkan boleh setelah (takbir) keempat.
وَصِفَتُهَا: أَنْ يَنْوِيَ ثُمَّ يُكَبِّرَ وَيَقْرَأَ الْفَاتِحَةَ ثُمَّ يُكَبِّرَ وَيُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ٦ كَفِي التَّشَهُّدِ ثُمَّ يُكَبِّرَ وَيَدْعُوَ لِلْمَيِّتِ بِنَحْوِ: "اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ" ثُمَّ يُكَبِّرَ وَيَقِفَ بَعْدَهَا٧ قَلِيلًا وَيُسَلِّمَ وَتُجْزِئُ: وَاحِدَةٌ وَلَوْ لَمْ يَقُلْ "وَرَحْمَةُ اللَّهِ".
Dan sifatnya: berniat kemudian bertakbir dan membaca Al-Fatihah, kemudian bertakbir dan bershalawat atas Muhammad6 seperti dalam tasyahud, kemudian bertakbir dan berdoa untuk mayit seperti: "Ya Allah, rahmatilah ia", kemudian bertakbir dan berdiri setelahnya7 sebentar lalu salam. Dan mencukupi: sekali salam meskipun tidak mengucapkan "warahmatullah".
وَيَجُوزُ: أَنْ يُصَلَّى عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ دَفْنِهِ إِلَى شَهْرٍ وَشَيْءٍ وَيَحْرُمُ: بَعْدَ ذَلِكَ.١
Dan boleh: untuk menshalatkan mayit dari pemakamannya hingga sebulan dan sesuatu, dan haram: setelah itu.1
فَصْلٌ
Pasal
وَحَمْلُهُ وَدَفْنُهُ: فَرْضُ كِفَايَةٍ لَكِنْ يَسْقُطُ الْحَمْلُ وَالدَّفْنُ وَالتَّكْفِينُ بِالْكَافِرِ.
Dan membawanya dan menguburkannya: fardhu kifayah, tetapi gugur membawa, menguburkan dan mengkafani orang kafir.
وَيُكْرَهُ: اخْذُ الْأَجْرِ عَلَى ذَلِكَ وَعَلَى الْغُسْلِ.
Dan dimakruhkan: mengambil upah atas hal itu dan atas memandikan.
وَسُنَّ٢: كَوْنُ الْمَاشِي أَمَامَ الْجَنَازَةِ وَالرَّاكِبُ خَلْفَهَا.
Dan disunahkan2: orang yang berjalan kaki berada di depan jenazah dan yang berkendaraan di belakangnya.
وَالْقُرْبُ مِنْهَا أَفْضَلُ.
Dan dekat dengannya lebih utama.
وَيُكْرَهُ: الْقِيَامُ لَهَا وَرَفْعُ الصَّوْتِ مَعَهَا وَلَوْ بِالذِّكْرِ وَالْقُرْآنِ.
Dan dimakruhkan: berdiri untuknya dan mengeraskan suara bersamanya meskipun dengan dzikir dan Al-Qur'an.
وَسُنَّ٣: أَنْ يُعَمِّقَ الْقَبْرَ وَيُوَسِّعَ بِلَا حَدٍّ وَيَكْفِي مَا يَمْنَعُ٤ السِّبَاعَ وَالرَّائِحَةَ.
Dan disunahkan3: untuk memperdalam kuburan dan melebarkannya tanpa batas, dan cukup apa yang mencegah4 binatang buas dan bau.
وَكُرِهَ: إِدْخَالُ الْخَشَبِ وَمَا مَسَّتْهُ٥ نَارٌ وَوَضْعُ فِرَاشٍ تَحْتَهُ وَجَعْلُ مِخَدَّةٍ تَحْتَ رَأْسِهِ.
Dan dimakruhkan: memasukkan kayu dan apa yang disentuh5 api, meletakkan alas di bawahnya, dan menjadikan bantal di bawah kepalanya.
وَسُنَّ: قَوْلُ مُدْخِلِهِ الْقَبْرَ: "بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ"١.
Dan disunnahkan: orang yang memasukkannya ke dalam kubur mengucapkan: "Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah"1.
وَيَجِبُ: أَنْ يُسْتَقْبَلَ بِهِ الْقِبْلَةَ وَيُسَنُّ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ.
Dan wajib: menghadapkan mayit ke arah kiblat dan disunnahkan memiringkannya ke sisi kanan.
وَيَحْرُمُ: دَفْنُ غَيْرِهِ عَلَيْهِ أَوْ مَعَهُ إِلَّا لِضَرُورَةٍ.
Dan haram: menguburkan orang lain di atas atau bersamanya kecuali karena darurat.
وَسُنَّ٢: حَثْوُ٣ التُّرَابِ عَلَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ يُهَالُ.
Dan disunnahkan2: menaburkan3 tanah ke atasnya tiga kali kemudian ditimbun.
وَاسْتَحَبَّ الْأَكْثَرُ تَلْقِينَهُ٤ بَعْدَ الدَّفْنِ٥.
Mayoritas ulama menganggap mustahab talqin4 setelah penguburan5.
وَسُنَّ: رَشُّ الْقَبْرِ بِالْمَاءِ، وَرَفْعُهُ قَدْرَ شِبْرٍ.
Dan disunnahkan: memercikkan air ke atas kubur, dan meninggikannya seukuran sejengkal.
وَيُكْرَهُ: تَزْوِيقُهُ وَتَجْصِيصُهُ وَتَبْخِيرُهُ وَتَقْبِيلُهُ وَالطَّوَافُ بِهِ وَالْإِتِّكَاءُ إِلَيْهِ٦ وَالْمَبِيتُ وَالضَّحِكُ عِنْدَهُ وَالْحَدِيثُ فِي أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْكِتَابَةُ عَلَيْهِ وَالْجُلُوسُ وَالْبِنَاءُ وَالْمَشْيُ بِالنَّعْلِ إِلَّا لِخَوْفِ شَوْكٍ وَنَحْوِهِ.
Dan dimakruhkan: menghiasinya, memlesternya, membakarkan dupa di atasnya, menciumnya, tawaf di sekelilingnya, bersandar kepadanya6, bermalam, tertawa di dekatnya, berbicara tentang urusan dunia, menulis di atasnya, duduk, membangun, dan berjalan dengan alas kaki kecuali karena takut duri dan sejenisnya.
وَيَحْرُمُ: إِسْرَاجُ الْمَقَابِرِ وَالدَّفْنُ بِالْمَسَاجِدِ وَفِي مِلْكِ الْغَيْرِ وَيُنْبَشُ.
Dan haram: menerangi kuburan, menguburkan di masjid dan di tanah milik orang lain dan digali kembali.
وَالدَّفْنُ بِالصَّحْرَاءِ أَفْضَلُ.
Dan pemakaman di padang pasir lebih baik.
وَإِنْ مَاتَتِ الْحَامِلُ حَرُمَ شَقُّ بَطْنِهَا وَأُخْرِجَ مِنَ النِّسَاءِ مَنْ تُرْجَى حَيَاتُهُ فَإِنْ تَعَذَّرَ لَمْ تُدْفَنْ حَتَّى يَمُوتَ وَإِنْ خَرَجَ بَعْضُهُ حَيًّا شُقَّ الْبَاقِي.
Jika seorang wanita hamil meninggal, haram membelah perutnya. Keluarkan dari wanita yang diharapkan hidupnya. Jika tidak memungkinkan, jangan dikubur sampai meninggal. Jika sebagian keluar dalam keadaan hidup, belah sisanya.
فَصْلٌ
Pasal
تُسَنُّ: تَعْزِيَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَيُقَالُ لَهُ: "أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ"، وَيَقُولُ هُوَ: "اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَكَ وَرَحِمَنَا وَإِيَّاكَ".١
Disunnahkan: menghibur seorang Muslim hingga tiga hari, dengan mengatakan kepadanya: "Semoga Allah membesarkan pahalamu, memperbaiki penghiburanmu, dan mengampuni mayitmu". Dia berkata: "Semoga Allah mengabulkan doamu, merahmati kami dan kamu".¹
وَلَا بَأْسَ: بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ.
Tidak mengapa: menangisi mayit.
وَيُحْرَمُ: النَّدْبُ وَهُوَ: الْبُكَاءُ مَعَ تَعْدَادِ مَحَاسِنِ الْمَيِّتِ وَالنِّيَاحَةُ وَهِيَ: رَفْعُ الصَّوْتِ بِذَلِكَ بِرَنَّةٍ وَيُحْرَمُ شَقُّ الثَّوْبِ وَلَطْمُ الْخَدِّ وَالصُّرَاخُ وَنَتْفُ الشَّعْرِ وَنَشْرُهُ وَحَلْقُهُ.
Diharamkan: meratap, yaitu: menangis sambil menyebutkan kebaikan-kebaikan mayit, dan meratap, yaitu: mengeraskan suara dengan nada sedih. Diharamkan merobek pakaian, menampar pipi, berteriak, mencabut rambut, menyebarkannya, dan mencukurnya.
وَتُسَنُّ: زِيَارَةُ الْقُبُورِ لِلرِّجَالِ وَتُكْرَهُ لِلنِّسَاءِ وَإِنِ اجْتَازَتِ الْمَرْأَةُ بِقَبْرٍ فِي طَرِيقِهَا فَسَلَّمَتْ عَلَيْهِ وَدَعَتْ لَهُ فَحَسَنٌ.
Disunnahkan: ziarah kubur bagi laki-laki dan dimakruhkan bagi perempuan. Jika seorang wanita melewati kuburan di jalannya, lalu memberi salam dan mendoakannya, maka itu baik.
وَسُنَّ: لِمَنْ زَارَ الْقُبُورَ أَوْ مَرَّ بِهَا أَنْ يَقُولَ: "السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ٢ وَالْمُسْتَأْخِرِينَ نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُمْ".
Dan disunnahkan: bagi siapa yang berziarah kubur atau melewatinya untuk mengucapkan: "Semoga keselamatan atas kalian wahai tempat tinggal kaum Mukminin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian, dan semoga Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kalian dan orang-orang yang terkemudian. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan kalian. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau beri kami fitnah setelah mereka, dan ampunilah kami dan mereka".
وَابْتِدَاءُ السَّلَامِ عَلَى الْحَيِّ سُنَّةٌ وَرَدُّهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ.١
Memulai salam kepada orang yang hidup adalah sunnah dan menjawabnya adalah fardhu kifayah.1
وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ - إِذَا حَمِدَ٢ - فَرْضُ كِفَايَةٍ. وَرَدُّهُ: فَرْضُ عَيْنٍ.
Mendoakan orang yang bersin - jika ia mengucapkan alhamdulillah2 - adalah fardhu kifayah. Menjawabnya adalah fardhu 'ain.
وَيَعْرِفُ الْمَيِّتُ زَائِرَهُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ٣.
Orang yang meninggal mengenali orang yang menziarahinya pada hari Jumat sebelum matahari terbit3.
وَيَتَأَذَّى بِالْمُنْكَرِ عِنْدَهُ وَيَنْتَفِعُ بِالْخَيْرِ.
Dia terganggu dengan kemungkaran di sisinya dan mendapat manfaat dengan kebaikan.
كِتَابُ الزَّكَاةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الزَّكَاةِ
Kitab Zakat
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الزَّكَاةِ
Kitab Zakat
شَرْطُ وُجُوبِهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءٍ.
Syarat wajibnya ada lima hal.
أَحَدُهَا: الْإِسْلَامُ فَلَا تَجِبُ عَلَى الْكَافِرِ وَلَوْ مُرْتَدًّا.
Pertama: Islam, maka tidak wajib atas orang kafir meskipun murtad.
الثَّانِي: الْحُرِّيَّةُ فَلَا تَجِبُ عَلَى الرَّقِيقِ وَلَوْ مُكَاتَبًا لَكِنْ تَجِبُ عَلَى الْبَعْضِ بِقَدْرِ مِلْكِهِ.
Kedua: Merdeka, maka tidak wajib atas budak meskipun mukatab, tetapi wajib atas sebagian sesuai kadar kepemilikannya.
الثَّالِثُ: مِلْكُ النِّصَابِ تَقْرِيبًا فِي الْأَثْمَانِ وَتَحْدِيدًا فِي غَيْرِهَا.
Ketiga: Memiliki nishab secara perkiraan pada harta dan secara pasti pada selainnya.
الرَّابِعُ: الْمِلْكُ التَّامُّ فَلَا زَكَاةَ عَلَى السَّيِّدِ فِي دَيْنِ الْكِتَابَةِ وَلَا فِي حِصَّةِ الْمُضَارِبِ قَبْلَ الْقِسْمَةِ.
Keempat: Kepemilikan penuh, maka tidak ada zakat atas tuan dalam hutang kitabah dan tidak pula pada bagian mudharib sebelum pembagian.
الْخَامِسُ: تَمَامُ الْحَوْلِ وَلَا يَضُرُّ لَوْ نَقَصَ نِصْفَ يَوْمٍ.
Kelima: Genap satu tahun, dan tidak mengapa jika kurang setengah hari.
وَتَجِبُ فِي مَالِ الصَّغِيرِ١ وَالْمَجْنُونِ.
Dan zakat wajib pada harta anak kecil¹ dan orang gila.
وَهِيَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءٍ: فِي سَائِمَةِ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ وَفِي الْخَارِجِ مِنَ الْأَرْضِ وَفِى الْعَسَلِ وَفِي الْأَثْمَانِ وَفِي عُرُوضِ التِّجَارَةِ.
Dan zakat ada pada lima hal: Pada binatang ternak yang digembalakan, pada hasil bumi, pada madu, pada harta, dan pada barang dagangan.
وَيَمْنَعُ: وُجُوبَهَا دَيْنٌ يَنْقُصُ النِّصَابَ.
Dan yang mencegah: kewajibannya adalah hutang yang mengurangi nishab.
وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ زَكَاةٌ أُخِذَتْ مِنْ تَرِكَتِهِ١.
Dan barangsiapa yang meninggal dunia dan masih memiliki kewajiban zakat, maka zakat tersebut diambil dari harta peninggalannya¹.
بَابُ زَكَاةِ السَّائِمَةِ
بَابُ زَكَاةِ السَّائِمَةِ
Bab Zakat Hewan Ternak
تَجِبُ فِيهَا بِثَلَاثَةِ شُرُوطٍ:
Zakat hewan ternak wajib dengan tiga syarat:
إِحْدَاهَا: أَنْ تُتَّخَذَ لِلدَّرِّ وَالنَّسْلِ وَالتَّسْمِينِ لَا لِلْعَمَلِ.
Pertama: Hewan tersebut diambil untuk diperah, dikembangbiakkan, dan digemukkan, bukan untuk dipekerjakan.
الثَّانِي: أَنْ تَسُومَ٢ أَيْ: تَرْعَى الْمُبَاحَ أَكْثَرَ الْحَوْلِ.
Kedua: Hewan tersebut merumput (yaitu merumput di tempat yang diperbolehkan) selama sebagian besar tahun.
الثَّالِثُ: أَنْ تَبْلُغَ نِصَابًا.
Ketiga: Hewan tersebut mencapai nishab (jumlah minimal).
فَأَقَلُّ نِصَابِ الْإِبِلِ خَمْسٌ وَفِيهَا شَاةٌ ثُمَّ فِي كُلِّ خَمْسٍ٣ شَاةٌ إِلَى خَمْسَةٍ٤ وَعِشْرِينَ فَتَجِبُ بِنْتُ مَخَاضٍ وَهِيَ مَا تَمَّ لَهَا سَنَةٌ وَفِي سِتٍّ وَثَلَاثِينَ بِنْتُ لَبُونٍ لَهَا سَنَتَانِ وَفِي سِتٍّ٥ وَأَرْبَعِينَ حِقَّةٌ لَهَا ثَلَاثُ سِنِينَ وَفِي إِحْدَى وَسِتِّينَ جَذَعَةٌ لَهَا أَرْبَعُ سِنِينَ وَفِي سِتٍّ٦ وَسَبْعِينَ.
Nishab minimal unta adalah lima ekor, dan zakatnya seekor kambing. Kemudian untuk setiap lima ekor unta zakatnya seekor kambing hingga dua puluh lima ekor. Jika mencapai dua puluh lima ekor, maka zakatnya seekor unta betina bintu makhad (unta betina yang genap setahun). Jika mencapai tiga puluh enam ekor, zakatnya seekor unta betina bintu labun (unta betina yang genap dua tahun). Jika mencapai empat puluh enam ekor, zakatnya seekor unta betina hiqqah (unta betina yang genap tiga tahun). Jika mencapai enam puluh satu ekor, zakatnya seekor unta betina jadzah (unta betina yang genap empat tahun). Jika mencapai tujuh puluh enam ekor.
بِنْتَا لَبُونٍ وَفِي إِحْدَى وَتِسْعِينَ حِقَّتَانِ وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ: ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُونٍ إِلَى مِائَةٍ وَثَلَاثِينَ فَيَسْتَقِرُّ فِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ وَفِي كُلِّ خَمْسِينَ: حِقَّةٌ.
Dua ekor unta betina labun, pada 91 ekor: dua ekor unta betina hiqqah, pada 121 ekor: tiga ekor unta betina labun hingga 130 ekor, maka ditetapkan pada setiap 40 ekor seekor unta betina labun, dan pada setiap 50 ekor: seekor unta betina hiqqah.
فَصْلٌ
Pasal
وَ٢أَقَلُّ نِصَابِ الْبَقَرِ - أَهْلِيَّةً كَانَتْ أَوْ وَحْشِيَّةً -: ثَلَاثُونَ وَفِيهَا تَبِيعٌ وَهُوَ مَا لَهُ سَنَةٌ وَفِي أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ لَهَا سَنَتَانِ وَفِى سِتِّينَ تَبِيعَانِ ثُمَّ فِي كُلِّ ثَلَاثِينَ تَبِيعٌ وَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ وَأَقَلُّ نِصَابِ الْبَقَرِ أَهْلِيَّةً كَانَتْ أَوْ وَحْشِيَّةً ثَلَاثُونَ وَفِيهَا تَبِيعٌ وَهُوَ مَا لَهُ سَنَةٌ وَفِي أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ لَهَا سَنَتَانِ وَفِى سِتِّينَ تَبِيعَانِ ثُمَّ فِي كُلِّ ثَلَاثِينَ تَبِيعٌ وَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ٣.
Dan ٢nishab minimal sapi - baik jinak maupun liar -: tiga puluh, dan padanya seekor tabi' yaitu yang berumur satu tahun, pada empat puluh ekor seekor musinnah yang berumur dua tahun, pada enam puluh ekor dua tabi', kemudian pada setiap tiga puluh ekor seekor tabi' dan pada setiap empat puluh ekor seekor musinnah. Nishab minimal sapi, baik jinak maupun liar, adalah tiga puluh ekor, dan padanya seekor tabi' yaitu yang berumur satu tahun, pada empat puluh ekor seekor musinnah yang berumur dua tahun, pada enam puluh ekor dua tabi', kemudian pada setiap tiga puluh ekor seekor tabi' dan pada setiap empat puluh ekor seekor musinnah٣.
وَأَقَلُّ نِصَابِ الْغَنَمِ - أَهْلِيَّةً كَانَتْ أَوْ وَحْشِيَّةً -: أَرْبَعُونَ وَفِيهَا شَاةٌ: لَهَا سَنَةٌ جَذَعَةُ ضَأْنٍ: لَهَا سِتَّةُ أَشْهُرٍ وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ: شَاتَانِ وَفِي مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٍ ثَلَاثُ شِيَاهٍ ثُمَّ فِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ وَأَقَلُّ نِصَابِ الْغَنَمِ أَهْلِيَّةً كَانَتْ أَوْ وَحْشِيَّةً أَرْبَعُونَ وَفِيهَا شَاةٌ: لَهَا سَنَةٌ جَذَعَةُ ضَأْنٍ: لَهَا سِتَّةُ أَشْهُرٍ وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ: شَاتَانِ وَفِي مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٍ: ثَلَاثُ شِيَاهٍ ثُمَّ فِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ٤
Dan nishab minimal kambing - baik jinak maupun liar -: empat puluh ekor dan di dalamnya ada seekor kambing: berumur satu tahun, jadza'ah (kambing betina berumur satu tahun lebih) domba: berumur enam bulan. Pada seratus dua puluh satu ekor: dua ekor kambing, dan pada dua ratus satu ekor: tiga ekor kambing, kemudian pada setiap seratus ekor seekor kambing. Nishab minimal kambing, baik jinak maupun liar, adalah empat puluh ekor dan di dalamnya ada seekor kambing: berumur satu tahun, jadza'ah domba: berumur enam bulan. Pada seratus dua puluh satu ekor: dua ekor kambing, dan pada dua ratus satu ekor: tiga ekor kambing, kemudian pada setiap seratus ekor seekor kambing.4
فَصْلٌ٥
Pasal5
وَ٦إِذَا اخْتَلَطَ اثْنَانِ فَأَكْثَرُ مِنْ أَهْلِ الزَّكَاةِ فِي نِصَابٍ مَاشِيَةٍ لَهُمْ جَمِيعَ الْحَوْلِ وَاشْتَرَكَا فِي الْمَبِيتِ وَالْمَسْرَحِ وَالْمَحْلَبِ وَالْفَحْلِ،
Dan6 jika dua orang atau lebih dari mereka yang wajib zakat bercampur dalam nishab hewan ternak mereka selama setahun penuh dan bersekutu dalam tempat bermalam, tempat merumput, tempat pemerahan, dan pejantan,
وَالْمَرْعَى١ زَكِيًّا كَالْوَاحِدِ.
Dan padang rumput١ yang subur seperti satu.
وَلَا تُشْتَرَطُ: نِيَّةُ الْخُلْطَةِ وَلَا اتِّحَادُ الْمَشْرَبِ وَالرَّاعِي وَلَا اتِّحَادُ الْفَحْلِ إِنِ اخْتَلَفَ النَّوْعُ: كَالْبَقَرِ وَالْجَامُوسِ وَالضَّأْنِ وَالْمَعْزِ.
Dan tidak disyaratkan: niat bercampur, tidak pula bersatunya tempat minum dan pengembala, tidak pula bersatunya pejantan jika berbeda jenis: seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing.
وَقَدْ تُفِيدُ الْخُلْطَةُ تَغْلِيظًا كَاثْنَيْنِ اخْتَلَطَا بِأَرْبَعِينَ شَاةً لِكُلِّ وَاحِدٍ عِشْرُونَ فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ وَتَخْفِيفًا كَثَلَاثَةٍ اخْتَلَطُوا بِمِائَةٍ وَعِشْرِينَ شَاةً لِكُلِّ وَاحِدٍ أَرْبَعُونَ فَيَلْزَمُهُمْ شَاةٌ.
Dan percampuran dapat memberatkan seperti dua orang yang bercampur dengan empat puluh ekor kambing, masing-masing memiliki dua puluh ekor, maka wajib bagi mereka seekor kambing. Dan meringankan seperti tiga orang yang bercampur dengan seratus dua puluh ekor kambing, masing-masing memiliki empat puluh ekor, maka wajib bagi mereka seekor kambing.
وَلَا أَثَرَ لِتَفْرِقَةِ الْمَالِ مَا لَمْ يَكُنِ٢ الْمَالُ سَائِمَةً.
Dan tidak ada pengaruh pemisahan harta selama٢ harta itu bukan hewan ternak yang digembalakan.
فَإِنْ كَانَتْ٣ سَائِمَةً بِمَحَلَّيْنِ بَيْنَهُمَا مَسَافَةُ قَصْرٍ فَلِكُلٍّ حُكْمُ نَفْسِهِ٤ فَإِنْ٥ كَانَ لَهُ شِيَاهٌ بِمَحَالٍّ مُتَبَاعِدَةٍ فِي كُلِّ مَحَلٍّ أَرْبَعُونَ فَعَلَيْهِ شِيَاهٌ بِعَدَدِ الْمَحَالِّ وَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَجْتَمِعْ٦ فِي كُلِّ مَحَلٍّ أَرْبَعُونَ مَا لَمْ يَكُنْ خُلْطَةً.
Jika٣ hewan ternak itu digembalakan di dua tempat yang berjarak perjalanan qasar, maka masing-masing memiliki hukumnya sendiri٤. Jika٥ ia memiliki kambing di beberapa tempat yang berjauhan, di setiap tempat ada empat puluh ekor, maka ia wajib mengeluarkan kambing sejumlah tempat tersebut. Dan ia tidak wajib mengeluarkan apa pun jika tidak terkumpul٦ empat puluh ekor di setiap tempat, selama tidak ada percampuran.
بَابُ زَكَاةِ الخَارِجِ مِنَ الأَرْضِ
بَابُ زَكَاةِ الْخَارِجِ مِنَ الْأَرْضِ
Bab Zakat Hasil Bumi
تَجِبُ: فِي كُلِّ مَكِيلٍ مُدَّخَرٍ مِنَ الْحَبِّ كَالْقَمْحِ وَالشَّعِيرِ وَالذُّرَةِ وَالْحِمِّصِ وَالْعَدَسِ وَالْبَاقِلَاءِ وَالْكَرْسَنَةِ وَالسِّمْسِمِ وَالدُّخْنِ وَالْكَرَاوِيَا وَالْكُزْبَرَةِ وَبِزْرِ الْقُطْنِ وَالْكَتَّانِ وَالْبَطِّيخِ وَنَحْوِهِ وَمِنَ الثَّمَرِ: كَالتَّمْرِ وَالزَّبِيبِ وَاللَّوْزِ وَالْفُسْتُقِ وَالْبُنْدُقِ وَالسُّمَّاقِ.
Wajib: pada setiap biji-bijian yang dapat ditakar dan disimpan seperti gandum, jelai, jagung, kacang adas, lentil, kacang fava, kacang polong, wijen, jawawut, jintan, ketumbar, biji kapas, rami, semangka dan sejenisnya, dan dari buah-buahan: seperti kurma, kismis, almond, pistachio, kemiri, dan sumac.
وَلَا زَكَاةَ فِي عِنَابٍ١ وَزَيْتُونٍ وَجَوْزٍ وَتِينٍ وَمِشْمِشٍ وَتُوتٍ وَنَبْقٍ وَزَعْرُورٍ وَرُمَّانٍ.
Dan tidak ada zakat pada jujube¹, zaitun, kenari, ara, aprikot, mulberry, bidara, azarole, dan delima.
وَإِنَّمَا تَجِبُ فِيمَا تَجِبُ بِشَرْطَيْنِ:
Zakat hanya diwajibkan pada apa yang wajib dengan dua syarat:
الْأَوَّلُ: أَنْ يَبْلُغَ نِصَابًا وَقَدْرُهُ - بَعْدَ تَصْفِيَةِ الْحَبِّ وَجَفَافِ الثَّمَرِ -: خَمْسَةُ أَوْسُقٍ٢ وَهِيَ: ثَلَاثُمِائَةِ صَاعٍ وَبِالْأَرَادِبِ٣: سِتَّةٌ وَرُبْعٌ وَبِالرِّطْلِ الْعِرَاقِيِّ: أَلْفٌ وَسِتُّمِائَةٍ وَبِالْقُدْسِيِّ مِائَتَانِ وَسَبْعَةٌ٤ وَخَمْسُونَ وَسَبْعُ رِطْلٍ.
Pertama: mencapai nishab, ukurannya - setelah membersihkan biji-bijian dan mengeringkan buah - adalah: lima wasaq² yaitu: tiga ratus sha' dan dalam ardab³: enam seperempat, dalam rithl Irak: seribu enam ratus, dan dalam rithl Quds dua ratus lima puluh⁴ tujuh dan tujuh rithl.
الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مَالِكًا لِلنِّصَابِ وَقْتَ وُجُوبِهَا فَوَقْتُ الْوُجُوبِ فِي الْحَبِّ إِذَا اشْتَدَّ وَفِى الثَّمَ١رِ إِذَا بَدَا صَلَاحُهَا.
Kedua: Bahwa dia memiliki nisab pada saat zakat diwajibkan. Waktu wajib zakat pada biji-bijian adalah ketika mengeras, dan pada buah-buahan ketika mulai matang.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَجِبُ٢ فِيمَا يُسْقَى بِلَا كُلْفَةٍ الْعُشْرُ وَفِيمَا يُسْقَى بِكُلْفَةٍ نِصْفُ الْعُشْرِ.
Wajib mengeluarkan sepersepuluh pada tanaman yang disiram tanpa biaya, dan setengah dari sepersepuluh pada yang disiram dengan biaya.
وَيَجِبُ إِخْرَاجُ زَكَاةِ الْحَبِّ مُصَفًّى وَالثَّمَرِ:٣ يَابِسًا فَلَوْ خَالَفَ وَأَخْرَجَ رَطْبَهَا لَمْ يُجْزِئْهُ وَوَقَعَ نَفْلًا.
Wajib mengeluarkan zakat biji-bijian dalam keadaan bersih dan buah-buahan dalam keadaan kering. Jika menyalahi dan mengeluarkan dalam keadaan basah, maka tidak mencukupi dan terhitung sebagai sedekah sunnah.
وَسُنَّ: لِلْإِمَامِ بَعْثُ خَارِصٍ لِثَمَرَةِ النَّخْلِ وَالْكَرْمِ إِذَا بَدَا صَلَاحُهَا وَيَكْفِى وَاحِدٌ وَشَرْطُ كَوْنِهِ مُسْلِمًا أَمِينًا خَبِيرًا وَأُجْرَتُهُ عَلَى رَبِّ الثَّمَرَةِ.
Disunnahkan bagi pemimpin untuk mengutus penaksir buah kurma dan anggur ketika mulai matang. Cukup satu orang dengan syarat dia Muslim, amanah, dan berpengalaman. Upahnya ditanggung oleh pemilik buah.
وَيَجِبُ عَلَيْهِ: بَعْثُ السُّعَاةِ قُرْبَ الْوُجُوبِ لِقَبْضِ زَكَاةِ الْمَالِ لِفِعْلِهِ ﷺ وَيَجْتَمِعُ الْعُشْرُ وَالْخَرَاجُ فِي الْأَرْضِ الْخَرَاجِيَّةِ وَهِيَ مَا فُتِحَتْ عَنْوَةً وَلَمْ تُقْسَمْ بَيْنَ الْغَانِمِينَ كَمِصْرَ وَالشَّامِ وَالْعِرَاقِ.
Wajib baginya mengutus para pengumpul zakat menjelang waktu wajib untuk menerima zakat harta, berdasarkan perbuatan Nabi ﷺ. Sepersepuluh dan kharaj dapat terkumpul pada tanah kharaj, yaitu yang dibuka secara paksa dan tidak dibagikan di antara para penakluk, seperti Mesir, Syam, dan Irak.
وَتَضْمِينُ أَمْوَالِ الْعُشْرِ وَالْأَرْضِ الْخَرَاجِيَّةِ بَاطِلٌ.
Menjamin harta sepersepuluh dan tanah kharaj adalah batil.
وَفِي الْعَسَلِ الْعُشْرُ وَنِصَابُهُ مِائَةٌ وَسِتُّونَ رِطْلًا عِرَاقِيَّةً.
Pada madu zakatnya sepersepuluh dan nisabnya 160 rithl Irak.
وَفِي الرِّكَازِ: وَهُوَ الْكَنْزُ وَلَوْ قَلِيلًا الْخُمُسُ وَلَا يَمْنَعُ وُجُوبَهُ الدَّيْنُ.
Pada rikaz, yaitu harta terpendam meskipun sedikit, zakatnya seperlima dan hutang tidak menghalangi kewajibannya.
بَابُ زَكَاةِ الأَثْمَانِ
بَابُ زَكَاةِ الْأَثْمَانِ
Bab Zakat Harta
وَهِيَ: الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ.
Yaitu: emas dan perak.
وَفِيهَا: رُبْعُ الْعُشْرِ إِذَا بَلَغَتْ نِصَابًا فَنِصَابُ الذَّهَبِ بِالْمَثَاقِيلِ: عِشْرُونَ مِثْقَالًا وَبِالدَّنَانِيرِ خَمْسَةٌ وَعِشْرُونَ وَسَبْعَا دِينَارٍ وَتِسْعُ دِينَارٍ وَنِصَابُ الْفِضَّةِ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَالدِّرْهَمُ اثْنَتَا عَشْرَةَ حَبَّةَ خَرُّوبٍ وَالْمِثْقَالُ دِرْهَمٌ وَثَلَاثَةُ أَسْبَاعِ دِرْهَمٍ وَيَضُمُّ الذَّهَبَ إِلَى الْفِضَّةِ فِي تَكْمِيلِ النِّصَابِ وَيُخْرِجُ مِنْ أَيِّهِمَا شَاءَ.
Di dalamnya: seperempat dari sepersepuluh jika telah mencapai nishab. Nishab emas dengan mitsqal: dua puluh mitsqal, dan dengan dinar dua puluh lima dinar ditambah tujuh persepuluh dinar. Nishab perak adalah dua ratus dirham, satu dirham sama dengan dua belas biji kharrub. Satu mitsqal sama dengan satu dirham ditambah tiga pertujuh dirham. Emas digabungkan dengan perak dalam penyempurnaan nishab, dan dikeluarkan dari mana saja yang dikehendaki.
وَلَا زَكَاةَ فِي حُلِيٍّ مُبَاحٍ مُعَدٍّ لِاسْتِعْمَالٍ أَوْ إِعَارَةٍ.
Tidak ada zakat pada perhiasan yang diperbolehkan yang disiapkan untuk dipakai atau dipinjamkan.
وَتَجِبُ: فِي الْحُلِيِّ الْمُحَرَّمِ وَكَذَا فِي الْمُبَاحِ الْمُعَدِّ لِلْكِرَاءِ١ وَالنَّفَقَةِ إِذَا بَلَغَ نِصَابًا وَزْنًا وَيُخْرِجُ عَنْ قِيمَتِهِ إِنْ زَادَتْ.
Dan wajib: pada perhiasan yang diharamkan, demikian juga pada yang diperbolehkan yang disiapkan untuk disewakan¹ dan dinafkahkan jika telah mencapai nishab secara berat, dan dikeluarkan dari nilainya jika lebih.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَحْرُمُ: تَحْلِيَةُ الْمَسْجِدِ بِذَهَبٍ.
Dan haram: menghiasi masjid dengan emas.
أَوْ فِضَّةٍ وَيُبَاحُ لِلذَّكَرِ مِنَ الْفِضَّةِ٢ الْخَاتَمُ وَلَوْ زَادَ عَلَى مِثْقَالٍ وَجَعْلُهُ بِخِنْصَرِ٣ يَسَارٍ أَفْضَلُ وَتُبَاحُ قَبِيعَةُ السَّيْفِ فَقَطْ٤ وَلَوْ مِنْ ذَهَبٍ،
Atau perak. Dan diperbolehkan bagi laki-laki dari perak² cincin meskipun melebihi satu mitsqal, dan menjadikannya di jari kelingking³ kiri lebih utama. Dan diperbolehkan gagang pedang saja⁴ meskipun dari emas,
وَحِلْيَةُ الْمِنْطَقَةِ وَالْجَوْشَنِ وَالْخُوذَةِ لَا الرِّكَابِ وَاللِّجَامِ وَالدَّوَاةِ.
Dan hiasan ikat pinggang, baju besi, dan helm, bukan rikab, kekang, dan dawat.
وَيُبَاحُ لِلنِّسَاءِ: مَا جَرَتْ عَادَتُهُنَّ بِلُبْسِهِ وَلَوْ زَادَ عَلَى أَلْفِ مِثْقَالٍ.
Dan dibolehkan bagi wanita: apa yang menjadi kebiasaan mereka memakainya meskipun melebihi seribu mitsqal.
وَلِلرَّجُلِ، وَالْمَرْأَةِ: التَّحَلِّي بِالْجَوْهَرِ، وَالْيَاقُوتِ وَالزَّبَرْجَدِ١.
Dan bagi laki-laki dan perempuan: menghiasi diri dengan permata, yaqut, dan zabarjad¹.
وَكُرِهَ: تَخَتُّمُهُمَا بِالْحَدِيدِ وَالرَّصَاصِ وَالنُّحَاسِ٢.
Dan dimakruhkan: memakai cincin besi, timah, dan tembaga bagi keduanya².
وَيُسْتَحَبُّ٣: بِالْعَقِيقِ.
Dan dianjurkan³: dengan batu akik.
بَابُ زَكَاةِ العُرُوضِ
بَابُ زَكَاةِ الْعُرُوضِ
Bab Zakat Barang Dagangan
وَهِيَ: مَا يُعَدُّ لِلْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ لِأَجْلِ الرِّبْحِ فَتُقَوَّمُ إِذَا حَالَ الْحَوْلُ عَلَيْهَا وَأَوَّلُهُ مِنْ حِينِ بُلُوغِ الْقِيمَةِ نِصَابًا بِالْأَحَظِّ لِلْمَسَاكِينِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ فَإِنْ بَلَغَتِ الْقِيمَةُ نِصَابًا وَجَبَ رُبْعُ الْعُشْرِ وَإِلَّا فَلَا،
Yaitu: apa yang disiapkan untuk jual beli demi meraih keuntungan, maka dinilai jika telah berlalu satu tahun, dan awalnya adalah sejak nilai mencapai nishab dengan yang paling menguntungkan bagi orang-orang miskin dari emas atau perak. Jika nilainya mencapai nishab maka wajib seperempat dari sepersepuluh, jika tidak maka tidak.
وَكَذَا أَمْوَالُ الصَّيَارِفِ.
Demikian pula harta para penukar uang.
وَلَا عِبْرَةَ بِقِيمَةٍ آنِيَّةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ بَلْ بِوَزْنِهَا١ وَلَا بِمَا فِيهِ صِنَاعَةٌ مُحَرَّمَةٌ فَيُقَوَّمُ عَارِيًا عَنْهَا وَمَنْ عِنْدَهُ عَرْضٌ لِلتِّجَارَةِ أَوْ وَرِثَهُ فَنَوَاهُ لِلْقِنْيَةِ٢ ثُمَّ نَوَاهُ لِلتِّجَارَةِ لَمْ يَصِرْ عَرْضًا٣ بِمُجَرَّدِ النِّيَّةِ غَيْرَ حُلِيِّ اللُّبْسِ.
Tidak ada pertimbangan untuk nilai emas dan perak saat ini, melainkan dengan berat keduanya¹. Juga tidak dengan apa yang di dalamnya terdapat kerajinan yang diharamkan, maka dinilai tanpa itu. Barangsiapa memiliki barang dagangan atau mewarisinya lalu berniat untuk menyimpannya², kemudian berniat untuk berdagang, maka tidak menjadi barang dagangan³ hanya dengan niat saja, kecuali perhiasan yang dipakai.
وَمَا اسْتُخْرِجَ مِنَ الْمَعَادِنِ فَفِيهِ بِمُجَرَّدِ إِحْرَازِهِ٤ رُبْعُ الْعُشْرِ٥ إِنْ بَلَغَتِ الْقِيمَةُ نِصَابًا بَعْدَ السَّبْكِ وَالتَّصْفِيَةِ.
Apa yang diekstraksi dari tambang, maka di dalamnya hanya dengan mengamankannya⁴ seperempat dari sepersepuluh⁵ jika nilainya mencapai nisab setelah peleburan dan pemurnian.
بَابُ زَكَاةِ الفِطْرِ
بَابُ زَكَاةِ الْفِطْرِ
Bab Zakat Fitrah
تَجِبُ: بِأَوَّلِ لَيْلَةِ الْعِيدِ فَمَنْ مَاتَ أَوْ أَعْسَرَ فِي الْغُرُوبِ فَلَا زَكَاةَ عَلَيْهِ وَبَعْدَهُ تَسْتَقِرُّ فِي ذِمَّتِهِ.
Zakat fitrah wajib pada awal malam Idul Fitri. Barangsiapa meninggal atau jatuh miskin pada saat matahari terbenam, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya. Setelah itu, zakat menjadi tanggungan yang harus ditunaikan.
وَهِيَ وَاجِبَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ يَجِدُ مَا يَفْضُلُ عَنْ قُوتِهِ وَقُوتِ عِيَالِهِ يَوْمَ الْعِيدِ وَلَيْلَتَهُ بَعْدَمَا يَحْتَاجُهُ٦ مِنْ مَسْكَنٍ وَخَادِمٍ وَدَابَّةٍ وَثِيَابِ بِذْلَةٍ وَكُتُبِ عِلْمٍ.
Zakat fitrah wajib atas setiap muslim yang memiliki kelebihan dari makanan pokoknya dan makanan pokok keluarganya pada hari raya dan malamnya, setelah kebutuhan tempat tinggal, pembantu, kendaraan, pakaian, dan buku-buku ilmu.
وَتَلْزَمُهُ: عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ مَنْ يَمُونُهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
Dan wajib atasnya: untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang Muslim yang dia nafkahi.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ لِجَمِيعِهِمْ بَدَأَ بِنَفْسِهِ فَزَوْجَتِهِ فَرَقِيقِهِ فَأُمِّهِ فَأَبِيهِ فَوَلَدِهِ فَأَقْرَبَ فِي الْمِيرَاثِ.
Jika dia tidak mampu untuk semuanya, maka dia mulai dengan dirinya sendiri, lalu istrinya, lalu budaknya, lalu ibunya, lalu ayahnya, lalu anaknya, lalu yang terdekat dalam warisan.
وَتَجِبُ عَلَى مَنْ تَبَرَّعَ بِمُؤْنَةِ شَخْصٍ شَهْرَ رَمَضَانَ لَا عَلَى مَنِ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا بِطَعَامِهِ وَتُسَنُّ عَنِ الْجَنِينِ.
Wajib atas orang yang menanggung nafkah seseorang pada bulan Ramadhan, bukan atas orang yang menyewa pekerja dengan makanannya. Dan disunahkan untuk janin.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْأَفْضَلُ: إِخْرَاجُهَا يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلَاةِ وَتُكْرَهُ بَعْدَهَا وَيَحْرُمُ: تَأْخِيرُهَا.
Yang paling utama: mengeluarkannya pada hari raya sebelum shalat. Dimakruhkan setelahnya. Dan haram: menundanya.
عَنْ يَوْمِ الْعِيدِ مَعَ الْقُدْرَةِ وَيَقْضِيهَا وَتُجْزِئُ قَبْلَ الْعِيدِ بِيَوْمَيْنِ.
Dari hari raya padahal mampu. Dia harus mengqadhanya. Dan sah jika dikeluarkan sebelum hari raya dua hari.
وَالْوَاجِبُ: عَنْ كُلِّ شَخْصٍ صَاعٌ تَمْرٌ أَوْ زَبِيبٌ أَوْ بُرٌّ أَوْ شَعِيرٌ أَوْ أَقِطٌ.
Yang wajib: untuk setiap orang satu sha' kurma, atau kismis, atau gandum, atau jelai, atau keju kering (aqith).
وَيُجْزِئُ: دَقِيقُ الْبُرِّ وَالشَّعِيرِ إِذَا كَانَ وَزْنَ الْحَبِّ.
Dan mencukupi: tepung gandum dan jelai jika beratnya sama dengan biji-bijian.
وَيُخْرِجُ مَعَ عَدَمِ ذَلِكَ مَا يَقُومُ مَقَامَهُ مِنْ حَبٍّ يُقْتَاتُ كَذُرَةٍ وَدُخْنٍ وَبَاقِلَا.
Jika tidak ada itu semua, dia mengeluarkan apa yang bisa menggantikannya dari biji-bijian yang bisa dimakan seperti jagung, jawawut, dan kacang fava.
وَيَجُوزُ: أَنْ يُعْطِيَ الْجَمَاعَةُ فِطْرَتَهُمْ لِوَاحِدٍ وَأَنْ يُعْطِيَ الْوَاحِدُ فِطْرَتَهُ لِجَمَاعَةٍ.
Boleh: sekelompok orang memberikan zakat fitrah mereka kepada satu orang. Dan satu orang memberikan zakat fitrahnya kepada sekelompok orang.
وَلَا يُجْزِئُ: إِخْرَاجُ الْقِيمَةِ فِي الزَّكَاةِ مُطْلَقًا.
Tidak sah: mengeluarkan nilai (uang) dalam zakat secara mutlak.
وَيَحْرُمُ: عَلَى الشَّخْصِ شِرَاءُ زَكَاتِهِ وَصَدَقَتِهِ وَلَوِ اشْتَرَاهَا مِنْ غَيْرِ مَنْ أَخَذَهَا مِنْهُ.١
Dan haram: bagi seseorang untuk membeli zakat dan sedekahnya meskipun dia membelinya dari orang lain yang mengambilnya darinya.1
بَابُ إِخْرَاجِ الزَّكَاةِ
بَابُ إِخْرَاجِ الزَّكَاةِ
Bab Mengeluarkan Zakat
يَجِبُ إِخْرَاجُهَا فَوْرًا كَالنَّذْرِ وَالْكَفَّارَةِ وَلَهُ تَأْخِيرُهَا لِزَمَنِ الْحَاجَةِ٢ وَلِقَرِيبٍ وَجَارٍ وَلِتَعَذُّرِ إِخْرَاجِهَا مِنَ النِّصَابِ وَلَوْ قَدَرَ أَنْ يُخْرِجَهَا مِنْ غَيْرِهِ.
Wajib mengeluarkannya segera seperti nadzar dan kafarat. Boleh menundanya sampai waktu kebutuhan, untuk kerabat dan tetangga, dan karena tidak mampu mengeluarkannya dari nishab meskipun mampu mengeluarkannya dari yang lain.
وَمَنْ جَحَدَ وُجُوبَهَا عَالِمًا كَفَرَ وَلَوْ أَخْرَجَهَا.
Barangsiapa yang mengingkari kewajibannya padahal ia tahu, maka ia kafir meskipun ia mengeluarkannya.
وَمَنْ مَنَعَهَا بُخْلًا وَتَهَاوُنًا أُخِذَ مِنْهُ وَعُزِّرَ.
Barangsiapa yang mencegahnya karena pelit dan meremehkan, maka diambil darinya dan dihukum.
وَمَنِ ادَّعَى إِخْرَاجَهَا أَوْ بَقَاءَ الْحَوْلِ أَوْ نَقْصَ النِّصَابِ أَوْ زَوَالَ الْمِلْكِ صُدِّقَ بِلَا يَمِينٍ.
Barangsiapa yang mengaku telah mengeluarkannya, atau tetapnya haul, atau kurangnya nishab, atau hilangnya kepemilikan, maka ia dibenarkan tanpa sumpah.
وَيَلْزَمُ أَنْ يُخْرِجَ عَنِ الصَّغِيرِ وَالْمَجْنُونِ وَلِيُّهُمَا.
Wajib bagi wali mengeluarkan zakat untuk anak kecil dan orang gila.
وَيُسَنُّ٣: إِظْهَارُهَا وَأَنْ يُفَرِّقَهَا رَبُّهَا بِنَفْسِهِ وَيَقُولُ عِنْدَ دَفْعِهَا: اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا مَغْنَمًا وَلَا تَجْعَلْهَا مَغْرَمًا٤ وَيَقُولُ الْآخِذُ: آجَرَكَ اللَّهُ فِيمَا أَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيمَا أَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُورًا.
Disunnahkan menampakkannya, pemiliknya membagikannya sendiri, dan mengucapkan saat menyerahkannya, "Ya Allah, jadikanlah ia keuntungan dan jangan Engkau jadikan ia kerugian." Yang menerima mengucapkan, "Semoga Allah membalasmu atas apa yang engkau berikan, memberkahi apa yang engkau sisakan, dan menjadikannya kesucian bagimu."
فَصْلٌ
Pasal
وَيُشْتَرَطُ لِإِخْرَاجِهَا نِيَّةٌ مِنْ مُكَلَّفٍ وَلَهُ تَقْدِيمُهَا بِيَسِيرٍ وَالْأَفْضَلُ قَرْنُهَا بِالدَّفْعِ فَيَنْوِي الزَّكَاةَ أَوِ الصَّدَقَةَ الْوَاجِبَةَ وَلَا يُجْزِئُ إِنْ نَوَى١ صَدَقَةً مُطْلَقَةً وَلَوْ تَصَدَّقَ بِجَمِيعِ مَالِهِ وَلَا تَجِبُ نِيَّةُ الْفَرْضِيَّةِ وَلَا تَعْيِينُ الْمَالِ الْمُزَكِّي عَنْهُ.
Dan disyaratkan untuk mengeluarkannya niat dari mukallaf dan dia boleh mendahulukannya dengan sedikit dan yang lebih utama adalah mengiringinya dengan pembayaran, maka dia berniat zakat atau sedekah wajib dan tidak mencukupi jika dia berniat1 sedekah mutlak walaupun dia bersedekah dengan seluruh hartanya dan tidak wajib niat fardu dan tidak wajib menentukan harta yang dizakati.
وَإِنْ وَكَّلَ فِي إِخْرَاجِهَا مُسْلِمًا أَجْزَأَتْ٢ نِيَّةُ الْمُوَكِّلِ مَعَ قُرْبِ٣ الْإِخْرَاجِ وَإِلَّا نَوَى الْوَكِيلُ أَيْضًا.
Dan jika dia mewakilkan kepada seorang Muslim untuk mengeluarkannya, maka mencukupi2 niat orang yang mewakilkan dengan dekat3 waktu pengeluaran, jika tidak maka wakil juga berniat.
وَالْأَفْضَلُ: جَعْلُ زَكَاةِ كُلِّ مَالٍ فِي فُقَرَاءِ بَلَدِهِ وَيَحْرُمُ نَقْلُهَا إِلَى مَسَافَةِ قَصْرٍ وَتُجْزِئُ.
Dan yang lebih utama: menjadikan zakat setiap harta pada orang-orang fakir di negerinya dan haram memindahkannya ke jarak qasar dan itu mencukupi.
وَيَصِحُّ: تَعْجِيلُ الزَّكَاةِ لِحَوْلَيْنِ فَقَطْ وَإِذَا كَمُلَ النِّصَابُ لِأَمْنِهِ لِلْحَوْلَيْنِ٤ فَإِنْ تَلِفَ النِّصَابُ أَوْ نَقَصَ وَقَعَ نَفْلًا.
Dan sah: menyegerakan zakat untuk dua tahun saja dan jika nisab telah sempurna karena amannya selama dua tahun4, jika nisab rusak atau berkurang maka terjadilah nafilah.
بَابُ أَهْلِ الزَّكَاةِ
بَابُ أَهْلِ الزَّكَاةِ
Bab tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
وَهُمْ ثَمَانِيَةٌ:
Dan mereka ada delapan:
الْأَوَّلُ: الْفَقِيرُ وَهُوَ مَنْ لَمْ يَجِدْ نِصْفَ كِفَايَتِهِ.
Pertama: Orang fakir, yaitu orang yang tidak memiliki setengah dari kecukupannya.
الثَّانِي: الْمِسْكِينُ: وَهُوَ مَنْ يَجِدُ نِصْفَهَا أَوْ أَكْثَرَهَا١.
Kedua: Orang miskin, yaitu orang yang memiliki setengah atau lebih dari kecukupannya¹.
الثَّالِثُ: الْعَامِلُ٢ عَلَيْهَا: كَجَابٍ وَحَافِظٍ وَكَاتِبٍ وَقَاسِمٍ.
Ketiga: Amil² zakat, seperti pengumpul, penjaga, pencatat, dan pembagi zakat.
الرَّابِعُ: الْمُؤَلَّفُ: وَهُوَ السَّيِّدُ الْمُطَاعُ فِي عَشِيرَتِهِ مِمَّنْ يُرْجَى إِسْلَامُهُ أَوْ يُخْشَى شَرُّهُ أَوْ يُرْجَى بِعَطِيَّتِهِ قُوَّةُ إِيمَانِهِ أَوْ إِسْلَامُ نَظِيرِهِ أَوْ جِبَايَتُهَا مِمَّنْ لَا يُعْطِيهَا.
Keempat: Muallaf, yaitu pemimpin yang ditaati dalam kaumnya yang diharapkan keislamannya, atau ditakuti keburukannya, atau diharapkan dengan pemberiannya dapat menguatkan imannya, atau keislaman sesamanya, atau pengumpulan zakat dari orang yang tidak mau memberikannya.
الْخَامِسُ: الْمُكَاتَبُ.
Kelima: Budak mukatab.
السَّادِسُ: الْغَارِمُ: وَهُوَ مَنْ تَدَيَّنَ لِلْإِصْلَاحِ بَيْنَ النَّاسِ أَوْ تَدَيَّنَ لِنَفْسِهِ وَأَعْسَرَ.
Keenam: Orang yang berhutang, yaitu orang yang berhutang untuk mendamaikan manusia atau berhutang untuk dirinya sendiri dan kesulitan.
السَّابِعُ: الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
Ketujuh: Orang yang berjuang di jalan Allah.
الثَّامِنُ: ابْنُ السَّبِيلِ: وَهُوَ الْغَرِيبُ الْمُنْقَطِعُ بِغَيْرِ بَلَدِهِ.
Kedelapan: Ibnu sabil, yaitu orang asing yang terputus di selain negerinya.
فَيُعْطَى الْجَمِيعُ٣ مِنَ الزَّكَاةِ بِقَدْرِ الْحَاجَةِ إِلَّا الْعَامِلَ فَيُعْطَى بِقَدْرِ أُجْرَتِهِ وَلَوْ غَنِيًّا أَوْ قَنًّا.
Maka semuanya³ diberi dari zakat sesuai kebutuhan, kecuali amil yang diberi sesuai upahnya meskipun kaya atau budak.
وَيُجْزِئُ دَفْعُهَا إِلَى الْخَوَارِجِ وَالْبُغَاةِ وَكَذَلِكَ مَنْ أَخَذَهَا مِنَ السَّلَاطِينِ.
Dan sah memberikannya kepada Khawarij, pemberontak, dan juga orang yang mengambilnya dari para penguasa.
قَهْرًا أَوِ اخْتِيَارًا عَدَلَ فِيهَا أَوْ جَارَ.
Baik terpaksa atau sukarela, ia berlaku adil atau tidak adil dalam pembagiannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يُجْزِئُ: دَفْعُ الزَّكَاةِ لِلْكَافِرِ وَلَا لِلرَّقِيقِ وَلَا لِلْغَنِيِّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ وَلَا لِمَنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ وَلَا لِلزَّوْجِ وَلَا لِبَنِي هَاشِمٍ.
Tidak sah: memberikan zakat kepada orang kafir, budak, orang kaya dengan harta atau penghasilan, orang yang wajib dinafkahi, suami, atau Bani Hasyim.
فَإِنْ دَفَعَهَا لِغَيْرِ مُسْتَحِقِّهَا وَهُوَ يَجْهَلُ ثُمَّ عَلِمَ لَمْ يُجْزِئْهُ وَيَسْتَرِدُّهَا مِنْهُ بِنَمَائِهَا.
Jika ia memberikannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya karena ketidaktahuan, kemudian mengetahuinya, maka tidak sah baginya dan ia harus mengambilnya kembali beserta pertumbuhannya.
وَإِنْ دَفَعَهَا لِمَنْ يَظُنُّهُ فَقِيرًا فَبَانَ غَنِيًّا أَجْزَأَهُ.
Jika ia memberikannya kepada orang yang ia kira miskin, tetapi ternyata kaya, maka itu sudah mencukupinya.
وَسُنَّ أَنْ يُفَرِّقَ الزَّكَاةَ عَلَى أَقَارِبِهِ الَّذِينَ لَا تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُمْ عَلَى قَدْرِ حَاجَتِهِمْ وَعَلَى ذَوِي الْأَرْحَامِ كَعَمَّتِهِ وَبِنْتِ أَخِيهِ.
Disunnahkan untuk mendistribusikan zakat kepada kerabatnya yang tidak wajib ia nafkahi sesuai kebutuhan mereka, dan kepada kerabat seperti bibi dari pihak ayah dan anak perempuan saudaranya.
وَتُجْزِئُ إِنْ دَفَعَهَا لِمَنْ تَبَرَّعَ بِنَفَقَتِهِ بِضَمِّهِ إِلَى عِيَالِهِ.
Zakat itu sah jika diberikan kepada orang yang secara sukarela menanggung nafkahnya dengan memasukkannya ke dalam tanggungannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَتُسَنُّ: صَدَقَةُ التَّطَوُّعِ فِي كُلِّ وَقْتٍ لَا سِيَّمَا سِرًّا وَفِي الزَّمَانِ وَالْمَكَانِ الْفَاضِلِ وَعَلَى جَارِهِ وَذَوِي رَحِمِهِ فَهِيَ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ.
Disunnahkan: sedekah sunnah di setiap waktu, terutama secara diam-diam, di waktu dan tempat yang utama, kepada tetangga dan kerabatnya, karena itu adalah sedekah sekaligus silaturahmi.
وَمَنْ تَصَدَّقَ بِمَا يَنْقُصُ مُؤْنَةً تَلْزَمُهُ أَوْ أَضَرَّ بِنَفْسِهِ أَوْ غَرِيمِهِ أَثِمَ بِذَلِكَ.
Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu yang mengurangi nafkah wajibnya, membahayakan dirinya, atau merugikan kreditornya, maka ia berdosa karenanya.
وَكُرِهَ: لِمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ أَوْ لَا عَادَةَ لَهُ عَلَى الضِّيقِ أَنْ يَنْقُصَ نَفْسَهُ عَنِ الْفِكَايَةِ التَّامَّةِ.
Makruh: bagi orang yang tidak sabar atau tidak terbiasa dengan kesempitan untuk mengurangi dirinya dari kifayah yang sempurna.
وَالْمَنُّ بِالصَّدَقَةِ كَبِيرَةٌ وَيُبْطِلُ بِهِ الثَّوَابَ.
Mengungkit-ungkit sedekah adalah dosa besar dan menghapus pahala sedekah tersebut.
كِتَابُ الصِّيَامِ
وُجُوبُ الصَّوْمِ
كِتَابُ الصِّيَامِ
Kitab Puasa
وُجُوبُ الصَّوْمِ
Kewajiban Puasa
...
...
كِتَابُ الصِّيَامِ
Kitab Puasa
يَجِبُ: صَوْمُ رَمَضَانَ بِرُؤْيَةِ هِلَالِهِ عَلَى جَمِيعِ النَّاسِ وَعَلَى مَنْ حَالَ دُونَهُمْ وَدُونَ مَطْلَعِهِ غَيْمٌ أَوْ قَتَرٌ١ لَيْلَةَ الثَّلَاثِينَ مِنْ شَعْبَانَ احْتِيَاطًا بِنِيَّةٍ٢ رَمَضَانَ وَيُجْزِئُ إِنْ ظَهَرَ مِنْهُ وَتُصَلَّى التَّرَاوِيحُ وَلَا تَثْبُتُ بَقِيَّةُ الْأَحْكَامِ: كَوُقُوعِ الطَّلَاقِ وَالْعِتْقِ وَحُلُولِ الْأَجَلِ.
Wajib: Puasa Ramadhan dengan melihat hilalnya bagi semua orang dan bagi yang terhalang oleh awan atau kabut¹ pada malam ke-30 Sya'ban sebagai kehati-hatian dengan niat² Ramadhan dan mencukupi jika terlihat darinya. Shalat Tarawih dilaksanakan dan hukum-hukum lainnya tidak berlaku: seperti jatuhnya talak, pembebasan budak, dan jatuh tempo.
وَتَثْبُتُ رُؤْيَةُ هِلَالِهِ بِخَبَرِ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ عَدْلٍ وَلَوْ عَبْدًا أَوْ أُنْثَى.
Terlihatnya hilal ditetapkan dengan kabar dari seorang Muslim mukallaf yang adil meskipun hamba sahaya atau perempuan.
وَلَا يُقْبَلُ فِي بَقِيَّةِ الشُّهُورِ إِلَّا رَجُلَانِ عَدْلَانِ.
Tidak diterima pada bulan-bulan lainnya kecuali dua orang laki-laki yang adil.
فَصْلٌ
Pasal
وَشَرْطُ٣ وُجُوبِ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْقُدْرَةُ عَلَيْهِ.
Syarat³ wajibnya puasa ada empat hal: Islam, baligh, berakal, dan mampu melakukannya.
فَمَنْ عَجَزَ عَنْهُ لِكِبَرٍ أَوْ مَرَضٍ لَا يُرْجَى زَوَالُهُ أَفْطَرَ وَأَطْعَمَ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا مُدْبِرَ أَوْ نِصْفَ صَاعٍ مِنْ غَيْرِهِ.
Barangsiapa yang tidak mampu berpuasa karena tua atau sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, maka ia berbuka dan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari sebanyak satu mudd gandum atau setengah sha' dari selainnya.
وَشُرُوطُ١ صِحَّتِهِ سِتَّةٌ: الإِسْلَامُ وَانْقِطَاعُ دَمِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ.
Dan syarat-syarat sahnya puasa ada enam: Islam, berhentinya darah haid dan nifas.
الرَّابِعُ: التَّمْيِيزُ فَيَجِبُ عَلَى وَلِيِّ الْمُمَيِّزِ الْمُطِيقِ لِلصَّوْمِ أَمْرُهُ بِهِ وَضَرْبُهُ عَلَيْهِ لِيَعْتَادَهُ.
Keempat: tamyiz, maka wajib bagi wali anak yang telah mumayyiz yang mampu berpuasa untuk memerintahkannya berpuasa dan memukulnya jika tidak berpuasa agar terbiasa dengannya.
الْخَامِسُ: الْعَقْلُ٢ لَكِنْ لَوْ نَوَى لَيْلًا ثُمَّ جُنَّ أَوْ أُغْمِيَ عَلَيْهِ جَمِيعَ النَّهَارِ وَأَفَاقَ٣ مِنْهُ قَلِيلًا: صَحَّ.
Kelima: akal², tetapi jika seseorang berniat pada malam hari kemudian gila atau pingsan sepanjang siang dan sadar³ darinya sebentar: maka puasanya sah.
السَّادِسُ: النِّيَّةُ مِنَ اللَّيْلِ لِكُلِّ يَوْمٍ وَاجِبٍ.
Keenam: niat pada malam hari untuk setiap hari wajib.
فَمَنْ خَطَرَ بِقَلْبِهِ لَيْلًا أَنَّهُ صَائِمٌ فَقَدْ نَوَى وَكَذَا الأَكْلُ وَالشُّرْبُ بِنِيَّةِ الصَّوْمِ٤.
Barangsiapa terlintas di hatinya pada malam hari bahwa ia akan berpuasa, maka sungguh ia telah berniat. Demikian pula makan dan minum dengan niat puasa⁴.
وَلَا يَضُرُّ إِنْ أَتَى بَعْدَ النِّيَّةِ بِمُنَافٍ لِلصَّوْمِ أَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ غَيْرَ مُتَرَدِّدٍ وَكَذَا لَوْ قَالَ لَيْلَةَ الثَّلَاثِينَ مِنْ رَمَضَانَ: إِنْ كَانَ غَدًا٥ مِنْ رَمَضَانَ فَفَرْضِي٦ وَإِلَّا٧ فَمُفْطِرٌ وَيَضُرُّ إِنْ قَالَهُ فِي أَوَّلِهِ وَفَرْضُهُ الإِمْسَاكُ عَنِ الْمُفْطِرَاتِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ.
Dan tidak membahayakan jika ia melakukan hal yang membatalkan puasa setelah niat atau mengatakan "insya Allah" tanpa ragu. Demikian pula jika ia mengatakan pada malam ke-30 Ramadhan: "Jika besok⁵ adalah Ramadhan maka itu kewajibanku⁶, jika tidak⁷ maka aku berbuka." Namun membahayakan jika ia mengatakannya di awal Ramadhan. Kewajibannya adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar kedua hingga terbenamnya matahari.
وَسُنَنُهُ سِتَّةٌ: تَعْجِيلُ الفِطْرِ وَتَأْخِيرُ السُّحُورِ١ وَالزِّيَادَةُ فِي أَعْمَالِ الخَيْرِ وَقَوْلُهُ جَهْرًا إِذَا شُتِمَ: "إِنِّي صَائِمٌ" ٢ وَقَوْلُهُ عِنْدَ فِطْرِهِ: اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ٣ وَفِطْرُهُ عَلَى رُطَبٍ فَإِنْ عُدِمَ فَتَمْرٌ فَإِنْ عُدِمَ فَمَاءٌ.
Dan enam sunnahnya: menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur١, memperbanyak amal kebaikan, dan mengucapkan dengan keras ketika dicaci: "Saya sedang berpuasa" ٢, dan mengucapkan ketika berbuka: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui٣, dan berbuka dengan kurma basah, jika tidak ada maka kurma kering, jika tidak ada maka air.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ٤: عَلَى مَنْ لَا عُذْرَ لَهُ الفِطْرُ بِرَمَضَانَ وَيَجِبُ الفِطْرُ عَلَى الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ وَعَلَى مَنْ يَحْتَاجُهُ لِإِنْقَاذِ مَعْصُومٍ مِنْ مَهْلَكَةٍ وَيُسَنُّ لِمُسَافِرٍ يُبَاحُ لَهُ الْقَصْرُ وَلِمَرِيضٍ يَخَافُ٥ الضَّرَرَ.
Dan haram٤: berbuka di bulan Ramadhan bagi yang tidak memiliki udzur, dan wajib berbuka bagi wanita haid dan nifas, dan bagi yang membutuhkannya untuk menyelamatkan orang yang terjaga dari kebinasaan, dan disunnahkan bagi musafir yang dibolehkan baginya mengqashar shalat dan bagi orang sakit yang khawatir٥ mendapat mudarat.
وَيُبَاحُ: لِحَاضِرٍ سَافَرَ فِي أَثْنَاءِ النَّهَارِ وَلِحَامِلٍ وَمُرْضِعٍ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَوْ عَلَى الْوَلَدِ لَكِنْ لَوْ أَفْطَرَتَا لِلْخَوْفِ٦ عَلَى الْوَلَدِ فَقَطْ لَزِمَ وَلِيَّهُ إِطْعَامُ مِسْكِينٍ لِكُلِّ يَوْمٍ.
Dan dibolehkan: bagi orang mukim yang bepergian di tengah siang hari, dan bagi wanita hamil dan menyusui yang khawatir terhadap diri mereka sendiri atau terhadap anak. Tetapi jika keduanya berbuka karena khawatir٦ terhadap anak saja, maka wajib bagi wali anak memberi makan seorang miskin untuk setiap hari.
وَإِنْ أَسْلَمَ الْكَافِرُ وَ١ طَهُرَتِ الْحَائِضُ أَوْ بَرِئَ الْمَرِيضُ أَوْ قَدِمَ الْمُسَافِرُ أَوْ بَلَغَ الصَّغِيرُ أَوْ عَقَلَ الْمَجْنُونُ فِي أَثْنَاءِ النَّهَارِ وَهُمْ مُفْطِرُونَ لَزِمَهُمُ الْإِمْسَاكُ وَالْقَضَاءُ.
Jika orang kafir masuk Islam, wanita haid menjadi suci, orang sakit sembuh, musafir tiba, anak kecil mencapai baligh, atau orang gila menjadi waras di tengah hari saat mereka sedang tidak berpuasa, maka wajib bagi mereka untuk menahan diri (dari makan dan minum) dan mengqadha' puasa.
وَلَيْسَ لِمَنْ جَازَ لَهُ الْفِطْرُ بِرَمَضَانَ أَنْ يَصُومَ غَيْرَهُ فِيهِ.
Tidak diperbolehkan bagi orang yang diizinkan untuk berbuka puasa di bulan Ramadhan untuk berpuasa selain puasa Ramadhan di dalamnya.
فَصْلٌ فِي المُفْطِرَاتِ
فَصْلٌ فِي الْمُفْطِرَاتِ
Bab tentang hal-hal yang membatalkan puasa
وَهِيَ اثْنَا عَشَرَ: خُرُوجُ دَمِ الْحَيْضِ، وَالنِّفَاسِ، الْمَوْتُ، الرِّدَّةُ، الْعَزْمُ عَلَى الْفِطْرِ، التَّرَدُّدُ فِيهِ، الْقَيْءُ عَمْدًا، الْإِحْتِقَانُ٢ مِنَ الدُّبُرِ، بَلْعُ النُّخَامَةِ إِذَا وَصَلَتْ إِلَى الْفَمِ.
Ada dua belas perkara: keluarnya darah haid, nifas, kematian, murtad, bertekad untuk berbuka, ragu-ragu dalam hal itu, muntah dengan sengaja, ihtiqan (memasukkan sesuatu ke dalam anus)², menelan dahak apabila sampai ke mulut.
التَّاسِعُ: الْحِجَامَةُ خَاصَّةً٣ حَاجِمًا كَانَ أَوْ مَحْجُومًا.
Kesembilan: bekam secara khusus³, baik yang membekam maupun yang dibekam.
الْعَاشِرُ: إِنْزَالُ الْمَنِيِّ بِتَكْرَارِ النَّظَرِ لَا بِنَظْرَةٍ وَلَا بِالتَّفَكُّرِ الِاحْتِلَامِ وَلَا٤ بِالْمَذْيِ.
Kesepuluh: mengeluarkan mani dengan mengulangi pandangan, bukan dengan sekali pandang, bukan dengan memikirkan mimpi basah, dan bukan⁴ dengan madzi.
الْحَادِي عَشَرَ: خُرُوجُ الْمَنِيِّ أَوِ الْمَذْيِ بِتَقْبِيلٍ أَوْ لَمْسٍ أَوِ اسْتِمْنَاءٍ أَوْ مُبَاشَرَةٍ دُونَ الْفَرْجِ.
Kesebelas: keluarnya mani atau madzi karena mencium, menyentuh, masturbasi, atau bercumbu tanpa memasukkan ke kemaluan.
الثَّانِي عَشَرَ: كُلُّ مَا وَصَلَ إِلَى الْجَوْفِ أَوِ الْحَلْقِ أَوِ الدِّمَاغِ مِنْ مَائِعٍ وَغَيْرِهِ.
Kedua belas: segala sesuatu yang masuk ke dalam rongga tubuh, tenggorokan, atau otak, baik berupa cairan atau lainnya.
فَيُفْطِرُ إِنْ قَطَرَ فِي أُذُنِهِ مَا وَصَلَ إِلَى دِمَاغِهِ أَوْ دَاوَى الْجَائِفَةَ١ فَوَصَلَ إِلَى جَوْفِهِ أَوِ اكْتَحَلَ بِمَا عَلِمَ وُصُولَهُ إِلَى حَلْقِهِ أَوْ مَضَغَ عِلْكًا أَوْ ذَاقَ طَعَامًا وَوَجَدَ الطَّعْمَ بِحَلْقِهِ أَوْ بَلَعَ رِيقَهُ بَعْدَ أَنْ وَصَلَ إِلَى مَا بَيْنَ شَفَتَيْهِ.
Maka dia batal puasa jika meneteskan ke telinganya sesuatu yang sampai ke otaknya, atau mengobati luka dalam١ hingga sampai ke rongga tubuhnya, atau bercelak dengan sesuatu yang diketahui sampai ke tenggorokannya, atau mengunyah permen karet, atau mencicipi makanan dan merasakan rasanya di tenggorokannya, atau menelan ludahnya setelah sampai di antara kedua bibirnya.
وَلَا يُفْطِرُ إِنْ فَعَلَ شَيْئًا مِنَ الْمُفْطِرَاتِ نَاسِيًا أَوْ مُكْرَهًا وَلَا إِنْ دَخَلَ الْغُبَارُ حَلْقَهُ أَوِ الذُّبَابُ بِغَيْرِ قَصْدِهِ وَلَا إِنْ جَمَعَ٢ رِيقَهُ فَابْتَلَعَهُ.
Dan dia tidak batal puasa jika melakukan sesuatu dari hal-hal yang membatalkan puasa karena lupa atau dipaksa, dan tidak pula jika debu masuk ke tenggorokannya atau lalat tanpa disengaja, dan tidak pula jika dia mengumpulkan٢ ludahnya lalu menelannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ جَامَعَ نَهَارَ رَمَضَانَ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ وَلَوْ لِمَيِّتٍ أَوْ بَهِيمَةٍ فِي حَالَةٍ يَلْزَمُهُ فِيهَا الْإِمْسَاكُ مُكْرَهًا كَانَ أَوْ نَاسِيًا لَزِمَهُ الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ.
Barangsiapa yang bersetubuh di siang hari Ramadhan pada kemaluan depan atau belakang meskipun dengan mayat atau hewan dalam keadaan yang dia wajib menahan diri padanya, baik dalam keadaan terpaksa atau lupa, maka dia wajib mengqadha' dan membayar kafarat.
وَكَذَا مَنْ جُومِعَ إِنْ طَاوَعَ غَيْرَ جَاهِلٍ وَنَاسٍ.
Demikian pula orang yang disetubuhi jika dia menyetujuinya, bukan karena tidak tahu atau lupa.
وَالْكَفَّارَةُ: عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ: سَقَطَتْ٣ عَنْهُ بِخِلَافِ غَيْرِهَا مِنَ الْكَفَّارَاتِ.
Kafaratnya adalah: memerdekakan budak yang beriman. Jika tidak mendapatkannya, maka berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin. Jika tidak mendapatkannya, maka gugur٣ darinya, berbeda dengan kafarat-kafarat lainnya.
وَلَا كَفَّارَةَ فِي رَمَضَانَ بِغَيْرِ الْجِمَاعِ وَالْإِنْزَالِ بِالْمُسَاحَقَةِ.
Dan tidak ada kafarat pada Ramadhan selain jimak dan mengeluarkan mani dengan cara lesbian.
فَصْلٌ مَنْ فَاتَهُ رَمَضَانُ
فَصْلٌ فِيمَنْ فَاتَهُ رَمَضَانُ
Bab tentang orang yang melewatkan Ramadhan
...
...
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ فَاتَهُ رَمَضَانُ١ قَضَى عَدَدَ أَيَّامِهِ.
Barangsiapa melewatkan Ramadhan١, ia harus mengqadha' sejumlah hari-harinya.
وَيُسَنُّ: الْقَضَاءُ عَلَى الْفَوْرِ إِلَّا إِذَا بَقِيَ مِنْ شَعْبَانَ بِقَدْرِ مَا عَلَيْهِ فَيَجِبُ٢.
Dan disunnahkan: mengqadha' dengan segera kecuali jika tersisa dari Sya'ban sejumlah hari yang harus diqadha', maka wajib٢.
وَلَا يَصِحُّ ابْتِدَاءُ تَطَوُّعٍ مِنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ فَإِنْ نَوَى صَوْمًا وَاجِبًا أَوْ قَضَاءً ثُمَّ قَلَبَهُ نَفْلًا صَحَّ.
Tidak sah memulai puasa sunnah bagi orang yang memiliki hutang qadha' Ramadhan. Jika ia berniat puasa wajib atau qadha' kemudian mengubahnya menjadi sunnah, maka sah.
وَيُسَنُّ: صَوْمُ التَّطَوُّعِ وَأَفْضَلُهُ يَوْمٌ وَيَوْمٌ.
Disunnahkan: puasa sunnah dan yang paling utama adalah sehari berpuasa sehari tidak.
وَيُسَنُّ٣: صَوْمُ أَيَّامِ الْبِيضِ: وَهِيَ ثَلَاثَ٤ عَشْرَ وَأَرْبَعَ٥ عَشْرَ وَخَمْسَ٦ عَشْرَ وَصَوْمُ الْخَمِيسِ وَالْإِثْنَيْنِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ.
Disunnahkan٣: puasa hari-hari putih yaitu tanggal tiga belas٤, empat belas٥ dan lima belas٦, puasa Kamis dan Senin, serta enam hari di bulan Syawal.
وَسُنَّ: صَوْمُ الْمُحَرَّمِ وَآكَدُهُ عَاشُورَاءُ وَهُوَ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَآكَدُهُ٧ يَوْمُ عَرَفَةَ وَهُوَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ.
Disunnahkan puasa Muharram dan yang paling ditekankan adalah Asyura yang merupakan kafarat setahun, puasa sepuluh hari Dzulhijjah dan yang paling ditekankan adalah hari Arafah yang merupakan kafarat dua tahun.
وَكُرِهَ إِفْرَادُ رَجَبٍ وَالْجُمْعَةِ وَالسَّبْتِ١ بِالصَّوْمِ.
Dan dimakruhkan berpuasa sendirian pada bulan Rajab, hari Jumat, dan hari Sabtu.
وَكُرِهَ صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ وَهُوَ الثَّلَاثُونَ مِنْ شَعْبَانَ إِذَا لَمْ يَكُنْ غَيْمٌ أَوْ قَتْرٌ وَيَحْرُمُ صَوْمُ الْعِيدَيْنِ وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ.
Dan dimakruhkan berpuasa pada hari keraguan, yaitu tanggal 30 Sya'ban jika tidak ada awan atau kabut, dan haram berpuasa pada dua hari raya dan hari-hari Tasyriq.
وَمَنْ دَخَلَ فِي تَطَوُّعٍ لَمْ يَجِبْ إِتْمَامُهُ وَفِي فَرْضٍ يَجِبُ مَا لَمْ يُقَلِّبْهُ نَفْلًا.
Dan barangsiapa yang memulai puasa sunnah, tidak wajib menyempurnakannya. Sedangkan pada puasa wajib, wajib menyempurnakannya selama tidak mengubahnya menjadi puasa sunnah.
كِتَابُ الاعْتِكَافِ
كِتَابُ الاعْتِكَافِ
كِتَابُ الاِعْتِكَافِ
كِتَابُ الاِعْتِكَافِ
Kitab I'tikaf
...
...
كِتَابُ الاِعْتِكَافِ
Kitab I'tikaf
وَهُوَ سُنَّةٌ، وَيَجِبُ بِالنَّذْرِ.
Dan ia adalah sunnah, dan menjadi wajib dengan nadzar.
وَشَرْطُ صِحَّتِهِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ وَالْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالتَّمْيِيزُ وَعَدَمُ مَا يُوجِبُ الْغُسْلَ وَكَوْنُهُ بِمَسْجِدٍ وَيُزَادُ فِي حَقِّ مَنْ تَلْزَمُهُ الْجَمَاعَةُ أَنْ يَكُونَ الْمَسْجِدُ مِمَّا تُقَامُ فِيهِ ١.
Dan syarat sahnya ada enam perkara: niat, Islam, berakal, mumayyiz, tidak ada yang mewajibkan mandi, dan dilakukan di masjid. Dan ditambahkan bagi yang wajib berjamaah bahwa masjid tersebut adalah tempat dilaksanakannya (shalat berjamaah) ¹.
وَمِنَ الْمَسْجِدِ مَا زِيدَ فِيهِ وَمِنْهُ سَطْحُهُ وَرَحْبَتُهُ الْمَحُوطَةُ وَمَنَارَتُهَا الَّتِي هِيَ أَوْ بَابُهَا فِيهِ وَمَنْ عَيَّنَ الاِعْتِكَافَ بِمَسْجِدٍ غَيْرِ الثَّلَاثَةِ لَمْ يَتَعَيَّنْ.
Dan bagian dari masjid adalah yang ditambahkan padanya, termasuk atapnya, halamannya yang dikelilingi pagar, dan menaranya yang ada di dalamnya atau pintunya di dalamnya. Dan barangsiapa yang menentukan i'tikaf di masjid selain tiga masjid (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha), maka tidak terbatas.
وَيَبْطُلُ الاِعْتِكَافُ بِالْخُرُوجِ مِنَ الْمَسْجِدِ لِغَيْرِ عُذْرٍ وَبِنِيَّةِ الْخُرُوجِ وَلَوْ لَمْ يَخْرُجْ وَبِالْوَطْءِ فِي الْفَرْجِ وَبِالْإِنْزَالِ بِالْمُبَاشَرَةِ دُونَ الْفَرْجِ وَبِالرِّدَّةِ وَبِالسُّكْرِ٢.
Dan i'tikaf menjadi batal dengan keluar dari masjid tanpa udzur, dengan niat keluar meskipun belum keluar, dengan jima' pada kemaluan, dengan mengeluarkan mani karena bersentuhan selain kemaluan, dengan murtad, dan dengan mabuk².
وَحَيْثُ بَطَلَ الاِعْتِكَافُ وَجَبَ اسْتِئْنَافُ النَّذْرِ الْمُتَتَابِعِ غَيْرِ الْمُقَيَّدِ بِزَمَنٍ وَلَا كَفَّارَةَ وَإِنْ كَانَ مُقَيَّدًا بِزَمَنٍ مُعَيَّنٍ اسْتَأْنَفَهُ وَعَلَيْهِ كَفَّارَةُ يَمِينٍ لِفَوَاتِ الْمَحَلِّ.
Dan jika i'tikaf batal, wajib memulai kembali nadzar yang berturut-turut yang tidak terikat dengan waktu dan tidak ada kafarat. Jika terikat dengan waktu tertentu, ia harus memulainya kembali dan wajib membayar kafarat sumpah karena terlewatnya waktu.
وَلَا يُبْطِلُ الِاعْتِكَافَ إِنْ خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ لِبَوْلٍ أَوْ غَائِطٍ أَوْ
Dan tidak membatalkan i'tikaf jika keluar dari masjid untuk buang air kecil atau besar atau
طَهَارَةٌ وَاجِبَةٌ أَوْ لِإِزَالَةِ نَجَاسَةٍ أَوْ لِجُمُعَةٍ تَلْزَمُهُ وَلَا إِنْ خَرَجَ لِلْإِتْيَانِ بِمَأْكَلٍ وَ١ مَشْرَبٍ لِعَدَمِ خَادِمٍ وَلَهُ الْمَشْيُ عَلَى عَادَتِهِ.
Bersuci wajib atau untuk menghilangkan najis atau untuk shalat Jumat yang wajib baginya, dan tidak jika dia keluar untuk membawa makanan dan minuman karena tidak ada pembantu, dan dia boleh berjalan seperti biasanya.
وَيَنْبَغِي لِمَنْ قَصَدَ الْمَسْجِدَ أَنْ يَنْوِيَ الِاعْتِكَافَ مُدَّةَ لَبْثِهِ فِيهِ لَا سِيَّمَا إِنْ كَانَ صَائِمًا.
Dan sebaiknya bagi orang yang bermaksud ke masjid untuk berniat i'tikaf selama dia berada di dalamnya, terutama jika dia sedang berpuasa.
كِتَابُ الحَجِّ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْحَجِّ
Kitab Haji
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْحَجِّ
Kitab Haji
وَهُوَ: وَاجِبٌ مَعَ الْعُمْرَةِ فِي الْعُمْرِ مَرَّةً.
Dan itu: wajib bersama umrah sekali seumur hidup.
وَشَرْطُ الْوُجُوبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، الْعَقْلُ، الْبُلُوغُ، كَمَالُ الْحُرِّيَّةِ. لَكِنْ يَصِحَّانِ مِنَ الصَّغِيرِ وَالرَّقِيقِ وَلَا يُجْزِئَانِ عَنْ حَجَّةِ الْإِسْلَامِ وَعُمْرَتِهِ فَإِنْ بَلَغَ الصَّغِيرُ أَوْ عُتِقَ الرَّقِيقُ قَبْلَ الْوُقُوفِ أَوْ بَعْدَهُ إِنْ١ عَادَ فَوَقَفَ فِي وَقْتِهِ أَجْزَأَهُ عَنْ حَجَّةِ الْإِسْلَامِ مَا لَمْ يَكُنْ أَحْرَمَ مُفْرِدًا أَوْ قَارِنًا وَسَعَى بَعْدَ طَوَافِ الْقُدُومِ وَكَذَا تُجْزِئُ الْعُمْرَةُ إِنْ بَلَغَ أَوْ عُتِقَ قَبْلَ طَوَافِهَا.
Dan syarat wajibnya ada lima hal: Islam, berakal, baligh, sempurna kemerdekaan. Tetapi keduanya sah dari anak kecil dan budak dan tidak mencukupi untuk haji Islam dan umrahnya. Jika anak kecil telah baligh atau budak telah merdeka sebelum wukuf atau setelahnya jika¹ dia kembali dan wukuf pada waktunya, maka itu mencukupi untuk haji Islamnya selama dia tidak berihram secara ifrad atau qiran dan sa'i setelah tawaf qudum. Demikian pula umrah mencukupi jika dia baligh atau merdeka sebelum tawafnya.
الْخَامِسُ: الِاسْتِطَاعَةُ: وَهِيَ مِلْكُ زَادٍ وَرَاحِلَةٍ تَصْلُحُ لِمِثْلِهِ أَوْ مِلْكُ مَا يَقْدِرُ بِهِ عَلَى تَحْصِيلِ ذَلِكَ بِشَرْطِ كَوْنِهِ فَاضِلًا عَمَّا يَحْتَاجُهُ مِنْ كُتُبٍ وَمَسْكَنٍ وَخَادِمٍ وَأَنْ يَكُونَ فَاضِلًا عَنْ مُؤْنَتِهِ وَمُؤْنَةِ عِيَالِهِ عَلَى الدَّوَامِ.
Kelima: Kemampuan: yaitu memiliki bekal dan kendaraan yang layak untuknya atau memiliki apa yang dengannya mampu untuk mendapatkan itu dengan syarat adanya kelebihan dari apa yang dibutuhkannya berupa buku-buku, tempat tinggal, dan pembantu, dan hendaknya ada kelebihan dari nafkahnya dan nafkah keluarganya secara terus-menerus.
فَمَنْ كَمُلَتْ لَهُ هَذِهِ الشُّرُوطُ لَزِمَهُ السَّعْيُ فَوْرًا إِنْ كَانَ فِي الطَّرِيقِ أَمْنٌ فَإِنْ عَجَزَ عَنِ السَّعْيِ لِعُذْرٍ كَكِبَرٍ أَوْ مَرَضٍ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ: لَزِمَهُ أَنْ يُقِيمَ٢ نَائِبًا حُرًّا وَلَوْ امْرَأَةً يَحُجُّ وَيَعْتَمِرُ عَنْهُ مِنْ بَلَدِهِ وَيُجْزِئُهُ ذَلِكَ مَا لَمْ يَزُلِ الْعُذْرُ قَبْلَ إِحْرَامِ نَائِبِهِ فَلَوْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يَسْتَنِيبَ وَجَبَ أَنْ يُدْفَعَ مِنْ تَرِكَتِهِ لِمَنْ يَحُجُّ وَيَعْتَمِرُ عَنْهُ.
Maka barangsiapa yang telah sempurna baginya syarat-syarat ini, wajib baginya untuk segera berangkat jika perjalanan aman. Jika dia tidak mampu berangkat karena uzur seperti tua atau sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, maka wajib baginya untuk mengangkat٢ seorang wakil yang merdeka meskipun seorang wanita untuk berhaji dan berumrah untuknya dari negerinya, dan itu sudah mencukupinya selama uzurnya belum hilang sebelum ihram wakilnya. Jika dia meninggal sebelum menunjuk wakil, maka wajib diambilkan dari harta peninggalannya untuk orang yang akan berhaji dan berumrah untuknya.
وَلَا يَصِحُّ مِمَّنْ لَمْ يَحُجَّ عَنْ نَفْسِهِ حَجٌّ عَنْ غَيْرِهِ.
Dan tidak sah bagi orang yang belum berhaji untuk dirinya sendiri untuk berhaji atas nama orang lain.
وَتَزِيدُ الْمَرْأَةُ شَرْطًا سَادِسًا وَهُوَ: أَنْ تَجِدَ لَهَا زَوْجًا أَوْ مَحْرَمًا مُكَلَّفًا وَتَقْدِرَ عَلَى أُجْرَتِهِ وَعَلَى الزَّادِ وَالرَّاحِلَةِ لَهَا وَلَهُ.
Dan wanita menambahkan syarat keenam, yaitu: bahwa dia harus menemukan suami atau mahram yang mukallaf dan mampu membayar upahnya serta mampu menyediakan bekal dan kendaraan untuknya dan untuk dirinya sendiri.
فَإِنْ حَجَّتْ بِلَا مَحْرَمٍ حَرُمَ وَأَجْزَأَهَا١.
Jika dia berhaji tanpa mahram, maka hukumnya haram tetapi hajinya sah¹.
بَابُ الإِحْرَامِ
بَابُ الْإِحْرَامِ
Bab Ihram
وَهُوَ وَاجِبٌ مِنَ الْمِيقَاتِ وَمِنْ مَنْزِلِهِ. دُونَ الْمِيقَاتِ فَمِيقَاتُهُ مَنْزِلُهُ
Dan itu wajib dari miqat dan dari rumahnya. Di bawah miqat maka miqatnya adalah rumahnya
وَلَا يَنْعَقِدُ الْإِحْرَامُ مَعَ وُجُودِ الْجُنُونِ أَوِ الْإِغْمَاءِ وَالسُّكْرِ.
Dan ihram tidak sah dengan adanya kegilaan atau pingsan dan mabuk.
وَإِذَا انْعَقَدَ لَمْ يَبْطُلْ إِلَّا بِالرِّدَّةِ لَكِنْ يَفْسُدُ بِالْوَطْءِ فِي الْفَرْجِ فِي التَّحَلُّلِ الْأَوَّلِ وَلَا يَبْطُلُ بَلْ يَلْزَمُهُ إِتْمَامُهُ وَالْقَضَاءُ.
Dan jika telah terikat, tidak batal kecuali dengan murtad, tetapi rusak dengan jima' di kemaluan pada tahallul pertama dan tidak batal, bahkan wajib baginya menyempurnakannya dan mengqadha'nya.
وَيُخَيَّرُ مَنْ أَرَادَ الْإِحْرَامَ بَيْنَ أَنْ يَنْوِيَ التَّمَتُّعَ وَهُوَ أَفْضَلُ أَوْ يَنْوِيَ الْإِفْرَادَ أَوِ الْقِرَانَ.
Dan orang yang ingin ihram diberi pilihan antara berniat tamattu' dan itu lebih utama, atau berniat ifrad atau qiran.
فَالتَّمَتُّعُ: هُوَ أَنْ يُحْرِمَ بِالْعُمْرَةِ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ ثُمَّ بَعْدَ فَرَاغِهِ مِنْهَا.
Tamattu' adalah ihram dengan umrah di bulan-bulan haji kemudian setelah selesai darinya.
يُحْرِمُ بِالْحَجِّ١.
Dia berihram untuk haji١.
وَالْإِفْرَادُ: هُوَ أَنْ يُحْرِمَ بِالْحَجِّ ثُمَّ بَعْدَ فَرَاغِهِ مِنْهُ يُحْرِمَ بِالْعُمْرَةِ.
Dan ifrad adalah: dia berihram untuk haji kemudian setelah selesai darinya, dia berihram untuk umrah.
وَالْقِرَانُ: هُوَ أَنْ يُحْرِمَ بِالْعُمْرَةِ ثُمَّ يُدْخِلَ الْحَجَّ عَلَيْهَا قَبْلَ الشُّرُوعِ فِي طَوَافِهَا.
Dan qiran adalah: dia berihram untuk umrah kemudian memasukkan haji ke dalamnya sebelum memulai thawafnya.
فَإِنْ أَحْرَمَ بِهِ ثُمَّ بِهَا لَمْ يَصِحَّ.٢
Jika dia berihram dengannya (haji) kemudian dengannya (umrah), maka tidak sah.٢
وَمَنْ أَحْرَمَ وَأَطْلَقَ: صَحَّ٣ وَصَرَفَهُ لِمَا شَاءَ وَمَا عَمِلَ قَبْلَ فَلَغْوٌ.
Barangsiapa berihram dan mutlak: sah٣ dan dia boleh mengalihkannya kepada apa yang dia kehendaki, dan apa yang dia kerjakan sebelumnya sia-sia.
لَكِنَّ السُّنَّةَ لِمَنْ أَرَادَ نُسُكًا أَنْ يُعَيِّنَهُ وَأَنْ يَشْتَرِطَ فَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أُرِيدُ النُّسُكَ الْفُلَانِيَّ فَيَسِّرْهُ لِي وَتَقَبَّلْهُ مِنِّي وَإِنْ حَبَسَنِي حَابِسٌ فَمَحِلِّي حَيْثُ حَبَسْتَنِي٤".
Akan tetapi sunnah bagi orang yang ingin melakukan nusuk untuk menentukan dan membuat syarat dengan mengatakan: "Ya Allah, sesungguhnya aku ingin melakukan nusuk ini, maka mudahkanlah bagiku, terimalah dariku, dan jika ada yang menghalangiku, maka tempat tahalulku adalah di mana Engkau menahanku٤".
بَابُ مَحْظُورَاتِ الإِحْرَامِ
بَابُ مَحْظُورَاتِ الْإِحْرَامِ
Bab Larangan-Larangan Ihram
وَهِيَ سَبْعَةُ٥ أَشْيَاءٍ:
Dan itu ada tujuh hal:
أَحَدُهُمَا: تَعَمُّدُ لُبْسِ الْمَخِيطِ عَلَى الرَّجُلِ٦ حَتَّى الْخُفَّيْنِ.
Pertama: Sengaja memakai pakaian berjahit bagi laki-laki, termasuk khuff (sepatu).
الثَّانِي: تَعَمُّدُ تَغْطِيَةِ الرَّأْسِ مِنَ الرَّجُلِ وَلَوْ بِطِينٍ أَوْ اسْتِظْلَالٍ
Kedua: Sengaja menutup kepala bagi laki-laki meskipun dengan tanah liat atau berteduh
بِمِحْمَلٍ وَتَغْطِيَةِ الوَجْهِ مِنَ الأُنْثَى لَكِنْ تُسْدِلُ عَلَى وَجْهِهَا لِحَاجَةٍ١.
Dengan menggunakan tandu dan menutup wajah bagi perempuan, tetapi ia menutupi wajahnya karena suatu keperluan.١
الثَّالِثُ: قَصْدُ شَمِّ الطِّيبِ وَمَسُّ مَا يَعْلَقُ وَاسْتِعْمَالُهُ فِي أَكْلٍ أَوْ٢ شُرْبٍ بِحَيْثُ يَظْهَرُ طَعْمُهُ أَوْ رِيحُهُ فَمَنْ لَبِسَ أَوْ تَطَيَّبَ أَوْ غَطَّى رَأْسَهُ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا أَوْ مُكْرَهًا فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ وَمَتَى زَالَ عُذْرُهُ أَزَالَهُ فِي الْحَالِ وَإِلَّا فَدَى.
Ketiga: Sengaja mencium wewangian dan menyentuh apa yang menempel dan menggunakannya dalam makanan atau٢ minuman sehingga tampak rasa atau baunya. Barangsiapa yang memakai pakaian atau memakai wewangian atau menutup kepalanya karena lupa atau tidak tahu atau dipaksa, maka tidak ada kewajiban apa pun atasnya. Kapan pun udzurnya hilang, ia harus segera menghilangkannya, jika tidak maka ia harus membayar fidyah.
الرَّابِعُ: إِزَالَةُ الشَّعْرِ مِنَ٣ الْبَدَنِ وَلَوْ مِنَ الْأَنْفِ وَتَقْلِيمُ الْأَظَافِرِ.
Keempat: Menghilangkan rambut dari٣ tubuh meskipun dari hidung dan memotong kuku.
الْخَامِسُ: قَتْلُ صَيْدِ الْبَرِّ٤ الْوَحْشِيِّ الْمَأْكُولِ وَالدَّلَالَةُ عَلَيْهِ وَالْإِعَانَةُ عَلَى قَتْلِهِ وَإِفْسَادُ بَيْضِهِ وَقَتْلُ الْجَرَادِ وَالْقَمْلِ لَا الْبَرَاغِيثِ بَلْ يُسَنُّ قَتْلُ كُلِّ مُؤْذٍ مُطْلَقًا.
Kelima: Membunuh hewan buruan darat٤ liar yang dapat dimakan, menunjukkan tempat persembunyiannya, membantu membunuhnya, merusak telurnya, membunuh belalang dan kutu, bukan kutu busuk. Bahkan dianjurkan untuk membunuh semua yang menyakiti secara mutlak.
السَّادِسُ: عَقْدُ النِّكَاحِ وَلَا يَصِحُّ.
Keenam: Melakukan akad nikah dan tidak sah.
السَّابِعُ: الْوَطْءُ فِي الْفَرْجِ وَدَوَاعِيهِ وَالْمُبَاشَرَةُ دُونَ الْفَرْجِ وَالِاسْتِمْنَاءُ وَفِي جَمِيعِ الْمَحْظُورَاتِ الْفِدْيَةُ إِلَّا قَتْلَ الْقَمْلِ وَعَقْدَ النِّكَاحِ٥ وَفِي الْبَيْضِ وَالْجَرَادِ قِيمَتُهُ مَكَانَهُ وَفِي الشَّعْرَةِ أَوِ الظُّفْرِ إِطْعَامُ مِسْكِينٍ وَفِي اثْنَيْنِ٦: إِطْعَامُ اثْنَيْنِ وَالضَّرُورَاتُ تُبِيحُ الْمَحْظُورَاتِ٧ وَيُفْدِي.
Ketujuh: Bersetubuh di kemaluan dan hal-hal yang mendorongnya, bercumbu tanpa penetrasi, masturbasi. Dalam semua larangan ada fidyah kecuali membunuh kutu dan akad nikah. Untuk telur dan belalang, nilainya di tempatnya. Untuk sehelai rambut atau kuku, memberi makan seorang miskin. Untuk dua: memberi makan dua orang. Darurat membolehkan hal-hal yang dilarang dan membayar fidyah.
بَابُ الفِدْيَةِ
بَابُ الفِدْيَةِ
Bab Fidyah
وَهِيَ مَا يَجِبُ بِسَبَبِ الإِحْرَامِ أَوِ الحَرَمِ.
Dan itu adalah apa yang wajib karena ihram atau Tanah Haram.
وَهِيَ قِسْمَانِ: قِسْمٌ عَلَى التَّخْيِيرِ وَقِسْمٌ عَلَى التَّرْتِيبِ.
Dan itu terbagi menjadi dua bagian: bagian dengan pilihan dan bagian dengan urutan.
فَقِسْمُ التَّخْيِيرِ: كَفِدْيَةِ اللُّبْسِ وَالطِّيبِ وَتَغْطِيَةِ الرَّأْسِ وَإِزَالَةِ أَكْثَرَ مِنْ شَعْرَتَيْنِ أَوْ١ ظُفْرَيْنِ وَالإِمْنَاءِ بِنَظْرَةٍ وَالمُبَاشَرَةِ بِغَيْرِ إِنْزَالِ مَنِيٍّ يُخَيَّرُ بَيْنَ ذَبْحِ شَاةٍ أَوْ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ أَوْ إِطْعَامِ سِتَّةِ مَسَاكِينَ لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدُّ بُرٍّ أَوْ نِصْفُ صَاعٍ مِنْ غَيْرِهِ أَوْ وَمِنَ التَّخْيِيرِ جَزَاءُ الصَّيْدِ يُخَيَّرُ فِيهِ بَيْنَ المِثْلِ مِنَ النَّعَمِ أَوْ تَقْوِيمِ المِثْلِ بِمَحَلِّ التَّلَفِ وَيَشْتَرِي بِقِيمَتِهِ طَعَامًا مَا يُجْزِئُ فِي الفِطْرَةِ فَيُطْعِمُ كُلَّ مِسْكِينٍ مُدَّ بُرٍّ أَوْ نِصْفَ صَاعٍ مِنْ غَيْرِهِ أَوْ يَصُومُ عَنْ إِطْعَامِ كُلِّ مِسْكِينٍ يَوْمًا.
Adapun bagian pilihan: seperti fidyah memakai pakaian berjahit, wewangian, menutup kepala, mencabut lebih dari 2 helai rambut atau 1 kuku, mengeluarkan mani dengan pandangan, dan bercumbu tanpa mengeluarkan mani, diberi pilihan antara menyembelih kambing, berpuasa 3 hari, atau memberi makan 6 orang miskin, setiap orang miskin 1 mud gandum atau 1/2 sha' selainnya. Termasuk pilihan juga denda (membunuh) binatang buruan, diberi pilihan antara yang serupa dari an-na'am (unta, sapi, kambing), atau menilai yang serupa di tempat kerusakan dan membeli makanan senilai itu yang mencukupi untuk zakat fitrah, lalu memberi makan setiap orang miskin 1 mud gandum atau 1/2 sha' selainnya, atau berpuasa untuk setiap memberi makan satu orang miskin sehari.
وَقَسَمَ التَّرْتِيبَ كَدَمِ الْمُتْعَةِ وَالْقِرَانِ وَتَرْكِ الْوَاجِبِ وَالْإِحْصَارِ وَالْوَطْءِ وَنَحْوِهِ فَيَجِبُ عَلَى مُتَمَتِّعٍ وَقَارِنٍ وَتَارِكِ وَاجِبٍ دَمٌ فَإِنْ عَدِمَهُ أَوْ ثَمَنَهُ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَالْأَفْضَلُ كَوْنُ آخِرِهَا يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَصِحُّ٢ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ وَسَبْعَةً إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ.
Dan dia membagi urutan seperti darah mut'ah, qiran, meninggalkan wajib, ihsar, jima', dan sejenisnya. Maka wajib bagi orang yang tamattu', qiran, dan meninggalkan wajib untuk menyembelih dam. Jika dia tidak memilikinya atau harganya, maka dia berpuasa tiga hari pada saat haji, dan yang paling utama adalah hari terakhirnya adalah hari Arafah, dan sah٢ pada hari-hari tasyriq dan tujuh hari ketika dia kembali kepada keluarganya.
وَيَجِبُ: عَلَى مُحْصَرٍ دَمٌ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ٣ صَامَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ ثُمَّ حَلَّ وَيَجِبُ عَلَى مَنْ وَطِئَ فِي الْحَجِّ قَبْلَ التَّحَلُّلِ الْأَوَّلِ أَوْ أَنْزَلَ مَنِيًّا بِمُبَاشَرَةٍ أَوِ اسْتِمْنَاءٍ أَوْ تَقْبِيلٍ أَوْ لَمْسٍ لِشَهْوَةٍ٤ أَوْ تَكْرَارِ نَظَرٍ: بَدَنَةٌ
Dan wajib: bagi orang yang terhalang (ihsar) untuk menyembelih dam. Jika dia tidak menemukannya٣, maka dia berpuasa sepuluh hari kemudian bertahallul. Dan wajib bagi orang yang bersetubuh dalam haji sebelum tahallul pertama atau mengeluarkan mani karena bersentuhan, istimna', mencium, atau menyentuh karena syahwat٤, atau mengulangi pandangan: seekor unta.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْهَا صَامَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ: ثَلَاثَةً فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةً إِذَا رَجَعَ.
Jika dia tidak menemukannya, maka dia harus berpuasa sepuluh hari: tiga hari saat haji dan tujuh hari ketika kembali.
وَفِي الْعُمْرَةِ إِذَا أَفْسَدَهَا قَبْلَ تَمَامِ السَّعْيِ شَاةٌ.
Dalam umrah, jika dia merusaknya sebelum menyelesaikan sa'i, maka (dendanya) seekor kambing.
وَالتَّحَلُّلُ الْأَوَّلُ: يَحْصُلُ بِاثْنَيْنِ مِنْ رَمْيٍ وَحَلْقٍ وَطَوَافٍ وَيَحِلُّ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا النِّسَاءَ وَالثَّانِي: يَحْصُلُ بِمَا بَقِيَ مَعَ السَّعْيِ إِنْ لَمْ يَكُنْ سَعَى قَبْلُ.
Tahallul pertama: terjadi dengan dua dari melempar jumrah, mencukur, dan thawaf, dan segala sesuatu menjadi halal baginya kecuali wanita. Yang kedua: terjadi dengan apa yang tersisa bersama sa'i jika dia belum melakukan sa'i sebelumnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَالصَّيْدُ الَّذِي لَهُ مِثْلٌ١ مِنَ النَّعَمِ كَالنَّعَامَةِ فَفِيهَا٢ بَدَنَةٌ وَفِي حِمَارِ الْوَحْشِ وَبَقَرِهِ بَقَرَةٌ وَفِي الضَّبُعِ كَبْشٌ وَفِي الْغَزَالِ شَاةٌ وَفِي الْوَبْرِ وَالضَّبِّ جَدْيٌ لَهُ نِصْفُ سَنَةٍ وَفِي الْيَرْبُوعِ جَفْرَةٌ لَهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَفِي الْأَرْنَبِ عَنَاقٌ دُونَ الْجَفْرَةِ وَفِي الْحَمَامِ - وَهُوَ كُلُّ مَا عَبَّ٣ الْمَاءَ وَهَدَرَ كَالْقَطَا وَالْوَرْشِ٤ وَالْفَوَاخِتِ: شَاةٌ وَمَا لَا مِثْلَ لَهُ كَالْأَوَزِّ٥ وَالْحَبَارَى وَالْحَجَلِ وَالْكَرْكِيِّ فَفِيهِ قِيمَةٌ مَكَانَهُ.
Hewan buruan yang memiliki padanan١ dari hewan ternak seperti unta, maka dendanya٢ seekor unta. Untuk keledai liar dan sapinya, (dendanya) seekor sapi. Untuk hyena, (dendanya) seekor domba jantan. Untuk kijang, (dendanya) seekor kambing. Untuk kelinci dan biawak, (dendanya) anak kambing yang berusia setengah tahun. Untuk yarbu' (sejenis tikus), (dendanya) anak kambing yang berusia empat bulan. Untuk kelinci, (dendanya) anak kambing yang lebih muda dari jafrah. Untuk merpati - yaitu setiap burung yang minum air dengan paruhnya٣ dan mengeluarkan suara seperti burung qatha, warsy٤, dan burung puyuh: (dendanya) seekor kambing. Adapun yang tidak memiliki padanan seperti angsa٥, houbara, ayam hutan, dan burung karkiy, maka dendanya adalah nilai harganya di tempat itu.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ: صَيْدُ حَرَمِ مَكَّةَ وَحُكْمُهُ حُكْمُ صَيْدِ١ الْإِحْرَامِ.
Dan diharamkan: berburu di tanah haram Makkah dan hukumnya sama dengan hukum berburu١ saat ihram.
وَيَحْرُمُ: قَطْعُ شَجَرِهِ وَحَشِيشِهِ وَالْمُحِلُّ وَالْمُحْرِمُ فِي ذَلِكَ سَوَاءٌ فَتُضْمَنُ٢ الشَّجَرَةُ الصَّغِيرَةُ عُرْفًا بِشَاةٍ وَمَا فَوْقَهَا بِبَقَرَةٍ وَيُضْمَنُ٣ الْحَشِيشُ وَالْوَرَقُ بِقِيمَتِهِ.
Dan diharamkan: memotong pohon dan rumputnya, dan orang yang tidak berihram dan yang berihram dalam hal itu sama saja, maka pohon kecil secara 'urf (kebiasaan) diganti rugi٢ dengan seekor kambing, dan yang lebih besar dari itu dengan seekor sapi, dan rumput serta daun diganti rugi٣ dengan nilainya.
وَتُجْزِئُ٤ عَنِ الْبَدَنَةِ بَقَرَةٌ كَعَكْسِهِ وَيُجْزِئُ عَنْ سَبْعِ شِيَاهٍ بَدَنَةٌ أَوْ بَقَرَةٌ.
Dan sapi mencukupi٤ sebagai ganti unta, begitu pula sebaliknya, dan unta atau sapi mencukupi sebagai ganti tujuh ekor kambing.
وَالْمُرَادُ بِالدَّمِ الْوَاجِبِ: مَا يُجْزِئُ فِي الْأُضْحِيَةِ جَذَعُ ضَأْنٍ أَوْ ثَنِيُّ مَعْزٍ أَوْ سُبْعُ بَدَنَةٍ أَوْ٥ بَقَرَةٍ فَإِنْ ذَبَحَ أَحَدَهُمَا٦ فَأَفْضَلُ وَتَجِبُ كُلُّهَا.
Dan yang dimaksud dengan dam wajib adalah: apa yang mencukupi dalam kurban, yaitu anak domba atau kambing dewasa atau seperujuh unta atau٥ sapi, maka jika menyembelih salah satu dari keduanya٦ maka lebih utama, dan semuanya wajib.
بَابُ أَرْكَانِ الحَجِّ وَوَاجِبَاتِهِ
بَابُ أَرْكَانِ الْحَجِّ وَوَاجِبَاتِهِ
Bab Rukun Haji dan Kewajiban-kewajibannya
أَرْكَانُ الْحَجِّ أَرْبَعَةٌ:
Rukun haji ada empat:
الْأَوَّلُ: الْإِحْرَامُ وَهُوَ مُجَرَّدُ النِّيَّةِ فَمَنْ تَرَكَهُ لَمْ يَنْعَقِدْ حَجُّهُ.
Pertama: Ihram, yaitu niat semata. Barangsiapa meninggalkannya maka hajinya tidak sah.
الثَّانِي: الوُقُوفُ بِعَرَفَةَ وَوَقْتُهُ مِنْ طُلُوعِ فَجْرِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى طُلُوعِ فَجْرِ يَوْمِ النَّحْرِ١ فَمَنْ حَصَلَ فِي هَذَا الوَقْتِ بِعَرَفَةَ لَحْظَةً وَاحِدَةً وَهُوَ أَهْلٌ وَلَوْ مَارًّا أَوْ نَائِمًا أَوْ حَائِضًا أَوْ جَاهِلًا أَنَّهَا عَرَفَةُ صَحَّ حَجُّهُ لَا إِنْ كَانَ سَكْرَانًا٢ أَوْ مَجْنُونًا أَوْ مُغْمًى عَلَيْهِ وَلَوْ وَقَفَ النَّاسُ كُلُّهُمْ أَوْ كُلُّهُمْ إِلَّا قَلِيلًا فِي الْيَوْمِ الثَّامِنِ أَوِ الْعَاشِرِ خَطَأً أَجْزَأَهُمْ.
Kedua: Wukuf di Arafah dan waktunya dari terbitnya fajar hari Arafah hingga terbitnya fajar hari Nahr¹. Barangsiapa yang berada di Arafah pada waktu ini walau hanya sesaat dan dia adalah ahli (mampu) meskipun sedang lewat, tidur, haid, atau tidak tahu bahwa itu adalah Arafah, maka haji-nya sah. Tidak sah jika dia mabuk², gila, atau pingsan. Jika semua orang atau semua kecuali sedikit wukuf pada hari kedelapan atau kesepuluh karena keliru, maka itu mencukupi mereka.
الثَّالِثُ: طَوَافُ الْإِفَاضَةِ وَوَقْتُهُ٣: مِنْ نِصْفِ لَيْلَةِ النَّحْرِ لِمَنْ وَقَفَ وَإِلَّا فَبَعْدَ الْوُقُوفِ وَلَا حَدَّ لِآخِرِهِ.
Ketiga: Thawaf Ifadhah dan waktunya³: dari pertengahan malam Nahr bagi yang telah wukuf, jika tidak maka setelah wukuf dan tidak ada batas akhirnya.
الرَّابِعُ: السَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.
Keempat: Sa'i antara Shafa dan Marwah.
وَوَاجِبَاتُهُ سَبْعَةٌ: الْإِحْرَامُ مِنَ الْمِيقَاتِ، الْوُقُوفُ إِلَى الْغُرُوبِ لِمَنْ وَقَفَ نَهَارًا، الْمَبِيتُ لَيْلَةَ النَّحْرِ بِمُزْدَلِفَةَ إِلَى بَعْدَ٤ نِصْفِ اللَّيْلِ، الْمَبِيتُ بِمِنًى فِي٥ لَيَالِي التَّشْرِيقِ، رَمْيُ الْجِمَارِ مُرَتَّبًا، الْحَلْقُ أَوِ التَّقْصِيرُ، طَوَافُ الْوَدَاعِ.
Dan kewajiban-kewajibannya ada tujuh: Ihram dari miqat, wukuf hingga matahari terbenam bagi yang wukuf pada siang hari, bermalam di Muzdalifah pada malam Nahr hingga setelah⁴ tengah malam, bermalam di Mina pada⁵ malam-malam Tasyriq, melempar jumrah secara berurutan, mencukur atau memendekkan rambut, thawaf wada'.
وَأَرْكَانُ الْعُمْرَةِ ثَلَاثَةٌ: الْإِحْرَامُ وَالطَّوَافُ وَالسَّعْيُ.
Dan rukun-rukun umrah ada tiga: Ihram, thawaf, dan sa'i.
وَوَاجِبَاتُهَا٦ شَيْئَانِ: الْإِحْرَامُ بِهَا مِنَ الْحِلِّ وَالْحَلْقُ أَوِ التَّقْصِيرُ.
Dan dua kewajiban umrah6 adalah: berihram dari tanah halal (di luar miqat) dan mencukur atau memendekkan rambut.
وَالْمَسْنُونُ: كَالْمَبِيتِ بِمِنًى لَيْلَةَ عَرَفَةَ وَطَوَافِ الْقُدُومِ وَالرَّمْلِ فِي الثَّلَاثَةِ أَشْوَاطٍ الْأَوَّلِ مِنْهُ وَالِاضْطِبَاعِ فِيهِ وَتَجَرُّدِ الرَّجُلِ مِنَ الْمُخَيَّطِ عِنْدَ الْإِحْرَامِ وَلَيْسَ إِزَارٍ وَرِدَاءٍ أَبْيَضَيْنِ نَظِيفَيْنِ وَالتَّلْبِيَةِ مِنْ حِينِ الْإِحْرَامِ إِلَى أَوَّلِ الرَّمْيِ.
Dan yang sunnah: seperti bermalam di Mina pada malam Arafah, thawaf qudum, berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf, idhtiba' (membuka bahu kanan) saat thawaf, melepas pakaian berjahit saat ihram dan memakai kain ihram putih bersih, dan talbiyah sejak ihram hingga awal melempar jumrah.
فَمَنْ تَرَكَ رُكْنًا لَمْ يَتِمَّ حَجُّهُ إِلَّا بِهِ وَمَنْ تَرَكَ وَاجِبًا فَعَلَيْهِ دَمٌ وَحَجُّهُ صَحِيحٌ وَمَنْ تَرَكَ مَسْنُونًا فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ.
Barangsiapa meninggalkan rukun, maka hajinya tidak sah kecuali dengan melakukannya. Barangsiapa meninggalkan wajib, maka ia wajib membayar dam (denda) namun hajinya tetap sah. Dan barangsiapa meninggalkan sunnah, maka tidak ada kewajiban apapun atasnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ صِحَّةِ الطَّوَافِ أَحَدَ عَشَرَ: النِّيَّةُ وَالْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَدُخُولُ وَقْتِهِ٢ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَاجْتِنَابُ النَّجَاسَةِ وَالطَّهَارَةُ مِنَ الْحَدَثِ وَتَكْمِيلُ السَّبْعِ وَجَعْلُ الْبَيْتِ عَنْ يَسَارِهِ وَكَوْنُهُ مَاشِيًا مَعَ الْقُدْرَةِ وَالْمُوَالَاةُ.
Syarat sah thawaf ada sebelas: niat, Islam, berakal, masuk waktunya[^2], menutup aurat, menghindari najis, bersuci dari hadats, menyempurnakan tujuh putaran, menjadikan Ka'bah di sebelah kiri, thawaf dengan berjalan kaki jika mampu, dan berurutan.
فَيَسْتَأْنِفُهُ لِحَدَثٍ فِيهِ وَكَذَا لِقَطْعٍ طَوِيلٍ٣ وَإِنْ كَانَ يَسِيرًا أَوْ أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ أَوْ حَضَرَتْ جَنَازَةٌ صَلَّى وَبَنَى مِنَ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ.
Maka ia harus memulai kembali thawaf jika berhadats di dalamnya, dan juga jika terjadi jeda yang lama[^3]. Namun jika jedanya sebentar, atau jika iqamah shalat dikumandangkan, atau ada jenazah, maka ia shalat dan melanjutkan thawaf dari Hajar Aswad.
وَسُنَنُهُ: اسْتِلَامُ الرُّكْنِ الْيَمَانِيِّ فِي بِيَدِهِ٤ الْيُمْنَى وَكَذَا الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ وَتَقْبِيلُهُ وَالدُّعَاءُ، وَالذِّكْرُ وَالدُّنُوُّ مِنَ الْبَيْتِ٥، وَالرَّكْعَتَانِ بَعْدَهُ.
Dan sunnahnya: menyentuh Rukun Yamani dengan tangan kanannya, begitu juga Hajar Aswad dan menciumnya, berdoa, berdzikir, mendekat ke Ka'bah, dan shalat dua rakaat setelahnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ صِحَّةِ السَّعْيِ ثَمَانِيَةٌ: النِّيَّةُ وَالْإِسْلَامُ وَالْعَقْلُ وَالْمُوَالَاةُ وَالْمَشْيُ مَعَ الْقُدْرَةِ وَكَوْنُهُ بَعْدَ طَوَافٍ وَلَوْ مَسْنُونًا كَطَوَافِ الْقُدُومِ وَتَكْمِيلُ السَّبْعِ وَاسْتِيعَابُ مَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.
Dan syarat-syarat sah sa'i ada delapan: niat, Islam, berakal, muwalah, berjalan bagi yang mampu, dilakukan setelah thawaf meskipun thawaf sunnah seperti thawaf qudum, menyempurnakan tujuh putaran, dan mencakup area antara Shafa dan Marwah.
وَإِنْ بَدَأَ بِالْمَرْوَةِ لَمْ يُعْتَدَّ بِذَلِكَ الشَّوْطِ.
Jika memulai dari Marwah, putaran itu tidak dihitung.
وَسُنَنُهُ: الطَّهَارَةُ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الطَّوَافِ.
Dan sunnahnya: bersuci, menutup aurat, dan muwalah antara sa'i dan thawaf.
وَسُنَّ أَنْ يَشْرَبَ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ لِمَا أَحَبَّ وَيَرُشَّ عَلَى بَدَنِهِ وَثَوْبِهِ وَيَقُولَ: "بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَرِيًّا وَشَبَعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَاغْسِلْ بِهِ قَلْبِي وَأَمْلَأْهُ مِنْ خَشْيَتِكَ".
Disunnahkan untuk minum air Zamzam sesuai keinginan, memercikkannya ke badan dan pakaian, serta mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah jadikanlah air ini bagi kami ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, kepuasan, kekenyangan, penyembuh dari segala penyakit, sucikanlah hati dengannya dan penuhilah dengan rasa takut kepada-Mu".
وَسُنَّ: زِيَارَةُ قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ وَقَبْرَيْ صَاحِبَيْهِ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا وَتُسْتَحَبُّ الصَّلَاةُ بِمَسْجِدِهِ ﷺ وَهِيَ بِأَلْفِ صَلَاةٍ.
Disunnahkan: mengunjungi makam Nabi ﷺ dan makam dua sahabatnya (Abu Bakar dan Umar) semoga keridhaan Allah atas mereka berdua. Dianjurkan shalat di masjid Nabi ﷺ yang pahalanya senilai seribu kali lipat shalat.
وَفِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ بِمِائَةِ أَلْفٍ.
Di Masjidil Haram pahalanya seratus ribu kali lipat.
وَفِي الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى بِخَمْسِمِائَةٍ.
Di Masjid al-Aqsa pahalanya lima ratus kali lipat.
بَابُ الفَوَاتِ وَالإِحْصَارِ
بَابُ الفَوَاتِ وَالْإِحْصَارِ
Bab Fawat dan Ihsar
مَنْ طَلَعَ عَلَيْهِ فَجْرُ يَوْمِ النَّحْرِ وَلَمْ يَقِفْ بِعَرَفَةَ لِعُذْرٍ١ حَصْرٍ أَوْ غَيْرِهِ٢ فَاتَهُ الْحَجُّ وَانْقَلَبَ إِحْرَامُهُ عُمْرَةً وَلَا تُجْزِئُ عَنْ عُمْرَةِ الْإِسْلَامِ فَيَتَحَلَّلُ بِهَا وَعَلَيْهِ دَمٌ وَالْقَضَاءُ فِي الْعَامِ٣ الْقَابِلِ لَكِنْ لَوْ صُدَّ عَنِ الْوُقُوفِ فَتَحَلَّلَ قَبْلَ فَوَاتِهِ فَلَا قَضَاءَ.
Barangsiapa yang terbit fajar hari Nahr (Idul Adha) dan dia tidak wukuf di Arafah karena uzur¹ seperti ihsar atau lainnya², maka dia telah luput dari haji dan ihramnya berubah menjadi umrah. Umrah tersebut tidak mencukupi untuk umrah Islam. Dia harus bertahallul dengannya, membayar dam, dan mengqadha pada tahun³ berikutnya. Namun, jika dia terhalang untuk wukuf lalu bertahallul sebelum luput darinya, maka tidak ada qadha.
وَمَنْ حُصِرَ عَنِ الْبَيْتِ وَلَوْ بَعْدَ الْوُقُوفِ ذَبَحَ هَدْيًا بِنِيَّةِ التَّحَلُّلِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ صَامَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ بِنِيَّةٍ٤ وَقَدْ حَلَّ.
Barangsiapa yang terhalang dari Ka'bah meskipun setelah wukuf, dia harus menyembelih hadyu dengan niat bertahallul. Jika tidak menemukan (hadyu), dia harus berpuasa sepuluh hari dengan niat⁴ dan dia telah halal.
وَمَنْ حُصِرَ عَنْ طَوَافِ الْإِفَاضَةِ فَقَطْ وَقَدْ رَمَى وَحَلَقَ لَمْ يَتَحَلَّلْ حَتَّى يَطُوفَ.
Barangsiapa yang terhalang hanya dari tawaf ifadhah, dan dia telah melempar jumrah dan mencukur, maka dia belum bertahallul hingga melakukan tawaf.
وَمَنْ شَرَطَ فِي ابْتِدَاءِ إِحْرَامِهِ: إِنْ مَحِلِّي حَيْثُ حَبَسْتَنِي أَوْ قَالَ: إِنْ مَرِضْتُ أَوْ عَجَزْتُ أَوْ ذَهَبَتْ نَفَقَتِي فَلِي أَنْ أَحِلَّ كَانَ لَهُ أَنْ يَتَحَلَّلَ مَتَى شَاءَ مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ وَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ.
Barangsiapa yang mensyaratkan pada awal ihramnya: "Tempat tahallulku adalah di mana Engkau menahanku" atau dia berkata: "Jika aku sakit, lemah, atau nafkahku habis, maka aku boleh bertahallul", maka dia boleh bertahallul kapan saja dia mau tanpa (membayar) apapun dan tidak ada qadha atasnya.
بَابُ الأُضْحِيَةِ
بَابُ الْأُضْحِيَةِ
Bab Kurban
وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ.
Dan itu adalah sunnah yang ditekankan.
وَتَجِبُ١ بِالنَّذْرِ وَبِقَوْلِهِ: "هَذِهِ أُضْحِيَةٌ أَوْ لِلَّهِ".
Dan itu wajib dengan nadzar dan dengan perkataannya: "Ini adalah kurban atau untuk Allah".
وَالْأَفْضَلُ: الْإِبِلُ فَالْبَقَرُ فَالْغَنَمُ.
