Al-Mulakhkhas fi Syarh Kitabit Tauhid

Al-Mulakhkhas fi Syarh Kitabit Tauhid

ـ[المُلَخَّصُ فِي شَرْحِ كِتَابِ التَّوْحِيدِ]ـ

[Ringkasan dalam Penjelasan Kitab Tauhid]

المُؤَلِّفُ: صَالِحُ بْنُ فَوْزَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الفَوْزَانُ

Penulis: Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

دَارُ النَّشْرِ: دَارُ العَاصِمَةِ الرِّيَاضُ

Penerbit: Dar Al-Asimah Riyadh

الطَّبْعَةُ: الأُولَى ١٤٢٢هـ- ٢٠٠١م

Cetakan: Pertama 1422 H - 2001 M

عَدَدُ الأَجْزَاءِ: ١

Jumlah Jilid: 1

[تَرْقِيمُ الكِتَابِ مُوَافِقٌ لِلْمَطْبُوعِ وَهُوَ مُذَيَّلٌ بِالْحَوَاشِي]

[Penomoran buku sesuai dengan yang dicetak dan dilengkapi dengan catatan kaki]

الْمُقَدِّمَةُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

المُقَدِّمَةُ

Pendahuluan

الحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، وَبَعْدُ:

Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam kepada yang tidak ada nabi setelahnya. Wa ba'du:

فَهَذَا شَرْحٌ مُوجَزٌ عَلَى كِتَابِ التَّوْحِيدِ لِشَيْخِ الْإِسْلَامِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ ﵀، كَتَبْتُهُ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمَدْرَسِيَّةِ الْحَدِيثَةِ، لِيَكُونَ أَقْرَبَ إِلَى أَفْهَامِ الْمُبْتَدِئِينَ. وَأَرْجُو اللهَ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ، وَيَكُونَ إِسْهَامًا فِي نَشْرِ الْعِلْمِ وَتَصْحِيحِ الْعَقِيدَةِ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ.

Ini adalah penjelasan ringkas tentang kitab Tauhid karya Syaikh al-Islam Muhammad bin Abdul Wahhab ﵀. Saya menulisnya dengan metode sekolah modern agar lebih mudah dipahami oleh para pemula. Saya berharap Allah memberi manfaat dengannya, dan menjadi kontribusi dalam menyebarkan ilmu dan meluruskan akidah. Semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.

صَالِحُ بْنُ فَوْزَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْفَوْزَانُ.

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.

نَبْذَةٌ مُوجَزَةٌ عَنْ حَيَاةِ الْمُؤَلِّفِ

نُبْذَةٌ مُوجَزَةٌ عَنْ حَيَاةِ الْمُؤَلِّفِ

Biografi singkat penulis

نَسَبُهُ:

Nasabnya:

هُوَ الشَّيْخُ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ بْنِ سُلَيْمَانَ بْنِ عَلِيٍّ، مِنْ آلِ مُشَرِّفٍ مِنْ قَبِيلَةِ بَنِي تَمِيمٍ الْمَشْهُورَةِ، وَإِمَامُ الدَّعْوَةِ السَّلَفِيَّةِ فِي نَجْدٍ وَغَيْرِهَا.

Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali, dari keluarga Musyarrif dari suku Bani Tamim yang terkenal, dan imam Dakwah Salafiyah di Najd dan tempat lainnya.

نَشْأَتُهُ وَعِلْمُهُ:

Masa kecil dan ilmunya:

وُلِدَ فِي بَلْدَةِ الْعُيَيْنَةِ قُرْبَ مَدِينَةِ الرِّيَاضِ سَنَةَ ١١١٥هـ، وَحَفِظَ الْقُرْآنَ الْكَرِيمَ وَهُوَ صَغِيرٌ، وَتَتَلْمَذَ عَلَى وَالِدِهِ قَاضِي الْعُيَيْنَةِ فِي وَقْتِهِ، وَعَلَى غَيْرِهِ مِنْ مَشَاهِيرِ عُلَمَاءِ نَجْدٍ، وَالْمَدِينَةِ، وَالْأَحْسَاءِ، وَالْبَصْرَةِ، فَأَدْرَكَ عِلْمًا غَزِيرًا أَهَّلَهُ لِلْقِيَامِ بِدَعْوَتِهِ الْمُبَارَكَةِ، فِي وَقْتٍ انْتَشَرَتْ فِيهِ الْبِدَعُ وَالْخُرَافَاتُ، وَالتَّبَرُّكُ بِالْقُبُورِ وَالْأَشْجَارِ وَالْأَحْجَارِ، فَقَامَ لِلَّهِ بِالدَّعْوَةِ إِلَى تَصْحِيحِ الْعَقِيدَةِ وَإِخْلَاصِ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ وَحْدَهُ، وَأَلَّفَ عِدَّةَ كُتُبٍ مِنْ أَشْهَرِهَا هَذَا الْكِتَابُ: (كِتَابُ التَّوْحِيدِ)، فَقَدْ لَقِيَ قَبُولًا عَظِيمًا لَدَى الْعُلَمَاءِ وَالْمُتَعَلِّمِينَ، وَاعْتَنَوْا بِهِ دِرَاسَةً وَشَرْحًا؛ فَهُوَ كِتَابٌ بَدِيعُ الْوَضْعِ عَظِيمُ الْفَائِدَةِ، نَفَعَ اللَّهُ بِهِ خَلْقًا كَثِيرًا.

Dia lahir di kota 'Uyaynah dekat kota Riyadh pada tahun 1115 H, dan menghafal Al-Qur'an ketika masih kecil, dan belajar dari ayahnya yang merupakan qadhi 'Uyaynah pada masanya, serta dari ulama terkenal lainnya dari Najd, Madinah, Al-Ahsa', dan Basrah, sehingga dia memperoleh ilmu yang luas yang membuatnya mampu melakukan dakwah yang diberkahi, pada masa di mana bid'ah dan khurafat tersebar luas, serta tabarruk pada kuburan, pohon, dan batu. Maka dia berdakwah karena Allah untuk memperbaiki akidah dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata, dan mengarang beberapa kitab yang paling terkenal di antaranya adalah kitab ini: (Kitab At-Tauhid), yang mendapat penerimaan besar di kalangan ulama dan pelajar, dan mereka menaruh perhatian besar untuk mempelajari dan menjelaskannya; karena ia adalah kitab yang indah susunannya dan besar manfaatnya, semoga Allah memberi manfaat dengannya kepada banyak makhluk.

وَقَدْ بَقِيَ الشَّيْخُ طِيلَةَ حَيَاتِهِ مُعَلِّمًا؛ وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ تَعَالَى، آمِرًا بِالْمَعْرُوفِ، وَنَاهِيًا عَنِ الْمُنْكَرِ، إِلَى أَنْ تُوُفِّيَ فِي الدِّرْعِيَّةِ قُرْبَ مَدِينَةِ الرِّيَاضِ سَنَةَ ١٢٠٦هـ، وَقَدْ تَخَرَّجَ عَلَى يَدِهِ عَدَدٌ كَبِيرٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَأَئِمَّةِ الدَّعْوَةِ. أَجْزَلَ اللهُ لَهُ الْأَجْرَ وَالثَّوَابَ، وَجَعَلَ الْجَنَّةَ مَثْوَاهُ.

Syekh itu tetap menjadi seorang guru sepanjang hidupnya; menyeru kepada Allah Ta'ala, memerintahkan kebaikan, dan melarang kemungkaran, hingga beliau wafat di Diriyah dekat kota Riyadh pada tahun 1206 H. Sejumlah besar ulama dan imam dakwah telah lulus di tangannya. Semoga Allah melimpahkan pahala dan ganjaran kepadanya, dan menjadikan surga sebagai tempat tinggalnya.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ.

Semoga shalawat dan salam Allah tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.

كِتَابُ التَّوْحِيدِ

كِتَابُ التَّوْحِيدِ

Kitab Tauhid

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات: ٥٦] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." [Adz-Dzariyat: 56].

ــ

ــ

مَوْضُوعُ هَذَا الْكِتَابِ: بَيَانُ التَّوْحِيدِ الَّذِي أَوْجَبَهُ اللهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَخَلَقَهُمْ لِأَجْلِهِ وَبَيَانُ مَا يُنَافِيهِ مِنَ الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ، أَوْ يُنَافِي كَمَالَهُ الْوَاجِبَ أَوِ الْمُسْتَحَبَّ مِنَ الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ وَالْبِدَعِ.

Topik dari buku ini adalah: penjelasan tentang tauhid yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, dan Dia menciptakan mereka untuk tujuan itu, serta penjelasan tentang apa yang bertentangan dengannya dari syirik besar, atau yang bertentangan dengan kesempurnaan tauhid yang wajib atau yang dianjurkan dari syirik kecil dan bid'ah.

وَمَعْنَى كِتَابٍ: مَصْدَرُ كَتَبَ بِمَعْنَى جَمَعَ، وَالْكِتَابَةُ بِالْقَلَمِ جَمْعُ الْحُرُوفِ وَالْكَلِمَاتِ.

Arti dari kitab adalah: kata benda dari kataba yang berarti mengumpulkan, dan menulis dengan pena adalah mengumpulkan huruf-huruf dan kata-kata.

وَالتَّوْحِيدُ: مَصْدَرُ وَحَّدَهُ، أَيْ جَعَلَهُ وَاحِدًا -وَالْمُرَادُ بِهِ هُنَا: إِفْرَادُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ.

Tauhid adalah: kata benda dari wahhada, yaitu menjadikannya satu - dan yang dimaksud di sini adalah: mengesakan Allah dalam ibadah.

وَخَلَقَتْ: الْخَلْقُ هُوَ إِبْدَاعُ الشَّيْءِ مِنْ غَيْرِ أَصْلٍ وَلَا احْتِذَاءٍ.

Menciptakan: penciptaan adalah membuat sesuatu tanpa asal dan tanpa contoh.

لِيَعْبُدُونِ: الْعِبَادَةُ فِي اللُّغَةِ: التَّذَلُّلُ وَالْخُضُوعُ. وَشَرْعًا: اسْمٌ جَامِعٌ لِمَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ.

Liya'budun: ibadah secara bahasa adalah: kerendahan hati dan ketundukan. Secara syariat: nama yang mencakup apa yang Allah cintai dan ridhai dari perkataan dan perbuatan yang zahir dan batin.

وَالْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ -تَعَالَى- أَخْبَرَ أَنَّهُ مَا خَلَقَ الْإِنْسَ وَالْجِنَّ إِلَّا لِعِبَادَتِهِ، فَهِيَ بَيَانٌ لِلْحِكْمَةِ فِي خَلْقِهِمْ، فَلَمْ يُرِدْ مِنْهُمْ مَا تُرِيدُهُ السَّادَةُ مِنْ عَبِيدِهَا مِنَ الْإِعَانَةِ لَهُمْ بِالرِّزْقِ وَالْإِطْعَامِ، وَإِنَّمَا أَرَادَ الْمَصْلَحَةَ لَهُمْ.

Dan makna keseluruhan dari ayat ini adalah: bahwa Allah -Ta'ala- mengabarkan bahwa Dia tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Ini adalah penjelasan tentang hikmah penciptaan mereka. Dia tidak menginginkan dari mereka apa yang diinginkan oleh para tuan dari budak-budak mereka, yaitu bantuan bagi mereka dalam hal rezeki dan makanan. Sebaliknya, Dia menginginkan kebaikan bagi mereka.

وَمُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ التَّوْحِيدِ، الَّذِي هُوَ

Dan kesesuaian ayat dengan bab ini adalah: bahwa ayat ini menunjukkan kewajiban tauhid, yang mana tauhid adalah

إِفْرَادُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ. لِأَنَّهُ مَا خَلَقَ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِأَجْلِ ذَٰلِكَ.

Mengesakan Allah dalam ibadah. Karena Dia tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk tujuan itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ إِفْرَادِ اللهِ بِالْعِبَادَةِ عَلَىٰ جَمِيعِ الثَّقَلَيْنِ؛ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ.

1- Kewajiban mengesakan Allah dalam ibadah bagi seluruh tsaqalain; jin dan manusia.

٢- بَيَانُ الْحِكْمَةِ مِنْ خَلْقِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ.

2- Penjelasan hikmah penciptaan jin dan manusia.

٣- أَنَّ الْخَالِقَ هُوَ الَّذِي يَسْتَحِقُّ الْعِبَادَةَ دُونَ غَيْرِهِ مِمَّنْ لَا يَخْلُقُ، فَفِي هَٰذَا رَدٌّ عَلَىٰ عُبَّادِ الْأَصْنَامِ.

3- Bahwa Pencipta adalah yang berhak disembah, bukan selain-Nya yang tidak menciptakan. Ini merupakan bantahan terhadap penyembah berhala.

٤- بَيَانُ غِنَى اللهِ ﷾ عَنْ خَلْقِهِ وَحَاجَةِ الْخَلْقِ إِلَيْهِ، لِأَنَّهُ هُوَ الْخَالِقُ، وَهُمْ مَخْلُوقُونَ.

4- Penjelasan bahwa Allah ﷾ tidak membutuhkan makhluk-Nya dan makhluk membutuhkan-Nya, karena Dia adalah Pencipta dan mereka adalah ciptaan.

٥- إِثْبَاتُ الْحِكْمَةِ فِي أَفْعَالِ اللهِ سُبْحَانَهُ.

5- Menetapkan hikmah dalam perbuatan Allah subhanahu.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُواْ اللهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ﴾ [النحل: ٣٦] .

Dan firman-Nya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut"" [An-Nahl: 36].

ــ

ــ

بَعَثْنَا: أَرْسَلْنَا.

ba'atsnaa: Kami telah mengutus.

كُلَّ أُمَّةٍ: كُلَّ طَائِفَةٍ وَقَرْنٍ وَجِيلٍ مِنَ النَّاسِ.

kulla ummatin: setiap kelompok, generasi, dan angkatan manusia.

رَسُولًا: الرَّسُولُ: مَنْ أُوحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ، وَأُمِرَ بِتَبْلِيغِهِ.

rasuulan: Rasul adalah orang yang diberi wahyu dengan syariat, dan diperintahkan untuk menyampaikannya.

اعْبُدُوا اللهَ: أَفْرِدُوهُ بِالْعِبَادَةِ.

u'budullaha: Sembahlah Allah semata.

وَاجْتَنِبُوا: اتْرُكُوا، وَفَارِقُوا.

wajtanibuu: tinggalkan, dan jauhi.

الطَّاغُوتَ: مُشْتَقٌّ مِنَ الطُّغْيَانِ، وَهُوَ مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ، فَكُلُّ مَا عُبِدَ مِنْ دُونِ اللهِ - وَهُوَ رَاضٍ بِالْعِبَادَةِ - فَهُوَ طَاغُوتٌ.

ath-Thaghuut: berasal dari kata ath-thughyaan, yaitu melampaui batas, maka segala sesuatu yang disembah selain Allah - dan ia ridha dengan penyembahan itu - maka ia adalah thaghut.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ يُخْبِرُ أَنَّهُ أَرْسَلَ فِي كُلِّ طَائِفَةٍ وَقَرْنٍ مِنَ النَّاسِ رَسُولًا، يَدْعُوهُمْ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ وَحْدَهُ، وَتَرْكِ عِبَادَةِ مَا سِوَاهُ، فَلَمْ يَزَلْ يُرْسِلُ الرُّسُلَ إِلَى النَّاسِ بِذَلِكَ مُنْذُ حَدَثَ الشِّرْكُ فِي بَنِي آدَمَ فِي عَهْدِ نُوحٍ إِلَى أَنْ خَتَمَهُمْ بِمُحَمَّدٍ ﷺ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa Dia telah mengutus kepada setiap kelompok dan generasi manusia seorang rasul, yang menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah semata, dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Maka Dia senantiasa mengutus para rasul kepada manusia dengan hal itu sejak terjadinya syirik pada Bani Adam di masa Nuh hingga menutup mereka dengan Muhammad ﷺ.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ الدَّعْوَةَ إِلَى التَّوْحِيدِ وَالنَّهْيَ عَنِ الشِّرْكِ هِيَ مُهِمَّةُ جَمِيعِ الرُّسُلِ وَأَتْبَاعِهِمْ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa dakwah kepada tauhid dan larangan syirik adalah tugas semua rasul dan pengikut mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat dipetik dari ayat:

١- أَنَّ الْحِكْمَةَ مِنْ إِرْسَالِ الرُّسُلِ هِيَ الدَّعْوَةُ إِلَى التَّوْحِيدِ وَالنَّهْيُ عَنِ الشِّرْكِ.

1- Bahwa hikmah dari pengutusan para rasul adalah dakwah kepada tauhid dan larangan syirik.

٢- أَنَّ دِينَ الْأَنْبِيَاءِ وَاحِدٌ، وَهُوَ إِخْلَاصُ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ وَتَرْكُ الشِّرْكِ وَإِنْ

2- Bahwa agama para nabi adalah satu, yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah dan meninggalkan syirik meskipun

اخْتَلَفَتْ شَرَائِعُهُمْ.

Syariat mereka berbeda-beda.

١- أَنَّ الرِّسَالَةَ عَمَّتْ كُلَّ الْأُمَمِ، وَقَامَتِ الْحُجَّةُ عَلَى كُلِّ الْعِبَادِ.

1- Bahwa risalah mencakup semua umat, dan hujjah telah tegak atas semua hamba.

٢- عَظُمَ شَأْنُ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّهُ وَاجِبٌ عَلَى جَمِيعِ الْأُمَمِ.

2- Agungnya urusan tauhid, dan bahwa ia wajib atas seluruh umat.

٣- فِي الْآيَةِ مَا فِي (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ) مِنَ النَّفْيِ وَالْإِثْبَاتِ، فَدَلَّتْ عَلَى أَنَّهُ لَا يَسْتَقِيمُ التَّوْحِيدُ إِلَّا بِهِمَا جَمِيعًا، وَأَنَّ النَّفْيَ الْمَحْضَ لَيْسَ بِتَوْحِيدٍ، وَالْإِثْبَاتَ الْمَحْضَ لَيْسَ بِتَوْحِيدٍ.

3- Dalam ayat ini terdapat apa yang ada dalam (laa ilaaha illallah) berupa penafian dan penetapan, maka ia menunjukkan bahwa tauhid tidak lurus kecuali dengan keduanya sekaligus, dan bahwa penafian semata bukanlah tauhid, dan penetapan semata bukanlah tauhid.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا﴾ [الإسراء: ٢٣] الآيَةُ (١) .

Dan firman-Nya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua." [Al-Isra': 23] Ayat (1).

ــ

ــ

قَضَىٰ: أَمَرَ وَوَصَّىٰ، وَالْمُرَادُ بِالْقَضَاءِ هُنَا الْقَضَاءُ الشَّرْعِيُّ الدِّينِيُّ، لَا الْقَضَاءُ الْقَدَرِيُّ الْكَوْنِيُّ.

Qadha: memerintahkan dan berwasiat, yang dimaksud dengan qadha di sini adalah qadha syar'i (hukum agama), bukan qadha qadari (takdir alam semesta).

رَبُّكَ: الرَّبُّ هُوَ الْمَالِكُ الْمُتَصَرِّفُ، الَّذِي رَبَّىٰ جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعْمَتِهِ.

Rabbuka: Rabb adalah pemilik, pengatur, yang memelihara seluruh alam dengan nikmat-Nya.

أَلَّا تَعْبُدُوا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ: أَيْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تَعْبُدُوا۟ غَيْرَهُ.

Alla ta'buduu illa iyyaahu: Yaitu agar kalian menyembah-Nya dan tidak menyembah selain-Nya.

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا: أَيْ وَقَضَىٰ أَنْ تُحْسِنُوا۟ بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا، كَمَا قَضَىٰ أَنْ تَعْبُدُوهُ، وَلَا تَعْبُدُوا۟ غَيْرَهُ.

Wa bil waalidaini ihsaanaa: Yaitu dan Dia memerintahkan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya, sebagaimana Dia memerintahkan agar kalian menyembah-Nya, dan tidak menyembah selain-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: الْإِخْبَارُ أَنَّ اللهَ ﷾ أَمَرَ وَوَصَّىٰ عَلَىٰ أَلْسُنِ رُسُلِهِ أَنْ يُعْبَدَ وَحْدَهُ دُونَ مَا سِوَاهُ، وَأَنْ يُحْسِنَ الْوَلَدُ إِلَىٰ وَالِدَيْهِ إِحْسَانًا بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، وَلَا يُسِيءَ إِلَيْهِمَا؛ لِأَنَّهُمَا اللَّذَانِ قَامَا بِتَرْبِيَتِهِ فِي حَالِ صِغَرِهِ وَضَعْفِهِ، حَتَّىٰ قَوِيَ وَاشْتَدَّ.

Makna keseluruhan ayat: Pemberitahuan bahwa Allah ﷾ telah memerintahkan dan berwasiat melalui lisan para rasul-Nya agar Dia disembah sendirian tanpa selain-Nya, dan agar seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan perkataan dan perbuatan, dan tidak berbuat buruk kepada keduanya; karena merekalah yang telah membesarkannya di masa kecil dan lemahnya, hingga ia menjadi kuat dan besar.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ التَّوْحِيدَ هُوَ آكَدُ الْحُقُوقِ وَأَوْجَبُ الْوَاجِبَاتِ؛ لِأَنَّ اللهَ بَدَأَ بِهِ فِي الْآيَةِ، وَلَا يُبْتَدَأُ إِلَّا بِالْأَهَمِّ فَالْأَهَمِّ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa tauhid adalah hak yang paling kuat dan kewajiban yang paling wajib; karena Allah memulai dengannya dalam ayat, dan tidak dimulai kecuali dengan yang paling penting kemudian yang paling penting.

_________
(١) فَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ ﵁ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ" ثَلَاثًا. قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: "الْإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ" وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا، فَقَالَ: "أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ" قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.
(1) Dari Abu Bakrah ﵁ berkata: Nabi ﷺ bersabda: "Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar" tiga kali. Mereka berkata: Tentu wahai Rasulullah, beliau bersabda: "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua" dan beliau duduk setelah bersandar, lalu bersabda: "Ingatlah, dan perkataan dusta" Beliau terus mengulanginya hingga kami berkata: Seandainya beliau diam.
أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٢٦٥٤) وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٨٧) .
Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor (2654) dan Muslim dengan nomor (87).

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- أَنَّ التَّوْحِيدَ هُوَ أَوَّلُ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ مِنَ الْوَاجِبَاتِ، وَهُوَ أَوَّلُ الْحُقُوقِ الْوَاجِبَةِ عَلَى الْعَبْدِ.

1- Bahwa tauhid adalah kewajiban pertama yang Allah perintahkan, dan itu adalah hak pertama yang wajib atas seorang hamba.

٢- مَا فِي كَلِمَةِ (لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ) مِنَ النَّفْيِ وَالْإِثْبَاتِ، فَفِيهَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ التَّوْحِيدَ لَا يَقُومُ إِلَّا عَلَى النَّفْيِ وَالْإِثْبَاتِ: (نَفْيُ الْعِبَادَةِ عَمَّا سِوَى اللهِ وَإِثْبَاتُهَا لِلَّهِ)، كَمَا سَبَقَ.

2- Apa yang terkandung dalam kalimat (Laa ilaaha illallah) dari penafian dan penetapan, di dalamnya terdapat dalil bahwa tauhid tidak tegak kecuali di atas penafian dan penetapan: (menafikan ibadah kepada selain Allah dan menetapkannya hanya untuk Allah), sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

٣- عَظَمَةُ حَقِّ الْوَالِدَيْنِ حَيْثُ عَطَفَ حَقَّهُمَا عَلَى حَقِّهِ، وَجَاءَ فِي الْمَرْتَبَةِ الثَّانِيَةِ.

3- Agungnya hak kedua orang tua di mana Allah menggabungkan hak mereka dengan hak-Nya, dan datang pada urutan kedua.

٤- وُجُوبُ الْإِحْسَانِ إِلَى الْوَالِدَيْنِ بِجَمِيعِ أَنْوَاعِ الْإِحْسَانِ، لِأَنَّهُ لَمْ يُخَصِّصْ نَوْعًا دُونَ نَوْعٍ.

4- Wajibnya berbuat baik kepada kedua orang tua dengan segala jenis kebaikan, karena Allah tidak mengkhususkan satu jenis kebaikan saja.

٥- تَحْرِيمُ عُقُوقِ الْوَالِدَيْنِ.

5- Haramnya durhaka kepada kedua orang tua.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَاعْبُدُواْ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا ...﴾ الآيَةُ [النِّسَاءُ: ٣٦] .

Dan firman-Nya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun ..." ayat [An-Nisa': 36].

ــ

ــ

لَا تُشْرِكُوا: اتْرُكُوا الشِّرْكَ، وَهُوَ تَسْوِيَةُ غَيْرِ اللهِ بِاللهِ فِيمَا هُوَ مِنْ خَصَائِصِ اللهِ.

Janganlah kalian mempersekutukan: Tinggalkanlah syirik, yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal yang merupakan kekhususan Allah.

شَيْئًا: نَكِرَةٌ فِي سِيَاقِ النَّهْيِ، فَتَعُمُّ الشِّرْكَ: كَبِيرَهُ وَصَغِيرَهُ.

Sesuatu: Kata yang bersifat umum (nakirah) dalam konteks larangan, sehingga mencakup syirik: yang besar maupun yang kecil.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ -سُبْحَانَهُ- عِبَادَهُ بِعِبَادَتِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الشِّرْكِ، وَلَمْ يُخَصِّصْ نَوْعًا مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، لَا دُعَاءً وَلَا صَلَاةً وَلَا غَيْرَهُمَا، لِيَعُمَّ الأَمْرُ جَمِيعَ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، وَلَمْ يُخَصِّصْ نَوْعًا مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ، لِيَعُمَّ النَّهْيُ جَمِيعَ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ.

Makna global ayat: Allah -Mahasuci Dia- memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka dari syirik. Dia tidak mengkhususkan suatu jenis ibadah, baik doa, shalat, maupun selainnya, agar perintah itu mencakup semua jenis ibadah. Dia juga tidak mengkhususkan suatu jenis syirik, agar larangan itu mencakup semua jenis syirik.

مُنَاسَبَةُ الآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا ابْتَدَأَتِ الأَمْرَ بِالتَّوْحِيدِ وَالنَّهْيَ عَنِ الشِّرْكِ، فَفِيهَا تَفْسِيرُ التَّوْحِيدِ بِأَنَّهُ عِبَادَةُ اللهِ وَحْدَهُ وَتَرْكُ الشِّرْكِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa ayat ini memulai dengan perintah tauhid dan larangan syirik, sehingga di dalamnya terdapat penafsiran tauhid, yaitu beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ إِفْرَادِ اللهِ بِالْعِبَادَةِ، لِأَنَّ اللهَ أَمَرَ بِذَلِكَ أَوَّلًا، فَهُوَ آكَدُ الْوَاجِبَاتِ.

1- Wajibnya mengesakan Allah dalam ibadah, karena Allah memerintahkan hal itu pertama kali, maka itu adalah kewajiban yang paling ditekankan.

٢- تَحْرِيمُ الشِّرْكِ، لِأَنَّ اللهَ نَهَى عَنْهُ، فَهُوَ أَشَدُّ الْمُحَرَّمَاتِ.

2- Keharaman syirik, karena Allah melarangnya, maka ia adalah yang paling diharamkan.

٣- أَنَّ اجْتِنَابَ الشِّرْكِ شَرْطٌ فِي صِحَّةِ الْعِبَادَةِ، لِأَنَّ اللهَ قَرَنَ الْأَمْرَ بِالْعِبَادَةِ بِالنَّهْيِ عَنِ الشِّرْكِ.

3- Bahwa menjauhi syirik adalah syarat sahnya ibadah, karena Allah menggabungkan perintah beribadah dengan larangan syirik.

٤- أَنَّ الشِّرْكَ حَرَامٌ قَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ، كَبِيرُهُ وَصَغِيرُهُ، لِأَنَّ كَلِمَةَ شَيْئًا نَكِرَةٌ فِي سِيَاقِ النَّهْيِ، فَتَعُمُّ كُلَّ ذَلِكَ.

4- Bahwa syirik itu haram, baik sedikit maupun banyak, besar maupun kecil, karena kata "sesuatu" adalah nakirah dalam konteks larangan, sehingga mencakup semua itu.

٥- أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْرَكَ مَعَ اللهِ أَحَدٌ فِي عِبَادَتِهِ، لَا مَلَكٌ وَلَا نَبِيٌّ وَلَا صَالِحٌ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ وَلَا صَنَمٌ؛ لِأَنَّ كَلِمَةَ (شَيْئًا) عَامَّةٌ.

5- Bahwa tidak boleh menyekutukan Allah dengan siapa pun dalam ibadah kepada-Nya, tidak malaikat, tidak nabi, tidak orang saleh dari para wali, dan tidak pula berhala; karena kata "sesuatu" itu umum.

المَعْنَى الإِجْمَالِيّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَقُولَ لِهَؤُلَاءِ المُشْرِكِينَ الَّذِينَ عَبَدُوا غَيْرَ اللهِ، وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللهُ، وَقَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ تَقَرُّبًا لِلْأَصْنَامِ، فَعَلُوا ذَلِكَ بِآرَائِهِمْ وَتَسْوِيلِ الشَّيْطَانِ لَهُمْ: هَلُمَّوا أَقُصَّ عَلَيْكُمْ مَا حَرَّمَ خَالِقُكُمْ وَمَالِكُكُمْ تَحْرِيمًا حَقًّا لَا تَخَرُّصًا وَظَنًّا، بَلْ بِوَحْيٍ مِنْهُ، وَأَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ، وَذَلِكَ فِيمَا وَصَّاكُمْ بِهِ فِي هَذِهِ الوَصَايَا العَشْرِ، الَّتِي هِيَ:

Makna keseluruhan ayat: Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk berkata kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, mengharamkan apa yang Allah berikan kepada mereka, dan membunuh anak-anak mereka untuk mendekatkan diri kepada berhala, mereka melakukan itu dengan pendapat mereka dan bisikan setan kepada mereka: Kemarilah, aku akan menceritakan kepada kalian apa yang diharamkan oleh Pencipta dan Pemilik kalian dengan pengharaman yang benar, bukan dengan dugaan dan prasangka, tetapi dengan wahyu dari-Nya, dan perintah dari sisi-Nya, yaitu dalam apa yang Dia wasiatkan kepada kalian dalam sepuluh wasiat ini, yaitu:

_________
(١) فَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "مَنْ يُبَايِعْنِي عَلَى هَؤُلَاءِ الْآيَاتِ" ثُمَّ قَرَأَ: ﴿قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ﴾ حَتَّى خَتَمَ الْآيَاتِ الثَّلَاثَ "فَمَنْ وَفَى فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ، وَمَنْ انْتَقَصَ شَيْئًا أَدْرَكَهُ اللهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا كَانَتْ عُقُوبَتُهُ، وَمَنْ أَخَّرَ إِلَى الْآخِرَةِ كَانَ أَمْرُهُ إِلَى اللهِ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ عَفَا غَفَرَ لَهُ".
(1) Dari 'Ubadah bin Ash-Shamit ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Siapa yang membai'atku atas ayat-ayat ini?" Kemudian beliau membaca: ﴿Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhanmu kepadamu."﴾ hingga beliau mengakhiri tiga ayat. "Barangsiapa yang menepati, maka pahalanya atas Allah. Barangsiapa yang mengurangi sesuatu, maka Allah akan membalasnya di dunia sebagai hukumannya. Barangsiapa yang mengakhirkannya hingga akhirat, maka urusannya terserah Allah. Jika Dia berkehendak, Dia akan menyiksanya, dan jika Dia berkehendak, Dia akan mengampuninya."
أَخْرَجَهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ (٢/٣١٨) وَقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ.
Al-Hakim meriwayatkannya dalam Al-Mustadrak (2/318) dan berkata: Ini adalah hadits dengan sanad yang shahih namun keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.
وَأَصْلُ الْحَدِيثِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ بِدُونِ ذِكْرِ الْآيَاتِ، فَقَدْ أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٨) وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (١٧٠٩) .
Asal hadits ini disepakati tanpa menyebutkan ayat-ayat, karena telah diriwayatkan oleh Bukhari dengan nomor (8) dan Muslim dengan nomor (1709).

أَوَّلًا: وَصَّاكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَهَذَا نَهْيٌ عَنِ الشِّرْكِ عُمُومًا، فَشَمِلَ كُلَّ مُشْرِكٍ بِهِ مِنْ أَنْوَاعِ الْمَعْبُودَاتِ مِنْ دُونِ اللهِ، وَكُلَّ مُشْرِكٍ فِيهِ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ.

Pertama: Dia memerintahkan kamu untuk tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan ini adalah larangan terhadap syirik secara umum, yang mencakup setiap penyembahan selain Allah dari berbagai jenis sesembahan, dan setiap kesyirikan dalam berbagai jenis ibadah.

ثَانِيًا: وَوَصَّاكُمْ أَنْ تُحْسِنُوا بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا، بِبِرِّهِمَا وَحِفْظِهِمَا وَصِيَانَتِهِمَا وَطَاعَتِهِمَا فِي غَيْرِ مَعْصِيَةِ اللهِ، وَتَرْكِ التَّرَفُّعِ عَلَيْهِمَا.

Kedua: Dia memerintahkan kamu untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya, dengan berbakti kepada mereka, menjaga mereka, memelihara mereka, dan menaati mereka dalam hal yang bukan maksiat kepada Allah, serta meninggalkan sikap sombong terhadap mereka.

ثَالِثًا: وَصَّاكُمْ أَنْ لَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ، أَيْ لَا تَئِدُوا بَنَاتِكُمْ، وَلَا تَقْتُلُوا أَبْنَاءَكُمْ خَشْيَةَ الْفَقْرِ، فَإِنَّ رَازِقَكُمْ وَرَازِقَهُمْ، فَلَسْتُمْ تَرْزُقُونَهُمْ، بَلْ وَلَا تَرْزُقُونَ أَنْفُسَكُمْ.

Ketiga: Dia memerintahkan kamu untuk tidak membunuh anak-anakmu karena kemiskinan, yaitu jangan mengubur anak-anak perempuanmu hidup-hidup, dan jangan membunuh anak-anak lelakimu karena takut miskin, karena Dia-lah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, maka kamu tidak memberi rezeki kepada mereka, bahkan kamu tidak memberi rezeki kepada dirimu sendiri.

رَابِعًا: وَوَصَّاكُمْ أَنْ لَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، أَيِ الْمَعَاصِي الظَّاهِرَةَ وَالْخَفِيَّةَ.

Keempat: Dia memerintahkan kamu untuk tidak mendekati perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yaitu kemaksiatan yang nyata maupun yang tersembunyi.

خَامِسًا: وَوَصَّاكُمْ أَنْ لَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ قَتْلَهَا، وَهِيَ النَّفْسُ الْمُؤْمِنَةُ وَالْمُعَاهَدَةُ إِلَّا بِالْحَقِّ، الَّذِي يُبِيحُ قَتْلَهَا مِنْ قِصَاصٍ أَوْ زِنًا بَعْدَ إِحْصَانٍ أَوْ رِدَّةٍ بَعْدَ إِسْلَامٍ.

Kelima: Dia memerintahkan kamu untuk tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya, yaitu jiwa yang beriman dan yang terikat perjanjian, kecuali dengan hak yang membolehkan untuk membunuhnya, seperti qisas, zina setelah ihshan, atau murtad setelah Islam.

سَادِسًا: وَوَصَّاكُمْ أَنْ لَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ –وَهُوَ الطِّفْلُ الَّذِي مَاتَ أَبُوهُ- إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ مِنْ تَصْرِيفِهِ بِمَا يَحْفَظُهُ، وَيُنَمِّيهِ لَهُ حَتَّى تَدْفَعُوهُ إِلَيْهِ حِينَ يَبْلُغُ أَشُدَّهُ، أَيْ: الرُّشْدَ وَزَوَالَ السَّفَهِ مَعَ الْبُلُوغِ.

Keenam: Dan Dia memerintahkan kalian untuk tidak mendekati harta anak yatim –yaitu anak yang ayahnya telah meninggal- kecuali dengan cara yang lebih baik dalam mengelolanya dengan apa yang menjaganya, dan mengembangkannya untuknya sampai kalian menyerahkannya kepadanya ketika dia mencapai kedewasaannya, yaitu: kecerdasan dan hilangnya kebodohan dengan kedewasaan.

سَابِعًا: ﴿وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا﴾ أَيْ: أَقِيمُوا الْعَدْلَ فِي الْأَخْذِ وَالْإِعْطَاءِ حَسَبَ اسْتِطَاعَتِكُمْ.

Ketujuh: ﴿Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya﴾ yaitu: Tegakkanlah keadilan dalam mengambil dan memberi sesuai kemampuan kalian.

ثَامِنًا: ﴿وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى﴾ .

Kedelapan: ﴿Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu)﴾.

أَمَرَ بِالْعَدْلِ فِي الْقَوْلِ عَلَى الْقَرِيبِ وَالْبَعِيدِ بَعْدَ الْأَمْرِ بِالْعَدْلِ فِي الْفِعْلِ.

Dia memerintahkan keadilan dalam perkataan terhadap yang dekat maupun yang jauh setelah perintah keadilan dalam perbuatan.

تَاسِعًا: ﴿وَبِعَهْدِ اللهِ﴾ أَيْ: وَصِيَّتِهِ الَّتِي وَصَّاكُمْ بِهَا ﴿أَوْفُوا﴾،

Kesembilan: ﴿Dan penuhilah janji Allah﴾ yaitu: wasiat-Nya yang Dia wasiatkan kepada kalian ﴿penuhilah﴾,

أَيِ انْقَادُوا لِذَلِكَ بِأَنْ تُطِيعُوهُ فِيمَا أَمَرَ بِهِ وَنَهَى عَنْهُ، وَتَعْمَلُوا بِكِتَابِهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ.

Yaitu, tunduklah kepada-Nya dengan menaati-Nya dalam apa yang Dia perintahkan dan larang, serta mengamalkan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya.

عَاشِرًا: ﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ﴾ .

Kesepuluh: "Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), nanti kamu bercerai-berai dari jalan-Nya."

أَيْ: الَّذِي أَوْصَيْتُكُمْ بِهِ فِي هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مِنْ تَرْكِ الْمَنْهِيَّاتِ، وَأَعْظَمُهَا الشِّرْكُ. وَفِعْلِ الْوَاجِبَاتِ، وَأَعْظَمُهَا التَّوْحِيدُ، هُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ.

Yaitu, apa yang telah Aku wasiatkan kepada kalian dalam dua ayat ini, yaitu meninggalkan larangan-larangan yang paling besar di antaranya adalah syirik, dan melakukan kewajiban-kewajiban yang paling agung di antaranya adalah tauhid, itulah jalan yang lurus.

﴿فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ﴾ الْبِدَعَ وَالشُّبُهَاتِ.

"Maka ikutilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)," yaitu bid'ah dan syubhat.

﴿فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ﴾ . تَمِيلُ وَتَشْتَتُّ بِكُمْ عَنْ دِينِهِ.

"Nanti kamu bercerai-berai dari jalan-Nya." Yaitu menyimpang dan mencerai-beraikan kamu dari agama-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَاتِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ –سُبْحَانَهُ ذَكَرَ فِيهَا جُمَلًا مِنَ الْمُحَرَّمَاتِ ابْتَدَأَهَا بِالنَّهْيِ عَنِ الشِّرْكِ، وَالنَّهْيُ عَنْهُ يَسْتَدْعِي الْأَمْرَ بِالتَّوْحِيدِ بِالِاقْتِضَاءِ، فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ التَّوْحِيدَ أَوْجَبُ الْوَاجِبَاتِ، وَأَنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الْمُحَرَّمَاتِ.

Kesesuaian ayat-ayat dengan bab: Bahwa Allah –Mahasuci Dia– menyebutkan di dalamnya beberapa hal yang diharamkan, yang dimulai dengan larangan syirik. Larangan terhadapnya menuntut perintah tauhid secara konsekuensi, maka hal itu menunjukkan bahwa tauhid adalah kewajiban yang paling wajib, dan bahwa syirik adalah yang paling besar keharamannya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَاتِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat:

١- أَنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الْمُحَرَّمَاتِ، وَأَنَّ التَّوْحِيدَ أَوْجَبُ الْوَاجِبَاتِ.

1- Bahwa syirik adalah dosa terbesar, dan tauhid adalah kewajiban yang paling wajib.

٢- عَظِيمُ حَقِّ الْوَالِدَيْنِ.

2- Besarnya hak kedua orang tua.

٣- تَحْرِيمُ قَتْلِ النَّفْسِ بِغَيْرِ حَقٍّ، لَا سِيَّمَا إِذَا كَانَ الْمَقْتُولُ مِنْ ذَوِي الْقُرْبَى.

3- Haramnya membunuh jiwa tanpa hak, apalagi jika yang terbunuh adalah kerabat dekat.

٤- تَحْرِيمُ أَكْلِ مَالِ الْيَتِيمِ، وَمَشْرُوعِيَّةُ الْعَمَلِ عَلَى إِصْلَاحِهِ.

4- Haramnya memakan harta anak yatim, dan disyariatkannya berusaha memperbaikinya.

٥- وُجُوبُ الْعَدْلِ فِي الْأَقْوَالِ وَالْأَفْعَالِ عَلَى الْقَرِيبِ وَالْبَعِيدِ.

5- Wajibnya berlaku adil dalam perkataan dan perbuatan terhadap yang dekat maupun yang jauh.

٦- وُجُوبُ الْوَفَاءِ بِالْعَهْدِ.

6- Wajibnya memenuhi janji.

٧- وُجُوبُ اتِّبَاعِ دِينِ الْإِسْلَامِ وَتَرْكُ مَا عَدَاهُ.

7- Wajibnya mengikuti agama Islam dan meninggalkan selain itu.

٨- أَنَّ التَّحْلِيلَ وَالتَّحْرِيمَ حَقٌّ لِلَّهِ.

8- Bahwa menghalalkan dan mengharamkan adalah hak Allah.

قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ ﵁: مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى وَصِيَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ الَّتِي عَلَيْهَا خَاتَمُهُ فَلْيَقْرَأْ قَوْلَهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ﴾ إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ﴾ (١) (٢) الْآيَةَ [الْأَنْعَامِ: ١٥١- ١٥٣] .

Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: Barangsiapa ingin melihat wasiat Muhammad ﷺ yang di atasnya terdapat stempel beliau, maka hendaklah ia membaca firman Allah Ta'ala: ﴿Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu...﴾ hingga firman-Nya: ﴿Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah!﴾ (1) (2) ayat [Al-An'am: 151-153].

ــ

ــ

ابْنُ مَسْعُودٍ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُودِ بْنِ غَافِلِ بْنِ حَبِيبٍ الْهُذَلِيُّ، صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مِنَ السَّابِقِينَ الْأَوَّلِينَ، مِنْ كِبَارِ عُلَمَاءِ الصَّحَابَةِ، لَازَمَ النَّبِيَّ ﷺ، وَتُوُفِّيَ سَنَةَ ٣٢هـ.

Ibnu Mas'ud: Dia adalah Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil bin Habib Al-Hudzali, seorang sahabat yang mulia dari golongan As-Sabiqun Al-Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam), termasuk ulama besar dari kalangan sahabat, selalu bersama Nabi ﷺ, dan wafat pada tahun 32 H.

وَصِيَّةٌ: هِيَ الْأَمْرُ الْمُؤَكَّدُ الْمُقَرَّرُ.

Wasiat: Ia adalah perintah yang dikuatkan dan ditetapkan.

خَاتَمُهُ: الْخَاتَمُ بِفَتْحِ التَّاءِ وَكَسْرِهَا: حَلْقَةٌ ذَاتُ فَصٍّ مِنْ غَيْرِهَا، وَخَتَمْتُ عَلَى الْكِتَابِ بِمَعْنَى طَبَعْتُ.

Stempel beliau: Al-Khatam dengan membuka ta' dan mengkasrahkannya: cincin yang memiliki permata atau sejenisnya, dan aku menutup (mengecap) kitab dengan arti aku membubuhkan stempel.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَذْكُرُ ابْنُ مَسْعُودٍ ﵁: أَنَّ

Makna global dari atsar: Ibnu Mas'ud ﵁ menyebutkan: bahwa

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٣٠٨٠) وَالطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْأَوْسَطِ بِرَقْمِ (١٢٠٨) وَقَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ.
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor (3080) dan Ath-Thabrani dalam Mu'jam Al-Ausath dengan nomor (1208). Abu Isa berkata: Ini adalah hadits hasan gharib.
(٢) وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ خَطًّا، ثُمَّ خَطَّ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ خُطُوطًا، ثُمَّ قَالَ: "هَذَا سَبِيلُ اللهِ، وَهَذِهِ السُّبُلُ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ، ﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ﴾ .
(2) Dari Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ menggambar garis untuk kami, kemudian menggambar garis-garis di sebelah kanannya dan kirinya, lalu bersabda: "Ini adalah jalan Allah, dan ini adalah jalan-jalan, pada setiap jalan di antaranya ada setan yang menyeru kepadanya, ﴿Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya﴾.
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ (١/٤٣٥، ٤٦٥) وَابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ (١/١٠٥) بِرَقْمِ (٦، ٧) وَالْحَاكِمُ (٢/٣١٨)، وَقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ.
Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad (1/435, 465), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (1/105) nomor (6, 7), dan Al-Hakim (2/318), ia berkata: Ini adalah hadits dengan sanad yang shahih namun keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.
وَقَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ (٧/٢٢): رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَزَّارُ، وَفِيهِ عَاصِمُ ابْنُ بَهْدَلَةَ وَهُوَ ثِقَةٌ، وَفِيهِ ضَعْفٌ.
Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid (7/22): Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Bazzar, di dalamnya terdapat 'Ashim bin Bahdalah yang tsiqah (terpercaya), namun di dalamnya terdapat kelemahan.

الرَّسُولُ –ﷺ لَوْ وَصَّى لَمْ يُوصِ إِلَّا بِمَا وَصَّى بِهِ اللهُ تَعَالَى، فَإِنَّ اللهَ قَدْ وَصَّى بِمَا فِي هَذِهِ الْآيَاتِ، لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ قَدْ خَتَمَ كُلَّ آيَةٍ مِنْهَا بِقَوْلِهِ: ﴿ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ﴾، وَإِنَّمَا قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ ذَلِكَ لَمَّا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ ﵄: إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَنَا رَسُولُ اللهِ –ﷺ وَصِيَّتَهُ، فَذَكَّرَهُمْ ابْنُ مَسْعُودٍ –﵁ أَنَّ عِنْدَهُمْ مِنَ الْقُرْآنِ مَا يَكْفِيهِمْ، فَإِنَّ النَّبِيَّ –ﷺ لَوْ وَصَّى لَمْ يُوصِ إِلَّا بِمَا فِي كِتَابِ اللهِ.

Rasulullah ﷺ jika berwasiat, beliau tidak akan berwasiat kecuali dengan apa yang Allah ﷻ wasiatkan, karena Allah telah berwasiat dengan apa yang ada dalam ayat-ayat ini, karena Dia ﷻ telah menutup setiap ayat darinya dengan firman-Nya: "Demikianlah Allah memerintahkan kepadamu". Ibnu Mas'ud mengatakan hal itu ketika Ibnu Abbas ﵄ berkata: "Sesungguhnya musibah yang paling besar adalah apa yang menghalangi antara kita dan Rasulullah ﷺ untuk menuliskan wasiatnya untuk kita". Maka Ibnu Mas'ud ﵄ mengingatkan mereka bahwa mereka memiliki Al-Qur'an yang cukup bagi mereka, karena Nabi ﷺ jika berwasiat, beliau tidak akan berwasiat kecuali dengan apa yang ada dalam Kitabullah.

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْأَثَرِ لِلْبَابِ: بَيَانُ أَنَّ مَا ذُكِرَ فِي هَذِهِ الْآيَاتِ كَمَا هُوَ وَصِيَّةُ اللهِ فَهُوَ وَصِيَّةُ رَسُولِهِ –ﷺ، لِأَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ يُوصِي بِمَا أَوْصَى اللهُ بِهِ.

Kesesuaian atsar ini dengan bab: Penjelasan bahwa apa yang disebutkan dalam ayat-ayat ini sebagaimana ia adalah wasiat Allah, maka ia juga wasiat Rasul-Nya ﷺ, karena Rasulullah ﷺ berwasiat dengan apa yang Allah wasiatkan dengannya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنْ قَوْلِ ابْنِ مَسْعُودٍ:

Pelajaran yang dapat diambil dari perkataan Ibnu Mas'ud:

١- أَهَمِّيَّةُ هَذِهِ الْوَصَايَا الْعَشْرِ.

1- Pentingnya sepuluh wasiat ini.

٢- أَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ يُوصِي بِمَا أَوْصَى بِهِ اللهُ، فَكُلُّ وَصِيَّةٍ لِلَّهِ فَهِيَ وَصِيَّةٌ لِرَسُولِهِ –ﷺ.

2- Bahwa Rasulullah ﷺ berwasiat dengan apa yang Allah wasiatkan, maka setiap wasiat Allah adalah wasiat Rasul-Nya ﷺ.

٣- عُمْقُ عِلْمِ الصَّحَابَةِ، وَدِقَّةُ فَهْمِهِمْ لِكِتَابِ اللهِ.

3- Kedalaman ilmu para sahabat, dan ketelitian pemahaman mereka terhadap Kitabullah.

* * *

* * *

وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ ﵁ قَالَ: كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى حِمَارٍ فَقَالَ لِي: "يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟ " قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: "لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا" أَخْرَجَاهُ فِي الصَّحِيحَيْنِ (١) .

Dari Mu'adz bin Jabal ﵁ berkata: Aku pernah membonceng Nabi ﷺ di atas keledai, lalu beliau bersabda kepadaku: "Wahai Mu'adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Hak Allah atas para hamba adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan hak para hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Aku berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberikan kabar gembira ini kepada orang-orang? Beliau menjawab: "Jangan engkau beri kabar gembira kepada mereka, nanti mereka bersandar (pada kabar itu dan meninggalkan amal)." Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim (1).

ــ

ــ

مُعَاذٌ: هُوَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أَوْسِ بْنِ كَعْبِ بْنِ عَمْرِو الْخَزْرَجِيُّ الْأَنْصَارِيُّ صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مَشْهُورٌ مِنْ أَعْيَانِ الصَّحَابَةِ، وَكَانَ مُتَبَحِّرًا فِي الْعِلْمِ وَالْأَحْكَامِ وَالْقُرْآنِ، شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَمَا بَعْدَهَا وَاسْتَخْلَفَهُ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى أَهْلِ مَكَّةَ يَوْمَ الْفَتْحِ يُعَلِّمُهُمْ دِينَهُمْ ثُمَّ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ قَاضِيًا وَمُعَلِّمًا مَاتَ بِالشَّامِ سَنَةَ ١٨هـ وَلَهُ ٣٨ عَامًا.

Mu'adz: Dia adalah Mu'adz bin Jabal bin 'Amr bin Aus bin Ka'b bin 'Amr al-Khazraji al-Anshari, seorang sahabat Nabi yang mulia dan terkenal, termasuk tokoh terkemuka di antara para sahabat. Dia sangat menguasai ilmu, hukum-hukum agama, dan Al-Qur'an. Dia ikut serta dalam Perang Badar dan peperangan setelahnya. Nabi ﷺ mengangkatnya sebagai pemimpin penduduk Makkah pada hari penaklukan kota itu untuk mengajarkan agama kepada mereka. Kemudian beliau mengutusnya ke Yaman sebagai hakim dan pengajar. Dia wafat di Syam pada tahun 18 H dalam usia 38 tahun.

رَدِيفٌ: الرَّدِيفُ هُوَ الَّذِي تَحْمِلُهُ خَلْفَكَ عَلَى ظَهْرِ الدَّابَّةِ.

Radif: Radif adalah orang yang engkau bonceng di belakangmu di atas punggung hewan tunggangan.

أَتَدْرِي؟: هَلْ تَعْرِفُ؟

Tahukah kamu?: Apakah kamu tahu?

حَقُّ اللهِ: مَا يَسْتَحِقُّهُ وَيَجْعَلُهُ مُتَحَتِّمًا عَلَى الْعِبَادِ.

Hak Allah: Apa yang Dia berhak atasnya dan menjadikannya wajib bagi para hamba.

حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ: مَا كَتَبَهُ عَلَى نَفْسِهِ تَفَضُّلًا مِنْهُ وَإِحْسَانًا.

Hak para hamba atas Allah: Apa yang Dia tetapkan atas diri-Nya sebagai karunia dan kebaikan dari-Nya.

أَبْشِرِ النَّاسَ: أَخْبِرْهُمْ بِذَلِكَ لِيُسَرُّوا بِهِ.

Berilah kabar gembira kepada manusia: Beritahukan kepada mereka tentang hal itu agar mereka bergembira dengannya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٢٨٥٦) وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٣٠) .
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor (2856) dan Muslim dengan nomor (30).
وَفِي رِوَايَةٍ: "وَأَخْبِرْ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا" عِنْدَ الْبُخَارِيِّ بِرَقْمِ (١٢٨) وَمُسْلِمٍ رَقْمَ (٣٢) .
Dan dalam sebuah riwayat: "Dan Mu'adz memberitahukannya ketika menjelang kematiannya karena takut berdosa" diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor (128) dan Muslim nomor (32).
وَجَاءَ فِي فَتْحِ الْمَجِيدِ (ص٢٨٩) قَالَ الْوَزِيرُ أَبُو الْمُظَفَّرِ: لَمْ يَكُنْ يَكْتُمُهَا إِلَّا عَنْ جَاهِلٍ يَحْمِلُهُ جَهْلُهُ عَلَى سُوءِ الْأَدَبِ بِتَرْكِ الْخِدْمَةِ فِي الطَّاعَةِ
Dan disebutkan dalam Fathul Majid (hal. 289) al-Wazir Abu al-Muzhaffar berkata: Dia tidak menyembunyikannya kecuali dari orang yang jahil yang kebodohannya mendorongnya kepada akhlak yang buruk dengan meninggalkan pengabdian dalam ketaatan

يَتَّكِلُوا: يَعْتَمِدُوا عَلَى ذَلِكَ فَيَتْرُكُوا التَّنَافُسَ فِي الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

Mereka bersandar: Mereka mengandalkan hal itu sehingga meninggalkan persaingan dalam amal saleh.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ أَرَادَ أَنْ يُبَيِّنَ وُجُوبَ التَّوْحِيدِ عَلَى العِبَادِ وَفَضْلَهُ، فَأَلْقَى ذَلِكَ بِصِيغَةِ الاسْتِفْهَامِ، لِيَكُونَ أَوْقَعَ فِي النَّفْسِ وَأَبْلَغَ فِي فَهْمِ المُتَعَلِّمِ، فَلَمَّا بَيَّنَ لِمُعَاذٍ فَضْلَ التَّوْحِيدِ، اسْتَأْذَنَهُ مُعَاذٌ أَنْ يُخْبِرَ بِذَلِكَ النَّاسَ لِيَسْتَبْشِرُوا، فَمَنَعَهُ النَّبِيُّ –ﷺ مِنْ ذَلِكَ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَعْتَمِدَ النَّاسُ عَلَى ذَلِكَ فَيُقَلِّلُوا مِنَ الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Nabi –ﷺ ingin menjelaskan kewajiban tauhid kepada para hamba dan keutamaannya, maka beliau menyampaikannya dengan bentuk pertanyaan, agar lebih mengena di jiwa dan lebih efektif dalam pemahaman pelajar. Ketika beliau menjelaskan kepada Mu'adz keutamaan tauhid, Mu'adz meminta izin untuk mengabarkan hal itu kepada orang-orang agar mereka bergembira, namun Nabi –ﷺ melarangnya karena khawatir orang-orang akan bersandar pada hal itu sehingga mengurangi amal-amal saleh.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ تَفْسِيرَ التَّوْحِيدِ بِأَنَّهُ عِبَادَةُ اللهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penafsiran tauhid, yaitu beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَوَاضُعُ النَّبِيِّ –ﷺ حَيْثُ رَكِبَ الحِمَارَ وَأَرْدَفَ عَلَيْهِ. خِلَافَ مَا عَلَيْهِ أَهْلُ الكِبْرِ.

1- Kerendahan hati Nabi –ﷺ di mana beliau menunggang keledai dan membonceng di atasnya. Berbeda dengan orang-orang yang sombong.

٢- جَوَازُ الإِرْدَافِ عَلَى الدَّابَّةِ إِذَا كَانَتْ تُطِيقُ ذَلِكَ.

2- Bolehnya membonceng di atas hewan tunggangan jika hewan itu mampu.

٣- التَّعْلِيمُ بِطَرِيقَةِ السُّؤَالِ وَالجَوَابِ.

3- Pengajaran dengan metode tanya jawab.

٤- أَنَّ مَنْ سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ فَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَقُولَ: اللهُ أَعْلَمُ.

4- Bahwa siapa yang ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya, maka sebaiknya dia mengatakan: Allah lebih mengetahui.

٥- مَعْرِفَةُ حَقِّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ وَهُوَ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

5- Mengetahui hak Allah atas para hamba, yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.

٦- أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَجَنَّبِ الشِّرْكَ لَمْ يَكُنْ آتِيًا بِعِبَادَةِ اللهِ حَقِيقَةً وَلَوْ عَبَدَهُ فِي الصُّورَةِ.

6- Bahwa barangsiapa yang tidak menjauhi syirik, maka dia tidak benar-benar melakukan ibadah kepada Allah, meskipun secara lahiriah dia beribadah kepada-Nya.

٧- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَفَضْلُ مَنْ تَمَسَّكَ بِهِ.

7- Keutamaan tauhid dan keutamaan orang yang berpegang teguh dengannya.

٨- تَفْسِيرُ التَّوْحِيدِ وَأَنَّهُ عِبَادَةُ اللهِ وَحْدَهُ وَتَرْكُ الشِّرْكِ.

8- Penjelasan tentang tauhid, yaitu beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik.

٩- اسْتِحْبَابُ بِشَارَةِ الْمُسْلِمِ بِمَا يَسُرُّهُ.

9- Disunnahkan memberi kabar gembira kepada seorang Muslim dengan sesuatu yang membuatnya senang.

١٠- جَوَازُ كِتْمَانِ الْعِلْمِ لِلْمَصْلَحَةِ.

10- Bolehnya menyembunyikan ilmu demi kemaslahatan.

١١- تَأَدُّبُ الْمُتَعَلِّمِ مَعَ مُعَلِّمِهِ.

11- Adab seorang murid terhadap gurunya.

بَابُ فَضْلِ التَّوْحِيدِ وَمَا يُكَفِّرُ مِنَ الذُّنُوبِ

بَابُ فَضْلِ التَّوْحِيدِ وَمَا يُكَفِّرُ مِنَ الذُّنُوبِ

Bab Keutamaan Tauhid dan Dosa-dosa yang Dihapuskan oleh Tauhid

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ﴾ (١) [الأنعام: ٨٢] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am: 82).

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا بَيَّنَ فِي الْبَابِ الْأَوَّلِ وُجُوبَ التَّوْحِيدِ وَمَعْنَاهُ، بَيَّنَ فِي هَذَا الْبَابِ فَضْلَ التَّوْحِيدِ وَآثَارَهُ الْحَمِيدَةَ، وَنَتَائِجَهُ الْجَمِيلَةَ الَّتِي مِنْهَا تَكْفِيرُ الذُّنُوبِ، لِأَجْلِ الْحَثِّ عَلَيْهِ وَالتَّرْغِيبِ فِيهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Setelah menjelaskan pada bab pertama tentang kewajiban tauhid dan maknanya, pada bab ini dijelaskan keutamaan tauhid, pengaruh-pengaruh baiknya, dan hasil-hasil indahnya yang di antaranya adalah penghapusan dosa-dosa, untuk mendorong dan menarik minat kepadanya.

بَابٌ: هُوَ لُغَةً: الْمَدْخَلُ، وَاصْطِلَاحًا: اسْمٌ لِجُمْلَةٍ مِنَ الْعِلْمِ تَحْتَهُ فُصُولٌ وَمَسَائِلُ غَالِبًا.

Bab secara bahasa berarti pintu masuk, sedangkan secara istilah berarti nama untuk sekumpulan ilmu yang di bawahnya terdapat pasal-pasal dan permasalahan pada umumnya.

يُكَفِّرُ: التَّكْفِيرُ فِي اللُّغَةِ: السَّتْرُ وَالتَّغْطِيَةُ. وَشَرْعًا: مَحْوُ الذَّنْبِ حَتَّى يَصِيرَ بِمَنْزِلَةِ الْمَعْدُومِ.

Yukaffiru (menghapuskan): Takfir secara bahasa berarti menutupi dan menyelubungi. Sedangkan secara syariat berarti menghapus dosa hingga menjadi seolah-olah tidak ada.

مِنَ الذُّنُوبِ: (مِن) بَيَانِيَّةٌ وَلَيْسَتْ لِلتَّبْعِيضِ، وَالذُّنُوبُ: جَمْعُ

Minadz-dzunub (dari dosa-dosa): (Min) di sini untuk penjelasan, bukan untuk sebagian. Dzunub adalah bentuk jamak dari

_________
(١) عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: ﴿الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ﴾ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ: أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ قَالَ: "لَيْسَ كَمَا تَقُولُونَ: ﴿الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ﴾ بِشِرْكٍ، أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ: ﴿يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ﴾ .
(1) Dari Abdullah bin Mas'ud ﵁ berkata: Ketika turun ayat: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman", kami bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?" Beliau bersabda: "Bukan seperti yang kalian katakan. Maksud ayat "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman" adalah dengan syirik. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada anaknya: "Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar".
أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٣٣٦٠) وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (١٢٤) .
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor (3360) dan Muslim dengan nomor (124).

ذَنْبٌ وَهُوَ مَا تَقْبُحُ عَاقِبَتُهُ.

Dosa adalah sesuatu yang akibatnya buruk.

آمَنُوا: صَدَّقُوا بِقُلُوبِهِمْ وَنَطَقُوا بِأَلْسِنَتِهِمْ، وَعَمِلُوا بِجَوَارِحِهِمْ، وَرَأْسُ ذَلِكَ التَّوْحِيدُ.

Beriman: membenarkan dengan hati mereka, mengucapkan dengan lisan mereka, dan beramal dengan anggota badan mereka, dan pokok dari itu adalah tauhid.

يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ: يَخْلِطُوا تَوْحِيدَهُمْ.

Mencampurkan iman mereka: mencampurkan tauhid mereka.

بِظُلْمٍ: بِشِرْكٍ –وَالظُّلْمُ وَضْعُ الشَّيْءِ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهِ- سُمِّيَ الشِّرْكُ ظُلْمًا لِأَنَّهُ وَضْعٌ لِلْعِبَادَةِ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهَا وَصَرْفٌ لَهَا لِغَيْرِ مُسْتَحِقِّهَا.

Dengan kezaliman: dengan syirik - dan kezaliman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya - syirik disebut kezaliman karena ia meletakkan ibadah bukan pada tempatnya dan memalingkannya kepada yang tidak berhak.

الْأَمْنُ: طُمَأْنِينَةُ النَّفْسِ وَزَوَالُ الْخَوْفِ.

Keamanan: ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.

مُهْتَدُونَ: أَيْ مُوَفَّقُونَ لِلسَّيْرِ عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ ثَابِتُونَ عَلَيْهِ.

Mendapat petunjuk: yaitu diberi taufik untuk berjalan di atas jalan yang lurus dan teguh di atasnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ سُبْحَانَهُ أَنَّ الَّذِينَ أَخْلَصُوا الْعِبَادَةَ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَمْ يُخْلِطُوا تَوْحِيدَهُمْ بِشِرْكٍ هُمُ الْآمِنُونَ مِنَ الْمَخَاوِفِ وَالْمَكَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمُهْتَدُونَ لِلسَّيْرِ عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ فِي الدُّنْيَا.

Makna umum ayat: Allah Subhanahu memberitakan bahwa orang-orang yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak mencampurkan tauhid mereka dengan syirik, merekalah orang-orang yang aman dari ketakutan dan hal-hal yang dibenci pada hari kiamat, yang mendapat petunjuk untuk berjalan di atas jalan yang lurus di dunia.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا دَلَّتْ عَلَى فَضْلِ التَّوْحِيدِ وَتَكْفِيرِهِ لِلذُّنُوبِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa ayat tersebut menunjukkan keutamaan tauhid dan penghapusannya terhadap dosa-dosa.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَثَمَرَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

1- Keutamaan tauhid dan buahnya di dunia dan akhirat.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ ظُلْمٌ مُبْطِلٌ لِلْإِيمَانِ بِاللهِ إِنْ كَانَ أَكْبَرَ، أَوْ مُنْقِصٌ لَهُ إِنْ كَانَ أَصْغَرَ.

2- Bahwa syirik adalah kezaliman yang membatalkan iman kepada Allah jika syirik akbar, atau mengurangi iman jika syirik ashghar.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ لَا يُغْفَرُ.

3- Bahwa syirik tidak diampuni.

٤- أَنَّ الشِّرْكَ يُسَبِّبُ الْخَوْفَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

4- Bahwa syirik menyebabkan rasa takut di dunia dan akhirat.

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارَ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ". أَخْرَجَاهُ (١) .

Dari 'Ubadah bin Ash-Shamit ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa 'Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga itu benar adanya dan neraka itu benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal yang dikerjakannya". Dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari dan Muslim) (1).

ــ

ــ

عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ: هُوَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ بْنِ قَيْسٍ الْأَنْصَارِيُّ الْخَزْرَجِيُّ أَحَدُ النُّقَبَاءِ بَدْرِيٌّ مَشْهُورٌ تُوُفِّيَ سَنَةَ ٣٤هـ وَلَهُ ٧٢ سَنَةً.

'Ubadah bin Ash-Shamit: Dia adalah 'Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais Al-Anshari Al-Khazraji, salah seorang naqib (wakil) yang terkenal, peserta Perang Badar. Wafat pada tahun 34 H dalam usia 72 tahun.

شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ: تَكَلَّمَ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ عَارِفًا لِمَعْنَاهَا عَامِلًا بِمُقْتَضَاهَا ظَاهِرًا وَبَاطِنًا.

Bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah: Mengucapkan kalimat ini dengan memahami maknanya dan mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ: لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ إِلَّا اللهُ.

Tidak ada ilah selain Allah: Tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah.

وَحْدَهُ: حَالٌ مُؤَكِّدٌ لِلْإِثْبَاتِ.

Sendiri-Nya: Kata keterangan yang menegaskan penegasan (ithbat).

لَا شَرِيكَ لَهُ: تَأْكِيدٌ لِلنَّفْيِ.

Tidak ada sekutu bagi-Nya: Penegasan terhadap penafian (nafy).

وَأَنَّ مُحَمَّدًا: أَيْ وَشَهِدَ أَنَّ مُحَمَّدًا.

Dan bahwa Muhammad: Yakni dan bersaksi bahwa Muhammad.

عَبْدُهُ: مَمْلُوكُهُ وَعَابِدُهُ.

Hamba-Nya: Yang dimiliki-Nya dan menyembah-Nya.

وَرَسُولُهُ: مُرْسِلُهُ بِشَرِيعَتِهِ.

Dan utusan-Nya: Yang diutus dengan syariat-Nya.

وَأَنَّ عِيسَى: أَيْ وَشَهِدَ أَنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ.

Dan bahwa 'Isa: Yakni dan bersaksi bahwa 'Isa putra Maryam.

عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ: خِلَافًا لِمَا يَعْتَقِدُهُ النَّصَارَى أَنَّهُ اللهُ أَوِ ابْنُ اللهِ أَوْ

Abdullah dan Rasul-Nya: Bertentangan dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Nasrani bahwa Dia adalah Allah atau putra Allah atau

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٣٤٣٥) وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٢٨) وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٢٦٤٠) وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ (٥/٣١٤) .
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor (3435), Muslim dengan nomor (28), at-Tirmidzi dengan nomor (2640), dan Ahmad dalam Musnad-nya (5/314).

ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ.

Ketiga dari tiga.

وَكَلِمَتُهُ: أَيْ أَنَّهُ خَلَقَهُ بِكَلِمَةٍ وَهِيَ قَوْلُهُ: (كُنْ) .

Dan kalimat-Nya: Yakni Dia menciptakannya dengan kalimat, yaitu firman-Nya: (Jadilah).

أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ: أَرْسَلَ بِهَا جِبْرِيلَ إِلَيْهَا فَنَفَخَ فِيهَا مِنْ رُوحِهِ الْمَخْلُوقَةِ بِإِذْنِ اللهِ ﷿.

Disampaikan kepada Maryam: Jibril dikirim kepadanya lalu meniupkan ruh ciptaan Allah ﷿ ke dalam dirinya dengan izin Allah ﷿.

وَرُوحٌ: أَيْ أَنَّ عِيسَى ﵇ رُوحٌ مِنَ الْأَرْوَاحِ الَّتِي خَلَقَهَا اللهُ تَعَالَى.

Dan ruh: Yakni bahwa Isa ﵇ adalah ruh dari ruh-ruh yang diciptakan Allah Ta'ala.

مِنْهُ: أَيْ مِنْهُ خَلْقًا وَإِيجَادًا كَقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ﴾ [الجاثية: ١٣] .

Dari-Nya: Yakni dari-Nya secara penciptaan dan pengadaan, seperti firman Allah Ta'ala: ﴿Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya﴾ [Al-Jatsiyah: 13].

وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ: أَيْ شَهِدَ أَنَّ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ اللَّتَيْنِ أَخْبَرَ اللهُ عَنْهُمَا فِي كِتَابِهِ ثَابِتَتَانِ لَا شَكَّ فِيهِمَا.

Dan surga adalah benar dan neraka adalah benar: Yakni dia bersaksi bahwa surga dan neraka yang Allah kabarkan dalam kitab-Nya adalah pasti, tidak ada keraguan di dalamnya.

أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ: جَوَابُ الشَّرْطِ السَّابِقِ مِنْ قَوْلِهِ: مَنْ شَهِدَ ... الخ.

Allah memasukkannya ke dalam surga: Jawaban dari syarat sebelumnya yaitu perkataannya: Barangsiapa yang bersaksi ... dst.

عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ: يَحْتَمِلُ مَعْنَيَيْنِ:

Berdasarkan amal yang dilakukan: Mengandung dua makna:

الْأَوَّلُ: أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ وَإِنْ كَانَ مُقَصِّرًا وَلَهُ ذُنُوبٌ؛ لِأَنَّ الْمُوَحِّدَ لَا بُدَّ لَهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ.

Pertama: Allah memasukkannya ke dalam surga meskipun dia lalai dan memiliki dosa-dosa; karena seorang yang bertauhid pasti akan masuk surga.

الثَّانِي: أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ وَتَكُونُ مَنْزِلَتُهُ فِيهَا عَلَى حَسَبِ عَمَلِهِ.

Kedua: Allah memasukkannya ke dalam surga dan kedudukannya di dalamnya sesuai dengan amalnya.

أَخْرَجَاهُ: أَيْ رَوَى هَذَا الحَدِيثَ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحَيْهِمَا اللَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ الكُتُبِ بَعْدَ القُرْآنِ.

Akhrajahu: Artinya, hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka berdua yang merupakan kitab paling shahih setelah Al-Qur'an.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ يُخْبِرُنَا مُبَيِّنًا لَنَا فَضْلَ التَّوْحِيدِ وَشَرَفَهُ: أَنَّ مَنْ نَطَقَ بِالشَّهَادَتَيْنِ عَارِفًا لِمَعْنَاهُمَا عَامِلًا بِمُقْتَضَاهُمَا ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَتَجَنَّبَ الإِفْرَاطَ وَالتَّفْرِيطَ فِي حَقِّ النَّبِيَّيْنِ الكَرِيمَيْنِ عِيسَى وَمُحَمَّدٍ عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ – فَأَقَرَّ لَهُمَا بِالرِّسَالَةِ

Makna umum dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah ﷺ memberitahu kita, menjelaskan kepada kita keutamaan tauhid dan kemuliaannya: bahwa siapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami maknanya, mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin, serta menghindari sikap berlebihan dan meremehkan terhadap hak dua nabi yang mulia, Isa dan Muhammad ﷺ - maka ia mengakui risalah mereka berdua

وَعُبُودِيَّتِهِمَا لِلَّهِ وَأَنَّهُ لَيْسَ لَهُمَا شَيْءٌ مِنْ خَصَائِصِ الرُّبُوبِيَّةِ –وَأَيْقَنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ أَنَّ مَآلَهُ إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنْ صَدَرَ مِنْهُ مَعَاصٍ دُونَ الشِّرْكِ.

Dan penghambaan mereka berdua kepada Allah dan bahwa mereka berdua tidak memiliki sesuatu pun dari kekhususan rububiyah - dan dia yakin dengan surga dan neraka bahwa tempat kembalinya adalah ke surga meskipun darinya muncul kemaksiatan tanpa syirik.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانًا لِفَضْلِ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّهُ سَبَبٌ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ وَتَكْفِيرِ الذُّنُوبِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang keutamaan tauhid, dan bahwa ia adalah sebab masuk surga dan penghapusan dosa-dosa.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَأَنَّ اللَّهَ يُكَفِّرُ بِهِ الذُّنُوبَ.

1- Keutamaan tauhid dan bahwa Allah menghapus dosa-dosa dengannya.

٢- سَعَةُ فَضْلِ اللَّهِ وَإِحْسَانِهِ ﷾.

2- Luasnya karunia dan kebaikan Allah ﷾.

٣- وُجُوبُ تَجَنُّبِ الْإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ فِي حَقِّ الْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ، فَلَا نَجْحَدُ فَضْلَهُمْ وَلَا نُغَالِي فِيهِمْ فَنَصْرِفُ لَهُمْ شَيْئًا مِنَ الْعِبَادَةِ، كَمَا يَفْعَلُ بَعْضُ الْجُهَّالِ وَالضُّلَّالِ.

3- Kewajiban menghindari sikap berlebihan dan meremehkan terhadap para nabi dan orang-orang saleh. Kita tidak mengingkari keutamaan mereka dan tidak pula berlebihan dalam memuji mereka sehingga memalingkan sesuatu dari ibadah kepada mereka, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang-orang bodoh dan sesat.

٤- أَنَّ عَقِيدَةَ التَّوْحِيدِ تُخَالِفُ جَمِيعَ الْمِلَلِ الْكُفْرِيَّةِ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَالْوَثَنِيِّينَ وَالدَّهْرِيِّينَ.

4- Bahwa akidah tauhid bertentangan dengan semua agama kufur dari Yahudi, Nasrani, penyembah berhala, dan ateis.

٥- أَنَّ عُصَاةَ الْمُوَحِّدِينَ لَا يُخَلَّدُونَ فِي النَّارِ.

5- Bahwa para pelaku maksiat dari kalangan muwahhidin tidak kekal di neraka.

* * *

* * *

وَلَهُمَا فِي حَدِيثِ عُتْبَانَ:

Dan bagi mereka berdua dalam hadits 'Utban:

"فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ" (١) .

"Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah dengan mengharapkan wajah Allah dengan itu" (1) .

ــ

ــ

عُتْبَانُ: هُوَ عُتْبَانُ بْنُ مَالِكِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَجْلَانِ الْأَنْصَارِيُّ مِنْ بَنِي سَالِمِ بْنِ عَوْفٍ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ مَاتَ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.

'Utban: Dia adalah 'Utban bin Malik bin 'Amr bin Al-'Ajlan Al-Anshari dari Bani Salim bin 'Auf, seorang sahabat terkenal yang wafat pada masa kekhalifahan Mu'awiyah.

وَلَهُمَا: أَيْ رَوَى الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحَيْهِمَا هَذَا الْحَدِيثَ بِكَمَالِهِ، وَهَذَا طَرَفٌ مِنْهُ.

Bagi mereka berdua: Yaitu Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits ini secara lengkap dalam Shahih mereka berdua, dan ini adalah sebagian darinya.

حَرَّمَ عَلَى النَّارِ: التَّحْرِيمُ: الْمَنْعُ أَيْ مَنَعَ النَّارَ أَنْ تَمَسَّهُ.

Mengharamkan neraka: Pengharaman: Larangan, yaitu melarang api neraka untuk menyentuhnya.

يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ: أَيْ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ وَمَاتَ عَلَى ذَلِكَ، وَلَمْ يَقُلْهَا نِفَاقًا.

Mengharapkan wajah Allah dengan itu: Yaitu ikhlas dari hatinya dan meninggal dalam keadaan itu, dan tidak mengucapkannya secara munafik.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ:

Makna global hadits:

أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ يُخْبِرُ خَبَرًا مُؤَكَّدًا أَنَّ مَنْ تَلَفَّظَ بِكَلِمَةِ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ" قَاصِدًا مَا تَدُلُّ عَلَيْهِ مِنَ الْإِخْلَاصِ وَنَفْيِ الشِّرْكِ عَامِلًا بِذَلِكَ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَمَاتَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Bahwa Rasulullah ﷺ mengabarkan dengan pasti bahwa siapa yang mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illallah" dengan tujuan apa yang ditunjukkan oleh kalimat tersebut berupa keikhlasan dan menafikan syirik, mengamalkannya secara lahir dan batin, serta meninggal dalam keadaan itu, maka api neraka tidak akan menyentuhnya pada hari kiamat.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلَالَةً وَاضِحَةً عَلَى فَضْلِ التَّوْحِيدِ وَأَنَّهُ يُوجِبُ لِمَنْ مَاتَ عَلَيْهِ النَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَتَكْفِيرَ السَّيِّئَاتِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas tentang keutamaan tauhid dan bahwa tauhid mewajibkan bagi orang yang mati di atasnya keselamatan dari neraka dan penghapusan dosa-dosa.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٢٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٣٣" وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٤/٤٤"، "٤٤٩/٥".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "425", Muslim dengan nomor "33", dan Ahmad dalam Musnad-nya "4/44", "449/5".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَأَنَّهُ يُنْقِذُ مِنَ النَّارِ وَيُكَفِّرُ الْخَطَايَا.

1- Keutamaan tauhid dan bahwa ia menyelamatkan dari neraka dan menghapus kesalahan-kesalahan.

٢- أَنَّهُ لَا يَكْفِي فِي الْإِيمَانِ النُّطْقُ مِنْ غَيْرِ اعْتِقَادِ الْقَلْبِ كَحَالِ الْمُنَافِقِينَ.

2- Bahwa tidak cukup dalam iman hanya dengan ucapan tanpa keyakinan hati seperti keadaan orang-orang munafik.

٣- أَنَّهُ لَا يَكْفِي فِي الْإِيمَانِ الِاعْتِقَادُ مِنْ غَيْرِ نُطْقٍ. كَحَالِ الْجَاحِدِينَ.

3- Bahwa tidak cukup dalam iman hanya dengan keyakinan tanpa ucapan, seperti keadaan orang-orang yang mengingkari.

٤- تَحْرِيمُ النَّارِ عَلَى أَهْلِ التَّوْحِيدِ الْكَامِلِ.

4- Pengharaman neraka atas ahli tauhid yang sempurna.

٥- أَنَّ الْعَمَلَ لَا يَنْفَعُ إِلَّا إِذَا كَانَ خَالِصًا لِوَجْهِ اللهِ وَصَوَابًا عَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ –ﷺ.

5- Bahwa amal tidak bermanfaat kecuali jika ikhlas karena Allah dan benar sesuai sunnah Rasulullah ﷺ.

٦- أَنَّ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَهُوَ يَدْعُو غَيْرَ اللهِ لَمْ تَنْفَعْهُ كَحَالِ عُبَّادِ الْقُبُورِ الْيَوْمَ يَقُولُونَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَهُمْ يَدْعُونَ الْمَوْتَى وَيَتَقَرَّبُونَ إِلَيْهِمْ.

6- Bahwa siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah namun ia berdoa kepada selain Allah, maka tidak bermanfaat baginya, seperti keadaan para penyembah kubur hari ini yang mengucapkan laa ilaaha illallah namun mereka berdoa kepada orang-orang mati dan bertaqarrub kepada mereka.

٧- إِثْبَاتُ الْوَجْهِ لِلَّهِ تَعَالَى عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ وَعَظَمَتِهِ.

7- Penetapan sifat wajah bagi Allah Ta'ala dengan apa yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ﵁ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوكَ بِهِ، قَالَ: قُلْ يَا مُوسَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُولُونَ هَذَا. قَالَ: يَا مُوسَى لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِي وَالْأَرَضِينَ السَّبْعَ فِي كِفَّةٍ، وَلَا إِلَهَ اللهُ فِي كِفَّةٍ مَالَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ اللهُ" رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ (١) .

Dari Abu Sa'id Al-Khudri ﵁ bahwa Nabi ﷺ bersabda: "Musa berkata: Wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu yang dengannya aku dapat mengingatMu dan berdoa kepadaMu. Allah berfirman: Katakanlah wahai Musa: Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah). Musa berkata: Wahai Tuhanku, semua hambaMu mengucapkan ini. Allah berfirman: Wahai Musa, seandainya tujuh langit dan penghuninya selain Aku serta tujuh bumi berada di satu sisi timbangan, dan Laa ilaaha illallah berada di sisi lainnya, niscaya Laa ilaaha illallah akan lebih berat." Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dan dia menshahihkannya (1).