Dan yang paling utama: unta kemudian sapi kemudian kambing.
وَلَا تُجْزِئُ: مِنْ غَيْرِ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ.
Dan tidak mencukupi: selain dari tiga ini.
وَتُجْزِئُ: الشَّاةُ عَنِ الْوَاحِدِ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَعِيَالِهِ.
Dan mencukupi: seekor kambing untuk satu orang dan untuk keluarganya serta tanggungannya.
وَتُجْزِئُ: الْبَدَنَةُ وَالْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعٍ٢.
Dan mencukupi: unta dan sapi untuk tujuh orang.
وَأَقَلُّ٣ مَا يُجْزِئُ مِنَ الضَّأْنِ: مَا لَهُ نِصْفُ سَنَةٍ وَمِنَ الْمَعْزِ: مَا لَهُ سَنَةٌ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْجَامُوسِ مَا لَهُ سَنَتَانِ وَمِنَ الْإِبِلِ مَالَهُ خَمْسُ سِنِينَ.
Dan minimal yang mencukupi dari domba: yang berumur setengah tahun, dari kambing: yang berumur satu tahun, dari sapi dan kerbau yang berumur dua tahun, dan dari unta yang berumur lima tahun.
وَتُجْزِئُ الْجَمَّاءُ وَالْبَتْرَاءُ وَالْخَصِيُّ وَالْحَامِلُ وَمَا خُلِقَ بِلَا أُذُنٍ أَوْ ذَهَبَ نِصْفُ إِلْيَتِهِ أَوْ أُذُنِهِ.
Dan mencukupi hewan yang tidak bertanduk, yang terputus ekornya, yang dikebiri, yang hamil, yang terlahir tanpa telinga atau hilang setengah pantatnya atau telinganya.
لَا بَيِّنَةَ الْمَرَضِ وَلَا بَيِّنَةَ الْعَوَرِ بِأَنِ انْخَسَفَتْ عَيْنُهَا وَلَا قَائِمَةَ الْعَيْنَيْنِ مَعَ ذَهَابِ أَبْصَارِهِمَا وَلَا عَجْفَاءَ: وَهِيَ الْهَزِيلَةُ الَّتِي لَا مُخَّ فِيهَا.
Tidak jelas sakitnya, tidak jelas butanya yaitu matanya cekung, tidak berdiri kedua matanya disertai hilangnya penglihatannya, dan tidak kurus: yaitu yang kurus yang tidak ada sumsum di dalamnya.
وَلَا عَرْجَاءَ١ لَا تُطِيقُ مَشْيًا مَعَ صَحِيحَةٍ وَلَا هَتْمَاءَ٢: وَهِيَ الَّتِي ذَهَبَتْ ثَنَايَاهَا مِنْ أَصْلِهَا وَلَا عَصْمَاءَ٣: وَهِيَ مَا انْكَسَرَ غِلَافُ قَرْنِهَا.
Dan tidak boleh hewan yang pincang1 yang tidak mampu berjalan bersama yang sehat, tidak pula hewan yang giginya tanggal2: yaitu yang gigi serinya tanggal dari akarnya, dan tidak pula hewan yang patah tanduknya3: yaitu yang pecah selubung tanduknya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُسَنُّ: نَحْرُ الْإِبِلِ قَائِمَةً٤ مَعْقُولَةً يَدَهَا الْيُسْرَى وَذَبْحُ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ عَلَى جَنْبِهَا الْأَيْسَرِ مُوَجَّهَةً إِلَى الْقِبْلَةِ.٥
Dan disunnahkan: menyembelih unta dalam keadaan berdiri4 dengan mengikat tangan kirinya, dan menyembelih sapi dan kambing pada sisi kirinya dengan menghadap kiblat.5
وَيُسَمِّي حِينَ يُحَرِّكُ يَدَهُ بِالْفِعْلِ وَيُكَبِّرُ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ٦".
Dan ia menyebut nama Allah ketika menggerakkan tangannya untuk menyembelih, bertakbir, dan mengucapkan: "Ya Allah, ini dariMu dan untukMu."6
وَأَوَّلُ وَقْتِ الذَّبْحِ مِنْ بَعْدِ أَسْبَقِ صَلَاةِ الْعِيدِ بِالْبَلَدِ أَوْ قَدْرِهَا لِمَنْ لَمْ يُصَلِّ فَلَا يُجْزِئُ٧ قَبْلَ ذَلِكَ وَيَسْتَمِرُّ وَقْتُ الذَّبْحِ نَهَارًا وَلَيْلًا إِلَى آخِرِ.
Dan awal waktu penyembelihan adalah setelah shalat Idul Adha yang paling awal di suatu negeri atau seukurannya bagi yang tidak shalat, maka tidak sah7 sebelum itu. Dan waktu penyembelihan berlanjut siang dan malam hingga akhir.
ثَانِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.
Hari kedua Tasyriq.
فَإِنْ فَاتَ الْوَقْتُ قَضَى الْوَاجِبَ وَسَقَطَ التَّطَوُّعُ.
Jika waktunya terlewat, maka qadha yang wajib dan gugur yang sunnah.
وَسُنَّ لَهُ: الْأَكْلُ مِنْ هَدْيِ١ التَّطَوُّعِ وَمِنْ٢ أُضْحِيَتِهِ وَلَوْ وَاجِبَةً.
Dan disunnahkan baginya: makan dari hadyu١ sunnah dan dari٢ hewan kurbannya meskipun wajib.
وَيَجُوزُ٣ مِنْ٤ الْمُتْعَةِ وَالْقِرَانِ.
Dan boleh٣ dari٤ tamattu' dan qiran.
وَيَجِبُ: أَنْ يَتَصَدَّقَ بِأَقَلِّ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ اسْمُ اللَّحْمِ وَيُعْتَبَرُ تَمْلِيكُ الْفَقِيرِ فَلَا يَكْفِي إِطْعَامُهُ.
Dan wajib: bersedekah dengan minimal apa yang disebut daging dan dianggap menjadi milik orang fakir, maka tidak cukup hanya memberinya makan.
وَالسُّنَّةُ: أَنْ يَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَتِهِ ثُلُثَهَا وَيُهْدِيَ ثُلُثَهَا وَيَتَصَدَّقَ بِثُلُثِهَا.
Dan sunnah: makan sepertiga dari hewan kurbannya, menghadiahkan sepertiganya, dan bersedekah dengan sepertiganya.
وَيَحْرُمُ: بَيْعُ شَيْءٍ مِنْهَا حَتَّى مِنْ شَعْرِهَا وَجِلْدِهَا.
Dan haram: menjual sesuatu darinya bahkan dari bulunya dan kulitnya.
وَلَا يُعْطِي الْجَازِرَ بِأُجْرَتِهِ٥ مِنْهَا شَيْئًا وَلَهُ إِعْطَاؤُهُ صَدَقَةً أَوْ هَدِيَّةً.
Dan tidak boleh memberi tukang jagal dengan upahnya٥ sesuatu darinya, namun boleh memberinya sedekah atau hadiah.
وَإِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ: حَرُمَ عَلَى مَنْ يُضَحِّي أَوْ يُضَحَّى عَنْهُ أَخْذُ شَيْءٍ مِنْ شَعْرِهِ أَوْ ظُفُرِهِ٦ إِلَى الذَّبْحِ. وَيُسَنُّ الْحَلْقُ بَعْدَهُ.
Dan jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah: haram bagi orang yang berkurban atau dikurbankan untuknya mengambil sesuatu dari rambutnya atau kukunya٦ hingga penyembelihan. Dan disunnahkan mencukur setelahnya.
فَصْلٌ فِي العَقِيقَةِ
فَصْلٌ فِي الْعَقِيقَةِ
Bab tentang Aqiqah
وَهِيَ سُنَّةٌ فِي حَقِّ الْأَبِ وَلَوْ مُعْسِرًا فَعَنِ الْغُلَامِ شَاتَانِ وَعَنْ
Aqiqah adalah sunnah bagi seorang ayah meskipun dalam keadaan sulit. Untuk anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing, sedangkan untuk
الْجَارِيَةُ شَاةٌ وَلَا تُجْزِئُ: بَدَنَةٌ وَلَا بَقَرَةٌ إِلَّا كَامِلَةٌ.
Aqiqah untuk anak perempuan adalah seekor kambing, dan tidak mencukupi: unta atau sapi kecuali yang sempurna.
وَالسُّنَّةُ: ذَبْحُهَا فِي سَابِعِ يَوْمِ وِلَادَتِهِ فَإِنْ فَاتَ فَفِي أَرْبَعَ عَشْرَةَ فَإِنْ فَاتَ فَفِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَلَا تُعْتَبَرُ الْأَسَابِيعُ بَعْدَ ذَلِكَ.
Dan sunnahnya: menyembelihnya pada hari ketujuh kelahirannya, jika terlewat maka pada hari keempat belas, jika terlewat maka pada hari kedua puluh satu, dan tidak dianggap hitungan minggu setelah itu.
وَكُرِهَ لَطْخُهُ مِنْ دَمِهَا.
Dan dimakruhkan melumuri bayi dengan darahnya.
وَيُسَنُّ الْأَذَانُ فِي أُذُنِ الْمَوْلُودِ الْيُمْنَى حِينَ يُولَدُ وَالْإِقَامَةُ فِي الْيُسْرَى.
Dan disunnahkan adzan di telinga kanan bayi ketika lahir dan iqamah di telinga kiri.
وَيُسَنُّ: أَنْ يُحْلَقَ رَأْسُ الْغُلَامِ فِي الْيَوْمِ السَّابِعِ وَيُتَصَدَّقَ بِوَزْنِهِ فِضَّةً وَيُسَمَّى فِيهِ.
Dan disunnahkan: mencukur rambut kepala anak laki-laki pada hari ketujuh dan bersedekah seberat rambutnya perak dan memberinya nama pada hari itu.
وَأَحَبُّ الْأَسْمَاءِ: عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ.
Dan nama yang paling disukai: Abdullah dan Abdurrahman.
وَتَحْرُمُ: التَّسْمِيَةُ بِعَبْدِ غَيْرِ اللهِ كَعَبْدِ النَّبِيِّ وَعَبْدِ الْمَسِيحِ.
Dan haram: memberi nama dengan 'abd selain Allah seperti Abdul Nabi dan Abdul Masih.
وَتُكْرَهُ: بِحَرْبٍ وَيَسَارٍ وَمُبَارَكٍ وَمُفْلِحٍ وَخَيْرٍ وَسُرُورٍ.
Dan dimakruhkan: Harb, Yasar, Mubarak, Muflih, Khair, dan Surur.
وَلَا بَأْسَ بِأَسْمَاءِ الْمَلَائِكَةِ وَالْأَنْبِيَاءِ.
Dan tidak mengapa dengan nama-nama para malaikat dan para nabi.
وَإِنِ اتَّفَقَ وَقْتُ عَقِيقَةٍ وَأُضْحِيَةٍ أَجْزَأَتْ إِحْدَاهُمَا عَنِ الْأُخْرَى.
Dan jika bertepatan waktu aqiqah dan kurban, maka salah satunya mencukupi dari yang lain.
كِتَابُ الجِهَادِ
حُكْمُ الجِهَادِ
كِتَابُ الْجِهَادِ
Kitab Jihad
حُكْمُ الْجِهَادِ
Hukum Jihad
...
...
كِتَابُ الْجِهَادِ
Kitab Jihad
وَهُوَ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Dan ia adalah fardhu kifayah.
وَيُسَنُّ: مَعَ قِيَامِ مَنْ يَكْفِي بِهِ.
Dan disunnahkan: ketika telah ada yang mencukupi untuk melakukannya.
وَلَا يَجِبُ: إِلَّا عَلَى ذَكَرٍ حُرٍّ١ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ الصَّحِيحِ وَاجِدٍ مِنَ الْمَالِ مَا يَكْفِيهِ وَيَكْفِي أَهْلَهُ فِي غَيْبَتِهِ وَيَجِدُ مَعَ مَسَافَةِ قَصْرٍ مَا يَحْمِلُهُ.
Dan tidak wajib: kecuali bagi laki-laki merdeka¹ Muslim mukallaf yang sehat dan memiliki harta yang mencukupinya dan mencukupi keluarganya selama kepergiannya dan ia memiliki bekal perjalanan untuk jarak qashar.
وَسُنَّ٢ تَشْيِيعُ الْغَازِي لَا تَلْقِيهِ.
Dan disunnahkan² mengantar kepergian mujahid, bukan menjemputnya.
وَأَفْضَلُ مُتَطَوِّعٍ بِهِ الْجِهَادُ وَغَزْوُ الْبَحْرِ أَفْضَلُ.
Dan yang paling utama bagi yang melakukannya secara suka rela adalah jihad, dan jihad di laut lebih utama.
وَتُكَفِّرُ الشَّهَادَةُ جَمِيعَ الذُّنُوبِ سِوَى الدَّيْنِ.
Dan mati syahid menghapus semua dosa kecuali hutang.
وَلَا يَتَطَوَّعُ: بِهِ مَدِينٌ لَا وَفَاءَ لَهُ إِلَّا بِإِذْنِ غَرِيمِهِ وَلَا مَنْ أَحَدُ أَبَوَيْهِ حُرٌّ مُسْلِمٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ.
Dan tidak boleh melakukannya secara suka rela: orang yang berhutang yang tidak mampu melunasinya kecuali dengan izin pemberi hutang, dan tidak pula orang yang salah satu dari kedua orang tuanya adalah Muslim merdeka kecuali dengan izinnya.
وَيُسَنُّ الرِّبَاطُ: وَهُوَ لُزُومُ الثَّغْرِ لِلْجِهَادِ وَأَقَلُّهُ سَاعَةٌ وَتَمَامُهُ أَرْبَعُونَ يَوْمًا وَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الْمُقَامِ بِمَكَّةَ٣ وَأَفْضَلُهُ مَا كَانَ أَشَدَّ خَوْفًا.
Dan disunnahkan ribath: yaitu menetap di perbatasan untuk berjihad, dan paling sedikitnya satu jam dan sempurnanya empat puluh hari, dan itu lebih utama daripada tinggal di Makkah³, dan yang paling utama adalah yang paling menakutkan.
وَلَا يَجُوزُ لِلْمُسْلِمِينَ الْفِرَارُ مِنْ مِثْلَيْهِمْ وَلَوْ وَاحِدًا مِنِ اثْنَيْنِ فَإِنْ زَادُوا عَلَى مِثْلَيْهِمْ جَازَ.
Dan tidak boleh bagi kaum Muslimin melarikan diri dari dua kali lipat jumlah mereka, meskipun satu orang melawan dua orang. Jika musuh melebihi dua kali lipat jumlah mereka, maka boleh melarikan diri.
وَالْهِجْرَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى كُلِّ مَنْ عَجَزَ عَنْ إِظْهَارِ دِينِهِ بِمَحَلٍّ يَغْلِبُ فِيهِ حُكْمُ الْكُفْرِ وَالْبِدَعِ الْمُضِلَّةِ فَإِنْ قَدَرَ عَلَى إِظْهَارِ دِينِهِ فَمَسْنُونٌ.
Hijrah wajib bagi setiap orang yang tidak mampu menampakkan agamanya di tempat yang didominasi oleh hukum kekufuran dan bid'ah yang menyesatkan. Jika ia mampu menampakkan agamanya, maka hijrah hukumnya sunnah.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْأَسَارَى مِنَ الْكُفَّارِ عَلَى قِسْمَيْنِ:
Tawanan dari orang-orang kafir terbagi menjadi dua:
قِسْمٌ يَكُونُ رَقِيقًا بِمُجَرَّدِ السَّبْيِ: وَهُمُ النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ.
Bagian yang menjadi budak hanya dengan ditawan: yaitu para wanita dan anak-anak.
وَقِسْمٌ لَا: وَهُمُ الرِّجَالُ الْبَالِغُونَ الْمُقَاتِلُونَ وَالْإِمَامُ فِيهِمْ مُخَيَّرٌ بَيْنَ: قَتْلٍ وَرِقٍّ وَمَنٍّ وَفِدَاءٍ بِمَالٍ أَوْ بِأَسِيرٍ مُسْلِمٍ وَيَجِبُ عَلَيْهِ فِعْلُ الْأَصْلَحِ.
Dan bagian yang tidak: yaitu para lelaki dewasa yang ikut berperang. Imam memiliki pilihan terhadap mereka antara: membunuh, memperbudak, membebaskan tanpa tebusan, atau membebaskan dengan tebusan harta atau tawanan Muslim. Imam wajib melakukan yang paling maslahat.
وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ مُسْتَرَقٍّ مِنْهُمْ لِكَافِرٍ.
Tidak sah menjual tawanan dari mereka yang diperbudak kepada orang kafir.
وَيُحْكَمُ بِإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَبْلُغْ مِنْ أَوْلَادِ الْكُفَّارِ عِنْدَ وُجُودِ أَحَدِ ثَلَاثَةِ أَسْبَابٍ:
Dihukumi Islam anak-anak orang kafir yang belum baligh jika terdapat salah satu dari tiga sebab:
أَحَدُهَا: أَنْ يُسْلِمَ أَحَدُ أَبَوَيْهِ خَاصَّةً.
Pertama: Salah satu dari kedua orang tuanya masuk Islam secara khusus.
الثَّانِي: أَنْ يُعْدَمَ أَحَدُهُمَا بِدَارِنَا.
Kedua: Salah satu dari keduanya meninggal di negeri kita.
الثَّالِثُ: أَنْ يَسْبِيَهُ مُسْلِمٌ مُنْفَرِدًا عَنْ أَحَدِ أَبَوَيْهِ.
Ketiga: Seorang Muslim menawannya secara terpisah dari salah satu orang tuanya.
فَإِنْ سَبَاهُ ذِمِّيٌّ فَعَلَى دِينِهِ أَوْ سُبِيَ مَعَ أَبَوَيْهِ فَعَلَى دِينِهِمَا.
Jika seorang dzimmi menawannya, maka ia tetap pada agamanya. Atau jika ia ditawan bersama kedua orang tuanya, maka ia mengikuti agama keduanya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ قَتَلَ قَتِيلًا فِي حَالَةِ الْحَرْبِ فَلَهُ سَلَبُهُ وَهُوَ مَا عَلَيْهِ مِنْ ثِيَابٍ وَحُلِيٍّ وَسِلَاحٍ وَكَذَا دَابَّتُهُ الَّتِي قَاتَلَ عَلَيْهَا وَمَا عَلَيْهَا وَأَمَّا نَفَقَتُهُ وَرَحْلُهُ وَخَيْمَتُهُ وَجَنِيبُهُ فَغَنِيمَةٌ.
Barangsiapa yang membunuh seorang musuh dalam keadaan perang, maka ia berhak mengambil salab (harta rampasan perang) dari musuh tersebut, yaitu pakaian, perhiasan, senjata yang dipakai musuh, begitu pula kendaraan yang ditunggangi musuh saat perang dan perlengkapan yang ada di atasnya. Adapun bekal, pelana, tenda, dan kuda cadangan musuh, maka itu termasuk ghanimah (harta rampasan perang).
وَتُقْسَمُ الْغَنِيمَةُ بَيْنَ الْغَانِمِينَ فَيُعْطَى لَهُمْ أَرْبَعَةُ أَخْمَاسِهَا لِلرَّاجِلِ: سَهْمٌ وَلِلْفَارِسِ عَلَى فَرَسٍ هَجِينٍ سَهْمَانِ وَعَلَى فَرَسٍ عَرَبِيٍّ ثَلَاثَةٌ.
Ghanimah dibagikan di antara para pejuang, mereka diberikan empat perlima bagian. Untuk pejalan kaki: satu bagian, untuk penunggang kuda campuran (hasil persilangan): dua bagian, dan untuk penunggang kuda Arab murni: tiga bagian.
لَا يُسْهَمُ لِغَيْرِ الْخَيْلِ وَلَا يُسْهَمُ إِلَّا لِمَنْ فِيهِ أَرْبَعَةُ شُرُوطٍ: الْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورَةُ.
Tidak ada bagian untuk selain kuda, dan tidak ada bagian kecuali bagi yang memenuhi empat syarat: baligh, berakal, merdeka, dan laki-laki.
فَإِنِ اخْتَلَّ شَرْطٌ رُضِخَ لَهُ وَلَمْ يُسْهَمْ.
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka ia diberi bagian kecil (rudhkh) dan tidak mendapat bagian penuh (sahm).
وَيُقْسَمُ الْخُمُسُ الْبَاقِي خَمْسَةَ أَسْهُمٍ: سَهْمٌ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ يُصْرَفُ مَصْرِفَ الْفَيْءِ وَسَهْمٌ لِذَوِي الْقُرْبَى وَهُمْ: بَنُو هَاشِمٍ وَبَنُو الْمُطَّلِبِ حَيْثُ كَانُوا لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ وَسَهْمٌ لِفُقَرَاءِ الْيَتَامَى وَهُمْ مَنْ لَا أَبَ لَهُ وَلَمْ يَبْلُغْ وَسَهْمٌ لِلْمَسَاكِينِ وَسَهْمٌ لِأَبْنَاءِ السَّبِيلِ.
Seperlima bagian yang tersisa dibagi menjadi lima bagian: satu bagian untuk Allah dan Rasul-Nya yang digunakan seperti penggunaan fai' (harta rampasan tanpa peperangan), satu bagian untuk kerabat Nabi yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib di mana pun mereka berada, dengan bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan, satu bagian untuk anak-anak yatim yang fakir yaitu mereka yang tidak memiliki ayah dan belum baligh, satu bagian untuk orang-orang miskin, dan satu bagian untuk ibnu sabil.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْفَيْءُ: هُوَ مَا أُخِذَ مِنْ مَالِ الْكُفَّارِ بِحَقٍّ مِنْ غَيْرِ قِتَالٍ كَالْجِزْيَةِ وَالْخَرَاجِ وَعُشْرِ التِّجَارَةِ مِنَ الْحَرْبِيِّ وَنِصْفِ الْعُشْرِ مِنَ الذِّمِّيِّ١ وَمَا تَرَكُوهُ فَزَعًا أَوْ عَنْ مَيِّتٍ وَلَا وَارِثَ لَهُ.
Fai' adalah harta yang diambil dari orang-orang kafir secara sah tanpa peperangan, seperti jizyah, kharaj, 'ushr perdagangan dari orang harbiy, setengah 'ushr dari orang dzimmiy¹, dan harta yang mereka tinggalkan karena ketakutan atau karena kematian tanpa ahli waris.
وَمَصْرِفُهُ فِي مَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ وَيُبْدَأُ بِالْأَهَمِّ فَالْأَهَمِّ مِنْ سَدِّ ثَغْرٍ وَكِفَايَةِ أَهْلِهِ وَحَاجَةِ مَنْ يَدْفَعُ عَنِ الْمُسْلِمِينَ وَعِمَارَةِ الْقَنَاطِرِ وَرِزْقِ الْقُضَاةِ وَالْفُقَهَاءِ وَغَيْرِ ذَلِكَ فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ قُسِمَ بَيْنَ أَحْرَارِ الْمُسْلِمِينَ غَنِيِّهِمْ وَفَقِيرِهِمْ. وَبَيْتُ الْمَالِ مِلْكٌ لِلْمُسْلِمِينَ وَيَضْمَنُهُ٢ مُتْلِفُهُ وَيَحْرُمُ الْأَخْذُ مِنْهُ بِلَا إِذْنِ الْإِمَامِ.
Fai' digunakan untuk kemaslahatan umat Islam, dimulai dari yang paling penting seperti menutup celah pertahanan, mencukupi kebutuhan penduduknya, kebutuhan orang yang membela umat Islam, membangun jembatan, gaji para hakim dan ulama, dan lainnya. Jika ada kelebihan, maka dibagikan di antara kaum muslimin yang merdeka, baik kaya maupun miskin. Baitul mal adalah milik kaum muslimin, orang yang merusaknya harus menggantinya², dan haram mengambil darinya tanpa izin imam.
بَابُ عَقْدِ الذِّمَّةِ
بَابُ عَقْدِ الذِّمَّةِ
Bab Akad Dzimmah
لَا تُعْقَدُ٣ إِلَّا لِأَهْلِ الْكِتَابِ أَوْ لِمَنْ لَهُ٤ شُبْهَةُ كِتَابٍ كَالْمَجُوسِ.
Tidak diadakan [akad dzimmah] kecuali untuk Ahli Kitab atau yang memiliki kemiripan kitab seperti Majusi.
وَيَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ عَقْدُهَا حَيْثُ أَمِنَ مَكْرَهُمْ وَالْتَزَمُوا لَنَا بِأَرْبَعَةِ أَحْكَامٍ:
Wajib bagi imam untuk mengadakannya jika aman dari tipu daya mereka dan mereka mematuhi empat hukum bagi kita:
أَحَدُهَا: أَنْ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ.
Pertama: Mereka membayar jizyah dengan tangan mereka dalam keadaan tunduk.
الثَّانِي: أَنْ لَا يَذْكُرُوا دِينَ الْإِسْلَامِ إِلَّا بِالْخَيْرِ.١
Kedua: Bahwa mereka tidak menyebutkan agama Islam kecuali dengan kebaikan.1
الثَّالِثُ: أَنْ لَا يَفْعَلُوا مَا فِيهِ ضَرَرٌ عَلَى الْمُسْلِمِينَ.
Ketiga: Bahwa mereka tidak melakukan apa yang membahayakan kaum muslimin.
الرَّابِعُ: أَنْ تَجْرِيَ عَلَيْهِمْ أَحْكَامُ الْإِسْلَامِ فِي نَفْسٍ وَمَالٍ وَعِرْضٍ وَإِقَامَةِ حَدٍّ فِيمَا يُحَرِّمُونَهُ كَالزِّنَا لَا فِيمَا يُحِلُّونَهُ كَالْخَمْرِ.
Keempat: Bahwa berlaku atas mereka hukum-hukum Islam dalam jiwa, harta, kehormatan, dan menegakkan had pada apa yang mereka haramkan seperti zina, bukan pada apa yang mereka halalkan seperti khamr.
وَلَا تُؤْخَذُ الْجِزْيَةُ مِنْ امْرَأَةٍ وَخُنْثَى وَصَبِيٍّ وَمَجْنُونٍ وَقَنٍّ وَزَمِنٍ وَأَعْمَى وَشَيْخٍ فَانٍ وَرَاهِبٍ بِصَوْمَعَةٍ٢.
Dan tidak diambil jizyah dari wanita, khuntsa, anak kecil, orang gila, budak, orang lemah, orang buta, orang tua renta, dan rahib di biara.2
وَمَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمْ بَعْدَ الْحَوْلِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْجِزْيَةُ.
Dan barangsiapa di antara mereka yang masuk Islam setelah satu tahun, maka gugurlah jizyah darinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ قَتْلُ٣ أَهْلِ الذِّمَّةِ وَأَخْذُ مَالِهِمْ.
Dan haram membunuh3 ahlu dzimmah dan mengambil harta mereka.
وَيَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ حِفْظُهُمْ وَمَنْعُ مَنْ يُؤْذِيهِمْ.
Dan wajib atas imam untuk menjaga mereka dan mencegah orang yang menyakiti mereka.
وَيُمْنَعُونَ مِنْ رُكُوبِ الْخَيْلِ وَحَمْلِ السِّلَاحِ وَمِنْ إِحْدَاثِ الْكَنَائِسِ وَمِنْ بِنَاءِ مَا انْهَدَمَ مِنْهَا وَمِنْ إِظْهَارِ الْمُنْكَرِ وَالْعِيدِ وَالصَّلِيبِ وَضَرْبِ النَّاقُوسِ وَمِنَ الْجَهْرِ بِكُتُبِهِمْ وَمِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ نَهَارَ رَمَضَانَ وَمِنْ شُرْبِ الْخَمْرِ وَأَكْلِ الْخِنْزِيرِ وَيُمْنَعُونَ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَشِرَاءِ الْمُصْحَفِ وَكُتُبِ الْفِقْهِ وَالْحَدِيثِ وَمِنْ تَعْلِيَةِ الْبِنَاءِ عَلَى الْمُسْلِمِينَ.
Dan mereka dilarang menunggang kuda, membawa senjata, mendirikan gereja-gereja baru, membangun kembali gereja yang telah runtuh, menampakkan kemungkaran, perayaan, salib, membunyikan lonceng, mengeraskan suara ketika membaca kitab mereka, makan dan minum di siang hari Ramadhan, meminum khamar, memakan babi. Mereka juga dilarang membaca Al-Qur'an, membeli mushaf, kitab-kitab fiqih dan hadits, serta membangun bangunan lebih tinggi dari orang-orang Muslim.
وَيَلْزَمُهُمُ التَّمَيُّزُ عَنَّا بِلِبْسِهِمْ.
Dan mereka harus berbeda dari kita dalam pakaian mereka.
وَيُكْرَهُ لَنَا التَّشَبُّهُ بِهِمْ.
Dan makruh bagi kita untuk menyerupai mereka.
وَيَحْرُمُ الْقِيَامُ لَهُمْ وَتَصْدِيرُهُمْ فِي الْمَجَالِسِ وَبِدَاءَتُهُمْ بِالسَّلَامِ بِكَيْفَ أَصْبَحْتَ أَوْ أَمْسَيْتَ؟ أَوْ كَيْفَ أَنْتَ أَوْحَالَكَ؟ وَتَحْرُمُ تَهْنِئَتُهُمْ وَتَعْزِيَتُهُمْ وَعِيَادَتُهُمْ.
Dan haram berdiri untuk mereka, menempatkan mereka di tempat terdepan dalam majelis, memulai salam kepada mereka dengan 'Bagaimana pagi Anda?' atau 'Bagaimana sore Anda?', atau 'Bagaimana kabar Anda?', dan haram mengucapkan selamat kepada mereka, bela sungkawa kepada mereka, dan menjenguk mereka.
وَمَنْ سَلَّمَ عَلَى ذِمِّيٍّ ثُمَّ عَلِمَهُ سُنَّ قَوْلُهُ: رُدَّ عَلَيَّ سَلَامِي.
Dan barangsiapa memberi salam kepada seorang dzimmi kemudian mengetahuinya, disunnahkan baginya untuk berkata, 'Kembalikan salamku.'
وَإِنْ سَلَّمَ الذِّمِّيُّ لَزِمَ رَدُّهُ فَيُقَالُ: وَعَلَيْكُمْ وَإِنْ شَمَتَ كَافِرٌ مُسْلِمًا أَجَابَهُ.
Dan jika seorang dzimmi memberi salam, wajib menjawabnya dengan mengatakan, 'Wa 'alaikum.' Dan jika seorang kafir mengucapkan selamat kepada seorang Muslim, ia menjawabnya.
وَتُكْرَهُ مُصَافَحَتُهُ.
Dan makruh berjabat tangan dengannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ أَبَى مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ بَذْلَ الْجِزْيَةِ أَوْ أَبَى الصَّغَارَ أَوْ أَبَى الْتِزَامَ أَحْكَمِنَا أَوْ زَنَا بِمُسْلِمَةٍ أَوْ أَصَابَهَا بِنِكَاحٍ أَوْ قَطَعَ الطَّرِيقَ أَوْ ذَكَرَ اللَّهَ تَعَالَى أَوْ رَسُولَهُ بِسُوءٍ أَوْ تَعَدَّى عَلَى مُسْلِمٍ بِقَتْلٍ أَوْ فِتْنَةٍ عَنْ.
Dan barangsiapa dari ahlu dzimmah menolak membayar jizyah, atau menolak kehinaan, atau menolak tunduk pada hukum kita, atau berzina dengan seorang Muslimah atau menikahinya, atau merampok di jalan, atau menyebut Allah Ta'ala atau Rasul-Nya dengan buruk, atau menyerang seorang Muslim dengan pembunuhan atau fitnah.
دِينَهُ انْتَقَضَ عَهْدُهُ.
Agamanya membatalkan perjanjiannya.
وَيُخَيِّرُ الإِمَامُ فِيهِ كَالأَسِيرِ وَمَالُهُ فَيْءٌ وَلَا يَنْقُضُ عَهْدَ نِسَائِهِ وَأَوْلَادِهِ فَإِنْ أَسْلَمَ حَرُمَ قَتْلُهُ وَلَوْ كَانَ سَبَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ١.
Imam memiliki pilihan terhadapnya seperti tawanan, dan hartanya menjadi fai'. Perjanjian istri dan anak-anaknya tidak batal. Jika dia masuk Islam, haram membunuhnya meskipun dia telah mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam¹.
كِتَابُ البَيْعِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْبَيْعِ
Kitab Jual Beli
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْبَيْعِ
Kitab Jual Beli
وَيَنْعَقِدُ لَا هَزْلًا بِالْقَوْلِ الدَّالِّ عَلَى الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَبِالْمُعَاطَاةِ كَـ"أَعْطِنِي بِهَذَا٢ خُبْزًا فَيُعْطِيهِ٣ مَا يُرْضِيهِ.
Dan jual beli terjadi, bukan main-main, dengan perkataan yang menunjukkan jual beli dan dengan mu'athah seperti "Berikan aku roti dengan ini (dirham ini), lalu (penjual) memberikan apa yang memuaskannya.
وَشُرُوطُهُ سَبْعَةٌ٤:
Dan syarat-syaratnya ada tujuh:
أَحَدُهَا: الرِّضَى فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْمُكْرَهِ بِغَيْرِ حَقٍّ.
Pertama: Kerelaan, maka tidak sah jual beli orang yang dipaksa tanpa hak.
الثَّانِي الرُّشْدُ فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْمُمَيِّزِ وَالسَّفِيهِ مَا لَمْ يَأْذَنْ وَلِيُّهُمَا.
Kedua: Kecakapan, maka tidak sah jual beli anak yang sudah mumayyiz dan orang bodoh kecuali jika wali mereka mengizinkan.
الثَّالِثُ: كَوْنُ الْمَبِيعِ مَالًا فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْخَمْرِ وَالْكَلْبِ٥ وَالْمَيْتَةِ.
Ketiga: Barang yang dijual harus berupa harta, maka tidak sah jual beli khamr, anjing, dan bangkai.
الرَّابِعُ: أَنْ يَكُونَ الْمَبِيعُ مِلْكًا لِلْبَائِعِ أَوْ مَأْذُونًا لَهُ فِيهِ وَقْتَ الْعَقْدِ فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْفُضُولِيِّ وَلَوْ أُجِيزَ بَعْدُ.
Keempat: Barang yang dijual harus menjadi milik penjual atau diizinkan baginya pada saat akad, maka tidak sah jual beli fudhuli (tanpa izin pemilik) meskipun diizinkan setelahnya.
الْخَامِسُ: الْقُدْرَةُ عَلَى تَسْلِيمِهِ فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْآبِقِ وَالشَّارِدِ وَلَوْ لِقَادِرٍ عَلَى تَحْصِيلِهِمَا٦.
Kelima: Kemampuan untuk menyerahkannya, maka tidak sah jual beli budak yang melarikan diri dan hewan yang lepas meskipun mampu mendapatkan keduanya.
السَّادِسُ: مَعْرِفَةُ الثَّمَنِ وَالْمُثْمَنِ إِمَّا بِالْوَصْفِ أَوِ الْمُشَاهَدَةِ١ حَالَ الْعَقْدِ أَوْ قَبْلَهُ بِيَسِيرٍ.
Keenam: Mengetahui harga dan barang yang dihargai, baik dengan deskripsi atau dengan melihatnya¹ pada saat akad atau sebelumnya dengan waktu yang singkat.
السَّابِعُ: أَنْ يَكُونَ مُنْجَزًا لَا مُعَلَّقًا كَـ"بِعْتُكَ إِذَا جَاءَ رَأْسُ الشَّهْرِ أَوْ٢ إِنْ رَضِيَ زَيْدٌ وَيَصِحُّ بِعْتُ وَقَبِلْتُ إِنْ شَاءَ اللهُ.
Ketujuh: Bahwa akad jual beli harus dilakukan secara langsung, tidak digantungkan seperti "Saya menjual kepadamu jika awal bulan telah tiba atau² jika Zaid ridha", dan sah jika mengatakan "Saya menjual dan saya terima insya Allah".
وَمَنْ بَاعَ مَعْلُومًا وَمَجْهُولًا لَمْ يَتَعَذَّرْ عِلْمُهُ صَحَّ فِي الْمَعْلُومِ بِقِسْطِهِ وَإِنْ تَعَذَّرَ٣ مَعْرِفَةُ الْمَجْهُولِ وَلَمْ يُبَيِّنْ ثَمَنَ الْمَعْلُومِ فَبَاطِلٌ.
Barangsiapa menjual sesuatu yang diketahui dan yang tidak diketahui yang tidak sulit untuk diketahui, maka sah pada bagian yang diketahui sesuai porsinya. Jika sulit³ mengetahui yang tidak diketahui dan tidak dijelaskan harga yang diketahui, maka batil.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ وَلَا يَصِحُّ٤ بَيْعٌ وَلَا شِرَاءٌ فِي الْمَسْجِدِ وَلَا مِمَّنْ تَلْزَمُهُ الْجُمُعَةُ بَعْدَ نِدَائِهَا الَّذِي عِنْدَ الْمِنْبَرِ وَكَذَا لَوْ تَضَايَقَ وَقْتُ الْمَكْتُوبَةِ وَلَا بَيْعُ الْعِنَبِ أَوِ٥الْعَصِيرِ لِمُتَّخِذِهِ خَمْرًا وَلَا بَيْعُ الْبَيْضِ وَالْجَوْزِ وَنَحْوِهِمَا لِلْقِمَارِ وَلَا بَيْعُ السِّلَاحِ فِي الْفِتْنَةِ أَوْ٦لِأَهْلِ الْحَرْبِ أَوْ قُطَّاعِ
Haram dan tidak sah⁴ jual beli di masjid, dan tidak sah jual beli bagi orang yang wajib shalat Jumat setelah adzan yang dikumandangkan di dekat mimbar, demikian pula jika waktu shalat fardhu telah sempit. Tidak boleh menjual anggur atau⁵ perasan anggur kepada orang yang menjadikannya khamr, tidak boleh menjual telur, kenari, dan sejenisnya untuk perjudian, tidak boleh menjual senjata dalam fitnah atau⁶ kepada orang-orang yang berperang atau para perampok
الطَّرِيقُ وَلَا بَيْعُ قِنٍّ١ مُسْلِمٍ لِكَافِرٍ لَا يُعْتَقُ عَلَيْهِ وَلَا بَيْعٌ عَلَى بَيْعِ الْمُسْلِمِ لِقَوْلِهِ لِمَنِ اشْتَرَى شَيْئًا بِعَشَرَةٍ أُعْطِيكَ مِثْلَهُ بِتِسْعَةٍ وَلَا شِرَاؤُهُ عَلَيْهِ٢ شِرَائِهِ كَقَوْلِهِ لِمَنْ بَاعَ شَيْئًا بِتِسْعَةٍ: عِنْدِي فِيهِ عَشَرَةٌ.
Jalan dan tidak boleh menjual qinn1 Muslim kepada orang kafir, tidak membebaskannya, dan tidak menjual di atas penjualan Muslim, seperti mengatakan kepada orang yang membeli sesuatu dengan harga sepuluh, "Saya akan memberimu yang serupa dengan harga sembilan," dan tidak membelinya di atas2 pembeliannya, seperti mengatakan kepada orang yang menjual sesuatu dengan harga sembilan, "Saya memilikinya dengan harga sepuluh."
وَأَمَّا السَّوْمُ عَلَى سَوْمِ الْمُسْلِمِ مَعَ الرِّضَى الصَّرِيحِ وَبَيْعُ الْمُصْحَفِ وَالْأَمَةِ الَّتِي يَطَؤُهَا قَبْلَ اسْتِبْرَائِهَا فَحَرَامٌ وَيَصِحُّ الْعَقْدُ.
Adapun menawar di atas tawaran Muslim dengan persetujuan yang jelas, menjual mushaf, dan budak perempuan yang disetubuhinya sebelum memastikan kehamilannya, maka hukumnya haram tetapi akadnya sah.
وَلَا يَصِحُّ التَّصَرُّفُ فِي الْمَقْبُوضِ بِعَقْدٍ فَاسِدٍ يَضْمَنُ هُوَ وَزِيَادَتُهُ كَمَغْصُوبٍ.
Dan tidak sah bertransaksi pada barang yang diterima dengan akad yang rusak, ia dan tambahannya harus diganti seperti barang ghasab.
بَابُ الشُّرُوطِ فِي البَيْعِ
بَابُ الشُّرُوطِ فِي الْبَيْعِ
Bab Syarat-Syarat dalam Jual Beli
وَهِيَ قِسْمَانِ: صَحِيحٌ لَازِمٌ وَفَاسِدٌ مُبْطِلٌ لِلْبَيْعِ٣.
Dan syarat-syarat itu ada dua jenis: yang sah dan mengikat, dan yang rusak serta membatalkan jual beli.
فَالصَّحِيحُ: كَشَرْطِ تَأْجِيلِ الثَّمَنِ أَوْ بَعْضِهِ أَوْ رَهْنٍ أَوْ ضَمِينٍ مُعَيَّنٍ٤ أَوْ شَرْطِ صِفَةٍ فِي الْمَبِيعِ كَالْعَبْدِ كَاتِبًا أَوْ صَانِعًا أَوْ مُسْلِمًا.
Yang sah adalah seperti mensyaratkan penangguhan harga atau sebagiannya, atau gadai, atau penjamin tertentu, atau mensyaratkan sifat pada barang yang dijual seperti budak yang pandai menulis, atau pekerja, atau Muslim.
وَالْأَمَةُ: بِكْرًا أَوْ تَحِيضُ وَالدَّابَّةُ هَمْلَاجَةٌ أَوْ لَبُونًا أَوْ حَامِلًا وَالْفَهْدُ أَوِ الْبَازِي: صَيُودًا فَإِنْ وُجِدَ الْمَشْرُوطُ لَزِمَ الْبَيْعُ وَإِلَّا فَلِلْمُشْتَرِي الْفَسْخُ أَوْ أَوْشَ فَقْدَ الصِّفَةِ.
Dan budak perempuan: perawan atau haid, dan hewan: hamlaajah atau labun atau hamil, dan macan tutul atau elang: pemburu, jika ditemukan yang disyaratkan maka jual beli menjadi lazim, jika tidak maka pembeli berhak membatalkan atau mengambil ganti rugi karena hilangnya sifat.
وَيَصِحُّ: أَنْ يَشْتَرِطَ الْبَائِعُ عَلَى الْمُشْتَرِي مَنْفَعَةَ مَا بَاعَهُ مُدَّةً مَعْلُومَةً كَسُكْنَى الدَّارِ شَهْرًا وَحَمْلَانِ الدَّابَّةِ إِلَى مَحَلٍّ مُعَيَّنٍ وَيَصِحُّ أَنْ يَشْتَرِطَ الْمُشْتَرِي عَلَى الْبَائِعِ حَمْلَ مَا بَاعَهُ أَوْ تَكْسِيرَهُ أَوْ خِيَاطَتَهُ أَوْ تَفْصِيلَهُ.
Dan sah: penjual mensyaratkan kepada pembeli manfaat dari apa yang dijualnya dalam jangka waktu tertentu seperti menempati rumah selama sebulan dan membawa hewan ke tempat tertentu, dan sah pembeli mensyaratkan kepada penjual untuk membawa apa yang dijualnya atau memecahnya atau menjahitnya atau merincikannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْفَاسِدُ الْمُبْطِلُ كَشَرْطِ بَيْعٍ آخَرَ أَوْ سَلَفٍ أَوْ قَرْضٍ أَوْ إِجَارَةٍ أَوْ شِرْكَةٍ.
Dan yang rusak yang membatalkan seperti mensyaratkan jual beli lain atau salaf atau pinjaman atau sewa atau persekutuan.
أَوْ صَرْفِ لِلثَّمَنِ وَهُوَ بَيْعَتَانِ فِي بَيْعَةٍ الْمَنْهِيُّ عَنْهُ وَكَذَا كُلُّ مَا كَانَ فِي مَعْنَى ذَلِكَ مِثْلَ أَنْ تُزَوِّجَنِي ابْنَتَكَ أَوْ أُزَوِّجَكَ ابْنَتِي أَوْ تُنْفِقَ عَلَى عَبْدِي أَوْ دَابَّتِي؟
Atau pertukaran untuk harga dan itu adalah dua jual beli dalam satu jual beli yang dilarang, dan demikian pula segala sesuatu yang semakna dengan itu seperti engkau menikahkan putrimu denganku atau aku menikahkan putriku denganmu atau engkau memberi nafkah kepada budakku atau hewanku?
وَمَنْ بَاعَ مَا يُذْرَعُ عَلَى أَنَّهُ عَشَرَةٌ فَبَانَ أَكْثَرُ أَوْ أَقَلُّ صَحَّ الْبَيْعُ وَلِكُلٍّ الْفَسْخُ.
Dan barangsiapa menjual sesuatu yang diukur dengan hasta dengan menyatakan ukurannya sepuluh hasta, lalu ternyata lebih atau kurang, maka jual beli itu sah dan masing-masing pihak berhak melakukan fasakh.
بَابُ الخِيَارِ
بَابُ الْخِيَارِ
Bab Khiyar
وَأَقْسَامُهُ سَبْعَةٌ:
Dan khiyar terbagi menjadi tujuh bagian:
أَحَدُهَا: خِيَارُ الْمَجْلِسِ وَيَثْبُتُ لِلْمُتَعَاقِدَيْنِ مِنْ حِينِ الْعَقْدِ إِلَى أَنْ يَتَفَرَّقَا مِنْ غَيْرِ إِكْرَاهٍ مَا لَمْ يَتَبَايَعَا عَلَى أَنْ لَا خِيَارَ أَوْ يُسْقِطَاهُ بَعْدَ الْعَقْدِ وَإِنْ أَسْقَطَهُ أَحَدُهُمَا بَقِيَ خِيَارُ الْآخَرِ وَيَنْقَطِعُ الْخِيَارُ بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا لَا بِجُنُونِهِ وَهُوَ عَلَى خِيَارِهِ إِذَا أَفَاقَ وَتُحْرَمُ الْفُرْقَةُ مِنَ الْمَجْلِسِ خَشْيَةَ الِاسْتِقَالَةِ.
Pertama: Khiyar majelis, berlaku bagi dua pihak yang berakad sejak akad hingga berpisah tanpa paksaan selama tidak berjual beli dengan syarat tidak ada khiyar atau menggugurkannya setelah akad. Jika salah satunya menggugurkan, khiyar pihak lain tetap berlaku. Khiyar terputus dengan meninggalnya salah satu pihak, bukan karena gilanya, dan ia tetap memiliki khiyar jika sadar. Haram berpisah dari majelis karena khawatir pembatalan.
الثَّانِي: خِيَارُ الشَّرْطِ: وَهُوَ أَنْ يَشْتَرِطَا أَوْ أَحَدُهُمَا الْخِيَارَ إِلَى مُدَّةٍ مَعْلُومَةٍ فَيَصِحُّ وَإِنْ طَالَتْ الْمُدَّةُ لَكِنْ يُحْرَمُ تَصَرُّفُهُمَا فِي الثَّمَنِ وَالْمُثْمَنِ فِي مُدَّةِ الْخِيَارِ وَيَنْتَقِلُ الْمِلْكُ مِنْ حِينِ الْعَقْدِ فَمَا حَصَلَ فِي تِلْكَ الْمُدَّةِ مِنَ النَّمَاءِ الْمُنْفَصِلِ فَلِلْمُنْتَقِلِ لَهُ وَلَوْ أَنَّ الشَّرْطَ لِلْآخَرِ فَقَطْ وَلَا يَفْتَقِرُ فَسْخُ مَنْ يَمْلِكُهُ إِلَى حُضُورِ صَاحِبِهِ وَلَا رِضَاهُ فَإِنْ مَضَى زَمَنُ الْخِيَارِ وَلَمْ يَفْسَخْ صَارَ لَازِمًا.
Kedua: Khiyar syarat, yaitu jika keduanya atau salah satunya mensyaratkan khiyar hingga waktu yang diketahui, maka sah meskipun waktunya lama. Namun, haram bagi keduanya bertransaksi pada harga dan barang yang dihargai selama masa khiyar. Kepemilikan berpindah sejak akad, sehingga hasil yang terpisah selama masa itu menjadi milik pihak yang memperolehnya meskipun syarat hanya untuk pihak lain. Pembatalan oleh pihak yang memilikinya tidak memerlukan kehadiran atau persetujuan pihak lain. Jika masa khiyar berlalu tanpa pembatalan, akad menjadi lazim.
وَيَسْقُطُ الْخِيَارُ بِالْقَوْلِ وَبِالْفِعْلِ كَتَصَرُّفِ الْمُشْتَرِي فِي الْمَبِيعِ بِوَقْفٍ أَوْ هِبَةٍ أَوْ سَوْمٍ أَوْ لَمْسٍ بِشَهْوَةٍ١ وَيَنْفُذُ تَصَرُّفُهُ إِنْ كَانَ الْخِيَارُ لَهُ فَقَطْ.
Dan khiyar gugur dengan perkataan dan perbuatan, seperti tindakan pembeli terhadap barang yang dijual dengan mewakafkan, menghibahkan, menawar, atau menyentuh dengan syahwat¹. Dan tindakannya berlaku jika khiyar hanya miliknya.
الثَّالِثُ: خِيَارُ الْغَبْنِ: وَهُوَ أَنْ يَبِيعَ مَا يُسَاوِي عَشَرَةً بِثَمَانِيَةٍ أَوْ يَشْتَرِيَ مَا يُسَاوِي ثَمَانِيَةً بِعَشَرَةٍ فَيَثْبُتُ الْخِيَارُ وَلَا أَرْشَ مَعَ الْإِمْسَاكِ.
Ketiga: Khiyar ghabn: yaitu menjual apa yang senilai sepuluh dengan delapan, atau membeli apa yang senilai delapan dengan sepuluh, maka khiyar tetap ada dan tidak ada ganti rugi jika ditahan.
الرَّابِعُ: خِيَارُ التَّدْلِيسِ: وَهُوَ أَنْ يُدَلِّسَ الْبَائِعُ عَلَى الْمُشْتَرِي مَا يَزِيدُ بِهِ الثَّمَنُ كَتَصْرِيَةِ اللَّبَنِ فِي الضَّرْعِ وَتَحْمِيرِ الْوَجْهِ وَتَسْوِيدِ الشَّعْرِ فَيَحْرُمُ وَيَثْبُتُ لِلْمُشْتَرِي الْخِيَارُ حَتَّى وَلَوْ حَصَلَ التَّدْلِيسُ مِنَ الْبَائِعِ بِلَا قَصْدٍ.
Keempat: Khiyar tadlis: yaitu penjual menipu pembeli dengan sesuatu yang menambah harga, seperti mengumpulkan susu di ambing, memerahkan wajah, dan menghitamkan rambut, maka itu haram dan khiyar tetap ada bagi pembeli, bahkan jika penipuan terjadi dari penjual tanpa sengaja.
الخَامِسُ: خِيَارُ العَيْبِ فَإِذَا وَجَدَ المُشْتَرِي بِمَا اشْتَرَاهُ عَيْبًا يَجْهَلُهُ خُيِّرَ بَيْنَ رَدِّ المَبِيعِ بِنَمَائِهِ المُتَّصِلِ وَعَلَيْهِ أُجْرَةُ الرَّدِّ وَيَرْجِعُ بِالثَّمَنِ كَامِلًا وَبَيْنَ إِمْسَاكِهِ وَيَأْخُذُ الأَرْشَ وَيَتَعَيَّنُ الأَرْشُ مَعَ تَلَفِ المَبِيعِ عِنْدَ المُشْتَرِي مَا لَمْ يَكُنِ البَائِعُ عَلِمَ بِالعَيْبِ وَكَتَمَهُ تَدْلِيسًا عَلَى المُشْتَرِي فَيَحْرُمُ وَيَذْهَبُ عَلَى البَائِعِ وَيَرْجِعُ المُشْتَرِي بِجَمِيعِ مَا دَفَعَهُ لَهُ.
Kelima: khiyar 'aib. Jika pembeli menemukan cacat yang tidak diketahuinya pada barang yang dibelinya, ia diberi pilihan antara mengembalikan barang yang dibeli beserta pertumbuhannya yang terhubung, dan ia menanggung biaya pengembalian, serta mendapatkan kembali harga secara penuh; atau mempertahankannya dan mengambil ganti rugi (arsy). Ganti rugi menjadi wajib jika barang yang dibeli rusak di tangan pembeli, kecuali jika penjual mengetahui cacat tersebut dan menyembunyikannya untuk menipu pembeli, maka hukumnya haram dan menjadi tanggungan penjual, serta pembeli berhak mendapatkan kembali semua yang telah dibayarkannya kepada penjual.
وَخِيَارُ العَيْبِ عَلَى التَّرَاخِي لَا يَسْقُطُ إِلَّا إِنْ وُجِدَ مِنَ المُشْتَرِي مَا يَدُلُّ عَلَى رِضَاهُ كَمُتَصَرِّفِهِ وَاسْتِعْمَالِهِ لِغَيْرِ تَجْرِبَةٍ وَلَا يَفْتَقِرُ الفَسْخُ إِلَى حُضُورِ البَائِعِ وَلَا لِحُكْمِ الحَاكِمِ وَالمَبِيعُ بَعْدَ الفَسْخِ أَمَانَةٌ بِيَدِ.
Khiyar 'aib berlaku secara fleksibel, tidak gugur kecuali jika ditemukan dari pembeli sesuatu yang menunjukkan keridaannya, seperti tindakannya dan penggunaannya bukan untuk percobaan. Pembatalan tidak memerlukan kehadiran penjual atau keputusan hakim. Barang yang dibeli setelah pembatalan menjadi amanat di tangan.
الْمُشْتَرِي.
Pembeli.
وَإِنِ اخْتَلَفَا عِنْدَ مَنْ حَدَثَ الْعَيْبُ مَعَ الِاحْتِمَالِ وَلَا بَيِّنَةَ فَقَوْلُ الْمُشْتَرِي١ بِيَمِينِهِ وَإِنْ لَمْ يَحْتَمِلْ إِلَّا قَوْلَ أَحَدِهِمَا قُبِلَ بِلَا يَمِينٍ
Jika mereka berselisih tentang pada siapa cacat itu muncul dengan kemungkinan dan tidak ada bukti, maka perkataan pembeli¹ dengan sumpahnya. Jika tidak mungkin kecuali perkataan salah satu dari mereka, maka diterima tanpa sumpah.
السَّادِسُ: خِيَارُ الْخُلْفِ فِي الصِّفَةِ فَإِذَا وَجَدَ الْمُشْتَرِي مَا وُصِفَ٢ لَهُ أَوْ تَقَدَّمَتْ رُؤْيَتُهُ الْعَقْدَ بِزَمَنٍ يَسِيرٍ مُتَغَيِّرًا فَلَهُ الْفَسْخُ وَيَحْلِفُ إِنِ اخْتَلَفَا.
Keenam: Khiyar perbedaan dalam sifat. Jika pembeli mendapati apa yang disifati² untuknya atau yang telah dilihatnya sebelum akad dalam waktu yang singkat telah berubah, maka ia berhak membatalkan dan bersumpah jika mereka berselisih.
السَّابِعُ: خِيَارُ الْخُلْفِ فِي قَدْرِ الثَّمَنِ فَإِذَا اخْتَلَفَا فِي قَدْرِهِ حَلَفَ الْبَائِعُ: مَا بِعْتُهُ بِكَذَا وَإِنَّمَا بِعْتُهُ بِكَذَا ثُمَّ الْمُشْتَرِي: مَا اشْتَرَيْتُهُ بِكَذَا وَإِنَّمَا اشْتَرَيْتُهُ بِكَذَا وَيَتَفَاسَخَانِ.
Ketujuh: Khiyar perbedaan dalam jumlah harga. Jika mereka berselisih tentang jumlahnya, penjual bersumpah: Aku tidak menjualnya dengan harga sekian, tetapi aku menjualnya dengan harga sekian. Kemudian pembeli: Aku tidak membelinya dengan harga sekian, tetapi aku membelinya dengan harga sekian. Lalu mereka saling membatalkan.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَمْلِكُ الْمُشْتَرِي الْمَبِيعَ مُطْلَقًا بِمُجَرَّدِ الْعَقْدِ وَيَصِحُّ تَصَرُّفُهُ فِيهِ قَبْلَ قَبْضِهِ وَإِنْ تَلِفَ فَمِنْ ضَمَانِهِ إِلَّا الْمَبِيعَ بِكَيْلٍ أَوْ وَزْنٍ أَوْعَدٍّ أَوْ ذَرْعٍ فَمِنْ ضَمَانِ بَائِعِهِ حَتَّى يَقْبِضَهُ مُشْتَرِيهِ وَلَا يَصِحُّ تَصَرُّفُهُ فِيهِ بِبَيْعٍ أَوْ هِبَةٍ أَوْ رَهْنٍ قَبْلَ قَبْضِهِ وَإِنْ تَلِفَ بِآفَةٍ سَمَاوِيَّةٍ قَبْلَ قَبْضِهِ انْفَسَخَ الْعَقْدُ وَبِفِعْلِ بَائِعٍ أَوْ أَجْنَبِيٍّ خَيَّرَ الْمُشْتَرِي بَيْنَ الْفَسْخِ وَيَرْجِعُ بِالثَّمَنِ أَوِ الْإِمْضَاءِ وَيُطَالِبُ مَنْ أَتْلَفَهُ بِبَدَلِهِ وَالثَّمَنُ كَالْمُثْمَنِ فِي جَمِيعِ مَا تَقَدَّمَ.
Pembeli memiliki barang yang dibeli secara mutlak hanya dengan akad dan sah baginya untuk bertransaksi dengannya sebelum menerimanya. Jika rusak, maka itu menjadi tanggungannya, kecuali barang yang dijual dengan takaran, timbangan, hitungan, atau ukuran, maka itu menjadi tanggungan penjualnya hingga pembeli menerimanya. Tidak sah baginya untuk bertransaksi dengannya dengan menjual, menghibahkan, atau menggadaikannya sebelum menerimanya. Jika rusak karena bencana dari langit sebelum diterima, maka akad menjadi batal. Jika karena perbuatan penjual atau orang lain, maka pembeli diberi pilihan antara membatalkan dan mengambil kembali harga, atau meneruskan dan menuntut ganti rugi dari orang yang merusaknya. Harga seperti barang yang dihargai dalam semua yang telah disebutkan.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْصُلُ قَبْضُ الْمَكِيلِ بِالْكَيْلِ وَالْمَوْزُونِ بِالْوَزْنِ وَالْمَعْدُودِ بِالْعَدِّ وَالْمَذْرُوعِ بِالذِّرَاعِ بِشَرْطِ حُضُورِ الْمُسْتَحِقِّ أَوْ نَائِبِهِ.
Serah terima barang yang ditakar dilakukan dengan menakar, barang yang ditimbang dengan menimbang, barang yang dihitung dengan menghitung, dan barang yang diukur dengan mengukur, dengan syarat pihak yang berhak atau wakilnya hadir.
وَأُجْرَةُ الْكَيَّالِ وَالْوَزَّانِ وَالْعَدَّادِ وَالذِّرَاعِ وَالنَّقَّادِ عَلَى الْبَاذِلِ وَأُجْرَةُ النَّقْلِ عَلَى الْقَابِضِ.
Biaya tukang takar, tukang timbang, tukang hitung, tukang ukur, dan tukang periksa keaslian uang ditanggung oleh pihak yang menyerahkan, sedangkan biaya pengangkutan ditanggung oleh pihak yang menerima.
وَلَا يَضْمَنُ نَاقِدٌ حَاذِقٌ أَمِينٌ خَطَأً.
Seorang pemeriksa keaslian uang yang terampil dan amanah tidak bertanggung jawab atas kesalahan.
وَتُسَنُّ الْإِقَالَةُ لِلنَّادِمِ مِنْ بَائِعٍ وَمُشْتَرٍ.
Disunnahkan untuk membatalkan jual beli bagi pihak yang menyesal, baik penjual maupun pembeli.
بَابُ الرِّبَا
بَابُ الرِّبَا
Bab Riba
يَجْرِي الرِّبَا فِي كُلِّ مَكِيلٍ وَمَوْزُونٍ وَلَوْ لَمْ يُؤْكَلْ.
Riba berlaku pada setiap benda yang ditakar dan ditimbang meskipun tidak dimakan.
فَالْمَكِيلُ: كَسَائِرِ الْحُبُوبِ وَالْأَبَازِيرِ وَالْمَائِعَاتِ لَكِنَّ الْمَاءَ لَيْسَ بِرَبَوِيٍّ وَمِنَ الثِّمَارِ: كَالتَّمْرِ وَالزَّبِيبِ وَالْفُسْتُقِ وَالْبُنْدُقِ وَاللَّوْزِ وَالْبَطْمِ وَالزَّعْرُورِ وَالْعُنَّابِ وَالْمِشْمِشِ وَالزَّيْتُونِ وَالْمِلْحِ.
Yang ditakar: seperti biji-bijian, rempah-rempah, dan cairan, tetapi air bukanlah benda ribawi. Dari buah-buahan: seperti kurma, kismis, pistasio, kemiri, almond, terebinth, jujube, delima, aprikot, zaitun, dan garam.
وَالْمَوْزُونُ: كَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالنُّحَاسِ وَالرَّصَاصِ وَالْحَدِيدِ وَغَزْلِ الْكَتَّانِ وَالْقُطْنِ وَالْحَرِيرِ وَالشَّعْرِ وَالْقِنَّبِ١ وَالشَّمْعِ وَالزَّعْفَرَانِ وَالْخُبْزِ وَالْجُبْنِ.
Yang ditimbang: seperti emas, perak, tembaga, timah, besi, benang linen, kapas, sutra, rambut, ganja¹, lilin, za'faran, roti, dan keju.
وَمَا عَدَا ذَلِكَ فَمَعْدُودٌ لَا يَجْرِي٢ فِيهِ الرِّبَا وَلَوْ مَطْعُومًا كَالْبَطِّيخِ.
Selain itu, maka dihitung dan tidak berlaku² riba padanya meskipun itu adalah makanan seperti semangka.
وَالْقِثَّاءِ وَالْخِيَارِ وَالْجَوْزِ وَالْبَيْضِ وَالرُّمَّانِ.
Dan mentimun, timun, kenari, telur, dan delima.
وَلَا فِيمَا أَخْرَجَتْهُ الصِّنَاعَةُ عَنِ الْوَزْنِ كَالثِّيَابِ وَالسِّلَاحِ وَالْفُلُوسِ وَالْأَوَانِى غَيْرِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ.
Dan tidak pada apa yang dikeluarkan oleh industri dari timbangan seperti pakaian, senjata, uang logam, dan wadah selain emas dan perak.
فَصْلٌ
Pasal
فَإِذَا بِيعَ الْمَكِيلُ بِجِنْسِهِ: كَتَمْرٍ بِتَمْرٍ أَوْ١ الْمَوْزُونُ بِجِنْسِهِ: كَذَهَبٍ بِذَهَبٍ صَحَّ بِشَرْطَيْنِ: الْمُمَاثَلَةُ فِي الْقَدْرِ وَالْقَبْضُ قَبْلَ التَّفَرُّقِ.
Jika barang yang ditakar dijual dengan jenisnya, seperti kurma dengan kurma, atau_1 barang yang ditimbang dengan jenisnya, seperti emas dengan emas, maka sah dengan dua syarat: kesamaan dalam ukuran dan serah terima sebelum berpisah.
وَإِذَا بِيعَ بِغَيْرِ جِنْسِهِ كَذَهَبٍ بِفِضَّةٍ وَبُرٍّ بِشَعِيرٍ صَحَّ بِشَرْطِ الْقَبْضِ قَبْلَ التَّفَرُّقِ وَجَازَ التَّفَاضُلُ.
Jika dijual dengan selain jenisnya seperti emas dengan perak dan gandum dengan jelai, maka sah dengan syarat serah terima sebelum berpisah dan boleh ada kelebihan.
وَإِنْ بِيعَ الْمَكِيلُ بِالْمَوْزُونِ كَبُرٍّ بِذَهَبٍ مَثَلًا جَازَ التَّفَاضُلُ وَالتَّفَرُّقُ قَبْلَ الْقَبْضِ.
Jika barang yang ditakar dijual dengan barang yang ditimbang, seperti gandum dengan emas misalnya, maka boleh ada kelebihan dan berpisah sebelum serah terima.
وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الْمَكِيلِ بِجِنْسِهِ وَزْنًا وَلَا الْمَوْزُونِ بِجِنْسِهِ كَيْلًا وَيَصِحُّ بَيْعُ اللَّحْمِ بِمِثْلِهِ إِذَا نُزِعَ عَظْمُهُ وَبِحَيَوَانٍ مِنْ غَيْرِ جِنْسِهِ وَيَصِحُّ بَيْعُ دَقِيقٍ رَبَوِيٍّ بِدَقِيقِهِ إِذَا اسْتَوَيَا نُعُومَةً أَوْ خُشُونَةً وَرَطْبِهِ بِرَطْبِهِ وَيَابِسِهِ بِيَابِسِهِ وَعَصِيرِهِ بِعَصِيرِهِ وَمَطْبُوخِهِ بِمَطْبُوخِهِ إِذَا اسْتَوَيَا نَشَافًا أَوْ رُطُوبَةً.
Tidak sah menjual barang yang ditakar dengan jenisnya secara timbangan, dan tidak pula barang yang ditimbang dengan jenisnya secara takaran. Sah menjual daging dengan yang semisalnya jika tulangnya dilepas dan dengan hewan dari selain jenisnya. Sah menjual tepung ribawi dengan tepungnya jika sama kelembutan atau kekasarannya, yang basah dengan yang basah, yang kering dengan yang kering, perasannya dengan perasannya, dan yang dimasak dengan yang dimasak jika sama kekeringan atau kebasahannya.
وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ فَرْعٍ بِأَصْلِهِ: كَزَيْتٍ بِزَيْتُونٍ وَشِيرَجٍ بِسِمْسِمٍ وَجُبْنٍ بِلَبَنٍ وَخُبْزٍ بِعَجِينٍ وَزُلَابِيَةٍ بِقَمْحٍ وَلَا بَيْعُ الْحَبِّ الْمُشْتَدِّ فِي سُنْبُلِهِ بِجِنْسِهِ. وَيَصِحُّ بِغَيْرِ جِنْسِهِ.
Dan tidak sah menjual cabang dengan asalnya: seperti minyak dengan zaitun, syiraj dengan wijen, keju dengan susu, roti dengan adonan, dan zulabiyah dengan gandum, dan tidak boleh menjual biji-bijian yang mengeras di bulirnya dengan jenisnya sendiri. Namun sah jika dengan selain jenisnya.
وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ رَبَوِيٍّ بِجِنْسِهِ وَمَعَهُمَا أَوْ مَعَ أَحَدِهِمَا مِنْ غَيْرِ جِنْسِهِمَا كَمُدِّ عَجْوَةٍ وَدِرْهَمٍ بِمِثْلِهِمَا أَوْ دِينَارٍ وَدِرْهَمٍ بِدِينَارٍ وَيَصِحُّ: أَعْطِنِي بِنِصْفِ هَذَا الدِّرْهَمِ فِضَّةً وَبِالْآخَرِ فُلُوسًا.
Tidak sah menjual barang ribawi dengan jenisnya sendiri, atau bersama keduanya atau salah satunya dari selain jenis mereka, seperti satu mudd kurma 'Ajwah dan satu dirham dengan yang semisalnya, atau satu dinar dan satu dirham dengan satu dinar. Namun sah mengatakan: "Berikanlah kepadaku setengah dirham ini dalam bentuk perak dan setengahnya lagi dalam bentuk uang receh (fulus)."
وَيَصِحُّ صَرْفُ الذَّهَبِ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ بِالْفِضَّةِ وَمُتَمَاثِلًا وَزْنًا لَا عَدًّا بِشَرْطِ الْقَبْضِ قَبْلَ التَّفَرُّقِ وَ١أَنْ يُعَوَّضَ أَحَدُ النَّقْدَيْنِ عَنِ الْآخَرِ بِسِعْرِ يَوْمِهِ.
Boleh menukar emas dengan emas, perak dengan perak, dengan setara dalam timbangan bukan hitungan, dengan syarat serah terima sebelum berpisah dan ¹mengganti salah satu dari dua mata uang dengan yang lainnya sesuai harga hari itu.
بَابُ بَيْعِ الأَصُولِ وَالثِّمَارِ
بَابُ بَيْعِ الأَوَّلِ وَالثِّمَارِ
Bab Penjualan Awal dan Buah-buahan
مَنْ٢ بَاعَ أَوْ وَهَبَ أَوْ رَهَنَ أَوْ وَقَفَ دَارًا أَوْ أَقَرَّ أَوْ أَوْصَى بِهَا تَنَاوَلَ أَرْضَهَا وَبِنَاءَهَا وَفِنَاءَهَا٣ إِنْ كَانَ وَمُتَّصِلًا بِهَا لِمَصْلَحَتِهَا كَالسَّلَالِيمِ وَالرُّفُوفِ الْمُسَمَّرَةِ وَالْأَبْوَابِ الْمَنْصُوبَةِ وَالْخَوَابِي الْمَدْفُونَةِ وَمَا فِيهَا مِنْ شَجَرٍ وَعَرْشٍ لَا كَنْزٍ وَحَجَرٍ٤ مَدْفُونَيْنِ وَلَا مُنْفَصِلٍ٥.
Barangsiapa menjual, menghibahkan, menggadaikan, mewakafkan, mengakui, atau mewasiatkan sebuah rumah, maka itu mencakup tanahnya, bangunannya, halamannya jika terhubung dengannya untuk kepentingannya seperti tangga, rak yang dipaku, pintu yang dipasang, dan tong yang ditanam, serta pohon dan tanaman merambat di dalamnya, bukan harta karun dan batu yang terkubur, juga bukan yang terpisah.
كَحَبْلٍ وَدَلْوٍ وَبَكَرَةٍ وَفَرْشٍ وَمِفْتَاحٍ.
Seperti tali, ember, katrol, perabotan, dan kunci.
وَإِنْ كَانَ الْمَبِيعُ وَنَحْوُهُ أَرْضًا دَخَلَ مَا فِيهَا مِنْ غِرَاسٍ وَبِنَاءٍ لَا مَا فِيهَا مِنْ زَرْعٍ لَا يُحْصَدُ إِلَّا مَرَّةً كَبُرٍّ وَشَعِيرٍ وَبَصَلٍ وَنَحْوِهِ وَيَبْقَى لِلْبَائِعِ إِلَى أَوَّلِ وَقْتِ أَخْذِهِ بِلَا أُجْرَةٍ مَا لَمْ يَشْتَرِطْهُ الْمُشْتَرِي لِنَفْسِهِ وَإِنْ كَانَ يُجَزُّ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى: كَرُطَبَةٍ وَبُقُولٍ أَوْ تَكَرَّرَ١ ثَمَرَتُهُ: كَقِثَّاءٍ وَبَاذِنْجَانٍ فَالْأُصُولُ لِلْمُشْتَرِي وَالْجَزَّةُ الظَّاهِرَةُ وَاللَّقْطَةُ الْأُولَى لِلْبَائِعِ وَعَلَيْهِ قَطْعُهُمَا٢ فِي الْحَالِ.
Jika yang dijual dan sejenisnya adalah tanah, maka termasuk di dalamnya tanaman dan bangunan, bukan tanaman yang hanya dipanen sekali seperti gandum, jelai, bawang, dan sejenisnya. Tanaman tersebut tetap menjadi milik penjual hingga waktu pertama panen tanpa biaya sewa, kecuali jika pembeli mensyaratkannya untuk dirinya sendiri. Jika tanaman tersebut dipotong berulang kali seperti semangka dan sayuran, atau buahnya berulang seperti mentimun dan terong, maka akarnya milik pembeli, sedangkan hasil panen yang terlihat dan panen pertama milik penjual, dan penjual wajib memotongnya saat itu juga.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا بِيعَ شَجَرُ النَّخْلِ بَعْدَ تَشَقُّقِ طَلْعِهِ فَالثَّمَرُ لِلْبَائِعِ مَتْرُوكًا إِلَى أَوَّلِ وَقْتِ أَخْذِهِ وَكَذَا إِنْ بِيعَ شَجَرُ مَا ظَهَرَ مِنْ عِنَبٍ وَتِينٍ وَتُوتٍ وَرُمَّانٍ٣ وَجَوْزٍ.
Jika pohon kurma dijual setelah mayang kurma merekah, maka buahnya milik penjual yang dibiarkan hingga waktu pertama panen. Demikian pula jika dijual pohon yang telah tampak buahnya seperti anggur, ara, murbei, delima, dan kenari.
أَوْ ظَهَرَ مِنْ نَوْرِهِ كَمِشْمِشٍ وَتُفَّاحٍ وَسَفَرْجَلٍ وَلَوْزٍ أَوْ خَرَجَ مِنْ أَكْمَامِهِ كَوَرْدٍ وَمَا بِيعَ قَبْلَ ذَلِكَ فَلِلْمُشْتَرِي.
Atau yang telah tampak bunganya seperti aprikot, apel, pir, dan almond, atau yang telah keluar dari kelopaknya seperti mawar. Adapun yang dijual sebelum itu, maka milik pembeli.
وَلَا تَدْخُلُ الْأَرْضُ تَبَعًا لِلشَّجَرِ فَإِذَا بَادَ لَمْ يَمْلِكْ غَرْسَ مَكَانِهِ.
Tanah tidak termasuk mengikuti pohon. Jika pohon mati, maka pembeli tidak berhak menanam di tempatnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ الثَّمَرَةِ قَبْلَ بَدْوِ صَلَاحِهَا لِغَيْرِ مَالِكِ الْأَصْلِ وَلَا بَيْعُ الزَّرْعِ قَبْلَ اشْتِدَادِ حَبِّهِ لِغَيْرِ مَالِكِ الْأَرْضِ وَصَلَاحُ بَعْضِ ثَمَرَةِ شَجَرٍ صَلَاحٌ لِجَمِيعِ نَوْعِهَا الَّذِي بِالْبُسْتَانِ فَصَلَاحُ الْبَلَحِ أَنْ يَحْمَرَّ أَوْ يَصْفَرَّ وَالْعِنَبِ أَنْ يَتَمَوَّهَ بِالْمَاءِ الْحُلْوِ وَبَقِيَّةُ الْفَوَاكِهِ طِيبُ أَكْلِهَا وَظُهُورُ نُضْجِهَا وَمَا يَظْهَرُ فَمَا بَعْدُ فَمَا كَالْقِثَّاءِ وَالْبَاذِنْجَانِ١ وَالْخِيَارِ أَنْ يُؤْكَلَ عَادَةً.
Tidak sah menjual buah sebelum tampak kematangannya kepada selain pemilik pohon, dan tidak sah menjual tanaman sebelum bijinya mengeras kepada selain pemilik tanah. Kematangan sebagian buah pohon menandakan kematangan untuk seluruh jenisnya yang ada di kebun. Kematangan kurma adalah ketika memerah atau menguning, anggur ketika berair manis, dan buah-buahan lainnya ketika enak dimakan dan tampak kematangannya. Adapun yang tampak setelahnya seperti mentimun, terong, dan ketimun, adalah yang biasa dimakan.
وَمَا تَلِفَ مِنَ الثَّمَرَةِ قَبْلَ أَخْذِهَا فَمِنْ ضَمَانِ الْبَائِعِ مَا لَمْ تُبَعْ مَعَ أَصْلِهَا أَوْ يُؤَخِّرَ الْمُشْتَرِي أَخْذَهَا عَنْ عَادَتِهِ.
Apa pun yang rusak dari buah sebelum diambil, maka itu menjadi tanggung jawab penjual, selama tidak dijual bersama pohonnya atau pembeli menunda pengambilannya dari kebiasaannya.
بَابُ السَّلَمِ
بَابُ السَّلَمِ
Bab As-Salam
يَنْعَقِدُ بِكُلِّ مَا دَلَّ عَلَيْهِ وَبِلَفْظِ الْبَيْعِ وَشُرُوطُهُ سَبْعَةٌ.
Akad salam sah dengan segala hal yang menunjukkannya dan dengan lafaz jual beli. Syarat-syaratnya ada tujuh.
أَحَدُهَا: انْضِبَاطُ صِفَاتِ الْمُسْلَمِ فِيهِ: كَالْمَكِيلِ وَالْمَوْزُونِ وَالْمَذْرُوعِ وَالْمَعْدُودِ مِنَ الْحَيَوَانِ٢ وَلَوْ آدَمِيًّا فَلَا يَصِحُّ فِي الْمَعْدُودِ مِنَ الْفَوَاكِهِ وَلَا فِيمَا لَا يَنْضَبِطُ كَالْبُقُولِ وَالْجُلُودِ وَالرُّؤُوسِ وَالْأَكَارِعِ وَالْبَيْضِ وَالْأَوَانِي الْمُخْتَلِفَةِ رُؤُوسًا وَأَوْسَاطًا كَالْقَمَاقِمِ وَنَحْوِهَا.
Pertama: Sifat-sifat barang yang dipesan (muslam fīh) harus jelas, seperti barang yang ditakar, ditimbang, diukur, dan dihitung dari hewan,² bahkan manusia. Maka tidak sah pada buah-buahan yang dihitung, dan tidak pula pada apa yang tidak jelas seperti sayuran, kulit, kepala, kaki, telur, dan bejana yang berbeda-beda bagian atas dan tengahnya seperti guci dan sejenisnya.
الثَّانِي: ذِكْرُ جِنْسِهِ وَنَوْعِهِ بِالصِّفَاتِ الَّتِي يَخْتَلِفُ بِهَا الثَّمَنُ١ وَيَجُوزُ أَنْ يَأْخُذَ دُونَ مَا وَصَفَ لَهُ وَمِنْ غَيْرِ نَوْعِهِ مِنْ جِنْسِهِ.
Kedua: Menyebutkan jenis dan macamnya dengan sifat-sifat yang membedakan harganya. Diperbolehkan untuk mengambil kurang dari yang disebutkan dan dari selain macamnya dari jenisnya.
الثَّالِثُ: مَعْرِفَةُ قَدْرِهِ بِمِعْيَارِهِ الشَّرْعِيِّ فَلَا يَصِحُّ٢ فِي مَكِيلٍ وَزْنًا وَلَا فِي مَوْزُونٍ كَيْلًا.
Ketiga: Mengetahui ukurannya dengan standar syar'i, maka tidak sah dalam barang yang ditakar dengan ditimbang, dan tidak sah dalam barang yang ditimbang dengan ditakar.
الرَّابِعُ: أَنْ يَكُونَ فِي الذِّمَّةِ٣ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ لَهُ وَقَعَ فِي الْعَادَةِ كَشَهْرٍ وَنَحْوِهِ٤.
Keempat: Hendaknya berada dalam tanggungan sampai batas waktu yang diketahui yang biasa terjadi seperti satu bulan dan sejenisnya.
الْخَامِسُ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يُوجَدُ غَالِبًا٥ عِنْدَ حُلُولِ الْأَجَلِ.
Kelima: Hendaknya berupa sesuatu yang pada umumnya ada ketika jatuh tempo.
السَّادِسُ: مَعْرِفَةُ قَدْرِ رَأْسِ مَالِ السَّلَمِ وَانْضِبَاطُهُ فَلَا تَكْفِي مُشَاهَدَتُهُ وَلَا يَصِحُّ بِمَا٦ لَا يَنْضَبِطُ.
Keenam: Mengetahui ukuran modal salam dan ketepatannya, maka tidak cukup hanya dengan melihatnya dan tidak sah dengan sesuatu yang tidak tepat.
السَّابِعُ: أَنْ يَقْبِضَهُ قَبْلَ التَّفَرُّقِ مِنْ مَجْلِسِ الْعَقْدِ وَلَا يُشْتَرَطُ ذِكْرُ مَكَانِ٧ الْوَفَاءِ لِأَنَّهُ يَجِبُ مَكَانَ الْعَقْدِ مَا لَمْ يُعْقَدْ بِبَرِّيَّةٍ وَنَحْوِهَا فَيُشْتَرَطُ.
Ketujuh: Hendaknya menerimanya sebelum berpisah dari majelis akad dan tidak disyaratkan menyebutkan tempat pemenuhan karena wajib di tempat akad selama tidak dilakukan di padang pasir dan sejenisnya maka disyaratkan.
وَلَا يَصِحُّ أَخْذُ رَهْنٍ أَوْ كَفِيلٍ بِمُسْلَمٍ فِيهِ وَإِنْ تَعَذَّرَ حُصُولُهُ خُيِّرَ رَبُّ السَّلَمِ بَيْنَ صَبْرٍ أَوْ فَسْخٍ وَيَرْجِعُ بِرَأْسِ مَالِهِ أَوْ بَدَلِهِ إِنْ تَعَذَّرَ.
Tidak sah mengambil gadai atau penjamin dengan muslam fīhi. Jika sulit mendapatkannya, pemilik salam diberi pilihan antara bersabar atau membatalkan, dan ia kembali dengan modal atau penggantinya jika sulit.
وَمَنْ أَرَادَ قَضَاءَ دَيْنٍ عَنْ غَيْرِهِ فَأَبَى رَبُّهُ لَمْ يَلْزَمْ بِقَبُولِهِ.
Dan barangsiapa yang ingin melunasi hutang atas nama orang lain, lalu pemilik hutang menolak, maka dia tidak wajib menerimanya.
بَابُ القَرْضِ
بَابُ الْقَرْضِ
Bab Pinjaman
يَصِحُّ بِكُلِّ عَيْنٍ يَصِحُّ بَيْعُهَا إِلَّا بَنِي آدَمَ.
Pinjaman sah dengan setiap barang yang sah dijual kecuali manusia.
وَيُشْتَرَطُ عِلْمُ قَدْرِهِ وَوَصْفِهِ وَكَوْنُ مُقْرِضٍ يَصِحُّ تَبَرُّعُهُ.
Dan disyaratkan mengetahui ukurannya, sifatnya, dan pemberi pinjaman yang sah untuk menyumbangkannya.
وَيَتِمُّ الْعَقْدُ بِالْقَبُولِ وَيَمْلِكُ وَيَلْزَمُ بِالْقَبْضِ فَلَا يَمْلِكُ الْمُقْرِضُ اسْتِرْجَاعَهُ وَيَثْبُتُ لَهُ الْبَدَلُ حَالًا فَإِنْ كَانَ مُتَقَوِّمًا فَقِيمَتُهُ وَقْتَ الْقَرْضِ وَإِنْ كَانَ مِثْلِيًّا فَمِثْلُهُ مَا لَمْ يَكُنْ مَعِيبًا أَوْ فُلُوسًا وَنَحْوَهَا فَيُحَرِّمُهَا السُّلْطَانُ فَلَهُ الْقِيمَةُ.
Akad menjadi sempurna dengan penerimaan, kepemilikan dan kewajiban dengan serah terima. Pemberi pinjaman tidak memiliki hak untuk memintanya kembali. Ia berhak atas pengganti secara langsung. Jika barang itu bernilai, maka nilainya pada saat peminjaman. Jika barang itu dapat diukur, maka yang serupa dengannya selama tidak cacat atau uang logam dan sejenisnya yang dilarang oleh penguasa, maka ia berhak atas nilainya.
وَيَجُوزُ شَرْطُ رَهْنٍ وَضَمِينٍ فِيهِ وَيَجُوزُ قَرْضُ الْمَاءِ كَيْلًا وَالْخُبْزِ وَالْخَمِيرِ عَدَدًا وَرَدُّهُ عَدَدًا بِلَا قَصْدِ زِيَادَةٍ.
Diperbolehkan mensyaratkan gadai dan jaminan di dalamnya. Diperbolehkan meminjamkan air dengan takaran, roti dan ragi dengan hitungan, dan mengembalikannya dengan hitungan tanpa bermaksud menambahkannya.
وَكُلُّ قَرْضٍ جَرَّ نَفْعًا فَحَرَامٌ كَأَنْ يُسْكِنَهُ دَارَهُ أَوْ يُعِيرَهُ دَابَّتَهُ أَوْ يَقْضِيَهُ خَيْرًا مِنْهُ فَإِنْ فَعَلَ ذَلِكَ بِلَا شَرْطٍ أَوْ قَضَى خَيْرًا مِنْهُ بِلَا مُوَاطَأَةٍ جَازَ.
Setiap pinjaman yang mendatangkan manfaat hukumnya haram, seperti meminjamkan rumahnya untuk ditempati, meminjamkan hewannya, atau membayarnya dengan yang lebih baik darinya. Jika ia melakukan hal itu tanpa syarat atau membayarnya dengan yang lebih baik tanpa kesepakatan sebelumnya, maka hukumnya boleh.
وَمَتَى بَذَلَ الْمُقْتَرِضُ مَا عَلَيْهِ بِغَيْرِ بَلَدِ الْمُقْرِضِ وَلَا مُؤْنَةَ لِحَمْلِهِ لَزِمَ.
Kapan pun peminjam menawarkan apa yang menjadi kewajibannya di luar kota pemberi pinjaman dan tidak ada biaya untuk membawanya, maka hukumnya wajib.
رَبَّهُ قُبُولَهُ مَعَ أَمْنِ البَلَدِ وَالطَّرِيقِ.
Tuhannya menerima doanya dengan keamanan negeri dan perjalanan.
بَابُ الرَّهْنِ
بَابُ الرَّهْنِ
Bab Gadai
يَصِحُّ بِشُرُوطٍ خَمْسَةٍ: كَوْنُهُ مُنْجَزًا وَكَوْنُهُ مَعَ الْحَقِّ أَوْ بَعْدَهُ١ وَكَوْنُهُ مِمَّنْ يَصِحُّ بَيْعُهُ وَكَوْنُهُ مِلْكَهُ أَوْ مَأْذُونًا لَهُ فِي رَهْنِهِ وَكَوْنُهُ مَعْلُومًا جِنْسُهُ وَقَدْرُهُ وَصِفَتُهُ٢.
Gadai sah dengan lima syarat: dilakukan secara langsung, bersamaan dengan atau setelah adanya hak (hutang)¹, oleh orang yang sah melakukan jual beli, merupakan miliknya atau diizinkan untuk digadaikan, dan diketahui jenis, jumlah, dan sifatnya².
وَكُلُّ مَا صَحَّ بَيْعُهُ صَحَّ رَهْنُهُ إِلَّا الْمُصْحَفَ وَمَا لَا يَصِحُّ بَيْعُهُ لَا يَصِحُّ رَهْنُهُ إِلَّا الثَّمَرَةَ قَبْلَ بُدُوِّ صَلَاحِهَا وَالزَّرْعَ قَبْلَ اشْتِدَادِ حَبِّهِ وَالْقِنَّ دُونَ رَحِمِهِ الْمُحَرَّمِ وَلَا يَصِحُّ رَهْنُ مَالِ الْيَتِيمِ لِلْفَاسِقِ.
Setiap yang sah dijual, sah digadaikan kecuali mushaf. Yang tidak sah dijual, tidak sah digadaikan kecuali buah sebelum tampak matang, tanaman sebelum bijinya mengeras, dan budak tanpa mahram yang haram. Tidak sah menggadaikan harta anak yatim kepada orang fasik.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلرَّاهِنِ الرُّجُوعُ فِي الرَّاهِنِ مَا لَمْ يَقْبِضْهُ الْمُرْتَهِنُ فَإِنْ قَبَضَ لَزِمَ فَلَا يَصِحُّ تَصَرُّفُهُ فِيهِ بِلَا إِذْنِ الْمُرْتَهِنِ إِلَّا بِالْعِتْقِ وَعَلَيْهِ قِيمَتُهُ مَكَانَهُ تَكُونُ٣ رَهْنًا مَكَانَهُ.
Penggadai boleh membatalkan gadai selama belum diterima oleh penerima gadai. Jika sudah diterima, maka menjadi lazim dan tidak sah bertransaksi dengannya tanpa izin penerima gadai, kecuali memerdekakan. Ia wajib membayar nilainya sebagai³ pengganti gadai.
وَكَسْبُ الرَّهْنِ وَنَمَاؤُهُ رَهْنٌ وَهُوَ أَمَانَةٌ بِيَدِ الْمُرْتَهِنِ لَا يَضْمَنُهُ٤ إِلَّا لِتَفْرِيطٍ وَيُقْبَلُ قَوْلُهُ بِيَمِينِهِ [فِي تَلَفِهِ] ٥ وَأَنَّهُ لَمْ يُفَرِّطْ وَإِنْ تَلِفَ بَعْضُ.
Hasil dan pertumbuhan barang gadaian juga tergadaikan. Ia merupakan amanah di tangan penerima gadai, tidak dijamin⁴ kecuali karena kelalaian. Perkataannya diterima dengan sumpahnya [tentang kerusakannya]⁵ dan bahwa ia tidak lalai meskipun sebagian rusak.
الرَّهْنُ فَبَاقِيهِ رَهْنٌ بِجَمِيعِ الْحَقِّ وَلَا يَنْفَكُّ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى يُقْضَى الدَّيْنُ كُلُّهُ.
Gadai itu tetap menjadi jaminan untuk seluruh hak, dan tidak terlepas darinya sesuatu pun hingga seluruh utang dilunasi.
وَإِذَا حَلَّ أَجَلُ الدَّيْنِ وَكَانَ الرَّاهِنُ قَدْ شَرَطَ لِلْمُرْتَهِنِ أَنَّهُ إِنْ لَمْ يَأْتِهِ بِحَقِّهِ عِنْدَ الْحُلُولِ الْأَجَلِ١ وَإِلَّا فَالرَّهْنُ لَهُ لَمْ يَصِحَّ الشَّرْطُ بَلْ يَلْزَمُهُ الْوَفَاءُ أَوْ يَأْذَنُ لِلْمُرْتَهِنِ فِي بَيْعِ الرَّهْنِ أَوْ يَبِيعُهُ٢ هُوَ بِنَفْسِهِ لِيُوفِيَهُ حَقَّهُ فَإِنْ أَبَى حُبِسَ أَوْ عُزِّرَ فَإِنْ أَصَرَّ بَاعَهُ الْحَاكِمُ.
Jika jatuh tempo utang dan penggadai telah mensyaratkan kepada penerima gadai bahwa jika ia tidak membayar haknya pada saat jatuh tempo١, maka gadai itu menjadi miliknya, maka syarat tersebut tidak sah. Sebaliknya, ia wajib membayar atau mengizinkan penerima gadai untuk menjual gadai atau ia sendiri menjualnya٢ untuk membayar haknya. Jika ia menolak, ia dipenjara atau dihukum. Jika ia bersikeras, hakim menjualnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلْمُرْتَهِنِ رُكُوبُ الرَّهْنِ وَحَلْبُهُ بِقَدْرِ نَفَقَتِهِ بِلَا إِذْنِ الرَّاهِنِ وَلَوْ حَاضِرًا وَلَهُ الْإِنْتِفَاعُ بِهِ مَجَّانًا بِإِذْنِ الرَّاهِنِ٣ لَكِنْ يَصِيرُ مَضْمُونًا عَلَيْهِ بِالْإِنْتِفَاعِ.
Penerima gadai boleh mengendarai atau memerah gadai sesuai dengan nafkahnya tanpa izin penggadai meskipun ia hadir. Ia juga boleh memanfaatkannya secara gratis dengan izin penggadai٣, tetapi menjadi tanggungannya dengan pemanfaatan tersebut.
وَمُؤْنَةُ الرَّهْنِ وَأُجْرَةُ مَخْزَنِهِ وَأُجْرَةُ رَدِّهِ مِنْ إِبَاقِهِ عَلَى مَالِكِهِ.
Biaya gadai, upah penyimpanannya, dan upah pengembaliannya dari pelariannya menjadi tanggungan pemiliknya.
وَإِنْ أَنْفَقَ الْمُرْتَهِنُ عَلَى الرَّهْنِ بِلَا إِذْنِ الرَّاهِنِ مَعَ قُدْرَتِهِ عَلَى اسْتِئْذَانِهِ فَمُتَبَرِّعٌ.
Jika penerima gadai menafkahi gadai tanpa izin penggadai padahal ia mampu meminta izin kepadanya, maka ia dianggap sebagai sukarelawan.
فَصْلٌ
Pasal
مَنْ قَبَضَ الْعَيْنَ لِحَظِّ نَفْسِهِ كَمُرْتَهِنٍ وَأَجِيرٍ وَمُسْتَأْجِرٍ وَمُشْتَرٍ وَبَائِعٍ وَغَاصِبٍ وَمُلْتَقِطٍ وَمُقْتَرِضٍ وَمُضَارِبٍ وَادَّعَى الرَّدَّ لِلْمَالِكِ.
Barangsiapa menerima barang untuk kepentingan dirinya sendiri, seperti penerima gadai, pekerja, penyewa, pembeli, penjual, perampas, pengambil barang temuan, peminjam, dan mudharib, lalu mengklaim telah mengembalikannya kepada pemilik.
فَأَنْكَرَهُ لَمْ يُقْبَلْ قَوْلُهُ إِلَّا بِبَيِّنَةٍ وَكَذَا مُودِعٌ وَوَكِيلٌ وَوَصِيٌّ وَدَلَّالٌ بِجُعْلٍ١ إِذَا ادَّعَى الرَّدَّ وَبِلَا جُعْلٍ فَيُقْبَلُ٢ قَوْلُهُ بِيَمِينِهِ.
Jika dia mengingkarinya, perkataannya tidak diterima kecuali dengan bukti. Demikian pula penerima titipan, wakil, washi (penerima wasiat), dan makelar dengan upah¹ jika mengklaim pengembalian. Tanpa upah, perkataannya diterima² dengan sumpahnya.
بَابُ الضَّمَانِ وَالكَفَالَةِ
بَابُ الضَّمَانِ وَالْكَفَالَةِ
Bab Jaminan dan Kafalah
يَصِحَّانِ تَنْجِيزًا وَتَعْلِيقًا وَتَوْقِيتًا مِمَّنْ يَصِحُّ تَبَرُّعُهُ وَلِرَبِّ الْحَقِّ مُطَالَبَةُ الضَّمَانِ وَالْمَضْمُونِ مَعًا أَوْ أَيُّهُمَا شَاءَ لَكِنْ لَوْ ضَمِنَ دَيْنًا حَالًّا إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ صَحَّ وَلَمْ يُطَالَبِ الضَّامِنُ قَبْلَ مَضِيِّهِ.
Keduanya sah dilakukan secara langsung, bersyarat, dan terbatas waktu oleh orang yang sah melakukan tabarru'. Pemilik hak boleh menuntut jaminan dan yang dijamin secara bersamaan atau salah satunya. Namun, jika ia menjamin utang yang jatuh tempo hingga batas waktu tertentu, maka sah dan penjamin tidak dituntut sebelum batas waktu itu berlalu.
وَيَصِحُّ ضَمَانُ عُهْدَةِ الثَّمَنِ وَالْمُثْمَنِ وَالْمَقْبُوضِ عَلَى وَجْهِ السَّوْمِ وَالْعَيْنِ الْمَضْمُونَةِ كَالْغَصْبِ وَالْعَارِيَةِ.
Sah menjamin tanggung jawab harga, barang yang dihargai, barang yang diterima dengan cara tawar-menawar, dan barang tertentu yang dijamin seperti barang rampasan dan pinjaman.
وَلَا يَصِحُّ ضَمَانُ غَيْرِ الْمَضْمُونَةِ كَالْوَدِيعَةِ وَنَحْوِهَا وَلَا دَيْنِ الْكِتَابَةِ وَلَا بَعْضِ دَيْنٍ لَمْ يُقَدَّرْ.
Tidak sah menjamin barang yang tidak dijamin seperti titipan dan sejenisnya, juga tidak sah menjamin utang kitabah dan sebagian utang yang tidak ditentukan.
وَإِنْ قَضَى الضَّامِنُ مَا عَلَى الْمَدِينِ وَنَوَى الرُّجُوعَ عَلَيْهِ رَجَعَ وَلَوْ لَمْ يَأْذَنْ لَهُ الْمَدِينُ فِي الضَّمَانِ وَالْقَضَاءِ وَكَذَا كُلُّ مَنْ أَدَّى عَنْ غَيْرِهِ دَيْنًا وَاجِبًا.
Jika penjamin membayar utang yang ditanggung oleh debitur dan berniat untuk meminta kembali darinya, maka ia berhak meminta kembali meskipun debitur tidak mengizinkannya untuk menjamin dan membayar. Demikian pula setiap orang yang membayar utang wajib atas orang lain.
وَإِنْ بَرِئَ الْمَدْيُونُ بَرِئَ ضَامِنُهُ وَلَا عَكْسَ وَلَوْ ضَمِنَ اثْنَانِ وَاحِدًا وَقَالَ كُلٌّ: ضَمِنْتُ لَكَ الدَّيْنَ كَانَ لِرَبِّهِ طَلَبُ كُلِّ وَاحِدٍ بِالدَّيْنِ كُلِّهِ وَإِنْ قَالَا: ضَمِنَّا لَكَ الدَّيْنَ فَبَيْنَهُمَا بِالْحِصَصِ.
Jika debitur dibebaskan, maka penjaminnya juga bebas, tetapi tidak sebaliknya. Jika dua orang menjamin satu orang dan masing-masing berkata, "Aku menjamin utangmu," maka pemilik utang berhak menuntut setiap orang dengan seluruh utang. Namun, jika keduanya berkata, "Kami menjamin utangmu," maka di antara keduanya ditanggung secara proporsional.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْكَفَالَةُ: هِيَ أَنْ يَلْتَزِمَ بِإِحْضَارِ بَدَنٍ مَنْ عَلَيْهِ حَقٌّ مَالِيٌّ إِلَى رَبِّهِ وَيُعْتَبَرُ رِضَى الْكَفِيلِ لَا الْمَكْفُولِ وَلَا الْمَكْفُولِ لَهُ وَمَتَى سَلَّمَ الْكَفِيلُ الْمَكْفُولَ لِرَبِّ الْحَقِّ بِمَحَلِّ الْعَقْدِ أَوْ سَلَّمَ الْمَكْفُولُ نَفْسَهُ أَوْ مَاتَ بَرِئَ الْكَفِيلُ.
Dan kafalah adalah: seseorang berkomitmen untuk menghadirkan seseorang yang memiliki hak harta kepada pemiliknya. Yang dipertimbangkan adalah persetujuan kafil (penjamin), bukan makful (yang dijamin) atau makful lahu (pemilik hak). Kapan pun kafil menyerahkan makful kepada pemilik hak di tempat akad, atau makful menyerahkan dirinya sendiri, atau meninggal, maka kafil terbebas dari tanggung jawab.
وَإِنْ تَعَذَّرَ عَلَى الْكَفِيلِ إِحْضَارُ الْمَكْفُولِ ضَمِنَ جَمِيعَ مَا عَلَيْهِ وَمَنْ كَفَلَهُ اثْنَانِ فَسَلَّمَهُ أَحَدُهُمَا لَمْ يَبْرَأْ الْآخَرُ وَإِنْ سَلَّمَ نَفْسَهُ بَرِئَا.
Jika kafil tidak dapat menghadirkan makful, ia harus menanggung semua kewajibannya. Jika dua orang menjamin seseorang dan salah satunya menyerahkannya, yang lain tidak terbebas. Namun, jika ia menyerahkan dirinya sendiri, keduanya terbebas.
بَابُ الحَوَالَةِ
بَابُ الْحَوَالَةِ
Bab Hawalah
وَشُرُوطُهَا خَمْسَةٌ:
Dan syarat-syaratnya ada lima:
أَحَدُهَا: اتِّفَاقُ الدَّيْنَيْنِ فِي الْجِنْسِ وَالصِّفَةِ وَالْحُلُولِ وَالْأَجَلِ.
Pertama: Kesamaan kedua utang dalam jenis, sifat, jatuh tempo, dan tenggat waktu.
الثَّانِي: عِلْمُ قَدْرِ كُلٍّ مِنَ الدَّيْنَيْنِ.
Kedua: Mengetahui jumlah masing-masing dari kedua utang.
الثَّالِثُ: اسْتِقْرَارُ الْمَالِ الْمُحَالِ عَلَيْهِ لَا الْمُحَالِ بِهِ.
Ketiga: Ketetapan harta yang dihiwalahkan, bukan harta yang dihiwalahkan dengannya.
الرَّابِعُ: كَوْنُهُ يَصِحُّ السَّلَمُ فِيهِ.
Keempat: Keabsahan akad salam padanya.
الْخَامِسُ: رِضَى الْمُحِيلِ لَا الْمُحْتَالِ إِنْ كَانَ الْمُحَالُ عَلَيْهِ مَلِيئًا وَهُوَ مَنْ لَهُ الْقُدْرَةُ عَلَى الْوَفَاءِ وَلَيْسَ مُمَاطِلًا وَيُمْكِنُ حُضُورُهُ لِمَجْلِسِ الْحُكْمِ فَمَتَى تَوَفَّرَتِ الشُّرُوطُ بَرِئَ الْمُحِيلُ مِنَ الْمَدِينِ بِمُجَرَّدِ.
Kelima: Kerelaan muhil (yang mengalihkan utang), bukan muhtal (yang menerima pengalihan utang), jika muhal 'alaih (yang dialihkan utang kepadanya) adalah orang yang mampu, yaitu orang yang memiliki kemampuan untuk membayar, tidak menunda-nunda, dan memungkinkan untuk hadir di majelis hukum. Maka kapan saja syarat-syarat itu terpenuhi, lepaslah tanggungan muhil dari utang dengan sekadar.
الحَوَالَةُ أَفْلَسَ الْمُحَالُ عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ أَوْ مَاتَ.
Hawalah, orang yang dihiwalahkan (muhal 'alaih) jatuh pailit setelah itu atau meninggal dunia.
وَمَتَى لَمْ تَتَوَفَّرِ الشُّرُوطُ لَمْ تَصِحَّ الْحَوَالَةُ وَإِنَّمَا تَكُونُ وَكَالَةً.
Dan kapan pun syarat-syaratnya tidak terpenuhi, maka hawalah tidak sah, melainkan hanya menjadi wakalah.
بَابُ الصُّلْحِ
بَابُ الصُّلْحِ
Bab Perdamaian
يَصِحُّ مِمَّنْ يَصِحُّ تَبَرُّعُهُ مَعَ الْإِقْرَارِ وَالْإِنْكَارِ فَإِذَا أَقَرَّ لِلْمُدَّعِي بِدَيْنٍ أَوْ عَيْنٍ ثُمَّ صَالَحَ عَلَى بَعْضِ الدَّيْنِ أَوْ بَعْضِ الْعَيْنِ الْمُدَّعَاةِ فَهُوَ هِبَةٌ يَصِحُّ بِلَفْظِهَا لَا بِلَفْظِ الصُّلْحِ وَإِنْ صَالَحَهُ عَلَى عَيْنٍ غَيْرِ الْمُدَّعَاةِ فَهُوَ بَيْعٌ يَصِحُّ بِلَفْظِ الصُّلْحِ وَتَثْبُتُ فِيهِ أَحْكَامُ الْبَيْعِ فَلَوْ صَالَحَهُ عَنِ الدَّيْنِ بِعَيْنٍ وَاتَّفَقَا فِي عِلَّةٍ عَلَى١ الرِّبَا اشْتُرِطَ قَبْضُ الْعِوَضِ فِي الْمَجْلِسِ وَبِشَيْءٍ فِي الذِّمَّةِ يَبْطُلُ بِالتَّفَرُّقِ قَبْلَ الْقَبْضِ.
Perdamaian sah dari orang yang sah memberikan sumbangan dengan pengakuan dan penyangkalan. Jika dia mengakui kepada penggugat utang atau barang, kemudian berdamai atas sebagian utang atau sebagian barang yang digugat, maka itu adalah hibah yang sah dengan lafaznya, bukan dengan lafaz perdamaian. Jika dia berdamai dengannya atas barang selain yang digugat, maka itu adalah jual beli yang sah dengan lafaz perdamaian dan berlaku padanya hukum-hukum jual beli. Jika dia berdamai dengannya dari utang dengan barang dan keduanya sepakat dalam illat¹ riba, disyaratkan serah terima ganti dalam majelis, dan dengan sesuatu dalam tanggungan batal dengan berpisah sebelum serah terima.
وَإِنْ صَالَحَ عَنْ عَيْبٍ فِي الْمَبِيعِ صَحَّ فَلَوْ زَالَ الْعَيْبُ سَرِيعًا أَوْ لَمْ يَكُنْ رَجَعَ بِمَا دَفَعَهُ وَيَصِحُّ الصُّلْحُ عَمَّا تَعَذَّرَ عِلْمُهُ مِنْ دَيْنٍ أَوْ عَيْنٍ وَأَقَرَّ لِي بِدَيْنِي وَأَعْطِيكَ مِنْهُ كَذَا فَأَقَرَّ٢ لَزِمَهُ الدَّيْنُ وَلَمْ يَلْزَمْهُ أَنْ يُعْطِيَهُ.
Jika dia berdamai dari cacat pada barang yang dijual, maka sah. Jika cacat hilang dengan cepat atau tidak ada, dia kembali kepada apa yang dia berikan. Perdamaian sah atas apa yang sulit diketahui dari utang atau barang. Jika dia mengakui utangku dan aku memberimu darinya sekian, lalu dia mengakui², dia wajib membayar utang dan tidak wajib memberinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا أَنْكَرَ دَعْوَى الْمُدَّعَى أَوْ سَكَتَ وَهُوَ يَجْهَلُهُ٣ ثُمَّ صَالَحَهُ صَحَّ الصُّلْحُ وَكَانَ إِبْرَاءً فِي حَقِّهِ وَبَيْعًا فِي حَقِّ الْمُدَّعِي.
Jika dia mengingkari gugatan penggugat atau diam dan dia tidak mengetahuinya³, kemudian dia berdamai dengannya, maka perdamaian sah dan merupakan pembebasan pada haknya dan jual beli pada hak penggugat.
وَمَنْ عَلِمَ بِكَذِبِ نَفْسِهِ فَالصُّلْحُ بَاطِلٌ فِي حَقِّهِ وَمَا أَخَذَ فَحَرَامٌ وَمَنْ قَالَ: صَالَحَنِي عَنِ الْمُلْكِ الَّذِي تَدَّعِيهِ لَمْ يَكُنْ مُقِرًّا وَإِنْ صَالَحَ أَجْنَبِيٌّ عَنْ مُنْكِرٍ لِلدَّعْوَى صَحَّ الصُّلْحُ أَذِنَ لَهُ أَوْ لَا لَكِنْ لَا يَرْجِعُ عَلَيْهِ بِدُونِ إِذْنِهِ.
Dan barangsiapa yang mengetahui kedustaan dirinya, maka perdamaian itu batal dalam haknya dan apa yang diambilnya adalah haram. Dan barangsiapa yang berkata: "Berdamailah denganku tentang kepemilikan yang kamu klaim", maka ia tidak mengakuinya. Jika orang asing berdamai dengan orang yang mengingkari dakwaan, maka perdamaian itu sah, baik ia mengizinkannya atau tidak, tetapi ia tidak dapat menuntutnya tanpa izinnya.
وَمَنْ صَالَحَ عَنْ دَارٍ أَوْ نَحْوِهَا فَبَانَ الْعِوَضُ مُسْتَحَقًّا رَجَعَ بِالدَّارِ مَعَ الْإِقْرَارِ وَبِالدَّعْوَى مَعَ الْإِنْكَارِ وَلَا يَصِحُّ الصُّلْحُ عَنْ خِيَارٍ أَوْ شُفْعَةٍ أَوْ حَدِّ قَذْفٍ وَتَسْقُطُ جَمِيعُهَا وَلَا شَارِبًا أَوْ سَارِقًا لِيُطْلِقَهُ أَوْ شَاهِدًا لِيَكْتُمَ شَهَادَتَهُ.
Dan barangsiapa yang berdamai tentang rumah atau sejenisnya, lalu ternyata kompensasinya berhak dikembalikan, maka ia kembali kepada rumah itu disertai pengakuan, dan dengan dakwaan disertai pengingkaran. Dan tidak sah perdamaian tentang khiyar, syuf'ah, atau had qadzaf, dan semuanya gugur. Juga tidak sah berdamai dengan peminum khamr atau pencuri agar melepaskannya, atau dengan saksi agar menyembunyikan kesaksiannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ عَلَى الشَّخْصِ أَنْ يُجْرِيَ مَاءً فِي أَرْضِ غَيْرِهِ أَوْ سَطْحِهِ بِلَا إِذْنِهِ وَيَصِحُّ الصُّلْحُ عَلَى ذَلِكَ بِعِوَضٍ وَمَنْ لَهُ حَقُّ مَاءٍ يَجْرِي عَلَى سَطْحِ جَارِهِ لَمْ يَجُزْ لِجَارِهِ تَعْلِيَةُ سَطْحِهِ لِيَمْنَعَ جَرْيَ الْمَاءِ.
Haram bagi seseorang untuk mengalirkan air di tanah atau atap orang lain tanpa izinnya. Sah melakukan perdamaian atas hal itu dengan kompensasi. Barangsiapa memiliki hak air yang mengalir di atas atap tetangganya, maka tetangganya tidak boleh meninggikan atapnya untuk mencegah aliran air tersebut.
وَحَرُمَ عَلَى الْجَارِ أَنْ يُحْدِثَ بِمِلْكِهِ مَا يَضُرُّ بِجَارِهِ: كَحَمَّامٍ.
Haram bagi tetangga untuk membuat sesuatu di propertinya yang membahayakan tetangganya, seperti kamar mandi.
وَ١ كَنِيفٍ أَوْ رَحًى أَوْ تَنُّورٍ وَلَهُ مَنْعُهُ مِنْ ذَلِكَ.
Dan 1 toilet, penggilingan, atau oven, dan dia berhak melarangnya dari itu.
وَيَحْرُمُ التَّصَرُّفُ فِي جِدَارِ جَارٍ٢ أَوْ مُشْتَرَكٍ بِفَتْحِ رَوْزَنَةٍ أَوْ طَاقٍ أَوْ ضَرْبِ٣ وَتَدٍ وَنَحْوِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ وَكَذَا وَضْعُ الْخَشَبِ٤ إِلَّا أَنْ لَا يُمْكِنَ تَسْقِيفُ إِلَّا بِهِ وَيُجْبَرُ الْجَارُ إِنْ أَبَى وَلَهُ أَنْ يُسْنِدَ قَمَاشَةً وَيَجْلِسَ فِي ظِلِّ حَائِطِ غَيْرِهِ وَيَنْظُرَ فِي ضَوْءِ سِرَاجِهِ مِنْ غَيْرِ إِذْنِهِ.
Haram memodifikasi dinding tetangga 2 atau dinding bersama dengan membuka jendela, pintu, atau memaku 3 pasak dan sejenisnya kecuali dengan izinnya. Demikian pula meletakkan kayu 4 kecuali jika tidak mungkin memasang atap kecuali dengannya, dan tetangga dipaksa jika menolak. Dia boleh menyandarkan kain, duduk di bawah naungan dinding orang lain, dan melihat cahaya lampunya tanpa izinnya.
وَحَرُمَ أَنْ يَتَصَرَّفَ فِي طَرِيقٍ نَافِذٍ بِمَا يَضُرُّ الْمَارَّ كَإِخْرَاجِ دُكَّانٍ وَدَكَّةٍ وَجَنَاحٍ وَسَابَاطٍ وَمِيزَابٍ وَيَضْمَنُ مَا تَلِفَ بِهِ.
Haram bertindak di jalan umum dengan cara yang membahayakan pejalan kaki, seperti mengeluarkan toko, bangku, sayap, atap, dan talang, dan dia bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan olehnya.
وَيَحْرُمُ التَّصَرُّفُ بِذَلِكَ فِي مِلْكِ غَيْرِهِ أَوْ هَوَائِهِ أَوْ دَرْبٍ غَيْرِ نَافِذٍ إِلَّا بِإِذْنِ أَهْلِهِ وَيُجْبَرُ الشَّرِيكُ عَلَى الْعِمَارَةِ مَعَ شَرِيكِهِ فِي الْمِلْكِ وَالْوَقْفِ.
Haram bertindak demikian pada properti orang lain, ruang udaranya, atau jalan buntu kecuali dengan izin pemiliknya. Mitra dipaksa untuk membangun bersama mitranya dalam kepemilikan dan wakaf.
وَإِنْ هَدَمَ الشَّرِيكُ الْبِنَاءَ وَكَانَ لِخَوْفِ سُقُوطِهِ فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ وَإِلَّا لَزِمَهُ إِعَادَتُهُ وَإِنْ أَهْمَلَ شَرِيكٌ٥ بِنَاءَ حَائِطِ بُسْتَانٍ اتَّفَقَا عَلَيْهِ فَمَا تَلِفَ مِنْ ثَمَرَتِهِ بِسَبَبِ إِهْمَالِهِ ضَمِنَ حِصَّةَ شَرِيكِهِ٦.
Jika mitra menghancurkan bangunan karena takut roboh, maka dia tidak bertanggung jawab atas apa pun. Jika tidak, dia harus membangunnya kembali. Jika seorang mitra 5 lalai membangun dinding kebun yang telah mereka sepakati, maka apa pun yang rusak dari buahnya karena kelalaiannya, dia harus mengganti bagian mitranya 6.
كِتَابُ الحَجْرِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الحَجْرِ
Buku tentang Pembatasan (al-Hajr)
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الحَجْرِ
Buku tentang Pembatasan (al-Hajr)
وَ١هُوَ: مَنْعُ المَالِكِ مِنَ التَّصَرُّفِ فِي مَالِهِ وَهُوَ نَوْعَانِ:
1Yaitu: mencegah pemilik dari bertindak terhadap hartanya, dan itu ada dua jenis:
الأَوَّلُ: لِحَقِّ الغَيْرِ كَالحَجْرِ عَلَى مُفْلِسٍ رَاهِنٍ وَمَرِيضٍ وَقَنٍّ وَمُكَاتَبٍ وَمُرْتَدٍّ وَمُشْتَرٍ بَعْدَ طَلَبِ الشَّفِيعِ.
Pertama: untuk hak orang lain, seperti pembatasan pada orang yang bangkrut, orang yang menggadaikan, orang sakit, budak, budak mukatab, orang murtad, dan pembeli setelah permintaan syuf'ah.
الثَّانِي: لِحَظِّ نَفْسِهِ٢ كَعَلَى صَغِيرٍ وَمَجْنُونٍ وَسَفِيهٍ.
Kedua: untuk kepentingan dirinya sendiri2, seperti pada anak kecil, orang gila, dan orang bodoh.
وَلَا يُطَالَبُ المَدِينُ وَلَا يُحْجَرُ عَلَيْهِ بِدَيْنٍ لَمْ يَحِلَّ لَكِنْ لَوْ أَرَادَ سَفَرًا طَوِيلًا فَلِغَرِيمِهِ مَنْعُهُ حَتَّى يُوثِقَهُ بِرَهْنٍ يُحْرَزُ أَوْ كَفِيلٍ مَلِيءٍ وَلَا يَحِلُّ دَيْنٌ مُؤَجَّلٌ بِجُنُونٍ وَلَا بِمَوْتٍ إِنْ وَثَّقَ وَرَثَتُهُ بِمَا تَقَدَّمَ.
Orang yang berhutang tidak dituntut dan tidak dibatasi dengan hutang yang belum jatuh tempo. Tetapi jika ia ingin melakukan perjalanan jauh, maka orang yang berpiutang berhak mencegahnya sampai ia memberikan jaminan dengan gadai yang disimpan atau penjamin yang mampu. Hutang yang ditangguhkan tidak jatuh tempo karena gila atau kematian jika ahli warisnya memberikan jaminan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
وَيَجِبُ عَلَى مَدِينٍ قَادِرٍ وَفَاءُ دَيْنٍ حَالٍّ فَوْرًا بِطَلَبِ رَبِّهِ وَإِنْ مَطَلَهُ حَتَّى شَكَاهُ وَجَبَ عَلَى الحَاكِمِ أَمْرُهُ بِوَفَائِهِ فَإِنْ أَبَى حَبَسَهُ وَلَا يُخْرِجُهُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ أَمْرُهُ فَإِنْ كَانَ ذُو٣ عُسْرَةٍ وَجَبَ٤ تَخْلِيَتُهُ وَحَرُمَتْ مُطَالَبَتُهُ وَالحَجْرُ عَلَيْهِ مَا دَامَ مُعْسِرًا.
Orang yang berhutang yang mampu wajib membayar hutang yang telah jatuh tempo segera atas permintaan pemiliknya. Jika ia menunda-nunda sampai pemiliknya mengadukan, maka hakim wajib memerintahkannya untuk membayar. Jika ia menolak, hakim memenjarakannya dan tidak mengeluarkannya sampai jelas keadaannya. Jika ia dalam3 kesulitan, maka wajib4 membebaskannya, dan haram menuntutnya serta membatasinya selama ia dalam kesulitan.
وَإِنْ سَأَلَ غُرَمَاءُ مَنْ لَهُ مَالٌ لَا يَفِي بِدَيْنِهِ الحَاكِمَ الحَجْرَ عَلَيْهِ لَزِمَهُ
Jika para kreditor orang yang memiliki harta yang tidak cukup untuk membayar hutangnya meminta hakim untuk membatasinya, maka hakim wajib melakukannya.
إِجَابَتُهُمْ وَسُنَّ إِظْهَارُ حَجْرٍ لِفَلْسٍ.
Jawaban mereka dan disunnahkan untuk menunjukkan penahanan (hajr) karena kebangkrutan.
فَصْلٌ
Pasal
وَفَائِدَةُ الْحَجْرِ أَحْكَامٌ أَرْبَعَةٌ:
Manfaat hajr ada empat hukum:
الْأَوَّلُ: تَعْلِيقُ حَقِّ١ الْغُرَمَاءِ بِالْمَالِ فَلَا يَصِحُّ تَصَرُّفُهُ فِيهِ بِشَيْءٍ وَلَوْ بِالْعِتْقِ وَإِنْ تَصَرَّفَ فِي ذِمَّتِهِ بِشِرَاءٍ أَوْ إِقْرَارٍ صَحَّ وَطُولِبَ بِهِ بَعْدَ فَكِّ الْحَجْرِ عَنْهُ.
Pertama: Menggantungkan hak١ para kreditor pada harta, sehingga tidak sah tindakannya pada harta tersebut dengan sesuatu apapun meskipun dengan memerdekakan budak. Jika ia bertindak dalam tanggungannya dengan membeli atau mengakui, maka sah dan ia dituntut dengannya setelah pencabutan hajr darinya.
الثَّانِي: أَنَّ مَنْ وَجَدَ عَيْنَ مَا بَاعَهُ أَوْ٢ أَقْرَضَهُ فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا بِشَرْطِ كَوْنِهِ لَا يَعْلَمُ بِالْحَجْرِ وَأَنْ يَكُونَ الْمُفْلِسُ حَيًّا وَأَنْ يَكُونَ عِوَضُ الْعَيْنِ كُلُّهُ بَاقِيًا فِي ذِمَّتِهِ وَأَنْ تَكُونَ كُلُّهَا فِي مِلْكِهِ وَأَنْ تَكُونَ بِحَالِهَا وَلَمْ تَتَغَيَّرْ صِفَتُهَا بِمَا يُزِيلُ اسْمَهَا وَلَمْ تَزِدْ زِيَادَةً مُتَّصِلَةً وَلَمْ تَخْتَلِطْ بِغَيْرِ مُتَمَيِّزٍ وَلَمْ يَتَعَلَّقْ بِهَا حَقٌّ لِلْغَيْرِ فَمَتَى وُجِدَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ امْتَنَعَ الرُّجُوعُ.
Kedua: Bahwa siapa yang menemukan barang yang dijualnya atau² dipinjamkannya, maka ia lebih berhak atasnya dengan syarat ia tidak mengetahui hajr, orang yang bangkrut masih hidup, seluruh pengganti barang masih ada dalam tanggungannya, semuanya masih dalam kepemilikannya, masih dalam keadaannya semula dan sifatnya tidak berubah dengan sesuatu yang menghilangkan namanya, tidak bertambah dengan pertambahan yang bersambung, tidak bercampur dengan yang tidak bisa dibedakan, dan tidak terkait dengannya hak orang lain. Kapan saja ditemukan sesuatu dari itu, maka terlarang untuk kembali (kepada barang tersebut).
الثَّالِثُ: يَلْزَمُ الحَاكِمَ قَسْمُ مَالِهِ الَّذِي مِنْ جِنْسِ الدَّيْنِ وَبَيْعُ مَا لَيْسَ مِنْ جِنْسِهِ وَيَقْسِمُهُ عَلَى الغُرَمَاءِ بِقَدْرِ دُيُونِهِمْ وَلَا يَلْزَمُهُمْ بَيَانُ أَنْ لَا غَرِيمَ سِوَاهُمْ ثُمَّ إِنْ ظَهَرَ رَبُّ٣ دَيْنٍ حَالٍّ رَجَعَ عَلَى كُلِّ غَرِيمٍ بِقِسْطِهِ وَيَجِبُ أَنْ يُتْرَكَ لَهُ مَا يَحْتَاجُهُ مِنْ مَسْكَنٍ خَادِمٍ وَمَا يَتَجَرُ بِهِ وَ٤آلَةِ حِرْفَةٍ وَيَجِبُ لَهُ وَلِعِيَالِهِ أَدْنَى نَفَقَةِ مِثْلِهِمْ مِنْ مَأْكَلٍ وَمَشْرَبٍ وَكِسْوَةٍ.
Ketiga: Hakim wajib membagi hartanya yang sejenis dengan utang dan menjual apa yang bukan jenisnya, lalu membaginya kepada para gharim (pemberi utang) sesuai kadar utang mereka. Mereka tidak wajib menjelaskan bahwa tidak ada gharim selain mereka. Kemudian jika muncul pemilik utang yang jatuh tempo, ia kembali kepada setiap gharim dengan bagiannya. Wajib ditinggalkan untuknya apa yang ia butuhkan dari tempat tinggal, pembantu, modal dagang, dan alat profesi. Wajib baginya dan keluarganya nafkah paling rendah seperti mereka dari makanan, minuman, dan pakaian.
الرَّابِعُ: انْقِطَاعُ الطَّلَبِ عَنْهُ فَمَنْ أَقْرَضَهُ أَوْ بَاعَهُ شَيْئًا عَالِمًا بِحَجْرِهِ لَمْ يَمْلِكْ طَلَبَهُ حَتَّى يَنْفَكَّ حَجْرُهُ.
Keempat: Terputusnya permintaan darinya. Barangsiapa yang meminjamkan atau menjual sesuatu kepadanya dengan mengetahui status hajr-nya, maka ia tidak berhak menuntutnya sampai status hajr-nya dicabut.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ دَفَعَ مَالَهُ إِلَى صَغِيرٍ أَوْ مَجْنُونٍ أَوْ سَفِيهٍ فَأَتْلَفَهُ لَمْ يَضْمَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ مِنْ أَحَدِهِمْ مَالًا ضَمِنَهُ حَتَّى يَأْخُذَهُ وَلِيُّهُ لَا إِنْ أَخَذَهُ لِيَحْفَظَهُ وَتَلِفَ وَلَمْ يُفَرِّطْ كَمَنْ أَخَذَ مَغْصُوبًا لِيَحْفَظَهُ لِرَبِّهِ.
Barangsiapa yang menyerahkan hartanya kepada anak kecil, orang gila, atau orang bodoh lalu mereka merusaknya, maka ia tidak menanggungnya. Barangsiapa yang mengambil harta dari salah satu dari mereka, ia harus menjaminnya sampai walinya mengambilnya. Tidak demikian jika ia mengambilnya untuk menjaganya lalu rusak tanpa kelalaian, seperti orang yang mengambil barang rampasan untuk menjaganya bagi pemiliknya.
وَمَنْ بَلَغَ سَفِيهًا أَوْ بَلَغَ مَجْنُونًا ثُمَّ عَقَلَ وَرَشَدَ انْفَكَّ الْحَجْرُ عَنْهُ وَدُفِعَ إِلَيْهِ مَالُهُ لَا قَبْلَ ذَلِكَ بِحَالٍ.
Barangsiapa mencapai usia baligh dalam keadaan bodoh atau gila kemudian menjadi berakal dan cerdas, maka status hajr-nya dicabut dan hartanya diserahkan kepadanya, tidak sebelum itu dalam keadaan apa pun.
وَبُلُوغُ الذَّكَرِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءٍ: بِالْإِمْنَاءِ وَبِتَمَامِ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً أَوْ بِنَبَاتِ شَعْرٍ خَشِنٍ حَوْلَ قُبُلِهِ.
Usia baligh bagi laki-laki ditandai dengan tiga hal: mimpi basah, genap usia lima belas tahun, atau tumbuhnya rambut kasar di sekitar kemaluannya.
وَبُلُوغُ الْأُنْثَى بِذَلِكَ وَبِالْحَيْضِ.
Usia baligh bagi perempuan ditandai dengan hal-hal tersebut dan juga dengan haid.
وَالرُّشْدُ: إِصْلَاحُ الْمَالِ وَصَوْنُهُ عَمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ.
Kecerdasan adalah memperbaiki harta dan menjaganya dari hal-hal yang tidak bermanfaat.
فَصْلٌ
Pasal
وَوِلَايَةُ الْمَمْلُوكِ لِمَالِكِهِ وَلَوْ فَاسِقًا.
Dan perwalian budak adalah milik tuannya meskipun dia fasik.
وَوِلَايَةُ الصَّغِيرِ وَالْبَالِغِ بِسَفَهٍ أَوْ جُنُونٍ لِأَبِيهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَوَصِيُّهُ ثُمَّ الْحَاكِمُ فَإِنْ عَدِمَ الْحَاكِمَ فَأَمِينٌ يَقُومُ مَقَامَهُ.
Dan perwalian anak kecil dan orang dewasa yang bodoh atau gila adalah milik ayahnya. Jika tidak ada, maka walinya, kemudian hakim. Jika tidak ada hakim, maka orang yang dapat dipercaya yang menggantikan posisinya.
وَشَرْطٌ فِي الْوَلِيِّ الرُّشْدُ وَالْعَدَالَةُ وَلَوْ ظَاهِرًا.
Dan syarat bagi wali adalah kecerdasan dan keadilan meskipun secara lahiriah.
وَالْجَدُّ وَالْأُمُّ وَسَائِرُ الْعَصَبَاتِ لَا وِلَايَةَ لَهُمْ إِلَّا بِالْوَصِيَّةِ.
Kakek, ibu, dan seluruh kerabat 'ashabah tidak memiliki perwalian kecuali dengan wasiat.
وَيَحْرُمُ عَلَى وَلِيِّ الصَّغِيرِ وَالْمَجْنُونِ وَالسَّفِيهِ أَنْ يَتَصَرَّفَ فِي مَالِهِمْ إِلَّا بِمَا فِيهِ حَظٌّ وَمَصْلَحَةٌ.
Dan haram bagi wali anak kecil, orang gila, dan orang bodoh untuk menggunakan harta mereka kecuali dengan cara yang membawa keuntungan dan maslahat.
وَتَصَرُّفُ الثَّلَاثَةِ بِبَيْعٍ أَوْ شِرَاءٍ أَوْ عِتْقٍ أَوْ وَقْفٍ أَوْ إِقْرَارٍ غَيْرُ صَحِيحٍ لَكِنَّ السَّفِيهَ إِنْ أَقَرَّ بِحَدٍّ أَوْ نَسَبٍ١ أَوْ طَلَاقٍ أَوْ قِصَاصٍ صَحَّ وَأُخِذَ بِهِ فِي الْحَالِ.
Tindakan ketiga orang tersebut dalam jual beli, memerdekakan budak, wakaf, atau pengakuan tidaklah sah. Tetapi jika orang bodoh mengakui had, nasab¹, talak, atau qisas, maka sah dan langsung dilaksanakan.
وَإِنْ أَقَرَّ بِمَالٍ أُخِذَ بِهِ بَعْدَ فَكِّ الْحَجْرِ٢.
Jika dia mengakui harta, maka diambil setelah pencabutan hajr (pembatasan)².
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلْوَلِيِّ مَعَ الْحَاجَةِ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ مَالِ مَوْلِيهِ الْأَقَلَّ مِنْ أُجْرَةِ مِثْلِهِ أَوْ٣ كِفَايَتِهِ وَمَعَ عَدَمِ الْحَاجَةِ يَأْكُلُ مَا فَرَضَهُ٤ لَهُ الْحَاكِمُ وَلِلزَّوْجَةِ٥.
Wali yang membutuhkan boleh makan dari harta orang yang di bawah perwaliannya, yang lebih sedikit dari upah yang semisalnya atau³ sekadar mencukupi kebutuhannya. Jika tidak membutuhkan, dia makan apa yang ditetapkan⁴ untuknya oleh hakim dan untuk istrinya⁵.
وَلِكُلِّ١ مُتَصَرِّفٍ فِي بَيْتٍ أَنْ يَتَصَدَّقَ مِنْهُ بِلَا إِذْنِ صَاحِبِهِ بِمَا لَا يَضُرُّ كَرَغِيفٍ وَنَحْوِهِ إِلَّا أَنْ يَمْنَعَهُ أَوْ يَكُونَ بَخِيلًا فَيَحْرُمُ.
Dan setiap orang yang bertanggung jawab dalam rumah tangga boleh bersedekah darinya tanpa izin pemiliknya dengan sesuatu yang tidak membahayakan seperti sepotong roti dan sejenisnya, kecuali jika pemiliknya melarangnya atau dia adalah orang yang pelit maka haram hukumnya.
بَابُ الوَكَالَةِ
بَابُ الوَكَالَةِ
Bab tentang Wakalah
وَهِيَ اسْتِنَابَةُ جَائِزِ التَّصَرُّفِ مِثْلَهُ فِيمَا تَدْخُلُهُ النِّيَابَةُ٢ كَعَقْدٍ وَفَسْخٍ وَطَلَاقٍ وَرَجْعَةٍ وَكِتَابَةٍ وَتَدْبِيرٍ وَصُلْحٍ وَتَفْرِقَةِ صَدَقَةٍ وَنَذْرٍ وَكَفَّارَةٍ وَ٣فِعْلِ حَجٍّ وَعُمْرَةٍ.
Wakalah adalah penunjukan seseorang yang sah bertindak seperti dirinya dalam hal-hal yang dapat diwakilkan² seperti akad, pembatalan, talak, rujuk, penulisan, pengaturan, perdamaian, pembagian sedekah, nazar, kafarat, dan³ pelaksanaan haji dan umrah.
لَا فِيمَا لَا تَدْخُلُهُ النِّيَابَةُ كَصَلَاةٍ وَصَوْمٍ وَحَلِفٍ وَطَهَارَةٍ مِنْ حَدَثٍ.
Tidak dalam hal-hal yang tidak dapat diwakilkan seperti shalat, puasa, sumpah, dan bersuci dari hadats.
وَتَصِحُّ الوَكَالَةُ مُنْجَزَةً وَمُعَلَّقَةً وَمُؤَقَّتَةً وَتَنْعَقِدُ٤ بِكُلِّ مَا دَلَّ عَلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَ٥ فِعْلٍ وَشَرْطُ تَعْيِينِ الوَكِيلِ لَا عِلْمُهُ بِهَا وَتَصِحُّ فِي بَيْعِ مَالِهِ كُلِّهِ أَوْ مَا شَاءَ مِنْهُ وَبِالْمُطَالَبَةِ بِحُقُوقِهِ كُلِّهَا٦ وَبِالْإِبْرَاءِ مِنْهَا كُلِّهَا أَوْ مَا شَاءَ مِنْهَا وَلَا يَصِحُّ٧ إِنْ قَالَ: وَكَّلْتُكَ فِي كُلِّ قَلِيلٍ وَكَثِيرٍ وَتُسَمَّى: الْمُفَوَّضَةَ.
Wakalah sah dilakukan secara langsung, bersyarat, dan terbatas waktu. Wakalah terbentuk⁴ dengan segala hal yang menunjukkannya baik perkataan maupun⁵ perbuatan. Syaratnya adalah penentuan wakil, bukan pengetahuannya tentang wakalah. Wakalah sah dalam menjual seluruh hartanya atau apa yang dia kehendaki darinya, menuntut seluruh haknya⁶, membebaskan seluruh haknya atau apa yang dia kehendaki darinya. Tidak sah⁷ jika dia berkata: "Aku mewakilkan kepadamu dalam segala hal yang sedikit dan banyak", dan ini disebut: al-Mufawwadhah.
وَلِلْوَكِيلِ أَنْ يُوَكِّلَ فِيمَا يَعْجِزُ عَنْهُ مِثْلُهُ١ لَا أَنْ يَعْقِدَ مَعَ فَقِيرٍ أَوْ قَاطِعِ طَرِيقٍ أَوْ يَبِيعَ مُؤَجَّلًا أَوْ بِمَنْفَعَةٍ أَوْ عَرْضٍ أَوْ بِغَيْرِ نَقْدِ الْبَلَدِ إِلَّا بِإِذْنِ مُوَكِّلِهِ.
Dan wakil boleh mewakilkan apa yang ia tidak mampu seperti dirinya¹, tidak boleh mengadakan akad dengan orang fakir atau perampok atau menjual dengan pembayaran tertunda atau dengan manfaat atau barang atau selain mata uang negara kecuali dengan izin orang yang mewakilkannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْوَكَالَةُ وَالشَّرِكَةُ وَالْمُضَارَبَةُ وَالْمُسَاقَاةُ وَالْمُزَارَعَةُ وَالْوَدِيعَةُ وَالْجُعَالَةُ: عُقُودٌ جَائِزَةٌ مِنَ الطَّرَفَيْنِ لِكُلِّ مِنَ الْمُتَعَاقِدَيْنِ فَسْخُهَا وَتَبْطُلُ كُلُّهَا بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا وَ٢جُنُونِهِ وَبِالْحَجْرِ لِسَفَهٍ حَيْثُ اعْتُبِرَ الرُّشْدُ.
Wakalah, syirkah, mudharabah, musaqah, muzara'ah, wadi'ah, dan ju'alah: adalah akad-akad yang boleh dari kedua pihak, masing-masing dari dua pihak yang berakad boleh membatalkannya, dan semuanya batal dengan meninggalnya salah satu dari keduanya dan²dengan gilanya dan dengan pengampuan karena kebodohan di mana rusyd dipertimbangkan.
وَتَبْطُلُ الْوَكَالَةُ بِطُرُوِّ فِسْقٍ لِمُوَكِّلٍ وَوَكِيلٍ فِيمَا يُنَافِيهِ كَإِيجَابِ النِّكَاحِ وَبِفَلَسِ مُوَكِّلٍ فِيمَا حُجِرَ عَلَيْهِ فِيهِ وَبِرِدَّتِهِ وَبِتَدْبِيرِهِ أَوْ كِتَابَتِهِ قِنًّا وَكَّلَ فِي عِتْقِهِ وَبِوَطْئِهِ زَوْجَةَ وَكَّلَ فِي طَلَاقِهَا وَبِمَا يَدُلُّ عَلَى الرُّجُوعِ مِنْ أَحَدِهِمَا.
Wakalah batal dengan munculnya kefasikan pada muwakkil dan wakil dalam hal yang bertentangan dengannya seperti menetapkan nikah, dengan kebangkrutan muwakkil dalam hal yang dilarang baginya, dengan kemurtadannya, dengan mudabbar atau mukatabnya budak yang diwakilkan untuk memerdekakannya, dengan menyetubuhi istri yang diwakilkan untuk mentalaknya, dan dengan apa yang menunjukkan penarikan dari salah satu dari keduanya.
وَيَنْعَزِلُ الْوَكِيلُ بِمَوْتِ مُوَكِّلِهِ وَبِعَزْلِهِ٣ لَهُ وَلَوْ لَمْ يَعْلَمْ وَيَكُونُ مَا بِيَدِهِ بَعْدَ الْعَزْلِ أَمَانَةً.
Wakil terlepas dengan meninggalnya muwakkil dan dengan pemecatannya³ meskipun ia tidak mengetahui, dan apa yang ada di tangannya setelah pemecatan menjadi amanah.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ بَاعَ الْوَكِيلُ بِأَنْقَصَ عَنْ١ ثَمَنِ الْمِثْلِ أَوْ عَنْ مَا٢ قَدَّرَهُ لَهُ مُوَكِّلُهُ أَوْ اشْتَرَى بِأَزْيَدَ أَوْ بِأَكْثَرَ مِمَّا قَدَّرَهُ لَهُ صَحَّ وَضَمِنَ فِي الْبَيْعِ كُلَّ النَّقْصِ وَفِي الشِّرَاءِ كُلَّ الزَّائِدِ وَبِعْهُ لِزَيْدٍ فَبَاعَهُ لِغَيْرِهِ لَمْ يَصِحَّ.
Jika seorang wakil menjual dengan harga lebih rendah dari harga pasar atau dari harga yang ditetapkan oleh muwakkil-nya, atau membeli dengan harga lebih tinggi atau lebih banyak dari yang ditetapkan untuknya, maka transaksi tersebut sah dan ia bertanggung jawab atas seluruh kekurangan dalam penjualan dan seluruh kelebihan dalam pembelian. Jika ia diperintahkan untuk menjual kepada Zaid tetapi menjualnya kepada orang lain, maka transaksi tersebut tidak sah.
وَمَنْ أَمَرَ بِدَفْعِ شَيْءٍ إِلَى مُعَيَّنٍ لِيَصْنَعَهُ فَدَفَعَ وَنَسِيَهُ لَمْ يَضْمَنْ وَإِنْ أَطْلَقَ الْمَالِكُ فَدَفَعَهُ إِلَى مَنْ لَا يَعْرِفُهُ ضَمِنَ٣.
Barangsiapa memerintahkan untuk menyerahkan sesuatu kepada orang tertentu untuk membuatnya, lalu ia menyerahkannya dan melupakannya, maka ia tidak bertanggung jawab. Jika pemilik memberikan izin secara mutlak dan ia menyerahkannya kepada orang yang tidak dikenalnya, maka ia bertanggung jawab.
وَالْوَكِيلُ أَمِينٌ لَا يَضْمَنُ مَا تَلِفَ بِيَدِهِ بِلَا تَفْرِيطٍ وَيُصَدَّقُ بِيَمِينِهِ فِي التَّلَفِ وَأَنَّهُ لَمْ يُفَرِّطْ أَذِنَ لَهُ فِي الْبَيْعِ مُؤَجَّلًا أَوْ بِغَيْرِ نَقْدِ الْبَلَدِ وَإِنْ ادَّعَى الرَّدَّ لِوَرَثَةِ الْمُوَكِّلِ مُطْلَقًا أَوْلَهُ وَكَانَ بِجُعْلٍ لَمْ يُقْبَلْ.
Wakil adalah orang yang dipercaya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di tangannya tanpa kelalaian. Ia dipercaya dengan sumpahnya mengenai kerusakan tersebut dan bahwa ia tidak lalai. Jika ia diizinkan untuk menjual secara kredit atau dengan selain mata uang negara, dan jika ia mengklaim pengembalian kepada ahli waris muwakkil secara mutlak atau untuknya, dan itu dengan upah, maka tidak diterima.
وَمَنْ عَلَيْهِ حَقٌّ فَادَّعَى إِنْسَانٌ أَنَّهُ وَكِيلُ رَبِّهِ فِي قَبْضِهِ فَصَدَّقَهُ لَمْ يَلْزَمْهُ دَفْعُهُ إِلَيْهِ وَإِنْ ادَّعَى٤ مَوْتَهُ وَأَنَّهُ وَارِثُهُ لَزِمَهُ دَفْعُهُ وَإِنْ كَذَّبَهُ حَلَفَ أَنَّهُ لَا يَعْلَمُ٥ أَنَّهُ وَارِثُهُ وَلَمْ يَدْفَعْهُ.
Barangsiapa memiliki hak, lalu seseorang mengklaim bahwa ia adalah wakil pemiliknya dalam menerimanya, dan ia membenarkannya, maka ia tidak wajib menyerahkannya kepadanya. Jika ia mengklaim kematiannya dan bahwa ia adalah ahli warisnya, maka ia wajib menyerahkannya. Jika ia mendustakannya, maka ia bersumpah bahwa ia tidak mengetahui bahwa ia adalah ahli warisnya dan tidak menyerahkannya.
كِتَابُ الشُّرْكَةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الشَّرِكَةِ
Kitab Syirkah
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الشَّرِكَةِ
Kitab Syirkah
وَهِيَ خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ كُلُّهَا جَائِزَةٌ مِمَّنْ يَجُوزُ تَصَرُّفُهُ:
Dan itu ada lima jenis yang semuanya boleh dari orang yang sah tindakannya:
أَحَدُهَا: شَرِكَةُ الْعِنَانِ وَهِيَ: أَنْ يَشْتَرِكَ اثْنَانِ فَأَكْثَرُ فِي مَالٍ يَتَّجِرَانِ فِيهِ وَيَكُونُ الرِّبْحُ بَيْنَهُمَا بِحَسَبِ مَا يَتَّفِقَانِ.
Pertama: Syirkah 'inan, yaitu: dua orang atau lebih bersekutu dalam harta untuk berdagang dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan.
وَشُرُوطُهَا أَرْبَعَةٌ:
Dan syaratnya ada empat:
الْأَوَّلُ: أَنْ يَكُونَ رَأْسُ الْمَالِ مِنَ النَّقْدَيْنِ الْمَضْرُوبَيْنِ: الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَوْ لَمْ يَتَّفِقِ الْجِنْسُ.
Pertama: Modal harus berupa dua mata uang yang dicetak: emas dan perak, meskipun jenisnya berbeda.
الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ كُلٌّ مِنَ الْمَالَيْنِ مَعْلُومًا.
Kedua: Masing-masing dari dua modal harus diketahui.
الثَّالِثُ: حُضُورُ الْمَالَيْنِ وَلَا يُشْتَرَطُ خَلْطُهُمَا وَلَا الْإِذْنُ فِي التَّصَرُّفِ.
Ketiga: Kehadiran dua modal, dan tidak disyaratkan mencampurnya atau izin dalam pengelolaan.
الرَّابِعُ: أَنْ يَشْرِطَا١ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا جُزْءًا مَعْلُومًا مِنَ الرِّبْحِ سَوَاءٌ شَرَطَا لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى قَدْرِ مَالِهِ أَوْ أَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ.
Keempat: Mereka mensyaratkan١ bagi masing-masing dari mereka bagian yang diketahui dari keuntungan, baik mereka mensyaratkan bagi masing-masing dari mereka sesuai dengan modalnya, atau kurang, atau lebih.
فَمَتَى فُقِدَ شَرْطٌ فَهِيَ فَاسِدَةٌ وَحَيْثُ فَسَدَتْ فَالرِّبْحُ عَلَى قَدْرِ الْمَالَيْنِ لَا عَلَى مَا شَرَطَا لَكِنْ يَرْجِعُ كُلٌّ مِنْهُمَا عَلَى صَاحِبِهِ بِأَجْرِ٢ نِصْفِ عَمَلِهِ.
Maka kapan pun syarat tidak terpenuhi, maka syirkah itu rusak. Dan jika rusak, maka keuntungan sesuai dengan dua modal, bukan sesuai yang mereka syaratkan. Tetapi masing-masing dari mereka menuntut kepada sahabatnya upah٢ setengah pekerjaannya.
وَكُلُّ عَقْدٍ لَا ضَمَانَ فِي صَحِيحِهِ لَا ضَمَانَ فِي فَاسِدِهِ إِلَّا بِالتَّعَدِّي أَوِ٣التَّفْرِيطِ كَالشِّرْكَةِ وَالْمُضَارَبَةِ وَالْوَكَالَةِ وَالْوَدِيعَةِ وَالرَّهْنِ وَالْهِبَةِ.
Dan setiap akad yang tidak ada jaminan dalam akad yang sah, maka tidak ada jaminan dalam akad yang rusak, kecuali dengan pelanggaran atau kelalaian, seperti syirkah, mudharabah, wakalah, wadiah, gadai, dan hibah.
وَلِكُلٍّ مِنَ الشَّرِيكَيْنِ أَنْ يَبِيعَ وَيَشْتَرِيَ وَيَأْخُذَ وَيُعْطِيَ وَيُطَالِبَ وَيُخَاصِمَ وَيَفْعَلَ كُلَّ مَا فِيهِ حَظٌّ لِلشَّرِكَةِ.
Dan setiap mitra berhak menjual, membeli, mengambil, memberi, menuntut, menggugat, dan melakukan segala sesuatu yang menguntungkan perusahaan.
فَصْلٌ
Pasal
الثَّانِي: الْمُضَارَبَةُ وَهِيَ: أَنْ يَدْفَعَ١ مَالَهُ إِلَى إِنْسَانٍ لِيَتَّجِرَ فِيهِ وَيَكُونَ الرِّبْحُ بَيْنَهُمَا بِحَسَبِ مَا يَتَّفِقَانِ.
Kedua: Mudharabah, yaitu: seseorang menyerahkan¹ hartanya kepada orang lain untuk berdagang dengannya, dan keuntungannya dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan.
وَشُرُوطُهَا ثَلَاثَةٌ:
Dan syarat-syaratnya ada tiga:
أَحَدُهَا: أَنْ يَكُونَ رَأْسُ الْمَالِ مِنَ النَّقْدَيْنِ الْمَضْرُوبَيْنِ.
Pertama: Modal harus berupa dua jenis mata uang yang dicetak.
الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُعَيَّنًا مَعْلُومًا وَلَا يُعْتَبَرُ قَبْضُهُ بِالْمَجْلِسِ وَلَا الْقَبُولُ.
Kedua: Modal harus ditentukan dan diketahui, dan tidak disyaratkan penerimaannya di majelis atau penerimaan.
الثَّالِثُ: أَنْ يَشْتَرِطَا٢ لِلْعَامِلِ جُزْءًا مَعْلُومًا٣ مِنَ الرِّبْحِ.
Ketiga: Kedua belah pihak harus mensyaratkan² bagi pekerja bagian yang diketahui³ dari keuntungan.
فَإِنْ فَقَدَ شَرْطٌ فَهِيَ فَاسِدَةٌ وَيَكُونُ لِلْعَامِلِ أَجْرَةُ٤ مِثْلِهِ وَمَا حَصَلَ مِنْ خَسَارَةٍ أَوْ رِبْحٍ فَلِلْمَالِكِ وَلَيْسَ لِلْعَامِلِ شِرَاءُ مَنْ يَعْتِقُ عَلَى رَبِّ الْمَالِ فَإِنْ فَعَلَ عَتَقَ وَضَمِنَ ثَمَنَهُ وَلَوْ لَمْ يَعْلَمْ.
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka mudharabah menjadi rusak dan pekerja berhak mendapatkan upah⁴ yang setara. Kerugian atau keuntungan yang diperoleh menjadi milik pemilik modal. Pekerja tidak boleh membeli budak yang akan dimerdekakan atas tanggungan pemilik modal. Jika dia melakukannya, budak itu menjadi merdeka dan dia harus mengganti harganya meskipun dia tidak mengetahuinya.
وَلَا نَفَقَةَ لِلْعَامِلِ إِلَّا بِشَرْطٍ فَإِنْ شُرِطَتْ مُطْلَقَةً وَ٥اخْتَلَفَا فَلَهُ نَفَقَةُ مِثْلِهِ عُرْفًا مِنْ طَعَامٍ وَكِسْوَةٍ.
Pekerja tidak berhak mendapatkan nafkah kecuali dengan syarat. Jika nafkah disyaratkan secara mutlak dan keduanya berselisih⁵, maka pekerja berhak mendapatkan nafkah yang setara menurut kebiasaan berupa makanan dan pakaian.
وَيَمْلِكُ الْعَامِلُ حِصَّتَهُ مِنَ الرِّبْحِ بِظُهُورِهِ قَبْلَ الْقِسْمَةِ كَالْمَالِكِ لَا الْأَخْذَ مِنْهُ إِلَّا بِإِذْنٍ١ وَحَيْثُ فُسِخَتْ وَالْمَالُ عُرُوضٌ فَرَضِيَ رَبُّهُ بِأَخْذِهِ قَوَّمَهُ وَدَفَعَ لِلْعَامِلِ حِصَّتَهُ وَإِنْ لَمْ يَرْضَ فَعَلَى الْعَامِلِ بَيْعُهُ وَقَبْضُ ثَمَنِهِ.
Dan pekerja memiliki bagiannya dari keuntungan dengan munculnya sebelum pembagian seperti pemilik, tidak boleh mengambilnya kecuali dengan izin١. Dan jika dibatalkan dan modal berupa barang dagangan, maka pemiliknya rela mengambilnya, ia menilainya dan memberikan bagian pekerja. Jika tidak rela, maka pekerja harus menjualnya dan menerima harganya.
وَالْعَامِلُ أَمِينٌ يُصَدَّقُ بِيَمِينِهِ فِي قَدْرِ رَأْسِ الْمَالِ وَفِي الرِّبْحِ وَعَدَمِهِ وَفِي الْهَلَاكِ وَالْخُسْرَانِ حَتَّى وَلَوْ أَقَرَّ بِالرِّبْحِ وَيُقْبَلُ قَوْلُ الْمَالِكِ فِي قَدْرِ مَا شَرَطَ لِلْعَامِلِ.
Pekerja adalah orang yang dipercaya, ia dibenarkan dengan sumpahnya dalam jumlah modal, keuntungan dan ketiadaannya, kehilangan dan kerugian, bahkan jika ia mengakui adanya keuntungan. Perkataan pemilik modal diterima dalam jumlah yang disyaratkan untuk pekerja.
فَصْلٌ
Pasal
الثَّالِثُ: شَرِكَةُ الْوُجُوهِ وَهِيَ: أَنْ يَشْتَرِكَ اثْنَانِ لَا مَالَ لَهُمَا فِي رِبْحِ مَا يَشْتَرِيَانِ مِنَ النَّاسِ فِي ذِمَمِهِمَا وَيَكُونُ الْمِلْكُ وَالرِّبْحُ كَمَا شَرَطَا وَالْخَسَارَةُ عَلَى قَدْرِ الْمِلْكِ.
Ketiga: Syirkah wujuh, yaitu: dua orang yang tidak memiliki modal bersekutu dalam keuntungan dari apa yang mereka beli dari orang-orang dalam tanggungan mereka. Kepemilikan dan keuntungan sesuai dengan yang mereka syaratkan, sedangkan kerugian sesuai dengan kadar kepemilikan.
الرَّابِعُ: شَرِكَةُ الْأَبْدَانِ وَهِيَ: أَنْ يَشْتَرِكَا فِيمَا يَتَمَلَّكَانِ بِأَبْدَانِهِمَا مِنَ الْمُبَاحِ: كَالِاحْتِشَاشِ وَالِاحْتِطَابِ وَالِاصْطِيَادِ أَوْ يَشْتَرِكَا فِيمَا يَتَقَبَّلَانِ٢ فِي ذِمَمِهِمَا٣ مِنَ الْعَمَلِ.
Keempat: Syirkah abdan, yaitu: keduanya bersekutu dalam apa yang mereka miliki dengan badan mereka dari yang mubah, seperti mengumpulkan rumput, kayu bakar, dan berburu, atau bersekutu dalam apa yang mereka terima tanggungannya٢ dari pekerjaan.
الخَامِسُ: شَرِكَةُ المُفَاوَضَةِ وَهِيَ: أَنْ يُفَوِّضَ كُلٌّ إِلَى صَاحِبِهِ شِرَاءً وَبَيْعًا فِي الذِّمَّةِ وَمُضَارَبَةً وَتَوْكِيلًا وَمُسَافَرَةً بِالْمَالِ وَارْتِهَانًا.
Kelima: Syirkah mufawadhah, yaitu: setiap orang mendelegasikan kepada mitranya untuk membeli dan menjual secara kredit, mudharabah, perwakilan, bepergian dengan modal, dan gadai.
وَيَصِحُّ دَفْعُ دَابَّةٍ أَوْ عَبْدٍ لِمَنْ يَعْمَلُ بِهِ بِجُزْءٍ مِنْ أُجْرَتِهِ وَمِثْلُهُ خِيَاطَةُ ثَوْبٍ وَنَسْجُ غَزْلٍ وَحَصَادُ زَرْعٍ وَرَضَاعُ قَنٍّ وَاسْتِيفَاءُ مَالٍ بِجُزْءٍ مُشَاعٍ
Dan sah menyerahkan hewan atau budak kepada orang yang bekerja dengannya dengan bagian dari upahnya, dan seperti itu juga menjahit pakaian, menenun benang, memanen tanaman, menyusui budak, dan mengumpulkan harta dengan bagian yang tidak ditentukan.
مِنْهُ وَبَيْعُ مَتَاعٍ بِجُزْءٍ مِنْ رِبْحِهِ وَيَصِحُّ دَفْعُ دَابَّةٍ أَوْ نَحْلٍ١ أَوْ نَحْوِهِمَا لِمَنْ يَقُومُ بِهِمَا مُدَّةً مَعْلُومَةً بِجُزْءٍ مِنْهُمَا وَالنَّمَاءُ مِلْكٌ لَهُمَا لَا إِنْ كَانَ بِجُزْءٍ مِنَ النَّمَاءِ كَالدَّرِّ وَالنَّسْلِ وَالصُّوفِ وَالْعَسَلِ وَلِلْعَامِلِ أَجْرَةُ مِثْلِهِ.
Darinya dan menjual barang dengan sebagian dari labanya. Sah menyerahkan hewan atau lebah¹ atau sejenisnya kepada orang yang mengurusnya dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan sebagian darinya. Hasil yang diperoleh menjadi milik mereka berdua, tidak jika hasilnya berupa sebagian dari hasil seperti susu, anak hewan, bulu domba, dan madu. Bagi pekerja, ia berhak mendapatkan upah yang setara.
بَابُ المُسَاقَاةِ
بَابُ الْمُسَاقَاةِ
Bab Musaqah
وَهِيَ: دَفْعُ شَجَرٍ لِمَنْ يَقُومُ بِمَصَالِحِهِ بِجُزْءٍ مِنْ ثَمَرِهِ بِشَرْطِ كَوْنِ الشَّجَرِ مَعْلُومًا وَأَنْ يَكُونَ لَهُ ثَمَرٌ يُؤْكَلُ وَأَنْ يُشْرَطَ لِلْعَامِلِ جُزْءٌ مُشَاعٌ مَعْلُومٌ مِنْ ثَمَرِهِ.
Musaqah adalah: menyerahkan pohon kepada orang yang akan merawatnya dengan imbalan bagian dari buahnya, dengan syarat pohon tersebut diketahui, memiliki buah yang dapat dimakan, dan disyaratkan bagi pekerja mendapatkan bagian yang diketahui dari buahnya.
وَالْمُزَارَعَةُ: دَفْعُ الْأَرْضِ وَالْحَبِّ لِمَنْ يَزْرَعُهُ وَيَقُومُ بِمَصَالِحِهِ بِشَرْطِ كَوْنِ الْبَذْرِ مَعْلُومًا جِنْسُهُ وَقَدْرُهُ وَلَوْ لَمْ يُوكَلْ وَكَوْنُهُ مِنْ رَبِّ الْأَرْضِ وَأَنْ يُشْرَطَ لِلْعَامِلِ جُزْءٌ مَعْلُومٌ مُشَاعٌ مِنْهُ وَيَصِحُّ كَوْنُ الْأَرْضِ وَالْبَذْرِ وَالْبَقَرِ مِنْ وَاحِدٍ وَالْعَمَلُ مِنْ آخَرَ.
Muzara'ah adalah: menyerahkan tanah dan benih kepada orang yang akan menanamnya dan merawatnya dengan syarat jenis dan jumlah benih diketahui meskipun tidak dimakan, benih berasal dari pemilik tanah, dan disyaratkan bagi pekerja mendapatkan bagian yang diketahui darinya. Sah jika tanah, benih, dan sapi dari satu orang sedangkan pekerjaan dari orang lain.
فَإِنْ فُقِدَ شَرْطٌ فَالْمُسَاقَاةُ وَالْمُزَارَعَةُ فَاسِدَةٌ وَالثَّمَرُ وَالزَّرْعُ لِرَبِّهِ وَلِلْعَامِلِ أُجْرَةُ مِثْلِهِ.
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka musaqah dan muzara'ah menjadi fasid (rusak), buah dan tanaman milik pemiliknya, dan pekerja berhak mendapatkan upah yang setara.
وَلَا شَيْءَ لَهُ إِنْ فَسَخَ أَوْ هَرَبَ قَبْلَ ظُهُورِ الثَّمَرَةِ.
Dan tidak ada apa-apa baginya jika dia membatalkan atau melarikan diri sebelum buah terlihat.
وَإِنْ فَسَخَ بَعْدَ ظُهُورِهَا فَالثَّمَرَةُ بَيْنَهُمَا عَلَى مَا شَرَطَا وَعَلَى الْعَامِلِ تَمَامُ الْعَمَلِ مِمَّا فِيهِ نُمُوٌّ أَوْ١ صَلَاحٌ لِلثَّمَرَةِ٢.
Dan jika dia membatalkan setelah buah terlihat, maka buah itu dibagi di antara mereka sesuai dengan apa yang mereka syaratkan, dan pekerja harus menyelesaikan pekerjaan yang di dalamnya terdapat pertumbuhan atau kebaikan bagi buah.
وَالْجَذَاذُ عَلَيْهِمَا بِقَدْرِ حِصَّتِهِمَا وَيَتَّبِعَانِ الْعُرْفَ فِي الْكُلَفِ السُّلْطَانِيَّةِ مَا لَمْ يَكُنْ شَرْطٌ فَيُتَّبَعُ.
Dan pemetikan buah menjadi tanggung jawab mereka berdua sesuai dengan bagian mereka, dan mereka mengikuti 'urf dalam biaya-biaya pemerintah selama tidak ada syarat, maka itu diikuti.
بَابُ الإِجَارَةِ
بَابُ الْإِجَارَةِ
Bab Ijarah (Sewa-Menyewa)
شُرُوطُهَا٣ ثَلَاثَةٌ:
Syarat-syaratnya ada tiga:
مَعْرِفَةُ الْمَنْفَعَةِ مَعْرِفَةُ الْأُجْرَةِ كَوْنُ النَّفْعِ مُبَاحًا يُسْتَوْفَى دُونَ الْأَجْزَاءِ.
Mengetahui manfaat, mengetahui upah, manfaat harus mubah yang dapat diperoleh tanpa merusak barang.
فَتَصِحُّ إِجَارَةُ كُلِّ مَا أَمْكَنَ الِانْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ إِذَا قُدِّرَتْ مَنْفَعَتُهُ بِالْعَمَلِ كَرُكُوبِ٤ الدَّابَّةِ لِمَحَلٍّ٥ مُعَيَّنٍ أَوْ قُدِّرَتْ بِالْأَمَدِ وَإِنْ طَالَ حَيْثُ كَانَ يَغْلِبُ عَلَى الظَّنِّ بَقَاءُ الْعَيْنِ
Maka sah menyewakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dengan tetap zatnya, jika manfaatnya ditentukan dengan pekerjaan seperti mengendarai hewan ke tempat tertentu, atau ditentukan dengan waktu meskipun lama selama diperkirakan zatnya tetap ada.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْإِجَارَةُ ضَرْبَانِ:
Dan ijarah ada dua jenis:
الْأَوَّلُ: عَلَى عَيْنٍ فَإِنْ كَانَتْ مَوْصُوفَةً اشْتُرِطَ فِيهَا١ اسْتِقْصَاءُ صِفَاتِ السَّلَمِ وَكَيْفِيَّةُ السَّيْرِ مِنْ هَمْلَاجٍ وَغَيْرِهِ لَا الذُّكُورَةُ وَالْأُنُوثَةُ وَالنَّوْعُ.
Pertama: Pada barang tertentu. Jika barang tersebut disebutkan sifatnya, maka disyaratkan padanya١ menyebutkan sifat-sifat salam secara lengkap, cara perjalanan dari hewan tunggangan dan lainnya, tidak disyaratkan menyebutkan jenis kelamin dan jenisnya.
وَإِنْ كَانَتْ مُعَيَّنَةً اشْتُرِطَ٢ مَعْرِفَتُهَا وَالْقُدْرَةُ عَلَى تَسْلِيمِهَا وَكَوْنُ الْمُؤَجِّرِ يَمْلِكُ نَفْعَهَا وَصِحَّةُ بَيْعِهَا سِوَى حُرٍّ٣ وَوَقْفٍ وَأُمِّ وَلَدٍ وَاشْتِمَالِهَا عَلَى النَّفْعِ الْمَقْصُودِ مِنْهَا فَلَا تَصِحُّ فِي زَمْنَةٍ لِحَمْلٍ وَسَبْخَةٍ لِزَرْعٍ.
Jika barang tersebut ditentukan, maka disyaratkan٢ mengetahuinya, mampu menyerahkannya, pihak yang menyewakan memiliki manfaatnya, sah untuk dijual selain orang merdeka٣, wakaf, dan ummu walad, serta mengandung manfaat yang dimaksud darinya. Maka tidak sah menyewa hewan yang lemah untuk mengangkut barang dan tanah yang tandus untuk bercocok tanam.
الثَّانِي: عَلَى مَنْفَعَةٍ فِي الذِّمَّةِ فَيُشْتَرَطُ ضَبْطُهَا بِمَا لَا يَخْتَلِفُ كَخِيَاطَةِ ثَوْبٍ بِصِفَةٍ كَذَا وَ٤ بِنَاءِ حَائِطٍ يُذْكَرُ طُولُهُ وَعَرْضُهُ وَسُمْكُهُ٥ وَآلَتُهُ وَأَنْ لَا يَجْمَعَ بَيْنَ تَقْدِيرِ الْمُدَّةِ وَالْعَمَلِ: كَـ"يَخِيطُهُ٦ فِي يَوْمٍ".
Kedua: Pada manfaat dalam tanggungan, maka disyaratkan membatasinya dengan sesuatu yang tidak berbeda-beda, seperti menjahit baju dengan sifat seperti ini dan٤ membangun dinding dengan menyebutkan panjang, lebar, dan tebalnya٥ serta alatnya, dan tidak boleh menggabungkan antara perkiraan waktu dan pekerjaan, seperti "menjahitnya٦ dalam sehari".
وَكَوْنُ الْعَمَلِ لَا يُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ فَاعِلُهُ مُسْلِمًا فَلَا تَصِحُّ الْإِجَارَةُ لِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ وَتَعْلِيمِ قُرْآنٍ وَفِقْهٍ وَحَدِيثٍ وَنِيَابَةٍ فِي حَجٍّ وَقَضَاءٍ وَلَا يَقَعُ إِلَّا قُرْبَةً لِفَاعِلِهِ.
Dan pekerjaan tersebut tidak disyaratkan pelakunya harus seorang Muslim. Maka tidak sah ijarah untuk adzan, iqamah, mengajar Al-Qur'an, fikih, hadits, menggantikan dalam haji, dan qadha', dan tidak terjadi kecuali sebagai ibadah bagi pelakunya.
وَيَحْرُمُ أَخْذُ الْأُجْرَةِ عَلَيْهِ وَتَجُوزُ الْجُعَالَةُ.
Dan haram mengambil upah atasnya, tetapi boleh ju'alah.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلْمُسْتَأْجِرِ اسْتِيفَاءُ النَّفْعِ بِنَفْسِهِ: وَلِمَنْ يَقُومُ مَقَامَهُ لَكِنْ بِشَرْطِ كَوْنِهِ مِثْلَهُ فِي الضَّرَرِ أَوْ دُونَهُ.
Penyewa berhak mengambil manfaat dengan dirinya sendiri atau orang yang menggantikan posisinya, dengan syarat orang tersebut setara atau lebih rendah darinya dalam hal mudarat.
وَعَلَى الْمُؤَجِّرِ كُلُّ مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ مِنْ آلَةِ الْمَرْكُوبِ وَالْقَوْدِ وَالسَّوْقِ وَالشَّيْلِ وَالْحَطِّ وَتَرْمِيمِ الدَّارِ بِإِصْلَاحِ الْمُنْكَسِرِ وَإِقَامَةِ الْمَائِلِ وَتَطْيِينِ السَّطْحِ وَتَنْظِيفِهِ مِنَ الثَّلْجِ وَنَحْوِهِ.
Pemilik sewa berkewajiban menyediakan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan, seperti peralatan kendaraan, tali kekang, mengemudi, mengangkut, menurunkan, memperbaiki rumah dengan memperbaiki yang rusak, meluruskan yang miring, melapisi atap dengan tanah liat, dan membersihkannya dari salju dan sejenisnya.
وَعَلَى الْمُسْتَأْجِرِ الْمَحْمِلُ وَالْمِظَلَّةُ وَهِيَ: الْكَبِيرُ مِنَ الْأَخْبِيَةِ وَتَفْرِيغُ الْبَالُوعَةِ وَالْكَنِيفِ وَكَنْسُ الدَّارِ مِنَ الزِّبْلِ وَنَحْوِهِ إِنْ حَصَلَ بِفِعْلِهِ.
Penyewa berkewajiban menyediakan beban, tenda besar, mengosongkan saluran air dan toilet, menyapu rumah dari kotoran dan sejenisnya jika terjadi karena perbuatannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْإِجَارَةُ عَقْدٌ لَازِمٌ لَا تَنْفَسِخُ بِمَوْتِ الْمُتَعَاقِدَيْنِ وَلَا بِتَلَفِ الْمَحْمُولِ وَلَا بِوَقْفِ الْعَيْنِ الْمُؤَجَّرَةِ وَلَا بِانْتِقَالِ الْمِلْكِ فِيهَا بِنَحْوِ هِبَةٍ.
Ijarah adalah akad yang mengikat, tidak batal dengan meninggalnya para pihak yang berakad, rusaknya barang yang diangkut, diwakafkannya barang yang disewakan, atau berpindahnya kepemilikan padanya dengan hibah atau sejenisnya.
وَبَيْعٍ وَلِمُشْتَرٍ لَمْ يَعْلَمِ الْفَسْخَ أَوِ: الْإِمْضَاءَ وَالْأُجْرَةُ لَهُ.
Jika dijual kepada pembeli yang tidak mengetahui pembatalan atau pelaksanaannya, maka upah menjadi milik pembeli.
وَتَنْفَسِخُ بِتَلَفِ١ الْعَيْنِ الْمُؤَجَّرَةِ الْمُعَيَّنَةِ وَبِمَوْتِ الْمُرْتَضِعِ وَهَدْمِ الدَّارِ.
Ijarah batal dengan rusaknya¹ barang tertentu yang disewakan, meninggalnya bayi yang disusui, dan robohnya rumah.
وَمَتَى تَعَذَّرَ اسْتِيفَاءُ النَّفْعِ وَلَوْ بَعْضَهُ مِنْ جِهَةِ الْمُؤَجِّرِ فَلَا شَيْءَ لَهُ وَمِنْ جِهَةِ الْمُسْتَأْجِرِ فَعَلَيْهِ جَمِيعُ الْأُجْرَةِ.
Dan kapan pun tidak mungkin untuk memperoleh manfaat, meskipun hanya sebagian, dari pihak yang menyewakan, maka dia tidak berhak atas apa pun. Namun jika dari pihak penyewa, maka dia harus membayar seluruh upah sewa.
وَإِنْ تَعَذَّرَ بِغَيْرِ فِعْلِ أَحَدِهِمَا كَشُرُودِ الْمُؤْجَرَةِ وَهَدْمِ الدَّارِ وَوَجَبَ مِنْهَا١ الْأُجْرَةُ بِقَدْرِ مَا اسْتَوْفَى.
Dan jika tidak mungkin dilakukan tanpa tindakan salah satu dari keduanya, seperti larinya hewan sewaan dan robohnya rumah, maka wajib membayar upah sesuai dengan manfaat yang telah diperoleh.
إِنْ هَرَبَ الْمُؤْجِرُ وَتَرَكَ بَهَائِمَهُ وَأَنْفَقَ عَلَيْهَا الْمُسْتَأْجِرُ بِنِيَّةِ الرُّجُوعِ رَجَعَ لِأَنَّ النَّفَقَةَ عَلَى الْمُؤْجِرِ كَالْمُعِيرِ.
Jika pemilik sewa melarikan diri dan meninggalkan hewannya, lalu penyewa menafkahi hewan tersebut dengan niat untuk meminta ganti, maka dia berhak meminta ganti karena nafkah itu menjadi tanggungan pemilik sewa seperti halnya peminjam.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْأَجِيرُ قِسْمَانِ: خَاصٌّ: وَهُوَ مَنْ قُدِّرَ نَفْعُهُ بِالزَّمَنِ وَمُشْتَرَكٌ: وَهُوَ: مَنْ قُدِّرَ نَفْعُهُ بِالْعَمَلِ.
Pekerja ada dua macam: khusus, yaitu yang manfaatnya ditentukan berdasarkan waktu; dan umum, yaitu yang manfaatnya ditentukan berdasarkan pekerjaan.
فَالْخَاصُّ لَا يَضْمَنُ مَا تَلِفَ يَدِهِ٢ إِلَّا إِنْ فَرَّطَ.
Pekerja khusus tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di tangannya kecuali jika dia lalai.
وَالْمُشْتَرَكُ يَضْمَنُ مَا تَلِفَ بِفِعْلِهِ مِنْ تَخْرِيقٍ وَغَلَطٍ فِي تَفْصِيلٍ وَبِزَلَقِهِ وَبِسُقُوطٍ٣ عَنْ دَابَّتِهِ٤ وَبِانْقِطَاعِ حَبْلِهِ لَا مَا تَلِفَ بِحِرْزِهِ أَوْ بِغَيْرِ فِعْلِهِ إِنْ لَمْ يُفَرِّطْ.
Pekerja umum bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi karena perbuatannya, seperti merobek, salah memotong, tergelincir, jatuh dari hewannya, dan putusnya tali. Dia tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi dalam penjagaannya atau bukan karena perbuatannya jika dia tidak lalai.
وَلَا يَضْمَنُ حَجَّامٌ وَخَتَّانٌ وَبَيْطَارٌ خَاصًّا كَانَ أَوْ مُشْتَرَكًا إِنْ كَانَ حَاذِقًا وَلَمْ تَجْنِ يَدُهُ وَأَذِنَ فِيهِ مُكَلَّفٌ أَوْ وَلِيُّهُ وَلَا٥ رَاعٍ لَمْ يَتَعَدَّ أَوْ يُفَرِّطْ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْبَتِهَا عَنْهُ.
Tukang bekam, tukang sunat, dan dokter hewan tidak bertanggung jawab, baik khusus maupun umum, jika dia ahli, tangannya tidak melakukan kesalahan, dan diizinkan oleh orang yang mukallaf atau walinya. Begitu pula pengembala yang tidak melakukan pelanggaran atau kelalaian dengan tidur atau meninggalkan hewan gembalaannya.
وَلَا يَصِحُّ أَنْ يَرْعَاهَا بِجُزْءٍ مِنْ نَمَائِهَا.
Tidak sah menggembalakannya dengan imbalan sebagian dari pertumbuhannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَسْتَقِرُّ الْأُجْرَةُ بِفَرَاغِ الْعَمَلِ وَبِانْتِهَاءِ الْمُدَّةِ وَكَذَا بِبَذْلِ تَسْلِيمِ الْعَيْنِ إِذَا مَضَى مُدَّةٌ يُمْكِنُ اسْتِيفَاءُ الْمَنْفَعَةِ فِيهَا وَلَمْ تُسْتَوْفَ.
Dan upah menjadi tetap dengan selesainya pekerjaan, berakhirnya masa, dan juga dengan menyerahkan barang yang disewakan jika telah berlalu masa yang memungkinkan untuk mengambil manfaat darinya namun belum diambil.
وَيَصِحُّ شَرْطُ تَعْجِيلِ الْأُجْرَةِ وَتَأْجِيرِهَا.
Dan sah mensyaratkan untuk mempercepat pembayaran upah dan menyewakannya.
وَإِنِ اخْتَلَفَا فِي قَدْرِهَا تَحَالَفَا وَتَفَاسَخَا وَإِنْ كَانَ قَدِ اسْتَوْفَى مَا لَهُ أُجْرَةٌ فَأُجْرَةُ الْمِثْلِ.
Jika keduanya berselisih tentang kadarnya, maka keduanya saling bersumpah dan membatalkan akad. Jika penyewa telah mengambil manfaat yang memiliki nilai sewa, maka ia membayar upah yang sepadan (ujrah al-mitsl).
وَالْمُسْتَأْجِرُ أَمِينٌ لَا يَضْمَنُ وَلَوْ شَرَطَ عَلَى نَفْسِهِ الضَّمَانَ إِلَّا بِالتَّفْرِيطِ وَيُقْبَلُ قَوْلُهُ فِي أَنْ لَمْ يُفَرِّطْ وَأَنَّ مَا اسْتَأْجَرَهُ أَبَقَ أَوْ شَرَدَ أَوْ مَرِضَ أَوْ مَاتَ.
Penyewa adalah orang yang dipercaya, ia tidak menanggung kecuali jika lalai, meskipun ia mensyaratkan tanggungan atas dirinya. Perkataannya diterima bahwa ia tidak lalai dan bahwa apa yang ia sewa itu melarikan diri, lepas, sakit, atau mati.
وَإِنْ شَرَطَ عَلَيْهِ أَنْ لَا يَسِيرَ بِهَا فِي اللَّيْلِ أَوْ وَقْتَ الْقَائِلَةِ أَوْ لَا يَتَأَخَّرَ بِهَا عَنِ الْقَافِلَةِ وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا فِيهِ غَرَضٌ صَحِيحٌ فَخَالَفَ ضَمِنَ وَمَتَى انْقَضَتِ الْإِجَارَةُ رَفَعَ الْمُسْتَأْجِرُ يَدَهُ وَلَمْ يَلْزَمْهُ الرَّدُّ وَلَا مُؤْنَتُهُ كَالْمُودِعِ.
Jika disyaratkan atasnya agar tidak bepergian dengannya di malam hari, atau waktu istirahat siang, atau tidak tertinggal di belakang kafilah dan semisalnya yang mengandung tujuan yang benar, lalu ia menyalahinya maka ia menanggung. Kapan saja akad ijarah berakhir maka penyewa mengangkat tangannya (tidak bertanggung jawab lagi) dan ia tidak wajib mengembalikan atau menanggung biayanya, seperti wadiah (titipan).
بَابُ المُسَابَقَةِ
بَابُ الْمُسَابَقَةِ
Bab Perlombaan
وَهِيَ جَائِزَةٌ فِي السُّفُنِ وَالْمَزَارِيقِ وَالطُّيُورِ وَغَيْرِهَا وَعَلَى الْأَقْدَامِ وَبِكُلِّ الْحَيَوَانَاتِ١.
Dan itu diperbolehkan dalam kapal, lembing, burung, dan lainnya, serta dengan kaki dan semua hewan.
لَكِنْ لَا يَجُوزُ أَخْذُ الْعِوَضِ إِلَّا فِي مُسَابَقَةِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ وَالسِّهَامِ بِشُرُوطٍ خَمْسَةٍ:.
Tetapi tidak boleh mengambil imbalan kecuali dalam perlombaan kuda, unta, dan panah dengan lima syarat:
أَحَدُهَا: تَعْيِينُ الْمَرْكُوبَيْنِ أَوِ٢ الرَّامِيَيْنِ بِالرُّؤْيَةِ.
Pertama: Menentukan dua kendaraan atau dua pemanah dengan melihatnya.
الثَّانِي: اتِّحَادُ الْمَرْكُوبَيْنِ أَوِ الْقَوْسَيْنِ بِالنَّوْعِ.
Kedua: Kesamaan jenis dua kendaraan atau dua busur.
الثَّالِثُ: تَحْدِيدُ الْمَسَافَةِ بِمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ.
Ketiga: Menentukan jarak sesuai kebiasaan.
الرَّابِعُ: عِلْمُ الْعِوَضِ وَإِبَاحَتُهُ.
Keempat: Mengetahui imbalan dan kebolehannya.
الْخَامِسُ: الْخُرُوجُ عَنْ شِبْهِ الْقِمَارِ بِأَنْ يَكُونَ الْعِوَضُ مِنْ وَاحِدٍ فَإِنْ أَخْرَجَا مَعًا لَمْ يَجُزْ٣ إِلَّا بِمُحَلِّلٍ لَا يُخْرِجُ شَيْئًا.
Kelima: Keluar dari kemiripan judi dengan imbalan dari satu pihak. Jika keduanya mengeluarkan bersama, maka tidak boleh kecuali dengan muhallil yang tidak mengeluarkan apapun.
وَلَا يَجُوزُ أَكْثَرُ مِنْ وَاحِدٍ يُكَافِئُ مَرْكُوبُهُ مَرْكُوبَيْهِمَا أَوْ٤ وَرَمْيُهُ
Dan tidak boleh lebih dari satu yang kendaraannya setara dengan kendaraan mereka berdua atau lemparannya
رَمْيِيهِمَا١ فَإِنْ سَبَقَا مَعًا أَحْرَزَا سَبْقَيْهِمَا٢ وَلَمْ يَأْخُذَا مِنَ الْمُحَلِّلِ شَيْئًا وَإِنْ سَبَقَ أَحَدُهُمَا أَوْ سَبَقَ الْمُحَلِّلُ أَحْرَزَ السَّبْقَيْنِ.
Melempar keduanya. Jika keduanya mendahului bersama, mereka mendapatkan hadiah mereka dan tidak mengambil apapun dari muhallil. Jika salah satunya mendahului atau muhallil yang mendahului, ia mendapatkan dua hadiah.
وَالْمُسَابَقَةُ جُعَالَةٌ لَا يُؤْخَذُ بِعِوَضِهَا رَهْنٌ وَلَا كَفِيلٌ وَلِكُلٍّ فَسْخُهَا مَا لَمْ يَظْهَرِ الْفَضْلُ لِصَاحِبِهِ.
Perlombaan adalah ju'alah (upah), tidak boleh mengambil gadai atau kafil (penjamin) sebagai gantinya. Setiap peserta boleh membatalkannya selama belum tampak keunggulan bagi lawannya.
كِتَابُ العَارِيَةِ
كِتَابُ العَارِيَةِ
كِتَابُ الْعَارِيَةِ
كِتَابُ الْعَارِيَةِ
Kitab tentang Pinjaman
...
...
كِتَابُ الْعَارِيَةِ
Kitab tentang Pinjaman
وَهِيَ مُسْتَحَبَّةٌ مُنْعَقِدَةٌ بِكُلِّ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ يَدُلُّ عَلَيْهَا بِشُرُوطٍ ثَلَاثَةٍ: كَوْنُ الْعَيْنِ مُنْتَفَعًا بِهَا مَعَ بَقَائِهَا١ وَكَوْنُ النَّفْعِ مُبَاحًا وَكَوْنُ الْمُعِيرِ أَهْلًا لِلتَّبَرُّعِ.
Pinjaman itu dianjurkan dan sah dengan setiap perkataan atau perbuatan yang menunjukkannya dengan tiga syarat: barang yang dipinjamkan bermanfaat dengan tetap zatnya, manfaatnya mubah, dan pemberi pinjaman adalah orang yang layak untuk berderma.
وَلِلْمُعِيرِ الرُّجُوعُ فِي عَارِيَتِهِ أَيَّ وَقْتٍ شَاءَ مَا لَمْ يَضُرَّ بِالْمُسْتَعِيرِ.
Pemberi pinjaman boleh menarik kembali pinjamannya kapan saja ia mau selama tidak merugikan peminjam.
فَمَنْ أَعَارَ سَفِينَةً لِحَمْلٍ أَوْ أَرْضًا لِدَفْنٍ أَوْ زَرْعٍ لَمْ يَرْجِعْ حَتَّى تَرْسِيَ٢ السَّفِينَةُ وَيَبْلَى الْمَيِّتُ وَيُحْصَدَ الزَّرْعُ وَلَا أُجْرَةَ٣ لَهُ مُنْذُ رَجَعَ إِلَّا فِي الزَّرْعِ.
Barangsiapa meminjamkan kapal untuk mengangkut atau tanah untuk mengubur atau menanam, ia tidak boleh menariknya kembali hingga kapal itu berlabuh, mayat itu hancur, dan tanaman itu dipanen. Ia tidak berhak atas upah sejak ia menarik kembali, kecuali pada tanaman.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْمُسْتَعِيرُ فِي اسْتِيفَاءِ النَّفْعِ كَالْمُسْتَأْجِرِ إِلَّا أَنَّهُ لَا يُعِيرُ وَلَا يُؤَجِّرُ إِلَّا بِإِذْنِ الْمَالِكِ.
Peminjam dalam mengambil manfaat seperti penyewa, hanya saja ia tidak boleh meminjamkan atau menyewakan kecuali dengan izin pemilik.
وَإِذَا قَبَضَ الْمُسْتَعِيرُ الْعَارِيَةَ فَهِيَ مَضْمُونَةٌ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مِثْلِيٍّ وَقِيمَةِ.
Jika peminjam telah menerima barang pinjaman, maka ia harus mengganti dengan yang serupa jika barang itu termasuk mitsli (ada padanannya di pasaran) atau dengan nilai harganya.
مَتَقُومُ يَوْمَ تَلِفَ فَرَطَ أَوْ لَا.
Dinilai pada hari kerusakan, baik ada kelalaian atau tidak.
لَكِنْ لَا ضَمَانَ فِي أَرْبَعِ مَسَائِلَ إِلَّا بِالتَّفْرِيطِ: فِيمَا إِذَا كَانَتِ الْعَارِيَةُ وَقْفًا كَكُتُبِ عِلْمٍ وَسِلَاحٍ وَفِيمَا إِذَا أَعَارَهَا الْمُسْتَأْجِرُ أَوْ بَلِيَتْ فِيمَا أُعِيرَتْ لَهُ أَوْ أَرْكَبَ دَابَّتَهُ مُنْقَطِعًا لِلَّهِ تَعَالَى فَتَلِفَتْ تَحْتَهُ.
Namun, tidak ada jaminan dalam empat masalah kecuali dengan kelalaian: jika 'ariyah adalah wakaf seperti buku-buku ilmu dan senjata, jika penyewa meminjamkannya, atau rusak dalam apa yang dipinjamkan untuknya, atau ia menunggangi hewannya untuk mengasingkan diri karena Allah Ta'ala lalu rusak di bawahnya.
وَمَنْ اِسْتَعَارَ لِيَرْهَنَ فَالْمُرْتَهِنُ أَمِينٌ وَيَضْمَنُ الْمُسْتَعِيرُ١.
Siapa yang meminjam untuk menggadaikan, maka penerima gadai adalah orang yang dipercaya dan peminjam menjamin¹.
وَمَنْ سَلَّمَ لِشَرِيكِهِ الدَّابَّةَ وَلَمْ يَسْتَعْمِلْهَا أَوْ اِسْتَعْمَلَهَا فِي مُقَابَلَةِ عَلَفِهَا بِإِذْنِ شَرِيكِهِ وَتَلِفَتْ بِلَا تَفْرِيطٍ لَمْ يَضْمَنْ.
Siapa yang menyerahkan hewan kepada mitranya dan tidak menggunakannya, atau menggunakannya sebagai ganti makanannya dengan izin mitranya, lalu rusak tanpa kelalaian, maka ia tidak menjamin.
كِتَابُ الغَصْبِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْغَصْبِ
Kitab Al-Ghasb
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْغَصْبِ
Kitab Al-Ghasb
وَهُوَ الِاسْتِيلَاءُ عُرْفًا عَلَى حَقِّ الْغَيْرِ عُدْوَانًا.
Dan itu adalah penguasaan secara 'urf (kebiasaan) atas hak orang lain dengan cara permusuhan.
وَيَلْزَمُ الْغَاصِبَ رَدُّ مَا غَصَبَ١ بِنَمَائِهِ وَلَوْ غَرِمَ رَدَّهُ أَضْعَافَ قِيمَتِهِ.
Dan orang yang mengghasab wajib mengembalikan apa yang dia ghasab beserta pertumbuhannya, meskipun dia harus membayar beberapa kali lipat nilainya.
وَإِنْ سَمَّرَ بِالْمَسَامِيرِ بَابًا قَلَعَهَا وَرَدَّهَا وَإِنْ زَرَعَ الْأَرْضَ فَلَيْسَ لِرَبِّهَا بَعْدَ حَصَدِهِ٢ إِلَّا الْأُجْرَةَ وَقَبْلَ الْحَصَدِ يُخَيَّرُ بَيْنَ تَرْكِهِ بِأُجْرَتِهِ أَوْ تَمَلُّكِهِ بِنَفَقَتِهِ وَهِيَ: مِثْلُ الْبَذْرِ وَعِوَضُ لَوَاحِقِهِ.
Jika dia memaku pintu dengan paku, dia harus mencabutnya dan mengembalikannya. Jika dia menanam di tanah, pemiliknya tidak berhak atas apapun setelah panen kecuali upah sewa. Sebelum panen, pemilik diberi pilihan antara membiarkannya dengan upah sewa atau memilikinya dengan biaya yang dikeluarkan, yaitu: seperti benih dan kompensasi untuk hal-hal yang terkait dengannya.
وَإِنْ غَرَسَ أَوْ بَنَى فِي الْأَرْضِ أُلْزِمَ بِقَلْعِ غَرْسِهِ وَ٣بِنَائِهِ حَتَّى وَلَوْ كَانَ أَحَدَ الشَّرِيكَيْنِ وَفَعَلَهُ لَهُ بِغَيْرِ إِذْنِ شَرِيكِهِ.
Jika dia menanam atau membangun di atas tanah, dia wajib mencabut tanamannya dan bangunannya, bahkan jika dia adalah salah satu dari dua mitra dan melakukannya untuknya tanpa izin mitranya.
فَصْلٌ
Pasal
وَعَلَى الْغَاصِبِ أَرْشُ نَقْصِ الْمَغْصُوبِ وَأُجْرَتُهُ مُدَّةَ مَقَامِهِ بِيَدِهِ.
Orang yang mengghasab bertanggung jawab atas kompensasi kekurangan barang yang dighasab dan upah sewanya selama berada di tangannya.
فَإِنْ تَلِفَ ضَمِنَ الْمِثْلِيَّ بِمِثْلِهِ وَالْمُتَقَوِّمَ بِقِيمَتِهِ يَوْمَ تَلَفِهِ فِي بَلَدِ غَصْبِهِ.
Jika barang tersebut rusak, dia harus mengganti barang yang serupa dengan yang serupa, dan barang yang bernilai dengan nilainya pada hari kerusakannya di negara tempat dia mengghasabnya.
وَيَضْمَنُ مُصَاغًا مُبَاحًا مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ بِالْأَكْثَرِ مِنْ قِيمَتِهِ أَوْ وَزْنِهِ وَالْمُحَرَّمَ بِوَزْنِهِ.
Dia harus mengganti perhiasan yang diperbolehkan dari emas atau perak dengan yang lebih banyak dari nilainya atau beratnya, dan yang diharamkan dengan beratnya.
وَيُقْبَلُ قَوْلُ الغَاصِبِ فِي قِيمَةِ المَغْصُوبِ وَ١فِي قَدْرِهِ.
Dan perkataan perampas diterima dalam hal nilai barang yang dirampas dan dalam jumlahnya.
وَيَضْمَنُ جِنَايَتَهُ وَإِتْلَافَهُ بِالأَقَلِّ مِنَ الأَرْشِ أَوْ قِيمَتِهِ وَإِنْ أَطْعَمَ الغَاصِبُ مَا غَصَبَهُ حَتَّى وَلَوْ لِمَالِكِهِ فَأَكَلَهُ٢ وَلَمْ يَعْلَمْ لَمْ يَبْرَأِ الغَاصِبُ وَإِنْ عَلِمَ الآكِلُ حَقِيقَةَ الحَالِ اسْتَقَرَّ الضَّمَانُ عَلَيْهِ.
Dan dia menjamin kejahatannya dan kerusakannya dengan yang lebih sedikit dari diyat atau nilainya. Jika perampas memberi makan apa yang dirampasnya meskipun kepada pemiliknya lalu dia memakannya dan tidak mengetahui, perampas tidak bebas. Jika yang makan mengetahui hakikat keadaan, jaminan menetap atasnya.
وَمَنِ اشْتَرَى أَرْضًا فَغَرَسَ أَوْ بَنَى فِيهَا فَخَرَجَتْ مُسْتَحَقَّةً لِلْغَيْرِ وَقَلَعَ غَرْسَهُ وَ٣ بِنَاؤُهُ رَجَعَ عَلَى البَائِعِ بِجَمِيعِ مَا غَرِمَهُ.
Barangsiapa membeli tanah lalu menanam atau membangun di atasnya, kemudian ternyata tanah itu menjadi hak orang lain dan dia mencabut tanamannya dan bangunannya, dia kembali kepada penjual dengan semua yang dia bayar.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ أَتْلَفَ وَلَوْ سَهْوًا مَالًا لِغَيْرِهِ ضَمِنَهُ وَإِنْ أُكْرِهَ عَلَى الإِتْلَافِ ضَمِنَ مَنْ أَكْرَهَهُ.
Barangsiapa merusak meskipun karena lupa harta orang lain, dia menjaminnya. Jika dia dipaksa untuk merusak, orang yang memaksanya yang menjamin.
وَأَنْ٤ فَتَحَ قَفَصًا عَنْ طَائِرٍ أَوْ حَلَّ قِنًّا أَوْ أَسِيرًا أَوْ حَيَوَانًا مَرْبُوطًا فَذَهَبَ أَوْ حَلَّ وِكَاءَ زِقٍّ فِيهِ مَائِعٌ فَانْدَفَقَ ضَمِنَهُ.
Jika seseorang membuka sangkar burung atau melepaskan anak panah, tawanan, atau hewan yang terikat lalu pergi, atau membuka tutup kantong yang berisi cairan lalu tumpah, dia menjaminnya.
وَلَوْ بَقِيَ الحَيَوَانُ أَوِ الطَّائِرُ حَتَّى نَفَّرَهُ٥ آخَرُ ضَمِنَ المُنَفِّرُ وَمَنْ أَوْقَفَ دَابَّةً بِطَرِيقٍ وَلَوْ وَاسِعًا أَوْ تَرَكَ بِهَا نَحْوَ طِينٍ أَوْ خَشَبَةٍ ضَمِنَ مَا تَلِفَ بِذَلِكَ لَكِنْ لَوْ كَانَتِ الدَّابَّةُ بِطَرِيقٍ وَاسِعٍ فَضَرَبَهَا فَرَفَسَتْهُ فَلَا ضَمَانَ٦.
Jika hewan atau burung itu tetap tinggal sampai orang lain mengusirnya, yang mengusir menjaminnya. Barangsiapa menghentikan hewan di jalan meskipun luas atau meninggalkan di jalan itu lumpur atau kayu, dia menjamin apa yang rusak karena itu. Tetapi jika hewan itu berada di jalan yang luas lalu dia memukulnya dan hewan itu menendangnya, maka tidak ada jaminan.
وَمَنِ اقْتَنَى كَلْبًا عَقُورًا أَوْ أَسْوَدَ بَهِيمًا أَوْ أَسَدًا أَوْ ذِئْبًا أَوْ جَارِحًا فَأَتْلَفَ شَيْئًا ضَمِنَهُ لَا إِنْ دَخَلَ دَارَ رَبِّهِ بِلَا إِذْنِهِ.
Dan barangsiapa yang memelihara anjing galak, binatang buas hitam, singa, serigala, atau hewan pemangsa lainnya, lalu merusak sesuatu, ia harus bertanggung jawab atas kerusakan tersebut, kecuali jika hewan itu memasuki rumah pemiliknya tanpa izin.
وَمَنْ أَجَّجَ نَارًا فِي مِلْكِهِ فَتَعَدَّتْ إِلَى مِلْكِ غَيْرِهِ بِتَفْرِيطِهِ ضَمِنَ لَا إِنْ طَرَأَتْ رِيحٌ.
Dan barangsiapa yang menyalakan api di propertinya, lalu api itu menyebar ke properti orang lain karena kelalaiannya, ia harus bertanggung jawab, kecuali jika angin tiba-tiba bertiup.
وَمَنِ اضْطَجَعَ فِي مَسْجِدٍ أَوْ فِي طَرِيقٍ أَوْ وَضَعَ حَجَرًا بِطِينٍ فِي الطَّرِيقِ لِيَطَأَ عَلَيْهِ النَّاسُ لَمْ يَضْمَنْ.
Dan barangsiapa yang berbaring di masjid atau di jalan, atau meletakkan batu berlumpur di jalan agar orang-orang menginjaknya, ia tidak bertanggung jawab.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يَضْمَنُ رَبُّ بَهِيمَةٍ غَيْرِ ضَارِيَةٍ مَا أَتْلَفَتْهُ نَهَارًا مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَبْدَانِ وَيَضْمَنُ رَاكِبٌ وَسَائِقٌ وَقَائِدٌ قَادِرٌ عَلَى التَّصَرُّفِ فِيهَا وَإِنْ تَعَدَّدَ رَاكِبٌ ضَمِنَ الْأَوَّلُ أَوْ مَنْ خَلْفَهُ إِنِ انْفَرَدَ بِتَدْبِيرِهَا وَإِنِ اشْتَرَكَا فِي تَدْبِيرِهَا أَوْ لَمْ يَكُنْ إِلَّا قَائِدٌ وَسَائِقٌ اشْتَرَكَا فِي الضَّمَانِ.
Pemilik hewan yang tidak buas tidak bertanggung jawab atas kerusakan harta benda atau luka-luka yang disebabkan oleh hewannya pada siang hari. Namun, pengendara, penggiring, dan penuntun yang mampu mengendalikan hewan tersebut harus bertanggung jawab. Jika ada beberapa pengendara, yang pertama atau yang di belakangnya bertanggung jawab jika ia sendiri yang mengendalikan hewan itu. Jika mereka bersama-sama mengendalikannya, atau hanya ada penuntun dan penggiring, mereka bersama-sama bertanggung jawab.
وَيَضْمَنُ رَبُّهَا مَا أَتْلَفَتْهُ لَيْلًا إِنْ كَانَ بِتَفْرِيطِهِ وَكَذَا مُسْتَعِيرُهَا وَمُسْتَأْجِرُهَا وَمَنْ يَحْفَظُهَا.
Pemilik hewan bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh hewannya pada malam hari jika itu karena kelalaiannya, demikian juga peminjam, penyewa, dan penjaganya.
وَمَنْ قَتَلَ صَائِلًا عَلَيْهِ وَلَوْ آدَمِيًّا دَفْعًا١ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَتْلَفَ مِزْمَارًا أَوْ آلَةَ لَهْوٍ أَوْ كَسَرَ إِنَاءَ فِضَّةٍ أَوْ ذَهَبٍ أَوْ فِيهِ خَمْرٌ مَأْمُورٌ بِإِرَاقَتِهِ٢ أَوْ كَسَرَ حُلِيًّا مُحَرَّمًا أَوْ أَتْلَفَ٣ آلَةَ سِحْرٍ أَوْ تَعْزِيمٍ أَوْ تَنْجِيمٍ أَوْ صُوَرَ خَيَالٍ٤ أَوْ أَتْلَفَ كُتُبَ٥ مُبْتَدِعَةٍ مُضِلَّةٍ أَوْ أَتْلَفَ كِتَابًا فِيهِ٦ أَحَادِيثُ رَدِيئَةٌ لَمْ يَضْمَنْ فِي الْجَمِيعِ.
Dan barangsiapa membunuh penyerang atasnya meskipun manusia untuk membela dirinya atau hartanya, atau merusak seruling atau alat permainan, atau memecahkan bejana perak atau emas, atau di dalamnya terdapat khamr yang diperintahkan untuk ditumpahkan, atau menghancurkan perhiasan yang diharamkan, atau memusnahkan alat sihir, jimat, atau astrologi, atau patung khayalan, atau memusnahkan buku-buku bid'ah yang menyesatkan, atau memusnahkan kitab yang di dalamnya terdapat hadits-hadits yang buruk, maka ia tidak menanggung semuanya.
بَابُ الشُّفْعَةِ
بَابُ الشُّفْعَةِ
Bab Syuf'ah
لَا شُفْعَةَ لِكَافِرٍ عَلَى مُسْلِمٍ.
Tidak ada hak syuf'ah bagi orang kafir atas orang Muslim.
وَتَثْبُتُ لِلشَّرِيكِ فِيمَا انْتَقَلَ عَنْهُ مِلْكُ١ شَرِيكِهِ بِشُرُوطٍ خَمْسَةٍ:
Dan hak syuf'ah ditetapkan bagi seorang mitra pada properti yang kepemilikannya berpindah dari mitranya dengan lima syarat:
أَحَدُهَا: كَوْنُهُ مَبِيعًا فَلَا شُفْعَةَ فِيمَا انْتَقَلَ عَنْهُ مِلْكُهُ٢ بِغَيْرِ بَيْعٍ
Pertama: Properti tersebut harus dijual, sehingga tidak ada hak syuf'ah pada properti yang kepemilikannya berpindah bukan melalui penjualan.
الثَّانِي: كَوْنُهُ مُشَاعًا مِنْ عَقَارٍ فَلَا شُفْعَةَ لِلْجَارِ وَلَا فِيمَا لَيْسَ بِعَقَارٍ كَشَجَرٍ وَبِنَاءٍ مُفْرَدٍ٣ وَيُؤْخَذُ الْغَرْسُ وَالْبِنَاءُ تَبَعًا لِلْأَرْضِ.
Kedua: Properti tersebut harus berupa bagian tak terpisah (musya') dari tanah, sehingga tidak ada hak syuf'ah bagi tetangga atau pada properti yang bukan tanah seperti pohon dan bangunan terpisah. Namun, tanaman dan bangunan dapat diambil sebagai ikutan tanah.
الثَّالِثُ: طَلَبُ الشُّفْعَةِ سَاعَةَ يَعْلَمُ فَإِنْ أَخَّرَ٤ الطَّلَبَ لِغَيْرِ عُذْرٍ سَقَطَتْ وَالْجَهْلُ بِالْحُكْمِ عُذْرٌ.
Ketiga: Meminta hak syuf'ah segera setelah mengetahui. Jika menunda permintaan tanpa alasan yang sah, maka hak syuf'ah gugur. Ketidaktahuan hukum merupakan alasan yang sah.
الرَّابِعُ: أَخْذُ جَمِيعِ الْمَبِيعِ فَإِنْ طَلَبَ أَخْذَ الْبَعْضِ مَعَ بَقَاءِ الْكُلِّ سَقَطَتْ وَالشُّفْعَةُ بَيْنَ الشُّفَعَاءِ عَلَى قَدْرِ أَمْلَاكِهِمْ.
Keempat: Mengambil seluruh properti yang dijual. Jika meminta untuk mengambil sebagian saja sementara keseluruhan masih ada, maka hak syuf'ah gugur. Hak syuf'ah di antara para pemegang hak syuf'ah sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka.
الْخَامِسُ: سَبْقُ مِلْكِ الشَّفِيعِ٥ لِرَقَبَةِ الْعَقَارِ فَلَا شُفْعَةَ لِأَحَدِ اثْنَيْنِ اشْتَرَيَا عَقَارًا مَعًا.
Kelima: Kepemilikan pemegang hak syuf'ah atas properti harus mendahului. Sehingga, tidak ada hak syuf'ah bagi salah satu dari dua orang yang membeli properti secara bersama-sama.
وَتَصَرُّفُ الْمُشْتَرِي بَعْدَ أَخْذِ الشَّفِيعِ بِالشُّفْعَةِ بَاطِلٌ وَقَبْلَهُ صَحِيحٌ.
Tindakan pembeli setelah pemegang hak syuf'ah mengambil properti dengan hak syuf'ah adalah batal, sedangkan sebelumnya adalah sah.
وَيَلْزَمُ الشَّفِيعَ أَنْ يَدْفَعَ لِلْمُشْتَرِي الثَّمَنَ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهِ الْعَقْدُ فَإِنْ
Pemegang hak syuf'ah wajib membayar kepada pembeli harga yang disepakati dalam akad. Jika
كَانَ مِثْلِيًّا فَمِثْلُهُ أَوْ١ مُتَقَوَّمًا فَقِيمَتُهُ فَإِنْ جُهِلَ الثَّمَنُ وَلَا حِيلَةَ: سَقَطَتِ الشُّفْعَةُ وَكَذَا إِنْ عَجَزَ الشَّفِيعُ وَلَوْ عَنْ بَعْضِ الثَّمَنِ وَانْتَظَرَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَمْ يَأْتِ بِهِ.
Jika barang yang dijual adalah barang mitsli (yang memiliki padanan), maka pembayarannya adalah dengan barang yang serupa, atau١ jika barang mutaqawwim (yang dinilai dengan harga), maka pembayarannya adalah dengan nilai harganya. Jika harga tidak diketahui dan tidak ada cara untuk mengetahuinya, maka hak syuf'ah gugur. Demikian pula jika syafi' (orang yang memiliki hak syuf'ah) tidak mampu membayar, meskipun hanya sebagian dari harga, dan ia menunggu selama tiga hari namun tidak dapat membayarnya.
بَابُ الوَدِيعَةِ
بَابُ الْوَدِيعَةِ
Bab Wadiah
يُشْتَرَطُ لِصِحَّتِهَا كَوْنُهَا مِنْ جَائِزِ التَّصَرُّفِ لِمِثْلِهِ فَلَوْ أَوْدَعَ مَالَهُ لِصَغِيرٍ أَوْ مَجْنُونٍ أَوْ سَفِيهٍ فَأَتْلَفَهُ فَلَا ضَمَانَ وَإِنْ أَوْدَعَهُ أَحَدُهُمْ صَارَ ضَامِنًا وَلَمْ يَبْرَأْ إِلَّا بِرَدِّهِ لِوَلِيِّهِ.
Disyaratkan untuk sahnya wadiah adalah bahwa ia dari orang yang diizinkan bertransaksi sepertinya. Jika seseorang menitipkan hartanya kepada anak kecil, orang gila, atau orang bodoh lalu mereka merusaknya, maka tidak ada jaminan. Jika salah satu dari mereka menitipkannya, ia menjadi penjamin dan tidak bebas kecuali dengan mengembalikannya kepada walinya.
وَيَلْزَمُ الْمُودَعَ حِفْظُ الْوَدِيعَةِ فِي حِرْزٍ مِثْلِهَا بِنَفْسِهِ أَوْ بِمَنْ يَقُومُ مَقَامَهُ كَزَوْجَتِهِ وَعَبْدِهِ.
Penerima titipan wajib menjaga barang titipan di tempat yang aman sepertinya, baik oleh dirinya sendiri atau oleh orang yang menggantikannya seperti istrinya dan budaknya.
وَإِنْ دَفَعَهَا لِعُذْرٍ إِلَى أَجْنَبِيٍّ لَمْ يَضْمَنْ وَإِنْ نَهَاهُ مَالِكُهَا عَنْ إِخْرَاجِهَا مِنَ الْحِرْزِ فَأَخْرَجَهَا لِطَرَيَانِ شَيْءٍ الْغَالِبُ مِنْهُ الْهَلَاكُ لَمْ يَضْمَنْ وَإِنْ تَرَكَهَا وَلَمْ يُخْرِجْهَا أَوْ أَخْرَجَهَا لِغَيْرِ خَوْفٍ ضَمِنَ فَإِنْ قَالَ لَهُ لَا تُخْرِجْهَا وَلَوْ خِفْتَ عَلَيْهَا فَحَصَلَ خَوْفٌ وَأَخْرَجَهَا أَوْ لَا لَمْ يَضْمَنْ.
Jika ia menyerahkannya karena uzur kepada orang asing, ia tidak menjamin. Jika pemiliknya melarangnya mengeluarkannya dari tempat penyimpanan lalu ia mengeluarkannya karena sesuatu yang umumnya menyebabkan kehancuran, ia tidak menjamin. Jika ia meninggalkannya dan tidak mengeluarkannya, atau mengeluarkannya bukan karena takut, ia menjamin. Jika pemilik berkata kepadanya, "Jangan keluarkan meskipun kamu takut atasnya," lalu terjadi ketakutan dan ia mengeluarkannya atau tidak, ia tidak menjamin.
وَإِنْ أَلْقَاهَا عِنْدَ هُجُومِ نَاهِبٍ وَنَحْوِهِ إِخْفَاءً لَهَا لَمْ يَضْمَنْ.
Jika ia membuangnya saat penyerangan perampok dan sejenisnya untuk menyembunyikannya, ia tidak menjamin.
وَإِنْ لَمْ يُعْلِفِ الْبَهِيمَةَ حَتَّى مَاتَتْ ضَمِنَهَا.
Jika ia tidak memberi makan hewan hingga mati, ia menjaminnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ١ أَرَادَ الْمُودِعُ السَّفَرَ رَدَّ الْوَدِيعَةَ إِلَى مَالِكِهَا أَوْ إِلَى مَنْ يَحْفَظُ مَالَهُ عَادَةً أَوْ إِلَى وَكِيلِهِ٢ فَإِنْ تَعَذَّرَ وَلَمْ يَخَفْ عَلَيْهَا مَعَهُ فِي السَّفَرِ سَافَرَ بِهَا وَلَا ضَمَانَ فَإِنْ٣ خَافَ عَلَيْهَا دَفَعَهَا لِلْحَاكِمِ٤ فَإِنْ تَعَذَّرَ فَلِثِقَةٍ٥.
Jika penyimpan ingin bepergian, ia harus mengembalikan barang titipan kepada pemiliknya, atau kepada orang yang biasanya menjaga hartanya, atau kepada wakilnya. Jika tidak memungkinkan dan ia tidak khawatir atas keamanan barang titipan selama bepergian, ia boleh membawanya tanpa harus bertanggung jawab. Namun, jika ia khawatir, ia harus menyerahkannya kepada hakim. Jika tidak memungkinkan, maka kepada orang yang terpercaya.
وَلَا يَضْمَنُ مُسَافِرٌ أُودِعَ فَسَافَرَ بِهَا فَتَلِفَتْ بِالسَّفَرِ.
Seorang musafir yang menerima titipan lalu bepergian dengan membawanya tidak bertanggung jawab jika barang tersebut rusak karena perjalanan.
وَإِنْ تَعَدَّى الْمُودِعُ فِي الْوَدِيعَةِ بِأَنْ رَكِبَهَا لَا لِسَقْيِهَا أَوْ لَبِسَهَا لَا لِخَوْفٍ مِنْ عُثٍّ٦ أَوْ أَخْرَجَ الدَّرَاهِمَ لِيُنْفِقَهَا أَوْ لِيَنْظُرَ إِلَيْهَا ثُمَّ رَدَّهَا أَوْ حَلَّ كِيسَهَا فَقَطْ حَرُمَ عَلَيْهِ وَصَارَ ضَامِنًا وَوَجَبَ عَلَيْهِ رَدُّهَا فَوْرًا وَلَا تَعُودُ أَمَانَةً بِغَيْرِ عَقْدٍ مُتَجَدِّدٍ٧.
Jika penyimpan melampaui batas dalam barang titipan, seperti mengendarainya bukan untuk memberinya minum, memakainya bukan karena takut dimakan ngengat, mengeluarkan dirham untuk dibelanjakan atau untuk dilihat lalu mengembalikannya, atau hanya membuka kantongnya, maka hukumnya haram baginya dan ia menjadi penanggung jawab. Ia wajib segera mengembalikannya dan tidak kembali menjadi amanah kecuali dengan akad baru.
صَحَّ: "كُلَّمَا خُنْتَ ثُمَّ عُدْتَ إِلَى الْأَمَانَةِ فَأَنْتَ أَمِينٌ".
Sah: "Setiap kali engkau berkhianat kemudian kembali kepada amanah, maka engkau adalah orang yang amanah".
فَصْلٌ
Pasal
وَالْمُودَعُ أَمِينٌ لَا يَضْمَنُ إِلَّا إِنْ تَعَدَّى أَوْ فَرَّطَ أَوْ خَانَ وَيُقْبَلُ قَوْلُهُ بِيَمِينِهِ فِي عَدَمِ ذَلِكَ وَفِي أَنَّهَا تَلِفَتْ أَوْ "أَنَّكَ أَذِنْتَ لِي فِي دَفْعِهَا لِفُلَانٍ وَفَعَلْتُ١".
Penerima titipan adalah orang yang dapat dipercaya, ia tidak bertanggung jawab kecuali jika ia melampaui batas, lalai, atau berkhianat. Perkataannya diterima dengan sumpahnya dalam hal tidak adanya hal tersebut, bahwa barang titipan itu telah rusak, atau "bahwa engkau telah mengizinkanku untuk menyerahkannya kepada si fulan dan aku telah melakukannya."
وَإِنْ ادَّعَى الرَّدَّ بَعْدَ مَطْلِهِ بِلَا عُذْرٍ أَوْ ادَّعَى وَرَثَتُهُ الرَّدَّ لَمْ يُقْبَلْ إِلَّا بِبَيِّنَةٍ وَكَذَا كُلُّ أَمِينٍ وَحَيْثُ أَخَّرَ رَدَّهَا بَعْدَ طَلَبٍ بِلَا عُذْرٍ وَلَمْ يَكُنْ لِحَمْلِهَا مُؤْنَةٌ ضَمِنَ وَإِنْ أُكْرِهَ عَلَى دَفْعِهَا لِغَيْرِ رَبِّهَا لَمْ يَضْمَنْ.
Jika ia mengklaim telah mengembalikannya setelah menunda-nunda tanpa alasan, atau ahli warisnya mengklaim telah mengembalikannya, maka tidak diterima kecuali dengan bukti. Demikian pula setiap orang yang dipercaya. Jika ia menunda pengembaliannya setelah diminta tanpa alasan dan tidak ada biaya untuk membawanya, maka ia bertanggung jawab. Jika ia dipaksa untuk menyerahkannya kepada selain pemiliknya, maka ia tidak bertanggung jawab.
وَإِنْ قَالَ لَهُ: عِنْدِي أَلْفٌ وَدِيعَةٌ ثُمَّ قَالَ: قَبَضْتُهَا أَوْ تَلِفَتْ قَبْلَ ذَلِكَ أَوْ ظَنَنْتُهَا بَاقِيَةً ثُمَّ عَلِمْتُ تَلَفَهَا صُدِّقَ بِيَمِينِهِ وَلَا ضَمَانَ وَإِنْ قَالَ: قَبَضْتُ مِنْهُ أَلْفًا وَدِيعَةً فَتَلِفَتْ فَقَالَ بَلْ غَصْبًا أَوْ عَارِيَةً ضَمِنَ.
Jika ia berkata kepadanya, "Aku memiliki seribu sebagai titipan," kemudian ia berkata, "Aku telah menerimanya atau ia telah rusak sebelum itu, atau aku mengira ia masih ada kemudian aku mengetahui kerusakannya," maka ia dibenarkan dengan sumpahnya dan tidak ada jaminan. Jika ia berkata, "Aku menerima seribu darinya sebagai titipan lalu rusak," kemudian ia (pemilik) berkata, "Sebaliknya, itu adalah barang rampasan atau pinjaman," maka ia (penerima titipan) harus bertanggung jawab.
الَّتِي ذَهَبَتْ أَنْهَارُهَا وَانْدَرَسَتْ آثَارُهَا - وَلَمْ يُعْلَمْ لَهَا مَالِكٌ.
Yang sungai-sungainya telah hilang dan jejak-jejaknya telah terhapus - dan tidak diketahui pemiliknya.
فَمَنْ أَحْيَا شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ - وَلَوْ كَانَ ذِمِّيًّا أَوْ بِلَا إِذْنِ الْإِمَامِ - مَلَكَهُ بِمَا فِيهِ مِنْ مَعْدِنٍ جَامِدٍ كَذَهَبٍ وَفِضَّةٍ وَحَدِيدٍ وَكُحْلٍ وَلَا خَرَاجَ عَلَيْهِ إِلَّا إِنْ كَانَ ذِمِّيًّا لَا مَا فِيهِ مِنْ مَعْدِنٍ جَارٍ: كَنَفْطٍ وَقَارٍ.
Barangsiapa menghidupkan sesuatu dari itu - meskipun ia seorang dzimmi atau tanpa izin imam - ia memilikinya dengan apa yang ada di dalamnya dari tambang padat seperti emas, perak, besi, dan kohl, dan tidak ada kharaj atasnya kecuali jika ia seorang dzimmi, bukan apa yang ada di dalamnya dari tambang cair: seperti minyak dan aspal.
وَمَنْ حَفَرَ بِئْرًا بِالسَّابِلَةِ لِيَرْتَفِقَ بِهَا كَالسَّفَارَةِ لِشُرْبِهِمْ وَدَوَابِّهِمْ فَهُمْ أَحَقُّ بِمَائِهَا مَا أَقَامُوا وَبَعْدَ رَحِيلِهِمْ تَكُونُ سَبِيلًا لِلْمُسْلِمِينَ فَإِنْ عَادُوا كَانُوا أَحَقَّ بِهَا.
Barangsiapa menggali sumur di jalan untuk dimanfaatkan seperti para musafir untuk minum mereka dan hewan-hewan mereka, maka mereka lebih berhak atas airnya selama mereka menetap, dan setelah kepergian mereka, ia menjadi jalan bagi kaum muslimin. Jika mereka kembali, mereka lebih berhak atasnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْصُلُ إِحْيَاءُ الْأَرْضِ الْمَوَاتِ إِمَّا بِحَائِطٍ مَنِيعٍ أَوْ إِجْرَاءِ مَاءٍ لَا تُزْرَعُ إِلَّا بِهِ أَوْ غَرْسِ شَجَرٍ أَوْ حَفْرِ بِئْرٍ فِيهَا.
Menghidupkan tanah mati terjadi dengan tembok yang kokoh, atau mengalirkan air yang tidak bisa ditanami kecuali dengannya, atau menanam pohon, atau menggali sumur di dalamnya.
فَإِنْ تَحَجَّرَ مَوَاتًا بِأَنْ أَدَارَ حَوْلَهُ أَحْجَارًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا لَمْ يَصِلْ مَاؤُهَا أَوْ سَقَى شَجَرًا مُبَاحًا كَزَيْتُونٍ وَنَحْوِهِ أَوْ أَصْلَحَهُ وَلَمْ.
Jika seseorang memagari tanah mati dengan mengelilinginya dengan batu-batu, atau menggali sumur yang airnya tidak sampai, atau menyirami pohon yang mubah seperti zaitun dan sejenisnya, atau memperbaikinya dan tidak.
يَرْكَبُهُ١ لَمْ يَمْلِكْهُ لَكِنَّهُ أَحَقُّ بِهِ مِنْ غَيْرِهِ وَوَارِثُهُ بَعْدَهُ فَإِنْ أَعْطَاهُ أَحَدٌ كَانَ لَهُ.
Dia menaikinya١ tidak memilikinya tetapi dia lebih berhak atasnya daripada yang lain dan pewarisnya setelahnya, jika seseorang memberikannya maka itu menjadi miliknya.
وَمَنْ سَبَقَ إِلَى مُبَاحٍ فَهُوَ لَهُ كَصَيْدٍ وَعَنْبَرٍ وَلُؤْلُؤٍ وَمَرْجَانٍ وَحَطَبٍ وَثَمَرٍ وَمَنْبُوذٍ رَغْبَةً عَنْهُ وَالْمِلْكُ مَقْصُورٌ فِيهِ٢ عَلَى الْقَدْرِ الْمَأْخُوذِ.
Barangsiapa mendahului kepada sesuatu yang mubah maka itu menjadi miliknya, seperti hasil buruan, ambar, mutiara, marjan, kayu bakar, buah-buahan, dan sesuatu yang dibuang karena tidak diinginkan. Kepemilikan terbatas pada kadar yang diambil.
بَابُ الجُعَالَةِ
بَابُ الجُعَالَةِ٣
Bab Ju'alah
وَهِيَ جَعْلُ مَالٍ مَعْلُومٍ لِمَنْ يَعْمَلُ٤ لَهُ عَمَلًا مُبَاحًا٥ وَلَوْ مَجْهُولًا كَقَوْلِهِ: مَنْ رَدَّ لُقَطَتِي أَوْ بَنَى لِي هَذَا الْحَائِطَ أَوْ أَذَّنَ بِهَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا فَلَهُ كَذَا.
Ju'alah adalah menetapkan harta yang diketahui bagi orang yang melakukan suatu pekerjaan yang diperbolehkan meskipun tidak diketahui, seperti perkataannya: "Barangsiapa mengembalikan barang temuanku, atau membangun dinding ini untukku, atau mengumandangkan adzan di masjid ini selama sebulan, maka baginya sekian."
فَمَنْ فَعَلَ الْعَمَلَ بَعْدَ أَنْ بَلَغَهُ الْجُعْلُ اسْتَحَقَّهُ كُلَّهُ وَإِنْ بَلَغَهُ فِي أَثْنَاءِ الْعَمَلِ اسْتَحَقَّ حِصَّةَ تَمَامِهِ وَبَعْدَ فَرَاغِ الْعَمَلِ لَمْ يَسْتَحِقَّ شَيْئًا.
Barangsiapa melakukan pekerjaan setelah mengetahui ju'alah, maka ia berhak mendapatkan seluruhnya. Jika ia mengetahuinya di tengah-tengah pekerjaan, maka ia berhak mendapatkan bagian dari penyelesaiannya. Setelah selesai pekerjaan, ia tidak berhak mendapatkan apapun.
وَإِنْ فَسَخَ الْجَاعِلُ قَبْلَ تَمَامِ الْعَمَلِ لَزِمَهُ أُجْرَةُ الْمِثْلِ وَإِنْ فَسَخَ.
Jika pemberi ju'alah membatalkan sebelum pekerjaan selesai, maka ia wajib membayar upah yang sepadan meskipun dibatalkan.
الْعَامِلُ فَلَا شَيْءَ لَهُ.
Pekerja tidak mendapatkan apa-apa.
وَمَنْ عَمِلَ لِغَيْرِهِ عَمَلًا بِإِذْنِهِ مِنْ غَيْرِ تَقْدِيرِ١ أُجْرَةٍ وَ٢ جُعَالَةٍ فَلَهُ أَجْرَةُ الْمِثْلِ٣.
Barangsiapa bekerja untuk orang lain dengan izinnya tanpa menetapkan١ upah dan٢ ju'alah, maka ia berhak mendapatkan ujrah al-mitsl٣.
وَبِغَيْرِ إِذْنِهِ فَلَا شَيْءَ لَهُ إِلَّا فِي مَسْأَلَتَيْنِ:
Jika tanpa izinnya, maka ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali dalam dua masalah:
إِحْدَاهُمَا: أَنْ يُخَلِّصَ مَتَاعَ غَيْرِهِ مِنْ مُهْلِكِهِ فَلَهُ أَجْرَةُ مِثْلِهِ.
Pertama: Jika ia menyelamatkan barang orang lain dari kehancuran, maka ia berhak mendapatkan ujrah mitsl.
الثَّانِيَةُ: أَنْ يَرُدَّ رَقِيقًا آبِقًا لِسَيِّدِهِ فَلَهُ مَا قَدَّرَهُ الشَّارِعُ وَهُوَ دِينَارٌ أَوْ اِثْنَا عَشَرَ دِرْهَمًا.
Kedua: Jika ia mengembalikan budak yang melarikan diri kepada tuannya, maka ia berhak mendapatkan apa yang ditetapkan oleh Syari' yaitu satu dinar atau dua belas dirham.
بَابُ اللُّقَطَةِ
بَابُ اللُّقَطَةِ
Bab Luqathah
وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ:
Dan itu terbagi menjadi tiga bagian:
أَحَدُهَا: مَا لَا تَتْبَعُهُ هِمَّةُ أَوْسَاطِ النَّاسِ٤: كَسَوْطٍ وَرَغِيفٍ وَنَحْوِهِمَا فَهَذَا يُمْلَكُ بِالِالْتِقَاطِ وَلَا يَلْزَمُ٥ تَعْرِيفُهُ لَكِنْ إِنْ وَجَدَ رَبَّهُ دَفَعَهُ لَهُ٦ إِنْ كَانَ بَاقِيًا وَإِلَّا لَمْ يَلْزَمْهُ شَيْءٌ.
Pertama: apa yang tidak menarik perhatian kebanyakan orang⁴, seperti cambuk, roti, dan sejenisnya. Maka ini dimiliki dengan memungutnya dan tidak wajib⁵ mengumumkannya. Tetapi jika pemiliknya ditemukan, maka ia menyerahkannya kepadanya⁶ jika masih ada. Jika tidak, maka ia tidak berkewajiban apa pun.
وَمَنْ تَرَكَ دَابَّتَهُ تَرْكَ إِيَاسٍ بِمَهْلَكَةٍ أَوْ فَلَاةٍ لِانْقِطَاعِهَا أَوْ لِعَجْزِهِ٧
Dan barangsiapa meninggalkan hewannya karena putus asa di tempat yang membinasakan atau di padang pasir karena terputus atau karena tidak mampu⁷
عَنْ عَلَفِهَا مَلَكَهَا آخِذُهَا وَكَذَا مَا يُلْقَى فِي الْبَحْرِ خَوْفًا مِنَ الْغَرَقِ١.
Tentang makanannya, pengambilnya memilikinya, demikian pula apa yang dilemparkan ke laut karena takut tenggelam¹.
الثَّانِي: الضَّوَالُّ الَّتِي تَمْتَنِعُ مِنْ صِغَارِ السِّبَاعِ: كَالْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْخَيْلِ وَالْبِغَالِ وَالْحَمِيرِ وَالظِّبَاءِ فَيَحْرُمُ الْتِقَاطُهَا وَتُضْمَنُ كَالْغَصْبِ وَلَا يَزُولُ الضَّمَانُ إِلَّا بِدَفْعِهَا لِلْإِمَامِ أَوْ نَائِبِهِ أَوْ بِرَدِّهَا إِلَى مَكَانِهَا بِإِذْنِهِ وَمَنْ كَتَمَ شَيْئًا مِنْهَا لَزِمَهُ قِيمَتُهُ مَرَّتَيْنِ وَإِنْ تَبِعَ شَيْءٌ مِنْهَا دَوَابَّهُ فَطَرَدَهُ أَوْ دَخَلَ دَارَهُ فَأَخْرَجَهُ لَمْ يَضْمَنْهُ حَيْثُ لَمْ يَأْخُذْهُ.
Kedua: Hewan tersesat yang dapat menghindar dari binatang buas kecil: seperti unta, sapi, kuda, bagal, keledai, dan kijang, maka haram memungutnya dan wajib mengganti seperti ghasab (merampas). Jaminan tidak hilang kecuali dengan menyerahkannya kepada imam atau wakilnya, atau mengembalikannya ke tempatnya dengan izinnya. Barangsiapa menyembunyikan sesuatu darinya, ia wajib membayar nilainya dua kali lipat. Jika sesuatu darinya mengikuti hewannya lalu ia mengusirnya, atau masuk ke rumahnya lalu ia mengeluarkannya, ia tidak menanggungnya selama ia tidak mengambilnya.
الثَّالِثُ: كَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمَتَاعِ وَمَا لَا يَمْتَنِعُ مِنْ صِغَارِ السِّبَاعِ كَالْغَنَمِ وَالْفُصْلَانِ٢ وَالْعَجَاجِيلِ وَالْأَوَزِّ وَالدَّجَاجِ فَهَذِهِ يَجُوزُ الْتِقَاطُهَا لِمَنْ وَثِقَ مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَانَةَ وَالْقُدْرَةَ عَلَى تَعْرِيفِهَا وَالْأَفْضَلُ مَعَ ذَلِكَ تَرْكُهَا فَإِنْ أَخَذَهَا ثُمَّ رَدَّهَا إِلَى مَوْضِعِهَا ضَمِنَ.
Ketiga: Seperti emas, perak, barang-barang, dan apa yang tidak dapat menghindar dari binatang buas kecil seperti kambing, anak unta², anak sapi, angsa, dan ayam, maka boleh memungutnya bagi orang yang percaya pada dirinya sendiri akan amanah dan kemampuan untuk memperkenalkannya. Yang lebih utama adalah meninggalkannya. Jika ia mengambilnya kemudian mengembalikannya ke tempatnya, ia harus menjaminnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَهَذَا الْقِسْمُ الْأَخِيرُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ:
Bagian terakhir ini ada tiga jenis:
أَحَدُهَا: مَا الْتَقَطَهُ مِنْ حَيَوَانٍ فَيَلْزَمُهُ خَيْرُ ثَلَاثَةِ أُمُورٍ: أَكْلُهُ بِقِيمَتِهِ أَوْ بَيْعُهُ وَحِفْظُ ثَمَنِهِ أَوْ حِفْظُهُ وَيُنْفِقُ عَلَيْهِ مِنْ مَالِهِ وَلَهُ الرُّجُوعُ بِمَا أَنْفَقَ إِنْ نَوَاهُ فَإِنِ اسْتَوَتِ الثَّلَاثَةُ خَيَّرَ.
Salah satunya: apa yang dia pungut dari hewan, maka dia wajib memilih yang terbaik dari tiga hal: memakannya dengan harganya, atau menjualnya dan menyimpan harganya, atau menyimpannya dan menafkahinya dari hartanya, dan dia berhak meminta kembali apa yang dia nafkahkan jika dia meniatkannya. Jika ketiga hal tersebut sama, maka dia boleh memilih.
الثَّانِي: مَا خَشِيَ فَسَادَهُ فَيَلْزَمُهُ فِعْلُ الْأَصْلَحِ مِنْ بَيْعِهِ أَوْ أَكْلِهِ بِقِيمَتِهِ أَوْ تَجْفِيفِ مَا يُجَفَّفُ فَإِنِ اسْتَوَتِ الثَّلَاثَةُ خَيَّرَ.
Kedua: Apa yang dikhawatirkan kerusakannya, maka wajib baginya melakukan yang paling maslahat dari menjualnya, memakannya dengan nilainya, atau mengeringkan apa yang bisa dikeringkan. Jika ketiga hal tersebut sama, maka ia boleh memilih.
الثَّالِثُ: بَاقِي الْمَالِ وَيَلْزَمُ التَّعْرِيفُ فِي الْجَمِيعِ فَوْرًا نَهَارًا أَوْ كُلَّ يَوْمٍ مُدَّةَ أُسْبُوعٍ ثُمَّ عَادَةً مُدَّةَ حَوْلٍ.
Ketiga: Sisa harta, dan wajib mengumumkannya secara keseluruhan segera di siang hari atau setiap hari selama seminggu, kemudian biasanya selama setahun.
وَتَعْرِيفُهَا: بِأَنْ يُنَادِيَ عَلَيْهَا فِي الْأَسْوَاقِ وَأَبْوَابِ الْمَسَاجِدِ مَنْ ضَاعَ مِنْهُ شَيْءٌ أَوْ نَفَقَةٌ.
Dan pengumumannya adalah dengan menyerukan di pasar-pasar dan pintu-pintu masjid, "Siapa yang kehilangan sesuatu atau nafkah?"
وَأُجْرَةُ الْمُنَادِي عَلَى الْمُلْتَقِطِ فَإِذَا عَرَّفَهَا حَوْلًا وَلَمْ تُعْرَفْ دَخَلَتْ فِي مِلْكِهِ قَهْرًا عَلَيْهِ فَيَتَصَرَّفُ فِيهَا بِمَا شَاءَ بِشَرْطِ ضَمَانِهَا.
Dan upah penyeru menjadi tanggungan penemu. Jika ia telah mengumumkannya selama setahun dan tidak dikenali, maka ia menjadi miliknya secara paksa dan ia boleh menggunakannya sesukanya dengan syarat menjaminnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ تَصَرُّفُهُ فِيهَا حَتَّى يَعْرِفَ وِعَاءَهَا وَوِكَاءَهَا - وَهُوَ مَا شُدَّ بِهِ الْوِعَاءُ.
Dan haram baginya menggunakannya hingga ia mengetahui wadahnya dan ikatannya - yaitu apa yang diikat dengannya wadah tersebut.
وَعِفَاصَهَا: وَهُوَ: صِفَةُ الشَّدِّ وَيَعْرِفُ قَدْرَهَا وَجِنْسَهَا وَصِفَتَهَا.
Dan pembungkusnya, yaitu sifat ikatannya, dan ia mengetahui ukurannya, jenisnya, dan sifatnya.
وَمَتَى وَصَفَهَا طَالِبُهَا يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ لَزِمَ دَفْعُهَا إِلَيْهِ بِنَمَائِهَا الْمُتَّصِلِ وَأَمَّا الْمُنْفَصِلُ بَعْدَ حَوْلِ التَّعْرِيفِ فَلِوَاجِدِهَا.
Dan kapan pun pencarinya mendeskripsikannya suatu hari nanti, wajib menyerahkannya kepadanya beserta pertumbuhannya yang terhubung. Adapun yang terpisah setelah setahun pengumuman, maka menjadi milik penemunya.
وَإِنْ تَلِفَتْ أَوْ نَقَصَتْ فِي حَوْلِ التَّعْرِيفِ وَلَمْ يُفَرِّطْ لَمْ يَضْمَنْ
Jika barang tersebut rusak atau berkurang selama setahun pengumuman dan ia tidak lalai, maka ia tidak bertanggung jawab.
وَبَعْدَ الْحَوْلِ يَضْمَنُ مُطْلَقًا.
Dan setelah satu tahun, ia menjamin secara mutlak.
وَإِنْ أَدْرَكَهَا رَبُّهَا بَعْدَ الْحَوْلِ مَبِيعَةً أَوْ مَوْهُوبَةً لَمْ يَكُنْ لَهُ إِلَّا الْبَدَلُ وَمَنْ وَجَدَ فِي حَيَوَانٍ نَقْدًا أَوْ دُرَّةً فَلُقَطَةٌ لِوَاجِدِهِ يَلْزَمُهُ تَعْرِيفُهُ.
Dan jika pemiliknya menemukannya setelah satu tahun dalam keadaan terjual atau dihibahkan, maka ia hanya berhak mendapatkan gantinya. Dan barangsiapa menemukan uang tunai atau mutiara pada hewan, maka itu adalah luqathah bagi penemunya yang wajib ia umumkan.
وَمَنِ اسْتَيْقَظَ فَوَجَدَ فِي ثَوْبِهِ مَالًا لَا يَدْرِي مَنْ صَرَّهُ فَهُوَ لَهُ وَلَا يَبْرَأُ مِنْ أَخَذَ مِنْ نَائِمٍ شَيْئًا إِلَّا بِتَسْلِيمِهِ لَهُ بَعْدَ انْتِبَاهِهِ.
Dan barangsiapa terbangun lalu mendapati harta di pakaiannya yang ia tidak tahu siapa yang menyimpannya, maka itu menjadi miliknya. Dan tidaklah bebas dari dosa orang yang mengambil sesuatu dari orang yang tidur kecuali dengan menyerahkannya kepadanya setelah ia terbangun.
بَابُ اللَّقِيطِ
بَابُ اللَّقِيطِ
Bab tentang Anak yang Ditemukan
وَهُوَ طِفْلٌ يُوجَدُ لَا يُعْرَفُ نَسَبُهُ وَلَا رِقُّهُ وَالْتِقَاطُهُ وَالْإِنْفَاقُ عَلَيْهِ فَرْضُ كِفَايَةٍ وَيُحْكَمُ بِإِسْلَامِهِ وَحُرِّيَّتِهِ وَيُنْفَقُ عَلَيْهِ مِمَّا مَعَهُ إِنْ كَانَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَمِنْ بَيْتِ الْمَالِ فَإِنْ تَعَذَّرَ اقْتَرَضَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ فَإِنْ تَعَذَّرَ فَعَلَى مَنْ عَلِمَ بِحَالِهِ وَالْأَحَقُّ بِحَضَانَتِهِ وَاجِدُهُ إِنْ كَانَ حُرًّا مُكَلَّفًا رَشِيدًا أَمِينًا عَدْلًا وَلَوْ ظَاهِرًا.
Ia adalah seorang anak yang ditemukan yang tidak diketahui nasab dan status perbudakannya. Memungutnya dan membiayainya adalah fardhu kifayah. Ia dihukumi sebagai seorang Muslim dan merdeka. Ia dinafkahi dari harta yang ada bersamanya jika ada. Jika tidak ada, maka dari baitul mal. Jika tidak memungkinkan, maka hakim meminjam untuknya. Jika tidak memungkinkan, maka kewajiban orang yang mengetahui keadaannya. Yang paling berhak mengasuhnya adalah orang yang menemukannya jika ia merdeka, mukallaf, cerdas, amanah, dan adil meskipun secara zhahir.
فَصْلٌ
Pasal
وَمِيرَاثُ اللَّقِيطِ وَدِيَتُهُ إِنْ قُتِلَ لِبَيْتِ الْمَالِ١ وَإِنْ ادَّعَاهُ مَنْ يُمْكِنُ كَوْنُهُ مِنْهُ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى أُلْحِقَ بِهِ وَلَوْ مَيِّتًا وَثَبَتَ نَسَبُهُ وَإِرْثُهُ.
Warisan anak yang ditemukan dan diyatnya jika ia terbunuh adalah untuk baitul mal. Jika ia diakui oleh orang yang mungkin ia berasal darinya, baik laki-laki maupun perempuan, maka ia diikutkan kepadanya meskipun ia telah meninggal, dan tetaplah nasab dan warisannya.
وَإِنِ ادَّعَاهُ اثْنَانِ فَأَكْثَرُ مَعًا قُدِّمَ مَنْ لَهُ بَيِّنَةٌ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ عُرِضَ عَلَى الْقَافَةِ فَإِنْ أَلْحَقَتْهُ بِوَاحِدٍ لَحِقَهُ وَإِنْ أَلْحَقَتْهُ بِالْجَمِيعِ لَحِقَهُمْ وَإِنْ أَشْكَلَ أَمْرُهُ ضَاعَ نَسَبُهُ.
Dan jika dua orang atau lebih mengklaimnya secara bersamaan, maka didahulukan orang yang memiliki bukti. Jika tidak ada, maka diserahkan kepada qaif (ahli firasat). Jika qaif menisbatkannya kepada satu orang, maka ia dinasabkan kepadanya. Jika qaif menisbatkannya kepada semuanya, maka ia dinasabkan kepada mereka. Dan jika perkaranya tidak jelas, maka nasabnya dianggap hilang.
وَيَكْفِي قَائِفٌ وَاحِدٌ وَهُوَ كَالْحَاكِمِ فَيَكْفِي مُجَرَّدُ خَبَرِهِ بِشَرْطِ كَوْنِهِ مُكَلَّفًا ذَكَرًا عَدْلًا حُرًّا مُجَرَّبًا فِي الْإِصَابَةِ.
Dan cukup satu orang qaif saja, dan ia seperti hakim, maka cukup dengan sekadar kabarnya saja, dengan syarat ia mukallaf, laki-laki, adil, merdeka, dan berpengalaman dalam ketepatan.
كِتَابُ الوَقْفِ
الوَقْفُ
كِتَابُ الوَقْفِ
الوَقْفُ
Wakaf
...
...
كِتَابُ الوَقْفِ
Kitab Wakaf
يَحْصُلُ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ: بِالْفِعْلِ مَعَ دَلِيلٍ يَدُلُّ عَلَيْهِ: كَأَنْ يَبْنِيَ١ بُنْيَانًا عَلَى هَيْئَةِ الْمَسْجِدِ وَيَأْذَنَ إِذْنًا عَامًّا بِالصَّلَاةِ فِيهِ أَوْ يَجْعَلَ أَرْضَهُ مَقْبَرَةً وَيَأْذَنَ إِذْنًا عَامًّا بِالدَّفْنِ فِيهَا.
Wakaf dapat terjadi dengan salah satu dari dua hal: dengan perbuatan disertai dalil yang menunjukkannya, seperti membangun bangunan dalam bentuk masjid dan mengizinkan secara umum untuk shalat di dalamnya, atau menjadikan tanahnya sebagai kuburan dan mengizinkan secara umum untuk menguburkan di dalamnya.
بِالْقَوْلِ٢ وَلَهُ صَرِيحٌ وَكِنَايَةٌ.
Atau dengan perkataan², yang memiliki bentuk sarih (jelas) dan kinayah (kiasan).
فَصَرِيحُهُ: وَقَفْتُ وَحَبَسْتُ وَسَبَّلْتُ.
Bentuk sarihnya adalah: Aku mewakafkan, aku menahan, dan aku menjadikan untuk kepentingan umum.
وَكِنَايَتُهُ: تَصَدَّقْتُ وَحَرَّمْتُ وَأَبَّدْتُ فَلَا بُدَّ فِيهَا مِنْ نِيَّةِ الْوَقْفِ مَا لَمْ يَقُلْ: عَلَى قَبِيلَةِ كَذَا أَوْ طَائِفَةِ كَذَا
Bentuk kinayahnya adalah: Aku bersedekah, aku mengharamkan, dan aku mengekalkan. Dalam hal ini, niat wakaf harus ada, kecuali jika ia mengatakan: untuk kabilah ini atau kelompok ini.
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ الْوَقْفِ سَبْعَةٌ:
Syarat-syarat wakaf ada tujuh:
أَحَدُهَا: كَوْنُهُ مِنْ مَالِكٍ جَائِزِ التَّصَرُّفِ أَوْ مِمَّنْ٣ يَقُومُ مَقَامَهُ.
Pertama: Wakaf berasal dari pemilik yang diperbolehkan bertindak atau orang yang menggantikan posisinya.
الثَّانِي: كَوْنُ الْمَوْقُوفِ عَيْنًا يَصِحُّ بَيْعُهَا وَيُنْتَفَعُ بِهَا نَفْعًا٤ مُبَاحًا مَعَ
Kedua: Benda yang diwakafkan adalah barang yang sah untuk dijual dan dapat diambil manfaatnya secara mubah (diperbolehkan) dengan
بَقَائِهَا١ فَلَا يَصِحُّ وَقْفُ مَطْعُومٍ وَمَشْرُوبٍ غَيْرِ الْمَاءِ وَلَا وَقْفُ دُهْنٍ وَشَمْعٍ وَأَثْمَانٍ وَقَنَادِيلَ نَقْدٍ عَلَى الْمَسَاجِدِ وَلَا عَلَى غَيْرِهَا.
Keabadiannya¹, maka tidak sah mewakafkan makanan dan minuman selain air, dan tidak sah mewakafkan minyak, lilin, harga, dan lampu uang tunai untuk masjid atau selainnya.
الثَّالِثُ: كَوْنُهُ عَلَى جِهَةِ بِرٍّ وَقُرْبَةٍ: كَالْمَسَاكِينِ وَالْمَسَاجِدِ وَالْقَنَاطِرِ وَالْأَقَارِبِ فَلَا يَصِحُّ عَلَى الْكَنَائِسِ وَلَا عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَلَا عَلَى جِنْسِ الْأَغْنِيَاءِ أَوِ٢ الْفُسَّاقِ لَكِنْ لَوْ٣ وَقَفَ عَلَى ذِمِّيٍّ أَوْ فَاسِقٍ أَوْ غَنِيٍّ مُعَيَّنٍ صَحَّ.
Ketiga: Hendaknya untuk kebaikan dan pendekatan diri kepada Allah, seperti orang-orang miskin, masjid, jembatan, dan kerabat. Maka tidak sah wakaf untuk gereja, orang Yahudi dan Nasrani, atau untuk orang kaya atau² orang fasik secara umum. Tetapi jika³ mewakafkan kepada kafir dzimmi, orang fasik, atau orang kaya tertentu, maka sah.
الرَّابِعُ: كَوْنُهُ عَلَى مُعَيَّنٍ غَيْرِ نَفْسِهِ يَصِحُّ أَنْ يَمْلِكَ فَلَا يَصِحُّ الْوَقْفُ عَلَى مَجْهُولٍ٤ كَرَجُلٍ وَمَسْجِدٍ وَلَا عَلَى أَحَدِ هَذَيْنِ وَلَا٥ عَلَى نَفْسِهِ وَلَا عَلَى مَنْ لَا يَمْلِكُ كَالرَّقِيقِ وَلَوْ مُكَاتَبًا وَ٦الْمَلَائِكَةِ وَالْجِنِّ وَالْبَهَائِمِ وَالْأَمْوَاتِ وَلَا عَلَى الْحَمْلِ اسْتِقْلَالًا٧ بَلْ تَبَعًا.
Keempat: Hendaknya untuk pihak tertentu selain dirinya sendiri yang sah memiliki, maka tidak sah wakaf kepada pihak yang tidak diketahui⁴ seperti seorang laki-laki dan masjid, dan tidak kepada salah satu dari keduanya, tidak pula⁵ kepada dirinya sendiri, tidak pula kepada yang tidak bisa memiliki seperti budak walaupun mukatab, dan⁶ malaikat, jin, binatang, orang yang telah meninggal, dan tidak pula kepada janin secara mandiri⁷ melainkan mengikuti.
الْخَامِسُ: كَوْنُ الْوَقْفِ مُنَجَّزًا فَلَا يَصِحُّ تَعْلِيقُهُ إِلَّا بِمَوْتِهِ فَيَلْزَمُ مِنْ حِينِ [الْوَقْفِ] ٨ إِنْ خَرَجَ مِنَ الثُّلُثِ.
Kelima: Hendaknya wakaf dilakukan secara langsung, maka tidak sah jika digantungkan kecuali dengan kematiannya, sehingga wakaf menjadi wajib sejak [wakaf tersebut] ⁸ jika keluar dari sepertiga harta.
السَّادِسُ: أَنْ لَا يُشْتَرَطَ١ فِيهِ مَا يُنَافِيهِ كَقَوْلِهِ: وَقَفْتُ كَذَا عَلَى أَنْ أَبِيعَهُ أَوْ أَهَبَهُ مَتَى شِئْتُ أَوْ بِشَرْطِ الْخِيَارِ لِي أَوْ بِشَرْطِ أَنْ أُحَوِّلَهُ مِنْ جِهَةٍ إِلَى جِهَةٍ.
Keenam: Bahwa tidak disyaratkan١ di dalamnya apa yang menafikannya, seperti perkataannya: Aku mewakafkan ini dengan syarat aku menjualnya atau menghibahkannya kapan pun aku mau, atau dengan syarat khiyar untukku, atau dengan syarat aku memindahkannya dari satu pihak ke pihak lain.
السَّابِعُ: أَنْ يَقِفَهُ عَلَى التَّأْبِيدِ.
Ketujuh: Bahwa ia mewakafkannya untuk selamanya.
فَلَا يَصِحُّ: وَقَفْتُهُ٢ شَهْرًا أَوْ إِلَى سَنَةٍ وَ٣نَحْوِهَا.
Maka tidak sah: Aku mewakafkannya٢ selama sebulan atau sampai setahun dan٣ sejenisnya.
وَلَا يُشْتَرَطُ تَعْيِينُ الْجِهَةِ فَلَوْ قَالَ: وَقَفْتُ كَذَا وَسَكَتَ صَحَّ وَكَانَ لِوَرَثَتِهِ مِنَ النَّسَبِ عَلَى قَدْرِ إِرْثِهِمْ٤.
Dan tidak disyaratkan menentukan pihak penerima wakaf. Seandainya ia berkata: Aku mewakafkan ini, lalu diam, maka sah dan wakaf itu untuk ahli warisnya dari kerabat sesuai kadar warisan mereka٤.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَلْزَمُ الْوَقْفُ بِمُجَرَّدِهِ وَيَمْلِكُهُ الْمَوْقُوفُ عَلَيْهِ فَيَنْظُرُ فِيهِ هُوَ أَوْ وَلِيُّهُ مَا لَمْ يَشْرُطْ٥ الْوَاقِفُ نَاظِرًا فَيَتَعَيَّنُ وَيَتَعَيَّنُ صَرْفُهُ إِلَى الْجِهَةِ الَّتِي وُقِفَ عَلَيْهَا فِي الْحَالِ٦ مَا لَمْ يَسْتَثْنِ الْوَاقِفُ مَنْفَعَتَهُ أَوْ غَلَّتَهُ لَهُ أَوْ لِوَلَدِهِ أَوْ لِصَدِيقِهِ مُدَّةَ حَيَاتِهِ أَوْ مُدَّةً مَعْلُومَةً فَيُعْمَلُ بِذَلِكَ.
Wakaf menjadi lazim dengan sendirinya dan dimiliki oleh pihak yang diwakafi. Maka ia atau walinya yang mengurus wakaf tersebut selama wakif tidak mensyaratkan٥ adanya nazir, maka ia menjadi tertentu. Dan wajib menyalurkannya kepada pihak yang diwakafi saat itu juga٦, kecuali jika wakif mengecualikan manfaat atau hasilnya untuk dirinya, anaknya, atau temannya selama hidupnya atau selama waktu tertentu, maka itu dilakukan.
وَحَيْثُ انْقَطَعَتِ الْجِهَةُ وَالْوَاقِفُ حَيٌّ رَجَعَ إِلَيْهِ وَقْفًا.
Dan jika pihak penerima wakaf terputus sedangkan wakif masih hidup, maka wakaf itu kembali kepadanya.
وَمَنْ وَقَفَ عَلَى الْفُقَرَاءِ فَافْتَقَرَ تَنَاوَلَ مِنْهُ١.
Dan barangsiapa yang mewakafkan untuk orang-orang fakir lalu ia menjadi fakir, maka ia boleh mengambil darinya.