ــ

ــ

أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ: هُوَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ سَعْدُ بْنُ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الْخَزْرَجِيُّ الْأَنْصَارِيُّ الْخُدْرِيُّ نِسْبَةً إِلَى بَنِي خُدْرَةَ، صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ وَابْنُ صَحَابِيٍّ رَوَى عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَحَادِيثَ كَثِيرَةً مَاتَ سَنَةَ ٧٤هـ.

Abu Sa'id Al-Khudri: Dia adalah Abu Sa'id Al-Khudri Sa'd bin Malik bin Sinan Al-Khazraji Al-Anshari Al-Khudri, dinisbatkan kepada Bani Khudrah, seorang sahabat yang mulia dan anak dari seorang sahabat. Dia meriwayatkan banyak hadits dari Nabi ﷺ. Wafat pada tahun 74 H.

مُوسَى: هُوَ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ رَسُولُ اللهِ إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَلِيمُ الرَّحْمَنِ.

Musa: Dia adalah Musa bin Imran, utusan Allah kepada Bani Israil dan Kalimullah (yang diajak bicara langsung oleh Allah).

أَذْكُرُكَ: أُثْنِي عَلَيْكَ وَأَحْمَدُكَ بِهِ.

Adzkuruka: Aku memujiMu dan bersyukur kepadaMu dengannya.

وَأَدْعُوكَ بِهِ: أَتَوَسَّلُ بِهِ إِلَيْكَ إِذَا دَعَوْتُكَ.

Wa ad'uuka bihi: Aku bertawassul dengannya kepadaMu ketika aku berdoa kepadaMu.

يَقُولُونَ هَذَا: أَيْ هَذِهِ الْكَلِمَةَ.

Yaquluuna haadzaa: Yaitu kalimat ini.

وَعَامِرُهُنَّ غَيْرِي: مَنْ فِيهِنَّ مِنَ الْعُمَّارِ غَيْرَ اللهِ.

Wa 'aamiruhunna ghayrii: Siapa saja yang ada di dalamnya dari para penghuni selain Allah.

فِي كَفَّةٍ: أَيْ لَوْ وُضِعَتْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتُ فِي كَفَّةٍ مِنْ كَفَّتَيِ الْمِيزَانِ وَوُضِعَتْ هَذِهِ الْكَلِمَةُ فِي الْكِفَّةِ الْأُخْرَى.

Dalam satu sisi timbangan: Maksudnya, seandainya makhluk-makhluk ini diletakkan di satu sisi timbangan dan kalimat ini diletakkan di sisi lainnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ بِرَقْمِ (٢٣٢٤)، وَالْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ (١/٥٢٨) وَالنَّسَائِيُّ فِي عَمَلِ الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ بِرَقْمِ (٨٣٤، ١١٤١) وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ. وَقَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ (١٠/٨٢): رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى وَرِجَالُهُ وُثِّقُوا وَفِيهِمْ ضَعْفٌ.
(1) Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dengan nomor (2324), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/528), dan An-Nasa'i dalam 'Amal Al-Yaum wa Al-Lailah dengan nomor (834, 1141). Ibnu Hibban dan Al-Hakim menshahihkannya, dan Adz-Dzahabi menyetujuinya. Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid (10/82): Abu Ya'la meriwayatkannya dan para perawinya adalah tsiqah (terpercaya) meskipun di antara mereka ada kelemahan.

مَالَتْ بِهِنَّ: رَجَحَتْ عَلَيْهِنَّ.

Maalat bihinna: Rajahat 'alaihinna.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ مُوسَى ﵊ طَلَبَ مِنْ رَبِّهِ ﷿ أَنْ يُعَلِّمَهُ ذِكْرًا يُثْنِي عَلَيْهِ بِهِ وَيَتَوَسَّلُ إِلَيْهِ بِهِ، فَأَرْشَدَهُ اللهُ أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَأَدْرَكَ مُوسَى أَنَّ هَذِهِ الْكَلِمَةَ كَثِيرٌ ذِكْرُهَا عَلَى أَلْسِنَةِ الْخَلْقِ، وَهُوَ إِنَّمَا يُرِيدُ أَنْ يَخُصَّهُ بِذِكْرٍ يَمْتَازُ بِهِ عَنْ غَيْرِهِ، فَبَيَّنَ اللهُ عَظِيمَ فَضْلِ هَذَا الذِّكْرِ الَّذِي أَرْشَدَهُ إِلَيْهِ، وَأَنَّهُ لَا شَيْءَ يُعَادِلُهُ فِي الْفَضْلِ.

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Musa ﵊ meminta kepada Tuhannya ﷿ untuk mengajarkan kepadanya dzikir yang dengannya ia memuji-Nya dan memohon kepada-Nya, maka Allah membimbingnya untuk mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Musa menyadari bahwa kalimat ini banyak disebutkan oleh makhluk, dan ia ingin Allah mengkhususkannya dengan dzikir yang membedakannya dari yang lain. Maka Allah menjelaskan keagungan keutamaan dzikir ini yang telah diarahkan kepadanya, dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyamainya dalam keutamaan.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ فَضْلِ كَلِمَةِ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّهُ لَا شَيْءَ يُعَادِلُهَا فِي الْفَضِيلَةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan keutamaan kalimat tauhid, dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyamainya dalam keutamaan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- عَظِيمُ فَضْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، لِمَا تَتَضَمَّنُهُ مِنَ التَّوْحِيدِ وَالْإِخْلَاصِ.

1- Keagungan keutamaan Laa ilaaha illallah, karena mengandung tauhid dan keikhlasan.

٢- فَضْلُ مُوسَى ﵇ وَحِرْصُهُ عَلَى التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ.

2- Keutamaan Musa ﵇ dan keinginannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

٣- أَنَّ الْعِبَادَةَ لَا تَكُونُ إِلَّا بِمَا شَرَعَهُ اللهُ وَلَيْسَ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَبْتَدِعَ فِيهَا مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ، لِأَنَّ مُوسَى طَلَبَ مِنْ رَبِّهِ أَنْ يُعَلِّمَهُ مَا يَذْكُرُهُ بِهِ.

3- Bahwa ibadah hanya boleh dilakukan dengan apa yang disyariatkan Allah dan manusia tidak boleh membuat bid'ah di dalamnya dari dirinya sendiri, karena Musa meminta kepada Tuhannya untuk mengajarkan kepadanya apa yang harus ia ingat kepada-Nya.

٤- أَنَّ مَا اشْتَدَّتِ الْحَاجَةُ وَالضَّرُورَةُ إِلَيْهِ كَانَ أَكْثَرَ وُجُودًا، فَإِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ لَمَّا كَانَ الْعَالَمُ مُضْطَرًّا إِلَيْهَا كَانَتْ أَكْثَرَ الْأَذْكَارِ وُجُودًا وَأَيْسَرَهَا حُصُولًا.

4- Bahwa apa yang sangat dibutuhkan dan diperlukan akan lebih banyak keberadaannya. Karena laa ilaaha illallah, ketika alam semesta sangat membutuhkannya, maka ia menjadi dzikir yang paling banyak keberadaannya dan paling mudah diperoleh.

٥- أَنَّ اللهَ فَوْقَ السَّمَاوَاتِ لِقَوْلِهِ: "وَعَامِرُهُنَّ غَيْرِي".

5- Bahwa Allah berada di atas langit berdasarkan firman-Nya: "Dan yang menghuni mereka selain Aku".

٦- أَنَّهُ لَا بُدَّ فِي الذِّكْرِ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ مِنَ التَّلَفُّظِ بِهَا كُلِّهَا، وَلَا يُقْتَصَرُ عَلَى لَفْظِ الْجَلَالَةِ (اللهُ) كَمَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ الْجُهَّالِ.

6- Bahwa dalam berdzikir dengan kalimat ini, harus diucapkan secara keseluruhan, dan tidak boleh hanya mengucapkan lafazh Allah saja seperti yang dilakukan sebagian orang bodoh.

٧- إِثْبَاتُ مِيزَانِ الْأَعْمَالِ وَأَنَّهُ حَقٌّ.

7- Menetapkan timbangan amal dan bahwa itu adalah benar.

٨- أَنَّ الْأَنْبِيَاءَ يَحْتَاجُونَ إِلَى التَّنْبِيهِ عَلَى فَضْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

8- Bahwa para nabi membutuhkan peringatan tentang keutamaan laa ilaaha illallah.

٩- أَنَّ الْأَرَضِينَ سَبْعٌ كَالسَّمَاوَاتِ.

9- Bahwa bumi itu tujuh seperti langit.

وَلِلتِّرْمِذِيِّ وَحَسَّنَهُ عَنْ أَنَسٍ ﵁ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "قَالَ اللهُ تَعَالَى؛ يَا ابْنَ آدَمَ، لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً" (١) .

Dari Tirmidzi dan dia menghasankannya, dari Anas ﵁: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah Ta'ala berfirman; Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatu denganKu, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi." (1).

ــ

ــ

أَنَسٌ: هُوَ أَنَسُ بْنُ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ الأَنْصَارِيُّ الْخَزْرَجِيُّ خَادِمُ رَسُولِ اللهِ، ﷺ خَدَمَهُ عَشْرَ سِنِينَ، وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ" مَاتَ سَنَةَ ٩٢هـ وَقِيلَ سَنَةَ ٩٣هـ وَقَدْ جَاوَزَ الْمِائَةَ.

Anas: Dia adalah Anas bin Malik bin An-Nadhr Al-Anshari Al-Khazraji, pembantu Rasulullah ﷺ. Dia melayani beliau selama sepuluh tahun. Nabi ﷺ berdoa: "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan masukkanlah dia ke surga." Dia wafat pada tahun 92 H dan ada yang mengatakan tahun 93 H, dan dia telah melewati usia seratus tahun.

وَلِلتِّرْمِذِيِّ وَحَسَّنَهُ: أَيْ وَرَوَى التِّرْمِذِيُّ فِي سُنَنِهِ الْحَدِيثَ الْمَذْكُورَ، وَحَسَّنَ إِسْنَادَهُ.

Dari Tirmidzi dan dia menghasankannya: Maksudnya Tirmidzi meriwayatkan hadits yang disebutkan dalam Sunan-nya, dan dia menghasankan sanadnya.

قُرَابٌ: بِضَمِّ الْقَافِ وَقِيلَ بِكَسْرِهَا، وَالضَّمُّ أَشْهَرُ: وَهُوَ مِلْؤُهَا أَوْ مَا يُقَارِبُ مِلْأَهَا.

Qurab: Dengan dhammah pada huruf qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrah, dan dhammah lebih masyhur: Maknanya adalah sepenuhnya atau yang mendekati penuh.

ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا: أَيْ ثُمَّ مُتَّ حَالَ كَوْنِكَ سَالِمًا مِنَ الشِّرْكِ، وَهَذَا شَرْطٌ فِي الْوَعْدِ بِحُصُولِ الْمَغْفِرَةِ.

Kemudian engkau menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatu denganKu: Maksudnya kemudian engkau meninggal dalam keadaan selamat dari syirik, dan ini adalah syarat dalam janji untuk mendapatkan ampunan.

مَغْفِرَةً: الْغَفْرُ: السَّتْرُ، وَشَرْعًا: تَجَاوُزُ اللهِ عَنْ خَطَايَا وَذُنُوبِ عِبَادِهِ.

Ampunan: Al-Ghafr: Menutupi, dan secara syariat: Allah mengampuni kesalahan dan dosa hamba-hamba-Nya.

١- الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ رَبِّهِ ﷿ أَنَّهُ

1- Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan dari Tuhannya ﷿ bahwa Dia

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٣٥٣٤) وَالدَّارِمِيُّ بِرَقْمِ (٢٧٩١) وَأَحْمَدُ (٥/١٧٢) وَحَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ.
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi nomor (3534), Ad-Darimi nomor (2791), Ahmad (5/172), dan dinyatakan hasan oleh At-Tirmidzi.

يُخَاطِبُ عِبَادَهُ وَيُبَيِّنُ لَهُمْ سَعَةَ فَضْلِهِ، وَرَحْمَتِهِ، وَأَنَّهُ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ مَهْمَا كَثُرَتْ مَا دَامَتْ دُونَ الشِّرْكِ، وَهَذَا الحَدِيثُ مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء﴾ [النساء: ٤٨] .

Dia berbicara kepada hamba-hamba-Nya dan menjelaskan kepada mereka luasnya karunia-Nya, rahmat-Nya, dan bahwa Dia mengampuni dosa-dosa betapapun banyaknya selama tidak syirik. Hadits ini seperti firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." [An-Nisa': 48].

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى كَثْرَةِ ثَوَابِ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّهُ يُكَفِّرُ الذُّنُوبَ مَهْمَا كَثُرَتْ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas banyaknya pahala tauhid, dan bahwa tauhid menghapus dosa-dosa betapapun banyaknya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَكَثْرَةُ ثَوَابِهِ.

1- Keutamaan tauhid dan banyaknya pahalanya.

٢- سَعَةُ فَضْلِ اللهِ وَجُودِهِ وَرَحْمَتِهِ وَعَفْوِهِ.

2- Luasnya karunia Allah, kemurahan-Nya, rahmat-Nya, dan ampunan-Nya.

٣- الرَّدُّ عَلَى الخَوَارِجِ الَّذِينَ يُكَفِّرُونَ مُرْتَكِبَ الكَبِيرَةِ الَّتِي هِيَ دُونَ الشِّرْكِ.

3- Bantahan terhadap Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar yang masih di bawah syirik.

٤- إِثْبَاتُ الكَلَامِ لِلهِ ﷿ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

4- Penetapan sifat kalam bagi Allah ﷿ dengan apa yang sesuai dengan keagungan-Nya.

٥- إِثْبَاتُ البَعْثِ وَالحِسَابِ وَالجَزَاءِ.

5- Penetapan kebangkitan, hisab, dan balasan.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ حَقَّقَ التَّوْحِيدَ دَخَلَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

بَابُ مَنْ حَقَّقَ التَّوْحِيدَ دَخَلَ الجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Bab tentang siapa yang merealisasikan tauhid akan masuk surga tanpa hisab

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾ [النحل: ١٢٠] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)." [An-Nahl: 120].

وَقَالَ: ﴿وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ﴾ [المؤمنون: ٥٩] .

Dan Dia berfirman: "Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun)." [Al-Mu'minun: 59].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: إِنَّ المُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا ذَكَرَ التَّوْحِيدَ وَفَضْلَهُ نَاسَبَ أَنْ يَذْكُرَ بَيَانَ تَحْقِيقِهِ، لِأَنَّهُ لَا يَحْصُلُ كَمَالُ فَضْلِهِ إِلَّا بِكَمَالِ تَحْقِيقِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Sesungguhnya penulis ﵀ ketika menyebutkan tauhid dan keutamaannya, maka sesuai untuk menyebutkan penjelasan tentang merealisasikannya, karena kesempurnaan keutamaannya tidak akan terwujud kecuali dengan kesempurnaan realisasinya.

حَقَّقَ التَّوْحِيدَ: أَيْ خَلَّصَهُ وَصَفَّاهُ مِنْ شَوَائِبِ الشِّرْكِ وَالبِدَعِ وَالمَعَاصِي.

Merealisasikan tauhid: Yaitu memurnikan dan membersihkannya dari noda-noda syirik, bid'ah, dan maksiat.

بِغَيْرِ حِسَابٍ: أَيْ لَا مُحَاسَبَةَ عَلَيْهِ.

Tanpa hisab: Yaitu tidak ada perhitungan atasnya.

أُمَّةً: أَيْ قُدْوَةً، وَإِمَامًا مُعَلِّمًا لِلْخَيْرِ.

Imam: Yaitu teladan, dan pemimpin yang mengajarkan kebaikan.

قَانِتًا: القُنُوتُ دَوَامُ الطَّاعَةِ.

Patuh: Qunut adalah senantiasa taat.

حَنِيفًا: الحَنِيفُ المُقْبِلُ عَلَى اللهِ المُعْرِضُ عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ.

Hanif: Hanif adalah orang yang menghadap kepada Allah dan berpaling dari segala sesuatu selain-Nya.

وَلَمْ يَكُ: أَصْلُهَا يَكُنْ حُذِفَتْ النُّونُ تَخْفِيفًا.

Wa lam yaku: Asalnya adalah yakun, huruf nun dibuang untuk meringankan.

مِنَ الْمُشْرِكِينَ: أَيْ قَدْ فَارَقَ الْمُشْرِكِينَ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْبَدَنِ، وَأَنْكَرَ مَا كَانُوا عَلَيْهِ.

Dari orang-orang musyrik: Yakni dia telah meninggalkan orang-orang musyrik dengan hati, lisan, dan badan, serta mengingkari apa yang mereka yakini.

وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ: لَا يَعْبُدُونَ مَعَهُ غَيْرَهُ.

Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Tuhan mereka: Mereka tidak menyembah selain-Nya bersama dengan-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ الأُولَى: أَنَّ اللهَ ﷾ يَصِفُ خَلِيلَهُ إِبْرَاهِيمَ ﵇ بِأَرْبَعِ صِفَاتٍ:

Makna keseluruhan dari ayat pertama: bahwa Allah ﷾ menggambarkan kekasih-Nya Ibrahim ﵇ dengan empat sifat:

الصِّفَةُ الأُولَى: أَنَّهُ كَانَ قُدْوَةً فِي الخَيْرِ لِتَكْمِيلِهِ مَقَامَ الصَّبْرِ وَالْيَقِينِ، وَاللَّذَيْنِ بِهِمَا تُنَالُ الإِمَامَةُ فِي الدِّينِ.

Sifat pertama: bahwa dia adalah teladan dalam kebaikan karena menyempurnakan maqam sabar dan yakin, yang dengannya diperoleh kepemimpinan dalam agama.

الصِّفَةُ الثَّانِيَةُ: أَنَّهُ كَانَ خَاشِعًا مُطِيعًا مُدَاوِمًا عَلَى عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى.

Sifat kedua: bahwa dia khusyuk, taat, dan terus-menerus beribadah kepada Allah Ta'ala.

الصِّفَةُ الثَّالِثَةُ: أَنَّهُ كَانَ مُعْرِضًا عَنِ الشِّرْكِ مُقْبِلًا عَلَى اللهِ تَعَالَى.

Sifat ketiga: bahwa dia berpaling dari syirik dan menghadap kepada Allah Ta'ala.

الصِّفَةُ الرَّابِعَةُ: بُعْدُهُ عَنِ الشِّرْكِ وَفَارَقَتُهُ لِلْمُشْرِكِينَ.

Sifat keempat: jauhnya dia dari syirik dan perpisahannya dari orang-orang musyrik.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ الْأُولَى لِلْبَابِ: أَنَّهُ وَصَفَ خَلِيلَهُ بِهَذِهِ الصِّفَاتِ، الَّتِي هِيَ الغَايَةُ فِي تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ، وَقَدْ أُمِرْنَا بِالِاقْتِدَاءِ بِهِ فِي قَوْلِهِ: ﴿قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ﴾ [الممتحنة: ٤] .

Kesesuaian ayat pertama dengan bab: bahwa Dia menggambarkan kekasih-Nya dengan sifat-sifat ini, yang merupakan tujuan dalam merealisasikan tauhid, dan kita telah diperintahkan untuk meneladaninya dalam firman-Nya: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia" [Al-Mumtahanah: 4].

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ الثَّانِيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ تَعَالَى وَصَفَ الْمُؤْمِنِينَ السَّابِقِينَ إِلَى الْجَنَّاتِ بِصِفَاتٍ أَعْظَمُهَا الثَّنَاءُ عَلَيْهِمْ بِأَنَّهُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ شَيْئًا مِنَ الشِّرْكِ لَا خَفِيًّا وَلَا جَلِيًّا، وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ فَقَدْ بَلَغَ مِنْ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ النِّهَايَةَ وَدَخَلَ الْجَنَّةَ بِلَا حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ.

Kesesuaian ayat kedua dengan bab: bahwa Allah Ta'ala menggambarkan orang-orang beriman yang terdahulu menuju surga dengan sifat-sifat yang paling agung di antaranya adalah pujian kepada mereka bahwa mereka tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Rabb mereka, baik syirik yang tersembunyi maupun yang nyata. Dan barangsiapa yang demikian itu, maka sungguh ia telah mencapai puncak dalam merealisasikan tauhid dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua ayat:

١- فَضِيلَةُ أَبَوَيْ إِبْرَاهِيمَ ﷺ.

1- Keutamaan kedua orang tua Ibrahim ﷺ.

٢- الِاقْتِدَاءُ بِهِ فِي هَذِهِ الصِّفَاتِ الْعَظِيمَةِ.

2- Meneladani beliau dalam sifat-sifat agung ini.

٣- بَيَانُ الصِّفَاتِ الَّتِي يَتِمُّ بِهَا تَحْقِيقُ التَّوْحِيدِ.

3- Penjelasan sifat-sifat yang dengannya terealisasi tauhid.

٤- وُجُوبُ الِابْتِعَادِ عَنِ الشِّرْكِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ.

4- Kewajiban menjauhi syirik dan orang-orang musyrik serta berlepas diri dari orang-orang musyrik.

٥- وَصْفُ الْمُؤْمِنِينَ بِتَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ.

5- Penyifatan orang-orang beriman dengan merealisasikan tauhid.

عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ: أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ؟ فَقُلْتُ: أَنَا. ثُمَّ قُلْتُ: أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ وَلَكِنِّي لُدِغْتُ. قَالَ: فَمَا صَنَعْتَ؟ قُلْتُ: ارْتَقَيْتُ. قَالَ: فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟ قُلْتُ: حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ. قَالَ: وَمَا حَدَّثَكُمْ؟ قُلْتُ: حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحُصَيْبِ أَنَّهُ قَالَ: "لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ". قَالَ: قَدْ أَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ. وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: "عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّهْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ".

Dari Hushain bin Abdurrahman, ia berkata: Aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia berkata: Siapa di antara kalian yang melihat bintang yang jatuh tadi malam? Aku menjawab: Aku. Kemudian aku berkata: Ketika itu aku sedang tidak shalat, tetapi aku disengat (kalajengking). Ia bertanya: Lalu apa yang engkau lakukan? Aku menjawab: Aku meminta diruqyah. Ia bertanya lagi: Apa yang mendorongmu melakukan hal itu? Aku menjawab: Hadits yang diceritakan Asy-Sya'bi kepada kami. Ia bertanya: Apa yang ia ceritakan kepada kalian? Aku menjawab: Ia menceritakan kepada kami dari Buraidah bin Al-Hushaib bahwa ia berkata: "Tidak ada ruqyah kecuali untuk 'ain (mata hasad) atau humah (demam)". Ia berkata: Sungguh baik orang yang berhenti pada apa yang ia dengar. Akan tetapi Ibnu Abbas menceritakan kepada kami dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: "Umat-umat diperlihatkan kepadaku, lalu aku melihat seorang nabi yang diiringi sekelompok kecil pengikut, nabi yang diiringi satu atau dua orang, dan nabi yang tidak diiringi seorang pun. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok besar orang, aku mengira mereka adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa dan kaumnya. Kemudian aku melihat ada sekelompok besar yang lain, maka dikatakan kepadaku: Mereka adalah umatmu, di antara mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab".

ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ فَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ شَيْئًا وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ: "هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ" فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، قَالَ: "أَنْتَ مِنْهُمْ" ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ:

Kemudian dia bangkit dan masuk ke rumahnya. Orang-orang pun membicarakan mereka. Sebagian berkata, "Mungkin mereka adalah sahabat Rasulullah ﷺ." Sebagian lagi berkata, "Mungkin mereka adalah orang-orang yang lahir dalam Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatu pun." Mereka menyebutkan berbagai hal. Lalu Rasulullah ﷺ keluar menemui mereka, dan mereka memberitahunya. Beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak berbekam, tidak tiyarah (menganggap sial), dan bertawakal kepada Rabb mereka." Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata, "Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari mereka." Beliau bersabda, "Engkau termasuk dari mereka." Kemudian seorang laki-laki lain berdiri dan berkata, "Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari mereka." Beliau bersabda,

"سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ" (١) .

"Ukkasyah telah mendahuluimu dalam hal ini" (1) .

ــ

ــ

تَرَاجِمُ الرِّجَالِ الوَارِدَةُ أَسْمَاؤُهُمْ فِي الحَدِيثِ:

Biografi para perawi yang nama-namanya disebutkan dalam hadits:

حُصَيْنٌ: هُوَ حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ الحَارِثِيُّ مِنْ تَابِعِي التَّابِعِينَ مَاتَ سَنَةَ ١٣٦هـ وَلَهُ ٩٣ سَنَةً.

Hushain: Dia adalah Hushain bin Abdurrahman As-Sulami Al-Haritsi, dari tabi'ut tabi'in, wafat tahun 136 H pada usia 93 tahun.

سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: هُوَ الإِمَامُ الفَقِيهُ مِنْ أَجِلَّةِ أَصْحَابِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَتَلَهُ الحَجَّاجُ سَنَةَ ٩٥ وَلَمْ يُكْمِلِ الخَمْسِينَ.

Sa'id bin Jubair: Dia adalah seorang imam ahli fikih, termasuk murid senior Ibnu Abbas, dibunuh oleh Al-Hajjaj pada tahun 95 H sebelum genap berusia 50 tahun.

الشَّعْبِيُّ: اسْمُهُ عَامِرُ بْنُ شَرَاحِيلَ الهَمْدَانِيُّ وُلِدَ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ، وَهُوَ مِنْ ثِقَاتِ التَّابِعِينَ مَاتَ سَنَةَ ١٠٣هـ.

Asy-Sya'bi: Namanya adalah 'Amir bin Syurahil Al-Hamdani, lahir pada masa kekhalifahan Umar, termasuk tabi'in yang tsiqah (terpercaya), wafat tahun 103 H.

بُرَيْدَةُ: بِضَمِّ أَوَّلِهِ وَفَتْحِ ثَانِيهِ، ابْنُ الحُصَيْبِ بْنِ الحَارِثِ الأَسْلَمِيُّ صَحَابِيٌّ شَهِيرٌ، مَاتَ سَنَةَ ٦٣هـ.

Buraidah: Dengan dhammah pada huruf pertama dan fathah pada huruf kedua, Ibnu Al-Hushaib bin Al-Harits Al-Aslami, seorang sahabat terkenal, wafat tahun 63 H.

ابْنُ عَبَّاسٍ: هُوَ الصَّحَابِيُّ الجَلِيلُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ. ابْنُ عَمِّ النَّبِيِّ ﷺ دَعَا لَهُ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ" فَكَانَ كَذَلِكَ وَمَاتَ بِالطَّائِفِ سَنَةَ ٦٨هـ.

Ibnu Abbas: Dia adalah sahabat mulia Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Sepupu Nabi ﷺ, Nabi ﷺ berdoa untuknya: "Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya takwil (Al-Qur'an)", maka demikianlah adanya. Wafat di Thaif tahun 68 H.

عُكَّاشَةُ: هُوَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنِ بْنِ حَرْثَانَ الْأَسَدِيُّ كَانَ مِنَ السَّابِقِينَ إِلَى الْإِسْلَامِ، هَاجَرَ وَشَهِدَ بَدْرًا وَقَاتَلَ فِيهَا، وَاسْتُشْهِدَ فِي قِتَالِ الرِّدَّةِ مَعَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ سَنَةَ ١٢هـ.

'Ukkasyah: Dia adalah 'Ukkasyah bin Mihshan bin Hartsan Al-Asadi, termasuk orang yang paling awal masuk Islam, berhijrah dan menyaksikan Perang Badar serta berperang di dalamnya. Dia syahid dalam peperangan melawan kemurtadan bersama Khalid bin Al-Walid pada tahun 12 H.

الْكَوْكَبُ: النَّجْمُ.

Al-Kaukab: Bintang.

انْقَضَّ: أَيْ سَقَطَ مِنْهُ الشِّهَابُ.

Inqadhdha: Yaitu jatuh darinya syihab (meteor).

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٣٤١٠): وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٢٢٠) وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٢٤٤٨) وَالدَّارِمِيُّ بِرَقْمِ (٢٨١٠) وَأَحْمَدُ (١/٢٧١) .
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari no. (3410), Muslim no. (220), At-Tirmidzi no. (2448), Ad-Darimi no. (2810), dan Ahmad (1/271).

البَارِحَةُ: هِيَ أَقْرَبُ لَيْلَةٍ مَضَتْ. يُقَالُ قَبْلَ الزَّوَالِ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ، وَبَعْدَ الزَّوَالِ رَأَيْتُ البَارِحَةَ.

Al-Barihah: adalah malam terdekat yang telah berlalu. Dikatakan sebelum zawal (tengah hari), "Saya melihatnya pada malam ini," dan setelah zawal, "Saya melihatnya pada malam kemarin."

لُدِغْتُ: أَيْ لَدَغَتْهُ عَقْرَبٌ –وَاللَّدْغُ: اللَّسْعُ- أَيْ أَصَابَتْهُ بِسُمِّهَا.

Ludightu: yaitu dia disengat kalajengking - dan ladgh berarti sengatan - yaitu dia terkena racunnya.

ارْتَقَيْتُ: طَلَبْتُ مَنْ يَرْقِينِي، وَالرُّقْيَةُ: قِرَاءَةُ القُرْآنِ وَالأَدْعِيَةِ وَالشَّرْعِيَّةِ عَلَى المُصَابِ بِمَرَضٍ وَنَحْوِهِ.

Artaqaitu: aku meminta seseorang untuk meruqyahku, dan ruqyah adalah: membaca Al-Qur'an, doa-doa, dan bacaan syar'i kepada orang yang terkena penyakit dan sejenisnya.

مَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟: مَا حُجَّتُكَ عَلَى جَوَازِ ذَلِكَ؟

Apa yang membuatmu melakukan itu?: Apa alasanmu untuk membolehkan hal itu?

لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ: العَيْنُ: إِصَابَةُ العَائِنِ غَيْرَهُ بِعَيْنِهِ.

Tidak ada ruqyah kecuali dari 'ain: 'Ain adalah terkena dampak dari mata orang yang dengki.

أَوْ حُمَةٍ: الحُمَةُ: سُمُّ العَقْرَبِ وَشِبْهِهَا.

Atau humah: Humah adalah racun kalajengking dan sejenisnya.

مَنِ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ: أَيْ أَخَذَ بِمَا بَلَغَهُ مِنَ العِلْمِ بِخِلَافِ مَنْ يَعْمَلُ عَلَى جَهْلٍ أَوْ لَا يَعْمَلُ بِمَا يَعْلَمُ.

Barangsiapa yang mengikuti apa yang dia dengar: yaitu mengambil ilmu yang sampai kepadanya, berbeda dengan orang yang beramal berdasarkan kebodohan atau tidak mengamalkan apa yang dia ketahui.

عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ: قِيلَ كَانَ ذَلِكَ لَيْلَةَ الإِسْرَاءِ، أَيْ أَرَاهُ اللهُ مِثَالَهَا إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ القِيَامَةِ.

Umat-umat diperlihatkan kepadaku: Dikatakan bahwa itu terjadi pada malam Isra', yaitu Allah memperlihatkan kepadanya perumpamaan mereka ketika datang pada hari Kiamat.

الرَّهْطُ: الجَمَاعَةُ دُونَ العَشَرَةِ.

Ar-Rahth: sekelompok orang kurang dari sepuluh.

لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ: أَيْ لَمْ يَتْبَعْهُ مِنْ قَوْمِهِ أَحَدٌ.

Tidak ada seorang pun bersamanya: yaitu tidak ada seorang pun dari kaumnya yang mengikutinya.

سَوَادٌ عَظِيمٌ: أَشْخَاصٌ كَثِيرَةٌ.

Sawadun 'azhim: orang-orang yang sangat banyak.

فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي: أَيْ لِكَثْرَتِهِمْ وَبُعْدِهِ عَنْهُمْ فَلَا يُمَيِّزُ أَعْيَانَهُمْ.

Aku mengira bahwa mereka adalah umatku: yaitu karena banyaknya mereka dan jauhnya dia dari mereka sehingga tidak bisa membedakan individu-individu mereka.

مُوسَى: أَيْ: مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ كَلِيمُ الرَّحْمَنِ.

Musa: Yaitu: Musa bin Imran yang berbicara langsung dengan Ar-Rahman.

وَقَوْمُهُ: أَيْ أَتْبَاعُهُ عَلَى دِينِهِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ.

Dan kaumnya: Yaitu para pengikutnya yang berpegang pada agamanya dari Bani Israil.

بِلَا حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ: أَيْ: لَا يُحَاسَبُونَ وَلَا يُعَذَّبُونَ قَبْلَ دُخُولِهِمُ الْجَنَّةَ لِتَحْقِيقِهِمُ التَّوْحِيدَ.

Tanpa hisab dan siksa: Yaitu: mereka tidak akan dihisab dan disiksa sebelum masuk surga karena mereka telah merealisasikan tauhid.

ثُمَّ نَهَضَ: أَيْ قَامَ.

Kemudian dia bangkit: Yaitu berdiri.

فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ: أَيْ تَبَاحَثَ الْحَاضِرُونَ وَاخْتَلَفُوا فِي

Lalu orang-orang membicarakan mereka: Yaitu para hadirin berdiskusi dan berselisih pendapat mengenai

هَؤُلَاءِ السَّبْعِينَ بِأَيِّ عَمَلٍ نَالُوا هَذِهِ الدَّرَجَةَ؟ فَإِنَّهُمْ لَمْ يَنَالُوهَا إِلَّا بِعَمَلٍ فَمَا هُوَ؟

Tujuh puluh orang ini, dengan amalan apa mereka mencapai derajat ini? Karena mereka tidak mencapainya kecuali dengan amalan, lalu apa itu?

فَأَخْبَرُوهُ: أَيْ ذَكَرُوا لِلنَّبِيِّ –ﷺ اخْتِلَافَهُمْ فِي الْمُرَادِ بِهَؤُلَاءِ السَّبْعِينَ.

Maka mereka memberitahunya: Yaitu mereka menyebutkan kepada Nabi –ﷺ perbedaan pendapat mereka tentang yang dimaksud dengan tujuh puluh orang ini.

لَا يَسْتَرْقُونَ: لَا يَطْلُبُونَ مِنْ يَرْقِيهِمْ اسْتِغْنَاءً عَنِ النَّاسِ.

Mereka tidak meminta ruqyah: Mereka tidak meminta orang lain untuk meruqyah mereka karena merasa cukup dari manusia.

وَلَا يَكْتَوُونَ: لَا يَسْأَلُونَ غَيْرَهُمْ أَنْ يَكْوِيَهُمْ بِالنَّارِ.

Dan mereka tidak meminta dikay: Mereka tidak meminta orang lain untuk mengkay mereka dengan api.

وَلَا يَتَطَيَّرُونَ: لَا يَتَشَاءَمُونَ بِالطُّيُورِ وَنَحْوِهَا.

Dan mereka tidak bertathayyur: Mereka tidak berpesimis dengan burung dan sejenisnya.

وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ: يَعْتَمِدُونَ فِي جَمِيعِ أُمُورِهِمْ عَلَيْهِ لَا عَلَى غَيْرِهِ وَيُفَوِّضُونَ أُمُورَهُمْ إِلَيْهِ.

Dan kepada Tuhan mereka bertawakkal: Mereka bersandar dalam semua urusan mereka kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya, dan mereka menyerahkan urusan mereka kepada-Nya.

سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ: أَيْ إِلَى إِحْرَازِ هَذِهِ الصِّفَاتِ أَوْ سَبَقَكَ بِالسُّؤَالِ.

'Ukkaasyah telah mendahuluimu dengannya: Yaitu untuk meraih sifat-sifat ini atau mendahuluimu dalam bertanya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَصِفُ لَنَا حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حِوَارًا دَارَ فِي مَجْلِسِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ بِمُنَاسَبَةِ انْقِضَاضِ كَوْكَبٍ فِي اللَّيْلِ، فَأَخْبَرَهُمْ حُصَيْنٌ أَنَّهُ شَاهَدَ انْقِضَاضَهُ لِأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ حِينَذَاكَ نَائِمًا، إِلَّا أَنَّهُ خَافَ أَنْ يَظُنَّ الْحَاضِرُونَ أَنَّهُ مَا رَأَى النَّجْمَ إِلَّا لِأَنَّهُ يُصَلِّي، فَأَرَادَ أَنْ يَدْفَعَ عَنْ نَفْسِهِ إِيهَامَ تَعَبُّدٍ لَمْ يَفْعَلْهُ كَعَادَةِ السَّلَفِ فِي حِرْصِهِمْ عَلَى الْإِخْلَاصِ، فَأَخْبَرَ بِالسَّبَبِ الْحَقِيقِيِّ لِيَقَظَتِهِ وَأَنَّهُ بِسَبَبِ إِصَابَةٍ حَصَلَتْ لَهُ، فَانْتَقَلَ الْبَحْثُ إِلَى السُّؤَالِ عَمَّا صَنَعَ حِيَالَ تِلْكَ الْإِصَابَةِ، فَأَخْبَرَ أَنَّهُ عَالَجَهَا بِالرُّقْيَةِ، فَسَأَلَهُ سَعِيدٌ عَنْ دَلِيلِهِ الشَّرْعِيِّ عَلَى مَا صَنَعَ، فَذَكَرَ لَهُ الْحَدِيثَ الْوَارِدَ عَنِ الرَّسُولِ –ﷺ فِي جَوَازِ الرُّقْيَةِ، فَصَوَّبَهُ فِي عَمَلِهِ بِالدَّلِيلِ.

Makna keseluruhan hadits: Hushain bin Abdurrahman menggambarkan kepada kita sebuah dialog yang terjadi di majelis Sa'id bin Jubair berkenaan dengan jatuhnya bintang di malam hari. Hushain memberitahu mereka bahwa ia menyaksikan jatuhnya bintang itu karena ia tidak sedang tidur saat itu. Namun, ia khawatir orang-orang yang hadir akan mengira bahwa ia melihat bintang itu hanya karena ia sedang shalat. Ia ingin menepis anggapan ibadah yang tidak ia lakukan, seperti kebiasaan salaf dalam keinginan mereka untuk ikhlas. Maka ia memberitahu alasan sebenarnya mengapa ia terjaga, yaitu karena ia terkena musibah. Kemudian pembahasan beralih ke pertanyaan tentang apa yang ia lakukan terhadap musibah itu. Ia memberitahu bahwa ia mengobatinya dengan ruqyah. Sa'id bertanya kepadanya tentang dalil syar'i atas apa yang ia lakukan. Lalu ia menyebutkan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ tentang kebolehan ruqyah. Maka Sa'id membenarkan perbuatannya berdasarkan dalil.

ثُمَّ ذَكَرَ لَهُ حَالَةً أَحْسَنَ مِمَّا فَعَلَ، وَهِيَ التَّرَقِّي إِلَى كَمَالِ التَّوْحِيدِ بِتَرْكِ الْأُمُورِ الْمَكْرُوهَةِ مَعَ الْحَاجَةِ إِلَيْهَا، تَوَكُّلًا عَلَى اللهِ كَحَالَةِ السَّبْعِينَ

Kemudian dia menyebutkan kepadanya keadaan yang lebih baik daripada yang dia lakukan, yaitu meningkat menuju kesempurnaan tauhid dengan meninggalkan perkara-perkara yang makruh meskipun membutuhkannya, dengan bertawakal kepada Allah seperti keadaan as-Sab'in

الأَلْفُ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِلَا حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، حَيْثُ وَصَفَهُمُ الرَّسُولُ –ﷺ بِأَنَّهُمْ يَتْرُكُونَ الرُّقْيَةَ وَالكَيَّ تَحْقِيقًا لِلتَّوْحِيدِ، وَيَأْخُذُونَ بِالسَّبَبِ الأَقْوَى وَهُوَ التَّوَكُّلُ عَلَى اللهِ، وَلَمْ يَسْأَلُوا أَحَدًا غَيْرَهُ شَيْئًا مِنَ الرُّقْيَةِ فَمَا فَوْقَهَا.

Seribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab, di mana Rasulullah -ﷺ menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang meninggalkan ruqyah dan kay demi merealisasikan tauhid, dan mereka mengambil sebab yang lebih kuat yaitu tawakal kepada Allah, dan mereka tidak meminta kepada siapa pun selain-Nya sesuatu dari ruqyah dan yang di atasnya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ شَيْئًا مِنْ بَيَانِ مَعْنَى حَقِيقَةِ التَّوْحِيدِ وَثَوَابِ ذَلِكَ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat sesuatu dari penjelasan makna hakikat tauhid dan pahala hal tersebut di sisi Allah Ta'ala.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضِيلَةُ السَّلَفِ، وَأَنَّ مَا يَرَوْنَهُ مِنَ الآيَاتِ السَّمَاوِيَّةِ لَا يَعُدُّونَهُ عَادَةً، بَلْ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ آيَةٌ مِنْ آيَاتِ اللهِ.

1- Keutamaan salaf, dan bahwa apa yang mereka lihat dari tanda-tanda langit, mereka tidak menganggapnya sebagai kebiasaan, tetapi mereka mengetahui bahwa itu adalah salah satu tanda dari tanda-tanda Allah.

٢- حِرْصُ السَّلَفِ عَلَى الإِخْلَاصِ وَشِدَّةُ ابْتِعَادِهِمْ عَنِ الرِّيَاءِ.

2- Semangat salaf dalam keikhlasan dan kesungguhan mereka menjauhi riya'.

٣- طَلَبُ الحُجَّةِ عَلَى صِحَّةِ المَذْهَبِ وَعِنَايَةُ السَّلَفِ بِالدَّلِيلِ.

3- Mencari dalil atas kebenaran mazhab dan perhatian salaf terhadap dalil.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ الوُقُوفِ عِنْدَ الدَّلِيلِ وَالعَمَلِ بِالعِلْمِ، وَأَنَّ مَنْ عَمِلَ بِمَا بَلَغَهُ فَقَدْ أَحْسَنَ.

4- Disyariatkannya berhenti pada dalil dan mengamalkan ilmu, dan bahwa siapa yang mengamalkan apa yang sampai kepadanya maka sungguh dia telah berbuat baik.

٥- تَبْلِيغُ العِلْمِ بِتَلَطُّفٍ وَحِكْمَةٍ.

5- Menyampaikan ilmu dengan lemah lembut dan hikmah.

٦- إِبَاحَةُ الرُّقْيَةِ.

6- Dibolehkannya ruqyah.

٧- إِرْشَادُ مَنْ أَخَذَ بِشَيْءٍ مَشْرُوعٍ إِلَى مَا هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ.

7- Mengarahkan orang yang mengambil sesuatu yang disyariatkan kepada apa yang lebih utama darinya.

٨- فَضِيلَةُ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ –ﷺ حَيْثُ عُرِضَتْ عَلَيْهِ الأُمَمُ.

8- Keutamaan Nabi kita Muhammad –ﷺ ketika umat-umat diperlihatkan kepadanya.

٩- أَنَّ الأَنْبِيَاءَ مُتَفَاوِتُونَ فِي عَدَدِ أَتْبَاعِهِمْ.

9- Bahwa para Nabi berbeda-beda dalam jumlah pengikut mereka.

١٠- الرَّدُّ عَلَى مَنِ احْتَجَّ بِالأَكْثَرِ، وَزَعَمَ أَنَّ الحَقَّ مَحْصُورٌ فِيهِمْ.

10- Bantahan terhadap orang yang berargumen dengan mayoritas, dan mengklaim bahwa kebenaran terbatas pada mereka.

١١- أَنَّ الوَاجِبَ اتِّبَاعُ الحَقِّ وَإِنْ قَلَّ أَهْلُهُ.

11- Bahwa kewajiban adalah mengikuti kebenaran meskipun sedikit pengikutnya.

١٢- فَضِيلَةُ مُوسَى ﵇ وَقَوْمِهِ.

12- Keutamaan Musa ﵇ dan kaumnya.

١٣- فَضِيلَةُ هَذِهِ الأُمَّةِ وَأَنَّهُمْ أَكْثَرُ الأُمَمِ اتِّبَاعًا لِنَبِيِّهِمْ –ﷺ.

13- Keutamaan umat ini dan bahwa mereka adalah umat yang paling banyak mengikuti Nabi mereka –ﷺ.

١- فَضِيلَةُ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ وَثَوَابُهُ.

1. Keutamaan merealisasikan tauhid dan pahalanya.

٢- إِبَاحَةُ الْمُنَاظَرَةِ فِي الْعِلْمِ وَالْمُبَاحَثَةِ فِي نُصُوصِ الشَّرْعِ لِلِاسْتِفَادَةِ وَإِظْهَارِ الْحَقِّ.

2. Diperbolehkannya berdebat dalam ilmu dan berdiskusi tentang nash-nash syariat untuk mengambil manfaat dan menampakkan kebenaran.

٣- عُمْقُ عِلْمِ السَّلَفِ لِمَعْرِفَتِهِمْ أَنَّ الْمَذْكُورِينَ فِي الْحَدِيثِ لَمْ يَنَالُوا هَذِهِ الْمَنْزِلَةَ إِلَّا بِعَمَلٍ.

3. Kedalaman ilmu salaf karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang disebutkan dalam hadits tidak mencapai kedudukan ini kecuali dengan amal.

٤- حِرْصُ السَّلَفِ عَلَى الْخَيْرِ وَالْمُنَافَسَةِ عَلَى الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

4. Semangat salaf dalam kebaikan dan berlomba-lomba dalam amal saleh.

٥- أَنَّ تَرْكَ الرُّقْيَةِ وَالْكَيِّ مِنْ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ.

5. Bahwa meninggalkan ruqyah dan kay termasuk merealisasikan tauhid.

٦- طَلَبُ الدُّعَاءِ مِنَ الْفَاضِلِ فِي حَيَاتِهِ.

6. Meminta doa dari orang yang utama semasa hidupnya.

٧- عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ –ﷺ حَيْثُ أَخْبَرَ أَنَّ عُكَاشَةَ مِنَ السَّبْعِينَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِلَا حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ فَقُتِلَ شَهِيدًا فِي حُرُوبِ الرِّدَّةِ ﵁.

7. Salah satu tanda kenabian beliau ﷺ di mana beliau mengabarkan bahwa 'Ukasyah termasuk dari 70 orang yang masuk surga tanpa hisab dan azab, lalu ia terbunuh syahid dalam peperangan riddah ﵁.

٨- فَضِيلَةُ عُكَاشَةَ بْنِ مِحْصَنٍ ﵁.

8. Keutamaan 'Ukasyah bin Mihshan ﵁.

٩- اسْتِعْمَالُ الْمَعَارِيضِ وَحُسْنُ خُلُقِهِ –ﷺ حَيْثُ لَمْ يَقُلْ –لِلرَّجُلِ الْآخَرِ- لَسْتَ مِنْهُمْ.

9. Menggunakan perkataan yang mengandung makna tersirat dan kebaikan akhlak beliau ﷺ di mana beliau tidak mengatakan kepada lelaki yang lain, "Kamu bukan termasuk mereka."

١٠- سَدُّ الذَّرَائِعِ لِئَلَّا يَقُومَ مَنْ لَيْسَ أَهْلًا فَيُرَدُّ، وَاللهُ أَعْلَمُ.

10. Menutup celah agar tidak berdiri orang yang bukan ahlinya lalu ditolak, dan Allah lebih mengetahui.

* * *

* * *

بَابُ الْخَوْفِ مِنَ الشِّرْكِ

بَابُ الْخَوْفِ مِنَ الشِّرْكِ

Bab Takut Berbuat Syirik

وَقَوْلُ اللهِ ﷿: ﴿إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ﴾ [النساء: ٤٨، ١١٦] .

Dan firman Allah ﷿: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." [An-Nisa': 48, 116].

وَقَالَ الْخَلِيلُ ﵇: ﴿وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ﴾ [إبراهيم: ٣٥] .

Dan Nabi Ibrahim ﵇ berkata: "Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." [Ibrahim: 35].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا ذَكَرَ التَّوْحِيدَ وَفَضْلَهُ وَتَحْقِيقَهُ نَاسَبَ أَن يَذْكُرَ الْخَوْفَ مِن ضِدِّهِ وَهُوَ الشِّرْكُ، لِيَحْذَرَهُ الْمُؤْمِنُ وَيَخَافَهُ عَلَى نَفْسِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Bahwa penulis ﵀ ketika menyebutkan tauhid, keutamaannya, dan pembuktiannya, maka sesuai untuk menyebutkan rasa takut dari lawannya yaitu syirik, agar orang mukmin mewaspadainya dan takut terhadapnya atas dirinya sendiri.

الْخَوْفُ: تَوَقُّعُ مَكْرُوهٍ، وَهُوَ ضِدُّ الْأَمْنِ.

Takut: Mengharapkan sesuatu yang tidak disukai, dan ia adalah lawan dari rasa aman.

الشِّرْكُ: صَرْفُ شَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَةِ لِغَيْرِ اللهِ.

Syirik: Memalingkan sesuatu dari ibadah kepada selain Allah.

لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ: أَيْ لاَ يَعْفُو عَنْ عَبْدٍ لِيَقِيَهُ وَهُوَ يَعْبُدُ غَيْرَهُ.

Tidak mengampuni bila dipersekutukan dengan-Nya: Yakni tidak memaafkan seorang hamba untuk melindunginya sementara ia menyembah selain-Nya.

وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ: أَيْ يَغْفِرُ مَا دُونَ الشِّرْكِ مِنَ الذُّنُوبِ.

Dan mengampuni dosa selain itu: Yakni mengampuni dosa-dosa selain syirik.

لِمَن يَشَاءُ: أَيْ لِمَن يَشَاءُ الْمَغْفِرَةَ لَهُ مِنْ عِبَادِهِ حَسَبَ فَضْلِهِ، وَحِكْمَتِهِ.

Bagi siapa yang Dia kehendaki: Yakni bagi siapa yang Dia kehendaki pengampunan untuknya dari hamba-hamba-Nya sesuai karunia dan hikmah-Nya.

الخَلِيلُ: الَّذِي بَلَغَ أَعْلَى دَرَجَاتِ الْمَحَبَّةِ، وَالْمُرَادُ بِهِ إِبْرَاهِيمُ ﵇ الَّذِي اتَّخَذَهُ اللهُ خَلِيلًا.

Al-Khalil: Orang yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam kecintaan, dan yang dimaksud dengannya adalah Ibrahim ﵇ yang telah dijadikan oleh Allah sebagai kekasih-Nya.

اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ: اجْعَلْنِي وَإِيَّاهُمْ فِي جَانِبٍ وَحَيِّزٍ بَعِيدٍ عَنْ ذَٰلِكَ.

Jauhkanlah aku dan anak-anakku: Jadikanlah aku dan mereka berada di sisi dan tempat yang jauh dari hal itu.

الأَصْنَامُ: جَمْعُ صَنَمٍ وَهُمْ مَا كَانَ مَنْحُوتًا عَلَى صُورَةِ الْبَشَرِ أَوْ صُورَةِ أَيِّ حَيَوَانٍ.

Ashnam: bentuk jamak dari shanam, yaitu patung yang dipahat menyerupai manusia atau hewan.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ الأُولَى: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ يُخْبِرُ خَبَرًا مُؤَكَّدًا أَنَّهُ لَا يَغْفِرُ لِعَبْدٍ لَقِيَهُ وَهُوَ مُشْرِكٌ بِهِ لِيُحَذِّرَنَا مِنَ الشِّرْكِ، وَأَنَّهُ يَغْفِرُ مَا دُونَ الشِّرْكِ مِنَ الذُّنُوبِ لِمَنْ يَشَاءُ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ تَفَضُّلًا وَإِحْسَانًا؛ لِئَلَّا نَقْنَطَ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ.

Makna keseluruhan dari ayat pertama: bahwa Allah ﷻ memberitakan dengan pasti bahwa Dia tidak akan mengampuni hamba yang menemuiNya dalam keadaan menyekutukanNya, untuk memperingatkan kita dari syirik. Dan bahwa Dia mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki untuk mengampuninya, sebagai karunia dan kebaikan, agar kita tidak berputus asa dari rahmat Allah.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ الثَّانِيَةِ: أَنَّ إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلَ ﵊ يَدْعُو رَبَّهُ ﷿ أَنْ يَجْعَلَهُ هُوَ بَنِيهِ فِي جَانِبٍ بَعِيدٍ عَنْ عِبَادَةِ الأَصْنَامِ وَأَنْ يُبَاعِدَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا، لِأَنَّ الْفِتْنَةَ بِهَا عَظِيمَةٌ وَلَا يَأْمَنُ الْوُقُوعَ فِيهَا.

Makna keseluruhan dari ayat kedua: bahwa Ibrahim al-Khalil ﵊ berdoa kepada Tuhannya ﷿ agar menjadikan dirinya dan anak-anaknya jauh dari penyembahan berhala dan menjauhkan antara dirinya dengan berhala-berhala itu, karena fitnah dengannya sangat besar dan tidak ada jaminan untuk tidak terjerumus ke dalamnya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ الْآيَةَ الْأُولَى تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ، لِأَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَيْهِ لَا يُغْفَرُ لَهُ، وَهَذَا يُوجِبُ لِلْعَبْدِ شِدَّةَ الْخَوْفِ مِنْ هَذَا الذَّنْبِ الَّذِي هَذَا شَأْنُهُ، وَالْآيَةُ الثَّانِيَةُ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ إِبْرَاهِيمَ خَافَ الشِّرْكَ عَلَى نَفْسِهِ وَدَعَا اللهَ أَنْ يُعَافِيَهُ مِنْهُ، فَمَا الظَّنُّ بِغَيْرِهِ، فَالْآيَتَانِ تَدُلَّانِ عَلَى وُجُوبِ الْخَوْفِ مِنَ الشِّرْكِ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: bahwa ayat pertama menunjukkan bahwa syirik adalah dosa terbesar, karena siapa yang mati dalam keadaan syirik tidak akan diampuni, dan ini mewajibkan seorang hamba untuk sangat takut terhadap dosa yang keadaannya seperti ini. Ayat kedua menunjukkan bahwa Ibrahim takut syirik pada dirinya dan berdoa kepada Allah agar dijauhkan darinya, maka bagaimana dengan yang lainnya. Kedua ayat tersebut menunjukkan wajibnya takut terhadap syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat:

١- أَنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى أَخْبَرَ أَنَّهُ لَا يَغْفِرُهُ لِمَنْ لَمْ يَتُبْ مِنْهُ.

1- Bahwa syirik adalah dosa terbesar, karena Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia tidak akan mengampuninya bagi orang yang tidak bertaubat darinya.

٢- أَنَّ مَا عَدَا الشِّرْكَ مِنَ الذُّنُوبِ إِذَا لَمْ يَتُبْ مِنْهُ دَاخِلٌ تَحْتَ الْمَشِيئَةِ -إِنْ شَاءَ غَفَرَهُ بِلَا تَوْبَةٍ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَ بِهِ- فَفِي هَذَا دَلِيلٌ عَلَى خُطُورَةِ الشِّرْكِ.

2- Bahwa selain syirik, dosa-dosa jika tidak bertaubat darinya masuk dalam kehendak Allah - jika Dia berkehendak maka Dia mengampuninya tanpa taubat, dan jika Dia berkehendak maka Dia menyiksanya - maka dalam hal ini terdapat dalil atas bahaya syirik.

٣- الْخَوْفُ مِنَ الشِّرْكِ، فَإِنَّ إِبْرَاهِيمَ ﵇ -وَهُوَ إِمَامُ الْحُنَفَاءِ

3- Takut terhadap syirik, karena sesungguhnya Ibrahim ﵇ - dan dia adalah imam para hanif (penganut tauhid)

وَالَّذِي كَسَّرَ الْأَصْنَامَ بِيَدِهِ -خَافَهُ عَلَى نَفْسِهِ فَكَيْفَ بِمَنْ دُونَهُ.

Dan yang menghancurkan berhala-berhala dengan tangannya - takut pada dirinya sendiri, lalu bagaimana dengan yang selain dirinya.

١- مَشْرُوعِيَّةُ الدُّعَاءِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ، وَأَنَّهُ لَا غِنَى لِلْإِنْسَانِ عَنْ رَبِّهِ.

1- Disyariatkannya doa untuk menolak bala, dan bahwa manusia tidak bisa lepas dari Tuhannya.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ دُعَاءِ الْإِنْسَاءِ لِنَفْسِهِ وَلِذُرِّيَّتِهِ.

2- Disyariatkannya doa seseorang untuk dirinya dan keturunannya.

٣- الرَّدُّ عَلَى الْجُهَّالِ الَّذِينَ يَقُولُونَ: لَا يَقَعُ الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ فَأَمِنُوا مِنْهُ فَوَقَعُوا فِيهِ.

3- Bantahan terhadap orang-orang bodoh yang mengatakan: Syirik tidak terjadi pada umat ini, maka mereka merasa aman darinya lalu terjatuh ke dalamnya.

وَفِي الْحَدِيثِ: "أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ" فَسُئِلَ عَنْهُ فَقَالَ: "الرِّيَاءُ" (١) .

Dalam hadits: "Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil" Ketika ditanya tentang itu, beliau bersabda: "Riya'" (1) .

ــ

ــ

وَفِي الْحَدِيثِ: أَيِ الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ وَابْنُ أَبِي الدُّنْيَا وَالْبَيْهَقِيُّ.

Dalam hadits: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu Abi Ad-Dunya, dan Al-Baihaqi.

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ: أَيْ أَشَدُّ خَوْفًا أَخَافُهُ عَلَيْكُمْ.

Yang paling aku takutkan atas kalian: Yaitu ketakutan yang paling besar yang aku takutkan atas kalian.

الرِّيَاءُ: إِظْهَارُ الْعِبَادَةِ لِقَصْدِ رُؤْيَةِ النَّاسِ لَهَا فَيَحْمَدُونَهُ عَلَيْهَا.

Riya': Menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat oleh manusia sehingga mereka memujinya karenanya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: لِكَمَالِ شَفَقَتِهِ ﷺ وَرَحْمَتِهِ بِأُمَّتِهِ وَنُصْحِهِ لَهُمْ بِحَيْثُ لَمْ يَتْرُكْ خَيْرًا إِلَّا دَلَّهُمْ عَلَيْهِ وَلَا شَرًّا إِلَّا حَذَّرَهُمْ مِنْهُ، وَمِنَ الشَّرِّ الَّذِي حَذَّرَ مِنْهُ الظُّهُورُ بِمَظْهَرِ الْعِبَادَةِ لِقَصْدِ تَحْصِيلِ ثَنَاءِ النَّاسِ لِأَنَّهُ شِرْكٌ فِي الْعِبَادَةِ -وَهُوَ وَإِنْ كَانَ شِرْكًا أَصْغَرَ فَخَطَرُهُ عَظِيمٌ، لِأَنَّهُ يُحْبِطُ الْعَمَلَ الَّذِي قَارَنَهُ- وَلَمَّا كَانَتِ النُّفُوسُ مَجْبُولَةً عَلَى مَحَبَّةِ الرِّئَاسَةِ وَالْمَنْزِلَةِ فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ إِلَّا مَنْ سَلَّمَ اللهُ كَانَ هَذَا أَخْوَفَ مَا يُخَافُ عَلَى الصَّالِحِينَ -لِقُوَّةِ الدَّاعِي إِلَيْهِ- بِخِلَافِ الدَّاعِي إِلَى الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ، فَإِنَّهُ إِمَّا مَعْدُومٌ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ الْكَامِلِينَ، وَإِمَّا ضَعِيفٌ.

Makna keseluruhan hadits: Karena kesempurnaan kasih sayang Nabi ﷺ, rahmat kepada umatnya, dan nasihatnya kepada mereka, sehingga beliau tidak meninggalkan kebaikan kecuali menunjukkan mereka kepadanya, dan tidak ada kejahatan kecuali memperingatkan mereka darinya. Di antara kejahatan yang beliau peringatkan adalah menampakkan ibadah dengan tujuan mendapatkan pujian manusia, karena itu adalah syirik dalam ibadah - meskipun itu adalah syirik kecil, bahayanya besar, karena menghapus amalan yang menyertainya. Karena jiwa-jiwa itu diciptakan untuk mencintai kepemimpinan dan kedudukan di hati makhluk kecuali yang diselamatkan Allah, maka ini adalah hal yang paling ditakuti atas orang-orang saleh - karena kuatnya dorongan kepadanya - berbeda dengan dorongan kepada syirik besar, karena itu tidak ada dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna, atau lemah.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الْخَوْفَ مِنَ الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ كَمَا أَنَّ فِي الْآيَتَيْنِ قَبْلَهُ الْخَوْفَ مِنَ الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ، وَالْبَابُ شَامِلٌ لِلنَّوْعَيْنِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat rasa takut dari syirik kecil sebagaimana pada dua ayat sebelumnya terdapat rasa takut dari syirik besar, dan bab ini mencakup kedua jenis tersebut.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ (٥/٤٢٨، ٤٢٩) . وَالطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ (٤/٢٥٣ رَقْمُ ٤٣٠١) .
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (5/428, 429). Dan ath-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabir (4/253 nomor 4301).

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- شِدَّةُ الخَوْفِ مِنَ الوُقُوعِ فِي الشِّرْكِ الأَصْغَرِ، وَذَلِكَ مِنْ وَجْهَيْنِ:

1- Ketakutan yang sangat dari terjerumus ke dalam syirik kecil, dari dua sisi:

الأَوَّلُ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ تَخَوَّفَ مِنْ وُقُوعِهِ تَخَوُّفًا شَدِيدًا.

Pertama: Bahwa Rasulullah ﷺ sangat takut terjerumus ke dalamnya.

الثَّانِي: أَنَّهُ ﷺ تَخَوَّفَ مِنْ وُقُوعِهِ فِي الصَّالِحِينَ الكَامِلِينَ فَمَنْ دُونَهُمْ مِنْ بَابٍ أَوْلَى.

Kedua: Bahwa beliau ﷺ takut terjerumus ke dalamnya pada orang-orang saleh yang sempurna, maka selain mereka lebih utama lagi.

٢- شِدَّةُ شَفَقَتِهِ ﷺ عَلَى أُمَّتِهِ وَحِرْصِهِ عَلَى هِدَايَتِهِمْ وَنُصْحِهِ لَهُمْ.

2- Besarnya kasih sayang beliau ﷺ terhadap umatnya dan keinginan kuat beliau untuk membimbing dan menasihati mereka.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ يَنْقَسِمُ إِلَى أَكْبَرَ وَأَصْغَرَ -فَالأَكْبَرُ هُوَ أَنْ يُسَوِّيَ غَيْرَ اللهِ بِاللهِ فِيمَا هُوَ مِنْ خَصَائِصِ اللهِ، وَالأَصْغَرُ هُوَ مَا أَتَى فِي النُّصُوصِ أَنَّهُ شِرْكٌ وَلَمْ يَصِلْ إِلَى حَدِّ الأَكْبَرِ- وَالفَرْقُ بَيْنَهُمَا:

3- Bahwa syirik terbagi menjadi besar dan kecil - syirik besar adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, sedangkan syirik kecil adalah apa yang disebutkan dalam nash-nash bahwa itu adalah syirik namun tidak sampai pada batas syirik besar - dan perbedaan di antara keduanya:

أ-أَنَّ الأَكْبَرَ يُحْبِطُ جَمِيعَ الأَعْمَالِ، وَالأَصْغَرُ يُحْبِطُ العَمَلَ الَّذِي قَارَنَهُ.

a- Bahwa syirik besar menggugurkan seluruh amal, sedangkan syirik kecil menggugurkan amalan yang disertai dengannya.

ب- أَنَّ الأَكْبَرَ يُخَلِّدُ صَاحِبَهُ فِي النَّارِ، وَالأَصْغَرُ لَا يُوجِبُ الخُلُودَ فِي النَّارِ.

b- Bahwa syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di neraka, sedangkan syirik kecil tidak menyebabkan kekekalan di neraka.

ج- أَنَّ الأَكْبَرَ يُنْقِلُ عَنِ المِلَّةِ، وَالأَصْغَرُ لَا يُنْقِلُ عَنِ المِلَّةِ.

c- Bahwa syirik besar mengeluarkan dari agama, sedangkan syirik kecil tidak mengeluarkan dari agama.

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو لِلَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ" رَوَاهُ البُخَارِيُّ (١) .

Dari Ibnu Mas'ud ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan menyeru kepada tandingan bagi Allah, maka ia masuk neraka." Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1).

ــ

ــ

يَدْعُو: الدُّعَاءُ هُنَا هُوَ السُّؤَالُ يُقَالُ دَعَاهُ إِذَا سَأَلَهُ أَوِ اسْتَغَاثَ بِهِ.

Yad'ū: Doa di sini adalah permohonan, dikatakan da'āhu jika meminta kepadanya atau memohon pertolongan kepadanya.

نِدًّا: النِّدُّ المِثْلُ وَالشَّبِيهُ.

Niddan: Nidd adalah yang setara dan serupa.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ الرَّسُولُ ﷺ أَنَّ مَنْ جَعَلَ لِلَّهِ شَبِيهًا وَمَثِيلًا فِي العِبَادَةِ يَدْعُوهُ وَيَسْأَلُهُ وَيَسْتَغِيثُ بِهِ نَبِيًّا كَانَ هَذَا النِّدُّ أَوْ غَيْرَهُ وَاسْتَمَرَّ عَلَى ذَلِكَ إِلَى المَمَاتِ أَيْ لَمْ يَتُبْ مِنْهُ قَبْلَ المَمَاتِ، فَإِنَّ مَصِيرَهُ إِلَى النَّارِ لِأَنَّهُ مُشْرِكٌ وَاتِّخَاذُ النِّدِّ عَلَى نَوْعَيْنِ:

Makna keseluruhan hadits: Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa barangsiapa menjadikan bagi Allah sesuatu yang serupa dan setara dalam ibadah, ia memanggilnya, meminta kepadanya, dan memohon pertolongan kepadanya, baik itu seorang nabi atau selainnya, dan terus melakukan hal itu hingga kematian, yakni tidak bertaubat darinya sebelum kematian, maka tempat kembalinya adalah neraka karena ia musyrik. Pengambilan tandingan (nidd) ada dua jenis:

الأَوَّلُ: أَنْ يَجْعَلَ لِلَّهِ شَرِيكًا فِي أَنْوَاعِ العِبَادَةِ أَوْ بَعْضِهَا فَهَذَا شِرْكٌ أَكْبَرُ، صَاحِبُهُ مُخَلَّدٌ فِي النَّارِ.

Pertama: Menjadikan sekutu bagi Allah dalam jenis-jenis ibadah atau sebagiannya, maka ini adalah syirik besar, pelakunya kekal di neraka.

الثَّانِي: مَا كَانَ مِنَ الشِّرْكِ الأَصْغَرِ كَقَوْلِ الرَّجُلِ: (مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ وَلَوْلَا اللهُ وَأَنْتَ) وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا فِيهِ الْعَطْفُ بِالْوَاوِ عَلَى لَفْظِ الْجَلَالَةِ. وَكَيَسِيرِ الرِّيَاءِ، وَهَذَا لَا يُوجِبُ التَّخْلِيدَ فِي النَّارِ وَإِنْ دَخَلَهَا.

Kedua: Apa yang termasuk syirik kecil seperti perkataan seseorang: (Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki, kalau bukan karena Allah dan engkau) dan sejenisnya yang di dalamnya terdapat 'athaf dengan huruf waw pada lafazh Allah. Dan seperti riya' yang sedikit, dan ini tidak mewajibkan kekal di neraka meskipun memasukinya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّخْوِيفَ مِنَ الشِّرْكِ بِبَيَانِ عَاقِبَةِ الْمُشْرِكِ وَمَصِيرِهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat ancaman dari syirik dengan menjelaskan akibat orang musyrik dan tempat kembalinya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٤٤٩٧) وَفِيهِ: وَقُلْتُ أَنَا: مَنْ مَاتَ وَهُوَ لَا يَدْعُو لِلَّهِ نِدًّا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor (4497) dan di dalamnya: Aku berkata: Barangsiapa meninggal dan dia tidak menyeru tandingan bagi Allah, maka dia masuk surga.
وَأَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٩٢) بِلَفْظِ: "مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ" وَقُلْتُ أَنَا: وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Dan Muslim mengeluarkannya dengan nomor (92) dengan lafazh: "Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka dia masuk neraka" dan aku berkata: Dan barangsiapa meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka dia masuk surga.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- التَّخْوِيفُ مِنَ الشِّرْكِ وَالْحَثُّ عَلَى التَّوْبَةِ مِنْهُ قَبْلَ الْمَوْتِ.

1- Peringatan akan bahaya syirik dan dorongan untuk bertaubat darinya sebelum kematian.

٢- أَنَّ كُلَّ مَنْ دَعَا مَعَ اللهِ نَبِيًّا أَوْ وَلِيًّا -حَيًّا أَوْ مَيِّتًا- أَوْ حَجَرًا أَوْ شَجَرًا فَقَدْ جَعَلَ نِدًّا لِلَّهِ.

2- Bahwa setiap orang yang berdoa kepada selain Allah, baik itu nabi, wali -yang hidup maupun yang telah wafat-, batu, atau pohon, maka ia telah menjadikan tandingan bagi Allah.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ لَا يُغْفَرُ إِلَّا بِالتَّوْبَةِ.

3- Bahwa syirik tidak diampuni kecuali dengan taubat.

وَلِمُسْلِمٍ عَنْ جَابِرٍ ﵁: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "مَنْ لَقِيَ اللهَ وَهُوَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ" (١) .

Dalam riwayat Muslim dari Jabir ﵁: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menemui Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa menemuiNya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka." (1)

ــ

ــ

جَابِرٌ: هُوَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَرَامٍ الأَنْصَارِيُّ السَّلَمِيُّ صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مُكْثِرٌ ابْنُ صَحَابِيٍّ مَاتَ بِالْمَدِينَةِ بَعْدَ السَّبْعِينَ وَلَهُ أَرْبَعٌ وَتِسْعُونَ سَنَةً.

Jabir: Dia adalah Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari As-Salami, seorang sahabat yang mulia, banyak meriwayatkan hadits, anak dari seorang sahabat. Ia wafat di Madinah setelah tahun 70 Hijriah pada usia 94 tahun.

مَنْ لَقِيَ اللهَ: مَنْ مَاتَ.

Barangsiapa menemui Allah: Barangsiapa meninggal dunia.

لَا يُشْرِكُ بِهِ: لَمْ يَتَّخِذْ مَعَهُ شَرِيكًا فِي الإِلَهِيَّةِ وَلَا فِي الرُّبُوبِيَّةِ.

Tidak menyekutukan-Nya: Tidak menjadikan sekutu bagi-Nya dalam uluhiyyah (ibadah) maupun rububiyyah (kekuasaan).

شَيْئًا: أَيْ شِرْكًا قَلِيلًا أَوْ كَثِيرًا.

Sesuatu: Yaitu syirik yang sedikit maupun yang banyak.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ يُخْبِرُنَا أَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَى التَّوْحِيدِ فَدُخُولُهُ الجَنَّةَ مَقْطُوعٌ بِهِ، فَإِنْ كَانَ صَاحِبَ كَبِيرَةٍ وَمَاتَ مُصِرًّا عَلَيْهَا فَهُوَ تَحْتَ مَشِيئَةِ اللهِ، فَإِنْ عَفَا اللهُ عَنْهُ دَخَلَهَا أَوَّلًا، وَإِلَّا عُذِّبَ فِي النَّارِ ثُمَّ أُخْرِجَ مِنْهَا وَأُدْخِلَ فِي الجَنَّةِ.

Makna keseluruhan dari hadits ini adalah: Rasulullah ﷺ memberitahu kita bahwa barangsiapa meninggal dalam keadaan bertauhid, maka ia pasti masuk surga. Jika ia melakukan dosa besar dan meninggal dalam keadaan bersikeras melakukannya, maka ia berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah mengampuninya, ia akan memasukinya pertama kali. Jika tidak, ia akan disiksa di neraka kemudian dikeluarkan darinya dan dimasukkan ke dalam surga.

وَأَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَى الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَلَا يَنَالُهُ مِنَ اللهِ رَحْمَةٌ وَيَخْلُدُ فِي النَّارِ، وَإِنْ كَانَ شِرْكًا أَصْغَرَ دَخَلَ النَّارَ -إِنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ حَسَنَاتٌ رَاجِحَةٌ- لَكِنْ لَا يَخْلُدُ فِيهَا.

Dan bahwa siapa yang mati dalam keadaan syirik akbar, dia tidak akan masuk surga dan tidak mendapatkan rahmat Allah, serta kekal di neraka. Jika syirik ashghar, dia masuk neraka -jika tidak memiliki kebaikan yang lebih berat- tetapi tidak kekal di dalamnya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّغْلِيظَ فِي النَّهْيِ عَنِ الشِّرْكِ مِمَّا يُوجِبُ شِدَّةَ الْخَوْفِ مِنْهُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat ancaman keras dalam larangan syirik yang mewajibkan ketakutan yang besar darinya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٩٣)، وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ (٣/٣٤٥) .
(1) Dikeluarkan oleh Muslim no. (93), dan Ahmad dalam Musnad (3/345).

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ الخَوْفِ مِنَ الشِّرْكِ، لِأَنَّ النَّجَاةَ مِنَ النَّارِ مَشْرُوطَةٌ بِالسَّلَامَةِ مِنَ الشِّرْكِ.

1- Wajibnya takut kepada syirik, karena selamat dari neraka disyaratkan dengan selamat dari syirik.

٢- أَنَّهُ لَيْسَ العِبْرَةُ بِكَثْرَةِ العَمَلِ، وَإِنَّمَا العِبْرَةُ بِالسَّلَامَةِ مِنَ الشِّرْكِ.

2- Bahwa yang menjadi pelajaran bukanlah banyaknya amal, tetapi yang menjadi pelajaran adalah selamat dari syirik.

٣- بَيَانُ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّهُ تَرْكُ الشِّرْكِ وَإِفْرَادُ اللهِ بِالعِبَادَةِ.

3- Penjelasan makna laa ilaaha illallah dan bahwa maknanya adalah meninggalkan syirik dan mengesakan Allah dalam ibadah.

٤- قُرْبُ الجَنَّةِ وَالنَّارِ مِنَ العَبْدِ وَأَنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمَا إِلَّا المَوْتُ.

4- Dekatnya surga dan neraka dari seorang hamba dan bahwa tidak ada yang memisahkan antara dia dengan keduanya kecuali kematian.

٥- فَضِيلَةُ مَنْ سَلِمَ مِنَ الشِّرْكِ.

5- Keutamaan orang yang selamat dari syirik.

* * *

* * *

بَابُ الدُّعَاءِ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

بَابُ الدُّعَاءِ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ اللهُ

Bab Menyeru kepada Kesaksian Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah

وَقَوْلُهُ اللهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾ [يُوسُفَ: ١٠٨] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah (Muhammad), 'Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.'" [Yusuf: 108].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا ذَكَرَ فِي الْأَبْوَابِ السَّابِقَةِ التَّوْحِيدَ وَفَضْلَهُ وَمَا يُوجِبُ الْخَوْفَ مِنْ ضِدِّهِ ذَكَرَ فِي هَذَا الْبَابِ أَنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِمَنْ عَرَفَ ذَلِكَ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى نَفْسِهِ بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَدْعُوَ إِلَى اللهِ تَعَالَى بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ كَمَا هُوَ سَبِيلُ الْمُرْسَلِينَ وَأَتْبَاعِهِمْ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Bahwa penulis ﵀ ketika menyebutkan pada bab-bab sebelumnya tentang tauhid, keutamaannya, dan apa yang mewajibkan takut dari lawannya, beliau menyebutkan dalam bab ini bahwa tidak sepatutnya bagi orang yang mengetahui hal itu untuk membatasi dirinya sendiri, bahkan wajib baginya untuk menyeru kepada Allah Ta'ala dengan hikmah dan nasihat yang baik sebagaimana jalan para rasul dan pengikut mereka.

الدُّعَاءُ: أَيْ دَعْوَةُ النَّاسِ.

Ad-du'aa': yaitu menyeru manusia.

إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ: أَيْ إِلَى تَوْحِيدِ اللهِ وَالْإِيمَانِ بِهِ وَبِمَا جَاءَتْ بِهِ رُسُلُهُ مِمَّا هُوَ مَدْلُولُ هَذِهِ الشَّهَادَةِ.

Kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah: yaitu kepada mengesakan Allah dan beriman kepada-Nya dan kepada apa yang dibawa oleh para rasul-Nya yang merupakan makna dari kesaksian ini.

قُلْ: الْخِطَابُ لِلرَّسُولِ ﷺ.

Qul (Katakanlah): Seruan ditujukan kepada Rasulullah ﷺ.

هَذِهِ: أَيِ الدَّعْوَةُ الَّتِي أَدْعُو إِلَيْهَا وَالطَّرِيقَةُ الَّتِي أَنَا عَلَيْهَا.

Ini: yaitu dakwah yang aku serukan dan jalan yang aku tempuh.

سَبِيلِي: طَرِيقَتِي وَدَعْوَتِي.

Jalanku: metode dan dakwahku.

أَدْعُو إِلَى اللهِ: إِلَى تَوْحِيدِ اللهِ لَا إِلَى حَظٍّ مِنْ حُظُوظِ الدُّنْيَا وَلَا إِلَى رِئَاسَةٍ وَلَا إِلَى حِزْبِيَّةٍ.

Aku menyeru kepada Allah: kepada tauhid Allah, bukan untuk keuntungan duniawi, bukan untuk kepemimpinan, dan bukan untuk kepartaian.

عَلَى بَصِيرَةٍ: عَلَى عِلْمٍ بِذَلِكَ وَبُرْهَانٍ عَقْلِيٍّ وَشَرْعِيٍّ، وَالْبَصِيرَةُ

Dengan bashirah: dengan ilmu tentang hal itu dan bukti akal serta syar'i, dan bashirah adalah

المَعْرِفَةُ الَّتِي يُمَيِّزُ بِهَا بَيْنَ الحَقِّ وَالبَاطِلِ.

Pengetahuan yang dengannya ia membedakan antara yang haq dan yang batil.

وَمَنِ اتَّبَعَنِي: أَيْ آمَنَ بِي وَصَدَّقَنِي: يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَطْفٌ عَلَى الضَّمِيرِ المَرْفُوعِ فِي (أَدْعُو) فَيَكُونُ المَعْنَى: أَنَا أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ وَمَنِ اتَّبَعَنِي كَذَلِكَ يَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ: وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ عَطْفًا عَلَى الضَّمِيرِ المُنْفَصِلِ (أَنَا) فَيَكُونُ المَعْنَى: أَنَا وَأَتْبَاعِي عَلَى بَصِيرَةٍ. وَالتَّحْقِيقُ: أَنَّ العَطْفَ يَتَضَمَّنُ المَعْنَيَيْنِ فَأَتْبَاعُهُ هُمْ أَهْلُ البَصِيرَةِ الدَّاعُونَ إِلَى اللهِ.

Dan orang yang mengikutiku: yaitu beriman kepadaku dan membenarkanku: ada kemungkinan bahwa itu adalah 'athaf kepada dhamir marfu' pada (ad'uu) sehingga maknanya: aku menyeru kepada Allah di atas bashirah dan orang yang mengikutiku juga menyeru kepada Allah di atas bashirah. Dan ada kemungkinan bahwa itu adalah 'athaf kepada dhamir munfashil (anaa) sehingga maknanya: aku dan para pengikutku berada di atas bashirah. Dan yang benar: bahwa 'athaf mencakup kedua makna tersebut, maka para pengikutnya adalah ahlu bashirah yang menyeru kepada Allah.

وَسُبْحَانَ اللهِ: وَأُنَزِّهُ اللهَ وَأُقَدِّسُهُ عَنْ أَنْ يَكُونَ لَهُ شَرِيكٌ، فِي مُلْكِهِ أَوْ مَعْبُودٌ بِحَقٍّ سِوَاهُ.

Dan Mahasuci Allah: aku menyucikan Allah dan mengagungkan-Nya dari memiliki sekutu, dalam kerajaan-Nya atau yang berhak disembah selain-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ رَسُولَهُ أَنْ يُخْبِرَ النَّاسَ عَنْ طَرِيقَتِهِ وَسُنَّتِهِ أَنَّهَا الدَّعْوَةُ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَيَقِينٍ وَبُرْهَانٍ، وَكُلُّ مَنِ اتَّبَعَهُ يَدْعُو إِلَى مَا يَدْعُو إِلَيْهِ عَلَى عِلْمٍ وَيَقِينٍ وَبُرْهَانٍ، وَأَنَّهُ هُوَ وَأَتْبَاعُهُ يُنَزِّهُونَ اللهَ عَنِ الشَّرِيكِ لَهُ فِي مُلْكِهِ وَعَنِ الشَّرِيكِ لَهُ فِي عِبَادَتِهِ وَيَتَبَرَّأُ مِمَّنْ أَشْرَكَ بِهِ وَإِنْ كَانَ أَقْرَبَ قَرِيبٍ.