وَلَا يَصِحُّ عِتْقُ الرَّقِيقِ الْمَوْقُوفِ بِحَالٍ لَكِنْ لَوْ وَطِئَ الْأَمَةَ٢ الْمَوْقُوفَةَ عَلَيْهِ حَرُمَ فَإِنْ حَمَلَتْ صَارَتْ أُمَّ وَلَدٍ تُعْتَقُ بِمَوْتِهِ وَتَجِبُ قِيمَتُهَا فِي تَرِكَتِهِ لِيُشْتَرَى٣ بِهَا مِثْلُهَا.
Memerdekakan budak yang diwakafkan tidak sah dalam keadaan apapun. Tetapi jika ia menyetubuhi budak perempuan yang diwakafkan kepadanya, maka hukumnya haram. Jika budak itu hamil, maka ia menjadi ummu walad yang dimerdekakan dengan kematiannya, dan nilai budak itu wajib diambil dari harta peninggalannya untuk membeli budak yang serupa.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُرْجَعُ فِي مَصْرِفِ الْوَقْفِ إِلَى شَرْطِ الْوَاقِفِ فَإِنْ جُهِلَ عُمِلَ بِالْعَادَةِ الْجَارِيَةِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ٤ فَبِالْعُرْفِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَالتَّسَاوِي بَيْنَ الْمُسْتَحِقِّينَ.
Dalam pendistribusian wakaf, merujuk kepada syarat wakif (pemberi wakaf). Jika tidak diketahui, maka dilakukan sesuai kebiasaan yang berlaku. Jika tidak ada, maka sesuai dengan 'urf (adat). Jika tidak ada, maka dibagi rata di antara yang berhak.
وَيُرْجَعُ إِلَى شَرْطِهِ فِي التَّرْتِيبِ بَيْنَ الْبُطُونِ أَوِ الِاشْتِرَاكِ وَفِي إِيجَارِ الْوَقْفِ أَوْ٥ عَدَمِهِ وَفِي قَدْرِ مُدَّةِ الْإِيجَارِ فَلَا يُزَادُ عَلَى مَا قَدَّرَ.
Merujuk kepada syaratnya dalam urutan antara kelompok penerima atau keikutsertaan, dalam menyewakan wakaf atau tidak, dan dalam lamanya masa sewa, maka tidak boleh melebihi apa yang telah ditentukan.
وَنَصُّ الْوَاقِفِ كَنَصِّ الشَّارِعِ٦ يَجِبُ الْعَمَلُ بِجَمِيعِ مَا شَرَطَهُ مَا لَمْ
Ketentuan wakif seperti ketentuan Syari' (Allah), wajib mengamalkan semua yang disyaratkannya selama tidak
يَفْضِي إِلَى الْإِخْلَالِ١ بِالْمَقْصُودِ فَيُعْمَلُ بِهِ فِيمَا٢ إِذَا شَرَطَ أَنْ لَا يَنْزِلَ فِي الْوَقْفِ فَاسِقٌ وَلَا شَرِيرٌ وَلَا ذُو جَاهٍ.
Ini akan mengarah pada pelanggaran tujuan yang dimaksud, sehingga diterapkan jika disyaratkan bahwa orang fasik, jahat, atau berpengaruh tidak boleh tinggal di wakaf.
وَإِنْ خَصَّصَ مَقْبَرَةً أَوْ مَدْرَسَةً أَوْ إِمَامَتَهَا بِأَهْلِ مَذْهَبٍ أَوْ بَلَدٍ أَوْ قَبِيلَةٍ تَخَصَّصَتْ لَا الْمُصَلِّينَ بِهَا وَلَا إِنْ شَرَطَ عَدَمَ اسْتِحْقَاقِ مَنْ ارْتَكَبَ طَرِيقَ٣ الصَّلَاحِ.
Jika dia mengkhususkan pemakaman, sekolah, atau imamahnya untuk pengikut mazhab, negara, atau suku tertentu, maka itu menjadi khusus, bukan untuk orang yang shalat di sana, dan tidak juga jika dia mensyaratkan bahwa orang yang menempuh jalan kebaikan tidak berhak.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُرْجَعُ فِي شَرْطِهِ إِلَى النَّاظِرِ٤.
Dan dalam syaratnya, rujukannya adalah kepada nazhir.
وَيُشْتَرَطُ فِي النَّاظِرِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالتَّكْلِيفُ الْكِفَايَةُ لِلتَّصَرُّفِ وَالْخِبْرَةُ بِهِ وَالْقُوَّةُ عَلَيْهِ فَإِنْ كَانَ ضَعِيفًا ضُمَّ إِلَيْهِ قَوِيٌّ أَمِينٌ.
Dan disyaratkan pada nazhir lima hal: Islam, taklif (beban hukum), kemampuan untuk mengelola, pengalaman dalam hal itu, dan kekuatan untuk melakukannya. Jika dia lemah, maka digabungkan kepadanya orang yang kuat dan amanah.
وَلَا تُشْتَرَطُ الذُّكُورَةُ وَلَا الْعَدَالَةُ حَيْثُ كَانَ بِجَعْلِ الْوَاقِفِ لَهُ فَإِنْ كَانَ مِنْ غَيْرِهِ فَلَا بُدَّ٥ مِنَ الْعَدَالَةِ.
Dan tidak disyaratkan laki-laki dan tidak pula adil jika itu adalah penetapan dari wakif untuknya. Jika dari selain wakif, maka harus adil.
فَإِنْ لَمْ يَشْرُطْ١ الْوَاقِفُ نَاظِرًا فَالنَّظَرُ لِلْمَوْقُوفِ عَلَيْهِ مُطْلَقًا حَيْثُ كَانَ مَحْصُورًا وَإِلَّا فَلِلْحَاكِمِ.
Jika wakif tidak mensyaratkan nazhir, maka pengawasan adalah hak mutlak mauquf 'alaih jika ia terbatas. Jika tidak, maka pengawasan adalah hak hakim.
وَلَا نَظَرَ لِلْحَاكِمِ٢ مَعَ نَاظِرٍ خَاصٍّ٣ لَكِنْ لَهُ أَنْ يَعْتَرِضَ عَلَيْهِ إِنْ فَعَلَ مَا لَا يَسُوغُ.
Hakim tidak berhak mengawasi jika ada nazhir khusus, tetapi ia berhak mengajukan keberatan jika nazhir melakukan sesuatu yang tidak diizinkan.
وَوَظِيفَةُ النَّاظِرِ: حِفْظُ الْوَقْفِ وَعِمَارَتُهُ وَإِيجَارُهُ وَزَرْعُهُ وَالْمُخَاصَمَةُ فِيهِ وَتَحْصِيلُ رِيعِهِ وَالِاجْتِهَادُ فِي تَنْمِيَتِهِ وَصَرْفُ الرِّيعِ فِي جِهَاتِهِ مِنْ عِمَارَةٍ وَإِصْلَاحٍ وَإِعْطَاءِ الْمُسْتَحِقِّينَ.
Tugas nazhir adalah menjaga wakaf, memakmurkannya, menyewakannya, menanaminya, membelanya, mengumpulkan hasilnya, berusaha mengembangkannya, dan menyalurkan hasilnya ke tujuan-tujuannya, seperti pembangunan, perbaikan, dan pemberian kepada yang berhak.
وَإِنْ آجَرَهُ بِأَنْقَصَ صَحَّ وَضَمِنَ النَّقْصَ.
Jika ia menyewakannya dengan harga lebih rendah, maka sewa-menyewa itu sah dan ia harus mengganti kekurangannya.
وَلَهُ الْأَكْلُ بِالْمَعْرُوفِ٤ وَلَوْ لَمْ يَكُنْ مُحْتَاجًا٥ وَلَهُ التَّقْرِيرُ فِي وَظَائِفِهِ.
Ia boleh makan dari wakaf secara ma'ruf meskipun tidak membutuhkan, dan ia berhak menetapkan tugas-tugasnya.
وَمَنْ قُرِّرَ فِي وَظِيفَةٍ عَلَى وَفْقِ الشَّرْعِ حَرُمَ إِخْرَاجُهُ مِنْهَا بِلَا مُوجِبٍ شَرْعِيٍّ وَمَنْ نَزَلَ عَنْ وَظِيفَةٍ بِيَدِهِ لِمَنْ هُوَ أَهْلٌ لَهَا صَحَّ وَكَانَ أَحَقَّ بِهَا.
Barangsiapa ditetapkan dalam suatu tugas sesuai dengan syariat, maka haram mengeluarkannya dari tugas itu tanpa alasan syar'i. Barangsiapa mengundurkan diri dari suatu tugas yang dipegangnya kepada orang yang layak untuk tugas itu, maka pengunduran dirinya sah dan ia lebih berhak atas tugas itu.
وَمَا يَأْخُذُهُ الْفُقَهَاءُ مِنَ الْوَقْفِ فَكَالرِّزْقِ مِنْ بَيْتِ الْمَالِ لَا كَجُعْلٍ وَلَا كَأُجْرَةٍ.
Apa yang diambil oleh para ahli fikih dari wakaf adalah seperti rezeki dari Baitul Mal, bukan seperti ju'l (upah) atau ujrah (sewa).
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ وَقَفَ عَلَى وَلَدِهِ وَ١ وَلَدِ غَيْرِهِ دَخَلَ الْمَوْجُودُونَ فَقَطْ مِنَ الذُّكُورِ وَالْإِنَاثِ٢ بِالسَّوِيَّةِ مِنْ غَيْرِ تَفْضِيلٍ وَدَخَلَ أَوْلَادُ الذُّكُورِ خَاصَّةً.
Barangsiapa mewakafkan kepada anaknya dan anak orang lain, maka yang termasuk hanyalah yang ada saja dari laki-laki dan perempuan secara merata tanpa ada pengutamaan, dan termasuk pula anak-anak laki-laki secara khusus.
وَإِنْ قَالَ٣: عَلَى وَلَدِي٤ دَخَلَ أَوْلَادُهُ الْمَوْجُودُونَ وَمَنْ يُولَدُ لَهُمْ لَا الْحَادِثُونَ٥ وَعَلَى وَلَدِي وَمَنْ يُولَدُ لِي دَخَلَ الْمَوْجُودُونَ وَالْحَادِثُونَ تَبَعًا.
Jika dia mengatakan: kepada anakku, maka termasuk anak-anaknya yang ada dan yang akan dilahirkan bagi mereka, bukan yang baru lahir. Dan jika dia mengatakan: kepada anakku dan siapa yang akan dilahirkan untukku, maka termasuk yang ada dan yang baru lahir sebagai pengikut.
وَمَنْ وَقَفَ عَلَى عَقِبِهِ أَوْ٦ نَسْلِهِ أَوْ وَلَدِ وَلَدِهِ أَوْ ذُرِّيَّتِهِ دَخَلَ الذُّكُورُ وَالْإِنَاثُ لَا أَوْلَادُ الْإِنَاثِ إِلَّا بِقَرِينَةٍ.
Barangsiapa mewakafkan kepada keturunannya, keturunannya, anak dari anaknya, atau keturunannya, maka termasuk laki-laki dan perempuan, bukan anak-anak perempuan kecuali dengan indikasi.
وَمَنْ وَقَفَ عَلَى بَنِيهِ أَوْ بَنِي فُلَانٍ فَلِلذُّكُورِ خَاصَّةً.
Barangsiapa mewakafkan kepada anak-anaknya atau anak-anak si Fulan, maka khusus untuk laki-laki saja.
وَيُكْرَهُ هُنَا أَنْ يُفَضِّلَ بَعْضَ أَوْلَادِهِ عَلَى بَعْضٍ لِغَيْرِ سَبَبٍ وَالسُّنَّةُ أَنْ لَا يُزَادَ ذَكَرٌ عَلَى أُنْثَى فَإِنْ كَانَ لِبَعْضِهِمْ عِيَالٌ أَوْ بِهِ حَاجَةٌ أَوْ عَاجِزٌ عَنِ التَّكَسُّبِ أَوْ خَصَّ الْمُشْتَغِلِينَ بِالْعِلْمِ أَوْ خَصَّ ذَا الدِّينِ وَالصَّلَاحِ فَلَا بَأْسَ٧.
Di sini dimakruhkan mengutamakan sebagian anaknya atas sebagian yang lain tanpa alasan. Sunnah adalah tidak melebihkan laki-laki atas perempuan. Jika sebagian dari mereka memiliki tanggungan, membutuhkan, tidak mampu mencari nafkah, atau mengkhususkan orang yang sibuk dengan ilmu, atau mengkhususkan orang yang beragama dan saleh, maka tidak mengapa.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْوَقْفُ عَقْدٌ لَازِمٌ لَا يُفْسَخُ١ بِإِقَالَةٍ وَلَا غَيْرِهَا وَلَا يُوهَبُ وَلَا يُرْهَنُ وَلَا يُورَثُ وَلَا يُبَاعُ إِلَّا أَنْ تَتَعَطَّلَ مَنَافِعُهُ بِخَرَابٍ أَوْ غَيْرِهِ وَلَمْ يُوجَدْ مَا يُعْمَرُ بِهِ فَيُبَاعُ وَيُصْرَفُ ثَمَنُهُ فِي مِثْلِهِ٢ أَوْ بَعْضِ مِثْلِهِ وَبِمُجَرَّدِ شِرَاءِ الْبَدَلِ٣ يَصِيرُ وَقْفًا وَكَذَا حُكْمُ الْمَسْجِدِ لَوْ ضَاقَ عَلَى أَهْلِهِ أَوْ خَرِبَتْ مَحَلَّتُهُ أَوِ اسْتَقْذَرَ مَوْضِعُهُ.
Wakaf adalah akad yang mengikat, tidak dapat dibatalkan1 dengan pembatalan atau lainnya, tidak dapat dihibahkan, digadaikan, diwariskan, atau dijual kecuali jika manfaatnya terhenti karena kerusakan atau lainnya dan tidak ditemukan sesuatu untuk memperbaikinya. Maka wakaf itu dijual dan hasilnya digunakan untuk yang serupa2 atau sebagiannya. Dengan hanya membeli pengganti3, ia menjadi wakaf. Demikian pula hukum masjid jika menjadi sempit bagi penghuninya, lingkungannya rusak, atau lokasinya menjadi kotor.
وَيَجُوزُ نَقْلُ آلَتِهِ وَحِجَارَتِهِ لِمَسْجِدٍ آخَرَ إِحْتَاجَ إِلَيْهَا وَذَلِكَ أَوْلَى مِنْ بَيْعِهِ وَيَجُوزُ نَقْضُ مَنَارَةِ الْمَسْجِدِ وَجَعْلُهَا فِي حَائِطِهِ لِتَحْصِينِهِ وَمَنْ وَقَفَ عَلَى ثَغْرٍ فَاخْتَلَّ صُرِفَ فِي ثَغْرٍ مِثْلِهِ وَعَلَى قِيَاسِهِ مَسْجِدٌ وَرِبَاطٌ وَنَحْوُهُمَا.
Diperbolehkan memindahkan peralatan dan batu-batunya ke masjid lain yang membutuhkannya, dan itu lebih utama daripada menjualnya. Diperbolehkan membongkar menara masjid dan menjadikannya di dindingnya untuk memperkuatnya. Barangsiapa mewakafkan untuk perbatasan yang rusak, maka dialihkan ke perbatasan yang serupa. Berdasarkan analoginya, masjid, ribath, dan sejenisnya.
وَيَحْرُمُ: حَفْرُ الْبِئْرِ وَغَرْسُ الشَّجَرِ بِالْمَسَاجِدِ٤ وَلَعَلَّ هَذَا حَيْثُ لَمْ يَكُنْ فِيهِ٥ مَصْلَحَةٌ.
Haram: menggali sumur dan menanam pohon di masjid4, mungkin ini jika tidak ada5 maslahat di dalamnya.
بَابُ الهِبَةِ
بَابُ الهِبَةِ
Bab Hibah
وَهِيَ التَّبَرُّعُ بِالْمَالِ فِي حَالِ الْحَيَاةِ.
Dan hibah adalah menyumbangkan harta di masa hidup.
وَهِيَ مُسْتَحَبَّةٌ مُنْعَقِدَةٌ بِكُلِّ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ يَدُلُّ عَلَيْهَا.
Dan hibah itu mustahab (dianjurkan), terlaksana dengan setiap perkataan atau perbuatan yang menunjukkannya.
وَشُرُوطُهَا ثَمَانِيَةٌ: كَوْنُهَا مِنْ جَائِزِ التَّصَرُّفِ كَوْنُهُ مُخْتَارًا غَيْرَ هَازِلٍ كَوْنُ الْمَوْهُوبِ يَصِحُّ بَيْعُهُ كَوْنُ الْمَوْهُوبِ لَهُ يَصِحُّ تَمْلِيكُهُ كَوْنُهُ يَقْبَلُ مَا وُهِبَ لَهُ بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ يَدُلُّ عَلَيْهِ قَبْلَ تَشَاغُلِهِمَا بِمَا يَقْطَعُ الْبَيْعَ عُرْفًا كَوْنُ الْهِبَةِ مُنَجَّزَةً كَوْنُهَا غَيْرَ مُؤَقَّتَةٍ لَكِنْ لَوْ وَقَّتَتْ بِعُمْرِ أَحَدِهِمَا لَزِمَتْ وَلَغَا التَّوْقِيتُ وَكَوْنُهَا بِغَيْرِ عِوَضٍ فَإِنْ كَانَتْ بِعِوَضٍ مَعْلُومٍ فَبَيْعٌ وَبِعِوَضٍ مَجْهُولٍ فَبَاطِلَةٌ.
Dan syarat-syaratnya ada delapan: 1) Dari orang yang diperbolehkan bertransaksi, 2) Dia memilih, bukan main-main, 3) Barang yang dihibahkan sah untuk dijual, 4) Penerima hibah sah untuk dimiliki, 5) Dia menerima apa yang dihibahkan kepadanya dengan perkataan atau perbuatan yang menunjukkannya sebelum keduanya sibuk dengan sesuatu yang memutus jual beli secara 'urf, 6) Hibah itu tunai, 7) Tidak dibatasi waktu, tetapi jika dibatasi dengan umur salah satunya maka hibah itu tetap dan pembatasan waktunya batal, 8) Tanpa kompensasi, jika dengan kompensasi yang diketahui maka itu jual beli, dan jika dengan kompensasi yang tidak diketahui maka batil.
وَمَنْ أَهْدَى لِيُهْدَى لَهُ أَكْثَرُ فَلَا بَأْسَ.
Dan barangsiapa memberi hadiah agar diberi hadiah yang lebih banyak, maka tidak mengapa.
وَيُكْرَهُ رَدُّ١ الْهِبَةِ وَإِنْ قَلَّتْ بَلِ السُّنَّةُ أَنْ يُكَافِئَ أَوْ يَدْعُوَ وَإِنْ عَلِمَ أَنَّهُ أَهْدَى٢ حَيَاءً وَجَبَ الرَّدُّ٣.
Dan dimakruhkan menolak1 hadiah meskipun sedikit, bahkan sunnah untuk membalasnya atau mendoakan (pemberinya). Jika diketahui bahwa dia memberi2 karena malu, maka wajib menolak3nya.
فَصْلٌ
Pasal
وَتُمْلَكُ الْهِبَةُ بِالْعَقْدِ.
Kepemilikan hibah ditetapkan dengan akad.
وَتَلْزَمُ بِالْقَبْضِ بِشَرْطِ أَنْ يَكُونَ الْقَبْضُ بِإِذْنِ الْوَاهِبِ فَقَبْضُ مَا وُهِبَ بِكَيْلٍ أَوْ وَزْنٍ أَوْ عَدٍّ أَوْ ذَرْعٍ بِذَلِكَ وَقَبْضُ الصُّبْرَةِ وَمَا يُنْقَلُ بِالنَّقْلِ وَقَبْضُ مَا يُتَنَاوَلُ بِالتَّنَاوُلِ وَقَبْضُ غَيْرِ ذَلِكَ بِالتَّخْلِيَةِ وَيَقْبِلُ وَيَقْبِضُ لِصَغِيرٍ وَمَجْنُونٍ وَلِيُّهُمَا.
Hibah menjadi mengikat dengan serah terima (al-qabdh) dengan syarat serah terima tersebut atas izin pemberi hibah. Serah terima barang yang dihibahkan dengan takaran, timbangan, hitungan, atau ukuran dilakukan dengan cara tersebut. Serah terima tumpukan dan barang yang dipindahkan dilakukan dengan pemindahan. Serah terima barang yang diraih dilakukan dengan peraihan. Serah terima selain itu dilakukan dengan membiarkan (at-takhliyah). Wali anak kecil dan orang gila menerima dan mengambil (hibah) untuk mereka berdua.
وَيَصِحُّ أَنْ يَهَبَ شَيْئًا وَيَسْتَثْنِيَ نَفْعَهُ مُدَّةً مَعْلُومَةً وَأَنْ يَهَبَ حَامِلًا وَيَسْتَثْنِيَ حَمْلَهَا.
Sah menghibahkan sesuatu dan mengecualikan manfaatnya dalam jangka waktu yang diketahui, serta menghibahkan hewan yang hamil dan mengecualikan kandungannya.
وَإِنْ وَهَبَهُ وَشَرَطَ الرُّجُوعَ مَتَى شَاءَ لَزِمَتْ وَلَغَا الشَّرْطُ.
Jika seseorang menghibahkan sesuatu dan mensyaratkan dapat menariknya kembali kapan saja dia mau, maka hibah tersebut tetap sah dan syaratnya batal.
وَإِنْ وَهَبَ دَيْنَهُ لِمَدِينِهِ أَوْ أَبْرَأَهُ مِنْهُ أَوْ تَرَكَهُ لَهُ صَحَّ وَلَزِمَ بِمُجَرَّدِهِ وَلَوْ قَبْلَ حُلُولِهِ.
Jika seseorang menghibahkan utangnya kepada orang yang berutang kepadanya, membebaskannya dari utang tersebut, atau meninggalkannya untuknya, maka hal itu sah dan mengikat dengan sendirinya meskipun sebelum jatuh tempo.
وَتَصِحُّ الْبَرَاءَةُ وَلَوْ مَجْهُولًا.
Pembebasan utang sah meskipun (utangnya) tidak diketahui.
وَلَا تَصِحُّ هِبَةُ الدَّيْنِ لِغَيْرِ مَنْ هُوَ عَلَيْهِ إِلَّا إِنْ كَانَ ضَامِنًا.
Tidak sah menghibahkan utang kepada selain orang yang berutang kecuali jika dia adalah penjamin.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِكُلِّ وَاهِبٍ أَنْ يَرْجِعَ فِي هِبَتِهِ قَبْلَ إِقْبَاضِهَا مَعَ الْكَرَاهَةِ. وَلَا يَصِحُّ الرُّجُوعُ إِلَّا بِالْقَوْلِ وَبَعْدَ إِقْبَاضِهَا يَحْرُمُ وَلَا يَصِحُّ مَا لَمْ يَكُنْ أَبًا فَلَهُ١ أَنْ يَرْجِعَ بِشُرُوطٍ أَرْبَعَةٍ:
Setiap pemberi hibah boleh menarik kembali hibahnya sebelum diserahkan meskipun makruh. Penarikan kembali tidak sah kecuali dengan perkataan. Setelah diserahkan, haram dan tidak sah menarik kembali kecuali jika dia adalah ayah, maka dia boleh menarik kembali dengan empat syarat:
أَنْ لَا يُسْقِطَ حَقَّهُ مِنَ الرُّجُوعِ٢ أَنْ لَا تَزِيدَ زِيَادَةً مُتَّصِلَةً أَنْ تَكُونَ بَاقِيَةً فِي مِلْكِهِ أَنْ لَا يَرْهَنَهَا.
Bahwa dia tidak menggugurkan haknya untuk menarik kembali, bahwa hibah tidak bertambah dengan pertambahan yang bersambung, bahwa hibah tetap berada dalam kepemilikannya, dan bahwa dia tidak menggadaikannya.
وَلِلْأَبِ الْحُرِّ أَنْ يَتَمَلَّكَ مِنْ مَالِ وَلَدِهِ مَا شَاءَ بِشُرُوطٍ خَمْسَةٍ:
Seorang ayah yang merdeka boleh memiliki harta anaknya sesukanya dengan lima syarat:
أَنْ لَا يَضُرَّهُ أَنْ لَا يَكُونَ فِي مَرَضِ مَوْتِ أَحَدِهِمَا أَنْ لَا يُعْطِيَهُ لِوَلَدٍ آخَرَ أَنْ يَكُونَ التَّمَلُّكُ بِالْقَبْضِ مَعَ الْقَوْلِ أَوِ النِّيَّةِ أَنْ يَكُونَ مَا يَتَمَلَّكُهُ٣ عَيْنًا مَوْجُودَةً فَلَا يَصِحُّ أَنْ يَتَمَلَّكَ مَا فِي ذِمَّتِهِ مِنْ دَيْنِ وَلَدِهِ وَلَا أَنْ يُبْرِئَ نَفْسَهُ٤.
Bahwa tidak membahayakannya, bahwa tidak dalam keadaan sakit yang membawa kematian salah satu dari keduanya, bahwa tidak memberikannya kepada anak yang lain, bahwa kepemilikan terjadi dengan serah terima disertai perkataan atau niat, dan bahwa yang dimiliki adalah barang yang ada, maka tidak sah memiliki utang anaknya yang ada dalam tanggungannya dan tidak sah membebaskan dirinya sendiri.
وَلَيْسَ لِوَلَدِهِ أَنْ يُطَالِبَهُ بِمَا فِي ذِمَّتِهِ مِنَ الدَّيْنِ بَلْ إِذَا مَاتَ أَخَذَهُ مِنْ تَرِكَتِهِ مِنْ رَأْسِ الْمَالِ.
Anaknya tidak boleh menuntut ayahnya atas utang yang ada dalam tanggungannya, tetapi jika ayahnya meninggal, dia mengambilnya dari harta peninggalannya sebagai modal pokok.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُبَاحُ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَقْسِمَ مَالَهُ بَيْنَ وَرَثَتِهِ فِي حَالِ حَيَاتِهِ وَيُعْطِي مَنْ حَدَثَ حِصَّتَهُ وُجُوبًا وَيَجِبُ عَلَيْهِ التَّسْوِيَةُ بَيْنَهُمْ عَلَى قَدْرِ إِرْثِهِمْ.
Dan diperbolehkan bagi seseorang untuk membagikan hartanya di antara ahli warisnya semasa hidupnya dan wajib memberikan bagian kepada yang baru lahir, serta wajib baginya menyamakan di antara mereka sesuai kadar warisan mereka.
فَإِنْ زَوَّجَ أَحَدَهُمْ أَوْ خَصَّصَهُ١ بِلَا إِذْنِ الْبَقِيَّةِ حَرُمَ عَلَيْهِ وَلَزِمَهُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ حَتَّى يَسْتَوُوا فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ التَّسْوِيَةِ وَلَيْسَ التَّخْصِيصُ بِمَرَضِ مَوْتِهِ الْمَخُوفِ ثَبَتَ لِلْآخِذِ وَإِنْ كَانَ بِمَرَضِ مَوْتِهِ لَمْ يَثْبُتْ لَهُ شَيْءٌ زَائِدٌ عَنْهُمْ إِلَّا بِإِجَازَتِهِمْ مَا لَمْ يَكُنْ وَقْفًا فَيَصِحُّ بِالثُّلُثِ كَالْأَجْنَبِيِّ
Jika dia menikahkan salah seorang dari mereka atau mengkhususkan١ tanpa izin yang lain, maka haram baginya dan wajib memberikan kepada mereka hingga sama. Jika dia meninggal sebelum menyamakan dan pengkhususan itu bukan karena sakit yang dikhawatirkan kematiannya, maka tetap bagi yang mengambil. Jika karena sakit yang dikhawatirkan kematiannya, maka tidak ada kelebihan baginya atas mereka kecuali dengan izin mereka, kecuali jika itu adalah wakaf maka sah sepertiga seperti orang lain.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْمَرَضُ غَيْرُ الْمَخُوفِ كَالصُّدَاعِ وَوَجَعِ الضِّرْسِ وَ٢تَبَرُّعُ صَاحِبِهِ نَافِذٌ فِي جَمِيعِ مَالِهِ كَتَصَرُّفِ الصَّحِيحِ حَتَّى وَلَوْ صَارَ مَخُوفًا وَمَاتَ مِنْهُ بَعْدَ ذَلِكَ.
Penyakit yang tidak dikhawatirkan seperti sakit kepala dan sakit gigi, sedekah² pemiliknya berlaku pada seluruh hartanya seperti tindakan orang yang sehat, meskipun kemudian menjadi penyakit yang dikhawatirkan dan dia meninggal karenanya setelah itu.
وَالْمَرَضُ الْمَخُوفُ كَالْبِرْسَامِ وَذَاتِ الْجَنْبِ وَالرُّعَافِ الدَّائِمِ وَالْقَيَامِ الْمُتَدَارَكِ وَكَذَلِكَ مَنْ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ وَقْتَ الْحَرْبِ أَوْ كَانَ بِاللُّجَّةِ وَقْتَ الْهَيَجَانِ أَوْ وَقَعَ الطَّاعُونُ بِبَلَدِهِ أَوْ قُدِّمَ لِلْقَتْلِ أَوْ حُبِسَ لَهُ أَوْ جُرِحَ جُرْحًا مُوحِيًا فَكُلُّ مَنْ أَصَابَهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ ثُمَّ تَبَرَّعَ وَمَاتَ نَفَذَ تَبَرُّعُهُ بِالثُّلُثِ فَقَطْ لِلْأَجْنَبِيِّ فَقَطْ وَإِنْ لَمْ يَمُتْ فَكَالصَّحِيحِ.
Dan penyakit yang menakutkan seperti demam otak, radang selaput dada, mimisan terus-menerus, dan muntah darah yang berulang-ulang, demikian pula orang yang berada di antara dua barisan saat perang atau berada di lautan saat badai, atau terjadi wabah di negerinya, atau dibawa untuk dibunuh, atau dipenjara, atau terluka dengan luka yang mematikan, maka setiap orang yang tertimpa sesuatu dari itu kemudian bersedekah dan meninggal, maka sedekahnya berlaku hanya sepertiga saja untuk orang asing saja, dan jika tidak meninggal maka seperti orang yang sehat.
كِتَابُ الوَصِيَّةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْوَصِيَّةِ
Kitab Wasiat
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْوَصِيَّةِ
Kitab Wasiat
تَصِحُّ: الْوَصِيَّةُ مِنْ كُلِّ عَاقِلٍ لَمْ يُعَايِنِ الْمَوْتَ وَلَوْ مُمَيِّزًا أَوْ سَفِيهًا.
Sah: Wasiat dari setiap orang yang berakal yang belum menyaksikan kematian meskipun mumayyiz atau safih.
فَتُسَنُّ بِخُمُسٍ مِنْ تَرَكَ خَيْرًا وَهُوَ الْمَالُ الْكَثِيرُ عُرْفًا.
Maka disunahkan dengan seperlima dari orang yang meninggalkan kebaikan, yaitu harta yang banyak secara 'urf.
وَتُكْرَهُ لِفَقِيرٍ لَهُ وَرَثَةٌ.
Dan dimakruhkan bagi orang fakir yang memiliki ahli waris.
وَتُبَاحُ لَهُ إِنْ كَانُوا أَغْنِيَاءَ.
Dan dibolehkan baginya jika mereka kaya.
وَتَجِبُ عَلَى مَنْ عَلَيْهِ حَقٌّ بِلَا بَيِّنَةٍ.
Dan wajib atas orang yang memiliki hak tanpa bukti.
وَتَحْرُمُ عَلَى مَنْ لَهُ وَارِثٌ بِزَائِدٍ عَلَى الثُّلُثِ وَلِوَارِثٍ بِشَيْءٍ وَتَصِحُّ وَتَقِفُ عَلَى إِجَازَةِ الْوَرَثَةِ وَالِاعْتِبَارُ بِكَوْنِ مَنْ وَصَّى أَوْ وَهَبَ وَارِثًا أَوْ لَا عِنْدَ الْمَوْتِ وَبِالْإِجَازَةِ أَوِ الرَّدِّ بَعْدَهُ.
Dan haram bagi orang yang memiliki ahli waris dengan lebih dari sepertiga dan bagi ahli waris dengan sesuatu, dan sah dan tergantung pada izin ahli waris, dan yang dianggap adalah keadaan orang yang berwasiat atau menghibahkan kepada ahli waris atau tidak pada saat kematian, dan dengan izin atau penolakan setelahnya.
فَإِنِ امْتَنَعَ الْمُوصَى لَهُ بَعْدَ مَوْتِ الْمُوصِي مِنَ الْقَبُولِ وَمِنَ الرَّدِّ حُكِمَ عَلَيْهِ بِالرَّدِّ وَسَقَطَ حَقُّهُ.
Jika orang yang diberi wasiat menolak untuk menerima dan menolak setelah kematian pemberi wasiat, maka diputuskan atasnya penolakan dan gugur haknya.
وَإِنْ قَبِلَ ثُمَّ رَدَّ لَزِمَتْ وَلَمْ يَصِحَّ الرَّدُّ.
Dan jika dia menerima kemudian menolak, maka menjadi lazim dan tidak sah penolakannya.
وَتَدْخُلُ فِي مِلْكِهِ مِنْ حِينِ قَبُولِهِ فَمَا حَدَثَ مِنْ نَمَاءٍ مُنْفَصِلٍ قَبْلَ ذَلِكَ فَلِوَرَثَتِهِ.
Dan masuk ke dalam kepemilikannya sejak penerimaannya, maka apa yang terjadi dari pertumbuhan yang terpisah sebelum itu adalah untuk ahli warisnya.
وَتَبْطُلُ الْوَصِيَّةُ بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: بِرُجُوعِ الْمُوصِي بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ يَدُلُّ عَلَيْهِ وَبِمَوْتِ الْمُوصَى لَهُ قَبْلَ الْمُوصِي وَبِقَتْلِهِ لِلْمُوصِي وَبِرَدِّهِ لِلْوَصِيَّةِ وَبِتَلَفِ الْعَيْنِ الْمُعَيَّنَةِ الْمُوصَى بِهَا.
Dan wasiat menjadi batal dengan lima hal: dengan kembalinya pemberi wasiat melalui perkataan atau perbuatan yang menunjukkan hal tersebut, dengan meninggalnya penerima wasiat sebelum pemberi wasiat, dengan penerima wasiat membunuh pemberi wasiat, dengan penolakannya terhadap wasiat, dan dengan rusaknya barang tertentu yang diwasiatkan.
بَابُ المُوصَى لَهُ
بَابُ الْمُوصَى لَهُ
Bab Orang yang Diberi Wasiat
تَصِحُّ الْوَصِيَّةُ لِكُلِّ مَنْ يَصِحُّ تَمْلِيكُهُ وَلَوْ مُرْتَدًّا أَوْ حَرْبِيًّا أَوْ لَا يَمْلِكُ: كَحَمْلٍ١ وَبَهِيمَةٍ وَيُصْرَفُ فِي عَلَفِهَا٢.
Wasiat sah untuk setiap orang yang sah memilikinya, meskipun murtad, harbiy, atau tidak memiliki seperti janin¹ dan hewan, dan dialokasikan untuk makanannya².
وَتَصِحُّ لِلْمَسَاجِدِ وَالْقَنَاطِرِ وَنَحْوِهَا وَلِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُصْرَفُ فِي الْمَصَالِحِ الْعَامَّةِ.
Dan sah berwasiat untuk masjid, jembatan, dan sejenisnya, serta untuk Allah dan Rasul-Nya, dan dialokasikan untuk kemaslahatan umum.
وَإِنْ أَوْصَى بِإِحْرَاقِ ثُلُثِ مَالِهِ صَحَّ وَصُرِفَ فِي تَجْمِيرِ الْكَعْبَةِ وَتَنْوِيرِ الْمَسَاجِدِ وَبِدَفْنِهِ فِي التُّرَابِ: صُرِفَ فِي تَكْفِينِ الْمَوْتَى وَبِرَمْيِهِ فِي الْمَاءِ: صُرِفَ فِي عَمَلِ سُفُنٍ لِلْجِهَادِ.
Jika seseorang berwasiat untuk membakar sepertiga hartanya, maka sah dan dialokasikan untuk menyalakan dupa di Ka'bah dan menerangi masjid. Jika berwasiat untuk menguburkannya dalam tanah, maka dialokasikan untuk mengafani orang mati. Jika berwasiat untuk membuangnya ke air, maka dialokasikan untuk membuat kapal untuk jihad.
وَلَا تَصِحُّ لِكَنِيسَةٍ أَوْ بَيْتِ نَارٍ أَوْ كُتُبِ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ أَوْ مَلِكٍ أَوْ مَيِّتٍ أَوْ جِنِّيٍّ وَلَا لِمُبْهَمٍ كَـ"أَحَدِ هَذَيْنِ".
Tidak sah berwasiat untuk gereja, kuil api, kitab Taurat dan Injil, malaikat, orang yang sudah meninggal, jin, atau sesuatu yang tidak jelas seperti "salah satu dari dua ini".
فَلَوْ أَوْصَى٣ بِثُلُثِ مَالِهِ لِمَنْ تَصِحُّ لَهُ الْوَصِيَّةُ وَلِمَنْ لَا تَصِحُّ لَهُ كَانَ الْكُلُّ لِمَنْ تَصِحُّ لَهُ لَكِنْ لَوْ أَوْصَى٤ لِحَيٍّ وَمَيِّتٍ كَانَ لِلْحَيِّ النِّصْفُ فَقَطْ
Jika seseorang berwasiat³ sepertiga hartanya kepada orang yang sah menerima wasiat dan kepada orang yang tidak sah menerimanya, maka semuanya untuk orang yang sah menerimanya. Tetapi jika dia berwasiat⁴ untuk orang yang hidup dan yang sudah meninggal, maka hanya setengahnya untuk yang hidup.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا أَوْصَى لِأَهْلِ سِكَّتِهِ فَلِأَهْلِ زُقَاقِهِ حَالَ الْوَصِيَّةِ وَلِجِيرَانِهِ تَنَاوَلَ أَرْبَعِينَ دَارًا مِنْ كُلِّ جَانِبٍ.
Jika seseorang berwasiat untuk penduduk jalan kecilnya, maka wasiat itu untuk penduduk gang kecilnya pada saat wasiat itu dibuat. Jika dia berwasiat untuk tetangganya, maka wasiat itu mencakup empat puluh rumah dari setiap sisi.
وَالصَّغِيرُ وَالصَّبِيُّ وَالْغُلَامُ وَالْيَافِعُ وَالْيَتِيمُ: مَنْ لَمْ يَبْلُغْ.
Ash-shaghir, ash-shabiyy, al-ghulam, al-yafi', dan al-yatim adalah orang yang belum baligh.
وَالْمُمَيِّزُ: مَنْ بَلَغَ سَبْعًا.
Al-mumayyiz adalah orang yang telah mencapai usia tujuh tahun.
وَالطِّفْلُ: مَنْ دُونَ سَبْعٍ.
Ath-thifl adalah orang yang berusia di bawah tujuh tahun.
وَالْمُرَاهِقُ: مَنْ قَارَبَ الْبُلُوغَ.
Al-murāhiq adalah orang yang mendekati usia baligh.
وَالشَّابُّ الْفَتَى: مِنَ الْبُلُوغِ إِلَى ثَلَاثِينَ.
Asy-syabb dan al-fatā adalah orang yang berusia dari baligh hingga tiga puluh tahun.
وَالْكَهْلُ: مِنَ الثَّلَاثِينَ إِلَى الْخَمْسِينَ.
Al-kahl adalah orang yang berusia dari tiga puluh hingga lima puluh tahun.
وَالشَّيْخُ مِنَ الْخَمْسِينَ إِلَى السَّبْعِينَ ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ هَرِمٌ.
Asy-syaikh adalah orang yang berusia dari lima puluh hingga tujuh puluh tahun, kemudian setelah itu disebut harim.
وَالْأَيِّمُ وَالْعَازِبُ: مَنْ لَا زَوْجَ لَهُ مِنْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ.
Al-ayyim dan al-'azib adalah orang yang tidak memiliki pasangan, baik laki-laki maupun perempuan.
وَالْبِكْرُ: مَنْ لَمْ يَتَزَوَّجْ.
Al-bikr adalah orang yang belum pernah menikah.
وَرَجُلٌ ثَيِّبٌ وَامْرَأَةٌ ثَيِّبَةٌ: إِذَا كَانَا قَدْ تَزَوَّجَا.
Seorang laki-laki disebut tsayyib dan seorang perempuan disebut tsayyibah jika mereka pernah menikah.
وَالثُّيُوبَةُ: زَوَالُ الْبَكَارَةِ وَلَوْ مِنْ غَيْرِ زَوْجٍ.
Ats-tsuyubah adalah hilangnya keperawanan meskipun bukan karena pernikahan.
وَالْأَرَامِلُ: النِّسَاءُ١ اللَّاتِي فَارَقَهُنَّ أَزْوَاجُهُنَّ بِمَوْتٍ أَوْ حَيَاةٍ.
Dan para janda: para wanita١ yang berpisah dengan suami mereka karena kematian atau kehidupan.
وَالرَّهْطُ: مَا دُونَ الْعَشَرَةِ مِنَ الرِّجَالِ خَاصَّةً.
Dan ar-rahth: sekelompok laki-laki kurang dari sepuluh orang khususnya.
بَابُ المُوصَى بِهِ
بَابُ المُوصَى بِهِ
Bab tentang Hal yang Diwasiatkan
تَصِحُّ الوَصِيَّةُ حَتَّى بِمَا لَا يَصِحُّ بَيْعُهُ:
Wasiat itu sah meskipun dengan sesuatu yang tidak sah untuk dijual:
كَالْآبِقِ وَالشَّارِدِ وَالطَّيْرِ بِالْهَوَاءِ وَالْحَمْلِ بِالْبَطْنِ وَاللَّبَنِ بِالضَّرْعِ٢ وَبِالْمَعْدُومِ: كَبِمَا تَحْمِلُ٣ أَمَتُهُ أَوْ شَجَرَتُهُ أَبَدًا أَوْ مُدَّةً مَعْلُومَةً.
Seperti budak yang melarikan diri, hewan yang tersesat, burung di udara, janin dalam kandungan, susu dalam ambing², dan dengan sesuatu yang tidak ada: seperti apa yang dikandung³ oleh budak wanitanya atau pohonnya selamanya atau dalam jangka waktu tertentu.
فَإِنْ حَصَلَ شَيْءٌ فَلِلْمُوصَى لَهُ إِلَّا حَمْلَ الْأَمَةِ فَقِيمَتُهُ يَوْمَ وَضْعِهِ.
Jika ada sesuatu yang dihasilkan, maka itu untuk orang yang diberi wasiat, kecuali kandungan budak wanita, maka nilainya pada hari kelahirannya.
وَتَصِحُّ بِغَيْرِ مَالٍ كَكَلْبٍ مُبَاحِ النَّفْعِ وَزَيْتٍ مُتَنَجِّسٍ وَتَصِحُّ بِالْمَنْفَعَةِ الْمُفْرَدَةِ كَخِدْمَةِ عَبْدٍ وَأُجْرَةِ دَارٍ وَنَحْوِهِمَا وَتَصِحُّ بِالْمُبْهَمِ كَثَوْبٍ وَيُعْطَى مَا يَقَعُ عَلَيْهِ الِاسْمُ.
Dan wasiat sah dengan selain harta seperti anjing yang boleh dimanfaatkan dan minyak yang terkena najis. Wasiat juga sah dengan manfaat yang terpisah seperti pelayanan budak, sewa rumah, dan sejenisnya. Wasiat juga sah dengan sesuatu yang tidak jelas seperti pakaian, dan diberikan apa yang disebut dengan nama tersebut.
فَإِنِ اخْتَلَفَ الِاسْمُ بِالْعُرْفِ وَالْحَقِيقَةِ غُلِّبَتِ الْحَقِيقَةُ٤.
Jika nama berbeda antara 'urf dan hakikat, maka yang diutamakan adalah hakikat⁴.
فَالشَّاةُ وَالْبَعِيرُ وَالثَّوْرُ١: اسْمٌ لِلذَّكَرِ وَالْأُنْثَى مِنْ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ.
Maka domba, unta, dan sapi¹: adalah nama untuk jantan dan betina, dari yang kecil maupun besar.
وَالْحِصَانُ وَالْجَمَلُ وَالْحِمَارُ وَالْبَغْلُ وَالْعَبْدُ: اسْمٌ لِلذَّكَرِ خَاصَّةً.
Kuda jantan, unta jantan, keledai jantan, bagal, dan budak laki-laki: adalah nama khusus untuk yang jantan.
وَالْحَجَرُ وَالْأَتَانُ وَالنَّاقَةُ وَالْبَقَرَةُ: اسْمٌ لِلْأُنْثَى٢.
Kuda betina, keledai betina, unta betina, dan sapi betina: adalah nama untuk yang betina².
وَالْفَرَسُ وَالرَّقِيقُ: اسْمٌ لَهُمَا.
Kuda dan budak: adalah nama untuk keduanya (jantan dan betina).
وَالنَّعْجَةُ: اسْمٌ لِلْأُنْثَى مِنَ الضَّأْنِ.
Domba betina: adalah nama untuk betina dari domba.
وَالْكَبْشُ: اسْمٌ لِلذَّكَرِ الْكَبِيرِ مِنْهُ.
Domba jantan: adalah nama untuk yang jantan besar darinya (domba).
وَالتَّيْسُ: اسْمٌ لِلذَّكَرِ الْكَبِيرِ مِنَ الْمَعْزِ.
Kambing jantan: adalah nama untuk yang jantan besar dari kambing.
وَالدَّابَّةُ عُرْفًا: اسْمٌ لِلذَّكَرِ وَالْأُنْثَى مِنَ الْخَيْلِ وَالْبِغَالِ وَالْحَمِيرِ.
Hewan tunggangan secara 'urf: adalah nama untuk jantan dan betina dari kuda, bagal, dan keledai.
بَابُ المُوصَى إِلَيْهِ
بَابُ الْمُوصَى إِلَيْهِ
Bab Orang yang Diberi Wasiat
تَصِحُّ وَصِيَّةُ الْمُسْلِمِ إِلَى كُلِّ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ رَشِيدٍ عَدْلٍ وَلَوْ ظَاهِرًا أَوْ أَعْمَى أَوِ امْرَأَةٍ أَوْ رَقِيقٍ لَكِنْ لَا يُقْبَلُ إِلَّا بِإِذْنِ سَيِّدِهِ وَتَصِحُّ مِنْ كَافِرٍ إِلَى عَدْلٍ فِي دِينِهِ.
Wasiat seorang Muslim kepada setiap Muslim yang mukallaf, cerdas, adil meskipun secara lahiriah, atau buta, atau wanita, atau budak adalah sah, tetapi tidak diterima kecuali dengan izin tuannya. Dan wasiat dari orang kafir kepada orang yang adil dalam agamanya adalah sah.
وَيُعْتَبَرُ وُجُودُ هَذِهِ الصِّفَاتِ عِنْدَ الْوَصِيَّةِ وَالْمَوْتِ.
Keberadaan sifat-sifat ini dipertimbangkan pada saat wasiat dan kematian.
وَلِلْمُوصَى إِلَيْهِ أَنْ يَقْبَلَ وَأَنْ يَعْزِلَ نَفْسَهُ مَتَى شَاءَ.
Orang yang diberi wasiat boleh menerima dan memberhentikan dirinya kapan saja dia mau.
وَتَصِحُّ الْوَصِيَّةُ مُعَلَّقَةً: كَإِذَا بَلَغَ أَوْ حَضَرَ أَوْ رَشَدَ أَوْ تَابَ مِنْ فِسْقِهِ أَوْ: إِنْ مَاتَ زَيْدٌ فَعَمْرٌو مَكَانَهُ وَتَصِحُّ مُؤَقَّتَةً: كَزَيْدٌ وَصِيِّي سَنَةً ثُمَّ عَمْرٌو.
Wasiat bersyarat adalah sah, seperti: jika dia mencapai usia baligh, atau hadir, atau cerdas, atau bertobat dari kefasikannya, atau: jika Zaid meninggal maka Amr menggantikannya. Wasiat terbatas waktu juga sah, seperti: Zaid adalah penerima wasiatku selama setahun kemudian Amr.
وَلَيْسَ لِلْوَصِيِّ أَنْ يُوصِيَ إِلَّا إِنْ جَعَلَ لَهُ ذَٰلِكَ.
Dan seorang washi tidak boleh berwasiat kecuali jika dia diberi wewenang untuk itu.
وَلَا نَظَرَ لِلْحَاكِمِ مَعَ الْوَصِيِّ الْخَاصِّ إِذَا كَانَ كُفْؤًا.
Dan hakim tidak memiliki kewenangan bersama washi khusus jika dia kompeten.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا تَصِحُّ الْوَصِيَّةُ إِلَّا فِي شَيْءٍ مَعْلُومٍ يَمْلِكُ الْمُوصِي فِعْلَهُ كَقَضَاءِ الدَّيْنِ وَتَفْرِيقِ الْوَصِيَّةِ وَرَدِّ الْحُقُوقِ إِلَى أَهْلِهَا وَالنَّظَرِ فِي أَمْرِ غَيْرِ مُكَلَّفٍ لَا بِاسْتِيفَاءِ الدَّيْنِ مَعَ رُشْدِ وَارِثِهِ.
Dan wasiat tidak sah kecuali dalam sesuatu yang diketahui yang dimiliki oleh mushi (pemberi wasiat) untuk melakukannya, seperti melunasi hutang, mendistribusikan wasiat, mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya, dan mengurus urusan orang yang tidak mukallaf, bukan dengan melunasi hutang jika ahli warisnya sudah dewasa.
وَمَنْ وُصِّيَ فِي شَيْءٍ لَمْ يَصِرْ وَصِيًّا فِي غَيْرِهِ.
Dan barangsiapa yang diwasiatkan dalam suatu hal, dia tidak menjadi washi dalam hal lainnya.
وَإِنْ صَرَفَ أَجْنَبِيٌّ الْمُوصَى بِهِ لِمُعَيَّنٍ١ فِي جِهَتِهِ لَمْ يَضْمَنْهُ.
Dan jika orang lain mengalihkan apa yang diwasiatkan kepada orang tertentu¹ untuk tujuannya, dia tidak bertanggung jawab atas hal itu.
وَإِذَا٢ قَالَ لَهُ: ضَعْ ثُلُثَ مَالِي حَيْثُ شِئْتَ أَوْ أَعْطِهِ أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَىٰ مَنْ شِئْتَ لَمْ يَجُزْ لَهُ أَخْذُهُ وَلَا دَفْعُهُ إِلَىٰ أَقَارِبِهِ الْوَارِثِينَ وَلَا إِلَىٰ وَرَثَةِ الْمُوصِي.
Dan jika² dia berkata kepadanya, "Letakkan sepertiga hartaku di mana pun kamu mau, atau berikan, atau sedekahkan kepada siapa pun yang kamu mau," maka dia tidak boleh mengambilnya atau memberikannya kepada kerabatnya yang mewarisi atau kepada ahli waris mushi.
وَمَنْ مَاتَ بِبَرِّيَّةٍ وَنَحْوِهَا وَلَا حَاكِمَ وَلَا وَصِيَّ فَلِكُلِّ مُسْلِمٍ أَخْذُ تَرِكَتِهِ وَبَيْعُ مَا يَرَاهُ وَيُجَهِّزُهُ٣ مِنْهَا إِنْ كَانَتْ وَإِلَّا جَهَّزَهُ مِنْ عِنْدِهِ وَلَهُ الرُّجُوعُ بِمَا غَرِمَهُ إِنْ نَوَى الرُّجُوعَ.
Dan barangsiapa meninggal di padang pasir atau sejenisnya, dan tidak ada hakim atau washi, maka setiap Muslim boleh mengambil harta peninggalannya, menjual apa yang dia anggap perlu, dan mempersiapkan pemakamannya³ dari harta itu jika ada. Jika tidak, dia mempersiapkan pemakamannya dari hartanya sendiri dan dia berhak meminta kembali apa yang dia keluarkan jika dia berniat untuk meminta kembali.
كِتَابُ الفَرَائِضِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الفَرَائِضِ
Buku Faraidh
مُقَدِّمَةٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الفَرَائِضِ
Buku Faraidh
وَهِيَ: العِلْمُ بِقِسْمَةِ المَوَارِيثِ.
Dan itu adalah: Ilmu pembagian warisan.
وَإِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ بُدِئَ مِنْ تَرِكَتِهِ بِكَفَنِهِ وَحَنُوطِهِ وَمُؤْنَةِ تَجْهِيزِهِ مِنْ رَأْسِ مَالِهِ سَوَاءٌ كَانَ قَدْ تَعَلَّقَ بِهِ حَقُّ رَهْنٍ أَوْ أَرْشُ جِنَايَةٍ أَوْ لَا وَمَا بَقِيَ بَعْدَ ذَلِكَ يُقْضَى١ مِنْهُ دُيُونُ اللهِ وَدُيُونُ الآدَمِيِّينَ وَمَا بَقِيَ بَعْدَ ذَلِكَ تُنَفَّذُ٢ وَصَايَاهُ مِنْ ثُلُثِهِ ثُمَّ يُقْسَمُ مَا بَقِيَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى وَرَثَتِهِ.
Dan jika seseorang meninggal dunia, dimulai dari harta peninggalannya dengan kafan, hanut (wewangian), dan biaya persiapan jenazahnya dari modal hartanya, baik telah terkait dengannya hak gadai, diyat jinayah (denda pembunuhan) atau tidak. Dan apa yang tersisa setelah itu, ditunaikan١ darinya utang-utang kepada Allah dan utang-utang kepada manusia. Dan apa yang tersisa setelah itu, dilaksanakan٢ wasiat-wasiatnya dari sepertiga hartanya. Kemudian dibagikan apa yang tersisa setelah itu kepada ahli warisnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَأَسْبَابُ الإِرْثِ ثَلَاثَةٌ: النَّسَبُ وَالنِّكَاحُ الصَّحِيحُ وَالوَلَاءُ.
Dan sebab-sebab pewarisan ada tiga: Nasab (kekerabatan), pernikahan yang sah, dan wala' (pemerdekaan budak).
وَمَوَانِعُهُ ثَلَاثَةٌ: القَتْلُ وَالرِّقُّ وَاخْتِلَافُ الدِّينِ.
Dan penghalangnya ada tiga: Pembunuhan, perbudakan, dan perbedaan agama.
وَالمُجْمَعُ عَلَى تَوْرِيثِهِمْ مِنَ الذُّكُورِ بِالِاخْتِصَارِ عَشَرَةٌ: الِابْنُ وَابْنُهُ وَإِنْ نَزَلَ وَالأَبُ وَأَبُوهُ وَإِنْ عَلَا وَالأَخُ مُطْلَقًا وَابْنُ الأَخِ لَا مِنَ الأُمِّ وَالعَمُّ وَابْنُهُ كَذَلِكَ وَالزَّوْجُ وَالمُعْتِقُ.
Dan yang disepakati untuk mewarisi dari laki-laki secara ringkas ada sepuluh: Anak laki-laki dan anaknya meskipun ke bawah, ayah dan ayahnya meskipun ke atas, saudara laki-laki secara mutlak, anak laki-laki dari saudara laki-laki bukan dari ibu, paman dan anaknya seperti itu juga, suami, dan orang yang memerdekakan budak.
وَمِنَ الْإِنَاثِ بِالِاخْتِصَارِ سَبْعٌ: الْبِنْتُ وَبِنْتُ الِابْنِ وَإِنْ نَزَلَ أَبُوهَا وَالْأُمُّ وَالْجَدَّةُ مُطْلَقًا وَالْأُخْتُ مُطْلَقًا وَالزَّوْجَةُ وَالْمُعْتَقَةُ.
Dan dari perempuan secara ringkas ada tujuh: anak perempuan, cucu perempuan (dari anak laki-laki) meskipun ayahnya lebih rendah, ibu, nenek secara mutlak, saudara perempuan secara mutlak, istri, dan mu'taqah (budak perempuan yang dimerdekakan).
فَصْلٌ
Pasal
وَالْوَارِثُ ثَلَاثَةٌ ذُو فَرْضٍ وَعَصَبَةٌ وَذُو رَحِمٍ.
Ahli waris ada tiga: dzawil furudh, 'ashabah, dan dzawil arham.
وَالْفُرُوضُ الْمُقَدَّرَةُ سِتَّةٌ: النِّصْفُ وَالرُّبُعُ وَالثُّمُنُ وَالثُّلُثَانِ وَالثُّلُثُ وَالسُّدُسُ.
Bagian yang telah ditentukan ada enam: setengah, seperempat, seperdelapan, dua pertiga, sepertiga, dan seperenam.
وَأَصْحَابُ هَذِهِ الْفُرُوضِ بِالِاخْتِصَارِ عَشَرَةٌ: الزَّوْجَانِ وَالْأَبَوَانِ وَالْجَدُّ وَالْجَدَّةُ مُطْلَقًا وَالْأُخْتُ مُطْلَقًا وَالْبِنْتُ وَبِنْتُ الِابْنِ وَالْأَخُ مِنَ الْأُمِّ.
Pemilik bagian-bagian ini secara ringkas ada sepuluh: suami-istri, kedua orang tua, kakek, nenek secara mutlak, saudara perempuan secara mutlak, anak perempuan, cucu perempuan, dan saudara laki-laki seibu.
فَالنِّصْفُ فَرْضُ خَمْسَةٍ:
Setengah adalah bagian lima orang:
فَرْضُ الزَّوْجِ حَيْثُ لَا فَرْعَ وَارِثٌ لِلزَّوْجَةِ وَفَرْضُ الْبِنْتِ وَفَرْضُ بِنْتِ الِابْنِ مَعَ عَدَمِ أَوْلَادِ الصُّلْبِ وَفَرْضُ الْأُخْتِ الشَّقِيقَةِ مَعَ عَدَمِ الْفَرْعِ الْوَارِثِ وَفَرْضُ الْأُخْتِ لِلْأَبِ مَعَ عَدَمِ الْأَشِقَّاءِ.
Bagian suami jika istri tidak memiliki keturunan yang mewarisi, bagian anak perempuan, bagian cucu perempuan jika tidak ada anak kandung, bagian saudara perempuan sekandung jika tidak ada keturunan yang mewarisi, dan bagian saudara perempuan seayah jika tidak ada saudara sekandung.
وَالرُّبُعُ فَرْضُ اثْنَيْنِ: وَفَرْضُ الزَّوْجِ مَعَ الْفَرْعِ الْوَارِثِ وَفَرْضُ الزَّوْجَةِ فَأَكْثَرَ مَعَ عَدَمِهِ.
Seperempat adalah bagian dua orang: bagian suami jika ada keturunan yang mewarisi dan bagian satu istri atau lebih jika tidak ada keturunan.
الثُّمُنُ فَرْضُ وَاحِدٍ وَهُوَ: الزَّوْجَةُ فَأَكْثَرَ مَعَ الْفَرْعِ الْوَارِثِ وَالْوَارِثِ.
Seperdelapan adalah bagian satu orang, yaitu: satu istri atau lebih jika ada keturunan yang mewarisi.
فَصْلٌ
Pasal
وَالثُّلُثَانِ: فَرْضُ أَرْبَعَةٍ:
Dua pertiga: bagian wajib bagi empat:
فَرْضُ الْبِنْتَيْنِ فَأَكْثَرُ وَبِنْتَيِ الِابْنِ فَأَكْثَرُ فَوْقَ وَفَرْضُ الْأُخْتَيْنِ الشَّقِيقَتَيْنِ فَأَكْثَرُ وَفَرْضُ الْأُخْتَيْنِ لِلْأَبِ فَأَكْثَرُ.
Bagian wajib bagi dua anak perempuan atau lebih, dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, dua saudara perempuan kandung atau lebih, dan dua saudara perempuan seayah atau lebih.
وَالثُّلُثُ: فَرْضُ اثْنَيْنِ:
Sepertiga: bagian wajib bagi dua:
فَرْضُ وَلَدَيِ الْأُمِّ فَأَكْثَرُ يَسْتَوِي فِيهِ ذَكَرُهُمْ وَأُنْثَاهُمْ وَفَرْضُ الْأُمِّ حَيْثُ لَا فَرْعَ وَارِثٌ لِلْمَيِّتِ وَلَا جَمْعٌ مِنَ الْإِخْوَةِ وَالْأَخَوَاتِ لَكِنْ لَوْ كَانَ هُنَاكَ أَبٌ وَأُمٌّ وَزَوْجٌ أَوْ زَوْجَةٌ كَانَ لِلْأُمِّ ثُلُثُ الْبَاقِي.
Bagian wajib bagi dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki maupun perempuan, dan bagian wajib bagi ibu jika tidak ada keturunan yang mewarisi dari mayit dan tidak ada kumpulan saudara laki-laki dan perempuan. Namun, jika ada ayah, ibu, dan suami atau istri, maka bagian ibu adalah sepertiga dari sisa.
وَالسُّدُسُ فَرْضُ سَبْعَةٍ:
Seperenam: bagian wajib bagi tujuh:
فَرْضُ الْأُمِّ مَعَ الْفَرْعِ الْوَارِثِ: أَوْ جَمْعِ الْإِخْوَةِ وَالْأَخَوَاتِ وَفَرْضُ الْجَدَّةِ فَأَكْثَرُ إِلَى ثَلَاثٍ إِنْ تَسَاوَيْنَ مَعَ عَدَمِ الْأُمِّ وَفَرْضُ وَلَدِ الْأُمِّ الْوَاحِدِ وَفَرْضُ بِنْتِ الِابْنِ فَأَكْثَرُ مَعَ بِنْتِ الصُّلْبِ وَفَرْضُ الْأُخْتِ لِلْأَبِ مَعَ الْأُخْتِ الشَّقِيقَةِ وَفَرْضُ الْأَبِ مَعَ الْفَرْعِ الْوَارِثِ وَفَرْضُ الْجَدِّ كَذَلِكَ وَلَا يَنْزِلَانِ عَنْهُ بِحَالٍ.
Bagian wajib bagi ibu jika ada keturunan yang mewarisi atau kumpulan saudara laki-laki dan perempuan, bagian wajib bagi satu nenek atau lebih hingga tiga jika setara tanpa adanya ibu, bagian wajib bagi satu saudara seibu, bagian wajib bagi satu cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki bersama anak perempuan kandung, bagian wajib bagi saudara perempuan seayah bersama saudara perempuan kandung, bagian wajib bagi ayah jika ada keturunan yang mewarisi, dan bagian wajib bagi kakek demikian pula, dan keduanya tidak turun darinya dalam keadaan apapun.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْجَدُّ مَعَ الْإِخْوَةِ الْأَشِقَّاءِ أَوِ الْأَبِ ذُكُورًا كَانُوا أَوْ إِنَاثًا كَأَحَدِهِمْ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ صَاحِبُ فَرْضٍ فَلَهُ مَعَهُمْ خَيْرُ أَمْرَيْنِ:
Kakek bersama saudara sekandung atau seayah, baik laki-laki maupun perempuan, seperti salah satu dari mereka. Jika tidak ada pemilik bagian tetap (ashabul furudh), maka kakek bersama mereka mendapat pilihan terbaik dari dua perkara:
إِمَّا الْمُقَاسَمَةُ أَوْ ثُلُثُ جَمِيعِ الْمَالِ.
Apakah berbagi atau sepertiga dari seluruh harta.
وَإِنْ كَانَ هُنَاكَ صَاحِبُ فَرْضٍ فَلَهُ أَوْ ثُلُثُ الْبَاقِي بَعْدَ صَاحِبِ الْفَرْضِ أَوْ سُدُسُ جَمِيعِ الْمَالِ.
Jika ada pemilik bagian tetap, maka kakek mendapat sepertiga dari sisa setelah bagian pemilik bagian tetap atau seperenam dari seluruh harta.
فَإِنْ لَمْ يَبْقَ بَعْدَ صَاحِبِ الْفَرْضِ إِلَّا السُّدُسُ أَخَذَهُ وَسَقَطَ الْإِخْوَةُ إِلَّا الْأُخْتَ الشَّقِيقَةَ أَوْ لِأَبٍ فِي الْمَسْأَلَةِ الْمُسَمَّاةِ بِالْأَكْدَرِيَّةِ.
Jika setelah bagian pemilik bagian tetap hanya tersisa seperenam, maka kakek mengambilnya dan saudara-saudara gugur, kecuali saudari sekandung atau seayah dalam masalah yang disebut al-Akdariyyah.
وَهِيَ زَوْجٌ وَأُمٌّ وَجَدٌّ وَأُخْتٌ:
Yaitu: suami, ibu, kakek, dan saudari.
فَلِلزَّوْجِ النِّصْفُ وَلِلْأُمِّ: الثُّلُثُ وَلِلْجَدِّ: السُّدُسُ وَيُفْرَضُ لِلْأُخْتِ: النِّصْفُ فَتَعُولُ إِلَى تِسْعَةٍ١ ثُمَّ يُقْسَمُ نَصِيبُ الْجَدِّ وَالْأُخْتِ بَيْنَهُمَا أَرْبَعَةً عَلَى ثَلَاثَةٍ فَتَصِحُّ مِنْ سَبْعَةٍ وَعِشْرِينَ.
Suami mendapat setengah, ibu sepertiga, kakek seperenam, dan untuk saudari ditetapkan setengah. Maka 'aul menjadi sembilan¹. Kemudian bagian kakek dan saudari dibagi di antara mereka empat banding tiga. Maka hasil akhirnya dua puluh tujuh.
وَإِذَا اجْتَمَعَ مَعَ الشَّقِيقِ وَلَدُ الْأَبِ عُدَّهُ عَلَى الْجَدِّ إِنْ إِحْتَاجَ لِعَدِّهِ ثُمَّ يَأْخُذُ الشَّقِيقُ مَا حَصَلَ لِوَلَدِ الْأَبِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ الشَّقِيقُ أُخْتًا وَاحِدَةً فَتَأْخُذُ تَمَامَ النِّصْفِ وَمَا فَضَلَ فَهُوَ لِوَلَدِ الْأَبِ.
Jika berkumpul bersama saudara sekandung dan anak dari ayah, maka hitunglah anak ayah bersama kakek jika diperlukan untuk menghitungnya. Kemudian saudara sekandung mengambil bagian yang didapat oleh anak ayah, kecuali jika saudara sekandung adalah seorang saudari, maka ia mengambil penyempurna setengah dan sisanya untuk anak ayah.
فَمِنْ صُوَرِ ذَلِكَ الزَّيْدِيَّاتُ الْأَرْبَعُ:
Di antara contoh-contoh itu adalah empat kasus Zaidiyyat:
الْعَشَرِيَّةُ وَهِيَ: جَدٌّ وَشَقِيقَةٌ وَأَخٌ لِأَبٍ وَالْعِشْرِينِيَّةُ وَهِيَ: جَدٌّ وَشَقِيقَةٌ وَأُخْتَانِ لِأَبٍ
Al-'Ashariyyah yaitu: kakek, saudara perempuan sekandung, dan saudara laki-laki seayah. Al-'Ishriniyyah yaitu: kakek, saudara perempuan sekandung, dan dua saudara perempuan seayah.
وَمُخْتَصَرَةُ زَيْدٍ وَهِيَ: أُمٌّ وَجَدٌّ وَشَقِيقَةٌ وَأَخٌ وَأُخْتٌ لِأَبٍ وَتِسْعِينِيَّةُ زَيْدٍ وَهِيَ: أُمٌّ وَجَدٌّ وَشَقِيقَةٌ وَأَخَوَانِ وَأُخْتٌ لِأَبٍ.
Dan mukhtasharah Zaid yaitu: ibu, kakek, saudara perempuan sekandung, saudara laki-laki seibu, saudara perempuan seayah, dan tis'iniyyah Zaid yaitu: ibu, kakek, saudara perempuan sekandung, dua saudara laki-laki, saudara perempuan seayah.
بَابُ الحَجْبِ
بَابُ الحَجْبِ
Bab tentang Penghalang Warisan
اِعْلَمْ: أَنَّ الحَجْبَ بِالوَصْفِ يَتَأَتَّى دُخُولُهُ عَلَى جَمِيعِ الوَرَثَةِ وَالحَجْبُ بِالشَّخْصِ نُقْصَانًا كَذَلِكَ يَتَأَتَّى وَحِرْمَانًا فَلَا يَدْخُلُ عَلَى خَمْسَةٍ١: الزَّوْجَيْنِ وَالأَبَوَيْنِ وَالوَلَدِ.
Ketahuilah: bahwa penghalang dengan sifat dapat terjadi pada semua ahli waris, dan penghalang dengan orang secara nuqshan (pengurangan) juga dapat terjadi, dan secara hirman (terhalang total) maka tidak dapat terjadi pada lima orang: suami-istri, kedua orang tua, dan anak.
وَإِنَّ الجَدَّ يَسْقُطُ بِالأَبِ وَكُلُّ جَدٍّ أَبْعَدُ بِجَدٍّ أَقْرَبُ وَإِنَّ الجَدَّةَ مُطْلَقًا يَسْقُطُ٢ بِالأُمِّ وَكُلُّ جَدَّةٍ بُعْدَى بِجَدَّةٍ قُرْبَى وَإِنَّ كُلَّ ابْنٍ أَبْعَدُ يَسْقُطُ بِابْنٍ أَقْرَبُ وَتَسْقُطُ٣ الإِخْوَةُ الأَشِقَّاءُ بِاثْنَيْنِ: بِالِابْنِ وَإِنْ نَزَلَ وَبِالأَبِ الأَقْرَبِ.
Dan kakek terhalang oleh ayah, dan setiap kakek yang lebih jauh terhalang oleh kakek yang lebih dekat. Dan nenek secara mutlak terhalang oleh ibu, dan setiap nenek yang lebih jauh terhalang oleh nenek yang lebih dekat. Dan setiap anak laki-laki yang lebih jauh terhalang oleh anak laki-laki yang lebih dekat. Dan saudara kandung terhalang oleh dua orang: oleh anak laki-laki meskipun ke bawah dan oleh ayah yang lebih dekat.
وَالإِخْوَةُ لِلأَبِ يَسْقُطُونَ٤ وَبِالأَخِ الشَّقِيقِ أَيْضًا وَبَنُو الإِخْوَةِ يَسْقُطُونَ حَتَّى بِالجَدِّ أَبِي الأَبِ وَإِنْ عَلَا الأَعْمَامُ يَسْقُطُونَ حَتَّى بِبَنِي الإِخْوَةِ وَإِنْ نَزَلُوا وَالأَخُ لِلأُمِّ يَسْقُطُ بِاثْنَيْنِ: بِفَرْعِ المَيِّتِ مُطْلَقًا وَبِأُصُولِهِ الذُّكُورِ وَإِنْ عَلَوْا.
Dan saudara seayah terhalang juga oleh saudara kandung. Dan anak-anak saudara terhalang bahkan oleh kakek ayahnya ayah meskipun ke atas. Paman-paman terhalang bahkan oleh anak-anak saudara meskipun ke bawah. Dan saudara seibu terhalang oleh dua hal: oleh cabang (keturunan) mayit secara mutlak dan oleh asal (leluhur) laki-lakinya meskipun ke atas.
وَتَسْقُطُ بَنَاتُ الِابْنِ بِبِنْتَيِ الصُّلْبِ فَأَكْثَرَ مَا لَمْ يَكُنْ مَعَهُنَّ مَنْ يُعَصِّبُهُنَّ مِنْ وَلَدِ الِابْنِ.
Dan anak-anak perempuan dari anak laki-laki terhalang oleh dua anak perempuan kandung atau lebih selama tidak ada bersama mereka orang yang men-'ashabah-kan mereka dari anak laki-laki.
وَتَسْقُطُ الْأَخَوَاتُ لِلْأَبِ بِالْأُخْتَيْنِ الشَّقِيقَتَيْنِ فَأَكْثَرَ مَا لَمْ يَكُنْ مَعَهُنَّ أَخُوهُنَّ فَيُعَصِّبُهُنَّ.
Dan saudara perempuan seibu sebapak gugur dengan adanya dua atau lebih saudara perempuan kandung, selama tidak ada saudara laki-laki mereka yang menjadikan mereka ashabah.
وَمَنْ لَا يَرِثُ لَا يَحْجُبُ١ أَحَدًا مُطْلَقًا إِلَّا الْإِخْوَةَ مِنْ حَيْثُ هُمْ فَقَدْ لَا يَرِثُونَ وَيَحْجُبُونَ الْأُمَّ نُقْصَانًا.
Dan orang yang tidak mewarisi tidak menghalangi¹ siapa pun secara mutlak kecuali saudara laki-laki, karena mereka terkadang tidak mewarisi tetapi menghalangi ibu secara nuqshan.
بَابُ العَصَبَاتِ
بَابُ الْعَصَبَاتِ
Bab Ashabah
اِعْلَمْ أَنَّ النِّسَاءَ كُلَّهُنَّ صَاحِبَاتُ فَرْضٍ وَلَيْسَ فِيهِنَّ عَصَبَةٌ بِنَفْسِهِ إِلَّا الْمُعْتِقَةُ.
Ketahuilah bahwa semua wanita adalah pemilik bagian tetap (ashab al-furudh) dan tidak ada di antara mereka asabah dengan sendirinya kecuali al-mu'tiqah (wanita yang memerdekakan budak).
وَإِنَّ الرِّجَالَ كُلَّهُمْ عَصَبَاتٌ بِأَنْفُسِهِمْ إِلَّا الزَّوْجَ وَوَلَدَ الْأُمِّ وَإِنَّ الْأَخَوَاتِ مَعَ الْبَنَاتِ عَصَبَاتٌ إِنَّ الْبَنَاتِ وَبَنَاتِ الِابْنِ وَالْأَخَوَاتِ الشَّقِيقَاتِ وَالْأَخَوَاتِ لِلْأَبِ كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ مَعَ أَخِيهَا عَصَبَةٌ بِهِ لَهُ مِثْلُ٢ مَا لَهَا.
Sesungguhnya semua laki-laki adalah asabah dengan sendirinya kecuali suami dan anak dari ibu (saudara seibu). Sesungguhnya saudara perempuan bersama anak perempuan adalah asabah. Sesungguhnya anak perempuan, cucu perempuan, saudara perempuan sekandung, dan saudara perempuan seayah, masing-masing dari mereka bersama saudaranya menjadi asabah dengannya, untuknya dua kali lipat bagian saudara perempuannya.
وَإِنَّ حُكْمَ الْعَاصِبِ أَنْ يَأْخُذَ مَا أَبْقَتِ الْفُرُوضُ وَإِنْ لَمْ يَبْقَ شَيْءٌ سَقَطَ وَإِذَا انْفَرَدَ أَخَذَ٣ جَمِيعَ الْمَالِ لَكِنْ لِلْجَدِّ وَالْأَبِ ثَلَاثُ حَالَاتٍ: يَرِثَانِ بِالتَّعْصِيبِ فَقَطْ مَعَ عَدَمِ الْفَرْعِ الْوَارِثِ وَيَرِثَانِ بِالْفَرْضِ فَقَطْ مَعَ ذُكُورِيَّتِهِ وَبِالْفَرْضِ وَالتَّعْصِيبِ مَعَ أُنُوثِيَّتِهِ.
Sesungguhnya hukum asabah adalah mengambil apa yang tersisa dari bagian tetap (furudh), jika tidak tersisa sesuatu maka gugur. Jika sendirian, ia mengambil seluruh harta. Tetapi kakek dan ayah memiliki tiga keadaan: mewarisi dengan ta'shib saja jika tidak ada cabang (keturunan) yang mewarisi, mewarisi dengan fardh saja jika ada anak laki-laki, dan mewarisi dengan fardh dan ta'shib jika ada anak perempuan.
وَلَا تَتَمَشَّى عَلَى قَوَاعِدِنَا "الْمُشْتَرَكَةِ" وَهِيَ: زَوْجٌ، وَأُمٌّ، وَإِخْوَةٌ لِأُمٍّ وَإِخْوَةٌ أَشِقَّاءُ.
Dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah kita yang "umum", yaitu: suami, ibu, saudara seibu, dan saudara sekandung.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا اجْتَمَعَ كُلُّ الرِّجَالِ وَرِثَ مِنْهُمْ ثَلَاثَةٌ الِابْنُ وَالْأَبُ وَالزَّوْجُ وَإِذَا اجْتَمَعَ كُلُّ النِّسَاءِ وَرِثَ مِنْهُنَّ خَمْسٌ١: الْبِنْتُ وَبِنْتُ الِابْنِ الْأُمُّ وَالزَّوْجَةُ وَالْأُخْتُ الشَّقِيقَةُ.
Jika semua laki-laki berkumpul, maka tiga orang dari mereka yang mewarisi: anak laki-laki, ayah, dan suami. Jika semua perempuan berkumpul, maka lima orang dari mereka yang mewarisi: anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu, istri, dan saudara perempuan kandung.
وَإِذَا اجْتَمَعَ مُمْكِنُ الْجَمْعِ مِنَ الصِّنْفَيْنِ وَرِثَ مِنْهُمْ خَمْسَةٌ٢: الْأَبَوَانِ وَالْوَلَدَانِ وَأَحَدُ الزَّوْجَيْنِ.
Jika berkumpul orang-orang yang mungkin dikumpulkan dari dua jenis (laki-laki dan perempuan), maka lima orang dari mereka yang mewarisi: kedua orang tua, dua anak, dan salah satu dari suami atau istri.
وَمَتَى كَانَ الْعَاصِبُ عَمًّا أَوِ ابْنَ عَمٍّ أَوِ ابْنَ أَخٍ انْفَرَدَ بِالْإِرْثِ دُونَ أَخَوَاتِهِ.
Kapan pun 'ashabah adalah paman, anak paman, atau anak saudara laki-laki, dia mewarisi sendirian tanpa saudara-saudara perempuannya.
وَمَتَى عُدِمَتِ الْعَصَبَاتُ مِنَ النَّسَبِ وَرِثَ الْمَوْلَى الْمُعْتِقُ وَلَوْ أُنْثَى ثُمَّ عَصَبَتُهُ الذُّكُورُ الْأَقْرَبُ فَالْأَقْرَبُ كَالنَّسَبِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ عَمِلْنَا بِالرَّدِّ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ وَرَّثْنَا ذَوِي الْأَرْحَامِ.
Kapan pun tidak ada 'ashabah dari kerabat, maka yang mewarisi adalah tuan yang memerdekakan budak, meskipun perempuan, kemudian 'ashabah laki-lakinya yang lebih dekat seperti kerabat. Jika tidak ada, kita mengamalkan ar-radd (pengembalian sisa harta kepada ahli waris). Jika tidak ada, kita mewariskan kepada dzawil arham.
بَابُ الرَّدِّ وَذَوِي الأَرْحَامِ
بَابُ الرَّدِّ وَذَوِي الْأَرْحَامِ
Bab Pengembalian dan Dzawil Arham
حَيْثُ لَمْ تَسْتَغْرِقِ الْفُرُوضُ التَّرِكَةَ وَلَا عَاصِبَ رُدَّ الْفَاضِلُ عَلَى كُلِّ ذِي فَرْضٍ بِقَدْرِهِ مَا عَدَا الزَّوْجَيْنِ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهِمَا مِنْ حَيْثُ الزَّوْجِيَّةِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ إِلَّا صَاحِبُ فَرْضٍ أَخَذَ الْكُلَّ فَرْضًا وَرَدًّا وَإِنْ كَانَ جَمَاعَةً مِنْ
Jika bagian-bagian wajib (furudh) tidak menghabiskan harta warisan dan tidak ada 'ashabah, maka kelebihan harta dikembalikan kepada setiap pemilik bagian wajib sesuai kadarnya, kecuali suami-istri. Tidak ada pengembalian kepada mereka berdua dari sisi pernikahan. Jika hanya ada satu pemilik bagian wajib, maka ia mengambil seluruhnya sebagai bagian wajib dan pengembalian. Jika ada sekelompok orang dari
جِنْسٌ كَالْبَنَاتِ فَأَعْطِهِمْ١ بِالسَّوِيَّةِ فَإِنِ٢ اخْتَلَفَ جِنْسُهُمْ فَخُذْ عَدَدَ سِهَامِهِمْ مِنْ أَصْلِ سِتَّةٍ: دَائِمًا.
Jika jenisnya sama seperti anak perempuan, maka berikan kepada mereka١ secara merata. Jika٢ jenis mereka berbeda, maka ambillah jumlah saham mereka dari asal enam: selalu.
فَجَدَّةٌ وَأَخٌ لِأُمٍّ تَصِحُّ مِنِ اثْنَيْنِ وَأُمٌّ وَأَخٌ لِأُمٍّ مِنْ ثَلَاثَةٍ وَأُمٌّ وَبِنْتٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَأُمٌّ وَبِنْتَانِ مِنْ خَمْسَةٍ وَلَا تَزِيدُ عَلَيْهَا لِأَنَّهَا لَوْ زَادَتْ سُدُسًا آخَرَ لَاسْتَغْرَقَتِ الْفُرُوضَ.
Nenek dan saudara laki-laki seibu sah dari dua, ibu dan saudara laki-laki seibu dari tiga, ibu dan anak perempuan dari empat, ibu dan dua anak perempuan dari lima, dan tidak lebih dari itu karena jika ditambah seperenam lagi, maka akan menyerap semua bagian.
وَإِنْ كَانَ هُنَاكَ أَحَدُ الزَّوْجَيْنِ فَاعْمَلْ مَسْأَلَةَ الرَّدِّ ثُمَّ مَسْأَلَةَ الزَّوْجِيَّةِ ثُمَّ يُقْسَمُ٣ مَا فَضَلَ عَنْ فَرْضِ الزَّوْجِيَّةِ عَلَى مَسْأَلَةِ الرَّدِّ فَإِنِ انْقَسَمَ٤ صَحَّتْ مَسْأَلَةُ الرَّدِّ مِنْ مَسْأَلَةِ الزَّوْجِيَّةِ وَإِلَّا فَاضْرِبْ مَسْأَلَةَ الرَّدِّ فِي مَسْأَلَةِ الزَّوْجِيَّةِ.
Jika ada salah satu dari suami-istri, maka kerjakanlah masalah radd kemudian masalah zawjiyyah. Kemudian bagilah٣ apa yang tersisa dari bagian zawjiyyah atas masalah radd. Jika terbagi٤, maka masalah radd sah dari masalah zawjiyyah. Jika tidak, maka kalikan masalah radd dengan masalah zawjiyyah.
ثُمَّ مَنْ لَهُ شَيْءٌ مِنْ٥ مَسْأَلَةِ الزَّوْجِيَّةِ أَخَذَهُ مَضْرُوبًا فِي مَسْأَلَةِ الرَّدِّ وَمَنْ لَهُ شَيْءٌ مِنْ٦ مَسْأَلَةِ الرَّدِّ أَخَذَهُ مَضْرُوبًا فِي الْفَاضِلِ عَنْ مَسْأَلَةِ الزَّوْجِيَّةِ فَزَوْجٌ وَجَدَّةٌ وَأَخٌ لِأُمٍّ مَثَلًا: فَاضْرِبْ مَسْأَلَةَ الرَّدِّ وَهِيَ: اثْنَانِ فِي مَسْأَلَةِ الزَّوْجِيَّةِ وَهِيَ: اثْنَانِ فَتَصِحُّ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَهَكَذَا.
Kemudian siapa yang memiliki sesuatu dari٥ masalah zawjiyyah, ia mengambilnya dikalikan dengan masalah radd. Dan siapa yang memiliki sesuatu dari٦ masalah radd, ia mengambilnya dikalikan dengan sisa dari masalah zawjiyyah. Misalnya, suami, nenek, dan saudara laki-laki seibu: maka kalikan masalah radd yaitu: dua dengan masalah zawjiyyah yaitu: dua, maka sah dari empat, dan begitu seterusnya.
فَضْلٌ فِي١ ذَوِي الْأَرْحَامِ
Keutamaan dalam١ dzawil arham
وَهُمْ: كُلُّ قَرَابَةٍ لَيْسَ بِذِي فَرْضٍ وَلَا عَصَبَةٍ.
Mereka adalah: setiap kerabat yang bukan dzawil furudh dan bukan ashabah.
وَأَصْنَافُهُمْ أَحَدَ عَشَرَ:
Dan jenis-jenis mereka ada sebelas:
وَلَدُ الْبَنَاتِ لِصُلْبٍ أَوْ لِابْنٍ وَوَلَدُ الْأَخَوَاتِ وَبَنَاتُ الْإِخْوَةِ وَبَنَاتُ الْأَعْمَامِ وَوَلَدُ [وَلَدِ] ٢ الْأُمِّ وَالْعَمُّ لِأُمٍّ وَالْعَمَّاتُ وَالْأَخْوَالُ وَالْخَالَاتُ وَأَبُو الْأُمِّ وَكُلُّ جَدَّةٍ أَدْلَتْ بِأَبٍ بَيْنَ أُمَّيْنِ٣.
Anak dari anak perempuan (cucu perempuan) dari anak laki-laki langsung atau dari anak laki-laki, anak dari saudara perempuan, anak perempuan dari saudara laki-laki, anak perempuan dari paman, anak dari [anak] ٢ ibu, paman dari ibu, bibi dari ayah, paman dari ibu, bibi dari ibu, ayah dari ibu, dan setiap nenek yang dihubungkan oleh ayah di antara dua ibu٣.
وَيَرِثُونَ٤ بِتَنْزِيلِهِمْ مَنْزِلَةَ مَنْ أَدْلَوْا بِهِ.
Dan mereka mewarisi٤ dengan menempatkan mereka pada kedudukan orang yang menghubungkan mereka.
وَإِنْ أَدْلَى جَمَاعَةٌ مِنْهُمْ بِوَارِثٍ وَاسْتَوَتْ مَنْزِلَتُهُمْ مِنْهُ فَنَصِيبُهُ لَهُمْ بِالسَّوِيَّةِ: الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى.
Dan jika sekelompok dari mereka dihubungkan oleh seorang ahli waris dan kedudukan mereka darinya sama, maka bagiannya untuk mereka sama rata: laki-laki seperti perempuan.
وَمَنْ لَا وَارِثَ لَهُ فَمَالُهُ لِبَيْتِ الْمَالِ وَلَيْسَ وَارِثًا وَإِنَّمَا يَحْفَظُ الْمَالَ الضَّائِعَ وَغَيْرَهُ فَهُوَ جِهَةٌ وَمَصْلَحَةٌ.
Dan orang yang tidak memiliki ahli waris, maka hartanya untuk baitul mal dan ia bukan ahli waris. Hanya saja ia menjaga harta yang tersia-siakan dan selainnya, maka ia adalah arah (penggunaan) dan maslahat.
بَابُ أُصُولِ المَسَائِلِ
بَابُ أُصُولِ الْمَسَائِلِ
Bab Asal Masalah
وَهِيَ سَبْعَةٌ: اثْنَانِ وَثَلَاثَةٌ وَأَرْبَعَةٌ وَسِتَّةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَاثْنَا عَشَرَ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ.
Dan itu ada tujuh: dua, tiga, empat, enam, delapan, dua belas, dan dua puluh empat.
وَلَا يَعُولُ مِنْهَا إِلَّا السِّتَّةُ وَضِعْفُهَا وَضِعْفُ ضِعْفِهَا.
Dan tidak ada yang 'aul (bertambah) darinya kecuali enam, dua kali lipatnya, dan dua kali lipat dari dua kali lipatnya.
فَالسِّتَّةُ: تَعُولُ مُتَوَالِيَةً إِلَى عَشَرَةٍ.
Adapun enam: ber-'aul secara berurutan hingga sepuluh.
فَتَعُولُ إِلَى سَبْعَةٍ: كَزَوْجٍ وَأُخْتٍ لِغَيْرِ أُمٍّ وَجَدَّةٍ.
Maka ber-'aul menjadi tujuh: seperti suami, saudara perempuan seibu sebapak, dan nenek.
وَإِلَى ثَمَانِيَةٍ كَزَوْجٍ وَأُمٍّ وَأُخْتٍ لِغَيْرِ أُمٍّ وَتُسَمَّى "الْمُبَاهَلَةَ".
Dan menjadi delapan seperti suami, ibu, saudara perempuan seibu sebapak, dan disebut "al-Mubahalah".
وَإِلَى تِسْعَةٍ: كَزَوْجٍ وَوَلَدَيْ أُمٍّ وَأُخْتَيْنِ لِغَيْرِهَا وَتُسَمَّى "الْغَرَّاءَ" "وَالْمَرْوَانِيَّةَ".
Dan menjadi sembilan: seperti suami, dua anak seibu, dan dua saudara perempuan seibu sebapak, dan disebut "al-Gharra" dan "al-Marwaniyyah".
وَإِلَى عَشَرَةٍ: كَزَوْجٍ وَأُمٍّ وَأُخْتَيْنِ لِأُمٍّ وَأُخْتَيْنِ لِغَيْرِهَا١ وَتُسَمَّى "أُمَّ الْفُرُوخِ".
Dan menjadi sepuluh: seperti suami, ibu, dua saudara perempuan seibu, dan dua saudara perempuan seibu sebapak, dan disebut "Umm al-Furukh".
وَالِاثْنَا عَشَرَ تَعُولُ٢ أَفْرَادًا إِلَى [سَبْعَةَ] ٣ عَشَرَ فَتَعُولُ إِلَى ثَلَاثَةَ عَشَرَ: كَزَوْجٍ وَبِنْتَيْنِ وَأُمٍّ.
Dan dua belas ber-'aul secara tunggal hingga [tujuh] belas, maka ber-'aul menjadi tiga belas: seperti suami, dua anak perempuan, dan ibu.
وَإِلَى خَمْسَةَ عَشَرَ: كَزَوْجٍ وَبِنْتَيْنِ وَأَبَوَيْنِ.
Dan menjadi lima belas: seperti suami, dua anak perempuan, dan dua orang tua.
وَإِلَى سَبْعَةَ عَشَرَ: كَثَلَاثِ زَوْجَاتٍ وَجَدَّتَيْنِ وَأَرْبَعِ أَخَوَاتٍ لِأُمٍّ.
Dan menjadi tujuh belas: seperti tiga istri, dua nenek, dan empat saudara perempuan seibu.
وَثَمَانٍ أَخَوَاتٍ لِغَيْرِهَا وَتُسَمَّى أُمَّ الأَرَامِلِ.
Dan delapan saudara perempuan untuk selain dirinya dan disebut Umm al-Arāmil.
وَالأَرْبَعَةُ وَالْعِشْرُونَ تَعُولُ مَرَّةً وَاحِدَةً إِلَى سَبْعَةٍ وَعِشْرِينَ: كَزَوْجَةٍ وَبِنْتَيْنِ وَأَبَوَيْنِ وَتُسَمَّى الْمِنْبَرِيَّةَ وَالْبَخِيلَةَ لِقِلَّةِ عَوْلِهَا.
Dan dua puluh empat bisa 'aul (bertambah) satu kali menjadi dua puluh tujuh: seperti seorang istri, dua anak perempuan, dan dua orang tua, dan disebut al-Minbariyyah dan al-Bakhīlah karena sedikitnya 'aul-nya.
بَابُ مِيرَاثِ الحَمْلِ
بَابُ مِيرَاثِ الْحَمْلِ
Bab Warisan untuk Janin
مَنْ١ مَاتَ عَنْ حَمْلٍ يَرِثُهُ فَطَلَبَ بَقِيَّةُ وَرَثَتِهِ قِسْمَةَ٢ التَّرِكَةِ قُسِمَتْ وَوُقِفَ لَهُ الْأَكْثَرُ مِنْ إِرْثِ ذَكَرَيْنِ أَوْ أُنْثَيَيْنِ وَدُفِعَ لِمَنْ لَا يَحْجُبُهُ [الْحَمْلُ] ٣ إِرْثُهُ كَامِلًا وَلِمَنْ يَحْجُبُهُ حَجْبَ نُقْصَانٍ أَقَلُّ مِيرَاثِهِ وَلَا يُدْفَعُ لِمَنْ سَقَطَهُ شَيْءٌ فَإِذَا وُلِدَ أَخَذَ نَصِيبَهُ وَرَدَّ مَا بَقِيَ لِمُسْتَحِقِّهِ.
Jika seseorang meninggal dunia dan meninggalkan janin yang berhak mewarisi, lalu ahli waris lainnya meminta pembagian harta warisan, maka harta warisan dibagi dan disisihkan bagian terbesar dari warisan untuk dua anak laki-laki atau dua anak perempuan. Ahli waris yang tidak terhalang [oleh janin] diberikan hak warisnya secara penuh, sedangkan ahli waris yang berkurang bagiannya karena adanya janin diberikan bagian terkecil dari warisannya. Ahli waris yang gugur haknya karena janin tidak diberikan apapun. Ketika janin lahir, ia mengambil bagiannya dan mengembalikan sisanya kepada yang berhak.
وَلَا يَرِثُ إِلَّا إِنْ٤ اسْتَهَلَّ٥ صَارِخًا أَوْ عَطَسَ أَوْ تَنَفَّسَ أَوْ وُجِدَ مِنْهُ مَا يَدُلُّ عَلَى الْحَيَاةِ: كَالْحَرَكَةِ الطَّوِيلَةِ وَنَحْوِهَا.
Janin tidak mewarisi kecuali jika ia menangis keras ketika lahir, bersin, bernafas, atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti gerakan yang lama dan sejenisnya.
وَلَوْ ظَهَرَ بَعْضُهُ فَاسْتَهَلَّ ثُمَّ انْفَصَلَ مَيِّتًا لَمْ يَرِثْ
Jika sebagian tubuh janin keluar lalu menangis kemudian terpisah dalam keadaan meninggal, maka ia tidak mewarisi.
بَابُ مِيرَاثِ المَفْقُودِ
بَابُ مِيرَاثِ الْمَفْقُودِ
Bab Warisan Orang yang Hilang
مَنِ انْقَطَعَ خَبَرُهُ لِغَيْبَةٍ ظَاهِرُهَا السَّلَامَةُ: كَالْأَسْرِ١ وَالْخُرُوجِ لِلتِّجَارَةِ وَالسِّيَاحَةِ وَطَلَبِ الْعِلْمِ انْتُظِرَ تَتِمَّةَ تِسْعِينَ سَنَةً مُنْذُ وُلِدَ فَإِنْ فُقِدَ ابْنُ تِسْعِينَ اجْتَهَدَ الْحَاكِمُ.
Orang yang terputus kabarnya karena ketidakhadirannya yang secara lahiriah selamat: seperti ditawan¹, bepergian untuk berdagang, berwisata, dan menuntut ilmu, maka ditunggu hingga genap 90 tahun sejak ia dilahirkan. Jika orang yang berusia 90 tahun hilang, maka hakim berijtihad.
وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهَا الْهَلَاكُ: كَمَنْ فُقِدَ مِنْ بَيْنِ أَهْلِهِ أَوْ فِي مَهْلَكَةٍ كَدَرْبِ الْحِجَازِ أَوْ فُقِدَ٢ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ حَالَ الْحَرْبِ أَوْ غَرِقَتْ سَفِينَةٌ وَنَجَا قَوْمٌ وَغَرِقَ آخَرُونَ انْتُظِرَ تَتِمَّةَ أَرْبَعِ سِنِينَ مُنْذُ فُقِدَ.
Jika secara lahiriah ia binasa: seperti orang yang hilang di antara keluarganya atau di tempat yang membinasakan seperti jalan Hijaz, atau hilang² di antara dua barisan ketika perang, atau kapal tenggelam dan sebagian orang selamat sementara yang lain tenggelam, maka ditunggu selama empat tahun sejak ia hilang.
ثُمَّ يُقْسَمُ مَالُهُ فِي الْحَالَتَيْنِ.
Kemudian hartanya dibagikan dalam kedua keadaan tersebut.
فَإِنْ قَدِمَ بَعْدَ الْقِسْمَةِ٣ أَخَذَ مَا وَجَدَهُ بِعَيْنِهِ وَرَجَعَ بِالْبَاقِي.
Jika ia datang setelah pembagian³, ia mengambil apa yang ia temukan secara utuh dan meminta kembali sisanya.
فَإِنْ مَاتَ مُوَرِّثُ هَذَا الْمَفْقُودِ فِي زَمَنِ انْتِظَارِهِ أَخَذَ كُلُّ وَارِثٍ الْيَقِينَ وَوُقِفَ لَهُ الْبَاقِي٤.
Jika pewaris orang yang hilang ini meninggal pada masa penantiannya, maka setiap ahli waris mengambil bagian yang pasti dan menyisakan untuknya sisanya⁴.
مَنْ أُشْكِلَ نَسَبُهُ فَكَالْمَفْقُودِ.
Orang yang tidak jelas nasabnya diperlakukan seperti orang yang hilang.
بَابُ مِيرَاثِ الخُنْثَى
بَابُ مِيرَاثِ الْخُنْثَى
Bab Warisan Khuntsa
وَهُوَ: مَنْ لَهُ شَكْلُ الذَّكَرِ وَفَرْجُ الْمَرْأَةِ١.
Yaitu: orang yang memiliki bentuk laki-laki dan farji perempuan¹.
وَيُعْتَبَرُ بِبَوْلِهِ فَبِسَبْقِهِ مِنْ أَحَدِهِمَا.
Dan dipertimbangkan dengan kencingnya, maka dengan yang mendahuluinya dari salah satunya.
فَإِنْ خَرَجَ مِنْهُمَا مَعًا اعْتُبِرَ أَكْثَرُهُمَا٢ فَإِنِ اسْتَوَيَا فَمُشْكِلٌ.
Jika keluar dari keduanya secara bersamaan, maka dipertimbangkan yang lebih banyak². Jika sama, maka musykil.
فَإِنْ رُجِيَ كَشْفُهُ بَعْدَ كِبَرِهِ أُعْطِيَ وَمَنْ مَعَهُ الْيَقِينَ وَوُقِفَ الْبَاقِي لِتَظْهَرَ ذُكُورَتُهُ بِنَبَاتِ لِحْيَتِهِ أَوْ إِنْمَاءٍ مِنْ ذَكَرِهِ أَوْ أُنُوثَتُهُ بِحَيْضٍ أَوْ تَفَلُّكِ ثَدْيٍ أَوْ إِمْنَاءٍ مِنْ فَرْجٍ.
Jika diharapkan terungkapnya setelah dia besar, maka dia dan orang yang bersamanya diberi yang yakin dan ditangguhkan sisanya agar tampak kejantanannya dengan tumbuhnya jenggot atau mengeluarkan mani dari dzakarnya, atau kewanitaannya dengan haid atau membesarnya payudara atau mengeluarkan mani dari farji.
فَإِنْ مَاتَ أَوْ بَلَغَ بِلَا أَمَارَةٍ وَاخْتَلَفَ إِرْثُهُ أَخَذَ نِصْفَ مِيرَاثِ ذَكَرٍ وَنِصْفَ مِيرَاثِ أُنْثَى.
Jika dia meninggal atau mencapai baligh tanpa tanda-tanda dan warisannya berbeda, maka dia mengambil setengah warisan laki-laki dan setengah warisan perempuan.
بَابُ مِيرَاثِ الغَرْقَى نَحْوَهُمْ
بَابُ مِيرَاثِ الْغَرْقَى نَحْوِهِمْ
Bab Warisan Orang yang Tenggelam dan Sejenisnya
إِذَا عُلِمَ مَوْتُ الْمُتَوَارِثِينَ مَعًا فَلَا إِرْثَ وَكَذَا إِنْ جُهِلَ الْأَسْبَقُ٣ أَوْ عُلِمَ ثُمَّ نُسِيَ وَادَّعَى وَرَثَةُ كُلٍّ سَبْقَ الْآخَرِ وَلَا بَيِّنَةَ أَوْ تَعَارَضَتَا وَتَحَالَفَا.
Jika diketahui kematian ahli waris secara bersamaan, maka tidak ada warisan. Demikian pula jika tidak diketahui siapa yang lebih dahulu meninggal³, atau diketahui kemudian terlupa, dan ahli waris masing-masing mengklaim bahwa yang lain meninggal lebih dahulu tanpa ada bukti, atau jika bukti saling bertentangan dan mereka bersumpah.
وَإِنْ لَمْ يَدَّعِ وَرَثَةُ كُلٍّ سَبْقَ الْآخَرِ وَرِثَ كُلُّ مَيِّتٍ صَاحِبَهُ ثُمَّ يُقْسَمُ مَا وَرِثَهُ عَلَى الْأَحْيَاءِ مِنْ وَرَثَتِهِ.
Jika ahli waris masing-masing tidak mengklaim bahwa yang lain meninggal lebih dahulu, maka setiap orang yang meninggal mewarisi sahabatnya. Kemudian, apa yang diwarisinya dibagikan kepada ahli warisnya yang masih hidup.
بَابُ مِيرَاثِ أَهْلِ المِلَلِ
بَابُ مِيرَاثِ أَهْلِ الْمِلَلِ
Bab Warisan Ahli Millah
لَا تَوَارُثَ١ بَيْنَ مُخْتَلِفِينَ فِي الدِّينِ إِلَّا بِالْوَلَاءِ فَيَرِثُ بِهِ الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ وَالْكَافِرُ الْمُسْلِمَ وَكَذَا يَرِثُ الْكَافِرُ وَلَوْ مُرْتَدًّا إِذَا أَسْلَمَ٢ قَبْلَ قَسْمِ مِيرَاثِ مُوَرِّثِهِ الْمُسْلِمِ.
Tidak ada saling mewarisi antara orang-orang yang berbeda agama kecuali dengan wala', maka seorang Muslim mewarisi orang kafir dan orang kafir mewarisi orang Muslim. Demikian pula orang kafir mewarisi meskipun murtad jika ia masuk Islam sebelum pembagian warisan pewaris Muslimnya.
وَالْكُفَّارُ مِلَلٌ شَتَّى لَا يَتَوَارَثُونَ مَعَ اخْتِلَافِهَا.
Orang-orang kafir adalah berbagai agama yang berbeda, mereka tidak saling mewarisi jika agama mereka berbeda.
فَإِنِ اتَّفَقَتْ٣ وَوُجِدَتِ الْأَسْبَابُ وَرِثَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا وَلَوْ أَنَّ أَحَدَهُمَا ذِمِّيٌّ وَالْآخَرُ حَرْبِيٌّ أَوْ مُسْتَأْمَنٌ وَالْآخَرُ ذِمِّيٌّ أَوْ حَرْبِيٌّ.
Jika agama mereka sama dan terdapat sebab-sebab pewarisan, maka sebagian mereka mewarisi sebagian yang lain, meskipun salah satunya adalah kafir dzimmi dan yang lain adalah kafir harbi atau musta'man, atau yang lain adalah kafir dzimmi atau harbi.
وَمَنْ حُكِمَ بِكُفْرِهِ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ وَالْمُرْتَدِّ وَالزِّنْدِيقِ وَهُوَ: الْمُنَافِقُ فَمَا لَهُمْ٤ فَيْءٌ لَا يُوَرِّثُونَ وَلَا يُرِثُونَ.
Orang yang dihukumi kafir dari ahli bid'ah, murtad, dan zindiq yaitu munafik, maka tidak ada fai' bagi mereka, mereka tidak mewariskan dan tidak mewarisi.
وَيَرِثُ الْمَجُوسِيُّ وَنَحْوُهُ بِجَمِيعِ قَرَابَاتِهِ فَلَوْ خَلَّفَ أُمَّهُ وَهِيَ أُخْتُهُ مِنْ أَبِيهِ وَرِثَتِ الثُّلُثَ بِكَوْنِهَا أُمًّا وَالنِّصْفَ بِكَوْنِهَا أُخْتًا.
Orang Majusi dan sejenisnya mewarisi dengan semua kekerabatannya. Seandainya ia meninggalkan ibunya yang juga saudara perempuannya dari ayahnya, maka ia mewarisi sepertiga karena statusnya sebagai ibu dan setengah karena statusnya sebagai saudara perempuan.
بَابُ مِيرَاثِ المُطَلَّقَةِ
بَابُ مِيرَاثِ الْمُطَلَّقَةِ
Bab Warisan Wanita yang Ditalak
يَثْبُتُ الْإِرْثُ لِكُلٍّ مِنَ الزَّوْجَيْنِ فِي الطَّلَاقِ الرَّجْعِيِّ.
Hak waris berlaku bagi kedua pasangan dalam talak raj'i.
وَلَا يَثْبُتُ فِي الْبَائِنِ إِلَّا لَهَا إِنِ اتُّهِمَ بِقَصْدِ حِرْمَانِهَا: بِأَنْ طَلَّقَهَا فِي.
Dan tidak berlaku dalam talak ba'in kecuali bagi istri jika dituduh dengan niat untuk menghalanginya: yaitu jika dia mentalaknya dalam keadaan ________.
مَرَضَ مَوْتِهِ الْمَخُوفِ ابْتِدَاءً١ أَوْ سَأَلَتْهُ٢ رَجْعِيًّا فَطَلَّقَهَا بَائِنًا أَوْ عَلَّقَ فِي مَرَضِهِ٣ طَلَاقَهَا عَلَى مَا لَا غِنَى عَنْهُ أَوْ أَقَرَّ أَنَّهُ طَلَّقَهَا سَابِقًا فِي حَالِ صِحَّتِهِ أَوْ وَكَّلَ فِي صِحَّتِهِ مَنْ يُبِينُهَا مَتَى شَاءَ فَأَبَانَهَا فِي مَرَضِ مَوْتِهِ فَتَرِثُ فِي الْجَمِيعِ حَتَّى وَ٤لَوْ انْقَضَتْ عِدَّتُهَا مَا لَمْ تَتَزَوَّجْ أَوْ تَرْتَدَّ:
Jika dia menderita penyakit yang dikhawatirkan akan menyebabkan kematiannya sejak awal١, atau dia memintanya٢ untuk kembali kepadanya tetapi dia menceraikannya dengan talak ba'in, atau dia mengaitkan talaknya dalam kondisi sakitnya٣ dengan sesuatu yang tidak bisa dihindari, atau dia mengakui bahwa dia telah menceraikannya sebelumnya saat dia sehat, atau dia mewakilkan kepada seseorang saat dia sehat untuk menceraikannya kapan saja dia mau, lalu orang itu menceraikannya saat dia sakit menjelang kematiannya, maka dia (istri) mewarisi dalam semua kasus tersebut, bahkan jika٤ masa iddahnya telah selesai, selama dia belum menikah lagi atau murtad:
فَلَوْ طَلَّقَ الْمُتَّهَمُ أَرْبَعًا وَانْقَضَتْ عِدَّتُهُنَّ وَتَزَوَّجَ أَرْبَعًا سِوَاهُنَّ وَرِثَ الثَّمَانَ عَلَى السَّوَاءِ بِشَرْطِهِ.
Jika orang yang dituduh menceraikan empat istrinya dan masa iddah mereka telah selesai, lalu dia menikahi empat wanita selain mereka, maka kedelapan wanita itu mewarisi secara sama dengan syaratnya.
وَيَثْبُتُ لَهُ إِنْ فَعَلَتْ بِمَرَضِ مَوْتِهَا الْمَخُوفِ مَا يَفْسَخُ نِكَاحَهَا مَا دَامَتْ مُعْتَدَّةً إِنِ اتُّهِمَتْ وَإِلَّا سَقَطَ٥.
Dan ditetapkan baginya jika dia (istri) melakukan sesuatu dalam kondisi sakit menjelang kematiannya yang dikhawatirkan yang membatalkan pernikahannya selama dia masih dalam masa iddah jika dia dituduh (melakukan hal tersebut dengan sengaja), jika tidak maka gugur (haknya)٥.
بَابُ الإِقْرَارِ بِمُشَارِكِ فِي المِيرَاثِ
بَابُ الإِقْرَارِ بِمُشَارِكٍ فِي الْمِيرَاثِ
Bab Pengakuan Adanya Mitra dalam Warisan
إِذَا أَقَرَّ الْوَارِثُ بِمَنْ يُشَارِكُهُ فِي الْإِرْثِ أَوْ بِمَنْ يَحْجُبُهُ كَأَخٍ أَقَرَّ بِابْنٍ لِلْمَيِّتِ صَحَّ وَثَبَتَ٦ الْإِرْثُ وَالْحَجْبُ.
Jika ahli waris mengakui orang yang bermitra dengannya dalam warisan atau orang yang menghalanginya seperti seorang saudara yang mengakui anak dari orang yang meninggal, maka pengakuan itu sah dan tetaplah6 warisan dan penghalangan.
فَإِذَا أَقَرَّ الْوَرَثَةُ الْمُكَلَّفُونَ بِشَخْصٍ مَجْهُولِ النَّسَبِ وَصَدَّقَ أَوْ كَانَ صَغِيرًا أَوْ مَجْنُونًا ثَبَتَ نَسَبُهُ وَإِرْثُهُ.
Jika ahli waris yang mukallaf mengakui seseorang yang tidak diketahui nasabnya, dan ia membenarkannya, atau ia masih kecil atau gila, maka nasab dan hak warisnya ditetapkan.
لَكِنْ يُعْتَبَرُ لِثُبُوتِ نَسَبِهِ مِنَ الْمَيِّتِ إِقْرَارُ جَمِيعِ الْوَرَثَةِ حَتَّى الزَّوْجِ وَوَلَدِ الْأُمِّ أَوْ شَهَادَةُ عَدْلَيْنِ مِنَ الْوَرَثَةِ أَوْ مِنْ غَيْرِهِمْ.
Namun, untuk menetapkan nasabnya dari mayit, diperlukan pengakuan seluruh ahli waris termasuk suami dan anak dari ibu, atau kesaksian dua orang adil dari ahli waris atau selain mereka.
فَإِنْ لَمْ يُقِرَّ١ جَمِيعُهُمْ ثَبَتَ نَسَبُهُ وَإِرْثُهُ مِمَّنْ أَقَرَّبِهِ فَيُشَارِكُهُ فِيمَا بِيَدِهِ أَوْ يَأْخُذُ الْكُلَّ إِنْ أَسْقَطَهُ.
Jika tidak semua mengakuinya, maka nasab dan hak warisnya ditetapkan dari orang yang mengakuinya. Ia akan berbagi dengan orang yang mengakuinya dalam apa yang dimilikinya, atau mengambil semuanya jika orang yang mengakuinya menggugurkan haknya.
بَابُ مِيرَاثِ القَاتِلِ
بَابُ مِيرَاثِ الْقَاتِلِ
Bab Warisan Pembunuh
لَا إِرْثَ لِمَنْ قَتَلَ مُوَرِّثَهُ بِغَيْرِ حَقٍّ أَوْ شَارَكَ فِي قَتْلِهِ وَلَوْ خَطَأً فَلَا يَرِثُ مَنْ سَقَى وَلَدَهُ دَوَاءً فَمَاتَ أَوْ أَدَّبَهُ أَوْ فَصَدَهُ أَوْ بَطَّ سِلْعَةً.
Tidak ada warisan bagi orang yang membunuh pewaris tanpa hak atau ikut serta dalam pembunuhannya meskipun karena kesalahan. Maka tidak mewarisi orang yang memberi minum anaknya obat lalu meninggal, atau mendidiknya, atau membekamnya, atau memotong tumornya.
وَتَلْزَمُ الْغُرَّةُ مَنْ شَرِبَتْ دَوَاءً فَأَسْقَطَتْ وَلَا تَرِثُ مِنْهَا شَيْئًا.
Dan wajib membayar ghurrah (diyat janin) bagi wanita yang meminum obat lalu mengalami keguguran, dan dia tidak mewarisi apapun darinya.
وَإِنْ قَتَلَهُ بِحَقٍّ وَرِثَهُ كَالْقَتْلِ قِصَاصًا أَوْ حَدًّا أَوْ دَفْعًا عَنْ نَفْسِهِ وَكَذَا لَوْ قَتَلَ الْبَاغِي الْعَادِلَ كَعَكْسِهِ.
Jika dia membunuhnya dengan hak, maka dia mewarisinya, seperti membunuh sebagai qisas, had, atau membela diri. Demikian pula jika pemberontak membunuh orang yang adil, begitu pula sebaliknya.
بَابُ مِيرَاثِ المُعْتَقِ بَعْضُهُ
بَابُ مِيرَاثِ الْمُعْتَقِ بَعْضَهُ
Bab Warisan Budak yang Dimerdekakan Sebagian
الرَّقِيقُ مِنْ حَيْثُ هُوَ: لَا يَرِثُ وَلَا يُورَثُ.
Budak dari sisi statusnya: tidak mewarisi dan tidak diwarisi.
لَكِنَّ الْمُبَعَّضَ يَرِثُ وَيُورَثُ وَيَحْجُبُ بِقَدْرِ مَا فِيهِ مِنَ الْحُرِّيَّةِ.
Tetapi budak yang dimerdekakan sebagian mewarisi, diwarisi, dan menghijab sesuai kadar kemerdekaan yang ada padanya.
وَإِنْ حَصَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ سَيِّدِهِ مُهَايَأَةٌ فَكُلُّ تَرِكَتِهِ لِوَارِثِهِ وَإِلَّا فَبَيْنَهُ بَيْنَ سَيِّدِهِ بِالْحِصَصِ.
Jika terjadi kesepakatan antara budak dan tuannya, maka seluruh harta peninggalannya menjadi milik ahli warisnya. Jika tidak, maka dibagi antara budak dan tuannya sesuai bagian masing-masing.
بَابُ الوَلَاءِ
بَابُ الْوَلَاءِ
Bab Wala'
مَنْ أَعْتَقَ رَقِيقًا أَوْ بَعْضَهُ فَسَرَى إِلَى الْبَاقِي أَوْ عُتِقَ عَلَيْهِ بِرَحِمٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عِوَضٍ أَوْ كِتَابَةٍ أَوْ تَدْبِيرٍ أَوْ إِيلَادٍ أَوْ وَصِيَّةٍ أَوْ أَعْتَقَهُ فِي زَكَاتِهِ أَوْ نَذْرِهِ أَوْ كَفَّارَتِهِ فَلَهُ عَلَيْهِ الْوَلَاءُ وَعَلَى أَوْلَادِهِ بِشَرْطِ كَوْنِهِمْ مِنْ زَوْجَةٍ عَتِيقَةٍ أَوْ أَمَةٍ وَعَلَى مَنْ لَهُ أَوْ لَهُمْ عَلَيْهِ الْوَلَاءُ.
Barangsiapa yang membebaskan seorang budak atau sebagiannya, lalu kebebasan itu menyebar ke sisa budak tersebut, atau budak itu dibebaskan karena hubungan kekerabatan, perbuatan, kompensasi, kitabah, tadbir, istilad, wasiat, atau dibebaskan dalam zakat, nazar, atau kafaratnya, maka ia memiliki wala' atas budak tersebut dan anak-anaknya dengan syarat mereka berasal dari istri yang merdeka atau budak perempuan, serta atas orang yang memiliki wala' atasnya atau atas mereka.
وَإِنْ قَالَ: أَعْتِقْ عَبْدَكَ عَنِّي مَجَّانًا أَوْ عَنِّي أَوْ عَنْكَ وَعَلَيَّ ثَمَنُهُ إِنْ أَعْتَقَهُ١ صَحَّ وَكَانَ وَلَاؤُهُ لِلْمُعْتِقِ عَنْهُ وَيَلْزَمُ الْقَائِلَ ثَمَنُهُ٢ فِيمَا إِذَا اِلْتَزَمَ بِهِ.
Jika seseorang berkata, "Bebaskan budakmu atas namaku secara gratis," atau "atas namaku," atau "atas namamu dan aku yang menanggung harganya jika engkau membebaskannya,"¹ maka itu sah dan wala' budak itu menjadi milik orang yang atas namanya budak itu dibebaskan, dan si pembicara wajib membayar harganya² dalam hal ia telah berkomitmen untuk itu.
وَإِنْ قَالَ الْكَافِرُ: اعْتِقْ عَبْدَكَ الْمُسْلِمَ عَنِّي فَأَعْتَقَهُ صَحَّ وَوَلَاؤُهُ لِلْكَافِرِ.
Jika seorang kafir berkata, "Bebaskan budakmu yang Muslim atas namaku," lalu ia membebaskannya, maka itu sah dan wala' budak itu menjadi milik si kafir.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يَرِثُ صَاحِبُ الْوَلَاءِ إِلَّا عِنْدَ عَدَمِ عَصَبَاتِ النَّسَبِ فَبَعْدَ٣ أَنْ يَأْخُذَ أَصْحَابُ الْفُرُوضِ فُرُوضَهُمْ فَعِنْدَ ذَلِكَ يَرِثُ الْمُعْتِقُ وَلَوْ أُنْثَى ثُمَّ.
Pemilik wala' tidak mewarisi kecuali jika tidak ada ashabah nasab. Setelah³ para pemilik bagian tetap mengambil bagian mereka, maka pada saat itulah orang yang memerdekakan mewarisi, meskipun ia seorang wanita. Kemudian,
عَصَبَتُهُ الْأَقْرَبُ فَالْأَقْرَبُ.
Ashabah-nya yang terdekat kemudian yang terdekat.
وَحُكْمُ الْجَدِّ مَعَ الْإِخْوَةِ فِي الْوَلَاءِ كَحُكْمِهِ مَعَهُمْ فِي النَّسَبِ.
Hukum kakek bersama saudara-saudara dalam wala' seperti hukumnya bersama mereka dalam nasab.
وَالْوَلَاءُ لَا يُبَاعُ وَلَا يُوهَبُ وَلَا يُوقَفُ وَلَا يُوصَى بِهِ وَلَا يُورَثُ وَإِنَّمَا يَرِثُ بِهِ أَقْرَبُ عَصَبَاتِ الْمُعْتِقِ يَوْمَ مَوْتِ الْعَتِيقِ لَكِنْ يَتَأَتَّى إِنْتِقَالُهُ مِنْ جِهَةٍ إِلَى أُخْرَى فَلَوْ تَزَوَّجَ عَبْدٌ بِمُعْتِقِهِ فَوَلَاءُ مَنْ تَلِدُهُ لِمَنْ أَعْتَقَهَا فَإِنْ أَعْتَقَ الْأَبُ انْجَرَّ الْوَلَاءُ لِمَوَالِيهِ.
Wala' tidak dijual, tidak dihibahkan, tidak diwakafkan, tidak diwasiatkan, dan tidak diwariskan. Hanya saja yang mewarisi dengannya adalah ashabah terdekat dari mu'tiq pada hari kematian atiq. Tetapi wala' bisa berpindah dari satu pihak ke pihak lain. Seandainya seorang budak menikahi mu'tiqah-nya, maka wala' dari anak yang dilahirkannya adalah untuk orang yang memerdekakan mu'tiqah tersebut. Jika ayah memerdekakan, maka wala' berpindah kepada maula-maulanya.
كِتَابُ العِتْقِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْعِتْقِ
Kitab Pembebasan Budak
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْعِتْقِ
Kitab Pembebasan Budak
وَهُوَ مِنْ أَعْظَمِ الْقُرَبِ فَيُسَنُّ عِتْقُ رَقِيقٍ لَهُ كَعْبٌ وَيُكْرَهُ إِنْ كَانَ لَا قُوَّةَ لَهُ وَلَا كَسْبَ أَوْ يَخَافُ مِنْهُ الزِّنَا أَوِ الْفَسَادَ وَيَحْرُمُ إِنْ عَلِمَ ذَلِكَ مِنْهُ١ وَهَكَذَا الْكِتَابَةُ.
Dan itu termasuk salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah yang paling agung. Maka disunnahkan membebaskan budak yang memiliki kaki, dan dimakruhkan jika budak itu tidak memiliki kekuatan atau penghasilan, atau dikhawatirkan akan melakukan zina atau kerusakan, dan haram jika diketahui hal itu darinya¹. Demikian pula al-kitābah.
وَيَحْصُلُ الْعِتْقُ بِالْقَوْلِ وَصَرِيحُهُ لَفْظُ: الْعِتْقِ وَالْحُرِّيَّةِ كَيْفَ صُرِفَا غَيْرَ أَمْرٍ وَمُضَارِعٍ وَاسْمِ فَاعِلٍ.
Pembebasan budak terjadi melalui perkataan, dan pernyataan eksplisitnya adalah kata: al-'itq (pembebasan) dan al-ḥurriyyah (kebebasan) bagaimanapun diucapkan selain dalam bentuk perintah, present tense, dan ism fā'il.
وَكِنَايَتُهُ مَعَ النِّيَّةِ سِتَّةَ عَشَرَ: خَلَّيْتُكَ وَأَطْلَقْتُكَ وَأَلْحِقْ بِأَهْلِكَ وَاذْهَبْ حَيْثُ شِئْتَ وَلَا سَبِيلَ لِي أَوْ لَا سُلْطَانَ أَوْ لَا مُلْكَ أَوْ لَا رِقَّ أَوْ٢: لَا خِدْمَةَ لِي عَلَيْكَ وَ٣وَهَبْتُكَ لِلَّهِ وَأَنْتَ لِلَّهِ وَرَفَعْتُ يَدِي عَنْكَ إِلَى اللَّهِ وَأَنْتَ مَوْلَايَ أَوْ٤ سَائِبَةٌ أَوْ فَلَكْتُ رَقَبَتَكَ٥ وَتَزِيدُ الْأَمَةُ بِأَنْتِ طَالِقٌ أَوْ حَرَامٌ.
Dan kinayah-nya (pernyataan implisit) dengan niat ada enam belas: Aku membebaskanmu, aku melepaskanmu, pergilah kepada keluargamu, pergilah ke mana pun kamu mau, aku tidak memiliki jalan atau kekuasaan atau kepemilikan atau perbudakan atasmu², atau: Aku tidak memiliki pelayanan atasmu³, aku menghibahkanmu kepada Allah, kamu milik Allah, aku mengangkat tanganku darimu kepada Allah, kamu adalah maulā-ku⁴, sā'ibah, atau aku membebaskan lehermu⁵. Dan ditambahkan untuk budak perempuan dengan: Kamu dicerai atau haram.
وَيُعْتَقُ حَمْلٌ لَمْ يُسْتَثْنَ بِعِتْقِ أُمِّهِ لَا عَكْسُهُ.
Dan janin yang tidak dikecualikan akan dimerdekakan dengan memerdekakan ibunya, bukan sebaliknya.
وَإِنْ قَالَ لِمَنْ يُمْكِنُ كَوْنُهُ أَبَاهُ أَنْتَ أَبِي أَوْ قَالَ لِمَنْ يُمْكِنُ كَوْنُهُ ابْنَهُ: أَنْتَ ابْنِي عَتَقَ لَا إِنْ لَمْ يُمْكِنْ إِلَّا بِالنِّيَّةِ.
Jika seseorang berkata kepada orang yang mungkin menjadi ayahnya, "Kamu adalah ayahku," atau berkata kepada orang yang mungkin menjadi anaknya, "Kamu adalah anakku," maka ia akan dimerdekakan, kecuali jika tidak mungkin kecuali dengan niat.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْصُلُ بِالْفِعْلِ: فَمَنْ مَثَّلَ بِرَقِيقِهِ فَجَدَعَ أَنْفَهُ أَوْ أُذُنَهُ وَنَحْوَهُمَا أَوْ خَرَقَ أَوْ حَرَقَ عُضْوًا مِنْهُ أَوِ اسْتَكْرَهَهُ عَلَى الْفَاحِشَةِ أَوْ وَطِئَ مَنْ لَا يُوطَأُ مِثْلُهَا لِصِغَرٍ فَأَفْضَاهَا عَتَقَ فِي الْجَمِيعِ.
Dan itu terjadi dengan perbuatan: Barangsiapa yang menyiksa budaknya dengan memotong hidung atau telinganya atau sejenisnya, atau merobek atau membakar anggota tubuhnya, atau memaksanya melakukan perbuatan keji, atau menyetubuhi orang yang tidak boleh disetubuhi seperti anak kecil sehingga merusaknya, maka budak itu akan dimerdekakan dalam semua kasus.
وَلَا عِتْقَ بِخَدْشٍ وَضَرْبٍ وَلَعْنٍ.
Dan tidak ada pembebasan dengan goresan, pukulan, dan kutukan.
وَيَحْصُلُ بِالْمِلْكِ فَمَنْ مَلَكَ لِذِي رَحِمٍ مَحْرَمٍ مِنَ النَّسَبِ عَتَقَ عَلَيْهِ وَلَوْ حَمْلًا وَإِنْ مَلَكَ بَعْضَهُ عَتَقَ الْبَعْضُ وَالْبَاقِي بِالسِّرَايَةِ إِنْ كَانَ مُوسِرًا وَيَغْرَمُ حِصَّةَ شَرِيكِهِ.
Dan itu terjadi dengan kepemilikan, maka barangsiapa memiliki mahram karena hubungan darah, maka ia akan dimerdekakan meskipun masih dalam kandungan. Jika ia memiliki sebagian darinya, maka sebagian itu akan dimerdekakan dan sisanya akan dimerdekakan secara bertahap jika ia mampu, dan ia harus membayar bagian mitranya.
وَكَذَا حُكْمُ كُلِّ مَنْ أَعْتَقَ حِصَّتَهُ مِنْ مُشْتَرَكٍ فَلَوِ ادَّعَى كُلٌّ مِنْ مُوسِرَيْنِ أَنَّ شَرِيكَهُ أَعْتَقَ نَصِيبَهُ عَتَقَ لِاعْتِرَافِ كُلٍّ بِحُرِّيَّتِهِ وَيَحْلِفُ كُلٌّ لِصَاحِبِهِ وَوَلَاؤُهُ لِبَيْتِ الْمَالِ مَا لَمْ يَعْتَرِفْ أَحَدُهُمَا بِعِتْقِهِ فَيَثْبُتُ لَهُ وَيَضْمَنُ حَقَّ شَرِيكِهِ.
Demikian pula hukum setiap orang yang memerdekakan bagiannya dari budak bersama. Jika masing-masing dari dua orang kaya mengklaim bahwa mitranya telah memerdekakan bagiannya, maka budak itu akan dimerdekakan karena pengakuan masing-masing atas kemerdekaannya. Masing-masing harus bersumpah kepada yang lain, dan wala'-nya menjadi milik Baitul Mal kecuali jika salah satu dari mereka mengakui memerdekakannya, maka hal itu ditetapkan untuknya dan ia harus membayar hak mitranya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَصِحُّ تَعْلِيقُ الْعِتْقِ بِالصِّفَةِ كَـ: "إِنْ فَعَلْتَ كَذَا فَأَنْتَ حُرٌّ" وَلَهُ وَقْفُهُ وَكَذَا بَيْعُهُ وَنَحْوُهُ قَبْلَ وُجُودِ الصِّفَةِ فَإِنْ عَادَ لِمِلْكِهِ عَادَتْ فَمَتَى وُجِدَتْ عَتَقَ وَلَا يَبْطُلُ إِلَّا بِمَوْتِهِ١ فَقَوْلُهُ: إِنْ دَخَلْتَ الدَّارَ بَعْدَ مَوْتِي فَأَنْتَ حُرٌّ لَغْوٌ وَيَصِحُّ: أَنْتَ حُرٌّ بَعْدَ مَوْتِي بِشَهْرٍ فَلَا يَمْلِكُ الْوَارِثُ بَيْعَهُ.
Dan sah menggantungkan pembebasan budak dengan sifat, seperti: "Jika kamu melakukan ini, maka kamu merdeka", dan dia boleh menghentikannya, begitu juga menjualnya dan sejenisnya sebelum adanya sifat tersebut. Jika budak itu kembali menjadi miliknya, maka sifat itu kembali, sehingga kapan pun sifat itu ada, dia merdeka, dan tidak batal kecuali dengan kematiannya.¹ Maka perkataannya: "Jika kamu memasuki rumah setelah kematianku, maka kamu merdeka" adalah sia-sia. Dan sah: "Kamu merdeka setelah kematianku satu bulan", maka ahli waris tidak boleh menjualnya.
وَيَصِحُّ قَوْلُهُ: كُلُّ مَمْلُوكٍ أَمْلِكُهُ فَهُوَ حُرٌّ فَكُلُّ مَنْ مَلَكَهُ عَتَقَ وَأَوَّلُ أَوْ آخِرُ قِنٍّ٢ أَمْلِكُهُ وَ٣ أَوَّلُ أَوْ آخِرُ٤ مَنْ يَطْلُعُ مِنْ رَقِيقِي حُرٌّ فَلَمْ يَمْلِكْ أَوْ يَطْلُعْ إِلَّا وَاحِدٌ عَتَقَ وَلَوْ مَلَكَ اثْنَيْنِ مَعًا أَوْ طَلَعَا مَعًا عَتَقَ وَاحِدٌ بِقُرْعَةٍ وَمِثْلُهُ الطَّلَاقُ.
Dan sah perkataannya: "Setiap budak yang aku miliki maka dia merdeka", maka setiap orang yang dia miliki merdeka. "Yang pertama atau terakhir dari budak² yang aku miliki", dan³ "Yang pertama atau terakhir⁴ dari budakku yang muncul merdeka". Jika dia tidak memiliki atau tidak muncul kecuali satu orang, maka dia merdeka. Jika dia memiliki dua orang sekaligus atau mereka muncul bersamaan, maka satu orang merdeka dengan undian, dan demikian juga talak.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ قَالَ لِرَقِيقِهِ: أَنْتَ حُرٌّ وَعَلَيْكَ أَلْفٌ عَتَقَ فِي الْحَالِ بِلَا شَيْءٍ عَلَى أَلْفٍ أَوْ بِأَلْفٍ لَا يَعْتِقُ حَتَّى يَقْبَلَ عَلَى وَيَلْزَمُهُ٥ الْأَلْفُ وَعَلَى أَنْ تَخْدُمَنِي سَنَةً يَعْتِقُ بِلَا قَبُولٍ وَتَلْزَمُهُ الْخِدْمَةُ.
Jika dia berkata kepada budaknya: "Kamu merdeka dan atasmu seribu", maka dia merdeka seketika tanpa ada kewajiban apa pun. "Atas seribu" atau "dengan seribu", dia tidak merdeka hingga dia menerima dan dia wajib membayar⁵ seribu. "Atas dasar kamu melayaniku setahun", dia merdeka tanpa perlu menerima dan dia wajib melayaninya.
وَيَصِحُّ أَنْ يُعْتِقَهُ وَيَسْتَثْنِيَ خِدْمَتَهُ مُدَّةَ حَيَاتِهِ أَوْ مُدَّةً مَعْلُومَةً.
Dan sah membebaskannya dan mengecualikan pelayanannya selama hidupnya atau selama waktu yang diketahui.
وَمَنْ قَالَ: رَقِيقِي حُرٌّ أَوْ١ زَوْجَتِي طَالِقٌ وَلَهُ مُتَعَدِّدَةٌ وَلَمْ يَنْوِ مُعَيَّنًا عَتَقَ وَطَلَّقَ الْكُلَّ٢ لِأَنَّهُ مُفْرَدٌ مُضَافٌ فَيَعُمُّ٣.
Dan barangsiapa yang berkata: "Budakku merdeka atau¹ istriku tertalak", dan dia memiliki banyak (budak atau istri), dan dia tidak berniat pada yang tertentu, maka semuanya² merdeka dan tertalak, karena ia (lafaz "budakku" dan "istriku") adalah mufrad yang di-idhafah-kan maka mencakup semuanya³.
بَابُ التَّدْبِيرِ
بَابُ التَّدْبِيرِ
Bab Tadbir
وَهُوَ: تَعْلِيقُ الْعِتْقِ بِالْمَوْتِ كَقَوْلِهِ لِرَقِيقِهِ: إِنْ مِتُّ فَأَنْتَ حُرٌّ بَعْدَ مَوْتِي وَيُعْتَبَرُ كَوْنُهُ مِمَّنْ تَصِحُّ وَصِيَّتُهُ وَكَوْنُهُ مِنَ الثُّلُثِ.
Yaitu: menggantungkan pembebasan budak dengan kematian, seperti perkataan seseorang kepada budaknya: Jika aku mati, maka kamu merdeka setelah kematianku. Dan dianggap sah jika dia adalah orang yang sah wasiatnya dan jika budak itu berasal dari sepertiga (harta).
وَصَرِيحُهُ وَكِنَايَتُهُ كَالْعِتْقِ.
Ungkapan eksplisit (sharih) dan implisit (kinayah) tadbir sama seperti pada pembebasan ('itq).
وَيَصِحُّ مُطْلَقًا كَأَنْتَ مُدَبَّرٌ.
Tadbir sah secara mutlak, seperti "Kamu adalah mudabbar".
وَمُقَيَّدًا [كَإِنْ مِتُّ فِي عَامِي هَذَا أَوْ مَرَضِي هَذَا فَأَنْتَ مُدَبَّرٌ.
Dan secara terbatas [seperti "Jika aku mati pada tahun ini atau sakitku ini, maka kamu adalah mudabbar".
وَمُعَلَّقًا كَإِذَا قَدِمَ زَيْدٌ فَأَنْتَ مُدَبَّرٌ.
Dan digantungkan seperti "Jika Zaid datang maka kamu adalah mudabbar".
وَمُؤَقَّتًا] كَأَنْتَ مُدَبَّرٌ الْيَوْمَ أَوْ سَنَةً.
Dan dibatasi waktu] seperti "Kamu adalah mudabbar hari ini atau setahun".
وَيَصِحُّ بَيْعُ الْمُدَبَّرِ وَهِبَتُهُ.
Menjual dan menghibahkan mudabbar hukumnya sah.
فَإِنْ عَادَ لِمِلْكِهِ عَادَ التَّدْبِيرُ.
Jika budak itu kembali menjadi miliknya, maka status tadbir-nya kembali.
وَيَبْطُلُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: بِوَقْفِهِ وَبِقَتْلِهِ لِسَيِّدِهِ وَبِإِيلَادِ الْأَمَةِ.
Tadbir batal dengan tiga hal: dengan mewakafkannya, dengan membunuh tuannya, dan dengan melahirkan anak dari budak wanita.
وَوُلِدَ الْمُدَبَّرَةِ١ الَّذِي يُولَدُ بَعْدَ التَّدْبِيرِ كَهِيَ.
Dan anak dari budak wanita mudabbarah¹ yang lahir setelah tadbir adalah seperti ibunya.
وَلَهُ وَطْؤُهَا وَإِنْ لَمْ يَشْتَرِطْهُ٢ وَوَطْءُ بِنْتِهَا إِنْ جَازَ.
Dan dia boleh menyetubuhinya meskipun tidak mensyaratkannya² dan menyetubuhi putrinya jika diperbolehkan.
وَلَوْ أَسْلَمَ مُدَبَّرٌ أَوْ قِنٌّ أَوْ مُكَاتَبٌ لِكَافِرٍ أُلْزِمَ بِإِزَالَةِ مِلْكِهِ٣ عَنْهُ فَإِنْ أَبَى بِيعَ عَلَيْهِ.
Jika seorang budak mudabbar, qinn, atau mukatab masuk Islam sedangkan tuannya adalah seorang kafir, maka tuannya dipaksa untuk menghilangkan kepemilikannya³ atas budak tersebut. Jika dia menolak, maka budak tersebut dijual.
بَابُ الكِتَابَةِ
بَابُ الْكِتَابَةِ
Bab Kitabah
وَهِيَ: بَيْعُ السَّيِّدِ رَقِيقَهُ نَفْسَهُ بِمَالٍ فِي ذِمَّتِهِ مُبَاحٌ مَعْلُومٌ يَصِحُّ السَّلَمُ فِيهِ مُنَجَّمٌ بِنَجْمَيْنِ فَصَاعِدًا يُعْلَمُ قَدْرُ كُلِّ نَجْمٍ وَمُدَّتُهُ وَلَا يُشْتَرَطُ أَجَلٌ لَهُ وَقَعَ فِي الْقُدْرَةِ عَلَى الْكَسْبِ.
Kitabah adalah: seorang tuan menjual budaknya kepada dirinya sendiri dengan harta yang mubah dan diketahui dalam tanggungannya, yang sah untuk akad salam, dengan dua kali angsuran atau lebih, diketahui jumlah setiap angsuran dan jangka waktunya, dan tidak disyaratkan adanya batas waktu yang jatuh pada kemampuan untuk bekerja.
فَإِنْ فَقَدَ شَيْءٌ مِنْ هَذَا فَفَاسِدَةٌ.
Jika ada sesuatu yang hilang dari ini, maka kitabah menjadi fasid (tidak sah).
وَالْكِتَابَةُ فِي الصِّحَّةِ وَالْمَرَضِ مِنْ رَأْسِ الْمَالِ.
Kitabah dalam keadaan sehat dan sakit diambil dari modal pokok.
وَلَا تَصِحُّ إِلَّا بِالْقَوْلِ٤ مِنْ جَائِزِ التَّصَرُّفِ لَكِنْ لَوْ كُوتِبَ الْمُمَيِّزُ صَحَّ.
Kitabah tidak sah kecuali dengan perkataan⁴ dari orang yang diperbolehkan bertransaksi, tetapi jika mumayyiz dikitabah maka sah.
وَمَتَى أَدَّى الْمُكَاتَبُ مَا عَلَيْهِ لِسَيِّدِهِ أَوْ أَبْرَأَهُ مِنْهُ عَتَقَ وَمَا فَضَلَ بِيَدِهِ فَلَهُ.
Kapan pun seorang mukatab membayar kewajibannya kepada tuannya atau dibebaskan darinya, maka ia merdeka, dan apa pun yang tersisa di tangannya menjadi miliknya.
وَإِنْ أَعْتَقَهُ سَيِّدُهُ وَعَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ مَالِ الْكِتَابَةِ أَوْ مَاتَ قَبْلَ وَفَائِهَا كَانَ جَمِيعُ مَا مَعَهُ لِسَيِّدِهِ.
Dan jika tuannya membebaskannya sementara ia masih memiliki kewajiban dari harta kitabah, atau ia meninggal sebelum menunaikannya, maka semua yang ada padanya menjadi milik tuannya.
وَلَوْ أَخَذَ السَّيِّدُ حَقَّهُ ظَاهِرًا ثُمَّ قَالَ: هُوَ حُرٌّ ثُمَّ بَانَ الْعِوَضُ مُسْتَحَقًّا لَمْ يُعْتَقْ.
Jika tuan mengambil haknya secara lahir kemudian berkata: "Dia merdeka", lalu ternyata kompensasinya berhak, maka ia tidak merdeka.
بَابُ الْكِتَابَةِ
Bab Kitabah
وَيَمْلِكُ الْمُكَاتَبُ كَسْبَهُ وَنَفْعَهُ وَكُلَّ تَصَرُّفٍ يَصْلُحُ مَالَهُ: كَالْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَالْإِجَارَةِ وَالِاسْتِدَانَةِ وَالنَّفَقَةِ عَلَى نَفْسِهِ وَمَمْلُوكِهِ.
Mukatab memiliki hasil usahanya, manfaatnya, dan setiap tindakan yang memperbaiki hartanya, seperti jual beli, sewa menyewa, berhutang, dan memberi nafkah untuk dirinya dan budaknya.
لَكِنْ مِلْكُهُ غَيْرُ تَامٍّ فَلَا يَمْلِكُ أَنْ يُكَفِّرَ بِمَالٍ أَوْ يُسَافِرَ لِجِهَادٍ أَوْ يَتَزَوَّجَ أَوْ يَتَسَرَّى أَوْ يَتَبَرَّعَ أَوْ يُقْرِضَ أَوْ يُجَابِيَ أَوْ يَرْهَنَ أَوْ يُضَارِبَ أَوْ يَبِيعَ مُؤَجَّلًا أَوْ يُزَوِّجَ رَقِيقَهُ أَوْ يَحُدَّهُ أَوْ يُكَاتِبَهُ إِلَّا بِإِذْنِ سَيِّدِهِ وَالْوَلَاءُ لِلسَّيِّدِ.
Namun kepemilikannya tidak sempurna, sehingga ia tidak boleh membayar kafarat dengan harta, bepergian untuk jihad, menikah, memiliki gundik, bersedekah, meminjamkan, menarik pajak, menggadaikan, mudharabah, menjual dengan pembayaran tertunda, menikahkan budaknya, menghukumnya, atau memukatab dirinya kecuali dengan izin tuannya. Wala' (hak perwalian) adalah milik tuan.
وَوَلَدُ الْمُكَاتَبَةِ إِذَا وَضَعَتْهُ بَعْدَهَا يَتْبَعُهَا فِي الْعِتْقِ بِالْأَدَاءِ و١ الْإِبْرَاءِ لَا بِإِعْتَاقِهَا وَلَا إِنْ مَاتَتْ.
Anak mukatab perempuan jika dilahirkan setelahnya, mengikutinya dalam kemerdekaan dengan pembayaran dan١ pembebasan, bukan dengan pembebasan dirinya atau jika ia meninggal.
وَيَصِحُّ شَرْطُ وَطْءِ مُكَاتَبَتِهِ.
Sah mensyaratkan menggauli mukatab perempuannya.
فَإِنْ وَطِئَهَا بِلَا شَرْطٍ عُزِّرَ وَلَزِمَهُ الْمَهْرُ وَلَوْ مُطَاوِعَةً وَتَصِيرُ٢ إِنْ وَلَدَتْ أُمَّ وَلَدٍ ثُمَّ إِنْ أَدَّتْ عَتَقَتْ وَإِلَّا فَبِمَوْتِهِ.
Jika ia menggaulinya tanpa syarat, ia dita'zir dan wajib membayar mahar meskipun atas kerelaan. Jika melahirkan, ia menjadi٢ ummu walad. Kemudian jika ia membayar, ia merdeka, jika tidak, maka dengan kematiannya.
وَيَصِحُّ نَقْلُ الْمِلْكِ فِي الْمُكَاتَبِ.
Dan sah memindahkan kepemilikan pada budak mukatab.
وَلِمُشْتَرٍ جَهْلَ الْكِتَابَةِ الرَّدُّ أَوِ الْأَرْشُ.
Dan bagi pembeli yang tidak mengetahui kitabah, ia berhak mengembalikan atau meminta arsy (ganti rugi).
وَهُوَ كَالْبَائِعِ فِي أَنَّهُ إِذَا أَدَّى مَا عَلَيْهِ يُعْتَقُ وَلَهُ١.
Dan ia seperti penjual, jika ia menunaikan kewajibannya maka ia merdeka dan baginya¹.
الْوَلَاءُ وَيَصِحُّ وَقْفُهُ فَإِذَا أَدَّى بَطَلَ وَقْفُهُ٢.
Al-wala' (perwalian) dan sah wakafnya. Jika ia menunaikan, maka batallah wakafnya².
فَصْلٌ
Pasal
وَالْكِتَابَةُ عَقْدٌ لَازِمٌ مِنَ الطَّرَفَيْنِ لَا يَدْخُلُهَا خِيَارٌ مُطْلَقًا وَلَا تَنْفَسِخُ بِمَوْتِ السَّيِّدِ وَجُنُونِهِ وَلَا بِحَجْرٍ عَلَيْهِ.
Kitabah adalah akad yang mengikat kedua belah pihak, tidak ada khiyar sama sekali, tidak batal dengan kematian tuan, gilanya, atau dengan hajr (pembatasan) atasnya.
وَيُعْتَقُ بِالْأَدَاءِ إِلَى مَنْ يَقُومُ مَقَامَهُ.
Dan ia merdeka dengan menunaikan kepada orang yang menggantikan kedudukannya.
وَإِنْ٣ حَلَّ نَجْمٌ فَلَمْ يُؤَدِّهِ فَلِسَيِّدِهِ الْفَسْخُ٤. وَيَلْزَمُ إِنْظَارُهُ ثَلَاثًا لِبَيْعِ عَرَضٍ وَلِمَالٍ غَائِبٍ دُونَ مَسَافَةِ قَصْرٍ يَرْجُو قُدُومَهُ.
Jika³ jatuh tempo pembayaran dan ia tidak menunaikannya, maka tuannya berhak membatalkan⁴. Dan wajib memberi tangguh selama tiga hari untuk menjual barang atau untuk harta yang jauh di bawah jarak qasar yang diharapkan kedatangannya.
وَيَجِبُ: عَلَي السَّيِّدِ أَنْ يَدْفَعَ لِلْمُكَاتَبِ رُبْعَ مَالِ الْكِتَابَةِ.
Dan wajib bagi tuan untuk menyerahkan kepada mukatab seperempat harta kitabah.
وَلِلسَّيِّدِ الْفَسْخُ بِعَجْزِهِ عَنْ رُبْعِهَا.
Dan bagi tuan berhak membatalkan jika ia tidak mampu membayar seperempatnya.
وَلِلْمُكَاتَبِ وَلَوْ قَادِرًا عَلَى التَّكَسُّبِ تَعْجِيزُ نَفْسِهِ.
Dan bagi mukatab, meskipun mampu berusaha, boleh menyatakan dirinya tidak mampu.
وَيَصِحُّ فَسْخُ الْكِتَابَةِ بِاتِّفَاقِهِمَا.
Dan sah membatalkan kitabah dengan kesepakatan keduanya.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنِ اخْتَلَفَا فِي الْكِتَابَةِ فَقَوْلُ الْمُنْكِرِ وَفِي قَدْرِ عِوَضِهَا أَوْ جِنْسِهِ أَوْ أَجَلِهَا أَوْ وَفَاءِ مَالِهَا فَقَوْلُ السَّيِّدِ.
Jika keduanya berselisih dalam masalah kitabah, maka yang diterima adalah perkataan pihak yang mengingkari. Adapun dalam masalah kadar iwadh (tebusan), jenis, tempo, atau pelunasan hartanya, maka yang diterima adalah perkataan tuan.
وَالْكِتَابَةُ الْفَاسِدَةُ: كَعَلَى خَمْرٍ أَوْ خِنْزِيرٍ أَوْ مَجْهُولٍ يَغْلِبُ فِيهَا حُكْمُ الصِّفَةِ فِي أَنَّهُ إِذَا أَدَّى عَتَقَ لَا إِنْ أُبْرِئَ وَلِكُلٍّ فَسْخُهَا وَتَنْفَسِخُ بِمَوْتِ السَّيِّدِ وَجُنُونِهِ وَالْحَجْرِ عَلَيْهِ.
Kitabah yang fasid, seperti atas khamr, babi, atau sesuatu yang tidak diketahui, maka yang berlaku padanya adalah hukum sifat, yaitu jika budak menunaikannya maka ia merdeka, tidak jika dibebaskan. Masing-masing pihak boleh membatalkannya. Kitabah batal dengan meninggalnya tuan, gilanya, atau dengan hajr (larangan bertindak hukum) atas dirinya.
بَابُ أَحْكَامِ أُمِّ الوَلَدِ
بَابُ أَحْكَامِ أُمِّ الْوَلَدِ
Bab hukum-hukum Umm al-Walad
وَهِيَ: مَنْ وَلَدَتْ مِنَ الْمَالِكِ مَا فِيهِ صُورَةٌ وَلَوْ خَفِيَّةً.
Dia adalah: siapa yang melahirkan dari pemiliknya apa yang ada padanya rupa meskipun samar.
وَتُعْتَقُ بِمَوْتِهِ وَإِنْ لَمْ يَمْلِكْ غَيْرَهَا.
Dan dia dimerdekakan dengan kematiannya meskipun dia tidak memiliki selain dirinya.
وَمَنْ مَلَكَ حَامِلًا فَوَطِئَهَا حَرُمَ بَيْعُ ذَلِكَ الْوَلَدِ وَيَلْزَمُ: عِتْقُهُ.
Dan siapa yang memiliki wanita hamil lalu menyetubuhinya, haram menjual anak tersebut dan wajib: memerdekakannya.
وَمَنْ قَالَ لِأَمَتِهِ: أَنْتِ أُمُّ وَلَدِي أَوْ: يَدُكِ أُمُّ وَلَدِي صَارَتْ أُمَّ وَلَدٍ وَكَذَا لَوْ قَالَ لِابْنِهَا: أَنْتَ ابْنِي أَوْ يَدُكَ ابْنِي وَيَثْبُتُ النَّسَبُ.
Dan siapa yang berkata kepada budak wanitanya: Engkau adalah Umm Waladku atau: Tanganmu adalah Umm Waladku, maka dia menjadi Umm Walad. Demikian juga jika dia berkata kepada anaknya: Engkau adalah anakku atau tanganmu adalah anakku, dan tetaplah nasab.
فَإِنْ مَاتَ وَلَمْ يُبَيِّنْ هَلْ حَمَلَتْ بِهِ فِي مِلْكِهِ أَوْ غَيْرِ لَمْ تَصِرْ أُمَّ وَلَدٍ إِلَّا بِقَرِينَةٍ.
Jika dia meninggal dan tidak menjelaskan apakah dia hamil dengannya dalam kepemilikannya atau tidak, maka dia tidak menjadi Umm Walad kecuali dengan qarinah.
وَلَا يَبْطُلُ الْإِيلَادُ بِحَالٍ وَلَوْ بِقَتْلِهَا لِسَيِّدِهَا وَوَلَدِهَا الْحَادِثُ بَعْدُ.
Dan tidak batal status Umm Walad dalam keadaan apapun meskipun dengan membunuh tuannya dan anaknya yang lahir setelahnya.
إِيلَادُهَا كَهِيَ لَكِنْ لَا يُعْتَقُ بِإِعْتَاقِهَا أَوْ مَوْتِهَا قَبْلَ السَّيِّدِ بَلْ بِمَوْتِهِ.
Melahirkan anaknya seperti dirinya, tetapi tidak dimerdekakan dengan memerdekakannya atau kematiannya sebelum tuannya, melainkan dengan kematian tuannya.
وَإِنْ مَاتَ سَيِّدُهَا وَهِيَ حَامِلٌ فَنَفَقَتُهَا مُدَّةَ حَمْلِهَا١ مِنْ مَالِهِ وَإِلَّا فَعَلَى وَارِثِهِ.
Jika tuannya meninggal saat dia hamil, maka nafkahnya selama masa kehamilannya¹ dari hartanya, jika tidak maka menjadi tanggungan ahli warisnya.
وَكُلَّمَا جَنَتْ أُمُّ الْوَلَدِ لَزِمَ السَّيِّدَ٢ فِدَاؤُهَا بِالْأَقَلِّ مِنَ الْأَرْشِ أَوْ يَوْمِ الْفِدَاءِ.
Setiap kali umm walad melakukan kejahatan, tuannya² wajib membayar diyatnya dengan yang lebih sedikit dari arsy atau pada hari penebusan.
وَإِنِ اجْتَمَعَتْ أُرُوشٌ قَبْلَ إِعْطَاءِ شَيْءٍ مِنْهَا تَعَلَّقَ الْجَمِيعُ بِرَقَبَتِهَا وَلَمْ يَكُنْ عَلَى السَّيِّدِ إِلَّا الْأَقَلُّ مِنْ أَرْشِ الْجَمِيعِ أَوْ قِيمَتِهَا وَيَتَحَاصَّوْنَ بِقَدْرِ حُقُوقِهِمْ.
Jika terkumpul beberapa arsy sebelum memberikan sesuatu darinya, semuanya terkait dengan lehernya dan tidak ada kewajiban bagi tuan kecuali yang paling sedikit dari arsy semuanya atau nilainya, dan mereka saling mengambil sesuai kadar hak-hak mereka.
وَإِنْ أَسْلَمَتْ أُمُّ وَلَدٍ لِكَافِرٍ مُنِعَ مِنْ غِشْيَانِهَا وَحِيلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا وَأُجْبِرَ عَلَى نَفَقَتِهَا إِنْ عَدِمَ كَسْبَهَا.
Jika umm walad seorang kafir masuk Islam, dia dicegah dari menggaulinya dan dihalangi antara dia dan umm walad, dan dia dipaksa untuk menafkahinya jika dia tidak memiliki penghasilan.
فَإِنْ أَسْلَمَ حَلَّتْ لَهُ وَإِنْ مَاتَ كَافِرًا عَتَقَتْ.
Jika dia masuk Islam, maka umm walad menjadi halal baginya. Jika dia mati dalam keadaan kafir, maka umm walad merdeka.
كِتَابُ النِّكَاحِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ النِّكَاحِ
Kitab Nikah
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ النِّكَاحِ
Kitab Nikah
يُسَنُّ: لِذِي شَهْوَةٍ لَا يَخَافُ الزِّنَا وَيَجِبُ: عَلَى مَنْ يَخَافُهُ وَيُبَاحُ لِمَنْ لَا شَهْوَةَ لَهُ وَيُحَرَّمُ بِدَارِ الْحَرْبِ لِغَيْرِ ضَرُورَةٍ.
Disunahkan: bagi yang memiliki syahwat dan tidak takut berzina. Wajib: bagi yang takut berzina. Diperbolehkan bagi yang tidak memiliki syahwat. Diharamkan di darul harb kecuali darurat.
وَيُسَنُّ نِكَاحُ ذَاتِ الدِّينِ الْوَلُودِ الْبِكْرِ الْحَسِيبَةِ الْأَجْنَبِيَّةِ وَيَجِبُ غَضُّ الْبَصَرِ عَنْ كُلِّ مَا حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى فَلَا يَنْظُرُ إِلَّا مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِجَوَازِهِ.
Disunahkan menikahi wanita yang taat beragama, subur, perawan, terhormat, dan bukan mahram. Wajib menundukkan pandangan dari segala yang diharamkan Allah Ta'ala, maka tidak boleh melihat kecuali yang diizinkan syariat.
وَالنَّظَرُ ثَمَانِيَةُ أَقْسَامٍ:
Pandangan itu ada delapan macam:
الْأَوَّلُ: نَظَرُ الرَّجُلِ الْبَالِغِ لِلْحُرَّةِ الْبَالِغَةِ الْأَجْنَبِيَّةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَلَا يَجُوزُ نَظَرُ شَيْءٍ مِنْهَا حَتَّى شَعْرِهَا الْمُتَّصِلِ.
Pertama: Pandangan laki-laki baligh kepada wanita merdeka baligh yang bukan mahram tanpa keperluan, maka tidak boleh memandang apapun darinya bahkan rambutnya yang bersambung.
الثَّانِي: نَظَرُهُ لِمَنْ لَا تُشْتَهَى١: كَعَجُوزٍ وَقَبِيحَةٍ فَيَجُوزُ لِوَجْهِهَا خَاصَّةً.
Kedua: Pandangannya kepada wanita yang tidak diinginkan¹, seperti nenek-nenek dan wanita buruk rupa, maka boleh memandang wajahnya saja.
الثَّالِثُ: نَظَرُهُ لِلشَّهَادَةِ عَلَيْهَا أَوْ لِمُعَامَلَتِهَا فَيَجُوزُ لِوَجْهِهَا وَكَذَا كَفَّيْهَا٢ لِحَاجَةٍ.
Ketiga: Pandangannya untuk bersaksi atasnya atau untuk bertransaksi dengannya, maka boleh memandang wajah dan kedua telapak tangannya² karena keperluan.
الرَّابِعُ: نَظَرُهُ لِحُرَّةٍ بَالِغَةٍ يَخْطُبُهَا فَيَجُوزُ٣ لِلْوَجْهِ وَالرَّقَبَةِ وَالْيَدِ وَالْقَدَمِ.
Keempat: Pandangannya kepada wanita merdeka baligh yang dipinangnya, maka boleh³ memandang wajah, leher, tangan, dan kaki.
الخَامِسُ: نَظَرُهُ إلَى ذَوَاتِ مَحَارِمِهِ أَوْ لِبِنْتِ تِسْعٍ أَوْ أَمَةٍ لَا يَمْلِكُهَا أَوْ يَمْلِكُ بَعْضَهَا أَوْ كَانَ لَا شُهْرَةَ لَهُ كَعِنِّينٍ أَوْ١ كَبِيرٍ أَوْ كَانَ مُمَيِّزًا وَلَهُ شَهْوَةٌ أَوْ٢ رَقِيقًا غَيْرَ مُبَعَّضٍ وَمُشْتَرَكٍ وَنَظَرَةٍ٣ لِسَيِّدَتِهِ فَيَجُوزُ لِلْوَجْهِ وَالرَّقَبَةِ وَالْيَدِ وَالْقَدَمِ وَالرَّأْسِ وَالسَّاقِ.
Kelima: Pandangannya kepada mahramnya, atau kepada anak perempuan berusia sembilan tahun, atau kepada budak perempuan yang tidak dimilikinya atau hanya memiliki sebagian darinya, atau jika dia tidak terkenal seperti impoten atau١ tua, atau jika dia mumayyiz dan memiliki syahwat, atau٢ budak yang tidak terbagi dan berserikat, serta pandangan٣ kepada tuannya. Maka diperbolehkan memandang wajah, leher, tangan, kaki, kepala, dan betis.
السَّادِسُ: نَظَرُهُ لِلْمُدَاوَاةِ٤ فَيَجُوزُ لِلْمَوَاضِعِ الَّتِي٥ يَحْتَاجُ إلَيْهَا.
Keenam: Pandangannya untuk pengobatan٤, maka diperbolehkan pada bagian-bagian yang٥ dibutuhkan.
السَّابِعُ: نَظَرُهُ لِأَمَتِهِ٦ الْمُحَرَّمَةِ وَلِحُرَّةٍ مُمَيِّزَةٍ دُونَ تِسْعٍ وَنَظَرُ الْمَرْأَةِ لِلْمَرْأَةِ وَلِلرَّجُلِ الْأَجْنَبِيِّ وَنَظَرُ الْمُمَيِّزِ الَّذِي لَا شَهْوَةَ لَهُ لِلْمَرْأَةِ وَنَظَرُ الرَّجُلِ لِلرَّجُلِ وَلَوْ أَمْرَدَ يَجُوزُ إلَى مَا عَدَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
Ketujuh: Pandangannya kepada budak perempuannya٦ yang diharamkan, kepada wanita merdeka mumayyiz di bawah usia sembilan tahun, pandangan wanita kepada wanita lain dan kepada pria asing, pandangan anak mumayyiz yang tidak memiliki syahwat kepada wanita, dan pandangan pria kepada pria lain meskipun imberbe, diperbolehkan kecuali pada bagian antara pusar dan lutut.
الثَّامِنُ: نَظَرُهُ لِزَوْجَتِهِ وَأَمَتِهِ الْمُبَاحَةِ لَهُ [وَلَوْ] ٧ لِشَهْوَةٍ وَنَظَرُ مَنْ دُونَ سَبْعٍ فَيَجُوزُ لِكُلٍّ نَظَرُ جَمِيعِ بَدَنِ الْآخَرِ.
Kedelapan: Pandangannya kepada istrinya dan budak perempuannya yang diperbolehkan baginya [meskipun] ٧ karena syahwat, dan pandangan anak di bawah usia tujuh tahun, maka diperbolehkan bagi masing-masing untuk memandang seluruh tubuh yang lain.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ: النَّظَرُ لِشَهْوَةٍ أَوْ مَعَ خَوْفِ ثَوَرَانِهَا إلَى أَحَدٍ مِمَّنْ ذَكَرْنَا.
Dan diharamkan: Memandang dengan syahwat atau disertai kekhawatiran bangkitnya syahwat kepada salah seorang dari mereka yang telah kami sebutkan.
وَلَمْسٌ كَنَظَرٍ وَأَوْلَى.
Dan menyentuh seperti memandang, bahkan lebih utama.
وَيَحْرُمُ: التَّلَذُّذُ بِصَوْتِ الْأَجْنَبِيَّةِ وَلَوْ بِقِرَاءَةٍ.
Dan diharamkan: Bersenang-senang dengan suara wanita asing meskipun dengan bacaan.
وَيَحْرُمُ خَلْوَةُ رَجُلٍ غَيْرِ مَحْرَمٍ بِالنِّسَاءِ وَعَكْسُهُ.
Dan haram bagi seorang pria yang bukan mahram untuk menyendiri dengan wanita, dan sebaliknya.
وَيَحْرُمُ التَّصْرِيحُ بِخِطْبَةِ الْمُعْتَدَّةِ الْبَائِنِ لَا التَّعْرِيضُ إِلَّا بِخِطْبَةِ الرَّجْعِيَّةِ.
Dan haram menyatakan secara terang-terangan meminang wanita yang sedang menjalani 'iddah bā'in, bukan secara sindiran, kecuali meminang wanita yang ditalak raj'ī.
وَتَحْرُمُ خِطْبَةٌ عَلَى خِطْبَةِ مُسْلِمٍ أُجِيبَ وَيَصِحُّ الْعَقْدُ.
Dan haram meminang di atas pinangan seorang Muslim yang telah diterima, namun akad nikahnya sah.
بَابُ رُكْنَيِ النِّكَاحِ وَشُرُوطِهِ
بَابُ رُكْنَيِ النِّكَاحِ وَشُرُوطِهِ
Bab Rukun Nikah dan Syarat-syaratnya
رُكْنَاهُ: الْإِيجَابُ وَالْقَبُولُ مُرَتَّبِينَ.
Dua rukun nikah adalah ijab dan kabul yang berurutan.
وَيَصِحُّ النِّكَاحُ هَزْلًا وَبِكُلِّ لِسَانٍ مِنْ عَاجِزٍ عَنْ عَرَبِيٍّ لَا بِالْكِتَابَةِ وَالْإِشَارَةِ إِلَّا مِنْ أَخْرَسَ.
Nikah sah dilakukan dengan bercanda dan dengan bahasa apapun bagi yang tidak mampu berbahasa Arab, tidak sah dengan tulisan dan isyarat kecuali bagi orang bisu.
وَشُرُوطُهُ خَمْسَةٌ: تَعْيِينُ الزَّوْجَيْنِ: فَلَا يَصِحُّ: زَوَّجْتُكَ بِنْتِي وَلَهُ غَيْرُهَا وَلَا: قَبِلْتُ نِكَاحَهَا لِابْنِي وَلَهُ غَيْرُهُ حَتَّى يُمَيِّزَ كُلٌّ مِنْهُمَا١ بِاسْمِهِ أَوْ صِفَتِهِ.
Syarat-syaratnya ada lima: 1) Menentukan kedua mempelai: Tidak sah mengatakan, "Aku nikahkan kamu dengan putriku" padahal ia memiliki putri lain, atau "Aku terima nikahnya untuk putraku" padahal ia memiliki putra lain, hingga masing-masing dari keduanya dibedakan dengan nama atau sifatnya.
الثَّانِي: رِضَى زَوْجٍ مُكَلَّفٍ وَلَوْ رَقِيقًا فَيُجْبِرُ الْأَبُ لَا الْجَدُّ فِي غَيْرِ الْمُكَلَّفِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ٢ فَوَصِيُّهُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَالْحَاكِمُ لِحَاجَةٍ وَلَا يَصِحُّ مِنْ غَيْرِهِمْ أَنْ يُزَوِّجَ غَيْرَ الْمُكَلَّفِ وَلَوْ رَضِيَ.
Kedua: Ridha suami yang mukallaf meskipun budak. Ayah boleh memaksa (menikahkan) orang yang belum mukallaf, bukan kakek. Jika tidak ada ayah, maka walinya. Jika tidak ada wali, maka hakim karena kebutuhan. Tidak sah selain mereka menikahkan orang yang belum mukallaf meskipun ridha.
وَرِضَى زَوْجَةٍ حُرَّةٍ عَاقِلَةٍ ثَبَتَ تَمَّ لَهَا تِسْعُ سِنِينَ وَيُجْبِرُ٣ الْأَبُ ثَيِّبًا دُونَ ذَلِكَ وَبِكْرًا وَلَوْ بَالِغَةً.
Dan ridha istri yang merdeka dan berakal yang telah genap berusia 9 tahun. Ayah boleh memaksa (menikahkan) janda di bawah usia itu dan perawan meskipun telah baligh.
وَلِكُلِّ وَلِيٍّ تَزْوِيجُ يَتِيمَةٍ بَلَغَتْ تِسْعًا بِإِذْنِهَا لَا مِنْ دُونِهَا بِحَالٍ إِلَّا وَصِيُّ أَبِيهَا.
Setiap wali boleh menikahkan anak yatim perempuan yang telah berusia 9 tahun dengan izinnya, tidak boleh kurang dari itu dengan alasan apapun kecuali wali yang ditunjuk ayahnya.
وَإِذْنُ الثَّيِّبِ: الكَلَامُ وَإِذْنُ البِكْرِ الصُّمَاتُ وَشَرْطٌ فِي اسْتِئْذَانِهَا: تَسْمِيَةُ الزَّوْجِ لَهَا١ عَلَى وَجْهٍ تَقَعُ بِهِ المَعْرِفَةُ وَيُجْبَرُ السَّيِّدُ - وَلَوْ فَاسِقًا - عَبْدَهُ غَيْرَ المُكَلَّفِ وَأَمَتَهُ وَلَوْ مُكَلَّفَةً.
Dan izin seorang janda adalah dengan perkataan, sedangkan izin seorang gadis adalah dengan diam. Dan syarat dalam meminta izinnya adalah: penyebutan calon suami untuknya١ dengan cara yang dengannya terjadi pengenalan. Dan seorang tuan - meskipun fasik - boleh memaksa budak laki-lakinya yang belum mukallaf dan budak perempuannya meskipun sudah mukallaf.
الثَّالِثُ: الوَلِيُّ وَشَرْطٌ فِيهِ ذُكُورِيَّةٌ وَعَقْلٌ وَبُلُوغٌ وَحُرِّيَّةٌ وَاتِّفَاقُ دِينٍ وَعَدَالَةٌ٢ وَلَوْ ظَاهِرَةً وَرُشْدٌ وَهُوَ مَعْرِفَةُ الكُفْءِ وَمَصَالِحِ النِّكَاحِ.
Ketiga: Wali, dan syaratnya adalah laki-laki, berakal, baligh, merdeka, seagama, adil٢ meskipun secara zahir, dan rusyd yaitu mengetahui kafaah dan maslahat-maslahat pernikahan.
وَالأَحَقُّ بِتَزْوِيجِ الحُرَّةِ أَبُوهَا وَإِنْ عَلَا فَابْنُهَا٣ وَإِنْ نَزَلَ فَالأَخُ الشَّقِيقُ فَالأَخُ لِلأَبِ ثُمَّ الأَقْرَبُ فَالأَقْرَبُ كَالإِرْثِ ثُمَّ السُّلْطَانُ أَوْ نَائِبُهُ فَإِنْ عُدِمَ الكُلُّ زَوَّجَهَا ذُو سُلْطَانٍ فِي مَكَانِهَا فَإِنْ تَعَذَّرَ وَكَّلَتْ مَنْ يُزَوِّجُهَا.
Dan yang paling berhak menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya meskipun ke atas, kemudian anaknya٣ meskipun ke bawah, kemudian saudara kandung, kemudian saudara seayah, kemudian yang lebih dekat kemudian yang lebih dekat seperti warisan, kemudian penguasa atau wakilnya. Jika semuanya tidak ada, maka yang menikahkannya adalah orang yang memiliki kekuasaan di tempatnya. Jika sulit, maka dia mewakilkan orang yang menikahkannya.
فَلَوْ زَوَّجَ الحَاكِمُ أَوِ الوَلِيُّ الأَبْعَدُ بِلَا عُذْرٍ لِلأَقْرَبِ لَمْ يَصِحَّ.
Jika penguasa atau wali yang lebih jauh menikahkan tanpa uzur bagi yang lebih dekat, maka tidak sah.
وَمِنَ العُذْرِ غَيْبَةُ الوَلِيِّ فَوْقَ مَسَافَةِ قَصْرٍ أَوْ تُجْهَلُ المَسَافَةُ أَوْ يُجْهَلُ مَكَانُهُ مَعَ قُرْبِهِ أَوْ يَمْنَعُ مَنْ بَلَغَتْ تِسْعًا كُفْؤًا رَضِيَتْهُ٤.
Dan di antara uzur adalah ketidakhadiran wali lebih dari jarak qashar, atau jarak tidak diketahui, atau tempatnya tidak diketahui meskipun dekat, atau dia mencegah orang yang telah mencapai usia sembilan tahun dari menikah dengan orang yang sekufu yang dia ridhai٤.
فَصْلٌ
Pasal
وَوَكِيلُ الْوَلِيِّ يَقُومُ مَقَامَهُ وَلَهُ أَنْ يُوَكِّلَ بِدُونِ إِذْنِهَا لَكِنْ لَا بُدَّ مِنْ إِذْنِ غَيْرِ الْمُجْبَرَةِ لِلْوَكِيلِ بَعْدَ تَوْكِيلِهِ.
Dan wakil dari wali menggantikan posisinya, dan dia boleh mewakilkan tanpa izin perempuan itu, tetapi harus ada izin dari perempuan yang tidak dipaksa kepada wakil setelah perwakilan.
وَيُشْتَرَطُ فِي وَكِيلِ الْوَلِيِّ مَا يُشْتَرَطُ فِيهِ وَيَصِحُّ تَوْكِيلُ الْفَاسِقِ فِي الْقَبُولِ.
Dan disyaratkan pada wakil wali apa yang disyaratkan pada wali, dan sah mewakilkan orang fasik dalam qabul.
وَيَصِحُّ التَّوْكِيلُ مُطْلَقًا. كَـ"زَوِّجْ مَنْ شِئْتَ" وَيَتَقَيَّدُ بِالْكُفْءِ وَمُقَيَّدًا كَـ"زَوِّجْ زَيْدًا".
Dan sah perwakilan secara mutlak, seperti "Nikahkanlah siapa yang kamu kehendaki", dan dibatasi dengan yang sekufu. Dan (sah pula) secara terbatas seperti "Nikahkanlah Zaid".
وَيُشْتَرَطُ قَوْلُ الْوَلِيِّ أَوْ وَكِيلِهِ: زَوَّجْتُ فُلَانَةَ فُلَانًا أَوْ لِفُلَانٍ وَقَوْلُ وَكِيلِ الزَّوْجِ: قَبِلْتُهُ لِمُوَكِّلِي فُلَانًا١ أَوْ لِفُلَانٍ.
Dan disyaratkan ucapan wali atau wakilnya: "Aku nikahkan Fulanah dengan Fulan" atau "untuk Fulan". Dan ucapan wakil suami: "Aku terima pernikahan itu untuk yang mewakilkanku yaitu Fulan¹" atau "untuk Fulan".
وَوَصِيُّ الْوَلِيِّ فِي النِّكَاحِ بِمَنْزِلَتِهِ فَيُجْبِرُ مَنْ يُجْبِرُهُ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى.
Wasiat wali dalam pernikahan kedudukannya sama seperti wali, maka dia boleh memaksa siapa yang dipaksa oleh wali, baik laki-laki maupun perempuan.
وَإِنِ اسْتَوَى وَلِيَّانِ فَأَكْثَرُ فِي دَرَجَةٍ صَحَّ التَّزْوِيجُ مِنْ كُلِّ وَاحِدٍ إِنْ أَذِنَتْ لَهُمْ فَإِنْ أَذِنَتْ لِأَحَدِهِمْ تَعَيَّنَ وَلَمْ يَصِحَّ نِكَاحُ غَيْرِهِ.
Jika dua wali atau lebih sama kedudukannya, maka sah pernikahan dari setiap wali jika perempuan mengizinkan mereka. Jika dia mengizinkan salah satu dari mereka, maka dialah yang berhak dan tidak sah pernikahan selainnya.
وَمَنْ زَوَّجَ بِحَضْرَةِ شَاهِدَيْنِ عَبْدَهُ الصَّغِيرَ بِأَمَتِهِ أَوْ زَوَّجَ ابْنَهُ بِنَحْوِ بِنْتِ أَخِيهِ أَوْ وَكَّلَ الزَّوْجُ الْوَلِيَّ أَوْ عَكْسَهُ أَوْ وَكَّلَا وَاحِدًا صَحَّ أَنْ يَتَوَلَّى طَرَفَيِ الْعَقْدِ وَيَكْفِي: زَوَّجْتُ فُلَانًا فُلَانَةَ أَوْ: تَزَوَّجْتُهَا إِنْ كَانَ هُوَ الزَّوْجُ.
Barangsiapa menikahkan budak laki-lakinya yang masih kecil dengan budak perempuannya dengan disaksikan dua orang saksi, atau menikahkan anaknya dengan anak perempuan saudaranya misalnya, atau suami mewakilkan kepada wali atau sebaliknya, atau keduanya mewakilkan kepada satu orang, maka sah baginya untuk memegang dua sisi akad. Dan cukup dengan ucapan: "Aku nikahkan Fulan dengan Fulanah" atau "Aku menikahinya" jika dia adalah suaminya.
وَمَنْ قَالَ لِأَمَتِهِ: أَعْتَقْتُكِ وَجَعَلْتُ عِتْقَكِ صَدَاقَكِ عَتَقَتْ وَصَارَتْ زَوْجَةً لَهُ٢ إِنْ تَوَفَّرَتْ شُرُوطُ النِّكَاحِ.
Barangsiapa berkata kepada budak perempuannya: "Aku membebaskanmu dan aku jadikan pembebasanmu sebagai maharmu", maka dia menjadi merdeka dan menjadi istrinya² jika terpenuhi syarat-syarat pernikahan.
الرَّابِعُ: الشَّهَادَةُ فَلَا يَنْعَقِدُ إِلَّا بِشَهَادَةِ ذَكَرَيْنِ مُكَلَّفَيْنِ وَلَوْ رَقِيقَيْنِ مُتَكَلِّمَيْنِ سَمِيعَيْنِ مُسْلِمَيْنِ عَدْلَيْنِ وَلَوْ ظَاهِرًا٣ غَيْرِ أَصْلِيٍّ٤
Keempat: Persaksian, maka tidak sah kecuali dengan persaksian dua orang laki-laki mukallaf meskipun budak, yang bisa berbicara, mendengar, muslim, adil meskipun secara lahiriah³, bukan asli⁴.
الزَّوْجَيْنِ وَفَرْعَيْهِمَا.
Pasangan suami istri dan keturunan mereka.
الْخَامِسُ: خُلُوُّ الزَّوْجَيْنِ مِنَ الْمَوَانِعِ بِأَنْ لَا يَكُونَ بِهِمْ أَوْ بِأَحَدِهِمَا مَا يَمْنَعُ التَّزْوِيجَ١ مِنْ نَسَبٍ أَوْ سَبَبٍ.
Kelima: Pasangan suami istri harus bebas dari penghalang, yaitu tidak ada pada keduanya atau salah satunya sesuatu yang mencegah pernikahan¹ karena hubungan nasab atau sebab lainnya.
وَالْكَفَاءَةُ لَيْسَتْ شَرْطًا لِصِحَّةِ النِّكَاحِ لَكِنْ لِمَنْ زُوِّجَتْ بِغَيْرِ كُفْءٍ أَنْ تَفْسَخَ نِكَاحَهَا٢ وَلَوْ مُتَرَاخِيًا مَا لَمْ تَرْضَ بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ وَكَذَا لِأَوْلِيَائِهَا وَلَوْ رَضِيَتْ أَوْ رَضِيَ بَعْضُهُمْ فَلِمَنْ لَمْ يَرْضَ الْفَسْخُ.
Kafa'ah bukanlah syarat sahnya pernikahan. Namun, bagi wanita yang dinikahkan dengan laki-laki yang tidak sekufu, ia berhak membatalkan pernikahannya² meskipun telah berlalu waktu yang lama, selama ia belum ridha dengan perkataan atau perbuatan. Demikian pula bagi para walinya. Jika wanita tersebut atau sebagian walinya telah ridha, maka bagi yang tidak ridha tetap berhak membatalkan pernikahan.
وَلَوْ زَالَتِ الْكَفَاءَةُ بَعْدَ الْعَقْدِ فَلَهَا فَقَطْ الْفَسْخُ.
Jika kafa'ah hilang setelah akad nikah, maka hanya wanita saja yang berhak membatalkan pernikahan.
وَالْكَفَاءَةُ مُعْتَبَرَةٌ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ: الدِّيَانَةُ وَالصِّنَاعَةُ وَالْمَيْسَرَةُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالنَّسَبُ.
Kafa'ah dipertimbangkan dalam lima hal: agama, profesi, kemampuan finansial, status merdeka, dan nasab.
بَابُ المُحَرَّمَاتِ فِي النِّكَاحِ
بَابُ الْمُحَرَّمَاتِ فِي النِّكَاحِ
Bab Perempuan yang Haram Dinikahi
تَحْرُمُ أَبَدًا: الْأُمُّ وَالْجَدَّةُ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ وَالْبِنْتُ وَلَوْ مِنْ زِنًا وَبِنْتُ الْوَلَدِ وَالْأُخْتُ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ وَبِنْتُ وَلَدِهَا وَبِنْتُ كُلِّ أَخٍ وَبِنْتُ وَلَدِهَا وَالْعَمَّةُ وَالْخَالَةُ.
Selamanya haram dinikahi: ibu, nenek dari semua pihak, anak perempuan meskipun dari zina, cucu perempuan, saudara perempuan dari semua pihak, anak perempuan dari anaknya, anak perempuan dari setiap saudara laki-laki, anak perempuan dari anaknya, bibi dari pihak ayah, dan bibi dari pihak ibu.
وَيَحْرُمُ بِالرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ بِالنَّسَبِ إِلَّا أُمَّ أَخِيهِ وَأُخْتَ ابْنِهِ مِنَ الرَّضَاعِ فَتَحِلُّ كَبِنْتِ عَمَّتِهِ وَعَمِّهِ وَبِنْتِ خَالَتِهِ وَخَالِهِ.
Diharamkan karena persusuan apa yang diharamkan karena nasab, kecuali ibu saudara laki-laki sepersusuan dan saudara perempuan anak laki-laki sepersusuan, maka halal seperti anak perempuan bibi dari pihak ayah, paman, anak perempuan bibi dari pihak ibu, dan paman dari pihak ibu.
وَيَحْرُمُ أَبَدًا بِالْمُصَاهَرَةِ أَرْبَعٌ: ثَلَاثٌ بِمُجَرَّدِ الْعَقْدِ: زَوْجَةُ أَبِيهِ وَإِنْ
Selamanya haram karena perbesanan empat perempuan: tiga orang hanya dengan akad nikah: istri ayahnya meskipun
عَلَا وَزَوْجَةُ ابْنِهِ وَإِنْ سَفَلَ وَأُمُّ زَوْجَتِهِ فَإِنْ وَطِئَهَا حَرُمَتْ عَلَيْهِ أَيْضًا بِنْتُهَا وَبِنْتُ ابْنِهَا.
Diharamkan menikahi ibu mertua, istri anak laki-laki meskipun dari keturunan yang jauh, dan ibu istri. Jika dia menyetubuhi mereka, maka diharamkan juga baginya anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki mereka.
بِغَيْرِ الْعَقْدِ لَا حُرْمَةَ إِلَّا بِالْوَطْءِ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ إِنْ كَانَ ابْنَ عَشْرٍ فِي بِنْتِ تِسْعٍ وَكَانَا حَيَّيْنِ.
Tanpa adanya akad nikah, tidak ada keharaman kecuali dengan persetubuhan di vagina atau anus jika laki-laki berusia sepuluh tahun dan perempuan berusia sembilan tahun, dan keduanya masih hidup.
وَيَحْرُمُ بِوَطْءِ الذَّكَرِ مَا يَحْرُمُ بِوَطْءِ الْأُنْثَى.
Diharamkan karena persetubuhan dengan laki-laki apa yang diharamkan karena persetubuhan dengan perempuan.
وَلَا تَحْرُمُ أُمُّ وَلَا بِنْتُ زَوْجَةِ أَبِيهِ وَابْنِهِ.
Tidak diharamkan ibu atau anak perempuan dari istri ayahnya dan anaknya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ الْجَمْعُ بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ وَبَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا أَوْ خَالَتِهَا.
Haram mengumpulkan antara dua saudara perempuan, antara seorang wanita dengan bibinya dari pihak ayah, atau bibinya dari pihak ibu.
فَمَنْ تَزَوَّجَ نَحْوَ أُخْتَيْنِ فِي عَقْدٍ أَوْ عَقْدَيْنِ مَعًا لَمْ يَصِحَّ فَإِنْ١ جَهِلَ فَسَخَهُمَا حَاكِمٌ وَلِإِحْدَاهُمَا نِصْفُ مَهْرِهَا بِقُرْعَةٍ وَإِنْ وَقَعَ الْعَقْدُ مُرَتَّبًا صَحَّ الْأَوَّلُ فَقَطْ.
Barangsiapa menikahi seperti dua saudara perempuan dalam satu akad atau dua akad sekaligus, maka tidak sah. Jika dia tidak tahu, maka hakim membatalkan keduanya dan bagi salah satunya setengah maharnya dengan undian. Jika akad terjadi secara berurutan, maka hanya yang pertama saja yang sah.
وَمَنْ مَلَكَ أُخْتَيْنِ أَوْ نَحْوَهُمَا صَحَّ وَلَهُ أَنْ يَطَأَ أَيَّهُمَا٢ شَاءَ وَتَحْرُمُ الْأُخْرَى حَتَّى يُحَرِّمَ الْمَوْطُوءَةَ بِإِخْرَاجٍ عَنْ مِلْكِهِ أَوْ تَزْوِيجٍ بَعْدَ الِاسْتِبْرَاءِ.
Barangsiapa memiliki dua saudara perempuan atau sejenisnya, maka sah. Dia boleh menyetubuhi siapa saja yang dia kehendaki di antara keduanya, dan yang lainnya menjadi haram sampai dia mengharamkan yang disetubuhi dengan mengeluarkannya dari kepemilikannya atau menikahinya setelah istibra'.
وَمَنْ وَطِئَ امْرَأَةً بِشُبْهَةٍ أَوْ زِنًا حَرُمَ فِي زَمَنِ عِدَّتِهَا نِكَاحُ أُخْتِهَا وَوَطْؤُهَا إِنْ كَانَتْ زَوْجَةً أَوْ أَمَةً.
Barangsiapa menyetubuhi seorang wanita karena syubhat atau zina, maka haram menikahi saudara perempuannya dan menyetubuhinya pada masa iddahnya jika dia adalah istri atau budak.
وَحَرُمَ أَنْ يَزِيدَ عَلَى ثَلَاثٍ غَيْرَهَا بِعَقْدٍ أَوْ وَطْءٍ.
Haram menambah lebih dari tiga selain mereka dengan akad atau persetubuhan.
وَلَيْسَ لِحُرٍّ جَمْعُ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعٍ وَلَا لِعَبْدٍ١ جَمْعُ أَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْنِ وَلِمَنْ نِصْفُهُ حُرٌّ فَأَكْثَرُ جَمْعُ ثَلَاثٍ٢.
Dan tidak boleh bagi orang merdeka mengumpulkan lebih dari empat istri, dan tidak boleh bagi budak1 mengumpulkan lebih dari dua istri, dan bagi yang setengahnya merdeka atau lebih boleh mengumpulkan tiga istri2.
وَمَنْ طَلَّقَ وَاحِدَةً مِنْ نِهَايَةِ جَمْعِهِ حَرُمَ نِكَاحُهُ٣ بَدَلَهَا حَتَّى تَنْقَضِيَ عِدَّتُهَا وَإِنْ مَاتَتْ فَلَا.
Dan barangsiapa yang mentalak satu istri dari batas maksimal yang dikumpulkannya, maka haram baginya menikah3 penggantinya hingga selesai 'iddahnya. Jika istri tersebut meninggal, maka tidak haram.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَحْرُمُ الزَّانِيَةُ عَلَى الزَّانِي وَغَيْرِهِ حَتَّى تَتُوبَ وَتَنْقَضِيَ عِدَّتُهَا.
Dan diharamkan wanita pezina bagi pezina dan selainnya hingga ia bertaubat dan selesai masa 'iddahnya.
وَتَحْرُمُ مُطَلَّقَتُهُ ثَلَاثًا حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ.
Dan diharamkan wanita yang ditalak tiga kali hingga ia menikah dengan suami yang lain.
وَالْمُحْرِمَةُ حَتَّى تَحِلَّ مِنْ إِحْرَامِهَا.
Dan wanita yang sedang ihram sampai ia halal dari ihramnya.
وَالْمُسْلِمَةُ عَلَى الْكَافِرِ.
Dan wanita muslimah bagi laki-laki kafir.
وَالْكَافِرَةُ غَيْرُ الْكِتَابِيَّةِ عَلَى الْمُسْلِمِ.
Dan wanita kafir selain Ahli Kitab bagi laki-laki muslim.
وَلَا يَحِلُّ لِحُرٍّ كَامِلِ الْحُرِّيَّةِ نِكَاحُ أَمَةٍ٤ وَلَوْ مُبَعَّضَةً إِلَّا إِنْ عَدِمَ الطَّوْلَ وَخَافَ الْعَنَتَ.
Dan tidak halal bagi orang merdeka yang sempurna kemerdekaannya menikahi budak perempuan4 meskipun hanya sebagian, kecuali jika ia tidak mampu dan khawatir berzina.
وَلَا يَكُونُ وَلَدُ الْأَمَةِ حُرًّا إِلَّا بِاشْتِرَاطِ الْحُرِّيَّةِ أَوِ الْغُرُورِ.
Dan anak dari budak perempuan tidak menjadi merdeka kecuali dengan syarat kemerdekaan atau penipuan.
وَإِنْ مَلَكَ أَحَدُ الزَّوْجَيْنِ الْآخَرَ أَوْ بَعْضَهُ انْفَسَخَ النِّكَاحُ.
Dan jika salah satu dari suami istri memiliki pasangannya atau sebagiannya, maka nikah menjadi fasakh.
وَمَنْ جَمَعَ فِي عَقْدٍ بَيْنَ مُبَاحَةٍ وَمُحَرَّمَةٍ صَحَّ فِي الْمُبَاحَةِ.
Dan barangsiapa mengumpulkan dalam satu akad antara wanita yang halal dan yang haram, maka sah pada yang halal.
وَمَنْ حَرُمَ نِكَاحُهَا حَرُمَ وَطْؤُهَا بِالْمِلْكِ إِلَّا الْأَمَةَ الْكِتَابِيَّةَ.
Dan barangsiapa yang haram menikahinya, maka haram pula menyetubuhinya dengan kepemilikan, kecuali budak perempuan Ahlul Kitab.
بَابُ الشُّرُوطِ فِي النِّكَاحِ
بَابُ الشُّرُوطِ فِي النِّكَاحِ
Bab Syarat-Syarat dalam Pernikahan
وَهُوَ١ قِسْمَانِ: صَحِيحٌ لَازِمٌ لِلزَّوْجِ فَلَيْسَ٢ لَهُ فَكُّهُ: كَزِيَادَةِ مَهْرٍ أَوْ نَقْدٍ مُعَيَّنٍ أَوْ لَا يُخْرِجُهَا مِنْ دَارِهَا أَوْ بَلَدِهَا أَوْ لَا يَتَزَوَّجُ عَلَيْهَا أَوْ لَا يُفَرِّقُ بَيْنَهَا وَبَيْنَ أَبَوَيْهَا أَوْ أَوْلَادِهَا أَوْ أَنْ٣ تُرْضِعَ وَلَدَهَا٤ أَوْ يُطَلِّقَ ضَرَّتَهَا فَمَتَى لَمْ يَفِ بِمَا شَرَطَ كَانَ لَهَا الْفَسْخُ عَلَى التَّرَاخِي وَلَا يَسْقُطُ إِلَّا بِمَا يَدُلُّ عَلَى رِضَاهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ تَمْكِينٍ مَعَ الْعِلْمِ.
Dan itu١ ada dua bagian: yang sah dan mengikat bagi suami, maka ia tidak bisa٢ membatalkannya, seperti menambah mahar, atau membayar tunai yang ditentukan, atau tidak mengeluarkannya dari rumahnya atau negerinya, atau tidak menikah lagi selain dengannya, atau tidak memisahkan antara dia dengan kedua orang tuanya atau anak-anaknya, atau bahwa٣ dia menyusui anaknya٤, atau menceraikan madunya. Maka kapan saja ia tidak memenuhi apa yang disyaratkan, maka istri berhak membatalkan nikah setelahnya, dan tidak gugur kecuali dengan apa yang menunjukkan keridhaan istri dari perkataan atau memberi kesempatan disertai pengetahuan.
وَالْقِسْمُ الْفَاسِدُ نَوْعَانِ: نَوْعٌ يُبْطِلُ النِّكَاحَ وَهُوَ: أَنْ يُزَوِّجَهُ مَوْلِيَتَهُ٥ بِشَرْطِ أَنْ يُزَوِّجَهُ الْآخَرُ مَوْلِيَتَهُ وَلَا مَهْرَ بَيْنَهُمَا أَوْ يَجْعَلَ بُضْعَ كُلِّ وَاحِدَةٍ٦ مَعَ دَرَاهِمَ مَعْلُومَةٍ مَهْرًا لِلْأُخْرَى أَوْ يَتَزَوَّجَهَا٧ بِشَرْطِ أَنَّهُ: إِذَا أَحَلَّهَا طَلَّقَهَا أَوْ يَنْوِيَهُ٨ بِقَلْبِهِ أَوْ يَتَّفِقَا عَلَيْهِ قَبْلَ الْعَقْدِ أَوْ يَتَزَوَّجَهَا إِلَى
Dan bagian yang rusak ada dua jenis: jenis yang membatalkan nikah, yaitu: seseorang menikahkan wanita yang berada di bawah perwaliannya٥ dengan syarat agar yang lain menikahkannya dengan wanita yang berada di bawah perwaliannya, dan tidak ada mahar di antara keduanya, atau menjadikan kemaluan setiap wanita٦ beserta dirham yang diketahui sebagai mahar bagi yang lainnya, atau menikahinya٧ dengan syarat bahwa: jika ia menghalalkannya maka ia mencerainya atau berniat٨ dalam hatinya atau keduanya bersepakat atasnya sebelum akad, atau menikahinya hingga
مُدَّةٌ أَوْ يَشْتَرِطُ١ طَلَاقَهَا فِي الْعَقْدِ بِوَقْتٍ كَذَا أَوْ يَنْوِيهِ بِقَلْبِهِ أَوْ يَتَزَوَّجُ الْغَرِيبَ بِنِيَّةِ طَلَاقِهَا إِذَا خَرَجَ أَوْ يُعَلِّقُ نِكَاحَهَا كَـ"زَوَّجْتُكَ إِذَا جَاءَ رَأْسُ الشَّهْرِ" أَوْ٢ "إِنْ رَضِيَتْ أُمُّهَا" أَوْ٣ "إِنْ وَضَعَتْ زَوْجَتِي ابْنَةً فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا".
Periode atau mensyaratkan١ talaknya dalam akad pada waktu tertentu atau meniatkannya dalam hati atau menikahi wanita asing dengan niat mentalaknya jika keluar atau menggantungkan nikahnya seperti "Aku nikahkan engkau jika awal bulan telah tiba" atau٢ "Jika ibunya ridha" atau٣ "Jika istriku melahirkan anak perempuan maka aku nikahkan ia denganmu".
الثَّانِي: لَا يُبْطِلُهُ كَأَنْ يَشْتَرِطَ٤ أَنْ لَا مَهْرَ لَهَا أَوْ٥ نَفَقَةَ أَوْ أَنْ يَقْسِمَ لَهَا أَكْثَرَ مِنْ ضَرَّتِهَا أَوْ أَقَلَّ أَوْ إِنْ فَارَقَهَا رَجَعَ عَلَيْهَا بِمَا أَنْفَقَ فَيَصِحُّ النِّكَاحُ دُونَ الشَّرْطِ.
Kedua: Tidak membatalkannya seperti mensyaratkan٤ bahwa tidak ada mahar untuknya atau٥ nafkah atau membagi untuknya lebih banyak dari madunya atau lebih sedikit atau jika ia menceraikannya maka ia kembali kepadanya dengan apa yang telah ia nafkahkan, maka sah nikahnya tanpa syarat tersebut.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ شَرَطَهَا مُسْلِمَةً فَبَانَتْ كِتَابِيَّةً أَوْ شَرَطَهَا بِكْرًا أَوْ جَمِيلَةً٦ أَوْ نَسِيبَةً أَوْ شَرَطَ نَفْيَ عَيْبٍ فَبَانَتْ بِخِلَافِهِ فَلَهُ الْخِيَارُ لَا إِنْ شَرَطَهَا أَدْنَى فَبَانَتْ أَعْلَى.
Jika ia mensyaratkannya muslimah ternyata ia kitabiyah atau mensyaratkannya perawan atau cantik٦ atau bangsawan atau mensyaratkan bebas dari aib ternyata sebaliknya maka ia memiliki khiyar, tidak jika ia mensyaratkannya lebih rendah ternyata ia lebih tinggi.
وَمَنْ تَزَوَّجَتْ رَجُلًا عَلَى أَنَّهُ حُرٌّ. فَبَانَ عَبْدًا فَلَهَا الْخِيَارُ.
Siapa yang menikah dengan seorang laki-laki atas dasar bahwa ia merdeka lalu ternyata ia budak maka ia memiliki khiyar.
وَإِنْ شَرَطَتْ فِيهِ صِفَةً فَبَانَ أَقَلَّ فَلَا فَسْخَ لَهَا.
Jika ia mensyaratkan padanya suatu sifat lalu ternyata lebih sedikit maka tidak ada fasakh baginya.
وَتَمْلِكُ الْفَسْخَ مَنْ عُتِقَتْ كُلُّهَا تَحْتَ رَقِيقٍ كُلِّهِ بِغَيْرِ حُكْمِ الْحَاكِمِ٧.
Yang memiliki fasakh adalah yang dimerdekakan seluruhnya di bawah budak seluruhnya tanpa hukum hakim٧.
فَإِنْ مَكَّنَتْهُ١ مِنْ وَطْئِهَا أَوْ مُبَاشَرَتِهَا أَوْ قَبَّلَتْهَا وَلَوْ جَهِلَتْ عِتْقَهَا أَوْ مِلْكَ الْفَسْخِ بَطَلَ خِيَارُهَا.
Jika dia memungkinkan suaminya1 untuk menyetubuhinya, atau bercumbu dengannya, atau menciumnya, meskipun dia tidak mengetahui kebebasannya atau hak untuk membatalkan pernikahan, maka hak khiyar-nya menjadi batal.
بَابُ حُكْمِ العُيُوبِ فِي النِّكَاحِ
بَابُ حُكْمِ الْعُيُوبِ فِي النِّكَاحِ
Bab tentang hukum cacat dalam pernikahan
وَأَقْسَامُهَا الْمُثْبِتَةُ لِلْخِيَارِ ثَلَاثَةٌ:
Jenis-jenis cacat yang menetapkan khiyar ada tiga:
قِسْمٌ يَخْتَصُّ بِالرَّجُلِ وَهُوَ: كَوْنُهُ قَدْ قُطِعَ ذَكَرُهُ أَوْ خُصْيَتَاهُ أَوْ أَشَلَّ فَلَهَا الْفَسْخُ فِي الْحَالِ وَإِنْ كَانَ عِنِّينًا بِإِقْرَارِهِ أَوْ بِبَيِّنَةٍ٢ أَوْ طَلَبَتْ يَمِينَهُ فَنَكَلَ وَلَمْ يَدَّعِ وَطْئًا أُجِّلَ سَنَةً هِلَالِيَّةً مُنْذُ تَرَافَعَهُ٣ إِلَى الْحَاكِمِ فَإِنْ مَضَتْ وَلَمْ يَطَأْهَا٤ فَلَهَا الْفَسْخُ.
Jenis yang khusus bagi laki-laki yaitu: jika kemaluannya terpotong, atau dua buah pelirnya, atau lumpuh, maka istri berhak membatalkan pernikahan seketika. Jika dia impoten berdasarkan pengakuannya atau dengan bukti, atau istri meminta sumpahnya lalu dia menolak dan tidak mengklaim telah menyetubuhinya, maka dia diberi tenggang waktu setahun sejak istri mengadukannya kepada hakim. Jika telah berlalu dan dia tidak menyetubuhinya, maka istri berhak membatalkan pernikahan.
وَقِسْمٌ يَخْتَصُّ بِالْأُنْثَى وَهُوَ: كَوْنُ فَرْجِهَا مَسْدُودًا لَا يَسْلُكُهُ ذَكَرٌ٥ أَوْ بِهِ بَخَرٌ أَوْ قُرُوحٌ سَيَّالَةٌ أَوْ كَوْنُهَا فَتْقَاءَ بِانْخِرَاقِ مَا بَيْنَ سَبِيلَيْهَا أَوْ كَوْنُهَا مُسْتَحَاضَةً.
Jenis yang khusus bagi perempuan yaitu: jika kemaluannya tertutup sehingga tidak bisa dimasuki kemaluan laki-laki, atau ada bau busuk atau luka yang mengeluarkan cairan, atau dia mengalami robekan antara dua jalan (dubur dan kemaluan), atau dia mengalami istihadhah.
وَقِسْمٌ مُشْتَرَكٌ وَهُوَ: الْجُنُونُ وَلَوْ أَحْيَانًا وَالْجُذَامُ الْبَرَصُ وَبَخَرُ الْفَمِ وَالْبَاسُورُ وَالنَّاصُورُ٦ وَاسْتِطْلَاقُ الْبَوْلِ أَوِ٧ الْغَائِطِ.
Jenis yang berlaku untuk keduanya yaitu: gila meskipun kadang-kadang, kusta, lepra, bau mulut, wasir, fistula, tidak bisa menahan kencing atau tinja.
فَيُفْسَخُ بِكُلِّ عَيْبٍ تَقَدَّمَ لَا بِغَيْرِهِ: كَعَوَرٍ وَعَرَجٍ١ وَقَطْعِ يَدٍ وَرِجْلٍ وَعَمًى وَخَرَسٍ وَطَرَشٍ.
Maka pernikahan dapat dibatalkan karena setiap aib yang telah disebutkan sebelumnya, bukan yang lainnya, seperti buta sebelah mata, pincang, terpotongnya tangan dan kaki, buta, bisu, dan tuli.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يَثْبُتُ الْخِيَارُ فِي عَيْبٍ زَالَ بَعْدَ الْعَقْدِ وَلَا لِعَالِمٍ بِهِ حَالَ٢ الْعَقْدِ.
Hak khiyar tidak berlaku pada aib yang hilang setelah akad, juga tidak berlaku bagi orang yang mengetahui aib tersebut pada saat akad.
وَالْفَسْخُ عَلَى التَّرَاخِي لَا يَسْقُطُ فِي الْعِنَّةِ إِلَّا بِقَوْلِهَا: رَضِيتُ أَوْ: بِاعْتِرَافِهَا بِوَطْئِهِ فِي قُبُلِهَا وَيَسْقُطُ فِي غَيْرِ الْعِنَّةِ بِالْقَوْلِ وَ٣ بِمَا يَدُلُّ عَلَى الرِّضَى مِنْ وَطْءٍ أَوْ تَمْكِينٍ مَعَ الْعِلْمِ.
Pembatalan yang ditunda tidak gugur dalam kasus impotensi kecuali jika istri berkata, "Saya rela," atau jika ia mengakui bahwa suaminya telah menyetubuhinya. Dalam kasus selain impotensi, hak pembatalan gugur dengan perkataan atau dengan apa pun yang menunjukkan kerelaan, seperti jima' atau memberi kesempatan untuk itu dengan pengetahuan tentang aib tersebut.
وَلَا يَصِحُّ الْفَسْخُ هُنَا وَفِي خِيَارِ الشَّرْطِ بِلَا٤ حَاكِمٍ.
Pembatalan tidak sah di sini dan dalam khiyar syarat tanpa hakim.
فَإِنْ فَسَخَ قَبْلَ الدُّخُولِ فَلَا مَهْرَ وَبَعْدَ الدُّخُولِ أَوِ الْخَلْوَةِ يَسْتَقِرُّ الْمُسَمَّى وَيَرْجِعُ بِهِ عَلَى الْمُغَرِّ.
Jika terjadi pembatalan sebelum dukhul, maka tidak ada mahar. Jika setelah dukhul atau khalwah, mahar yang disebutkan menjadi tetap dan dapat dikembalikan kepada pihak yang menipu.
وَإِنْ حَصَلَتِ الْفُرْقَةُ مِنْ غَيْرِ فَسْخٍ بِمَوْتٍ أَوْ طَلَاقٍ فَلَا رُجُوعَ.
Jika terjadi perpisahan bukan karena pembatalan, melainkan karena kematian atau talak, maka tidak ada pengembalian mahar.
وَلَيْسَ لِوَلِيِّ صَغِيرٍ أَوْ مَجْنُونٍ أَوْ رَقِيقٍ تَزْوِيجُهُ بِمُعَيَّبٍ فَلَوْ فَعَلَ لَمْ يَصِحَّ إِنْ عَلِمَ، وَإِلَّا صَحَّ وَلَزِمَهُ الْفَسْخُ إِذَا عَلِمَ.
Wali anak kecil, orang gila, atau budak tidak boleh menikahkan mereka dengan orang yang memiliki aib. Jika ia melakukannya dengan mengetahui aib tersebut, maka pernikahan tidak sah. Jika ia tidak mengetahuinya, maka pernikahan sah, tetapi ia wajib membatalkannya ketika mengetahui aib tersebut.
بَابُ نِكَاحِ الكُفَّارِ
بَابُ نِكَاحِ الْكُفَّارِ
Bab Pernikahan Orang-orang Kafir
يُقَرُّونَ عَلَى أَنْكِحَةٍ مُحَرَّمَةٍ مَا دَامُوا مُعْتَقِدِينَ حِلَّهَا وَلَمْ يَرْتَفِعُوا إِلَيْنَا.
Mereka dibiarkan dalam pernikahan yang haram selama mereka meyakini kehalalannya dan tidak mengangkat perkara kepada kita.
فَإِنْ أَتَوْنَا١ قَبْلَ عَقْدِهِ عَقَدْنَاهُ عَلَى حُكْمِنَا.
Jika mereka datang kepada kita¹ sebelum akad, kita akan melakukan akad sesuai hukum kita.
وَإِنْ أَسْلَمَ الزَّوْجَانِ مَعًا٢ أَوْ أَسْلَمَ زَوْجُ الْكِتَابِيَّةِ فَهُمَا عَلَى نِكَاحِهِمَا.
Jika kedua pasangan masuk Islam bersama² atau suami dari wanita Ahli Kitab masuk Islam, maka pernikahan mereka tetap sah.
وَإِنْ أَسْلَمَتِ الْكِتَابِيَّةُ تَحْتَ زَوْجِهَا الْكَافِرِ أَوْ أَسْلَمَ مَعَا الزَّوْجَيْنِ غَيْرِ الْكِتَابِيِّينَ وَكَانَ قَبْلَ الدُّخُولِ انْفَسَخَ النِّكَاحُ وَلَهَا نِصْفُ الْمَهْرِ إِنْ أَسْلَمَ فَقَطْ أَوْ سَبَقَهَا وَإِنْ كَانَ بَعْدَ الدُّخُولِ وَقَفَ الْأَمْرُ إِلَى انْقِضَاءِ الْعِدَّةِ فَإِنْ أَسْلَمَ الْمُتَخَلِّفُ قَبْلَ انْقِضَائِهَا فَعَلَى نِكَاحِهِمَا وَإِلَّا تَبَيَّنَا فَسْخَهُ مُنْذُ أَسْلَمَ الْأَوَّلُ وَيَجِبُ الْمَهْرُ بِكُلِّ حَالٍ.
Jika wanita Ahli Kitab masuk Islam sementara suaminya kafir, atau kedua pasangan non-Ahli Kitab masuk Islam bersama sebelum dukhul (hubungan intim), maka pernikahan mereka batal dan wanita berhak atas setengah mahar jika suami masuk Islam saja atau mendahuluinya. Jika setelah dukhul, maka ditunggu hingga selesai masa iddah. Jika pasangan yang tertinggal masuk Islam sebelum selesai masa iddah, maka pernikahan mereka tetap sah. Jika tidak, maka pernikahan mereka difasakh sejak yang pertama masuk Islam dan mahar tetap wajib dalam semua keadaan.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ أَسْلَمَ الْكَافِرُ وَتَحْتَهُ أَكْثَرُ مِنْ أَرْبَعٍ فَأَسْلَمْنَ أَوَّلًا، وَكُنَّ كِتَابِيَّاتٍ وَاخْتَارَ مِنْهُنَّ أَرْبَعًا إِنْ كَانَ مُكَلَّفًا وَإِلَّا فَحَتَّى يُكَلَّفَ.
Jika seorang kafir masuk Islam dan memiliki lebih dari empat istri yang masuk Islam terlebih dahulu, dan mereka adalah wanita-wanita Ahli Kitab, maka dia memilih empat di antara mereka jika dia mukallaf (baligh dan berakal), jika tidak maka sampai dia menjadi mukallaf.
فَإِنْ لَمْ يَخْتَرْ أُجْبِرَ بِحَبْسٍ ثُمَّ تَعْزِيرٍ وَعَلَيْهِ نَفَقَتُهُنَّ إِلَى أَنْ يَخْتَارَ.
Jika dia tidak memilih, maka dia dipaksa dengan penahanan kemudian ta'zir, dan dia wajib memberi nafkah kepada mereka sampai dia memilih.
وَيَكْفِي فِي الِاخْتِيَارِ: أَمْسَكْتُ هَؤُلَاءِ وَتَرَكْتُ هَؤُلَاءِ وَيَحْصُلُ
Dan cukup dalam memilih: Aku memegang mereka dan meninggalkan mereka dan terjadi
الِاخْتِيَارُ بِالْوَطْءِ فَإِنْ وَطِئَ الْكُلَّ تَعَيَّنَ الْأَوَّلُ وَيَحْصُلُ بِالطَّلَاقِ: فَمَنْ طَلَّقَهَا فَهِيَ مُخْتَارَةٌ.
Pilihan dengan jima'. Jika menjima' semuanya, maka yang pertama yang ditentukan. Dan terjadi dengan talak: Barangsiapa yang mentalaknya, maka dia adalah wanita yang dipilih.
وَإِنْ أَسْلَمَ الْحُرُّ وَتَحْتَهُ إِمَاءٌ فَأَسْلَمْنَ فِي الْعِدَّةِ اخْتَارَ مَا يُعِفُّهُ إِنْ جَازَ لَهُ نِكَاحُهُنَّ وَقْتَ اجْتِمَاعِ إِسْلَامِهِ بِإِسْلَامِهِنَّ وَإِنْ لَمْ يَجُزْ لَهُ فَسَدَ١: نِكَاحُهُنَّ.
Jika seorang merdeka masuk Islam dan di bawahnya ada budak-budak wanita lalu mereka masuk Islam pada masa 'iddah, maka dia memilih apa yang membuatnya menjaga diri jika dibolehkan baginya menikahi mereka pada saat berkumpulnya keislamannya dengan keislaman mereka. Jika tidak dibolehkan baginya, maka rusak¹ pernikahan mereka.
وَإِنْ ارْتَدَّ أَحَدُ الزَّوْجَيْنِ أَوْ هُمَا مَعًا قَبْلَ الدُّخُولِ انْفَسَخَ النِّكَاحُ وَلَهَا نِصْفُ الْمَهْرِ إِنْ سَبَقَهَا وَبَعْدَ الدُّخُولِ تَقِفُ الْفُرْقَةُ عَلَى انْقِضَاءِ الْعِدَّةِ.
Jika salah satu dari pasangan suami istri murtad atau keduanya murtad bersama sebelum dukhul, maka nikah menjadi fasakh dan bagi istri setengah mahar jika suami mendahuluinya (dalam murtad). Setelah dukhul, perceraian bergantung pada berakhirnya masa 'iddah.
كِتَابُ الصَّدَاقِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الصَّدَاقِ
Kitab Mahar
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الصَّدَاقِ
Kitab Mahar
تُسَنُّ تَسْمِيَتُهُ فِي الْعَقْدِ.
Disunahkan menyebutkannya dalam akad.
وَيَصِحُّ بِأَقَلِّ مُتَمَوَّلٍ١.
Dan sah dengan sesuatu yang paling sedikit nilainya¹.
فَإِنْ لَمْ يُسَمِّ أَوْ سَمَّى فَاسِدًا صَحَّ الْعَقْدُ وَوَجَبَ مَهْرُ الْمِثْلِ.
Jika tidak disebutkan atau disebutkan secara rusak, maka akad tetap sah dan wajib membayar mahar mitsil.
وَإِنْ أَصْدَقَهَا تَعْلِيمَ شَيْءٍ مِنَ الْقُرْآنِ لَمْ يَصِحَّ وَتَعْلِيمَ مُعَيَّنٍ مِنْ فِقْهٍ أَوْ حَدِيثٍ أَوْ شِعْرٍ مُبَاحٍ أَوْ صِنَاعَةٍ صَحَّ.
Jika dia memberinya mahar berupa mengajarkan sesuatu dari Al-Qur'an maka tidak sah, namun mengajarkan sesuatu yang tertentu dari fikih, hadits, syair yang diperbolehkan, atau kerajinan maka sah.
وَيُشْتَرَطُ عِلْمُ الصَّدَاقِ: فَلَوْ أَصْدَقَهَا دَارًا أَوْ دَابَّةً أَوْ ثَوْبًا مُطْلَقًا أَوْ رَدَّ عَبْدَهَا أَيْنَ كَانَ أَوْ خِدْمَتَهَا مُدَّةً فِيمَا شَاءَتْ أَوْ مَا يُثْمِرُ شَجَرُهُ أَوْ حَمَلَ أَمَتِهِ أَوْ دَابَّتِهِ لَمْ يَصِحَّ.
Dan disyaratkan mengetahui mahar: Jika dia memberinya mahar berupa rumah, hewan, atau pakaian secara mutlak, atau mengembalikan budaknya di mana pun berada, atau melayaninya selama waktu tertentu dalam hal yang dia inginkan, atau apa yang dihasilkan pohonnya, atau apa yang dikandung budak wanitanya atau hewannya, maka tidak sah.
وَلَا يَضُرُّ جَهْلٌ يَسِيرٌ فَلَوْ أَصْدَقَهَا عَبْدًا مِنْ عَبِيدِهِ أَوْ دَابَّةً مِنْ دَوَابِّهِ أَوْ قَمِيصًا مِنْ قُمْصَانِهِ صَحَّ وَلَهَا أَحَدُهُمْ بِقُرْعَةٍ.
Ketidaktahuan yang sedikit tidak mengapa. Jika dia memberinya mahar seorang budak dari budak-budaknya, atau seekor hewan dari hewan-hewannya, atau sebuah kemeja dari kemeja-kemejanya, maka sah dan dia berhak mendapatkan salah satunya dengan undian.
وَإِنْ أَصْدَقَهَا عِتْقَ قِنِّهِ٢ صَحَّ لَا طَلَاقَ زَوْجَتِهِ.
Jika dia memberinya mahar berupa memerdekakan budaknya² maka sah, tidak sah jika berupa menceraikan istrinya.
وَإِنْ أَصْدَقَهَا خَمْرًا أَوْ خِنْزِيرًا أَوْ مَالًا مَغْصُوبًا يَعْلَمَانِهِ لَمْ
Jika dia memberinya mahar berupa khamr, babi, atau harta hasil merampas yang mereka berdua ketahui maka tidak
يَصِحُّ١ وَإِنْ لَمْ يَعْلَمَاهُ صَحَّ وَلَهَا قِيمَتُهُ يَوْمَ الْعَقْدِ عَصِيرًا فَبَانَ خَمْرًا صَحَّ وَلَهَا مِثْلُ الْعَصِيرِ
Sah1 dan jika keduanya tidak mengetahuinya, maka sah dan baginya nilai barang tersebut pada hari akad dalam bentuk jus, lalu ternyata khamr, maka sah dan baginya seperti jus tersebut.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلْأَبِ تَزْوِيجُ ابْنَتِهِ٢ مُطْلَقًا بِدُونِ صَدَاقِ مِثْلِهَا وَإِنْ كَرِهَتْ وَلَا يَلْزَمُ أَحَدًا تَتِمَّتُهُ.
Seorang ayah boleh menikahkan putrinya2 secara mutlak tanpa mahar mitsl meskipun sang putri tidak menyukainya, dan tidak ada kewajiban bagi siapa pun untuk menyempurnakannya.
وَإِنْ فَعَلَ ذَلِكَ غَيْرُ الْأَبِ بِإِذْنِهَا مَعَ رُشْدِهَا صَحَّ وَبِدُونِ إِذْنِهَا يَلْزَمُ الزَّوْجَ تَتِمَّتُهُ.
Jika selain ayah melakukan hal tersebut dengan izinnya disertai kecakapannya, maka sah. Namun jika tanpa izinnya, maka suami wajib menyempurnakannya.
فَإِنْ قَدَّرَتْ لِوَلِيِّهَا مَبْلَغًا فَزَوَّجَهَا بِدُونِهِ ضَمِنَ.
Jika dia menetapkan sejumlah mahar untuk walinya, lalu wali menikahkannya dengan mahar di bawah jumlah tersebut, maka wali harus menanggungnya.
وَإِنْ زَوَّجَ ابْنَهُ فَقِيلَ لَهُ: ابْنُكَ فَقِيرٌ مِنْ أَيْنَ يُؤْخَذُ٣ الصَّدَاقُ فَقَالَ: عِنْدِي لَزِمَهُ.
Jika seorang ayah menikahkan putranya, lalu dikatakan kepadanya, "Putramu miskin, dari mana mahar akan diambil3?" Lalu dia menjawab, "Aku yang menanggungnya," maka dia wajib menanggungnya.
وَلَيْسَ لِلْأَبِ قَبْضُ صَدَاقِ ابْنَتِهِ٤ الرَّشِيدَةِ وَلَوْ بِكْرًا إِلَّا بِإِذْنِهَا فَإِنْ أَقْبَضَهُ الزَّوْجُ لِأَبِيهَا لَمْ يَبْرَأْ وَرَجَعَتْ عَلَيْهِ وَرَجَعَ هُوَ عَلَى أَبِيهَا وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ رَشِيدَةٍ سَلَّمَهُ إِلَى وَلِيِّهَا فِي مَالِهَا.
Seorang ayah tidak berhak menerima mahar putrinya4 yang telah dewasa meskipun masih perawan, kecuali dengan izinnya. Jika suami memberikan mahar kepada ayahnya, maka suami belum lepas tanggung jawab dan istri berhak menuntutnya, lalu suami menuntut ayahnya. Jika istri belum dewasa, maka mahar diserahkan kepada walinya sebagai harta istri.
وَإِنْ تَزَوَّجَ الْعَبْدُ بِإِذْنِ سَيِّدِهِ صَحَّ وَعَلَى سَيِّدِهِ الْمَهْرُ وَالنَّفَقَةُ وَالْكِسْوَةُ وَالْمَسْكَنُ وَإِنْ تَزَوَّجَ بِلَا إِذْنِهِ لَمْ يَصِحَّ فَلَوْ وَطِئَ وَجَبَ فِي رَقَبَتِهِ مَهْرُ الْمِثْلِ.
Jika seorang budak menikah dengan izin tuannya, maka sah dan tuannya wajib membayar mahar, nafkah, pakaian, dan tempat tinggal. Jika dia menikah tanpa izin tuannya, maka tidak sah. Jika dia berhubungan badan, maka wajib membayar mahar mitsl yang dibebankan pada dirinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَمْلِكُ الزَّوْجَةُ بِالْعَقْدِ جَمِيعَ الْمُسَمَّى وَلَهَا نَمَاؤُهُ إِنْ كَانَ مُعَيَّنًا وَلَهَا التَّصَرُّفُ فِيهِ وَضَمَانُهُ وَنَقْصُهُ عَلَيْهَا إِنْ لَمْ يَمْنَعْهَا قَبْضَهُ.
Istri memiliki semua mahar yang disebutkan dalam akad, dan dia berhak atas pertumbuhannya jika mahar itu tertentu. Dia berhak untuk menggunakannya, menjaminnya, dan kekurangannya menjadi tanggungannya jika dia tidak dilarang untuk menerimanya.
وَإِنْ أَقْبَضَهَا الصَّدَاقَ ثُمَّ طَلَّقَ قَبْلَ الدُّخُولِ رَجَعَ عَلَيْهَا بِنِصْفِهِ إِنْ كَانَ بَاقِيًا وَإِنْ كَانَ قَدْ زَادَ زِيَادَةً مُنْفَصِلَةً فَالزِّيَادَةُ لَهَا وَإِنْ كَانَ تَالِفًا رَجَعَ فِي الْمِثْلِيِّ بِنِصْفِ مِثْلِهِ وَفِي الْمُتَقَوِّمِ بِنِصْفِ قِيمَتِهِ يَوْمَ الْعَقْدِ.
Jika dia telah menyerahkan mahar kepadanya kemudian menceraikannya sebelum dukhul, dia berhak meminta kembali setengahnya jika masih ada. Jika mahar itu telah bertambah dengan pertambahan yang terpisah, maka pertambahan itu miliknya. Jika mahar itu telah rusak, dia berhak meminta kembali setengah dari yang serupa jika mahar itu mitsli, dan setengah nilainya pada hari akad jika mahar itu mutaqawwim.
وَالَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ: الزَّوْجُ.
Yang memegang ikatan nikah adalah suami.
فَإِنْ١ طَلَّقَ قَبْلَ الدُّخُولِ: فَأَيُّ الزَّوْجَيْنِ عَفَا لِصَاحِبِهِ عَمَّا وَجَبَ لَهُ مِنَ الْمَهْرِ وَهُوَ جَائِزُ التَّصَرُّفِ بَرِئَ مِنْهُ صَاحِبُهُ.
Jika¹ dia menceraikan sebelum dukhul: maka siapa pun di antara kedua pasangan yang memaafkan pasangannya dari kewajiban membayar mahar yang telah diwajibkan untuknya, dan dia memiliki kapasitas untuk bertindak, maka pasangannya terbebas darinya.
وَإِنْ وَهَبَتْهُ صَدَاقَهَا قَبْلَ الْفُرْقَةِ ثُمَّ حَصَلَ مَا يُنَصِّفُهُ: كَطَلَاقٍ رَجَعَ عَلَيْهَا بِبَدَلِ نِصْفِهِ وَإِنْ حَصَلَ مَا يُسْقِطُهُ رَجَعَ بِبَدَلِ جَمِيعِهِ.
Jika dia menghibahkan maharnya kepadanya sebelum perpisahan, kemudian terjadi sesuatu yang membagi maharnya seperti talak, maka dia berhak meminta kembali pengganti setengahnya. Jika terjadi sesuatu yang menggugurkan maharnya, maka dia berhak meminta kembali pengganti seluruhnya.
فَصْلٌ
Pasal
فِيمَا يُسْقِطُ الصَّدَاقَ وَيُنَصِّفُهُ وَيُقَرِّرُهُ
Tentang hal-hal yang menggugurkan, membagi dua, dan menetapkan mahar
يَسْقُطُ كُلُّهُ قَبْلَ الدُّخُولِ حَتَّى الْمُتْعَةَ بِفُرْقَةِ اللِّعَانِ وَبِفَسْخِهِ لِعَيْبِهَا وَبِفُرْقَةٍ٢ مِنْ قِبَلِهَا: كَفَسْخِهَا لِعَيْبِهِ وَإِسْلَامِهَا تَحْتَ كَافِرٍ وَرِدَّتِهَا تَحْتَ مُسْلِمٍ وَرَضَاعِهَا٣ مَنْ يَنْفَسِخُ بِهِ نِكَاحُهَا.
Semuanya gugur sebelum dukhul bahkan mut'ah dengan furqah li'an, fasakh karena aib istri, dan furqah² dari pihak istri seperti fasakh karena aib suami, masuk Islam di bawah kafir, murtad di bawah muslim, dan menyusui³ orang yang membatalkan nikahnya.
وَيَتَنَصَّفُ بِالْفُرْقَةِ مِنْ قِبَلِ الزَّوْجِ: كَطَلَاقِهِ وَخُلْعِهِ وَإِسْلَامِهِ وَرِدَّتِهِ وَبِمِلْكِ أَحَدِهِمَا الْآخَرَ أَوْ قِبَلِ أَجْنَبِيٍّ كَرَضَاعٍ وَنَحْوِهِ.
Dan dibagi dua karena perpisahan dari pihak suami: seperti talaknya, khuluknya, keislamannya, kemurtadannya, kepemilikan salah satunya atas yang lain, atau dari pihak asing seperti persusuan dan sejenisnya.
وَيُقَرِّرُهُ كَامِلًا مَوْتُ أَحَدِهِمَا وَوَطْؤُهَا١ وَلَمْسُهُ لَهَا وَنَظَرُهُ إِلَى فَرْجِهَا لِشَهْوَةٍ٢ وَبِطَلَاقِهَا فِي مَرَضٍ٣ تَرِثُ فِيهِ٤ وَتَقْبِيلُهَا وَلَوْ بِحَضْرَةِ النَّاسِ وَبِخَلْوَتِهِ بِهَا عَنْ مُمَيِّزٍ إِنْ كَانَ يَطَأُ مِثْلَهُ وَيُوطَأُ مِثْلُهَا.
Dan ditetapkan secara penuh dengan kematian salah satu dari keduanya, persetubuhan dengannya¹, sentuhannya kepadanya, pandangannya ke kemaluannya karena syahwat², dengan mentalaknya dalam keadaan sakit³ yang ia mewarisi padanya⁴, menciumnya meskipun di hadapan orang-orang, dan menyendiri dengannya dari anak yang telah mumayyiz jika ia menyetubuhi sepertinya dan disetubuhi sepertinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا اخْتَلَفَا فِي قَدْرِ الصَّدَاقِ أَوْ جِنْسِهِ أَوْ مَا يَسْتَقِرُّ بِهِ فَقَوْلُ الزَّوْجِ أَوْ وَارِثِهِ وَفِي الْقَبْضِ أَوْ تَسْمِيَةِ الْمَهْرِ فَقَوْلُهَا أَوْ وَارِثِهَا.
Dan jika keduanya berselisih tentang kadar mahar, jenisnya, atau apa yang ditetapkan dengannya, maka perkataan suami atau ahli warisnya. Dan dalam penerimaan atau penyebutan mahar, maka perkataannya (istri) atau ahli warisnya.
إِنْ تَزَوَّجَهَا بِعَقْدَيْنِ عَلَى صَدَاقَيْنِ٥ سِرًّا٦ وَعَلَانِيَةً٧ أُخِذَ بِالزَّائِدِ.
Jika ia menikahinya dengan dua akad atas dua mahar⁵ secara rahasia⁶ dan terang-terangan⁷, maka diambil yang lebih banyak.
وَهَدِيَّةُ الزَّوْجِ لَيْسَتْ مِنَ الْمَهْرِ فَمَا قَبْلَ الْعَقْدِ إِنْ وَعَدُوهُ لَمْ يَفُوا رَجَعَ بِهَا٨ وَتُرَدُّ الْهَدِيَّةُ فِي كُلِّ فُرْقَةٍ اخْتِيَارِيَّةٍ مُسْقِطَةٍ لِلْمَهْرِ وَتَثْبُتُ كُلُّهَا مَعَ مُقَرَّرٍ لَهُ أَوْ لِنِصْفِهِ.
Hadiah suami bukanlah bagian dari mahar. Apa yang sebelum akad, jika mereka menjanjikannya namun tidak memenuhinya, maka ia kembali dengannya⁸. Hadiah dikembalikan dalam setiap perpisahan yang bersifat pilihan yang menggugurkan mahar. Dan seluruhnya tetap ada bersama yang ditetapkan untuknya atau untuk setengahnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِمَنْ زُوِّجَتْ بِلَا مَهْرٍ أَوْ بِمَهْرٍ فَاسِدٍ فُرِضَ مَهْرُ مِثْلِهَا عِنْدَ الْحَاكِمِ فَإِنْ تَرَاضَيَا فِيمَا بَيْنَهُمَا وَلَوْ عَلَى قَلِيلٍ صَحَّ١ وَلَزِمَ فَإِنْ حَصَلَتْ لَهَا فُرْقَةٌ مُنْصِفَةٌ لِلصَّدَاقِ٢ فِي فَرْضِهِ أَوْ تَرَاضِيهِمَا وَجَبَتْ لَهَا الْمُتْعَةُ عَلَى الْمُوسِعِ٣ قَدْرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدْرُهُ فَأَعْلَاهَا خَادِمٌ وَأَدْنَاهَا: كِسْوَةٌ تُجْزِئُهَا فِي صَلَاتِهَا إِذَا كَانَ مُعْسِرًا.
Bagi wanita yang dinikahi tanpa mahar atau dengan mahar yang rusak, maka ditetapkan mahar mitsil (sepadan) untuknya oleh hakim. Jika keduanya saling ridha di antara mereka meskipun dengan jumlah yang sedikit, maka sah1 dan wajib. Jika terjadi perceraian yang memisahkan mahar2 dalam penetapannya atau keridhaannya, maka wajib baginya mut'ah sesuai kemampuan3 suami dan sesuai kesulitannya. Mut'ah tertinggi adalah seorang pembantu dan terendahnya adalah pakaian yang mencukupinya dalam shalat jika suami dalam kesulitan.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا مَهْرَ فِي النِّكَاحِ الْفَاسِدِ إِلَّا بِالْخَلْوَةِ أَوِ الْوَطْءِ.
Tidak ada mahar dalam pernikahan yang rusak kecuali dengan khalwat atau hubungan intim.
فَإِنْ حَصَلَ أَحَدُهُمَا اسْتَقَرَّ الْمُسَمَّى إِنْ كَانَ وَإِلَّا فَمَهْرُ الْمِثْلِ.
Jika salah satunya terjadi, maka mahar yang disebutkan menjadi tetap jika ada, jika tidak maka mahar mitsil.
وَلَا مَهْرَ فِي النِّكَاحِ الْبَاطِلِ إِلَّا بِالْوَطْءِ فِي الْقُبُلِ وَكَذَا الْمَوْطُوءَةُ بِشُبْهَةٍ وَالْمُكْرَهَةُ عَلَى الزِّنَا لَا٤ الْمُطَاوِعَةُ مَا لَمْ تَكُنْ أَمَةً.
Tidak ada mahar dalam pernikahan yang batal kecuali dengan hubungan intim pada kemaluan, begitu pula wanita yang disetubuhi karena syubhat dan yang dipaksa berzina, tidak4 bagi yang taat selama bukan budak.
وَيَتَعَدَّدُ الْمَهْرُ بِتَعَدُّدِ الشُّبْهَةِ وَالْإِكْرَاهِ.
Mahar menjadi berlipat ganda dengan berlipat gandanya syubhat dan paksaan.
وَعَلَى مَنْ أَزَالَ بَكَارَةَ أَجْنَبِيَّةٍ بِلَا وَطْءٍ أَرْشُ الْبَكَارَةِ وَإِنْ أَزَالَهَا
Bagi yang menghilangkan keperawanan wanita asing tanpa hubungan intim, wajib membayar arsy (ganti rugi) keperawanan meskipun menghilangkannya
الزَّوْجُ ثُمَّ طَلَّقَ قَبْلَ الدُّخُولِ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ إِلَّا نِصْفُ الْمُسَمَّى إِنْ كَانَ وَإِلَّا فَالْمُتْعَةُ.
Jika suami menceraikan istrinya sebelum dukhul, maka ia hanya wajib membayar setengah dari mahar yang disebutkan jika ada, jika tidak maka ia wajib membayar mut'ah.
وَلَا يَصِحُّ تَزْوِيجُ مَنْ نِكَاحُهَا فَاسِدٌ قَبْلَ الْفُرْقَةِ فَإِنْ أَبَاهَا الزَّوْجُ فَسَخَهُ١ الْحَاكِمُ.
Tidak sah menikahi wanita yang nikahnya fasid sebelum berpisah. Jika suami menolak untuk memfasakhnya, maka hakim yang memfasakhnya.
بَابُ الوَلِيمَةِ وَآدَابِ الأَكْلِ
بَابُ الْوَلِيمَةِ وَآدَابِ الْأَكْلِ
Bab Walimah dan Adab Makan
وَلِيمَةُ الْعُرْسِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ٢.
Walimah pernikahan adalah sunnah yang ditekankan٢.
وَالْإِجَابَةُ إِلَيْهَا فِي الْمَرَّةِ الْأُولَى وَاجِبَةٌ إِنْ كَانَ لَا عُذْرَ وَلَا مُنْكَرَ.
Memenuhi undangannya pada kali pertama adalah wajib jika tidak ada udzur atau kemungkaran.
وَفِي الثَّانِيَةِ: سُنَّةٌ وَفِي الثَّالِثَةِ: مَكْرُوهَةٌ.
Pada kali kedua: sunnah, dan pada kali ketiga: makruh.
وَإِنَّمَا تَجِبُ إِذَا كَانَ الدَّاعِي مُسْلِمًا يَحْرُمُ هَجْرُهُ وَكَسْبُهُ طَيِّبٌ.
Hanya wajib jika pengundang adalah seorang Muslim yang haram untuk dijauhi dan penghasilannya halal.
فَإِنْ كَانَ فِي مَالِهِ حَرَامٌ كُرِهَ٣ إِجَابَتُهُ وَمُعَامَلَتُهُ وَقَبُولُ هَدِيَّتِهِ وَتَقْوَى الْكَرَاهَةُ وَتَضْعُفُ بِحَسَبِ كَثْرَةِ الْحَرَامِ وَقِلَّتِهِ.
Jika dalam hartanya terdapat yang haram, maka dimakruhkan٣ memenuhi undangannya, bermuamalah dengannya, dan menerima hadiahnya. Kemakruhannya menguat atau melemah sesuai banyak atau sedikitnya harta haram.
وَإِنْ دَعَاهُ اثْنَانِ فَأَكْثَرُ وَجَبَ٤ عَلَيْهِ إِجَابَةُ الْكُلِّ إِنْ أَمْكَنَهُ الْجَمْعُ وَإِلَّا أَجَابَ: الْأَسْبَقَ قَوْلًا فَالْأَدْيَنَ فَالْأَقْرَبَ رَحِمًا فَجِوَارًا ثُمَّ يُقْرِعُ.
Jika dua orang atau lebih mengundangnya, maka wajib٤ baginya memenuhi undangan semuanya jika memungkinkan untuk menggabungkannya. Jika tidak, maka ia memenuhi: yang paling dahulu mengundang, lalu yang paling taat beragama, lalu yang paling dekat kekerabatannya, lalu yang paling dekat bertetangga, kemudian diundi.
وَلَا يَقْصِدُ بِالْإِجَابَةِ نَفْسَ الْأَكْلِ بَلْ يَنْوِي الْإِقْتِدَاءَ بِالسُّنَّةِ وَإِكْرَامَ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ وَلِئَلَّا يَظُنَّ بِهِ التَّكَبُّرَ.
Dalam memenuhi undangan, hendaknya tidak bertujuan untuk makan semata, melainkan berniat mengikuti sunnah, memuliakan saudaranya yang beriman, dan agar tidak disangka sombong.
وَيُسْتَحَبُّ أَكْلُهُ وَلَوْ صَائِمًا لَا١ صَوْمًا وَاجِبًا وَيَنْوِي بِأَكْلِهِ وَشُرْبِهِ التَّقْوِيَ عَلَى الطَّاعَةِ.
Dan dianjurkan memakannya meskipun sedang berpuasa, bukan١ puasa wajib, dan berniat dengan makan dan minumnya untuk menguatkan diri dalam ketaatan.
وَيَحْرُمُ الْأَكْلُ بِلَا إِذْنٍ صَرِيحٍ أَوْ قَرِينَةٍ٢ وَلَوْ مِنْ بَيْتِ قَرِيبِهِ أَوْ صَدِيقِهِ وَالدَّعْوَةُ إِلَى الْوَلِيمَةِ وَتَقْدِيمُ الطَّعَامِ إِذْنٌ فِي الْأَكْلِ.
Dan haram makan tanpa izin yang jelas atau indikasi٢ meskipun dari rumah kerabat atau temannya. Undangan ke walimah dan menghidangkan makanan adalah izin untuk makan.
وَيُقَدِّمُ مَا حَضَرَ مِنَ الطَّعَامِ مِنْ غَيْرِ تَكَلُّفٍ.
Dan menghidangkan makanan yang ada tanpa memaksakan diri.
وَلَا يُشْرَعُ تَقْبِيلُ الْخُبْزِ.
Dan tidak disyariatkan mencium roti.
وَتُكْرَهُ:٣ إِهَانَتُهُ وَمَسْحُ يَدَيْهِ بِهِ وَوَضْعُهُ تَحْتَ الْقَصْعَةِ.
Dan dimakruhkan:٣ menghinakannya, mengelap tangan dengannya, dan meletakkannya di bawah mangkuk.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُسْتَحَبُّ غَسْلُ الْيَدَيْنِ قَبْلَ الطَّعَامِ وَبَعْدَهُ.
Dan dianjurkan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
وَتُسَنُّ التَّسْمِيَةُ جَهْرًا عَلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَأَنْ يَجْلِسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَيُنْصِبَ الْيُمْنَى أَوْ يَتَرَبَّعَ وَيَأْكُلَ بِيَمِينِهِ بِثَلَاثِ٤ أَصَابِعَ مِمَّا يَلِيهِ وَيُصَغِّرَ اللُّقْمَةَ وَيُطِيلَ الْمَضْغَ٥ وَيَمْسَحَ الصَّحْفَةَ وَيَأْكُلَ مَا تَنَاثَرَ وَيَغُضَّ طَرْفَهُ عَنْ جَلِيسِهِ وَيُؤْثِرَ الْمُحْتَاجَ وَيَأْكُلَ مَعَ الزَّوْجَةِ وَالْمَمْلُوكِ وَالْوَلَدِ وَلَوْ طِفْلًا وَيُعَلِّقَ أَصَابِعَهُ وَيُخَلِّلَ أَسْنَانَهُ وَيُلْقِيَ مَا أَخْرَجَهُ الْخِلَالُ وَيُكْرَهُ أَنْ يَبْتَلِعَهُ فَإِنْ قَلَعَهُ بِلِسَانِهِ لَمْ يُكْرَهْ.
Dan disunahkan menyebut nama Allah dengan keras atas makanan dan minuman, duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan atau bersila, makan dengan tangan kanan menggunakan tiga٤ jari dari yang terdekat dengannya, memperkecil suapan, mengunyah lama٥, membersihkan piring, memakan yang tercecer, menundukkan pandangan dari teman duduknya, mendahulukan yang membutuhkan, makan bersama istri, budak, dan anak meskipun kecil, menggantungkan jari-jarinya, menggosok gigi, dan membuang apa yang dikeluarkan oleh tusuk gigi. Makruh menelannya, namun jika mencabutnya dengan lidah maka tidak makruh.
وَيُكْرَهُ نَفْخُ الطَّعَامِ وَكَوْنُهُ حَارًّا وَأَكْلُهُ بِأَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثِ أَصَابِعَ أَوْ بِشِمَالِهِ وَ١ مِنْ أَعْلَى الصَّحْفَةِ: أَوْ وَسَطِهَا وَنَفْضُ يَدِهِ فِي الْقَصْعَةِ وَتَقْدِيمُ رَأْسِهِ إِلَيْهَا عِنْدَ وَضْعِ اللُّقْمَةِ فِي فَمِهِ وَكَلَامُهُ بِمَا يُسْتَقْذَرُ وَأَكْلُهُ مُتَّكِئًا أَوْ مُضْطَجِعًا وَأَكْلُهُ كَثِيرًا بِحَيْثُ يُؤْذِيهِ أَوْ قَلِيلًا بِحَيْثُ يَضُرُّهُ.
Makruh meniup makanan, makanan yang panas, makan dengan kurang dari atau lebih dari tiga jari atau dengan tangan kiri, dan1 dari atas piring atau tengahnya, mengibaskan tangannya di dalam mangkuk, mendekatkan kepalanya ke mangkuk saat memasukkan suapan ke dalam mulutnya, berbicara dengan sesuatu yang menjijikkan, makan sambil bersandar atau berbaring, makan terlalu banyak sehingga menyakitinya atau terlalu sedikit sehingga membahayakannya.
وَيَأْكُلُ وَيَشْرَبُ مَعَ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا بِالْأَدَبِ وَالْمُرُوءَةِ وَمَعَ الْفُقَرَاءِ بِالْإِيثَارِ وَمَعَ الْعُلَمَاءِ بِالتَّعْلِيمِ وَمَعَ الْإِخْوَانِ بِالِانْبِسَاطِ وَبِالْحَدِيثِ الطَّيِّبِ وَالْحِكَايَاتِ الَّتِي تَلِيقُ بِالْحَالِ.
Dia makan dan minum bersama orang-orang dunia dengan adab dan muru'ah, bersama orang-orang fakir dengan mengutamakan mereka, bersama para ulama dengan pembelajaran, bersama saudara-saudara dengan kelapangan, dengan percakapan yang baik dan cerita-cerita yang sesuai dengan keadaan.
وَمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ مِنْ إِطْعَامِ السَّائِلِ وَنَحْوِ الْهِرِّ فَفِي جَوَازِهِ وَجْهَانِ٢.
Adapun kebiasaan memberi makan pengemis dan kucing, ada dua pendapat2 tentang kebolehannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَسُنَّ٣ أَنْ يَحْمَدَ اللَّهَ إِذَا فَرَغَ وَيَقُولَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ٤ وَيَدْعُو لِصَاحِبِ الطَّعَامِ وَيُفَضِّلُ مِنْهُ شَيْئًا وَلَا سِيَّمَا إِنْ كَانَ مِمَّنْ يُتَبَرَّكُ بِفَضْلَتِهِ٥.
Disunnahkan3 untuk memuji Allah ketika selesai dan mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah memberi saya makan ini dan memberi rezeki kepada saya tanpa daya dan kekuatan dari saya4. Dia berdoa untuk pemilik makanan dan menyisakan sesuatu darinya, terutama jika dia termasuk orang yang mengharapkan berkah dari sisanya5.
وَيُسَنُّ إِعْلَانُ النِّكَاحِ وَالضَّرْبُ عَلَيْهِ بِدُفٍّ لَا حَلَقَ فِيهِ وَلَا صُنُوجٍ١ لِلنِّسَاءِ وَيُكْرَهُ٢ لِلرِّجَالِ.
Dan disunahkan untuk mengumumkan pernikahan dan memukul duff tanpa cincin atau sunuj١ bagi wanita, dan dimakruhkan٢ bagi pria.
وَلَا بَأْسَ بِالْغَزَلِ فِي الْعُرْسِ.
Dan tidak mengapa menyanyikan ghazal dalam pernikahan.
وَضَرْبُ الدُّفِّ فِي الْخِتَانِ وَقُدُومِ الْغَائِبِ: كَالْعُرْسِ.
Dan memukul duff dalam khitan dan kedatangan orang yang tidak hadir: seperti pernikahan.
بَابُ عِشْرَةِ النِّسَاءِ
بَابُ عِشْرَةِ النِّسَاءِ
Bab Memperlakukan Istri dengan Baik
يَلْزَمُ كُلًّا مِنَ الزَّوْجَيْنِ مُعَاشَرَةُ الْآخَرِ بِالْمَعْرُوفِ مِنَ الصُّحْبَةِ الْجَمِيلَةِ وَكَفِّ الْأَذَى وَأَنْ لَا يُمَطِّلَهُ بِحَقِّهِ.
Setiap pasangan wajib memperlakukan pasangannya dengan baik, dengan pergaulan yang indah, menahan diri dari menyakiti, dan tidak menunda-nunda dalam memenuhi haknya.
وَحَقُّ الزَّوْجِ عَلَيْهَا أَعْظَمُ مِنْ حَقِّهَا عَلَيْهِ.
Dan hak suami atas istrinya lebih besar daripada hak istri atas suaminya.
وَلْيَكُنْ غَيُورًا مِنْ غَيْرِ إفْرَاطٍ.
Dan hendaklah ia cemburu tanpa berlebihan.
وَإِذَا تَمَّ الْعَقْدُ وَجَبَ عَلَى الْمَرْأَةِ أَنْ تُسَلِّمَ نَفْسَهَا لِبَيْتِ زَوْجِهَا إِذَا طَلَبَهَا وَهِيَ حُرَّةٌ يُمْكِنُ الِاسْتِمْتَاعُ بِهَا كَبِنْتِ تِسْعٍ إِنْ لَمْ تَشْتَرِطْ دَارَهَا.
Dan apabila akad telah sempurna, wajib bagi wanita untuk menyerahkan dirinya ke rumah suaminya jika diminta, dan dia adalah wanita merdeka yang dapat disetubuhi seperti anak perempuan berusia sembilan tahun, jika dia tidak mensyaratkan rumahnya sendiri.
وَلَا يَجِبُ عَلَيْهَا التَّسْلِيمُ إِنْ طَلَبَهَا وَهِيَ مُحْرِمَةٌ أَوْ مَرِيضَةٌ أَوْ صَغِيرَةٌ أَوْ حَائِضٌ وَلَوْ قَالَ: لَا أَطَأُ.
Dan tidak wajib baginya untuk menyerahkan diri jika diminta sementara dia sedang berihram, sakit, masih kecil, atau haid meskipun suami berkata: Aku tidak akan menyetubuhi.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلزَّوْجِ أَنْ يَسْتَمْتِعَ بِزَوْجَتِهِ كُلَّ وَقْتٍ عَلَى أَيِّ صِفَةٍ كَانَتْ مَا لَمْ يَضُرَّهَا أَوْ يَشْغَلَهَا عَنِ الْفَرَائِضِ.
Suami boleh menikmati istrinya setiap saat dalam keadaan apa pun selama tidak membahayakannya atau menyibukkannya dari kewajiban-kewajiban.
وَلَا يَجُوزُ لَهَا أَنْ تَتَطَوَّعَ بِصَلَاةٍ أَوْ صَوْمٍ وَهُوَ حَاضِرٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ.
Istri tidak boleh melakukan shalat sunnah atau puasa sunnah saat suami hadir kecuali dengan izinnya.
وَلَهُ الِاسْتِمْنَاءُ بِيَدِهَا وَالسَّفَرُ بِلَا إِذْنِهَا وَيَحْرُمُ وَطْؤُهَا فِي الدُّبُرِ وَنَحْوَ الْحَيْضِ وَعَزْلُهُ عَنْهَا بِلَا إِذْنِهَا وَيُكْرَهُ أَنْ يُقَبِّلَهَا أَوْ يُبَاشِرَهَا عِنْدَ النَّاسِ أَوْ يُكْثِرَ الْكَلَامَ حَالَ الْجِمَاعِ أَوْ يُحَدِّثَا بِمَا جَرَى بَيْنَهُمَا.
Suami boleh beristimna' dengan tangan istrinya dan bepergian tanpa izinnya. Haram menyetubuhinya di dubur, saat haid, dan 'azl (mengeluarkan sperma di luar vagina) tanpa izinnya. Makruh menciumnya atau bercumbu dengannya di hadapan orang lain, memperbanyak pembicaraan saat jima', atau membicarakan apa yang terjadi di antara mereka berdua.
وَيُسَنُّ أَنْ يُلَاعِبَهَا قَبْلَ الْجِمَاعِ وَأَنْ يُغَطِّيَ رَأْسَهُ وَأَنْ لَا يَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ وَأَنْ يَقُولَ عِنْدَ الْوَطْءِ: بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا وَأَنْ تَتَّخِذَ الْمَرْأَةُ خِرْقَةً تُنَاوِلُهَا لِلزَّوْجِ بَعْدَ فَرَاغِهِ مِنَ الْجِمَاعِ.
Disunnahkan baginya untuk bercanda dengan istrinya sebelum jima', menutup kepalanya, tidak menghadap kiblat, mengucapkan saat jima': "Bismillah, Allahumma jannibnasy syaithana wa jannibisy syaithana ma razaqtana", dan bagi istri untuk menyediakan kain yang diberikan kepada suami setelah selesai jima'.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَيْسَ عَلَيْهَا خِدْمَةُ زَوْجِهَا فِي عَجْنٍ وَخَبْزٍ وَطَبْخٍ وَنَحْوِهِ لَكِنَّ الْأَوْلَى لَهَا فِعْلُ مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ.
Dan dia tidak berkewajiban melayani suaminya dalam hal mengadon, memanggang roti, memasak, dan sejenisnya. Namun yang utama baginya adalah melakukan apa yang telah menjadi kebiasaan.
وَلَهُ أَنْ يُلْزِمَهَا بِغَسْلِ نَجَاسَةٍ عَلَيْهَا وَبِالْغُسْلِ مِنَ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالْجَنَابَةِ وَبِأَخْذِ مَا يُعَافُ مِنْ ظُفْرٍ وَشَعْرٍ.
Dan dia berhak mewajibkannya untuk mencuci najis yang ada padanya, mandi dari haid, nifas, dan junub, serta memotong kuku dan rambut yang tidak disukai.
وَيَحْرُمُ عَلَيْهَا الْخُرُوجُ بِلَا إِذْنِهِ وَلَوْ لِمَوْتِ أَبِيهَا لَكِنْ لَهَا أَنْ تَخْرُجَ لِقَضَاءِ حَوَائِجِهَا حَيْثُ لَمْ يَقُمْ بِهَا.
Dan haram baginya keluar tanpa izinnya meskipun karena kematian ayahnya. Namun, dia boleh keluar untuk memenuhi kebutuhannya jika suaminya tidak memenuhinya.
وَلَا يَمْلِكُ مَنْعَهَا مِنْ كَلَامِ أَبَوَيْهَا وَلَا مَنْعَهُمَا مِنْ زِيَارَتِهَا مَا لَمْ يَخَفْ مِنْهُمَا الضَّرَرَ.
Dan dia tidak berhak melarangnya berbicara dengan kedua orang tuanya atau melarang mereka mengunjunginya selama tidak khawatir adanya bahaya dari mereka.
وَلَا يَلْزَمُهَا طَاعَةُ أَبَوَيْهَا بَلْ طَاعَةُ زَوْجِهَا أَحَقُّ.