Makna keseluruhan ayat: Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk memberitahu manusia tentang jalan dan sunnahnya, yaitu menyeru kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dengan ilmu, keyakinan, dan bukti. Setiap orang yang mengikutinya menyeru kepada apa yang dia seru dengan ilmu, keyakinan, dan bukti. Dia dan para pengikutnya mensucikan Allah dari sekutu dalam kerajaan-Nya dan dari sekutu dalam ibadah kepada-Nya, serta berlepas diri dari orang yang menyekutukan-Nya meskipun kerabat terdekat.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ ذَكَرَ فِيهَا طَرِيقَةَ الرَّسُولِ وَأَتْبَاعِهِ هِيَ الدَّعْوَةُ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَلَى عِلْمٍ بِمَا يَدْعُونَ إِلَيْهِ. فَفِيهَا وُجُوبُ الدَّعْوَةِ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الَّذِي هُوَ مَوْضُوعُ الْبَابِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa Allah menyebutkan di dalamnya jalan Rasul dan para pengikutnya adalah menyeru kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dengan ilmu tentang apa yang mereka seru kepadanya. Maka di dalamnya terdapat kewajiban menyeru kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang merupakan topik bab ini.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ الدَّعْوَةَ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ هِيَ طَرِيقَةُ الرَّسُولِ وَأَتْبَاعِهِ.

1- Bahwa menyeru kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah adalah jalan Rasul dan para pengikutnya.

٢- أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى الدَّاعِيَةِ أَنْ يَكُونَ عَالِمًا بِمَا يَدْعُو إِلَيْهِ عَالِمًا بِمَا يَنْهَى عَنْهُ.

2- Bahwa seorang da'i harus memiliki ilmu tentang apa yang dia seru kepadanya dan apa yang dia larang darinya.

٣- التَّنْبِيهُ عَلَى الْإِخْلَاصِ فِي الدَّعْوَةِ بِأَنْ لَا يَكُونَ لِلدَّاعِيَةِ مَقْصِدٌ سِوَى

3- Peringatan untuk ikhlas dalam dakwah dengan tidak memiliki tujuan lain bagi da'i selain

وَجْهُ اللهِ لَا يُقْصَدُ بِذَلِكَ تَحْصِيلُ مَالٍ أَوْ رِئَاسَةٍ أَوْ مَدْحٍ مِنَ النَّاسِ أَوْ دَعْوَةٍ إِلَى حِزْبٍ أَوْ مَذْهَبٍ.

Wajah Allah tidak dimaksudkan untuk memperoleh harta, kepemimpinan, pujian dari manusia, atau ajakan kepada partai atau mazhab tertentu.

١- أَنَّ الْبَصِيرَةَ فَرِيضَةٌ لِأَنَّ اتِّبَاعَهُ –ﷺ وَاجِبٌ وَلَا يَتَحَقَّقُ اتِّبَاعُهُ إِلَّا بِالْبَصِيرَةِ وَهِيَ الْعِلْمُ وَالْيَقِينُ.

1- Bahwa bashirah (ilmu dan keyakinan) adalah kewajiban karena mengikutinya ﷺ adalah wajib dan tidak akan terealisasi kecuali dengan bashirah, yaitu ilmu dan keyakinan.

٢- حُسْنُ التَّوْحِيدِ لِأَنَّهُ تَنْزِيهٌ لِلَّهِ تَعَالَى.

2- Kebaikan tauhid karena ia mensucikan Allah Ta'ala.

٣- قُبْحُ الشِّرْكِ لِأَنَّهُ مَسَبَّةٌ لِلَّهِ تَعَالَى.

3- Keburukan syirik karena ia merupakan penghinaan kepada Allah Ta'ala.

٤- وُجُوبُ ابْتِعَادِ الْمُسْلِمِ عَنِ الْمُشْرِكِينَ لَا يَصِيرُ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ فَلَا يَكْفِي أَنَّهُ لَا يُشْرِكُ.

4- Kewajiban seorang Muslim untuk menjauhi orang-orang musyrik agar tidak menjadi seperti mereka dalam hal apapun, maka tidak cukup baginya untuk tidak berbuat syirik.

* * *

* * *

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ لَهُ: "إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ" وَفِي رِوَايَةٍ: "إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ. فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ. فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ" أَخْرَجَاهُ (١) .

Dari Ibnu Abbas: bahwa Rasulullah ﷺ ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya: "Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab, maka hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah". Dalam riwayat lain: "agar mereka mentauhidkan Allah. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka sedekah yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka hati-hatilah terhadap harta benda mereka yang berharga dan takutlah terhadap doa orang yang terzalimi karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doa itu dengan Allah". Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim (1).

ــ

ــ

بَعَثَ مُعَاذًا: وَجَّهَهُ وَأَرْسَلَهُ.

Mengutus Muadz: mengarahkannya dan mengirimnya.

إِلَى الْيَمَنِ: إِلَى الْإِقْلِيمِ الْمَعْرُوفِ جَنُوبَ الْجَزِيرَةِ الْعَرَبِيَّةِ دَاعِيًا إِلَى اللهِ وَوَالِيًا وَقَاضِيًا وَذَلِكَ فِي سَنَةِ عَشْرٍ مِنَ الْهِجْرَةِ.

Ke Yaman: ke wilayah yang terkenal di selatan Jazirah Arab sebagai penyeru kepada Allah, wali (gubernur) dan qadhi (hakim), dan itu terjadi pada tahun kesepuluh Hijriyah.

أَهْلَ الْكِتَابِ: هُمُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى لِأَنَّهُمْ كَانُوا فِي الْيَمَنِ أَكْثَرَ مِنْ مُشْرِكِي الْعَرَبِ أَوْ أَغْلَبَ.

Ahli Kitab: mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka lebih banyak atau mayoritas di Yaman daripada orang-orang musyrik Arab.

شَهَادَةً: يَجُوزُ فِيهَا الرَّفْعُ عَلَى أَنَّهُ اسْمُ يَكُنْ مُؤَخَّرًا وَأَوَّلُ خَبَرِهَا مُقَدَّمٌ وَيَجُوزُ العَكْسُ.

Syahadat: Diperbolehkan dalam syahadat untuk merafa'kan (menominalkan) pada anggapan bahwa ia adalah ism yakun (predikat) yang diakhirkan dan awal khabarnya (subjek) didahulukan, dan boleh juga sebaliknya.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَيْ فِي رِوَايَةٍ أُخْرَى فِي صَحِيحِ البُخَارِيِّ.

Dan dalam riwayat: Yaitu dalam riwayat lain di Shahih al-Bukhari.

أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ: أَيْ شَهِدُوا وَانْقَادُوا لِدَعْوَتِكَ وَكَفَرُوا بِمَا يُعْبَدُ مِنْ

Mereka menaatimu karena itu: Yaitu mereka bersaksi dan tunduk pada dakwahmu dan kufur terhadap apa yang disembah selain

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ (١٣٩٥)، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (١٩) وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٦٢٥)، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ (١٥٨٤) وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ (١/٢٣٣) .
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor (1395), Muslim nomor (19), at-Tirmidzi nomor (625), Abu Dawud nomor (1584), dan Ahmad dalam Musnadnya (1/233).

دُونَ اللهِ.

selain Allah.

افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ: أَوْجَبَ عَلَيْهِمْ.

Dia mewajibkan atas mereka: Dia mengharuskan atas mereka.

أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ: آمَنُوا بِفَرْضِيَّتِهَا وَأَقَامُوهَا.

Mereka menaatimu karena itu: Mereka beriman dengan kewajibannya dan melaksanakannya.

إِيَّاكَ: كَلِمَةُ تَحْذِيرٍ.

Awas kamu: kata peringatan.

وَكَرَائِمَ: مَنْصُوبٌ عَلَى التَّحْذِيرِ جَمْعُ كَرِيمَةٍ، وَهِيَ خِيَارُ الْمَالِ وَنَفَائِسُهُ.

dan harta-harta berharga: dinashabkan atas peringatan, bentuk jamak dari karimah, yaitu harta pilihan dan berharga.

اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ: احْذَرْهَا وَاجْعَلْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا وِقَايَةً بِفِعْلِ الْعَدْلِ وَتَرْكِ الظُّلْمِ.

Takutlah doa orang yang terzalimi: hati-hatilah terhadapnya dan jadikanlah antara kamu dan doanya pencegahan dengan berbuat adil dan meninggalkan kezaliman.

فَإِنَّهُ: أَيِ الْحَالُ وَالشَّأْنُ.

Maka sesungguhnya ia: yakni keadaan dan perkaranya.

لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ: أَيْ لَا تُحْجَبُ عَنِ اللهِ بَلْ تُرْفَعُ إِلَيْهِ فَيَقْبَلُهَا.

Tidak ada penghalang antara doa itu dan Allah: yakni tidak terhalang dari Allah bahkan diangkat kepada-Nya lalu Dia mengabulkannya.

أَخْرَجَاهُ: أَيْ أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Keduanya mengeluarkannya: yakni Al-Bukhari dan Muslim mengeluarkannya dalam dua kitab Shahih.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ لَمَّا وَجَّهَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ ﵁ إِلَى إِقْلِيمِ اليَمَنِ دَاعِيًا إِلَى اللهِ وَمُعَلِّمًا رَسَمَ لَهُ الخُطَّةَ الَّتِي يَسِيرُ عَلَيْهَا فِي دَعْوَتِهِ، فَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ سَيُوَاجِهُ قَوْمًا أَهْلَ عِلْمٍ وَجَدَلٍ مِنَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى، لِيَكُونَ عَلَى أُهْبَةٍ لِمُنَاظَرَتِهِمْ وَرَدِّ شُبُهِهِمْ، ثُمَّ لِيَبْدَأَ فِي دَعْوَتِهِ بِالأَهَمِّ فَالأَهَمِّ فَيَدْعُو النَّاسَ إِلَى إِصْلَاحِ العَقِيدَةِ أَوَّلًا لِأَنَّهَا الأَسَاسُ، فَإِذَا انْقَادُوا لِذَلِكَ أَمَرَهُمْ بِإِقَامِ الصَّلَاةِ لِأَنَّهَا أَعْظَمُ الوَاجِبَاتِ بَعْدَ التَّوْحِيدِ، فَإِذَا أَقَامُوهَا أَمَرَ أَغْنِيَاءَهُمْ بِدَفْعِ زَكَاةِ أَمْوَالِهِمْ إِلَى فُقَرَائِهِمْ مُوَاسَاةً لَهُمْ وَشُكْرًا لِلَّهِ، ثُمَّ حَذَّرَهُ مِنْ أَخْذِ جَيِّدِ المَالِ لِأَنَّ الوَاجِبَ الوَسَطُ، ثُمَّ حَثَّهُ عَلَى العَدْلِ وَتَرْكِ الظُّلْمِ لِئَلَّا يَدْعُوَ عَلَيْهِ المَظْلُومُ وَدَعْوَتُهُ

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Nabi –ﷺ ketika mengarahkan Mu'adz bin Jabal ﵁ ke wilayah Yaman sebagai da'i kepada Allah dan pengajar, beliau membuat rencana yang harus diikuti dalam dakwahnya. Beliau menjelaskan kepadanya bahwa dia akan menghadapi kaum yang berilmu dan suka berdebat dari kalangan Yahudi dan Nasrani, agar dia siap untuk berdialog dengan mereka dan menolak syubhat mereka. Kemudian hendaklah dia memulai dakwahnya dengan yang paling penting lalu yang paling penting, maka dia menyeru manusia untuk memperbaiki akidah terlebih dahulu karena itu adalah dasar. Jika mereka tunduk pada hal itu, dia memerintahkan mereka untuk mendirikan shalat karena itu adalah kewajiban terbesar setelah tauhid. Jika mereka telah mendirikannya, dia memerintahkan orang-orang kaya di antara mereka untuk membayar zakat harta mereka kepada orang-orang miskin mereka sebagai bentuk kepedulian kepada mereka dan rasa syukur kepada Allah. Kemudian beliau memperingatkannya dari mengambil harta yang baik karena yang wajib adalah yang pertengahan. Kemudian beliau mendorongnya untuk berlaku adil dan meninggalkan kezaliman agar orang yang terzalimi tidak berdoa kepadanya dan doanya

مُسْتَجَابَةٌ.

Dikabulkan.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ أَوَّلَ مَا يُدْعَى إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَفِيهِ إِرْسَالُ الدُّعَاةِ لِذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa pertama kali yang didakwahkan adalah syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan di dalamnya terdapat pengutusan para da'i untuk itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- مَشْرُوعِيَّةُ إِرْسَالِ الدُّعَاةِ إِلَى اللهِ.

1- Disyariatkannya mengutus para da'i kepada Allah.

٢- أَنَّ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَوَّلُ وَاجِبٍ وَهِيَ أَوَّلُ مَا يُدْعَى إِلَيْهِ النَّاسُ.

2- Bahwa syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah adalah kewajiban pertama dan ia adalah hal pertama yang didakwahkan kepada manusia.

٣- أَنَّ مَعْنَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَوْحِيدُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ وَتَرْكُ عِبَادَةِ مَا سِوَاهُ.

3- Bahwa makna syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah adalah mengesakan Allah dalam ibadah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

٤- أَنَّهُ لَا يُحْكَمُ بِإِسْلَامِ الْكَافِرِ إِلَّا بِالنُّطْقِ بِالشَّهَادَتَيْنِ.

4- Bahwa tidak dihukumi keislaman seorang kafir kecuali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

٥- أَنَّ الْإِنْسَانَ قَدْ يَكُونُ قَارِئًا وَهُوَ لَا يَعْرِفُ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، أَوْ يَعْرِفُهُ وَلَا يَعْمَلُ بِهِ كَحَالِ أَهْلِ الْكِتَابِ.

5- Bahwa seseorang mungkin saja bisa membaca namun ia tidak mengetahui makna laa ilaaha illallah, atau ia mengetahuinya namun tidak mengamalkannya seperti keadaan Ahlul Kitab.

٦- أَنَّ مُخَاطَبَةَ الْعَالِمِ لَيْسَتْ كَمُخَاطَبَةِ الْجَاهِلِ: "إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ".

6- Bahwa berbicara kepada orang yang berilmu tidaklah sama dengan berbicara kepada orang yang jahil: "Sesungguhnya engkau mendatangi kaum Ahlul Kitab".

٧- التَّنْبِيهُ عَلَى أَنَّهُ يَنْبَغِي لِلْإِنْسَانِ خُصُوصًا الدَّاعِيَةِ أَنْ يَكُونَ عَلَى بَصِيرَةٍ مِنْ دِينِهِ، لِيَتَخَلَّصَ مِنْ شُبُهَاتِ الْمُشَبِّهِينَ وَذَلِكَ بِطَلَبِ الْعِلْمِ.

7- Peringatan bahwa hendaknya bagi seseorang khususnya seorang da'i untuk memiliki bashirah (ilmu dan pemahaman) tentang agamanya, agar ia terlepas dari syubhat orang-orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, dan itu dengan menuntut ilmu.

٨- أَنَّ الصَّلَاةَ أَعْظَمُ الْوَاجِبَاتِ بَعْدَ الشَّهَادَتَيْنِ.

8- Bahwa shalat adalah kewajiban yang paling agung setelah dua kalimat syahadat.

٩- أَنَّ الزَّكَاةَ أَوْجَبُ الْأَرْكَانِ بَعْدَ الصَّلَاةِ.

9. Bahwa zakat adalah rukun yang paling wajib setelah shalat.

١٠- بَيَانُ مَصْرِفٍ مِنْ مَصَارِفِ الزَّكَاةِ وَهُمُ الْفُقَرَاءُ وَجَوَازُ الِاقْتِصَارِ عَلَيْهِ.

10. Penjelasan tentang salah satu dari golongan penerima zakat yaitu orang-orang fakir dan bolehnya membatasi zakat hanya kepada mereka.

١١- أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَخْذُ الزَّكَاةِ مِنْ جَيِّدِ الْمَالِ إِلَّا بِرِضَا صَاحِبِهِ.

11. Bahwa tidak boleh mengambil zakat dari harta yang baik kecuali dengan kerelaan pemiliknya.

١٢- التَّحْذِيرُ مِنَ الظُّلْمِ، وَأَنَّ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ وَلَوْ كَانَ عَاصِيًا.

12. Peringatan dari kezaliman, dan bahwa doa orang yang terzalimi akan dikabulkan meskipun dia orang yang bermaksiat.

وَلَهُمَا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ﵁: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ: "لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ، يَفْتَحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ"، فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحُوا غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ كُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا. فَقَالَ: "أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ؟ " فَقِيلَ: هُوَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ، فَأَرْسَلُوا إِلَيْهِ فَأُتِيَ بِهِ فَبَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ وَقَالَ: "انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ تَعَالَى فِيهِ، فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ" (١) .

Dan dari mereka berdua, dari Sahl bin Sa'd ﵁: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda pada hari Khaibar: "Sungguh aku akan memberikan bendera ini esok hari kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah serta Rasul-Nya mencintainya, Allah akan memberikan kemenangan di tangannya", maka orang-orang melalui malam mereka dengan bertanya-tanya siapakah di antara mereka yang akan diberikannya, ketika pagi tiba mereka mendatangi Rasulullah ﷺ, semuanya berharap untuk diberikannya. Beliau bersabda: "Di manakah Ali bin Abi Thalib?" Maka dikatakan: Dia mengeluhkan kedua matanya, maka mereka mengutus seseorang kepadanya lalu dia didatangkan, kemudian beliau meludahi kedua matanya dan mendoakannya, maka dia sembuh seakan tidak pernah terkena sakit, lalu beliau memberikan bendera kepadanya dan bersabda: "Berangkatlah dengan tenang sampai engkau turun di halaman mereka kemudian ajaklah mereka kepada Islam, dan kabarkanlah kepada mereka apa yang wajib atas mereka dari hak Allah Ta'ala di dalamnya, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah denganmu kepada seorang laki-laki lebih baik bagimu daripada unta merah" (1).

يَدُوكُونَ أَيْ: يَخُوضُونَ.

يدوكون artinya: mereka bertanya-tanya.

ــ

ــ

سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ: هُوَ سَهْلُ بْنُ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ خَالِدٍ الْأَنْصَارِيُّ الْخَزْرَجِيُّ السَّاعِدِيُّ صَحَابِيٌّ شَهِيرٌ مَاتَ سَنَةَ ٨٨هـ، وَقَدْ جَاوَزَ الْمِائَةَ.

Sahl bin Sa'd: Dia adalah Sahl bin Sa'd bin Malik bin Khalid Al-Anshari Al-Khazraji As-Sa'idi, seorang sahabat terkenal yang meninggal pada tahun 88 H, dan telah melewati usia seratus tahun.

وَلَهُمَا: أَيِ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيحَيْهِمَا.

Bagi mereka berdua: Yaitu Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka berdua.

يَوْمَ خَيْبَرَ: أَيْ يَوْمَ حِصَارِ خَيْبَرَ سَنَةَ ٧هـ.

Hari Khaibar: Yaitu hari pengepungan Khaibar pada tahun 7 H.

الرَّايَةَ: عَلَمُ الْجَيْشِ الَّذِي يَرْجِعُونَ إِلَيْهِ عِنْدَ الْكَرِّ وَالْفَرِّ.

Ar-Rayah: Bendera pasukan yang mereka kembali kepadanya saat maju dan mundur.

يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ: إِخْبَارٌ عَلَى وَجْهِ الْبُشْرَى بِحُصُولِ الْفَتْحِ.

Allah akan menaklukkan di tangannya: Pemberitahuan dalam bentuk kabar gembira dengan terjadinya penaklukan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ (٢٩٤٢)، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٢٤٠٦) .
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor (2942), dan Muslim dengan nomor (2406).

لَيْلَتَهُمْ: مَنْصُوبٌ عَلَى الظَّرْفِيَّةِ.

Lailatahum: dinashabkan karena zharfiyah.

أَيُّهُمْ: بِرَفْعِ (أَيٍّ) عَلَى الْبِنَاءِ لِإِضَافَتِهَا وَحَذْفِ صَدْرِ صِلَتِهَا.

Ayyuhum: dengan me-rafa' (ayy) karena diidhafahkan dan dihapus permulaan shilatnya.

عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: هُوَ ابْنُ عَمِّ رَسُولِ اللهِ –ﷺ وَزَوْجُ ابْنَتِهِ فَاطِمَةَ وَالْخَلِيفَةُ الرَّابِعُ مِنْ أَسْبَقِ السَّابِقِينَ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَحَدُ الْعَشَرَةِ الْمُبَشَّرِينَ بِالْجَنَّةِ ﵃ أَجْمَعِينَ قُتِلَ سَنَةَ ٤٠هـ.

Ali bin Abi Thalib: Beliau adalah sepupu Rasulullah ﷺ, suami putrinya Fatimah, khalifah keempat dari orang-orang yang paling awal masuk Islam, dan salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga ﵃. Beliau syahid pada tahun 40 H.

يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ: أَيْ تُؤْلِمَانِهِ مِنَ الرَّمَدِ.

Yasytakii 'ainaihi: yaitu kedua matanya sakit karena radang.

فَبَرَأَ: بِفَتْحِ الْبَاءِ عَلَى وَزْنِ ضَرَبَ، وَيَجُوزُ كَسْرُهَا عَلَى وَزْنِ عَلِمَ، أَيْ عُوفِيَ عَافِيَةً كَامِلَةً.

Fabara-a: dengan fathah pada ba' sewazan dlaraba, dan boleh dikasrah sewazan 'alima, artinya sembuh total.

أَعْطَاهُ الرَّايَةَ: دَفَعَهَا إِلَيْهِ.

A'thaahur raayata: menyerahkannya kepadanya.

انْفُذْ: أَيِ امْضِ لِوَجْهِكَ.

Unfudz: yaitu majulah ke arahmu.

عَلَى رِسْلِكَ: عَلَى رِفْقِكَ مِنْ غَيْرِ عَجَلَةٍ.

'Alaa rislik: dengan perlahan tanpa tergesa-gesa.

بِسَاحَتِهِمْ: بِفِنَاءِ أَرْضِهِمْ وَمَا قَرُبَ مِنْ حُصُونِهِمْ.

Bisaahatihim: di halaman tanah mereka dan dekat benteng-benteng mereka.

إِلَى الْإِسْلَامِ: وَهُوَ الِاسْتِسْلَامُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيدِ وَالِانْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالْخُلُوصُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.

Ilal Islam: yaitu berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, dan memurnikan diri dari syirik dan pelakunya.

وَأَخْبِرْهُمْ ... إِلَخْ: أَيْ أَنَّهُمْ إِنْ أَجَابُوكَ إِلَى الْإِسْلَامِ الَّذِي هُوَ التَّوْحِيدُ، فَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْ حَقِّ اللهِ فِي الْإِسْلَامِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ وَالْحَجِّ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

Dan beritahu mereka ... dst: Yaitu jika mereka menjawab seruanmu kepada Islam yang merupakan tauhid, maka beritahu mereka tentang kewajiban yang harus mereka penuhi setelah itu dari hak Allah dalam Islam seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya.

لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ: فِي تَأْوِيلِ مَصْدَرٍ مُبْتَدَأٍ خَبَرُهُ (خَيْرٌ) .

Karena Allah memberi petunjuk: Dalam penafsiran mashdar mubtada' yang khabarnya adalah (lebih baik).

حُمْرُ النَّعَمِ: أَيِ الْإِبِلُ الْحُمْرُ، وَهِيَ أَنْفَسُ أَمْوَالِ الْعَرَبِ.

Unta merah: Yaitu unta merah, dan itu adalah harta Arab yang paling berharga.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ بَشَّرَ الصَّحَابَةَ بِانْتِصَارِ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْيَهُودِ مِنَ الْغَدِ عَلَى يَدِ رَجُلٍ لَهُ فَضِيلَةٌ عَظِيمَةٌ وَمُوَالَاةٌ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ فَاسْتَشْرَفَ الصَّحَابَةُ لِذَلِكَ، كُلٌّ يَوَدُّ أَنْ يَكُونَ هُوَ ذَلِكَ الرَّجُلَ

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Nabi –ﷺ memberi kabar gembira kepada para sahabat tentang kemenangan kaum muslimin atas orang-orang Yahudi esok hari di tangan seorang laki-laki yang memiliki keutamaan yang besar dan loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka para sahabat berharap untuk itu, setiap orang berharap dialah laki-laki itu

مِنْ حِرْصِهِمْ عَلَى الْخَيْرِ، فَلَمَّا ذَهَبُوا عَلَى الْمَوْعِدِ طَلَبَ النَّبِيُّ –ﷺ عَلِيًّا وَصَادَفَ أَنَّهُ لَمْ يَحْضُرْ لِمَا أَصَابَهُ مِنْ مَرَضِ عَيْنَيْهِ، ثُمَّ حَضَرَ فَتَفَلَ النَّبِيُّ –ﷺ فِيهِمَا مِنْ رِيقِهِ الْمُبَارَكِ فَزَالَ مَا يُحِسُّ بِهِ مِنَ الْأَلَمِ زَوَالًا كَامِلًا وَسَلَّمَهُ قِيَادَةَ الْجَيْشِ، وَأَمَرَهُ بِالْمُضِيِّ عَلَى وَجْهِهِ بِرِفْقٍ حَتَّى يَقْرُبَ مِنْ حِصْنِ الْعَدُوِّ فَيَطْلُبَ مِنْهُمُ الدُّخُولَ فِي الْإِسْلَامِ، فَإِنْ أَجَابُوا أَخْبَرَهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِ مِنْ فَرَائِضَ، ثُمَّ بَيَّنَ –ﷺ لِعَلِيٍّ فَضْلَ الدَّعْوَةِ إِلَى اللهِ وَأَنَّ الدَّاعِيَةَ إِذَا حَصَلَ عَلَى يَدَيْهِ هِدَايَةُ رَجُلٍ وَاحِدٍ فَذَلِكَ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْفَسِ الْأَمْوَالِ الدُّنْيَوِيَّةِ، فَكَيْفَ إِذَا حَصَلَ عَلَى يَدَيْهِ هِدَايَةُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ.

Karena keinginan mereka untuk kebaikan, ketika mereka pergi pada waktu yang ditentukan, Nabi –ﷺ memanggil Ali, dan kebetulan dia tidak hadir karena sakit mata yang menimpanya. Kemudian dia datang, lalu Nabi –ﷺ meludahi kedua matanya dengan air liurnya yang diberkahi, maka hilanglah rasa sakit yang dia rasakan dengan sempurna. Beliau menyerahkan kepemimpinan pasukan kepadanya, dan memerintahkannya untuk maju dengan lembut hingga mendekati benteng musuh, lalu meminta mereka untuk masuk Islam. Jika mereka menjawab, beritahu mereka tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang Muslim. Kemudian Nabi –ﷺ menjelaskan kepada Ali keutamaan dakwah kepada Allah, dan bahwa seorang da'i jika berhasil membimbing satu orang melalui tangannya, maka itu lebih baik baginya daripada harta dunia yang paling berharga, apalagi jika berhasil membimbing lebih dari itu melalui tangannya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ مَشْرُوعِيَّةَ الدَّعْوَةِ إِلَى الْإِسْلَامِ الَّذِي هُوَ مَعْنَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَبَيَانَ فَضْلِ الدَّعْوَةِ إِلَى ذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat pensyariatan dakwah kepada Islam yang merupakan makna dari syahadat bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah, dan penjelasan keutamaan dakwah kepada hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضِيلَةٌ ظَاهِرَةٌ لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ –﵁، وَشَهَادَةٌ مِنَ الرَّسُولِ –ﷺ لَهُ بِمُوَالَاتِهِ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَإِيمَانِهِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا.

1- Keutamaan yang nyata bagi Ali bin Abi Thalib –﵁, dan kesaksian dari Rasulullah –ﷺ untuknya atas kesetiaannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta keimanannya secara lahir dan batin.

٢- إِثْبَاتُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَوْلِيَاءَهُ مَحَبَّةً تَلِيقُ بِجَلَالِهِ كَسَائِرِ صِفَاتِهِ الْمُقَدَّسَةِ الْكَرِيمَةِ.

2- Penetapan bahwa Allah mencintai para wali-Nya dengan cinta yang sesuai dengan keagungan-Nya seperti sifat-sifat-Nya yang suci dan mulia lainnya.

٣- حِرْصُ الصَّحَابَةِ عَلَى الْخَيْرِ وَتَسَابُقُهُمْ إِلَى الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ ﵃.

3- Semangat para sahabat terhadap kebaikan dan berlomba-lomba dalam melakukan amal saleh ﵃.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ الْأَدَبِ عِنْدَ الْقِتَالِ وَتَرْكُ الطَّيْشِ وَالْأَصْوَاتِ الْمُزْعِجَةِ الَّتِي لَا حَاجَةَ إِلَيْهَا.

4- Disyariatkannya beradab ketika berperang dan meninggalkan kecerobohan serta suara-suara yang mengganggu yang tidak diperlukan.

٥- أَمْرُ الْإِمَامِ عُمَّالَهُ بِالرِّفْقِ وَاللِّينِ مِنْ غَيْرِ ضَعْفٍ وَلَا انْتِقَاصِ عَزِيمَةٍ.

5- Perintah imam kepada para pekerjanya untuk bersikap lemah lembut tanpa kelemahan dan tanpa mengurangi tekad.

٦- وُجُوبُ الدَّعْوَةِ إِلَى الْإِسْلَامِ لَا سِيَّمَا قَبْلَ قِتَالِ الْكُفَّارِ.

6- Wajibnya berdakwah kepada Islam terutama sebelum memerangi orang-orang kafir.

٧- أَنَّ مَنِ امْتَنَعَ مِنْ قَبُولِ الدَّعْوَةِ مِنَ الْكُفَّارِ وَجَبَ قِتَالُهُ.

7- Bahwa siapa yang menolak untuk menerima dakwah dari orang-orang kafir, maka wajib memeranginya.

٨- أَنَّ الدَّعْوَةَ تَكُونُ بِالتَّدْرِيجِ فَيُطْلَبُ مِنَ الْكَافِرِ أَوَّلًا الدُّخُولُ فِي الْإِسْلَامِ بِالنُّطْقِ بِالشَّهَادَتَيْنِ، ثُمَّ يُؤْمَرُ بِفَرَائِضِ الْإِسْلَامِ بَعْدَ ذَلِكَ.

8- Bahwa dakwah dilakukan secara bertahap, maka pertama-tama orang kafir diminta untuk masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian diperintahkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam setelah itu.

٩- فَضْلُ الدَّعْوَةِ إِلَى الْإِسْلَامِ وَمَا فِيهَا مِنَ الْخَيْرِ لِلْمَدْعُوِّ وَالدَّاعِي، فَالْمَدْعُوُّ قَدْ يَهْتَدِي وَالدَّاعِي يُثَابُ ثَوَابًا عَظِيمًا، وَاللهُ أَعْلَمُ.

9- Keutamaan dakwah kepada Islam dan kebaikan yang terkandung di dalamnya bagi yang didakwahi (mad'u) dan pendakwah (da'i), karena yang didakwahi mungkin mendapat petunjuk dan pendakwah mendapat pahala yang besar, dan Allah lebih mengetahui.

١٠- دَلِيلٌ مِنْ أَدِلَّةِ نُبُوَّةِ الرَّسُولِ –ﷺ وَذَلِكَ بِبِشَارَتِهِ بِالْفَتْحِ قَبْلَ وُقُوعِهِ وَبَرَاءَةِ الْأَلَمِ بِرِيقِهِ.

10- Salah satu bukti kenabian Rasulullah ﷺ adalah dengan kabar gembira tentang kemenangan sebelum terjadinya dan kesembuhan dari rasa sakit dengan air liurnya.

١١- الْإِيمَانُ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ، لِحُصُولِ الرَّايَةِ لِمَنْ لَمْ يَسْعَ إِلَيْهَا وَمَنْعِهَا مِمَّنْ سَعَى إِلَيْهَا.

11- Beriman kepada qadha' dan qadar, karena bendera diberikan kepada orang yang tidak berusaha mendapatkannya dan dihalangi dari orang yang berusaha mendapatkannya.

١٢- أَنَّهُ لَا يَكْفِي التَّسَمِّي بِالْإِسْلَامِ بَلْ لَا بُدَّ مِنْ مَعْرِفَةِ وَاجِبَاتِهِ وَالْقِيَامِ بِهَا.

12- Bahwa tidak cukup hanya menyandang nama Islam, tetapi harus mengetahui kewajiban-kewajibannya dan melaksanakannya.

* * *

* * *

بَابُ تَفْسِيرِ التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

بَابُ تَفْسِيرِ التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Bab Tafsir Tauhid dan Syahadat Bahwa Tidak Ada Ilah Selain Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا﴾ [الإسراء: ٥٧] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti." [Al-Isra': 57].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا ذَكَرَ المُصَنِّفُ ﵀ فِي الأَبْوَابِ السَّابِقَةِ التَّوْحِيدَ وَفَضَائِلَهُ وَالدَّعْوَةَ إِلَيْهِ وَالخَوْفَ مِنْ ضِدِّهِ الَّذِي هُوَ الشِّرْكُ، بَيَّنَ ﵀ فِي هَذَا البَابِ مَعْنَاهُ؛ لِأَنَّ بَعْضَ النَّاسِ يُخْطِئُ فِي فَهْمِ مَعْنَاهُ فَيَظُنُّ أَنَّ مَعْنَاهُ الإِقْرَارُ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ فَقَطْ، وَهَذَا لَيْسَ هُوَ المُرَادُ بِالتَّوْحِيدِ وَإِنَّمَا المُرَادُ بِهِ مَا دَلَّتْ عَلَيْهِ النُّصُوصُ الَّتِي سَاقَ المُصَنِّفُ ﵀ طَرَفًا مِنْهَا فِي هَذَا البَابِ مِنْ أَنَّهُ إِفْرَادُ اللهِ بِالعِبَادَةِ وَالخُلُوصُ مِنَ الشِّرْكِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Ketika penulis ﵀ menyebutkan pada bab-bab sebelumnya tentang tauhid, keutamaannya, dakwah kepadanya, dan takut akan lawannya yaitu syirik, maka ﵀ menjelaskan pada bab ini maknanya; karena sebagian orang keliru dalam memahami maknanya, mereka mengira bahwa maknanya hanyalah pengakuan tauhid rububiyah saja, dan ini bukanlah yang dimaksud dengan tauhid. Yang dimaksud dengan tauhid adalah apa yang ditunjukkan oleh nash-nash yang disebutkan oleh penulis ﵀ sebagiannya pada bab ini, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah dan memurnikan diri dari syirik.

وعَطَفَ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَلَى التَّوْحِيدِ لِيُبَيِّنَ أَنَّ مَعْنَاهُمَا وَاحِدٌ لَا اخْتِلَافَ فِيهِ.

Dan dia menghubungkan syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah dengan tauhid untuk menjelaskan bahwa maknanya satu, tidak ada perbedaan di dalamnya.

يَدْعُونَ: أَيْ يَدْعُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ وَهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَالْأَنْبِيَاءُ وَالصَّالِحُونَ وَغَيْرُهُمْ فَالضَّمِيرُ الْفَاعِلُ يَدْعُونَ رَاجِعٌ إِلَى الْكُفَّارِ.

Yad'uuna: Yaitu mereka menyembah selain Allah, yaitu para malaikat, para nabi, orang-orang saleh, dan selain mereka. Maka dhamir fa'il pada yad'uuna kembali kepada orang-orang kafir.

يَبْتَغُونَ: أَيْ يَطْلُبُونَ وَالضَّمِيرُ الْفَاعِلُ فِيهِ رَاجِعٌ إِلَى الْمَدْعُوِّينَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَنَحْوِهِمْ.

Yabtaghuuna: Yaitu mereka mencari, dan dhamir fa'il di dalamnya kembali kepada yang disembah dari kalangan para malaikat dan yang seperti mereka.

الوَسِيلَةُ: مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَى اللهِ، فَمَعْنَى تَوَسَّلَ إِلَى اللهِ عَمِلَ عَمَلًا يُقَرِّبُهُ إِلَيْهِ.

Wasilah: Apa yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, jadi makna tawassul kepada Allah adalah melakukan suatu amalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.

وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ: أَيْ لَا يَرْجُونَ أَحَدًا سِوَاهُ.

Dan mereka mengharapkan rahmat-Nya: Yakni mereka tidak mengharapkan siapa pun selain-Nya.

وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ: أَيْ: لَا يَخَافُونَ أَحَدًا سِوَاهُ.

Dan mereka takut akan azab-Nya: Yakni mereka tidak takut kepada siapa pun selain-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ ﷾ يُخْبِرُ أَنَّ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَدْعُوهُمُ المُشْرِكُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مِنَ المَلَائِكَةِ وَالأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ يُبَادِرُونَ إِلَى طَلَبِ القُرْبَةِ إِلَى اللهِ فَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ، فَإِذَا كَانُوا كَذَلِكَ كَانُوا جُمْلَةً مِنَ العَبِيدِ فَكَيْفَ يُدْعَوْنَ مَعَ اللهِ تَعَالَى، وَهُمْ مَشْغُولُونَ بِأَنْفُسِهِمْ يَدْعُونَ اللهَ وَيَتَوَسَّلُونَ إِلَيْهِ بِعِبَادَتِهِ.

Makna keseluruhan ayat: Bahwa Allah ﷾ mengabarkan bahwa mereka yang diseru oleh orang-orang musyrik selain Allah dari kalangan malaikat, nabi-nabi, dan orang-orang saleh bersegera mencari kedekatan kepada Allah, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Jika mereka demikian, maka mereka adalah hamba-hamba Allah, lalu bagaimana mungkin mereka diseru bersama Allah Ta'ala, sedangkan mereka sibuk dengan diri mereka sendiri, berdoa kepada Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan ibadah kepada-Nya.

مُنَاسَبَةُ الآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ مَعْنَى التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ هُوَ تَرْكُ مَا عَلَيْهِ المُشْرِكُونَ مِنْ دُعَاءِ الصَّالِحِينَ وَالاسْتِشْفَاعِ بِهِمْ إِلَى اللهِ فِي كَشْفِ الضُّرِّ أَوْ تَحْوِيلِهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ هُوَ الشِّرْكُ الأَكْبَرُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa ayat ini menunjukkan bahwa makna tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah adalah meninggalkan apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik berupa menyeru orang-orang saleh dan meminta syafaat mereka kepada Allah dalam menyingkap bahaya atau mengalihkannya; karena hal itu adalah syirik besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الَّذِينَ يَدْعُونَ الْأَوْلِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ فِي كَشْفِ الضُّرِّ أَوْ جَلْبِ النَّفْعِ بِأَنَّ هَؤُلَاءِ الْمَدْعُوِّينَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا فَكَيْفَ يَمْلِكُونَ ذَلِكَ لِغَيْرِهِمْ.

1- Bantahan terhadap orang-orang yang berdoa kepada para wali dan orang-orang saleh untuk menghilangkan bahaya atau mendatangkan manfaat, bahwa mereka yang diseru ini tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan bahaya atau manfaat bagi diri mereka sendiri, lalu bagaimana mungkin mereka dapat melakukannya untuk orang lain.

٢- بَيَانُ شِدَّةِ خَوْفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ مِنَ اللهِ وَبَيَانُ رَجَائِهِمْ لِرَحْمَتِهِ.

2- Penjelasan tentang ketakutan yang sangat dari para nabi dan orang-orang saleh kepada Allah dan penjelasan harapan mereka akan rahmat-Nya.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ، إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ﴾ [الزُّخْرُفِ: ٢٦، ٢٧] .

Dan firman-Nya: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) yang telah menciptakanku; maka sesungguhnya Dia akan memberi petunjuk kepadaku.'" [Az-Zukhruf: 26-27].

ــ

ــ

بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ: أَيْ بَرِيءٌ مِنْ جَمِيعِ مَعْبُودَاتِكُمْ.

Berlepas diri dari apa yang kalian sembah: yaitu berlepas diri dari semua sesembahan kalian.

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي: أَيْ خَلَقَنِي وَهُوَ اللهُ فَهُوَ مَعْبُودِي وَحْدَهُ.

Kecuali (Allah) yang telah menciptakanku: yaitu yang menciptakanku, Dialah Allah, maka Dialah yang kusembah satu-satunya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّهُ يُخْبِرُ سُبْحَانَهُ عَنْ عَبْدِهِ وَرَسُولِهِ وَخَلِيلِهِ أَنَّهُ تَبَرَّأَ مِنْ كُلِّ مَا يَعْبُدُ أَبُوهُ وَقَوْمُهُ، وَلَمْ يَسْتَثْنِ إِلَّا الَّذِي خَلَقَهُ وَهُوَ اللهُ، فَهُوَ يَعْبُدُهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Dia (Allah) mengabarkan tentang hamba, rasul, dan kekasih-Nya (Ibrahim), bahwa dia berlepas diri dari semua yang disembah oleh ayah dan kaumnya, dan dia tidak mengecualikan kecuali Dzat yang telah menciptakannya yaitu Allah, maka dia menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا دَلَّتْ عَلَى أَنَّ مَعْنَى التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ هُوَ الْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَإِفْرَادُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ. فَإِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَشْتَمِلُ عَلَى النَّفْيِ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ الْخَلِيلُ بِقَوْلِهِ: ﴿إِنَّنِي بَرَاءٌ﴾، وَالْإِثْبَاتِ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ بِقَوْلِهِ: ﴿إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي﴾ .

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat tersebut menunjukkan bahwa makna tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah adalah berlepas diri dari syirik dan mengesakan Allah dalam ibadah. Sesungguhnya "Laa ilaaha illallah" mencakup penafian yang diungkapkan oleh al-Khalil dengan perkataannya: "Sesungguhnya aku berlepas diri", dan penetapan yang diungkapkan dengan perkataannya: "kecuali Yang telah menciptakan aku".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَوْحِيدُ اللهِ بِإِخْلَاصِ الْعِبَادَةِ لَهُ وَالْبَرَاءَةُ مِنْ عِبَادَةِ كُلِّ مَا سِوَاهُ.

1- Bahwa makna Laa ilaaha illallah adalah mengesakan Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan berlepas diri dari penyembahan kepada selain-Nya.

٢- إِظْهَارُ الْبَرَاءَةِ مِنْ دِينِ الْمُشْرِكِينَ.

2- Menampakkan sikap berlepas diri dari agama orang-orang musyrik.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ التَّبَرِّي مِنْ أَعْدَاءِ اللهِ وَلَوْ كَانُوا أَقْرَبَ النَّاسِ.

3- Disyariatkannya berlepas diri dari musuh-musuh Allah meskipun mereka adalah orang-orang terdekat.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾ [التوبة: ٣١] (١) .

Dan firman Allah Ta'ala: "Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." [At-Taubah: 31] (1).

ــ

ــ

اتَّخَذُوا: أَيْ جَعَلَ الْيَهُودُ النَّصَارَى.

Mereka menjadikan: Yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani.

أَحْبَارَهُمْ: أَيْ عُلَمَاءَهُمْ.

Ahbar mereka: Yakni ulama-ulama mereka.

وَرُهْبَانَهُمْ: أَيْ عُبَّادَهُمْ.

Dan rahib-rahib mereka: Yakni ahli ibadah mereka.

أَرْبَابًا: أَيْ مُشَرِّعِينَ لَهُمْ يُحَلِّلُونَ وَيُحَرِّمُونَ؛ لِأَنَّ التَّشْرِيعَ مِنْ خَصَائِصِ الرَّبِّ فَمَنْ أَطَاعَ مَخْلُوقًا فِيهِ فَقَدِ اتَّخَذَهُ رَبًّا.

Sebagai tuhan-tuhan: Yakni sebagai pembuat syariat bagi mereka yang menghalalkan dan mengharamkan; karena pembuatan syariat adalah kekhususan Rabb, maka siapa yang menaati makhluk dalam hal itu berarti telah menjadikannya sebagai rabb.

وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ: أَيْ وَاتَّخَذُوا عِيسَى ﵇ رَبًّا بِعِبَادَتِهِمْ لَهُ.

Dan Al-Masih putera Maryam: Yakni mereka menjadikan Isa ﵇ sebagai rabb dengan menyembahnya.

سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ: أَيْ تَنَزَّهَ اللهُ تَعَالَى وَتَقَدَّسَ عَنِ الشُّرَكَاءِ وَالنُّظَرَاءِ.

Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan: Yakni Allah Ta'ala Maha Suci dan Maha Tinggi dari sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ اللهُ سُبْحَانَهُ عَنِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى

Makna global ayat: Allah ﷻ mengabarkan tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani

_________
(١) فَقَدْ فَسَّرَ هَذِهِ الْآيَةَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِعَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ عِنْدَمَا دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَسَمِعَهُ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ، فَقَالَ عَدِيٌّ: إِنَّهُمْ لَمْ يَعْبُدُوهُمْ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "بَلَى إِنَّهُمْ حَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ وَحَلَّلُوا لَهُمُ الْحَرَامَ فَاتَّبَعُوهُمْ فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ".
(1) Rasulullah ﷺ telah menafsirkan ayat ini kepada 'Adi bin Hatim ketika ia datang kepada Rasulullah ﷺ dan mendengarnya membaca ayat ini. 'Adi berkata, "Mereka tidak menyembah mereka (para rahib)?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Bahkan, mereka (para rahib) telah mengharamkan yang halal bagi mereka dan menghalalkan yang haram bagi mereka, lalu mereka mengikuti mereka. Itulah bentuk penyembahan mereka kepada para rahib."
أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ (٣٠٩٤) وَهُوَ حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor (3094) dan ia adalah hadits hasan.
وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي مُصَنَّفِهِ (٧/١٦٧ رَقْمُ ٣٤٩٢٥) .
Dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (7/167 nomor 34925).

أَنَّهُمُ اسْتَنْصَحُوا الرِّجَالَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْعُبَّادِ فَأَطَاعُوهُمْ فِي تَحْلِيلِ مَا حَرَّمَ اللهُ وَتَحْرِيمِ مَا أَحَلَّهُ، فَنَزَّلُوهُمْ بِذَلِكَ مَنْزِلَةَ الرَّبِّ الَّذِي مِنْ خَصَائِصِهِ التَّحْلِيلُ وَالتَّحْرِيمُ، كَمَا عَبَدَ النَّصَارَى عِيسَى وَزَعَمُوا أَنَّهُ ابْنُ اللهِ، فَنَبَذُوا كِتَابَ اللهِ الَّذِي أَمَرَهُمْ فِيهِ بِطَاعَتِهِ وَحْدَهُ وَعِبَادَتِهِ وَحْدَهُ –وَهَذَا إِخْبَارٌ مِنْهُ سُبْحَانَهُ يَتَضَمَّنُ إِنْكَارَ مَا فَعَلُوهُ- وَلِذَلِكَ نَزَّهَ نَفْسَهُ عَمَّا يَتَضَمَّنُهُ هَذَا الْفِعْلُ مِنَ الشِّرْكِ بِهِ.

Mereka meminta nasihat kepada para ulama dan ahli ibadah, lalu mereka menaati mereka dalam menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya. Dengan demikian, mereka menempatkan mereka pada kedudukan Rabb yang memiliki kekhususan untuk menghalalkan dan mengharamkan, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa dan mengklaim bahwa dia adalah anak Allah. Mereka mengabaikan Kitabullah yang memerintahkan mereka untuk taat dan beribadah hanya kepada-Nya semata - dan ini adalah pemberitahuan dari-Nya Subhanahu yang mengandung pengingkaran terhadap apa yang mereka lakukan - dan karena itu Dia menyucikan diri-Nya dari apa yang terkandung dalam perbuatan ini berupa syirik kepada-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا دَلَّتْ عَلَى أَنَّ مِنْ مَعْنَى التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ إِفْرَادَ اللهِ بِالطَّاعَةِ فِي تَحْلِيلِ مَا أَحَلَّ وَتَحْرِيمِ مَا حَرَّمَ، وَأَنَّ مَنِ اتَّخَذَ شَخْصًا مِنْ دُونِ اللهِ يُحَلِّلُ مَا أَحَلَّ وَيُحَرِّمُ مَا حَرَّمَ فَهُوَ مُشْرِكٌ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat ini menunjukkan bahwa di antara makna tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah adalah mengesakan Allah dalam ketaatan dalam menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang diharamkan, dan bahwa barangsiapa yang menjadikan seseorang selain Allah untuk menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang diharamkan maka dia adalah musyrik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ مَعْنَى التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ طَاعَةَ اللهِ فِي التَّحْلِيلِ وَالتَّحْرِيمِ.

1- Bahwa makna tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah adalah ketaatan kepada Allah dalam penghalalalan dan pengharaman.

٢- أَنَّ مَنْ أَطَاعَ مَخْلُوقًا فِي تَحْلِيلِ الْحَرَامِ وَتَحْرِيمِ الْحَلَالِ فَقَدِ اتَّخَذَهُ شَرِيكًا لِلَّهِ.

2- Bahwa barangsiapa menaati makhluk dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, maka sungguh ia telah menjadikannya sekutu bagi Allah.

٣- الرَّدُّ عَلَى النَّصَارَى فِي اعْتِقَادِهِمْ فِي الْمَسِيحِ ﵇ وَبَيَانُ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ.

3- Bantahan terhadap orang-orang Nasrani dalam keyakinan mereka tentang Al-Masih ﵇ dan penjelasan bahwa Ia adalah hamba Allah.

٤- تَنْزِيهُ اللهِ عَنِ الشِّرْكِ.

4- Mensucikan Allah dari syirik.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ﴾ [البقرة: ١٦٥] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan di antara manusia ada yang mengambil selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." [Al-Baqarah: 165].

ــ

ــ

مِنَ النَّاسِ: فَرِيقٌ مِنَ النَّاسِ.

min an-naas: sekelompok manusia.

مِن دُونِ اللهِ: أَيْ غَيْرَ اللهِ.

min duuni Allah: yaitu selain Allah.

أَندَادًا: أَيْ أَمْثَالًا وَنُظَرَاءَ.

andaadan: yaitu tandingan-tandingan dan sekutu-sekutu.

يُحِبُّونَهُمْ: الْمَحَبَّةُ إِرَادَةُ مَا تَرَاهُ أَوْ تَظُنُّهُ خَيْرًا وَالرَّغْبَةُ فِيهِ.

yuhibbuunahum: Kecintaan adalah menginginkan apa yang kamu anggap atau kamu kira baik dan menyukainya.

كَحُبِّ اللهِ: أَيْ يُسَوُّونَهُم بِهِ فِي الْمَحَبَّةِ الْمُقْتَضِيَةِ لِلذُّلِّ لِلْمَحْبُوبِ وَالْخُضُوعِ لَهُ.

kahubbi Allah: yaitu mereka menyamakan mereka dengan-Nya dalam kecintaan yang mengharuskan kerendahan diri kepada yang dicintai dan tunduk kepadanya.

وَلَوْ يَرَى: لَوْ يَعْلَمُ.

wa lau yaraa: seandainya mereka mengetahui.

إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ: وَقْتَ مَا يُعَايِنُونَهُ.

idz yarawna al-'adzaab: ketika mereka menyaksikannya.

أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ: لِأَنَّ الْقُدْرَةَ وَالْغَلَبَةَ لَهُ وَحْدَهُ.

anna al-quwwata lillah: karena kekuatan dan kemenangan hanya milik-Nya semata.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: ذَكَرَ اللهُ ﷾ حَالَ المُشْرِكِينَ بِهِ فِي الدُّنْيَا وَمَآلَهُمْ فِي الآخِرَةِ حَيْثُ جَعَلُوا لِلَّهِ أَمْثَالًا وَنُظَرَاءَ سَاوُوهُمْ بِهِ المَحَبَّةَ، ثُمَّ ذَكَرَ حَالَ المُؤْمِنِينَ المُوَحِّدِينَ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَ اللهَ حُبًّا يَفُوقُ حُبَّ أَصْحَابِ الأَنْدَادِ لِأَنْدَادِهِمْ أَوْ يَفُوقُ حُبَّ أَصْحَابِ الأَنْدَادِ لِلَّهِ، لِأَنَّ حُبَّ المُؤْمِنِينَ لِلَّهِ خَالِصٌ، وَحُبَّ أَصْحَابِ الأَنْدَادِ لِلَّهِ مُشْتَرَكٌ، ثُمَّ تَوَعَّدَ هَؤُلَاءِ المُشْرِكِينَ بِهِ بِأَنَّهُمْ لَوْ عَلِمُوا مَا يُعَايِنُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَمَا يَحِلُّ بِهِمْ مِنَ الأَمْرِ الفَظِيعِ وَالعَذَابِ الشَّدِيدِ عَلَى شِرْكِهِمْ وَتَفَرُّدِ اللهِ سُبْحَانَهُ بِالقُدْرَةِ وَالغَلَبَةِ

Makna keseluruhan ayat: Allah ﷾ menyebutkan keadaan orang-orang yang menyekutukan-Nya di dunia dan nasib mereka di akhirat di mana mereka menjadikan bagi Allah tandingan dan sekutu yang mereka samakan dengan-Nya dalam kecintaan, kemudian Dia menyebutkan keadaan orang-orang mukmin yang bertauhid bahwa mereka mencintai Allah dengan cinta yang melebihi cinta para pemilik sekutu kepada sekutu-sekutu mereka atau melebihi cinta para pemilik sekutu kepada Allah, karena cinta orang-orang mukmin kepada Allah adalah murni, sedangkan cinta para pemilik sekutu kepada Allah adalah bercampur, kemudian Dia mengancam orang-orang yang menyekutukan-Nya ini bahwa seandainya mereka mengetahui apa yang mereka saksikan pada hari kiamat dan apa yang menimpa mereka berupa perkara yang mengerikan dan azab yang pedih atas kesyirikan mereka dan kesendirian Allah سبحانه dengan kekuasaan dan kemenangan.

دُونَ أَنْدَادِهِمْ لَانْتَهَوْا عَمَّا هُمْ فِيهِ مِنَ الضَّلَالِ، لَكِنَّهُمْ لَمْ يَتَصَوَّرُوا ذَلِكَ وَيُؤْمِنُوا بِهِ.

Tanpa sekutu-sekutu mereka, mereka pasti akan berhenti dari kesesatan yang mereka alami, tetapi mereka tidak membayangkan hal itu dan tidak beriman kepadanya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا مِنَ النُّصُوصِ الْمُبَيِّنَةِ لِتَفْسِيرِ التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. حَيْثُ دَلَّتْ عَلَى أَنَّ مَنِ اتَّخَذَ نِدًا مَعَ اللهِ يُحِبُّهُ كَمَحَبَّةِ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ، فَعُلِمَ أَنَّ مَعْنَى التَّوْحِيدِ أَنْ يُفْرَدَ الرَّبُّ بِهَذِهِ الْمَحَبَّةِ الَّتِي تَسْتَلْزِمُ إِخْلَاصَ الْعِبَادَةِ لَهُ وَحْدَهُ وَالذُّلَّ وَالْخُضُوعَ لَهُ وَحْدَهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat ini termasuk di antara nash-nash yang menjelaskan tafsir tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah. Di mana ayat ini menunjukkan bahwa siapa yang menjadikan tandingan bersama Allah yang dia cintai seperti kecintaannya kepada Allah, maka sungguh dia telah berbuat syirik. Maka diketahui bahwa makna tauhid adalah mengkhususkan Rabb dengan kecintaan ini yang mengharuskan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya semata, merendahkan diri dan tunduk hanya kepada-Nya semata.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ مِنْ مَعْنَى التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ إِفْرَادُ اللهِ تَعَالَى بِالْمَحَبَّةِ الْمُقْتَضِيَةِ لِلذُّلِّ وَالْخُضُوعِ.

1- Bahwa di antara makna tauhid dan syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah adalah mengkhususkan Allah Ta'ala dengan kecintaan yang mengharuskan kerendahan dan ketundukan.

٢- أَنَّ الْمُشْرِكِينَ يُحِبُّونَ اللهَ حُبًّا عَظِيمًا وَلَمْ يُدْخِلْهُمْ ذَلِكَ فِي الْإِسْلَامِ، لِأَنَّهُمْ أَشْرَكُوا مَعَهُ غَيْرَهُ فِيهَا.

2- Bahwa orang-orang musyrik mencintai Allah dengan kecintaan yang besar, namun hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam, karena mereka menyekutukan selain-Nya bersama-Nya dalam kecintaan tersebut.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ ظُلْمٌ.

3- Bahwa syirik adalah kezaliman.

٤- الْوَعِيدُ لِلْمُشْرِكِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

4- Ancaman bagi orang-orang musyrik pada hari Kiamat.

* * *

* * *

وَفِي الصَّحِيحِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ ﷿" (١)

Dalam Shahih Muslim, dari Nabi ﷺ bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari apa yang disembah selain Allah, maka harta dan darahnya haram (dilindungi) dan perhitungannya ada pada Allah ﷿" (1)

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ صَحِيحِ مُسْلِمٍ.

Dalam Shahih: yaitu Shahih Muslim.

حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ: أَيْ مُنِعَ أَخْذُ مَالِهِ وَقَتْلُهُ بِنَاءً عَلَى مَا ظَهَرَ مِنْهُ.

Harta dan darahnya haram: yaitu dilarang mengambil hartanya dan membunuhnya berdasarkan apa yang nampak darinya.

وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ: أَيِ اللهُ تَعَالَى هُوَ الَّذِي يَتَوَلَّى حِسَابَ مَنْ تَلَفَّظَ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ، فَيُجَازِيهِ عَلَى حَسَبِ نِيَّتِهِ وَاعْتِقَادِهِ.

Dan perhitungannya ada pada Allah: yaitu Allah Ta'ala yang akan mengurus perhitungan orang yang mengucapkan kalimat ini, lalu Dia akan membalasnya sesuai dengan niat dan keyakinannya.

التَّرْجَمَةُ: تَرْجَمَةُ الْكِتَابِ وَالْبَابِ فَاتِحَتُهُ. وَالْمُرَادُ بِهَا هُنَا قَوْلُهُ: بَابُ تَفْسِيرِ التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

Tarjamah: pembukaan kitab dan bab. Yang dimaksud di sini adalah perkataannya: Bab Tafsir Tauhid dan Syahadat Laa ilaaha illallah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُبَيِّنُ ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ لَا يَحْرُمُ قَتْلُ الْإِنْسَانِ وَأَخْذُ مَالِهِ إِلَّا بِمَجْمُوعِ أَمْرَيْنِ:

Makna global hadits: Nabi ﷺ menjelaskan dalam hadits ini bahwa tidak diharamkan membunuh manusia dan mengambil hartanya kecuali dengan dua perkara:

الْأَوَّلُ: قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

Pertama: mengucapkan laa ilaaha illallah.

الثَّانِي: الكُفْرُ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ. فَإِذَا وُجِدَ هَذَانِ الأَمْرَانِ وَجَبَ الكَفُّ عَنْهُ ظَاهِرًا وَتَفْوِيضُ بَاطِنِهِ إِلَى اللهِ، فَإِنْ كَانَ صَادِقًا فِي قَلْبِهِ جَازَاهُ بِجَنَّاتِ النَّعِيمِ، وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا عَذَّبَهُ العَذَابَ الأَلِيمَ، وَأَمَّا فِي الدُّنْيَا فَالحُكْمُ عَلَى الظَّاهِرِ.

Kedua: Kufur terhadap apa yang disembah selain Allah. Jika kedua perkara ini ada, maka wajib menahan diri darinya secara zahir dan menyerahkan batinnya kepada Allah. Jika dia jujur dalam hatinya, Allah akan membalasnya dengan surga kenikmatan. Jika dia munafik, Allah akan mengazabnya dengan azab yang pedih. Adapun di dunia, hukum berdasarkan yang zahir.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ مَا يُبَيِّنُ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ:

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini termasuk yang paling agung dalam menjelaskan makna laa ilaaha illallah:

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ (٢٣)، وَأَحْمَدُ فِي المُسْنَدِ (٣/٤٧٢) .
(1) Dikeluarkan oleh Muslim no. (23), dan Ahmad dalam Musnad (3/472).

وَأَنَّهُ الْكُفْرُ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ.

Dan bahwa itu adalah kekufuran terhadap apa yang disembah selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ مَعْنَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ هُوَ الْكُفْرُ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ مِنَ الْأَصْنَامِ وَالْقُبُورِ وَغَيْرِهَا.

1- Bahwa makna: Laa ilaaha illallah adalah kekufuran terhadap apa yang disembah selain Allah, seperti berhala, kuburan dan lainnya.

٢- أَنَّ مُجَرَّدَ التَّلَفُّظِ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مَعَ عَدَمِ الْكُفْرِ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ لَا يُحَرِّمُ الدَّمَ وَالْمَالَ وَلَوْ عَرَفَ مَعْنَاهَا وَعَمِلَ بِهِ. مَا لَمْ يُضِفْ إِلَى ذَلِكَ الْكُفْرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ.

2- Bahwa sekadar mengucapkan Laa ilaaha illallah tanpa mengingkari apa yang disembah selain Allah tidak mengharamkan darah dan harta, meskipun dia mengetahui maknanya dan mengamalkannya. Selama dia tidak menambahkan kepada hal itu kekufuran terhadap apa yang disembah selain Allah.

٣- أَنَّ مَنْ أَتَى بِالتَّوْحِيدِ وَالْتَزَمَ شَرَائِعَهُ ظَاهِرًا وَجَبَ الْكَفُّ عَنْهُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ مِنْهُ مَا يُخَالِفُ ذَلِكَ.

3- Bahwa siapa yang datang dengan tauhid dan berkomitmen pada syariat-syariatnya secara lahir, wajib menahan diri darinya sampai tampak darinya apa yang menyelisihi hal itu.

٤- وُجُوبُ الْكَفِّ عَنِ الْكَافِرِ إِذَا دَخَلَ شَرَائِعَهُ ظَاهِرًا وَجَبَ الْكَفُّ عَنْهُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ مِنْهُ مَا يُخَالِفُ ذَلِكَ.

4- Kewajiban menahan diri dari orang kafir jika dia memasuki syariat-syariatnya secara lahir, wajib menahan diri darinya sampai tampak darinya apa yang menyelisihi hal itu.

٥- أَنَّ الْإِنْسَانَ قَدْ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا يَكْفُرُ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِهِ.

5- Bahwa manusia terkadang mengatakan: Laa ilaaha illallah namun tidak mengingkari apa yang disembah selain-Nya.

٦- أَنَّ الْحُكْمَ فِي الدُّنْيَا عَلَى الظَّاهِرِ، وَأَمَّا فِي الْآخِرَةِ فَعَلَى النِّيَّاتِ وَالْمَقَاصِدِ.

6- Bahwa hukum di dunia berdasarkan yang zahir, adapun di akhirat maka berdasarkan niat dan maksud.

٧- حُرْمَةُ مَالِ الْمُسْلِمِ وَدَمِهِ إِلَّا بِحَقٍّ.

7- Haramnya harta dan darah seorang Muslim kecuali dengan hak.

وَمَعْنَى قَوْلِ الْمُصَنِّفِ: "وَشَرْحُ هَذِهِ التَّرْجَمَةِ مَا بَعْدَهَا مِنَ الْأَبْوَابِ": أَنَّ مَا يَأْتِي بَعْدَ هَذَا الْبَابِ مِنَ الْأَبْوَابِ فِي مَا يُبَيِّنُ التَّوْحِيدَ وَيُوَضِّحُ مَعْنَى "لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ" وَبَيَانُ أَشْيَاءَ كَثِيرَةٍ مِنَ الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ وَالْأَكْبَرِ وَمَا يُوصِلُ إِلَى ذَلِكَ مِنَ الْغُلُوِّ وَالْبِدَعِ مِمَّا يَجِبُ تَرْكُهُ مِنْ مَضْمُونِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

Dan makna perkataan penulis: "Dan penjelasan judul ini adalah bab-bab setelahnya": bahwa apa yang akan datang setelah bab ini dari bab-bab adalah menjelaskan tauhid dan memperjelas makna "Laa ilaaha illallah" serta menjelaskan banyak hal tentang syirik kecil dan besar, serta apa yang mengarah pada hal itu seperti ghuluw dan bid'ah yang wajib ditinggalkan dari kandungan Laa ilaaha illallah.

* * *

* * *

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ لُبْسُ الْحَلْقَةِ وَالْخَيْطِ وَنَحْوِهِمَا لِرَفْعِ الْبَلَاءِ أَوْ دَفْعِهِ

بَابٌ مِنَ الشِّرْكِ لُبْسُ الحَلْقَةِ وَالْخَيْطِ وَنَحْوِهِمَا لِرَفْعِ الْبَلَاءِ أَوْ دَفْعِهِ

Bab tentang syirik dalam mengenakan cincin, benang, dan sejenisnya untuk menghilangkan atau menolak bala'

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ﴾ [الزمر: ٣٨] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?" Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakal berserah diri."" [Az-Zumar: 38].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ يَتَضَمَّنُ ذِكْرَ شَيْءٍ مِمَّا يُضَادُّ التَّوْحِيدَ، وَهُوَ الْتِمَاسُ رَفْعِ الضُّرِّ أَوْ دَفْعِهِ مِنْ غَيْرِ اللهِ لِلتَّحْذِيرِ مِنْهُ، فَإِنَّ التَّوْحِيدَ يُعْرَفُ بِضِدِّهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa bab ini mencakup penyebutan sesuatu yang bertentangan dengan tauhid, yaitu memohon penghilangan atau penolakan bahaya dari selain Allah sebagai peringatan darinya, karena tauhid dikenali dari lawannya.

مِنَ الشِّرْكِ: مِنْ تَبْعِيضِيَّةٌ: أَيْ مِنَ الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ إِنِ اعْتَقَدَ أَنَّ هَذِهِ الْأَشْيَاءَ تَنْفَعُ أَوْ تَضُرُّ بِذَاتِهَا، أَوْ مِنَ الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ إِنِ اعْتَقَدَ أَنَّهَا سَبَبٌ لِلنَّفْعِ وَالضَّرِّ.

Dari syirik: "min" di sini adalah li tab'idh (menunjukkan sebagian): yaitu termasuk syirik besar jika meyakini bahwa benda-benda ini bermanfaat atau membahayakan dengan sendirinya, atau termasuk syirik kecil jika meyakini bahwa benda-benda ini adalah sebab manfaat dan bahaya.

الْحَلْقَةُ: كُلُّ شَيْءٍ مُسْتَدِيرٍ.

Cincin: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran.

وَنَحْوَهُمَا: مِنْ كُلِّ مَا يُلْبَسُ أَوْ يُعَلَّقُ لِهَذَا الْغَرَضِ.

Dan sejenisnya: dari segala sesuatu yang dipakai atau digantungkan untuk tujuan ini.

رَفْعُ الْبَلَاءِ: إِزَالَتُهُ بَعْدَ نُزُولِهِ.

Mengangkat bala': menghilangkannya setelah turunnya.

وَدَفْعُهُ: مَنْعُهُ قَبْلَ نُزُولِهِ.

Dan mencegahnya: menghalanginya sebelum turunnya.

أَفَرَأَيْتُمْ: أَخْبِرُونِي.

Maka apakah kalian melihat: beritahukanlah kepadaku.

مَا تَدْعُونَ: تَسْأَلُونَهُ جَلْبَ الْخَيْرِ وَدَفْعَ الضُّرِّ.

Apa yang kalian seru: kalian memintaNya untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan.

مِنْ دُونِ اللهِ: غَيْرُهُ مِنَ الْأَنْدَادِ وَالْآلِهَةِ.

Selain Allah: selain Dia dari tandingan-tandingan dan tuhan-tuhan.

بِضُرٍّ: بِمَرَضٍ أَوْ فَقْرٍ أَوْ بَلَاءٍ أَوْ شِدَّةٍ.

Dengan keburukan: dengan penyakit, kemiskinan, bencana, atau kesulitan.

هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ: أَيْ لَا تَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ.

Apakah mereka dapat menghilangkan keburukannya: artinya mereka tidak mampu melakukan hal itu.

بِرَحْمَةٍ: أَيْ: بِصِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَخَيْرٍ وَكَشْفِ بَلَاءٍ.

Dengan rahmat: yaitu dengan kesehatan, keselamatan, kebaikan, dan menghilangkan bencana.

حَسْبِيَ اللهُ: أَيِ اللهُ كَافِيَنِي وَكَافِي مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ.

Cukuplah Allah bagiku: artinya Allah cukup bagiku dan bagi siapa yang bertawakal kepada-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا – ﷺ أَنْ يَسْأَلَ الْمُشْرِكِينَ سُؤَالَ إِنْكَارٍ عَنْ أَصْنَامِهِمُ الَّتِي يَعْبُدُونَهَا مَعَ اللهِ هَلْ تَقْدِرُ عَلَى النَّفْعِ وَالضَّرِّ؟ فَلَا بُدَّ أَنْ يَعْتَرِفُوا بِعَجْزِهَا عَنْ ذَلِكَ، فَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ بَطَلَتْ عِبَادَتُهَا مِنْ دُونِ اللهِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk bertanya kepada orang-orang musyrik dengan pertanyaan pengingkaran tentang berhala-berhala mereka yang mereka sembah bersama Allah, apakah berhala-berhala itu mampu memberi manfaat dan mudarat? Mereka pasti akan mengakui ketidakmampuan berhala-berhala itu. Jika demikian, maka batallah penyembahan kepada selain Allah.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا دَلِيلًا عَلَى بُطْلَانِ الشِّرْكِ. وَلُبْسُ الْحَلْقَةِ وَالْخَيْطِ مِنْ ذَلِكَ، لَا يَكْشِفُ الضُّرَّ وَلَا يَمْنَعُ مِنْهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil tentang kebatilan syirik. Memakai cincin dan benang termasuk syirik, tidak dapat menghilangkan bahaya dan tidak dapat mencegahnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- بُطْلَانُ الشِّرْكِ لِأَنَّ كُلَّ مَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ، لَا يَمْلِكُ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا لِعَابِدِهِ.

1- Kebatilan syirik karena semua yang disembah selain Allah tidak memiliki kemampuan untuk membahayakan atau memberi manfaat kepada penyembahnya.

٢- التَّحْذِيرُ مِنْ لُبْسِ الْحَلْقَةِ وَالْخَيْطِ وَغَيْرِهَا لِجَلْبِ النَّفْعِ أَوْ دَفْعِ الضَّرِّ، لِأَنَّهُ شِرْكٌ مِنْ جِنْسِ مَا يُرَادُ مِنَ الْأَصْنَامِ.

2- Peringatan untuk tidak memakai cincin, benang, dan lainnya untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya, karena itu adalah syirik yang sejenis dengan apa yang diinginkan dari berhala-berhala.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ مُنَاظَرَةِ الْمُشْرِكِينَ لِإِبْطَالِ الشِّرْكِ.

3- Disyariatkannya mendebat orang-orang musyrik untuk membatalkan syirik.

٤- وُجُوبُ الِاعْتِمَادِ عَلَى اللهِ وَحْدَهُ وَتَفْوِيضُ الْأُمُورِ كُلِّهَا إِلَيْهِ.

4- Wajibnya bersandar hanya kepada Allah semata dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya.

* * *

* * *

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ رَأَى رَجُلًا فِي يَدِهِ حَلْقَةٌ مِنْ صُفْرٍ، فَقَالَ: "مَا هَذِهِ؟ " قَالَ: مِنَ الوَاهِنَةِ. فَقَالَ: "انْزَعْهَا فَإِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ مُتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا" (١) رَوَاهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ لَا بَأْسَ بِهِ.

Dari 'Imran bin Hushain: Bahwa Rasulullah ﷺ melihat seorang laki-laki yang di tangannya terdapat cincin dari kuningan, lalu beliau bersabda: "Apa ini?" Ia menjawab: "Dari penyakit Al-Wahinah." Maka beliau bersabda: "Lepaskanlah ia, karena sesungguhnya ia tidak menambahmu kecuali kelemahan. Sesungguhnya jika engkau mati dan ia masih ada padamu, maka engkau tidak akan beruntung selamanya." (1) Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang tidak mengapa.

ــ

ــ

عِمْرَانُ: هُوَ عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ خَلَفٍ الخُزَاعِيُّ، صَحَابِيٌّ ابْنُ صَحَابِيٍّ، أَسْلَمَ عَامَ خَيْبَرَ وَمَاتَ سَنَةَ ٥٢هـ بِالبَصْرَةِ.

'Imran: Dia adalah 'Imran bin Hushain bin 'Ubaid bin Khalaf Al-Khuza'i, seorang sahabat putra sahabat, masuk Islam pada tahun Khaibar dan wafat pada tahun 52 H di Bashrah.

مَا هَذِهِ؟ اسْتِفْهَامُ إِنْكَارٍ.

Apa ini? Pertanyaan pengingkaran.

الوَاهِنَةُ: نَوْعٌ مِنَ المَرَضِ يُصِيبُ اليَدَ.

Al-Wahinah: Sejenis penyakit yang menimpa tangan.

انْزَعْهَا: اطْرَحْهَا وَالنَّزْعُ هُوَ الجَذْبُ بِقُوَّةٍ.

Lepaskanlah ia: Buanglah ia, dan mencabut adalah menarik dengan kuat.

وَهْنًا: ضَعْفًا.

Wahnan: Kelemahan.

مَا أَفْلَحْتَ: الفَلَاحُ هُوَ الفَوْزُ وَالظَّفَرُ وَالسَّعَادَةُ.

Engkau tidak akan beruntung: Keberuntungan adalah kemenangan, keberhasilan, dan kebahagiaan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ لَنَا عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ ﵄ مَوْقِفًا مِنْ مَوَاقِفِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي مُحَارَبَةِ الشِّرْكِ وَتَخْلِيصِ النَّاسِ مِنْهُ، ذَلِكَ المَوْقِفُ: أَنَّهُ أَبْصَرَ رَجُلًا لَابِسًا حَلْقَةً مَصْنُوعَةً مِنَ الصُّفْرِ، فَسَأَلَهُ عَنِ الحَامِلِ لَهُ عَلَى لُبْسِهَا؟ فَأَجَابَ الرَّجُلُ أَنَّهُ لَبِسَهَا لِتَعْصِمَهُ مِنَ الأَلَمِ، فَأَمَرَ بِالْمُبَادَرَةِ بِطَرْحِهَا، وَأَخْبَرَهُ أَنَّهَا لَا تَنْفَعُهُ بَلْ تَضُرُّهُ، وَأَنَّهَا

Makna keseluruhan hadits: Imran bin Hushain ﵄ menyebutkan kepada kita salah satu sikap Rasulullah ﷺ dalam memerangi syirik dan membebaskan manusia darinya. Sikap tersebut adalah: beliau melihat seorang laki-laki memakai cincin yang terbuat dari kuningan, lalu beliau bertanya kepadanya tentang alasan memakainya. Laki-laki itu menjawab bahwa dia memakainya agar terlindung dari rasa sakit. Maka beliau memerintahkan untuk segera melepaskannya, dan memberitahunya bahwa cincin itu tidak bermanfaat baginya, bahkan membahayakannya, dan bahwa cincin itu

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي المُسْنَدِ "٤/٤٤٥" وَابْنُ حِبَّانَ كَمَا فِي المَوَارِدِ بِرَقْمِ "١٤١٠، ١٤١١"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٣٥٣١"، وَالحَاكِمُ فِي المُسْتَدْرَكِ "٤/٢١٦"، وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad "4/445", Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Mawarid nomor "1410, 1411", Ibnu Majah nomor "3531", dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "4/216", dan dia menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

تَزِيدُ الدَّاءَ الَّذِي لَبِسْتَ مِنْ أَجْلِهِ، وَأَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ لَوْ اسْتَمَرَّتْ عَلَيْهِ إِلَى الوَفَاةِ حُرِمَ الفَلَاحَ فِي الآخِرَةِ أَيْضًا.

Itu akan meningkatkan penyakit yang kamu kenakan karenanya, dan yang lebih besar dari itu, jika terus memakainya hingga kematian, maka dia akan terhalang dari keberuntungan di akhirat juga.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى المَنْعِ مِنْ لُبْسِ الحَلْقَةِ لِدَفْعِ البَلَاءِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنَ الشِّرْكِ المُنَافِي لِلْفَلَاحِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan larangan memakai cincin untuk menolak bala; karena hal itu termasuk syirik yang bertentangan dengan keberuntungan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ لُبْسَ الحَلْقَةِ وَغَيْرِهَا لِلِاعْتِصَامِ بِهَا مِنَ الأَمْرَاضِ مِنَ الشِّرْكِ.

1- Bahwa memakai cincin dan selainnya untuk berlindung dengannya dari penyakit termasuk syirik.

٢- النَّهْيُ عَنِ التَّدَاوِي بِالحَرَامِ.

2- Larangan berobat dengan sesuatu yang haram.

٣- إِنْكَارُ المُنْكَرِ وَتَعْلِيمُ الجَاهِلِ.

3- Mengingkari kemungkaran dan mengajarkan orang yang tidak tahu.

٤- ضَرَرُ الشِّرْكِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.

4- Bahaya syirik di dunia dan akhirat.

٥- اسْتِفْصَالُ المُفْتِي وَاعْتِبَارُ المَقَاصِدِ.

5- Mufti harus menanyakan secara rinci dan mempertimbangkan maksud-maksud.

٦- أَنَّ الشِّرْكَ الأَصْغَرَ أَكْبَرُ الكَبَائِرِ.

6- Bahwa syirik kecil adalah dosa besar yang paling besar.

٧- أَنَّ الشِّرْكَ لَا يُعْذَرُ فِيهِ بِالجَهْلِ.

7- Bahwa syirik tidak dimaafkan karena ketidaktahuan.

٨- التَّغْلِيظُ فِي الإِنْكَارِ عَلَى مَنْ فَعَلَ شَيْئًا مِنَ الشِّرْكِ؛ لِأَجْلِ التَّنْفِيرِ مِنْهُ.

8- Memperketat pengingkaran terhadap orang yang melakukan sesuatu dari syirik; agar menjauhkan darinya.

* * *

* * *

وَلَهُ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ مَرْفُوعًا: "مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلَا أَتَمَّ اللهُ لَهُ. وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدْعَةً فَلَا وَدَعَ اللهُ لَهُ" (١) وَفِي رِوَايَةٍ: "مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ" (٢) .

Dan dia (Imam Ahmad) meriwayatkan dari 'Uqbah bin 'Amir secara marfu': "Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka Allah tidak akan menyempurnakan (urusan)nya. Dan barangsiapa yang menggantungkan kerang, maka Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya" (1) Dan dalam riwayat lain: "Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka sungguh dia telah berbuat syirik" (2).

ــ

ــ

عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ: هُوَ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ الْجُهَنِيُّ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ، وَكَانَ فَقِيهًا فَاضِلًا وَلِيَ إِمَارَةَ مِصْرَ لِمُعَاوِيَةَ ثَلَاثَ سِنِينَ، وَمَاتَ قَرِيبًا مِنَ السِّتِّينَ.

'Uqbah bin 'Amir: Dia adalah 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhani, seorang sahabat yang terkenal. Dia adalah seorang faqih yang utama dan menjabat sebagai gubernur Mesir untuk Mu'awiyah selama tiga tahun. Dia meninggal mendekati usia enam puluh tahun.

وَلَهُ: أَيْ وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ.

Dan dia: Yaitu Imam Ahmad meriwayatkan.

تَعَلَّقَ تَمِيمَةً: أَيْ عَلَّقَهَا عَلَيْهِ أَوْ عَلَى غَيْرِهِ مُعْتَقِدًا بِهَا. وَالتَّمِيمَةُ خَرَزَاتٌ كَانَتِ الْعَرَبُ تُعَلِّقُهَا عَلَى أَوْلَادِهِمْ يَتَّقُونَ بِهَا الْعَيْنَ.

Menggantungkan jimat: Yaitu menggantungkannya pada dirinya atau orang lain dengan meyakininya. Jimat adalah manik-manik yang orang Arab gantungkan pada anak-anak mereka untuk menghindari 'ain (mata jahat).

فَلَا أَتَمَّ اللهُ لَهُ: دُعَاءٌ عَلَيْهِ بِأَنْ لَا يُتِمَّ اللهُ أُمُورَهُ.

Maka Allah tidak akan menyempurnakan (urusan)nya: Doa agar Allah tidak menyempurnakan urusan-urusannya.

وَدْعَةً: الْوَدْعَةُ شَيْءٌ يَخْرُجُ مِنَ الْبَحْرِ يُشْبِهُ الصَّدَفَ يَتَّقُونَ بِهِ الْعَيْنَ.

Kerang: Kerang adalah sesuatu yang keluar dari laut menyerupai kulit kerang yang mereka gunakan untuk menghindari 'ain.

فَلَا وَدَعَ اللهُ لَهُ: أَيْ لَا جَعَلَهُ فِي دَعَةٍ وَسُكُونٍ. أَوْ لَا خَفَّفَ اللهُ عَنْهُ مَا يَخَافُهُ.