Dan dia tidak wajib menaati kedua orang tuanya, bahkan menaati suaminya lebih berhak.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَلْزَمُهُ أَنْ يَبِيتَ عِنْدَ الْحُرَّةِ بِطَلَبِهَا لَيْلَةً مِنْ أَرْبَعٍ وَالْأَمَةِ لَيْلَةً مِنْ سَبْعٍ وَأَنْ يَطَأَ فِي كُلِّ ثُلُثِ سَنَةٍ مَرَّةً إِنْ قَدَرَ فَإِنْ أَبَى فَرَّقَ الْحَاكِمُ بَيْنَهُمَا إِنْ طَلَبَتْ.
Dan dia wajib menginap di sisi istri merdeka jika diminta satu malam dari empat malam, dan di sisi budak wanita satu malam dari tujuh malam. Dan dia wajib menyetubuhi istrinya setiap sepertiga tahun sekali jika mampu. Jika dia menolak, hakim memisahkan mereka jika istri menuntut.
وَإِنْ سَافَرَ فَوْقَ نِصْفِ سَنَةٍ فِي غَيْرِ أَمْرٍ وَاجِبٍ أَوْ طَلَبِ رِزْقٍ يَحْتَاجُ.
Dan jika dia bepergian lebih dari setengah tahun bukan untuk urusan wajib atau mencari rezeki yang dibutuhkan.
إِلَيْهِ وَطَلَبَتْ قُدُومَهُ لَزِمَهُ.
Jika istri meminta suaminya untuk datang kepadanya, maka suami wajib memenuhinya.
وَيَجِبُ عَلَيْهِ التَّسْوِيَةُ بَيْنَ زَوْجَاتِهِ فِي الْمَبِيتِ وَيَكُونُ لَيْلَةً وَلَيْلَةً إِلَّا أَنْ يَرْضَيْنَ بِأَكْثَرَ.
Suami wajib berlaku adil di antara para istrinya dalam hal bermalam, yaitu satu malam untuk setiap istri, kecuali jika mereka ridha dengan lebih dari itu.
وَيَحْرُمُ دُخُولُهُ فِي نَوْبَةِ وَاحِدَةٍ إِلَى غَيْرِهَا إِلَّا لِضَرُورَةٍ وَفِي نَهَارِهَا إِلَّا لِحَاجَةٍ وَإِنْ لَبِثَ أَوْ جَامَعَ لَزِمَهُ الْقَضَاءُ.
Haram bagi suami memasuki giliran seorang istri kepada yang lainnya kecuali karena darurat, dan di siang harinya kecuali karena ada keperluan. Jika suami berlama-lama atau berjimak, maka ia wajib mengqadha'nya.
وَإِنْ طَلَّقَ وَاحِدَةً وَقْتَ نَوْبَتِهَا أَثِمَ وَيَقْضِيهَا مَتَى نَكَحَهَا.
Jika suami menceraikan seorang istri pada saat gilirannya, maka ia berdosa dan harus mengqadha'nya kapan pun ia menikahinya kembali.
وَلَا يَجِبُ أَنْ يُسَوِّيَ بَيْنَهُنَّ فِي الْوَطْءِ وَدَوَاعِيهِ وَلَا فِي النَّفَقَةِ وَالْكِسْوَةِ حَيْثُ قَامَ بِالْوَاجِبِ وَإِنْ أَمْكَنَهُ ذَلِكَ كَانَ حَسَنًا.
Suami tidak wajib menyamakan di antara para istri dalam hal jima' dan hal-hal yang mendorongnya, juga dalam nafkah dan pakaian selama ia telah menunaikan kewajiban. Namun jika ia mampu melakukannya, maka itu baik.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا تَزَوَّجَ بِكْرًا أَقَامَ عِنْدَهَا سَبْعًا وَثَيِّبًا ثَلَاثًا ثُمَّ يَعُودُ إِلَى الْقَسْمِ بَيْنَهُنَّ.
Jika seorang pria menikahi seorang perawan, ia tinggal bersamanya selama tujuh hari, dan jika menikahi janda, selama tiga hari. Kemudian ia kembali membagi giliran di antara mereka.
وَلَهُ تَأْدِيبُهُنَّ عَلَى تَرْكِ الْفَرَائِضِ.
Suami boleh mendidik istri-istrinya karena meninggalkan kewajiban-kewajiban.
وَمَنْ عَصَتْهُ وَعَظَهَا فَإِنْ أَصَرَّتْ هَجَرَهَا فِي الْمَضْجَعِ مَا شَاءَ وَفِي الْكَلَامِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَقَطْ فَإِنْ أَصَرَّتْ ضَرَبَهَا ضَرْبًا غَيْرَ شَدِيدٍ بِعَشَرَةِ أَسْوَاطٍ لَا فَوْقَهَا وَيَمْنَعُ مِنْ ذَلِكَ إِنْ كَانَ مَانِعًا لِحَقِّهَا.
Istri yang durhaka kepada suaminya, suami menasihatinya. Jika ia bersikeras, suami mendiamkannya di tempat tidur sesukanya dan dalam hal berbicara selama tiga hari saja. Jika ia tetap bersikeras, suami memukulnya dengan pukulan yang tidak keras sebanyak sepuluh cambukan, tidak lebih. Suami dilarang melakukan itu jika itu menghalangi hak istrinya.
كِتَابُ الخُلْعِ
كِتَابُ الخُلْعِ
كِتَابُ الْخُلْعِ
كِتَابُ الْخُلْعِ
Kitab Khulu'
...
...
كِتَابُ الْخُلْعِ
Kitab Khulu'
وَشُرُوطُهُ سَبْعَةٌ:
Dan syarat-syaratnya ada tujuh:
الْأَوَّلُ: أَنْ يَقَعَ مِنْ زَوْجٍ يَصِحُّ طَلَاقُهُ١.
Pertama: Bahwa khulu' terjadi dari suami yang sah talaknya.
الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ عَلَى عِوَضٍ وَلَوْ مَجْهُولًا مِمَّنْ يَصِحُّ تَبَرُّعُهُ مِنْ أَجْنَبِيٍّ وَزَوْجَةٍ لَكِنْ لَوْ عَضَلَهَا ظُلْمًا لِتَخْتَلِعَ لَمْ يَصِحَّ.
Kedua: Bahwa khulu' terjadi dengan kompensasi meskipun tidak diketahui dari orang yang sah tabarru'-nya, baik orang asing maupun istri. Tetapi jika suami menghalangi istri secara zalim agar ia melakukan khulu', maka tidak sah.
الثَّالِثُ: أَنْ يَقَعَ مُنْجَزًا.
Ketiga: Bahwa khulu' terjadi secara langsung.
الرَّابِعُ: أَنْ لَا يَقَعَ الْخُلْعُ٢ عَلَى جَمِيعِ الزَّوْجَةِ.
Keempat: Bahwa khulu' tidak terjadi pada seluruh bagian istri.
الْخَامِسُ: أَنْ لَا يَقَعَ حِيلَةً لِإِسْقَاطِ يَمِينِ الطَّلَاقِ.
Kelima: Bahwa khulu' tidak terjadi sebagai trik untuk menggugurkan sumpah talak.
السَّادِسُ: أَنْ لَا يَقَعَ بِلَفْظِ الطَّلَاقِ بَلْ بِصِيغَتِهِ الْمَوْضُوعَةِ لَهُ.
Keenam: Bahwa khulu' tidak terjadi dengan lafaz talak, melainkan dengan shighah yang ditetapkan untuknya.
السَّابِعُ: أَنْ لَا يَنْوِيَ بِهِ الطَّلَاقَ.
Ketujuh: Bahwa dengan khulu' tidak diniatkan talak.
فَمَتَى تَوَفَّرَتِ الشُّرُوطُ كَانَ فَسْخًا بَائِنًا لَا يَنْقُضُ بِهِ عَدَدُ الطَّلَاقِ.
Maka kapan saja terpenuhi syarat-syaratnya, khulu' menjadi fasakh (pembatalan) yang bersifat ba'in (final), tidak mengurangi bilangan talak.
وَصِيغَتُهُ الصَّرِيحَةُ لَا تَحْتَاجُ إِلَى نِيَّةٍ وَهِيَ: خَلَعْتُ وَفَسَخْتُ،
Dan shighah (lafaz) khulu' yang sharih (jelas) tidak membutuhkan niat, yaitu: Aku khulu' dan aku fasakh,
وَفَادَيْتُكِ،
Dan aku telah membayar fidyah kepadamu,
وَالْكِنَايَةُ: بِأَرَيْتُكِ وَأَبْرَأْتُكِ وَأَبَنْتُكِ.
Dan kinayah: Aku telah membebaskanmu, aku telah melepaskanmu, dan aku telah memisahkanmu.
فَمَعَ سُؤَالِ الْخُلْعِ وَبَذْلِ الْعِوَضِ يَصِحُّ بِلَا نِيَّةٍ وَأَلَّا فَلَا بُدَّ مِنْهَا وَيَصِحُّ بِكُلِّ لُغَةٍ مِنْ أَهْلِهَا كَالطَّلَاقِ.
Maka dengan permintaan khuluk dan pemberian iwadh, sah tanpa niat. Jika tidak, maka niat menjadi keharusan. Dan sah dengan setiap bahasa dari ahlinya seperti thalaq.
كِتَابُ الطَّلَاقِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الطَّلَاقِ
Kitab Talak
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الطَّلَاقِ
Kitab Talak
يُبَاحُ لِسُوءِ عِشْرَةِ الزَّوْجَةِ وَيُسَنُّ إِنْ تَرَكَتْ١ الصَّلَاةَ وَنَحْوَهَا وَيُكْرَهُ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ وَيَحْرُمُ فِي الْحَيْضِ وَنَحْوِهِ وَيَجِبُ عَلَى الْمُؤْلِي بَعْدَ التَّرَبُّصِ قِيلَ: وَعَلَى مَنْ يَعْلَمُ بِفُجُورِ زَوْجَتِهِ.
Talak diperbolehkan karena buruknya hubungan suami-istri dan disunahkan jika istri meninggalkan shalat dan semisalnya. Talak dimakruhkan jika tanpa keperluan dan diharamkan pada saat haid dan semisalnya. Talak wajib bagi suami yang bersumpah ila' setelah masa menunggu, dan menurut satu pendapat wajib pula bagi suami yang mengetahui istrinya berbuat zina.
وَيَقَعُ طَلَاقُ الْمُمَيِّزِ إِنْ عَقَلَ الطَّلَاقَ وَطَلَاقُ السَّكْرَانِ بِمَائِعٍ.
Talak yang dijatuhkan oleh anak yang telah mumayyiz (bisa membedakan baik dan buruk) jika ia memahami talak dan talak orang mabuk karena minuman, dianggap sah.
وَلَا يَقَعُ مِمَّنْ نَامَ أَوْ زَالَ عَقْلُهُ بِجُنُونٍ أَوْ إِغْمَاءٍ وَلَا مِمَّنْ أَكْرَهَهُ قَادِرٌ ظُلْمًا بِعُقُوبَةٍ أَوْ تَهْدِيدٍ لَهُ أَوْ لِوَلَدِهِ.
Talak tidak sah dari orang yang tidur, hilang akal karena gila atau pingsan, juga tidak sah dari orang yang dipaksa oleh orang yang mampu berbuat zalim dengan hukuman atau ancaman terhadap dirinya atau anaknya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ صَحَّ طَلَاقُهُ صَحَّ أَنْ يُوَكِّلَ غَيْرَهُ فِيهِ وَأَنْ يَتَوَكَّلَ غَيْرُهُ وَلِلْوَكِيلِ أَنْ يُطَلِّقَةَ٢ مَتَى شَاءَ مَا لَمْ يَحُدَّ لَهُ حَدًّا وَيَمْلِكُ طَلْقَةً مَا لَمْ يَجْعَلْ لَهُ أَكْثَرَ.
Barangsiapa yang talaknya sah, maka sah pula baginya mewakilkan talak kepada orang lain dan menerima perwakilan dari orang lain. Wakil boleh mentalak kapan saja selama tidak dibatasi, dan ia memiliki satu talak selama tidak diberikan lebih dari itu.
وَإِنْ قَالَ لَهَا٣: طَلِّقِي نَفْسَكِ كَانَ لَهَا ذَلِكَ مَتَى شَاءَتْ وَتَمْلِكُ الثَّلَاثَ إِنْ قَالَ٤ طَلَاقُكِ أَوْ أَمْرُكِ بِيَدِكِ أَوْ: وَكَّلْتُكِ فِي طَلَاقِكِ.
Jika suami berkata kepada istrinya: "Talaklah dirimu", maka istri boleh mentalak dirinya kapan saja ia mau. Istri memiliki tiga talak jika suami berkata: "Talakmu" atau "Urusanmu di tanganmu" atau "Aku mewakilkan talakmu kepadamu".
وَيَبْطُلُ التَّوْكِيلُ بِالرُّجُوعِ وَبِالْوَطْءِ.
Perwakilan menjadi batal dengan pencabutan dan dengan hubungan intim.
بَابُ سُنَّةِ الطَّلَاقِ وَبِدْعَتِهِ
بَابُ سُنَّةِ الطَّلَاقِ وَبِدْعَتِهِ
Bab Sunnah Talak dan Bid'ahnya
السُّنَّةُ لِمَنْ أَرَادَ طَلَاقَ زَوْجَتِهِ: أَنْ يُطَلِّقَهَا وَاحِدَةً فِي طُهْرٍ لَمْ يَطَأْهَا فِيهِ.
Sunnah bagi orang yang ingin menceraikan istrinya adalah: menceraikannya satu kali pada masa suci yang tidak dijimak padanya.
فَإِنْ طَلَّقَهَا ثَلَاثًا وَلَوْ بِكَلِمَاتٍ فَحَرَامٌ وَفِي الْحَيْضِ أَوْ فِي طُهْرٍ وَطِئَ فِيهِ وَلَوْ بِوَاحِدَةٍ فَيُدْعَى حَرَامٌ وَيَقَعُ.
Jika dia menceraikannya tiga kali meskipun dengan kata-kata, maka haram. Begitu pula pada masa haid atau pada masa suci yang telah dijimak padanya meskipun satu kali, maka disebut haram dan jatuh talak.
وَلَا سُنَّةَ وَلَا بِدْعَةَ لِمَنْ لَمْ يَدْخُلْ بِهَا وَلَا الصَّغِيرَةَ وَآيِسَةَ وَحَامِلَ.
Tidak ada sunnah dan bid'ah bagi orang yang belum menggauli istrinya, juga anak kecil, wanita menopause, dan wanita hamil.
وَيُبَاحُ الطَّلَاقُ وَالْخُلْعُ بِسُؤَالِهَا زَمَنَ الْبِدْعَةِ.
Diperbolehkan talak dan khulu' atas permintaannya pada masa bid'ah.
بَابُ صَرِيحِ الطَّلَاقِ وَكِنَايَتِهِ
بَابُ صَرِيحِ الطَّلَاقِ وَكِنَايَتِهِ١
Bab tentang talak yang jelas dan kiasan
صَرِيحُهُ: لَا يَحْتَاجُ إِلَى نِيَّةٍ وَهُوَ: لَفْظُ الطَّلَاقِ وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهُ اسْمُ مَفْعُولٍ غَيْرُ أَمْرٍ وَمُضَارِعٍ وَمُطَلَّقَةٌ: اسْمُ فَاعِلٍ.
Talak yang jelas: tidak membutuhkan niat, yaitu: lafaz talak dan apa yang berubah darinya menjadi isim maf'ul selain perintah, present tense, dan mutallaqah: isim fa'il.
فَإِذَا قَالَ لِزَوْجَتِهِ: أَنْتِ طَالِقٌ طَلَّقَتْ هَازِلًا كَانَ أَوْ لَاعِبًا٢ أَوْ
Jika dia berkata kepada istrinya: Kamu ditalak, maka jatuhlah talak, baik dia bercanda, main-main, atau
لَمْ يَنْوِ حَتَّى وَلَوْ قِيلَ لَهُ: أَطْلَقْتَ امْرَأَتَكَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ يُرِيدُ الْكَذِبَ.
Dia tidak berniat bahkan jika dikatakan kepadanya: Apakah kamu menceraikan istrimu? Lalu dia menjawab: Ya, dengan maksud berbohong.
بِذَلِكَ وَمَنْ قَالَ: حَلَفْتُ بِالطَّلَاقِ وَأَرَادَ الْكَذِبَ ثُمَّ فَعَلَ مَا حَلَفَ عَلَيْهِ وَقَعَ الطَّلَاقُ حُكْمًا وَدِينًا.
Dengan itu, dan barangsiapa berkata: Aku bersumpah dengan talak dan bermaksud berbohong kemudian dia melakukan apa yang dia bersumpah atasnya, maka jatuhlah talak secara hukum dan agama.
وَإِنْ قَالَ: عَلَيَّ الطَّلَاقُ أَوْ يَلْزَمُنِي الطَّلَاقُ فَصَرِيحٌ مُنْجَزًا أَوْ مُعَلَّقًا أَوْ مَحْلُوفًا بِهِ.
Jika dia berkata: Atasku talak atau talak menjadi kewajibanku, maka itu adalah sharih (jelas), baik secara langsung, mu'allaq (bersyarat), atau dalam sumpah.
وَإِنْ قَالَ: عَلَيَّ الْحَرَامُ إِنْ نَوَى امْرَأَتَهُ فَظِهَارٌ وَإِلَّا فَلَغْوٌ.
Jika dia berkata: Atasku adalah haram, jika dia berniat (mengharamkan) istrinya maka itu adalah zhihar, jika tidak maka sia-sia.
وَمَنْ طَلَّقَ زَوْجَتَهُ ثُمَّ قَالَ عَقِبَهُ قَالَ لِضَرَّتِهَا: شَرَكْتُكِ: أَنْتِ شَرِيكَتُهَا أَوْ مِثْلُهَا: وَقَعَ عَلَيْهِمَا.
Barangsiapa mentalak istrinya kemudian setelahnya dia berkata kepada madunya: Kamu saya sertakan: kamu adalah sekutunya atau sepertinya: maka jatuh (talak) atas keduanya.
وَإِنْ قَالَ: عَلَيَّ الطَّلَاقُ أَوْ: امْرَأَتِي طَالِقٌ وَمَعَهُ أَكْثَرُ مِنْ امْرَأَةٍ فَإِنْ نَوَى امْرَأَةً مُعَيَّنَةً انْصَرَفَ إِلَيْهَا وَإِنْ نَوَى وَاحِدَةً مُبْهَمَةً أُخْرِجَتْ بِقُرْعَةٍ وَإِنْ لَمْ يَنْوِ شَيْئًا: طَلَّقَ الْكُلَّ.
Jika dia berkata: Atasku talak atau: Istriku tertalak, sedangkan dia memiliki lebih dari satu istri, jika dia berniat pada istri tertentu maka (talak) berlaku padanya, jika dia berniat satu orang istri secara tidak jelas maka dikeluarkan dengan undian, dan jika dia tidak berniat apapun: maka semuanya tertalak.
وَمَنْ طَلَّقَ فِي قَلْبِهِ لَمْ يَقَعْ فَإِنْ تَلَفَّظَ بِهِ أَوْ حَرَّكَ لِسَانَهُ: وَقَعَ وَلَوْ لَمْ يَسْمَعْهُ.
Barangsiapa mentalak dalam hatinya maka tidak jatuh (talak), namun jika dia mengucapkannya atau menggerakkan lisannya: maka jatuh (talak) meskipun tidak terdengar.
وَمَنْ كَتَبَ صَرِيحَ طَلَاقِ زَوْجَتِهِ وَقَعَ فَلَوْ قَالَ: لَمْ أُرِدْ إِلَّا تَجْوِيدَ خَطِّي أَوْ غَمَّ أَهْلِي قُبِلَ حُكْمًا.
Barangsiapa menulis talak sharih (jelas) terhadap istrinya maka jatuh (talak), seandainya dia berkata: Aku tidak bermaksud kecuali untuk memperbagus tulisanku atau membuat keluargaku bersedih, maka diterima secara hukum.
وَيَقَعُ بِإِشَارَةِ الْأَخْرَسِ فَقَطْ.
Dan jatuh (talak) dengan isyarat orang bisu saja.
فَصْلٌ
Pasal
وَكِنَايَتُهُ لَا بُدَّ فِيهَا مِنْ نِيَّةِ الطَّلَاقِ.
Dan kinayah (sindiran) dalam talak harus disertai dengan niat talak.
وَهِيَ قِسْمَانِ: ظَاهِرَةٌ وَخَفِيَّةٌ.
Dan kinayah ada dua jenis: zhahirah (jelas) dan khafiyyah (samar).
فَالظَّاهِرَةُ: يَقَعُ بِهَا الثَّلَاثُ وَالْخَفِيَّةُ: يَقَعُ بِهَا وَاحِدَةٌ مَا لَمْ يَنْوِ أَكْثَرَ.
Adapun zhahirah: jatuh talak tiga dengannya. Sedangkan khafiyyah: jatuh talak satu dengannya selama tidak diniatkan lebih dari itu.
فَالظَّاهِرَةُ: أَنْتِ خَلِيَّةٌ وَبَرِيَّةٌ وَبَائِنٌ وَبَتَّةٌ وَبَتْلَةٌ وَأَنْتِ حُرَّةٌ وَأَنْتِ الْحَرَجُ وَحَبْلُكِ عَلَى غَارِبِكِ وَتَزَوَّجِي مَنْ شِئْتِ وَحَلَلْتِ لِلْأَزْوَاجِ وَلَا سَبِيلَ لِي عَلَيْكِ أَوْ لَا سُلْطَانَ وَأَعْتَقْتُكِ وَغَطِّي شَعْرَكِ وَتَقَنَّعِي.
Adapun zhahirah: engkau bebas, engkau terlepas, engkau terpisah, engkau dicerai selamanya, engkau dicerai sepenuhnya, engkau merdeka, engkau terlarang, tali kekangmu ada di atas pundakmu, menikahlah dengan siapa yang engkau mau, engkau halal bagi para suami, aku tidak berhak atas dirimu atau tidak berkuasa, aku membebaskanmu, tutupilah rambutmu, dan bercadar.
وَالْخَفِيَّةُ: اخْرُجِي وَاذْهَبِي وَذُوقِي وَتَجَرَّعِي وَخَلَّيْتُكِ وَأَنْتِ مُخْلَاةٌ وَأَنْتِ وَاحِدَةٌ وَلَسْتُ لِي بِامْرَأَةٍ وَاعْتَدِّي وَاسْتَبْرِئِي وَاعْتَزِلِي وَالْحَقِي بِأَهْلِكِ وَلَا حَاجَةَ لِي فِيكِ وَمَا بَقِيَ شَيْءٌ وَأَغْنَاكِ اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ قَدْ طَلَّقَكِ وَاللَّهُ قَدْ أَرَاحَكِ مِنِّي وَجَرَى الْقَلَمُ.
Adapun khafiyyah: keluarlah, pergilah, rasakanlah, telanlah, aku melepaskanmu, engkau dilepaskan, engkau satu-satunya, engkau bukan istriku, beriʻtidadlah, bersucilah, menyendiri, kembalilah kepada keluargamu, aku tidak membutuhkanmu, tidak ada yang tersisa, Allah mencukupimu, sesungguhnya Allah telah menceraikanmu, Allah telah melepaskanmu dariku, dan pena telah berjalan.
وَلَا تُشْتَرَطُ النِّيَّةُ فِي حَالِ الْخُصُومَةِ وَالْغَضَبِ وَإِذَا سَأَلَتْهُ طَلَاقَهَا فَلَوْ قَالَ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ: لَمْ أُرِدْ الطَّلَاقَ دِينًا وَلَمْ يُقْبَلْ حُكْمًا.
Dan niat tidak disyaratkan dalam keadaan perselisihan, kemarahan, dan jika dia meminta cerai darinya. Seandainya dia berkata dalam keadaan ini: aku tidak bermaksud menceraikan secara agama, maka tidak diterima secara hukum.
بَابُ مَا يَخْتَلِفُ فِيهِ الطَّلَاقُ
بَابُ مَا يَخْتَلِفُ فِيهِ الطَّلَاقُ
Bab tentang perbedaan dalam talak
يَمْلِكُ الْحُرُّ وَالْمُبَعَّضُ ثَلَاثَ طَلَقَاتٍ وَالْعَبْدُ طَلْقَتَيْنِ.
Orang merdeka dan muba'adh memiliki tiga talak, sedangkan budak memiliki dua talak.
وَيَقَعُ الطَّلَاقُ بَائِنًا فِي أَرْبَعِ مَسَائِلَ: إِذَا كَانَ عَلَى عِوَضٍ أَوْ قَبْلَ الدُّخُولِ أَوْ فِي نِكَاحٍ فَاسِدٍ أَوْ بِالثَّلَاثِ.
Talak ba'in terjadi dalam empat masalah: jika ada kompensasi, sebelum dukhul, dalam nikah fasid, atau dengan tiga talak.
وَيَقَعُ ثَلَاثًا إِذَا قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ بِلَا رَجْعَةٍ أَوْ الْبَتَّةَ أَوْ بَائِنًا وَإِنْ قَالَ: أَنْتِ الطَّلَاقُ أَوْ: أَنْتِ طَالِقٌ وَقَعَ وَاحِدَةً وَإِنْ نَوَى ثَلَاثًا وَقَعَ مَا نَوَاهُ١.
Jatuh tiga talak jika dia berkata: "Kamu ditalak tanpa rujuk, atau selamanya, atau ba'in." Jika dia berkata: "Kamu adalah talak" atau "Kamu ditalak", jatuh satu talak. Jika dia berniat tiga, maka jatuh sesuai niatnya.¹
وَيَقَعُ ثَلَاثًا إِذَا قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ كُلَّ الطَّلَاقِ أَوْ أَكْثَرَهُ أَوْ عَدَدَ الْحَصَى وَنَحْوَهُ أَوْ قَالَ لَهَا: يَا مِائَةَ طَالِقٍ.
Jatuh tiga talak jika dia berkata: "Kamu ditalak seluruh talak, atau kebanyakannya, atau sejumlah kerikil dan sejenisnya," atau dia berkata kepadanya: "Wahai seratus yang ditalak."
وَإِنْ قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ أَشَدَّ الطَّلَاقِ أَوْ أَغْلَظَهُ أَوْ أَطْوَلَهُ أَوْ مِلْءَ الدُّنْيَا أَوْ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ عَلَى سَائِرِ الْمَذَاهِبِ: وَقَعَ وَاحِدَةً مَا لَمْ يَنْوِ أَكْثَرَ.
Jika dia berkata: "Kamu ditalak dengan talak yang paling keras, paling berat, paling panjang, sepenuh dunia, seperti gunung, atau menurut semua mazhab," maka jatuh satu talak selama dia tidak berniat lebih.
فَصْلٌ
Pasal
وَالطَّلَاقُ لَا يَتَبَعَّضُ٢ بَلْ جُزْءُ الطَّلْقَةِ كَهِيَ.
Talak tidak terbagi-bagi², bahkan bagian dari talak sama dengan talak itu sendiri.
وَإِنْ طَلَّقَ زَوْجَتَهُ طُلِّقَتْ كُلُّهَا.
Jika dia mentalak istrinya, maka seluruh istrinya tertalak.
وَإِنْ طَلَّقَ مِنْهَا١ جُزْءًا لَا يَنْفَصِلُ: كَيَدِهَا وَرِجْلِهَا٢ وَأُذُنِهَا وَأَنْفِهَا طُلِّقَتْ وَإِنْ طَلَّقَ جُزْءًا يَنْفَصِلُ: كَشَعْرِهَا وَظُفْرِهَا وَسِنِّهَا لَمْ تُطَلَّقْ.
Jika dia mentalak bagian dari istrinya yang tidak terpisah, seperti tangannya, kakinya, telinganya, dan hidungnya, maka dia tertalak. Jika dia mentalak bagian yang terpisah, seperti rambutnya, kukunya, dan giginya, maka dia tidak tertalak.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ لَا بَلْ أَنْتِ طَالِقٌ: فَوَاحِدَةٌ.
Jika dia berkata, "Kamu tertalak. Tidak, bahkan kamu tertalak," maka jatuh talak satu.
وَإِنْ قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ، طَالِقٌ، طَالِقٌ فَوَاحِدَةٌ مَا لَمْ يَنْوِ أَكْثَرَ.
Jika dia berkata, "Kamu tertalak, tertalak, tertalak," maka jatuh talak satu selama dia tidak berniat lebih dari itu.
وَأَنْتِ طَالِقٌ أَنْتِ طَالِقٌ: وَقَعَ اثْنَتَانِ٣ إِلَّا أَنْ يَنْوِيَ تَأْكِيدًا مُتَّصِلًا أَوْ إِفْهَامًا.
"Kamu tertalak. Kamu tertalak," maka jatuh dua talak, kecuali jika dia berniat sebagai penegasan yang bersambung atau untuk memberi pemahaman.
وَأَنْتِ طَالِقٌ فَطَالِقٌ أَوْ: ثُمَّ طَالِقٌ: فَثِنْتَانِ فِي الْمَدْخُولِ بِهَا وَتُبَيِّنُ غَيْرُهَا بِالْأُولَى.
"Kamu tertalak, lalu tertalak," atau "Kamu tertalak, kemudian tertalak," maka jatuh dua talak pada istri yang sudah digauli, dan istri yang belum digauli menjadi bain dengan talak pertama.
وَ: أَنْتِ طَالِقٌ وَطَالِقٌ وَطَالِقٌ: فَثَلَاثٌ مَعًا وَلَوْ غَيْرَ مَدْخُولٍ بِهَا.
"Kamu tertalak dan tertalak dan tertalak," maka jatuh tiga talak sekaligus meskipun pada istri yang belum digauli.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَصِحُّ الِاسْتِثْنَاءُ فِي النِّصْفِ فَأَقَلَّ مِنْ مُطَلَّقَاتٍ وَطَلْقَاتٍ.
Pengecualian (istitsna') sah pada setengah atau kurang dari jumlah talak.
فَلَوْ قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ ثَلَاثًا إِلَّا وَاحِدَةً طُلِّقَتْ ثِنْتَيْنِ وَ: أَنْتِ طَالِقٌ أَرْبَعًا إِلَّا ثِنْتَيْنِ: يَقَعُ ثِنْتَانِ وَوَ: أَنْتِ طَالِقٌ أَرْبَعًا إِلَّا ثِنْتَيْنِ: يَقَعُ ثِنْتَانِ.
Jika dia berkata, "Kamu tertalak tiga kecuali satu," maka jatuh dua talak. "Kamu tertalak empat kecuali dua," maka jatuh dua talak. "Kamu tertalak empat kecuali dua," maka jatuh dua talak.
وَشَرَطَ فِي الاِسْتِثْنَاءِ اتِّصَالٌ مُعْتَادٌ لَفْظًا أَوْ حُكْمًا: كَانْقِطَاعِهِ بِعُطَاسٍ وَنَحْوِهِ.
Dan syarat dalam istitsna (pengecualian) adalah bersambung secara lazim, baik secara lafadz atau hukum, seperti terputusnya karena bersin dan sejenisnya.
فَصْلٌ فِي طَلَاقِ الزَّمَنِ
فَصْلٌ فِي طَلَاقِ الزَّمَنِ١
Bab tentang talak berdasarkan waktu
إِذَا قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ أَمْسِ أَوْ: قَبْلَ أَنْ أَتَزَوَّجَكِ وَنَوَى وُقُوعَهُ إِذًا: وَقَعَ وَإِلَّا فَلَا.
Jika suami berkata: Kamu tertalak kemarin atau: Sebelum aku menikahimu, dan ia berniat jatuhnya talak, maka talak jatuh, jika tidak maka tidak jatuh.
وَأَنْتِ طَالِقٌ الْيَوْمَ إِذَا جَاءَ غَدٌ: فَلَغْوٌ.
Dan jika suami berkata: Kamu tertalak hari ini jika besok datang, maka ucapannya sia-sia (lagha).
وَأَنْتِ طَالِقٌ غَدًا أَوْ يَوْمَ كَذَا وَقَعَ بِأَوَّلِهِمَا وَلَا يُقْبَلُ حُكْمًا إِنْ٢ قَالَ: أَرَدْتُ آخِرَهُمَا.
Dan jika suami berkata: Kamu tertalak besok atau hari ini dan itu, maka talak jatuh pada awal hari yang disebutkan dan tidak diterima secara hukum jika ia berkata: Aku bermaksud akhir hari yang disebutkan.
وَأَنْتِ طَالِقٌ فِي غَدٍ أَوْ فِي رَجَبٍ: يَقَعُ بِأَوَّلِهِمَا فَإِنْ قَالَ: أَرَدْتُ آخِرَهُمَا: قُبِلَ حُكْمًا.
Dan jika suami berkata: Kamu tertalak pada hari esok atau pada bulan Rajab, maka talak jatuh pada awal hari atau bulan yang disebutkan. Jika ia berkata: Aku bermaksud akhir hari atau bulan tersebut, maka diterima secara hukum.
وَأَنْتِ طَالِقٌ كُلَّ يَوْمٍ فَوَاحِدَةٌ.
Dan jika suami berkata: Kamu tertalak setiap hari, maka jatuh talak satu.
وَأَنْتِ طَالِقٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ فَتُطَلِّقُ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَاحِدَةً وَ: أَنْتِ طَالِقٌ إِذَا مَضَى شَهْرٌ: فَبِمَضِيِّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا وَإِذَا مَضَى الشَّهْرُ فَبِمَضِيِّهِ وَكَذَلِكَ إِذَا مَضَى سَنَةٌ أَوِ السَّنَةُ.
Dan jika suami berkata: Kamu tertalak pada setiap hari, maka jatuh talak satu pada setiap hari. Dan jika suami berkata: Kamu tertalak jika telah berlalu satu bulan, maka talak jatuh setelah berlalu 30 hari. Dan jika suami berkata: Jika telah berlalu bulan ini, maka talak jatuh setelah bulan tersebut berlalu. Demikian juga jika suami berkata: Jika telah berlalu setahun atau tahun ini.
بَابُ تَعْلِيقِ الطَّلَاقِ
بَابُ تَعْلِيقِ الطَّلَاقِ
Bab Menggantungkan Talak
إِذَا عَلَّقَ الطَّلَاقَ١ عَلَى وُجُودِ فِعْلٍ مُسْتَحِيلٍ كَـ"إِنْ صَعِدْتِ السَّمَاءَ فَأَنْتِ طَالِقٌ" لَمْ تُطَلَّقْ وَإِنْ عَلَّقَهُ عَلَى عَدَمِ وُجُودِهِ كَـ"إِنْ لَمْ تَصْعَدِي إِلَى السَّمَاءِ فَأَنْتِ طَالِقٌ" طُلِّقَتْ فِي الْحَالِ.
Jika seorang suami menggantungkan talak pada suatu perbuatan yang mustahil seperti "Jika engkau naik ke langit maka engkau tertalak", maka istri tidak tertalak. Namun jika dia menggantungkannya pada ketiadaan perbuatan tersebut seperti "Jika engkau tidak naik ke langit maka engkau tertalak", maka istri tertalak seketika itu juga.
وَإِنْ عَلَّقَهُ عَلَى غَيْرِ الْمُسْتَحِيلِ لَمْ تُطَلَّقْ٢ إِلَّا بِالْيَأْسِ مِمَّا عَلَّقَ عَلَيْهِ الطَّلَاقَ مَا لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ نِيَّةٌ أَوْ قَرِينَةٌ تَدُلُّ عَلَى الْفَوْرِ أَوْ يُقَيِّدْ بِزَمَنٍ فَيُعْمَلُ بِذَلِكَ.
Jika suami menggantungkan talak pada sesuatu yang tidak mustahil, maka istri tidak tertalak kecuali jika telah putus asa dari apa yang digantungkan talak padanya, selama tidak ada niat atau indikasi yang menunjukkan kepada kesegeraan atau dibatasi dengan waktu tertentu, maka hal itu dilaksanakan.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَصِحُّ التَّعْلِيقُ مَعَ تَقَدُّمِ الشَّرْطِ وَتَأَخُّرِهِ كَـ"إِنْ قُمْتِ فَأَنْتِ طَالِقٌ" أَوْ"أَنْتِ طَالِقٌ" إِنْ قُمْتِ.
Menggantungkan talak itu sah baik dengan mendahulukan syarat maupun mengakhirkannya, seperti "Jika engkau berdiri maka engkau tertalak" atau "Engkau tertalak jika engkau berdiri".
وَيُشْتَرَطُ لِصِحَّةِ التَّعْلِيقِ أَنْ يَنْوِيَهُ قَبْلَ فَرَاغِ التَّلَفُّظِ بِالطَّلَاقِ وَأَنْ يَكُونَ مُتَّصِلًا لَفْظًا أَوْ حُكْمًا فَلَا يَضُرُّ لَوْ عَطَسَ وَنَحْوَهُ أَوْ قَطَعَهُ بِكَلَامٍ مُنْتَظِمٍ كَـ"أَنْتِ طَالِقٌ يَا زَانِيَةُ إِنْ قُمْتِ" وَيَضُرُّ إِنْ قَطَعَهُ بِسُكُوتٍ أَوْ٣كَلَامٍ غَيْرِ مُنْتَظِمٍ كَقَوْلِهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَتُطَلَّقُ فِي الْحَالِ.
Disyaratkan untuk sahnya menggantungkan talak bahwa suami berniat sebelum selesai mengucapkan lafaz talak dan harus bersambung secara lafaz atau hukum. Maka tidak mengapa jika dia bersin atau semisalnya, atau memotongnya dengan perkataan yang teratur seperti "Engkau tertalak wahai pezina jika engkau berdiri". Namun memotongnya dengan diam atau perkataan yang tidak teratur seperti ucapannya "Subhanallah" itu merusak, dan istri tertalak seketika itu juga.
فَصْلٌ فِي مَسَائِلَ مُتَفَرِّقَةٍ
فَصْلٌ فِي مَسَائِلَ مُتَفَرِّقَةٍ١
Bab tentang berbagai masalah
إِذَا قَالَ: إِنْ خَرَجْتِ بِغَيْرِ٢ إِذْنِي فَأَنْتِ طَالِقٌ: فَأَذِنَ لَهَا وَلَمْ يَعْلَمْ أَوْ عَلِمَتْ وَخَرَجَتْ ثُمَّ خَرَجَتْ ثَانِيًا بِلَا إِذْنِهِ طَلُقَتْ مَا لَمْ يَأْذَنْ لَهَا فِي الْخُرُوجِ كُلَّمَا شَاءَتْ.
Jika dia berkata: Jika kamu keluar tanpa izinku maka kamu tertalak, lalu dia mengizinkannya dan tidak mengetahui atau dia mengetahui dan keluar kemudian keluar kedua kalinya tanpa izinnya maka dia tertalak selama dia tidak mengizinkannya keluar kapan pun dia mau.
وَإِنْ خَرَجْتِ بِغَيْرِ إِذْنِ فُلَانٍ فَأَنْتِ طَالِقٌ فَمَاتَ فُلَانٌ٣ وَخَرَجَتْ: لَمْ تُطَلَّقْ.
Jika kamu keluar tanpa izin si fulan maka kamu tertalak, lalu si fulan meninggal dan dia keluar, maka dia tidak tertalak.
وَإِنْ خَرَجْتِ إِلَى غَيْرِ الْحَمَّامِ فَأَنْتِ طَالِقٌ فَخَرَجَتْ لَهُ ثُمَّ بَدَا لَهَا غَيْرُهُ: طَلُقَتْ.
Jika kamu keluar ke selain hammam maka kamu tertalak, lalu dia keluar ke sana kemudian berubah pikiran ke tempat lain, maka dia tertalak.
وَزَوْجَتِي طَالِقٌ أَوْ عَبْدِي حُرٌّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ أَوْ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ لَمْ تَنْفَعْهُ الْمَشِيئَةُ شَيْئًا وَوَقَعَ.
Istriku tertalak atau budakku merdeka jika Allah menghendaki atau kecuali Allah menghendaki, maka mashiah (kehendak Allah) tidak bermanfaat baginya sama sekali dan talak atau kemerdekaan budak terjadi.
وَإِنْ قَالَ: إِنْ شَاءَ فُلَانٌ: فَتَعْلِيقٌ لَمْ يَقَعْ إِلَّا أَنْ شَاءَ٤ وَإِنْ قَالَ: إِلَّا أَنْ يَشَاءَ: فَمَوْقُوفٌ فَإِنْ أَبَى الْمَشِيئَةَ أَوْ جُنَّ أَوْ مَاتَ: وَقَعَ الطَّلَاقُ إِذًا.
Jika dia berkata: Jika si fulan menghendaki, maka itu adalah ta'liq (menggantungkan) yang tidak terjadi kecuali jika dia menghendaki. Jika dia berkata: Kecuali jika dia menghendaki, maka itu tertunda. Jika dia menolak kehendak atau gila atau meninggal, maka talak terjadi.
وَأَنْتِ طَالِقٌ إِنْ رَأَيْتِ الْهِلَالَ عَيْنًا فَرَأَتْهُ فِي أَوَّلِ أَوْ ثَانِي أَوْ ثَالِثِ لَيْلَةٍ: وَقَعَ وَبَعْدَهَا لَمْ يَقَعْ.
Kamu tertalak jika kamu melihat hilal dengan mata, lalu dia melihatnya pada malam pertama, kedua, atau ketiga, maka talak terjadi. Setelah itu tidak terjadi.
وَأَنْتَ طَالِقٌ إِنْ فَعَلْتَ كَذَا أَوْ إِنْ فَعَلْتُ أَنَا كَذَا فَفَعَلْتُهُ أَوْ فَعَلَهُ مُكْرَهًا أَوْ مَجْنُونًا أَوْ مُغْمًى عَلَيْهِ أَوْ نَائِمًا لَمْ يَقَعْ وَإِنْ فَعَلْتُهُ أَوْ فَعَلَهُ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا وَقَعَ.
Dan kamu tertalak jika kamu melakukan ini atau jika aku melakukan ini, lalu aku melakukannya atau dia melakukannya karena dipaksa, gila, pingsan, atau tidur, maka tidak jatuh talak. Jika aku melakukannya atau dia melakukannya karena lupa atau tidak tahu, maka jatuh talak.
وَعَكْسُهُ مِثْلُهُ كَـ"إِنْ لَمْ تَفْعَلِي كَذَا" أَوْ إِنْ لَمْ أَفْعَلْ كَذَا فَلَمْ تَفْعَلْهُ وَلَمْ يَفْعَلْهُ هُوَ.
Dan kebalikannya sama, seperti "jika kamu tidak melakukan ini" atau jika aku tidak melakukan ini, maka kamu tidak melakukannya dan dia tidak melakukannya.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا يَقَعُ الطَّلَاقُ بِالشَّكِّ فِيهِ أَوْ فِيمَا عُلِّقَ عَلَيْهِ.
Talak tidak jatuh karena keraguan di dalamnya atau pada apa yang digantungkan padanya.
فَمَنْ حَلَفَ لَا يَأْكُلُ تَمْرَةً مَثَلًا فَاشْتَبَهَتْ بِغَيْرِهَا وَأَكَلَ الْجَمِيعَ إِلَّا وَاحِدَةً: لَمْ يَحْنَثْ.
Maka barangsiapa bersumpah tidak akan memakan kurma misalnya, lalu kurma itu tertukar dengan yang lain dan dia memakan semuanya kecuali satu: dia tidak melanggar sumpah.
وَمَنْ شَكَّ فِي عَدَدِ مَا طَلَّقَ بَنَى عَلَى الْيَقِينِ وَهُوَ الْأَقَلُّ.
Dan barangsiapa ragu tentang jumlah talak yang dijatuhkan, maka dia berpegang pada keyakinan, yaitu jumlah yang paling sedikit.
وَمَنْ أَوْقَعَ بِزَوْجَتِهِ كَلِمَةً وَشَكَّ هَلْ هِيَ طَلَاقٌ أَوْ ظِهَارٌ: لَمْ يَلْزَمْهُ شَيْءٌ.
Dan barangsiapa menjatuhkan kata pada istrinya dan ragu apakah itu talak atau zhihar: dia tidak berkewajiban apa pun.
بَابُ الرَّجْعَةِ
بَابُ الرَّجْعَةِ
Bab Rujuk
وَهِيَ: إِعَادَةُ زَوْجَتِهِ الْمُطَلَّقَةِ إِلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ٤ بِغَيْرِ عَقْدٍ.
Dan itu adalah: mengembalikan istrinya yang ditalak kepada keadaan semula tanpa akad baru.
وَمِنْ٥ شَرْطِهَا: أَنْ يَكُونَ الطَّلَاقُ غَيْرَ بَائِنٍ وَأَنْ تَكُونَ فِي الْعِدَّةِ.
Dan di antara syaratnya: bahwa talak tersebut bukan talak ba'in dan ia (istri) masih dalam masa 'iddah.
وَتَصِحُّ الرَّجْعَةُ بَعْدَ انْقِطَاعِ دَمِ الْحَيْضَةِ الثَّالِثَةِ حَيْثُ لَمْ تَغْتَسِلْ وَتَصِحُّ قَبْلَ وَضْعِ وَلَدٍ مُتَأَخِّرٍ.
Dan rujuk itu sah setelah berhentinya darah haid yang ketiga selama belum mandi, dan sah sebelum melahirkan anak yang terlambat.
وَأَلْفَاظُهَا: رَاجَعْتُهَا وَرَجَعْتُهَا وَارْتَجَعْتُهَا وَأَمْسَكْتُهَا وَرَدَدْتُهَا وَنَحْوُهُ.
Dan lafaz-lafaznya: Aku merujuknya, aku mengembalikannya, aku menahannya, aku mengembalikannya, dan sejenisnya.
وَلَا تُشْتَرَطُ هَذِهِ الْأَلْفَاظُ بَلْ تَحْصُلُ رَجْعَتُهَا بِوَطْئِهَا لَا بِنَكَحْتُهَا أَوْ تَزَوَّجْتُهَا.
Dan lafaz-lafaz ini tidak disyaratkan, bahkan rujuknya terjadi dengan menyetubuhinya, bukan dengan menikahi atau mengawininya.
وَمَتَى اغْتَسَلَتْ مِنَ الْحَيْضَةِ الثَّالِثَةِ وَلَمْ يَرْتَجِعْهَا بَانَتْ وَلَمْ تَحِلَّ لَهُ إِلَّا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ وَتَعُودُ عَلَى مَا بَقِيَ مِنْ طَلَاقِهَا.
Dan kapan saja dia telah mandi dari haid yang ketiga dan dia tidak merujuknya, maka dia terpisah dan tidak halal baginya kecuali dengan akad baru, dan kembali pada talak yang tersisa.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا طَلَّقَ الْحُرُّ ثَلَاثًا أَوْ طَلَّقَ الْعَبْدُ ثِنْتَيْنِ لَمْ تَحِلَّ لَهُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ نِكَاحًا صَحِيحًا وَيَطَأَهَا فِي قُبُلِهَا مَعَ الِانْتِشَارِ وَلَوْ مَجْنُونًا أَوْ نَائِمًا أَوْ مُغْمًى عَلَيْهِ وَ١أَدْخَلَتْ ذَكَرَهُ فِي فَرْجِهَا أَوْ لَمْ يَبْلُغْ عَشْرًا أَوْ لَمْ يُنْزِلْ.
Dan jika seorang merdeka mentalak tiga kali atau seorang budak mentalak dua kali, maka dia tidak halal baginya hingga dia menikah dengan suami lain dengan pernikahan yang sah dan menyetubuhinya pada kemaluannya dengan ereksi meskipun dalam keadaan gila, tidur, pingsan, dan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluannya, atau belum mencapai sepuluh tahun, atau belum mengeluarkan air mani.
وَيَكْفِي تَغْيِيبُ الْحَشَفَةِ أَوْ قَدْرِهَا مِنْ مَجْبُوبٍ وَيَحْصُلُ التَّحْلِيلُ بِذَلِكَ مَا لَمْ يَكُنْ وَطْؤُهَا فِي حَالِ الْحَيْضِ أَوِ النِّفَاسِ أَوِ الْإِحْرَامِ أَوْ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ.
Dan cukup dengan memasukkan kepala zakar atau ukurannya bagi orang yang terpotong, dan terjadi penghalalan dengannya selama persetubuhannya tidak dalam keadaan haid, nifas, ihram, atau puasa wajib.
فَلَوْ طَلَّقَهَا الثَّانِي وَادَّعَتْ أَنَّهُ وَطِئَهَا وَكَذَّبَهَا فَالْقَوْلُ قَوْلُهُ فِي تَنْصِيفِ٢ الْمَهْرِ وَقَوْلُهَا فِي إِبَاحَتِهَا لِلْأَوَّلِ.
Jika yang kedua menceraikannya dan dia mengklaim bahwa dia telah menyetubuhinya tetapi dia mendustakannya, maka perkataan (yang diterima) adalah perkataannya dalam membagi dua² mahar, dan perkataannya (yang diterima) dalam membolehkannya bagi yang pertama.
كِتَابُ الإِيلَاءِ
كِتَابُ الإِيلَاءِ
كِتَابُ الْإِيلَاءِ
كِتَابُ الْإِيلَاءِ
Kitab Ila'
...
...
كِتَابُ الْإِيلَاءِ
Kitab Ila'
وَهُوَ حَرَامٌ كَالظِّهَارِ.
Dan itu haram seperti zhihar.
وَيَصِحُّ مِنْ زَوْجٍ يَصِحُّ طَلَاقُهُ سِوَى عَاجِزٍ عَنِ الْوَطْءِ: إِمَّا لِمَرَضٍ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ أَوْ لِجَبٍّ كَامِلٍ أَوْ شَلَلٍ.
Dan itu sah dari suami yang sah talaknya kecuali yang tidak mampu jima': baik karena sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, atau karena terpotong sempurna, atau lumpuh.
فَإِذَا حَلَفَ الزَّوْجُ بِاللهِ تَعَالَى أَوْ بِصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِ أَنَّهُ لَا يَطَأُ زَوْجَتَهُ أَبَدًا أَوْ١ مُدَّةً تَزِيدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ: صَارَ مُؤْلِيًا. وَ٢ يُؤَجِّلُ لَهُ الْحَاكِمُ إِنْ سَأَلَتْ زَوْجَتُهُ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ مِنْ حِينِ يَمِينِهِ ثُمَّ يُخَيَّرُ بَعْدَهَا بَيْنَ أَنْ يُكَفِّرَ وَيَطَأَ أَوْ يُطَلِّقَ.
Jika suami bersumpah dengan nama Allah Ta'ala atau dengan salah satu sifat-Nya bahwa dia tidak akan menyetubuhi istrinya selamanya atau١ selama lebih dari empat bulan: maka dia menjadi mu'li. Dan٢ hakim memberi tenggat waktu empat bulan jika istrinya meminta hal itu, terhitung sejak sumpahnya. Kemudian setelah itu dia disuruh memilih antara membayar kafarat lalu menyetubuhi, atau menceraikan.
فَإِنِ امْتَنَعَ مِنْ ذَلِكَ طَلَّقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ.
Jika dia menolak hal itu, hakim menceraikannya.
كِتَابُ الظِّهَارِ
كِتَابُ الظِّهَارِ
كِتَابُ الظِّهَارِ
Kitab Zhihar
كِتَابُ الظِّهَارِ
Kitab Zhihar
...
...
كِتَابُ الظِّهَارِ
Kitab Zhihar
وَهُوَ: أَنْ يُشَبِّهَ امْرَأَتَهُ أَوْ عُضْوًا مِنْهَا بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ مِنْ رَجُلٍ أَوْ امْرَأَةٍ أَوْ بِعُضْوٍ مِنْهُ.
Yaitu: menyamakan istrinya atau anggota tubuhnya dengan orang yang haram baginya, baik laki-laki maupun perempuan, atau dengan anggota tubuh mereka.
فَمَنْ قَالَ لِزَوْجَتِهِ: أَنْتِ أَوْ: يَدُكِ عَلَيَّ كَظَهْرِ أَوْ: كَيَدِ أُمِّي أَوْ: كَظَهْرِ أَوْ يَدِ زَيْدٍ أَوْ: أَنْتِ عَلَيَّ كَفُلَانَةَ الْأَجْنَبِيَّةِ أَوْ أَنْتِ عَلَيَّ حَرَامٌ أَوْ قَالَ: الْحِلُّ عَلَيَّ حَرَامٌ أَوْ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لِي صَارَ مُظَاهِرًا١.
Barangsiapa berkata kepada istrinya: Kamu atau tanganmu bagiku seperti punggung atau tangan ibuku, atau seperti punggung atau tangan Zaid, atau kamu bagiku seperti si Fulanah yang bukan mahram, atau kamu haram bagiku, atau ia berkata: Yang halal bagiku menjadi haram, atau apa yang Allah halalkan bagiku, maka ia menjadi muzhahir¹.
وَإِنْ قَالَ: أَنْتِ عَلَيَّ كَأُمِّي أَوْ مِثْلُ أُمِّي وَأَطْلَقَ فَظِهَارٌ وَإِنْ نَوَى فِي الْكَرَامَةِ وَنَحْوِهَا فَلَا.
Jika ia berkata: Kamu bagiku seperti ibuku atau seperti ibuku, dan ia mengucapkannya secara mutlak, maka itu adalah zhihar. Namun jika ia berniat dalam konteks penghormatan dan sejenisnya, maka tidak (dianggap zhihar).
وَأَنْتِ أُمِّي أَوْ مِثْلُ أُمِّي أَوْ: عَلَيَّ الظِّهَارُ أَوْ: يَلْزَمُنِي لَيْسَ بِظِهَارٍ إِلَّا مَعَ نِيَّةٍ أَوْ قَرِينَةٍ.
Dan ucapan "Kamu ibuku" atau "seperti ibuku" atau "Aku berkewajiban zhihar" atau "Aku harus melakukannya" bukanlah zhihar kecuali disertai niat atau indikasi.
وَأَنْتِ عَلَيَّ كَالْمَيْتَةِ أَوِ الدَّمِ أَوِ الْخِنْزِيرِ يَقَعُ مَا نَوَاهُ مِنْ طَلَاقٍ و٢ ظِهَارٍ أَوْ يَمِينٍ فَإِنْ لَمْ يَنْوِ شَيْئًا فَظِهَارٌ.
Dan ucapan "Kamu bagiku seperti bangkai, darah, atau babi" terjadi sesuai dengan apa yang diniatkannya, baik talak, zhihar, atau sumpah. Jika ia tidak berniat apa pun, maka itu adalah zhihar.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَصِحُّ الظِّهَارُ مِنْ كُلِّ مَنْ يَصِحُّ طَلَاقُهُ مُنْجَزًا وَمُعَلَّقًا وَمَحْلُوفًا بِهِ.
Dan sah zhihar dari setiap orang yang sah talaknya, baik secara munjaz, mu'allaq, maupun yang bersumpah dengannya.
فَإِنْ نَجَّزَهُ لِأَجْنَبِيَّةٍ أَوْ عَلَّقَهُ بِتَزْوِيجِهَا أَوْ قَالَ لَهَا أَنْتِ عَلَيَّ حَرَامٌ وَنَوَى أَبَدًا صَحَّ ظِهَارًا لَا إِنْ أَطْلَقَ أَوْ نَوَى إِذَا.
Jika dia meng-munjaz-kannya kepada wanita ajnabi atau men-ta'liq-kannya dengan menikahinya atau berkata kepadanya, "Engkau haram atasku," dan berniat selamanya, maka sah sebagai zhihar. Tidak sah jika dia mutlak atau berniat jika.
وَيَصِحُّ الظِّهَارُ مُؤَقَّتًا كَـ"أَنْتِ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُمِّي شَهْرَ رَمَضَانَ" فَإِنْ وَطِئَ فِيهِ فَمُظَاهِرٌ وَإِلَّا فَلَا.
Dan sah zhihar secara mu'aqqat seperti, "Engkau bagiku seperti punggung ibuku di bulan Ramadhan." Jika dia menyetubuhinya pada bulan itu, maka dia muzhahir. Jika tidak, maka tidak.
وَإِذَا صَحَّ الظِّهَارُ حَرُمَ عَلَى الْمُظَاهِرِ الْوَطْءُ وَدَوَاعِيهِ قَبْلَ التَّكْفِيرِ فَإِنْ وَطِئَ ثَبَتَتِ الْكَفَّارَةُ فِي ذِمَّتِهِ وَلَوْ مَجْنُونًا ثُمَّ لَا يَطَأُ حَتَّى يُكَفِّرَ وَإِنْ مَاتَ أَحَدُهُمَا قَبْلَ الْوَطْءِ فَلَا كَفَّارَةَ.
Jika zhihar telah sah, maka haram bagi muzhahir untuk menyetubuhi dan hal-hal yang mendorong kepadanya sebelum membayar kafarat. Jika dia menyetubuhi, maka wajib baginya kafarat meskipun dalam keadaan gila. Kemudian dia tidak boleh menyetubuhi sampai membayar kafarat. Jika salah satu dari keduanya meninggal sebelum persetubuhan, maka tidak ada kafarat.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْكَفَّارَةُ فِيهِ عَلَى التَّرْتِيبِ: عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَالِمَةٍ مِنَ الْعُيُوبِ الْمُضِرَّةِ فِي الْعَمَلِ وَلَا يُجْزِئُ عِتْقُ الْأَخْرَسِ الْأَصَمِّ وَلَا الْجَنِينِ.
Kafarat zhihar secara berurutan adalah: memerdekakan budak perempuan mukmin yang selamat dari cacat yang membahayakan dalam pekerjaan. Tidak mencukupi memerdekakan orang bisu tuli dan janin.
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ وَيَلْزَمُهُ تَبْيِيتُ النِّيَّةِ مِنَ اللَّيْلِ.
Jika tidak mampu, maka puasa dua bulan berturut-turut dan dia wajib berniat pada malam hari.
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعِ الصَّوْمَ لِلْكِبَرِ أَوْ مَرَضٍ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ١ أَطْعَمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُسْلِمًا٢ مُدُّ بُرٍّ وَنِصْفُ صَاعٍ مِنْ غَيْرِهِ وَلَا يُجْزِئُ الْخُبْزُ وَلَا غَيْرُ مَا يُجْزِئُ فِي الْفِطْرَةِ٣.
Jika dia tidak mampu berpuasa karena tua atau sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya١, maka dia memberi makan enam puluh orang miskin, untuk setiap orang miskin muslim٢ satu mud gandum dan setengah sha' dari selainnya, dan tidak mencukupi roti atau selain apa yang mencukupi dalam zakat fitrah٣.
وَلَا يُجْزِئُ الْعِتْقُ وَالصَّوْمُ وَ٤الْإِطْعَامُ إِلَّا بِالنِّيَّةِ.
Dan tidak mencukupi memerdekakan budak, berpuasa, dan٤ memberi makan kecuali dengan niat.
كِتَابُ اللِّعَانِ
كِتَابُ اللِّعَانِ
كِتَابُ اللِّعَانِ
كِتَابُ اللِّعَانِ
Kitab Li'an
...
...
كِتَابُ اللِّعَانِ
Kitab Li'an
إِذَا رَمَى الرَّجُلُ١ زَوْجَتَهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ أَوِ التَّعْزِيرُ إِلَّا أَنْ يُقِيمَ الْبَيِّنَةَ أَوْ يُلَاعِنَ.
Jika seorang pria١ menuduh istrinya berzina, maka ia dikenakan hukuman hadd qadzaf atau ta'zir kecuali jika ia dapat menghadirkan bukti atau melakukan li'an.
وَصِفَةُ اللِّعَانِ أَنْ يَقُولَ الزَّوْجُ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ: "أَشْهَدُ بِاللهِ إِنِّي لَمِنَ الصَّادِقِينَ فِيمَا رَمَيْتُهَا بِهِ مِنَ الزِّنَا"٢ وَيُشِيرُ إِلَيْهَا ثُمَّ يَزِيدُ فِي الْخَامِسَةِ٣: ﴿أَنَّ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ﴾ [النور:٧]
Tata cara li'an adalah suami mengucapkan empat kali: "Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa aku termasuk orang-orang yang benar dalam tuduhanku kepadanya tentang zina"٢ sambil menunjuk ke arahnya, kemudian pada kali kelima٣ ia menambahkan: "Bahwa laknat Allah atas diriku jika aku termasuk orang-orang yang berdusta." [An-Nur: 7]
ثُمَّ تَقُولُ الزَّوْجَةُ أَرْبَعًا: أَشْهَدُ بِاللهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ فِيمَا رَمَانِي بِهِ مِنَ الزِّنَا ثُمَّ تَزِيدُ فِي الْخَامِسَةِ: ﴿أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ﴾ [النور:٩] .
Kemudian istri mengucapkan empat kali: Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa dia termasuk orang-orang yang berdusta dalam tuduhannya kepadaku tentang zina, lalu pada kali kelima ia menambahkan: "Bahwa kemurkaan Allah atasku jika dia termasuk orang-orang yang benar." [An-Nur: 9].
وَيُسَنُّ٤ تَلَاعُنُهُمَا قِيَامًا بِحَضْرَةِ جَمَاعَةٍ وَأَنْ لَا يَنْقُصُوا عَنْ أَرْبَعَةٍ وَأَنْ يَأْمُرَ الْحَاكِمُ مَنْ يَضَعُ يَدَهُ عَلَى فَمِ الزَّوْجِ وَالزَّوْجَةِ عِنْدَ الْخَامِسَةِ وَيَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فَإِنَّهَا الْمُوجِبَةُ وَعَذَابُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ الْآخِرَةِ.
Dan disunahkan٤ bagi keduanya untuk saling melaknat sambil berdiri di hadapan jamaah, dan hendaknya tidak kurang dari empat orang. Dan hendaknya hakim memerintahkan seseorang untuk meletakkan tangannya di mulut suami dan istri pada kali kelima dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, karena ini adalah yang mewajibkan, dan azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat."
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ اللِّعَانِ ثَلَاثَةٌ:
Dan syarat-syarat li'an ada tiga:
كَوْنُهُ بَيْنَ زَوْجَيْنِ مُكَلَّفَيْنِ.
Dilakukan antara suami istri yang mukallaf.
الثَّانِي: أَنْ يَتَقَدَّمَهُ قَذْفُهَا بِالزِّنَا.
Kedua: Didahului dengan menuduhnya berzina.
الثَّالِثُ: أَنْ تُكَذِّبَهُ وَيَسْتَمِرَّ تَكْذِيبُهَا إِلَى انْقِضَاءِ اللِّعَانِ.
Ketiga: Istri mendustakannya dan terus mendustakannya hingga selesainya li'an.
وَيَثْبُتُ بِتَمَامِ تَلَاعُنِهِمَا أَرْبَعَةُ أَحْكَامٍ:
Dan ditetapkan dengan sempurnanya saling melaknat mereka berdua empat hukum:
الْأَوَّلُ: سُقُوطُ الْحَدِّ أَوِ التَّعْزِيرِ.
Pertama: Gugurnya had atau ta'zir.
الثَّانِي: الْفُرْقَةُ وَلَوْ بِلَا فِعْلِ حَاكِمٍ
Kedua: Perceraian meskipun tanpa tindakan hakim
الثَّالِثُ: التَّحْرِيمُ الْمُؤَبَّدُ.
Ketiga: Pengharaman selamanya.
الرَّابِعُ: انْتِفَاءُ الْوَلَدِ وَيُعْتَبَرُ لِنَفْيِهِ ذِكْرُهُ صَرِيحًا كَـ"أَشْهَدُ بِاللهِ لَقَدْ زَنَتْ وَمَا هَذَا وَلَدِي"
Keempat: Menafikan anak dan dianggap untuk menafikannya dengan menyebutkannya secara jelas seperti "Aku bersaksi demi Allah sungguh dia telah berzina dan ini bukanlah anakku"
فَصْلٌ
Pasal
فِيمَا يَلْحَقُ مِنَ النَّسَبِ
Tentang apa yang ditetapkan dari nasab
إِذَا أَتَتْ زَوْجَةُ الرَّجُلِ بِوَلَدٍ بَعْدَ نِصْفِ سَنَةٍ مُنْذُ أَمْكَنَ اجْتِمَاعُهُ بِهَا وَلَوْ مَعَ غَيْبِهِ فَوْقَ أَرْبَعِ سِنِينَ١ حَتَّى وَلَوْ كَانَ ابْنَ عَشْرٍ لَحِقَهُ نَسَبُهُ
Jika istri seorang laki-laki melahirkan anak setelah setengah tahun sejak memungkinkan berkumpul dengannya meskipun dengan ketidakhadirannya lebih dari empat tahun¹ bahkan jika dia berusia sepuluh tahun, maka nasabnya ditetapkan kepadanya
وَمَعَ هَذَا لَا يُحْكَمُ بِبُلُوغِهِ وَلَا يَلْزَمُهُ كُلُّ الْمَهْرِ وَلَا يَثْبُتُ بِهِ عِدَّةٌ وَلَا رَجْعَةٌ.
Meskipun demikian, tidak dihukumi bahwa ia telah baligh, tidak wajib baginya membayar seluruh mahar, tidak berlaku 'iddah, dan tidak ada hak rujuk.
وَإِنْ أَتَتْ بِهِ لِدُونِ نِصْفِ سَنَةٍ مُنْذُ تَزَوَّجَهَا أَوْ عَلِمَ أَنَّهُ لَمْ يَجْتَمِعْ بِهَا كَمَا لَوْ تَزَوَّجَهَا بِحَضْرَةِ جَمَاعَةٍ ثُمَّ أَبَانَهَا فِي الْمَجْلِسِ أَوْ مَاتَ: لَمْ يَلْحَقْهُ١.
Jika ia melahirkan kurang dari setengah tahun sejak ia menikahinya atau diketahui bahwa ia belum berhubungan dengannya, seperti jika ia menikahinya di hadapan orang banyak kemudian menceraikannya dalam majelis atau meninggal dunia, maka tidak dinasabkan kepadanya¹.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ ثَبَتَ أَوْ أَقَرَّ أَنَّهُ وَطِئَ أَمَتَهُ فِي الْفَرْجِ أَوْ دُونَهُ ثُمَّ وَلَدَتْ لِنِصْفِ سَنَةٍ لَحِقَهُ.
Barangsiapa yang terbukti atau mengakui bahwa ia menyetubuhi budak perempuannya pada kemaluannya atau selainnya, kemudian ia melahirkan setelah setengah tahun, maka dinasabkan kepadanya.
وَمَنْ أَعْتَقَ أَوْ بَاعَ مَنْ أَقَرَّ بِوَطْئِهَا فَوَلَدَتْ لِدُونِ نِصْفِ سَنَةٍ لَحِقَهُ وَالْبَيْعُ بَاطِلٌ وَلِنِصْفِ سَنَةٍ فَأَكْثَرُ لَحِقَ الْمُشْتَرِي.
Barangsiapa yang memerdekakan atau menjual budak yang ia akui telah menyetubuhinya, lalu ia melahirkan kurang dari setengah tahun, maka dinasabkan kepadanya dan jual belinya batal. Jika melahirkan setelah setengah tahun atau lebih, maka dinasabkan kepada pembeli.
وَيَتْبَعُ الْوَلَدُ أَبَاهُ فِي النَّسَبِ وَأُمَّهُ فِي الْحُرِّيَّةِ وَكَذَا فِي الرِّقِّ إِلَّا مَعَ شَرْطٍ أَوْ غُرُورٍ وَيَتْبَعُ فِي الدِّينِ خَيْرَهُمَا وَفِي النَّجَاسَةِ٢ وَتَحْرِيمِ النِّكَاحِ وَالذَّكَاةِ وَالْأَكْلِ أَخْبَثَهُمَا.
Anak mengikuti ayahnya dalam nasab dan mengikuti ibunya dalam status kemerdekaan, demikian pula dalam perbudakan kecuali dengan syarat atau penipuan. Ia mengikuti agama yang terbaik di antara keduanya. Dalam hal najis², pengharaman nikah, penyembelihan, dan memakan, ia mengikuti yang terburuk di antara keduanya.
كِتَابُ العِدَّةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْعِدَّةِ
Kitab Al-'Iddah
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْعِدَّةِ
Kitab Al-'Iddah
وَهِيَ: تَرَبُّصُ مَنْ فَارَقَتْ زَوْجَهَا بِوَفَاةٍ أَوْ حَيَاةٍ.
Dan itu adalah: masa tunggu bagi wanita yang berpisah dari suaminya karena kematian atau kehidupan.
وَالْمُفَارَقَةُ١ بِالْوَفَاةِ تَعْتَدُّ مُطْلَقًا فَإِنْ كَانَتْ حَامِلًا مِنَ الْمَيِّتِ فَعِدَّتُهَا: حَتَّى تَضَعَ كُلَّ الْحَمْلِ.
Dan wanita yang berpisah¹ karena kematian menjalani 'iddah secara mutlak. Jika dia hamil dari suami yang meninggal, maka 'iddah-nya: sampai dia melahirkan seluruh kandungannya.
وَإِنْ٢ لَمْ تَكُنْ حَامِلًا فَإِنْ كَانَتْ حُرَّةً فَعِدَّتُهَا: أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرُ لَيَالٍ بِأَيَّامِهَا.
Dan jika² dia tidak hamil, jika dia seorang wanita merdeka maka 'iddah-nya: empat bulan sepuluh hari dengan hari-harinya.
وَعِدَّةُ الْأَمَةِ نِصْفُهَا.
Dan 'iddah budak perempuan adalah setengahnya.
وَالْمُفَارَقَةُ فِي الْحَيَاةِ لَا تَعْتَدُّ وَلَا إِنْ خَلَا بِهَا أَوْ وَطِئَهَا وَكَانَ مِمَّنْ يُطَأُ مِثْلُهُ وَيُوطَأُ مِثْلُهَا وَهُوَ: ابْنُ عَشْرٍ وَبِنْتُ تِسْعٍ.
Dan wanita yang berpisah dalam keadaan hidup tidak menjalani 'iddah, meskipun dia menyendiri dengannya atau menyetubuhinya, dan dia adalah orang yang biasa disetubuhi oleh orang sepertinya dan disetubuhi oleh orang sepertinya, yaitu: anak laki-laki berusia sepuluh tahun dan anak perempuan berusia sembilan tahun.
وَعِدَّتُهَا إِنْ كَانَتْ حَامِلًا بِوَضْعِ الْحَمْلِ.
Dan 'iddah-nya jika dia hamil adalah dengan melahirkan kandungan.
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَامِلًا فَإِنْ كَانَتْ تَحِيضُ فَعِدَّتُهَا: ثَلَاثُ حِيَضٍ٣ إِنْ كَانَتْ حُرَّةً وَحَيْضَتَانِ: إِنْ كَانَتْ أَمَةً وَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَحِيضُ: بِأَنْ كَانَتْ صَغِيرَةً أَوْ بَالِغَةً وَلَمْ تَرَ حَيْضًا وَلَا نِفَاسًا أَوْ كَانَتْ آيِسَةً وَهِيَ: مَنْ بَلَغَتْ خَمْسِينَ سَنَةً فَعِدَّتُهَا: ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ إِنْ كَانَتْ حُرَّةً وَشَهْرَانِ إِنْ كَانَتْ أَمَةً.
Dan jika dia tidak hamil, jika dia haid maka 'iddah-nya: tiga kali haid³ jika dia seorang wanita merdeka, dan dua kali haid: jika dia seorang budak perempuan. Dan jika dia tidak haid: karena dia masih kecil atau sudah baligh namun belum melihat haid atau nifas, atau dia sudah menopause yaitu: yang telah mencapai usia lima puluh tahun, maka 'iddah-nya: tiga bulan jika dia seorang wanita merdeka, dan dua bulan jika dia seorang budak perempuan.
وَمَنْ كَانَتْ تَحِيضُ ثُمَّ ارْتَفَعَ حَيْضُهَا قَبْلَ أَنْ تَبْلُغَ سِنَّ الْإِيَاسِ وَلَمْ تَعْلَمْ مَا رَفَعَهُ فَتَتَرَبَّصُ تِسْعَةَ أَشْهُرٍ ثُمَّ تَعْتَدُّ عِدَّةَ آيِسَةٍ.
Dan siapa yang biasa haid kemudian haidnya berhenti sebelum mencapai usia menopause dan tidak mengetahui penyebabnya, maka dia menunggu sembilan bulan kemudian menjalani 'iddah wanita menopause.
وَإِنْ عَلِمَتْ مَا رَفَعَهُ مِنْ مَرَضٍ أَوْ رَضَاعٍ أَوْ نَحْوِهِ فَلَا تَزَالُ مُتَرَبِّصَةً حَتَّى يَعُودَ الْحَيْضُ فَتَعْتَدُّ بِهِ أَوْ تُصْبِحَ آيِسَةً فَتَعْتَدُّ عِدَّةَ كَآيِسَةٍ.
Jika dia mengetahui penyebab berhentinya haid karena sakit, menyusui, atau semisalnya, maka dia terus menunggu sampai kembali haid dan menjalani 'iddah dengannya, atau sampai menjadi menopause lalu menjalani 'iddah seperti wanita menopause.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ وَطِئَ الْأَجْنَبِيُّ بِشُبْهَةٍ أَوْ نِكَاحٍ فَاسِدٍ أَوْ زِنًا مَنْ هِيَ فِي عِدَّتِهَا: أَتَمَّتْ عِدَّةَ الْأَوَّلِ ثُمَّ تَعْتَدُّ لِلثَّانِي.
Jika orang asing menyetubuhi wanita yang sedang menjalani 'iddah karena syubhat, nikah fasid, atau zina, maka wanita itu menyempurnakan 'iddah pertama kemudian menjalani 'iddah untuk yang kedua.
وَإِنْ وَطِئَهَا عَمْدًا مَنْ أَبَانَهَا: فَكَالْأَجْنَبِيِّ وَبِشُبْهَةٍ: اسْتَأْنَفَتِ الْعِدَّةَ مِنْ أَوَّلِهَا.
Jika orang yang menceraikannya menyetubuhinya dengan sengaja, maka seperti orang asing. Jika karena syubhat, maka dia memulai 'iddah dari awal.
وَتَتَعَدَّدُ الْعِدَّةُ بِتَعَدُّدِ الْوَاطِئِ بِالشُّبْهَةِ لَا بِالزِّنَا وَيَحْرُمُ عَلَى زَوْجِ الْمَوْطُوءَةِ بِشُبْهَةٍ أَوْ زِنًا أَنْ يَطَأَهَا فِي الْفَرْجِ مَا دَامَتْ فِي الْعِدَّةِ.
'Iddah menjadi berlipat dengan banyaknya orang yang menyetubuhi karena syubhat, bukan karena zina. Haram bagi suami wanita yang disetubuhi karena syubhat atau zina untuk menyetubuhinya di kemaluan selama masih dalam 'iddah.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَجِبُ الإِحْدَادُ عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا بِنِكَاحٍ صَحِيحٍ مَا دَامَتْ فِي الْعِدَّةِ.
Dan wajib ihdad bagi wanita yang ditinggal mati suaminya dengan pernikahan yang sah selama masa 'iddah.
وَيَجُوزُ لِلْبَائِنِ.
Dan boleh bagi wanita yang ditalak ba'in.
وَالإِحْدَادُ: تَرْكُ الزِّينَةِ وَالطِّيبِ كَالزَّعْفَرَانِ وَلُبْسِ الْحُلِيِّ وَلَوْ خَاتَمًا وَلُبْسِ الْمُلَوَّنِ مِنَ الثِّيَابِ: كَالأَحْمَرِ وَالأَصْفَرِ وَالأَخْضَرِ وَالتَّحَسُّنِ بِالْحِنَّاءِ وَالإِسْفِيدَاجِ وَالاِكْتِحَالِ بِالأَسْوَدِ وَالإِدْهَانِ بِالْمُطَيَّبِ وَتَحْمِيرِ الْوَجْهِ وَحَفِّهِ.
Ihdad adalah meninggalkan perhiasan, wewangian seperti za'faran, memakai perhiasan meskipun cincin, memakai pakaian berwarna seperti merah, kuning, hijau, mempercantik diri dengan pacar, isfidaj, bercelak dengan warna hitam, menggunakan minyak wangi, memerahkan wajah, dan mencukurnya.
وَلَهَا لُبْسُ الأَبْيَضِ وَلَوْ حَرِيرًا.
Dan boleh baginya memakai pakaian putih meskipun sutera.
وَتَجِبُ: عِدَّةُ الْوَفَاةِ فِي الْمَنْزِلِ الَّذِي مَاتَ زَوْجُهَا فِيهِ مَا لَمْ يَتَعَذَّرْ.
Dan wajib: 'iddah wafat di rumah tempat suaminya meninggal selama tidak ada uzur.
وَتَنْقَضِي الْعِدَّةُ بِمُضِيِّ الزَّمَانِ حَيْثُ كَانَتْ.
Dan 'iddah selesai dengan berlalunya waktu di mana pun ia berada.
بَابُ اسْتِبْرَاءِ الإِمَاءِ
بَابُ اسْتِبْرَاءِ الإِمَاءِ
Bab Istibra' Budak Perempuan
وَهُوَ وَاجِبٌ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ:
Dan itu wajib dalam tiga tempat:
أَحَدُهَا: إِذَا مَلَكَ الرَّجُلُ وَلَوْ طِفْلًا أَمَةً يُوطَأُ مِثْلُهَا حَتَّى وَلَوْ مَلَكَهَا مِنْ طِفْلٍ أَوْ١ أُنْثَى أَوْ كَانَ بَائِعُهَا قَدْ اسْتَبْرَأَهَا أَوْ بَاعَ أَوْ وَهَبَ أَمَتَهُ ثُمَّ عَادَتْ إِلَيْهِ بِفَسْخٍ أَوْ غَيْرِهِ حَيْثُ٢ انْتَقَلَ الْمِلْكُ لَمْ يَحِلَّ اسْتِمْتَاعُهُ بِهَا وَلَوْ بِالْقُبْلَةِ حَتَّى يَسْتَبْرِئَهَا.
Pertama: Jika seorang laki-laki memiliki budak perempuan, meskipun anak kecil, yang dapat disetubuhi seperti dirinya, bahkan jika dia memilikinya dari anak kecil atau١ perempuan, atau penjualnya telah melakukan istibra' padanya, atau dia menjual atau menghibahkan budak perempuannya kemudian kembali kepadanya karena fasakh atau lainnya ketika٢ kepemilikan berpindah, maka tidak halal baginya untuk menikmatinya meskipun dengan ciuman sampai dia melakukan istibra' padanya.
الثَّانِي: إِذَا مَلَكَ أَمَةً وَوَطِئَهَا ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُزَوِّجَهَا أَوْ يَبِيعَهَا قَبْلَ الإِسْتِبْرَاءِ فَيَحْرُمُ فَلَوْ خَالَفَ صَحَّ الْبَيْعُ دُونَ النِّكَاحِ وَإِنْ لَمْ يَطَأْهَا جَازَ.
Kedua: Jika dia memiliki budak perempuan dan menyetubuhinya, kemudian ingin menikahkannya atau menjualnya sebelum istibra', maka itu haram. Jika dia melanggar, jual beli sah tanpa nikah. Jika dia tidak menyetubuhinya, maka boleh.
الثَّالِثُ: إِذَا أَعْتَقَ أَمَتَهُ أَوْ أُمَّ وَلَدِهِ أَوْ مَاتَ عَنْهَا لَزِمَهَا اسْتِبْرَاءُ نَفْسِهَا إِنْ لَمْ تَسْتَبْرِئْ قَبْلُ.
Ketiga: Jika dia membebaskan budak perempuannya atau umm walad-nya atau meninggal dunia, maka dia wajib melakukan istibra' pada dirinya sendiri jika belum melakukan istibra' sebelumnya.
فَصْلٌ
Pasal
وَاسْتِبْرَاءُ الْحَامِلِ: بِوَضْعِ الْحَمْلِ وَمَنْ تَحِيضُ: بِحَيْضَةٍ وَالْآيِسَةُ وَالصَّغِيرَةُ وَالْبَالِغُ٣ الَّتِي لَمْ تَرَ حَيْضًا: بِشَهْرٍ وَالْمُرْتَفِعُ حَيْضُهَا وَلَمْ تَدْرِ مَا رَفَعَهُ: بِعَشَرَةِ٤ أَشْهُرٍ وَالْعَالِمَةُ مَارَفَعَهُ: بِخَمْسِينَ سَنَةً وَشَهْرٍ.
Istibra' wanita hamil: dengan melahirkan kandungan. Yang haid: dengan satu kali haid. Wanita menopause, anak kecil, dan yang telah baligh٣ yang belum pernah haid: selama satu bulan. Yang haidnya berhenti dan tidak tahu penyebabnya: selama sepuluh٤ bulan. Yang mengetahui penyebabnya: lima puluh tahun dan satu bulan.
وَلَا يَكُونُ الِاسْتِبْرَاءُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ مِلْكِ الْأَمَةِ كُلِّهَا وَلَوْ لَمْ يَقْبِضْهَا وَإِنْ مَلَكَهَا حَائِضًا لَمْ يَكْتَفِ بِتِلْكَ الْحَيْضَةِ.
Dan istibra' (menunggu untuk memastikan kosongnya rahim) tidak terjadi kecuali setelah kepemilikan sempurna atas seluruh budak wanita, meskipun dia belum menerimanya. Jika dia memilikinya saat haid, maka haid tersebut tidak cukup.
وَإِنْ١ مَلَكَ مَنْ تَلْزَمُهَا عِدَّةٌ اكْتَفَى بِهَا.
Jika¹ dia memiliki budak wanita yang harus menjalani 'iddah, maka itu sudah cukup baginya.
وَإِنْ ادَّعَتِ الْأَمَةُ الْمَوْرُوثَةُ تَحْرِيمَهَا عَلَى الْوَارِثِ بِوَطْءِ مُوَرِّثِهِ أَوْ ادَّعَتِ الْمُشْتَرَاةُ أَنَّ لَهَا زَوْجًا صُدِّقَتْ.
Jika budak wanita yang diwarisi mengklaim bahwa dirinya haram bagi ahli waris karena hubungan seksual dengan pewaris, atau budak wanita yang dibeli mengklaim bahwa dia memiliki suami, maka dia harus dibenarkan.
كِتَابُ الرَّضَاعِ
كِتَابُ الرَّضَاعِ
كِتَابُ الرَّضَاعِ
كِتَابُ الرَّضَاعِ
Kitab Penyusuan
...
...
كِتَابُ الرَّضَاعِ
Kitab Penyusuan
يُكْرَهُ اسْتِرْضَاعُ الْفَاجِرَةِ وَالْكَافِرَةِ وَسَيِّئَةِ الْخُلُقِ وَالْجُذْمَاءِ وَالْبَرْصَاءِ.
Makruh menyusukan kepada wanita yang fasik, kafir, buruk akhlak, berpenyakit kusta, dan berpenyakit sopak.
وَإِذَا أَرْضَعَتِ الْمَرْأَةُ طِفْلًا بِلَبَنِ حَمْلٍ لَاحِقٍ بِالْوَاطِئِ١ صَارَ ذَلِكَ الطِّفْلُ وَلَدَهُمَا وَأَوْلَادُهُ وَإِنْ سَفَلُوا أَوْلَادَ وَلَدِهِمَا وَأَوْلَادُ كُلٍّ مِنْهُمَا مِنَ الْآخَرِ أَوْ غَيْرِهِ إِخْوَتُهُ وَأَخَوَاتُهُ وَقِسْ عَلَى ذَلِكَ.
Jika seorang wanita menyusui seorang anak dengan air susu dari kehamilan yang disebabkan oleh hubungan seksual¹, maka anak itu menjadi anak mereka berdua, dan anak-anaknya meskipun ke bawah menjadi anak-anak dari anak mereka berdua, dan anak-anak masing-masing dari mereka berdua dari yang lain atau dari yang lain menjadi saudara laki-laki dan saudara perempuannya, dan seterusnya.
وَتَحْرِيمُ الرَّضَاعِ فِي النِّكَاحِ وَثُبُوتُ الْمَحْرَمِيَّةِ كَالنَّسَبِ بِشَرْطِ أَنْ يَرْتَضِعَ خَمْسَ رَضَعَاتٍ فِي الْعَامَيْنِ٢ فَلَوِ ارْتَضَعَ بَقِيَّةَ الْخَمْسِ بَعْدَ الْعَامَيْنِ بِلَحْظَةٍ: لَمْ تَثْبُتِ الْحُرْمَةُ.
Pengharaman penyusuan dalam pernikahan dan ketetapan mahram seperti nasab dengan syarat menyusu lima kali susuan dalam dua tahun². Jika menyusu sisa dari lima kali susuan setelah dua tahun walaupun sebentar, maka tidak ditetapkan keharaman.
وَمَتَى امْتَصَّ الثَّدْيَ ثُمَّ قَطَعَهُ٣ وَلَوْ قَهْرًا ثُمَّ امْتَصَّ ثَانِيًا: فَرَضْعَةٌ ثَانِيَةٌ.
Kapan pun dia menghisap payudara kemudian melepaskannya³ meskipun terpaksa kemudian menghisap lagi, maka itu adalah susuan kedua.
وَالسَّعُوطُ فِي الْأَنْفِ وَالْوَجُورُ فِي الْفَمِ وَأَكْلُ مَا جُبِنَ أَوْ خُلِطَ بِالْمَاءِ٤ وَصِفَاتُهُ بَاقِيَةٌ: كَالرَّضَاعِ فِي الْحُرْمَةِ.
Memasukkan air susu ke hidung, memasukkannya ke mulut, memakan keju yang dibuat dari air susu atau dicampur dengan air⁴ sementara sifat-sifatnya masih ada, hukumnya sama dengan penyusuan dalam hal keharaman.
وَإِنْ شَكَّ فِي الرَّضَاعِ أَوْ عَدَدِ الرَّضَعَاتِ بَنَى عَلَى الْيَقِينِ.
Jika ragu tentang penyusuan atau jumlah susuan, maka berpeganglah pada keyakinan.
وَإِنْ شَهِدَتْ بِهِ مَرْضِيَّةٌ ثَبَتَ التَّحْرِيمُ.
Jika seorang wanita yang dapat dipercaya bersaksi tentangnya, maka pengharaman ditetapkan.
وَمَنْ حَرُمَتْ عَلَيْهِ بِنْتُ امْرَأَةٍ كَأُمِّهِ وَجَدَّتِهِ وَأُخْتِهِ وَإِذَا أَرْضَعَتْ طِفْلَةً حَرَّمَتْهَا عَلَيْهِ أَبَدًا.
Barangsiapa diharamkan atasnya putri seorang wanita, seperti ibunya, neneknya, dan saudara perempuannya, maka jika wanita itu menyusui seorang anak perempuan, anak itu menjadi haram baginya selamanya.
وَمَنْ حَرُمَتْ عَلَيْهِ بِنْتُ رَجُلٍ: كَأَبِيهِ وَجَدِّهِ وَأَخِيهِ وَابْنِهِ إِذَا أَرْضَعَتْ زَوْجَتُهُ بِلَبَنِهِ طِفْلَةً حَرَّمَتْهَا عَلَيْهِ أَبَدًا.
Barangsiapa diharamkan atasnya putri seorang laki-laki, seperti ayahnya, kakeknya, saudaranya, dan putranya, maka jika istri laki-laki itu menyusui seorang anak perempuan dengan air susunya, anak itu menjadi haram baginya selamanya.
كِتَابُ النَّفَقَاتِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ النَّفَقَاتِ
Kitab Nafkah
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ النَّفَقَاتِ
Kitab Nafkah
يَجِبُ عَلَى الزَّوْجِ مَا لَا غِنَى لِزَوْجَتِهِ عَنْهُ مِنْ مَأْكَلٍ وَمَشْرَبٍ وَمَلْبَسٍ وَمَسْكَنٍ بِالْمَعْرُوفِ وَيَعْتَبِرُ الْحَاكِمُ ذَلِكَ إِنْ تَنَازَعَا بِحَالِهِمَا.
Suami wajib memberikan kepada istrinya apa yang ia butuhkan berupa makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal yang ma'ruf (patut). Hakim akan mempertimbangkan hal itu jika keduanya berselisih sesuai dengan kondisi mereka.
وَعَلَيْهِ مُؤْنَةُ نَظَافَتِهَا مِنْ دُهْنٍ وَسِدْرٍ وَثَمَنِ مَاءِ الشَّرَابِ١ وَالطَّهَارَةِ مِنَ الْحَدَثِ وَالْخَبَثِ وَغَسْلِ الثِّيَابِ.
Suami juga wajib menanggung biaya kebersihan istrinya seperti minyak, daun bidara, harga air minum¹, bersuci dari hadats dan najis, serta mencuci pakaian.
وَعَلَيْهِ لَهَا خَادِمٌ إِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يُخْدَمُ مِثْلُهَا وَتَلْزَمُهُ مُؤْنِسَةٌ لِحَاجَةٍ.
Suami juga wajib menyediakan pembantu untuk istrinya jika ia termasuk wanita yang biasa dilayani, dan wajib pula menyediakan teman untuk menemaninya jika diperlukan.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْوَاجِبُ عَلَيْهِ دَفْعُ الطَّعَامِ فِي أَوَّلِ كُلِّ يَوْمٍ وَيَجُوزُ دَفْعُ عِوَضِهِ إِنْ تَرَاضَيَا وَلَا يَمْلِكُ الْحَاكِمُ أَنْ يَفْرِضَ عِوَضَ الْقُوتِ دَرَاهِمَ٢ إِلَّا بِتَرَاضِيهِمَا وَفَرْضُهُ لَيْسَ بِلَازِمٍ.
Suami wajib memberikan makanan pada awal setiap hari, dan boleh memberikan gantinya jika keduanya ridha. Hakim tidak berhak memutuskan ganti makanan pokok berupa dirham² kecuali dengan kerelaan keduanya, dan keputusannya tidak mengikat.
وَيَجِبُ٣ لَهَا الْكِسْوَةُ فِي أَوَّلِ كُلِّ عَامٍ وَتَمْلِكُهَا بِالْقَبْضِ فَلَا بَدَلَ لِمَا سُرِقَ أَوْ بَلِيَ وَإِنِ انْقَضَى الْعَامُ وَالْكِسْوَةُ بَاقِيَةٌ فَعَلَيْهِ كِسْوَةٌ لِلْعَامِ٤.
Pakaian wajib³ diberikan kepadanya pada awal setiap tahun dan ia memilikinya dengan menerimanya. Tidak ada ganti untuk pakaian yang dicuri atau usang. Jika tahun telah berlalu dan pakaian masih tersisa, maka suami tetap wajib memberikan pakaian untuk tahun⁴ (berikutnya).
الجَدِيدُ وَإِنْ مَاتَ أَوْ مَاتَتْ١ قَبْلَ انْقِضَائِهِ رَجَعَ عَلَيْهَا بِقِسْطِ مَا بَقِيَ.
Jika suami meninggal atau istri meninggal sebelum masa (nafkah) yang baru berakhir, maka suami berhak meminta kembali bagian yang tersisa kepada istri.
وَإِنْ أَكَلَتْ مَعَهُ عَادَةً أَوْ كَسَاهَا بِلَا إِذْنٍ سَقَطَتْ.
Jika istri biasa makan bersamanya atau suami memberinya pakaian tanpa izin (istri), maka (nafkah) menjadi gugur.
فَصْلٌ
Pasal
وَالرَّجْعِيَّةُ مُطْلَقًا وَالْبَائِنُ وَالنَّاشِزُ الْحَامِلُ وَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا حَامِلًا كَالزَّوْجَةِ فِي النَّفَقَةِ وَالْكِسْوَةِ وَالْمَسْكَنِ.
Istri yang ditalak raj'i secara mutlak, istri yang ditalak ba'in, istri nusyuz yang hamil, dan istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil, seperti istri (yang masih dalam ikatan pernikahan) dalam hal nafkah, pakaian, dan tempat tinggal.
وَلَا شَيْءَ لِغَيْرِ الْحَامِلِ مِنْهُنَّ وَلَا لِمَنْ سَافَرَتْ لِحَاجَتِهَا أَوْ لِنُزْهَةٍ أَوْ زِيَارَةٍ وَلَوْ بِإِذْنِ الزَّوْجِ.
Tidak ada (nafkah) bagi selain yang hamil dari mereka, juga bagi istri yang bepergian untuk keperluannya, atau untuk rekreasi, atau kunjungan, meskipun dengan izin suami.
وَلَوْ٢ ادَّعَى نُشُوزَهَا أَوْ أَنَّهَا أَخَذَتْ نَفَقَتَهَا وَأَنْكَرَتْ فَقَوْلُهَا بِيَمِينِهَا.
Jika suami mengklaim istri nusyuz atau telah mengambil nafkahnya namun istri mengingkarinya, maka perkataan istri (yang diterima) dengan sumpahnya.
وَمَتَى أَعْسَرَ بِنَفَقَةِ الْمُعْسِرِ أَوْ كِسْوَتِهِ أَوْ مَسْكَنِهِ أَوْ صَارَ لَا يَجِدُ النَّفَقَةَ إِلَّا يَوْمًا دُونَ يَوْمٍ أَوْ غَابَ الْمُوسِرُ وَتَعَذَّرَتْ عَلَيْهَا النَّفَقَةُ بِالِاسْتِدَانَةِ وَغَيْرِهَا فَلَهَا الْفَسْخُ فَوْرًا وَمُتَرَاخِيًا وَلَا يَصِحُّ بِلَا حَاكِمٍ فَيَفْسَخُ بِطَلَبِهَا أَوْ تَفْسَخُ٣ بِأَمْرِهِ.
Kapan pun suami kesulitan memberikan nafkah orang miskin, pakaiannya, atau tempat tinggalnya, atau ia hanya mampu memberikan nafkah sehari dan tidak di hari lain, atau suami yang mampu menghilang dan istri kesulitan mendapatkan nafkah dengan berhutang dan lainnya, maka istri berhak meminta fasakh segera atau ditangguhkan. Fasakh tidak sah tanpa hakim, maka hakim menjatuhkan fasakh atas permintaan istri atau istri menjatuhkan fasakh atas perintah hakim.
وَإِنْ امْتَنَعَ الْمُوسِرُ مِنَ النَّفَقَةِ أَوِ الْكِسْوَةِ وَقَدَرَتْ عَلَى مَالِهِ: فَلَهَا الْأَخْذُ مِنْهُ بِلَا إِذْنِهِ بِقَدْرِ كِفَايَتِهَا وَكِفَايَةِ وَلَدِهَا الصَّغِيرِ.
Jika suami yang mampu menolak memberikan nafkah atau pakaian dan istri mampu mengambil hartanya: maka istri boleh mengambil darinya tanpa izinnya sesuai kadar kecukupannya dan kecukupan anaknya yang kecil.
بَابُ نَفَقَةِ الأَقَارِبِ وَالمَمَالِيكِ
بَابُ نَفَقَةِ الْأَقَارِبِ وَالْمَمَالِيكِ
Bab tentang nafkah kerabat dan budak
وَيَجِبُ١ عَلَى الْقَرِيبِ نَفَقَةُ أَقَارِبِهِ وَكِسْوَتُهُمْ وَسُكْنَاهُمْ بِالْمَعْرُوفِ بِثَلَاثَةِ شُرُوطٍ الْأَوَّلُ:
Wajib1 bagi kerabat untuk memberikan nafkah, pakaian, dan tempat tinggal yang layak kepada kerabatnya dengan tiga syarat. Pertama:
الْأَوَّلُ: أَنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ لَا مَالَ لَهُمْ وَلَا كَسْبَ.
Pertama: Bahwa mereka miskin, tidak memiliki harta maupun penghasilan.
الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ الْمُنْفِقُ غَنِيًّا إِمَّا بِمَالِهِ أَوْ كَسْبِهِ وَأَنْ يَفْضُلَ عَنْ قُوتِ نَفْسِهِ وَزَوْجَتِهِ٢ وَرَقِيقِهِ يَوْمَهُ وَلَيْلَتَهُ.
Kedua: Bahwa pemberi nafkah itu kaya, baik dengan hartanya atau penghasilannya, dan memiliki kelebihan dari kebutuhan makan dirinya, istrinya2, dan budaknya untuk sehari semalam.
الثَّالِثُ: أَنْ يَكُونَ وَارِثًا لَهُمْ بِفَرْضٍ أَوْ تَعْصِيبٍ إِلَّا الْأُصُولَ وَالْفُرُوعَ فَتَجِبُ٣ لَهُمْ وَعَلَيْهِمْ مُطْلَقًا.
Ketiga: Bahwa ia merupakan ahli waris mereka, baik sebagai ahli waris fardh atau ashabah, kecuali untuk orang tua dan anak. Maka nafkah wajib3 bagi mereka dan atas mereka secara mutlak.
وَإِذَا كَانَ لِلْفَقِيرِ وَرَثَةٌ دُونَ الْأَبِ فَنَفَقَتُهُ عَلَى قَدْرِ إِرْثِهِمْ وَلَا يَلْزَمُ الْمُوسِرُ مِنْهُمْ مَعَ فَقْرِ الْآخَرِ سِوَى قَدْرِ إِرْثِهِ.
Jika orang miskin memiliki ahli waris selain ayah, maka nafkahnya sesuai dengan bagian warisan mereka. Yang kaya di antara mereka tidak wajib menanggung lebih dari bagian warisannya meskipun yang lain miskin.
وَمَنْ قَدَرَ عَلَى الْكَسْبِ أُجْبِرَ لِنَفَقَةِ مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ مِنْ قَرِيبٍ وَزَوْجَةٍ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ مَا يَكْفِي الْجَمِيعَ بَدَأَ بِنَفْسِهِ فَزَوْجَتِهِ فَرَقِيقِهِ فَوَلَدِهِ فَأَبِيهِ فَأُمِّهِ فَوَلَدِ ابْنِهِ فَجَدِّهِ فَأَخِيهِ ثُمَّ الْأَقْرَبُ فَالْأَقْرَبُ.
Siapa yang mampu bekerja dipaksa untuk menafkahi kerabat dan istri yang wajib dinafkahi. Jika ia tidak mendapatkan yang cukup untuk semuanya, ia memulai dengan dirinya, lalu istrinya, budaknya, anaknya, ayahnya, ibunya, cucu dari anaknya, kakeknya, saudaranya, kemudian yang lebih dekat lalu yang lebih dekat.
وَلِمُسْتَحِقِّ النَّفَقَةِ أَنْ يَأْخُذَ مَا يَكْفِيهِ مِنْ مَالِ مَنْ تَجِبُ٤ عَلَيْهِ بِلَا إِذْنِهِ إِنْ امْتَنَعَ.
Dan orang yang berhak atas nafkah boleh mengambil apa yang mencukupinya dari harta orang yang wajib menafkahinya tanpa izinnya jika dia menolak.
مِنْهَا زَوْجٌ أَوْ قَرِيبٌ وَأَنْفَقَ أَجْنَبِيٌّ بِنِيَّةِ الرُّجُوعِ رَجَعَ.
Di antaranya adalah suami atau kerabat, dan jika orang asing menafkahi dengan niat untuk meminta kembali, maka dia berhak memintanya kembali.
وَلَا نَفَقَةَ مَعَ اخْتِلَافِ الدِّينِ إِلَّا بِالْوَلَاءِ.
Dan tidak ada kewajiban nafkah jika berbeda agama, kecuali karena wala'.
فَصْلٌ
Pasal
وَعَلَى السَّيِّدِ: نَفَقَةُ مَمْلُوكِهِ وَكِسْوَتُهُ وَمَسْكَنُهُ وَتَزْوِيجُهُ إِنْ طَلَبَ.
Kewajiban tuan adalah: memberi nafkah kepada budaknya, pakaiannya, tempat tinggalnya, dan menikahkannya jika dia meminta.
وَلَهُ أَنْ يُسَافِرَ بِعَبْدِهِ الْمُزَوَّجِ وَأَنْ يَسْتَخْدِمَهُ نَهَارًا.
Dia boleh bepergian dengan budak lelakinya yang sudah menikah dan mempekerjakannya di siang hari.
وَعَلَيْهِ إِعْفَافُ أَمَتِهِ: إِمَّا بِوَطْئِهَا أَوْ تَزْوِيجِهَا أَوْ بَيْعِهَا.
Dia wajib menjaga kesucian budak perempuannya: baik dengan menggaulinya, menikahkannya, atau menjualnya.
وَيَحْرُمُ أَنْ يَضْرِبَهُ عَلَى وَجْهِهِ أَوْ يَشْتُمَ أَبَوَيْهِ وَلَوْ كَافِرَيْنِ أَوْ يُكَلِّفَهُ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَا يُطِيقُ.
Haram baginya memukul wajahnya, mencaci maki kedua orang tuanya meskipun kafir, atau membebaninya dengan pekerjaan yang tidak mampu dia lakukan.
وَيَجِبُ أَنْ يُرِيحَهُ وَقْتَ الْقَيْلُولَةِ وَوَقْتَ النَّوْمِ وَالصَّلَاةِ الْمَفْرُوضَةِ.
Wajib memberinya istirahat pada waktu qailulah (tidur siang), waktu tidur malam, dan shalat fardhu.
وَتُسَنُّ مُدَاوَاتُهُ إِنْ١ مَرِضَ وَأَنْ يُطْعِمَهُ مِنْ طَعَامِهِ.
Disunnahkan mengobatinya jika¹ sakit dan memberinya makan dari makanannya.
وَلَهُ تَقْيِيدُهُ إِنْ خَافَ عَلَيْهِ وَتَأْدِيبُهُ.
Dia boleh mengikatnya jika khawatir terhadapnya dan mendidiknya.
وَلَا يَصِحُّ نَفْلُهُ٢ إِنْ أَبَقَ.
Tidak sah memberinya hadiah² jika dia melarikan diri.
وَلِلْإِنْسَانِ تَأْدِيبُ زَوْجَتِهِ وَوَلَدِهِ وَلَوْ مُكَلَّفًا بِضَرْبٍ غَيْرِ مُبَرِّحٍ.
Seseorang boleh mendidik istrinya dan anaknya meskipun sudah baligh dengan pukulan yang tidak keras.
وَلَا يَلْزَمُهُ بَيْعُ رَقِيقِهِ مَعَ قِيَامِهِ بِحُقُوقِهِ.
Dia tidak wajib menjual budaknya jika dia menunaikan hak-haknya.
فَصْلٌ
Pasal
وَعَلَى مَالِكِ الْبَهِيمَةِ إِطْعَامُهَا وَسَقْيُهَا فَإِنِ امْتَنَعَ أُجْبِرَ فَإِنْ أَبَى أَوْ عَجَزَ: أُجْبِرَ عَلَى بَيْعِهَا أَوْ إِجَارَتِهَا أَوْ ذَبْحِهَا إِنْ كَانَتْ تُؤْكَلُ.
Pemilik hewan wajib memberi makan dan minum. Jika dia menolak, dia dipaksa. Jika dia menolak atau tidak mampu, dia dipaksa untuk menjual, menyewakan, atau menyembelihnya jika hewan itu bisa dimakan.
وَيَحْرُمُ لَعْنُهَا وَتَحْمِيلُهَا مَشَقًّا وَحَلْبُهَا مَا يَضُرُّ وَلَدَهَا وَضَرْبُهَا فِي وَجْهِهَا وَوَسْمُهَا فِيهِ وَذَبْحُهَا إِنْ كَانَتْ لَا تُؤْكَلُ.
Haram melaknat hewan, membebaninya dengan beban yang memberatkan, memerah susunya yang membahayakan anaknya, memukulnya di wajah, menandainya di wajah, dan menyembelihnya jika tidak bisa dimakan.
وَيَجُوزُ اسْتِعْمَالُهَا فِي غَيْرِ مَا خُلِقَتْ لَهُ.
Boleh menggunakannya untuk selain tujuan penciptaannya.
بَابُ الحَضَانَةِ
بَابُ الحَضَانَةِ
Bab Pengasuhan Anak
وَهِيَ حِفْظُ الطِّفْلِ غَالِبًا عَمَّا يَضُرُّهُ وَالْقِيَامُ بِمَصَالِحِهِ: كَغَسْلِ رَأْسِهِ وَثِيَابِهِ وَدَهْنِهِ وَتَكْحِيلِهِ وَرَبْطِهِ فِي الْمَهْدِ وَنَحْوِهِ وَتَحْرِيكِهِ لِيَنَامَ.
Pengasuhan anak adalah menjaga anak dari hal-hal yang membahayakannya dan mengurus kepentingannya, seperti membasuh kepalanya, mencuci pakaiannya, meminyakinya, memakaikan celak padanya, mengikatnya di ayunan dan sejenisnya, serta mengayunkannya agar tertidur.
وَالْأَحَقُّ بِهَا: الْأُمُّ وَلَوْ بِأُجْرَةِ مِثْلِهَا مَعَ وُجُودِ مُتَبَرِّعَةٍ ثُمَّ أُمَّهَاتُهَا الْقُرْبَى فَالْقُرْبَى ثُمَّ الْأَبُ ثُمَّ أُمَّهَاتُهُ ثُمَّ الْجَدُّ ثُمَّ أُمَّهَاتُهُ ثُمَّ الْأُخْتُ لِأَبَوَيْنِ ثُمَّ لِأُمٍّ ثُمَّ لِأَبٍ ثُمَّ الْخَالَةُ لِأَبَوَيْنِ ثُمَّ لِأُمٍّ ثُمَّ لِأَبٍ ثُمَّ الْعَمَّاتُ كَذَلِكَ ثُمَّ خَالَاتُ أُمِّهِ ثُمَّ خَالَاتُ أَبِيهِ ثُمَّ عَمَّاتُ أَبِيهِ ثُمَّ بَنَاتُ إِخْوَتِهِ وَأَخَوَاتِهِ ثُمَّ بَنَاتُ أَعْمَامِهِ وَعَمَّاتِهِ ثُمَّ لِبَاقِي الْعَصَبَةِ: الْأَقْرَبُ فَالْأَقْرَبُ.
Yang paling berhak mengasuh anak adalah ibu, meskipun dengan upah yang setara dengan adanya orang yang bersedia mengasuh secara sukarela. Kemudian ibunya ibu (nenek) dari pihak ibu, yang terdekat kekerabatannya. Lalu ayah, kemudian ibunya ayah, kemudian kakek, kemudian ibunya kakek, kemudian saudara perempuan sekandung, kemudian saudara perempuan seibu, kemudian saudara perempuan seayah, kemudian bibi dari ibu sekandung, kemudian bibi dari ibu yang seibu, kemudian bibi dari ibu yang seayah, kemudian bibi dari ayah dengan urutan yang sama, kemudian bibi dari ibu si ibu, kemudian bibi dari ayahnya ibu, kemudian bibi dari ayahnya ayah, kemudian anak-anak perempuan dari saudara laki-laki dan saudara perempuannya, kemudian anak-anak perempuan dari paman dan bibinya, kemudian kepada ashabah yang tersisa, yang terdekat kekerabatannya.
وَلَا حَضَانَةَ لِمَنْ فِيهِ رِقٌّ وَلَا لِفَاسِقٍ وَلَا لِكَافِرٍ عَلَى مُسْلِمٍ وَلَا لِمُتَزَوِّجَةٍ بِأَجْنَبِيٍّ.
Tidak ada hak asuh bagi orang yang berstatus budak, orang fasik, orang kafir atas anak muslim, dan wanita yang menikah dengan orang asing (non-mahram).
وَمَتَى زَالَ الْمَانِعُ أَوْ أَسْقَطَ الْأَحَقُّ حَقَّهُ١ ثُمَّ عَادَ، عَادَ الْحَقُّ لَهُ.
Dan kapan pun penghalang hilang atau pihak yang lebih berhak menggugurkan haknya1 kemudian kembali, maka hak itu kembali kepadanya.
وَإِنْ أَرَادَ أَحَدُ الْأَبَوَيْنِ السَّفَرَ وَيَرْجِعُ فَالْمُقِيمُ أَحَقُّ بِالْحَضَانَةِ وَإِنْ كَانَ لِسُكْنَى وَهُوَ: مَسَافَةُ قَصْرٍ فَالْأَبُ أَحَقُّ وَدُونَهَا فَالْأُمُّ أَحَقُّ.
Jika salah satu dari kedua orang tua ingin bepergian dan kembali, maka yang menetap lebih berhak atas hadhanah. Jika untuk tempat tinggal dan itu sejauh masafah qashar, maka ayah lebih berhak, dan jika kurang dari itu maka ibu lebih berhak.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِذَا بَلَغَ الصَّبِيُّ سَبْعَ سِنِينَ عَاقِلًا خُيِّرَ بَيْنَ أَبَوَيْهِ فَإِنِ اخْتَارَ أَبَاهُ كَانَ عِنْدَهُ لَيْلًا وَنَهَارًا وَلَا يُمْنَعُ مِنْ زِيَارَةِ أُمِّهِ وَلَا هِيَ مِنْ زِيَارَتِهِ وَإِنِ اخْتَارَ أُمَّهُ كَانَ عِنْدَهَا لَيْلًا وَعِنْدَ أَبِيهِ نَهَارًا لِيُؤَدِّبَهُ وَيُعَلِّمَهُ.
Apabila anak laki-laki telah mencapai usia tujuh tahun dalam keadaan berakal, ia diberi pilihan antara kedua orang tuanya. Jika ia memilih ayahnya, maka ia berada bersamanya siang dan malam, dan tidak dilarang mengunjungi ibunya, dan ibunya pun tidak dilarang mengunjunginya. Jika ia memilih ibunya, maka ia berada bersamanya di malam hari dan bersama ayahnya di siang hari agar ayahnya mendidik dan mengajarinya.
وَإِذَا بَلَغَتِ الْأُنْثَى سَبْعًا كَانَتْ عِنْدَ أَبِيهَا وُجُوبًا إِلَى أَنْ تَتَزَوَّجَ.
Apabila anak perempuan telah mencapai usia tujuh tahun, ia wajib berada bersama ayahnya hingga ia menikah.
وَيَمْنَعُهَا وَمَنْ يَقُومُ مَقَامَهُ مِنَ الْإِنْفِرَادِ.
Dan ayahnya serta orang yang menggantikan kedudukannya mencegahnya menyendiri.
وَلَا تُمْنَعُ الْأُمُّ مِنْ زِيَارَتِهَا وَلَا هِيَ مِنْ زِيَارَةِ أُمِّهَا إِنْ لَمْ يُخَفْ الْفَسَادُ.
Ibu tidak dilarang mengunjunginya, dan ia pun tidak dilarang mengunjungi ibunya jika tidak dikhawatirkan terjadi kerusakan.
وَالْمَجْنُونُ وَلَوْ أُنْثَى عِنْدَ أُمِّهِ مُطْلَقًا.
Orang gila meskipun perempuan berada bersama ibunya secara mutlak.
وَلَا يُتْرَكُ الْمَحْضُونُ بِيَدِ مَنْ لَا يَصُونُهُ وَيُصْلِحُهُ.
Anak yang diasuh tidak boleh dibiarkan bersama orang yang tidak menjaga dan memperbaikinya.
كِتَابُ الجِنَايَاتِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْجِنَايَاتِ
Kitab Jinayat
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْجِنَايَاتِ
Kitab Jinayat
وَهِيَ: التَّعَدِّي عَلَى الْبَدَنِ بِمَا يُوجِبُ قِصَاصًا أَوْ مَالًا.
Yaitu: Pelanggaran terhadap tubuh yang mewajibkan qisas atau diyat.
وَالْقَتْلُ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ:
Pembunuhan terbagi menjadi tiga jenis:
أَحَدُهُمَا: الْعَمْدُ الْعُدْوَانُ وَيَخْتَصُّ الْقِصَاصُ بِهِ أَوِ الدِّيَةُ فَالْوَلِيُّ مُخَيَّرٌ١ وَعَفْوُهُ مَجَّانًا أَفْضَلُ.
Pertama: Pembunuhan sengaja dan permusuhan, yang khusus dikenai qisas atau diyat, maka wali korban diberi pilihan¹ dan memaafkannya secara cuma-cuma adalah lebih utama.
وَهُوَ: أَنْ يَقْصِدَ الْجَانِي مَنْ يَعْلَمُهُ آدَمِيًّا مَعْصُومًا فَيَقْتُلَهُ بِمَا يَغْلِبُ عَلَيْ الظَّنِّ مَوْتُهُ بِهِ فَلَوْ تَعَمَّدَ جَمَاعَةٌ قَتْلَ وَاحِدٍ٢ قُتِلُوا جَمِيعًا إِنْ صَلُحَ فِعْلُ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ لِلْقَتْلِ وَإِنْ جَرَحَ وَاحِدٌ مِنْهُمْ جُرْحًا وَالْآخَرُ مِائَةً وَمَنْ قَطَعَ أَوْ بَطَّ سِلْعَةً خَطْوَةً مِنْ مُكَلَّفٍ بِلَا إِذْنِهِ أَوْ مِنْ غَيْرِ مُكَلَّفٍ بِلَا إِذْنِ وَلِيِّهِ فَمَاتَ فَعَلَيْهِ الْقَوَدُ.
Yaitu: Pelaku dengan sengaja membunuh seseorang yang dia ketahui sebagai manusia yang terlindungi, dengan sesuatu yang secara umum diduga dapat menyebabkan kematian. Jika sekelompok orang dengan sengaja membunuh satu orang², mereka semua dibunuh jika perbuatan masing-masing dari mereka layak untuk pembunuhan. Jika salah seorang dari mereka melukai satu luka dan yang lain seratus luka, dan siapa yang memotong atau membelah tumor ganas dari orang yang dibebani tanggung jawab tanpa izinnya, atau dari orang yang tidak dibebani tanggung jawab tanpa izin walinya, lalu dia mati, maka dia dikenai qisas.
الثَّانِي: شِبْهُ الْعَمْدِ وَهُوَ: أَنْ يَقْصِدَهُ بِجِنَايَةٍ لَا تَقْتُلُ غَالِبًا وَلَمْ يَجْرَحْهُ بِهَا فَإِنْ جَرَحَهُ٣ وَلَوْ جُرْحًا صَغِيرًا قُتِلَ بِهِ.
Kedua: Pembunuhan semi sengaja, yaitu: Pelaku menyerangnya dengan serangan yang umumnya tidak mematikan dan tidak melukainya dengannya. Jika dia melukainya³ meskipun luka kecil, dia dibunuh karenanya.
الثَّالِثُ: الخَطَأُ وَهُوَ: أَنْ يَفْعَلَ مَا يَجُوزُ لَهُ فِعْلُهُ مِنْ دَقٍّ أَوْ رَمْيِ صَيْدٍ وَ٤ نَحْوِهِ أَوْ يَظُنُّهُ٥ مُبَاحَ الدَّمِ فَيَبِينُ٦ آدَمِيًّا مَعْصُومًا.
Ketiga: Kesalahan, yaitu: melakukan apa yang boleh dilakukan seperti mengetuk atau melempar buruan dan sejenisnya, atau menyangka darahnya mubah, lalu ternyata manusia yang ma'shum.
فَفِي الْقِسْمَيْنِ الْأَخِيرَيْنِ الْكَفَّارَةُ عَلَى الْقَاتِلِ وَالدِّيَةُ عَلَى عَاقِلَتِهِ.
Dalam dua bagian terakhir, kafarat dibebankan kepada pembunuh dan diyat dibebankan kepada 'aqilah-nya.
وَمَنْ قَالَ لِإِنْسَانٍ: اقْتُلْنِي أَوِ اجْرَحْنِي فَقَتَلَهُ أَوْ جَرَحَهُ: لَمْ يَلْزَمْهُ شَيْءٌ وَكَذَا لَوْ دَفَعَ لِغَيْرِ مُكَلَّفٍ آلَةَ قَتْلٍ وَلَمْ يَأْمُرْهُ بِهِ.
Barangsiapa berkata kepada seseorang, "Bunuhlah aku atau lukai aku," lalu orang itu membunuhnya atau melukainya, maka orang itu tidak berkewajiban apa pun. Demikian pula jika seseorang memberikan senjata mematikan kepada orang yang tidak mukallaf dan tidak memerintahkannya untuk membunuh.
بَابُ شُرُوطِ القِصَاصِ فِي النَّفْسِ
بَابُ شُرُوطِ الْقِصَاصِ فِي النَّفْسِ
Bab Syarat-Syarat Qisas dalam Pembunuhan
وَهِيَ أَرْبَعَةٌ: الْأَوَّلُ: تَكْلِيفُ الْقَاتِلِ فَلَا قِصَاصَ عَلَى صَغِيرٍ وَمَجْنُونٍ بَلِ الْكَفَّارَةُ فِي مَالِهِمَا وَالدِّيَةُ عَلَى عَاقِلَتِهِمَا.
Ada empat syarat: Pertama, pembunuh harus mukallaf (baligh dan berakal). Tidak ada qisas atas anak kecil dan orang gila, tetapi mereka wajib membayar kafarat dari harta mereka dan diyat atas 'aqilah (keluarga) mereka.
الثَّانِي: عِصْمَةُ الْمَقْتُولِ فَلَا كَفَّارَةَ وَلَا دِيَةَ عَلَى قَاتِلِ حَرْبِيٍّ أَوْ مُرْتَدٍّ أَوْ زَانٍ مُحْصَنٍ وَلَوْ أَنَّهُ مِثْلُهُ.
Kedua, orang yang terbunuh harus ma'shum (terlindungi darahnya). Tidak ada kafarat dan diyat atas pembunuh orang harbi, murtad, atau pezina muhshan, meskipun pembunuhnya sama dengannya.
الثَّالِثُ: الْمُكَافَأَةُ: بِأَنْ لَا يَفْضُلَ الْقَاتِلُ الْمَقْتُولَ حَالَ الْجِنَايَةِ بِالْإِسْلَامِ أَوِ الْحُرِّيَّةِ أَوِ الْمِلْكِ١.
Ketiga, kesetaraan (mukafa'ah): pembunuh tidak boleh melebihi korban dalam hal Islam, kemerdekaan, atau kepemilikan¹ pada saat pembunuhan terjadi.
فَلَا يُقْتَلُ الْمُسْلِمُ وَلَوْ عَبْدًا بِالْكَافِرِ وَلَوْ حُرًّا وَلَا الْحُرُّ وَلَوْ ذِمِّيًّا بِالْعَبْدِ وَلَوْ مُسْلِمًا وَلَا الْمُكَاتَبُ بِعَبْدِهِ وَلَوْ كَانَ ذَا رَحِمٍ مَحْرَمٍ لَهُ٢.
Seorang Muslim tidak dibunuh karena membunuh orang kafir meskipun ia seorang budak dan yang terbunuh adalah orang merdeka. Orang merdeka tidak dibunuh karena membunuh budak meskipun ia seorang dzimmi dan yang terbunuh adalah Muslim. Seorang mukatab tidak dibunuh karena membunuh budaknya meskipun budak itu adalah mahram baginya².
وَيُقْتَلُ الْحُرُّ الْمُسْلِمُ وَلَوْ ذَكَرًا بِالْحُرِّ الْمُسْلِمِ وَلَوْ أُنْثَى وَالرَّقِيقُ كَذَلِكَ وَبِمَنْ هُوَ أَعْلَى مِنْهُ وَالذِّمِّيُّ كَذَلِكَ.
Orang merdeka Muslim dibunuh karena membunuh orang merdeka Muslim meskipun ia laki-laki dan yang terbunuh perempuan. Demikian pula budak, ia dibunuh karena membunuh budak atau yang lebih tinggi darinya. Begitu juga dengan orang dzimmi.
الرَّابِعُ: أَنْ يَكُونَ الْمَقْتُولُ لَيْسَ بِوَلَدٍ لِلْقَاتِلِ فَلَا يُقْتَلُ الْأَبُ وَإِنْ عَلَا وَلَا الْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ بِالْوَلَدِ وَلَا وَلَدُ الْوَلَدِ وَإِنْ سَفَلَ وَيُورَثُ الْقِصَاصُ عَلَى قَدْرِ الْمِيرَاثِ فَمَتَى وَرِثَ الْقَاتِلُ أَوْ وَلَدُهُ شَيْئًا مِنَ الْقِصَاصِ فَلَا قِصَاصَ.
Keempat: Bahwa orang yang terbunuh bukanlah anak dari pembunuh, maka tidak dibunuh ayah meskipun ke atas, ibu meskipun ke atas, dengan anak, dan tidak pula anak dari anak meskipun ke bawah. Dan qisas diwariskan sesuai kadar warisan. Maka kapan saja pembunuh atau anaknya mewarisi sesuatu dari qisas, maka tidak ada qisas.
بَابُ شُرُوطِ اسْتِيفَاءِ القِصَاصِ
بَابُ شُرُوطِ اسْتِيفَاءِ الْقِصَاصِ
Bab Syarat-Syarat Pelaksanaan Qisas
وَهِيَ ثَلَاثَةٌ:
Dan itu ada tiga:
الْأَوَّلُ: تَكْلِيفُ الْمُسْتَحِقِّ فَإِنْ كَانَ صَغِيرًا أَوْ مَجْنُونًا حُبِسَ الْجَانِي إِلَى تَكْلِيفِهِ فَإِنِ احْتَاجَ لِنَفَقَةٍ١ فَلِوَلِيِّ الْمَجْنُونِ فَقَطْ الْعَفْوُ إِلَى الدِّيَةِ.
Pertama: Taklif (kewajiban) bagi yang berhak. Jika ia masih kecil atau gila, maka pelaku ditahan hingga ia baligh. Jika ia membutuhkan nafkah, maka hanya wali orang gila yang boleh memaafkan dengan diyat.
الثَّانِي: اتِّفَاقُ الْمُسْتَحِقِّينَ عَلَى اسْتِيفَائِهِ فَلَا يَنْفَرِدُ بِهِ بَعْضُهُمْ وَيُنْتَظَرُ قُدُومُ الْغَائِبِ٢ وَتَكْلِيفُ غَيْرِ الْمُكَلَّفِ.
Kedua: Kesepakatan para mustahiq (pihak yang berhak) untuk melaksanakannya. Sebagian dari mereka tidak boleh melakukannya sendiri. Ditunggu kedatangan yang tidak hadir dan taklif bagi yang belum mukallaf.
وَمَنْ مَاتَ مِنَ الْمُسْتَحِقِّينَ فَوَارِثُهُ كَهُوَ. وَإِنْ عَفَا بَعْضُهُمْ وَلَوْ زَوْجًا أَوْ زَوْجَةً أَوْ أَقَرَّ بِعَفْوِ شَرِيكِهِ سَقَطَ الْقِصَاصُ.
Siapa saja dari para mustahiq yang meninggal, maka ahli warisnya seperti dia. Jika sebagian dari mereka memaafkan, meskipun suami atau istri, atau mengakui maaf dari mitranya, maka gugur qisas.