Maka Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya: Yaitu Allah tidak menjadikannya dalam ketenangan dan kedamaian. Atau Allah tidak meringankan apa yang dia takuti.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَيْ وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ مِنْ حَدِيثٍ آخَرَ.

Dan dalam riwayat lain: Yaitu Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits yang lain.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثَيْنِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ يَدْعُو عَلَى مَنِ اسْتَعْمَلَ التَّمَائِمَ يَعْتَقِدُ فِيهَا دَفْعَ الضَّرَرِ بِأَنْ يَعْكِسَ اللهُ قَصْدَهُ وَلَا يَتِمُّ لَهُ أُمُورُهُ، كَمَا

Makna keseluruhan dari kedua hadits: bahwa Nabi ﷺ berdoa atas orang yang menggunakan tamimah (jimat) yang meyakini dapat menolak bahaya, agar Allah membalikkan tujuannya dan tidak menyempurnakan urusannya, seperti

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٤/١٥٤" وَابْنُ حِبَّانَ كَمَا فِي الْمَوَارِدِ بِرَقْمِ "١٤١٣"، وَالْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "٤/٤١٧".
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad "4/154", Ibnu Hibban dalam al-Mawarid nomor "1413", dan al-Hakim dalam al-Mustadrak "4/417".
(٢) أَخْرَجَهَا أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٤/١٥٦" وَالْحَاكِمُ "٤/٤١٧".
(2) Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya "4/156" dan al-Hakim "4/417".

أَنَّهُ – ﷺ يَدْعُو عَلَى مَنِ اسْتَعْمَلَ الْوَدَعَ لِنَفْسِ الْقَصْدِ السَّابِقِ أَنْ لَا يَتْرُكَهُ اللهُ فِي رَاحَةٍ وَاطْمِئْنَانٍ، بَلْ يُحَرِّكُ عَلَيْهِ كُلَّ مُؤْذٍ –وَهَذَا الدُّعَاءُ يُقْصَدُ مِنْهُ التَّحْذِيرُ مِنَ الْفِعْلِ- كَمَا أَنَّهُ يُخْبِرُ –ﷺ فِي الْحَدِيثِ الثَّانِي أَنَّ هَذَا الْعَمَلَ شِرْكٌ بِاللهِ.

Bahwa beliau ﷺ mendoakan keburukan kepada orang yang menggunakan wada' (kerang) untuk tujuan yang sama sebelumnya, agar Allah tidak membiarkannya dalam ketenangan dan ketentraman, bahkan menggerakkan segala sesuatu yang menyakitinya - dan doa ini dimaksudkan sebagai peringatan dari perbuatan tersebut. Beliau ﷺ juga mengabarkan dalam hadits kedua bahwa perbuatan ini adalah syirik kepada Allah.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِمَا دَلَالَةً عَلَى تَحْرِيمِ تَعْلِيقِ التَّمَائِمِ وَالْوَدَعِ وَاعْتِبَارِهِ شِرْكًا؛ لِمَا يَقُومُ بِقَلْبِ الْمُعَلِّقِ لَهَا مِنَ الِاعْتِمَادِ عَلَى غَيْرِ اللهِ.

Kesesuaian dua hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas haramnya menggantungkan jimat dan wada', serta menganggapnya sebagai syirik; karena apa yang ada di hati orang yang menggantungkannya berupa bersandar kepada selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua hadits:

١- تَعْلِيقُ التَّمَائِمِ وَالْوَدَعِ مِنَ الشِّرْكِ.

1- Menggantungkan jimat dan wada' termasuk syirik.

٢- أَنَّ مَنِ اعْتَمَدَ عَلَى غَيْرِ اللهِ عَامَلَهُ اللهُ بِنَقِيضِ قَصْدِهِ.

2- Bahwa siapa yang bersandar kepada selain Allah, maka Allah akan memperlakukannya dengan kebalikan dari tujuannya.

٣- الدُّعَاءُ عَلَى مَنْ عَلَّقَ التَّمَائِمَ وَالْوَدَعَ بِمَا يُفَوِّتُ عَلَيْهِ مَقْصُودَهُ وَيَعْكِسُ عَلَيْهِ مُرَادَهُ.

3- Berdoa keburukan kepada orang yang menggantungkan jimat dan wada' dengan apa yang membuat tujuannya tidak tercapai dan membalikkan keinginannya.

* * *

* * *

وَلِابْنِ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ حُذَيْفَةَ: "أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا فِي يَدِهِ خَيْطٌ مِنَ الحُمَّى فَقَطَعَهُ، وَتَلَا قَوْلَهُ: ﴿وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ﴾ [يُوسُفَ: ١٠٦] .

Dan dari Ibnu Abi Hatim, dari Hudzaifah: "Bahwa dia melihat seorang laki-laki yang di tangannya terdapat benang untuk menangkal demam, lalu dia memotongnya, dan membaca firman-Nya: ﴿Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)﴾ [Yusuf: 106].

ــ

ــ

وَلِابْنِ أَبِي حَاتِمٍ: أَيْ وَرَوَى ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ – صَاحِبُ كِتَابِ الجَرْحِ وَالتَّعْدِيلِ.

Ibnu Abi Hatim: Yaitu periwayatan Ibnu Abi Hatim - penulis kitab al-Jarh wa at-Ta'dil.

عَنْ حُذَيْفَةَ: هُوَ ابْنُ اليَمَانِ العَبْسِيُّ حَلِيفُ الأَنْصَارِ صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مِنَ السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ، مَاتَ سَنَةَ ٣٦هـ ﵁.

Dari Hudzaifah: Dia adalah Ibnu Al-Yaman Al-'Absi, sekutu Anshar, seorang sahabat yang mulia dari golongan as-sabiqun al-awwalun, wafat pada tahun 36 H ﵁.

مِنَ الحُمَّى: أَيْ لِلْوِقَايَةِ مِنَ الحُمَّى فَلَا تُصِيبُهُ بِزَعْمِهِ.

Dari demam: Yaitu untuk perlindungan dari demam sehingga tidak menimpanya menurut anggapannya.

وَتَلَا: أَيْ قَرَأَ الآيَةَ مُسْتَدِلًّا بِهَا عَلَى إِنْكَارِ مَا رَأَى.

Dan membaca: Yaitu membaca ayat tersebut sebagai dalil untuk mengingkari apa yang dia lihat.

مَعْنَى الأَثَرِ إِجْمَالًا: أَنَّ حُذَيْفَةَ بْنَ اليَمَانِ ﵁ أَبْصَرَ رَجُلًا قَدْ رَبَطَ فِي عَضُدِهِ خَيْطًا يَتَّقِي بِهِ مَرَضَ الحُمَّى فَأَزَالَهُ عَنْهُ مُنْكِرًا فِعْلَهُ هَذَا، وَاسْتَدَلَّ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَ اللهُ فِيهَا أَنَّ المُشْرِكِينَ يَجْمَعُونَ بَيْنَ الإِقْرَارِ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ وَالشِّرْكِ فِي العِبَادَةِ.

Makna atsar secara keseluruhan: Bahwa Hudzaifah bin Al-Yaman ﵁ melihat seorang laki-laki yang mengikatkan benang di lengannya untuk menangkal penyakit demam, lalu dia mencabutnya darinya seraya mengingkari perbuatannya ini, dan berdalil dengan ayat yang Allah kabarkan di dalamnya bahwa orang-orang musyrik menggabungkan antara pengakuan tauhid rububiyah dan syirik dalam ibadah.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ اعْتِبَارَ لُبْسِ الْخَيْطِ –لِدَفْعِ الْمَرَضِ- شِرْكًا يَجِبُ إِنْكَارُهُ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat anggapan memakai benang - untuk menolak penyakit - sebagai syirik yang wajib diingkari.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- إِنْكَارُ لُبْسِ الْخَيْطِ لِرَفْعِ الْبَلَاءِ أَوْ دَفْعِهِ، وَأَنَّهُ شِرْكٌ.

1- Pengingkaran terhadap pemakaian benang untuk menghilangkan atau menolak bala, dan bahwa hal itu adalah syirik.

٢- وُجُوبُ إِزَالَةِ الْمُنْكَرِ لِمَنْ يَقْدِرُ عَلَى إِزَالَتِهِ.

2- Kewajiban menghilangkan kemungkaran bagi yang mampu menghilangkannya.

٣- صِحَّةُ الِاسْتِدْلَالِ بِمَا نَزَلَ فِي الشِّرْكِ الأَكْبَرِ عَلَى الشِّرْكِ الأَصْغَرِ لِشُمُولِهِ لَهُ.

3- Sahnya berdalil dengan apa yang turun tentang syirik akbar terhadap syirik ashghar karena mencakupnya.

٤- أَنَّ الْمُشْرِكِينَ يُقِرُّونَ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ وَمَعَ هَذَا هُمْ مُشْرِكُونَ، لِأَنَّهُمْ لَمْ يُخْلِصُوا فِي الْعِبَادَةِ.

4- Bahwa orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyah, namun mereka tetap musyrik karena tidak ikhlas dalam ibadah.

بَابُ مَا جَاءَ فِي الرُّقَى وَالتَّمَائِمِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الرُّقَى وَالتَّمَائِمِ

Bab tentang apa yang datang mengenai ruqyah dan jimat

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي بَشِيرٍ الْأَنْصَارِيِّ ﵁ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَأَرْسَلَ رَسُولًا: "أَنْ لَا يَبْقَيَنَّ فِي رَقَبَةِ بَعِيرٍ قِلَادَةٌ مِنْ وَتَرٍ أَوْ قِلَادَةٌ إِلَّا قُطِعَتْ" (١) .

Dalam Shahih, dari Abu Basyir Al-Anshari ﵁ bahwa ia pernah bersama Rasulullah ﷺ dalam sebagian perjalanannya, lalu beliau mengutus seorang utusan: "Jangan sampai tersisa kalung dari tali busur atau kalung apapun di leher unta kecuali harus dipotong." (1)

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ اسْتِمْرَارٌ فِي ذِكْرِ الْأَشْيَاءِ الَّتِي تُخِلُّ بِعَقِيدَةِ التَّوْحِيدِ مِنَ الرُّقَى وَالتَّمَائِمِ الشِّرْكِيَّةِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid adalah bahwa bab ini merupakan kelanjutan dalam menyebutkan hal-hal yang menodai akidah tauhid, yaitu ruqyah dan jimat syirik.

مَا جَاءَ فِي الرُّقَى وَالتَّمَائِمِ: أَيْ: مِنَ النَّهْيِ عَمَّا لَا يَجُوزُ مِنْهَا.

Apa yang datang mengenai ruqyah dan jimat, yaitu: larangan terhadap apa yang tidak diperbolehkan darinya.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih, yaitu dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim).

عَنْ أَبِي بَشِيرٍ: هُوَ صَحَابِيٌّ شَهِدَ غَزْوَةَ الْخَنْدَقِ، وَمَاتَ بَعْدَ السِّتِّينَ.

Dari Abu Basyir: Dia adalah seorang sahabat yang menyaksikan Perang Khandaq, dan meninggal setelah tahun enam puluhan Hijriyah.

قِلَادَةٌ: مَا يُعَلَّقُ فِي رَقَبَةِ الْبَعِيرِ وَغَيْرِهِ.

Kalung: Sesuatu yang digantungkan di leher unta dan lainnya.

وَتَرٍ: وَاحِدُ أَوْتَارِ الْقَوْسِ.

Tali busur: Salah satu tali busur panah.

أَوْ قِلَادَةٌ: شَكٌّ مِنَ الرَّاوِي هَلِ الْقِلَادَةُ بِقَيْدَةٍ بِكَوْنِهَا مِنْ وَتَرٍ أَوْ مُطْلَقَةٌ مِنَ الْوَتَرِ وَغَيْرِهِ.

Atau kalung: Keraguan dari perawi apakah kalung itu terbatas hanya dari tali busur atau mutlak dari tali busur dan lainnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَعَثَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ

Makna global dari hadits: Bahwa Nabi ﷺ mengutus seseorang dalam sebagian perjalanannya

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٠٠٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١١٥" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٢٥٥٢".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "3005", Muslim dengan nomor "2115", dan Abu Dawud dengan nomor "2552".

مَنْ يُنَادِي فِي النَّاسِ بِإِزَالَةِ الْقَلَائِدِ الَّتِي فِي رِقَابِ الْإِبِلِ الَّتِي يُرَادُ بِهَا دَفْعُ الْعَيْنِ وَدَفْعُ الْآفَاتِ، لِأَنَّ ذَلِكَ مِنَ الشِّرْكِ الَّذِي تَجِبُ إِزَالَتُهُ.

Siapa yang menyeru orang-orang untuk menghilangkan kalung-kalung yang ada di leher unta yang dimaksudkan untuk menolak 'ain (mata jahat) dan menolak bencana, karena hal itu termasuk syirik yang wajib dihilangkan.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: مِنْ حَيْثُ إِنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ تَقْلِيدَ الْإِبِلِ وَنَحْوِهَا الْأَوْتَارَ وَمَا فِي مَعْنَاهَا لِدَفْعِ الْآفَاتِ حَرَامٌ وَشِرْكٌ، لِأَنَّهُ مِنْ تَعْلِيقِ التَّمَائِمِ الْمُحَرَّمَةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Dari segi bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa mengalungkan tali dan sejenisnya pada unta dan semisalnya untuk menolak bencana adalah haram dan syirik, karena termasuk menggantungkan jimat yang diharamkan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ تَعْلِيقَ الْأَوْتَارِ – لِدَفْعِ الْآفَاتِ- فِي حُكْمِ التَّمَائِمِ فِي التَّحْرِيمِ.

1- Bahwa menggantungkan tali - untuk menolak bencana - hukumnya sama dengan jimat dalam pengharaman.

٢- إِزَالَةُ الْمُنْكَرِ.

2- Menghilangkan kemungkaran.

٣- تَبْلِيغُ النَّاسِ مَا يَصُونُ عَقِيدَتَهُمْ.

3- Menyampaikan kepada orang-orang apa yang menjaga akidah mereka.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ" رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ (١) .

Dari Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik" diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud (1).

ــ

ــ

سَيَأْتِي شَرْحُ الْمُفْرَدَاتِ فِي كَلَامِ الْمُصَنِّفِ ﵀.

Penjelasan kosakata akan datang dalam perkataan penulis ﵀.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ يُخْبِرُ أَنَّ اسْتِعْمَالَ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ لِقَصْدِ دَفْعِ الْمَضَارِّ وَجَلْبِ الْمَصَالِحِ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ شِرْكٌ بِاللهِ لِأَنَّهُ لَا يَمْلِكُ دَفْعَ الضُّرِّ وَجَلْبَ الْخَيْرِ إِلَّا اللهُ سُبْحَانَهُ، وَهَذَا الْخَبَرُ مَعْنَاهُ النَّهْيُ عَنْ هَذَا الْفِعْلِ.

Makna umum dari hadits: bahwa Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa menggunakan hal-hal ini dengan tujuan menolak bahaya dan mendatangkan manfaat dari selain Allah adalah syirik kepada Allah karena tidak ada yang mampu menolak bahaya dan mendatangkan kebaikan kecuali Allah subhanahu, dan kabar ini maknanya adalah larangan dari perbuatan ini.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ أَنَّ اسْتِعْمَالَ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الْمَذْكُورَةِ شِرْكٌ يُخِلُّ بِالتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan bahwa menggunakan hal-hal yang disebutkan ini adalah syirik yang merusak tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْحَثُّ عَلَى صِيَانَةِ الْعَقِيدَةِ عَمَّا يُخِلُّ بِهَا وَإِنْ كَانَ يَتَعَاطَاهُ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ.

1- Dorongan untuk menjaga akidah dari hal-hal yang merusaknya meskipun banyak orang yang melakukannya.

٢- تَحْرِيمُ اسْتِعْمَالِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الْمَذْكُورَةِ فِيهِ.

2- Pengharaman menggunakan hal-hal yang disebutkan di dalamnya.

٣- أَنَّ هَذِهِ الثَّلَاثَ الْمَذْكُورَةَ شِرْكٌ مِنْ غَيْرِ اسْتِثْنَاءٍ.

3- Bahwa ketiga hal yang disebutkan ini adalah syirik tanpa pengecualian.

* * *

* * *

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ "١/٣٨١"، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٨٨٣" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٣٥٣٠"، وَالْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "٤/٤١٨"، وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad "1/381", Abu Dawud dengan nomor "3883", Ibnu Majah dengan nomor "3530", dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "4/418", ia menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

التَّمَائِمُ: شَيْءٌ يُعَلَّقُ عَلَى الْأَوْلَادِ مِنَ الْعَيْنِ. لَكِنْ إِذَا كَانَ الْمُعَلَّقُ مِنَ الْقُرْآنِ فَرَخَّصَ فِيهِ بَعْضُ السَّلَفِ وَبَعْضُهُمْ لَمْ يُرَخِّصْ فِيهِ، وَيَجْعَلُهُ مِنَ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ، مِنْهُمْ ابْنُ مَسْعُودٍ ﵁.

Tamimah: sesuatu yang digantungkan pada anak-anak untuk menangkal 'ain (mata jahat). Namun jika yang digantungkan adalah ayat Al-Qur'an, sebagian Salaf membolehkannya dan sebagian lagi tidak membolehkannya, dan menganggapnya termasuk yang dilarang, di antaranya adalah Ibnu Mas'ud ﵁.

وَالرُّقَى (١): هِيَ الَّتِي تُسَمَّى الْعَزَائِمَ. وَخَصَّ مِنْهُ الدَّلِيلُ مَا خَلَا مِنَ الشِّرْكِ. فَقَدْ رَخَّصَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الْعَيْنِ وَالْحُمَةِ (٢) . وَالتِّوَلَةُ: شَيْءٌ يَصْنَعُونَهُ يَزْعُمُونَ أَنَّهُ يُحَبِّبُ الْمَرْأَةَ إِلَى زَوْجِهَا، وَالرَّجُلَ إِلَى امْرَأَتِهِ.

Dan ruqyah (1): yaitu yang disebut 'azaa'im. Dan dalil mengkhususkan darinya apa yang terbebas dari syirik. Rasulullah ﷺ telah memberikan keringanan dalam hal ini dari 'ain (mata jahat) dan humah (demam) (2). Adapun tiwalah: sesuatu yang mereka buat dengan anggapan bahwa ia dapat menjadikan seorang wanita dicintai suaminya, dan seorang pria (dicintai) istrinya.

ــ

ــ

يُعَلَّقُ عَلَى الْأَوْلَادِ: أَيْ بِأَعْنَاقِ الصِّبْيَانِ.

Digantungkan pada anak-anak: yaitu di leher anak-anak.

مِنَ الْعَيْنِ؛ أَيْ لِدَفْعِ الْإِصَابَةِ بِالْعَيْنِ.

Dari 'ain; yaitu untuk menolak terkena 'ain (mata jahat).

الْعَزَائِمُ: جَمْعُ عَزِيمَةٍ، قِيلَ هِيَ آيَاتٌ مِنَ الْقُرْآنِ تُقْرَأُ عَلَى ذَوِي الْعَاهَاتِ أَوْ تُقْرَأُ فِي مَاءٍ وَيُسْقَاهُ الْمَرِيضُ. أَوْ تُكْتَبُ فِي صَحْنٍ وَنَحْوِهِ وَتُمْحَى الْكِتَابَةُ بِمَاءٍ وَنَحْوِهِ وَيُسْقَاهُ الْمَرِيضُ.

Al-'Azaa'im: bentuk jamak dari 'aziimah, dikatakan ia adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan kepada orang-orang yang memiliki kecacatan atau dibacakan pada air lalu diminumkan kepada orang sakit. Atau ditulis di piring dan semisalnya lalu tulisan itu dihapus dengan air dan semisalnya kemudian diminumkan kepada orang sakit.

وَخَصَّ مِنْهُ: أَيْ أَخْرَجَ مِنْ عُمُومِهِ.

Dan mengkhususkan darinya: yaitu mengeluarkan dari cakupan umumnya.

الدَّلِيلُ: وَهُوَ قَوْلُهُ ﷺ: "لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ" كَمَا سَبَقَ فِي بَابٍ: "مَنْ حَقَّقَ التَّوْحِيدَ".

Dalil: yaitu sabda Nabi ﷺ: "Tidak ada ruqyah kecuali untuk 'ain atau humah" seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam bab: "Barangsiapa yang merealisasikan tauhid".

مَا خَلَا مِنَ الشِّرْكِ: أَيِ الِاسْتِعَانَةُ بِغَيْرِ اللهِ بِأَنْ كَانَتْ بِأَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِ وَآيَاتِهِ وَالْمَأْثُورُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Apa yang terbebas dari syirik: yaitu memohon pertolongan kepada selain Allah dengan menggunakan nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, ayat-ayat-Nya, dan apa yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ.

_________
(١) سَبَقَ بَيَانُ مَعْنَاهَا فِي بَابِ "مَنْ حَقَّقَ التَّوْحِيدَ دَخَلَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ".
(1) Telah dijelaskan sebelumnya maknanya dalam bab "Barangsiapa yang merealisasikan tauhid, masuk surga tanpa hisab".
(٢) سَبَقَ بَيَانُ مَعْنَاهَا فِي بَابِ "مَنْ حَقَّقَ التَّوْحِيدَ دَخَلَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ".
(2) Telah dijelaskan sebelumnya maknanya dalam bab "Barangsiapa yang merealisasikan tauhid, masuk surga tanpa hisab".

وَحَاصِلُ مَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ ﵀ فِي حُكْمِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الْمَذْكُورَةِ مَا يَلِي:

Kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh penulis ﵀ tentang hukum hal-hal yang disebutkan ini adalah sebagai berikut:

١- أَنَّ الرُّقْيَةَ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ: قِسْمٌ مَشْرُوعٌ وَقِسْمٌ مَمْنُوعٌ: فَالْمَشْرُوعُ مَا خَلَا مِنَ الشِّرْكِ، وَالْمَمْنُوعُ مَا كَانَ فِيهِ شِرْكٌ.

1- Bahwa ruqyah terbagi menjadi dua bagian: bagian yang disyariatkan dan bagian yang dilarang. Yang disyariatkan adalah yang bebas dari syirik, sedangkan yang dilarang adalah yang mengandung syirik.

٢- أَنَّ التَّمَائِمَ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ:

2- Bahwa tamimah terbagi menjadi dua bagian:

قِسْمٌ مَمْنُوعٌ بِالْإِجْمَاعِ: وَهُوَ مَا كَانَ يَشْتَمِلُ عَلَى شِرْكٍ، وَقِسْمٌ مُخْتَلَفٌ فِيهِ وَهُوَ مَا كَانَ مِنَ الْقُرْآنِ. قِيلَ: إِنَّهُ جَائِزٌ، وَقِيلَ: إِنَّهُ مَمْنُوعٌ، وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ مَمْنُوعٌ سَدًّا لِلذَّرِيعَةِ وَصِيَانَةً لِلْقُرْآنِ.

Bagian yang dilarang berdasarkan ijma': yaitu yang mengandung syirik, dan bagian yang diperselisihkan yaitu yang berasal dari Al-Qur'an. Ada yang mengatakan: itu boleh, dan ada yang mengatakan: itu dilarang, dan yang benar adalah bahwa itu dilarang untuk menutup peluang (terjadinya keburukan) dan menjaga Al-Qur'an.

٣- التَّوَلَةُ مَمْنُوعَةٌ مِنْ غَيْرِ خِلَافٍ، لِأَنَّهَا نَوْعٌ مِنَ السِّحْرِ.

3- At-tawlah dilarang tanpa ada perbedaan pendapat, karena itu adalah sejenis sihir.

* * *

* * *

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُكَيْمٍ مَرْفُوعًا: "مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ". رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ (١) .

Dari Abdullah bin Ukaim secara marfu': "Barangsiapa yang bergantung pada sesuatu, maka ia akan diserahkan kepadanya". Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi (1).

ــ

ــ

عَبْدُ اللهِ بْنُ عُكَيْمٍ: وَيُكْنَى أَبَا مَعْبَدٍ الْجُهَنِيَّ الْكُوفِيَّ أَدْرَكَ زَمَنَ النَّبِيِّ ﷺ وَلَا يُعْرَفُ أَنَّهُ سَمِعَ مِنْهُ.

Abdullah bin Ukaim: Dijuluki Abu Ma'bad Al-Juhani Al-Kufi, ia hidup pada zaman Nabi ﷺ namun tidak diketahui apakah ia pernah mendengar langsung dari beliau.

مَرْفُوعًا: أَيْ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ.

Marfu': Yaitu disandarkan kepada Nabi ﷺ.

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا: أَيْ الْتَفَتَ قَلْبُهُ إِلَى شَيْءٍ يَعْتَقِدُ أَنَّهُ يَنْفَعُهُ أَوْ يَدْفَعُ عَنْهُ.

Barangsiapa yang bergantung pada sesuatu: Yaitu hatinya tertambat pada sesuatu yang diyakininya dapat memberi manfaat atau menolak bahaya darinya.

وُكِلَ إِلَيْهِ: أَيْ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى ذَلِكَ الشَّيْءِ الَّذِي تَعَلَّقَهُ مِنْ دُونِهِ وَخَذَلَهُ.

Maka ia akan diserahkan kepadanya: Yaitu Allah akan menyerahkannya kepada sesuatu yang ia gantungkan diri padanya selain Allah dan membiarkannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: هَذَا حَدِيثٌ وَجِيزُ اللَّفْظِ عَظِيمُ الْفَائِدَةِ يُخْبِرُ فِيهِ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّ مَنْ الْتَفَتَ بِقَلْبِهِ أَوْ فِعْلِهِ أَوْ بِهِمَا جَمِيعًا إِلَى شَيْءٍ يَرْجُو مِنْهُ النَّفْعَ أَوْ دَفْعَ الضُّرِّ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى ذَلِكَ الشَّيْءِ الَّذِي تَعَلَّقَهُ، فَمَنْ تَعَلَّقَ بِاللهِ كَفَاهُ وَيَسَّرَ لَهُ كُلَّ عَسِيرٍ، وَمَنْ تَعَلَّقَ بِغَيْرِهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى ذَلِكَ الْغَيْرِ وَخَذَلَهُ.

Makna keseluruhan hadits: Ini adalah hadits yang ringkas lafazhnya namun besar manfaatnya. Di dalamnya Nabi ﷺ mengabarkan bahwa barangsiapa yang hatinya atau perbuatannya atau keduanya tertambat pada sesuatu yang diharapkannya dapat memberi manfaat atau menolak bahaya, maka Allah akan menyerahkannya kepada sesuatu yang ia gantungkan diri padanya itu. Maka barangsiapa bergantung kepada Allah, Dia akan mencukupinya dan memudahkan segala kesulitannya. Dan barangsiapa bergantung kepada selain-Nya, Allah akan menyerahkannya kepada selain-Nya itu dan membiarkannya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ وَالتَّحْذِيرَ مِنَ التَّعَلُّقِ عَلَى غَيْرِ اللهِ فِي جَلْبِ المَنَافِعِ وَدَفْعِ المَضَارِّ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan dan peringatan dari bergantung kepada selain Allah dalam mendatangkan manfaat dan menolak mudharat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ التَّعَلُّقِ بِغَيْرِ اللهِ.

1- Larangan bergantung kepada selain Allah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي المُسْنَدِ "٤/٢١١" وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمٍ "٢٠٧٣".
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad "4/211" dan Tirmidzi nomor "2073".

٢- وُجُوبُ التَّعَلُّقِ بِاللهِ فِي جَمِيعِ الْأُمُورِ.

2- Kewajiban bergantung kepada Allah dalam semua urusan.

٣- بَيَانُ مَضَرَّةِ الشِّرْكِ وَسُوءِ عَاقِبَتِهِ.

3- Penjelasan tentang bahaya syirik dan buruknya akibatnya.

٤- أَنَّ الْجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ.

4- Bahwa balasan itu sesuai dengan jenis amal.

٥- أَنَّ نَتِيجَةَ الْعَمَلِ تَرْجِعُ إِلَى الْعَامِلِ خَيْرًا أَوْ شَرًّا.

5- Bahwa hasil dari suatu amal akan kembali kepada pelakunya, baik itu kebaikan atau keburukan.

* * *

* * *

وَرَوَى الإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ رُوَيْفِعٍ ﵁ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ: "يَا رُوَيْفِعُ، لَعَلَّ الحَيَاةَ تَطُولُ بِكَ فَأَخْبِرِ النَّاسَ أَنَّ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوِ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا بَرِيءٌ مِنْهُ" (١) .

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ruwaifi' ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku: "Wahai Ruwaifi', semoga hidupmu panjang, maka beritahukanlah kepada orang-orang bahwa barangsiapa yang mengikat jenggotnya, atau menggantungkan tali busur, atau beristinja' dengan kotoran hewan atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad berlepas diri darinya" (1).

ــ

ــ

رُوَيْفِعٌ: هُوَ: رُوَيْفِعُ بْنُ ثَابِتِ بْنِ السَّكَنِ بْنِ عَدِيِّ بْنِ الحَارِثِ مِنْ بَنِي مَالِكِ بْنِ النَّجَّارِ الأَنْصَارِيُّ وَلِيَ بَرْقَةَ وَطَرَابُلُسَ فَافْتَتَحَ إِفْرِيقِيَةَ سَنَةَ ٤٧ وَتُوُفِّيَ بِبَرْقَةَ سَنَةَ ٥٦هـ.

Ruwaifi': Dia adalah Ruwaifi' bin Tsabit bin As-Sakan bin 'Adi bin Al-Harits dari Bani Malik bin An-Najjar Al-Anshari. Dia memerintah Barqah dan Tripoli, lalu menaklukkan Afrika pada tahun 47 H dan wafat di Barqah pada tahun 56 H.

عَقَدَ لِحْيَتَهُ: قِيلَ: مَعْنَاهُ مَا يَفْعَلُونَهُ فِي الحُرُوبِ مِنْ فَتْلِهَا وَعَقْدِهَا تَكَبُّرًا. وَقِيلَ: مَعْنَاهُ مُعَالَجَةُ الشَّعْرِ؛ لِيَتَعَقَّدَ وَيَتَجَعَّدَ عَلَى وَجْهِ التَّأَنُّثِ وَالتَّنَعُّمِ. وَقِيلَ: المُرَادُ عَقْدُهَا فِي الصَّلَاةِ أَوْ كَفُّهَا.

Mengikat jenggotnya: Ada yang mengatakan maknanya adalah apa yang mereka lakukan dalam peperangan, yaitu menjalin dan mengikatnya karena sombong. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah memperlakukan rambut agar menjadi keriting dan ikal dengan cara keperempuanan dan kemewahan. Ada pula yang mengatakan yang dimaksud adalah mengikatnya dalam shalat atau mengepalkannya.

تَقَلَّدَ وَتَرًا: جَعَلَهُ قِلَادَةً فِي عُنُقِهِ أَوْ عُنُقِ دَابَّتِهِ مِنْ أَجْلِ الوِقَايَةِ مِنَ العَيْنِ.

Menggantungkan tali busur: Menjadikannya kalung di lehernya atau leher hewannya untuk perlindungan dari 'ain (mata jahat).

اسْتَنْجَى: أَيْ أَزَالَ النَّجْوَ -وَهُوَ العَذِرَةُ- عَنِ المَخْرَجِ.

Beristinja': Yaitu menghilangkan najis (kotoran) dari tempat keluarnya.

بَرْجِيعِ دَابَّةٍ: الرَّجِيعُ: الرَّوْثُ. سُمِّيَ رَجِيعًا لِأَنَّهُ رَجَعَ عَنْ حَالَتِهِ الْأُولَى بَعْدَ أَنْ كَانَ عَلَفًا.

Kotoran hewan: Ar-Raji' artinya kotoran. Disebut raji' karena kembali dari keadaan semula setelah sebelumnya menjadi makanan ternak.

بَرِيءٌ مِنْهُ: هَذَا وَعِيدٌ شَدِيدٌ فِي حَقِّ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ.

Berlepas diri darinya: Ini adalah ancaman keras bagi orang yang melakukan hal itu.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ ﷺ أَنَّ هَذَا الصَّحَابِيَّ سَيَطُولُ عُمْرُهُ حَتَّى يُدْرِكَ أُنَاسًا يُخَالِفُونَ هَدْيَهُ ﷺ فِي اللِّحَى الَّذِي هُوَ تَوْفِيرُهَا

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan bahwa sahabat ini akan berumur panjang hingga menjumpai orang-orang yang menyelisihi petunjuk beliau ﷺ dalam hal jenggot, yaitu membiarkannya tumbuh lebat

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ "٤/١٠٨، ١٠٩"، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٦".
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad "4/108, 109", dan Abu Dawud nomor "36".

وَإِكْرَامُهَا إِلَى الْعَبَثِ بِهَا عَلَى وَجْهٍ يَتَشَبَّهُونَ فِيهِ بِالْأَعَاجِمِ أَوْ بِأَهْلِ التَّرَفِ وَالْمُيُوعَةِ. أَوْ يُخِلُّونَ بِعَقِيدَةِ التَّوْحِيدِ بِاسْتِعْمَالِ الْوَسَائِلِ الشِّرْكِيَّةِ فَيَلْبَسُونَ الْقَلَائِدَ أَوْ يُلْبِسُونَهَا دَوَابَّهُمْ يَسْتَدْفِعُونَ بِهَا الْمَحْذُورَ. أَوْ يَرْتَكِبُونَ مَا نَهَى عَنْهُ نَبِيُّهُمْ مِنَ الِاسْتِجْمَارِ بِرَوْثِ الدَّوَابِّ وَالْعِظَامِ. فَأَوْصَى النَّبِيُّ –ﷺ صَاحِبَهُ أَنْ يُبَلِّغَ الْأُمَّةَ أَنَّ نَبِيَّهَا يَتَبَرَّأُ مِمَّنْ يَفْعَلُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ.

Dan menghormatinya sampai bermain-main dengannya dengan cara yang menyerupai orang-orang asing atau orang-orang yang hidup mewah dan lemah. Atau mereka merusak akidah tauhid dengan menggunakan sarana-sarana syirik, seperti memakai kalung atau mengalungkannya pada hewan ternak mereka untuk menolak bahaya. Atau mereka melakukan apa yang dilarang oleh nabi mereka, yaitu beristinja' dengan kotoran hewan dan tulang. Maka Nabi -ﷺ- berwasiat kepada sahabatnya untuk menyampaikan kepada umat bahwa nabi mereka berlepas diri dari orang yang melakukan sesuatu dari hal tersebut.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ تَقْلِيدِ الْأَوْتَارِ لِدَفْعِ الْمَحْذُورَاتِ وَأَنَّهُ شِرْكٌ؛ لِأَنَّهُ لَا يَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا اللهُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan mengenakan jimat untuk menolak bahaya dan bahwa hal itu adalah syirik; karena tidak ada yang mampu melakukan hal itu kecuali Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِ النُّبُوَّةِ، فَإِنَّ رُوَيْفِعًا طَالَتْ حَيَاتُهُ إِلَى سَنَةِ ٥٦هـ.

1- Salah satu tanda kenabian, karena Ruwaifi' hidup hingga tahun 56 H.

٢- وُجُوبُ إِخْبَارِ النَّاسِ بِمَا أُمِرُوا بِهِ وَنُهُوا عَنْهُ مِمَّا يَجِبُ فِعْلُهُ أَوْ تَرْكُهُ.

2- Kewajiban memberitahu orang-orang tentang apa yang diperintahkan dan dilarang kepada mereka, yang wajib dilakukan atau ditinggalkan.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ إِكْرَامِ اللِّحْيَةِ وَإِعْفَائِهَا وَتَحْرِيمُ الْعَبَثِ بِهَا بِحَلْقٍ أَوْ قَصٍّ أَوْ عَقْدٍ أَوْ تَجْعِيدٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ.

3- Disyariatkannya memuliakan dan memanjangkan jenggot, serta haramnya merusak jenggot dengan mencukur, memotong, mengikat, mengeriting, atau selainnya.

٤- تَحْرِيمُ اتِّخَاذِ الْقِلَادَةِ لِدَفْعِ الْمَحْذُورِ، وَأَنَّهُ شِرْكٌ.

4- Haramnya memakai kalung untuk menolak bahaya, dan itu adalah syirik.

٥- تَحْرِيمُ الِاسْتِنْجَاءِ بِالرَّوْثِ وَالْعَظْمِ.

5- Haramnya beristinja' dengan kotoran hewan dan tulang.

٦- أَنَّ هَذِهِ الْجَرَائِمَ الْمَذْكُورَةَ مِنَ الْكَبَائِرِ.

6- Bahwa kejahatan-kejahatan yang disebutkan ini termasuk dosa besar.

* * *

* * *

وَعَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ: "مَنْ قَطَعَ تَمِيمَةً مِنْ إِنْسَانٍ كَانَ كَعِدْلِ رَقَبَةٍ". رَوَاهُ وَكِيعٌ. وَلَهُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ: كَانُوا يَكْرَهُونَ التَّمَائِمَ كُلَّهَا مِنَ الْقُرْآنِ وَغَيْرِ الْقُرْآنِ.

Dari Sa'id bin Jubair, ia berkata: "Barangsiapa memotong tamimah dari seseorang, maka seakan-akan ia membebaskan seorang budak". Diriwayatkan oleh Waki'. Dan ia juga meriwayatkan dari Ibrahim: Mereka (para sahabat) membenci semua tamimah, baik dari Al-Qur'an maupun selainnya.

ــ

ــ

وَكِيعٌ: هُوَ: وَكِيعُ بْنُ الْجَرَّاحِ ثِقَةٌ إِمَامٌ صَاحِبُ تَصَانِيفَ مَاتَ سَنَةَ ١٩٧هـ.

Waki': Dia adalah Waki' bin Al-Jarrah, seorang yang tsiqah (terpercaya), imam, penulis beberapa kitab. Wafat tahun 197 H.

إِبْرَاهِيمُ: هُوَ الْإِمَامُ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ ثِقَةٌ مِنْ كِبَارِ الْفُقَهَاءِ مَاتَ سَنَةَ ٩٦هـ.

Ibrahim: Dia adalah Imam Ibrahim An-Nakha'i, seorang yang tsiqah (terpercaya) dari para ulama besar. Wafat tahun 96 H.

كَعِدْلِ رَقَبَةٍ: أَيْ كَانَ لَهُ مِثْلُ ثَوَابِ مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً.

Ka'idli raqabah: Yakni ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang membebaskan seorang budak.

وَلَهُ: أَيْ وَرَوَى وَكِيعٌ أَيْضًا.

Wa lahu: Maksudnya Waki' juga meriwayatkan.

وَكَانُوا: أَيْ أَصْحَابُ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُمْ مِنَا سَادَاتُ التَّابِعِينَ.

Wa kanu: Maksudnya para sahabat Abdullah bin Mas'ud, dan mereka termasuk pemimpin tabi'in.

مَعْنَى الْأَثَرَيْنِ إِجْمَالًا: الْإِخْبَارُ أَنَّ مَنْ أَزَالَ عَنْ إِنْسَانٍ مَا يُعَلِّقُهُ عَلَى نَفْسِهِ لِدَفْعِ الْآفَاتِ فَلَهُ مِنَ الثَّوَابِ مِثْلُ ثَوَابِ مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً مِنَ الرِّقِّ؛ لِأَنَّ هَذَا الْإِنْسَانَ صَارَ بِتَعْلِيقِ التَّمَائِمِ مُسْتَعْبَدًا لِلشَّيْطَانِ فَإِذَا قَطَعَهَا عَنْهُ أَزَالَ عَنْهُ رِقَّ الشَّيْطَانِ. وَيَحْكِي إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ عَنْ بَعْضِ سَادَاتِ التَّابِعِينَ أَنَّهُمْ يُعَمِّمُونَ الْمَنْعَ مِنْ تَعْلِيقِ التَّمَائِمِ وَلَوْ كَانَتْ مَكْتُوبًا فِيهَا قُرْآنٌ فَقَطْ سَدًّا لِلذَّرِيعَةِ.

Makna kedua atsar secara keseluruhan: Memberitahukan bahwa barangsiapa yang menghilangkan dari seseorang apa yang dia gantungkan pada dirinya untuk menolak bencana, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang membebaskan seorang budak dari perbudakan; karena orang ini, dengan menggantungkan jimat, telah menjadi budak setan, maka jika dia memotongnya darinya, dia telah menghilangkan perbudakan setan darinya. Ibrahim An-Nakha'i meriwayatkan dari sebagian pemuka Tabi'in bahwa mereka melarang secara umum menggantungkan jimat meskipun hanya tertulis Al-Qur'an di dalamnya, untuk menutup peluang (terjadinya keburukan).

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرَيْنِ لِلْبَابِ ظَاهِرَةٌ: فَإِنَّ فِيهِمَا حِكَايَةَ الْمَنْعِ مِنْ تَعْلِيقِ التَّمَائِمِ مُطْلَقًا عَنْ هَؤُلَاءِ الْأَجْلَاءِ مِنْ سَادَاتِ التَّابِعِينَ.

Kesesuaian kedua atsar dengan bab ini jelas: karena di dalamnya terdapat riwayat larangan menggantungkan jimat secara mutlak dari para tokoh mulia dari pemuka Tabi'in.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua atsar:

١- فَضْلُ قَطْعِ التَّمَائِمِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ إِزَالَةِ الْمُنْكَرِ وَتَخْلِيصِ النَّاسِ مِنَ الشِّرْكِ.

1- Keutamaan memotong jimat; karena itu termasuk menghilangkan kemungkaran dan membebaskan manusia dari syirik.

٢- تَحْرِيمُ تَعْلِيقِ التَّمَائِمِ مُطْلَقًا وَلَوْ كَانَتْ مِنَ الْقُرْآنِ عِنْدَ جَمَاعَةٍ مِنَ التَّابِعِينَ.

2- Pengharaman menggantungkan jimat secara mutlak meskipun berasal dari Al-Qur'an menurut sekelompok tabi'in.

٣- حِرْصُ السَّلَفِ عَلَى صِيَانَةِ الْعَقِيدَةِ عَنِ الْخُرَافَاتِ.

3- Keantusiasan salaf dalam menjaga akidah dari khurafat.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ تَبَرَّكَ بِشَجَرَةٍ أَوْ حَجَرٍ وَنَحْوِهِمَا

بَابُ مَنْ تَبَرَّكَ بِشَجَرَةٍ أَوْ حَجَرٍ وَنَحْوِهِمَا

Bab tentang orang yang mencari berkah dengan pohon atau batu dan sejenisnya

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى، أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنثَى، تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى، إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ الْهُدَى﴾ [النجم: ١٩-٢٣].

Dan firman Allah Ta'ala: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-'Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka." [An-Najm: 19-23]

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ اسْتِمْرَارٌ فِي ذِكْرِ الشِّرْكِيَّاتِ الْمُنَافِيَةِ لِلتَّوْحِيدِ، أَوْ كَمَالِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa ini merupakan kelanjutan dalam menyebutkan hal-hal yang berbau syirik yang bertentangan dengan tauhid, atau kesempurnaannya.

تَبَرَّكَ: التَّبَرُّكُ: طَلَبُ الْبَرَكَةِ وَرَجَاؤُهَا وَاعْتِقَادُهَا.

Tabarruk: Tabarruk adalah mencari berkah, mengharapkannya, dan meyakininya.

وَنَحْوِهِمَا: مَا أَشْبَهَهُمَا مِنْ بُقْعَةٍ أَوْ مَغَارَةٍ أَوْ قَبْرٍ أَوْ مَشْهَدٍ أَوْ أَثَرٍ.

Dan sejenisnya: apa yang serupa dengan keduanya, seperti tempat, gua, kuburan, tempat ziarah, atau peninggalan.

أَفَرَأَيْتُم: أَخْبِرُونِي عَنْ هَذِهِ الْأَصْنَامِ هَلْ نَفَعَتْ أَوْ ضَرَّتْ.

Apakah kalian melihat: beritahu aku tentang berhala-berhala ini apakah mereka bermanfaat atau berbahaya.

اللَّاتُ: قُرِئَ بِتَخْفِيفِ التَّاءِ وَقُرِئَ بِتَشْدِيدِهَا فَعَلَى الْقِرَاءَةِ الْأُولَى هِيَ: اسْمُ صَخْرَةٍ بَيْضَاءَ مَنْقُوشَةٌ عَلَيْهَا بَيْتٌ بِالطَّائِفِ وَعَلَى الْقِرَاءَةِ الثَّانِيَةِ: هِيَ اسْمُ فَاعِلٍ مِنْ لَتَّ. لِرَجُلٍ كَانَ يَلِتُّ السَّوِيقَ لِلْحَاجِّ (١) فَمَاتَ فَعَكَفُوا عَلَى قَبْرِهِ.

Al-Lāt: dibaca dengan meringankan ta' dan dibaca dengan men-tasydid-kannya. Menurut qiraat pertama, ia adalah: nama batu putih yang diukir di atasnya sebuah rumah di Thaif. Dan menurut qiraat kedua: ia adalah isim fa'il dari latta. Untuk seorang lelaki yang biasa melatta sawiq untuk para jemaah haji (1) lalu ia meninggal, maka mereka beri'tikaf di atas kuburnya.

الْعُزَّى: شَجَرَةُ سَمُرٍ قَدْ بُنِيَ حَوْلَهَا وَجُعِلَ لَهَا أَسْتَارٌ بَيْنَ مَكَّةَ

Al-'Uzza: pohon samar yang telah dibangun di sekelilingnya dan dijadikan untuknya tirai-tirai antara Makkah

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ بِرَقْمِ "٤٨٥٩".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Ibnu Abbas dengan nomor "4859".

وَالطَّائِفِ.

Dan Thaif.

مَنَاةُ: صَنَمٌ بِالْمُشَلَّلِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ.

Manah: Berhala di Al-Mushallal antara Makkah dan Madinah.

الثَّالِثَةُ الْأُخْرَى: ذَمٌّ لَهَا بِالتَّأَخُّرِ. أَيِ الْمُتَأَخِّرَةُ الْوَضِيعَةُ الْمِقْدَارِ.

Yang ketiga yang lain: Celaan baginya karena ketertinggalan. Yaitu yang tertinggal, rendah kedudukannya.

أَلَكُمُ الذَّكَرُ: تَجْعَلُونَ لَكُمْ مَا تُحِبُّونَ وَهُوَ الذَّكَرُ.

Apakah untuk kalian yang laki-laki: Kalian menjadikan untuk diri kalian apa yang kalian sukai yaitu yang laki-laki.

وَلَهُ الْأُنْثَى: تَجْعَلُونَ لَهُ الْإِنَاثَ حَيْثُ تَقُولُونَ: الْمَلَائِكَةُ بَنَاتُ اللهِ.

Dan bagi-Nya yang perempuan: Kalian menjadikan bagi-Nya yang perempuan di mana kalian mengatakan: Malaikat adalah putri-putri Allah.

ضِيزَى: جَوْرٌ وَبَاطِلٌ.

Dhiiza: Kezaliman dan kebatilan.

أَسْمَاءٌ: مُجَرَّدُ تَسْمِيَةٍ.

Asma': Sekadar penamaan.

سَمَّيْتُمُوهَا: مِنْ تِلْقَاءِ أَنْفُسِكُمْ.

Kalian menamainya: Dari diri kalian sendiri.

مِنْ سُلْطَانٍ: أَيْ مِنْ حُجَّةٍ وَبُرْهَانٍ عَلَى أُلُوهِيَّتِهَا.

Dari sulthan: Yaitu dari hujjah dan bukti atas ketuhanannya.

إِنْ يَتَّبِعُونَ: مَا يَتَّبِعُونَ أَيْ: لَيْسَ لَهُمْ مُسْتَنَدٌ.

Tidaklah mereka mengikuti: Apa yang mereka ikuti yaitu: Tidak ada sandaran bagi mereka.

إِلَّا الظَّنَّ: أَيْ حُسْنَ ظَنِّهِمْ بِآبَائِهِمْ.

Kecuali persangkaan: Yaitu prasangka baik mereka terhadap nenek moyang mereka.

وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ: حُظُوظَ أَنْفُسِهِمْ فِي الرِّئَاسَةِ.

Dan apa yang diinginkan jiwa-jiwa: Bagian diri mereka dalam kepemimpinan.

الْهُدَى: إِرْسَالُ الرُّسُلِ بِالْحُجَّةِ الْوَاضِحَةِ وَالْحَقِّ الْمُنِيرِ.

Petunjuk: Mengutus para rasul dengan hujjah yang jelas dan kebenaran yang bersinar.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَاتِ: يُحَاجُّ تَعَالَى المُشْرِكِينَ فِي عِبَادَتِهِمْ مَا لَا يَعْقِلُ مِنْ هَذِهِ الأَوْثَانِ الثَّلَاثَةِ مَاذَا أَجْدَتْهُمْ، وَيُوَبِّخُهُمْ عَلَى جَوْرِهِمْ فِي القِسْمَةِ حَيْثُ نَزَّهُوا أَنْفُسَهُمْ عَنِ الإِنَاثِ وَجَعَلُوهَا لِلَّهِ. ثُمَّ يُطَالِبُهُمْ بِالْبُرْهَانِ عَلَى صِحَّةِ عِبَادَةِ هَذِهِ الأَصْنَامِ وَيُبَيِّنُ أَنَّ الظَّنَّ وَرَغْبَةَ النُّفُوسِ لَا يَكُونَانِ حُجَّةً عَلَى هَذَا المَطْلَبِ. وَإِنَّمَا الحُجَّةُ فِي ذَلِكَ مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ مِنَ البَرَاهِينِ الوَاضِحَةِ وَالحُجَجِ القَاطِعَةِ عَلَى وُجُوبِ عِبَادَةِ اللهِ وَحْدَهُ وَتَرْكِ عِبَادَةِ الأَصْنَامِ.

Makna keseluruhan ayat-ayat: Allah Ta'ala berdebat dengan orang-orang musyrik dalam penyembahan mereka terhadap apa yang tidak berakal dari tiga berhala ini, apa yang telah mereka dapatkan darinya. Dia mencela mereka atas ketidakadilan mereka dalam pembagian di mana mereka membebaskan diri mereka dari berhala-berhala perempuan dan menjadikannya milik Allah. Kemudian Dia menuntut mereka untuk memberikan bukti atas kebenaran penyembahan berhala-berhala ini dan menjelaskan bahwa prasangka dan keinginan jiwa bukanlah hujjah atas tuntutan ini. Hujjah dalam hal itu adalah apa yang dibawa oleh para rasul berupa bukti-bukti yang jelas dan hujjah-hujjah yang pasti atas kewajiban menyembah Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala.

مُنَاسَبَةُ الآيَاتِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا تَحْرِيمَ التَّبَرُّكِ بِالأَشْجَارِ وَالأَحْجَارِ وَاعْتِبَارَهُ شِرْكًا، فَإِنَّ عُبَّادَ هَذِهِ الأَصْنَامِ المَذْكُورَةِ إِنَّمَا كَانُوا يَعْتَقِدُونَ

Kesesuaian ayat-ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat pengharaman tabarruk (mencari berkah) dengan pepohonan dan bebatuan serta menganggapnya sebagai syirik. Karena penyembah berhala-berhala yang disebutkan ini hanyalah meyakini

حُصُولُ البَرَكَةِ مِنْهَا بِتَعْظِيمِهَا وَدُعَائِهَا. فَالتَّبَرُّكُ بِالْقُبُورِ كَالتَّبَرُّكِ بِاللَّاتِ. وَبِالْأَشْجَارِ وَالْأَحْجَارِ كَالتَّبَرُّكِ بِالْعُزَّى وَمَنَاةَ.

Mendapatkan berkah darinya dengan mengagungkannya dan berdoa kepadanya. Tabarruk dengan kuburan seperti tabarruk dengan Latta. Dan dengan pohon-pohon dan batu-batu seperti tabarruk dengan Uzza dan Manat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَاتِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat:

١- أَنَّ التَّبَرُّكَ بِالْأَشْجَارِ وَالْأَحْجَارِ شِرْكٌ.

1- Bahwa tabarruk dengan pohon-pohon dan batu-batu adalah syirik.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ مُجَادَلَةِ الْمُشْرِكِينَ لِإِبْطَالِ الشِّرْكِ وَتَقْرِيرِ التَّوْحِيدِ.

2- Disyariatkannya berdebat dengan orang-orang musyrik untuk membatalkan kesyirikan dan menetapkan tauhid.

٣- أَنَّ الْحُكْمَ لَا يَثْبُتُ إِلَّا بِدَلِيلٍ مِمَّا أَنْزَلَ اللهُ لَا مُجَرَّدَ الظَّنِّ وَهَوَى النَّفْسِ.

3- Bahwa hukum tidak ditetapkan kecuali dengan dalil dari apa yang Allah turunkan, bukan sekedar dugaan dan hawa nafsu.

٤- أَنَّ اللهَ قَدْ أَقَامَ الْحُجَّةَ بِمَا أَرْسَلَ مِنَ الرُّسُلِ وَأَنْزَلَ مِنَ الْكُتُبِ.

4- Bahwa Allah telah menegakkan hujjah dengan para rasul yang Dia utus dan kitab-kitab yang Dia turunkan.

* * *

* * *

عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ وَلِلْمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيَنُوطُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ. فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "اللهُ أَكْبَرُ -إِنَّهَا السُّنَنُ- قُلْتُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ لِمُوسَى: ﴿اجْعَل لَّنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ﴾ [الأعراف: ١٣٨] لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ" (١) رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ.

Dari Abu Waqid Al-Laitsi, ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah ﷺ menuju Hunain dan kami baru saja meninggalkan kekufuran. Orang-orang musyrik memiliki pohon Sidrah yang mereka berdiam di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya, yang disebut Dzatu Anwath. Kami melewati sebuah pohon Sidrah dan berkata, "Wahai Rasulullah, buatlah untuk kami Dzatu Anwath seperti yang mereka miliki." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu Akbar, ini adalah sunnah-sunnah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian telah berkata sebagaimana Bani Israil berkata kepada Musa, 'Buatlah untuk kami sesembahan seperti sesembahan yang mereka miliki.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya kalian adalah kaum yang jahil.' [Al-A'raf: 138] Sungguh kalian akan mengikuti sunnah-sunnah orang-orang sebelum kalian." (1) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia menshahihkannya.

ــ

ــ

أَبُو وَاقِدٍ اللَّيْثِيُّ: هُوَ الْحَارِثُ بْنُ عَوْفٍ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ مَاتَ سَنَةَ ٦٨هـ وَلَهُ ٨٥ سَنَةً.

Abu Waqid Al-Laitsi: Dia adalah Al-Harits bin 'Auf, seorang sahabat terkenal yang wafat pada tahun 68 H dalam usia 85 tahun.

حُنَيْنٌ: وَادٍ يَقَعُ شَرْقِيَّ مَكَّةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا بِضْعَةُ عَشَرَ مِيلًا، قَاتَلَ فِيهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ قَبِيلَةَ هَوَازِنَ.

Hunain: Sebuah lembah yang terletak di sebelah timur Makkah, jaraknya sekitar belasan mil. Di sana Rasulullah ﷺ memerangi kabilah Hawazin.

حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ: قَرِيبٌ عَهْدُنَا بِالْكُفْرِ.

Kami baru saja meninggalkan kekufuran: Kami baru saja meninggalkan kekufuran.

يَعْكِفُونَ: يُقِيمُونَ عِنْدَهَا وَيُعَظِّمُونَهَا وَيَتَبَرَّكُونَ بِهَا.

Ya'kifūna: mereka berdiam di sisinya, mengagungkannya, dan mengharapkan berkah darinya.

يُنَوِّطُونَ أَسْلِحَتَهُمْ: يُعَلِّقُونَهَا عَلَيْهَا لِلْبَرَكَةِ.

Yunawwiṭūna asliḥatahum: mereka menggantungkan senjata mereka padanya untuk mendapatkan berkah.

أَنْوَاطٌ: جَمْعُ نَوْطٍ: وَهُوَ مَصْدَرٌ سُمِّيَ بِهِ الْمَنُوطُ، سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِكَثْرَةِ مَا يُنَاطُ بِهَا مِنَ السِّلَاحِ لِأَجْلِ التَّبَرُّكِ.

Anwāṭ: bentuk jamak dari nawṭ, yaitu maṣdar yang dinamai dengan sesuatu yang digantungkan (al-manūṭ). Dinamakan demikian karena banyaknya senjata yang digantungkan padanya untuk mendapatkan berkah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢١٨١" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٥/٢١٨" وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ..
(1) Dikeluarkan oleh at-Tirmiżī dengan nomor "2181" dan Aḥmad dalam al-Musnad "5/218". At-Tirmiżī berkata: Hadis hasan sahih.

اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ: سَأَلُوهُ أَنْ يَجْعَلَ لَهُمْ مِثْلَهَا.

Buatkanlah untuk kami dzata anwath: Mereka meminta kepadanya untuk membuatkan bagi mereka yang serupa dengannya.

اللهُ أَكْبَرُ: أَجَلُّ وَأَعْظَمُ صِيغَةُ تَعَجُّبٍ.

Allahu akbar: Ungkapan takjub yang paling agung dan paling besar.

السُّنَنُ: بِضَمِّ السِّينِ: الطُّرُقُ أَيْ سَلَكْتُمْ كَمَا سَلَكَ مَنْ قَبْلَكُمُ الطُّرُقَ الْمَذْمُومَةَ.

As-sunan: Dengan dhammah pada huruf sin: Jalan-jalan, yakni kalian menempuh sebagaimana orang-orang sebelum kalian menempuh jalan-jalan yang tercela.

إِسْرَائِيلُ: هُوَ يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ.

Israil: Dia adalah Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil, semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada mereka.

سُنَنُ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: بِضَمِّ السِّينِ طُرُقُهُمْ وَيَجُوزُ فَتْحُ السِّينِ بِمَعْنَى طَرِيقِهِمْ.

Sunan orang-orang sebelum kalian: Dengan dhammah pada huruf sin berarti jalan-jalan mereka, dan boleh juga dengan fathah pada huruf sin yang bermakna jalan mereka.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ أَبُو وَاقِدٍ عَنْ وَاقِعَةٍ فِيهَا عَجَبٌ وَمَوْعِظَةٌ وَهِيَ أَنَّهُمْ غَزَوْا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَبِيلَةَ هَوَازِنَ وَكَانَ دُخُولُهُمْ فِي الإِسْلَامِ قَرِيبًا فَخَفِيَ عَلَيْهِمْ أَمْرُ الشِّرْكِ. فَلَمَّا رَأَوْا مَا يَصْنَعُ المُشْرِكُونَ مِنَ التَّبَرُّكِ بِالشَّجَرَةِ طَلَبُوا مِنَ الرَّسُولِ ﷺ أَنْ يَجْعَلَ لَهُمْ شَجَرَةً مِثْلَهَا. فَكَبَّرَ النَّبِيُّ ﷺ اسْتِنْكَارًا وَتَعْظِيمًا لِلَّهِ وَتَعَجُّبًا مِنْ هَذِهِ المَقَالَةِ. وَأَخْبَرَ أَنَّ هَذِهِ المَقَالَةَ تُشْبِهُ مَقَالَةَ قَوْمِ مُوسَى لَهُ لَمَّا رَأَوْا مَنْ يَعْبُدُ الأَصْنَامَ: ﴿اجْعَل لَّنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ﴾ وَأَنَّ هَذَا جَرَيَانٌ عَلَى طَرِيقَتِهِمْ. ثُمَّ أَخْبَرَ ﷺ أَنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ سَتَتْبَعُ طَرِيقَةَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى وَتَسْلُكُ مَنَاهِجَهُمْ وَتَفْعَلُ أَفْعَالَهُمْ وَهُوَ خَبَرٌ مَعْنَاهُ الذَّمُّ وَالتَّحْذِيرُ مِنْ هَذَا الفِعْلِ.

Makna keseluruhan hadits: Abu Waqid melaporkan sebuah kejadian yang mengandung keajaiban dan pelajaran, yaitu bahwa mereka berperang bersama Rasulullah ﷺ melawan suku Hawazin yang baru saja masuk Islam sehingga mereka belum memahami perkara syirik. Ketika mereka melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dalam mencari berkah dari pohon, mereka meminta Rasulullah ﷺ untuk menjadikan bagi mereka pohon yang serupa. Maka Nabi ﷺ bertakbir sebagai pengingkaran, pengagungan kepada Allah, dan keheranan terhadap perkataan ini. Beliau mengabarkan bahwa perkataan ini menyerupai perkataan kaum Musa kepadanya ketika mereka melihat orang-orang yang menyembah berhala: "Jadikanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)", dan bahwa ini adalah mengikuti jalan mereka. Kemudian Nabi ﷺ mengabarkan bahwa umat ini akan mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani, menempuh manhaj mereka, dan melakukan perbuatan mereka, dan ini adalah sebuah kabar yang maknanya adalah celaan dan peringatan dari perbuatan ini.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى أَنَّ التَّبَرُّكَ بِالْأَشْجَارِ وَغَيْرِهَا شِرْكٌ وَتَأْلِيهٌ مَعَ اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa bertabarruk dengan pepohonan dan selainnya adalah syirik dan penyembahan selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ التَّبَرُّكَ بِالْأَشْجَارِ شِرْكٌ وَمِثْلُهَا الْأَحْجَارُ وَغَيْرُهَا.

1- Bahwa bertabarruk dengan pepohonan adalah syirik, demikian pula dengan batu-batuan dan selainnya.

٢- أَنَّ الْمُنْتَقِلَ مِنَ الْبَاطِلِ الَّذِي اعْتَادَهُ لَا يُؤْمَنُ أَنْ يَكُونَ فِي قَلْبِهِ بَقِيَّةٌ مِنْ

2- Bahwa orang yang berpindah dari kebatilan yang telah menjadi kebiasaannya, tidak aman dari adanya sisa-sisa kebatilan tersebut di dalam hatinya.

تِلْكَ الْعَادَةُ.

Kebiasaan itu.

١- أَنَّ سَبَبَ عِبَادَةِ الْأَصْنَامِ هُوَ تَعْظِيمُهَا وَالْعُكُوفُ عِنْدَهَا وَالتَّبَرُّكُ بِهَا.

1- Bahwa penyebab penyembahan berhala adalah pengagungannya, berdiam di sisinya, dan mengharapkan berkah darinya.

٢- أَنَّ الْإِنْسَانَ قَدْ يَسْتَحْسِنُ شَيْئًا يَظُنُّهُ يُقَرِّبُهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ يُبْعِدُهُ عَنْهُ.

2- Bahwa manusia mungkin menganggap baik sesuatu yang dia kira mendekatkannya kepada Allah padahal itu menjauhkannya dari-Nya.

٣- أَنَّهُ يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يُسَبِّحَ وَيُكَبِّرَ إِذَا سَمِعَ مَا لَا يَنْبَغِي أَنْ يُقَالَ فِي الدِّينِ وَعِنْدَ التَّعَجُّبِ.

3- Bahwa seorang Muslim hendaknya bertasbih dan bertakbir jika mendengar apa yang tidak sepatutnya dikatakan dalam agama dan ketika takjub.

٤- الْإِخْبَارُ عَنْ وُقُوعِ الشِّرْكِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ وَقَدْ وَقَعَ.

4- Pemberitahuan tentang terjadinya syirik pada umat ini, dan itu telah terjadi.

٥- عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ ﷺ حَيْثُ وَقَعَ الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ كَمَا أَخْبَرَ ﷺ.

5- Salah satu tanda kenabiannya ﷺ di mana syirik terjadi pada umat ini sebagaimana yang beliau ﷺ kabarkan.

٦- النَّهْيُ عَنِ التَّشَبُّهِ بِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، إِلَّا مَا دَلَّ الدَّلِيلُ عَلَى أَنَّهُ مِنْ دِينِنَا.

6- Larangan menyerupai orang-orang jahiliyah, Yahudi, dan Nasrani, kecuali apa yang dalil menunjukkan bahwa itu dari agama kita.

٧- أَنَّ الِاعْتِبَارَ فِي الْأَحْكَامِ بِالْمَعَانِي لَا بِالْأَسْمَاءِ، لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ جَعَلَ طَلَبَتَهُمْ كَطَلَبَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَى كَوْنِهِمْ سَمُّوهَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ.

7- Bahwa yang menjadi pertimbangan dalam hukum adalah makna, bukan nama-nama, karena Nabi ﷺ menjadikan permintaan mereka seperti permintaan Bani Israil dan tidak memperhatikan mereka menamainya Dzatu Anwath.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي الذَّبْحِ لِغَيْرِ اللَّهِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الذَّبْحِ لِغَيْرِ اللهِ

Bab tentang apa yang datang mengenai penyembelihan untuk selain Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾ [الأنعام: ١٦٢، ١٦٣] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." [Al-An'am: 162-163]

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانًا لِنَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ الْمُضَادِّ لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang salah satu jenis syirik yang bertentangan dengan tauhid.

مَا جَاءَ فِي الذَّبْحِ لِغَيْرِ اللهِ: أَيْ مِنَ الْوَعِيدِ وَفِي بَيَانِ حُكْمِهِ.

Apa yang datang mengenai penyembelihan untuk selain Allah: yaitu dari ancaman dan penjelasan hukumnya.

نُسُكِي: ذَبْحِي.

Nusuki: penyembelihanku.

مَحْيَايَ: مَا آتِيهِ فِي حَيَاتِي.

Mahyaya: apa yang aku lakukan dalam hidupku.

مَمَاتِي: مَا أَمُوتُ عَلَيْهِ مِنَ الْإِيمَانِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ.

Mamati: apa yang aku mati di atasnya dari iman dan amal saleh.

وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ: أَيْ أَمَرَنِي رَبِّي بِالْإِخْلَاصِ فِي الْعِبَادَةِ.

Wa bidzalika umirtu: yaitu Tuhanku memerintahkanku untuk ikhlas dalam ibadah.

أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ: أَيْ أَوَّلُ مَنْ يَمْتَثِلُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ.

Awwalul muslimin: yaitu orang pertama yang mematuhi dari umat ini.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَقُولَ لِلْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ غَيْرَ اللهِ وَيَذْبَحُونَ لِغَيْرِهِ: إِنِّي أُخْلِصُ لِلَّهِ صَلَاتِي وَذَبْحِي وَمَا أَحْيَا وَمَا أَمُوتُ عَلَيْهِ مِنَ الإِيمَانِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ، أُصْرِفُ كُلَّ ذَلِكَ لَهُ وَحْدَهُ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا عَكْسَ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ مِنَ الشِّرْكِ بِهِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah dan menyembelih untuk selain-Nya: Sesungguhnya aku mengikhlaskan shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku di atas keimanan dan amal saleh hanya untuk Allah. Aku mengarahkan semua itu hanya untuk-Nya semata, tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun, berbeda dengan apa yang kalian lakukan yaitu menyekutukan-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الذَّبْحَ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat ini menunjukkan bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- أَنَّ الذَّبْحَ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ لِأَنَّهُ قَرَنَهُ بِالصَّلَاةِ، فَكَمَا أَنَّ مَنْ صَلَّى لِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ فَكَذَلِكَ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ.

1- Bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah syirik akbar karena Allah menggandengkannya dengan shalat. Sebagaimana orang yang shalat kepada selain Allah telah berbuat syirik, maka demikian pula orang yang menyembelih untuk selain-Nya juga telah berbuat syirik.

٢- أَنَّ الصَّلَاةَ وَالذَّبْحَ مِنْ أَعْظَمِ الْعِبَادَاتِ.

2- Bahwa shalat dan menyembelih adalah ibadah yang paling agung.

٣- وُجُوبُ الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ فِي جَمِيعِ الْعِبَادَاتِ.

3- Wajibnya ikhlas kepada Allah dalam semua ibadah.

٤- أَنَّ الْعِبَادَاتِ تَوْقِيفِيَّةٌ –أَيْ مُتَوَقِّفَةٌ عَلَى أَمْرِ الشَّارِعِ- لِقَوْلِهِ: ﴿وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ﴾ .

4- Bahwa ibadah itu tauqifiyyah -yaitu tergantung pada perintah Asy-Syari' (Allah)- berdasarkan firman-Nya: "Dan demikianlah aku diperintahkan".

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾ [الكوثر: ٢] .

Dan firman-Nya: "Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." [Al-Kautsar: 2].

ــ

ــ

فَصَلِّ لِرَبِّكَ: أَيْ لَا لِغَيْرِهِ.

Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu: yaitu hanya untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya.

وَانْحَرْ: أَيِ اذْبَحْ.

Dan berkurbanlah: yaitu sembelihlah (hewan kurban).

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ نَبِيَّهُ –ﷺ أَنْ يُخْلِصَ لَهُ فِي صَلَاتِهِ وَذَبِيحَتِهِ مُخَالِفًا لِلْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ غَيْرَ اللهِ وَيَنْحَرُونَ لِلْأَوْثَانِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah memerintahkan Nabi-Nya ﷺ untuk mengikhlaskan shalat dan kurbannya hanya untuk-Nya, berbeda dengan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah dan berkurban untuk berhala-berhala.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ الذَّبْحَ عِبَادَةٌ يَجِبُ إِخْلَاصُهَا لِلَّهِ، وَصَرْفُهَا لِغَيْرِهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa menyembelih adalah ibadah yang wajib diikhlaskan untuk Allah, dan memalingkannya kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ الذَّبْحَ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ؛ لِأَنَّهُ عِبَادَةٌ، وَصَرْفُ الْعِبَادَةِ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ.

1- Bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah syirik akbar; karena ia adalah ibadah, dan memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik akbar.

٢- أَنَّ الصَّلَاةَ وَالذَّبْحَ مِنْ أَعْظَمِ الْعِبَادَاتِ.

2- Bahwa shalat dan menyembelih adalah termasuk ibadah yang paling agung.

٣- أَنَّ الصَّلَاةَ وَالذَّبْحَ لِلَّهِ مِنْ أَعْظَمِ مَظَاهِرِ شُكْرِ النِّعَمِ، فَإِنَّهُ أَتَى بِالْفَاءِ الدَّالَّةِ عَلَى السَّبَبِ؛ لِأَنَّ فِعْلَ ذَلِكَ سَبَبٌ لِلْقِيَامِ بِشُكْرِ مَا أَعْطَاهُ مِنَ الْكَوْثَرِ.

3- Bahwa shalat dan menyembelih karena Allah adalah termasuk manifestasi terbesar dalam mensyukuri nikmat, karena Dia mendatangkan huruf fa' yang menunjukkan sebab; karena melakukan hal itu adalah sebab untuk melaksanakan syukur atas apa yang telah Dia berikan berupa al-Kautsar.

* * *

* * *

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ﵁ قَالَ: حَدَّثَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: "لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الْأَرْضِ" (١) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Ali bin Abi Thalib ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ menceritakan kepadaku empat kalimat: "Allah melaknat orang yang menyembelih (kurban) bukan karena Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi muhdits, dan Allah melaknat orang yang mengubah batas-batas tanah" (1) Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

لَعَنَ اللهُ: اللَّعْنَةُ مِنَ اللهِ: الطَّرْدُ وَالْإِبْعَادُ، وَمِنَ الْمَخْلُوقِينَ السَّبُّ وَالدُّعَاءُ.

Laknat Allah: Laknat dari Allah berarti pengusiran dan penjauhan, sedangkan dari makhluk berarti cacian dan doa (buruk).

ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ: مِنَ الْأَصْنَامِ أَوِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ أَوِ الْجِنِّ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ.

Menyembelih bukan karena Allah: untuk berhala, wali, orang-orang saleh, jin, atau selain itu.

لَعَنَ وَالِدَيْهِ: الْمُرَادُ بِهِمَا أَبُوهُ وَأُمُّهُ وَإِنْ عَلَوْا، سَوَاءٌ بَاشَرَ لَعْنَهُمَا أَوْ تَسَبَّبَ فِيهِ بِأَنْ يَلْعَنَ وَالِدَيْ شَخْصٍ فَيَرُدَّ عَلَيْهِ بِالْمِثْلِ.

Melaknat kedua orang tuanya: Yang dimaksud adalah ayah dan ibunya meskipun ke atas, baik secara langsung melaknat mereka atau menjadi penyebab dengan melaknat orang tua seseorang lalu dibalas dengan yang serupa.

آوَى: أَيْ ضَمَّ وَحَمَى.

Melindungi: yaitu menaungi dan menjaga.

مُحْدِثًا: بِكَسْرِ الدَّالِ الْجَانِي، وَبِفَتْحِهَا هُوَ الْأَمْرُ الْمُبْتَدَعُ فِي الدِّينِ، وَإِيوَاؤُهُ الرِّضَا بِهِ.

Muhdits: dengan kasrah pada dal berarti pelaku kejahatan, dan dengan fathah berarti perkara bid'ah dalam agama, dan melindunginya berarti meridhainya.

غَيَّرَ مَنَارَ الْأَرْضِ: مَنَارُ الْأَرْضِ هِيَ الْمَرَاسِيمُ الَّتِي تُفَرِّقُ بَيْنَ مِلْكِكَ وَمِلْكِ جَارِكَ، وَتَغْيِيرُهَا يَكُونُ بِتَقْدِيمِهَا أَوْ تَأْخِيرِهَا.

Mengubah batas-batas tanah: Batas-batas tanah adalah tanda-tanda yang membedakan antara milikmu dan milik tetanggamu, dan mengubahnya adalah dengan memajukannya atau memundurkannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيّ لِلْحَدِيثِ: يُحَذِّرُ ﷺ أُمَّتَهُ مِنْ أَرْبَعِ جَرَائِمَ، فَيُخْبِرُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَطْرُدُ مِنْ رَحْمَتِهِ مَنْ ارْتَكَبَ وَاحِدَةً مِنْهَا:

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ memperingatkan umatnya dari empat kejahatan, dan memberitahu bahwa Allah Ta'ala mengusir dari rahmat-Nya siapa saja yang melakukan salah satunya:

الْأُولَى: التَّقَرُّبُ بِالذَّبْحِ إِلَى غَيْرِ اللهِ، لِأَنَّهُ صَرْفٌ لِلْعِبَادَةِ إِلَى غَيْرِ

Pertama: Mendekatkan diri dengan menyembelih untuk selain Allah, karena itu adalah mengalihkan ibadah kepada selain

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "١٩٧٨".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor "1978".

مُسْتَحِقِّهَا.

yang berhak menerimanya.

الثَّانِيَةُ: مَنْ دَعَا عَلَى وَالِدَيْهِ بِاللَّعْنَةِ أَوْ سَبَّهُمَا أَوْ تَسَبَّبَ فِي ذَلِكَ بِأَنْ يَصْدُرَ مِنْهُ ذَلِكَ فِي حَقِّ أَبَوَيْ شَخْصٍ فَيَرُدُّ عَلَيْهِ ذَلِكَ الشَّخْصُ بِالْمِثْلِ.

Kedua: Siapa yang mendoakan keburukan atau melaknat orangtuanya, mencaci maki mereka, atau menyebabkan hal itu terjadi dengan melakukannya kepada orangtua seseorang sehingga orang tersebut membalasnya dengan hal yang sama.

الثَّالِثَةُ: مَنْ حَمَى جَانِيًا مُسْتَحِقًّا لِلْحَدِّ الشَّرْعِيِّ فَمَنَعَهُ مِنْ أَنْ يُقَامَ عَلَيْهِ الْحَدُّ، أَوْ رَضِيَ بِبِدْعَةٍ فِي الدِّينِ وَأَقَرَّهَا.

Ketiga: Siapa yang melindungi pelaku kejahatan yang pantas mendapatkan hukuman hadd sehingga menghalanginya dari pelaksanaan hukuman tersebut, atau ridha dengan bid'ah dalam agama dan menyetujuinya.

الرَّابِعَةُ: مَنْ تَصَرَّفَ فِي مَرَاسِيمِ الْأَرْضِ الَّتِي تَفْرِزُ الْحُقُوقَ فَقَدَّمَهَا أَوْ أَخَّرَهَا عَنْ مَكَانِهَا، فَيَنْشَأُ عَنْ ذَلِكَ اقْتِطَاعُ شَيْءٍ مِنْ أَرْضِ غَيْرِهِ ظُلْمًا.

Keempat: Siapa yang mengubah batas-batas tanah yang menentukan hak-hak kepemilikan dengan memajukannya atau memundurkannya dari tempatnya, sehingga mengakibatkan terambilnya sebagian tanah milik orang lain secara zalim.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى غِلَظِ تَحْرِيمِ الذَّبْحِ لِغَيْرِ اللهِ حَيْثُ إِنَّ فَاعِلَهُ أَوْ مَنْ يَسْتَحِقُّ لَعْنَةَ اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas beratnya keharaman menyembelih untuk selain Allah, di mana pelakunya atau orang yang berhak mendapatkan laknat Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ الذَّبْحَ لِغَيْرِ اللهِ مُحَرَّمٌ شَدِيدُ التَّحْرِيمِ وَشِرْكٌ فِي مُقَدِّمَةِ الْكَبَائِرِ.

1- Bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah haram dengan pengharaman yang berat dan termasuk syirik yang terbesar.

٢- أَنَّ الذَّبْحَ عِبَادَةٌ يَجِبُ صَرْفُهَا لِلَّهِ وَحْدَهُ.

2- Bahwa menyembelih adalah ibadah yang wajib ditujukan hanya kepada Allah semata.

٣- تَحْرِيمُ لَعْنِ الْوَالِدَيْنِ وَسَبِّهِمَا مُبَاشَرَةً أَوْ تَسَبُّبًا.

3- Haramnya melaknat dan mencaci orangtua secara langsung maupun tidak langsung.

٤- تَحْرِيمُ مُنَاصَرَةِ الْمُجْرِمِينَ وَحِمَايَتِهِمْ مِنْ تَطْبِيقِ الْحَدِّ الشَّرْعِيِّ عَلَيْهِمْ وَتَحْرِيمُ الرِّضَا بِالْبِدَعِ.

4- Diharamkan mendukung para penjahat dan melindungi mereka dari penerapan hukuman hadd atas mereka, dan diharamkan ridha terhadap bid'ah.

٥- تَحْرِيمُ التَّصَرُّفِ فِي حُدُودِ الْأَرْضِ بِتَقْدِيمٍ أَوْ تَأْخِيرٍ.

5- Diharamkan mengubah batas-batas tanah dengan memajukan atau memundurkan.

٦- جَوَازُ لَعْنِ أَنْوَاعِ الْفُسَّاقِ لِأَجْلِ الزَّجْرِ عَنِ الْمَعَاصِي.

6- Bolehnya melaknat berbagai jenis orang fasik demi mencegah kemaksiatan.

* * *

* * *

وَعَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "دَخَلَ الجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ، وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ" قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: "مَرَّ رَجُلَانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لَا يُجَاوِزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئًا. قَالُوا لِأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ. قَالَ: لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ أُقَرِّبُ. قَالُوا: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا. فَقَرَّبَ ذُبَابًا فَخَلَّوْا سَبِيلَهُ فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ. قَالَ: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ شَيْئًا دُونَ اللهِ ﷿ فَضَرَبُوا عُنُقَهُ فَدَخَلَ الجَنَّةَ" (١) . رَوَاهُ أَحْمَدُ.

Dari Thariq bin Syihab: Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Seorang laki-laki masuk surga karena seekor lalat, dan seorang laki-laki masuk neraka karena seekor lalat." Mereka bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Dua orang laki-laki melewati suatu kaum yang memiliki berhala, tidak ada seorang pun yang melewatinya kecuali harus mempersembahkan sesuatu kepadanya. Mereka berkata kepada salah satu dari keduanya: 'Persembahkanlah (sesuatu).' Ia menjawab: 'Aku tidak memiliki sesuatu untuk dipersembahkan.' Mereka berkata: 'Persembahkanlah meskipun seekor lalat.' Maka ia mempersembahkan seekor lalat, lalu mereka membebaskan jalannya, maka ia masuk neraka. Dan mereka berkata kepada yang lain: 'Persembahkanlah (sesuatu).' Ia menjawab: 'Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu kepada siapa pun selain Allah ﷿.' Maka mereka memenggal lehernya, lalu ia masuk surga." (1) Diriwayatkan oleh Ahmad.

ــ

ــ

طَارِقُ بْنُ شِهَابٍ: هُوَ طَارِقُ بْنُ شِهَابٍ البَجَلِيُّ الأَحْمَسِيُّ رَأَى النَّبِيَّ ﷺ وَلَمْ يَسْمَعْ مِنْهُ. فَحَدِيثُهُ مُرْسَلٌ، صَحَابِيٌّ. مَاتَ طَارِقٌ سَنَةَ ٨٣هـ ﵁.

Thariq bin Syihab: Dia adalah Thariq bin Syihab Al-Bajali Al-Ahmasi, ia melihat Nabi ﷺ tetapi tidak mendengar darinya. Maka haditsnya mursal, ia adalah seorang sahabat. Thariq wafat pada tahun 83 H ﵁.

فِي ذُبَابٍ: أَيْ بِسَبَبِ ذُبَابٍ.

Karena seekor lalat: Yakni disebabkan oleh seekor lalat.

صَنَمٌ: مَا كَانَ مَنْحُوتًا عَلَى صُورَةٍ.

Berhala: Sesuatu yang dipahat menyerupai bentuk (makhluk).

لَا يُجَاوِزُهُ: لَا يَمُرُّ بِهِ وَلَا يَتَعَدَّاهُ.

Tidak melewatinya: Tidak berlalu dengannya dan tidak melampauinya.

يُقَرِّبَ: يَذْبَحَ.

Mempersembahkan: Menyembelih (kurban).

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ خُطُورَةِ الشِّرْكِ

Makna global hadits: Nabi ﷺ mengabarkan tentang bahaya syirik

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي كِتَابِ الزُّهْدِ "ص٢٢" وَأَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ "١/٢٠٣" وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي الْمُصَنَّفِ "٦/٤٧٧ رَقْمُ ٣٣٠٢٨" مَوْقُوفًا عَلَى سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ ﵁.
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab Az-Zuhd "hal. 22", Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah "1/203", dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf "6/477 no. 33028" sebagai hadits mauquf dari Salman Al-Farisi ﵁.

وَشَنَاعَتِهِ فَيُحِثُّ أَصْحَابَهُ وَيَبْدَأُ حَدِيثَهُ بِبِدَايَةٍ تَجْعَلُ النُّفُوسَ تَسْتَغْرِبُ وَتَتَطَلَّعُ إِلَى سِيَاقِ الْحَدِيثِ "دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ" شَيْءٌ يَسِيرٌ سَبَّبَ أَمْرًا خَطِيرًا، وَأَوْجَبَ السُّؤَالَ عَنْ تَفْصِيلِهِ، وَهُنَا يُفَصِّلُ فَيَقُولُ: إِنَّ رَجُلَيْنِ -يَظْهَرُ أَنَّهُمَا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ- أَرَادَا الْعُبُورَ عَنْ مَكَانٍ يَحِلُّ فِي سَاحَتِهِ صَنَمٌ يَفْرِضُ عَلَى مَنْ أَرَادَ تَجَاوُزَهُ أَنْ يَذْبَحَ لَهُ تَقَرُّبًا إِلَيْهِ وَتَعْظِيمًا لَهُ، فَطَلَبَ عَبَّادُ ذَلِكَ الصَّنَمِ مِنَ الرَّجُلَيْنِ التَّمَشِّي عَلَى هَذَا النِّظَامِ الشِّرْكِيِّ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَاعْتَذَرَ بِالْعَدَمِ فَقَنِعُوا مِنْهُ بِأَيْسَرِ شَيْءٍ، لِأَنَّ مَقْصُودَهُمْ حُصُولُ الْمُوَافَقَةِ عَلَى الشِّرْكِ، فَذَبَحَ لِلصَّنَمِ ذُبَابًا فَتَرَكُوهُ يَمُرُّ فَدَخَلَ بِسَبَبِ فِعْلِهِ هَذَا نَارَ جَهَنَّمَ؛ لِأَنَّهُ فَعَلَ الشِّرْكَ وَوَافَقَهُمْ عَلَيْهِ وَطَلَبُوا مِنَ الْآخَرِ أَنْ يُقَرِّبَ لِلصَّنَمِ فَاعْتَذَرَ بِأَنَّ هَذَا شِرْكٌ وَلَا يُمْكِنُ أَنْ يَفْعَلَهُ فَقَتَلُوهُ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ؛ لِامْتِنَاعِهِ مِنَ الشِّرْكِ.

Dan kekejiannya (syirik). Beliau ﷺ mendorong sahabatnya dan memulai haditsnya dengan permulaan yang membuat jiwa-jiwa merasa aneh dan ingin tahu konteks hadits tersebut, "Seorang pria masuk surga karena seekor lalat dan seorang pria masuk neraka karena seekor lalat." Sesuatu yang sepele menyebabkan perkara yang berbahaya, dan mengharuskan pertanyaan tentang rinciannya. Di sini dia merinci dengan mengatakan: Dua orang pria - tampaknya mereka dari Bani Israil - ingin menyeberang dari suatu tempat yang di halamannya terdapat berhala yang memaksa siapa pun yang ingin melewatinya untuk menyembelih untuknya sebagai pendekatan dan pengagungan kepadanya. Para penyembah berhala itu meminta kedua pria itu untuk berjalan sesuai dengan sistem syirik ini. Adapun salah satunya meminta maaf karena tidak bisa, maka mereka puas darinya dengan hal yang paling mudah, karena tujuan mereka adalah memperoleh persetujuan atas kesyirikan. Maka dia menyembelih seekor lalat untuk berhala itu, lalu mereka membiarkannya lewat. Maka dia masuk neraka Jahannam karena perbuatannya ini; karena dia melakukan syirik dan menyetujuinya. Dan mereka meminta yang lain untuk mendekatkan diri kepada berhala, tetapi dia meminta maaf bahwa ini adalah syirik dan tidak mungkin dia melakukannya, maka mereka membunuhnya dan dia masuk surga; karena keengganannya dari kesyirikan.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ دَلَّ عَلَى أَنَّ الذَّبْحَ عِبَادَةٌ، وَأَنَّ صَرْفَهُ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa menyembelih adalah ibadah, dan mengarahkannya kepada selain Allah adalah syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بَيَانُ خُطُورَةِ الشِّرْكِ وَلَوْ فِي شَيْءٍ قَلِيلٍ.

1- Penjelasan tentang bahaya syirik meskipun dalam hal yang kecil.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ يُوجِبُ دُخُولَ النَّارِ، وَأَنَّ التَّوْحِيدَ يُوجِبُ دُخُولَ الجَنَّةِ.

2- Bahwa syirik mewajibkan masuk neraka, dan tauhid mewajibkan masuk surga.

٣- أَنَّ الإِنْسَانَ قَدْ يَقَعُ فِي الشِّرْكِ وَهُوَ لَا يَدْرِي أَنَّهُ الشِّرْكُ الَّذِي يُوجِبُ النَّارَ.

3- Bahwa seseorang bisa jatuh dalam syirik dan dia tidak menyadari bahwa itu adalah syirik yang mewajibkan masuk neraka.

٤- التَّحْذِيرُ مِنَ الذُّنُوبِ وَإِنْ كَانَتْ صَغِيرَةً فِي الحِسْبَانِ.

4- Peringatan dari dosa-dosa meskipun dianggap kecil.

٥- أَنَّ هَذَا الرَّجُلَ دَخَلَ النَّارَ بِسَبَبٍ لَمْ يَقْصِدْهُ ابْتِدَاءً وَإِنَّمَا فَعَلَهُ تَخَلُّصًا مِنْ شَرِّ أَهْلِ الصَّنَمِ.

5- Bahwa orang ini masuk neraka karena suatu sebab yang pada awalnya tidak dia maksudkan, tetapi dia melakukannya untuk melepaskan diri dari kejahatan para penyembah berhala.

٦- أَنَّ المُسْلِمَ إِذَا فَعَلَ الشِّرْكَ أَبْطَلَ إِسْلَامَهُ وَدَخَلَ النَّارَ؛ لِأَنَّ هَذَا

6- Bahwa seorang Muslim jika melakukan syirik, maka dia membatalkan keislamannya dan masuk neraka; karena ini

الرَّجُلُ كَانَ مُسْلِمًا وَإِلَّا لَمْ يَقُلْ: "دَخَلَ النَّارَ فِي ذُبَابٍ".

Orang itu adalah seorang Muslim, jika tidak, dia tidak akan mengatakan: "Dia masuk neraka karena seekor lalat".

٧- أَنَّ الْمُعْتَبَرَ عَمَلُ الْقَلْبِ وَإِنْ صَغُرَ عَمَلُ الْجَوَارِحِ وَقَلَّ.

7- Bahwa yang diperhitungkan adalah amalan hati meskipun amalan anggota tubuh sedikit dan kecil.

٨- أَنَّ الذَّبْحَ عِبَادَةٌ وَصَرْفُهُ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ.

8- Bahwa menyembelih adalah ibadah, dan melakukannya untuk selain Allah adalah syirik akbar.

٩- فَضْلُ التَّوْحِيدِ وَعَظِيمُ ثَمَرَتِهِ.

9- Keutamaan tauhid dan buahnya yang agung.

١٠- فَضِيلَةُ الصَّبْرِ عَلَى الْحَقِّ.

10- Keutamaan bersabar di atas kebenaran.

* * *

* * *

بَابُ لَا يُذْبَحُ لِلَّهِ بِمَكَانٍ يُذْبَحُ فِيهِ لِغَيْرِ اللَّهِ

بَابٌ لَا يُذْبَحُ لِلَّهِ بِمَكَانٍ يُذْبَحُ فِيهِ لِغَيْرِ اللهِ

Bab Tidak Menyembelih untuk Allah di Tempat Penyembelihan untuk Selain Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ﴾ [التوبة: ١٠٨] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Janganlah engkau berdiri untuk salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau berdiri salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih." [At-Taubah: 108].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ تَابِعٌ لِلْبَابِ الَّذِي قَبْلَهُ؛ لِأَنَّ الَّذِي قَبْلَهُ فِيهِ بَيَانُ حُكْمِ الذَّبْحِ لِغَيْرِ اللهِ، وَهَذَا الْبَابُ فِيهِ مَنْعُ الْوَسِيلَةِ الْمُوصِلَةِ إِلَى ذَلِكَ وَمَنْعُ التَّشَبُّهِ بِأَهْلِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa bab ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya; karena bab sebelumnya menjelaskan hukum menyembelih untuk selain Allah, sedangkan bab ini melarang sarana yang mengarah pada hal tersebut dan melarang menyerupai pelakunya.

يُذْبَحُ فِيهِ لِغَيْرِ اللهِ: أَيْ أُعِدَّ لِذَلِكَ وَقُصِدَ لِأَجْلِهِ.

Tempat penyembelihan untuk selain Allah: Yaitu tempat yang disediakan dan ditujukan untuk hal tersebut.

لَا تَقُمْ فِيهِ؛ أَيْ لَا تُصَلِّ فِي مَسْجِدِ الضِّرَارِ.

Janganlah engkau berdiri di dalamnya; yaitu jangan salat di Masjid Dhirar.

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ: بُنِيَ.

Masjid yang didirikan: Dibangun.

عَلَى التَّقْوَى: عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَرَسُولِهِ.

Atas dasar takwa: Atas ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

الْمُطَّهِّرِينَ: الَّذِينَ يَتَطَهَّرُونَ مِنَ الْأَنْجَاسِ الْحِسِّيَّةِ وَالْمَعْنَوِيَّةِ.

Orang-orang yang bersih: Yaitu orang-orang yang membersihkan diri dari najis yang bersifat inderawi dan maknawi.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَنْهَى اللهُ سُبْحَانَهُ رَسُولَهُ ﷺ عَنِ الصَّلَاةِ فِي مَسْجِدِ الضِّرَارِ الَّذِي بَنَاهُ المُنَافِقُونَ مُضَارَّةً لِمَسْجِدِ قُبَاءٍ وَكُفْرًا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَطَلَبُوا مِنَ الرَّسُولِ ﷺ أَنْ يُصَلِّيَ فِيهِ؛ لِيَتَّخِذُوا مِنْ ذَلِكَ حُجَّةً يُبَرِّرُونَ بِهَا عَمَلَهُمْ وَيَسْتُرُونَ بِهَا بَاطِلَهُمْ فَوَعَدَهُمْ ﷺ أَنْ يَفْعَلَ مَا طَلَبُوا وَلَمْ يَعْلَمْ قَصْدَهُمُ السَّيِّئَ، فَنَهَاهُ اللهُ عَنْ ذَلِكَ وَحَثَّهُ عَلَى الصَّلَاةِ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ الَّذِي بُنِيَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَرَسُولِهِ أَوْ فِي مَسْجِدِهِ ﷺ عَلَى

Makna keseluruhan ayat: Allah Subhanahu melarang Rasul-Nya ﷺ untuk shalat di masjid Dhirar yang dibangun oleh orang-orang munafik untuk mengganggu masjid Quba dan kekufuran kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka meminta Rasulullah ﷺ untuk shalat di dalamnya; agar mereka dapat menggunakannya sebagai alasan untuk membenarkan perbuatan mereka dan menutupi kebatilan mereka. Beliau ﷺ berjanji kepada mereka untuk melakukan apa yang mereka minta dan tidak mengetahui niat buruk mereka. Maka Allah melarang beliau dari hal itu dan mendorongnya untuk shalat di masjid Quba yang dibangun atas ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya atau di masjid beliau ﷺ atas

اخْتِلَافٍ بَيْنَ الْمُفَسِّرِينَ فِي ذَلِكَ، ثُمَّ أَثْنَى عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَسْجِدِ بِتَطَهُّرِهِمْ مِنَ الشِّرْكِ وَالنَّجَاسَاتِ، وَاللهُ يُحِبُّ مَنْ هَذِهِ صِفَتُهُ.

Perbedaan pendapat di antara para mufassir dalam hal itu, kemudian Allah memuji penduduk masjid tersebut atas kesucian mereka dari syirik dan najis, dan Allah mencintai orang yang memiliki sifat ini.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: هِيَ قِيَاسُ الْأَمْكِنَةِ الْمُعَدَّةِ لِلذَّبْحِ لِغَيْرِ اللهِ عَلَى الْمَسْجِدِ الَّذِي أُعِدَّ لِمَعْصِيَةِ اللهِ فِي مَنْعِ عِبَادَةِ اللهِ فِيهِ، فَكَمَا أَنَّ هَذَا الْمَسْجِدَ لَا تَجُوزُ الصَّلَاةُ فِيهِ لِلَّهِ، فَكَذَلِكَ هَذَا الْمَوْضِعُ الَّذِي أُعِدَّ لِلذَّبْحِ فِيهِ لِغَيْرِ اللهِ لَا يَجُوزُ الذَّبْحُ فِيهِ لَهُ سُبْحَانَهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: yaitu menganalogikan tempat-tempat yang disediakan untuk menyembelih kepada selain Allah dengan masjid yang disediakan untuk bermaksiat kepada Allah dalam mencegah ibadah kepada Allah di dalamnya. Sebagaimana tidak boleh shalat di masjid ini karena Allah, maka demikian pula tempat ini yang disediakan untuk menyembelih kepada selain Allah, tidak boleh menyembelih di dalamnya untuk Allah subhanahu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَاتِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat:

١- مَنْعُ الذَّبْحِ لِلَّهِ فِي الْمَوَاضِعِ الْمُعَدَّةِ لِلذَّبْحِ لِغَيْرِهِ، قِيَاسًا عَلَى مَنْعِ الصَّلَاةِ فِي الْمَسْجِدِ الْمُؤَسَّسِ عَلَى مَعْصِيَةِ اللهِ.

1- Larangan menyembelih untuk Allah di tempat-tempat yang disediakan untuk menyembelih kepada selain-Nya, dengan menganalogikan pada larangan shalat di masjid yang didirikan atas dasar maksiat kepada Allah.

٢- اسْتِحْبَابُ الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ الصَّالِحِينَ الْمُتَنَزِّهِينَ عَنْ مُلَابَسَةِ الْقَاذُورَاتِ.

2- Disunnahkan shalat bersama jamaah shalih yang menjaga diri dari hal-hal yang kotor.

٣- إِثْبَاتُ الْمَحَبَّةِ لِلَّهِ عَلَى الْوَجْهِ اللَّائِقِ بِهِ سُبْحَانَهُ كَسَائِرِ صِفَاتِهِ.

3- Menetapkan sifat cinta bagi Allah dengan cara yang sesuai dengan-Nya subhanahu, seperti sifat-sifat-Nya yang lain.

٤- الْحَثُّ عَلَى إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ وَالتَّطَهُّرِ مِنَ النَّجَاسَاتِ.

4- Anjuran untuk menyempurnakan wudhu dan bersuci dari najis.

٥- أَنَّ النِّيَّةَ تُؤَثِّرُ فِي الْبِقَاعِ.

5- Bahwa niat mempengaruhi tempat.

٦- مَشْرُوعِيَّةُ سَدِّ الذَّرَائِعِ الْمُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

6- Legalitas menutup sarana yang mengarah kepada syirik.

* * *

* * *

عَنْ ثَابِتِ بْنِ الضَّحَّاكِ قَالَ: نَذَرَ رَجُلٌ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلًا بِبُوَانَةَ فَسَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: "هَلْ كَانَ فِيهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يُعْبَدُ؟" قَالُوا: لَا. قَالَ: "فَهَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ؟" قَالُوا: لَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "أَوْفِ بِنَذْرِكَ، فَإِنَّهُ لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ ابْنُ آدَمَ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَإِسْنَادُهَا عَلَى شَرْطِهِمَا.

Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak, ia berkata: Seorang laki-laki bernazar untuk menyembelih unta di Buwanah. Lalu ia bertanya kepada Nabi ﷺ, maka beliau bersabda: "Apakah di sana terdapat berhala dari berhala-berhala Jahiliyah yang disembah?" Mereka menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah di sana terdapat perayaan dari perayaan-perayaan mereka?" Mereka menjawab: Tidak. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Penuhilah nazarmu, karena tidak ada kewajiban memenuhi nazar dalam kemaksiatan kepada Allah, dan tidak pula pada sesuatu yang tidak dimiliki oleh anak Adam." (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan sanadnya sesuai syarat keduanya (Al-Bukhari dan Muslim).

ــ

ــ

ثَابِتُ بْنُ الضَّحَّاكِ: هُوَ ثَابِتُ بْنُ الضَّحَّاكِ بْنِ خَلِيفَةَ بْنِ ثَعْلَبَةَ بْنِ عَدِيٍّ الْأَشْهَلِيُّ الْخَزْرَجِيُّ الْأَنْصَارِيُّ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ مَاتَ سَنَةَ ٦٤هـ.

Tsabit bin Adh-Dhahhak: Dia adalah Tsabit bin Adh-Dhahhak bin Khalifah bin Tsa'labah bin 'Adiy Al-Asyhali Al-Khazraji Al-Anshari, seorang sahabat terkenal yang wafat pada tahun 64 H.

نَذَرَ: النَّذْرُ لُغَةً الْإِيجَابُ، وَشَرْعًا هُوَ أَنْ يُلْزِمَ الْإِنْسَانُ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ لَمْ يَكُنْ لَازِمًا عَلَيْهِ شَرْعًا.

Nazar: Nazar secara bahasa berarti mewajibkan, dan secara syariat adalah seseorang mewajibkan dirinya dengan sesuatu dari ibadah yang sebelumnya tidak wajib atasnya secara syariat.

بُوَانَةَ: هَضْبَةٌ مِنْ وَرَاءِ يَنْبُعَ.

Buwanah: Sebuah bukit di belakang Yanbu'.

وَثَنٌ: الْوَثَنُ: كُلُّ مَا عُبِدَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ قَبْرٍ وَغَيْرِهِ.

Berhala (wathan): Berhala adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah, baik itu kuburan atau selainnya.

عِيدٌ: الْعِيدُ: اسْمٌ لِمَا يَعُودُ مِنَ الِاجْتِمَاعِ عَلَى وَجْهٍ مُعْتَادٍ.

'Iid (Perayaan): 'Iid adalah nama untuk perkumpulan yang berulang pada waktu yang biasa.

عَلَى شَرْطِهِمَا: أَيْ يَنْطَبِقُ عَلَيْهِ شَرْطُ البُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ الَّذِي هُوَ اتِّصَالُ السَّنَدِ بِالْعُدُولِ الضَّابِطِينَ مِنْ غَيْرِ شُذُوذٍ وَلَا عِلَّةٍ.

Menurut syarat keduanya: Yaitu, hadits tersebut memenuhi syarat al-Bukhari dan Muslim, yaitu sanadnya bersambung dengan perawi yang adil dan dhabit (kuat hafalannya), tanpa ada kejanggalan (syudzudz) dan cacat ('illah).

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ الرَّاوِي أَنَّ رَجُلًا الْتَزَمَ لِرَبِّهِ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلًا فِي مَوْضِعٍ مُعَيَّنٍ عَلَى وَجْهِ الطَّاعَةِ وَالْقُرْبَةِ، وَجَاءَ لِيَسْأَلَ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ التَّنْفِيذِ فَاسْتَفْصَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ ذَلِكَ الْمَكَانِ هَلْ سَبَقَ أَنْ وُجِدَ فِيهِ

Makna umum hadits: Perawi menyebutkan bahwa seorang laki-laki berjanji kepada Tuhannya untuk menyembelih unta di tempat tertentu sebagai bentuk ketaatan dan pendekatan diri. Dia datang untuk bertanya kepada Nabi ﷺ tentang pelaksanaannya. Nabi ﷺ menanyakan secara rinci tentang tempat itu apakah sebelumnya pernah ada

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٣١٣".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3313".

شَيْءٌ مِنْ مَعْبُودَاتِ الْمُشْرِكِينَ أَوْ سَبَقَ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ يُعَظِّمُونَهُ وَيَجْتَمِعُونَ فِيهِ فَلَمَّا عَلِمَ –ﷺ بِخُلُوِّ هَذَا الْمَكَانِ مِنْ تِلْكَ الْمَحَاذِيرِ أَفْتَى بِتَنْفِيذِ النَّذْرِ، ثُمَّ بَيَّنَ –ﷺ النَّذْرَ الَّذِي لَا يَجُوزُ الْوَفَاءُ بِهِ، وَهُوَ مَا كَانَ الْمَنْذُورُ فِيهِ مَعْصِيَةً لِلَّهِ أَوْ لَا يَدْخُلُ تَحْتَ مِلْكِ النَّاذِرِ.

Sesuatu dari sesembahan orang-orang musyrik atau yang sebelumnya orang-orang musyrik mengagungkannya dan berkumpul di dalamnya. Ketika Nabi ﷺ mengetahui bahwa tempat ini telah bebas dari hal-hal yang dilarang tersebut, beliau memberikan fatwa untuk menunaikan nazar. Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan nazar yang tidak boleh ditunaikan, yaitu nazar yang mengandung maksiat kepada Allah atau yang tidak termasuk dalam kepemilikan orang yang bernazar.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الْمَنْعَ مِنَ الذَّبْحِ لِلَّهِ فِي الْمَكَانِ الَّذِي كَانَ فِيهِ وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ أَوْ فِيهِ عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ –وَلَوْ بَعْدَ زَوَالِهِ-.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan menyembelih untuk Allah di tempat yang dahulu terdapat berhala dari berhala-berhala jahiliyah atau di dalamnya terdapat perayaan dari perayaan-perayaan mereka, meskipun setelah hilangnya hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْمَنْعُ مِنَ الْوَفَاءِ بِالنَّذْرِ إِذَا كَانَ فِي الْمَكَانِ الَّذِي عُيِّنَ لَهُ وَثَنٌ وَلَوْ بَعْدَ زَوَالِهِ.

1- Larangan menunaikan nazar jika dilakukan di tempat yang dahulu ditentukan untuk berhala meskipun setelah hilangnya berhala tersebut.

٢- الْمَنْعُ مِنَ الْوَفَاءِ بِالنَّذْرِ بِمَكَانِ عِيدِ الْجَاهِلِيَّةِ وَلَوْ بَعْدَ زَوَالِهِ.

2- Larangan menunaikan nazar di tempat perayaan jahiliyah meskipun setelah hilangnya perayaan tersebut.

٣- اسْتِفْصَالُ الْمُفْتِي مِنَ الْمُسْتَفْتِي قَبْلَ الْفَتْوَى.

3- Mufti menanyakan secara rinci kepada mustafti sebelum memberikan fatwa.

٤- سَدُّ الذَّرِيعَةِ الْمُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

4- Menutup jalan yang mengarah kepada syirik.

٥- تَرْكُ مُشَابَهَةِ الْمُشْرِكِينَ فِي عِبَادَتِهِمْ وَأَعْيَادِهِمْ وَإِنْ كَانَ لَا يُقْصَدُ ذَلِكَ.

5- Meninggalkan penyerupaan terhadap orang-orang musyrik dalam ibadah dan perayaan mereka meskipun hal itu tidak dimaksudkan.

٦- أَنَّ الذَّبْحَ لِلَّهِ فِي الْمَكَانِ الَّذِي يَذْبَحُ فِيهِ الْمُشْرِكُونَ أَوْ يَتَّخِذُونَهُ مَحَلًّا لِعِيدِهِمْ مَعْصِيَةٌ.

6- Bahwa menyembelih untuk Allah di tempat di mana orang-orang musyrik menyembelih atau menjadikannya sebagai tempat perayaan mereka adalah maksiat.

٧- أَنَّ نَذْرَ الْمَعْصِيَةِ لَا يَجُوزُ الْوَفَاءُ بِهِ.

7- Bahwa nadzar untuk bermaksiat tidak boleh ditunaikan.

٨- أَنَّ النَّذْرَ الَّذِي لَا يَمْلِكُهُ النَّاذِرُ – كَأَنْ قَالَ: لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُعْتِقَ عَبْدَ فُلَانٍ. لَا وَفَاءَ لَهُ.

8- Bahwa nadzar yang tidak dimiliki oleh orang yang bernadzar - seperti jika dia berkata, "Aku bersumpah kepada Allah untuk membebaskan budak si Fulan" - tidak ada kewajiban untuk memenuhinya.

٩- وُجُوبُ الْوَفَاءِ بِالنَّذْرِ الْخَالِي مِنَ الْمَعْصِيَةِ الدَّاخِلِ تَحْتَ مِلْكِ النَّاذِرِ.

9- Kewajiban memenuhi nadzar yang bebas dari maksiat dan masuk dalam kepemilikan orang yang bernadzar.

١٠- أَنَّ النَّذْرَ عِبَادَةٌ لَا يَجُوزُ صَرْفُهُ لِغَيْرِ اللَّهِ.

10- Bahwa nadzar adalah ibadah yang tidak boleh dilakukan untuk selain Allah.

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ النَّذْرُ لِغَيْرِ اللَّهِ

بَابٌ مِنَ الشِّرْكِ النَّذْرُ لِغَيْرِ اللهِ

Bab tentang mempersembahkan nazar kepada selain Allah termasuk syirik

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿يُوفُونَ بِالنَّذْرِ﴾ [الإنسان: ٧] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Mereka memenuhi nazar" [Al-Insan: 7].

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللهَ يَعْلَمُهُ﴾ [البقرة: ٢٧٠] .

Dan firman-Nya Ta'ala: "Dan apa saja yang kamu infakkan atau nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" [Al-Baqarah: 270].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ بَيَّنَ فِيهِ نَوْعًا مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ، وَهُوَ النَّذْرُ لِغَيْرِ اللهِ؛ لِيُحْذَرَ وَيُجْتَنَبَ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa penulis ﵀ menjelaskan di dalamnya salah satu jenis syirik yang bertentangan dengan tauhid, yaitu nazar kepada selain Allah; agar diwaspadai dan dijauhi.

مِنَ الشِّرْكِ: أَيِ الْأَكْبَرِ.

Termasuk syirik: yaitu syirik besar.

النَّذْرُ لِغَيْرِ اللهِ: لِأَنَّهُ عِبَادَةٌ. وَصَرْفُ الْعِبَادَةِ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ. وَالنَّذْرُ: مَصْدَرُ نَذَرَ يَنْذُرُ أَوْجَبَ عَلَى نَفْسِهِ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ وَاجِبًا عَلَيْهِ شَرْعًا تَعْظِيمًا لِلْمَنْذُورِ لَهُ. وَأَصْلُهُ فِي اللُّغَةِ وَالْإِيجَابِ.

Nazar kepada selain Allah: karena itu adalah ibadah. Dan memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik. Nazar: mashdar dari nadzara yandzuru, mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebelumnya tidak wajib atasnya secara syar'i, sebagai pengagungan kepada yang dinazari. Asal maknanya dalam bahasa adalah mewajibkan.

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ: يُتِمُّونَ مَا أَوْجَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ مِنَ الطَّاعَاتِ لِلَّهِ.

Mereka memenuhi nazar: mereka menyempurnakan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka berupa ketaatan kepada Allah.

مَا: شَرْطِيَّةٌ، وَيَجُوزُ أَنْ تَكُونَ مَوْصُولَةً.

Maa: kata syarat, dan boleh jadi sebagai isim maushul.

أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ: يَشْمَلُ كُلَّ صَدَقَةٍ مَقْبُولَةٍ وَغَيْرِ مَقْبُولَةٍ.

Apa pun yang kamu infakkan: mencakup setiap sedekah yang diterima dan yang tidak diterima.

أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ: يَشْمَلُ كُلَّ نَذْرٍ مَقْبُولٍ وَغَيْرِ مَقْبُولٍ.

Atau apa pun yang kamu nadzarkan: mencakup setiap nadzar yang diterima dan yang tidak diterima.

فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ: أَيْ فَيُجَازِيكُمْ عَلَيْهِ، فَفِيهِ مَعْنَى الْوَعْدِ وَالْوَعِيدِ.

Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya: yaitu Dia akan membalasmu atasnya, maka di dalamnya terkandung makna janji dan ancaman.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: أَنَّ اللَّهَ يَمْدَحُ الَّذِينَ يَتَعَبَّدُونَ لَهُ بِمَا أَوْجَبُوهُ عَلَى أَنفُسِهِمْ مِنَ الطَّاعَاتِ. كَمَا أَنَّهُ يُخْبِرُ سُبْحَانَهُ أَنَّهُ يَعْلَمُ كُلَّ

Makna keseluruhan dari dua ayat: bahwa Allah memuji orang-orang yang beribadah kepada-Nya dengan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri berupa ketaatan. Sebagaimana Dia Mahasuci mengabarkan bahwa Dia mengetahui setiap

صَدَقَةٌ تَصَدَّقْنَا بِهَا وَكُلُّ عِبَادَةٍ الْتَزَمْنَاهَا لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ وَسَيُجَازِي كُلًّا عَلَى حَسَبِ نِيَّتِهِ وَقَصْدِهِ.

Sedekah yang kami berikan dan setiap ibadah yang kami lakukan untuk-Nya atau untuk selain-Nya, dan Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan niat dan tujuannya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّهُمَا لَا يَدُلَّانِ عَلَى أَنَّ النَّذْرَ عِبَادَةٌ حَيْثُ مَدَحَ الْمُوفِينَ بِهِ، وَهُوَ لَا يُمْدَحُ إِلَّا عَلَى فِعْلِ مَأْمُورٍ أَوْ تَرْكِ مَحْظُورٍ، كَمَا أَنَّهُ أَخْبَرَ أَنَّهُ يَعْلَمُ مَا يَصْدُرُ مِنَّا مِنْ نَفَقَاتٍ وَنُذُورٍ، وَسَيُجَازِينَا عَلَى ذَلِكَ، فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ النَّذْرَ عِبَادَةٌ وَمَا كَانَ عِبَادَةً فَصَرْفُهُ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: bahwa keduanya tidak menunjukkan bahwa nazar adalah ibadah di mana Dia memuji orang-orang yang memenuhinya, dan Dia tidak memuji kecuali atas perbuatan yang diperintahkan atau meninggalkan yang dilarang, sebagaimana Dia mengabarkan bahwa Dia mengetahui apa yang keluar dari kita berupa nafkah dan nazar, dan Dia akan membalas kita atas hal itu, maka hal itu menunjukkan bahwa nazar adalah ibadah dan apa yang merupakan ibadah maka memalingkannya kepada selain Allah adalah syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat:

١- أَنَّ النَّذْرَ عِبَادَةٌ فَيَكُونُ صَرْفُهُ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكًا أَكْبَرَ.

1- Bahwa nazar adalah ibadah, maka memalingkannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.

٢- إِثْبَاتُ عِلْمِ اللهِ تَعَالَى – بِكُلِّ شَيْءٍ.

2- Menetapkan ilmu Allah Ta'ala terhadap segala sesuatu.

٣- إِثْبَاتُ الْجَزَاءِ عَلَى الْأَعْمَالِ.

3- Menetapkan balasan atas amalan.

٤- الْحَثُّ عَلَى الْوَفَاءِ بِالنَّذْرِ.

4- Dorongan untuk memenuhi nazar.

* * *

* * *

وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ عَائِشَةَ ﵂ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَ اللهَ فَلَا يَعْصِهِ" (١) .

Dalam Shahih Bukhari, dari Aisyah ﵂ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa bernazar untuk taat kepada Allah maka hendaklah ia menaatinya, dan barangsiapa bernazar untuk bermaksiat kepada Allah maka janganlah ia memaksiatinya" (1).

ــ

ــ

عَائِشَةُ: هِيَ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ زَوْجُ النَّبِيِّ ﷺ وَبِنْتُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ ﵄، وَهِيَ أَفْقَهُ النِّسَاءِ مُطْلَقًا، وَأَفْضَلُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ مَا عَدَا خَدِيجَةَ، فَفِي تَفْضِيلِهَا عَلَيْهَا خِلَافٌ، تُوُفِّيَتْ سَنَةَ ٥٧هـ.

Aisyah: Beliau adalah Ummul Mukminin, istri Nabi ﷺ dan putri Abu Bakar Ash-Shiddiq ﵄. Beliau adalah wanita yang paling faqih secara mutlak, dan istri Nabi ﷺ yang paling utama selain Khadijah. Terdapat perbedaan pendapat mengenai keutamaan beliau atas Khadijah. Beliau wafat pada tahun 57 H.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ.

Dalam Shahih: Yaitu Shahih Bukhari.

فَلْيُطِعْهُ: أَيْ لِيَفْعَلْ مَا نَذَرَهُ مِنْ طَاعَتِهِ.

Maka hendaklah ia menaatinya: Yaitu hendaklah ia melakukan apa yang ia nazarkan dari ketaatan kepada-Nya.

فَلَا يَعْصِهِ: أَيْ فَلَا يَفْعَلْ مَا نَذَرَهُ مِنَ الْمَعْصِيَةِ.

Maka janganlah ia memaksiatinya: Yaitu janganlah ia melakukan apa yang ia nazarkan dari kemaksiatan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ يَأْمُرُ مَنْ صَدَرَ مِنْهُ نَذْرُ طَاعَةٍ أَنْ يُوفِيَ بِنَذْرِهِ: كَمَنْ نَذَرَ صَلَاةً أَوْ صَدَقَةً أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، وَيَنْهَى مَنْ صَدَرَ مِنْهُ نَذْرُ مَعْصِيَةٍ عَنْ تَنْفِيذِ نَذْرِهِ: كَمَنْ نَذَرَ الذَّبْحَ لِغَيْرِ اللهِ أَوِ الصَّلَاةَ عِنْدَ الْقُبُورِ أَوِ السَّفَرَ لِزِيَارَتِهَا أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ مِنَ الْمَعَاصِي.

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Nabi ﷺ memerintahkan orang yang bernazar untuk taat agar memenuhi nazarnya, seperti orang yang bernazar shalat, sedekah, atau lainnya. Dan beliau melarang orang yang bernazar untuk bermaksiat agar tidak melaksanakan nazarnya, seperti orang yang bernazar menyembelih untuk selain Allah, shalat di kuburan, bepergian untuk mengunjunginya, atau kemaksiatan lainnya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ دَلَّ عَلَى أَنَّ النَّذْرَ يَكُونُ طَاعَةً وَيَكُونُ مَعْصِيَةً، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ عِبَادَةٌ؛ فَمَنْ نَذَرَ لِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ بِهِ فِي عِبَادَتِهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa nadzar bisa menjadi ketaatan dan bisa menjadi kemaksiatan, sehingga menunjukkan bahwa nadzar adalah ibadah; maka barangsiapa bernadzar kepada selain Allah maka ia telah menyekutukan-Nya dalam ibadah kepada-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ النَّذْرَ عِبَادَةٌ، فَصَرْفُهُ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ.

1- Bahwa nadzar adalah ibadah, maka melakukannya untuk selain Allah adalah syirik.

٢- وُجُوبُ الوَفَاءِ بِنَذْرِ الطَّاعَةِ.

2- Wajibnya memenuhi nadzar ketaatan.

٣- تَحْرِيمُ الوَفَاءِ بِنَذْرِ المَعْصِيَةِ.

3- Haramnya memenuhi nadzar kemaksiatan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٦٦٩٦" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٢٨٩" وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٥٢٦" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٢١٢٦"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٦/٣٦، ٤١".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari nomor "6696", Abu Dawud nomor "3289", at-Tirmidzi nomor "1526", Ibnu Majah nomor "2126", dan Ahmad dalam Musnad-nya "6/36, 41".

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ الِاسْتِعَاذَةُ بِغَيْرِ اللَّهِ

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ الِاسْتِعَاذَةُ بِغَيْرِ اللهِ

Bab Memohon Perlindungan kepada Selain Allah Termasuk Syirik

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا﴾ [الجن: ٦].

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." [Al-Jinn: 6].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ المُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ، وَهُوَ الِاسْتِعَاذَةُ بِغَيْرِ اللهِ لِيُحْذَرَ وَيُجْتَنَبَ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang salah satu jenis syirik yang bertentangan dengan tauhid, yaitu memohon perlindungan kepada selain Allah agar diwaspadai dan dijauhi.

الِاسْتِعَاذَةُ: لُغَةً: الِالْتِجَاءُ وَالِاعْتِصَامُ وَالتَّحَرُّزُ. وَحَقِيقَتُهَا: الهَرَبُ مِنْ شَيْءٍ تَخَافُهُ إِلَى مَنْ يَعْصِمُكَ مِنْهُ.

Al-Isti'adzah: secara bahasa berarti berlindung, berpegang teguh, dan menjaga diri. Hakikatnya adalah lari dari sesuatu yang kamu takuti kepada yang dapat melindungimu darinya.

يَعُوذُونَ: بِأَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ إِذَا أَمْسَى بِوَادٍ وَخَافَ مِنَ الجِنِّ: أَعُوذُ بِسَيِّدِ هَذَا الوَادِي مِنْ سُفَهَاءِ قَوْمِهِ.

Ya'uudzuuna: yaitu ketika salah seorang dari mereka berada di lembah pada malam hari dan takut kepada jin, ia berkata, "Aku berlindung kepada penguasa lembah ini dari orang-orang bodoh kaumnya."

رَهَقًا: خَوْفًا أَوْ إِثْمًا.

Rahaqan: ketakutan atau dosa.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ يُخْبِرُ أَنَّ بَعْضَ الْإِنْسِ يَلْجَئُونَ إِلَى بَعْضِ الْجِنِّ لِتَأْمَنَهُمْ مِمَّا يَخَافُونَ، وَأَنَّ الْمُلْتَجَأَ بِهِمْ زَادُوا الْمُلْتَجِئِينَ خَوْفًا بَدَلَ أَنْ يُؤَمِّنُوهُمْ، وَهَذَا مُعَامَلَةٌ لَهُمْ بِنَقِيضِ قَصْدِهِمْ وَعُقُوبَةٌ مِنَ اللهِ لَهُمْ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Allah Subhanahu memberitahukan bahwa sebagian manusia berlindung kepada sebagian jin untuk melindungi mereka dari apa yang mereka takuti, dan bahwa tempat berlindung mereka malah menambah rasa takut kepada mereka yang berlindung, alih-alih membuat mereka aman. Ini adalah perlakuan terhadap mereka yang bertentangan dengan maksud mereka dan hukuman dari Allah bagi mereka.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ حَكَى عَنْ مُؤْمِنِي الْجِنِّ أَنَّهُمْ لَمَّا تَبَيَّنَ لَهُمْ دِينُ الرَّسُولِ ﷺ وَآمَنُوا بِهِ ذَكَرُوا أَشْيَاءً مِنَ الشِّرْكِ كَانَتْ تَجْرِي مِنَ الْإِنْسِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ جُمْلَةِ الِاسْتِعَاذَةِ بِغَيْرِ اللهِ، وَذَلِكَ مِنْ بَابِ

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa Allah menceritakan tentang orang-orang mukmin dari kalangan jin bahwa ketika agama Rasul ﷺ menjadi jelas bagi mereka dan mereka beriman kepadanya, mereka menyebutkan hal-hal syirik yang dilakukan oleh manusia pada masa Jahiliyah, termasuk berlindung kepada selain Allah, dan itu adalah dari bab

الِاسْتِنْكَارُ لَهَا.

Pengingkaran terhadapnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat dipetik dari ayat ini:

١- أَنَّ الِاسْتِعَاذَةَ بِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ، لِأَنَّ مُؤْمِنِي الْجِنِّ قَالُوا: ﴿وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا﴾ [الجن: ٢] . ثُمَّ ذَكَرُوا بَعْدَ ذَٰلِكَ عَلَىٰ وَجْهِ الِاسْتِنْكَارِ ﴿وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ﴾ [الجن: ٦] .

1- Bahwa memohon perlindungan kepada selain Allah adalah syirik, karena orang-orang mukmin dari kalangan jin berkata: "Dan kami tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami" [Al-Jinn: 2]. Kemudian setelah itu mereka menyebutkan dengan nada pengingkaran "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin" [Al-Jinn: 6].

٢- عُمُومُ رِسَالَةِ مُحَمَّدٍ –ﷺ لِلثَّقَلَيْنِ.

2- Keumuman risalah Muhammad ﷺ bagi manusia dan jin.

٣- أَنَّ الِاسْتِعَاذَةَ بِغَيْرِ اللهِ تُورِثُ الْخَوْفَ وَالضَّعْفَ.

3- Bahwa memohon perlindungan kepada selain Allah menimbulkan rasa takut dan kelemahan.

٤- يُفْهَمُ مِنَ الْآيَةِ أَنَّ الِاسْتِعَاذَةَ بِاللهِ تُورِثُ قُوَّةً وَأَمْنًا.

4- Dipahami dari ayat tersebut bahwa memohon perlindungan kepada Allah menimbulkan kekuatan dan rasa aman.

* * *

* * *

وَعَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا فَقَالَ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْحَلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ" (١) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Khaulah binti Hakim, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lalu mengucapkan: 'Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan', maka tidak akan ada sesuatu pun yang membahayakannya hingga ia pergi dari tempat itu." (1) Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

خَوْلَةُ بِنْتُ حَكِيمٍ: هِيَ بِنْتُ حَكِيمِ بْنِ أُمَيَّةَ السَّلَمِيَّةُ كَانَتْ زَوْجَةً لِعُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ ﵁ وَكَانَتْ صَالِحَةً فَاضِلَةً.

Khaulah binti Hakim: Dia adalah putri Hakim bin Umayyah As-Sulamiyyah, istri Utsman bin Mazh'un ﵁. Dia adalah seorang wanita yang salehah dan mulia.

بِكَلِمَاتِ اللهِ: الْمُرَادُ بِهَا هُنَا الْقُرْآنُ.

Dengan kalimat-kalimat Allah: Yang dimaksud di sini adalah Al-Qur'an.

التَّامَّاتِ: الْكَامِلَاتِ الَّتِي لَا يَلْحَقُهَا نَقْصٌ وَلَا عَيْبٌ.

Yang sempurna: Yang lengkap, yang tidak memiliki kekurangan atau cacat.

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ: أَيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ فِي أَيِّ مَخْلُوقٍ قَامَ بِهِ الشَّرُّ مِنْ حَيَوَانٍ أَوْ غَيْرِهِ.

Dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan: Yakni dari segala kejahatan pada makhluk apa pun, baik hewan atau selainnya, yang menjadi sumber kejahatan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُرْشِدُ النَّبِيُّ ﷺ أُمَّتَهُ إِلَى الِاسْتِعَاذَةِ النَّافِعَةِ الَّتِي يَنْدَفِعُ بِهَا كُلُّ مَحْذُورٍ يَخَافُهُ الْإِنْسَانُ عِنْدَمَا يَنْزِلُ بُقْعَةً مِنَ الْأَرْضِ بِأَنْ يَسْتَعِيذَ بِكَلَامِ اللهِ الشَّافِي الْكَافِي الْكَامِلِ مِنْ كُلِّ عَيْبٍ وَنَقْصٍ، لِيَأْمَنَ فِي مَنْزِلِهِ ذَلِكَ مَا دَامَ مُقِيمًا فِيهِ مِنْ كُلِّ غَائِلَةِ سُوءٍ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ membimbing umatnya untuk memohon perlindungan yang bermanfaat, yang dengannya setiap bahaya yang ditakuti manusia akan tertolak ketika singgah di suatu tempat di bumi, dengan berlindung kepada kalam Allah yang menyembuhkan, mencukupi, dan sempurna dari segala aib dan kekurangan, agar ia merasa aman di tempat itu selama ia menetap di sana dari segala keburukan yang membahayakan.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ إِرْشَادًا إِلَى الِاسْتِعَاذَةِ النَّافِعَةِ المَشْرُوعَةِ بَدَلًا مِنَ الِاسْتِعَاذَةِ الشِّرْكِيَّةِ الَّتِي كَانَ يَسْتَعْمِلُهَا المُشْرِكُونَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat petunjuk untuk berlindung dengan cara yang bermanfaat dan disyariatkan, sebagai ganti dari berlindung dengan cara syirik yang dahulu digunakan oleh orang-orang musyrik.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٧٠٨"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣٤٣٣"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٣٥٤٧"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٦/٣٧٧، ٤٠٩".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor "2708", Tirmidzi dengan nomor "3433", Ibnu Majah dengan nomor "3547", dan Ahmad dalam Musnad-nya "6/377, 409".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بَيَانُ أَنَّ الِاسْتِعَاذَةَ عِبَادَةٌ.

1- Penjelasan bahwa isti'adzah (memohon perlindungan) adalah ibadah.

٢- أَنَّ الِاسْتِعَاذَةَ الْمَشْرُوعَةَ هِيَ مَا كَانَتْ بِاللهِ أَوْ بِأَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِ.

2- Bahwa isti'adzah yang disyariatkan adalah yang memohon perlindungan kepada Allah atau dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah.

٣- أَنَّ كَلَامَ اللهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ؛ لِأَنَّ اللهَ شَرَعَ الِاسْتِعَاذَةَ بِهِ، وَالِاسْتِعَاذَةُ بِالْمَخْلُوقِ شِرْكٌ كَمَا سَبَقَ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ غَيْرُ مَخْلُوقٍ.

3- Bahwa kalam Allah tidak diciptakan; karena Allah mensyariatkan isti'adzah dengannya, dan isti'adzah dengan makhluk adalah syirik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ini menunjukkan bahwa kalam Allah tidak diciptakan.

٤- فَضِيلَةُ هَذَا الدُّعَاءِ مَعَ اخْتِصَارِهِ.

4- Keutamaan doa ini meskipun singkat.

٥- أَنَّ نَوَاصِيَ الْمَخْلُوقَاتِ بِيَدِ اللهِ.

5- Bahwa ubun-ubun (nasib) makhluk berada di tangan Allah.

* * *

* * *

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ أَنْ يَسْتَغِيثَ بِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ يَدْعُوَ غَيْرَهُ

بَابٌ مِنَ الشِّرْكِ أَنْ يَسْتَغِيثَ بِغَيْرِ اللهِ أَوْ يَدْعُوَ غَيْرَهُ

Bab Syirik adalah Meminta Pertolongan kepada selain Allah atau Berdoa kepada selain-Nya

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ﴾ [يونس: ١٠٦] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan janganlah engkau menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah; sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang zalim." [Yunus: 106].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ ذَكَرَ فِيهِ نَوْعًا مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ وَهُوَ أَنْ يَسْتَغِيثَ بِغَيْرِ اللهِ أَوْ يَدْعُوَ غَيْرَهُ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa di dalamnya disebutkan salah satu jenis syirik yang bertentangan dengan tauhid, yaitu meminta pertolongan kepada selain Allah atau berdoa kepada selain-Nya.

أَنْ يَسْتَغِيثَ: الاِسْتِغَاثَةُ طَلَبُ الْغَوْثِ وَهُوَ إِزَالَةُ الشِّدَّةِ.

Meminta pertolongan: Istighatsah adalah meminta pertolongan, yaitu menghilangkan kesulitan.

أَوْ يَدْعُوَ: الْفَرْقُ بَيْنَ الاِسْتِغَاثَةِ وَالدُّعَاءِ: أَنَّ الاِسْتِغَاثَةَ لاَ تَكُونُ إِلاَّ مِنَ الْمَكْرُوبِ. وَأَمَّا الدُّعَاءُ فَيَكُونُ مِنَ الْمَكْرُوبِ وَغَيْرِهِ.

Atau berdoa: Perbedaan antara istighatsah dan doa: bahwa istighatsah hanya dilakukan oleh orang yang tertimpa kesusahan. Adapun doa, bisa dilakukan oleh orang yang tertimpa kesusahan maupun yang lainnya.

مَا لاَ يَنفَعُكَ: إِنْ عَبَدْتَهُ.

Yang tidak memberi manfaat kepadamu: jika engkau menyembahnya.

وَلاَ يَضُرُّكَ: إِنْ لَمْ تَعْبُدْهُ.

Dan tidak memberi mudharat kepadamu: jika engkau tidak menyembahnya.

فَإِن فَعَلْتَ: أَيْ دَعَوْتَ مِن دُونِ اللهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ.

Jika engkau melakukannya: yaitu berdoa kepada selain Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi mudharat kepadamu.

مِنَ الظَّالِمِينَ: مِنَ الْمُشْرِكِينَ، فَإِنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الظُّلْمِ.

Termasuk orang-orang yang zalim: termasuk orang-orang musyrik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَنْهَى اللهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَدْعُوَ أَحَدًا مِنْ سَائِرِ الْمَخْلُوقِينَ الْعَاجِزِينَ عَنْ إِيصَالِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضَّرِّ، ثُمَّ يُبَيِّنُ لَهُ حُكْمَهُ لَوْ فُرِضَ أَنْ دَعَا غَيْرَ اللهِ بِأَنَّهُ يَكُونُ حِينَئِذٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، وَهَذَا النَّهْيُ عَامٌّ لِجَمِيعِ الْأُمَّةِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah melarang Nabi-Nya untuk menyeru siapa pun dari seluruh makhluk yang tidak mampu mendatangkan manfaat dan menolak bahaya, kemudian Dia menjelaskan kepadanya hukum-Nya jika diasumsikan bahwa dia menyeru selain Allah, bahwa dia akan menjadi salah satu dari orang-orang musyrik pada saat itu, dan larangan ini umum untuk seluruh umat.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا النَّهْيَ عَنْ دُعَاءِ غَيْرِ اللهِ وَأَنَّهُ شِرْكٌ يُنَافِي التَّوْحِيدَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan menyeru selain Allah dan bahwa itu adalah syirik yang bertentangan dengan tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- أَنَّ دُعَاءَ غَيْرِ اللهِ شِرْكٌ أَكْبَرُ.

1- Bahwa berdoa kepada selain Allah adalah syirik akbar.

٢- أَنَّ أَصْلَحَ النَّاسِ لَوْ دَعَا غَيْرَ اللهِ صَارَ مِنَ الظَّالِمِينَ أَيِ الْمُشْرِكِينَ فَكَيْفَ بِغَيْرِهِ.

2- Bahwa orang yang paling shalih sekalipun jika ia berdoa kepada selain Allah, maka ia menjadi bagian dari orang-orang yang zhalim yaitu orang-orang musyrik, apalagi selain mereka.

٣- بَيَانُ عَجْزِ آلِهَةِ الْمُشْرِكِينَ وَبُطْلَانِ عِبَادَتِهَا.

3- Penjelasan tentang ketidakberdayaan sesembahan orang-orang musyrik dan kebatilan penyembahannya.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَإِن يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴾ [يونس: ١٠٧] .

Dan firman-Nya: "Dan jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dia menguasai hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." [Yunus: 107].

ــ

ــ

وَإِن يَمْسَسْكَ: أَيْ إِنْ يُصِبْكَ.

wa in yamsaska: yaitu jika Dia menimpakan kepadamu.

بِضُرٍّ: بِفَقْرٍ أَوْ مَرَضٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ أَنْوَاعِ الضُّرِّ.

bi dhurrin: dengan kemiskinan, penyakit, atau selain itu dari berbagai jenis kemudaratan.

فَلاَ كَاشِفَ: لاَ رَافِعَ.

fa laa kaasyifa: tidak ada yang menghilangkan.

فَلاَ رَادَّ: لاَ دَافِعَ.

fa laa raadda: tidak ada yang menolak.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ الْمُتَفَرِّدُ بِالْمُلْكِ وَالْقَهْرِ وَالْعَطَاءِ وَالْمَنْعِ وَالضُّرِّ وَالنَّفْعِ دُونَ مَا سِوَاهُ، فَيَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ أَنْ يَكُونَ هُوَ الْمَدْعُوُّ وَحْدَهُ الْمَعْبُودُ وَحْدَهُ دُونَ غَيْرِهِ مِمَّنْ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا فَضْلًا عَنْ أَنْ يَمْلِكَهُمَا لِغَيْرِهِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dialah Yang Maha Esa dalam kekuasaan, kekuatan, pemberian, pencegahan, kemudaratan, dan manfaat, bukan selain-Nya. Maka konsekuensinya, Dialah yang berhak untuk disembah dan diibadahi sendirian, bukan selain-Nya yang tidak memiliki kemampuan mendatangkan mudarat atau manfaat untuk dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا بَيَانَ اسْتِحْقَاقِ اللهِ لِلْعِبَادَةِ بِالدُّعَاءِ وَنَحْوِهِ، وَأَنَّ دُعَاءَ غَيْرِهِ شِرْكٌ لِأَنَّهُ لاَ يَنْفَعُ وَلاَ يَضُرُّ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang hak Allah untuk diibadahi dengan doa dan semisalnya, dan bahwa berdoa kepada selain-Nya adalah syirik karena tidak bermanfaat dan tidak membahayakan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ إِفْرَادِ اللهِ تَعَالَى بِتَوْحِيدِ الْأُلُوهِيَّةِ لِتَفَرُّدِهِ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ.

1- Wajibnya mengesakan Allah Ta'ala dengan tauhid uluhiyyah karena Dia sendiri yang memiliki tauhid rububiyyah.

٢- بُطْلَانُ دُعَاءِ غَيْرِ اللهِ لِعَجْزِهِ عَنْ نَفْعِ مَنْ دَعَاهُ وَدَفْعِ الضُّرِّ عَنْهُ.

2- Batilnya berdoa kepada selain Allah karena ketidakmampuannya memberi manfaat kepada yang berdoa kepadanya dan menolak bahaya darinya.

٣- إِثْبَاتُ الْمَشِيئَةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ.

3- Menetapkan kehendak bagi Allah Subhanahu.

٤- إِثْبَاتُ صِفَتَيِ الْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

4- Menetapkan sifat pengampunan dan rahmat bagi Allah Subhanahu dengan apa yang sesuai dengan keagungan-Nya.

وَقَوْلُهُ: ﴿فَابْتَغُوا عِندَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ﴾ [العنكبوت: ١٧] .

Dan firman-Nya: "Maka carilah rezeki di sisi Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan." [Al-'Ankabut: 17].

ــ

ــ

ابْتَغُوا: اطْلُبُوا.

Ibtaghu: Carilah.

وَاعْبُدُوهُ: أَخْلِصُوا لَهُ الْعِبَادَةَ. وَهُوَ مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ، فَإِنَّ ابْتِغَاءَ الرِّزْقِ عِنْدَ اللهِ مِنَ الْعِبَادَةِ.

Wa'buduhu: Ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya. Ini termasuk athaf al-'aam 'ala al-khaash, karena mencari rezeki di sisi Allah adalah bagian dari ibadah.

وَاشْكُرُوا لَهُ: اعْتَرِفُوا بِنِعْمَتِهِ. وَافْعَلُوا مَا يَجِبُ مِنْ طَاعَتِهِ وَاتْرُكُوا مَعْصِيَتَهُ.

Wasykuru lahu: Akuilah nikmat-Nya. Lakukanlah apa yang wajib dari ketaatan kepada-Nya dan tinggalkanlah kemaksiatan kepada-Nya.

إِلَيْهِ: لَا إِلَى غَيْرِهِ.

Ilaihi: Kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.

تُرْجَعُونَ: يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُجَازِي كُلَّ عَامِلٍ بِعَمَلِهِ.

Turja'una: Pada hari Kiamat, maka Dia akan membalas setiap orang yang beramal sesuai dengan amalannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ اللهُ سُبْحَانَهُ بِطَلَبِ الرِّزْقِ مِنْهُ وَحْدَهُ لَا مِنَ الْأَصْنَامِ وَالْأَوْثَانِ، وَإِفْرَادِهِ بِالْعِبَادَةِ وَالِاعْتِرَافِ بِنِعَمِهِ الَّتِي أَسْدَاهَا عَلَى عِبَادِهِ وَصَرْفِهَا فِي طَاعَتِهِ وَالِابْتِعَادِ عَنْ مَعْصِيَتِهِ ثُمَّ يُخْبِرُ أَنَّ الْمَصِيرَ إِلَيْهِ فَيُجَازِي كُلَّ عَامِلٍ بِعَمَلِهِ فَيَجِبُ عَلَى الْعَبْدِ أَنْ يَحْسِبَ لِذَلِكَ حِسَابَهُ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Subhanahu memerintahkan untuk meminta rezeki hanya kepada-Nya, bukan kepada berhala dan patung-patung, mengesakan-Nya dalam ibadah, mengakui nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya, menggunakannya dalam ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Kemudian Dia mengabarkan bahwa tempat kembali hanyalah kepada-Nya, maka Dia akan membalas setiap orang yang beramal sesuai dengan amalannya. Oleh karena itu, seorang hamba wajib memperhitungkan hal tersebut.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا وُجُوبَ إِفْرَادِ اللهِ بِالدُّعَاءِ وَالْعِبَادَةِ وَالرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ غَيْرَهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat kewajiban untuk mengkhususkan Allah dalam doa dan ibadah, serta bantahan terhadap orang-orang musyrik yang menyembah selain-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ دُعَاءِ اللهِ وَحْدَهُ وَطَلَبُ الرِّزْقِ مِنْهُ.

1- Kewajiban berdoa hanya kepada Allah dan memohon rezeki hanya kepada-Nya.

٢- وُجُوبُ إِفْرَادِ اللهِ بِجَمِيعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ.

2- Kewajiban mengkhususkan Allah dalam semua jenis ibadah.

٣- وُجُوبُ شُكْرِ اللهِ عَلَى نِعَمِهِ.

3- Kewajiban bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya.

٤- إِثْبَاتُ الْبَعْثِ وَالْجَزَاءِ.

4- Penetapan kebangkitan dan pembalasan.

٥- أَنَّهُ لَا تَنَافِيَ بَيْنَ طَلَبِ الرِّزْقِ وَالِاكْتِسَابِ وَعِبَادَةِ اللهِ وَأَنَّ الْإِسْلَامَ فِيهِ خَيْرُ الدِّينِ وَالدُّنْيَا.

5- Bahwa tidak ada pertentangan antara mencari rezeki dan berusaha dengan beribadah kepada Allah, dan bahwa Islam mengandung kebaikan agama dan dunia.

وَقَوْلُهُ: ﴿وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ ٥ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ﴾ [الأحقاف: ٥، ٦] .

Dan firman-Nya: "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah selain Allah, (menyembah) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka." [Al-Ahqaf: 5-6].

ــ

ــ

مَنْ أَضَلُّ: أَيْ لَا أَحَدَ أَشَدُّ ضَلَالًا.

Siapa yang lebih sesat: Yakni tidak ada yang lebih sesat.

مِن دُونِ اللهِ: غَيْرُ اللهِ.

Selain Allah: Selain Allah.

لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ: لَا يَقْدِرُ عَلَى إِجَابَتِهِ بِإِعْطَائِهِ مَا طَلَبَ مِنْهُ.

Tidak dapat memperkenankan (doa)nya: Tidak mampu mengabulkan doanya dengan memberinya apa yang dimintanya.

وَهُمْ: أَيِ الْمَدْعُوُّونَ.

Mereka: Yakni yang disembah.

عَن دُعَائِهِمْ: أَيْ دُعَاءِ مَن دَعَاهُم مِّنَ الْمُشْرِكِينَ.

Dari (memperhatikan) doa mereka: Yakni dari doa orang-orang musyrik yang menyembah mereka.

غَافِلُونَ: لَا يَشْعُرُونَ بِدُعَاءِ مَن دَعَاهُمْ؛ لِأَنَّهُمْ إِمَّا أَمْوَاتٌ أَوْ جَمَادٌ أَوْ مَلَائِكَةٌ مَشْغُولُونَ بِمَا خُلِقُوا لَهُ.

Lalai: Mereka tidak menyadari doa orang yang menyembah mereka; karena mereka adakalanya sudah mati, benda mati, atau malaikat yang sibuk dengan tugas yang diciptakan untuknya.

وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ: جُمِعُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Dan apabila manusia dikumpulkan: Dikumpulkan pada hari Kiamat.

كَانُوا: أَيِ الْآلِهَةُ الَّتِي يَدْعُونَهَا مِن دُونِ اللهِ.

Mereka: Yakni sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah.

لَهُمْ أَعْدَاء: أَيْ يَتَبَرَّؤُونَ مِمَّن دَعَاهُمْ وَيُعَادُونَهُمْ.

Menjadi musuh mereka: Yakni berlepas diri dari orang-orang yang menyembah mereka dan memusuhi mereka.

كَافِرِينَ: جَاحِدِينَ لِعِبَادَةِ مَن عَبَدَهُمْ.

Mengingkari: Mengingkari penyembahan orang-orang yang menyembah mereka.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: أَنَّ اللهَ تَعَالَى حَكَمَ بِأَنَّهُ لَا أَضَلُّ مِمَّنْ دَعَا غَيْرَ اللهِ مِنَ الْمَخْلُوقِينَ مِمَّنْ لَا يَقْدِرُ عَلَى إِجَابَةِ دَعْوَتِهِ فِي الدُّنْيَا، وَلَا يَشْعُرُ بِدُعَاءِ مَنْ دَعَاهُ وَإِذَا قَامَتِ الْقِيَامَةُ وَجُمِعَ النَّاسُ عَادَى مَنْ دَعَاهُ وَتَبَرَّأَ مِنْهُ، فَلَيْسَ هَذَا الْمُشْرِكُ إِلَّا فِي نَكَدٍ فِي الدَّارَيْنِ، لَا يَحْصُلُ عَلَى إِجَابَةٍ فِي الدُّنْيَا وَتُجْحَدُ عِبَادَتُهُ فِي الْآخِرَةِ أَحْوَجَ مَا يَكُونُ إِلَيْهَا.

Makna keseluruhan dari kedua ayat tersebut adalah bahwa Allah Ta'ala telah menetapkan bahwa tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang menyeru selain Allah dari makhluk-makhluk yang tidak mampu mengabulkan seruannya di dunia, dan tidak menyadari seruan orang yang memanggilnya. Dan ketika hari kiamat tiba dan manusia dikumpulkan, orang yang diseru itu akan memusuhi orang yang menyerunya dan berlepas diri darinya. Maka orang musyrik ini hanya berada dalam kesusahan di dua alam, tidak mendapatkan pengabulan di dunia dan ibadahnya diingkari di akhirat ketika dia sangat membutuhkannya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِمَا الْحُكْمَ عَلَى مَنْ دَعَا غَيْرَ اللهِ بِأَنَّهُ

Kesesuaian kedua ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat hukum atas orang yang menyeru selain Allah bahwa dia

أَضَلُّ الضَّالِّينَ وَأَنَّ الدُّعَاءَ عِبَادَةٌ فَمَنْ صَرَفَهُ لِغَيْرِ اللهِ فَهُوَ مُشْرِكٌ.

Paling sesat di antara orang-orang yang sesat dan bahwa doa adalah ibadah, maka barangsiapa yang mengalihkannya kepada selain Allah, maka dia adalah musyrik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Apa yang dapat dipetik dari kedua ayat:

١- أَنَّ الدُّعَاءَ عِبَادَةٌ، فَمَنْ دَعَا غَيْرَ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ الشِّرْكَ الْأَكْبَرَ.

1- Bahwa doa adalah ibadah, maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah, maka sungguh dia telah berbuat syirik besar.

٢- بَيَانُ شَقَاوَةِ مَنْ يَدْعُو غَيْرَ اللهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

2- Penjelasan kesengsaraan orang yang berdoa kepada selain Allah di dunia dan akhirat.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ هُوَ أَعْظَمُ الضَّلَالِ.

3- Bahwa syirik adalah kesesatan yang paling besar.

٤- إِثْبَاتُ الْبَعْثِ وَالْحَشْرِ وَالْجَزَاءِ.

4- Menetapkan kebangkitan, pengumpulan (di padang mahsyar), dan pembalasan.

٥- أَنَّ الْأَوْثَانَ لَا تَسْمَعُ مَنْ دَعَاهَا وَلَا تَسْتَجِيبُ لَهُ عَكْسَ مَا يَتَصَوَّرُ الْمُشْرِكُونَ فِيهَا.

5- Bahwa berhala-berhala tidak mendengar orang yang memanggilnya dan tidak mengabulkan doanya, bertentangan dengan apa yang dibayangkan oleh orang-orang musyrik tentangnya.

٦- أَنَّ عِبَادَةَ اللهِ وَحْدَهُ فِيهَا خَيْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

6- Bahwa beribadah kepada Allah semata terdapat kebaikan dunia dan akhirat.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللهِ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ﴾ [النمل: ٦٢] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)." [An-Naml: 62].

ــ

ــ

أَمَّن: أَيْ مَنْ هُوَ؟

Amman: Yaitu siapa dia?

الْمُضْطَرُّ: الْمَكْرُوبُ الَّذِي مَسَّهُ الضُّرُّ.

Al-Mudhtarr: Orang yang tertimpa kesusahan yang ditimpa keburukan.

خُلَفَاءَ الْأَرْضِ: الْإِضَافَةُ بِمَعْنَى فِي أَيْ يَخْلُفُ كُلُّ قَرْنٍ الْقَرْنَ الَّذِي قَبْلَهُ فِي الْأَرْضِ.

Khulafaa' al-ardh: Idhafah (penyandaran) bermakna 'di', yaitu setiap generasi menggantikan generasi sebelumnya di bumi.

أَإِلَهٌ مَّعَ اللهِ: أَيْ سِوَاهُ يَفْعَلُ هَذِهِ الْأَشْيَاءَ بِكُمْ وَيُنْعِمُ عَلَيْكُمْ هَذِهِ النِّعَمَ.

A ilahun ma'a Allah: Yakni selain-Nya yang melakukan hal-hal ini pada kalian dan memberi nikmat ini kepada kalian.

قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ: أَيْ تَذَكَّرُونَ تَذَكُّرًا قَلِيلًا فِي عَظَمَةِ اللهِ وَنِعَمِهِ عَلَيْكُمْ، فَلِذَلِكَ أَشْرَكْتُمْ بِهِ غَيْرَهُ فِي عِبَادَتِهِ.

Qaliilan maa tadzakkaruun: Yaitu kalian ingat dengan sedikit sekali akan keagungan Allah dan nikmat-nikmat-Nya kepada kalian, maka karena itu kalian menyekutukan-Nya dengan selain-Nya dalam ibadah kepada-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَحْتَجُّ تَعَالَى عَلَى الْمُشْرِكِينَ فِي اتِّخَاذِهِمُ الشُّفَعَاءَ مِنْ دُونِهِ بِمَا قَدْ عَلِمُوهُ وَأَقَرُّوا بِهِ مِنْ إِجَابَةِ اللهِ لَهُمْ عِنْدَمَا يَدْعُونَهُ فِي حَالِ الشِّدَّةِ وَكَشْفِهِ السُّوءَ النَّازِلَ بِهِمْ وَجَعْلِهِمْ خُلَفَاءَ فِي الْأَرْضِ بَعْدَ أَمْوَاتِهِمْ، فَإِذَا كَانَتْ آلِهَتُهُمْ لَا تَفْعَلُ شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الْأُمُورِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَعْبُدُونَهَا مَعَ اللهِ. وَلَكِنَّهُمْ لَا يَتَذَكَّرُونَ نِعَمَ اللهِ عَلَيْهِمْ إِلَّا تَذَكُّرًا قَلِيلًا لَا يُورِثُ خَشْيَةَ اللهِ وَلِذَلِكَ وَقَعُوا فِي الشِّرْكِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala berhujjah kepada orang-orang musyrik dalam pengambilan mereka para pemberi syafaat selain-Nya dengan apa yang telah mereka ketahui dan akui dari pengabulan Allah terhadap mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya dalam keadaan sulit dan penyingkapan-Nya keburukan yang menimpa mereka serta menjadikan mereka khalifah di bumi setelah kematian mereka. Jika tuhan-tuhan mereka tidak melakukan sesuatu pun dari perkara-perkara ini, maka bagaimana dengan orang yang menyembah tuhan-tuhan itu bersama Allah? Akan tetapi, mereka tidak mengingat nikmat-nikmat Allah kepada mereka kecuali sedikit ingatan yang tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah, dan karena itulah mereka jatuh dalam kesyirikan.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا بُطْلَانَ الِاسْتِغَاثَةِ بِغَيْرِ اللهِ، لِأَنَّهُ لَا يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ وَيَكْشِفُ السُّوءَ النَّازِلَ وَيُحْيِي وَيُمِيتُ سِوَاهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat kebatilan meminta pertolongan kepada selain Allah, karena tidak ada yang mengabulkan orang yang terpaksa, menyingkap keburukan yang menimpa, menghidupkan dan mematikan selain-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- بُطْلَانُ الِاسْتِغَاثَةِ بِغَيْرِ اللهِ فِيمَا لَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا اللهُ.

1- Batalnya meminta pertolongan kepada selain Allah dalam hal yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah.

٢- أَنَّ الْمُشْرِكِينَ مُقِرُّونَ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ وَلَمْ يُدْخِلْهُمْ ذَلِكَ فِي الْإِسْلَامِ.

2- Bahwa orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyah dan pengakuan tersebut tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.

٣- الِاسْتِدْلَالُ عَلَى تَوْحِيدِ الْإِلَهِيَّةِ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ.

3- Pengambilan dalil tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah.

٤- الِاحْتِجَاجُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ بِمَا أَقَرُّوا بِهِ عَلَى مَا جَحَدُوهُ.

4- Berhujjah kepada orang-orang musyrik dengan apa yang mereka akui atas apa yang mereka ingkari.

* * *

* * *

وَرُوِيَ الطَّبَرَانِيُّ بِإِسْنَادِهِ: أَنَّهُ كَانَ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ ﷺ مُنَافِقٌ يُؤْذِي الْمُؤْمِنِينَ. فَقَالَ بَعْضُهُمْ: قُومُوا بِنَا نَسْتَغِيثُ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "إِنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِي، وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ" (١) .

Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanadnya: bahwa pada zaman Nabi ﷺ ada seorang munafik yang menyakiti orang-orang mukmin. Lalu sebagian dari mereka berkata, "Ayo kita meminta pertolongan kepada Rasulullah ﷺ dari orang munafik ini." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya tidak boleh meminta pertolongan kepadaku, dan sesungguhnya pertolongan itu hanya diminta kepada Allah." (1)

ــ

ــ

الطَّبَرَانِيُّ: هُوَ الْحَافِظُ الْإِمَامُ: سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ صَاحِبُ الْمَعَاجِمِ الثَّلَاثَةِ.

Ath-Thabrani: Dia adalah Al-Hafizh Al-Imam Sulaiman bin Ahmad, penulis tiga kitab Mu'jam.

بِإِسْنَادِهِ: إِلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ ﵁.

Dengan sanadnya: Sampai kepada 'Ubadah bin Ash-Shamit ﵁.

مُنَافِقٌ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُبَيِّ بْنِ سَلُولَ رَأْسُ الْمُنَافِقِينَ.

Seorang munafik: Dia adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin orang-orang munafik.

وَالنِّفَاقُ هُنَا: إِظْهَارُ الْإِسْلَامِ وَإِخْفَاءُ الْكُفْرِ.

Kemunafikan di sini: Menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran.

نَسْتَغِيثُ بِرَسُولِ اللهِ: نَطْلُبُ مِنْهُ كَفَّ هَذَا الْمُنَافِقِ عَنِ الْأَذَى.

Kami meminta pertolongan kepada Rasulullah: Kami meminta beliau untuk menghentikan gangguan orang munafik ini.

إِنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِي: كَرِهَ ﷺ أَنْ يُسْتَعْمَلَ هَذَا اللَّفْظُ فِي حَقِّهِ تَأَدُّبًا مَعَ اللهِ.

Sesungguhnya tidak boleh meminta pertolongan kepadaku: Nabi ﷺ tidak menyukai penggunaan kata ini untuk dirinya sebagai bentuk adab kepada Allah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: لَمَّا قَوِيَ الْإِسْلَامُ كَانَ هُنَاكَ صِنْفٌ مِنَ الْكُفَّارِ رَأَوُا الدُّخُولَ فِي الْإِسْلَامِ ظَاهِرًا وَالْبَقَاءَ عَلَى الْكُفْرِ بَاطِنًا سُمُّوا بِالْمُنَافِقِينَ، وَكَانَ يَصْدُرُ مِنْهُمْ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَفْعَالِ مَا يُضَايِقُ الْمُسْلِمِينَ وَمِنْ ذَلِكَ مَا حَصَلَ مِنْ هَذَا الرَّجُلِ حَتَّى طَلَبَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ مِنَ النَّبِيِّ

Makna keseluruhan hadits: Ketika Islam menjadi kuat, ada sekelompok orang kafir yang memandang masuk Islam secara lahiriah tetapi tetap dalam kekufuran secara batin, mereka disebut munafik. Dari mereka muncul perkataan dan perbuatan yang mengganggu kaum muslimin, termasuk apa yang terjadi dari lelaki ini sehingga sebagian sahabat meminta kepada Nabi

_________
(١) أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ.
(1) Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
وَقَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "١٠/١٥٩": رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ غَيْرَ ابْنِ لَهِيعَةَ وَهُوَ حَسَنُ الْحَدِيثِ.
Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "10/159": Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan para perawinya adalah perawi hadits shahih kecuali Ibnu Lahi'ah dan ia adalah perawi hadits hasan.

ﷺ كَفَّهُ وَزَجَرَهُ. وَالنَّبِيُّ ﷺ يَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ، لَكِنْ لَمَّا كَانَتِ الصِّيغَةُ الَّتِي تَقَدَّمُوا بِهَا إِلَيْهِ فِيهَا إِسَاءَةُ أَدَبٍ مَعَ اللهِ تَعَالَى -مَا يَنْبَغِي أَنْ تُقَالَ- اسْتَنْكَرَهَا النَّبِيُّ ﷺ تَعْلِيمًا لِلصَّحَابَةِ وَسَدًّا لِذَرِيعَةِ الشِّرْكِ وَحِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ.

Nabi ﷺ menghentikan dan menegurnya. Nabi ﷺ mampu melakukan itu, tetapi ketika ungkapan yang mereka sampaikan kepadanya mengandung perilaku buruk terhadap Allah Ta'ala - yang tidak seharusnya diucapkan - Nabi ﷺ mengingkarinya sebagai pengajaran bagi para sahabat, menutup jalan menuju syirik, dan melindungi tauhid.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: إِنَّ فِيهِ إِنْكَارَ النَّبِيِّ ﷺ الِاسْتِغَاثَةَ بِغَيْرِ اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Di dalamnya terdapat pengingkaran Nabi ﷺ terhadap permohonan pertolongan kepada selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِالنَّبِيِّ ﷺ، وَغَيْرُهُ مِنْ بَابِ أَوْلَى.

1- Bahwa tidak boleh meminta pertolongan kepada Nabi ﷺ, apalagi kepada selain beliau.

٢- الإِرْشَادُ إِلَى حُسْنِ اللَّفْظِ وَحِمَايَةِ التَّوْحِيدِ.

2- Petunjuk untuk menggunakan ungkapan yang baik dan melindungi tauhid.

٣- سَدُّ الطُّرُقِ المُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

3- Menutup jalan yang mengarah kepada syirik.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ الصَّبْرِ عَلَى الأَذَى فِي اللهِ.

4- Disyariatkannya bersabar atas gangguan di jalan Allah.

٥- ذَمُّ النِّفَاقِ.

5- Celaan terhadap kemunafikan.

٦- تَحْرِيمُ أَذِيَّةِ المُؤْمِنِينَ؛ لِأَنَّهَا مِنْ فِعْلِ المُنَافِقِينَ.

6- Haramnya menyakiti orang-orang beriman; karena itu adalah perbuatan orang-orang munafik.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ، وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ، وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ﴾ [الأعراف: ١٩١، ١٩٢] .

Bab firman Allah Ta'ala: "Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun, padahal mereka sendiri diciptakan? Dan (berhala-berhala) itu tidak dapat memberi pertolongan kepada mereka, dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan." [Al-A'raf: 191-192].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ المُصَنِّفَ ﵀ بَيَّنَ فِيهِ الأَدِلَّةَ عَلَى بُطْلَانِ الشِّرْكِ وَبَيَانِ حَالِ المَدْعُوِّينَ مِنْ دُونِ اللهِ، وَفِي ذَلِكَ تَقْرِيرٌ لِلتَّوْحِيدِ بِالبَرَاهِينِ القَاطِعَةِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa penulis ﵀ menjelaskan di dalamnya dalil-dalil yang membatalkan syirik dan menjelaskan keadaan sesembahan selain Allah, dan di dalamnya terdapat penetapan tauhid dengan bukti-bukti yang kuat.

أَيُشْرِكُونَ: اسْتِفْهَامُ إِنْكَارٍ وَتَوْبِيخٍ عَلَى مَنْ يُشْرِكُ فِي العِبَادَةِ مَعَ اللهِ.

Ayusyrikuuna: pertanyaan pengingkaran dan teguran kepada orang yang menyekutukan Allah dalam ibadah.

مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا: أَيْ مَخْلُوقَاتٌ لَا تَقْدِرُ عَلَى الخَلْقِ وَلَيْسَ فِيهَا مَا تَسْتَحِقُّ بِهِ العِبَادَةَ.

Maa laa yakhluqu syay'an: yaitu makhluk-makhluk yang tidak mampu menciptakan dan tidak memiliki sifat yang menjadikannya berhak disembah.

وَهُمْ يُخْلَقُونَ: أَيْ وَهَؤُلَاءِ المَعْبُودُونَ مَخْلُوقُونَ مُحْدَثُونَ وَالمَخْلُوقُ لَا يَكُونُ شَرِيكًا لِلْخَالِقِ.

Wa hum yukhlaquuna: yaitu sesembahan-sesembahan ini adalah makhluk yang diciptakan, dan makhluk tidak bisa menjadi sekutu bagi Sang Pencipta.

وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا: أَيْ وَهَؤُلَاءِ المَعْبُودُونَ لَا يَقْدِرُونَ عَلَى نَصْرِ عَابِدِيهِمْ.

Wa laa yastatii'uuna lahum nasran: yaitu sesembahan-sesembahan ini tidak mampu menolong para penyembahnya.

وَلَا أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ: أَيْ وَلَا يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يَدْفَعُوا عَنْ أَنفُسِهِمْ مَنْ أَرَادَ بِهِمْ ضَرًّا فَكَيْفَ يَدْفَعُونَهُ عَنْ غَيْرِهِمْ.

Dan mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri: Maksudnya, mereka tidak mampu menolak bahaya dari diri mereka sendiri dari siapa pun yang ingin membahayakan mereka, lalu bagaimana mereka dapat menolaknya dari selain mereka.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُوَبِّخُ اللهُ ﷾ الْمُشْرِكِينَ بِأَنَّهُمْ يَعْبُدُونَ مَعَهُ مَعْبُودَاتٍ لَا تَخْلِقُ شَيْئًا وَلَيْسَ فِيهَا مَا تَسْتَحِقُّ الْعِبَادَةَ بِهِ وَلَا تَدْفَعُ

Makna keseluruhan ayat: Allah ﷾ mencela orang-orang musyrik karena mereka menyembah bersama-Nya sesembahan yang tidak menciptakan sesuatu pun dan tidak memiliki apa pun yang layak disembah, serta tidak dapat menolak

الضُّرَّ عَمَّنْ دَعَاهَا، بَلْ وَلَا تَدْفَعُهُ عَنْ أَنْفُسِهَا وَإِذَا كَانَتْ هَذِهِ حَالَتُهُمْ بَطَلَتْ دَعْوَتُهُمْ؛ لِأَنَّ الْمَخْلُوقَ لَا يَكُونُ شَرِيكًا لِلْخَالِقِ، وَالْعَاجِزَ لَا يَكُونُ شَرِيكًا لِلْقَادِرِ الَّذِي لَا يُعْجِزُهُ شَيْءٌ.

Keburukan dari siapa yang memanggilnya, bahkan tidak dapat menolaknya dari diri mereka sendiri. Jika ini adalah kondisi mereka, maka dakwah mereka menjadi batal; karena makhluk tidak dapat menjadi sekutu bagi Al-Khaliq, dan yang lemah tidak dapat menjadi sekutu bagi Yang Maha Kuasa yang tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat diambil dari ayat ini:

١- بُطْلَانُ الشِّرْكِ مِنْ أَسَاسِهِ؛ لِأَنَّهُ تَعَلُّقٌ عَلَى مَخْلُوقٍ عَاجِزٍ.

1- Batalnya syirik dari dasarnya; karena ia bergantung pada makhluk yang lemah.

٢- أَنَّ الْخَالِقَ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ.