الثَّالِثُ: أَنْ يُؤْمَنَ فِي اسْتِيفَائِهِ تَعَدِّيهِ إِلَى الْغَيْرِ فَلَوْ لَزِمَ الْقِصَاصُ حَامِلًا لَمْ تُقْتَلْ حَتَّى تَضَعَ ثُمَّ إِنْ وُجِدَ مَنْ يُرْضِعُهُ قُتِلَتْ وَإِلَّا فَلَا٣ حَتَّى تُرْضِعَهُ حَوْلَيْنِ.
Ketiga: Aman dari pelanggaran terhadap pihak lain dalam pelaksanaannya. Seandainya qisas wajib pada wanita hamil, ia tidak dibunuh hingga melahirkan. Kemudian jika ditemukan orang yang menyusuinya, ia dibunuh. Jika tidak, maka tidak sampai ia menyusuinya selama dua tahun.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَحْرُمُ اسْتِيفَاءُ الْقِصَاصِ بِلَا حُضُورِ سُلْطَانٍ١ أَوْ نَائِبِهِ وَيَقَعُ الْمَوْقِعُ.
Dan haram melaksanakan qisas tanpa kehadiran penguasa¹ atau wakilnya, dan pelaksanaannya terjadi.
وَيَحْرُمُ قَتْلُ الْجَانِي بِغَيْرِ السَّيْفِ وَقَطْعُ طَرَفِهِ بِغَيْرِ السِّكِّينِ لِئَلَّا يُحِيفَ٢.
Dan haram membunuh pelaku dengan selain pedang dan memotong anggota tubuhnya dengan selain pisau agar tidak menimbulkan kezaliman².
وَإِنْ بَطَشَ وَلِيُّ الْمَقْتُولِ بِالْجَانِي فَظَنَّ أَنَّهُ قَتَلَهُ فَلَمْ يَكُنْ وَدَاوَاهُ أَهْلُهُ حَتَّى بَرِئَ: فَإِنْ شَاءَ الْوَلِيُّ دَفَعَ دِيَةَ فِعْلِهِ وَقَتَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ.
Jika wali korban menyerang pelaku dan mengira telah membunuhnya tetapi ternyata tidak, lalu keluarganya mengobatinya hingga sembuh: jika wali menghendaki, ia membayar diyat atas perbuatannya dan membunuhnya, jika tidak maka meninggalkannya.
بَابُ شُرُوطِ القِصَاصِ فِيمَا دُونَ النَّفْسِ
بَابُ شُرُوطِ الْقِصَاصِ فِيمَا دُونَ النَّفْسِ
Bab Syarat-Syarat Qisas pada Selain Jiwa
مَنْ أَخَذَ بِغَيْرِهِ فِي النَّفْسِ أُخِذَ بِهِ فِيمَا دُونَهَا وَمَنْ لَا فَلَا.
Barangsiapa yang diambil dengan selain dirinya pada jiwa, maka ia diambil dengannya pada selain jiwa, dan barangsiapa tidak, maka tidak.
وَشُرُوطُهُ أَرْبَعَةٌ:
Dan syarat-syaratnya ada empat:
أَحَدُهَا: الْعَمْدُ الْعُدْوَانُ فَلَا قِصَاصَ فِي غَيْرِهِ.
Pertama: Kesengajaan yang melampaui batas, maka tidak ada qisas pada selainnya.
الثَّانِي: إِمْكَانُ الِاسْتِيفَاءِ بِلَا حَيْفٍ: بِأَنْ يَكُونَ الْقَطْعُ مِنْ مَفْصِلٍ أَوْ يَنْتَهِي إِلَى حَدٍّ كَمَارِنِ الْأَنْفِ وَهُوَ: مَا لَانَ مِنْهُ فَلَا قِصَاصَ فِي جَائِفَةٍ وَلَا فِي قَطْعِ الْقَصَبَةِ أَوْ قَطْعِ بَعْضِ سَاعِدِهِ أَوْ سَاقٍ أَوْ.
Kedua: Kemungkinan pemenuhan tanpa kezaliman: Dengan pemotongan dari persendian atau berakhir pada batas seperti ujung hidung, yaitu: bagian yang lunak darinya. Maka tidak ada qisas pada luka dalam, tidak pula pada pemotongan tenggorokan, atau pemotongan sebagian lengan bawah, atau betis, atau.
عَضُدٌ١ أَوْ وَرِكٌ فَإِنْ خَالَفَ فَاقْتَصَّ بِقَدْرِ حَقِّهِ وَلَمْ يَسْرِ: وَقَعَ الْمَوْقِعَ وَلَمْ يَلْزَمْهُ شَيْءٌ.
Lengan atas١ atau pinggul, jika berbeda, maka qisas sesuai dengan haknya dan tidak menyebar: terjadi pada tempatnya dan tidak ada kewajiban apapun padanya.
الثَّالِثُ: الْمُسَاوَاةُ فِي الِاسْمِ فَلَا تُقْطَعُ الْيَدُ بِالرِّجْلِ وَعَكْسُهُ وَفِي الْمَوْضِعِ: فَلَا تُقْطَعُ الْيُمْنَى٢ بِالشِّمَالِ وَعَكْسُهُ.
Ketiga: Kesetaraan dalam nama, maka tangan tidak dipotong dengan kaki dan sebaliknya, dan dalam posisi: maka yang kanan٢ tidak dipotong dengan yang kiri dan sebaliknya.
الرَّابِعُ: مُرَاعَاةُ الصِّحَّةِ وَالْكَمَالِ فَلَا يُؤْخَذُ كَامِلَةُ الْأَصَابِعِ أَوِ٣ الْأَظَافِرِ بِنَاقِصَتِهَا وَلَا عَيْنٌ صَحِيحَةٌ بِقَائِمَةٍ وَلَا لِسَانٌ نَاطِقٌ بِأَخْرَسَ وَلَا صَحِيحٌ بِأَشَلَّ مِنْ يَدٍ وَرِجْلٍ وَأَصْبَعٍ وَذَكَرٍ٤ وَلَا ذَكَرٌ فَحْلٌ بِذَكَرٍ خَصِيٍّ وَيُؤْخَذُ بِمَارِنٍ صَحِيحٍ بِمَارِنٍ أَشَلَّ وَأُذُنٍ صَحِيحَةٍ بِأُذُنٍ شَلَّاءَ.
Keempat: Memperhatikan kesehatan dan kesempurnaan, maka jari-jari atau٣ kuku yang sempurna tidak diambil dengan yang kurang darinya, mata yang sehat tidak diambil dengan yang buta, lidah yang berbicara tidak diambil dengan yang bisu, yang sehat tidak diambil dengan yang lumpuh dari tangan, kaki, jari, dan kemaluan٤, kemaluan yang berfungsi tidak diambil dengan kemaluan yang dikebiri, dan hidung yang sehat diambil dengan hidung yang lumpuh, telinga yang sehat diambil dengan telinga yang lumpuh.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُشْتَرَطُ لِجَوَازِ الْقِصَاصِ فِي الْجُرُوحِ انْتِهَاؤُهَا إِلَى عَظْمٍ: كَجُرْحِ الْعَضُدِ وَالسَّاعِدِ وَالْفَخِذِ وَالسَّاقِ وَالْقَدَمِ وَكَالْمُوضِحَةِ وَالْهَاشِمَةِ وَالْمُنَقِّلَةِ وَالْمَأْمُومَةِ.
Dan disyaratkan untuk bolehnya qisas pada luka-luka, berakhirnya luka sampai tulang: seperti luka lengan atas, lengan bawah, paha, betis, kaki, luka mudhihah, hasyimah, munaqqilah, dan ma'mumah.
وَسِرَايَةُ الْقِصَاصِ هَدَرٌ وَسِرَايَةُ الْجِنَايَةِ مَضْمُونَةٌ مَا لَمْ يَقْتَصَّ رَبُّهَا قَبْلَ بُرْئِهِ: فَهَدَرٌ أَيْضًا.
Penyebaran qisas adalah sia-sia dan penyebaran tindak pidana dijamin selama pemiliknya tidak menuntut qisas sebelum sembuh: maka itu juga sia-sia.
كِتَابُ الدِّيَاتِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الدِّيَاتِ
Kitab Diyat
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الدِّيَاتِ
Kitab Diyat
مَنْ أَتْلَفَ إِنْسَانًا أَوْ جُزْءًا مِنْهُ بِمُبَاشَرَةٍ أَوْ سَبَبٍ: إِنْ كَانَ عَمْدًا فَالدِّيَةُ فِي مَالِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ عَمْدٍ فَعَلَى عَاقِلَتِهِ.
Barangsiapa yang merusak manusia atau sebagiannya dengan perbuatan langsung atau sebab: jika disengaja maka diyat diambil dari hartanya, dan jika tidak disengaja maka dibebankan kepada 'aqilah-nya.
وَمَنْ حَفَرَ تَعَدِّيًا بِئْرًا قَصِيرَةً فَعَمَّقَهَا آخَرُ: فَضَمَانُ تَالِفٍ بَيْنَهُمَا وَإِنْ وَضَعَ ثَالِثٌ سِكِّينًا فَـ أَثْلَاثًا وَإِنْ وَضَعَ وَاحِدٌ حَجَرًا تَعَدِّيًا فَعَثَرَ فِيهِ إِنْسَانٌ فَوَقَعَ فِي الْبِئْرِ: فَالضَّمَانُ عَلَى وَاضِعِ الْحَجَرِ كَالدَّافِعِ.
Barangsiapa yang menggali sumur pendek secara ilegal lalu orang lain memperdalamnya: maka jaminan kerusakan dibagi di antara keduanya. Jika orang ketiga meletakkan pisau maka dibagi tiga. Jika seseorang meletakkan batu secara ilegal lalu manusia tersandung dan jatuh ke dalam sumur: maka jaminan dibebankan kepada yang meletakkan batu seperti orang yang mendorong.
وَإِنْ تَجَاذَبَ حُرَّانِ مُكَلَّفَانِ حَبْلًا فَانْقَطَعَ فَسَقَطَا مَيِّتَيْنِ: فَعَلَى عَاقِلَةِ كُلٍّ دِيَةُ الْآخَرِ وَإِنِ اصْطَدَمَا فَكَذَلِكَ.
Jika dua orang merdeka yang mukallaf saling menarik tali lalu tali itu putus dan keduanya jatuh mati: maka setiap 'aqilah menanggung diyat yang lain. Jika keduanya saling bertabrakan maka demikian juga.
وَمَنْ أَرْكَبَ صَغِيرَيْنِ لَا وِلَايَةَ لَهُ عَلَى وَاحِدٍ١ مِنْهُمَا فَاصْطَدَمَا فَمَاتَا: فَدِيَتُهُمَا مِنْ مَالِهِ.
Barangsiapa yang menaikkan dua anak kecil yang tidak berada di bawah perwaliannya١ lalu keduanya saling bertabrakan dan mati: maka diyat keduanya diambil dari hartanya.
وَمَنْ أَرْسَلَ صَغِيرًا لِحَاجَةٍ فَأَتْلَفَ نَفْسًا أَوْ مَالًا: فَالضَّمَانُ عَلَى مُرْسِلِهِ.
Barangsiapa yang mengutus anak kecil untuk suatu keperluan lalu dia merusak jiwa atau harta: maka jaminan dibebankan kepada yang mengutusnya.
وَمَنْ أَلْقَى حَجَرًا أَوْ عِدْلًا مَمْلُوءًا بِسَفِينَةٍ فَغَرِقَتْ ضَمِنَ جَمِيعَ مَا فِيهَا.
Barangsiapa yang melemparkan batu atau karung yang penuh ke kapal lalu kapal itu tenggelam, dia harus menjamin semua yang ada di dalamnya.
وَمَنِ اضْطُرَّ إِلَى طَعَامِ غَيْرِ مُضْطَرٍّ أَوْ٢ شَرَابِهِ فَمَنَعَهُ حَتَّى مَاتَ أَوْ
Dan barangsiapa yang terpaksa membutuhkan makanan orang yang tidak terpaksa atau minumannya, lalu dia mencegahnya hingga mati atau
أَخَذَ طَعَامَ غَيْرِهِ أَوْ شَرَابَهُ وَهُوَ عَاجِزٌ أَوْ أَخَذَ دَابَّتَهُ أَوْ مَا يَدْفَعُ بِهِ عَنْ نَفْسِهِ مِنْ سَبُعٍ وَنَحْوِهِ فَأَهْلَكَهُ ضَمِنَهُ.
Mengambil makanan atau minuman orang lain yang tidak berdaya, atau mengambil hewan tunggangannya atau sesuatu yang digunakan untuk mempertahankan dirinya dari binatang buas dan sejenisnya, lalu merusaknya, maka ia harus menggantinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ تَلِفَ وَاقِعٌ عَلَى نَائِمٍ غَيْرِ مُتَعَدٍّ بِنَوْمِهِ فَهَدَرٌ وَإِنْ تَلِفَ النَّائِمُ فَغَيْرُ هَدَرٍ.
Jika seseorang yang jatuh menimpa orang yang sedang tidur yang tidak melanggar dengan tidurnya itu binasa, maka darahnya sia-sia (tidak ada diyat). Namun jika orang yang tidur itu yang binasa, maka darahnya tidak sia-sia (ada diyat).
وَإِنْ سَلَّمَ بَالِغٌ عَاقِلٌ نَفْسَهُ أَوْ وَلَدَهُ إِلَى سَابِحٍ حَاذِقٍ لِيُعَلِّمَهُ فَغَرِقَ أَوْ أَمَرَ مُكَلَّفًا يَنْزِلُ بِئْرًا أَوْ يَصْعَدُ شَجَرَةً فَهَلَكَ أَوْ تَلِفَ أَجِيرٌ لِحَفْرِ بِئْرٍ أَوْ بِنَاءِ حَائِطٍ بِهَدْمٍ وَنَحْوِهِ أَوْ أَمْكَنَهُ إِنْجَاءُ نَفْسٍ مِنْ مُهْلِكَةٍ فَلَمْ يَفْعَلْ أَوْ أَدَّبَ وَلَدَهُ وَزَوْجَتَهُ فِي نُشُوزٍ أَوْ أَدَّبَ سُلْطَانٌ رَعِيَّتَهُ وَلَمْ يُسْرِفْ فَهَدَرٌ فِي الْجَمِيعِ.
Jika seorang baligh berakal menyerahkan dirinya atau anaknya kepada perenang ahli untuk mengajarinya lalu tenggelam, atau memerintahkan orang mukallaf untuk turun ke sumur atau memanjat pohon lalu binasa, atau seorang pekerja binasa karena menggali sumur atau membangun dinding yang runtuh dan sejenisnya, atau ia mampu menyelamatkan jiwa dari kebinasaan namun tidak melakukannya, atau ia mendidik anaknya dan istrinya yang nusyuz, atau seorang penguasa mendidik rakyatnya dan tidak berlebihan, maka semuanya sia-sia (tidak ada diyat).
وَإِنْ أَسْرَفَ أَوْ زَادَ عَلَى مَا يَحْصُلُ بِهِ الْمَقْصُودُ أَوْ ضَرَبَ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ مِنْ صَبِيٍّ أَوْ غَيْرِهِ: ضَمِنَ.
Jika ia berlebihan atau melebihi apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan, atau memukul orang yang tidak berakal seperti anak kecil atau lainnya, maka ia harus mengganti rugi.
وَمَنْ نَامَ عَلَى سَقْفٍ فَهَوَى بِهِ لَمْ يَضْمَنْ مَا تَلِفَ بِسُقُوطِهِ.
Barangsiapa tidur di atas atap lalu jatuh, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh jatuhnya.
فَصْلٌ فِي مَقَادِيرِ دِيَاتِ النَّفْسِ
فَصْلٌ فِي مَقَادِيرِ دِيَاتِ النَّفْسِ
Bab tentang ukuran-ukuran diyat jiwa
دِيَةُ الْحُرِّ الْمُسْلِمِ طِفْلًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا مِائَةُ بَعِيرٍ أَوْ مِائَتَا بَقَرَةٍ أَوْ أَلْفَا شَاةٍ أَوْ أَلْفُ مِثْقَالِ ذَهَبٍ أَوِ اثْنَا عَشَرَ أَلْفَ دِرْهَمِ فِضَّةٍ.
Diyat orang merdeka Muslim, baik anak kecil maupun dewasa, adalah 100 ekor unta, atau 200 ekor sapi, atau 1000 ekor kambing, atau 1000 mitsqal emas, atau 12.000 dirham perak.
وَدِيَةُ الْحُرَّةِ الْمُسْلِمَةِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ وَدِيَةُ الْكِتَابِيِّ الْحُرِّ كَدِيَةِ الْحُرَّةِ الْمُسْلِمَةِ وَدِيَةُ الْكِتَابِيَّةِ عَلَى النِّصْفِ وَدِيَةُ الْمَجُوسِيِّ الْحُرِّ ثَمَانِمِائَةِ دِرْهَمٍ وَالْمَجُوسِيَّةِ عَلَى النِّصْفِ.
Diyat wanita merdeka Muslimah adalah setengah dari itu. Diyat orang merdeka Ahli Kitab sama dengan diyat wanita merdeka Muslimah. Diyat wanita Ahli Kitab adalah setengahnya. Diyat orang Majusi merdeka adalah 800 dirham, dan wanita Majusi setengahnya.
وَيَسْتَوِي الذَّكَرُ وَالْأُنْثَى فِيمَا يُوجِبُ دُونَ ثُلُثِ الدِّيَةِ فَلَوْ قَطَعَ ثَلَاثَ أَصَابِعَ حُرَّةٍ مُسْلِمَةٍ لَزِمَهُ ثَلَاثُونَ بَعِيرًا فَلَوْ قَطَعَ رَابِعَةً قَبْلَ بُرْءٍ رُدَّتْ إِلَى عِشْرِينَ.
Laki-laki dan perempuan setara dalam hal yang mewajibkan kurang dari sepertiga diyat. Jika seseorang memotong tiga jari wanita merdeka Muslimah, ia wajib membayar 30 ekor unta. Jika ia memotong jari keempat sebelum sembuh, dikembalikan menjadi 20 ekor.
وَتُغَلَّظُ دِيَةُ قَتْلِ الْخَطَأِ فِي كُلٍّ مِنْ حَرَمِ مَكَّةَ وَإِحْرَامٍ وَشَهْرٍ حَرَامٍ بِالثُّلُثِ فَمَعَ اجْتِمَاعِ الثَّلَاثَةِ يَجِبُ دِيَتَانِ.
Diyat pembunuhan tidak sengaja diberatkan di Tanah Haram Makkah, saat ihram, dan di bulan-bulan haram sebesar sepertiga. Jika tiga hal itu terkumpul, maka wajib dua diyat.
وَإِنْ قَتَلَ مُسْلِمٌ كَافِرًا عَمْدًا أَضْعَفَ دِيَتَهُ وَدِيَةُ الرَّقِيقِ: قِيمَتُهُ قَلَّتْ أَوْ كَثُرَتْ.
Jika seorang Muslim membunuh orang kafir dengan sengaja, diyatnya dilipatgandakan. Diyat budak adalah harganya, sedikit atau banyak.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ جَنَى١ عَلَى حَامِلٍ فَأَلْقَتْ جَنِينًا حُرًّا مُسْلِمًا ذَكَرًا كَانَ أَوْ أُنْثَى فَدِيَتُهُ: غُرَّةٌ قِيمَتُهَا: عُشْرُ دِيَةِ أُمِّهِ٢ وَهِيَ: خَمْسٌ مِنَ الْإِبِلِ٣.
Barangsiapa yang melakukan tindak pidana terhadap wanita hamil sehingga mengakibatkan keguguran janin yang merdeka dan Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, maka diyatnya adalah ghurrah yang nilainya sepersepuluh dari diyat ibunya, yaitu lima ekor unta.
وَالْغُرَّةُ: هِيَ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ وَتَتَعَدَّدُ الْغُرَّةُ بِتَعَدُّدِ الْجَنِينِ.
Ghurrah adalah budak laki-laki atau perempuan, dan ghurrah berlipat ganda sesuai dengan jumlah janin.
وَدِيَةُ الْجَنِينِ الرَّقِيقِ: عُشْرُ قِيمَهِ أُمِّهِ.
Diyat janin yang berstatus budak adalah sepersepuluh dari nilai ibunya.
وَدِيَةُ الْجَنِينِ الْمَحْكُومِ بِكُفْرِهِ: غُرَّةٌ قِيمَتُهَا: عُشْرُ قِيمَةِ٤ أُمِّهِ.
Diyat janin yang dihukumi kafir adalah ghurrah yang nilainya sepersepuluh dari nilai ibunya.
وَإِنْ أَلْقَتِ الْجَنِينَ حَيًّا لِوَقْتٍ يَعِيشُ لِمِثْلِهِ وَهُوَ: نِصْفُ سَنَةٍ فَصَاعِدًا فَفِيهِ مَا فِي الْحَيِّ فَإِنْ كَانَ حُرًّا فَفِيهِ دِيَةٌ كَامِلَةٌ وَإِنْ كَانَ رَقِيقًا فَقِيمَتُهُ وَإِنِ اخْتَلَفَا فِي خُرُوجِهِ حَيًّا أَوْ مَيِّتًا فَقَوْلُ الْجَانِي.
Jika janin keluar dalam keadaan hidup pada waktu yang biasanya bisa bertahan hidup, yaitu setengah tahun atau lebih, maka berlaku hukum yang sama dengan orang hidup. Jika janin merdeka, maka diyatnya sempurna. Jika janin berstatus budak, maka diyatnya sesuai nilainya. Jika terjadi perselisihan apakah janin keluar dalam keadaan hidup atau mati, maka yang diterima adalah perkataan pelaku.
وَيَجِبُ فِي الْجَنِينِ الدَّابَّةِ: مَا نَقَصَ مِنْ قِيمَةِ أُمِّهِ.
Diwajibkan pada janin hewan: sesuai dengan penurunan nilai induknya.
فَصْلٌ فِي دِيَةِ الأَعْضَاءِ
فَصْلٌ فِي دِيَةِ الْأَعْضَاءِ
Bab tentang diyat anggota tubuh
مَنْ أَتْلَفَ مَا فِي الْإِنْسَانِ مِنْهُ وَاحِدٌ: كَالْأَنْفِ وَاللِّسَانِ وَالذَّكَرِ فَفِيهِ دِيَةٌ كَامِلَةٌ.
Barangsiapa merusak anggota tubuh manusia yang hanya satu, seperti hidung, lidah, dan dzakar, maka padanya diyat penuh.
وَمَنْ أَتْلَفَ مَا فِي الْإِنْسَانِ مِنْهُ شَيْئَانِ كَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَالْعَيْنَيْنِ وَالْأُذُنَيْنِ وَالْحَاجِبَيْنِ وَالثَّدْيَيْنِ وَالْخُصْيَتَيْنِ فَفِيهِ١ الدِّيَةُ وَفِي أَحَدِهِمَا: نِصْفُهَا٢.
Barangsiapa merusak anggota tubuh manusia yang berpasangan seperti kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, kedua telinga, kedua alis, kedua payudara, dan kedua testis, maka padanya¹ diyat penuh, dan pada salah satunya: setengahnya².
وَفِي الْأَجْفَانِ الْأَرْبَعَةِ: الدِّيَةُ وَفِي أَحَدِهَا: رُبْعُهَا وَفِي أَصَابِعِ الْيَدَيْنِ: الدِّيَةُ وَفِي أَحَدِهَا عُشْرُهَا وَفِي الْأَنْمُلَةِ إِنْ كَانَتْ مِنْ إِبْهَامٍ نِصْفُ عُشْرِ الدِّيَةِ وَإِنْ كَانَتْ مِنْ غَيْرِهِ٣: فَثُلُثُ عُشْرِهَا وَكَذَا أَصَابِعُ الرِّجْلَيْنِ وَفِي السِّنِّ: خَمْسٌ مِنَ الْإِبِلِ وَفِي إِذْهَابِ نَفْعِ عُضْوٍ مِنَ الْأَعْضَاءِ: دِيَةٌ٤ كَامِلَةٌ.
Pada keempat kelopak mata: diyat penuh, pada salah satunya: seperempatnya. Pada jari-jari tangan: diyat penuh, pada salah satunya sepersepuluhnya. Pada ujung jari, jika dari ibu jari setengah dari sepersepuluh diyat, jika dari selainnya³: sepertiga sepersepuluhnya, demikian pula jari-jari kaki. Pada gigi: lima ekor unta. Pada hilangnya manfaat salah satu anggota tubuh: diyat⁴ penuh.
فَصْلٌ فِي دِيَةِ المَنَافِعِ
فَصْلٌ فِي دِيَةِ الْمَنَافِعِ
Bab tentang diyat untuk hilangnya fungsi anggota tubuh
تَجِبُ الدِّيَةُ كَامِلَةً فِي إِذْهَابِ كُلٍّ مِنْ سَمْعٍ وَبَصَرٍ وَشَمٍّ وَذَوْقٍ وَكَلَامٍ١ وَعَقْلٍ وَحَدَبٍ وَمَنْفَعَةِ مَشْيٍ وَنِكَاحٍ وَأَكْلٍ وَصَوْتٍ وَبَطْشٍ.
Diyat penuh wajib dibayarkan atas hilangnya masing-masing dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, bicara¹, akal, punggung, fungsi berjalan, hubungan seksual, makan, suara, dan kemampuan memegang.
وَإِنْ٢ أَفْزَعَ إِنْسَانًا أَوْ ضَرَبَهُ فَأَحْدَثَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ رِيحٍ٣: وَلَمْ يَدُمْ فَعَلَيْهِ ثُلُثُ الدِّيَةِ وَإِنْ دَامَ فَعَلَيْهِ الدِّيَةُ.
Jika² seseorang menakut-nakuti orang lain atau memukulnya sehingga ia buang air besar, kecil, atau kentut³: jika tidak berlangsung lama maka ia harus membayar sepertiga diyat, namun jika berlangsung lama maka ia harus membayar diyat penuh.
فَصْلٌ فِي دِيَةِ الشِّجَّةِ وَالجَائِفَةِ
فَصْلٌ فِي دِيَةِ الشَّجَّةِ وَالْجَائِفَةِ
Bab tentang diyat luka di kepala dan luka yang menembus rongga tubuh
الشَّجَّةُ: اسْمٌ لِجُرْحِ الرَّأْسِ وَالْوَجْهِ.
Asy-Syajjah: istilah untuk luka di kepala dan wajah.
وَهِيَ خَمْسَةٌ:
Ada lima jenis Syajjah:
أَحَدُهَا: الْمُوضِحَةُ الَّتِي تُوضِحُ الْعَظْمَ وَتُبْرِزُهُ وَفِيهَا: نِصْفُ عُشْرٍ
Pertama: Al-Mudhihah, yaitu luka yang menampakkan tulang dan membuatnya terlihat jelas, diyatnya adalah setengah dari sepersepuluh diyat penuh
الدِّيَةُ: خَمْسَةُ أَبْعِرَةٍ١ فَإِنْ كَانَ بَعْضُهَا فِي الرَّأْسِ وَبَعْضُهَا فِي الْوَجْهِ: فَمُوضِحَتَانِ.
Diyat: lima ekor unta. Jika sebagian luka di kepala dan sebagian di wajah: maka dua mudhihah.
الثَّانِي: الْهَاشِمَةُ: الَّتِي تُوضِحُ الْعَظْمَ وَتَهْشِمُهُ وَفِيهَا: عَشَرَةُ أَبْعِرَةٍ.
Kedua: Al-Hashimah: yang menampakkan tulang dan menghancurkannya, diyatnya: sepuluh ekor unta.
الثَّالِثُ: الْمُنَقِّلَةُ: الَّتِي تُوضِحُ وَتَهْشِمُ وَتُنَقِّلُ الْعَظْمَ وَفِيهَا: خَمْسَةَ عَشَرَ بَعِيرًا.
Ketiga: Al-Munaqqilah: yang menampakkan, menghancurkan, dan memindahkan tulang, diyatnya: lima belas ekor unta.
الرَّابِعُ: الْمَأْمُومَةُ الَّتِي تَصِلُ إِلَى جِلْدَةِ الدِّمَاغِ وَفِيهَا: ثُلُثُ الدِّيَةِ.
Keempat: Al-Ma'mumah yang mencapai selaput otak, diyatnya: sepertiga diyat.
الْخَامِسَةُ: الدَّامِغَةُ: الَّتِي تَخْرُقُ الْجِلْدَةَ وَفِيهَا الثُّلُثُ أَيْضًا
Kelima: Ad-Damighah: yang menembus selaput otak, diyatnya juga sepertiga.
فَصْلٌ
Pasal
وَفِي الْجَائِفَةِ: ثُلُثُ الدِّيَةِ وَهِيَ: كُلُّ مَا يَصِلُ إِلَى الْجَوْفِ: كَبَطْنٍ وَظَهْرٍ وَصَدْرٍ وَحَلْقٍ.
Pada luka ja'ifah: sepertiga diyat, yaitu: setiap luka yang mencapai rongga tubuh seperti perut, punggung, dada, dan tenggorokan.
وَإِنْ جُرِحَ جَانِبًا فَخَرَجَ مِنَ الْآخَرِ: فَجَائِفَتَانِ.
Jika satu sisi dilukai dan keluar dari sisi lain: maka dihitung dua luka ja'ifah.
وَمَنْ وَطِئَ زَوْجَةً صَغِيرَةً لَا يُوطَأُ مِثْلُهَا فَخَرَقَ مَا بَيْنَ٢ مَخْرَجِ بَوْلٍ وَمَنِيٍّ أَوْ مَا٣ بَيْنَ السَّبِيلَيْنِ فَعَلَيْهِ الدِّيَةُ إِنْ لَمْ يَسْتَمْسِكِ الْبَوْلُ وَإِلَّا فَجَائِفَةٌ.
Barangsiapa menyetubuhi istri yang masih kecil yang tidak layak disetubuhi sehingga merobek antara tempat keluarnya air kencing dan mani, atau antara dua jalan (dubur dan kemaluan), maka ia wajib membayar diyat jika air kencing tidak bisa ditahan. Jika tidak, maka dihitung luka ja'ifah.
وَإِنْ كَانَتِ الزَّوْجَةُ مِمَّنْ يُوطَأُ مِثْلُهَا لِمِثْلِهِ أَوْ أَجْنَبِيَّةٌ كَبِيرَةٌ مُطَاوِعَةٌ وَلَا شُبْهَةَ فَوَقَعَ ذَلِكَ فَهَدَرٌ.
Dan jika istri adalah orang yang biasa disetubuhi oleh orang seperti suaminya, atau orang asing yang sudah besar dan bersedia, dan tidak ada syubhat, lalu hal itu terjadi, maka itu sia-sia.
بَابُ العَاقِلَةِ
بَابُ الْعَاقِلَةِ
Bab tentang 'Aqilah
وَهِيَ: ذُكُورُ عَصَبَةِ الْجَانِي نَسَبًا وَوَلَاءً.
Yaitu: Kerabat laki-laki dari pihak ayah si pelaku, baik karena hubungan nasab maupun wala'.
وَلَا تَحْمِلُ الْعَاقِلَةُ عَمْدًا وَلَا عَبْدًا وَلَا إِقْرَارًا وَلَا مَا دُونَ ثُلُثِ دِيَةِ ذَكَرٍ مُسْلِمٍ وَلَا قِيمَةَ مُتْلَفٍ.
'Aqilah tidak menanggung pembunuhan sengaja, hamba sahaya, pengakuan, diyat kurang dari sepertiga diyat laki-laki muslim, dan nilai barang yang dirusak.
وَتَحْمِلُ الْخَطَأَ وَشِبْهَ الْعَمْدِ مُؤَجَّلًا فِي ثَلَاثِ سِنِينَ وَابْتِدَاءُ حَوْلِ الْقَتْلِ مِنَ الزُّهُوقِ وَالْجُرْحِ مِنَ الْبُرْءِ وَيُبْدَأُ بِالْأَقْرَبِ فَالْأَقْرَبِ كَالْإِرْثِ.
'Aqilah menanggung pembunuhan tidak sengaja dan semi sengaja dengan cara diangsur selama tiga tahun. Permulaan tahun kematian dihitung sejak meninggalnya korban, sedangkan luka dihitung sejak sembuhnya luka. Dimulai dari kerabat terdekat seperti dalam warisan.
وَلَا يُعْتَبَرُ أَنْ يَكُونُوا وَارِثِينَ لِمَنْ يَعْقِلُونَ عَنْهُ بَلْ مَتَى كَانُوا يَرِثُونَ لَوْلَا الْحَجْبُ عَقَلُوا.
Tidak disyaratkan bahwa mereka harus menjadi ahli waris bagi orang yang mereka tanggung diyatnya. Sebaliknya, selama mereka mewarisi seandainya tidak terhalang, maka mereka menanggung diyat.
وَلَا عَقْلَ عَلَى فَقِيرٍ وَصَبِيٍّ وَمَجْنُونٍ٢ وَامْرَأَةٍ وَلَوْ مُعْتِقَةً.
Tidak ada kewajiban diyat atas orang miskin, anak kecil, orang gila, dan wanita meskipun dia memerdekakan budak.
وَمَنْ لَا عَاقِلَةَ لَهُ أَوْ لَهُ وَعَجَزَتْ فَلَا دِيَةَ عَلَيْهِ وَتَكُونُ فِي بَيْتِ الْمَالِ كَدِيَةِ مَنْ مَاتَ فِي زَحْمَةٍ: كَجُمْعَةٍ وَطَوَافٍ فَإِنْ تَعَذَّرَ الْأَخْذُ مِنْهُ سَقَطَتْ.
Barangsiapa tidak memiliki 'aqilah atau memiliki tetapi tidak mampu, maka tidak ada diyat atasnya dan diyat diambil dari Baitul Mal, seperti diyat orang yang meninggal dalam kerumunan seperti shalat Jumat dan thawaf. Jika pengambilan dari Baitul Mal tidak memungkinkan, maka diyat gugur.
بَابُ كَفَّارَةِ القَتْلِ
بَابُ كَفَّارَةِ الْقَتْلِ
Bab Kafarat Pembunuhan
لَا١ كَفَّارَةَ فِي الْعَمْدِ.
Tidak ada kafarat dalam pembunuhan sengaja.
وَتَجِبُ فِيمَا دُونَهُ فِي مَالِ الْقَاتِلِ لِنَفْسٍ مُحَرَّمَةٍ وَلَوْ جَنِينًا.
Dan wajib membayar kafarat dari harta pembunuh untuk jiwa yang diharamkan meskipun janin.
وَيُكَفِّرُ الرَّقِيقُ بِالصِّيَامِ وَالْكَافِرُ بِالْعِتْقِ وَغَيْرُهُمَا يُكَفِّرُ بِعِتْقِ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ وَلَا إِطْعَامَ هُنَا.
Budak mukallaf membayar kafarat dengan berpuasa dan orang kafir dengan memerdekakan budak, selain keduanya membayar kafarat dengan memerdekakan budak mukmin, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut dan tidak ada memberi makan di sini.
وَتَتَعَدَّدُ الْكَفَّارَةُ بِتَعَدُّدِ الْمَقْتُولِ.
Kafarat berlipat ganda dengan berlipat gandanya orang yang dibunuh.
وَلَا كَفَّارَةَ عَلَى مَنْ قَتَلَ مَنْ يُبَاحُ قَتْلُهُ: كَزَانٍ مُحْصَنٍ وَمُرْتَدٍّ وَحَرْبِيٍّ وَبَاغٍ وَقِصَاصٍ٢ وَدَفْعًا عَنْ نَفْسِهِ.
Tidak ada kafarat atas orang yang membunuh orang yang boleh dibunuh seperti: pezina muhshan, murtad, orang yang memerangi, pemberontak, qishash dan membela diri.
كِتَابُ الحُدُودِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْحُدُودِ
Kitab Hudud
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْحُدُودِ
Kitab Hudud
لَا حَدَّ إِلَّا عَلَى مُكَلَّفٍ مُلْتَزِمٍ١ عَالِمٍ بِالتَّحْرِيمِ.
Tidak ada hukuman hudud kecuali bagi mukallaf yang terikat dan mengetahui keharaman perbuatan.
وَتَحْرُمُ الشَّفَاعَةُ وَقَبُولُهَا فِي حَدٍّ٢ لِلَّهِ تَعَالَى بَعْدَ أَنْ يَبْلُغَ الْإِمَامَ وَتَجِبُ إِقَامَةُ الْحَدِّ وَلَوْ كَانَ مَنْ يُقِيمُهُ٣ شَرِيكًا فِي الْمَعْصِيَةِ.
Haram memberikan syafaat dan menerimanya dalam had Allah Ta'ala setelah sampai kepada imam, dan wajib menegakkan had meskipun yang menegakkannya adalah orang yang ikut serta dalam maksiat tersebut.
وَلَا يُقِيمُهُ إِلَّا الْإِمَامُ أَوْ نَائِبُهُ وَالسَّيِّدُ عَلَى رَقِيقِهِ.
Dan tidak boleh menegakkan had kecuali imam atau wakilnya, dan tuan kepada budaknya.
وَتَحْرُمُ إِقَامَتُهُ فِي الْمَسْجِدِ.
Dan haram melaksanakannya di dalam masjid.
وَأَشَدُّهُ: جَلْدُ الزِّنَا فَالْقَذْفِ فَالشُّرْبِ فَالتَّعْزِيرِ.
Dan yang paling berat adalah: cambuk zina, lalu qadzaf, lalu minum khamr, lalu ta'zir.
وَيُضْرَبُ الرَّجُلُ قَائِمًا بِالسَّوْطِ.
Dan laki-laki dicambuk dalam keadaan berdiri dengan cambuk.
وَيَجِبُ اتِّقَاءُ الْوَجْهِ وَالرَّأْسِ وَالْفَرْجِ وَالْمَقْتَلِ.
Dan wajib menghindari wajah, kepala, kemaluan, dan tempat yang mematikan.
وَتُضْرَبُ الْمَرْأَةُ جَالِسَةً وَتُشَدُّ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا وَتُمْسَكُ يَدَاهَا.
Dan wanita dicambuk dalam keadaan duduk, pakaiannya diketatkan, dan kedua tangannya dipegang.
وَيَحْرُمُ بَعْدَ الْحَدِّ حَبْسٌ وَإِيذَاءٌ بِكَلَامٍ وَالْحَدُّ كَفَّارَةٌ لِذَلِكَ الذَّنْبِ.
Dan haram setelah had untuk memenjarakan, menyakiti dengan perkataan, dan had adalah kafarat untuk dosa tersebut.
وَمَنْ أَتَى حَدًّا سَتَرَ نَفْسَهُ وَلَمْ يُسَنَّ أَنْ يُقِرَّ بِهِ عِنْدَ الْحَاكِمِ.
Dan barangsiapa melakukan perbuatan yang dikenai had, hendaklah ia menutupi dirinya dan tidak disunnahkan untuk mengakuinya di hadapan hakim.
وَإِنِ اجْتَمَعَتْ حُدُودٌ لِلَّهِ تَعَالَى مِنْ جِنْسٍ تَدَاخَلَتْ وَمِنْ أَجْنَاسٍ: فَلَا.
Dan jika berkumpul beberapa had Allah Ta'ala dari satu jenis maka saling masuk (cukup satu hukuman), namun jika dari beberapa jenis maka tidak.
بَابُ حَدِّ الزِّنَا
بَابُ حَدِّ الزِّنَا
Bab tentang hukuman zina
الزِّنَا: هُوَ فِعْلُ الْفَاحِشَةِ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ.
Zina adalah melakukan perbuatan keji pada qubul (vagina) atau dubur (anus).
فَإِذَا زَنَا الْمُحْصَنُ وَجَبَ رَجْمُهُ حَتَّى يَمُوتَ وَالْمُحْصَنُ هُوَ مَنْ وَطِئَ زَوْجَتَهُ فِي قُبُلِهَا بِنِكَاحٍ صَحِيحٍ وَهُمَا حُرَّانِ مُكَلَّفَانِ.
Jika orang yang muhshan berzina, maka wajib dirajam sampai mati. Muhshan adalah orang yang menyetubuhi istrinya pada vaginanya dengan pernikahan yang sah, dan keduanya merdeka serta mukallaf.
وَإِنْ زَنَا الْحُرُّ غَيْرُ الْمُحْصَنِ جُلِدَ مِائَةَ جَلْدَةٍ وَغُرِّبَ عَامًا إِلَى مَسَافَةِ قَصْرٍ.
Jika orang merdeka yang bukan muhshan berzina, maka dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun sejauh perjalanan qashar.
وَإِنْ زَنَى الرَّقِيقُ: جُلِدَ خَمْسِينَ وَلَا يُغَرَّبُ.
Jika budak berzina, maka dicambuk lima puluh kali dan tidak diasingkan.
وَإِنْ زَنَى الذِّمِّيُّ بِمُسْلِمَةٍ: قُتِلَ.
Jika seorang dzimmi berzina dengan wanita muslimah, maka dia dibunuh.
وَإِنْ زَنَى الْحَرْبِيُّ: فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ.
Jika orang harbiy berzina, maka tidak ada hukuman atasnya.
وَإِنْ زَنَى الْمُحْصَنُ بِغَيْرِ الْمُحْصَنِ١ فَلِكُلٍّ حَدُّهُ.
Jika muhshan berzina dengan yang bukan muhshan, maka masing-masing mendapatkan hukumannya.
وَمَنْ زَنَا بِبَهِيمَةٍ عُزِّرَ.
Barangsiapa menyetubuhi binatang, maka dia dita'zir.
وَشَرْطُ وُجُوبِ الْحَدِّ ثَلَاثَةٌ:
Syarat wajibnya hukuman had ada tiga:
أَحَدُهَا: تَغْيِيبُ الْحَشَفَةِ أَوْ قَدْرِهَا فِي فَرْجٍ٢ أَوْ دُبُرٍ لِآدَمِيٍّ حَيٍّ.
Pertama, memasukkan kepala kemaluan atau ukurannya ke dalam farji (vagina) atau dubur manusia yang hidup.
الثَّانِي: انْتِفَاءُ الشُّبْهَةِ.
Kedua, tidak adanya syubhat.
الثَّالِثُ: ثُبُوتُهُ إِمَّا بِإِقْرَارٍ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ وَيَسْتَمِرُّ عَلَى إِقْرَارِهِ أَوْ.
Ketiga, tetapnya zina baik dengan pengakuan empat kali dan terus-menerus atas pengakuannya atau...
بِشَهَادَةِ أَرْبَعَةِ رِجَالٍ عُدُولٍ.
Dengan kesaksian empat orang laki-laki yang adil.
فَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ غَيْرَ عَدْلٍ حُدُّوا لِلْقَذْفِ.
Jika salah satu dari mereka tidak adil, mereka dihukum hadd karena menuduh zina.
وَإِنْ شَهِدَ أَرْبَعَةٌ بِزِنَاهُ بِفُلَانَةَ فَشَهِدَ أَرْبَعَةٌ آخَرُونَ أَنَّ الشُّهُودَ هُمُ الزُّنَاةُ بِهَا صُدِّقُوا وَحُدَّ الْأَوَّلُونَ فَقَطْ لِلْقَذْفِ وَالزِّنَا.
Jika empat orang bersaksi bahwa dia berzina dengan si Fulanah, lalu empat orang lainnya bersaksi bahwa para saksi itulah yang berzina dengannya, maka yang terakhir dibenarkan dan yang pertama dihukum hadd hanya karena menuduh zina dan berzina.
وَإِنْ حَمَلَتْ مَنْ لَا زَوْجَ لَهَا وَلَا سَيِّدَ: لَمْ يَلْزَمْهَا شَيْءٌ.
Jika seorang wanita yang tidak memiliki suami atau tuan hamil, dia tidak berkewajiban apa pun.
بَابُ حَدِّ القَذْفِ
بَابُ حَدِّ الْقَذْفِ
Bab tentang hukuman bagi penuduh zina
وَمَنْ قَذَفَ غَيْرَهُ بِالزِّنَا حُدَّ لِلْقَذْفِ ثَمَانِينَ إِنْ كَانَ حُرًّا٣ وَأَرْبَعِينَ إِنْ كَانَ رَقِيقًا.
Barangsiapa menuduh orang lain berzina, ia dihukum 80 kali cambukan jika ia merdeka, dan 40 kali jika ia budak.
وَإِنَّمَا يَجِبُ بِشُرُوطٍ تِسْعَةٍ:
Hukuman tersebut hanya wajib dengan sembilan syarat:
أَرْبَعَةٌ مِنْهَا فِي الْقَاذِفِ: وَهُوَ أَنْ يَكُونَ: بَالِغًا عَاقِلًا مُخْتَارًا لَيْسَ بِوَالِدٍ لِلْمَقْذُوفِ وَإِنْ عَلَا كَقَوْدٍ٤.
Empat darinya terkait penuduh: yaitu ia harus sudah baligh, berakal, atas pilihannya sendiri, dan bukan orang tua dari tertuduh meskipun ke atas seperti kakek.
وَخَمْسَةٌ فِي الْمَقْذُوفِ: وَهُوَ كَوْنُهُ: حُرًّا مُسْلِمًا عَاقِلًا عَفِيفًا عَنِ الزِّنَا يُطَأُ وَيُوطَأُ مِثْلُهُ٥.
Lima lainnya terkait tertuduh: yaitu ia harus merdeka, Muslim, berakal, terjaga dari zina, dan termasuk yang bisa melakukan hubungan seksual dan disetubuhi.
لَكِنْ لَا يُحَدُّ قَاذِفُ غَيْرِ الْبَالِغِ حَتَّى: يَبْلُغَ لِأَنَّ الْحَقَّ فِي حَدِّ الْقَذْفِ
Namun, penuduh terhadap orang yang belum baligh tidak dikenai hukuman hingga yang dituduh mencapai baligh, karena hak dalam hukuman qadhf
لِلْآدَمِيِّ فَلَا يُقَامُ بِلَا طَلَبِهِ.
Untuk manusia, maka tidak dilaksanakan tanpa permintaannya.
وَمَنْ قَذَفَ غَيْرَ مُحْصَنٍ عُزِّرَ.
Dan barangsiapa menuduh orang yang bukan muhshan, maka dia di-ta'zir.
وَيَثْبُتُ الْحَدُّ هُنَا وَفِي الشُّرْبِ وَالتَّغْرِيرِ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ إِمَّا بِإِقْرَارِهِ مَرَّةً أَوْ شَهَادَةِ عَدْلَيْنِ.
Dan hukuman hadd ditetapkan di sini, dalam minum khamr dan penipuan, dengan salah satu dari dua hal: pengakuannya satu kali atau kesaksian dua orang yang adil.
فَصْلٌ
Pasal
وَيَسْقُطُ حَدُّ الْقَذْفِ بِأَرْبَعَةٍ بِعَفْوِ الْمَقْذُوفِ أَوْ بِتَصْدِيقِهِ أَوْ بِإِقَامَةِ الْبَيِّنَةِ أَوْ بِاللِّعَانِ.
Dan hukuman hadd qadzaf gugur dengan empat hal: dengan maafnya orang yang dituduh, atau pembenaran darinya, atau dengan mendirikan bukti, atau dengan li'an.
وَالْقَذْفُ: حَرَامٌ وَوَاجِبٌ وَمُبَاحٌ.
Dan qadzaf itu: haram, wajib, dan mubah.
فَيَحْرُمُ فِيمَا تَقَدَّمَ.
Maka haram pada apa yang telah lalu.
وَيَجِبُ عَلَى مَنْ يَرَى زَوْجَتَهُ تَزْنِي ثُمَّ تَلِدُ وَلَدًا يَقْوَى عَلَى ظَنِّهِ أَنَّهُ مِنَ الزِّنَا لِشَبَهِهِ بِهِ.
Dan wajib atas orang yang melihat istrinya berzina kemudian melahirkan anak yang kuat persangkaannya bahwa anak itu dari zina karena kemiripannya dengannya.
وَيُبَاحُ إِذَا رَآهَا تَزْنِي وَلَمْ تَلِدْ مَا يَلْزَمُهُ نَفْيُهُ وَفِرَاقُهَا: أَوْلَى.
Dan dibolehkan jika dia melihatnya berzina dan dia tidak melahirkan apa yang wajib atasnya untuk menafikannya, dan menceraikannya lebih utama.
فَصْلٌ
Pasal
وَصَرِيحُ الْقَذْفِ: يَا مَنْيُوكَةُ يَا مَنْيُوكُ يَا زَانِي يَا عَاهِرُ يَا لُوطِيُّ "وَلَسْتَ وَلَدَ فُلَانٍ" فَقَذْفٌ لِأُمِّهِ.
Dan qadzaf yang jelas adalah: wahai wanita yang disetubuhi, wahai laki-laki yang disetubuhi, wahai pezina, wahai pelacur, wahai pelaku liwath, "dan kamu bukan anak si fulan" maka itu adalah qadzaf kepada ibunya.
وَكِنَايَتُهُ: زَنَتْ يَدَاكَ أَوْ رِجْلَاكَ أَوْ يَدُكَ أَوْ رِجْلُكَ أَوْ بَدَنُكَ.
Dan kinayahnya adalah: kedua tanganmu berzina, atau kedua kakimu, atau tanganmu, atau kakimu, atau badanmu.
يَا مُخَنَّثُ يَا قَحْبَةُ١ يَا فَاجِرَةُ يَا خَبِيثَةُ.
Wahai banci, wahai pelacur[1], wahai pezina, wahai yang keji.
أَوْ يَقُولُ لِزَوْجَةِ شَخْصٍ: فَضَحْتِ زَوْجَكِ وَغَطَّيْتِ رَأْسَهُ وَجَعَلْتِ لَهُ قُرُونًا وَعَلَّقْتِ عَلَيْهِ أَوْلَادًا مِنْ غَيْرِهِ وَأَفْسَدْتِ فِرَاشَهُ فَإِنْ أَرَادَ بِهَذِهِ الْأَلْفَاظِ حَقِيقَةَ الزِّنَا حُدَّ وَإِلَّا عُزِّرَ.
Atau mengatakan kepada istri seseorang: Engkau telah mempermalukan suamimu, menutupi kepalanya, menjadikan tanduk untuknya, menggantungkan anak-anak dari selainnya kepadanya, dan merusak ranjangnya. Jika yang dimaksud dengan kata-kata ini adalah zina yang sebenarnya, maka dia dihukum hadd, jika tidak, maka dia dita'zir.
وَمَنْ قَذَفَ أَهْلَ بَلْدَةٍ أَوْ جَمَاعَةً لَا يُتَصَوَّرُ الزِّنَا مِنْهُمْ عُزِّرَ وَلَا حَدَّ وَإِنْ كَانَ يُتَصَوَّرُ الزِّنَا٢ مِنْهُمْ عَادَةً وَقَذَفَ كُلَّ وَاحِدٍ بِكَلِمَةٍ: فَلِكُلِّ٣ وَاحِدٍ حَدٌّ وَإِنْ كَانَ إِجْمَالًا فَحَدٌّ وَاحِدٌ.
Barangsiapa menuduh penduduk suatu negeri atau sekelompok orang yang tidak mungkin melakukan zina, maka dia dita'zir dan tidak dihukum hadd. Jika zina[2] biasa terjadi di antara mereka dan dia menuduh setiap orang dengan satu kata, maka setiap[3] orang mendapatkan satu hadd. Jika tuduhan itu bersifat umum, maka hanya satu hadd.
بَابُ حَدِّ المُسْكِرِ
بَابُ حَدِّ الْمُسْكِرِ
Bab tentang hukuman bagi peminum minuman memabukkan
مَنْ شَرِبَ مُسْكِرًا مَائِعًا أَوْ اسْتَعَطَ بِهِ أَوْ احْتَقَنَ بِهِ أَوْ أَكَلَ عَجِينًا مَلْتُوتًا بِهِ أَوْ لَمْ يَسْكُرْ: حُدَّ ثَمَانِينَ إِنْ كَانَ حُرًّا وَأَرْبَعِينَ إِنْ كَانَ رَقِيقًا.
Barangsiapa yang meminum minuman memabukkan yang cair, atau menghirupnya, atau memasukkannya ke dalam anus, atau memakan adonan yang dicampur dengannya, meskipun tidak mabuk: ia dihukum 80 kali cambukan jika ia merdeka, dan 40 kali jika ia budak.
بِشَرْطِ كَوْنِهِ مُسْلِمًا مُكَلَّفًا مُخْتَارًا عَالِمًا أَنَّ كَثِيرَهُ يُسْكِرُ.
Dengan syarat ia adalah seorang Muslim, mukallaf, atas pilihannya sendiri, dan mengetahui bahwa meminum banyak darinya memabukkan.
وَمَنْ تَشَبَّهَ بِشُرَابِ الْخَمْرِ فِي مَجْلِسِهِ وَآنِيَتِهِ حَرُمَ وَعُزِّرَ.
Dan barangsiapa yang menyerupai minuman khamr dalam majelisnya dan bejana-bejananya, maka hukumnya haram dan ia dita'zir.
وَيَحْرُمُ: الْعَصِيرُ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ وَلَمْ يُطْبَخْ.
Dan diharamkan: perasan anggur jika telah berlalu tiga hari dan belum dimasak.
كِتَابُ التَّعْزِيرِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ التَّعْزِيرِ
Kitab Ta'zir
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ١ التَّعْزِيرِ
Kitab١ Ta'zir
يَجِبُ فِي كُلِّ مَعْصِيَةٍ لَا حَدَّ فِيهَا وَلَا كَفَّارَةَ.
Wajib dalam setiap maksiat yang tidak ada hukuman had dan kafarat di dalamnya.
وَهُوَ مِنْ حُقُوقِ اللهِ تَعَالَى لَا يَحْتَاجُ فِي إِقَامَتِهِ إِلَى مُطَالَبَةٍ إِلَّا إِذَا شَتَمَ الْوَلَدُ وَالِدَهُ فَلَا يُعَزَّرُ٢ إِلَّا بِمُطَالَبَةِ وَالِدِهِ.
Dan itu termasuk hak Allah Ta'ala yang tidak membutuhkan tuntutan dalam pelaksanaannya, kecuali jika seorang anak mencaci maki ayahnya, maka ia tidak di-ta'zir٢ kecuali dengan tuntutan ayahnya.
وَلَا يُعَزَّرُ: الْوَالِدُ بِحُقُوقِ وَلَدِهِ.
Dan tidak di-ta'zir: orang tua karena hak anaknya.
وَلَا يُزَادُ فِي جَلْدِ التَّعْزِيرِ عَلَى عَشَرَةِ أَسْوَاطٍ٣ إِلَّا إِذَا وَطِئَ أَمَةً لَهُ فِيهَا شِرْكٌ: فَيُعَزَّرُ بِمِائَةِ سَوْطٍ إِلَّا سَوْطًا وَإِذَا شَرِبَ مُسْكِرًا نَهَارَ رَمَضَانَ: فَيُعَزَّرُ بِعِشْرِينَ مَعَ الْحَدِّ.
Dan tidak boleh melebihi sepuluh cambukan٣ dalam cambukan ta'zir, kecuali jika ia menyetubuhi budak perempuan yang ia miliki bersama orang lain: maka ia di-ta'zir dengan seratus cambukan kurang satu. Dan jika ia meminum minuman memabukkan di siang hari Ramadhan: maka ia di-ta'zir dengan dua puluh cambukan beserta hukuman had.
وَلَا بَأْسَ: بِتَسْوِيدِ وَجْهِ مَنْ يَسْتَحِقُّ التَّعْزِيرَ وَالْمُنَادَاةِ عَلَيْهِ بِذَنْبِهِ.
Dan tidak mengapa: menghitamkan wajah orang yang berhak mendapatkan ta'zir dan mengumumkan dosanya.
وَيَحْرُمُ حَلْقُ لِحْيَتِهِ وَأَخْذُ مَالِهِ.
Dan haram mencukur jenggotnya dan mengambil hartanya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمِنَ الْأَلْفَاظِ الْمُوجِبَةِ لِلتَّعْزِيرِ قَوْلُهُ لِغَيْرِهِ: يَا كَافِرُ١ يَا فَاسِقُ يَا فَاجِرُ يَا شَقِيُّ يَا كَلْبُ يَا حِمَارُ يَا تَيْسُ يَا رَافِضِيُّ يَا خَبِيثُ يَا كَذَّابُ يَا خَائِنُ يَا قَرْنَانُ يَا قَوَّادُ يَا دَيُّوثُ يَا عَلَقُ.
Dan di antara kata-kata yang mewajibkan ta'zir adalah mengatakan kepada orang lain: wahai kafir¹, wahai fasik, wahai fajir, wahai celaka, wahai anjing, wahai keledai, wahai kambing jantan, wahai Rafidhi, wahai keji, wahai pendusta, wahai pengkhianat, wahai bertanduk, wahai germo, wahai dayus, wahai lintah.
وَيُعَزَّرُ مَنْ قَالَ لِذِمِّيٍّ: يَا حَاجُّ أَوْ لَعَنَهُ بِغَيْرِ مُوجِبٍ٢.
Dan dita'zir orang yang mengatakan kepada seorang dzimmi: wahai haji, atau melaknatnya tanpa sebab yang mengharuskan².
بَابُ القَطْعِ فِي السَّرِقَةِ
بَابُ الْقَطْعِ فِي السَّرِقَةِ
Bab tentang hukuman potong tangan dalam kasus pencurian
وَيَجِبُ بِثَمَانِيَةِ شُرُوطٍ:
Dan hukuman ini wajib dengan delapan syarat:
أَحَدُهَا: السَّرِقَةُ وَهِيَ: أَخْذُ مَالِ الْغَيْرِ مِنْ مَالِكِهِ أَوْ نَائِبِهِ عَلَى وَجْهِ الِاخْتِفَاءِ.
Pertama: Pencurian, yaitu: mengambil harta orang lain dari pemiliknya atau wakilnya secara sembunyi-sembunyi.
فَلَا قَطْعَ عَلَى: مُنْتَهِبٍ وَمُخْتَطِفٍ٣ وَخَائِنٍ فِي وَدِيعَةٍ لَكِنْ يُقْطَعُ جَاحِدُ الْعَارِيَةِ.
Maka tidak ada hukuman potong tangan atas: orang yang merampas, orang yang menyambar٣, dan orang yang berkhianat dalam titipan, tetapi orang yang mengingkari pinjaman dipotong tangannya.
الثَّانِي: كَوْنُهُ السَّارِقُ مُكَلَّفًا مُخْتَارًا عَالِمًا بِأَنَّ مَا سَرَقَهُ يُسَاوِي نِصَابًا.
Kedua: Pencuri harus seorang mukallaf (baligh dan berakal), melakukannya dengan sengaja, dan mengetahui bahwa apa yang dicurinya senilai satu nishab.
الثَّالِثُ: كَوْنُ الْمَسْرُوقِ مَالًا لَكِنْ لَا قَطْعَ بِسَرِقَةِ الْمَاءِ وَلَا بِإِنَاءٍ فِيهِ خَمْرٌ أَوْ مَاءٌ وَلَا بِسَرِقَةِ مُصْحَفٍ وَلَا بِمَا عَلَيْهِ مِنْ حُلِيٍّ وَلَا بِكُتُبِ بِدَعٍ١ وَتَصَاوِيرَ وَلَا بِآلَةِ لَهْوٍ وَلَا بِصَلِيبٍ أَوْ صَنَمٍ.
Ketiga: Barang yang dicuri adalah harta, tetapi tidak ada hukuman potong tangan untuk pencurian air, atau wadah yang berisi khamr atau air, atau pencurian mushaf, atau perhiasan yang ada padanya, atau buku-buku bid'ah١ dan gambar-gambar, atau alat permainan, atau salib atau berhala.
الرَّابِعُ: كَوْنُ الْمَسْرُوقِ نِصَابًا وَهُوَ: ثَلَاثَةُ دَرَاهِمَ أَوْ رُبْعُ دِينَارٍ أَوْ مَا يُسَاوِي أَحَدَهُمَا وَتُعْتَبَرُ الْقِيمَةُ حَالَ الْإِخْرَاجِ.
Keempat: Barang yang dicuri mencapai nishab, yaitu: tiga dirham atau seperempat dinar atau yang setara dengan salah satunya, dan nilai dihitung pada saat pengeluaran.
الْخَامِسُ: إِخْرَاجُهُ مِنْ حِرْزٍ فَلَوْ سَرَقَ مِنْ غَيْرِ حِرْزٍ فَلَا قَطْعَ.
Kelima: Mengeluarkannya dari tempat penyimpanan (hirz), jika mencuri dari selain hirz maka tidak ada hukuman potong tangan.
وَحِرْزُ كُلِّ مَالٍ: مَا حُفِظَ فِيهِ عَادَةً فَنَعْلٌ بِرِجْلٍ وَعِمَامَةٌ عَلَى رَأْسٍ: حِرْزٌ وَيَخْتَلِفُ الْحِرْزُ بِالْبُلْدَانِ وَبِالسَّلَاطِينِ٢.
Dan hirz setiap harta adalah tempat di mana ia biasa disimpan, maka sandal di kaki dan sorban di kepala adalah hirz. Hirz berbeda-beda menurut negeri dan penguasa٢.
وَلَوْ اِشْتَرَكَ جَمَاعَةٌ فِي هَتْكِ الْحِرْزِ وَإِخْرَاجِ النِّصَابِ: قُطِعُوا جَمِيعًا وَإِنْ هَتَكَ الْحِرْزَ أَحَدُهُمَا وَدَخَلَ الْآخَرُ فَأَخْرَجَ الْمَالَ: فَلَا قَطْعَ عَلَيْهِمَا وَلَوْ تَوَاطَأَ.
Jika sekelompok orang bersekongkol dalam merusak hirz dan mengeluarkan nishab, maka mereka semua dipotong tangannya. Jika salah seorang dari mereka merusak hirz dan yang lain masuk lalu mengeluarkan harta, maka tidak ada hukuman potong tangan atas keduanya meskipun keduanya bersepakat.
السَّادِسُ: اِنْتِفَاءُ الشُّبْهَةِ: فَلَا قَطْعَ بِسَرِقَتِهِ٣ مِنْ مَالِ فُرُوعِهِ وَأُصُولِهِ وَزَوْجِهِ٤ وَلَا بِسَرِقَةٍ مِنْ مَالٍ لَهُ فِيهِ شِرْكٌ أَوْ لِأَحَدٍ مِمَّنْ ذُكِرَ.
Keenam: Tidak adanya syubhat. Maka tidak ada hukuman potong tangan karena mencuri٣ dari harta anak-anaknya, orang tuanya, dan pasangannya٤, dan tidak pula karena mencuri dari harta yang ia memiliki bagian di dalamnya atau milik salah seorang yang disebutkan.
السَّابِعُ: ثُبُوتُهَا إِمَّا بِشَهَادَةِ عَدْلَيْنِ وَيَصِفَانِهَا وَلَا تُسْمَعُ قَبْلَ الدَّعْوَى أَوْ بِإِقْرَارٍ مَرَّتَيْنِ وَلَا يَرْجِعُ حَتَّى يُقْطَعَ.
Ketujuh: Penetapannya bisa dengan kesaksian dua orang yang adil dan mereka mendeskripsikannya, dan tidak didengar sebelum adanya dakwaan, atau dengan pengakuan dua kali dan tidak kembali sampai dipotong.
الثَّامِنُ: مُطَالَبَةُ الْمَسْرُوقِ مِنْهُ بِمَالِهِ٥.
Kedelapan: Tuntutan orang yang dicuri hartanya٥.
وَلَا قَطْعَ عَامَ مَجَاعَةٍ غَلَاءٍ.
Dan tidak ada potong tangan pada tahun kelaparan dan kenaikan harga.
فَمَتَى تَوَفَّرَتْ١ الشُّرُوطُ قُطِعَتْ يَدُهُ الْيُمْنَى مِنْ مِفْصَلِ كَفِّهِ وَغُمِسَتْ وُجُوبًا فِي زَيْتٍ مَغْلِيٍّ وَسُنَّ تَعْلِيقُهَا فِي عُنُقِهِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِنْ رَآهُ الْإِمَامُ.
Maka ketika terpenuhi١ syarat-syaratnya, dipotong tangan kanannya dari pergelangan tangannya dan dicelupkan secara wajib ke dalam minyak mendidih dan disunahkan menggantungkannya di lehernya selama tiga hari jika imam memandangnya.
فَإِنْ عَادَ قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُسْرَى مِنْ مِفْصَلِ كَعْبِهِ بِتَرْكِ عَقِبِهِ فَإِنْ عَادَ لَمْ تُقْطَعْ٢ وَحُبِسَ حَتَّى يَمُوتَ أَوْ يَتُوبَ.
Jika ia mengulangi, dipotong kaki kirinya dari pergelangan kakinya dengan meninggalkan tumitnya. Jika ia mengulangi lagi, tidak dipotong٢ dan dipenjarakan sampai ia mati atau bertobat.
وَيَجْتَمِعُ الْقَطْعُ وَالضَّمَانُ فَيَرُدُّ مَا أَخَذَهُ٣ لِمَالِكِهِ وَيُعِيدُ مَا خَرَّبَ مِنَ الْحِرْزِ.
Dan berkumpul antara potong tangan dan jaminan, maka ia mengembalikan apa yang ia ambil٣ kepada pemiliknya dan mengembalikan apa yang ia rusak dari tempat penyimpanan yang aman.
وَعَلَيْهِ أُجْرَةُ الْقَاطِعِ وَثَمَنُ الزَّيْتِ.
Dan ia menanggung upah pemotong dan harga minyak.
بَابُ حَدِّ قُطَّاعِ الطَّرِيقِ
بَابُ حَدِّ قُطَّاعِ الطَّرِيقِ
Bab tentang hukuman bagi para perampok
وَهُمْ: الْمُكَلَّفُونَ الْمُلْتَزِمُونَ الَّذِينَ يَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ فَيَأْخُذُونَ أَمْوَالَهُمْ مُجَاهَرَةً وَيُعْتَبَرُ ثُبُوتُهُ بِبَيِّنَةٍ أَوْ إِقْرَارٍ مَرَّتَيْنِ وَالْحِرْزِ وَالنِّصَابِ وَلَهُمْ أَرْبَعَةُ أَحْكَامٍ.
Mereka adalah orang-orang mukallaf yang keluar menyerang orang-orang dan merampas harta mereka secara terang-terangan. Penetapannya dianggap sah dengan adanya bukti atau pengakuan dua kali, serta adanya harta yang dijaga dan nisab. Mereka memiliki empat hukum.
إِنْ قَتَلُوا وَلَمْ يَأْخُذُوا مَالًا: تَحَتَّمَ٤ قَتْلُهُمْ جَمِيعًا.
Jika mereka membunuh dan tidak mengambil harta: wajib4 membunuh mereka semua.
إِنْ قَتَلُوا وَأَخَذُوا مَالًا: تَحَتَّمَ٥ قَتْلُهُمْ وَصَلْبُهُمْ حَتَّى يُشْتَهَرُوا.
Jika mereka membunuh dan mengambil harta: wajib5 membunuh dan menyalib mereka hingga mereka dikenal.
إِنْ أَخَذُوا مَالًا وَلَمْ يَقْتُلُوا: قُطِعَتْ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ حَتْمًا فِي آنٍ وَاحِدٍ.
Jika mereka mengambil harta dan tidak membunuh: tangan dan kaki mereka dipotong secara silang sekaligus.
إِنْ أَخَافُوا النَّاسَ وَلَمْ يَأْخُذُوا مَالًا: نُفُوا مِنَ الْأَرْضِ فَلَا يُتْرَكُونَ يَأْوُونَ إِلَى بَلَدٍ حَتَّى تَظْهَرَ تَوْبَتُهُمْ.
Jika mereka menakut-nakuti orang dan tidak mengambil harta: mereka dibuang dari negeri itu dan tidak dibiarkan berlindung di suatu negeri hingga tampak taubat mereka.
وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ قَبْلَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ حُقُوقُ اللهِ تَعَالَى وَأُخِذَ بِحُقُوقِ الْآدَمِيِّينَ.
Barangsiapa di antara mereka yang bertaubat sebelum ditangkap, maka gugurlah hak-hak Allah Ta'ala atasnya dan ia diambil dengan hak-hak manusia.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ أُرِيدَ بِأَذًى فِي نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيمِهِ دَفَعَهُ بِالْأَسْهَلِ فَالْأَسْهَلِ فَإِنْ لَمْ يَنْدَفِعْ إِلَّا بِالْقَتْلِ قَتَلَهُ وَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ.
Barangsiapa yang hendak disakiti pada diri, harta, atau mahramnya, maka ia boleh menolaknya dengan cara yang paling mudah. Jika tidak bisa ditolak kecuali dengan membunuh, maka ia boleh membunuhnya dan tidak ada hukuman atasnya.
وَيَجِبُ أَنْ يَدْفَعَ عَنْ حَرِيمِهِ وَحَرِيمِ غَيْرِهِ وَكَذَا فِي غَيْرِ الْفِتْنَةِ عَنْ نَفْسِهِ وَنَفْسِ غَيْرِهِ وَمَالِهِ لَا مَالِ نَفْسِهِ.
Wajib baginya untuk membela mahramnya dan mahram orang lain, demikian pula selain dalam fitnah, membela dirinya, diri orang lain, dan hartanya, bukan harta dirinya sendiri.
وَلَا يَلْزَمُهُ حِفْظُهُ عَنِ الضَّيَاعِ وَالْهَلَاكِ.
Dia tidak wajib menjaganya dari kehilangan dan kebinasaan.
بَابُ قِتَالِ البُغَاةِ
بَابُ قِتَالِ الْبُغَاةِ
Bab Memerangi Pemberontak
وَهُمْ: الْخَارِجُونَ عَلَى الْإِمَامِ بِتَأْوِيلٍ سَائِغٍ وَلَهُمْ شَوْكَةٌ.
Mereka adalah: Orang-orang yang memberontak terhadap imam dengan takwil yang diperbolehkan dan mereka memiliki kekuatan.
فَإِنِ اخْتَلَّ شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ فَقُطَّاعُ طَرِيقٍ.
Jika salah satu syarat dari itu tidak terpenuhi, maka mereka adalah perampok.
وَنَصْبُ الْإِمَامِ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Mengangkat imam adalah fardhu kifayah.
وَيُعْتَبَرُ كَوْنُهُ قُرَشِيًّا بَالِغًا عَاقِلًا سَمِيعًا بَصِيرًا نَاطِقًا حُرًّا ذَكَرًا عَدْلًا عَالِمًا ذَا بَصِيرَةٍ كَافِئًا ابْتِدَاءً وَدَوَامًا.
Dan disyaratkan ia seorang Quraisy, baligh, berakal, bisa mendengar, melihat, berbicara, merdeka, laki-laki, adil, berilmu, memiliki wawasan, mampu memimpin pada awal dan seterusnya.
وَلَا يَنْعَزِلُ بِفِسْقِهِ.
Dan ia tidak terlepas dari jabatannya karena kefasikannya.
وَتَلْزَمُهُ مُرَاسَلَةُ الْبُغَاةِ وَإِزَالَةُ شُبَهِهِمْ وَمَا يَدَّعُونَهُ١ مِنَ الْمَظَالِمِ فَإِنْ رَجَعُوا وَإِلَّا لَزِمَهُ قِتَالُهُمْ وَيَجِبُ عَلَى رَعِيَّتِهِ مَعُونَتُهُ٢.
Ia wajib mengirim surat kepada para pemberontak, menghilangkan keraguan mereka, dan apa yang mereka klaim dari kezaliman. Jika mereka kembali (taat), maka itu baik. Jika tidak, ia wajib memerangi mereka dan rakyatnya wajib membantunya.
وَإِذَا تَرَكَ الْبُغَاةُ الْقِتَالَ حَرُمَ قَتْلُهُمْ وَقَتْلُ مُدْبِرِهِمْ وَجَرِيحِهِمْ.
Jika para pemberontak meninggalkan pertempuran, haram membunuh mereka, membunuh yang melarikan diri, dan yang terluka di antara mereka.
وَلَا يُغْنَمُ مَالُهُمْ وَلَا تُسْبَى ذَرَارِيُّهُمْ وَيَجِبُ رَدُّ ذَلِكَ إِلَيْهِمْ.
Harta mereka tidak boleh diambil sebagai ghanimah dan keluarga mereka tidak boleh ditawan. Wajib mengembalikan itu semua kepada mereka.
وَلَا يَضْمَنُ الْبُغَاةُ مَا أَتْلَفُوهُ حَالَ الْحَرْبِ.
Para pemberontak tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka hancurkan saat perang.
وَهُمْ: فِي شَهَادَتِهِمْ وَإِمْضَاءِ حُكْمِ حَاكِمِهِمْ٣ كَأَهْلِ الْعَدْلِ.
Mereka, dalam hal kesaksian mereka dan pelaksanaan hukum hakim mereka, seperti ahlu al-'adl (orang-orang yang adil).
بَابُ حُكْمِ المُرْتَدِّ
بَابُ حُكْمِ الْمُرْتَدِّ
Bab Hukum Murtad
وَهُوَ: مَنْ كَفَرَ بَعْدَ إِسْلَامِهِ.
Yaitu: orang yang kufur setelah memeluk Islam.
وَيَحْصُلُ الْكُفْرُ بِأَحَدِ أَرْبَعَةِ أُمُورٍ:
Kekufuran terjadi dengan salah satu dari empat hal:
بِالْقَوْلِ: كَسَبِّ اللهِ تَعَالَى وَ١ رَسُولِهِ أَوْ مَلَائِكَتِهِ أَوْ ادِّعَا٢ النُّبُوَّةِ أَوِ الشِّرْكَةِ لَهُ تَعَالَى.
Dengan perkataan: seperti mencela Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, malaikat-Nya, mengaku kenabian atau sekutu bagi-Nya Ta'ala.
بِالْفِعْلِ: كَالسُّجُودِ لِلصَّنَمِ وَنَحْوِهِ وَكَإِلْقَاءِ الْمُصْحَفِ فِي قَاذُورَةٍ.
Dengan perbuatan: seperti sujud kepada berhala dan sejenisnya, dan membuang mushaf ke tempat kotor.
بِالِاعْتِقَادِ: كَاعْتِقَادِ الشَّرِيكِ لَهُ تَعَالَى أَوْ أَنَّ الزِّنَا وَالْخَمْرَ٣ حَلَالٌ أَوْ أَنَّ الْخُبْزَ حَرَامٌ وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا أُجْمِعَ عَلَيْهِ إِجْمَاعًا قَطْعِيًّا وَبِالشَّكِّ فِي شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ.
Dengan keyakinan: seperti meyakini adanya sekutu bagi Allah Ta'ala, atau bahwa zina dan khamr itu halal, atau bahwa roti itu haram, dan semisalnya yang telah disepakati secara ijma' qath'i, dan dengan meragukan sesuatu dari hal tersebut.
فَمَنْ ارْتَدَّ وَهُوَ مُكَلَّفٌ مُخْتَارٌ اسْتُتِيبَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ: وُجُوبًا٤ فَإِنْ تَابَ فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ وَلَا يُحْبِطُ عَمَلَهُ وَإِنْ أَصَرَّ قُتِلَ بِالسَّيْفِ وَلَا يَقْتُلُهُ إِلَّا الْإِمَامُ أَوْ نَائِبُهُ فَإِنْ قَتَلَهُ غَيْرُهُمَا بِلَا إِذْنٍ٥ أَسَاءَ وَعُزِّرَ وَلَا ضَمَانَ وَلَوْ كَانَ قَبْلَ اسْتِتَابَتِهِ.
Barangsiapa murtad dan dia mukallaf serta atas pilihannya sendiri, maka diminta untuk bertaubat selama tiga hari: secara wajib. Jika dia bertaubat maka tidak ada hukuman atasnya dan amalnya tidak terhapus. Jika dia bersikeras, maka dibunuh dengan pedang. Tidak boleh membunuhnya kecuali imam atau wakilnya. Jika selain keduanya membunuhnya tanpa izin, maka dia berbuat buruk dan dita'zir, namun tidak ada jaminan meskipun itu terjadi sebelum diminta bertaubat.
وَيَصِحُّ إِسْلَامُ الْمُمَيِّزِ وَرِدَّتُهُ لَكِنْ لَا يُقْتَلُ حَتَّى يُسْتَتَابَ بَعْدَ بُلُوغِهِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ.
Islam dan murtadnya anak mumayyiz sah, tetapi dia tidak dibunuh hingga diminta bertaubat setelah baligh selama tiga hari.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَوْبَةُ الْمُرْتَدِّ وَكُلِّ كَافِرٍ: إِتْيَانُهُ بِالشَّهَادَتَيْنِ مَعَ رُجُوعِهِ عَمَّا كَفَرَ بِهِ وَلَا يُغْنِي قَوْلُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ عَنْ كَلِمَةِ التَّوْحِيدِ وَقَوْلُهُ: أَنَا مُسْلِمٌ تَوْبَةٌ وَإِنْ كَتَبَ كَافِرٌ الشَّهَادَتَيْنِ صَارَ مُسْلِمًا وَإِنْ قَالَ: أَسْلَمْتُ أَوْ١: أَنَا مُسْلِمٌ أَوْ: أَنَا مُؤْمِنٌ: صَارَ مُسْلِمًا.
Dan taubatnya orang murtad dan setiap orang kafir adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat disertai dengan meninggalkan apa yang dia kafirkan. Ucapannya "Muhammad adalah utusan Allah" tidak cukup tanpa kalimat tauhid, dan ucapannya "Aku muslim" adalah taubat. Jika orang kafir menuliskan dua kalimat syahadat, maka dia menjadi muslim. Jika dia mengatakan "Aku masuk Islam", atau "Aku muslim", atau "Aku mukmin", maka dia menjadi muslim.
وَلَا يُقْبَلُ فِي الدُّنْيَا بِحَسَبِ الظَّاهِرِ تَوْبَةُ زِنْدِيقٍ وَهُوَ: الْمُنَافِقُ الَّذِي يُظْهِرُ الْإِسْلَامَ وَيُخْفِي الْكُفْرَ وَلَا مَنْ تَكَرَّرَتْ رِدَّتُهُ أَوْ سَبَّ اللهَ تَعَالَى أَوْ رَسُولَهُ أَوْ مَلَكًا لَهُ وَكَذَا مَنْ قَذَفَ نَبِيًّا أَوْ أُمَّهُ وَيُقْتَلُ حَتَّى وَلَوْ كَانَ كَافِرًا فَأَسْلَمَ.
Dan tidak diterima taubat seorang zindiq secara lahiriah di dunia, yaitu orang munafik yang menampakkan Islam dan menyembunyikan kekufuran, juga orang yang berulang kali murtad, atau mencela Allah Ta'ala, Rasul-Nya, atau malaikat-Nya. Demikian pula orang yang menuduh seorang nabi atau ibunya (berzina), dia tetap dibunuh meskipun dia seorang kafir yang kemudian masuk Islam.
كِتَابُ الأَطْعِمَةِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْأَطْعِمَةِ
Kitab Makanan
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْأَطْعِمَةِ
Kitab Makanan
يُبَاحُ كُلُّ طَعَامٍ طَاهِرٍ١ لَا مَضَرَّةَ فِيهِ حَتَّى الْمِسْكُ وَنَحْوُهُ.
Semua makanan yang suci diperbolehkan١ selama tidak berbahaya, bahkan misik dan sejenisnya.
وَيَحْرُمُ النَّجِسُ: كَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ وَلَحْمِ الْخِنْزِيرِ. وَكَذَا٢ وَالْبَوْلُ وَالرَّوْثُ وَلَوْ طَاهِرَيْنِ.
Dan diharamkan yang najis: seperti bangkai, darah, dan daging babi. Demikian pula٢ air kencing dan kotoran, meskipun suci.
وَيَحْرُمُ مِنْ حَيَوَانِ الْبَرِّ الْحُمُرُ الْأَهْلِيَّةُ وَمَا يَفْتَرِسُ بِنَابِهِ: كَأَسَدٍ وَنَمِرٍ وَذِئْبٍ وَفَهْدٍ وَكَلْبٍ وَقِرْدٍ وَدُبٍّ وَنَمِسٍ وَابْنِ آوَى وَابْنِ عِرْسٍ وَسِنَّوْرٍ وَلَوْ بَرِّيًّا وَثَعْلَبٍ وَسِنْجَابٍ وَسَمُّورٍ.
Dan diharamkan dari hewan darat: keledai jinak dan hewan yang menerkam dengan taringnya, seperti singa, harimau, serigala, macan tutul, anjing, kera, beruang, musang, serigala gurun, rakun, kucing meskipun liar, rubah, tupai, dan samur.
وَيَحْرُمُ مِنَ الطَّيْرِ مَا يَصِيدُ بِمِخْلَبِهِ كَعُقَابٍ وَبَازٍ وَصَقْرٍ وَبَاشِقٍ وَشَاهِينٍ٣ وَحُدَأَةٍ وَبُومَةٍ.
Dan diharamkan dari burung yang menangkap mangsa dengan cakarnya seperti elang, elang, rajawali, elang jambul, elang³, burung hantu, dan burung hantu.
وَمَا يَأْكُلُ الْجِيَفَ: كَنَسْرٍ وَرَخَمٍ وَقَاقٍ٤ وَلَقْلَقٍ وَغُرَابٍ وَخُفَّاشٍ وَفَارٍ وَزُنْبُورٍ وَنَحْلٍ وَذُبَابٍ وَهُدْهُدٍ وَخُطَّافٍ وَقُنْقُذٍ وَنَيْصٍ وَحَيَّةٍ وَحَشَرَاتٍ.
Dan yang memakan bangkai: seperti burung nasar, burung pemakan bangkai, burung gagak⁴, bangau, gagak, kelelawar, tikus, tawon, lebah, lalat, burung hudhud, walet, landak, ular, dan serangga.
وَيُؤْكَلُ مَا تَوَلَّدَ مِنْ مَأْكُولٍ طَاهِرٍ: كَذُبَابِ الْبَاقِلَاءِ وَدُودِ الْخَلِّ وَالْجُبْنِ تَبَعًا لَا انْفِرَادًا.
Dan boleh dimakan apa yang lahir dari makanan yang halal dan suci: seperti lalat kacang, ulat cuka dan keju, sebagai pengikut bukan sendirian.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُبَاحُ مَا عَدَا هَذَا: كَبَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ وَالْخَيْلِ وَبَاقِي الْوَحْشِ: كَضَبْعٍ وَزَرَافَةٍ وَأَرْنَبٍ وَوَبْرٍ وَيَرْبُوعٍ وَبَقَرِ وَحْشٍ وَحِمَارِهِ وَضَبٍّ وَظِبَاءٍ وَبَاقِي الطَّيْرِ: كَنَعَامٍ وَدَجَاجٍ وَطَاوُوسٍ وَبَبْغَاءٍ وَزَاغٍ وَغُرَابِ زَرْعٍ.
Dan dihalalkan selain ini: seperti binatang ternak, kuda, dan hewan liar lainnya: seperti hyena, jerapah, kelinci, bulu, yarbu', sapi liar, keledai liar, biawak, kijang, dan burung lainnya: seperti burung unta, ayam, merak, beo, gagak, dan burung gagak.
وَيَحِلُّ كُلُّ مَا فِي الْبَحْرِ غَيْرَ ضِفْدَعٍ١ وَحَيَّةٍ وَتِمْسَاحٍ.
Dan dihalalkan semua yang ada di laut kecuali katak¹, ular, dan buaya.
وَتُحَرَّمُ الْجَلَّالَةُ: وَهِيَ٢ الَّتِي أَكْثَرُ عَلَفِهَا النَّجَاسَةُ وَلَبَنُهَا وَبَيْضُهَا حَتَّى تُحْبَسَ٣ ثَلَاثًا وَتُطْعَمَ الطَّاهِرَ.
Dan diharamkan jallalah: yaitu² hewan yang sebagian besar pakannya adalah najis, susunya, dan telurnya sampai dikurung³ selama tiga hari dan diberi makan yang suci.
وَيُكْرَهُ أَكْلُ تُرَابٍ وَفَحْمٍ وَطِينٍ وَأُذُنِ قَلْبٍ وَبَصَلٍ وَثُومٍ وَنَحْوِهِمَا مَا لَمْ يُنْضَجْ بِطَبْخٍ.
Dan dimakruhkan memakan tanah, arang, tanah liat, telinga, hati, bawang merah, bawang putih, dan sejenisnya selama belum dimasak.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنِ اضْطُرَّ جَازَ٤ لَهُ أَنْ يَأْكُلَ مِنَ الْمُحَرَّمِ مَا يَسُدُّ رَمَقَهُ فَقَطْ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا آدَمِيًّا مُبَاحَ الدَّمِ: كَحَرْبِيٍّ وَزَانٍ مُحْصَنٍ: فَلَهُ قَتْلُهُ وَأَكْلُهُ.
Dan barangsiapa yang terpaksa, maka boleh⁴ baginya untuk memakan dari yang haram sekadar untuk menghilangkan rasa laparnya saja. Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan kecuali manusia yang halal darahnya, seperti orang kafir harbi dan pezina muhshan, maka boleh baginya untuk membunuhnya dan memakannya.
وَمَنِ اضْطُرَّ إِلَى نَفْعِ مَالِ الْغَيْرِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ وَجَبَ عَلَى رَبِّهِ بَذْلُهُ١ مَجَّانًا.
Dan barangsiapa yang terpaksa untuk mengambil manfaat dari harta orang lain dengan tetap menjaga zatnya, maka wajib bagi pemiliknya untuk memberikannya secara gratis.
وَمَنْ مَرَّ بِثَمَرِ بُسْتَانٍ لَا حَائِطَ عَلَيْهِ وَلَا نَاظِرٌ٢: فَلَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَصْعَدَ عَلَى شَجَرَةٍ٣ أَوْ يَرْمِيَهُ بِحَجَرٍ أَنْ يَأْكُلَ وَلَا يَحْمِلَ.
Dan barangsiapa yang melewati buah-buahan di kebun yang tidak berpagar dan tidak ada penjaga: maka ia boleh memakannya tanpa harus memanjat pohon atau melemparnya dengan batu, tetapi tidak boleh membawanya.
وَكَذَلِكَ٤ الْبَاقِلَاءُ وَالْحِمَّصُ.
Demikian pula kacang buncis dan kacang arab.
وَتَجِبُ ضِيَافَةُ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ فِي الْقُرَى دُونَ الْأَمْصَارِ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَيُسْتَحَبُّ٥ ثَلَاثًا.
Dan wajib bagi seorang Muslim untuk menjamu Muslim lainnya di desa-desa, bukan di kota-kota, selama sehari semalam, dan dianjurkan selama tiga hari.
بَابُ الذَّكَاةِ
بَابُ الذَّكَاةِ
Bab Penyembelihan
وَهِيَ: ذَبْحُ أَوْ نَحْرُ الْحَيَوَانِ الْمَقْدُورِ عَلَيْهِ.
Yaitu: menyembelih atau menusuk hewan yang dapat dikuasai.
وَشُرُوطُهَا أَرْبَعَةٌ:
Dan syarat-syaratnya ada empat:
أَحَدُهَا: كَوْنُ الْفَاعِلِ عَاقِلًا مُمَيِّزًا قَاصِدًا لِلذَّكَاةِ.
Pertama: pelakunya berakal, mumayyiz, dan bertujuan untuk menyembelih.
فَيَحِلُّ: ذَبْحُ الْأُنْثَى وَالْقِنِّ وَالْجُنُبِ وَالْكِتَابِيِّ٦ لَا: الْمُرْتَدِّ
Maka halal: sembelihan wanita, budak, orang junub, dan Ahli Kitab٦, tidak halal: orang murtad
وَالْمَجُوسِيِّ وَالْوَثَنِيِّ وَالدُّرْزِيِّ وَالنُّصَيْرِيِّ.
Dan Majusi, penyembah berhala, Druze, dan Nusayri.
الثَّانِي: الْآلَةُ فَيَحِلُّ الذَّبْحُ بِكُلِّ مُحَدَّدٍ مِنْ حَجَرٍ وَقَصَبٍ وَخَشَبٍ وَعَظْمٍ غَيْرِ السِّنِّ وَالظُّفْرِ.
Kedua: Alat penyembelihan. Penyembelihan diperbolehkan dengan setiap benda tajam dari batu, bambu, kayu, dan tulang selain gigi dan kuku.
الثَّالِثُ: قَطْعُ الْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ وَيَكْفِي قَطْعُ الْبَعْضِ مِنْهُمَا فَلَوْ قَطَعَ رَأْسَهُ حَلَّ.
Ketiga: Memotong tenggorokan (hulqum) dan kerongkongan (mari'). Cukup memotong sebagian dari keduanya. Jika memotong kepalanya, maka halal.
وَيَحِلُّ ذَبْحُ مَا أَصَابَهُ سَبَبُ الْمَوْتِ: مِنْ مُنْخَنِقَةٍ وَمَرِيضَةٍ وَأَكِيلَةِ سَبُعٍ وَمَا صِيدَ بِشَبَكَةٍ أَوْ فَخٍّ أَوْ أَنْقَذَهُ مِنْ مُهْلِكَةٍ إِنْ ذَكَّاهُ وَفِيهِ حَيَاةٌ مُسْتَقِرَّةٌ: كَتَحْرِيكِ يَدِهِ أَوْ رِجْلِهِ أَوْ طَرَفِ عَيْنِهِ.
Dan halal menyembelih hewan yang terkena penyebab kematian: dari yang tercekik, sakit, dimakan binatang buas, yang diburu dengan jaring atau perangkap, atau yang diselamatkan dari bahaya, jika ia menyembelihnya dan masih ada tanda-tanda kehidupan yang stabil, seperti gerakan tangan, kaki, atau ujung matanya.
وَمَا قُطِعَ حُلْقُومُهُ أَوْ أُبِينَتْ حَشْوَتُهُ فَوُجُودُ حَيَاتِهِ كَعَدَمِهَا لَكِنْ لَوْ قَطَعَ الذَّابِحُ الْحُلْقُومَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَهُ قَبْلَ قَطْعِ الْمَرِيءِ: لَمْ يَضُرَّ إِنْ عَادَ فَتَتِمَّ١ الذَّكَاةُ عَلَى الْفَوْرِ وَمَا عَجَزَ عَنْ ذَبْحِهِ: كَوَاقِعٍ فِي بِئْرٍ أَوْ٢: مُتَوَحِّشٍ فَذَكَاتُهُ لِجَرْحِهِ فِي أَيِّ مَحَلٍّ كَانَ.
Dan hewan yang tenggorokannya telah terpotong atau isi perutnya telah terpisah, maka adanya kehidupan pada hewan itu sama dengan tidak adanya. Tetapi jika penyembelih memotong tenggorokan kemudian mengangkat tangannya sebelum memotong kerongkongan: tidak mengapa jika ia kembali dan menyelesaikan١ penyembelihan dengan segera. Dan hewan yang tidak mampu disembelih, seperti yang jatuh ke dalam sumur atau٢ hewan liar, maka penyembelihannya adalah dengan melukainya di bagian mana pun.
الرَّابِعُ: قَوْلُ: "بِسْمِ اللهِ" لَا يُجْزِئُ غَيْرُهَا عِنْدَ حَرَكَةِ يَدِهِ بِالذَّبْحِ وَتُجْزِئُ بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَلَوْ أَحْسَنَهَا.
Keempat: Mengucapkan "Bismillah". Tidak cukup selain itu ketika tangannya bergerak untuk menyembelih. Dan cukup mengucapkannya dengan selain bahasa Arab meskipun ia menguasainya.
وَيُسَنُّ التَّكْبِيرُ.
Dan disunnahkan bertakbir.
وَتَسْقُطُ: التَّسْمِيَةُ سَهْوًا لَا جَهْلًا وَمَنْ ذَكَرَ مَعَ اسْمِ اللهِ تَعَالَى اسْمَ غَيْرِهِ لَمْ تَحِلَّ.
Dan gugur: penyebutan [basmalah] karena lupa bukan karena ketidaktahuan, dan barangsiapa yang menyebutkan nama selain Allah Ta'ala bersama nama-Nya maka tidak halal.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَحْصُلُ ذَكَاةُ الْجَنِينِ بِذَكَاةِ أُمِّهِ وَإِنْ خَرَجَ حَيًّا حَيَاةً مُسْتَقِرَّةً لَمْ يُبَحْ إِلَّا بِذَبْحِهِ.
Dan tercapai penyembelihan janin dengan penyembelihan induknya. Jika ia keluar dalam keadaan hidup yang stabil, maka tidak halal kecuali dengan menyembelihnya.
وَيُكْرَهُ الذَّبْحُ بِآلَةٍ كَالَّةٍ وَسَلْخُ الْحَيَوَانِ أَوْ كَسْرُ عُنُقِهِ قَبْلَ زُهُوقِ نَفْسِهِ.
Dimakruhkan menyembelih dengan alat yang tumpul, menguliti hewan, atau mematahkan lehernya sebelum nyawanya hilang.
وَسُنَّ: تَوْجِيهُهُ لِلْقِبْلَةِ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْسَرِ وَالْإِسْرَاعُ فِي الذَّبْحِ.
Disunnahkan: menghadapkannya ke arah kiblat di atas sisi kirinya dan mempercepat penyembelihan.
وَمَا ذُبِحَ فَغَرِقَ أَوْ تَرَدَّى مِنْ عُلُوٍّ أَوْ وُطِئَ عَلَيْهِ شَيْءٌ يَقْتُلُهُ مِثْلُهُ: لَمْ يَحِلَّ.
Hewan yang disembelih lalu tenggelam, jatuh dari ketinggian, atau terinjak sesuatu yang dapat membunuhnya, maka tidak halal.
كِتَابُ الصَّيْدِ
كِتَابُ الصَّيْدِ
كِتَابُ الصَّيْدِ
كِتَابُ الصَّيْدِ
Kitab Berburu
...
...
كِتَابُ الصَّيْدِ
Kitab Berburu
يُبَاحُ: لِقَاصِدِهِ وَيُكْرَهُ: لَهْوًا.
Diperbolehkan bagi yang bertujuan (untuk makan), dan dimakruhkan jika untuk main-main.
وَهُوَ أَفْضَلُ مَأْكُولٍ.
Dan itu adalah makanan terbaik.
فَمَنْ أَدْرَكَ صَيْدًا مَجْرُوحًا مُتَحَرِّكًا فَوْقَ حَرَكَةِ مَذْبُوحٍ وَاتَّسَعَ١ الْوَقْتُ لِتَذْكِيَتِهِ: لَمْ يُبَحْ إِلَّا بِهَا.
Barangsiapa mendapati hewan buruan yang terluka dan masih bergerak melebihi gerakan hewan yang disembelih dan waktunya cukup untuk menyembelihnya, maka tidak halal kecuali dengan menyembelihnya.
وَإِنْ لَمْ يَتَّسِعْ بَلْ مَاتَ فِي الْحَالِ: حَلَّ بِأَرْبَعَةِ شُرُوطٍ:
Jika tidak cukup waktu, bahkan mati seketika, maka halal dengan empat syarat:
أَحَدُهَا: كَوْنُ الصَّائِدِ أَهْلًا لِلذَّكَاةِ٢ حَالَ إِرْسَالِ الْآلَةِ وَمَنْ رَمَى صَيْدًا فَأَثْبَتَهُ ثُمَّ رَمَاهُ ثَانِيًا فَقَتَلَهُ: لَمْ يَحِلَّ.
Pertama: pemburu harus memenuhi syarat untuk menyembelih saat melepaskan alat. Barangsiapa melempar hewan buruan lalu melukainya, kemudian melemparnya lagi hingga membunuhnya, maka tidak halal.
الثَّانِي: الْآلَةُ وَهِيَ نَوْعَانِ:
Kedua: alatnya, dan itu ada dua jenis:
مَا لَهُ حَدٌّ يَجْرَحُ بِهِ٣ كَسَيْفٍ وَسِكِّينٍ وَسَهْمٍ.
Apa yang memiliki mata tajam yang dapat melukai seperti pedang, pisau, dan anak panah.
الثَّانِي: جَارِحَةٌ مُعَلَّمَةٌ: كَكَلْبٍ غَيْرِ أَسْوَدَ وَفَهْدٍ وَبَازٍ وَصَقْرٍ وَعُقَابٍ وَشَاهِينٍ.
Kedua: hewan pemburu yang terlatih, seperti anjing selain yang hitam, macan tutul, elang, rajawali, burung nasar, dan elang.
فَتَعْلِيمُ الْكَلْبِ وَالْفَهْدِ بِثَلَاثَةِ أُمُورٍ:
Jadi, melatih anjing dan macan tutul dengan tiga hal:
بِأَنْ يَسْتَرْسِلَ إِذَا أُرْسِلَ وَيَنْزَجِرَ إِذَا زُجِرَ وَإِذَا أَمْسَكَ لَمْ يَأْكُلْ.
Bahwa ia melepaskan diri ketika dilepaskan, berhenti ketika dicegah, dan ketika menangkap tidak memakan (buruannya).
وَتَعْلِيمُ الطَّيْرِ بِأَمْرَيْنِ: بِأَنْ يَسْتَرْسِلَ إِذَا أُرْسِلَ وَيَرْجِعَ إِذَا وُعِيَ.
Dan melatih burung dengan dua hal: bahwa ia melepaskan diri ketika dilepaskan dan kembali ketika dipanggil.
وَيُشْتَرَطُ: أَنْ يَجْرَحَ الصَّيْدَ فَلَوْ قَتَلَهُ بِصَدْمٍ أَوْ خَنْقٍ: لَمْ يُبَحْ.
Dan disyaratkan: bahwa ia melukai buruannya. Jika ia membunuhnya dengan benturan atau mencekik: maka tidak diperbolehkan.
الثَّالِثُ: قَصْدُ الْفِعْلِ وَهُوَ: أَنْ يُرْسِلَ الْآلَةَ لِقَصْدِ الصَّيْدِ فَلَوْ سَمَّى وَأَرْسَلَهَا لَا لِقَصْدِ الصَّيْدِ أَوْ لِقَصْدِهِ وَلَمْ يَرَهُ١ أَوِ اسْتَرْسَلَ الْجَارِحُ بِنَفْسِهِ فَقَتَلَ صَيْدًا لَمْ يُبَحْ٢.
Ketiga: Niat melakukan perbuatan, yaitu: melepaskan alat untuk tujuan berburu. Jika ia menyebut nama Allah dan melepaskannya bukan untuk tujuan berburu atau untuk tujuan berburu tetapi tidak melihatnya¹, atau hewan pemburu itu melepaskan diri sendiri lalu membunuh buruan, maka tidak diperbolehkan².
الرَّابِعُ: قَوْلُ: "بِسْمِ اللهِ" عِنْدَ إِرْسَالِ جَارِحِهِ٣ أَوْ رَمْيِ سِلَاحِهِ وَلَا تَسْقُطُ هُنَا سَهْوًا.
Keempat: Mengucapkan: "Bismillah" ketika melepaskan hewan pemburunya³ atau melemparkan senjatanya, dan tidak gugur di sini karena lupa.
وَمَا رُمِيَ مِنْ صَيْدٍ فَوَقَعَ فِي مَاءٍ أَوْ تَرَدَّى مِنْ عُلُوٍّ أَوْ وَطِئَ عَلَيْهِ شَيْءٌ وَكُلٌّ٤ مِنْ ذَلِكَ يَقْتُلُ مِثْلَهُ؛ لَمْ يَحِلَّ. وَمِثْلُهُ: لَوْ رَمَاهُ بِمُحَدَّدٍ فِيهِ سُمٌّ وَإِنْ رَمَاهُ بِالْهَوَاءِ أَوْ عَلَى شَجَرَةٍ أَوْ حَائِطٍ فَسَقَطَ مَيِّتًا حَلَّ.
Dan apa yang dilemparkan dari buruan lalu jatuh ke dalam air, atau jatuh dari ketinggian, atau terinjak oleh sesuatu, dan semuanya⁴ itu bisa membunuh yang sepertinya; maka tidak halal. Dan seperti itu juga: jika melemparnya dengan benda tajam yang ada racunnya. Namun jika melemparnya ke udara atau ke pohon atau ke dinding lalu jatuh dalam keadaan mati, maka halal.
كِتَابُ الإِيمَانِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الإِيمَانِ
Kitab Iman
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الإِيمَانِ
Kitab Iman
لَا تَنْعَقِدُ الْيَمِينُ إِلَّا بِاللهِ تَعَالَى أَوْ اسْمٍ١ مِنْ أَسْمَائِهِ أَوْ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِ: كَعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ وَأَمَانَتِهِ.
Sumpah tidak sah kecuali dengan nama Allah Ta'ala atau salah satu nama-Nya atau salah satu sifat-Nya, seperti kemuliaan Allah, kekuasaan-Nya, dan amanah-Nya.
وَإِنْ قَالَ: يَمِينًا بِاللهِ أَوْ قَسَمًا أَوْ شَهَادَةً انْعَقَدَتْ.
Jika seseorang berkata: "Demi Allah" atau "Sumpah" atau "Kesaksian", maka sumpah itu sah.
وَتَنْعَقِدُ بِالْقُرْآنِ وَبِالْمُصْحَفِ وَبِالتَّوْرَاةِ وَنَحْوِهَا مِنَ الْكُتُبِ الْمُنَزَّلَةِ.
Sumpah juga sah dengan Al-Qur'an, mushaf, Taurat, dan kitab-kitab yang diturunkan lainnya.
وَمَنْ حَلَفَ بِمَخْلُوقٍ: كَالْأَوْلِيَاءِ وَالْأَنْبِيَاءِ ﵈ أَوْ: بِالْكَعْبَةِ أَوْ نَحْوِهَا: حَرُمَ وَلَا كَفَّارَةَ.
Barangsiapa bersumpah dengan makhluk, seperti para wali dan para nabi ﵈, atau dengan Ka'bah atau sejenisnya, maka hukumnya haram dan tidak ada kafarat.
فَصْلٌ
Pasal
وَشُرُوطُ٢ وُجُوبِ الْكَفَّارَةِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ:
Syarat-syarat wajibnya kafarat ada lima hal:
أَحَدُهَا: كَوْنُ الْحَالِفِ مُكَلَّفًا.
Pertama: Orang yang bersumpah harus mukallaf.
الثَّانِي: كَوْنُهُ مُخْتَارًا.
Kedua: Dia melakukannya dengan pilihan sendiri.
الثَّالِثُ: كَوْنُهُ قَاصِدًا لِلْيَمِينِ فَلَا تَنْعَقِدُ مِمَّنْ سَبَقَ عَلَى لِسَانِهِ بِلَا
Ketiga: Dia berniat untuk bersumpah, sehingga sumpah tidak sah dari orang yang tidak sengaja mengucapkannya tanpa
قَصْدَ كَقَوْلِهِ: لَا وَاللهِ وَبَلَى وَاللهِ فِي عَرْضِ١ حَدِيثِهِ.
Sengaja seperti ucapannya: tidak demi Allah dan ya demi Allah dalam pembicaraannya yang selintas.¹
الرَّابِعُ: كَوْنُهَا عَلَى أَمْرٍ مُسْتَقِلٍّ فَلَا كَفَّارَةَ عَلَى مَاضٍ بَلْ إِنْ تَعَمَّدَ الْكَذِبَ فَحَرَامٌ وَإِلَّا فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ.
Keempat: Sumpah itu atas perkara yang mandiri, maka tidak ada kafarat atas yang telah lalu. Bahkan jika dia sengaja berdusta maka haram, jika tidak maka tidak ada apa-apa atasnya.
الْخَامِسُ: الْحِنْثُ بِفِعْلِ مَا حَلَفَ عَلَى تَرْكِهِ أَوْ تَرْكِ٢ مَا حَلَفَ عَلَى فِعْلِهِ فَإِنْ كَانَ عَيَّنَ وَقْتًا تَعَيَّنَ وَإِلَّا لَمْ يَحْنَثْ حَتَّى يَيْأَسَ مِنْ فِعْلِهِ بِتَلَفِ الْمَحْلُوفِ عَلَيْهِ أَوْ مَوْتِ الْحَالِفِ.
Kelima: Melanggar sumpah dengan melakukan apa yang dia bersumpah untuk meninggalkannya atau meninggalkan² apa yang dia bersumpah untuk melakukannya. Jika dia menentukan waktu maka itu yang berlaku. Jika tidak, maka dia tidak melanggar sumpah sampai dia putus asa dari melakukannya karena rusaknya hal yang disumpahkan atau matinya orang yang bersumpah.
وَمَنْ حَلَفَ بِاللهِ لَا يَفْعَلُ كَذَا أَوْ لَيَفْعَلَنَّ كَذَا إِنْ شَاءَ اللهُ أَوْ٣ إِنْ أَرَادَ اللهُ أَوْ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ وَاتَّصَلَ لَفْظًا أَوْ حُكْمًا لَمْ يَحْنَثْ فَعَلَ أَوْ تَرَكَ بِشَرْطِ أَنْ يَقْصِدَ الِاسْتِثْنَاءَ قَبْلَ تَمَامِ الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ.
Barangsiapa bersumpah demi Allah untuk tidak melakukan ini atau pasti melakukan ini insya Allah atau³ jika Allah menghendaki atau kecuali jika Allah menghendaki, dan (pengecualian itu) bersambung secara lafaz atau hukum, maka dia tidak melanggar sumpah baik melakukan atau meninggalkan, dengan syarat dia bermaksud pengecualian sebelum selesainya hal yang dikecualikan darinya.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ قَالَ: طَعَامِي عَلَيَّ حَرَامٌ أَوْ: إِنْ أَكَلْتُ كَذَا فَحَرَامٌ أَوْ: إِنْ فَعَلْتُ كَذَا فَحَرَامٌ: لَمْ يَحْرُمْ وَعَلَيْهِ إِنْ فَعَلَ كَفَّارَةُ يَمِينٍ.
Barangsiapa berkata: Makananku haram atasku, atau: Jika aku makan ini maka haram, atau: Jika aku melakukan ini maka haram; maka tidak menjadi haram dan atasnya jika dia melakukannya adalah kafarat sumpah.
وَمَنْ قَالَ: هُوَ يَهُودِيٌّ أَوْ: نَصْرَانِيٌّ٤ أَوْ مَجُوسِيٌّ أَوْ يَعْبُدُ الصَّلِيبَ أَوِ الشَّرْقَ إِنْ فَعَلَ كَذَا أَوْ: هُوَ بَرِيءٌ مِنَ الْإِسْلَامِ أَوْ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى
Barangsiapa berkata: Dia Yahudi atau: Nasrani⁴ atau Majusi atau menyembah salib atau timur jika melakukan ini, atau: Dia berlepas diri dari Islam atau dari Nabi shallallahu
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ: هُوَ كَافِرٌ بِاللهِ تَعَالَى إِنْ لَمْ يَفْعَلْ كَذَا: فَقَدْ ارْتَكَبَ مُحَرَّمًا وَعَلَيْهِ كَفَّارَةُ يَمِينٍ إِنْ فَعَلَ مَا نَفَاهُ أَوْ تَرَكَ مَا أَثْبَتَهُ.
Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, atau: Dia adalah orang kafir kepada Allah Ta'ala jika dia tidak melakukan ini dan itu: Dia telah melakukan perbuatan yang diharamkan dan dia harus membayar kafarat sumpah jika dia melakukan apa yang dia nafikan atau meninggalkan apa yang dia tetapkan.
وَمَنْ أَخْبَرَ عَنْ نَفْسِهِ بِأَنَّهُ حَلَفَ بِاللهِ وَلَمْ يَكُنْ حَلَفَ: فَكَذِبَةٌ لَا كَفَّارَةَ فِيهَا١.
Dan barangsiapa yang memberitakan tentang dirinya bahwa dia telah bersumpah demi Allah padahal dia tidak bersumpah: maka itu adalah kebohongan yang tidak ada kafaratnya.¹
فَصْلٌ
Pasal
وَكَفَّارَةُ الْيَمِينِ عَلَى التَّخْيِيرِ: إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مُتَتَابِعَةٍ وُجُوبًا إِنْ لَمْ يَكُنْ عُذْرٌ.
Kafarat sumpah berdasarkan pilihan: memberi makan sepuluh orang miskin, memberi pakaian kepada mereka, atau membebaskan budak yang beriman. Jika tidak mampu, maka wajib berpuasa tiga hari berturut-turut jika tidak ada uzur.
وَلَا يَصِحُّ أَنْ يُكَفِّرَ الرَّقِيقُ بِغَيْرِ الصِّيَامِ وَعَكْسُهُ الْكَافِرُ.
Tidak sah bagi budak untuk membayar kafarat selain dengan berpuasa, dan sebaliknya bagi orang kafir.
وَإِخْرَاجُ الْكَفَّارَةِ قَبْلَ الْحِنْثِ وَبَعْدَهُ سَوَاءٌ.
Mengeluarkan kafarat sebelum melanggar sumpah dan setelahnya adalah sama.
وَمَنْ حَنِثَ وَلَوْ فِي أَلْفِ يَمِينٍ بِاللهِ تَعَالَى وَلَمْ يُكَفِّرْ: فَكَفَّارَةٌ وَاحِدَةٌ.
Barangsiapa yang melanggar sumpah meskipun dalam seribu sumpah demi Allah Ta'ala dan belum membayar kafarat: maka kafaratnya hanya satu.
بَابُ جَامِعِ الإِيمَانِ
بَابُ جَامِعِ الْإِيمَانِ
Bab Komprehensif tentang Sumpah
يُرْجَعُ فِي الْأَيْمَانِ إِلَى نِيَّةِ الْحَالِفِ فَمَنْ دُعِيَ لِغَدَاءٍ فَحَلَفَ لَا يَتَغَدَّى٢: لَمْ يَحْنَثْ بِغَيْرِ غَدَائِهِ إِنْ قَصَدَهُ.
Dalam sumpah, niat orang yang bersumpah menjadi acuan. Jika seseorang diundang makan siang lalu ia bersumpah tidak akan makan siang², ia tidak melanggar sumpah jika makan selain makan siang yang dimaksud, jika memang itu yang ia niatkan.
أَوْ حَلَفَ: لَا يَدْخُلُ دَارَ فُلَانٍ وَقَالَ: نَوَيْتُ الْيَوْمَ: قُبِلَ حُكْمًا فَلَا يَحْنَثُ بِالدُّخُولِ فِي غَيْرِهِ.
Atau jika seseorang bersumpah: "Aku tidak akan memasuki rumah si Fulan", lalu ia berkata: "Aku berniat hari ini saja", maka niatnya diterima secara hukum dan ia tidak melanggar sumpah jika memasuki rumah itu di hari lain.
وَلَا عُدْتَ رَأَيْتَكَ تَدْخُلِينَ دَارَ فُلَانٍ يَنْوِي مَنْعَهَا فَدَخَلَتْهَا: حَنِثَ وَلَوْ لَمْ يَرَهَا.
Dan kamu tidak kembali melihatmu memasuki rumah si fulan dengan niat mencegahnya lalu dia memasukinya: dia berdosa meskipun dia tidak melihatnya.
فَصْلٌ
Pasal
فَإِنْ لَمْ يَنْوِ شَيْئًا رَجَعَ إِلَى سَبَبِ الْيَمِينِ وَمَا هَيَّجَهَا.
Jika dia tidak berniat sesuatu, maka kembali kepada sebab sumpah dan apa yang membangkitkannya.
فَمَنْ حَلَفَ: لَيَقْضِيَنَّ زَيْدًا حَقَّهُ غَدًا فَقَضَاهُ قَبْلَهُ أَوْ: لَا يَبِيعُ كَذَا إِلَّا بِمِائَةٍ فَبَاعَهُ بِأَكْثَرَ أَوْ: لَا يَدْخُلُ بَلَدَ كَذَا لِظُلْمٍ فِيهَا فَزَالَ وَدَخَلَهَا أَوْ: لَا يُكَلِّمُ زَيْدًا لِشُرْبِهِ الْخَمْرَ فَكَلَّمَهُ وَقَدْ تَرَكَهُ: لَمْ يَحْنَثْ فِي الْجَمِيعِ.
Barangsiapa bersumpah: sungguh dia akan membayar hak Zaid besok lalu dia membayarnya sebelumnya, atau: dia tidak menjual ini kecuali dengan seratus lalu dia menjualnya lebih banyak, atau: dia tidak memasuki negeri ini karena kezaliman di dalamnya lalu hilang dan dia memasukinya, atau: dia tidak berbicara kepada Zaid karena dia meminum khamr lalu dia berbicara kepadanya dan sungguh dia telah meninggalkannya: dia tidak berdosa pada semuanya.
فَصْلٌ
Pasal
فَإِنْ عَدَمَ النِّيَّةَ وَالسَّبَبَ رَجَعَ إِلَى التَّعْيِينِ فَمَنْ حَلَفَ: لَا يَدْخُلُ دَارَ فُلَانٍ هَذِهِ فَدَخَلَهَا وَقَدْ بَاعَهَا أَوْ: وَهِيَ فَضَاءٌ أَوْ: لَا كَلَّمْتُ هَذَا الصَّبِيَّ فَصَارَ شَيْخًا وَكَلَّمَهُ١ أَوْ: لَا أَكَلْتُ هَذَا الرُّطَبَ فَصَارَ تَمْرًا ثُمَّ أَكَلَهُ: حَنِثَ فِي الْجَمِيعِ فَإِنْ عَدَمَ النِّيَّةَ وَالسَّبَبَ رَجَعَ إِلَى التَّعْيِينِ فَمَنْ حَلَفَ: لَا يَدْخُلُ دَارَ فُلَانٍ هَذِهِ فَدَخَلَهَا وَقَدْ بَاعَهَا أَوْ: وَهِيَ فَضَاءٌ أَوْ: لَا كَلَّمْتُ هَذَا الصَّبِيَّ فَصَارَ شَيْخًا فَكَلَّمَهُ أَوْ: لَا أَكَلْتُ هَذَا الرُّطَبَ فَصَارَ تَمْرًا ثُمَّ أَكَلَهُ: حَنِثَ فِي الْجَمِيعِ
Jika niat dan sebab tidak ada, maka kembali kepada penentuan. Barangsiapa bersumpah: Aku tidak akan memasuki rumah si fulan ini, lalu ia memasukinya dan ternyata ia telah menjualnya, atau: ketika rumah itu masih kosong, atau: Aku tidak berbicara dengan anak kecil ini, lalu ia menjadi tua dan ia berbicara dengannya¹, atau: Aku tidak memakan kurma muda ini, lalu kurma itu menjadi matang kemudian ia memakannya: maka ia melanggar sumpah pada semuanya. Jika niat dan sebab tidak ada, maka kembali kepada penentuan. Barangsiapa bersumpah: Aku tidak akan memasuki rumah si fulan ini, lalu ia memasukinya dan ternyata ia telah menjualnya, atau: ketika rumah itu masih kosong, atau: Aku tidak berbicara dengan anak kecil ini, lalu ia menjadi tua dan ia berbicara dengannya, atau: Aku tidak memakan kurma muda ini, lalu kurma itu menjadi matang kemudian ia memakannya: maka ia melanggar sumpah pada semuanya.
فَصْلٌ
Pasal
فَإِنْ عَدَمَ النِّيَّةَ وَالسَّبَبَ وَالتَّعْيِينَ: رَجَعَ إِلَى مَا تَنَاوَلَهُ الِاسْمُ وَهُوَ ثَلَاثَةٌ: شَرْعِيٌّ فَعُرْفِيٌّ فَلُغَوِيٌّ.
Jika niat, sebab, dan penentuan tidak ada: maka kembali kepada apa yang dicakup oleh nama, yaitu ada tiga: syar'i, 'urfi, dan lughawi.
فَالْيَمِينُ الْمُطْلَقَةُ تَنْصَرِفُ إِلَى الشَّرْعِيِّ وَتَتَنَاوَلُ الصَّحِيحَ مِنْهُ.
Sumpah mutlak berlaku untuk hal yang sesuai syariat dan mencakup yang sah darinya.
فَمَنْ١ حَلَفَ: لَا يَنْكِحُ أَوْ لَا يَبِيعُ أَوْ لَا يَشْتَرِي فَعَقَدَ عَقْدًا فَاسِدًا: لَمْ يَحْنَثْ لَكِنْ لَوْ قَيَّدَ٢ يَمِينَهُ بِمُمْتَنِعِ الصِّحَّةِ كَحَلِفِهِ: لَا يَبِيعُ الْخَمْرَ ثُمَّ بَاعَهُ: حَنِثَ بِصُورَةِ ذَلِكَ.
Barangsiapa١ bersumpah: tidak akan menikah, menjual, atau membeli, lalu melakukan akad yang fasid: ia tidak melanggar sumpah. Namun jika ia membatasi٢ sumpahnya dengan sesuatu yang tidak sah, seperti bersumpah: tidak akan menjual khamr kemudian menjualnya: ia melanggar sumpah dengan bentuk itu.
فَصْلٌ
Pasal
فَإِنْ عُدِمَ الشَّرْعِيُّ فَالْأَيْمَانُ مَبْنَاهَا عَلَى الْعُرْفِ.
Jika tidak ada ketentuan syariat, maka sumpah didasarkan pada 'urf (kebiasaan).
فَمَنْ حَلَفَ: لَا يَطَأُ امْرَأَتَهُ: حَنِثَ بِجِمَاعِهَا أَوْ: لَا يَطَأُ أَوْ يَضَعُ قَدَمَهُ فِي دَارِ فُلَانٍ: حَنِثَ بِدُخُولِهِ رَاكِبًا أَوْ مَاشِيًا حَافِيًا أَوْ مُنْتَعِلًا أَوْ: لَا يَدْخُلُ بَيْتًا: حَنِثَ بِدُخُولِ الْمَسْجِدِ وَالْحَمَّامِ وَبَيْتِ الشَّعْرِ أَوْ: لَا يَضْرِبُ فُلَانَةَ فَخَنَقَهَا أَوْ نَتَفَ شَعْرَهَا أَوْ عَضَّهَا: حَنِثَ فَإِنْ عُدِمَ الشَّرْعِيُّ فَالْأَيْمَانُ مَبْنَاهَا عَلَى الْعُرْفِ فَمَنْ حَلَفَ: لَا يَطَأُ امْرَأَتَهُ: حَنِثَ بِجِمَاعِهَا أَوْ: لَا يَطَأُ أَوْ يَضَعُ قَدَمَهُ فِي دَارِ فُلَانٍ: حَنِثَ بِدُخُولِهَا٣ رَاكِبًا أَوْ مَاشِيًا حَافِيًا أَوْ مُنْتَعِلًا.
Barangsiapa bersumpah: tidak akan menggauli istrinya: ia melanggar sumpah dengan menyetubuhinya. Atau: tidak akan menginjak atau meletakkan kakinya di rumah si fulan: ia melanggar sumpah dengan memasukinya berkendara, berjalan kaki, bertelanjang kaki, atau memakai alas kaki. Atau: tidak akan memasuki rumah: ia melanggar sumpah dengan memasuki masjid, pemandian, dan rumah syair. Atau: tidak akan memukul si fulanah lalu ia mencekiknya, mencabut rambutnya, atau menggigitnya: ia melanggar sumpah. Jika tidak ada ketentuan syariat, maka sumpah didasarkan pada 'urf (kebiasaan). Barangsiapa bersumpah: tidak akan menggauli istrinya: ia melanggar sumpah dengan menyetubuhinya. Atau: tidak akan menginjak atau meletakkan kakinya di rumah si fulan: ia melanggar sumpah dengan memasukinya٣ berkendara, berjalan kaki, bertelanjang kaki, atau memakai alas kaki.
أَوْ٤ لَا يَدْخُلُ بَيْتًا: حَنِثَ بِدُخُولِ الْمَسْجِدِ وَالْحَمَّامِ وَبَيْتِ الشَّعْرِ.
Atau٤ tidak akan memasuki rumah: ia melanggar sumpah dengan memasuki masjid, pemandian, dan rumah syair.
أَوْ٥ لَا يَضْرِبُ فُلَانَةَ فَخَنَقَهَا أَوْ نَتَفَ شَعْرَهَا أَوْ عَضَّهَا: حَنِثَ.
Atau jika dia bersumpah untuk tidak memukul si fulanah, lalu dia mencekiknya, atau menjambak rambutnya, atau menggigitnya, maka dia telah melanggar sumpahnya (hinth).
فَصْلٌ
Pasal
فَإِنْ عَدَمَ الْعُرْفَ رَجَعَ إِلَى اللُّغَةِ.
Jika tidak ada 'urf, maka kembali kepada bahasa.
فَمَنْ١ حَلَفَ: لَا يَأْكُلُ لَحْمًا حَنِثَ بِكُلِّ لَحْمٍ حَتَّى بِالْمُحَرَّمِ: كَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ لَا بِمَا لَا يُسَمَّى لَحْمًا كَالشَّحْمِ وَنَحْوِهِ.
Barangsiapa١ bersumpah: tidak akan makan daging, maka ia melanggar dengan memakan setiap daging bahkan yang haram: seperti bangkai dan babi, tidak dengan apa yang tidak disebut daging seperti lemak dan sejenisnya.
وَلَا يَأْكُلُ لَبَنًا فَأَكَلَهُ٢ وَلَوْ مِنْ لَبَنِ آدَمِيَّةٍ: حَنِثَ وَلَا يَأْكُلُ رَأْسًا وَلَا بَيْضًا: حَنِثَ بِكُلِّ رَأْسٍ وَبَيْضٍ حَتَّى بِرَأْسِ الْجَرَادِ وَبَيْضِهِ وَلَا يَأْكُلُ فَاكِهَةً: حَنِثَ.
Dan tidak makan susu lalu memakannya٢ meskipun dari susu manusia: melanggar sumpah, dan tidak makan kepala dan tidak makan telur: melanggar sumpah dengan setiap kepala dan telur bahkan dengan kepala belalang dan telurnya, dan tidak makan buah-buahan: melanggar sumpah.
بِكُلِّ مَا يُتَفَكَّهُ بِهِ حَتَّى بِالطَّبْخِ لَا الْقِثَّاءِ وَالْخِيَارِ وَالزَّيْتُونِ وَالزَّعْرُورِ٣ الْأَحْمَرِ.
Dengan segala sesuatu yang dijadikan buah-buahan bahkan dengan masakan, bukan mentimun, ketimun, zaitun, dan za'rur٣ merah.
وَلَا يَتَغَذَّى فَأَكَلَ بَعْدَ الزَّوَالِ أَوْ٤ لَا يَتَعَشَّى فَأَكَلَ بَعْدَ نِصْفِ اللَّيْلِ أَوْ٥ لَا يَتَسَحَّرُ فَأَكَلَ قَبْلَهُ: لَمْ يَحْنَثْ.
Dan tidak makan siang lalu makan setelah zawal atau٤ tidak makan malam lalu makan setelah tengah malam atau٥ tidak makan sahur lalu makan sebelumnya: tidak melanggar sumpah.
وَلَا يَأْكُلُ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ: حَنِثَ بِأَكْلِ ثَمَرَتِهَا فَقَطْ وَلَا يَأْكُلُ [مِنْ] ٦ هَذِهِ الْبَقَرَةِ: حَنِثَ بِأَكْلِ شَيْءٍ مِنْهَا لَا مِنْ لَبَنِهَا وَوَلَدِهَا.