2- Bahwa Al-Khaliq adalah yang berhak untuk disembah.

٣- الِاسْتِدْلَالُ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ عَلَى تَوْحِيدِ الْأُلُوهِيَّةِ.

3- Pengambilan dalil dengan tauhid rububiyah atas tauhid uluhiyah.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ مُحَاجَّةِ الْمُشْرِكِينَ لِنَصْرِ الْحَقِّ وَقَمْعِ الْبَاطِلِ.

4- Disyariatkannya berdebat dengan orang-orang musyrik untuk menolong kebenaran dan menumpas kebatilan.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ ١٣ إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ﴾ [فاطر: ١٣،١٤] .

Dan firman-Nya: "Dan mereka yang kamu seru selain Dia tidak memiliki kulit ari pun. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu; dan sekiranya mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh (Allah) Yang Maha Mengetahui." [Fatir: 13-14].

ــ

ــ

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ: أَيِ الَّذِينَ تَدْعُونَهُمْ غَيْرَ اللهِ: مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَصْنَامِ وَغَيْرِهَا.

Dan mereka yang kamu seru selain Dia: yaitu mereka yang kamu seru selain Allah, dari para malaikat, nabi, berhala dan lainnya.

قِطْمِيرٌ: الْقِطْمِيرُ هُوَ اللِّفَافَةُ الَّتِي تَكُونُ عَلَى نَوَاةِ التَّمْرِ.

Qitmir: Qitmir adalah selaput yang ada pada biji kurma.

لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ: لِأَنَّهُمْ أَمْوَاتٌ أَوْ مَلَائِكَةٌ مَشْغُولُونَ بِمَا خُلِقُوا لَهُ.

Mereka tidak mendengar seruanmu: karena mereka telah mati atau para malaikat yang sibuk dengan apa yang mereka diciptakan untuknya.

مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ: لَا يَقْدِرُونَ عَلَى مَا تَطْلُبُونَ مِنْهُمْ.

Mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu: mereka tidak mampu memenuhi apa yang kamu minta dari mereka.

يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ: يُنْكِرُونَهُ وَيَتَبَرَّؤُونَ مِمَّنْ أَشْرَكَ بِهِمْ مَعَ اللهِ.

Mereka akan mengingkari kemusyrikanmu: mereka akan menyangkalnya dan berlepas diri dari orang yang menyekutukan mereka dengan Allah.

وَلَا يُنَبِّئُكَ: يُخْبِرُكَ بِعَوَاقِبِ الْأُمُورِ وَمَآلِهَا.

Dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu: memberitahumu tentang akibat perkara dan kesudahannya.

مِثْلُ خَبِيرٍ: عَالِمٌ بِهَا وَهُوَ اللهُ ﷾.

Seperti (Allah) Yang Maha Mengetahui: Yang Maha Mengetahui tentangnya, yaitu Allah ﷾.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ حَالِ الْمَدْعُوِّينَ مِنْ دُونِهِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَصْنَامِ وَغَيْرِهَا بِمَا يَدُلُّ عَلَى عَجْزِهِمْ وَضَعْفِهِمْ، وَأَنَّهُمْ قَدِ انْتَفَتْ عَنْهُمُ الشُّرُوطُ الَّتِي لَا بُدَّ أَنْ تَكُونَ فِي الْمَدْعُوِّ، وَهِيَ: مِلْكُ مَا طُلِبَ مِنْهُ، وَسَمَاعُ الدُّعَاءِ، وَالْقُدْرَةُ عَلَى اسْتِجَابَتِهِ. فَمَتَى عُدِمَ شَرْطٌ بَطُلَ أَنْ يَكُونَ مَدْعُوًّا فَكَيْفَ إِذَا عُدِمَتْ كُلُّهَا.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahukan tentang keadaan yang diseru selain-Nya dari para malaikat, nabi, berhala, dan lainnya dengan apa yang menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan mereka, dan bahwa mereka tidak memenuhi syarat-syarat yang harus ada pada yang diseru, yaitu: memiliki apa yang diminta darinya, mendengar doa, dan mampu mengabulkannya. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka batallah ia untuk diseru, apalagi jika semuanya tidak terpenuhi.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا الْبُرْهَانَ الْقَاطِعَ عَلَى بُطْلَانِ الشِّرْكِ وَالرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bukti yang tegas tentang kebatilan syirik dan bantahan terhadap orang-orang musyrik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- بُطْلَانُ الشِّرْكِ بِالدَّلِيلِ الْقَاطِعِ وَالْبُرْهَانِ الْوَاضِحِ.

1- Batalnya syirik dengan dalil yang tegas dan bukti yang jelas.

٢- بَيَانُ الشُّرُوطِ الَّتِي يَجِبُ تَوَافُرُهَا فِي الْمَدْعُوِّ الْمُسْتَغَاثِ بِهِ وَهِيَ:

2- Penjelasan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada yang dipanggil dan dimintai pertolongan, yaitu:

أ - مِلْكُهُ لِمَا طُلِبَ مِنْهُ.

a- Kepemilikannya atas apa yang diminta darinya.

ب - سَمَاعُهُ لِدُعَاءِ مَنْ دَعَاهُ.

b- Pendengarannya terhadap doa orang yang memanggilnya.

ج- الْقُدْرَةُ عَلَى إِجَابَتِهِ.

c- Kemampuan untuk mengabulkannya.

٣- أَنَّ الْعَقِيدَةَ مَبْنَاهَا عَلَى الْبُرْهَانِ وَالْيَقِينِ لَا عَلَى الظَّنِّ وَالتَّخَرُّصِ وَالتَّقْلِيدِ الْأَعْمَى.

3- Bahwa akidah dibangun di atas bukti dan keyakinan, bukan atas prasangka, dugaan, dan taklid buta.

٤- إِثْبَاتُ عِلْمِ اللهِ بِعَوَاقِبِ الْأُمُورِ.

4- Penetapan pengetahuan Allah terhadap akibat segala perkara.

* * *

* * *

وَفِي "الصَّحِيحِ" عَنْ أَنَسٍ ﵁ قَالَ: شُجَّ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ أُحُدٍ وَكُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ" فَنَزَلَتْ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ﴾ (١) [آلِ عِمْرَانَ: ١٢٨] .

Dalam "Shahih" dari Anas ﵁ berkata: Nabi ﷺ terluka pada hari Uhud dan gigi serinya patah, lalu beliau bersabda: "Bagaimana suatu kaum dapat beruntung jika mereka melukai nabi mereka" maka turunlah: ﴿Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka﴾ (1) [Ali 'Imran: 128].

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih: Yaitu dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim).

شُجَّ: الشَّجَّةُ الْجُرْحُ فِي الرَّأْسِ وَالْوَجْهِ خَاصَّةً.

Syujja: Asy-Syajjah adalah luka khusus di kepala dan wajah.

أُحُدٍ: جَبَلٌ مَعْرُوفٌ شَمَالِيَّ الْمَدِينَةِ كَانَتْ عِنْدَهُ الْوَقْعَةُ الْمَشْهُورَةُ فَنُسِبَتْ إِلَيْهِ.

Uhud: Gunung yang terkenal di utara Madinah, di mana terjadi peperangan terkenal yang dinisbatkan kepadanya.

الرَّبَاعِيَةُ: هِيَ السِّنُّ الَّتِي بَعْدَ الثَّنِيَّةِ. وَالْإِنْسَانُ لَهُ أَرْبَعُ رَبَاعِيَاتٍ.

Ar-Rabaa'iyah: Yaitu gigi yang terletak setelah gigi seri. Manusia memiliki empat gigi seri.

كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ.. إِلَخْ: أَيْ كَيْفَ يَحْصُلُ لَهُمُ الْفَوْزُ وَالظَّفَرُ وَالسَّعَادَةُ مَعَ فِعْلِهِمْ هَذَا بِنَبِيِّهِمْ.

Bagaimana suatu kaum dapat beruntung.. dst: Yaitu bagaimana mereka bisa mendapatkan kemenangan, keberhasilan, dan kebahagiaan dengan perbuatan mereka ini terhadap nabi mereka.

مِنَ الْأَمْرِ: مِنَ الْحُكْمِ فِي الْعِبَادِ.

Dari urusan: Dari ketetapan terhadap para hamba.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ أَنَسٌ عَمَّا حَصَلَ لِلنَّبِيِّ ﷺ فِي وَقْعَةِ أُحُدٍ مِنَ الابْتِلَاءِ وَالامْتِحَانِ عَلَى أَيْدِي أَعْدَائِهِ مِنَ الإِصَابَةِ فِي مَوْضِعَيْنِ مِنْ جَسَدِهِ الشَّرِيفِ فَكَأَنَّهُ ﷺ لَحِقَهُ يَأْسٌ مِنْ فَلَاحِ كُفَّارِ قُرَيْشٍ. فَقِيلَ لَهُ بِسَبَبِ ذَلِكَ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ [آل عمران: ١٢٨] .

Makna keseluruhan hadits: Anas melaporkan apa yang terjadi pada Nabi ﷺ dalam perang Uhud berupa ujian dan cobaan di tangan musuh-musuhnya, yaitu terluka di dua tempat di tubuh mulianya, seolah-olah beliau ﷺ putus asa terhadap keberhasilan orang-orang kafir Quraisy. Maka dikatakan kepadanya karena hal itu: "Tak ada sedikitpun hakmu campur tangan dalam urusan mereka" [Ali 'Imran: 128].

أَيْ: عَوَاقِبُ الأُمُورِ وَحُكْمُ العِبَادِ بِيَدِ اللهِ فَامْضِ أَنْتَ لِشَأْنِكَ وَدُمْ عَلَى دَعْوَتِكَ.

Yaitu: konsekuensi urusan dan hukum hamba ada di tangan Allah, maka jalankanlah urusanmu dan tetaplah berdakwah.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى بُطْلَانِ الشِّرْكِ بِالأَوْلِيَاءِ

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat dalil atas batalnya syirik kepada para wali

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ تَعْلِيقًا فِي كِتَابِ المَغَازِي بَابُ ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذَّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ﴾ ص ٧٧٢ ط بَيْتُ الأَفْكَارِ الدَّوْلِيَّةِ.
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari secara mu'allaq dalam kitab Al-Maghazi bab "Tak ada sedikitpun hakmu campur tangan dalam urusan mereka, atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim" hal. 772, Bayt Al-Afkar Ad-Dawliyyah.

وَالصَّالِحِينَ، لِأَنَّهُ إِذَا كَانَ الرَّسُولُ ﷺ لَمْ يَدْفَعْ عَنْ نَفْسِهِ الضُّرَّ، وَلَيْسَ لَهُ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ، فَغَيْرُ مِنْ بَابٍ أَوْلَى.

Dan orang-orang saleh, karena jika Rasulullah ﷺ tidak dapat menolak bahaya dari dirinya sendiri, dan tidak memiliki kekuasaan atas suatu perkara, maka selain beliau lebih tidak memiliki kekuasaan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بُطْلَانُ الشِّرْكِ بِالْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ؛ لِأَنَّهُ إِذَا كَانَ النَّبِيُّ ﷺ لَا يَمْلِكُ مِنَ الْأَمْرِ شَيْئًا فَغَيْرُهُ مِنْ بَابٍ أَوْلَى.

1- Batalnya kesyirikan kepada para wali dan orang-orang saleh; karena jika Nabi ﷺ tidak memiliki kekuasaan atas suatu perkara, maka selain beliau lebih tidak memiliki kekuasaan.

٢- وُقُوعُ الْأَسْقَامِ وَالِابْتِلَاءِ بِالْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ.

2- Terjadinya penyakit dan cobaan pada para nabi 'alaihimush shalatu wassalam.

٣- وُجُوبُ إِخْلَاصِ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ، لِأَنَّهُ هُوَ الَّذِي لَهُ الْأَمْرُ وَحْدَهُ.

3- Wajibnya mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, karena Dialah yang memiliki segala urusan sendirian.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ الصَّبْرِ وَتَحَمُّلِ الْأَذَى وَالضَّرَرِ فِي سَبِيلِ الدَّعْوَةِ إِلَى اللَّهِ.

4- Disyariatkannya bersabar dan menanggung gangguan serta bahaya dalam rangka berdakwah kepada Allah.

٥- النَّهْيُ عَنِ الْيَأْسِ مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ وَلَوْ فَعَلَ الْإِنْسَانُ مَا فَعَلَ مِنَ الْمَعَاصِي الَّتِي هِيَ دُونَ الشِّرْكِ.

5- Larangan berputus asa dari rahmat Allah meskipun seseorang telah melakukan berbagai kemaksiatan yang levelnya di bawah syirik.

* * *

* * *

وَفِيهِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﵄ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الأَخِيرَةِ مِنَ الفَجْرِ: "اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا" بَعْدَمَا يَقُولُ: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ". فَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ (١) [آل عمران: ١٢٨] .

Dan di dalamnya dari Ibnu Umar ﵄ bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda ketika mengangkat kepalanya dari ruku' pada rakaat terakhir shalat Subuh: "Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan" setelah beliau mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamd". Maka Allah Ta'ala menurunkan: ﴿Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka﴾ (1) [Ali 'Imran: 128].

وَفِي رِوَايَةٍ: يَدْعُو عَلَى صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ وَسُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو وَالحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، فَنَزَلَتْ ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ (٢) [آل عمران: ١٢٨] .

Dan dalam sebuah riwayat: Beliau mendoakan keburukan atas Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amr, dan Al-Harits bin Hisyam, maka turunlah ﴿Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka﴾ (2) [Ali 'Imran: 128].

ــ

ــ

ابْنُ عُمَرَ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ ﵄ صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مِنْ عُبَّادِ الصَّحَابَةِ وَعُلَمَائِهِمْ مَاتَ سَنَةَ ٧٣هـ.

Ibnu Umar: Dia adalah Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab ﵄, seorang sahabat yang mulia, termasuk ahli ibadah dan ulama di kalangan para sahabat. Wafat pada tahun 73 H.

وَفِيهِ: أَيْ فِي الصَّحِيحِ وَالمُرَادُ بِهِ صَحِيحُ البُخَارِيِّ.

Dan di dalamnya: Yakni dalam kitab Shahih, yang dimaksud adalah Shahih Al-Bukhari.

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ: أَيْ بَعْدَمَا شُجَّ وَكُسِرَتْ رَبَاعِيَّتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ.

Bahwa ia mendengar Rasulullah: Yakni setelah beliau terluka dan gigi serinya patah pada perang Uhud.

اللَّهُمَّ الْعَنْ: أَيِ اطْرُدْ وَأَبْعِدْ مِنْ رَحْمَتِكَ.

Ya Allah laknatlah: Yakni usirlah dan jauhkanlah dari rahmat-Mu.

فُلَانًا وَفُلَانًا: مِنْهُمْ صَفْوَانُ بْنُ أُمَيَّةَ، وَسُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو، وَالحَارِثُ ابْنُ هِشَامٍ.

Si fulan dan si fulan: Di antara mereka adalah Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amr, dan Al-Harits bin Hisyam.

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ: أَجَابَ اللهُ مَنْ حَمِدَهُ وَتَقَبَّلَهُ. لِأَنَّهُ قَدْ عُدِّيَ بِاللَّامِ.

Allah mendengar orang yang memuji-Nya: Allah menjawab orang yang memuji-Nya dan menerima pujiannya. Karena kata kerja 'sami'a' di sini menggunakan preposisi 'lam'.

الحَمْدُ: ضِدُّ الذَّمِّ، وَيَكُونُ عَلَى مَحَاسِنِ المَحْمُودِ مَعَ المَحَبَّةِ لَهُ.

Al-hamd: kebalikan dari celaan, dan ia ditujukan pada kebaikan-kebaikan yang dipuji disertai dengan kecintaan kepadanya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٠٦٩".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4069".
(٢) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٠٧٠".
(2) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4070".

يَدْعُو عَلَى صَفْوَانَ ... إلخ: لِأَنَّهُمْ رُؤُوسُ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ أُحُدٍ، وَقَدْ تَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَأَسْلَمُوا وَحَسُنَ إسْلَامُهُمْ.

Dia berdoa melawan Shafwan ... dst: karena mereka adalah pemimpin orang-orang musyrik pada hari Uhud, dan Allah telah menerima taubat mereka sehingga mereka masuk Islam dan Islam mereka menjadi baik.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ﵄ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ –ﷺ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ عَلَى أَشْخَاصٍ مُعَيَّنِينَ مِنَ الْكُفَّارِ آذَوْهُ يَوْمَ أُحُدٍ فَعَاتَبَهُ اللهُ بِقَوْلِهِ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ﴾ [آل عمران: ١٢٨] . وَتَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ، فَآمَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ.

Makna keseluruhan hadits: Abdullah bin Umar ﵄ mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ berdoa dalam shalat terhadap orang-orang tertentu dari orang-orang kafir yang menyakitinya pada hari Uhud, maka Allah menegurnya dengan firman-Nya: "Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu" [Ali 'Imran: 128]. Dan Allah menerima taubat mereka, sehingga mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ أَنَّ النَّبِيَّ – ﷺ لَمْ يَقْدِرْ أَنْ يَدْفَعَ أَذَى الْمُشْرِكِينَ عَنْ نَفْسِهِ وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ، بَلْ لَجَأَ إلَى رَبِّهِ الْقَادِرِ الْمَالِكِ، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى بُطْلَانِ مَا يَعْتَقِدُهُ عُبَّادُ الْقُبُورِ فِي الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan bahwa Nabi ﷺ tidak mampu menolak gangguan orang-orang musyrik dari dirinya sendiri maupun dari para sahabatnya, bahkan beliau berlindung kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa lagi Maha Memiliki, yang menunjukkan kebatilan apa yang diyakini oleh para penyembah kubur terhadap para wali dan orang-orang shalih.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بُطْلَانُ التَّعَلُّقِ بِالْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ لِطَلَبِ قَضَاءِ الْحَاجَاتِ وَتَفْرِيجِ الْكُرُبَاتِ.

1- Kebatilan bergantung kepada para wali dan orang-orang shalih untuk meminta pemenuhan kebutuhan dan penghilangan kesulitan.

٢- جَوَازُ الدُّعَاءِ عَلَى الْمُشْرِكِينَ فِي الصَّلَاةِ.

2- Bolehnya berdoa melawan orang-orang musyrik dalam shalat.

٣- دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ تَسْمِيَةَ الشَّخْصِ الْمَدْعُوِّ لَهُ أَوْ عَلَيْهِ لَا يَضُرُّ الصَّلَاةَ.

3- Bukti bahwa menyebutkan nama orang yang didoakan atau diajak berdoa tidak membahayakan shalat.

٤- التَّصْرِيحُ بِأَنَّ الْإِمَامَ يَجْمَعُ بَيْنَ التَّسْمِيعِ وَالتَّحْمِيدِ.

4- Pernyataan tegas bahwa imam menggabungkan antara tasmī' dan tahmīd.

* * *

* * *

وَفِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْهِ: ﴿وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾ [الشعراء: ٢١٤] .

Di dalamnya dari Abu Hurairah ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ berdiri ketika Allah menurunkan kepadanya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" [Asy-Syu'ara: 214].

فَقَالَ: "يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ - أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا- اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا" (١) .

Lalu beliau bersabda: "Wahai sekalian Quraisy - atau kata yang semisalnya - tebuslah diri kalian, aku tidak dapat menolak sedikit pun siksa Allah terhadap kalian. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak dapat menolak sedikit pun siksa Allah terhadapmu. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah ﷺ, aku tidak dapat menolak sedikit pun siksa Allah terhadapmu. Dan wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku apa yang engkau kehendaki, aku tidak dapat menolak sedikit pun siksa Allah terhadapmu." (1)

ــ

ــ

أَبُو هُرَيْرَةَ: قِيلَ: الصَّحِيحُ أَنَّ اسْمَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَخْرٍ، دَوْسِيٌّ مِنْ فُضَلَاءِ الصَّحَابَةِ وَحُفَّاظِهِمْ وَعُلَمَائِهِمْ. رَوَى أَكْثَرَ مِنْ خَمْسَةِ آلَافِ حَدِيثٍ، تُوُفِّيَ سَنَةَ سَبْعٍ أَوْ ثَمَانٍ أَوْ تِسْعٍ وَخَمْسِينَ لِلْهِجْرَةِ.

Abu Hurairah: Dikatakan: Yang benar namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr, seorang Dausi dari para sahabat yang utama, para penghafal hadits, dan para ulama mereka. Ia meriwayatkan lebih dari lima ribu hadits, wafat pada tahun tujuh atau delapan atau lima puluh sembilan Hijriyah.

وَفِيهِ: أَيْ فِي صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ.

Di dalamnya: Yakni dalam Shahih Al-Bukhari.

قَامَ: أَيْ صَعِدَ عَلَى الصَّفَا.

Berdiri: Yakni naik ke atas Shafa.

عَشِيرَتَكَ: عَشِيرَةُ الرَّجُلِ هُمْ بَنُو أَبِيهِ الْأَدْنَوْنَ، أَوْ قَبِيلَتُهُ.

'Ashirah-mu: 'Ashirah seorang laki-laki adalah anak-anak ayahnya yang terdekat, atau kabilahnya.

الْأَقْرَبِينَ: أَيِ الْأَقْرَبُ فَالْأَقْرَبُ مِنْهُمْ.

Yang terdekat: Yaitu yang paling dekat kemudian yang paling dekat dari mereka.

يَا مَعْشَرَ: المَعْشَرُ: الجَمَاعَةُ.

Wahai sekalian: Al-Ma'syar: Kelompok.

أَوْ كَلِمَةً: بِنَصْبِ "كَلِمَةٍ" عَطْفٌ عَلَى مَا قَبْلَهُ. أَيْ: أَوْ قَالَ كَلِمَةً نَحْوَهَا شَكٌّ مِنَ الرَّاوِي.

Atau sebuah kata: Dengan men-nashab-kan "kalimatin" 'athaf kepada sebelumnya. Yaitu: Atau dia mengatakan sebuah kata sepertinya, keraguan dari perawi.

اِشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ: أَيْ خَلِّصُوهَا مِنَ الْعَذَابِ بِتَوْحِيدِ اللهِ وَطَاعَتِهِ، وَلَا تَعْتَمِدُوا عَلَى شَرَفِ النَّسَبِ.

Tebuslah diri kalian: Yaitu selamatkanlah diri kalian dari azab dengan mentauhidkan Allah dan menaati-Nya, dan janganlah kalian mengandalkan kemuliaan nasab.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٧٥٣" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٠٦" وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣١٨٤".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "2753", Muslim dengan nomor "206", dan At-Tirmidzi dengan nomor "3184".

لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ: لَا أَدْفَعُ عَنْكُمْ عَذَابَ اللهِ، رَفْعٌ لِمَا قَدْ يُتَوَهَّمُ أَنَّهُ يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا بِشَفَاعَتِهِ.

Aku tidak dapat menyelamatkan kalian dari (azab) Allah: Aku tidak dapat menolak azab Allah dari kalian, ini untuk menghilangkan anggapan bahwa beliau dapat menyelamatkan mereka dari (azab) Allah dengan syafaatnya.

عَبَّاسُ، وَصَفِيَّةُ، وَفَاطِمَةُ: بِالرَّفْعِ عَلَى الْبِنَاءِ، وَيَجُوزُ النَّصْبُ بِالنِّدَاءِ. وَابْنَ، وَعَمَّةَ، وَبِنْتَ: بِالنَّصْبِ لَا غَيْرَ بَدَلًا مِنَ الْمُنَادَى أَوْ عَطْفُ بَيَانٍ.

'Abbas, Shafiyyah, dan Fathimah: dibaca rafa' karena mabni, dan boleh dibaca nashab karena dipanggil (nida'). Dan (kata) Ibna (anak laki-laki), 'ammata (bibi dari ayah), dan binta (anak perempuan): hanya dibaca nashab sebagai badal dari munada (yang dipanggil) atau 'athaf bayan.

سَلُونِي مِنْ مَالِي: لِأَنَّ هَذَا هُوَ الَّذِي يَقْدِرُ عَلَيْهِ وَمَا كَانَ مِنْ أَمْرِ اللهِ فَلَا قُدْرَةَ لَهُ عَلَيْهِ.

Mintalah kepadaku dari hartaku: karena inilah yang dia mampu (berikan), adapun perkara Allah maka dia tidak memiliki kemampuan atasnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ أَبُو هُرَيْرَةَ ﵁ عَمَّا صَنَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَمَا أَمَرَهُ اللهُ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَنْ يُنْذِرَ قَرَابَتَهُ؛ أَنَّهُ قَامَ مُمْتَثِلًا أَمْرَ رَبِّهِ، فَنَادَى قُرَيْشًا بِبُطُونِهَا وَنَادَى عَمَّهُ وَعَمَّتَهُ وَبِنْتَهُ، فَأَنْذَرَهُمْ نَذَارَةً خَاصَّةً وَأَمَرَهُمْ أَنْ يُخَلِّصُوا أَنْفُسَهُمْ مِنْ عَذَابِ اللهِ بِتَوْحِيدِهِ وَطَاعَتِهِ وَبَلَّغَهُمْ أَنَّهُ لَا يَدْفَعُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِ اللهِ شَيْئًا إِذَا لَمْ يُؤْمِنُوا فَمُجَرَّدُ قُرْبِهِمْ مِنْهُ غَيْرُ نَافِعٍ لَهُمْ بِدُونِ إِيمَانٍ.

Makna keseluruhan hadits: Abu Hurairah ﵁ mengabarkan tentang apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ ketika Allah memerintahkannya dalam Kitab-Nya yang mulia untuk memberi peringatan kepada kerabatnya; bahwa beliau bangkit mematuhi perintah Tuhannya, lalu memanggil suku Quraisy dengan kelompok-kelompoknya, memanggil pamannya, bibinya, dan putrinya, lalu memberi mereka peringatan khusus dan memerintahkan mereka untuk menyelamatkan diri mereka dari azab Allah dengan mentauhidkan-Nya dan menaati-Nya, serta menyampaikan kepada mereka bahwa beliau tidak dapat menolak sedikit pun azab Allah dari mereka jika mereka tidak beriman, maka sekadar kedekatan mereka dengan beliau tidaklah bermanfaat bagi mereka tanpa iman.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُطْلَبَ مِنَ الرَّسُولِ وَلَا مِنْ غَيْرِهِ مِنْ بَابِ أَوْلَى إِلَّا مَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا. وَأَمَّا مَا لَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا اللهُ فَلَا يَجُوزُ أَنْ يُطْلَبَ إِلَّا مِنَ اللهِ، فَفِيهِ الرَّدُّ عَلَى عُبَّادِ الْقُبُورِ الَّذِينَ يَسْتَغِيثُونَ بِالْأَمْوَاتِ لِتَفْرِيجِ الْكُرُبَاتِ وَقَضَاءِ الْحَاجَاتِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan meminta kepada Rasulullah atau selain beliau, apalagi hanya untuk perkara dunia yang mampu dilakukan. Adapun perkara yang hanya Allah yang mampu melakukannya, maka tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Maka di dalamnya terdapat bantahan terhadap para penyembah kubur yang meminta pertolongan kepada orang-orang yang telah mati untuk menghilangkan kesusahan dan memenuhi kebutuhan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الرَّدُّ عَلَى عُبَّادِ الْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ الَّذِينَ يَتَعَلَّقُونَ بِالْمَخْلُوقِينَ فِي قَضَاءِ حَوَائِجِهِمُ الَّتِي لَا يَقْدِرُ عَلَيْهَا إِلَّا اللهُ.

1- Bantahan terhadap para penyembah nabi dan orang-orang shalih yang bergantung kepada makhluk dalam memenuhi kebutuhan mereka yang hanya Allah yang mampu melakukannya.

٢- أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يَطْلُبَ الْعَبْدُ إِلَّا مَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ.

2- Bahwa seorang hamba tidak boleh meminta kecuali apa yang dia mampu melakukannya.

٣- مُسَارَعَةُ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى امْتِثَالِ أَمْرِ رَبِّهِ وَتَبْلِيغِ رِسَالَتِهِ.

3- Kesegeraan Nabi ﷺ dalam mematuhi perintah Tuhannya dan menyampaikan risalah-Nya.

٤- أَنَّهُ لَا يُنْجِي مِنْ عَذَابِ اللهِ إِلَّا الْإِيمَانُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ لَا الِاعْتِمَادُ عَلَى مُجَرَّدِ الِانْتِسَابِ لِلْأَشْخَاصِ.

4- Bahwa tidak ada yang menyelamatkan dari azab Allah kecuali iman dan amal saleh, bukan hanya mengandalkan pada hubungan dengan orang-orang tertentu.

٥- إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِرَسُولِ اللهِ – ﷺ أَهْلُ طَاعَتِهِ وَمُتَابَعَتِهِ مِنْ قَرَابَتِهِ وَغَيْرِهِمْ.

5- Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ adalah orang yang taat dan mengikuti beliau, baik dari kerabatnya maupun yang lain.

٦- أَنَّ مُجَرَّدَ الْقَرَابَةِ مِنَ الرَّسُولِ – ﷺ لَا يَنْفَعُ بِدُونِ إِيمَانٍ وَعَمَلٍ صَالِحٍ وَعَقِيدَةٍ صَحِيحَةٍ.

6- Bahwa sekadar kekerabatan dengan Rasulullah ﷺ tidak bermanfaat tanpa iman, amal saleh, dan akidah yang benar.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ﴾ [سَبَأٍ: ٢٣] .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar", dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." [Saba': 23].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ حَالِ الْمَلَائِكَةِ الَّذِينَ هُمْ أَقْوَى وَأَعْظَمُ مِمَّنْ عُبِدَ مِنْ دُونِ اللهِ فَإِذَا كَانَ حَالُهُمْ مَعَ اللهِ مَا ذُكِرَ مِنْ هَيْبَتِهِمْ مِنْهُ وَخَشْيَتِهِمْ لَهُ فَكَيْفَ يُدْعَوْنَ مَعَ اللهِ فَغَيْرُهُمْ مِنْ بَابٍ أَوْلَى. فَفِي ذَلِكَ رَدٌّ عَلَى جَمِيعِ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَدْعُونَ مَعَ اللهِ مَنْ لَا يُدَانِي الْمَلَائِكَةَ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang keadaan para malaikat yang lebih kuat dan lebih agung daripada yang disembah selain Allah. Jika keadaan mereka bersama Allah seperti yang disebutkan, yaitu rasa takut dan khawatir mereka kepada-Nya, maka bagaimana mungkin mereka diseru bersama Allah? Maka selain mereka lebih utama lagi. Dalam hal itu terdapat bantahan terhadap semua orang-orang musyrik yang menyeru kepada selain Allah, yaitu mereka yang tidak sebanding dengan para malaikat.

فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ: أُزِيلَ الْفَزَعُ عَنْ قُلُوبِ الْمَلَائِكَةِ مِنَ الْغَشْيَةِ الَّتِي تُصِيبُهُمْ عِنْدَ سَمَاعِ كَلَامِ اللهِ بِالْوَحْيِ إِلَى جِبْرِيلَ.

Dihilangkan ketakutan dari hati mereka: Ketakutan dihilangkan dari hati para malaikat dari pingsan yang menimpa mereka ketika mendengar firman Allah melalui wahyu kepada Jibril.

قَالُوا: أَيْ قَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ اسْتِبْشَارًا: ﴿مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ﴾ [سَبَأٍ: ٢٣] .

Mereka berkata: Yakni sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya dengan gembira: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" [Saba': 23].

قَالُوا الْحَقَّ: أَيْ: قَالَ اللهُ الْحَقَّ.

Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar": Yakni: Allah berfirman yang benar.

وَهُوَ الْعَلِيُّ: الَّذِي لَهُ عُلُوُّ الْقَدْرِ وَعُلُوُّ الْقَهْرِ وَعُلُوُّ الذَّاتِ.

Dan Dialah Yang Maha Tinggi: Yang memiliki ketinggian kedudukan, ketinggian kekuasaan, dan ketinggian Dzat.

الْكَبِيرُ: أَيِ الَّذِي لَا أَكْبَرَ وَلَا أَعْظَمَ مِنْهُ ﵎.

Yang Mahabesar: Yaitu yang tidak ada yang lebih besar dan lebih agung daripada-Nya ﵎.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ اللهُ سُبْحَانَهُ عَنِ الْمَلَائِكَةِ أَنَّهَا إِذَا سَمِعَتِ الْوَحْيَ مِنَ اللهِ إِلَى جِبْرِيلَ فَزِعَتْ عِنْدَ ذَلِكَ تَعْظِيمًا وَهَيْبَةً وَأَرْعَدَتْ حَتَّى يُصِيبَهَا مِثْلُ الْغَشْيِّ، فَإِذَا أُزِيلَ الْفَزَعُ مِنْ قُلُوبِهِمْ أَخَذُوا يَتَسَاءَلُونَ فَيَقُولُونَ: ﴿مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ﴾؟ فَيَقُولُونَ: قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَالِي

Makna keseluruhan ayat: Allah Subhanahu memberitahukan tentang para malaikat bahwa ketika mereka mendengar wahyu dari Allah kepada Jibril, mereka merasa takut karena pengagungan dan kegentaran, dan gemetar hingga mereka mengalami semacam pingsan. Ketika rasa takut itu dihilangkan dari hati mereka, mereka mulai saling bertanya, "Apa yang dikatakan Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Dia mengatakan kebenaran dan Dialah Yang Mahatinggi."

فَوْقَ كُلِّ شَيْءٍ، الَّذِي لَا أَكْبَرَ مِنْهُ وَلَا أَعْظَمَ.

Di atas segala sesuatu, yang tidak ada yang lebih besar dan lebih agung darinya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى جَمِيعِ فِرَقِ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ مَعَ اللهِ مَنْ لَا يُدَانِي الْمَلَائِكَةَ وَلَا يُسَاوِيهِمْ فِي صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِمْ.

1- Bantahan terhadap semua kelompok musyrikin yang menyembah selain Allah, yang tidak sebanding dengan para malaikat atau menyamai mereka dalam sifat apapun.

٢- إِثْبَاتُ الْكَلَامِ لِلَّهِ ﷾ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

2- Menetapkan sifat berbicara bagi Allah ﷾ dengan apa yang sesuai dengan keagungan-Nya.

٣- أَنَّ كَلَامَ اللهِ ﷾ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، لِأَنَّهُمْ يَقُولُونَ: ﴿مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ﴾؟ لَمْ يَقُولُوا: مَاذَا خَلَقَ رَبُّكُمْ؟

3- Bahwa kalam Allah ﷾ tidak diciptakan, karena mereka berkata: "Apa yang dikatakan Tuhanmu?" Mereka tidak berkata: "Apa yang diciptakan Tuhanmu?"

٤- إِثْبَاتُ الْعُلُوِّ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ فَوْقَ مَخْلُوقَاتِهِ.

4- Menetapkan sifat ketinggian bagi Allah subhanahu di atas makhluk-Nya.

٥- إِثْبَاتُ عَظَمَةِ اللهِ.

5- Menetapkan keagungan Allah.

* * *

* * *

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خَضَعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ. حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ" وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ. وَصَفَهُ سُفْيَانُ بِكَفِّهِ فَحَرَّفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ: "فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ فَرُبَّمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ. فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا. فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سُمِعَتْ مِنَ السَّمَاءِ" (١) .

Dalam Shahih dari Abu Hurairah ﵁ dari Nabi ﷺ bersabda: "Apabila Allah telah menetapkan suatu perkara di langit, para malaikat menepuk sayap mereka dengan khusyuk karena firman-Nya seakan-akan rantai di atas batu licin yang menembus mereka. Hingga ketika rasa takut hilang dari hati mereka, mereka berkata: "Apa yang telah dikatakan Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Kebenaran, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar." Lalu pencuri pendengaran mendengarnya" dan pencuri pendengaran itu saling bertumpuk satu di atas yang lain. Sufyan menggambarkannya dengan tangannya lalu memiringkannya dan melebarkan jari-jarinya: "Lalu dia mendengar kalimat itu dan menyampaikannya kepada yang di bawahnya, kemudian yang lain menyampaikannya kepada yang di bawahnya hingga dia menyampaikannya ke lisan penyihir atau dukun. Terkadang dia disambar (oleh meteor) sebelum menyampaikannya, dan terkadang dia menyampaikannya sebelum disambar lalu dia berdusta bersamanya seratus kedustaan. Maka dikatakan: "Bukankah dia telah mengatakan kepada kita pada hari ini dan itu: begini dan begitu." Lalu dia dibenarkan dengan kalimat yang didengar dari langit itu." (1) .

ــ

ــ

سُفْيَانُ: هُوَ ابْنُ عُيَيْنَةَ بْنِ مَيْمُونٍ الهِلَالِيُّ ثِقَةٌ حَافِظٌ حُجَّةٌ مِنْ كِبَارِ الأَئِمَّةِ، مَاتَ سَنَةَ ١٩٨هـ.

Sufyan: Dia adalah Ibnu 'Uyainah bin Maimun Al-Hilali, seorang yang tsiqah (terpercaya), hafizh, hujjah (otoritatif), termasuk di antara imam besar. Wafat pada tahun 198 H.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ فِي صَحِيحِ البُخَارِيِّ.

Dalam Shahih: Yaitu dalam Shahih Al-Bukhari.

إِذَا قَضَى اللهُ الأَمْرَ: أَيْ إِذَا تَكَلَّمَ بِهِ.

Jika Allah telah menetapkan suatu perkara: Yakni jika Dia telah berbicara tentangnya.

خَضَعَانًا: بِفَتْحَتَيْنِ مِنَ الخُضُوعِ. وَرُوِيَ بِضَمِّ أَوَّلِهِ وَسُكُونِ ثَانِيهِ أَيْ خَاضِعِينَ.

Khadha'aanan: Dengan dua fathah dari kata khudhu' (kerendahan hati). Diriwayatkan juga dengan dhammah pada huruf pertama dan sukun pada huruf kedua, yakni khaadhi'iina (orang-orang yang merendahkan diri).

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٧٠١".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4701".

لِقَوْلِهِ: أَيْ لِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى.

Untuk firman-Nya: Yaitu firman Allah Ta'ala.

كَأَنَّهُ: أَيِ الصَّوْتُ الْمَسْمُوعُ.

Seolah-olah: Yaitu suara yang terdengar.

صَفْوَانٌ: هُوَ الْحَجَرُ الْأَمْلَسُ.

Shafwan: Ia adalah batu yang licin.

يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ: أَيْ يَخْلُصُ هَذَا الْقَوْلُ وَيَمْضِي فِي الْمَلَائِكَةِ.

Menembus mereka: Yaitu perkataan ini menembus dan berlalu pada para malaikat.

فَيَسْمَعُهَا: أَيِ الْكَلِمَةَ الَّتِي قَضَاهَا اللهُ.

Lalu ia mendengarnya: Yaitu kalimat yang telah Allah tetapkan.

مُسْتَرِقُ السَّمْعِ: الْمُخْتَطِفُ لِكَلَامِ الْمَلَائِكَةِ مِنَ الشَّيَاطِينِ.

Pencuri pendengaran: Setan yang mencuri pembicaraan para malaikat.

وَصَفَهُ: أَيْ وَصَفَ رُكُوبَ الشَّيَاطِينِ بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ حَتَّى يَصِلُوا إِلَى حَيْثُ يَسْمَعُونَ تَحَدُّثَ الْمَلَائِكَةِ بِالْأَمْرِ يَقْضِيهِ اللهُ.

Ia menggambarkannya: Yaitu menggambarkan para setan yang saling menumpuk satu sama lain hingga mereka sampai ke tempat di mana mereka mendengar para malaikat membicarakan perkara yang telah Allah tetapkan.

فَحَرَّفَهَا: أَمَالَهَا.

Lalu ia mengubahnya: Ia membelokkannya.

وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ: أَيْ فَرَّقَ بَيْنَهَا.

Dan mencerai-beraikannya di antara jari-jarinya: Yaitu memisah-misahkannya.

السَّاحِرُ: الَّذِي يَتَعَاطَى السِّحْرَ: وَهُوَ عِبَارَةٌ عَمَّا خَفِيَ وَلَطُفَ سَبَبُهُ مِنْ عَمَلِ الْعُقَدِ وَالرُّقَى وَغَيْرِهَا.

Penyihir: Orang yang melakukan sihir, yaitu istilah untuk sesuatu yang samar dan halus penyebabnya, seperti mengikat simpul, mantra, dan lainnya.

وَالْكَاهِنُ: هُوَ الَّذِي يُخْبِرُ عَنِ الْكَائِنَاتِ فِي مُسْتَقْبَلِ الزَّمَانِ وَيَدَّعِي مَعْرِفَةَ الْأَسْرَارِ.

Dan dukun: Yaitu orang yang mengabarkan tentang hal-hal yang akan terjadi di masa depan dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia.

أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ: أَيْ أَدْرَكَ الْمُسْتَرِقَ الشِّهَابُ: وَهُوَ الَّذِي يُرْمَى بِهِ قَبْلَ إِلْقَائِهَا فَيُحْرِقُهُ.

Meteor mengejarnya: Yaitu meteor mengejar pencuri pendengaran, dan itulah yang dilemparkan sebelum ia menyampaikannya sehingga membakarnya.

فَيَكْذِبُ: أَيِ السَّاحِرُ أَوِ الْكَاهِنُ.

Maka ia berdusta: Yaitu penyihir atau dukun.

مَعَهَا: أَيِ الْكَلِمَةَ الَّتِي أَلْقَاهَا.

Bersamanya: Yaitu kalimat yang ia sampaikan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ النَّبِيُّ –ﷺ عَنْ تَعْظِيمِ المَلَائِكَةِ لِكَلَامِ اللهِ وَمَا يَعْتَرِيهِمْ مِنَ الخَوْفِ وَتَسَاؤُلِهِمْ عَمَّا قَالَ رَبُّهُمْ وَإِجَابَةِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ. وَمَا تَعَلَّمَهُ الشَّيَاطِينُ الَّذِينَ يَخْتَطِفُونَ كَلَامَ

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ mengabarkan tentang pengagungan para malaikat terhadap kalam Allah dan apa yang menimpa mereka berupa rasa takut, pertanyaan mereka tentang apa yang dikatakan Rabb mereka, dan jawaban sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Dan apa yang dipelajari oleh syaitan-syaitan yang mencuri kalam

الْمَلَائِكَةُ فِي ذَلِكَ لِتُلْقِيَهُ إِلَى السَّحَرَةِ وَالْكُهَّانِ مِنَ النَّاسِ وَمَا تُلَاقِيهِ الشَّيَاطِينُ مِنَ الرَّمْيِ بِالشُّهُبِ حِينَئِذٍ، وَأَنَّهُ قَدْ يَتَمَكَّنُ الشَّيْطَانُ مِنْ إِيصَالِ الْكَلِمَةِ الْمَسْمُوعَةِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَى السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ –لِحِكْمَةٍ يَعْلَمُهَا اللهُ وَإِلَّا فَهُوَ سُبْحَانَهُ لَا يَفُوتُهُ شَيْءٌ- فَيُزَادُ مَعَ تِلْكَ الْكَلِمَةِ مِنْ قِبَلِ الشَّيْطَانِ أَوِ الْآدَمِيِّ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ كَذِبَةً وَتُذَاعُ كُلُّهَا فِي النَّاسِ فَيُصَدِّقُونَهَا كُلَّهَا بِسَبَبِ تِلْكَ الْكَلِمَةِ الْمَسْمُوعَةِ.

Para malaikat dalam hal itu untuk menyampaikannya kepada para penyihir dan peramal dari manusia, dan apa yang dihadapi oleh setan-setan dari lemparan meteor pada saat itu. Dan bahwa setan dapat menyampaikan kata yang didengar dari malaikat kepada penyihir atau peramal - karena hikmah yang diketahui Allah, jika tidak maka Dia Mahasuci tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya - maka ditambahkan pada kata itu dari setan atau manusia sembilan puluh sembilan kebohongan dan semuanya disebarkan di antara manusia, lalu mereka membenarkan semuanya karena kata yang didengar itu.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ. فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ هَذَا حَالُ الْمَلَائِكَةِ عِنْدَ سَمَاعِ كَلَامِ اللهِ مَعَ مَا أَعْطَاهُمُ اللهُ مِنَ الْقُوَّةِ عُلِمَ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ صَرْفُ شَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَةِ لَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ دُونَهُمْ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang musyrik. Karena jika ini adalah keadaan para malaikat ketika mendengar firman Allah dengan kekuatan yang Allah berikan kepada mereka, maka diketahui bahwa tidak boleh memalingkan sesuatu dari ibadah kepada mereka, lalu bagaimana dengan yang selain mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَعْبُدُونَ الْمَلَائِكَةَ وَالْأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang menyembah para malaikat, nabi, dan orang-orang shalih.

٢- تَعْظِيمُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَأَنَّهُ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

2- Mengagungkan Allah Yang Maha Suci dan bahwa Dia-lah yang berhak untuk disembah sendirian, tidak ada sekutu bagi-Nya.

٣- إِثْبَاتُ عُلُوِّ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ وَإِثْبَاتُ تَكَلُّمِهِ بِكَلَامٍ يُسْمَعُ.

3- Menetapkan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya dan menetapkan bahwa Dia berbicara dengan firman yang dapat didengar.

٤- إِبْطَالُ السِّحْرِ وَالْكِهَانَةِ وَإِنْ صَدُقَ الْكَاهِنُ وَالسَّاحِرُ فِي بَعْضِ الْأَحْيَانِ.

4- Membatalkan sihir dan perdukunan meskipun terkadang dukun dan penyihir itu benar.

٥- أَنَّ الْعِبْرَةَ بِالْغَالِبِ الْكَثِيرِ لَا بِالنَّادِرِ الْقَلِيلِ.

5- Bahwa yang menjadi pelajaran adalah yang sering terjadi dan banyak, bukan yang jarang dan sedikit.

* * *

* * *

وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "إِذَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يُوحِيَ بِالْأَمْرِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ أَخَذَتِ السَّمَاوَاتُ مِنْهُ رَجْفَةً" أَوْ قَالَ: "رَعْدَةً شَدِيدَةً خَوْفًا مِنَ اللهِ ﷿، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمَاوَاتِ صَعِقُوا أَوْخَرُّوا سُجَّدًا فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ فَيُكَلِّمُهُ اللهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ. ثُمَّ يَمُرُّ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ جِبْرِيلُ: قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِبْرِيلُ. فَيَنْتَهِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللهُ ﷿" (١) .

Dari An-Nawwas bin Sim'an ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Jika Allah Ta'ala hendak mewahyukan suatu perkara, Dia berbicara dengan wahyu, lalu langit-langit berguncang karenanya" atau beliau bersabda: "berguncang dengan keras karena takut kepada Allah ﷿. Jika penduduk langit mendengar hal itu, mereka pingsan atau tersungkur bersujud. Yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, lalu Allah berbicara kepadanya dengan wahyu-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap kali melewati satu langit, para malaikatnya bertanya: Apa yang dikatakan Rabb kita wahai Jibril? Jibril menjawab: Dia mengatakan yang haq dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Mereka semua mengatakan seperti apa yang dikatakan Jibril. Lalu Jibril sampai dengan wahyu itu ke tempat yang diperintahkan Allah ﷿" (1).

ــ

ــ

النَّوَّاسُ: هُوَ النَّوَّاسُ بْنُ سِمْعَانَ -بِكَسْرِ السِّينِ- ابْنُ خَالِدٍ الْكِلَابِيُّ صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ ﵁.

An-Nawwas: Dia adalah An-Nawwas bin Sim'an -dengan kasrah pada huruf sin- bin Khalid Al-Kilabi, seorang sahabat yang mulia ﵁.

الْوَحْيُ: أَيْ: كَلَامُ اللهِ الْمُنَزَّلُ عَلَى نَبِيٍّ مِنْ أَنْبِيَائِهِ.

Wahyu: Yaitu: firman Allah yang diturunkan kepada seorang nabi dari para nabi-Nya.

أَخَذَتِ السَّمَاوَاتُ: أَيْ أَصَابَ السَّمَاوَاتِ.

Langit-langit diambil: Yaitu langit-langit ditimpa.

رَجْفَةً: بِالرَّفْعِ فَاعِلُ أَخَذَتْ. أَيِ ارْتَجَفَتْ وَاضْطَرَبَتْ.

Guncangan: Dengan rafa' sebagai fa'il (subjek) dari kata kerja akhadzat. Artinya berguncang dan bergetar.

خَوْفًا مِنَ اللهِ: لِأَنَّهَا تَخَافُ مِنَ اللهِ بِمَا جُعِلَ فِيهَا مِنَ الْإِحْسَاسِ وَالْمَعْرِفَةِ بِاللهِ.

Karena takut kepada Allah: Karena ia takut kepada Allah dengan apa yang telah dijadikan padanya berupa perasaan dan pengetahuan tentang Allah.

صَعِقُوا: الصَّعْقُ الْغَشْيُ.

Mereka pingsan: Ash-Sha'q berarti pingsan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي التَّوْحِيدِ رَقْمَ "٢٠٦" وَابْنُ أَبِي عَاصِمٍ فِي السُّنَّةِ رَقْمَ "٥١٥" وَالْآجُرِّيُّ فِي الشَّرِيعَةِ.
(1) Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid nomor "206", Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah nomor "515", dan Al-Ajurri dalam Asy-Syari'ah.

خَرُّوا: خَرَّ: سَقَطَ مِنْ أَعْلَى، وَالْمُرَادُ هُنَا انْحَطُّوا بِالسُّجُودِ.

kharru: kharra: jatuh dari atas, dan yang dimaksud di sini adalah bersujud.

أَوَّلُ: بِالْفَتْحِ خَبَرُ يَكُونُ.

awwalu: dengan fathah adalah khabar yakunu.

إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللهُ: مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Ke mana Allah memerintahkannya: dari langit dan bumi.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ نَبِيُّ اللهِ –ﷺ عَنْ عَظَمَةِ رَبِّهِ ﷿ بِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ إِذَا تَكَلَّمَ بِمَا شَاءَ مِنْ وَحْيِهِ، فَإِنَّهُ يُصِيبُ السَّمَاوَاتِ ارْتِجَافٌ وَحَرَكَةٌ شَدِيدَةٌ مِنْ خَوْفِ اللهِ ﷿ لِمَعْرِفَتِهَا بِعَظَمَةِ اللهِ، فَإِذَا سَمِعَتِ الْمَلَائِكَةُ كَلَامَ اللهِ ﷿ غُشِيَ عَلَيْهِمْ وَانْحَطُّوا بِالسُّجُودِ تَعْظِيمًا لِلَّهِ وَخَوْفًا مِنْهُ، ثُمَّ يَكُونُ جِبْرِيلُ ﵇ أَوْ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْهُمْ لِأَنَّهُ السَّفِيرُ بَيْنَ اللهِ وَبَيْنَ رُسُلِهِ، فَيُكَلِّمُهُ اللهُ بِمَا شَاءَ مِنْ أَمْرِهِ، ثُمَّ يَمُرُّ جِبْرِيلُ عَلَى مَلَائِكَةِ السَّمَاوَاتِ فَيَسْأَلُونَهُ عَمَّا قَالَ اللهُ؟ فَيُجِيبُهُمْ بِقَوْلِهِ: "قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ" فَيَقُولُونَ مِثْلَ مَا قَالَ، ثُمَّ يَمْضِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ فَيُبَلِّغُهُ إِلَى مَنْ أَمَرَهُ اللهُ بِتَبْلِيغِهِ إِيَّاهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Allah –ﷺ mengabarkan tentang keagungan Tuhannya ﷿ bahwa Dia Mahasuci jika berbicara dengan apa yang Dia kehendaki dari wahyu-Nya, maka langit akan gemetar dan bergerak hebat karena takut kepada Allah ﷿ karena mengetahui keagungan Allah. Ketika para malaikat mendengar firman Allah ﷿, mereka pingsan dan bersujud untuk mengagungkan Allah dan takut kepada-Nya. Kemudian Jibril ﵇ atau siapa pun di antara mereka yang mengangkat kepalanya karena dia adalah utusan antara Allah dan rasul-Nya, maka Allah berbicara kepadanya dengan apa yang Dia kehendaki dari perintah-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat langit dan mereka bertanya kepadanya tentang apa yang Allah katakan? Maka dia menjawab mereka dengan mengatakan: "Dia mengatakan kebenaran dan Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." Lalu mereka mengatakan seperti apa yang dia katakan. Kemudian Jibril pergi dengan wahyu dan menyampaikannya kepada siapa yang Allah perintahkan untuk menyampaikannya kepadanya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ مَا فِي النُّصُوصِ قَبْلَهُ مِنْ بَيَانِ عَظَمَةِ اللهِ وَخَوْفِ الْمَلَائِكَةِ وَالسَّمَاوَاتِ مِنْهُ، فَفِيهِ الرَّدُّ عَلَى مَنْ عَبَدَ غَيْرَ اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat apa yang ada dalam nash-nash sebelumnya tentang penjelasan keagungan Allah dan ketakutan para malaikat dan langit kepada-Nya, maka di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang yang menyembah selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مَعَ اللهِ آلِهَةً مِنْ مَخْلُوقَاتِهِ.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang menjadikan sesembahan selain Allah dari makhluk-makhluk-Nya.

٢- بَيَانُ عَظَمَةِ اللهِ جَلَّ وَعَلَا وَاسْتِحْقَاقِهِ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ.

2- Penjelasan keagungan Allah ﷻ dan kelayakan-Nya untuk disembah sendirian.

٣- إِثْبَاتُ أَنَّ اللهَ يَتَكَلَّمُ مَتَى شَاءَ بِمَا يَشَاءُ كَيْفَ يَشَاءُ.

3- Penetapan bahwa Allah berbicara kapan Dia berkehendak, dengan apa yang Dia kehendaki, bagaimana Dia kehendaki.

٤- إِثْبَاتُ عُلُوِّ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ.

4- Penetapan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya.

٥- فَضْلُ جِبْرِيلَ ﵇.

5- Keutamaan Jibril ﵇.

بَابُ الشَّفَاعَةِ

بَابُ الشَّفَاعَةِ

Bab Syafaat

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُواْ إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلاَ شَفِيعٌ﴾ [الأنعام: ١٥١] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan berilah peringatan dengannya (Al-Qur'an) kepada orang yang takut akan dikumpulkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), bagi mereka tidak ada pelindung dan pemberi syafaat selain Dia." [Al-An'am: 151].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ المُشْرِكُونَ يُبَرِّرُونَ مَا هُمْ عَلَيْهِ مِنَ الشِّرْكِ مِنْ دُعَاءِ المَلَائِكَةِ وَالأَنْبِيَاءِ وَالأَوْلِيَاءِ، وَيَقُولُونَ نَحْنُ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ مَخْلُوقُونَ وَلَكِنَّهُمْ لَهُمْ جَاهٌ عِنْدَ اللهِ فَنَحْنُ نُرِيدُ مِنْهُمْ أَنْ يَشْفَعُوا لَنَا عِنْدَ اللهِ، أَرَادَ المُصَنِّفُ ﵀ بِهَذَا البَابِ إِقَامَةَ الحُجَجِ عَلَى أَنَّ ذَلِكَ هُوَ عَيْنُ الشِّرْكِ الَّذِي نَهَى اللهُ عَنْهُ، وَأَبْطَلَ كُلَّ وَسِيلَةٍ تُؤَدِّي إِلَيْهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Bahwa ketika orang-orang musyrik membenarkan kemusyrikan yang mereka lakukan dengan berdoa kepada para malaikat, nabi, dan wali, dan mereka berkata, "Kami tahu bahwa mereka adalah makhluk, tetapi mereka memiliki kedudukan di sisi Allah, maka kami ingin mereka memberi syafaat bagi kami di sisi Allah." Penulis ﵀ ingin menegakkan hujjah melalui bab ini bahwa hal tersebut adalah syirik yang dilarang oleh Allah dan membatalkan setiap sarana yang mengarah kepadanya.

الشَّفَاعَةُ: مَصْدَرُ شَفَعَ بِمَعْنَى ضَمَّ الشَّيْءَ إِلَى مِثْلِهِ -تَقُولُ: شَفَعْتُ الشَّيْءَ شَفْعًا بِمَعْنَى ضَمَمْتُهُ إِلَى الفَرْدِ. وَشَفَعَ فِيهِ أَعَانَهُ فِي تَحْصِيلِ مَطْلَبِهِ مِمَّنْ هُوَ عِنْدَهُ.

Syafaat: Kata benda dari kata kerja syafa'a yang berarti menggabungkan sesuatu dengan sejenisnya. Anda berkata, "Syafa'tu asy-syai'a syaf'an" yang berarti saya menggabungkannya dengan yang tunggal. Dan syafa'a fihi berarti dia membantunya dalam memperoleh permintaannya dari orang yang dimintai.

وَأَنذِرْ: الإِنذَارُ هُوَ: الإِعلَامُ بِمَوضِعِ المَخَافَةِ وَالتَّحذِيرُ مِنهَا.

Dan berilah peringatan: Al-Indzar adalah: Memberitahukan tentang tempat yang menakutkan dan memperingatkan darinya.

بِهِ: أَيْ: بِالقُرآنِ.

Dengannya: Yaitu: Dengan Al-Qur'an.

يَخَافُونَ: يَخشَوْنَ.

Mereka takut: Mereka khawatir.

أَن يُحشَرُوا: يُجمَعُوا وَيُبعَثُوا.

Bahwa mereka akan dikumpulkan: Dikumpulkan dan dibangkitkan.

لَيسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ: فِي مَوضِعِ نَصبٍ عَلَى الحَالِ أَيْ؛ مُتَخَلِّينَ مِن كُلِّ وَلِيٍّ يَنصُرُهُم وَشَفِيعٍ يَشفَعُ لَهُم.

Tidak ada bagi mereka selain-Nya pelindung dan tidak pula pemberi syafaat: Dalam posisi nashab sebagai hal yaitu; terlepas dari setiap wali yang menolong mereka dan pemberi syafaat yang memberi syafaat kepada mereka.

المَعنَى الإِجمَالِيُّ لِلآيَةِ: يَقُولُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ ﷺ: خَوِّفْ بِالقُرآنِ

Makna global ayat: Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya ﷺ: Takut-takutilah dengan Al-Qur'an

الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم مِنْ أَصْحَابِ الْقُلُوبِ الْوَاعِيَةِ الَّذِينَ يَتَذَكَّرُونَ الْوُقُوفَ بَيْنَ يَدَيْ رَبِّهِم مُتَخَلِّينَ عَنْ كُلِّ قَرِيبٍ يَنصُرُهُمْ وَوَاسِطَةٍ تَشْفَعُ لَهُمْ –عِنْدَهُ- بِغَيْرِ إِذْنِهِ لَعَلَّهُمْ يُعِدُّونَ الْعُدَّةَ لِذَلِكَ فَيَعْمَلُونَ فِي هَذِهِ الدَّارِ عَمَلًا يُنَجِّيهِمُ اللهُ بِهِ مِنْ عَذَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Mereka yang takut kepada Tuhan mereka adalah orang-orang yang memiliki hati yang sadar, yang mengingat berdiri di hadapan Tuhan mereka, meninggalkan setiap kerabat yang menolong mereka dan perantara yang memberi syafaat kepada mereka - di sisi-Nya - tanpa izin-Nya, agar mereka mempersiapkan bekal untuk itu dan beramal di dunia ini dengan amalan yang menyelamatkan mereka dari azab Allah pada hari kiamat.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا الرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَدْعُونَ الْأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ يَطْلُبُونَ مِنْهُمُ الشَّفَاعَةَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang musyrik yang menyeru para nabi dan orang-orang saleh meminta syafaat dari mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَتَقَرَّبُونَ إِلَى الْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ يَطْلُبُونَ مِنْهُمُ الشَّفَاعَةَ.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mendekatkan diri kepada para nabi dan orang-orang saleh meminta syafaat dari mereka.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ الْوَعْظِ وَالتَّذْكِيرِ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ.

2- Disyariatkannya memberi nasihat dan peringatan tentang hari kiamat.

٣- أَنَّ الْمُؤْمِنِينَ هُمُ الَّذِينَ يَنْتَفِعُونَ بِالْمَوْعِظَةِ.

3- Bahwa orang-orang beriman adalah mereka yang mengambil manfaat dari nasihat.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا﴾ [الزمر: ٤٤] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah, "Hanya milik Allah syafaat itu semuanya."" [Az-Zumar: 44].

وَقَوْلُهُ: ﴿مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: ٢٥٥] .

Dan firman-Nya: "Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya?" [Al-Baqarah: 255].

ــ

ــ

لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ: أَيْ: هِيَ مِلْكٌ لِلَّهِ فَلَيْسَ لِمَن تَطْلُبُونَهَا مِنْهُمْ شَيْءٌ مِنْهَا.

Hanya milik Allah syafaat: yaitu, syafaat adalah milik Allah, maka tidak ada bagi mereka yang kalian minta syafaat darinya sedikit pun dari syafaat tersebut.

جَمِيعًا: حَالٌ مُؤَكِّدَةٌ.

Semuanya: hal (keterangan kondisi) yang menguatkan.

مَن ذَا الَّذِي: أَيْ لَا أَحَدَ.

Siapakah yang: yakni tidak ada seorang pun.

يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ: لَهُ فِيهَا، فَلَا أَحَدٌ يَتَكَلَّمُ بِشَفَاعَةٍ وَلَا غَيْرِهَا إِلاَّ إِذَا أَذِنَ اللهُ تَعَالَى لَهُ فِي الْكَلَامِ.

Memberi syafaat di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya: bagi-Nya dalam hal itu. Maka tidak ada seorang pun yang berbicara dengan syafaat atau lainnya kecuali jika Allah Ta'ala mengizinkannya untuk berbicara.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: يَأْمُرُ اللهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَقُولَ لِلَّذِينَ يَتَعَلَّقُونَ عَلَى الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ يَطْلُبُونَ مِنْهُمُ الشَّفَاعَةَ: لَيْسَ لِمَن تَدْعُونَهُم مِنَ الشَّفَاعَةِ شَيْءٌ، إِنَّمَا هِيَ كُلُّهَا مِلْكٌ لِلَّهِ لَا يَسْتَطِيعُ أَحَدٌ شَفَاعَةً لِأَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، فَلَا أَحَدٌ يَمْلِكُ أَنْ يَتَكَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ إِذَا أَذِنَ اللهُ ﷾ لَهُ فِي الْكَلَامِ.

Makna umum dari kedua ayat: Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang yang bergantung pada para wali dan orang-orang saleh meminta syafaat dari mereka: Tidak ada bagi mereka yang kalian seru sedikit pun dari syafaat, sesungguhnya syafaat itu seluruhnya adalah milik Allah. Tidak ada seorang pun yang mampu memberi syafaat kepada siapa pun kecuali dengan izin-Nya. Maka tidak ada seorang pun yang memiliki (kemampuan) untuk berbicara pada hari Kiamat kecuali jika Allah ﷾ mengizinkannya untuk berbicara.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِمَا الرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الشُّفَعَاءَ مِنْ دُونِ اللهِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَصْنَامِ الْمُصَوَّرَةِ عَلَى صُوَرِ الصَّالِحِينَ، يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ يَمْلِكُونَ مِنَ الشَّفَاعَةِ شَيْئًا فَيَسْتَطِيعُونَ أَنْ يَشْفَعُوا عِنْدَ اللهِ ﷾ بِغَيْرِ إِذْنِهِ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mengambil pemberi syafaat selain Allah dari kalangan malaikat, nabi-nabi, dan berhala-berhala yang dibentuk menyerupai orang-orang saleh, mereka menyangka bahwa mereka memiliki sesuatu dari syafaat sehingga mampu memberi syafaat di sisi Allah ﷾ tanpa izin-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الشَّفَاعَةَ مِنَ الْمَخْلُوقِينَ.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang meminta syafaat dari makhluk-makhluk.

٢- أَنَّ الشَّفَاعَةَ مِلْكٌ لِلَّهِ وَحْدَهُ فَيَجِبُ طَلَبُهَا مِنْهُ وَحْدَهُ.

2- Bahwa syafaat adalah milik Allah semata, maka wajib memintanya hanya kepada-Nya.

٣- بَيَانُ عَظَمَةِ اللهِ وَكِبْرِيَائِهِ وَخُضُوعُ جَمِيعِ الْخَلْقِ لِسُلْطَانِهِ.

3- Menyatakan keagungan Allah dan kebesaran-Nya serta ketundukan seluruh makhluk kepada kekuasaan-Nya.

٤- فِي الْآيَةِ الثَّانِيَةِ إِثْبَاتُ الشَّفَاعَةِ لِمَنْ أَذِنَ اللهُ لَهُ بِهَا.

4- Dalam ayat kedua terdapat penetapan syafaat bagi orang yang diizinkan Allah untuk memberikannya.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللهُ لِمَن يَشَاء وَيَرْضَى﴾ [النجم: ٢٦] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan berapa banyak malaikat di langit yang syafaatnya tidak berguna sedikit pun kecuali setelah Allah mengizinkan bagi siapa yang Dia kehendaki dan ridhai." [An-Najm: 26].

ــ

ــ

كَم: خَبَرِيَّةٌ فِي مَوْضِعِ رَفْعٍ عَلَى الِابْتِدَاءِ. وَمَعْنَاهَا: كَثِيرٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ.

Kam: khabariyah (kata tanya) dalam posisi rafa' sebagai mubtada'. Maknanya: banyak dari para malaikat.

لَا تُغْنِي: لَا تُجْدِي وَلَا تَنْفَعُ. فِي مَوْضِعِ رَفْعٍ خَبَرُ الْمُبْتَدَأِ.

Laa tughnii: tidak bermanfaat dan tidak berguna. Dalam posisi rafa' sebagai khabar mubtada'.

إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللهُ: لَهُمْ فِي الشَّفَاعَةِ.

Illaa min ba'di an ya'dzanallahu: bagi mereka dalam memberi syafaat.

لِمَن يَشَاءُ: مِنْ عِبَادِهِ.

Liman yasyaa'u: dari hamba-hamba-Nya.

وَيَرْضَى: عَنْهُ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ.

Wa yardhaa: tentangnya, perkataannya dan perbuatannya.

مَعْنَى الْآيَةِ إِجْمَالًا: يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّ كَثِيرًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ مَعَ مَكَانَتِهِمْ عِنْدَهُ لَا تُجْدِي شَفَاعَتُهُمْ فِي أَحَدٍ شَيْئًا، وَلَا تَنْفَعُهُ إِلَّا إِذَا أَذِنَ اللهُ لَهُمْ أَن يَشْفَعُوا فِيمَن يَشَاءُ الشَّفَاعَةَ لَهُ مِنْ عِبَادِهِ، وَكَانَ الْمَشْفُوعُ فِيهِ مِمَّن رَضِيَ اللهُ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ بِأَن يَكُونَ سَالِمًا مِنَ الشِّرْكِ قَلِيلِهِ وَكَثِيرِهِ، وَإِذَا كَانَ هَذَا فِي حَقِّ الْمَلَائِكَةِ فَغَيْرُهُمْ مِن بَابِ أَوْلَى.

Makna ayat secara global: Allah Ta'ala mengabarkan bahwa banyak dari para malaikat meskipun kedudukan mereka di sisi-Nya, syafaat mereka tidak bermanfaat bagi seseorang sedikit pun, dan tidak berguna baginya kecuali jika Allah mengizinkan mereka untuk memberi syafaat kepada siapa yang Dia kehendaki syafaat untuknya dari hamba-hamba-Nya, dan orang yang diberi syafaat termasuk orang yang Allah ridhai perkataan dan perbuatannya dengan menjadi orang yang selamat dari syirik, baik sedikit maupun banyak. Jika ini berlaku bagi para malaikat, maka selain mereka lebih utama lagi.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا الرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الشَّفَاعَةَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْمَخْلُوقِينَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang musyrik yang meminta syafaat dari para malaikat dan makhluk lainnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَتَقَرَّبُونَ إِلَى الْمَخْلُوقِينَ يَطْلُبُونَ مِنْهُمُ الشَّفَاعَةَ.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mendekatkan diri kepada makhluk untuk meminta syafaat dari mereka.

٢- أَنَّ الشَّفَاعَةَ مِلْكٌ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا تُطْلَبُ إِلَّا مِنْهُ.

2- Bahwa syafaat adalah milik Allah semata, tidak boleh diminta kecuali kepada-Nya.

٣- أَنَّ الشَّفَاعَةَ لَا تَنْفَعُ إِلَّا بِشَرْطَيْنِ:

3- Bahwa syafaat tidak bermanfaat kecuali dengan dua syarat:

الشَّرْطُ الأَوَّلُ: إِذْنُ الرَّبِّ لِلشَّافِعِ أَنْ يَشْفَعَ.

Syarat pertama: izin Tuhan kepada pemberi syafaat untuk memberi syafaat.

الشَّرْطُ الثَّانِي: رِضَاهُ عَنِ الْمَشْفُوعِ فِيهِ بِأَنْ يَكُونَ مِنْ أَهْلِ التَّوْحِيدِ وَالْإِخْلَاصِ.

Syarat kedua: keridhaan-Nya terhadap orang yang diberi syafaat, yaitu ia harus termasuk ahli tauhid dan ikhlas.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ﴾ الْآيَتَيْنِ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah (Muhammad), "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi," dua ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَتَيْنِ: قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ، وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ﴾ [سَبَأ: ٢٢، ٢٣] .

Kelengkapan dua ayat tersebut adalah firman Allah Ta'ala: "dan mereka tidak mempunyai suatu kesyirikan pun dalam keduanya (langit dan bumi), dan Dia tidak mempunyai penolong dari mereka, dan syafaat (pertolongan) itu tidak berguna di sisi-Nya, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, \"Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?\" Mereka menjawab, \"(Perkataan) yang benar,\" dan Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar." [Saba': 22-23].

قُلْ: أَيْ: لِلْمُشْرِكِينَ.

Katakanlah: yaitu kepada orang-orang musyrik.

زَعَمْتُم: أَيْ: زَعَمْتُمُوهُمْ آلِهَةً.

Kamu anggap: yaitu kamu anggap mereka sebagai tuhan-tuhan.

مِن دُونِ اللهِ: أَيْ: غَيْرَهُ لِيَنفَعُوكُم بِزَعْمِهِمْ.

Selain Allah: yaitu selain-Nya untuk memberi manfaat kepada kalian menurut anggapan mereka.

مِن دُونِ اللهِ: أَيْ: غَيْرَهُ لِيَنفَعُوكُم بِزَعْمِكُمْ.

Selain Allah: yaitu selain-Nya untuk memberi manfaat kepada kalian menurut anggapan kalian.

مِثْقَالَ: وَزْنَ.

Seberat: ukuran berat.

ذَرَّةٍ: مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ، وَالْمُرَادُ بِالذَّرَّةِ النَّمْلَةُ الصَّغِيرَةُ. وَيُقَالُ لِكُلِّ جُزْءٍ مِنْ أَجْزَاءِ الْهَبَاءِ ذَرَّةٌ.

Zarrah: dari kebaikan atau keburukan, dan yang dimaksud dengan zarrah adalah semut kecil. Dan dikatakan untuk setiap bagian dari debu adalah zarrah.

شِرْكٌ: شَرِكَةٌ مَعَ اللهِ.

Syirik: bersekutu dengan Allah.

مِنْهُمْ: مِنَ الآلِهَةِ.

Dari mereka: dari tuhan-tuhan.

مِنْ ظَهِيرٍ: مُعِينٌ يُعِينُهُ عَلَى تَدْبِيرِ أَمْرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ.

Dari pembantu: penolong yang membantunya dalam mengatur urusan langit dan bumi.

وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ: أَيْ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى رَدٌّ لِقَوْلِهِمْ: إِنَّ آلِهَتَهُمْ تَشْفَعُ عِنْدَهُ.

Dan syafaat tidak bermanfaat di sisi-Nya: yaitu di sisi Allah Ta'ala, sebagai bantahan terhadap perkataan mereka: bahwa tuhan-tuhan mereka memberi syafaat di sisi-Nya.

إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ: أَنْ يَشْفَعَ لِغَيْرِهِ.

Kecuali bagi yang Dia izinkan: untuk memberi syafaat kepada orang lain.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: يَأْمُرُ اللهُ سُبْحَانَهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَقُولَ لِلْمُشْرِكِينَ عَلَى وَجْهِ التَّحَدِّي: اطْلُبُوا مِنْ آلِهَتِكُمُ الَّتِي زَعَمْتُمْ أَنَّهَا تَنْفَعُكُمْ وَتَكْشِفُ

Makna keseluruhan dari dua ayat: Allah Subhanahu memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik dengan nada menantang: Mintalah kepada tuhan-tuhan kalian yang kalian klaim dapat memberi manfaat kepada kalian dan menyingkap...

الضُّرَّ عَنْكُمْ. فَإِنَّهُمْ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لِأَنَّهُمْ لَا يَمْلِكُونَ مِنَ الْكَوْنِ وَزْنَ أَصْغَرِ نَمْلَةٍ مُلْكًا مُسْتَقِلًّا، وَلَيْسَ لَهُمْ فِي الْكَوْنِ أَدْنَىٰ شِرْكَةٍ مَعَ اللهِ، وَلَيْسَ مِنْهُمْ أَحَدٌ يُعِينُ اللهَ فِي تَصْرِيفِ الْأُمُورِ، وَلَا يَقْدِرُونَ عَلَى التَّقَدُّمِ بَيْنَ يَدَيْهِ فِي الشَّفَاعَةِ لَكُمْ إِلَّا إِذَا أَذِنَ لَهُمْ بِذَٰلِكَ وَهُوَ، لَا يَأْذَنُ بِالشَّفَاعَةِ لِمُشْرِكٍ، فَهُمْ لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا اسْتِقْلَالًا وَلَا يُشَارِكُونَ فِي الْمُلْكِ وَلَا يُعَاوِنُونَ الْمَالِكَ وَلَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ عِنْدَهُ بِغَيْرِ إِذْنِهِ. فَبَطُلَتْ عِبَادَتُهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ.

Keburukan dari Anda. Mereka tidak mampu melakukan itu karena mereka tidak memiliki kekuasaan independen atas alam semesta sebesar semut terkecil pun, dan mereka tidak memiliki sedikit pun persekutuan dengan Allah di alam semesta, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang membantu Allah dalam mengatur urusan, dan mereka tidak mampu untuk maju di hadapan-Nya dalam memberikan syafaat kepada Anda kecuali jika Dia mengizinkan mereka untuk itu, dan Dia tidak mengizinkan syafaat bagi orang musyrik, maka mereka tidak memiliki sesuatu pun secara independen dan tidak bersekutu dalam kekuasaan dan tidak membantu Pemilik dan tidak memiliki syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Maka batallah ibadah kepada mereka selain Allah.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِمَا الرَّدَّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَتَقَرَّبُونَ إِلَى الْأَوْلِيَاءِ، يَطْلُبُونَ مِنْهُمُ الشَّفَاعَةَ وَيَدْعُونَهُمْ لِجَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضُّرِّ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mendekatkan diri kepada para wali, meminta syafaat dari mereka dan menyeru mereka untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Apa yang dapat diambil dari dua ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَدْعُونَ مَعَ اللهِ آلِهَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَغَيْرِهِمْ، يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ يَمْلِكُونَ لَهُمْ نَفْعًا أَوْ يَدْفَعُونَ عَنْهُمْ ضَرًّا.

1- Bantahan terhadap orang-orang musyrik yang menyeru bersama Allah sesembahan-sesembahan dari para malaikat dan selain mereka, mereka mengklaim bahwa mereka memiliki manfaat bagi mereka atau menolak bahaya dari mereka.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ مُحَاجَّةِ الْمُشْرِكِينَ لِإِبْطَالِ الشِّرْكِ وَمُنَاظَرَتِهِمْ فِي ذَٰلِكَ.

2- Disyariatkannya berdebat dengan orang-orang musyrik untuk membatalkan kesyirikan dan berdiskusi dengan mereka tentang hal itu.

٣- قَطْعُ الْأَسْبَابِ الَّتِي يَتَعَلَّقُ بِهَا الْمُشْرِكُونَ، وَذَٰلِكَ أَنَّ الْمُشْرِكَ إِنَّمَا يَتَّخِذُ مَعْبُودَهُ لِمَا يَحْصُلُ لَهُ مِنَ النَّفْعِ. وَالنَّفْعُ لَا يَكُونُ إِلَّا مِمَّنْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ أَرْبَعٍ:

3- Memutus sebab-sebab yang dijadikan pegangan oleh orang-orang musyrik, yaitu bahwa orang musyrik hanya menjadikan sesembahan mereka karena manfaat yang mereka dapatkan darinya. Dan manfaat itu hanya bisa didapatkan dari yang memiliki salah satu dari empat sifat:

الْأُولَىٰ: إِمَّا أَنْ يَكُونَ مَالِكًا لِمَا يُرِيدُهُ مِنْهُ عَابِدُهُ.

Pertama: Bisa jadi ia adalah pemilik apa yang diinginkan oleh penyembahnya.

الثَّانِيَةُ: وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ شَرِيكًا لِلْمَالِكِ.

Kedua: Atau ia adalah sekutu bagi pemilik.

الثَّالِثَةُ: وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ ظَهِيرًا أَوْ مُعِينًا لَهُ.

Ketiga: Atau ia adalah pendukung atau penolong baginya.

الرَّابِعَةُ: وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ شَفِيعًا عِنْدَهُ.

Keempat: Atau ia adalah pemberi syafaat di sisi-Nya.

وَقَدْ نَفَىٰ ﷾ هَٰذِهِ الْأَسْبَابَ الْأَرْبَعَةَ فِي آلِهَةِ الْمُشْرِكِينَ. فَبَطُلَتْ عِبَادَتُهَا.

Dan Allah ﷾ telah menafikan keempat sebab ini pada sesembahan orang-orang musyrik. Maka batallah penyembahan terhadapnya.

٤- إِثْبَاتُ الشَّفَاعَةِ الَّتِي تَكُونُ بِإِذْنِ اللهِ.

4- Menetapkan syafaat yang terjadi dengan izin Allah.

٥- أَنَّ الْمُشْرِكِينَ لَا تَنْفَعُهُمُ الشَّفَاعَةُ؛ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَأْذَنُ فِيهَا لِمُشْرِكٍ.

5- Bahwa orang-orang musyrik tidak mendapat manfaat dari syafaat; karena Allah Ta'ala tidak mengizinkannya untuk orang musyrik.

* * *

* * *

قَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ: نَفَى اللهُ عَمَّا سِوَاهُ كُلَّ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْمُشْرِكُونَ، فَنَفَى أَنْ يَكُونَ لِغَيْرِهِ مُلْكٌ أَوْ قِسْطٌ مِنْهُ، أَوْ يَكُونَ عَوْنًا لِلَّهِ، وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا الشَّفَاعَةُ، فَبَيَّنَ أَنَّهَا لَا تَنْفَعُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّبُّ، كَمَا قَالَ: ﴿وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى﴾ [الْأَنْبِيَاءِ: ٢٨] .

Abu Al-Abbas berkata: Allah menafikan dari selain-Nya segala sesuatu yang dikaitkan oleh orang-orang musyrik kepada-Nya. Dia menafikan adanya kepemilikan, bagian, atau pertolongan bagi selain-Nya terhadap Allah. Yang tersisa hanyalah syafaat, maka Dia menjelaskan bahwa syafaat tidak bermanfaat kecuali bagi orang yang diizinkan oleh Ar-Rabb, sebagaimana firman-Nya: "Dan mereka tidak memberi syafaat kecuali kepada orang yang diridhai-Nya" [Al-Anbiya': 28].

فَهَذِهِ الشَّفَاعَةُ الَّتِي يَظُنُّهَا الْمُشْرِكُونَ هِيَ مُنْتَفِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَمَا نَفَاهَا الْقُرْآنُ، وَأَخْبَرَ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّهُ يَأْتِي فَيَسْجُدُ لِرَبِّهِ وَيَحْمَدُهُ لَا يَبْدَأُ بِالشَّفَاعَةِ أَوَّلًا- ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَسَلْ تُعْطَ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ (١) .

Maka syafaat yang disangka oleh orang-orang musyrik ini tidak ada pada hari Kiamat sebagaimana Al-Qur'an menafikannya. Nabi ﷺ mengabarkan bahwa beliau datang lalu bersujud kepada Rabbnya dan memuji-Nya, tidak memulai dengan syafaat terlebih dahulu. Kemudian dikatakan kepadanya: Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya didengar, mintalah niscaya diberi, berilah syafaat niscaya diterima syafaatmu (1).

وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ؟ قَالَ: "مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ" (٢) .

Abu Hurairah bertanya: Siapakah orang yang paling beruntung dengan syafaatmu? Beliau menjawab: "Orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya" (2).

فَتِلْكَ الشَّفَاعَةُ لِأَهْلِ الْإِخْلَاصِ بِإِذْنِ اللهِ، وَلَا تَكُونُ لِمَنْ أَشْرَكَ بِاللهِ. وَحَقِيقَتُهُ أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يَتَفَضَّلُ عَلَى أَهْلِ الْإِخْلَاصِ فَيَغْفِرُ لَهُمْ بِوَاسِطَةِ دُعَاءِ مَنْ أَذِنَ لَهُ أَنْ يَشْفَعَ؛ لِيُكْرِمَهُ وَيَنَالَ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ.

Maka syafaat itu adalah untuk orang-orang yang ikhlas dengan izin Allah, dan tidak akan diberikan kepada orang yang menyekutukan Allah. Hakikatnya adalah bahwa Allah Subhanahu Dia-lah yang memberikan karunia kepada orang-orang yang ikhlas, lalu mengampuni mereka melalui perantaraan doa orang yang diizinkan-Nya untuk memberi syafaat; untuk memuliakannya dan agar ia mendapatkan maqam yang terpuji.

فَالشَّفَاعَةُ الَّتِي نَفَاهَا الْقُرْآنُ مَا كَانَ فِيهَا شِرْكٌ، وَلِهَذَا أَثْبَتَ الشَّفَاعَةَ بِإِذْنِهِ فِي مَوَاضِعَ. وَقَدْ بَيَّنَ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّهَا لَا تَكُونُ إِلَّا لِأَهْلِ التَّوْحِيدِ وَالْإِخْلَاصِ. انْتَهَى كَلَامُهُ.

Maka syafaat yang dinafikan oleh Al-Qur'an adalah yang mengandung syirik, dan karena itulah Dia menetapkan syafaat dengan izin-Nya di beberapa tempat. Nabi ﷺ telah menjelaskan bahwa syafaat itu tidak akan diberikan kecuali kepada ahli tauhid dan ikhlas. Selesai perkataannya.

ــ

ــ

أَبُو الْعَبَّاسِ هُوَ: شَيْخُ الْإِسْلَامِ تَقِيُّ الدِّينِ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْحَلِيمِ بْنِ

Abu Al-Abbas adalah: Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٣٤٠" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "١٩٤".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "3340" dan Muslim dengan nomor "194".
(٢) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٩٩".
(2) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "99".

عَبْدُ السَّلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ الإِمَامُ الْمَشْهُورُ صَاحِبُ الْمُصَنَّفَاتِ الْمُفِيدَةِ، كَانَتْ وَفَاتُهُ سَنَةَ ٧٢٨هـ ﵀.

Abdul Salam Ibnu Taimiyah adalah seorang Imam terkenal, penulis karya-karya yang bermanfaat. Beliau wafat pada tahun 728 H, rahimahullah.

قِسْطٌ: الْقِسْطُ هُوَ النَّصِيبُ.

Qisth: Qisth adalah bagian.

الشَّفَاعَةُ الَّتِي يَظُنُّهَا الْمُشْرِكُونَ أَيْ: الَّتِي يَطْلُبُونَهَا مِنْ غَيْرِ اللهِ مِنَ الأَنْدَادِ.

Syafaat yang disangka oleh orang-orang musyrik yaitu: yang mereka minta dari selain Allah, dari tandingan-tandingan.

وَأَخْبَرَ النَّبِيُّ: أَيْ فِي الْحَدِيثِ الثَّابِتِ فِي الصَّحِيحَيْنِ. وَغَيْرِهِمَا مِنْ حَدِيثِ الشَّفَاعَةِ.

Dan Nabi telah mengabarkan: yaitu dalam hadits yang terdapat dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim). Dan selain keduanya dari hadits syafaat.

وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أَيْ: فِي الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ.

Dan Abu Hurairah berkata: yaitu: dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan An-Nasa'i dari Abu Hurairah.

أَسْعَدُ النَّاسِ: أَكْثَرُهُمْ سَعَادَةً بِهَا.

Orang yang paling bahagia: yang paling banyak mendapat kebahagiaan dengannya (syafaat).

خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ: احْتِرَازٌ مِنَ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقُولُهَا بِلِسَانِهِ فَقَطْ.

Ikhlas dari hatinya: pengecualian dari orang munafik yang mengucapkannya dengan lisannya saja.

وَحَقِيقَتُهُ: أَيْ: حَقِيقَةُ الأَمْرِ فِي بَيَانِ الشَّفَاعَةِ الصَّحِيحَةِ لَا كَمَا يَظُنُّهُ الْمُشْرِكُونَ.

Dan hakikatnya: yaitu: hakikat perkara dalam menjelaskan syafaat yang benar, bukan seperti yang disangka oleh orang-orang musyrik.

الْمَقَامُ الْمَحْمُودُ: أَيْ: الَّذِي يَحْمَدُهُ فِيهِ الْخَلَائِقُ كُلُّهُمْ.

Maqam Mahmud: yaitu: yang semua makhluk memuji beliau (Nabi Muhammad) di dalamnya.

مَقْصُودُ الْمُؤَلِّفِ مِنْ سِيَاقِ كَلَامِ شَيْخِ الإِسْلَامِ هُنَا.

Maksud penulis dari konteks perkataan Syaikhul Islam di sini.

أَنَّ فِيهِ شَرْحًا وَتَفْسِيرًا لِمَا فِي هَذَا الْبَابِ مِنَ الآيَاتِ، فَفِيهِ:

Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan dan tafsir terhadap ayat-ayat yang ada dalam bab ini, di antaranya:

١- صِفَةُ الشَّفَاعَةِ الْمَنْفِيَّةِ، وَصِفَةُ الشَّفَاعَةِ الْمُثْبَتَةِ.

1- Sifat syafaat yang dinafikan, dan sifat syafaat yang ditetapkan.

٢- ذِكْرُ الشَّفَاعَةِ الكُبْرَى وَهِيَ الْمَقَامُ الْمَحْمُودُ، وَمَاذَا يَفْعَلُ النَّبِيُّ –ﷺ حَتَّى يُؤْذَنَ لَهُ فِيهَا.

2- Menyebutkan syafaat yang agung yaitu maqam terpuji, dan apa yang dilakukan oleh Nabi –ﷺ hingga diizinkan baginya untuk memberikan syafaat tersebut.

٣- أَنَّ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالشَّفَاعَةِ أَهْلُ الْإِيمَانِ.

3- Bahwa orang yang paling bahagia dengan syafaat adalah ahli iman.

فَائِدَةٌ: لَهُ –ﷺ سِتَّةُ أَنْوَاعٍ مِنَ الشَّفَاعَةِ.

Faedah: Baginya –ﷺ ada enam jenis syafaat.

الْأَوَّلُ: الشَّفَاعَةُ الَّتِي يَخْتَصُّ بِهَا نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ –ﷺ، وَهِيَ

Pertama: Syafaat yang khusus bagi Nabi kita Muhammad –ﷺ, yaitu

الشَّفَاعَةُ لِأَهْلِ الْمَوْقِفِ، لِيَفْصِلَ اللهُ بَيْنَهُمْ وَيُرِيحَهُمْ مِنْ مَقَامِهِمْ فِي الْمَوْقِفِ.

Syafaat bagi orang-orang yang berada di tempat perhentian (Mauqif), agar Allah memutuskan di antara mereka dan memberi mereka ketenangan dari kedudukan mereka di tempat perhentian.

الثَّانِي: شَفَاعَتُهُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوهَا.

Kedua: Syafaatnya bagi penghuni surga hingga mereka memasukinya.

الثَّالِثُ: الشَّفَاعَةُ لِقَوْمٍ مِنَ الْعُصَاةِ اسْتَوْجَبُوا دُخُولَ النَّارِ أَنْ لَا يَدْخُلُوهَا.

Ketiga: Syafaat bagi suatu kaum dari para pelaku maksiat yang berhak masuk neraka agar mereka tidak memasukinya.

الرَّابِعُ: الشَّفَاعَةُ فِي قَوْمٍ مِنَ الْعُصَاةِ دَخَلُوا النَّارَ أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا.

Keempat: Syafaat bagi suatu kaum dari para pelaku maksiat yang telah masuk neraka agar mereka keluar darinya.

الْخَامِسُ: الشَّفَاعَةُ فِي قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ لِزِيَادَةِ ثَوَابِهِمْ وَرِفْعَةِ دَرَجَاتِهِمْ.

Kelima: Syafaat bagi suatu kaum dari penghuni surga untuk menambah pahala mereka dan meninggikan derajat mereka.

السَّادِسُ: شَفَاعَتُهُ –ﷺ فِي عَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُ عَذَابُ النَّارِ.

Keenam: Syafaatnya –ﷺ bagi pamannya Abu Thalib agar diringankan baginya azab neraka.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ﴾ .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi".

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿وَلَٰكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴾ [القصص: ٥٦] .

Sempurnanya ayat: "Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." [Al-Qasas: 56].

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ فِيهِ الرَّدَّ عَلَىٰ عُبَّادِ القُبُورِ الَّذِينَ يَعْتَقِدُونَ فِي الأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ النَّفْعَ وَالضَّرَّ. وَذَٰلِكَ أَنَّهُ إِذَا كَانَ النَّبِيُّ ﷺ قَدْ حَرَصَ عَلَىٰ هِدَايَةِ عَمِّهِ فِي حَيَاتِهِ فَلَمْ يَتَيَسَّرْ لَهُ، وَدَعَا لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ فَنُهِيَ عَنْ ذَٰلِكَ، وَذَكَرَ سُبْحَانَهُ أَنَّ الرَّسُولَ لَا يَقْدِرُ عَلَىٰ هِدَايَةِ مَنْ أَحَبَّ، فَهَٰذَا يَدُلُّ عَلَىٰ أَنَّهُ ﷺ لَا يَمْلِكُ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا، فَبَطَلَ التَّعَلُّقُ بِهِ لِجَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضَّرِّ، وَغَيْرُهُ مِنْ بَابٍ أَوْلَىٰ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa di dalamnya terdapat bantahan terhadap para penyembah kubur yang meyakini bahwa para nabi dan orang-orang saleh dapat mendatangkan manfaat dan mudarat. Hal itu karena jika Nabi ﷺ telah bersungguh-sungguh menginginkan hidayah bagi pamannya semasa hidupnya namun tidak dimudahkan baginya, dan beliau berdoa untuknya setelah kematiannya namun dilarang dari hal itu, dan Allah ﷻ menyebutkan bahwa Rasul tidak mampu memberi hidayah kepada orang yang dicintainya, maka ini menunjukkan bahwa beliau ﷺ tidak memiliki (kemampuan mendatangkan) bahaya maupun manfaat, sehingga batallah bergantung kepadanya untuk mendapatkan manfaat dan menolak mudarat, dan selain beliau lebih utama lagi (untuk tidak bergantung kepadanya).

إِنَّكَ: الخِطَابُ لِلنَّبِيِّ ﷺ.

Sesungguhnya kamu: Khitab (seruan) ditujukan kepada Nabi ﷺ.

لَا تَهْدِي: هِدَايَةُ تَوْفِيقٍ لِلدُّخُولِ فِي الْإِسْلَامِ. وَأَمَّا هِدَايَةُ الدَّعْوَةِ وَالْبَيَانِ فَإِنَّ الرَّسُولَ يَمْلِكُهَا ﴿وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ﴾ .

Kamu tidak dapat memberi hidayah: hidayah taufik untuk masuk Islam. Adapun hidayah dakwah dan penjelasan, maka Rasulullah memilikinya "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus".

مَنْ أَحْبَبْتَ: هِدَايَتَهُ.

Kepada orang yang kamu cintai: hidayahnya.

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ: يُوَفِّقُ لِلدُّخُولِ فِي الْإِسْلَامِ.

Tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki: memberi taufik untuk masuk Islam.

وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ: أَيْ: أَعْلَمُ بِمَن يَسْتَحِقُّ الْهِدَايَةَ مِمَّن يَسْتَحِقُّ الْغَوَايَةَ.

Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk: yaitu, lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah daripada yang berhak mendapat kesesatan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَقُولُ تَعَالَى لِرَسُولِهِ ﷺ: إِنَّكَ لَا تَقْدِرُ عَلَى تَوْفِيقِ مَن تُحِبُّ دُخُولَهُ فِي الْإِسْلَامِ، وَلَكِنَّ ذَلِكَ إِنَّمَا يَكُونُ بِيَدِ

Makna global ayat: Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya ﷺ: Sesungguhnya engkau tidak mampu memberi taufik kepada orang yang engkau cintai untuk masuk Islam, tetapi hal itu hanya ada di tangan

اللهُ، فَهُوَ الَّذِي يُوَفِّقُ مَنْ شَاءَ لَهُ، وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ يَسْتَحِقُّهُ مِمَّنْ لَا يَسْتَحِقُّهُ.

Allah, Dialah yang memberi taufik kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapatkannya dan siapa yang tidak berhak mendapatkannya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا دَلَالَةً وَاضِحَةً عَلَى أَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ لَا يَمْلِكُ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا عَطَاءً وَلَا مَنْعًا، وَأَنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ بِيَدِ اللهِ، فَفِيهَا الرَّدُّ عَلَى الَّذِينَ يُنَادُونَهُ لِتَفْرِيجِ الْكُرُبَاتِ وَقَضَاءِ الْحَاجَاتِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas bahwa Rasulullah ﷺ tidak memiliki kemampuan untuk membahayakan, memberi manfaat, memberi, atau menahan, dan bahwa semua urusan berada di tangan Allah. Maka di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang-orang yang memanggilnya untuk menghilangkan kesulitan dan memenuhi kebutuhan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- الرَّدُّ عَلَى الَّذِينَ يَعْتَقِدُونَ أَنَّ الْأَوْلِيَاءَ يَنْفَعُونَ أَوْ يَضُرُّونَ وَيَتَصَرَّفُونَ بَعْدَ الْمَوْتِ عَلَى سَبِيلِ الْكَرَامَةِ.

1- Bantahan terhadap orang-orang yang meyakini bahwa para wali dapat memberi manfaat, membahayakan, dan bertindak setelah kematian dengan cara karamah.

٢- أَنَّ هِدَايَةَ التَّوْفِيقِ بِيَدِ اللهِ سُبْحَانَهُ.

2- Bahwa hidayah taufik berada di tangan Allah subhanahu.

٣- إِثْبَاتُ الْعِلْمِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ.

3- Penetapan ilmu bagi Allah subhanahu.

٤- إِثْبَاتُ الْحِكْمَةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ.

4- Penetapan hikmah bagi Allah subhanahu.

٥- إِبْطَالُ التَّعَلُّقِ بِغَيْرِ اللهِ.

5- Pembatalan bergantung kepada selain Allah.

* * *

* * *

فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَعِنْدَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ وَأَبُو جَهْلٍ. فَقَالَ لَهُ: "يَا عَمُّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ" فَقَالَا لَهُ: أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟ فَأَعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ ﷺ، فَأَعَادَا. فَكَانَ آخِرَ مَا قَالَ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ" فَأَنْزَلَ اللهُ ﷿: ﴿مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى﴾ [التوبة: ١١٣] .

Dalam Shahih Al-Bukhari, dari Ibnu Al-Musayyab, dari ayahnya, ia berkata: Ketika Abu Thalib menjelang wafat, Rasulullah ﷺ datang kepadanya, dan di sisinya ada Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahl. Beliau bersabda kepadanya: "Wahai paman, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, satu kalimat yang dengannya aku dapat membela pamanku di sisi Allah." Keduanya berkata kepadanya: "Apakah engkau berpaling dari agama Abdul Muthalib?" Nabi ﷺ mengulanginya, dan keduanya juga mengulangi. Maka kalimat terakhir yang ia ucapkan adalah: Dia (Abu Thalib) tetap pada agama Abdul Muthalib. Dan ia enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. Maka Nabi ﷺ bersabda: "Sungguh, aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang melakukannya." Maka Allah ﷿ menurunkan ayat: ﴿Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya)﴾ [At-Taubah: 113].

وَأَنْزَلَ اللهُ فِي أَبِي طَالِبٍ: ﴿إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَاء وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴾ (١) [القصص: ٥٦] .

Dan Allah menurunkan ayat tentang Abu Thalib: ﴿Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk﴾ (1) [Al-Qasas: 56].

ــ

ــ

أ - تَرْجَمَةُ ابْنِ الْمُسَيِّبِ: هُوَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ أَحَدُ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ الْكِبَارِ مِنَ التَّابِعِينَ مَاتَ بَعْدَ التِّسْعِينَ.

a - Biografi Ibnu Al-Musayyib: Dia adalah Sa'id bin Al-Musayyib, salah satu ulama dan fuqaha besar dari kalangan tabi'in, meninggal setelah usia sembilan puluhan.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ.

Dalam Shahih: Yaitu, Shahih Al-Bukhari.

عَنْ أَبِيهِ: الْمُسَيِّبُ صَحَابِيٌّ تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ عُثْمَانَ.

Dari ayahnya: Al-Musayyib adalah seorang sahabat yang wafat pada masa kekhalifahan Utsman.

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ: أَيْ: عَلَامَاتُهَا وَمُقَدِّمَاتُهَا.

Ketika kematian mendatangi Abu Thalib: Yaitu, tanda-tanda dan gejala awalnya.

يَا عَمِّ: "عَمِّ" مُنَادَى مُضَافٌ حُذِفَتْ مِنْهُ الْيَاءُ وَبَقِيَتِ الْكَسْرَةُ دَلِيلًا عَلَيْهَا.

Wahai paman: "Paman" adalah kata panggilan mudhaf yang huruf ya'-nya dibuang dan kasrah-nya tetap sebagai petunjuk atasnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "١٣٦٠" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٤" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٥/١٦٨، ٤٤٣".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "1360", Muslim dengan nomor "24", dan Ahmad dalam Musnad "5/168, 443".

كَلِمَةً: بِالنَّصْبِ عَلَى الْبَدَلِ مِنْ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ".

Kalimat: dinashabkan sebagai badal (pengganti) dari "Laa ilaaha illallah".

أُحَاجَّ: بِتَشْدِيدِ الْجِيمِ مَفْتُوحَةً عَلَى الْجَزْمِ بِجَوَابِ الْأَمْرِ –مِنَ الْمُحَاجَّةِ وَهِيَ بَيَانُ الْحُجَّةِ- أَيْ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ.

Uhaajja: dengan men-tasydid jim yang difathahkan dalam keadaan jazm sebagai jawab al-amr –dari al-muhaajjah yaitu menjelaskan hujjah- maksudnya aku bersaksi untukmu dengannya di sisi Allah.

أَتَرْغَبُ؟ أَتَتْرُكُ؟

Apakah kamu tidak suka? Apakah kamu meninggalkan?

مِلَّةَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: هِيَ الشِّرْكُ وَعِبَادَةُ الْأَصْنَامِ، ذَكَّرَهُ بِحُجَّةِ الْمُشْرِكِينَ: ﴿إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءنَا عَلَى أُمَّةٍ﴾ [الزخرف: ٢٢] .

Millah Abdul Muthalib: yaitu syirik dan penyembahan berhala, ia mengingatkannya dengan hujjah orang-orang musyrik: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama" [Az-Zukhruf: 22].

فَأَعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ: أَيْ: أَعَادَ عَلَيْهِ مَقَالَتَهُ وَهِيَ قَوْلُهُ: يَا عَمُّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

Maka Nabi mengulangi kepadanya: yaitu: mengulangi perkataannya kepadanya yaitu ucapannya: "Wahai paman, ucapkanlah Laa ilaaha illallah".

وَأَعَادَا عَلَيْهِ: أَيْ: أَعَادَ عَلَيْهِ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللهِ مَقَالَتَهُمَا وَهِيَ: "أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ"؟

Dan mereka berdua mengulangi kepadanya: yaitu: Abu Jahl dan Abdullah mengulangi perkataan mereka berdua kepadanya yaitu: "Apakah kamu tidak suka terhadap millah Abdul Muthalib?"

هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: اسْتَبْدَلَ الرَّاوِي بِضَمِيرِ الْمُتَكَلِّمِ ضَمِيرَ الْغَائِبِ اسْتِقْبَاحًا لِلَّفْظِ الْمَذْكُورِ.

Dia berada di atas millah Abdul Muthalib: perawi mengganti dhamir mutakallim dengan dhamir ghaib karena menganggap buruk lafaz yang disebutkan.

وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ: هَذَا تَأْكِيدٌ لِمَا قَبْلَهُ.

Dan dia menolak untuk mengucapkan: Laa ilaaha illallah: ini adalah penegasan terhadap apa yang sebelumnya.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ: أَيْ: مَا يَنْبَغِي، وَهُوَ خَبَرٌ بِمَعْنَى النَّهْيِ.

Tidaklah pantas bagi Nabi: yaitu: tidak sepatutnya, dan ini adalah khabar (predikat) yang bermakna larangan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: كَانَ أَبُو طَالِبٍ يَحْمِي النَّبِيَّ –ﷺ مِنْ أَذَى قَوْمِهِ، وَفَعَلَ مِنْ حِمَايَتِهِ مَا لَمْ يَفْعَلْهُ غَيْرُهُ مِنَ النَّاسِ، فَكَانَ –ﷺ حَرِيصًا عَلَى هِدَايَتِهِ، وَمِنْ ذَلِكَ أَنَّهُ عَادَهُ لَمَّا مَرِضَ فَجَاءَهُ وَهُوَ فِي سِيَاقِ الْمَوْتِ وَعَرَضَ عَلَيْهِ الإِسْلَامَ؛ لِيَكُونَ خَاتِمَةَ حَيَاتِهِ لِيَحْصُلَ لَهُ بِذَلِكَ الْفَوْزُ وَالسَّعَادَةُ، وَطَلَبَ مِنْهُ أَنْ يَقُولَ كَلِمَةَ التَّوْحِيدِ. وَعَرَضَ عَلَيْهِ الْمُشْرِكُونَ أَنْ يَبْقَى عَلَى دِينِ آبَائِهِ الَّذِي هُوَ الشِّرْكُ؛ لِعِلْمِهِمْ بِمَا تَدُلُّ عَلَيْهِ هَذِهِ الْكَلِمَةُ مِنْ نَفْيِ الشِّرْكِ وَإِخْلَاصِ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ وَحْدَهُ. وَأَعَادَ النَّبِيُّ –ﷺ طَلَبَ التَّلَفُّظِ بِالشَّهَادَةِ مِنْ عَمِّهِ. وَأَعَادَ الْمُشْرِكُونَ الْمُعَارَضَةَ وَصَارُوا

Makna keseluruhan hadits: Abu Thalib melindungi Nabi –ﷺ dari gangguan kaumnya, dan dia melakukan perlindungan yang tidak dilakukan oleh orang lain. Nabi –ﷺ sangat berharap akan hidayah baginya. Di antaranya, beliau menjenguknya ketika sakit dan mendatanginya saat menjelang wafat, lalu menawarkan Islam kepadanya agar menjadi akhir hidupnya sehingga dia mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan. Beliau memintanya untuk mengucapkan kalimat tauhid. Orang-orang musyrik menawarkan kepadanya untuk tetap berada di atas agama nenek moyangnya yaitu syirik, karena mereka mengetahui apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini berupa penafian syirik dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata. Nabi –ﷺ mengulangi permintaan untuk mengucapkan syahadat kepada pamannya. Orang-orang musyrik mengulangi penentangan mereka dan menjadi

سَبَبًا لِصَدِّهِ عَنِ الحَقِّ وَمَوْتِهِ عَلَى الشِّرْكِ.

menjadi penyebab dia berpaling dari kebenaran dan meninggal dalam keadaan syirik.

وَعِنْدَ ذَلِكَ حَلَفَ النَّبِيُّ ﷺ لَيَطْلُبَنَّ لَهُ مِنَ اللهِ الْمَغْفِرَةَ مَا لَمْ يُمْنَعْ مِنْ ذَلِكَ. فَأَنْزَلَ اللهُ الْمَنْعَ مِنْ ذَلِكَ وَبَيَّنَ لَهُ أَنَّ الْهِدَايَةَ بِيَدِ اللهِ يَتَفَضَّلُ بِهَا عَلَى مَنْ يَشَاءُ؛ لِأَنَّهُ يَعْلَمُ مَنْ يَصْلُحُ لَهَا مِمَّنْ لَا يَصْلُحُ.

Pada saat itu, Nabi ﷺ bersumpah akan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya selama beliau tidak dilarang dari hal tersebut. Lalu Allah menurunkan larangan dari hal itu dan menjelaskan kepadanya bahwa hidayah berada di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki; karena Dia mengetahui siapa yang layak mendapatkannya dan siapa yang tidak.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ لَا يَمْلِكُ نَفْعًا لِمَنْ هُوَ أَقْرَبُ النَّاسِ إِلَيْهِ، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى بُطْلَانِ التَّعَلُّقِ عَلَيْهِ ﷺ لِجَلْبِ النَّفْعِ أَوْ دَفْعِ الضُّرِّ، وَغَيْرُهُ مِنْ بَابٍ أَوْلَى.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa Rasulullah ﷺ tidak memiliki kekuatan untuk memberi manfaat kepada orang yang paling dekat dengannya, yang menunjukkan batalnya bergantung kepada beliau ﷺ untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya, dan selain beliau lebih utama lagi.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- جَوَازُ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ الْمُشْرِكِ إِذَا رُجِيَ إِسْلَامُهُ.

1- Bolehnya menjenguk orang sakit musyrik jika diharapkan keislamannya.

٢- مَضَرَّةُ أَصْحَابِ السُّوءِ وَقُرَنَاءِ الشَّرِّ عَلَى الْإِنْسَانِ.

2- Bahaya teman-teman yang buruk dan sahabat-sahabat yang jahat bagi manusia.

٣- أَنَّ مَعْنَى لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَرْكُ عِبَادَةِ الْأَصْنَامِ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَإِفْرَادُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ. وَأَنَّ الْمُشْرِكِينَ يَعْرِفُونَ مَعْنَاهَا.

3- Bahwa makna laa ilaaha illallah adalah meninggalkan ibadah kepada berhala, wali-wali, dan orang-orang shalih, serta mengesakan Allah dalam ibadah. Dan bahwa orang-orang musyrik mengetahui maknanya.

٤- أَنَّ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَنْ عِلْمٍ وَيَقِينٍ وَاعْتِقَادٍ دَخَلَ فِي الْإِسْلَامِ.

4- Bahwa siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ilmu, keyakinan, dan kepercayaan, maka dia telah masuk Islam.

٥- أَنَّ الْأَعْمَالَ بِالْخَوَاتِيمِ.

5- Bahwa amal perbuatan itu tergantung pada akhirnya.

٦- تَحْرِيمُ الِاسْتِغْفَارِ لِلْمُشْرِكِينَ وَتَحْرِيمُ مُوَالَاتِهِمْ، وَمَحَبَّتِهِمْ.

6- Haramnya memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik dan haramnya loyalitas dan kecintaan kepada mereka.

٧- بُطْلَانُ التَّعَلُّقِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ وَغَيْرِهِ لِجَلْبِ النَّفْعِ أَوْ دَفْعِ الضَّرَرِ.

7- Batalnya bergantung kepada Nabi ﷺ dan selain beliau untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya.

٨- الرَّدُّ عَلَى مَنْ زَعَمَ إِسْلَامَ أَبِي طَالِبٍ.

8- Bantahan terhadap orang yang mengklaim keislaman Abu Thalib.

٩- مَضَرَّةُ تَقْلِيدِ الْآبَاءِ وَالْأَكَابِرِ بِحَيْثُ يُجْعَلُ قَوْلُهُمْ حُجَّةً يُرْجَعُ إِلَيْهَا عِنْدَ التَّنَازُعِ.

9- Bahaya taklid buta kepada bapak-bapak dan pembesar-pembesar sehingga perkataan mereka dijadikan hujjah yang dirujuk ketika terjadi perselisihan.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ سَبَبَ كُفْرِ بَنِي آدَمَ وَتَرْكِهِمْ دِينَهُمْ هُوَ الْغُلُوُّ فِي الصَّالِحِينَ

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ سَبَبَ كُفْرِ بَنِي آدَمَ وَتَرْكِهِمْ دِينَهُمْ هُوَ الْغُلُوُّ فِي الصَّالِحِينَ

Bab tentang apa yang datang bahwa penyebab kekufuran bani Adam dan meninggalkan agama mereka adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih

وَقَوْلُ اللهِ ﷿: ﴿يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ﴾ [النساء: ١٧١] .

Dan firman Allah ﷿: "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu" [An-Nisa': 171].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا بَيَّنَ بَعْضَ مَا يَفْعَلُهُ عُبَّادُ الْقُبُورِ مَعَ الْأَمْوَاتِ مِنَ الشِّرْكِ الْمُضَادِّ لِلتَّوْحِيدِ أَرَادَ فِي هَذَا الْبَابِ أَنْ يُبَيِّنَ السَّبَبَ فِي ذَلِكَ لِيُحْذَرَ وَيُجْتَنَبَ وَهُوَ الْغُلُوُّ فِي الصَّالِحِينَ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa penulis ﵀ ketika menjelaskan sebagian dari apa yang dilakukan penyembah kubur terhadap orang-orang mati berupa syirik yang bertentangan dengan tauhid, ia ingin menjelaskan dalam bab ini sebab hal tersebut agar diwaspadai dan dijauhi, yaitu ghuluw terhadap orang-orang shalih.

مَا جَاءَ: أَيْ: مِنَ الْأَدِلَّةِ.

Apa yang datang: yaitu dari dalil-dalil.

تَرْكِهِمْ: بِالْجَرِّ عَطْفًا عَلَى الْمُضَافِ إِلَيْهِ "كُفْرِ".

Meninggalkan mereka: dibaca jar (kasrah) karena ma'thuf kepada mudhaf ilaih "kufr".

الْغُلُوُّ: هُوَ: مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ وَالْإِفْرَاطُ فِي التَّعْظِيمِ بِالْقَوْلِ وَالِاعْتِقَادِ وَتَعَدِّي مَا أَمَرَ اللهُ تَعَالَى بِهِ.

Ghuluw adalah: melampaui batas dan berlebihan dalam pengagungan dengan perkataan, keyakinan, dan melampaui apa yang Allah ﷻ perintahkan.

فِي الصَّالِحِينَ: مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ وَغَيْرِهِمْ.

Terhadap orang-orang shalih: dari para nabi, wali, dan selain mereka.

أَهْلَ الْكِتَابِ: هُمُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

Ahli Kitab: mereka adalah Yahudi dan Nasrani.

لاَ تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ: لاَ تَتَعَدَّوْا مَا حَدَّدَ اللهُ لَكُمْ، فَغَلاَ النَّصَارَى فِي الْمَسِيحِ وَغَلاَ الْيَهُودُ فِي عُزَيْرٍ.

Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu: janganlah kamu melampaui apa yang Allah tetapkan bagi kalian. Orang-orang Nasrani melampaui batas terhadap Al-Masih dan orang-orang Yahudi melampaui batas terhadap Uzair.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيّ لِلْآيَةِ: يَنْهَى اللهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى عَنْ تَعَدِّي مَا حَدَّدَ اللهُ لَهُمْ بِأَنْ لَا يَرْفَعُوا الْمَخْلُوقَ فَوْقَ مَنْزِلَتِهِ الَّتِي أَنْزَلَهُ اللهُ وَيُنَزِّلُوهُ

Makna keseluruhan dari ayat: Allah melarang orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk melampaui batas yang telah ditetapkan Allah bagi mereka dengan tidak meninggikan makhluk di atas kedudukan yang telah Allah tetapkan untuknya dan merendahkannya

الْمَنْزِلَةُ الَّتِي لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِلَّهِ.

Kedudukan yang tidak pantas kecuali bagi Allah.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا النَّهْيَ عَنِ الْغُلُوِّ مُطْلَقًا، فَيَشْمَلُ الْغُلُوَّ فِي الصَّالِحِينَ، وَالْخِطَابُ وَإِنْ كَانَ لِأَهْلِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ عَامٌّ يَتَنَاوَلُ جَمِيعَ الْأُمَّةِ تَحْذِيرًا لَهُمْ أَنْ يَفْعَلُوا فِي نَبِيِّهِمْ وَصَالِحِيهِمْ فِعْلَ النَّصَارَى فِي الْمَسِيحِ وَالْيَهُودِ فِي عُزَيْرٍ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan terhadap ghuluw (sikap berlebihan) secara mutlak, yang mencakup ghuluw terhadap orang-orang saleh. Meskipun khitab (seruan) ditujukan kepada Ahli Kitab, tetapi ia bersifat umum mencakup seluruh umat sebagai peringatan bagi mereka agar tidak melakukan terhadap nabi dan orang-orang saleh mereka seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap Al-Masih dan orang-orang Yahudi terhadap Uzair.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- تَحْرِيمُ الْغُلُوِّ فِي الْأَشْخَاصِ وَالْأَعْمَالِ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

1- Pengharaman ghuluw (sikap berlebihan) terhadap individu, amalan, dan lainnya.

٢- الرَّدُّ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَمَنْ شَابَهَهُمْ فِي غُلُوِّهِمْ فِي الْأَشْخَاصِ وَالْأَعْمَالِ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

2- Bantahan terhadap orang-orang Yahudi, Nasrani, dan yang menyerupai mereka dalam ghuluw mereka terhadap individu, amalan, dan lainnya.

٣- الْحَثُّ عَلَى لُزُومِ الِاعْتِدَالِ فِي الدِّينِ وَجَمِيعِ الْأُمُورِ بَيْنَ جَانِبَيِ الْأِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ.

3- Dorongan untuk senantiasa bersikap moderat dalam agama dan semua perkara di antara dua sisi ifrath (berlebihan) dan tafrith (lalai).

٤- التَّحْذِيرُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَسْبَابِهِ وَوَسَائِلِهِ.

4- Peringatan dari syirik serta sebab-sebab dan sarananya.

* * *

* * *

وَفِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ فِي قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا﴾ [نُوحٌ: ٢٣] .

Dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas ﵄ tentang firman Allah Ta'ala: "Dan mereka berkata: 'Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr." [Nuh: 23].

قَالَ: "هَذِهِ أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ: أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ فِيهَا أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ، فَفَعَلُوا، وَلَمْ تُعْبَدْ، حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَنُسِيَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ" (١) .

Dia berkata: "Ini adalah nama-nama orang saleh dari kaum Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaum mereka: 'Dirikanlah pada majelis-majelis tempat mereka duduk patung-patung dan berilah nama patung-patung itu dengan nama-nama mereka.' Maka mereka melakukannya, namun patung-patung itu tidak disembah, sampai ketika mereka meninggal dan ilmu dilupakan, patung-patung itu pun disembah." (1)

وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ: قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ: لَمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبُورِهِمْ ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُمْ ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ.

Ibnu Al-Qayyim berkata: Banyak dari kalangan Salaf mengatakan: Ketika mereka meninggal, orang-orang berdiam di kuburan mereka, kemudian mereka membuat patung-patung mereka, lalu setelah waktu berlalu lama, mereka menyembah patung-patung itu.

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ ابْنِ الْقَيِّمِ: هُوَ الْإِمَامُ الْعَلَّامَةُ مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَيُّوبَ الزَّرْعِيُّ الدِّمَشْقِيُّ تِلْمِيذُ شَيْخِ الْإِسْلَامِ ابْنِ تَيْمِيَةَ، مَاتَ سَنَةَ ٧٥١هـ ﵀. وَلَهُ مُؤَلَّفَاتٌ مُفِيدَةٌ مَشْهُورَةٌ.

Biografi Ibnu Al-Qayyim: Beliau adalah Al-Imam Al-Allamah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub Az-Zar'i Ad-Dimasyqi, murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau wafat pada tahun 751 H, semoga Allah merahmatinya. Beliau memiliki karya-karya yang bermanfaat dan terkenal.

لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ: لَا تَتْرُكُوا عِبَادَتَهَا.

Jangan tinggalkan sesembahan kalian: Jangan tinggalkan penyembahannya.

وَلَا تَذَرُونَ وَدًّا ... إلخ: أَيْ: وَلَا تَتْرُكُوا هَؤُلَاءِ خُصُوصًا.

Dan janganlah kalian meninggalkan Wadd ... dst: Yakni, janganlah kalian meninggalkan mereka secara khusus.

فَلَمَّا هَلَكُوا: أَيْ: مَاتَ أُولَئِكَ الصَّالِحُونَ وَحَزِنَ عَلَيْهِمْ قَوْمُهُمْ حُزْنًا شَدِيدًا.

Maka ketika mereka binasa: Yakni, orang-orang saleh itu meninggal dan kaum mereka bersedih atas mereka dengan kesedihan yang mendalam.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٩٢٠".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "4920".

أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ: أَيْ: وَسْوَسَ وَأَلْقَى إِلَيْهِمْ.

Setan membisikkan kepada kaum mereka: yaitu, membisikkan dan menyampaikan kepada mereka.

انْصِبُوا: بِكَسْرِ الصَّادِ.

inṣibū: dengan kasrah pada huruf ṣād.

أَنْصَابًا: أَيْ: أَصْنَامًا مُصَوَّرَةً عَلَى صُوَرِهِمْ.

anṣāban: yaitu, berhala-berhala yang dibentuk menyerupai sosok mereka.

حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ: أَيِ: الَّذِينَ نَصَبُوهَا لِيَتَذَكَّرُوا بِرُؤْيَتِهَا أَفْعَالَ أَصْحَابِهَا فَيَنْشَطُوا عَلَى الْعِبَادَةِ.

Sampai ketika mereka binasa: yaitu, orang-orang yang mendirikan berhala-berhala itu agar dengan melihatnya, mereka mengingat perbuatan para pemiliknya sehingga mereka bersemangat dalam beribadah.

وَنُسِيَ الْعِلْمُ: أَيْ: زَالَتِ الْمَعْرِفَةُ وَغَلَبَ الْجُهَّالُ الَّذِينَ لَا يُمَيِّزُونَ بَيْنَ الشِّرْكِ وَالتَّوْحِيدِ.

Dan ilmu terlupakan: yaitu, pengetahuan telah hilang dan orang-orang bodoh yang tidak bisa membedakan antara syirik dan tauhid mendominasi.

عُبِدَتْ: أَيْ: تِلْكَ الْأَصْنَامُ لَمَّا قَالَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ: إِنَّ آبَاءَكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَهَا.

Disembah: yaitu, berhala-berhala itu ketika setan berkata kepada mereka: Sesungguhnya nenek moyang kalian menyembahnya.

ج- الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ:

c. Makna global dari atsar:

يُفَسِّرُ ابْنُ عَبَّاسٍ –﵄ هَذِهِ الْآيَةَ الْكَرِيمَةَ بِأَنَّ هَذِهِ الْآلِهَةَ الَّتِي ذَكَرَ اللهُ أَنَّ قَوْمَ نُوحٍ تَوَاصَوْا بِالِاسْتِمْرَارِ عَلَى عِبَادَتِهَا بَعْدَمَا نَهَاهُمْ نَبِيُّهُمْ نُوحٌ –﵇ عَنِ الشِّرْكِ بِاللهِ –أَنَّهَا فِي الْأَصْلِ أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْهُمْ، غَلَوْا فِيهِمْ بِتَسْوِيلِ الشَّيْطَانِ لَهُمْ حَتَّى نَصَبُوا صُوَرَهُمْ، فَآلَ الْأَمْرُ بِهَذِهِ الصُّوَرِ إِلَى أَنْ صَارَتْ أَصْنَامًا تُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ.

Ibnu Abbas –﵄ menafsirkan ayat mulia ini bahwa tuhan-tuhan yang Allah sebutkan, yang kaum Nuh saling berwasiat untuk terus menyembahnya setelah nabi mereka Nuh –﵇ melarang mereka dari syirik kepada Allah– pada awalnya adalah nama-nama orang saleh di antara mereka. Mereka melampaui batas dalam mengagungkan orang-orang saleh itu dengan bisikan setan kepada mereka, hingga mereka mendirikan patung-patung mereka. Lalu perkara patung-patung ini berujung menjadi berhala-berhala yang disembah selain Allah.

وَمَا ذَكَرَهُ ابْنُ الْقَيِّمِ هُوَ بِمَعْنَى مَا ذَكَرَهُ الْبُخَارِيُّ إِلَّا أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّ عُكُوفَهُمْ عَلَى قُبُورِهِمْ كَانَ قَبْلَ تَصْوِيرِهِمْ، فَهُوَ يُضِيفُ إِلَى مَا سَبَقَ أَنَّ الْعُكُوفَ عَلَى الْقُبُورِ سَبَبٌ لِعِبَادَتِهَا أَيْضًا.

Apa yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim memiliki makna yang sama dengan apa yang disebutkan oleh Bukhari, hanya saja ia menyebutkan bahwa i'tikaf mereka di atas kuburan mereka terjadi sebelum penggambaran mereka, sehingga ia menambahkan pada apa yang telah disebutkan sebelumnya bahwa i'tikaf di atas kuburan juga menjadi sebab penyembahan kuburan tersebut.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْغُلُوَّ فِي الصَّالِحِينَ سَبَبٌ لِعِبَادَتِهِمْ مِنْ دُونِ اللهِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa atsar tersebut menunjukkan bahwa sikap berlebihan terhadap orang-orang saleh menjadi sebab penyembahan mereka selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- أَنَّ الْغُلُوَّ فِي الصَّالِحِينَ سَبَبٌ لِعِبَادَتِهِمْ مِنْ دُونِ اللهِ وَتَرْكِ الدِّينِ

1- Bahwa sikap berlebihan terhadap orang-orang saleh menjadi sebab penyembahan mereka selain Allah dan meninggalkan agama

بِالْكُلِّيَّةِ.

Sepenuhnya.

٢- التَّحْذِيرُ مِنَ التَّصْوِيرِ وَتَعْلِيقِ الصُّوَرِ، لَا سِيَّمَا صُوَرِ الْعُظَمَاءِ.

2- Peringatan terhadap pengambilan gambar dan menggantung gambar, terutama gambar orang-orang besar.

٣- التَّحْذِيرُ مِنْ مَكْرِ الشَّيْطَانِ وَعَرْضِهِ الْبَاطِلَ فِي صُورَةِ الْحَقِّ.

3- Peringatan terhadap tipu daya setan dan penyajiannya yang batil dalam bentuk kebenaran.

٤- التَّحْذِيرُ مِنَ الْبِدَعِ وَالْمُحْدَثَاتِ وَلَوْ حَسُنَ قَصْدُ فَاعِلِهَا.

4- Peringatan terhadap bid'ah dan perkara baru meskipun niat pelakunya baik.

٥- أَنَّ هَذِهِ وَسَائِلُ إِلَى الشِّرْكِ فَيَجِبُ الْحَذَرُ مِنْهَا.

5- Bahwa ini adalah sarana menuju syirik maka wajib waspada darinya.

٦- مَعْرِفَةُ قَدْرِ وُجُودِ الْعِلْمِ وَمَضَرَّةِ فَقْدِهِ.

6- Mengetahui nilai adanya ilmu dan bahaya kehilangannya.

٧- أَنَّ سَبَبَ فَقْدِ الْعِلْمِ هُوَ مَوْتُ الْعُلَمَاءِ.

7- Bahwa sebab hilangnya ilmu adalah wafatnya para ulama.

٨- التَّحْذِيرُ مِنَ التَّقْلِيدِ، وَأَنَّهُ قَدْ يُؤَوِّلُ بِأَهْلِهِ إِلَى الْمُرُوقِ مِنَ الْإِسْلَامِ.

8- Peringatan terhadap taklid, dan bahwa itu dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.

* * *

* * *

وَعَنْ عُمَرَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ" أَخْرَجَاهُ (١) .

Dari Umar ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya." Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim (1).

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ عُمَرَ ﵁: هُوَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ بْنِ نُفَيْلٍ الْقُرَشِيُّ الْعَدَوِيُّ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ وَأَفْضَلُ الصَّحَابَةِ بَعْدَ الصِّدِّيقِ اسْتُشْهِدَ فِي ذِي الْحِجَّةِ سَنَةَ ٢٣هـ.

Biografi Umar ﵁: Beliau adalah Umar bin Al-Khattab bin Nufail Al-Qurasyi Al-'Adawi, Amirul Mukminin dan sahabat terbaik setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau syahid pada bulan Dzulhijjah tahun 23 H.

لَا تُطْرُونِي: الْإِطْرَاءُ؛ مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ فِي الْمَدْحِ، وَالْكَذِبُ فِيهِ.

Janganlah kalian memujiku secara berlebihan: Al-Ithra' artinya melampaui batas dalam memuji dan berdusta di dalamnya.

كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ: أَيْ: كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ﵇ حَتَّى ادَّعَوْا فِيهِ الْأُلُوهِيَّةَ.

Sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa putra Maryam secara berlebihan: Yakni, sebagaimana orang-orang Nasrani melampaui batas dalam (memuji) Isa ﵇ hingga mereka mengklaim ketuhanan pada dirinya.

فَقُولُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ: أَيْ: صِفُونِي بِذَلِكَ كَمَا وَصَفَنِي بِهِ رَبِّي.

Maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya: Yakni, sifatilah aku dengan itu sebagaimana Rabbku menyifatiku dengannya.

مَعْنَى الْحَدِيثِ إِجْمَالًا: يَقُولُ ﷺ: لَا تَمْدَحُونِي فَتَغْلُوا فِي مَدْحِي كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ﵇ فَادَّعَوْا فِيهِ الْأُلُوهِيَّةَ. إِنِّي لَا أَعْدُو أَنْ أَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَرَسُولًا مِنْهُ فَصِفُونِي بِذَلِكَ وَلَا تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِي أَنْزَلَنِي اللهُ.

Makna hadits secara global: Nabi ﷺ bersabda: Janganlah kalian memujiku secara berlebihan dalam pujian sebagaimana orang-orang Nasrani melampaui batas dalam (memuji) Isa ﵇ hingga mereka mengklaim ketuhanan padanya. Sesungguhnya aku tidak lebih dari seorang hamba Allah dan rasul dari-Nya. Maka sifatilah aku dengan itu dan janganlah kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah Allah tempatkan.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ نَهَى عَنِ الغُلُوِّ فِي حَقِّهِ بِإِعْطَائِهِ شَيْئًا مِنْ خَصَائِصِ الرُّبُوبِيَّةِ، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الغُلُوِّ، وَأَنَّهُ يُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ كَمَا أَفْضَى بِالنَّصَارَى فِي حَقِّ عِيسَى.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa Rasulullah ﷺ melarang ghuluw (sikap berlebihan) terhadap dirinya dengan memberikan sesuatu dari kekhususan rububiyah, yang menunjukkan keharaman ghuluw, dan bahwa itu mengarah kepada syirik sebagaimana yang terjadi pada orang-orang Nasrani terhadap Isa.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٤٤٥". وَالحَدِيثُ لَيْسَ مَوْجُودًا فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ كَمَا قَالَ المُصَنِّفُ ﵀.
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "3445". Hadits ini tidak terdapat dalam Shahih Muslim sebagaimana yang dikatakan oleh penulis ﵀.
وَالحَدِيثُ أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ "١/٢٣، ٢٤، ٤٧، ٥٥".
Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ahmad "1/23, 24, 47, 55".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ مُجَاوَزَةِ الْحَدِّ فِي مَدْحِ النَّبِيِّ –ﷺ وَإِخْرَاجُهُ مِنْ دَائِرَةِ الْعُبُودِيَّةِ، لِأَنَّ ذَلِكَ هُوَ الشِّرْكُ بِاللهِ.

1- Diharamkan melampaui batas dalam memuji Nabi –ﷺ dan mengeluarkannya dari lingkup ubudiyah, karena hal itu adalah syirik kepada Allah.

٢- شِدَّةُ نُصْحِهِ –ﷺ لِأُمَّتِهِ.

2- Kuatnya nasihat beliau –ﷺ kepada umatnya.

٣- أَنَّ الْغُلُوَّ فِي الصَّالِحِينَ سَبَبٌ لِلْوُقُوعِ فِي الشِّرْكِ.

3- Bahwa ghuluw (sikap berlebihan) terhadap orang-orang shalih adalah penyebab terjerumus dalam kesyirikan.

٤- التَّحْذِيرُ مِنَ التَّشَبُّهِ بِالْكُفَّارِ.

4- Peringatan dari menyerupai orang-orang kafir.

* * *

* * *

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ" (١) .

Rasulullah ﷺ bersabda: "Jauhilah olehmu sikap berlebih-lebihan (dalam beragama), karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap ghuluw (ekstremisme dalam beragama)." (1)

ــ

ــ

رَاوِي الْحَدِيثِ: هَذَا الْحَدِيثُ ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ ﵀ دُونَ ذِكْرِ رُوَايِهِ. وَقَدْ رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

Perawi hadits: Hadits ini disebutkan oleh penulis ﵀ tanpa menyebutkan perawinya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari hadits Ibnu Abbas.

إِيَّاكُمْ: كَلِمَةُ تَحْذِيرٍ.

Iyyakum: kata peringatan.

وَالْغُلُوَّ: مَنْصُوبٌ عَلَى التَّحْذِيرِ بِفِعْلٍ مُقَدَّرٍ، وَهُوَ مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ.

wal-ghuluw: dinashabkan sebagai peringatan dengan kata kerja yang diperkirakan, yaitu melampaui batas.

مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: مِنَ الْأُمَمِ.

man kana qablakum: dari umat-umat terdahulu.

مَعْنَى الْحَدِيثِ إِجْمَالًا: يُحَذِّرُ النَّبِيُّ ﷺ أُمَّتَهُ مِنَ الزِّيَادَةِ فِي الدِّينِ عَلَى الْحَدِّ الْمَشْرُوعِ، وَهُوَ عَامٌّ فِي جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْغُلُوِّ فِي الِاعْتِقَادَاتِ وَالْأَعْمَالِ، وَمِنْ ذَلِكَ الْغُلُوُّ فِي تَعْظِيمِ الصَّالِحِينَ مِمَّا يَكُونُ سَبَبًا فِي هَلَاكِ الْأُمَمِ السَّابِقَةِ؛ وَذَلِكَ يَقْتَضِي مُجَانَبَةَ هَدْيِهِمْ فِي هَذَا إِبْعَادًا عَنِ الْوُقُوعِ فِيمَا هَلَكُوا بِهِ؛ لِأَنَّ الْمُشَارِكَ لَهُمْ فِي بَعْضِ هَدْيِهِمْ يُخَافُ عَلَيْهِ مِنَ الْهَلَاكِ مِثْلَهُمْ.

Makna hadits secara umum: Nabi ﷺ memperingatkan umatnya dari sikap berlebihan dalam agama melebihi batas yang disyariatkan. Peringatan ini bersifat umum mencakup semua jenis ghuluw (ekstremisme) dalam keyakinan dan amalan, termasuk ghuluw dalam mengagungkan orang-orang shalih yang menjadi penyebab kebinasaan umat-umat terdahulu. Hal ini menuntut untuk menjauhi tuntunan mereka dalam hal ini, menjauhkan diri dari terjerumus dalam kebinasaan yang menimpa mereka. Karena orang yang mengikuti sebagian tuntunan mereka dikhawatirkan akan mengalami kebinasaan seperti mereka.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنِ الغُلُوِّ مُطْلَقًا، وَبَيَانَ أَنَّهُ سَبَبٌ لِلْهَلَاكِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَيَدْخُلُ فِيهِ النَّهْيُ عَنِ الغُلُوِّ فِي

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan ghuluw (berlebih-lebihan) secara mutlak, dan penjelasan bahwa ghuluw adalah penyebab kehancuran di dunia dan akhirat, maka termasuk di dalamnya larangan ghuluw dalam

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي المُسْنَدِ "١/٢١٥، ٣٤٧"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٣٠٢٩"، وَابْنُ خُزَيْمَةَ بِرَقْمِ "٢٨٦٧"، وَالْحَاكِمُ "١/٤٦٦"، وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad "1/215, 347", Ibnu Majah dengan nomor "3029", Ibnu Khuzaimah dengan nomor "2867", Al-Hakim "1/466", dan beliau menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

الصَّالِحِينَ مِنْ بَابٍ أَوْلَى؛ لِأَنَّهُ سَبَبٌ لِلشِّرْكِ.

Orang-orang saleh lebih utama; karena itu adalah penyebab syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ الغُلُوِّ وَبَيَانُ سُوءِ عَاقِبَتِهِ.

1- Larangan berlebih-lebihan dan penjelasan tentang akibat buruknya.

٢- الِاعْتِبَارُ بِمَنْ سَبَقَنَا مِنَ الأُمَمِ لِتَجَنُّبِ مَا وَقَعُوا فِيهِ مِنَ الأَخْطَاءِ.

2- Mengambil pelajaran dari umat-umat sebelum kita untuk menghindari kesalahan yang mereka lakukan.

٣- حِرْصُهُ ﷺ عَلَى نَجَاةِ أُمَّتِهِ مِنَ الشِّرْكِ وَوَسَائِلِهِ وَابْتِعَادِهِمْ عَنْهُ.

3- Kekhawatiran beliau ﷺ terhadap keselamatan umatnya dari syirik, sarana-sarananya, dan menjauhkan diri darinya.

٤- الحَثُّ عَلَى الِاعْتِدَالِ فِي العِبَادَةِ وَغَيْرِهَا بَيْنَ جَانِبَيِّ الإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ.

4- Dorongan untuk bersikap moderat dalam ibadah dan lainnya, di antara dua sisi ekstremisme dan kelalaian.

٥- أَنَّ الغُلُوَّ فِي الصَّالِحِينَ سَبَبٌ لِلْوُقُوعِ فِي الشِّرْكِ.

5- Bahwa sikap berlebihan terhadap orang-orang saleh adalah penyebab jatuh ke dalam syirik.

٦- شِدَّةُ خَوْفِهِ ﷺ مِنَ الشِّرْكِ وَالتَّحْذِيرُ عَنْهُ.

6- Ketakutan beliau ﷺ yang sangat terhadap syirik dan peringatan darinya.

* * *

* * *

وَلِمُسْلِمٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ" قَالَهَا ثَلَاثًا (١) .

Dalam riwayat Muslim dari Ibnu Mas'ud, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Celakalah orang-orang yang melampaui batas (mutanathi'un)" beliau mengucapkannya tiga kali (1).

ــ

ــ

الْمُتَنَطِّعُونَ: الْمُتَعَمِّقُونَ فِي الشَّيْءِ مِنْ كَلَامٍ وَعِبَادَةٍ وَغَيْرِهَا.

Al-Mutanathi'un: Orang-orang yang berlebihan dalam sesuatu, baik dalam perkataan, ibadah, dan lainnya.

ثَلَاثًا: أَيْ: قَالَ هَذِهِ الْكَلِمَةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مُبَالَغَةً فِي الْإِبْلَاغِ وَالتَّعْلِيمِ.

Tiga kali: Yakni, beliau mengucapkan kata ini tiga kali sebagai bentuk penekanan dalam penyampaian dan pengajaran.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُوَضِّحُ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّ التَّعَمُّقَ فِي الْأَشْيَاءِ وَالْغُلُوَّ فِيهَا يَكُونُ سَبَبًا لِلْهَلَاكِ، وَمُرَادُهُ ﷺ النَّهْيُ عَنْ ذَلِكَ.

Makna umum dari hadits: Nabi ﷺ menjelaskan bahwa sikap berlebihan dalam segala hal dan melampaui batas dapat menjadi penyebab kehancuran, dan maksud beliau ﷺ adalah melarang hal tersebut.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ التَّنَطُّعَ مِنَ الْغُلُوِّ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ، وَيَدْخُلُ فِي ذَلِكَ التَّنَطُّعُ فِي تَعْظِيمِ الصَّالِحِينَ إِلَى الْحَدِّ الَّذِي يُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Sikap melampaui batas (tanatthu') termasuk ghuluw yang dilarang, dan termasuk di dalamnya sikap berlebihan dalam mengagungkan orang-orang shalih hingga batas yang mengarah kepada syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْحَثُّ عَلَى اجْتِنَابِ التَّنَطُّعِ فِي كُلِّ شَيْءٍ؛ لَا سِيَّمَا فِي الْعِبَادَاتِ وَتَقْدِيرِ الصَّالِحِينَ.

1- Anjuran untuk menjauhi sikap melampaui batas dalam segala hal; terutama dalam ibadah dan penghormatan terhadap orang-orang shalih.

٢- الْحَثُّ عَلَى الِاعْتِدَالِ فِي كُلِّ شَيْءٍ.

2- Anjuran untuk bersikap moderat dalam segala hal.

٣- شِدَّةُ حِرْصِهِ عَلَى نَجَاةِ أُمَّتِهِ، وَاجْتِهَادِهِ فِي الْإِبْلَاغِ ﷺ.

3- Besarnya perhatian beliau terhadap keselamatan umatnya, dan kesungguhan beliau ﷺ dalam menyampaikan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٧٠"، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٦٠٨" وَأَحْمَدُ "١/٣٨٦".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim no. "2670", Abu Dawud no. "4608", dan Ahmad "1/386".

بَابُ مَا جَاءَ مِنَ التَّغْلِيظِ فِيمَنْ عَبَدَ اللَّهَ عِنْدَ قَبْرِ رَجُلٍ صَالِحٍ فَكَيْفَ إِذَا عَبَدَهُ

بَابُ مَا جَاءَ مِنَ التَّغْلِيظِ فِيمَنْ عَبَدَ اللهَ عِنْدَ قَبْرِ رَجُلٍ صَالِحٍ فَكَيْفَ إِذَا عَبَدَهُ

Bab tentang ancaman keras bagi orang yang beribadah kepada Allah di samping kuburan orang saleh, lalu bagaimana jika ia menyembahnya

فِي الصَّحِيحِ عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتْ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ كَنِيسَةً رَأَتْهَا بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ وَمَا فِيهَا مِنَ الصُّوَرِ، فَقَالَ: "أُولَئِكَ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ أَوِ الْعَبْدُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ، أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللهِ" (١) .

Dalam Shahih Al-Bukhari dari Aisyah: Bahwa Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah ﷺ tentang gereja yang ia lihat di negeri Habasyah dan gambar-gambar yang ada di dalamnya. Beliau bersabda: "Mereka itu, jika ada orang saleh atau hamba yang saleh di antara mereka meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburnya dan membuat gambar-gambar itu di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah." (1)

فَهَؤُلَاءِ جَمَعُوا بَيْنَ الْفِتْنَتَيْنِ، فِتْنَةَ الْقُبُورِ، وَفِتْنَةَ التَّمَاثِيلِ.

Maka mereka itu telah menggabungkan dua fitnah: fitnah kuburan dan fitnah patung-patung.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: هِيَ بَيَانُ أَنَّ عِبَادَةَ اللهِ عِنْدَ الْقَبْرِ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid adalah: penjelasan bahwa beribadah kepada Allah di samping kuburan merupakan sarana menuju syirik yang bertentangan dengan tauhid.

تَرْجَمَةُ أُمِّ سَلَمَةَ: هِيَ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ هِنْدُ بِنْتُ أُمَيَّةَ الْمَخْزُومِيَّةُ الْقُرَشِيَّةُ مَاتَتْ سَنَةَ ٦٢هـ ﵂.

Biografi Ummu Salamah: Beliau adalah Ummul Mukminin Hindun binti Umayyah Al-Makhzumiyah Al-Qurasyiyah. Wafat pada tahun 62 H ﵂.

ذَكَرَتْ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَيْ: فِي مَرَضِ مَوْتِهِ.

Menceritakan kepada Nabi ﷺ: yaitu pada saat sakitnya menjelang wafat.

كَنِيسَةً: بِفَتْحِ الْكَافِ وَكَسْرِ النُّونِ: مَعْبَدُ النَّصَارَى.

Gereja: dengan fathah pada huruf kaf dan kasrah pada huruf nun, yaitu tempat ibadah orang Nasrani.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٢٧" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٥٢٨" وَأَحْمَدُ "٦/٥١".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "427", Muslim dengan nomor "528", dan Ahmad "6/51".

أُولَئِكَ؛ بِفَتْحِ الْكَافِ وَكَسْرِهَا.

Mereka; dengan membuka kaf dan mengkasrahnya.

الرَّجُلُ الصَّالِحُ أَوِ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: هَذَا –وَاللهُ أَعْلَمُ- شَكٌّ مِنَ الرَّاوِي.

Lelaki saleh atau hamba yang saleh: ini –wallahu a'lam- keraguan dari perawi.

تِلْكَ الصُّوَرُ: أَيْ: الَّتِي ذَكَرَتْ أُمُّ سَلَمَةَ.

Gambar-gambar itu: yaitu: yang disebutkan oleh Ummu Salamah.

فَهَؤُلَاءِ ... إِلَخْ: هَذَا مِنْ كَلَامِ شَيْخِ الْإِسْلَامِ ابْنِ تَيْمِيَّةَ، ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ كَالتَّوْضِيحِ لِمَعْنَى الْحَدِيثِ.

Maka mereka ... dst: ini adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, yang disebutkan oleh penulis sebagai penjelasan makna hadits.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ وَصَفَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ –ﷺ وَهُوَ فِي مَرَضِ الْمَوْتِ –مَا شَاهَدَتْهُ فِي مَعْبَدِ النَّصَارَى مِنْ صُوَرِ الْآدَمِيِّينَ. فَبَيَّنَ –ﷺ السَّبَبَ الَّذِي مِنْ أَجْلِهِ اتَّخَذُوا هَذِهِ الصُّوَرَ؛ وَهُوَ الْغُلُوُّ فِي تَعْظِيمِ الصَّالِحِينَ؛ مِمَّا أَدَّى بِهِمْ إِلَى بِنَاءِ الْمَسَاجِدِ عَلَى قُبُورِهِمْ وَنَصْبِ صُوَرِهِمْ فِيهَا، ثُمَّ بَيَّنَ حُكْمَ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شِرَارُ النَّاسِ؛ لِأَنَّهُمْ جَمَعُوا بَيْنَ مَحْذُورَيْنِ فِي هَذَا الصَّنِيعِ هُمَا: فِتْنَةُ الْقُبُورِ بِاتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ، وَفِتْنَةُ تَعْظِيمِ التَّمَاثِيلِ مِمَّا يُؤَدِّي إِلَى الشِّرْكِ.

Makna global hadits: bahwa Ummu Salamah menggambarkan kepada Nabi –ﷺ ketika beliau sedang sakit menjelang wafat– apa yang dia saksikan di tempat ibadah orang-orang Nasrani berupa gambar-gambar manusia. Maka Nabi –ﷺ menjelaskan sebab mereka mengambil gambar-gambar ini; yaitu ghuluw (sikap berlebihan) dalam mengagungkan orang-orang saleh; yang membawa mereka membangun masjid di atas kuburan mereka dan memasang gambar-gambar mereka di dalamnya. Kemudian beliau menjelaskan hukum orang yang melakukan hal itu, bahwa mereka adalah seburuk-buruk manusia; karena mereka menggabungkan dua hal yang terlarang dalam perbuatan ini, yaitu: fitnah kuburan dengan menjadikannya sebagai masjid, dan fitnah pengagungan patung-patung yang mengarah kepada syirik.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الدَّلَالَةَ الوَاضِحَةَ عَلَى المَنْعِ مِنْ عِبَادَةِ اللهِ عِنْدَ قُبُورِ الصَّالِحِينَ وَاتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ فِعْلِ النَّصَارَى وَمَنْ فَعَلَهُ فَهُوَ مِنْ شِرَارِ الخَلْقِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas tentang larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang-orang shalih dan menjadikannya sebagai masjid; karena hal itu merupakan perbuatan orang-orang Nasrani dan siapa yang melakukannya maka ia termasuk seburuk-buruk makhluk.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- المَنْعُ مِنْ عِبَادَةِ اللهِ عِنْدَ قُبُورِ الصَّالِحِينَ؛ لِأَنَّهُ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ وَهُوَ مِنْ فِعْلِ النَّصَارَى.

1- Larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang-orang shalih; karena hal itu merupakan sarana menuju syirik dan itu adalah perbuatan orang-orang Nasrani.

٢- التَّحَدُّثُ عَمَّا يَفْعَلُهُ الكُفَّارُ –لِيَحْذَرَهُ المُسْلِمُونَ.

2- Membicarakan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir - agar dihindari oleh kaum muslimin.

٣- التَّحْذِيرُ مِنَ التَّصْوِيرِ وَنَصْبِ الصُّوَرِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

3- Peringatan dari menggambar dan mendirikan patung; karena hal itu merupakan sarana menuju syirik.

٤- أَنَّ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا عِنْدَ قَبْرِ رَجُلٍ صَالِحٍ فَهُوَ مِنْ شِرَارِ الخَلْقِ وَإِنْ حَسُنَتْ نِيَّتُهُ.

4- Bahwa siapa yang membangun masjid di sisi kuburan seorang yang shalih maka ia termasuk seburuk-buruk makhluk meskipun niatnya baik.

وَلَهُمَا عَنْهَا قَالَتْ: "لَمَّا نُزِلَ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ، فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا، فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ: "لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ" يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا، وَلَوْلَا ذَلِكَ أُبْرِزَ قَبْرُهُ، غَيْرَ أَنَّهُ خُشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا (١) . أَخْرَجَاهُ.

Dari keduanya (Bukhari dan Muslim), dari 'Aisyah, ia berkata: "Ketika Rasulullah ﷺ sedang sakaratul maut, beliau menutup wajahnya dengan selimut miliknya. Jika merasa sesak, beliau menyingkapnya. Dalam keadaan seperti itu, beliau bersabda: 'Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.' Beliau memperingatkan apa yang mereka perbuat. Seandainya bukan karena itu, niscaya kuburan beliau ditampakkan, hanya saja dikhawatirkan akan dijadikan masjid." Hadits ini dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari dan Muslim).

ــ

ــ

وَلَهُمَا: أَيْ: الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ، وَهُوَ يُغْنِي عَنْ قَوْلِهِ فِي آخِرِهِ: أَخْرَجَاهُ، فَلَعَلَّهُ سَبْقُ قَلَمٍ.

Bagi keduanya: yaitu Bukhari dan Muslim, dan ini sudah cukup tanpa perlu mengatakan di akhir: "Keduanya mengeluarkannya", mungkin itu hanya kekeliruan pena.

عَنْهَا: أَيْ: عَائِشَةَ –﵂.

Darinya: yaitu 'Aisyah –﵂.

لَمَّا نُزِلَ: بِضَمِّ النُّونِ وَكَسْرِ الزَّايِ أَيْ: نَزَلَ بِهِ مَلَكُ الْمَوْتِ.

Ketika diturunkan: dengan dhammah pada huruf nūn dan kasrah pada huruf zāy, artinya: malaikat maut turun kepadanya.

طَفِقَ: بِكَسْرِ الْفَاءِ وَفَتْحِهَا أَيْ: جَعَلَ.

Ṭafiqa: dengan kasrah pada huruf fā' dan fathah, artinya: mulai.

خَمِيصَةً: كِسَاءٌ لَهُ أَعْلَامٌ أَيْ: خُطُوطٌ.

Khamīṣah: selimut yang memiliki garis-garis atau motif.

اغْتَمَّ بِهَا: أَيْ: غَمَّتْهُ فَاحْتَبَسَ نَفْسُهُ عَنِ الْخُرُوجِ.

Merasa sesak dengannya: yaitu merasa tercekik sehingga nafasnya tertahan untuk keluar.

كَشَفَهَا: أَيْ: أَزَالَهَا عَنْ وَجْهِهِ الشَّرِيفِ.

Menyingkapnya: yaitu menyingkirkannya dari wajah mulianya.

فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ: أَيْ: فِي هَذِهِ الْحَالَةِ الْحَرِجَةِ يُقَاسِي شِدَّةَ النَّزْعِ.

Lalu beliau bersabda dalam keadaan demikian: yaitu dalam kondisi kritis ini beliau merasakan sakitnya sakaratul maut.

يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا: أَيْ: لَعَنَهُمْ تَحْذِيرًا لِأُمَّتِهِ أَنْ تَصْنَعَ مَا صَنَعُوا.

Memperingatkan apa yang mereka perbuat: yaitu melaknat mereka sebagai peringatan bagi umatnya agar tidak melakukan apa yang mereka lakukan.

وَلَوْلَا ذَلِكَ: أَيْ: لَوْلَا تَحْذِيرُ النَّبِيِّ –ﷺ مِمَّا صَنَعُوا وَلَعْنُهُ مَنْ فَعَلَهُ.

Dan jika bukan karena itu: yaitu: jika bukan karena peringatan Nabi –ﷺ tentang apa yang mereka lakukan dan laknat-Nya kepada yang melakukannya.

لَأُبْرِزَ قَبْرُهُ: أَيْ: لَدُفِنَ خَارِجَ بَيْتِهِ.

Niscaya kuburnya akan dikeluarkan: yaitu: niscaya beliau akan dikuburkan di luar rumahnya.

خَشِيَ: يُرْوَى بِفَتْحِ الْخَاءِ بِالْبِنَاءِ لِلْفَاعِلِ فَيَكُونُ الْمَعْنَى: أَنَّ

Khasyiya: diriwayatkan dengan fathah pada huruf kha' dengan bentuk fi'il (kata kerja) untuk fa'il (subjek), maka maknanya adalah: bahwa

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٣٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٥٣١".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "435" dan Muslim dengan nomor "531".

الرَّسُولُ –ﷺ هُوَ الَّذِي أَمَرَهُمْ بِعَدَمِ إِبْرَازِ قَبْرِهِ. وَيُرْوَى بِضَمِّ الْخَاءِ بِالْبِنَاءِ لِلْمَفْعُولِ فَيَكُونُ الْمَعْنَى: أَنَّ الصَّحَابَةَ هُمُ الَّذِينَ خَشَوْا ذَلِكَ فَلَمْ يُبْرِزُوا قَبْرَهُ.

Rasulullah –ﷺ adalah orang yang memerintahkan mereka untuk tidak memperlihatkan kuburnya. Dan diriwayatkan dengan dhammah pada huruf kha' dalam bentuk mabni lil maf'ul, maka maknanya adalah: bahwa para sahabat adalah orang-orang yang khawatir akan hal itu, sehingga mereka tidak memperlihatkan kuburnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ حِرْصًا مِنْهُ عَلَى حِمَايَةِ التَّوْحِيدِ وَتَجْنِيبِ الْأُمَّةِ مَا وَقَعَتْ فِيهِ الْأُمَمُ الضَّالَّةُ مِنَ الْغُلُوِّ فِي قُبُورِ أَنْبِيَائِهِمْ حَتَّى آلَ ذَلِكَ بِهِمْ إِلَى الشِّرْكِ جَعَلَ –ﷺ وَهُوَ فِي سِيَاقِ الْمَوْتِ وَمُقَاسَاةِ شِدَّةِ النَّزْعِ- يُحَذِّرُ أُمَّتَهُ أَنْ لَا يَغْلُوَ فِي قَبْرِهِ فَيَتَّخِذُوهُ مَسْجِدًا يُصَلُّونَ عِنْدَهُ؛ كَمَا فَعَلَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ذَلِكَ مَعَ قُبُورِ أَنْبِيَائِهِمْ، فَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ لَقَدْ بَلَّغَ الْبَلَاغَ الْمُبِينَ.

Makna keseluruhan dari hadits ini adalah: bahwa Nabi –ﷺ dalam upayanya untuk melindungi tauhid dan menjauhkan umat dari apa yang dilakukan oleh umat-umat yang sesat berupa sikap berlebihan terhadap kuburan para nabi mereka hingga hal itu membawa mereka kepada syirik, maka beliau –ﷺ ketika dalam keadaan menjelang wafat dan merasakan sakitnya sakaratul maut- memperingatkan umatnya agar tidak bersikap berlebihan terhadap kuburnya sehingga menjadikannya sebagai masjid tempat mereka shalat di sisinya; sebagaimana yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani terhadap kuburan para nabi mereka. Maka semoga shalawat Allah tercurahkan kepada beliau, sungguh beliau telah menyampaikan risalah dengan jelas.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الْمَنْعَ مِنْ عِبَادَةِ اللهِ عِنْدَ قُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ وَاتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ؛ لِأَنَّهُ يُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ بِاللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan para nabi dan menjadikannya sebagai masjid; karena hal itu dapat menjerumuskan kepada syirik kepada Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- المَنْعُ مِنِ اتِّخَاذِ قُبُورِ الأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ مَسَاجِدَ يُصَلَّى فِيهَا لِلَّهِ، لِأَنَّ ذَلِكَ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

1- Larangan menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang saleh sebagai masjid untuk shalat kepada Allah, karena hal itu merupakan sarana menuju syirik.

٢- شِدَّةُ اهْتِمَامِ الرَّسُولِ –ﷺ وَاعْتِنَائِهِ بِالتَّوْحِيدِ وَخَوْفِهِ أَنْ يُعَظَّمَ قَبْرُهُ، لِأَنَّ ذَلِكَ يُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ.

2- Besarnya perhatian Rasulullah –ﷺ dan kepeduliannya terhadap tauhid serta kekhawatirannya jika kuburnya diagungkan, karena hal itu mengarah kepada syirik.

٣- جَوَازُ لَعْنِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَمَنْ فَعَلَ مِثْلَ فِعْلِهِمْ مِنَ الْبِنَاءِ عَلَى الْقُبُورِ وَاتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ.

3- Bolehnya melaknat Yahudi, Nasrani, dan siapa saja yang melakukan perbuatan seperti mereka dalam membangun di atas kuburan dan menjadikannya sebagai masjid.

٤- بَيَانُ الْحِكْمَةِ مِنْ دَفْنِ النَّبِيِّ –ﷺ فِي بَيْتِهِ، وَأَنَّ ذَلِكَ لِمَنْعِ الِافْتِتَانِ بِهِ.

4- Penjelasan hikmah dari pemakaman Nabi –ﷺ di rumahnya, dan bahwa hal itu untuk mencegah fitnah terhadapnya.

٥- أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ بَشَرٌ يَجْرِي عَلَيْهِ مَا يَجْرِي عَلَى الْبَشَرِ مِنَ الْمَوْتِ وَشِدَّةِ النَّزْعِ.

5- Bahwa Nabi –ﷺ adalah manusia yang mengalami apa yang dialami manusia berupa kematian dan sakitnya sakaratul maut.

* * *

* * *

وَلِمُسْلِمٍ عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ بِخَمْسٍ وَهُوَ يَقُولُ: "إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللهَ قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا. وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا. أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ، أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ فَإِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ" (١) .

Dan Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdullah, ia berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ lima hari sebelum wafatnya bersabda: "Sesungguhnya aku berlepas diri kepada Allah dari menjadikan seseorang di antara kalian sebagai kekasih (khalil). Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Seandainya aku menjadikan seseorang dari umatku sebagai kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasik. Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid. Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, karena aku melarang kalian dari hal itu." (1)

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Keterangan:

١- جُنْدُبٌ هُوَ: جُنْدُبُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ سُفْيَانَ الْبَجَلِيُّ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ، مَاتَ بَعْدَ السِّتِّينَ –﵁.

1- Jundub adalah: Jundub bin Abdullah bin Sufyan Al-Bajali, seorang sahabat yang terkenal. Ia wafat setelah tahun 60 H ﵁.

٢- أَبَا بَكْرٍ هُوَ؛ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ: عَبْدُ اللهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ عَامِرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ كَعْبٍ التَّيْمِيُّ خَلِيفَةُ رَسُولِ اللهِ –ﷺ وَأَفْضَلُ الصَّحَابَةِ بِالْإِجْمَاعِ، مَاتَ سَنَةَ ١٣ وَلَهُ ٦٣ سَنَةً ﵁.

2- Abu Bakar adalah; Abu Bakar Ash-Shiddiq: Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'b At-Taimi, khalifah Rasulullah ﷺ dan sahabat terbaik berdasarkan ijma'. Ia wafat pada tahun 13 H di usia 63 tahun ﵁.

بِخَمْسٍ: أَيْ: خَمْسُ لَيَالٍ. وَقِيلَ: خَمْسُ سِنِينَ.

Bikhamsin: Yakni lima malam. Ada yang mengatakan: lima tahun.

إِنِّي أَبْرَأُ: أَيْ: أَمْتَنِعُ وَأُنْكِرُ.

Inni abra'u: Yakni aku menolak dan mengingkari.

خَلِيلًا؛ الْخَلِيلُ هُوَ: الْمَحْبُوبُ غَايَةَ الْحُبِّ.

Khalilan; Al-Khalil adalah: yang dicintai dengan kecintaan yang sangat.

أَلَا: حَرْفُ اسْتِفْتَاحٍ وَتَنْبِيهٍ.

Ala: kata pembuka dan peringatan.

مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: يَعْنِي: الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى.

Orang-orang sebelum kalian: yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.

يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ: بِالصَّلَاةِ عِنْدَهَا وَإِلَيْهَا، وَبِنَاءِ

Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid: dengan shalat di sisinya dan menghadap ke arahnya, serta membangun

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٥٣٢".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor "532".

الْمَسَاجِدُ وَالْقِبَابُ عَلَيْهَا.

Masjid dan kubah di atasnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَتَحَدَّثُ –ﷺ قُبَيْلَ وَفَاتِهِ إِلَى أُمَّتِهِ بِحَدِيثٍ مُهِمٍّ، فَيُخْبِرُ عَنْ مَكَانَتِهِ عِنْدَ اللهِ، وَأَنَّهَا بَلَغَتْ أَعْلَى دَرَجَاتِ الْمَحَبَّةِ؛ كَمَا نَالَهَا إِبْرَاهِيمُ ﵇، وَلِذَلِكَ نَفَى أَنْ يَكُونَ لَهُ خَلِيلٌ غَيْرَ اللهِ؛ لِأَنَّ قَلْبَهُ امْتَلَأَ مِنْ مَحَبَّتِهِ وَتَعْظِيمِهِ وَمَعْرِفَتِهِ؛ فَلَا يَتَّسِعُ لِأَحَدٍ. وَلَوْ كَانَ لَهُ خَلِيلٌ مِنَ الْخَلْقِ لَكَانَ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ، وَهُوَ إِشَارَةٌ إِلَى فَضْلِ أَبِي بَكْرٍ وَاسْتِخْلَافِهِ مِنْ بَعْدِهِ. ثُمَّ أَخْبَرَ عَنْ غُلُوِّ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى فِي قُبُورِ أَنْبِيَائِهِمْ حَتَّى صَيَّرُوهَا مُتَعَبَّدَاتٍ شِرْكِيَّةً، وَنَهَى أُمَّتَهُ أَنْ يَفْعَلُوا مِثْلَ فِعْلِهِمْ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ berbicara kepada umatnya menjelang wafatnya dengan hadits yang penting. Beliau mengabarkan tentang kedudukannya di sisi Allah, dan bahwa kedudukan itu telah mencapai derajat kecintaan tertinggi; sebagaimana yang diperoleh Ibrahim ﵇. Oleh karena itu, beliau menafikan memiliki kekasih selain Allah; karena hatinya dipenuhi dengan kecintaan, pengagungan, dan pengetahuan tentang-Nya; sehingga tidak ada ruang untuk yang lain. Seandainya beliau memiliki kekasih dari makhluk, niscaya itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan ini merupakan isyarat akan keutamaan Abu Bakar dan kekhalifahannya setelah beliau. Kemudian beliau mengabarkan tentang sikap berlebihan orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kuburan para nabi mereka hingga menjadikannya tempat ibadah syirik, dan beliau melarang umatnya untuk melakukan seperti perbuatan mereka.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنِ اتِّخَاذِ الْقُبُورِ أَمْكِنَةً لِلْعِبَادَةِ؛ لِأَنَّهُ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ. كَمَا تَفْعَلُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى وَغَيْرُهُمْ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah; karena itu adalah sarana menuju syirik. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, dan selain mereka dari ahli bid'ah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ اتِّخَاذِ الْقُبُورِ أَمْكِنَةً لِلْعِبَادَةِ يُصَلَّى عِنْدَهَا أَوْ إِلَيْهَا وَيُبْنَى عَلَيْهَا مَسَاجِدُ أَوْ قِبَابٌ، حَذَرًا مِنَ الْوُقُوعِ فِي الشِّرْكِ بِسَبَبِ ذَلِكَ.

1- Larangan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah yang dishalati di sisinya atau menghadapnya, dan membangun masjid atau kubah di atasnya, karena khawatir jatuh ke dalam syirik karena hal itu.

٢- سَدُّ الذَّرَائِعِ الْمُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

2- Menutup sarana yang mengarah kepada syirik.

٣- إِثْبَاتُ الْمَحَبَّةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

3- Menetapkan cinta kepada Allah سبحانه sesuai dengan keagungan-Nya.

٤- فَضْلُ الْخَلِيلَيْنِ: مُحَمَّدٍ وَإِبْرَاهِيمَ ﵉.

4- Keutamaan dua kekasih Allah: Muhammad dan Ibrahim ﵉.

٥- فَضْلُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، وَأَنَّهُ أَفْضَلُ الْأُمَّةِ عَلَى الْإِطْلَاقِ.

5- Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan bahwa ia adalah yang terbaik dari umat ini secara mutlak.

٦- أَنَّهُ دَلِيلٌ عَلَى خِلَافَةِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ.

6- Bahwa hal itu adalah dalil atas kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

* * *

* * *

فَقَدْ نَهَى عَنْهُ وَهُوَ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، ثُمَّ إِنَّهُ لَعَنَ وَهُوَ فِي السِّيَاقِ مَنْ فَعَلَهُ. وَالصَّلَاةُ عِنْدَهَا مِنْ ذَلِكَ وَإِنْ لَمْ يُبْنَ مَسْجِدٌ. وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهَا: خَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا. فَإِنَّ الصَّحَابَةَ لَمْ يَكُونُوا لِيَبْنُوا حَوْلَ قَبْرِهِ مَسْجِدًا.