Dan tidak makan dari pohon ini: melanggar sumpah hanya dengan memakan buahnya, dan tidak makan [dari] ٦ sapi ini: melanggar sumpah dengan memakan sesuatu darinya, bukan dari susunya dan anaknya.
وَلَا يَشْرَبُ مِنْ هَذَا النَّهْرِ أَوِ الْبِئْرِ فَاغْتَرَفَ بِإِنَاءٍ١ وَشَرِبَ٢ حَنِثَ لَا إِنْ٣ حَلَفَ: لَا يَشْرَبُ مِنْ هَذَا الْإِنَاءِ فَاغْتَرَفَ مِنْهُ وَشَرِبَ.
Dan dia tidak minum dari sungai atau sumur ini, lalu dia mengambil air dengan bejana١ dan minum٢, maka dia berdosa. Tidak jika٣ dia bersumpah: Dia tidak akan minum dari bejana ini, lalu dia mengambil air darinya dan minum.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ حَلَفَ: لَا يَدْخُلُ دَارَ فُلَانٍ أَوْ لَا يَرْكَبُ دَابَّتَهُ: حَنِثَ بِمَا جَعَلَهُ لِعَبْدِهِ أَوْ آجَرَهُ أَوِ اسْتَأْجَرَهُ لَا بِمَا اسْتَعَارَهُ.
Barangsiapa bersumpah: Dia tidak akan memasuki rumah si fulan atau tidak akan menunggangi hewannya: Dia berdosa jika dia menjadikannya untuk budaknya, menyewakannya, atau menyewanya, bukan jika dia meminjamnya.
وَلَا يُكَلِّمُ إِنْسَانًا: حَنِثَ بِكَلَامِ كُلِّ إِنْسَانٍ حَتَّى بِقَوْلِ٤: اسْكُتْ وَلَا كَلَّمْتُ فُلَانًا فَكَاتَبَهُ أَوْ رَاسَلَهُ: حَنِثَ وَلَا بَدَأْتُ فُلَانًا بِكَلَامٍ فَتَكَلَّمَا مَعًا: لَمْ يَحْنَثْ وَلَا مَلَكَ لَهُ: لَمْ يَحْنَثْ بِدَيْنٍ وَلَا مَالَ لَهُ أَوْ لَا يَمْلِكُ مَالًا: حَنِثَ بِالدَّيْنِ وَلَيَضْرِبَنَّ فُلَانًا بِمِائَةٍ فَجَمَعَهَا وَضَرَبَهُ بِهَا ضَرْبَةً وَاحِدَةً: بَرَّ لَا إِنْ حَلَفَ لَيَضْرِبَنَّهُ مِائَةً.
Dan dia tidak berbicara dengan siapa pun: Dia berdosa dengan berbicara kepada setiap orang bahkan dengan mengatakan٤: Diam. Dan dia tidak berbicara dengan si fulan lalu dia menuliskan surat atau mengiriminya pesan: Dia berdosa. Dan dia tidak memulai pembicaraan dengan si fulan lalu mereka berdua berbicara bersama: Dia tidak berdosa. Dan dia tidak memiliki untuknya: Dia tidak berdosa dengan hutang. Dan dia tidak memiliki harta atau dia tidak memiliki harta: Dia berdosa dengan hutang. Dan sungguh dia akan memukul si fulan dengan seratus pukulan, lalu dia mengumpulkannya dan memukulnya dengan itu dalam satu pukulan: Dia memenuhi sumpah, tidak jika dia bersumpah sungguh dia akan memukulnya seratus kali.
وَمَنْ حَلَفَ: لَا يَسْكُنُ هَذِهِ٥ الدَّارَ أَوْ لَيَخْرُجَنَّ أَوْ لَيَرْحَلَنَّ مِنْهَا: لَزِمَهُ الْخُرُوجُ بِنَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَمَتَاعِهِ الْمَقْصُودِ فَإِنْ أَقَامَ فَوْقَ زَمَنٍ يُمْكِنُهُ الْخُرُوجُ فِيهِ عَادَةً وَلَمْ يَخْرُجْ حَنِثَ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَسْكَنًا أَوْ أَبَتْ زَوْجَتُهُ الْخُرُوجَ مَعَهُ وَلَا يُمْكِنُهُ إِجْبَارُهَا فَخَرَجَ وَحْدَهُ لَمْ يَحْنَثْ وَكَذَا الْبَلَدُ إِلَّا أَنَّهُ يَبَرُّ بِخُرُوجِهِ وَحْدَهُ إِذَا حَلَفَ لَيَخْرُجَنَّ مِنْهُ وَلَا يَحْنَثُ فِي الْجَمِيعِ بِالْعَوْدِ مَا لَمْ تَكُنْ نِيَّةٌ أَوْ سَبَبٌ.
Dan barangsiapa bersumpah: tidak akan menempati rumah ini atau pasti akan keluar atau pasti akan pindah darinya: maka ia wajib keluar dengan dirinya, keluarganya, dan barang-barangnya yang dimaksud. Jika ia tinggal lebih lama dari waktu yang biasanya memungkinkannya untuk keluar dan tidak keluar, maka ia berdosa. Jika ia tidak menemukan tempat tinggal atau istrinya menolak untuk keluar bersamanya dan ia tidak dapat memaksanya, lalu ia keluar sendirian, maka ia tidak berdosa. Demikian pula dengan negeri, hanya saja ia berbuat baik dengan keluarnya sendirian jika ia bersumpah pasti akan keluar darinya. Dan ia tidak berdosa pada semuanya dengan kembali selama tidak ada niat atau sebab.
وَالسَّفَرُ الْقَصِيرُ: سَفَرٌ يَبِرُّ بِهِ مَنْ حَلَفَ: لَيُسَافِرَنَّ وَيَحْنَثُ بِهِ مَنْ حَلَفَ: لَا يُسَافِرُ.
Dan safar yang pendek: safar yang dengannya orang yang bersumpah: pasti akan bepergian, menjadi tidak berdosa, dan dengannya orang yang bersumpah: tidak akan bepergian, menjadi berdosa.
وَكَذَا النَّوْمُ الْيَسِيرُ.
Demikian pula tidur yang sebentar.
وَمَنْ حَلَفَ: لَا يَسْتَخْدِمُ فُلَانًا فَخَدَمَهُ وَهُوَ سَاكِتٌ: حَنِثَ وَلَا يَبَاتُ١ أَوْ لَا يَأْكُلُ بِبَلَدِ كَذَا فَبَاتَ أَوْ٢ أَكَلَ خَارِجَ بُنْيَانِهِ: لَمْ يَحْنَثْ.
Dan barangsiapa bersumpah: tidak akan mempekerjakan si fulan, lalu si fulan melayaninya sementara ia diam: ia berdosa. Dan tidak bermalam¹ atau tidak makan di negeri ini, lalu ia bermalam atau² makan di luar bangunannya: ia tidak berdosa.
وَفِعْلُ الْوَكِيلِ كَالْمُوَكِّلِ فَمَنْ حَلَفَ: لَا يَفْعَلُ كَذَا فَوَكَّلَ فِيهِ مَنْ يَفْعَلُهُ: حَنِثَ
Dan perbuatan wakil seperti perbuatan yang mewakilkan, maka barangsiapa bersumpah: tidak akan melakukan ini, lalu ia mewakilkan kepada orang yang melakukannya: ia berdosa
بَابُ النَّذْرِ
بَابُ النَّذْرِ
Bab Nadzar
وَهُوَ مَكْرُوهٌ لَا يَأْتِي بِخَيْرٍ وَلَا يَرُدُّ قَضَاءً.
Nadzar itu makruh, tidak mendatangkan kebaikan dan tidak menolak takdir.
وَلَا يَصِحُّ إِلَّا بِالْقَوْلِ مِنْ مُكَلَّفٍ مُخْتَارٍ.
Nadzar tidak sah kecuali dengan ucapan dari orang mukallaf yang memilih.
وَأَنْوَاعُهُ الْمُنْعَقِدَةُ سِتَّةٌ أَحْكَامُهَا مُخْتَلِفَةٌ:
Jenis-jenis nadzar yang sah ada enam dengan hukum yang berbeda-beda:
أَحَدُهَا: النَّذْرُ الْمُطْلَقُ كَقَوْلِهِ: لِلَّهِ عَلَيَّ نَذْرٌ فَيَلْزَمُهُ كَفَّارَةُ يَمِينٍ وَكَذَا: إِنْ قَالَ: "عَلَيَّ نَذْرٌ إِنْ فَعَلْتُ كَذَا" ثُمَّ يَفْعَلُهُ٣.
Pertama: Nadzar mutlak, seperti ucapannya, "Aku bernadzar kepada Allah," maka ia wajib membayar kafarat sumpah. Begitu pula jika ia berkata, "Aku bernadzar jika aku melakukan ini," kemudian ia melakukannya³.
الثَّانِي: نَذْرُ لَجَاجٍ وَغَضَبٍ كَـ" إِنْ كَلَّمْتُكَ أَوْ: إِنْ لَمْ أُعْطِكَ أَوْ: إِنْ كَانَ هَذَا كَذَا: فَعَلَيَّ الْحَجُّ أَوِ الْعِتْقُ أَوْ صَوْمُ سَنَةٍ أَوْ مَالِي
Kedua: Nadzar karena keras kepala dan marah, seperti "Jika aku berbicara denganmu, atau jika aku tidak memberimu, atau jika ini adalah ini, maka aku wajib berhaji, memerdekakan budak, berpuasa setahun, atau hartaku
صَدَقَةٌ: فَيُخَيَّرُ بَيْنَ الفِعْلِ أَوْ كَفَّارَةِ يَمِينٍ.
Sedekah: maka dia diberi pilihan antara melakukannya atau membayar kafarat sumpah.
الثَّالِثُ: نَذْرٌ مُبَاحٌ كَـ:"لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أَلْبَسَ ثَوْبِي أَوْ أَرْكَبَ دَابَّتِي" فَيُخَيَّرُ أَيْضًا.
Ketiga: nadzar mubah seperti: "Demi Allah, aku akan memakai pakaianku atau menunggang hewanku", maka dia juga diberi pilihan.
الرَّابِعُ: نَذْرٌ مَكْرُوهٌ كَطَلَاقٍ وَنَحْوِهِ: فَيُسَنُّ أَنْ يُكَفِّرَ وَلَا يَفْعَلَهُ.
Keempat: nadzar makruh seperti talak dan sejenisnya: maka disunnahkan untuk membayar kafarat dan tidak melakukannya.
الخَامِسُ: نَذْرُ مَعْصِيَةٍ١ كَشُرْبِ الخَمْرِ٢ وَصَوْمِ يَوْمِ العِيدِ وَنَحْوِهِ٣ فَيَحْرُمُ الوَفَاءُ٤ بِهِ وَيُكَفِّرُ وَيَقْضِي الصَّوْمَ.
Kelima: nadzar maksiat١ seperti meminum khamr٢, berpuasa pada hari raya, dan sejenisnya٣, maka haram memenuhinya٤, dia harus membayar kafarat dan mengqadha puasanya.
السَّادِسُ: نَذْرُ تَبَرُّرٍ: كَصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَلَوْ وَاجِبَيْنِ وَاعْتِكَافٍ وَصَدَقَةٍ وَحَجٍّ وَعُمْرَةٍ بِقَصْدِ التَّقَرُّبِ أَوْ يُعَلِّقُ ذَلِكَ بِشَرْطِ حُصُولِ نِعْمَةٍ أَوْ دَفْعِ نِقْمَةٍ كَـ:"إِنْ شَفَى اللَّهُ مَرِيضِي أَوْ سَلِمَ مَالِي فَعَلَيَّ كَذَا: فَهَذَا يَجِبُ الوَفَاءُ بِهِ.
Keenam: nadzar kebaikan: seperti shalat, puasa meskipun wajib, i'tikaf, sedekah, haji, dan umrah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah atau mengaitkannya dengan syarat mendapatkan nikmat atau menolak bencana seperti: "Jika Allah menyembuhkan orang sakitku atau menyelamatkan hartaku maka aku berkewajiban melakukan ini dan itu": maka nadzar ini wajib dipenuhi.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ نَذَرَ صَوْمَ شَهْرٍ مُعَيَّنٍ: لَزِمَهُ صَوْمُهُ مُتَتَابِعًا فَإِنْ أَفْطَرَ لِغَيْرِ عُذْرٍ: حَرُمَ وَلَزِمَهُ اسْتِئْنَافُ الصَّوْمِ مَعَ كَفَّارَةِ يَمِينٍ لِفَوَاتِ المَحَلِّ وَلِعُذْرٍ: بَنَى وَيُكَفِّرُ لِفَوَاتِ التَّتَابُعِ.
Barangsiapa bernadzar puasa satu bulan tertentu: dia wajib berpuasa secara berturut-turut. Jika dia berbuka tanpa udzur: haram dan dia wajib memulai kembali puasanya disertai membayar kafarat sumpah karena hilangnya tempat (puasa), dan jika karena udzur: dia melanjutkan puasanya dan membayar kafarat karena hilangnya kesinambungan puasa.
وَلَوْ نَذَرَ شَهْرًا مُطْلَقًا أَوْ صَوْمًا مُتَتَابِعًا غَيْرَ مُقَيَّدٍ بِزَمَنٍ: لَزِمَهُ التَّتَابُعُ.
Jika dia bernadzar (puasa) satu bulan secara mutlak atau puasa berturut-turut tanpa dibatasi waktu: dia wajib melakukannya secara berturut-turut.
فَإِنْ أَفْطَرَ لِغَيْرِ عُذْرٍ: لَزِمَهُ اسْتِئْنَافُهُ بِلَا كَفَّارَةٍ وَلِعُذْرٍ: خُيِّرَ بَيْنَ اسْتِئْنَافِهِ وَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ وَبَيْنَ الْبِنَاءِ وَيُكَفِّرُ.
Jika dia berbuka puasa tanpa udzur: dia harus memulai kembali tanpa kaffarah. Jika karena udzur: dia boleh memilih antara memulai kembali tanpa konsekuensi apapun, atau melanjutkan dan membayar kaffarah.
وَلِمَنْ نَذَرَ صَلَاةً جَالِسًا أَنْ يُصَلِّيَهَا قَائِمًا.
Orang yang bernadzar shalat dengan duduk boleh melakukannya dengan berdiri.
كِتَابُ القَضَاءِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْقَضَاءِ
Kitab Al-Qadha'
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْقَضَاءِ
Kitab Al-Qadha'
وَهُوَ فَرْضُ كِفَايَةٍ.
Dan ia adalah fardhu kifayah.
فَيَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ أَنْ يَنْصِبَ بِكُلِّ إِقْلِيمٍ قَاضِيًا وَيَخْتَارَ لِذَلِكَ أَفْضَلَ مَنْ يَجِدُ عِلْمًا وَوَرَعًا وَيَأْمُرُهُ بِالتَّقْوَى وَتَحَرِّي الْعَدْلِ.
Maka wajib bagi imam untuk mengangkat seorang qadhi di setiap wilayah dan memilih untuk itu orang yang paling utama yang ia temukan dalam ilmu dan ketakwaan, dan memerintahkannya untuk bertakwa dan menyelidiki keadilan.
وَتَصِحُّ وِلَايَةُ الْقَضَاءِ وَالْإِمَارَةِ مُنْجَزَةً وَمُعَلَّقَةً.
Dan sah kekuasaan qadha' dan imarah secara langsung (munjazah) dan bersyarat (mu'allaqah).
وَشَرْطُ لِصِحَّةِ التَّوْلِيَةِ: كَوْنُهَا مِنْ إِمَامٍ أَوْ نَائِبِهِ فِيهِ وَأَنْ يُعَيِّنَ لَهُ مَا يُوَلِّيهِ فِي الْحُكْمِ وَالْعَمَلِ وَبَلَدٍ.
Dan syarat sahnya pengangkatan: ia harus dari seorang imam atau wakilnya dalam hal itu, dan ia harus menentukan untuknya apa yang ia angkat dalam hukum, pekerjaan, dan negeri.
وَأَلْفَاظُ التَّوْلِيَةِ الصَّرِيحَةُ سَبْعَةٌ:
Dan lafaz-lafaz pengangkatan yang sharih ada tujuh:
وَلَّيْتُكَ الْحُكْمَ أَوْ قَلَّدْتُكَهُ وَفَوَّضْتُ أَوْ رَدَدْتُ أَوْ جَعَلْتُ إِلَيْكَ الْحُكْمَ وَاسْتَحْلَفْتُكَ وَاسْتَنْبَتُكَ فِي الْحُكْمِ.
Aku angkat engkau sebagai hakim (wallaituka al-hukm), atau aku serahkan kepadamu (qalladtukahu), dan aku delegasikan (fawwadhtu), atau aku kembalikan (radadtu), atau aku jadikan kepadamu hukum itu (ja'altu ilaika al-hukm), dan aku minta sumpah darimu (istahlaftuka), dan aku tunjuk engkau (istanbatuuka) dalam hukum.
وَالْكِنَايَةُ نَحْوُ: اعْتَمَدْتُ أَوْ عَوَّلْتُ عَلَيْكَ وَوَكَّلْتُكَ أَوْ أَسْنَدْتُ إِلَيْكَ: لَا تَنْعَقِدُ بِهَا إِلَّا بِقَرِينَةٍ نَحْوُ: فَاحْكُمْ أَوْ: فَتَوَلَّ مَا عَوَّلْتُ عَلَيْكَ فِيهِ.
Dan kinayah seperti: Aku mengandalkanmu (i'tamadtu) atau aku bergantung padamu ('awwaltu 'alaika), dan aku wakilkan kepadamu (wakkaltuuka) atau aku sandarkan kepadamu (asnadtu ilaika): Ia tidak sah dengannya kecuali dengan qarinah seperti: Maka hukumlah (fahkum), atau: Maka tanggunglah apa yang aku percayakan kepadamu dalam hal itu (fatawalla maa 'awwaltu 'alaika fiihi).
فَصْلٌ
Pasal
وَتُفِيْدُ وِلَايَةُ الْحُكْمِ الْعَامَّةِ فَصْلَ الْخُصُوْمَاتِ وَأَخْذَ الْحَقِّ وَدَفْعَهُ لِلْمُسْتَحِقِّ وَالنَّظَرَ فِي مَالِ الْيَتِيْمِ وَالْمَجْنُوْنِ وَالسَّفِيْهِ وَالْغَائِبِ وَالْحَجْرَ لِسَفَهٍ وَفَلَسٍ وَالنَّظَرَ فِي الْأَوْقَافِ لِتَجْرِيَ عَلَى شَرْطِهَا
Kewenangan hukum umum mencakup penyelesaian perselisihan, pengambilan hak dan penyerahannya kepada yang berhak, pengawasan harta anak yatim, orang gila, orang bodoh, orang yang tidak hadir, penahanan karena kebodohan dan kebangkrutan, serta pengawasan wakaf agar berjalan sesuai syaratnya.
وَلَا يَتَفَيَّدُ الِاحْتِسَابَ عَلَى الْبَاعَةِ وَلَا إِلْزَامَهُمْ بِالشَّرْعِ.
Dan tidak termasuk dalam kewenangannya pengawasan terhadap para pedagang dan tidak pula memaksa mereka dengan hukum syariat.
وَلَا يَنْفُذُ حُكْمُهُ: فِي غَيْرِ مَحَلِّ عَمَلِهِ.
Dan keputusannya tidak berlaku di luar wilayah kerjanya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُشْتَرَطُ فِي الْقَاضِي عَشْرُ خِصَالٍ:
Disyaratkan pada seorang qadhi sepuluh sifat:
كَوْنُهُ بَالِغًا عَاقِلًا ذَكَرًا حُرًّا مُسْلِمًا عَدْلًا سَمِيْعًا بَصِيْرًا مُتَكَلِّمًا مُجْتَهِدًا وَلَوْ فِي مَذْهَبِ إِمَامِهِ لِلضَّرُوْرَةِ.
Dia harus dewasa, berakal, laki-laki, merdeka, Muslim, adil, bisa mendengar, bisa melihat, bisa berbicara, mujtahid meskipun dalam mazhab imamnya karena darurat.
فَلَوْ حَكَّمَ اثْنَانِ فَأَكْثَرُ بَيْنَهُمَا شَخْصًا صَالِحًا لِلْقَضَاءِ: نَفَذَ حُكْمُهُ فِي كُلِّ مَا يَنْفُذُ فِيْهِ حُكْمُ مَنْ وَلَّاهُ الْإِمَامُ أَوْ نَائِبُهُ وَيَرْفَعُ الْخِلَافَ فَلَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ نَقْضُهُ حَيْثُ أَصَابَ الْحَقَّ.
Jika dua orang atau lebih menunjuk seseorang yang layak menjadi hakim di antara mereka, maka keputusannya berlaku dalam segala hal yang berlaku padanya keputusan orang yang diangkat oleh imam atau wakilnya, dan menghilangkan perselisihan, sehingga tidak halal bagi siapa pun untuk membatalkannya selama ia benar.
فَصْلٌ
Pasal 1
وَيُسَنُّ كَوْنُ الْحَاكِمِ قَوِيًّا بِلَا عُنْفٍ لَيِّنًا بِلَا ضَعْفٍ حَلِيمًا مُتَأَنِّيًا مُتَفَطِّنًا عَفِيفًا بَصِيرًا بِأَحْكَامِ الْحُكَّامِ قَبْلَهُ.
Dan disunahkan bagi seorang hakim untuk menjadi kuat tanpa kekerasan, lembut tanpa kelemahan, penyabar, berhati-hati, cerdas, menjaga diri, dan memiliki wawasan tentang hukum-hukum para hakim sebelumnya.
وَيَجِبُ عَلَيْهِ الْعَدْلُ بَيْنَ الْخَصْمَيْنِ فِي لَحْظِهِ وَلَفْظِهِ وَمَجْلِسِهِ وَالدُّخُولِ عَلَيْهِ إِلَّا الْمُسْلِمَ مَعَ الْكَافِرِ: فَيُقَدِّمُ دُخُولًا وَيَرْفَعُ جُلُوسًا.
Dan wajib baginya untuk berlaku adil di antara dua pihak yang bersengketa dalam pandangannya, perkataannya, tempat duduknya, dan masuk ke tempatnya, kecuali Muslim dengan kafir: maka didahulukan masuk dan ditinggikan tempat duduknya.
وَيَحْرُمُ عَلَيْهِ أَخْذُ الرِّشْوَةِ٢ وَلَا يُسَارُّ أَحَدَ الْخَصْمَيْنِ أَوْ يُضِيفُهُ أَوْ يَقُومُ لَهُ دُونَ الْآخَرِ٣.
Dan haram baginya untuk menerima suap² dan tidak boleh berbisik-bisik dengan salah satu pihak yang bersengketa atau menjamunya atau berdiri untuknya tanpa yang lain³.
وَيَحْرُمُ عَلَيْهِ الْحُكْمُ وَهُوَ غَضْبَانُ كَثِيرًا أَوْ حَاقِنٌ أَوْ فِي شِدَّةِ جُوعٍ أَوْ عَطَشٍ أَوْ هَمٍّ أَوْ مَلَلٍ أَوْ كَسَلٍ أَوْ نُعَاسٍ أَوْ بَرْدٍ مُؤْلِمٍ أَوْ حَرٍّ مُزْعِجٍ فَإِنْ خَالَفَ وَحَكَمَ صَحَّ إِنْ أَصَابَ الْحَقَّ.
Dan haram baginya untuk memutuskan perkara saat ia sedang sangat marah, menahan buang air, sangat lapar, sangat haus, sedih, bosan, malas, mengantuk, kedinginan yang menyakitkan, atau kepanasan yang mengganggu. Jika ia melanggar dan memutuskan perkara, maka sah jika sesuai dengan kebenaran.
وَيَحْرُمُ عَلَيْهِ أَنْ يَحْكُمَ بِالْجَهْلِ أَوْ٤ وَهُوَ مُتَرَدِّدٌ فَإِنْ خَالَفَ وَحَكَمَ: لَمْ يَصِحَّ وَلَوْ أَصَابَ الْحَقَّ.
Dan haram baginya untuk memutuskan perkara dengan kebodohan atau⁴ saat ia ragu-ragu. Jika ia melanggar dan memutuskan perkara, maka tidak sah meskipun sesuai dengan kebenaran.
وَيُوصِي الْوُكَلَاءَ وَالْأَعْوَانَ بِبَابِهِ بِالرِّفْقِ بِالْخُصُومِ وَقِلَّةِ الطَّمَعِ وَيَجْتَهِدُ أَنْ يَكُونُوا شُيُوخًا أَوْ كُهُولًا مِنْ أَهْلِ الدِّينِ وَالْعِفَّةِ وَالصِّيَانَةِ.
Dan ia menasihati para wakil dan pembantu di pintunya untuk bersikap lembut terhadap para pihak yang bersengketa dan sedikit berharap (pada imbalan). Ia berusaha agar mereka adalah orang-orang tua atau paruh baya dari kalangan ahli agama, menjaga diri, dan memelihara kehormatan.
وَيُبَاحُ لَهُ٥: أَنْ يَتَّخِذَ كَاتِبًا يَكْتُبُ الْوَقَائِعَ وَيُشْتَرَطُ كَوْنُهُ مُسْلِمًا.
Dan diperbolehkan baginya٥: untuk mengambil seorang penulis yang mencatat peristiwa-peristiwa dan disyaratkan ia seorang Muslim.
مُكَلِّفًا عَدْلًا وَيَسْنُ كَوْنُهُ حَافِظًا عَالِمًا.
Mewajibkan keadilan dan disunahkan baginya untuk menjadi hafizh dan alim.
بَابُ طَرِيقِ الحُكْمِ وَصِفَتِهِ
بَابُ طَرِيقِ الحُكْمِ صِفَتِهِ
Bab Jalan Hukum dan Sifatnya
إِذَا حَضَرَ إِلَى الحَاكِمِ خَصْمَانِ: فَلَهُ أَنْ يَسْكُتَ حَتَّى يَبْتَدِئَا وَلَهُ أَنْ يَقُولَ: أَيُّكُمَا المُدَّعِي؟.
Jika dua pihak yang bersengketa hadir di hadapan hakim: maka hakim boleh diam sampai mereka memulai, dan boleh bertanya: Siapa di antara kalian yang penggugat?
فَإِذَا ادَّعَى أَحَدُهُمَا: اشْتَرَطَ كَوْنَ الدَّعْوَى مَعْلُومَةً وَكَوْنَهَا مُنْفَكَّةً عَمَّا يُكَذِّبُهَا ثُمَّ إِنْ كَانَتْ بِدَيْنٍ: اشْتَرَطَ كَوْنَهُ حَالًّا.
Jika salah satu dari mereka mengajukan gugatan: disyaratkan gugatan itu jelas dan terpisah dari apa yang mendustakannya. Kemudian jika gugatan itu terkait utang: disyaratkan utang itu telah jatuh tempo.
وَإِنْ كَانَتْ بِعَيْنٍ: اشْتَرَطَ حُضُورَهَا لِمَجْلِسِ الحُكْمِ لِتُعَيَّنَ١ بِالإِشَارَةِ فَإِنْ كَانَتْ غَائِبَةً عَنِ البَلَدِ: وَصَفَهَا كَصِفَاتِ السَّلَمِ.
Jika gugatan itu terkait benda: disyaratkan kehadirannya di majelis hukum untuk ditentukan١ dengan isyarat. Jika benda itu tidak ada di negeri itu: maka ia harus mendeskripsikannya seperti sifat-sifat akad salam.
فَإِذَا أَتَمَّ المُدَّعِي دَعْوَاهُ: فَإِنْ أَقَرَّ خَصْمُهُ بِمَا ادَّعَاهُ أَوِ اعْتَرَفَ بِسَبَبِ الحَقِّ ثُمَّ ادَّعَى البَرَاءَةَ: لَمْ يُلْتَفَتْ لِقَوْلِهِ بَلْ يَحْلِفُ المُدَّعِي عَلَى نَفْيِ مَا ادَّعَاهُ وَيُلْزِمُهُ بِالحَقِّ إِلَّا أَنْ يُقِيمَ بَيِّنَةً بِبَرَاءَتِهِ.
Jika penggugat telah melengkapi gugatannya: jika lawannya mengakui apa yang ia gugat atau mengakui sebab hak kemudian mengklaim bebas: maka perkataannya tidak diperhatikan, bahkan penggugat bersumpah untuk menafikan apa yang ia gugat dan ia diharuskan memenuhi hak itu kecuali jika ia mendatangkan bukti atas bebasnya tanggungan.
وَإِنْ أَنْكَرَ الْخَصْمُ ابْتِدَاءً: بِأَنْ قَالَ لِمُدَّعٍ قَرْضًا أَوْ ثَمَنًا: مَا أَقْرَضَنِي أَوْ: مَا بَاعَنِي أَوْ لَا يَسْتَحِقُّ عَلَيَّ شَيْئًا مِمَّا ادَّعَاهُ أَوْ لَا حَقَّ لَهُ عَلَيَّ: صَحَّ الْجَوَابُ فَيَقُولُ الْحَاكِمُ لِلْمُدَّعِي: هَلْ لَكَ بَيِّنَةٌ؟ فَإِنْ قَالَ: نَعَمْ قَالَ لَهُ: إِنْ شِئْتَ فَأَحْضِرْهَا فَإِذَا أَحْضَرَهَا وَشَهِدَتْ سَمِعَهَا وَحَرُمَ تَرْدِيدُهَا.
Dan jika tergugat mengingkari pada awalnya: dengan mengatakan kepada penggugat yang menuntut hutang atau harga: "Dia tidak meminjamkan saya atau: dia tidak menjual kepada saya atau saya tidak berhak atas sesuatu yang dia tuntut atau dia tidak memiliki hak atas saya": maka jawaban itu sah. Kemudian hakim berkata kepada penggugat: "Apakah kamu memiliki bukti?" Jika dia menjawab: "Ya", maka hakim berkata kepadanya: "Jika kamu mau, hadirkanlah." Ketika dia menghadirkannya dan bukti itu bersaksi, maka hakim mendengarkannya dan haram menolaknya.
فَصْلٌ
Pasal
وَيُعْتَبَرُ فِي الْبَيِّنَةِ: الْعَدَالَةُ١ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا٢.
Dan yang dipertimbangkan dalam bukti: keadilan¹ secara lahir dan batin².
وَلِلْحَاكِمِ أَنْ يَعْمَلَ بِعِلْمِهِ فِيمَا أَقَرَّهُ فِي مَجْلِسِ حُكْمِهِ وَفِي عَدَالَةِ الْبَيِّنَةِ وَفِسْقِهَا.
Dan hakim boleh menggunakan pengetahuannya dalam apa yang diakui di majelis hukumnya, dan dalam keadilan bukti serta kefasikannya.
فَإِنِ ارْتَابَ مِنْهَا: فَلَا بُدَّ مِنَ الْمُزَكِّينَ لَهَا فَإِنْ طَلَبَ الْمُدَّعِي مِنَ الْحَاكِمِ أَنْ يَحْبِسَ٣ غَرِيمَهُ حَتَّى يَأْتِيَ بِمَنْ يُزَكِّي بَيِّنَتَهُ: أَجَابَهُ لِمَا سَأَلَ وَانْتَظَرَهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ٤ أَتَى بِالْمُزَكِّينَ اعْتَبَرَ مَعْرِفَتَهُمْ لِمَنْ يُزَكُّونَهُ بِالصُّحْبَةِ وَالْمُعَامَلَةِ.
Jika dia ragu tentangnya: maka harus ada orang-orang yang mentazkiyahnya. Jika penggugat meminta hakim untuk menahan³ lawannya sampai dia datang dengan orang yang mentazkiyah buktinya: maka dia mengabulkan permintaannya dan menunggunya selama tiga hari. Jika⁴ dia datang dengan para pentazkiyah, maka dia mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang orang yang mereka tazkiyah berdasarkan persahabatan dan muamalah.
فَإِنِ ادَّعَى الْغَرِيمُ فِسْقَ الْمُزَكِّينَ أَوْ فِسْقَ الْبَيِّنَةِ الْمُزَكَّاةِ وَأَقَامَ بِذَلِكَ بَيِّنَةً سُمِعَتْ وَبَطَلَتِ الشَّهَادَةُ.
Jika lawan mengklaim kefasikan para pentazkiyah atau kefasikan bukti yang ditazkiyah dan mendatangkan bukti untuk itu, maka didengar dan batallah kesaksian itu.
وَلَا يُقْبَلُ: مِنَ النِّسَاءِ تَعْدِيلٌ وَلَا تَجْرِيحٌ.
Dan tidak diterima: dari wanita, penta'dilan maupun pentajrihan.
وَحَيْثُ ظَهَرَ فِسْقُ بَيِّنَةِ الْمُدَّعِي أَوْ قَالَ ابْتِدَاءً: لَيْسَ لِي بَيِّنَةٌ قَالَ الْحَاكِمُ: لَيْسَ لَكَ عَلَى غَرِيمِكَ إِلَّا الْيَمِينُ فَيَحْلِفُ الْغَرِيمُ عَلَى صِفَةِ جَوَابِهِ فِي الدَّعْوَى وَيُخَلَّى سَبِيلُهُ وَيَحْرُمُ تَحْلِيفُهُ بَعْدَ ذَلِكَ. وَإِنْ كَانَ
Dan di mana tampak kefasikan bukti penggugat atau dia berkata pada awalnya: aku tidak punya bukti, maka hakim berkata: kamu tidak punya hak atas lawanmu kecuali sumpah. Maka lawan bersumpah sesuai sifat jawabannya dalam gugatan, dibebaskan jalannya, dan haram memintanya bersumpah setelah itu. Dan jika
لِلْمُدَّعِي بَيِّنَةٌ فَلَهُ أَنْ يُقِيمَهَا بَعْدَ ذَلِكَ.
Jika penggugat memiliki bukti, maka dia boleh mengajukannya setelah itu.
وَإِنْ لَمْ يَحْلِفِ الْغَرِيمُ: قَالَ لَهُ الْحَاكِمُ: إِنْ لَمْ تَحْلِفْ وَإِلَّا حَكَمْتُ عَلَيْكَ بِالنُّكُولِ.
Jika pihak tergugat tidak bersumpah, maka hakim berkata kepadanya: Jika kamu tidak bersumpah, maka aku akan memutuskan kamu telah menolak sumpah (nukulan).
وَيُسَنُّ تَكْرَارُهُ ثَلَاثًا فَإِنْ لَمْ يَحْلِفْ حَكَمَ عَلَيْهِ بِالنُّكُولِ وَأَلْزَمَهُ الْحَقَّ.
Disunnahkan mengulanginya tiga kali. Jika dia tidak bersumpah, maka hakim memutuskan dia telah menolak sumpah dan mewajibkannya memenuhi hak tersebut.
فَصْلٌ
Pasal
وَحُكْمُ الْحَاكِمِ يَرْفَعُ الْخِلَافَ لَكِنْ لَا يُزِيلُ الشَّيْءَ عَنْ صِفَتِهِ بَاطِنًا فَمَتَى حَكَمَ لَهُ بِبَيِّنَةِ زُورٍ بِزَوْجِيَّةِ امْرَأَةٍ وَوَطِئَ مَعَ الْعِلْمِ: فَكَالزِّنَا.
Keputusan hakim menghilangkan perselisihan, tetapi tidak menghilangkan sifat sesuatu secara batin. Jika hakim memutuskan untuknya dengan bukti palsu tentang pernikahan seorang wanita, lalu dia menyetubuhinya padahal dia tahu, maka itu seperti zina.
وَإِنْ بَاعَ حَنْبَلِيٌّ مَتْرُوكَ التَّسْمِيَةِ فَحَكَمَ بِصِحَّتِهِ شَافِعِيٌّ: نَفَذَ.
Jika seorang Hanbali menjual sesuatu tanpa menyebut nama Allah, lalu seorang Syafi'i memutuskan keabsahannya, maka jual beli itu sah.
وَمَنْ قَلَّدَ فِي صِحَّةِ نِكَاحٍ صَحَّ وَلَمْ يُفَارِقْ بِتَغْيِيرِ اجْتِهَادِهِ كَالْحَاكِمِ بِذَلِكَ.
Barangsiapa bertaklid dalam keabsahan suatu pernikahan, maka pernikahan itu sah dan tidak berpisah karena perubahan ijtihadnya, seperti hakim dalam hal itu.
فَصْلٌ
Pasal
وَتَصِحُّ الدَّعْوَى بِحُقُوقِ الْآدَمِيِّينَ عَلَى الْمَيِّتِ وَعَلَى غَيْرِ الْمُكَلَّفِ وَعَلَى الْغَائِبِ مَسَافَةَ قَصْرٍ وَكَذَا دُونَهَا إِذَا كَانَ مُسْتَتِرًا بِشَرْطِ الْبَيِّنَةِ فِي الْكُلِّ.
Gugatan terhadap hak-hak manusia atas orang yang telah meninggal, orang yang tidak mukallaf, dan orang yang tidak hadir dalam jarak qasar adalah sah, begitu pula jika kurang dari jarak itu jika dia bersembunyi, dengan syarat adanya bukti dalam semuanya.
وَيَصِحُّ أَنْ يَكْتُبَ الْقَاضِي الَّذِي ثَبَتَ عِنْدَهُ الْحَقُّ إِلَى قَاضٍ آخَرَ مُعَيَّنٍ أَوْ غَيْرِ مُعَيَّنٍ بِصُورَةِ الدَّعْوَى الْوَاقِعَةِ عَلَى الْغَائِبِ بِشَرْطِ أَنْ يَقْرَأَ ذَلِكَ عَلَى عَدْلَيْنِ ثُمَّ يَدْفَعَهُ لَهُمَا وَيَقُولُ فِيهِ: وَإِنَّ ذَلِكَ قَدْ ثَبَتَ عِنْدِي وَإِنَّكَ تَأْخُذُ الْحَقَّ لِلْمُسْتَحِقِّ فَيَلْزَمُ الْقَاضِي الْوَاصِلُ إِلَيْهِ ذَلِكَ: الْعَمَلُ بِهِ.
Dan sah bagi hakim yang telah menetapkan suatu hak untuk menulis surat kepada hakim lain, baik yang ditentukan atau tidak, dengan menyertakan isi dakwaan yang terjadi atas orang yang tidak hadir, dengan syarat dia membacakan hal itu kepada dua orang yang adil kemudian menyerahkannya kepada mereka berdua dan mengatakan di dalamnya: "Sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisiku dan sesungguhnya engkau mengambil hak bagi yang berhak." Maka hakim yang menerima surat itu wajib mengamalkannya.
بَابُ القِسْمَةِ
بَابُ الْقِسْمَةِ
Bab Pembagian
وَهِيَ نَوْعَانِ: قِسْمَةُ تَرَاضٍ وَقِسْمَةُ إِجْبَارٍ.
Dan pembagian itu ada dua jenis: pembagian dengan kerelaan dan pembagian dengan paksaan.
فَلَا قِسْمَةَ فِي مُشْتَرَكٍ إِلَّا بِرِضَا الشُّرَكَاءِ كُلِّهِمْ حَيْثُ كَانَ فِي الْقِسْمَةِ ضَرَرٌ يَنْقُصُ الْقِيمَةَ كَحَمَّامٍ وَدُورٍ صِغَارٍ وَشَجَرٍ مُفْرَدٍ وَحَيَوَانٍ.
Maka tidak ada pembagian pada harta bersama kecuali dengan kerelaan seluruh mitra, di mana dalam pembagian tersebut terdapat kerugian yang mengurangi nilai, seperti pemandian umum, rumah-rumah kecil, pohon tunggal, dan hewan.
وَحَيْثُ تَرَاضَيَا صَحَّتْ وَكَانَتْ بَيْعًا يَثْبُتُ فِيهَا مَا يَثْبُتُ فِيهِ مِنَ الْأَحْكَامِ.
Dan di mana keduanya saling rela, maka pembagian itu sah dan menjadi jual beli yang berlaku padanya hukum-hukum yang berlaku pada jual beli.
وَإِنْ لَمْ يَتَرَاضَيَا وَدَعَا أَحَدُهُمَا شَرِيكَهُ إِلَى الْبَيْعِ فِي ذَلِكَ أَوْ إِلَى بَيْعِ عَبْدٍ أَوْ بَهِيمَةٍ أَوْ سَيْفٍ وَنَحْوِهِ مِمَّا هُوَ شَرِكَةٌ بَيْنَهُمَا: أُجْبِرَ إِنِ امْتَنَعَ فَإِنْ أَبَى: بِيعَ عَلَيْهِمَا وَقُسِمَ الثَّمَنُ.
Jika keduanya tidak saling rela dan salah satunya mengajak mitranya untuk menjual bagiannya atau menjual budak, hewan, pedang, atau sejenisnya yang merupakan harta bersama di antara mereka, maka dia dipaksa jika menolak. Jika dia tetap menolak, maka dijual atas mereka berdua dan harganya dibagi.
وَلَا إِجْبَارَ فِي قِسْمَةِ الْمَنَافِعِ فَإِنِ اقْتَسَمَاهَا بِالزَّمَنِ: كَهَذَا شَهْرًا وَالْآخَرُ مِثْلَهُ أَوْ بِالْمَكَانِ: كَهَذَا فِي بَيْتٍ وَالْآخَرُ فِي بَيْتٍ: صَحَّ جَائِزًا وَلِكُلٍّ الرُّجُوعُ.
Dan tidak ada paksaan dalam pembagian manfaat. Jika keduanya membaginya berdasarkan waktu, seperti yang ini sebulan dan yang lain sepertinya, atau berdasarkan tempat, seperti yang ini di satu rumah dan yang lain di rumah lain, maka itu sah dan boleh, dan masing-masing berhak untuk membatalkannya.
فَصْلٌ
Pasal
النَّوْعُ الثَّانِي: قِسْمَةُ إِجْبَارٍ وَهِيَ: مَا لَا ضَرَرَ فِيهَا وَلَا رَدَّ عِوَضٍ وَتَتَأَتَّى فِي كُلِّ مَكِيلٍ وَمَوْزُونٍ وَفِي دَارٍ كَبِيرَةٍ وَأَرْضٍ وَاسِعَةٍ وَيَدْخُلُ الشَّجَرُ تَبَعًا وَهَذَا النَّوْعُ لَيْسَ بَيْعًا فَيُجْبِرُ الْحَاكِمُ أَحَدَ الشَّرِيكَيْنِ إِذَا امْتَنَعَ.
Jenis kedua: pembagian yang dipaksakan, yaitu: yang tidak ada kerugian di dalamnya dan tidak ada pengembalian kompensasi, dan dapat dilakukan pada setiap barang yang ditakar dan ditimbang, pada rumah besar, tanah yang luas, dan pepohonan termasuk mengikutinya. Jenis ini bukanlah jual beli, maka hakim memaksa salah satu dari dua mitra jika dia menolak.
وَيَصِحُّ أَنْ يَتَقَاسَمَا بِأَنْفُسِهِمَا وَأَنْ يَنْصِبَا قَاسِمًا بَيْنَهُمَا.
Dan sah bagi mereka berdua untuk membagi sendiri atau menunjuk seorang pembagi di antara mereka berdua.
وَيُشْتَرَطُ إِسْلَامُهُ وَعَدَالَتُهُ وَتَكْلِيفُهُ وَمَعْرِفَتُهُ بِالْقِسْمَةِ.
Dan disyaratkan Islam-nya, keadilannya, taklif-nya, dan pengetahuannya tentang pembagian.
وَأُجْرَتُهُ بَيْنَهُمَا عَلَى قَدْرِ أَمْلَاكِهِمَا.
Dan upahnya dibagi di antara mereka berdua sesuai kadar kepemilikan mereka.
وَإِنْ تَقَاسَمَا بِالْقُرْعَةِ جَازَ وَلَزِمَتِ الْقِسْمَةُ بِمُجَرَّدِ خُرُوجِ الْقُرْعَةِ وَلَوْ فِيهَا رَدَاءَةٌ وَضَرَرٌ.
Jika mereka berdua membagi dengan undian, maka boleh dan pembagian itu menjadi lazim hanya dengan keluarnya undian meskipun di dalamnya terdapat keburukan dan kerugian.
وَإِنْ خَيَّرَ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ بِلَا قُرْعَةٍ وَتَرَاضَيَا: لَزِمَتْ بِالتَّفَرُّقِ.
Jika salah satu dari mereka berdua memberi pilihan kepada yang lain tanpa undian dan mereka berdua ridha: maka menjadi lazim dengan berpisah.
وَإِنْ خَرَجَ فِي نَصِيبِ أَحَدِهِمَا عَيْبٌ جَهِلَهُ: خُيِّرَ بَيْنَ فَسْخٍ أَوْ١ إِمْسَاكٍ وَيَأْخُذُ الْأَرْشَ.
Jika muncul cacat pada bagian salah satu dari mereka berdua yang dia tidak ketahui: maka dia diberi pilihan antara membatalkan atau¹ menahan dan mengambil arsy (ganti rugi).
وَإِنْ غُبِنَ غَبْنًا فَاحِشًا بَطَلَتْ.
Jika dia ditipu dengan tipuan yang besar, maka batal.
وَإِنِ ادَّعَى كُلٌّ أَنَّ هَذَا مِنْ سَهْمِهِ تَحَالَفَا وَنُقِضَتْ.
Jika masing-masing mengklaim bahwa ini dari bagiannya, maka mereka berdua saling bersumpah dan dibatalkan.
وَإِنْ حَصَلَتِ الطَّرِيقُ فِي حِصَّةِ أَحَدِهِمَا وَلَا مَنْفَذَ لِلْآخَرِ: بَطَلَتْ.
Jika jalan terdapat pada bagian salah satu dari mereka berdua dan tidak ada jalan keluar bagi yang lain: maka batal.
بَابُ الدَّعَاوَى وَالبَيِّنَاتِ
بَابُ الدَّعَاوَى وَالْبَيِّنَاتِ
Bab Dakwaan dan Bukti
وَلَا تَصِحُّ الدَّعْوَى إِلَّا مِنْ جَائِزِ التَّصَرُّفِ.
Dan dakwaan tidak sah kecuali dari orang yang diizinkan bertindak.
وَإِذَا١ تَدَاعَيَا عَيْنًا لَمْ تَخْلُ مِنْ أَرْبَعَةِ أَحْوَالٍ:
Dan jika keduanya mengklaim suatu benda, maka tidak lepas dari empat keadaan:
أَحَدُهَا: أَنْ لَا تَكُونَ بِيَدِ أَحَدٍ وَلَا ثَمَّ ظَاهِرٌ وَلَا بَيِّنَةٌ فَيَتَحَالَفَانِ وَيَتَنَاصَفَانِهَا٢ وَإِنْ وُجِدَ ظَاهِرٌ لِأَحَدِهِمَا عُمِلَ بِهِ.
Pertama: Bahwa benda itu tidak berada di tangan salah satu dari keduanya, tidak ada tanda-tanda kepemilikan, dan tidak ada bukti, maka keduanya bersumpah dan membaginya menjadi dua. Jika ditemukan tanda-tanda kepemilikan pada salah satunya, maka itu yang diikuti.
الثَّانِي: أَنْ تَكُونَ بِيَدِ أَحَدِهِمَا فَهِيَ لَهُ بِيَمِينِهِ فَإِنْ لَمْ يَحْلِفْ قُضِيَ عَلَيْهِ بِالنُّكُولِ وَلَوْ أَقَامَ بَيِّنَةً٣.
Kedua: Bahwa benda itu berada di tangan salah satu dari keduanya, maka benda itu menjadi miliknya dengan sumpahnya. Jika dia tidak bersumpah, maka diputuskan atasnya karena menolak sumpah meskipun dia mengajukan bukti.
الثَّالِثُ: أَنْ تَكُونَ بِيَدَيْهِمَا كَشَيْءٍ: كُلٌّ مُمْسِكٌ لِبَعْضِهِ٤ فَيَتَحَالَفَانِ وَيَتَنَاصَفَانِهِ٥.
Ketiga: Bahwa benda itu berada di tangan keduanya, seperti sesuatu yang masing-masing memegang sebagiannya, maka keduanya bersumpah dan membaginya menjadi dua.
فَإِنْ قَوِيَتْ يَدُ أَحَدِهِمَا كَحَيَوَانٍ: وَاحِدٌ سَائِقُهُ وَالْآخَرُ٦ رَاكِبُهُ أَوْ قَمِيصٍ: وَاحِدٌ آخِذٌ بِكَمِّهِ وَالْآخَرُ لَابِسُهُ: فَلِلثَّانِي٧ بِيَمِينِهِ.
Jika tangan salah satu dari keduanya lebih kuat, seperti hewan yang satu menuntunnya dan yang lain menungganginya, atau baju yang satu memegang lengannya dan yang lain memakainya, maka milik yang kedua dengan sumpahnya.
وَإِنْ تَنَازَعَ صَانِعَانِ فِي آلَةِ دُكَّانِهِمَا: فَآلَةُ كُلِّ صَنْعَةٍ لِصَانِعِهَا.
Jika dua pengrajin berselisih tentang alat di toko mereka, maka alat setiap kerajinan milik pengrajinnya.
وَمَتَى كَانَ لِأَحَدِهِمَا بَيِّنَةٌ فَالْعَيْنُ لَهُ فَإِذَا كَانَ لِكُلٍّ مِنْهُمَا بَيِّنَةٌ.
Kapan pun salah satu dari keduanya memiliki bukti, maka benda itu miliknya. Jika masing-masing dari keduanya memiliki bukti.
بِهِ وَتَسَاوَتَا١ مِنْ كُلِّ وَجْهٍ تَعَارَضَتَا وَتَسَاقَطَتَا فَيَتَحَالَفَانِ وَيَتَنَاصَفَانِ مَا بِأَيْدِيهِمَا وَيَقْتَرِعَانِ فِيمَا عَدَاهُ فَمَنْ خَرَجَتْ لَهُ الْقُرْعَةُ فَهُوَ لَهُ بِيَمِينِهِ.
Jika keduanya setara١ dalam segala hal, maka keduanya saling bertentangan dan gugur, lalu keduanya bersumpah dan membagi dua apa yang ada di tangan mereka, dan mengundi untuk selain itu. Barangsiapa yang keluar undiannya, maka itu menjadi miliknya dengan sumpahnya.
وَإِنْ كَانَتِ الْعَيْنُ بِيَدِ أَحَدِهِمَا: فَهُوَ دَاخِلٌ وَالْآخَرُ خَارِجٌ وَبَيِّنَةُ الْخَارِجِ مُقَدَّمَةٌ عَلَى بَيِعَةِ الدَّاخِلِ لَكِنْ لَوْ أَقَامَ٢ الْخَارِجُ بَيِّنَةً أَنَّهَا مِلْكُهُ وَالدَّاخِلُ بَيِّنَةً أَنَّهُ اشْتَرَاهَا مِنْهُ: قُدِّمَتْ بَيِّنَتُهُ هُنَا لِمَا مَعَهَا مِنْ زِيَادَةِ الْعِلْمِ أَوْ أَقَامَ أَحَدُهُمَا بَيِّنَةً أَنَّهُ اشْتَرَاهَا مِنْ فُلَانٍ وَأَقَامَ الْآخَرُ بَيِّنَةً كَذَلِكَ عُمِلَ بِأَسْبَقِهِمَا تَارِيخًا.
Jika barang ada di tangan salah satu dari mereka: maka dia adalah pihak dalam dan yang lain adalah pihak luar, dan bukti pihak luar didahulukan atas bukti pihak dalam. Tetapi jika pihak luar mengajukan bukti٢ bahwa itu adalah miliknya dan pihak dalam mengajukan bukti bahwa dia membelinya darinya: maka bukti pihak dalam didahulukan di sini karena adanya tambahan pengetahuan. Atau jika salah satu dari mereka mengajukan bukti bahwa dia membelinya dari si fulan dan yang lain juga mengajukan bukti demikian, maka yang diamalkan adalah yang lebih dahulu waktunya.
الرَّابِعُ: أَنْ تَكُونَ بِيَدِ ثَالِثٍ فَإِنْ ادَّعَاهَا لِنَفْسِهِ حَلَفَ لِكُلِّ وَاحِدٍ يَمِينًا فَإِنْ نَكَلَ أَخَذَهَا٣ مِنْهُ مَعَ بَدَلِهَا وَاقْتَرَعَا عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَقَرَّ بِهَا لَهُمَا اقْتَسَمَاهَا وَحَلَفَ لِكُلِّ وَاحِدٍ يَمِينًا وَحَلَفَ كُلُّ وَاحِدٍ لِصَاحِبِهِ عَلَى النِّصْفِ الْمَحْكُومِ لَهُ بِهِ.
Keempat: jika barang ada di tangan pihak ketiga, jika dia mengklaimnya untuk dirinya sendiri, dia bersumpah kepada masing-masing satu sumpah. Jika dia menolak, barang itu diambil٣ darinya beserta gantinya dan keduanya mengundi atasnya. Jika dia mengakuinya milik keduanya, mereka membaginya dan dia bersumpah kepada masing-masing satu sumpah, dan masing-masing bersumpah kepada sahabatnya atas setengah yang dihukumkan untuknya.
وَإِنْ قَالَ: هِيَ لِأَحَدِهِمَا وَأَجْهَلَهُ فَصَدَّقَاهُ لَمْ يَحْلِفْ وَإِلَّا حَلَفَ يَمِينًا وَاحِدَةً وَيُقْرَعُ بَيْنَهُمَا فَمَنْ قُرِعَ حَلَفَ وَأَخَذَهَا.
Jika dia berkata: "Itu milik salah satu dari mereka berdua" dan dia tidak mengetahuinya, lalu mereka berdua membenarkannya, maka dia tidak perlu bersumpah. Jika tidak, dia bersumpah satu kali sumpah dan dilakukan undian di antara mereka berdua. Barangsiapa yang mendapat undian, dia bersumpah dan mengambilnya.
كِتَابُ الشَّهَادَاتِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الشَّهَادَاتِ
Kitab Kesaksian
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الشَّهَادَاتِ
Kitab Kesaksian
تَحَمُّلُ الشَّهَادَةِ فِي حُقُوقِ الآدَمِيِّينَ فَرْضُ كِفَايَةٍ وَأَدَاؤُهَا فَرْضُ عَيْنٍ وَمَتَى تَحَمَّلَهَا وَجَبَتْ كِتَابَتُهَا.
Menanggung kesaksian dalam hak-hak manusia adalah fardhu kifayah dan menunaikannya adalah fardhu 'ain. Kapan pun ia menanggungnya, wajib untuk menuliskannya.
وَيَحْرُمُ أَخْذُ أُجْرَةٍ وَجُعْلٍ عَلَيْهَا لَكِنْ إِنْ عَجَزَ عَنِ الْمَشْيِ أَوْ تَأَذَّى بِهِ: فَلَهُ أَخْذُ أُجْرَةِ مَرْكُوبٍ.
Haram mengambil upah atau imbalan atas kesaksian. Tetapi jika tidak mampu berjalan atau merasa terganggu karenanya, maka boleh mengambil upah kendaraan.
وَيَحْرُمُ كِتْمَانُ الشَّهَادَةِ وَلَا ضَمَانَ.
Haram menyembunyikan kesaksian dan tidak ada jaminan.
وَيَجِبُ الْإِشْهَادُ: فِي عَقْدِ النِّكَاحِ خَاصَّةً وَيُسَنُّ: فِي كُلِّ عَقْدٍ سِوَاهُ.
Wajib mempersaksikan secara khusus dalam akad nikah dan disunahkan dalam setiap akad selainnya.
وَيَحْرُمُ أَنْ يَشْهَدَ إِلَّا بِمَا يَعْلَمُهُ وَالْعِلْمُ إِمَّا بِرُؤْيَةٍ أَوْ سَمَاعٍ.
Haram bersaksi kecuali dengan apa yang diketahuinya. Pengetahuan bisa dengan melihat atau mendengar.
وَمَنْ رَأَى شَيْئًا بِيَدِ إِنْسَانٍ يَتَصَرَّفُ فِيهِ مُدَّةً طَوِيلَةً: كَتَصَرُّفِ الْمُلَّاكِ مِنْ نَقْضٍ وَبِنَاءٍ وَإِجَارَةٍ وَإِعَارَةٍ: فَلَهُ أَنْ يَشْهَدَ لَهُ بِالْمِلْكِ وَالْوَرَعُ أَنْ يَشْهَدَ بِالْيَدِ وَالتَّصَرُّفِ.
Siapa yang melihat sesuatu di tangan seseorang yang mengelolanya dalam waktu lama, seperti pengelolaan pemilik berupa pembongkaran, pembangunan, penyewaan, dan peminjaman, maka ia boleh bersaksi untuknya dengan kepemilikan. Namun sikap wara' adalah bersaksi dengan penguasaan dan pengelolaan.
فَصْلٌ
Pasal
وَإِنْ شَهِدَا أَنَّهُ طَلَّقَ وَاحِدَةً وَنَسِيَا عَيْنَهَا لَمْ تُقْبَلْ.
Jika keduanya bersaksi bahwa ia menceraikan satu (istrinya) dan lupa yang mana, maka kesaksian itu tidak diterima.
وَلَوْ شَهِدَ أَحَدُهُمَا أَنَّهُ [أَقَرَّ] لَهُ بِأَلْفٍ وَالْآخَرُ أَنَّهُ أَقَرَّ لَهُ بِأَلْفَيْنِ،
Jika salah satunya bersaksi bahwa ia [mengakui] kepadanya seribu dan yang lain bahwa ia mengakui kepadanya dua ribu,
كَمَلَتْ بِالْأَلْفِ١ وَلَهُ أَنْ يَحْلِفَ عَلَى الْأَلْفِ الْآخَرِ، مَعَ شَاهِدَةٍ٢ وَيَسْتَحِقُّهُ وَإِنْ شَهِدَا أَنَّ عَلَيْهِ أَلْفًا٣ لِزَيْدٍ وَقَالَ أَحَدُهُمَا: قَضَاهُ بَعْضَهُ بَطَلَتْ: شَهَادَتُهُ.
Jika telah sempurna dengan seribu١ dan dia berhak bersumpah atas seribu yang lain, dengan seorang saksi perempuan٢ dan dia berhak mendapatkannya. Jika keduanya bersaksi bahwa dia berhutang seribu٣ kepada Zaid, lalu salah satunya berkata: "Dia telah membayar sebagiannya," maka batallah kesaksiannya.
وَإِنْ شَهِدَا أَنَّهُ أَقْرَضَهُ أَلْفًا ثُمَّ قَالَ أَحَدُهُمَا: قَضَاهُ نِصْفَهُ: صَحَّتْ شَهَادَتُهُمَا.
Jika keduanya bersaksi bahwa dia meminjamkan seribu kepadanya, kemudian salah satunya berkata: "Dia telah membayar setengahnya," maka sah kesaksian keduanya.
وَلَا يَحِلُّ: لِمَنْ أَخْبَرَهُ عَدْلٌ بِاقْتِضَاءِ الْحَقِّ أَنْ يَشْهَدَ بِهِ.
Tidak halal bagi orang yang diberitahu oleh seorang yang adil tentang pelunasan hak untuk bersaksi dengannya.
وَلَوْ شَهِدَ اثْنَانِ فِي جَمْعٍ مِنَ النَّاسِ عَلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ أَنَّهُ طَلَّقَ أَوْ أَعْتَقَ أَوْ شَهِدَا عَلَى خَطِيبٍ أَنَّهُ قَالَ أَوْ فَعَلَ عَلَى الْمِنْبَرِ فِي الْخُطْبَةِ شَيْئًا وَلَمْ يَشْهَدْ بِهِ أَحَدٌ غَيْرُهُمَا: قُبِلَتْ شَهَادَتُهُمَا.
Jika dua orang bersaksi dalam sebuah perkumpulan orang-orang terhadap salah seorang dari mereka bahwa dia telah menceraikan atau memerdekakan, atau keduanya bersaksi terhadap seorang khatib bahwa dia telah mengatakan atau melakukan sesuatu di atas mimbar dalam khutbah dan tidak ada yang bersaksi selain keduanya, maka kesaksian keduanya diterima.
بَابُ شُرُوطِ بُلُوغِ مَنْ تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ
بَابُ شُرُوطِ بُلُوغِ مَنْ تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ
Bab Syarat-Syarat Kedewasaan Bagi Orang yang Diterima Kesaksiannya
وَهِيَ سِتَّةٌ:
Dan itu ada enam:
أَحَدُهَا: الْبُلُوغُ فَلَا شَهَادَةَ لِصَغِيرٍ وَلَوِ اتَّصَفَ بِالْعَدَالَةِ.
Pertama: Kedewasaan, maka tidak ada kesaksian bagi anak kecil meskipun ia memiliki sifat adil.
الثَّانِي: الْعَقْلُ فَلَا شَهَادَةَ لِمَعْتُوهٍ وَمَجْنُونٍ.
Kedua: Akal, maka tidak ada kesaksian bagi orang yang kurang akal dan gila.
الثَّالِثُ: النُّطْقُ: فَلَا شَهَادَةَ لِأَخْرَسَ إِلَّا إِذَا٤ أَدَّاهَا بِخَطِّهِ.
Ketiga: Kemampuan berbicara, maka tidak ada kesaksian bagi orang bisu kecuali jika٤ ia menunaikannya dengan tulisannya.
الرَّابِعُ: الحِفْظُ: فَلَا شَهَادَةَ لِمُغَفَّلٍ وَمَعْرُوفٍ بِكَثْرَةِ غَلَطٍ وَسَهْوٍ.
Keempat: Hafalan: Maka tidak ada kesaksian bagi orang yang lalai dan terkenal dengan banyaknya kesalahan dan kelupaan.
الخَامِسُ: الإِسْلَامُ: فَلَا شَهَادَةَ لِكَافِرٍ وَلَوْ عَلَى مِثْلِهِ.
Kelima: Islam: Maka tidak ada kesaksian bagi orang kafir meskipun terhadap yang sepertinya.
السَّادِسُ: العَدَالَةُ وَيُعْتَبَرُ لَهَا شَيْئَانِ:
Keenam: Keadilan, dan dipertimbangkan dua hal untuknya:
الصَّلَاحُ فِي الدِّينِ وَهُوَ: أَدَاءُ الفَرَائِضِ بِرَوَاتِبِهَا وَاجْتِنَابُ المُحَرَّمِ: بِأَنْ لَا يَأْتِيَ كَبِيرَةً وَلَا يُدْمِنَ عَلَى صَغِيرَةٍ.
Kesalehan dalam agama, yaitu: Menunaikan kewajiban-kewajiban dengan rutin dan menjauhi yang haram: Dengan tidak melakukan dosa besar dan tidak terus-menerus melakukan dosa kecil.
الثَّانِي: اسْتِعْمَالُ المُرُوءَةِ بِفِعْلِ مَا يُجَمِّلُهُ وَيُزَيِّنُهُ وَتَرْكِ مَا يُدَنِّسُهُ وَيُشِينُهُ.
Kedua: Menggunakan kehormatan dengan melakukan apa yang memperindah dan menghiasinya serta meninggalkan apa yang mengotori dan mempermalukannya.
فَلَا شَهَادَةَ لِمُتَمَسْخِرٍ وَرَقَّاصٍ وَمُشَعْبِذٍ وَلَاعِبٍ بِشَطْرَنْجٍ وَنَحْوِهِ.
Maka tidak ada kesaksian bagi orang yang mengolok-olok, penari, pesulap, dan pemain catur serta sejenisnya.
وَلَا لِمَنْ يَمُدُّ رِجْلَيْهِ بِحَضْرَةِ النَّاسِ أَوْ يَكْشِفُ مِنْ بَدَنِهِ مَا جَرَتِ العَادَةُ بِتَغْطِيَتِهِ.
Dan tidak pula bagi orang yang mengulurkan kakinya di hadapan orang-orang atau menyingkap bagian tubuhnya yang biasanya ditutupi.
وَلَا لِمَنْ يَحْكِي المُضْحِكَاتِ وَلَا لِمَنْ يَأْكُلُ بِالسُّوقِ وَيُغْتَفَرُ اليَسِيرُ كَاللُّقْمَةِ وَالتُّفَّاحَةِ.
Dan tidak pula bagi orang yang menceritakan hal-hal yang menggelikan, dan tidak pula bagi orang yang makan di pasar. Namun dimaafkan untuk yang sedikit seperti sesuap makanan dan sebuah apel.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَتَى وُجِدَ الشَّرْطُ بِأَنْ بَلَغَ الصَّغِيرُ وَعَقَلَ المَجْنُونُ وَأَسْلَمَ الكَافِرُ وَتَابَ الفَاسِقُ: قُبِلَتِ الشَّهَادَةُ بِمُجَرَّدِ ذَلِكَ.
Dan kapan pun syarat terpenuhi, seperti anak kecil telah baligh, orang gila telah berakal, orang kafir telah masuk Islam, dan orang fasik telah bertobat: maka kesaksian diterima hanya dengan itu.
وَلَا تُشْتَرَطُ الحُرِّيَّةُ فَتُقْبَلُ شَهَادَةُ العَبْدِ وَالأَمَةِ فِي كُلِّ مَا تُقْبَلُ فِيهِ شَهَادَةُ الحُرِّ وَالحُرَّةِ.
Dan kebebasan tidak disyaratkan, maka kesaksian budak laki-laki dan budak perempuan diterima dalam segala hal yang diterima kesaksian orang merdeka laki-laki dan perempuan.
وَلَا يُشْتَرَطُ كَوْنُ الصِّنَاعَةِ غَيْرَ دَنِيئَةٍ١ وَلَا كَوْنُهُ بَصِيرًا؛ فَتُقْبَلُ شَهَادَةُ
Dan tidak disyaratkan bahwa profesi tersebut tidak hina١ dan tidak pula disyaratkan bahwa ia memiliki penglihatan yang baik; maka diterima kesaksian
الأَعْمَى بِمَا سَمِعَهُ حَيْثُ تَيَقَّنَ الصَّوْتَ وَبِمَا رَآهُ قَبْلَ عَمَاهُ.
Orang buta itu (bersaksi) berdasarkan apa yang ia dengar ketika ia yakin akan suara tersebut, dan berdasarkan apa yang ia lihat sebelum kebutaannya.
بَابُ مَوَانِعِ الشَّهَادَةِ
بَابُ مَوَانِعِ الشَّهَادَةِ
Bab Penghalang Kesaksian
وَهِيَ سِتَّةٌ١:
Dan itu ada enam:
أَحَدُهَا: كَوْنُ الشَّاهِدِ أَوْ بَعْضِهِ مِلْكًا لِمَنْ شَهِدَ٢ لَهُ وَكَذَا لَوْ كَانَ زَوْجًا لَهُ وَلَوْ فِي الْمَاضِي أَوْ كَانَ مِنْ فُرُوعِهِ وَإِنْ سَفَلُوا مِنْ وَلَدِ الْبَنِينَ وَالْبَنَاتِ أَوْ مِنْ أُصُولِهِ وَإِنْ عَلَوْا وَتُقْبَلُ لِبَاقِي أَقَارِبِهِ: كَأَخِيهِ وَكُلُّ مَنْ لَا تُقْبَلُ لَهُ فَإِنَّهَا تُقْبَلُ عَلَيْهِ.
Pertama: Saksi atau sebagiannya adalah milik orang yang disaksikan. Demikian pula jika dia adalah pasangannya meskipun di masa lalu, atau keturunannya meskipun jauh dari anak laki-laki dan perempuan, atau leluhurnya meskipun jauh. Kesaksian diterima untuk kerabat lainnya seperti saudaranya. Setiap orang yang kesaksiannya tidak diterima untuknya maka diterima kesaksian atasnya.
الثَّانِي: كَوْنُهُ يَجُرُّ بِهَا نَفْعًا لِنَفْسِهِ فَلَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ لِرَقِيقِهِ وَمُكَاتَبِهِ وَلَا لِمُوَرِّثِهِ بِجُرْحٍ قَبْلَ انْدِمَالِهِ وَلَا لِشَرِيكِهِ فِيمَا هُوَ شَرِيكٌ فِيهِ وَلَا لِمُسْتَأْجِرِهِ فِيمَا اسْتَأْجَرَهُ فِيهِ.
Kedua: Dengan kesaksian itu, dia mendatangkan manfaat untuk dirinya sendiri. Maka tidak diterima kesaksiannya untuk budaknya, mukatab-nya, pewaris dengan luka sebelum sembuh, mitra dalam hal yang dia bermitra dengannya, dan penyewanya dalam hal yang dia sewa darinya.
الثَّالِثُ: أَنْ يَدْفَعَ بِهَا ضَرَرًا عَنْ نَفْسِهِ: فَلَا تُقْبَلُ شَهَادَةُ الْعَاقِلَةِ بِجُرْحِ شُهُودِ قَتْلِ الْخَطَأِ وَلَا شَهَادَةُ الْغُرَمَاءِ بِجُرْحِ شُهُودِ دَيْنٍ عَلَى مُفْلِسٍ وَلَا شَهَادَةُ الضَّامِنِ لِمَنْ ضَمِنَهُ بِقَضَاءِ الْحَقِّ أَوِ الْإِبْرَاءِ مِنْهُ وَكُلُّ مَنْ لَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ لَهُ تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ بِجُرْحِ شَاهِدٍ عَلَيْهِ.
Ketiga: Dengan kesaksian itu, dia menolak bahaya dari dirinya. Maka tidak diterima kesaksian 'aqilah dengan melukai saksi pembunuhan tidak sengaja, kesaksian para kreditor dengan melukai saksi hutang atas orang bangkrut, kesaksian penjamin bagi orang yang dia jamin dengan membayar hak atau membebaskannya. Setiap orang yang kesaksiannya tidak diterima untuknya maka diterima kesaksiannya dengan melukai saksi atasnya.
الرَّابِعُ: العَدَاوَةُ لِغَيْرِ اللهِ تَعَالَى: كَفَرَحِهِ بِمَسَاءَتِهِ أَوْ غَمِّهِ لِفَرَحِهِ وَطَلَبِهِ لَهُ الشَّرَّ فَلَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ عَلَى عَدُوِّهِ إِلَّا فِي عَقْدِ النِّكَاحِ.
Keempat: Permusuhan kepada selain Allah Ta'ala: seperti kegembiraan atas kesedihannya atau kesedihannya atas kegembiraannya dan menginginkan keburukan baginya, maka kesaksiannya atas musuhnya tidak diterima kecuali dalam akad nikah.
الخَامِسُ: العَصَبِيَّةُ: فَلَا شَهَادَةَ لِمَنْ عُرِفَ بِهَا كَتَعَصُّبِ جَمَاعَةٍ عَلَى جَمَاعَةٍ وَإِنْ لَمْ تَبْلُغْ رُتْبَةَ العَدَاوَةِ.
Kelima: Fanatisme: Maka tidak ada kesaksian bagi orang yang dikenal dengannya seperti fanatisme suatu kelompok atas kelompok lain meskipun tidak mencapai tingkat permusuhan.
السَّادِسُ: أَنْ تُرَدَّ شَهَادَتُهُ لِفِسْقِهِ ثُمَّ يَتُوبَ وَيُعِيدَهَا أَوْ يَشْهَدَ لِمُورِثِهِ بِجُرْحٍ قَبْلَ بُرْئِهِ ثُمَّ يَبْرَأَ وَيُعِيدَهَا أَوْ تُرَدَّ لِدَفْعِ ضَرَرٍ أَوْ جَلْبِ نَفْعٍ أَوْ عَدَاوَةٍ أَوْ مِلْكٍ أَوْ زَوْجِيَّةٍ ثُمَّ يَزُولَ ذَلِكَ وَتُعَادُ بِخِلَافِ مَا لَوْ شَهِدَ وَهُوَ كَافِرٌ أَوْ غَيْرُ مُكَلَّفٍ أَوْ أَخْرَسُ ثُمَّ زَالَ ذَلِكَ وَأَعَادُوهَا.
Keenam: Bahwa kesaksiannya ditolak karena kefasikannya kemudian dia bertaubat dan mengulanginya, atau dia bersaksi untuk pewarisnya dengan jarh sebelum sembuh kemudian sembuh dan mengulanginya, atau ditolak karena menolak bahaya atau mendatangkan manfaat atau permusuhan atau kepemilikan atau pernikahan kemudian itu hilang dan diulangi, berbeda dengan jika dia bersaksi dalam keadaan kafir atau tidak mukallaf atau bisu kemudian itu hilang dan mereka mengulanginya.
بَابُ أَقْسَامِ المَشْهُودِ بِهِ
بَابُ أَقْسَامِ الْمَشْهُودِ بِهِ
Bab Pembagian Hal yang Disaksikan
وَهُوَ سِتَّةٌ:
Dan itu ada enam:
أَحَدُهَا: الزِّنَا: فَلَابُدَّ مِنْ أَرْبَعَةِ رِجَالٍ يَشْهَدُونَ بِهِ وَأَنَّهُمْ رَأَوْا ذَكَرَهُ فِي فَرْجِهَا أَوْ يَشْهَدُونَ أَنَّهُ أَقَرَّ أَرْبَعًا.
Pertama: zina: maka harus ada empat orang laki-laki yang bersaksi atasnya dan bahwa mereka melihat kemaluannya masuk ke dalam kemaluannya atau mereka bersaksi bahwa dia mengakuinya empat kali.
الثَّانِي: إِذَا ادَّعَى مَنْ عُرِفَ بِغِنًى أَنَّهُ فَقِيرٌ لِيَأْخُذَ مِنَ الزَّكَاةِ: فَلَا بُدَّ مِنْ ثَلَاثَةِ رِجَالٍ.
Kedua: jika orang yang dikenal kaya mengaku bahwa dia miskin agar bisa mengambil dari zakat: maka harus ada tiga orang laki-laki.
الثَّالِثُ: الْقَوَدُ وَالْإِعْسَارُ وَمَا يُوجِبُ الْحَدَّ وَالتَّعْزِيرَ: فَلَا بُدَّ مِنْ رَجُلَيْنِ وَمِثْلُهُ: النِّكَاحُ وَالرَّجْعَةُ وَالْخُلْعُ وَالطَّلَاقُ وَالنَّسَبُ وَالْوَلَاءُ وَالتَّوْكِيلُ فِي غَيْرِ الْمَالِ.
Ketiga: qisas, kepailitan, dan apa yang mewajibkan had dan ta'zir: maka harus ada dua orang laki-laki. Demikian pula: nikah, rujuk, khulu', talak, nasab, wala', dan perwakilan selain harta.
الرَّابِعُ: الْمَالُ وَمَا يُقْصَدُ بِهِ الْمَالُ: كَالْقَرْضِ وَالرَّهْنِ وَالْوَدِيعَةِ١ وَالْعِتْقِ وَالتَّدْبِيرِ وَالْوَقْفِ وَالْبَيْعِ وَجِنَايَةِ الْخَطَأِ فَيَكْفِي فِيهِ رَجُلَانِ أَوْ
Keempat: harta dan apa yang dimaksudkan dengannya adalah harta: seperti pinjaman, gadai, titipan¹, pembebasan budak, tadbir, wakaf, jual beli, dan jinayah tidak sengaja, maka cukup dua orang laki-laki atau
رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ أَوْ رَجُلٌ وَيَمِينٌ لَا امْرَأَتَانِ وَيَمِينٌ وَلَوْ كَانَ لِجَمَاعَةٍ حَقٌّ بِشَاهِدٍ١ فَأَقَامُوهُ: فَمَنْ حَلَفَ أَخَذَ نَصِيبَهُ وَلَا يُشَارِكُهُ مَنْ لَمْ يَحْلِفْ.
Seorang laki-laki dan dua perempuan atau seorang laki-laki dan sumpah, bukan dua perempuan dan sumpah. Jika sekelompok orang memiliki hak dengan satu saksi dan mereka menegakkannya: maka siapa yang bersumpah mengambil bagiannya dan tidak bersekutu dengannya orang yang tidak bersumpah.
الْخَامِسُ: دَاءُ دَابَّةٍ وَمُوضِحَةٌ وَنَحْوُهُمَا: فَيُقْبَلُ قَوْلُ طَبِيبٍ وَبَيْطَارٍ وَاحِدٍ لِعَدَمِ غَيْرِهِ فِي مَعْرِفَتِهِ وَإِنِ اخْتَلَفَ اثْنَانِ قُدِّمَ قَوْلُ الْمُثْبِتِ.
Kelima: Penyakit hewan, luka di kepala (mūḍiḥah), dan sejenisnya: maka diterima perkataan satu dokter dan dokter hewan karena tidak adanya yang lain dalam pengetahuannya. Jika dua orang berbeda pendapat, maka didahulukan perkataan yang menetapkan.
السَّادِسُ: مَا لَا يَطَّلِعُ عَلَيْهِ الرِّجَالُ غَالِبًا كَعُيُوبِ النِّسَاءِ تَحْتَ الثِّيَابِ وَالرَّضَاعِ٢ وَالْبَكَارَةِ وَالثُّيُوبَةِ وَالْحَيْضِ وَكَذَا جِرَاحَةٍ وَغَيْرِهَا فِي حَمَّامٍ وَعُرْسٍ وَنَحْوِهِمَا مِمَّا لَا يَحْضُرُهُ الرِّجَالُ فَيَكْفِي فِيهِ امْرَأَةٌ عَدْلٌ وَالْأَحْوَطُ: اثْنَتَانِ.
Keenam: Apa yang biasanya tidak diketahui oleh laki-laki seperti aib wanita di bawah pakaian, penyusuan (raḍā'ah)٢, keperawanan, janda, haid, demikian pula luka dan lainnya di pemandian, pesta pernikahan, dan sejenisnya yang tidak dihadiri laki-laki, maka cukup padanya satu wanita yang adil. Yang lebih hati-hati: dua wanita.
فَصْلٌ
Pasal
فَلَوْ٣ شَهِدَ بِقَتْلِ الْعَمْدِ رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ لَمْ يَثْبُتْ شَيْءٌ وَإِنْ شَهِدُوا بِسَرِقَةٍ: ثَبَتَ الْمَالُ دُونَ الْقَطْعِ.
Jika٣ seorang laki-laki dan dua perempuan bersaksi atas pembunuhan sengaja, tidak ada yang ditetapkan. Jika mereka bersaksi atas pencurian: ditetapkan harta tanpa potong tangan.
وَمَنْ حَلَفَ بِالطَّلَاقِ٤ أَنَّهُ مَا سَرَقَ أَوْ مَا غَصَبَ وَنَحْوَهُ فَثَبَتَ فِعْلُهُ بِرَجُلٍ وَامْرَأَتَيْنِ أَوْ رَجُلٍ٥ وَيَمِينٍ: ثَبَتَ الْمَالُ وَلَمْ تَطْلُقْ.
Siapa yang bersumpah dengan talak٤ bahwa dia tidak mencuri, merampas, dan sejenisnya, lalu perbuatannya terbukti dengan seorang laki-laki dan dua perempuan atau seorang laki-laki٥ dan sumpah: ditetapkan harta dan tidak jatuh talak.
بَابُ الشَّهَادَةِ عَلَى الشَّهَادَةِ وَصِفَةِ أَدَائِهَا
بَابُ الشَّهَادَةِ عَلَى الشَّهَادَةِ١ وَصِفَةُ أَدَائِهَا
Bab tentang kesaksian atas kesaksian dan tata cara pelaksanaannya
الشَّهَادَةُ٢ عَلَى الشَّهَادَةِ أَنْ يَقُولَ: أَشْهَدُ يَا فُلَانُ عَلَى شَهَادَتِي: إِنِّي أَشْهَدُ أَنَّ فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ أَشْهَدَنِي عَلَى نَفْسِهِ٣ أَوْ شَهِدْتُ عَلَيْهِ أَوْ أَقَرَّ عِنْدِي بِكَذَا.
Kesaksian atas kesaksian adalah dengan mengatakan: Aku bersaksi wahai Fulan atas kesaksianku: Sesungguhnya aku bersaksi bahwa Fulan bin Fulan telah mempersaksikanku atas dirinya atau aku telah menyaksikannya atau ia telah mengakui di hadapanku tentang ini dan itu.
وَيَصِحُّ: أَنْ يَشْهَدَ عَلَى شَهَادَةِ الرَّجُلَيْنِ رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ وَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ عَلَى مِثْلِهِمْ وَامْرَأَةٌ عَلَى امْرَأَةٍ فِيمَا تُقْبَلُ فِيهِ الْمَرْأَةُ.
Dan sah: Seorang laki-laki dan dua perempuan bersaksi atas kesaksian dua orang laki-laki, seorang laki-laki dan dua perempuan atas yang seperti mereka, dan seorang perempuan atas seorang perempuan dalam hal yang diterima kesaksian perempuan padanya.
شُرُوطُهَا أَرْبَعَةٌ:
Syarat-syaratnya ada empat:
أَحَدُهَا: أَنْ تَكُونَ فِي حُقُوقِ الْآدَمِيِّينَ.
Pertama: Bahwa kesaksian itu terkait hak-hak manusia.
الثَّانِي: تَعَذُّرُ شُهُودِ الْأَصْلِ بِمَوْتٍ أَوْ مَرَضٍ٤ أَوْ غَيْبَةِ مَسَافَةِ قَصْرٍ وَيَدُومُ تَعَذُّرُهُمْ إِلَى صُدُورِ الْحُكْمِ فَمَتَى أَمْكَنَتْ شَهَادَةُ الْأَصْلِ وَقَفَ الْحُكْمُ عَلَى سَمَاعِهَا.
Kedua: Tidak memungkinkannya para saksi asal karena kematian, sakit, atau tidak hadir dalam jarak safar (perjalanan) dan ketidakmungkinan mereka berlanjut hingga keluarnya putusan. Maka kapan saja memungkinkan kesaksian asal, putusan ditangguhkan untuk mendengarkannya.
الثَّالِثُ: دَوَامُ عَدَالَةِ الْأَصْلِ وَالْفَرْعِ إِلَى صُدُورِ الْحُكْمِ فَمَتَى حَدَثَ مِنْ أَحَدِهِمْ قَبْلَهُ مَا يَمْنَعُهُ٥ وَقَفَ.
Ketiga: Keadilan para saksi asal dan cabang berlanjut hingga keluarnya putusan. Maka kapan saja terjadi dari salah seorang mereka sebelumnya sesuatu yang mencegahnya, maka ditangguhkan.
الرَّابِعُ: ثُبُوتُ عَدَالَةِ الْجَمِيعِ وَيَصِحُّ: مِنَ الْفَرْعِ أَنْ يُعَدِّلَ الْأَصْلَ لَا
Keempat: Terbuktinya keadilan semuanya. Dan sah: Dari saksi cabang untuk menyatakan keadilan saksi asal, tidak
تَعْدِيلُ شَاهِدٍ لِرَفِيقِهِ وَإِنْ قَالَ شُهُودُ الْأَصْلِ بَعْدَ الْحُكْمِ بِشَهَادَةِ الْفَرْعِ: مَا أَشْهَدْنَاهُمْ بِشَيْءٍ لَمْ يَضْمَنِ الْفَرِيقَانِ شَيْئًا.
Penyesuaian seorang saksi untuk rekannya, dan jika para saksi asli mengatakan setelah keputusan dengan kesaksian cabang: "Kami tidak menyaksikan mereka dengan sesuatu", maka kedua pihak tidak menjamin apa pun.
فَصْلٌ
Pasal
وَلَا تُقْبَلُ الشَّهَادَةُ إِلَّا بِ"أَشْهَدُ" أَوْ"شَهِدْتُ" فَلَا يَكْفِي "أَنَا شَاهِدٌ" وَ"لَا أَعْلَمُ" أَوْ "أُحَقِّقُ" أَوْ "أَشْهَدُ بِمَا وَضَعْتُ بِهِ خَطِّي" لَكِنْ لَوْ قَالَ مَنْ تَقَدَّمَهُ غَيْرُهُ بِالشَّهَادَةِ: "بِذَلِكَ أَشْهَدُ أَوْ كَذَلِكَ صَحَّ.
Kesaksian tidak diterima kecuali dengan "Aku bersaksi" atau "Aku telah bersaksi", maka tidak cukup dengan "Aku adalah saksi", "Aku tidak tahu", "Aku memastikan", atau "Aku bersaksi dengan apa yang aku tulis dengan tulisanku". Tetapi jika orang yang didahului oleh orang lain dengan kesaksian mengatakan: "Dengan itu aku bersaksi atau demikian", maka sah.
وَإِذَا رَجَعَ شُهُودُ الْمَالِ أَوِ الْعِتْقِ بَعْدَ حُكْمِ الْحَاكِمِ: لَمْ يُنْقَضْ وَيَضْمَنُونَ.
Jika para saksi harta atau pembebasan budak menarik kembali setelah keputusan hakim: tidak dibatalkan dan mereka menjamin.
وَإِذَا عَلِمَ الْحَاكِمُ بِشَاهِدِ زُورٍ بِإِقْرَارِهِ أَوْ تَبَيَّنَ كَذِبَهُ يَقِينًا: عَزَّرَهُ وَلَوْ تَابَ بِمَا يَرَاهُ مَا لَمْ يُخَالِفْ نَصًّا وَطِيفَ بِهِ فِي الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُشْتَهَرُ فِيهَا فَيُقَالُ: إِنَّا وَجَدْنَاهُ شَاهِدَ زُورٍ فَاجْتَنِبُوهُ.
Jika hakim mengetahui seorang saksi palsu dengan pengakuannya atau jelas-jelas dustanya dengan yakin: dia menghukumnya meskipun bertobat dengan apa yang dia pandang selama tidak menyalahi nash dan diarak di tempat-tempat yang terkenal di dalamnya, maka dikatakan: "Sesungguhnya kami mendapatinya sebagai saksi palsu maka jauhilah dia".
بَابُ اليَمِينِ فِي الدَّعَاوَى
بَابُ الْيَمِينِ فِي الدَّعَاوِي
Bab Sumpah dalam Gugatan
الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي وَالْيَمِينُ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ.
Bukti wajib bagi penggugat dan sumpah wajib bagi pihak yang mengingkari.
وَلَا يَمِينَ عَلَى مَنْ مُنْكِرٍ ادُّعِيَ عَلَيْهِ بِحَقِّ اللهِ٦ تَعَالَى كَالْحَدِّ وَلَوْ قَذْفًا،
Dan tidak ada sumpah atas pihak yang mengingkari jika dituntut dengan hak Allah Ta'ala seperti had meskipun qadzaf,
وَالتَّعْزِيرُ وَالْعِبَادَةُ١ وَإِخْرَاجُ الصَّدَقَةِ وَالْكَفَّارَةِ وَالنَّذْرِ وَلَا عَلَى شَاهِدٍ أَنْكَرَ شَهَادَتَهُ وَحَاكِمٍ أَنْكَرَ حُكْمَهُ.
Dan ta'zir, ibadah١, mengeluarkan sedekah, kafarat, nazar, dan tidak atas saksi yang mengingkari kesaksiannya dan hakim yang mengingkari hukumnya.
وَيَحْلِفُ الْمُنْكِرُ فِي كُلِّ حَقٍّ آدَمِيٍّ يُقْصَدُ مِنْهُ الْمَالُ: كَالدُّيُونِ وَالْجِنَايَاتِ وَالْإِتْلَافِ.
Orang yang mengingkari bersumpah pada setiap hak manusia yang dimaksudkan darinya harta: seperti hutang, jinayat, dan perusakan.
فَإِنْ نَكَلَ عَنِ الْيَمِينِ قُضِيَ عَلَيْهِ بِالْحَقِّ.
Jika dia menolak sumpah, maka diputuskan atasnya dengan hak tersebut.
وَإِذَا حَلَفَ عَلَى نَفْيِ فِعْلِ نَفْسِهِ أَوْ نَفْيِ دَيْنٍ عَلَيْهِ: حَلَفَ عَلَى الْبَتِّ وَإِنْ حَلَفَ عَلَى نَفْيِ دَعْوَى عَلَى غَيْرِهِ: كَمُورِثِهِ وَرَقِيقِهِ وَمَوْلِيهِ٢ حَلَفَ عَلَى نَفْيِ الْعِلْمِ وَمَنْ أَقَامَ شَاهِدًا بِمَا عَدَاهُ: حَلَفَ مَعَهُ عَلَى الْبَتِّ.
Jika dia bersumpah untuk menafikan perbuatan dirinya atau menafikan hutang atasnya: dia bersumpah secara pasti. Jika dia bersumpah untuk menafikan dakwaan atas selainnya: seperti pewarisnya, budaknya, dan maulanya٢, dia bersumpah atas penafian pengetahuan. Siapa yang mendatangkan saksi selain itu: dia bersumpah bersamanya secara pasti.
وَمَنْ تَوَجَّهَ عَلَيْهِ حَلِفٌ لِجَمَاعَةٍ: حَلَفَ لِكُلِّ وَاحِدٍ يَمِينًا مَا لَمْ يَرْضَوْا بِوَاحِدَةٍ.
Siapa yang diwajibkan atasnya sumpah untuk jamaah: dia bersumpah untuk setiap orang satu sumpah selama mereka tidak rela dengan satu sumpah.
فَصْلٌ
Pasal
وَلِلْحَاكِمِ تَغْلِيظُ الْيَمِينِ فِيمَا لَهُ خَطَرٌ كَجِنَايَةٍ لَا تُوجِبُ قَوَدًا وَعِتْقٍ وَمَالٍ كَثِيرٍ قَدْرَ نِصَابِ الزَّكَاةِ.
Hakim boleh menguatkan sumpah pada perkara yang memiliki bahaya seperti jinayah yang tidak mewajibkan qishash, memerdekakan budak, dan harta yang banyak sebesar nishab zakat.
فَتَغْلِيظُ يَمِينِ الْمُسْلِمِ أَنْ يَقُولَ: وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الطَّالِبُ الْغَائِبُ الضَّارُّ النَّافِعُ الَّذِي يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ.
Maka penguat sumpah seorang Muslim adalah dengan mengatakan: "Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Menuntut, Yang Maha Gaib, Yang Maha Memberi Mudarat, Yang Maha Memberi Manfaat, Yang mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."
وَيَقُولُ الْيَهُودِيُّ: "وَاللهِ الَّذِي أَنْزَلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى وَفَلَقَ لَهُ الْبَحْرَ وَأَنْجَاهُ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَائِهِ".
Dan orang Yahudi berkata: "Demi Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, membelah laut untuknya, dan menyelamatkannya dari Fir'aun dan para pengikutnya".
وَيَقُولُ النَّصْرَانِيُّ: "وَاللهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْإِنْجِيلَ عَلَى عِيسَى وَجَعَلَهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَيُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ".
Dan orang Nasrani berkata: "Demi Allah yang telah menurunkan Injil kepada Isa, menjadikannya menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan kusta".
وَمَنْ أَبَى التَّغْلِيظَ لَمْ يَكُنْ نَاكِلًا.
Dan barangsiapa yang menolak sumpah yang diperkuat, maka dia tidak dianggap mengingkari.
وَإِنْ رَأَى الْحَاكِمُ تَرْكَ التَّغْلِيظِ فَتَرَكَهُ كَانَ مُصِيبًا.
Dan jika hakim berpendapat untuk meninggalkan penguatan sumpah lalu meninggalkannya, maka dia telah melakukan hal yang benar.
كِتَابُ الإِقْرَارِ
مَدْخَلٌ
كِتَابُ الْإِقْرَارِ
Kitab Pengakuan
مُدْخَلٌ
Pendahuluan
...
...
كِتَابُ الْإِقْرَارِ
Kitab Pengakuan
لَا يَصِحُّ الْإِقْرَارُ إِلَّا مِنْ مُكَلَّفٍ مُخْتَارٍ وَلَوْ هَازِلًا بِلَفْظٍ أَوْ كِتَابَةٍ لَا بِإِشَارَةٍ إِلَّا مِنْ أَخْرَسَ.
Pengakuan tidak sah kecuali dari orang yang mukallaf dan memilih meskipun bercanda dengan ucapan atau tulisan, bukan dengan isyarat kecuali dari orang bisu.
لَكِنْ لَوْ أَقَرَّ صَغِيرٌ أَوْ قِنٌّ أَذِنَ لَهُمَا فِي تِجَارَةٍ فِي قَدْرِ مَا أَذِنَ لَهُمَا فِيهِ: صَحَّ.
Tetapi jika seorang anak kecil atau budak yang diizinkan berdagang mengakui sesuatu dalam batas yang diizinkan kepada mereka: sah.
وَمَنْ أُكْرِهَ لِيُقِرَّ بِدِرْهَمٍ فَأَقَرَّ بِدِينَارٍ أَوْ لِيُقِرَّ لِزَيْدٍ فَأَقَرَّ لِعَمْرٍو: صَحَّ وَلَزِمَهُ.
Barangsiapa dipaksa untuk mengakui satu dirham lalu ia mengakui satu dinar, atau dipaksa untuk mengakui kepada Zaid lalu ia mengakui kepada Amr: sah dan wajib baginya.
وَلَيْسَ الْإِقْرَارُ بِإِنْشَاءِ تَمْلِيكٍ فَيَصِحُّ حَتَّى مَعَ إِضَافَةِ الْمِلْكِ لِنَفْسِهِ١ كَقَوْلِهِ: كِتَابِي هَذَا لِزَيْدٍ.
Pengakuan bukanlah penciptaan kepemilikan sehingga sah meskipun dengan menyandarkan kepemilikan kepada dirinya sendiri١ seperti perkataannya: Kitabku ini milik Zaid.
وَيَصِحُّ إِقْرَارُ الْمَرِيضِ بِمَالٍ لِغَيْرِ وَارِثٍ وَيَكُونُ مِنْ رَأْسِ الْمَالِ وَبِأَخْذِ دَيْنٍ مِنْ غَيْرِ وَارِثٍ لَا إِنْ أَقَرَّ لِوَارِثٍ إِلَّا بِبَيِّنَةٍ.
Pengakuan orang sakit dengan harta untuk selain ahli waris adalah sah dan diambil dari pokok harta, dan dengan mengambil utang dari selain ahli waris, tidak jika ia mengakui untuk ahli waris kecuali dengan bukti.
وَالِاعْتِبَارُ يَكُونُ مَنْ أَقَرَّ لَهُ وَارِثًا أَوْ حَالَ الْإِقْرَارِ لَا الْمَوْتِ عَكْسَ الْوَصِيَّةِ.
Yang menjadi pertimbangan adalah orang yang diakui sebagai ahli waris atau kondisi pengakuan, bukan kematian, berbeda dengan wasiat.
وَإِنْ كَذَّبَ الْمُقَرُّ لَهُ الْمُقِرَّ بَطَلَ الْإِقْرَارُ وَكَانَ لِلْمُقِرِّ أَنْ يَتَصَرَّفَ فِيمَا أَقَرَّ بِهِ بِمَا شَاءَ.
Jika orang yang diakui mendustakan orang yang mengakui, maka pengakuan itu batal dan orang yang mengakui boleh bertindak sesukanya terhadap apa yang dia akui.
فَصْلٌ
Pasal
وَالْإِقْرَارُ لِقِنِّ غَيْرِهِ إِقْرَارٌ لِسَيِّدِهِ وَلِمَسْجِدٍ أَوْ مَقْبَرَةٍ أَوْ طَرِيقٍ وَنَحْوِهِ يَصِحُّ وَلَوْ أَطْلَقَ.
Pengakuan untuk qinn milik orang lain adalah pengakuan untuk tuannya, dan untuk masjid, kuburan, jalan, dan sejenisnya sah meskipun mutlak.
وَلِدَارٍ أَوْ١ بَهِيمَةٍ: لَا إِلَّا إِنْ عَيَّنَ السَّبَبَ وَلِحَمْلٍ وُلِدَ٢ مَيِّتًا أَوْ لَمْ يَكُنْ حَمْلٌ: بَطَلَ وَحَيًّا فَأَكْثَرُ: فَلَهُ بِالسَّوِيَّةِ.
Untuk rumah atau¹ hewan: tidak sah kecuali jika dia menentukan sebabnya. Untuk janin yang lahir² mati atau tidak ada kehamilan: batal. Jika lahir hidup satu atau lebih: maka untuknya sama rata.
وَإِنْ أَقَرَّ رَجُلٌ أَوِ امْرَأَةٌ بِزَوْجِيَّةِ الْآخَرِ فَسَكَتَ أَوْ جَحَدَهُ ثُمَّ صَدَّقَهُ: صَحَّ وَوَرِثَهُ لَا إِنْ بَقِيَ عَلَى تَكْذِيبِهِ حَتَّى مَاتَ.
Jika seorang laki-laki atau perempuan mengakui pernikahan dengan yang lain lalu dia diam atau mengingkarinya kemudian membenarkannya: sah dan mewarisinya, tidak jika dia tetap mendustakannya sampai meninggal.
بَابُ مَا يَحْصُلُ بِهِ الإِقْرَارُ وَمَا يُغَيِّرُهُ
بَابُ مَا يَحْصُلُ بِهِ الْإِقْرَارُ وَمَا يُغَيِّرُهُ
Bab tentang apa yang menyebabkan pengakuan dan apa yang mengubahnya
مَنْ ادَّعَى عَلَيْهِ بِأَلْفٍ فَقَالَ: نَعَمْ أَوْ صَدَقْتَ أَوْ: أَنَا مُقِرٌّ أَوْ: خُذْهَا أَوْ: اتْزِنْهَا أَوْ اقْبِضْهَا: فَقَدْ أَقَرَّ لَا إِنْ قَالَ: أَنَا أُقِرُّ أَوْ: لَا أُنْكِرُ أَوْ: خُذْ أَوْ: اتْزِنْ أَوْ: افْتَحْ كَمَّكَ.
Barangsiapa yang dituntut seribu, lalu dia berkata, "Ya," atau "Kamu benar," atau "Aku mengakui," atau "Ambillah," atau "Timbanglah," atau "Terimalah," maka sungguh dia telah mengakui. Tidak demikian jika dia berkata, "Aku akan mengakui," atau "Aku tidak mengingkari," atau "Ambil," atau "Timbang," atau "Bukalah lengan bajumu."
وَ"بَلَى" فِي جَوَابِ "أَلَيْسَ لِي عَلَيْكَ كَذَا" إِقْرَارٌ لَا: نَعَمْ إِلَّا مِنْ عَامِّيٍّ.
Dan mengatakan "Tentu" sebagai jawaban atas "Bukankah aku punya hak atas kamu sekian?" adalah pengakuan, tidak demikian jika menjawab "Ya" kecuali dari orang awam.
وَإِنْ قَالَ: اقْضِ١ دَيْنٌ عَلَيْكَ أَلْفًا أَوْ: هَلْ لِي: أَوْ لِي عَلَيْكَ أَلْفٌ؟ فَقَالَ: نَعَمْ أَوْ قَالَ: أَمْهِلْنِي يَوْمًا أَوْ حَتَّى أَفْتَحَ الصُّنْدُوقَ أَوْ قَالَ: لَهُ عَلَيَّ أَلْفٌ إِنْ شَاءَ اللهُ أَوْ: إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ أَوْ زَيْدٌ: فَقَدْ أَقَرَّ.
Jika dia berkata: Bayarlah١ utang Anda seribu atau: Apakah saya memiliki: atau saya memiliki seribu atas Anda? Lalu dia menjawab: Ya, atau dia berkata: Beri saya waktu sehari atau sampai saya membuka kotak atau dia berkata: Dia memiliki seribu atas saya jika Allah menghendaki atau: kecuali jika Allah atau Zaid menghendaki: maka dia telah mengakui.
وَإِنْ عَلَّقَ بِشَرْطٍ لَمْ يَصِحَّ سَوَاءٌ قَدَّمَ الشَّرْطَ كَـ: "إِنْ شَاءَ زَيْدٌ فَلَهُ عَلَيَّ دِينَارٌ" أَوْ أَخُوهُ كَـ: "لَهُ عَلَيَّ دِينَارٌ إِنْ شَاءَ زَيْدٌ أَوْ: قَدِمَ الْحَاجُّ" إِلَّا إِذَا٢ قَالَ: "عَلَيَّ كَذَا٣ إِذَا جَاءَ وَقْتُ كَذَا" فَلَهُ عَلَيَّ دِينَارٌ: فَيَلْزَمُهُ فِي الْحَالِ فَإِنْ فَسَّرَهُ بِأَجَلٍ أَوْ وَصِيَّةٍ: قُبِلَ بِيَمِينِهِ.
Jika dia menggantungkannya pada suatu syarat, maka tidak sah, baik dia mendahulukan syarat seperti: "Jika Zaid menghendaki, maka dia memiliki satu dinar atas saya" atau saudaranya seperti: "Dia memiliki satu dinar atas saya jika Zaid menghendaki atau: jika al-Hajj tiba" kecuali jika٢ dia berkata: "Saya memiliki demikian٣ jika waktu demikian tiba" maka dia memiliki satu dinar atas saya: maka dia harus memenuhinya saat itu juga. Jika dia menafsirkannya dengan ajal atau wasiat: maka diterima dengan sumpahnya.
وَمَنْ ادَّعَى عَلَيْهِ بِدِينَارٍ فَقَالَ: إِنْ شَهِدَ بِهِ زَيْدٌ فَهُوَ صَادِقٌ: لَمْ يَكُنْ مُقِرًّا.
Barangsiapa mengklaim satu dinar atas dirinya, lalu dia berkata: Jika Zaid bersaksi atasnya, maka dia benar: maka dia tidak dianggap mengakui.
فَصْلٌ
Pasal
فِيمَا إِذَا وَصَلَ بِالْإِقْرَارِ مَا يُغَيِّرُهُ
Tentang apa yang terjadi jika sesuatu yang mengubahnya disambungkan dengan pengakuan
إِذَا قَالَ: "لَهُ عَلَيَّ مِنْ ثَمَنِ خَمْرٍ أَلْفٌ" لَمْ يَلْزَمْهُ شَيْءٌ وَإِنْ قَالَ٤: "أَلْفٌ مِنْ ثَمَنِ خَمْرٍ" لَزِمَهُ.
Jika dia berkata: "Dia memiliki seribu atas saya dari harga khamr" maka dia tidak berkewajiban apa pun. Jika dia berkata٤: "Seribu dari harga khamr" maka dia berkewajiban.
وَيَصِحُّ اسْتِثْنَاءُ النِّصْفِ فَأَقَلَّ فَيَلْزَمُهُ عَشَرَةٌ فِي: "لَهُ عَلَيَّ عَشَرَةٌ إِلَّا سِتَّةً" وَخَمْسَةٌ فِي: "لَيْسَ لَكَ عَلَيَّ عَشَرَةٌ إِلَّا خَمْسَةً" بِشَرْطِ أَنْ لَا
Pengecualian setengah atau kurang adalah sah. Maka dia berkewajiban sepuluh dalam: "Dia memiliki sepuluh atas saya kecuali enam" dan lima dalam: "Kamu tidak memiliki sepuluh atas saya kecuali lima" dengan syarat tidak
يَسْكُتُ مَا يُمْكِنُهُ الكَلَامُ فِيهِ وَأَنْ يَكُونَ مِنَ الجِنْسِ وَالنَّوْعِ فَـ: "لَهُ عَلَيَّ هَؤُلَاءِ العَبِيدُ العَشَرَةُ إِلَّا وَاحِدًا" صَحِيحٌ وَيَلْزَمُهُ تِسْعَةٌ وَلَهُ عَلَيَّ مِائَةُ دِرْهَمٍ إِلَّا دِينَارًا: تَلْزَمُهُ المِائَةُ وَلَهُ هَذِهِ الدَّارُ إِلَّا هَذَا البَيْتَ قَبِلَ وَلَوْ كَانَ أَكْثَرَهَا لَا إِنْ قَالَ١: إِلَّا ثُلُثَيْهَا وَنَحْوَهُ وَلَهُ الدَّارُ ثُلُثَاهَا أَوْ عَارِيَةٌ أَوْ هِبَةٌ عَمِلَ بِالثَّانِي.
Dia diam tentang apa yang bisa dia bicarakan dan bahwa itu dari jenis dan jenis, maka: "Dia berhutang kepada saya sepuluh budak ini kecuali satu" itu benar dan dia harus membayar sembilan dan dia berhutang kepada saya seratus dirham kecuali satu dinar: dia harus membayar seratus dan dia memiliki rumah ini kecuali kamar ini diterima bahkan jika itu adalah sebagian besar darinya tidak jika dia berkata: kecuali dua pertiganya dan sejenisnya dan dia memiliki dua pertiga rumah atau pinjaman atau hadiah bekerja dengan yang kedua.
فَصْلٌ
Pasal
وَمَنْ بَاعَ أَوْ وَهَبَ أَوْ أَعْتَقَ عَبْدًا ثُمَّ أَقَرَّ بِهِ لِغَيْرِهِ لَمْ يُقْبَلْ وَيَغْرَمُهُ لِلْمُقَرِّ لَهُ.
Barangsiapa menjual, menghibahkan, atau membebaskan seorang budak kemudian mengakuinya untuk orang lain, maka tidak diterima dan dia harus membayar ganti rugi kepada orang yang diakuinya.
وَإِنْ قَالَ: غَصَبْتُ هَذَا العَبْدَ مِنْ زَيْدٍ لَا بَلْ مِنْ عَمْرٍو أَوْ: مِلْكُهُ لِعَمْرٍو وَغَصَبْتُهُ مِنْ زَيْدٍ: فَهُوَ لِزَيْدٍ وَيَغْرَمُ قِيمَتَهُ لِعَمْرٍو وَ٢:غَصَبْتُهُ مِنْ زَيْدٍ وَمِلْكُهُ لِعَمْرٍو: فَهُوَ لِزَيْدٍ وَلَا يَغْرَمُ لِعَمْرٍو شَيْئًا.
Jika dia berkata: Saya merampas budak ini dari Zaid, tidak, tetapi dari Amr, atau: Itu milik Amr dan saya merampasnya dari Zaid: maka itu milik Zaid dan dia harus membayar nilainya kepada Amr. Dan jika dia berkata: Saya merampasnya dari Zaid dan itu milik Amr: maka itu milik Zaid dan dia tidak harus membayar apa pun kepada Amr.
وَمَنْ خَلَّفَ٣ ابْنَيْنِ وَمِائَتَيْنِ فَادَّعَى شَخْصٌ مِائَةَ دِينَارٍ عَلَى الْمَيِّتِ فَصَدَّقَهُ أَحَدُهُمَا وَأَنْكَرَ الْآخَرُ: لَزِمَ الْمُقِرَّ نِصْفُهَا إِلَّا أَنْ يَكُونَ عَدْلًا وَيَشْهَدَ وَيَحْلِفَ مَعَهُ الْمُدَّعِي فَيَأْخُذَهَا وَتَكُونَ الْبَاقِيَةُ بَيْنَ الِابْنَيْنِ.
Dan siapa yang meninggalkan3 dua anak laki-laki dan dua ratus (dinar), lalu seseorang mengklaim seratus dinar atas si mayit, kemudian salah satu dari keduanya membenarkannya dan yang lain mengingkarinya: maka yang mengakui harus membayar setengahnya kecuali jika dia adil dan bersaksi serta bersumpah bersama penggugat maka dia mengambilnya dan sisanya dibagi di antara kedua anak laki-laki.
بَابُ الإِقْرَارِ بِالمُجْمَلِ
بَابُ الإِقْرَارِ بِالْمُجْمَلِ
Bab Pengakuan Secara Global
إِذَا قَالَ: لَهُ عَلَيَّ شَيْءٌ وَشَيْءٌ أَوْ كَذَا وَكَذَا وَقِيلَ١ لَهُ: "فَسِّرْهُ"٢ فَإِنْ أَبَى حُبِسَ حَتَّى يُفَسِّرَ وَيُقْبَلُ تَفْسِيرُهُ بِأَقَلِّ مُتَمَوَّلٍ فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ التَّفْسِيرِ: لَمْ يُؤَاخَذْ وَارِثُهُ بِشَيْءٍ.
Jika seseorang berkata: "Saya berhutang sesuatu dan sesuatu kepadanya" atau "ini dan itu", lalu dikatakan kepadanya: "Jelaskan!" Jika dia menolak, maka dia ditahan sampai dia menjelaskan. Penjelasannya diterima dengan nilai terkecil yang dianggap harta. Jika dia meninggal sebelum menjelaskan, maka ahli warisnya tidak dituntut apapun.
وَ: "لَهُ عَلَيَّ مَالٌ عَظِيمٌ أَوْ خَطِيرٌ أَوْ كَثِيرٌ أَوْ جَلِيلٌ أَوْ نَفِيسٌ" قُبِلَ تَفْسِيرُهُ بِأَقَلِّ مُتَمَوَّلٍ.
Jika dia berkata: "Saya berhutang kepadanya harta yang besar, berat, banyak, agung, atau berharga", maka penjelasannya diterima dengan nilai terkecil yang dianggap harta.
وَ: "لَهُ دَرَاهِمُ كَثِيرَةٌ" قُبِلَ بِثَلَاثَةٍ.
Jika dia berkata: "Saya berhutang banyak dirham kepadanya", maka diterima sebanyak tiga dirham.
وَ: "لَهُ عَلَيَّ كَذَا٣ وَكَذَا دِرْهَمٌ بِالرَّفْعِ أَوْ بِالنَّصْبِ٤ لَزِمَهُ دِرْهَمٌ وَإِنْ قَالَ: بِالْجَرِّ أَوْ: وَقَفَ عَلَيْهِ: لَزِمَهُ بَعْضُ دِرْهَمٍ وَيُفَسِّرُهُ.
Jika dia berkata: "Saya berhutang kepadanya sekian dan sekian dirham" dengan rafa' (nominatif) atau nashab (akusatif), maka dia wajib membayar satu dirham. Jika dia mengucapkannya dengan jar (genetif) atau waqaf, maka dia wajib membayar sebagian dirham dan menjelaskannya.
فَصْلٌ
Pasal
إِذَا قَالَ: "لَهُ عَلَيَّ مَا بَيْنَ دِرْهَمٍ وَعَشَرَةٍ" لَزِمَهُ ثَمَانِيَةٌ وَ: "مِنْ دِرْهَمٍ
Jika dia berkata: "Saya berhutang kepadanya antara satu dirham hingga sepuluh", maka dia wajib membayar delapan dirham. Jika dia berkata: "Dari satu dirham...
إِلَى عَشَرَةٍ أَوْ: بَيْنَ دِرْهَمٍ إِلَى عَشَرَةٍ" لَزِمَهُ: تِسْعَةٌ.
Sampai sepuluh atau: antara satu dirham sampai sepuluh" maka wajib baginya: sembilan.
وَ: "لَهُ دِرْهَمٌ قَبْلَهُ دِرْهَمٌ وَبَعْدَهُ دِرْهَمٌ أَوْ: دِرْهَمٌ وَدِرْهَمٌ، وَدِرْهَمٌ" لَزِمَهُ ثَلَاثَةٌ وَكَذَا: "دِرْهَمٌ، دِرْهَمٌ، دِرْهَمٌ" فَإِنْ أَرَادَ التَّأْكِيدَ: فَعَلَى مَا أَرَادَ.
Dan: "Dia memiliki satu dirham, sebelumnya satu dirham dan setelahnya satu dirham, atau: satu dirham dan satu dirham, dan satu dirham" maka wajib baginya tiga dirham. Demikian pula: "satu dirham, satu dirham, satu dirham". Jika dia bermaksud untuk menegaskan: maka sesuai dengan apa yang dia maksudkan.
وَ: "لَهُ دِرْهَمٌ بَلْ دِينَارٌ" لَزِمَاهُ.
Dan: "Dia memiliki satu dirham, bahkan satu dinar" maka keduanya wajib baginya.
وَ: "لَهُ دِرْهَمٌ فِي دِينَارٍ" لَزِمَهُ: دِرْهَمٌ فَإِنْ قَالَ:" أَرَدْتُ الْعَطْفَ أَوْ مَعْنَى مَعَ" لَزِمَاهُ.
Dan: "Dia memiliki satu dirham dalam satu dinar" maka wajib baginya: satu dirham. Jika dia berkata: "Saya bermaksud 'athaf atau makna bersama" maka keduanya wajib baginya.
وَ: "لَهُ دِرْهَمٌ فِي عَشَرَةٍ" لَزِمَهُ: دِرْهَمٌ مَا لَمْ يُخَالِفْهُ عُرْفٌ فَيَلْزَمُهُ: مُقْتَضَاهُ أَوْ يُرِدْ١ الْحِسَابَ وَلَوْ٢ جَاهِلًا: فَيَلْزَمُهُ عَشَرَةٌ أَوْ يُرِدْ٣ الْجَمْعَ: فَيَلْزَمُهُ أَحَدَ عَشَرَ.
Dan: "Dia memiliki satu dirham dalam sepuluh" maka wajib baginya: satu dirham selama tidak bertentangan dengan 'urf maka wajib baginya: konsekuensinya. Atau jika dia bermaksud1 hitungan meskipun2 bodoh: maka wajib baginya sepuluh. Atau jika dia bermaksud3 penjumlahan: maka wajib baginya sebelas.
وَ: "لَهُ تَمْرٌ فِي جِرَابٍ أَوْ سَيْفٌ٤ فِي قِرَابٍ أَوْ ثَوْبٌ فِي مِنْدِيلٍ" لَيْسَ إِقْرَارٌ٥ الثَّانِي.
Dan: "Dia memiliki kurma dalam karung atau pedang4 dalam sarung atau pakaian dalam sapu tangan" bukan pengakuan5 yang kedua.
وَ: "لَهُ خَاتَمٌ فِيهِ فَصٌّ أَوْ سَيْفٌ بِقِرَابٍ" إِقْرَارٌ بِهِمَا.
Dan: "Dia memiliki cincin yang di dalamnya ada permata atau pedang dengan sarung" merupakan pengakuan keduanya.
وَإِقْرَارُهُ بِشَجَرَةٍ لَيْسَ إِقْرَارًا بِأَرْضِهَا فَلَا يَمْلِكُ٦ غَرْسَ مَكَانِهَا لَوْ ذَهَبَتْ وَلَا أُتْجُرَةَ مَا بَقِيَتْ.
Dan pengakuannya terhadap pohon bukan pengakuan terhadap tanahnya. Maka dia tidak memiliki6 hak untuk menanam di tempatnya jika pohon itu hilang, dan tidak pula mendapatkan upah sewa selama pohon itu masih ada.
وَ: "لَهُ عَلَيَّ دِرْهَمٌ أَوْ: دِينَارٌ" يَلْزَمُهُ: أَحَدُهُمَا وَيُعَيِّنُهُ.
Dan: "Dia memiliki hak atas saya satu dirham atau: satu dinar" maka wajib baginya: salah satunya dan dia menentukan mana yang wajib.
خَاتِمَةٌ
خَاتِمَةٌ
Penutup
إِذَا اتَّفَقَا عَلَى عَقْدٍ وَالْآخَرُ صِحَّتَهُ فَقَوْلُ مُدَّعِي الصِّحَّةِ بِيَمِينِهِ.
Jika keduanya sepakat atas suatu akad dan yang lain menyatakan keabsahannya, maka perkataan pihak yang mengklaim keabsahan dengan sumpahnya.
وَإِنْ ادَّعَيَا شَيْئًا بِيَدِ غَيْرِهِمَا شِرْكَةً بَيْنَهُمَا بِالسَّوِيَّةِ فَأَقَرَّ لِأَحَدِهِمَا بِنِصْفِهِ: فَالْمُقَرُّ بِهِ بَيْنَهُمَا.
Jika keduanya mengklaim sesuatu yang berada di tangan orang lain sebagai milik bersama di antara mereka berdua secara sama rata, lalu orang lain itu mengakui kepemilikan salah satunya atas separuhnya, maka yang diakui itu dibagi di antara keduanya.
وَمَنْ قَالَ بِمَرَضِ مَوْتِهِ: هَذَا الْأَلْفُ لُقَطَةٌ فَتَصَدَّقُوا بِهِ وَلَا مَالَ لَهُ غَيْرُهُ: لَزِمَ الْوَرَثَةَ الصَّدَقَةُ بِجَمِيعِهِ وَلَوْ كَذَّبُوهُ.
Barangsiapa yang berkata ketika sakit menjelang kematiannya, "Seribu ini adalah barang temuan, maka bersedekahlah dengannya," dan dia tidak memiliki harta selain itu, maka ahli waris wajib bersedekah dengan seluruhnya meskipun mereka mendustakannya.
وَيُحْكَمُ بِإِسْلَامِ مَنْ أَقَرَّ وَلَوْ مُمَيِّزًا أَوْ قُبَيْلَ مَوْتِهِ بِشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ.
Dihukumi Islam bagi orang yang menyatakan meskipun anak yang telah mumayyiz atau menjelang kematiannya dengan kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَقَرَّ بِهَا مُخْلِصًا فِي حَيَاتِهِ وَعِنْدَ مَمَاتِهِ وَبَعْدَ وَفَاتِهِ وَاجْعَلْ [اللَّهُمَّ] ١ هَذَا خَالِصًا لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ وَسَبَبًا لِلْفَوْزِ لَدَيْكَ بِجَنَّاتِ النَّعِيمِ.
Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang mengikrarkannya dengan ikhlas dalam hidupnya, ketika kematiannya, dan setelah wafatnya. Dan jadikanlah [ya Allah] ini murni karena wajah-Mu yang mulia dan sebab untuk meraih kemenangan di sisi-Mu berupa surga-surga kenikmatan.
وَصَلَّى اللهُ٢ وَسَلَّمَ عَلَى أَشْرَفِ الْعَالَمِ وَسَيِّدِ بَنِي٣ آدَمَ وَعَلَى سَائِرِ إِخْوَانِهِ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِ كُلٍّ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ٤ وَعَلَى أَهْلِ طَاعَتِكَ مِنْ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ و٥ الْأَرَضِينَ٦.
Semoga Allah memberkahi dan memberi salam kepada yang paling mulia di alam semesta, pemimpin Bani Adam, kepada seluruh saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, kepada keluarga mereka semua dan para sahabatnya semuanya, serta kepada orang-orang yang taat kepada-Mu dari penduduk langit dan bumi.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami petunjuk kepada ini, dan kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak memberi kami petunjuk.
فَلَهُ الْحَمْدُ حَتَّى يَرْضَى وَلَهُ الْحَمْدُ عَلَى كُلِّ حَال١ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ٢.
Maka bagi-Nya segala puji sampai Dia ridha, dan bagi-Nya segala puji atas segala keadaan١, dan segala puji hanya milik Allah semata٢.
قَالَ مُؤَلِّفُهُ سَامَحَهُ اللَّهُ تَعَالَى ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ٣:
Pengarangnya, semoga Allah Yang Mahatinggi mengampuninya, Yang Mahamulia dan Mahamurah٣, berkata:
فَرَغْتُ مِنْ تَعْلِيقِهِ نَهَارَ السَّبْتِ سَابِعَ عَشَرَ رَجَبٍ الْفَرْدِ الْمُحَرَّمِ الْحَرَامِ بِالْجَامِعِ الْأَزْهَرِ الْمَعْمُورَةِ بِذِكْرِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ سَنَةَ تِسْعَ عَشْرَةَ٤ بَعْدَ الْأَلْفِ كَانَ الْخِتَامُ وَاللَّهَ سُبْحَانَهُ أَسْأَلُ أَنْ يَتَوَفَّانِي عَلَى الْإِسْلَامِ وَأَنْ يَحْشُرَنِي وَوَالِدَيَّ٥ فِي زُمْرَةِ مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ وَأَنْ يَنْفَعَنَا بِمَا تَعَلَّمْنَاهُ مِنْ مَشَايِخِنَا أُولِي الْمَجْدِ وَالِاحْتِرَامِ جَزَاءَ اللَّهُ تَعَالَى عَنِ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَ الْبَعْثِ وَالْقِيَامِ وَ٦ الْخُلُودِ فِي دَارِ السَّلَامِ وَأَحْيَانِي وَإِيَّاهُمْ حَيَاةً طَيِّبَةً حَتَّى نَلْقَاهُ،
Saya menyelesaikan penulisannya pada siang hari Sabtu, 17 Rajab Al-Fard Al-Muharram Al-Haram di Masjid Al-Azhar yang makmur dengan zikir kepada Raja Yang Maha Mengetahui, pada tahun 19 setelah seribu٤, itulah penutupnya. Saya memohon kepada Allah Yang Mahasuci agar mewafatkan saya dalam keadaan Islam, mengumpulkan saya dan kedua orang tua saya٥ dalam golongan Muhammad, sebaik-baik manusia, memberi manfaat kepada kami dengan apa yang kami pelajari dari para syekh kami yang mulia dan terhormat, semoga Allah Yang Mahatinggi membalas kaum muslimin pada hari kebangkitan dan kiamat dan٦ keabadian di Darussalam, serta menghidupkan saya dan mereka dengan kehidupan yang baik hingga kami berjumpa dengan-Nya.
وَهُوَ عَنَّا رَاضٍ١ بِمُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ٢.
Dan Dia meridhai kita1 dengan Muhammad, semoga shalawat dan salam terlimpah atasnya2.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ الفَرَاغُ مِنْ أَرْقَمَ حَرْفَةً عَلَى يَدِ الفَقِيرِ لِرَبِّهِ الغَنِيِّ العَبْدِ الصَّغِيرِ المُعْتَرِفِ بِالذَّنْبِ وَالتَّقْصِيرِ رَاجِي عَفْوِ رَبِّهِ القَدِيرِ أَنَّهُ بِالإِجَابَةِ جَدِيرٌ الفَقِيرُ أَبُو السُّرُورِ العَبَّادِيُّ بَلَدًا الشَّافِعِيُّ مَذْهَبِيًّا الأَزْهَرِيُّ وَطَنًا يَوْمَ الخَمِيسِ المُبَارَكِ سَابِعَ عَشَرَ جُمَادَى الثَّانِيَةِ سَنَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ بَعْدَ الأَلْفِ غَفَرَ اللهُ لِمَنْ كَتَبَهُ وَلِمَنْ نَظَرَ فِيهِ هَفْوَةً فَأَصْلَحَهَا وَلِكُلِّ المُسْلِمِينَ آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ.
Dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada pemimpin kami Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya. Penulisan naskah ini telah selesai di tangan seorang fakir kepada Tuhannya Yang Maha Kaya, seorang hamba kecil yang mengakui dosa dan kekurangan, yang mengharapkan ampunan Tuhannya Yang Maha Kuasa, sesungguhnya Dia Maha Layak mengabulkan, yaitu al-Faqir Abu as-Surur al-'Abbadi secara tempat, asy-Syafi'i secara mazhab, al-Azhari secara negeri, pada hari Kamis yang diberkahi, 17 Jumada ats-Tsaniyah tahun 1023 H. Semoga Allah mengampuni orang yang menulisnya, orang yang melihat kesalahan di dalamnya lalu memperbaikinya, dan seluruh kaum muslimin. Amin, amin, amin.