Dia telah melarangnya di akhir hidupnya, kemudian dia melaknat orang yang melakukannya ketika dia sedang sekarat. Dan shalat di sana termasuk dari itu meskipun tidak dibangun masjid. Itulah makna perkataannya: Khawatir akan dijadikan masjid. Karena para sahabat tidak akan membangun masjid di sekitar kuburnya.

وَكُلُّ مَوْضِعٍ قُصِدَتِ الصَّلَاةُ فِيهِ فَقَدِ اتُّخِذَ مَسْجِدًا، بَلْ كُلُّ مَوْضِعٍ يُصَلَّى فِيهِ يُسَمَّى مَسْجِدًا، كَمَا قَالَ ﷺ: "جُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا" (١) .

Dan setiap tempat yang dimaksudkan untuk shalat di dalamnya maka ia telah dijadikan masjid, bahkan setiap tempat yang digunakan untuk shalat disebut masjid, sebagaimana Nabi ﷺ bersabda: "Bumi dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci" (1).

ــ

ــ

هَذَا مِنْ كَلَامِ شَيْخِ الْإِسْلَامِ ابْنِ تَيْمِيَّةَ ﵀، يُوَضِّحُ بِهِ مَا تَدُلُّ عَلَيْهِ الْأَحَادِيثُ السَّابِقَةُ فِي الْبَابِ.

Ini adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ﵀, yang menjelaskan apa yang ditunjukkan oleh hadits-hadits sebelumnya dalam bab ini.

تَوْضِيحُ كَلَامِ ابْنِ تَيْمِيَّةَ:

Penjelasan perkataan Ibnu Taimiyyah:

فَقَوْلُهُ: "فَقَدْ نَهَى عَنْهُ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ": كَمَا فِي حَدِيثِ جُنْدَبٍ.

Perkataannya: "Dia telah melarangnya di akhir hidupnya": sebagaimana dalam hadits Jundub.

وَقَوْلُهُ: "ثُمَّ إِنَّهُ لَعَنَ وَهُوَ فِي السِّيَاقِ مَنْ فَعَلَهُ": كَمَا فِي حَدِيثِ عَائِشَةَ.

Dan perkataannya: "Kemudian dia melaknat orang yang melakukannya ketika dia sedang sekarat": sebagaimana dalam hadits Aisyah.

وَقَوْلُهُ: "وَالصَّلَاةُ عِنْدَهَا مِنْ ذَلِكَ" أَيْ: مِنِ اتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ.

Dan perkataannya: "Dan shalat di sana termasuk dari itu" yaitu: dari menjadikannya sebagai masjid.

وَقَوْلُهُ: "وَإِنْ لَمْ يُبْنَ مَسْجِدٌ" أَيْ: الصَّلَاةُ عِنْدَ الْقُبُورِ مِنِ اتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ الْمَلْعُونُ مَنْ فَعَلَهُ وَلَوْ بِدُونِ بِنَاءِ مَسَاجِدَ.

Dan perkataannya: "Meskipun tidak dibangun masjid" yaitu: shalat di sisi kubur termasuk menjadikannya sebagai masjid, terlaknat orang yang melakukannya meskipun tanpa membangun masjid.

وَقَوْلُهُ: "وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهَا: خَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا" أَيْ: مَعْنَى قَوْلِ عَائِشَةَ فِي تَعْلِيلِ دَفْنِ النَّبِيِّ –ﷺ فِي بَيْتِهِ وَعَدَمِ إِبْرَازِ قَبْرِهِ.

Dan perkataannya: "Dan ini adalah makna dari perkataannya: Khawatir akan dijadikan masjid" yaitu: makna dari perkataan Aisyah dalam menjelaskan alasan penguburan Nabi -ﷺ di rumahnya dan tidak menonjolkan kuburnya.

وَقَوْلُهُ: "فَإِنَّ الصَّحَابَةَ لَمْ يَكُونُوا لِيَبْنُوا حَوْلَ قَبْرِهِ مَسْجِدًا" أَيْ:

Dan perkataannya: "Karena para sahabat tidak akan membangun masjid di sekitar kuburnya" yaitu:

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٣٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٥٢١".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "335" dan Muslim dengan nomor "521".

لَمَّا عَلِمُوا مِن تَشْدِيدِهِ –ﷺ فِي ذَلِكَ وَتَغْلِيظِهِ وَلَعْنِ مَن فَعَلَهُ فَيَكُونُ الْمَقْصُودُ النَّهْيَ عَنِ الصَّلَاةِ عِنْدَهَا.

Ketika mereka mengetahui dari penekanan beliau –ﷺ dalam hal itu, peringatan keras beliau, dan laknat beliau terhadap orang yang melakukannya, maka yang dimaksud adalah larangan shalat di sisinya.

وَقَوْلُهُ: "وَكُلُّ مَوْضِعٍ قُصِدَتِ الصَّلَاةُ فِيهِ فَقَدِ اتُّخِذَ مَسْجِدًا"؛ لِكَوْنِهِ أُعِدَّ لِلصَّلَاةِ وَإِن لَمْ يُبْنَ.

Dan perkataannya: "Dan setiap tempat yang dimaksudkan untuk shalat di dalamnya, maka ia telah dijadikan masjid"; karena ia disiapkan untuk shalat meskipun tidak dibangun.

وَقَوْلُهُ: "بَلْ كُلُّ مَوْضِعٍ يُصَلَّى فِيهِ يُسَمَّى مَسْجِدًا" أَيْ: وَإِن لَمْ يُقْصَدْ بِذَلِكَ بِخُصُوصِهِ، بَلْ أُوقِعَتْ فِيهِ الصَّلَاةُ عَرَضًا لَمَّا حَانَ وَقْتُهَا فِيهِ.

Dan perkataannya: "Bahkan setiap tempat yang digunakan untuk shalat disebut masjid" yaitu: meskipun tidak dimaksudkan secara khusus, tetapi shalat dilakukan di dalamnya secara kebetulan ketika waktunya tiba di tempat itu.

وَقَوْلُهُ: كَمَا قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ: "جُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا" أَرَادَ بِهِ الِاسْتِدْلَالَ لِلْجُمْلَةِ الَّتِي قَبْلَهُ، حَيْثُ سَمَّى –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ الْأَرْضَ مَسْجِدًا، تَجُوزُ الصَّلَاةُ فِي كُلِّ بُقْعَةٍ مِنْهَا إِلَّا مَا اسْتَثْنَاهُ الدَّلِيلُ.

Dan perkataannya: sebagaimana Nabi –ﷺ bersabda: "Bumi dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci" yang dimaksudkan dengannya adalah sebagai dalil untuk kalimat sebelumnya, di mana beliau –ﷺ dalam hadits ini menyebut bumi sebagai masjid, shalat boleh dilakukan di setiap bagiannya kecuali yang dikecualikan oleh dalil.

* * *

* * *

وَلِأَحْمَدَ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ– مَرْفُوعًا: "إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَالَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ" (١) وَرَوَاهُ أَبُو حَاتِمٍ فِي صَحِيحِهِ.

Dan dari Ahmad dengan sanad yang baik dari Ibnu Mas'ud –radhiyallahu 'anhu– secara marfu': "Sesungguhnya termasuk seburuk-buruk manusia adalah mereka yang didapati kiamat sedang mereka masih hidup, dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid" (1) Dan diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam kitab Shahih-nya.

ــ

ــ

شِرَارُ النَّاسِ: بِكَسْرِ الشِّينِ جَمْعُ شَرٍّ، أَفْعَلُ تَفْضِيلٍ.

Seburuk-buruk manusia: dengan kasrah pada huruf syin merupakan bentuk jamak dari syarr, bentuk af'al tafdhil.

مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ: أَيْ: مُقَدِّمَاتُهَا: كَخُرُوجِ الدَّابَّةِ، وَطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا.

Orang yang didapati kiamat: yaitu tanda-tanda besarnya seperti keluarnya Dabbah dan terbitnya matahari dari barat.

يَتَّخِذُونَ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ: أَيْ: بِالصَّلَاةِ عِنْدَهَا وَإِلَيْهَا.

Menjadikan kuburan sebagai masjid: yaitu dengan melakukan shalat di sisinya dan menghadap ke arahnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– عَمَّنْ تَقُومُ السَّاعَةُ عَلَيْهِمْ وَهُمْ أَحْيَاءٌ أَنَّهُمْ شِرَارُ النَّاسِ، وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُصَلُّونَ عِنْدَ الْقُبُورِ وَإِلَيْهَا وَيَبْنُونَ عَلَيْهَا الْقِبَابَ، وَهَذَا تَحْذِيرٌ لِأُمَّتِهِ أَنْ تَفْعَلَ مَعَ قُبُورِ نَبِيِّهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مِثْلَ فِعْلِ هَؤُلَاءِ الْأَشْرَارِ.

Makna umum hadits: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan tentang orang-orang yang didapati kiamat sedang mereka masih hidup, bahwa mereka adalah seburuk-buruk manusia. Di antara mereka adalah orang-orang yang shalat di sisi kuburan, menghadap ke arahnya, dan membangun kubah di atasnya. Ini merupakan peringatan bagi umatnya agar tidak melakukan hal yang sama pada kuburan nabi dan orang-orang shalih mereka seperti perbuatan orang-orang jahat tersebut.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّحْذِيرَ مِنِ اتِّخَاذِ الْقُبُورِ مَسَاجِدَ، يُصَلَّى فِي سَاحَتِهَا وَيُتَبَرَّكُ بِهَا؛ لِأَنَّهُ ذَرِيعَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat peringatan dari menjadikan kuburan sebagai masjid, melakukan shalat di pekarangannya dan mengambil berkah darinya; karena hal itu merupakan wasilah menuju syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- التَّحْذِيرُ عَنِ الصَّلَاةِ عِنْدَ الْقُبُورِ، لِأَنَّهُ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

1- Peringatan tentang shalat di dekat kuburan, karena itu adalah sarana menuju syirik.

٢- أَنَّ مَنِ اتَّخَذَ قُبُورَ الصَّالِحِينَ مَسَاجِدَ لِلصَّلَاةِ فِيهَا فَهُوَ مِنْ شِرَارِ الْخَلْقِ، وَإِنْ كَانَ قَصْدُهُ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ.

2- Bahwa siapa yang menjadikan kuburan orang-orang saleh sebagai masjid untuk shalat di dalamnya, maka dia termasuk seburuk-buruk makhluk, meskipun tujuannya adalah mendekatkan diri kepada Allah.

٣- أَنَّ السَّاعَةَ تَقُومُ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ.

3- Bahwa Hari Kiamat akan terjadi pada orang-orang yang paling buruk.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "١/٤٣٥"، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ بِرَقْمِ "٣٤٠".
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya "1/435", dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dengan nomor "340".

٤- التَّحْذِيرُ عَنِ الشِّرْكِ وَوَسَائِلِهِ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهِ، مَهْمَا كَانَ قَصْدُ صَاحِبِ تِلْكَ الْوَسَائِلِ.

4- Memperingatkan tentang syirik dan sarana-sarananya serta apa saja yang mendekatkan kepadanya, apapun niat pemilik sarana-sarana tersebut.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ الْغُلُوَّ فِي قُبُورِ الصَّالِحِينَ يُصَيِّرُهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ الغُلُوَّ فِي قُبُورِ الصَّالِحِينَ يُصَيِّرُهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ

Bab tentang apa yang datang bahwa berlebih-lebihan dalam mengagungkan kuburan orang-orang saleh menjadikannya berhala-berhala yang disembah selain Allah

رَوَى مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ. اشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ" (١) .

Malik meriwayatkan dalam Al-Muwaththa': Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku berhala yang disembah. Allah sangat murka terhadap kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid" (1).

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ المُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا حَذَّرَ فِي البَابِ الَّذِي قَبْلَهُ مِنَ الغُلُوِّ فِي الصَّالِحِينَ أَرَادَ أَنْ يُبَيِّنَ فِي هَذَا البَابِ أَنَّ الغُلُوَّ فِي القُبُورِ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ المُضَادِّ لِلتَّوْحِيدِ وَذَلِكَ بِعِبَادَةِ الأَمْوَاتِ. كَمَا أَرَادَ أَيْضًا التَّحْذِيرَ مِنَ الغُلُوِّ فِي القُبُورِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Bahwa penulis ﵀ ketika memperingatkan pada bab sebelumnya dari sikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang saleh, ia ingin menjelaskan dalam bab ini bahwa sikap berlebihan terhadap kuburan adalah sarana menuju syirik yang bertentangan dengan tauhid, yaitu dengan menyembah orang-orang yang telah mati. Ia juga ingin memperingatkan dari sikap berlebihan terhadap kuburan.

تَرْجَمَةُ الإِمَامِ مَالِكٍ: هُوَ الإِمَامُ مَالِكُ بْنُ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ الأَصْبَحِيُّ -إِمَامُ دَارِ الهِجْرَةِ وَأَحَدُ الأَئِمَّةِ الأَرْبَعَةِ تُوُفِّيَ سَنَةَ ١٧٩ هـ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى.

Biografi Imam Malik: Beliau adalah Imam Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir Al-Ashbahi - Imam Dar Al-Hijrah (Madinah) dan salah satu dari empat imam mazhab. Beliau wafat pada tahun 179 H, semoga Allah Ta'ala merahmatinya.

اللَّهُمَّ: مُنَادَى مَبْنِيٌ عَلَى الضَّمِّ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ، وَالمِيمُ المُشَدَّدَةُ زَائِدَةٌ.

Allahumma: Kata seru (munada) yang dibangun di atas dhammah dalam posisi nashab, dan mim yang bertasydid adalah tambahan.

وَثَنًا: هُوَ الْمَعْبُودُ الَّذِي لَا صُورَةَ لَهُ: كَالْقُبُورِ وَالْأَشْجَارِ وَالْعُمُدِ وَالْحِيطَانِ وَالْأَحْجَارِ وَنَحْوِهَا.

Watsanan: adalah sesembahan yang tidak memiliki bentuk, seperti kuburan, pohon, tiang, dinding, batu, dan sejenisnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مَالِكٌ فِي مُوَطَّئِهِ بِرَقْمِ "٨٥" وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٢/٢٤٦".
(1) Diriwayatkan oleh Malik dalam Muwaththa'-nya dengan nomor "85" dan Ahmad dalam Musnad-nya "2/246".

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: خَافَ –ﷺ أَنْ يَقَعَ فِي أُمَّتِهِ مَعَ قَبْرِهِ مَا وَقَعَ مِنَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى مَعَ قُبُورِ أَنْبِيَائِهِمْ مِنَ الغُلُوِّ فِيهَا حَتَّى صَارَتْ أَوْثَانًا، فَرَغِبَ إِلَى رَبِّهِ أَنْ لَا يَجْعَلَ قَبْرَهُ كَذَلِكَ. ثُمَّ نَبَّهَ –ﷺ عَلَى سَبَبِ لُحُوقِ شِدَّةِ الغَضَبِ وَاللَّعْنَةِ بِالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى. أَنَّهُ مَا فَعَلُوا فِي حَقِّ قُبُورِ الأَنْبِيَاءِ حَتَّى صَيَّرُوهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ، فَوَقَعُوا فِي الشِّرْكِ العَظِيمِ المُضَادِّ لِلتَّوْحِيدِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ khawatir bahwa umatnya akan melakukan hal yang sama terhadap kuburnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kuburan nabi-nabi mereka, yaitu berlebih-lebihan hingga menjadikannya berhala. Maka beliau memohon kepada Tuhannya agar tidak menjadikan kuburnya seperti itu. Kemudian beliau ﷺ mengingatkan tentang penyebab turunnya kemurkaan dan laknat yang keras kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Bahwa mereka melakukan hal itu terhadap kuburan para nabi hingga menjadikannya berhala yang disembah, sehingga mereka terjerumus ke dalam syirik besar yang bertentangan dengan tauhid.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ الغُلُوَّ فِي القُبُورِ يَجْعَلُهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ" وَبَيَّنَ ذَلِكَ بِقَوْلِهِ: "اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ".

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa sikap berlebihan terhadap kuburan menjadikannya berhala yang disembah; karena Nabi ﷺ bersabda: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburku berhala yang disembah" dan beliau menjelaskan hal itu dengan sabdanya: "Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ الغُلُوَّ فِي قُبُورِ الأَنْبِيَاءِ يَجْعَلُهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ.

1- Bahwa sikap berlebihan terhadap kuburan para nabi menjadikannya berhala yang disembah.

٢- أَنَّ مِنَ الغُلُوِّ فِي القُبُورِ اتِّخَاذَهَا مَسَاجِدَ، وَهَذَا يُؤَدِّي إِلَى الشِّرْكِ.

2- Bahwa di antara bentuk sikap berlebihan terhadap kuburan adalah menjadikannya sebagai masjid, dan ini mengarah kepada syirik.

٣- إِثْبَاتُ اتِّصَافِ اللهِ سُبْحَانَهُ بِالْغَضَبِ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

3- Menetapkan sifat Allah Yang Maha Suci dengan sifat marah sesuai dengan keagungan-Nya.

* * *

* * *

وَلِابْنِ جَرِيرٍ بِسَنَدِهِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ: ﴿أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى﴾ [النجم: ١٩] .

Dan dari Ibnu Jarir dengan sanadnya dari Sufyan dari Manshur dari Mujahid: "Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-'Uzza." [An-Najm: 19].

قَالَ: كَانَ يَلُتُّ لَهُمُ السَّوِيقَ فَمَاتَ فَعَكَفُوا عَلَى قَبْرِهِ.

Dia berkata: Dia (al-Lata) dulu menumbuk gandum untuk mereka, lalu ketika dia meninggal, mereka berdiam di atas kuburnya.

وَكَذَا قَالَ أَبُو الْجَوْزَاءِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: كَانَ يَلُتُّ السَّوِيقَ لِلْحَاجِّ.

Demikian pula yang dikatakan Abu Al-Jauza' dari Ibnu Abbas: Dia (al-Lata) dulu menumbuk gandum untuk para jamaah haji.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

١- ابْنُ جَرِيرٍ هُوَ: الإِمَامُ الحَافِظُ مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ، صَاحِبُ التَّفْسِيرِ مَاتَ سَنَةَ ٣١٠ هـ ﵀.

1- Ibnu Jarir adalah: Al-Imam Al-Hafizh Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, penulis kitab tafsir. Wafat tahun 310 H, semoga Allah merahmatinya.

٢- سُفْيَانُ: الأَظْهَرُ أَنَّهُ سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ إِمَامٌ حُجَّةٌ عَابِدٌ، مَاتَ سَنَةَ ١٦١هـ. ﵀.

2- Sufyan: Yang paling jelas adalah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang imam yang menjadi hujjah lagi ahli ibadah. Wafat tahun 161 H, semoga Allah merahmatinya.

٣- مَنْصُورٌ هُوَ: ابْنُ الْمُعْتَمِرِ ثِقَةٌ فَقِيهٌ مَاتَ سَنَةَ ١٣٢هـ. ﵀.

3- Manshur adalah: Ibnu Al-Mu'tamir, seorang yang tsiqah (terpercaya) lagi faqih. Wafat tahun 132 H, semoga Allah merahmatinya.

٤- مُجَاهِدٌ هُوَ: ابْنُ جَبْرٍ ثِقَةٌ إِمَامٌ فِي التَّفْسِيرِ، أَخَذَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَغَيْرِهِ مَاتَ سَنَةَ ١٠٤هـ. ﵀.

4- Mujahid adalah: Ibnu Jabr, seorang yang tsiqah (terpercaya), imam dalam tafsir. Dia mengambil ilmu dari Ibnu Abbas dan lainnya. Wafat tahun 104 H, semoga Allah merahmatinya.

٥- أَبُو الْجَوْزَاءِ هُوَ؛ أَوْسُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الرَّبْعِيُّ ثِقَةٌ مَشْهُورٌ مَاتَ سَنَةَ ٨٣هـ. ﵀.

5- Abu Al-Jauza' adalah: Aus bin Abdullah Ar-Rab'i, seorang yang tsiqah (terpercaya) lagi masyhur. Wafat tahun 83 H, semoga Allah merahmatinya.

يَلُتُّ السَّوِيقَ: أَيْ يَخْلِطُهُ بِسَمْنٍ وَنَحْوِهِ.

Yaluttu as-sawiq: Yaitu mencampurnya dengan samin (mentega) dan sejenisnya.

عَكَفُوا عَلَى قَبْرِهِ: أَقْبَلُوا وَوَاظَبُوا وَاحْتَبَسُوا عَلَيْهِ.

'Akafuu 'alaa qabrihi: Mereka mendatangi, berdiam, dan menetap di atas kuburnya.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ سَبَبَ عِبَادَةِ اللَّاتِ هُوَ الْغُلُوُّ فِي قَبْرِهِ حَتَّى صَارَ وَثَنًا يُعْبَدُ.

Kesesuaian atsar dengan bab: bahwa penyebab penyembahan Latta adalah sikap berlebihan (ghuluw) terhadap kuburnya hingga menjadi berhala yang disembah.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ –﵄ قَالَ: "لَعَنَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ زَائِرَاتِ الْقُبُورِ، وَالْمُتَّخِذِينَ عَلَيْهَا الْمَسَاجِدَ وَالسُّرُجَ" (١) رَوَاهُ أَهْلُ السُّنَنِ.

Dari Ibnu Abbas –﵄ berkata: "Rasulullah –ﷺ melaknat para wanita yang menziarahi kuburan, dan orang-orang yang menjadikannya sebagai masjid dan menyalakan lampu di atasnya" (1) Diriwayatkan oleh Ahlu Sunan.

ــ

ــ

أَهْلُ السُّنَنِ: أَيْ: أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ. وَلَمْ يَرْوِهِ النَّسَائِيُّ.

Ahlu Sunan: yaitu: Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah. An-Nasa'i tidak meriwayatkannya.

زَائِرَاتِ الْقُبُورِ: أَيْ: مِنَ النِّسَاءِ.

Wanita yang menziarahi kuburan: yaitu: dari kalangan wanita.

وَالسُّرُجَ: أَيِ: الَّذِينَ يُوقِدُونَ السُّرُجَ عَلَى الْمَقَابِرِ وَيُضِيئُونَهَا.

As-Suruj: yaitu: orang-orang yang menyalakan lampu di atas kuburan dan meneranginya.

مَعْنَى الْحَدِيثِ إِجْمَالًا: يَدْعُو –ﷺ بِاللَّعْنَةِ وَهِيَ الطَّرْدُ وَالْإِبْعَادُ عَنْ رَحْمَةِ اللهِ لِلنِّسَاءِ اللَّاتِي يَزُرْنَ الْقُبُورَ؛ لِأَنَّ زِيَارَتَهُنَّ يَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا مَفَاسِدُ مِنْهَا النِّيَاحَةُ وَالْجَزَعُ وَافْتِتَانُ الرِّجَالِ بِهِنَّ. وَلَعَنَ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْمَقَابِرَ مَوَاطِنَ عِبَادَةٍ أَوْ يُضِيئُونَهَا بِالسُّرُجِ وَالْقَنَادِيلِ؛ لِأَنَّ هَذَا غُلُوٌّ فِيهَا وَمَدْعَاةٌ لِلشِّرْكِ بِأَصْحَابِهَا.

Makna hadits secara keseluruhan: Beliau –ﷺ berdoa dengan laknat yaitu pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah bagi para wanita yang menziarahi kuburan; karena ziarah mereka menimbulkan kerusakan di antaranya ratapan, kegelisahan, dan fitnah bagi laki-laki. Dan beliau melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah atau meneranginya dengan lampu dan lentera; karena ini adalah sikap berlebihan dan mengundang kesyirikan kepada para penghuni kuburan.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الْغُلُوِّ فِي الْقُبُورِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يُصَيِّرُهَا أَوْثَانًا تُعْبَدُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini menunjukkan haramnya sikap berlebihan terhadap kuburan; karena hal itu menjadikannya berhala yang disembah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الغُلُوِّ فِي القُبُورِ بِاتِّخَاذِهَا مَوَاطِنَ لِلْعِبَادَةِ؛ لِأَنَّهُ يُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ.

1- Mengharamkan sikap berlebihan terhadap kuburan dengan menjadikannya tempat ibadah; karena hal itu mengarah kepada syirik.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٢٣٦" وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣٢٠" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "١٥٧٥"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "١/٢٢٩، ٢٨٧، ٣٢٤، ٣٣٧".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3236", Tirmidzi dengan nomor "320", Ibnu Majah dengan nomor "1575", dan Ahmad dalam Musnad-nya "1/229, 287, 324, 337".

٢- تَحْرِيمُ تَنْوِيرِ الْمَقَابِرِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَسِيلَةٌ لِعِبَادَتِهَا.

2- Diharamkan menerangi kuburan; karena hal itu merupakan sarana untuk menyembahnya.

٣- أَنَّ الْغُلُوَّ فِي الْقُبُورِ مِنَ الْكَبَائِرِ.

3- Bahwa ghuluw (sikap berlebihan) terhadap kuburan termasuk dosa besar.

٤- أَنَّ عِلَّةَ النَّهْيِ عَنِ الصَّلَاةِ عِنْدَ الْقُبُورِ هِيَ: خَوْفُ الشِّرْكِ، لَا لِأَجْلِ النَّجَاسَةِ؛ لِأَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ قَرَنَ بَيْنَ اتِّخَاذِهَا مَسَاجِدَ وَإِسْرَاجِهَا وَلَعَنَ عَلَى الْأَمْرَيْنِ. وَلَيْسَ اللَّعْنُ عَلَى إِسْرَاجِهَا مِنْ أَجْلِ النَّجَاسَةِ، فَكَذَا الصَّلَاةُ عِنْدَهَا.

4- Bahwa alasan larangan shalat di dekat kuburan adalah: karena khawatir syirik, bukan karena najis; karena Rasulullah –ﷺ menggabungkan antara menjadikannya sebagai masjid dan menyalakannya (lampu), dan melaknat kedua perkara tersebut. Dan laknat atas menyalakannya (lampu) bukan karena najis, maka demikian pula shalat di dekatnya.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي حِمَايَةِ الْمُصْطَفَى ﷺ جَنَابَ التَّوْحِيدِ وَسَدِّهِ كُلَّ طَرِيقٍ يُوصِلُ إِلَى الشِّرْكِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي حِمَايَةِ الْمُصْطَفَى ﷺ جَنَابَ التَّوْحِيدِ وَسَدِّهِ كُلَّ طَرِيقٍ يُوصِّلُ إِلَى الشِّرْكِ

Bab tentang apa yang datang dalam perlindungan Al-Musthofa ﷺ terhadap sisi tauhid dan penutupannya terhadap setiap jalan yang mengarah kepada syirik

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ﴾ الْآيَةَ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu," ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ﴾ [التوبة: ١٢٨] .

Sempurnanya ayat: "sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." [At-Taubah: 128].

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا بَيَّنَ فِي الْأَبْوَابِ السَّابِقَةِ شَيْئًا مِنْ حِمَايَتِهِ ﷺ لِجَنَابِ التَّوْحِيدِ، أَرَادَ أَنْ يُبَيِّنَ فِي هَذَا الْبَابِ حِمَايَتَهُ الْخَاصَّةَ.

Kesesuaian bab dengan kitab tauhid: bahwa penulis ﵀ ketika telah menjelaskan pada bab-bab sebelumnya tentang sebagian perlindungan beliau ﷺ terhadap sisi tauhid, ia ingin menjelaskan pada bab ini perlindungan khusus beliau.

الْمُصْطَفَى: هُوَ الْمُخْتَارُ.

Al-Musthofa: Dia adalah yang terpilih.

جَنَابَ: أَيْ: جَانِبَ.

Janaba: yaitu sisi.

جَاءَكُمْ: يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ.

Telah datang kepada kalian: wahai bangsa Arab.

مِنْ أَنفُسِكُمْ: مِنْ جِنْسِكُمْ وَبِلُغَتِكُمْ.

Dari diri kalian sendiri: dari jenis kalian dan dengan bahasa kalian.

عَزِيزٌ عَلَيْهِ: أَيْ: شَدِيدٌ عَلَيْهِ جِدًّا -وَهُوَ خَبَرٌ مُقَدَّمٌ.

'Azizun 'alaihi: yaitu sangat berat baginya - dan ini adalah khabar muqaddam.

مَا عَنِتُّمْ: مَا يَشُقُّ عَلَيْكُمْ وَيُلْحِقُ الْأَذَى بِكُمْ مِنْ كُفْرٍ وَضَلَالٍ وَقَتْلٍ وَأَسْرٍ وَ"مَا" وَمَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ فِي تَأْوِيلِ مَصْدَرٍ مُبْتَدَأٌ مُؤَخَّرٌ.

Apa yang menyusahkan kalian: apa yang sulit bagi kalian dan mendatangkan bahaya kepada kalian berupa kekufuran, kesesatan, pembunuhan, dan penawanan. Dan "maa" serta apa yang dimasukinya dalam takwil mashdar mubtada' mu'akhkhar.

حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ: أَيْ: شَدِيدُ الْحِرْصِ وَالرَّغْبَةِ فِي هِدَايَتِكُمْ وَحُصُولِ النَّفْعِ الْعَاجِلِ وَالْآجِلِ لَكُمْ.

Sangat perhatian kepada kalian: Yakni: sangat bersemangat dan berkeinginan dalam memberi petunjuk kepada kalian dan mendatangkan manfaat di dunia dan akhirat bagi kalian.

بِالْمُؤْمِنِينَ: أَيْ: لَا بِغَيْرِهِمْ.

Kepada orang-orang beriman: yaitu bukan kepada selain mereka.

رَءُوفٌ: بَلِيغُ الشَّفَقَةِ.

Ra'ūf: sangat belas kasih.

رَحِيمٌ: بَلِيغُ الرَّحْمَةِ.

Raḥīm: sangat penyayang.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عِبَادَهُ عَلَى سَبِيلِ الِامْتِنَانِ أَنَّهُ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا عَظِيمًا مِنْ جِنْسِهِمْ وَبِلُغَتِهِمْ، يَشُقُّ عَلَيْهِ جِدًّا مَا يَشُقُّ عَلَيْهِمْ، وَيُؤْذِيهِ مَا يُؤْذِيهِمْ، شَدِيدُ الْحِرْصِ عَلَى هِدَايَتِهِمْ وَحُصُولِ النَّفْعِ لَهُمْ، شَدِيدُ الشَّفَقَةِ وَالرَّحْمَةِ بِالْمُؤْمِنِينَ خَاصَّةً مِنْهُمْ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahu hamba-hamba-Nya sebagai bentuk anugerah bahwa Dia telah mengutus kepada mereka seorang rasul yang agung dari jenis mereka dan dengan bahasa mereka, yang sangat berat baginya apa yang memberatkan mereka, dan menyakitinya apa yang menyakiti mereka, sangat berambisi untuk memberi petunjuk kepada mereka dan mendatangkan manfaat bagi mereka, sangat belas kasih dan penyayang khusus kepada orang-orang beriman di antara mereka.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ هَذِهِ الْأَوْصَافَ الْمَذْكُورَةَ فِيهَا فِي حَقِّ النَّبِيِّ –ﷺ تَقْتَضِي أَنَّهُ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ وَحَذَّرَهُمْ عَنِ الشِّرْكِ الَّذِي هُوَ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ؛ لِأَنَّ هَذَا هُوَ الْمَقْصُودُ الْأَعْظَمُ فِي رِسَالَتِهِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa sifat-sifat yang disebutkan dalam ayat ini tentang Nabi –ﷺ mengharuskan bahwa beliau telah memperingatkan umatnya dan mengingatkan mereka dari syirik yang merupakan dosa terbesar; karena inilah tujuan terbesar dalam risalahnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ قَدْ حَذَّرَ أُمَّتَهُ مِنَ الشِّرْكِ وَبَاعَدَهَا مِنْهُ وَسَدَّ كُلَّ طَرِيقٍ يُفْضِي بِهَا إِلَيْهِ.

1- Bahwa Rasulullah –ﷺ telah memperingatkan umatnya dari syirik, menjauhkan mereka darinya, dan menutup setiap jalan yang mengarah kepada syirik.

٢- التَّنْبِيهُ عَلَى نِعْمَةِ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ بِإِرْسَالِ هَذَا الرَّسُولِ الْكَرِيمِ إِلَيْهِمْ وَكَوْنِهِ مِنْهُمْ.

2- Peringatan akan nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan mengutus Rasul yang mulia ini kepada mereka dan menjadikannya dari kalangan mereka.

٣- مَدْحُ نَسَبِ الرَّسُولِ –ﷺ فَهُوَ مِنْ صَمِيمِ العَرَبِ وَأَشْرَفِهِمْ بَيْتًا وَنَسَبًا.

3- Memuji nasab Rasulullah ﷺ, karena beliau berasal dari inti bangsa Arab dan keluarga serta nasab mereka yang paling mulia.

٤- بَيَانُ رَأْفَتِهِ وَرَحْمَتِهِ بِالْمُؤْمِنِينَ.

4- Menjelaskan kelembutan dan kasih sayang beliau terhadap orang-orang mukmin.

٥- فِيهَا دَلِيلٌ عَلَى غِلْظَتِهِ وَشِدَّتِهِ عَلَى الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ.

5- Di dalamnya terdapat dalil atas kekerasannya dan kesungguhannya terhadap orang-orang kafir dan munafik.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ: "لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ.

Dari Abu Hurairah –﵁ berkata: Rasulullah –ﷺ bersabda: "Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian akan sampai kepadaku di mana pun kalian berada" (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan dan para perawinya tsiqah.

ــ

ــ

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا: لَا تُعَطِّلُوهَا مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ وَالدُّعَاءِ وَالْقِرَاءَةِ، فَتَكُونَ بِمَنْزِلَةِ الْقُبُورِ.

Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan: Janganlah kalian menelantarkannya dari shalat sunnah, doa dan membaca Al-Qur'an, sehingga menjadi seperti kuburan.

وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا: الْعِيدُ: مَا يُعْتَادُ مَجِيئُهُ وَقَصْدُهُ مِنْ زَمَانٍ وَمَكَانٍ. أَيْ: لَا تَتَّخِذُوا قَبْرِي مَحَلَّ اجْتِمَاعٍ تَتَرَدَّدُونَ إِلَيْهِ وَتَعْتَادُونَهُ لِلصَّلَاةِ وَالدُّعَاءِ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

Dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan: Perayaan adalah sesuatu yang biasa didatangi dan dituju dari waktu ke waktu dan tempat. Artinya: Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat berkumpul yang kalian datangi berulang kali dan biasa kalian lakukan untuk shalat, doa, dan lainnya.

فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ: أَيْ مَا يَنَالُنِي مِنْكُمْ مِنَ الصَّلَاةِ يَحْصُلُ مَعَ قُرْبِكُمْ وَبُعْدِكُمْ مِنْ قَبْرِي فَلَا حَاجَةَ بِكُمْ إِلَى الْمَجِيءِ إِلَيْهِ وَالتَّرَدُّدِ عَلَيْهِ.

Karena shalawat kalian akan sampai kepadaku di mana pun kalian berada: Yakni apa yang sampai kepadaku dari shalawat kalian akan terjadi baik kalian dekat maupun jauh dari kuburanku, sehingga kalian tidak perlu datang ke sana dan bolak-balik mengunjunginya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: نَهَى –ﷺ عَنْ تَعْطِيلِ الْبُيُوتِ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ فِيهَا وَالدُّعَاءِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فَتَكُونُ بِمَنْزِلَةِ الْقُبُورِ؛ لِأَنَّ النَّهْيَ عَنِ الصَّلَاةِ عِنْدَ الْقُبُورِ قَدْ تَقَرَّرَ عِنْدَهُمْ فَنَهَاهُمْ أَنْ يَجْعَلُوا بُيُوتَهُمْ كَذَلِكَ، وَنَهَى عَنْ تَكْرَارِ زِيَارَةِ قَبْرِهِ وَالِاجْتِمَاعِ عِنْدَهُ عَلَى وَجْهٍ مُعْتَادٍ لِأَجْلِ الدُّعَاءِ وَالتَّقَرُّبِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ، وَأَمَرَ بِالِاكْتِفَاءِ عَنْ ذَلِكَ بِكَثْرَةِ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ فِي أَيِّ مَكَانٍ مِنَ الْأَرْضِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَبْلُغُهُ مِنَ الْقَرِيبِ وَالْبَعِيدِ عَلَى حَدٍّ سَوَاءٍ، فَلَا حَاجَةَ إِلَى انْتِيَابِ قَبْرِهِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ melarang mengosongkan rumah dari shalat sunnah, doa, dan membaca Al-Qur'an di dalamnya sehingga menjadi seperti kuburan; karena larangan shalat di dekat kuburan telah ditetapkan bagi mereka, maka beliau melarang mereka menjadikan rumah-rumah mereka seperti itu, dan melarang mengulang-ulang ziarah ke kuburnya dan berkumpul di sisinya secara rutin untuk berdoa dan mendekatkan diri; karena itu adalah sarana menuju syirik, dan memerintahkan untuk mencukupkan diri dari itu dengan memperbanyak shalawat dan salam kepadanya di mana pun di bumi; karena itu sampai kepadanya dari yang dekat maupun jauh sama saja, maka tidak perlu mendatangi kuburnya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ حَسْمًا لِمَادَّةِ الشِّرْكِ، وَسَدًّا لِلطُّرُقِ

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat pemutusan materi kesyirikan, dan penutupan jalan-jalan menuju kesyirikan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٠٤٢" وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٢/٣٦٧".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3042" dan Ahmad dalam Musnad-nya "2/367".

المُوصِلَةُ إِلَيْهِ؛ حَيْثُ أَفَادَ أَنَّ القُبُورَ لَا يُصَلَّى عِنْدَهَا، وَنَهَى عَنِ الِاجْتِمَاعِ عِنْدَ قَبْرِهِ وَاعْتِيَادِ المَجِيءِ إِلَيْهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُوصِلُ إِلَى الشِّرْكِ.

Yang mengarah kepadanya; di mana ia menyatakan bahwa shalat tidak boleh dilakukan di dekat kuburan, dan ia melarang berkumpul di dekat kuburnya dan terbiasa datang kepadanya; karena hal itu dapat mengarah kepada syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- سَدُّ الطُّرُقِ المُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ مِنَ الصَّلَاةِ عِنْدَ القُبُورِ وَالغُلُوِّ فِي قَبْرِهِ –ﷺ بِأَنْ يُجْعَلَ مَحَلَّ اجْتِمَاعٍ وَارْتِيَادٍ تُرَتَّبُ لَهُ زِيَارَاتٌ مَخْصُوصَةٌ.

1- Menutup jalan yang mengarah kepada syirik dari shalat di dekat kuburan dan berlebih-lebihan dalam kuburnya -ﷺ dengan menjadikannya tempat berkumpul dan kunjungan yang dijadwalkan kunjungan khusus untuknya.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ فِي جَمِيعِ أَنْحَاءِ الأَرْضِ.

2- Disyariatkannya shalat dan salam atasnya di seluruh penjuru bumi.

٣- أَنَّهُ لَا مَزِيَّةَ لِلْقُرْبِ مِنْ قَبْرِهِ –ﷺ.

3- Bahwa tidak ada keutamaan untuk dekat dengan kuburnya -ﷺ.

٤- المَنْعُ مِنَ السَّفَرِ لِزِيَارَةِ قَبْرِهِ –ﷺ.

4- Larangan bepergian untuk mengunjungi kuburnya -ﷺ.

٥- حِمَايَتُهُ –ﷺ جَنَابَ التَّوْحِيدِ.

5- Perlindungannya -ﷺ terhadap tauhid.

* * *

* * *

وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ: أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا يَجِيءُ إِلَى فُرْجَةٍ كَانَتْ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ فَيَدْخُلُ فِيهَا فَيَدْعُو فَنَهَاهُ وَقَالَ: أَلَا أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: "لَا تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا وَلَا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا فَإِنَّ تَسْلِيمَكُمْ يَبْلُغُنِي أَيْنَمَا -أَوْ حَيْثُ- كُنْتُمْ" رَوَاهُ فِي الْمُخْتَارَةِ.

Dan dari Ali bin Al-Husain: bahwa dia melihat seorang pria datang ke sebuah celah yang ada di dekat kuburan Nabi ﷺ, lalu masuk ke dalamnya dan berdoa. Maka dia melarangnya dan berkata, "Maukah aku menceritakan kepadamu sebuah hadits yang aku dengar dari ayahku, dari kakekku, dari Rasulullah ﷺ? Beliau bersabda: 'Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan dan jangan pula menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya salam kalian akan sampai kepadaku di mana pun -atau kapan pun- kalian berada.'" Diriwayatkan dalam Al-Mukhtarah.

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ: هُوَ: عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ الْمَعْرُوفُ بِزَيْنِ الْعَابِدِينَ أَفْضَلُ التَّابِعِينَ مَاتَ سَنَةَ ٩٣هـ.

Biografi Ali bin Al-Husain: Dia adalah Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan Zain Al-Abidin, yang terbaik di antara tabi'in. Wafat pada tahun 93 H.

فُرْجَةٌ: أَيْ: فُتْحَةٌ فِي الْجِدَارِ.

Furjah: yaitu: celah di dinding.

الْمُخْتَارَةُ: اسْمُ كِتَابٍ يَشْتَمِلُ عَلَى الْأَحَادِيثِ الْجِيَادِ الزَّائِدَةِ عَلَى الصَّحِيحَيْنِ لِمُؤَلِّفِهِ ضِيَاءِ الدِّينِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَقْدِسِيِّ الْحَنْبَلِيِّ ﵀.

Al-Mukhtarah: nama sebuah kitab yang mencakup hadits-hadits yang baik yang tidak terdapat dalam Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim), karya Dhiya' Al-Din Muhammad bin Abdul Wahid Al-Maqdisi Al-Hanbali ﵀.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ قَصْدِ قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ لِأَجْلِ الدُّعَاءِ عِنْدَهُ، فَغَيْرُهُ مِنَ الْقُبُورِ مِنْ بَابٍ أَوْلَى؛ لِأَنَّ ذَلِكَ نَوْعٌ مِنِ اتِّخَاذِهِ عِيدًا، وَهُوَ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan untuk sengaja mendatangi kuburan Nabi ﷺ dengan tujuan berdoa di sisinya, maka selain kuburan beliau lebih utama lagi (untuk tidak didatangi); karena hal itu merupakan bentuk menjadikannya sebagai tempat perayaan, dan itu adalah sarana menuju syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ الدُّعَاءِ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ؛ حِمَايَةً لِحِمَى التَّوْحِيدِ.

1- Larangan berdoa di samping kuburan Nabi ﷺ; untuk menjaga kemurnian tauhid.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ إِنْكَارِ المُنْكَرِ وَتَعْلِيمُ الجَاهِلِ.

2- Disyariatkannya mengingkari kemungkaran dan mengajarkan orang yang tidak tahu.

٣- المَنْعُ مِنَ السَّفَرِ لِزِيَارَةِ قَبْرِ الرَّسُولِ ﷺ؛ حِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ.

3- Larangan bepergian untuk mengunjungi kuburan Rasulullah ﷺ; untuk menjaga tauhid.

٤- أَنَّ الغَرَضَ الشَّرْعِيَّ مِنْ زِيَارَةِ قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ هُوَ السَّلَامُ عَلَيْهِ فَقَطْ؛ وَذَلِكَ يُبَلِّغُهُ مِنَ القَرِيبِ وَالبَعِيدِ.

4- Bahwa tujuan syar'i dari mengunjungi kuburan Nabi ﷺ hanyalah untuk mengucapkan salam kepadanya; dan itu sampai kepadanya dari yang dekat maupun yang jauh.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ بَعْضَ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَعْبُدُ الْأَوْثَانَ

بَابُ مَا جَاءَ أَنَّ بَعْضَ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَعْبُدُ الْأَوْثَانَ

Bab yang menyebutkan bahwa sebagian umat ini menyembah berhala

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبًا مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ﴾ [النساء: ٥١] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut." [An-Nisa': 51].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ لَمَّا ذَكَرَ التَّوْحِيدَ وَمَا يُنَافِيهِ أَوْ يُنْقِصُهُ مِنَ الشِّرْكِ، ذَكَرَ هَذَا الْبَابَ أَنَّ هَذَا الشِّرْكَ لَا بُدَّ أَنْ يَقَعَ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ، قَصَدَ بِذَلِكَ الرَّدَّ عَلَى عُبَّادِ الْقُبُورِ الَّذِينَ يَفْعَلُونَ الشِّرْكَ وَيَقُولُونَ: لَا يَقَعُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ شِرْكٌ، وَهُمْ يَقُولُونَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa penulis ketika menyebutkan tauhid dan apa yang menafikannya atau menguranginya dari syirik, menyebutkan bab ini bahwa syirik ini pasti terjadi pada umat ini, dengan tujuan membantah penyembah kubur yang melakukan syirik dan mengatakan: tidak terjadi syirik pada umat Muhammad ini, padahal mereka mengatakan: tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

الْأَوْثَانُ: جَمْعُ وَثَنٍ، وَهُوَ مَا قُصِدَ بِنَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ مِنَ الْقُبُورِ وَالْمَشَاهِدِ وَغَيْرِهَا.

Al-Autsan: bentuk jamak dari watsanun, yaitu sesuatu yang dimaksudkan dengan salah satu jenis ibadah, seperti kuburan, tempat-tempat suci dan lainnya.

أَلَمْ تَرَ: أَلَمْ تَنْظُرْ.

Alam tara: tidakkah kamu memperhatikan.

الَّذِينَ أُوتُوا: أُعْطُوا وَهُمُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

Al-ladzina utu: diberi, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.

نَصِيبًا: حَظًّا.

Nashiban: bagian.

يُؤْمِنُونَ: يُصَدِّقُونَ.

Yu'minuna: mereka membenarkan.

بِالْجِبْتِ: وَهُوَ كَلِمَةٌ تَقَعُ عَلَى الصَّنَمِ وَالْكَاهِنِ وَالسَّاحِرِ.

Dengan al-Jibt: yaitu kata yang mencakup berhala, dukun, dan tukang sihir.

وَالطَّاغُوتِ: مِنَ الطُّغْيَانِ وَهُوَ مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ، فَكُلُّ مَنْ تَجَاوَزَ الْحَدَّ الْمِقْدَارَ وَالْحَدَّ فَهُوَ طَاغُوتٌ، وَالْمُرَادُ بِهِ هُنَا الشَّيْطَانُ.

Dan at-Thaghut: dari kata thughyan yaitu melampaui batas, maka setiap yang melampaui batas ukuran dan batas maka ia adalah thaghut, dan yang dimaksud dengannya di sini adalah setan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَقُولُ اللهُ لِنَبِيِّهِ –ﷺ عَلَى وَجْهِ التَّعَجُّبِ وَالِاسْتِنْكَارِ! أَلَمْ تَنْظُرْ إِلَى هَؤُلَاءِ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى الَّذِينَ أُعْطُوا حَظًّا مِنْ كِتَابِ اللهِ الَّذِي فِيهِ بَيَانُ الحَقِّ مِنَ البَاطِلِ، وَمَعَ هَذَا يُصَدِّقُونَ بِالْبَاطِلِ مِنْ عِبَادَةِ الأَصْنَامِ وَالكِهَانَةِ وَالسِّحْرِ، وَيُطِيعُونَ الشَّيْطَانَ فِي ذَلِكَ.

Makna keseluruhan ayat: Allah berfirman kepada Nabi-Nya –ﷺ dengan nada heran dan mengingkari! Tidakkah engkau melihat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberi bagian dari Kitab Allah yang di dalamnya terdapat penjelasan antara yang haq dan yang batil, namun mereka tetap membenarkan kebatilan seperti menyembah berhala, perdukunan, dan sihir, serta menaati setan dalam hal itu.

مُنَاسَبَةُ الآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ إِذَا كَانَ الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ، فَهَذِهِ الأُمَّةُ الَّتِي أُوتِيَتِ القُرْآنَ لَا يُنْكَرُ وَلَا يُسْتَبْعَدُ أَنْ تَعْبُدَ الجِبْتَ وَالطَّاغُوتَ؛ لِأَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ أَخْبَرَ أَنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ مَنْ يَفْعَلُ مِثْلَ فِعْلِ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى مُوَافَقَةً لَهُمْ وَلَوْ كَانَ يَبْغَضُهَا وَيَعْرِفُ بُطْلَانَهَا.

Kesesuaian ayat dengan bab: Jika orang-orang yang diberi bagian dari Kitab beriman kepada Jibt dan Thaghut, maka umat ini yang diberi Al-Qur'an tidak mengingkari dan tidak mustahil untuk menyembah Jibt dan Thaghut; karena Rasulullah –ﷺ telah mengabarkan bahwa akan ada di umat ini orang yang melakukan seperti perbuatan orang Yahudi dan Nasrani, menyetujui mereka meskipun membencinya dan mengetahui kebatilannya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ مَنْ يَعْبُدُ الأَوْثَانَ كَمَا حَدَثَ لِلْيَهُودِ وَالنَّصَارَى.

1- Bahwa akan ada di umat ini orang yang menyembah berhala seperti yang terjadi pada orang Yahudi dan Nasrani.

٢- أَنَّ الْإِيمَانَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ فِي هَذَا الْمَوْضِعِ مَعْنَاهُ مُوَافَقَةُ أَصْحَابِهَا وَلَوْ كَانَ يَبْغَضُهَا وَيَعْرِفُ بُطْلَانَهَا.

2- Bahwa iman kepada Jibt dan Thaghut dalam konteks ini berarti menyetujui para pengikutnya meskipun dia membencinya dan mengetahui kebatilannya.

٣- أَنَّ الْكُفْرَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَاجِبٌ فِي جَمِيعِ الْكُتُبِ السَّمَاوِيَّةِ.

3- Bahwa kufur terhadap Jibt dan Thaghut adalah wajib dalam semua kitab samawi.

٤- وُجُوبُ الْعَمَلِ بِالْعِلْمِ، وَأَنَّ مَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ فَفِيهِ شِبْهٌ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى.

4- Kewajiban beramal dengan ilmu, dan bahwa orang yang tidak mengamalkan ilmunya maka padanya terdapat kemiripan dengan Yahudi dan Nasrani.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللهِ مَن لَّعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ﴾ [المائدة: ٦٠].

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah (Muhammad), "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut." [Al-Maidah: 60].

ــ

ــ

قُلْ: الْخِطَابُ لِمُحَمَّدٍ –ﷺ.

Katakanlah: Seruan ditujukan kepada Muhammad ﷺ.

هَلْ أُنَبِّئُكُم: أُخْبِرُكُم.

Apakah akan aku beritakan kepadamu: aku kabarkan kepadamu.

بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ: الَّذِي ذَكَرْتُم فِي حَقِّنَا مِنَ الذَّمِّ زُورًا وَبُهْتَانًا مِن قَوْلِكُمْ فِي حَقِّنَا: "مَا رَأَيْنَا شَرًّا مِنكُم".

Lebih buruk dari itu: Apa yang kalian sebutkan tentang kami berupa celaan, kebohongan, dan kedustaan dari perkataan kalian tentang kami, "Kami tidak melihat yang lebih buruk dari kalian."

مَثُوبَةً عِندَ اللهِ: أَيْ: جَزَاءً عِنْدَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نُصِبَ عَلَى التَّمْيِيزِ، وَهَٰذَا يَصْدُقُ عَلَيْكُم أَنتُمْ أَيُّهَا الْمُتَّصِفُونَ بِهَٰذِهِ الصِّفَاتِ لَا نَحْنُ.

Pembalasan di sisi Allah: yaitu balasan di sisi-Nya pada hari Kiamat, dinashabkan sebagai tamyiz. Ini berlaku atas kalian, wahai yang memiliki sifat-sifat ini, bukan kami.

مَن لَّعَنَهُ اللهُ: طَرَدَهُ وَأَبْعَدَهُ مِن رَّحْمَتِهِ.

Orang yang dilaknat Allah: diusir dan dijauhkan dari rahmat-Nya.

وَغَضِبَ عَلَيْهِ: غَضَبًا لَا يَرْضَىٰ بَعْدَهُ.

Dan dimurkai-Nya: kemurkaan yang tidak ada keridaan setelahnya.

وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ: وَهُمْ: أَصْحَابُ السَّبْتِ مِنَ الْيَهُودِ.

Dan Dia menjadikan sebagian dari mereka kera: yaitu orang-orang Yahudi penghuni hari Sabtu.

وَالْخَنَازِيرَ: وَهُمْ كُفَّارُ مَائِدَةِ عِيسَى مِنَ النَّصَارَى. وَقِيلَ كِلَا الْمَسْخَيْنِ فِي أَصْحَابِ السَّبْتِ مِنَ الْيَهُودِ. فَالشَّبَابُ مُسِخُوا قِرَدَةً وَالشُّيُوخُ مُسِخُوا خَنَازِيرَ.

Dan babi-babi: mereka adalah orang-orang kafir dari kaum Nasrani pada hidangan Isa. Ada yang mengatakan kedua jenis makhluq yang disihir ini berasal dari kalangan Yahudi Ashab as-Sabt. Para pemuda disihir menjadi kera dan para orang tua disihir menjadi babi.

وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ: أَيْ: وَجَعَلَ مِنْهُمْ مَنْ عَبَدَ الشَّيْطَانَ أَيْ: أَطَاعَهُ فِيمَا سَوَّلَ لَهُ.

Dan menyembah Thaghut: yaitu, Dia menjadikan di antara mereka orang-orang yang menyembah setan, artinya: menaatinya dalam apa yang ia bisikkan kepadanya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَقُولُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ: قُلْ لِهَؤُلَاءِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ: هَلْ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَنَالُ شَرَّ الْجَزَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ اللَّهِ؛ إِنَّهُ مَنِ اتَّصَفَ بِهَذِهِ الصِّفَاتِ الَّتِي هِيَ الْإِبْعَادُ

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya: Katakanlah kepada mereka yang menjadikan agamamu sebagai olok-olokan dan permainan dari Ahli Kitab: Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang akan mendapatkan seburuk-buruk balasan pada hari Kiamat di sisi Allah? Sesungguhnya dia adalah orang yang memiliki sifat-sifat ini yaitu penjauhan

عَنْ رَحْمَةِ اللهِ، وَنِيلِ غَضَبِهِ الدَّائِمِ، وَمَنْ مُسِخَتْ صُورَتُهُ ظَاهِرًا بِتَحْوِيلِهِ إِلَى قِرْدٍ أَوْ خِنْزِيرٍ، وَبَاطِنًا بِطَاعَةِ الشَّيْطَانِ وَإِعْرَاضِهِ عَنْ وَحْيِ الرَّحْمَنِ.

Dari rahmat Allah, mendapatkan kemurkaan-Nya yang abadi, dan orang yang wujud lahiriahnya diubah menjadi kera atau babi, dan batinnya dengan menaati setan dan berpaling dari wahyu Ar-Rahman.

وَهَذِهِ الصِّفَاتُ إِنَّمَا تَنْطَبِقُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ وَمَنْ تَشَبَّهَ بِكُمْ لَا عَلَيْنَا.

Dan sifat-sifat ini hanya berlaku pada kalian wahai Ahli Kitab dan orang-orang yang menyerupai kalian, bukan pada kami.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ إِذَا كَانَ فِي أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ عَبَدَ الطَّاغُوتَ مِنْ دُونِ اللهِ، فَكَذَلِكَ يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Jika di antara Ahli Kitab ada yang menyembah Thaghut selain Allah, maka demikian pula akan ada di umat ini orang yang melakukan hal itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُقُوعُ الشِّرْكِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ، كَمَا كَانَ فِي الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى مَنْ عَبَدَ الطَّاغُوتَ.

1- Terjadinya syirik di umat ini, sebagaimana di kalangan Yahudi dan Nasrani ada yang menyembah Thaghut.

٢- مُحَاجَّةُ أَهْلِ الْبَاطِلِ وَبَيَانُ مَا فِيهِمْ مِنَ الْعُيُوبِ إِذَا نَبَزُوا أَهْلَ الْحَقِّ بِمَا لَيْسَ فِيهِمْ.

2- Berdebat dengan ahli kebatilan dan menjelaskan aib-aib mereka jika mereka mencela ahli kebenaran dengan apa yang tidak ada pada mereka.

٣- أَنَّ الْجَزَاءَ إِنَّمَا يَكُونُ عَلَى الْأَعْمَالِ، وَيَكُونُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ.

3- Bahwa balasan itu berdasarkan amalan, dan balasan itu sesuai dengan jenis amalan.

٤- وَصْفُ اللهِ بِأَنَّهُ يَغْضَبُ وَيَلْعَنُ الْعُصَاةَ.

4- Sifat Allah bahwa Dia murka dan melaknat orang-orang yang durhaka.

٥- أَنَّ طَاعَةَ الشَّيْطَانِ هِيَ مَنْشَأُ الشِّرْكِ بِاللهِ.

5- Bahwa menaati setan adalah sumber syirik kepada Allah.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا﴾ [الكهف: ٢١] .

Dan firman-Nya: "Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya."" [Al-Kahf: 21].

ــ

ــ

الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ: أَيْ عَلَىٰ أَمْرِ أَصْحَابِ الْكَهْفِ وَهُمْ أَصْحَابُ الْكَلِمَةِ وَالنُّفُوذِ.

Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka: yaitu atas urusan Ashabul Kahfi, dan mereka adalah orang-orang yang berpengaruh dan berwibawa.

لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم: حَوْلَهُمْ.

Kami pasti akan mendirikan di atas mereka: di sekitar mereka.

مَسْجِدًا: يُصَلَّىٰ فِيهِ وَيَقْصِدُهُمُ النَّاسُ وَيَتَبَرَّكُونَ بِهِمْ.

Masjid: tempat shalat yang didatangi orang-orang untuk mengambil berkah dari mereka.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَىٰ عَنِ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِ أَصْحَابِ الْكَهْفِ عَلَىٰ وَجْهِ الذَّمِّ لَهُمْ أَنَّهُمْ قَالُوا لَنَتَّخِذَنَّ حَوْلَهُم مُصَلًّى يَقْصِدُهُ النَّاسُ وَيَتَبَرَّكُونَ بِهِمْ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengabarkan tentang orang-orang yang berkuasa atas urusan Ashabul Kahfi dengan cara mencela mereka, bahwa mereka berkata, "Kami pasti akan menjadikan di sekitar mereka tempat shalat yang didatangi orang-orang dan mengambil berkah dari mereka."

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا دَلِيلًا عَلَىٰ أَنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَٰذِهِ الْأُمَّةِ مَن يَتَّخِذُ الْمَسَاجِدَ عَلَى الْقُبُورِ، كَمَا كَانَ يَفْعَلُهُ مَن كَانَ قَبْلَهُمْ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan akan adanya di umat ini orang-orang yang menjadikan masjid di atas kuburan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sebelum mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- تَحْرِيمُ اتِّخَاذِ الْمَسَاجِدِ عَلَى الْقُبُورِ وَالتَّحْذِيرُ مِن ذَٰلِكَ؛ لِأَنَّهُ يُؤَدِّي إِلَى الشِّرْكِ.

1- Haramnya menjadikan masjid di atas kuburan dan peringatan akan hal itu; karena hal itu mengarah kepada syirik.

٢- أَنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَٰذِهِ الْأُمَّةِ مَن يَتَّخِذُ الْمَسَاجِدَ عَلَى الْقُبُورِ كَمَا فَعَلَهُ مَن كَانَ قَبْلَهُمْ.

2- Bahwa akan ada di umat ini orang-orang yang menjadikan masjid di atas kuburan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sebelum mereka.

٣- التَّحْذِيرُ مِنَ الغُلُوِّ فِي الصَّالِحِينَ.

3- Peringatan dari sikap berlebihan terhadap orang-orang saleh.

٤- أَنَّ اتِّخَاذَ المَسَاجِدِ عَلَى القُبُورِ مِنَ الغُلُوِّ فِي الصَّالِحِينَ.

4- Bahwa membangun masjid di atas kuburan termasuk sikap berlebihan terhadap orang-orang saleh.

* * *

* * *

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ –﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ –ﷺ قَالَ: "لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذْوَ القُذَّةِ بِالقُذَّةِ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ" قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، اليَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: "فَمَنْ" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dari Abu Sa'id –﵁ bahwa Rasulullah –ﷺ bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (jalan/cara) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian pun akan memasukinya." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (1) Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim.

ــ

ــ

سُنَنَ: بِفَتْحِ السِّينِ أَيْ: طَرِيقَ.

Sunan: dengan fathah pada huruf sin, artinya: jalan/cara.

مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: أَيِ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ.

Orang-orang sebelum kalian: yaitu umat-umat sebelum kalian.

حَذْوَ: مَنْصُوبٌ عَلَى المَصْدَرِ أَيْ: تَحْذُونَ حَذْوَهُمْ.

Hadzwa: dinashabkan sebagai mashdar, artinya: kalian mengikuti jejak mereka.

القُذَّةِ: بِضَمِّ القَافِ: وَاحِدَةُ القُذَذِ وَهِيَ رِيشُ السَّهْمِ. وَلَهُ قُذَّتَانِ مُتَسَاوِيَتَانِ.

Al-qudzdzah: dengan dhammah pada huruf qaf: satu bulu anak panah. Satu anak panah memiliki dua bulu yang sama.

حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ: أَيْ: لَوْ تُصُوِّرَ دُخُولُهُمْ فِيهِ مَعَ ضِيقِهِ.

Sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak: maksudnya, seandainya terbayangkan mereka masuk ke dalamnya meskipun sempit.

لَدَخَلْتُمُوهُ: لِشِدَّةِ سُلُوكِكُمْ طَرِيقَ مَنْ قَبْلَكُمْ.

Niscaya kalian pun akan memasukinya: karena kalian sangat mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian.

قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، اليَهُودَ وَالنَّصَارَى: أَيْ: أَهُمُ اليَهُودُ وَالنَّصَارَى الَّذِينَ نَتَّبِعُ سُنَنَهُمْ، أَوْ تَعْنِي اليَهُودَ وَالنَّصَارَى؟

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani: maksudnya, apakah Yahudi dan Nasrani yang kita ikuti sunnahnya, atau yang engkau maksud adalah Yahudi dan Nasrani?

قَالَ: فَمَنْ؟ اسْتِفْهَامٌ إِنْكَارِيٌّ أَيْ: فَمَنْ هُمْ غَيْرُ أُولَئِكَ.

Beliau menjawab: Siapa lagi? Pertanyaan pengingkaran, artinya: siapa lagi kalau bukan mereka.

أَخْرَجَاهُ: أَيْ: البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ.

Dikeluarkan oleh keduanya: yaitu Bukhari dan Muslim. Ini adalah lafaz Muslim.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ خَبَرًا مَعْنَاهُ النَّهْيُ عَمَّا يَتَضَمَّنُهُ هَذَا الْخَبَرُ: أَنَّ أُمَّتَهُ لَا تَدَعُ شَيْئًا مِمَّا كَانَ يَفْعَلُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى إِلَّا فَعَلَتْهُ كُلَّهُ، لَا تَتْرُكُ مِنْهُ شَيْئًا وَلَوْ كَانَ شَيْئًا تَافِهًا. وَيُؤَكِّدُ هَذَا الْخَبَرَ

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad –ﷺ memberitakan sebuah berita yang maknanya adalah larangan terhadap apa yang terkandung dalam berita ini: bahwa umatnya tidak akan meninggalkan sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani kecuali mereka melakukannya semuanya, mereka tidak meninggalkan darinya sesuatu pun meskipun itu adalah sesuatu yang sepele. Dan berita ini menegaskan

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٤٥٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٦٩".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "3456" dan Muslim dengan nomor "2669".

بِأَنْوَاعٍ مِنَ التَّأْكِيدَاتِ، وَهِيَ اللَّامُ الْمُوَطِّئَةُ لِلْقَسَمِ، وَنُونُ التَّوْكِيدِ، وَوَصْفُ مُشَابَهَتِهِمْ بِأَنَّهَا كَمُشَابَهَةِ قَذَّةِ السَّهْمِ لِلْقَذَّةِ الْأُخْرَى، ثُمَّ وَصَفَهَا بِمَا هُوَ أَدَقُّ فِي التَّشَبُّهِ بِهِمْ؛ بِحَيْثُ لَوْ فَعَلُوا شَيْئًا تَافِهًا غَرِيبًا لَكَانَ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ مَنْ يَفْعَلُهُ تَشَبُّهًا بِهِمْ.

Dengan berbagai macam penegasan, yaitu lam yang mendahului sumpah, nun taukid, dan menggambarkan keserupaan mereka seperti keserupaan anak panah yang satu dengan anak panah yang lain, kemudian menggambarkannya dengan apa yang lebih detail dalam menyerupai mereka; sekiranya mereka melakukan sesuatu yang sepele dan aneh, niscaya akan ada di umat ini orang yang melakukannya karena menyerupai mereka.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ:

Kesesuaian hadits dengan bab:

أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى وُقُوعِ الشِّرْكِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ؛ لِأَنَّهُ وُجِدَ فِي الْأُمَمِ قَبْلَنَا، وَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ مَنْ يَفْعَلُهُ اتِّبَاعًا لَهُمْ.

Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas terjadinya syirik di umat ini; karena ia terdapat pada umat-umat sebelum kita, dan akan ada di umat ini orang yang melakukannya karena mengikuti mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُقُوعُ الشِّرْكِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ تَقْلِيدًا لِمَنْ سَبَقَهَا مِنَ الْأُمَمِ.

1- Terjadinya syirik di umat ini karena meniru umat-umat sebelumnya.

٢- عِلْمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ حَيْثُ أَخْبَرَ بِذَلِكَ قَبْلَ وُقُوعِهِ فَوَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ.

2- Salah satu tanda kenabian beliau adalah mengabarkan hal tersebut sebelum terjadinya, maka terjadilah sesuai dengan apa yang beliau kabarkan.

٣- التَّحْذِيرُ مِنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ.

3- Peringatan dari menyerupai orang-orang kafir.

٤- التَّحْذِيرُ مِمَّا وَقَعَ فِيهِ الْكُفَّارُ مِنَ الشِّرْكِ بِاللهِ وَغَيْرِهِ مِمَّا حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى.

4- Peringatan dari apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir berupa syirik kepada Allah dan selainnya yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.

* * *

* * *

وَلِمُسْلِمٍ عَنْ ثَوْبَانَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا. وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ: الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ. وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ، وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَلَّا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا" (١) .

Dan Muslim meriwayatkan dari Tsauban ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku, sehingga aku dapat melihat timur dan baratnya, dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang telah dilipat untukku darinya. Dan aku diberi dua perbendaharaan: merah dan putih. Dan aku memohon kepada Tuhanku untuk umatku agar tidak membinasakan mereka dengan kekeringan yang merata, dan agar tidak menguasakan musuh atas mereka selain dari diri mereka sendiri, sehingga merampas kehormatan mereka, dan sesungguhnya Tuhanku berfirman: Wahai Muhammad, jika Aku telah menetapkan suatu ketetapan, maka ia tidak dapat ditolak, dan Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu agar tidak membinasakan mereka dengan kekeringan yang merata, dan agar tidak menguasakan musuh atas mereka selain dari diri mereka sendiri sehingga merampas kehormatan mereka meskipun berkumpul atas mereka orang-orang dari penjurunya, hingga sebagian mereka membinasakan sebagian yang lain dan sebagian mereka menawan sebagian yang lain" (1) .

وَرَوَاهُ البُرْقَانِيُّ فِي صَحِيحِهِ، وَزَادَ: "وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الأَئِمَّةَ المُضِلِّينَ، وَإِذَا وَقَعَ عَلَيْهِمُ السَّيْفُ لَمْ يُرْفَعْ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَلْحَقَ حَيٌّ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى تَعْبُدَ فِئَامٌ مِنْ أُمَّتِي الأَوْثَانَ، وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الحَقِّ مَنْصُورَةً لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ ﷻ".

Dan Al-Burqani meriwayatkannya dalam kitab Shahih-nya, dan menambahkan: "Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah para imam yang menyesatkan. Jika pedang telah menimpa mereka, maka ia tidak akan diangkat hingga hari Kiamat. Kiamat tidak akan terjadi hingga sebagian dari umatku bergabung dengan kaum musyrikin, dan hingga beberapa kelompok dari umatku menyembah berhala. Sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh pendusta yang semuanya mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku. Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berada di atas kebenaran, mendapat pertolongan, tidak membahayakan mereka orang yang mengecewakan mereka atau menyelisihi mereka, hingga datang perintah Allah ﷻ".

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ ثَوْبَانَ: هُوَ: مَوْلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ صَحِبَهُ وَلَازَمَهُ وَسَكَنَ

Biografi Tsauban: Dia adalah: Mantan budak Rasulullah ﷺ, menyertai beliau, selalu bersama beliau, dan tinggal

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٨٨٩".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2889".

بَعْدَهُ بِالشَّامِ، وَمَاتَ بِحِمْصَ سَنَةَ ٥٤هـ.

Setelahnya di Syam, dan wafat di Hims pada tahun 54 H.

زَوَى لِي الْأَرْضَ: طَوَاهَا وَجَعَلَهَا مَجْمُوعَةً كَهَيْئَةِ كَفٍّ فِي مِرْآةٍ يَنْظُرُهُ، فَأَبْصَرَ مَا تَمْلِكُهُ أُمَّتُهُ مِنْ أَقْصَى مَشَارِقِ الْأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا.

Bumi dilipat untukku: Dia melipatnya dan menjadikannya terkumpul seperti telapak tangan di cermin yang memandangnya, lalu dia melihat apa yang dimiliki umatnya dari ujung timur bumi dan baratnya.

مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا: يَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ مَبْنِيًّا لِلْفَاعِلِ، وَأَنْ يَكُونَ مَبْنِيًّا لِلْمَفْعُولِ.

Apa yang dilipat untukku darinya: Bisa jadi dibangun untuk fa'il (subjek), dan bisa jadi dibangun untuk maf'ul (objek).

الْكَنْزَيْنِ: كَنْزُ كِسْرَى وَهُوَ مَلِكُ الْفُرْسِ وَكَنْزُ قَيْصَرَ وَهُوَ مَلِكُ الرُّومِ.

Dua harta karun: harta karun Kisra yaitu raja Persia dan harta karun Kaisar yaitu raja Romawi.

الْأَحْمَرَ: عِبَارَةٌ عَنْ كَنْزِ قَيْصَرَ، لِأَنَّ الْغَالِبَ عِنْدَهُمْ كَانَ الذَّهَبَ.

Merah: ungkapan tentang harta karun Kaisar, karena yang dominan di sisi mereka adalah emas.

وَالْأَبْيَضَ: عِبَارَةٌ عَنْ كَنْزِ كِسْرَى، لِأَنَّ الْغَالِبَ عِنْدَهُمْ كَانَ الْجَوْهَرَ وَالْفِضَّةَ. وَالْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ مَنْصُوبَانِ عَلَى الْبَدَلِ.

Dan putih: ungkapan tentang harta karun Kisra, karena yang dominan di sisi mereka adalah permata dan perak. Merah dan putih di-nashab-kan sebagai badal.

بِسَنَةٍ: السَّنَةُ: الْجَدْبُ.

Dengan paceklik: As-sanah artinya paceklik.

بِعَامَّةٍ: صِفَةٌ لِسَنَةٍ رُوِيَ بِالْبَاءِ وَبِحَذْفِهَا –أَيْ: جَدْبٌ عَامٌّ يَكُونُ بِهِ الْهَلَاكُ الْعَامُّ.

Umum: sifat untuk sanah (paceklik), diriwayatkan dengan ba' dan dengan membuangnya - yaitu: paceklik umum yang dengannya terjadi kebinasaan umum.

مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ: أَيْ: مِنْ غَيْرِهِمْ مِنَ الْكُفَّارِ.

Selain diri mereka sendiri: yaitu selain mereka dari orang-orang kafir.

بَيْضَتَهُمْ: قِيلَ سَاحَتَهُمْ وَمَا حَازُوهُ مِنَ الْبِلَادِ، وَقِيلَ مُعْظَمَهُمْ وَجَمَاعَتَهُمْ.

Baydhatahum (wilayah mereka): Dikatakan halaman mereka dan apa yang mereka kuasai dari negeri-negeri, dan dikatakan mayoritas dan jamaah mereka.

حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا: أَيْ: حَتَّى يُوجَدَ ذَلِكَ مِنْهُمْ، فَعِنْدَ ذَلِكَ يُسَلِّطُ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ مِنَ الْكُفَّارِ.

Sampai sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain: Yaitu, sampai hal itu terjadi di antara mereka, maka pada saat itu Allah akan menguasakan musuh mereka dari orang-orang kafir atas mereka.

الْأَئِمَّةُ الْمُضِلِّينَ: أَيِ: الْأُمَرَاءُ وَالْعُلَمَاءُ وَالْعُبَّادُ الَّذِينَ يَقْتَدِي بِهِمُ النَّاسُ.

Para imam yang menyesatkan: Yaitu, para pemimpin, ulama, dan ahli ibadah yang diikuti oleh manusia.

وَإِذَا وَقَعَ عَلَيْهِمُ السَّيْفُ: أَيْ: وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ وَالْقِتَالُ بَيْنَهُمْ.

Dan apabila pedang jatuh atas mereka: Yaitu, terjadi fitnah dan peperangan di antara mereka.

لَمْ يُرْفَعْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ: أَيْ: تَبْقَى الْفِتْنَةُ وَالْقِتَالُ بَيْنَهُمْ.

Tidak akan diangkat sampai hari Kiamat: Yaitu, fitnah dan peperangan tetap ada di antara mereka.

يَلْحَقُ حَيٌّ مِنْ أُمَّتِي: الحَيُّ وَاحِدُ الأَحْيَاءِ وَهِيَ القَبَائِلُ.

Sekelompok orang dari umatku akan bergabung: Al-Hayy adalah bentuk tunggal dari Al-Ahyaa' yang berarti kabilah-kabilah.

بِالْمُشْرِكِينَ: أَيْ: يَنْزِلُونَ مَعَهُمْ فِي دِيَارِهِمْ.

dengan orang-orang musyrik: yaitu: mereka tinggal bersama mereka di rumah-rumah mereka.

فِئَامٌ: أَيْ: جَمَاعَاتٌ.

Fi'aamun: yaitu: kelompok-kelompok.

خَاتَمُ النَّبِيِّينَ: أَيْ: آخِرُ النَّبِيِّينَ.

Penutup para nabi: yaitu: nabi terakhir.

حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ: الظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِهِ: الرِّيحُ الطَّيِّبَةُ الَّتِي تَقْبِضُ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ.

Sampai datang perintah Allah: yang jelas maksudnya adalah: angin yang baik yang mencabut nyawa orang-orang beriman.

تَبَارَكَ: كَمُلَ وَتَعَاظَمَ وَتَقَدَّسَ، وَلَا يُقَالُ إِلَّا لِلَّهِ.

Tabaraka: Maha Sempurna, Maha Agung, dan Maha Suci, dan hanya diucapkan untuk Allah.

وَتَعَالَى: تَعَاظَمَ وَكَمُلَ عُلُوُّهُ.

dan Ta'ala: Maha Tinggi keagungan-Nya dan kesempurnaan ketinggian-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: هَذَا حَدِيثٌ جَلِيلٌ يَشْتَمِلُ عَلَى أُمُورٍ مُهِمَّةٍ وَأَخْبَارٍ صَادِقَةٍ، يُخْبِرُ فِيهَا الصَّادِقُ المَصْدُوقُ –ﷺ أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ جَمَعَ لَهُ الأَرْضَ حَتَّى أَبْصَرَ مَا تَمْلِكُهُ أُمَّتُهُ مِنْ أَقْصَى المَشَارِقِ وَالمَغَارِبِ، وَهَذَا خَبَرٌ وُجِدَ مُخْبِرُهُ، فَقَدِ اتَّسَعَ مُلْكُ أُمَّتِهِ حَتَّى بَلَغَ مِنْ أَقْصَى المَغْرِبِ إِلَى أَقْصَى المَشْرِقِ، وَأَخْبَرَ أَنَّهُ أُعْطِيَ الكَنْزَيْنِ فَوَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ، فَقَدْ حَازَتْ أُمَّتُهُ مُلْكَيْ كِسْرَى وَقَيْصَرَ بِمَا فِيهِمَا مِنَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ وَالجَوْهَرِ، وَأَخْبَرَ أَنَّهُ سَأَلَ رَبَّهُ لِأُمَّتِهِ أَنْ لَا يُهْلِكَهُمْ بِجَدْبٍ عَامٍّ وَلَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنَ الكُفَّارِ يَسْتَوْلِي عَلَى بِلَادِهِمْ وَيَسْتَأْصِلَ جَمَاعَتَهُمْ. وَأَنَّ اللهَ أَعْطَاهُ المَسْأَلَةَ الأُولَى، وَأَعْطَاهُ المَسْأَلَةَ الثَّانِيَةَ مَا دَامَتِ الأُمَّةُ مُتَجَنِّبَةً لِلِاخْتِلَافِ وَالتَّفَرُّقِ وَالتَّنَاحُرِ فِيمَا بَيْنَهَا –فَإِذَا وُجِدَ ذَلِكَ سَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ مِنَ الكُفَّارِ، وَقَدْ وَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ حِينَمَا تَفَرَّقَتِ الأُمَّةُ. وَتَخَوَّفَ –ﷺ عَلَى أُمَّتِهِ خَطَرَ الأُمَرَاءِ وَالعُلَمَاءِ الضَّالِّينَ المُضِلِّينَ؛ لِأَنَّ النَّاسَ يَقْتَدُونَ بِهِمْ فِي ضَلَالِهِمْ. وَأَخْبَرَ أَنَّهَا إِذَا وَقَعَتِ الفِتْنَةُ وَالقِتَالُ وَالأُمَّةُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَسْتَمِرُّ فِيهَا إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ وَقَدْ وَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ، فَمُنْذُ حَدَثَتِ

Makna keseluruhan hadits: Ini adalah hadits yang agung yang mencakup hal-hal penting dan berita yang benar, di mana Ash-Shadiq Al-Mashduq (Nabi yang jujur dan dibenarkan) ﷺ mengabarkan bahwa Allah subhanahu telah mengumpulkan bumi untuknya sehingga dia melihat apa yang akan dimiliki umatnya dari ujung timur dan barat, dan ini adalah berita yang telah terjadi, karena kekuasaan umatnya telah meluas hingga mencapai ujung barat sampai ujung timur. Beliau juga mengabarkan bahwa beliau diberi dua harta karun dan itu terjadi seperti yang beliau kabarkan, karena umatnya telah memiliki kerajaan Kisra dan Kaisar dengan emas, perak, dan permata di dalamnya. Beliau juga mengabarkan bahwa beliau memohon kepada Tuhannya untuk umatnya agar tidak membinasakan mereka dengan kekeringan yang merata dan tidak membiarkan musuh dari orang-orang kafir menguasai negeri mereka dan membasmi komunitas mereka. Allah mengabulkan permohonan pertama, dan mengabulkan permohonan kedua selama umat menjauhi perselisihan, perpecahan, dan permusuhan di antara mereka. Jika itu terjadi, maka Allah akan membiarkan musuh mereka dari orang-orang kafir menguasai mereka, dan itu telah terjadi seperti yang beliau kabarkan ketika umat terpecah belah. Beliau ﷺ juga mengkhawatirkan bahaya para pemimpin dan ulama yang sesat dan menyesatkan bagi umatnya, karena orang-orang akan mengikuti mereka dalam kesesatan mereka. Beliau mengabarkan bahwa jika terjadi fitnah, peperangan, dan perpecahan umat, maka itu akan terus berlanjut hingga hari kiamat, dan itu telah terjadi seperti yang beliau kabarkan. Sejak terjadinya

الفِتْنَةُ بِمَقْتَلِ عُثْمَانَ ﷺ وَهِيَ مُسْتَمِرَّةٌ إِلَى الْيَوْمِ. وَأَخْبَرَ أَنَّ بَعْضَ أُمَّتِهِ يَلْحَقُونَ بِأَهْلِ الشِّرْكِ فِي الدَّارِ وَالدِّيَانَةِ. وَأَنَّ جَمَاعَاتٍ مِنَ الْأُمَّةِ يَنْتَقِلُونَ إِلَى الشِّرْكِ وَقَدْ وَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ، فَعُبِدَتِ الْقُبُورُ وَالْأَشْجَارُ وَالْأَحْجَارُ. وَأَخْبَرَ عَنْ ظُهُورِ الْمُدَّعِينَ لِلنُّبُوَّةِ –وَأَنَّ كُلَّ مَنْ ادَّعَاهَا فَهُوَ كَاذِبٌ؛ لِأَنَّهَا انْتَهَتْ بِبَعْثَتِهِ –ﷺ. وَبَشَّرَ –ﷺ بِبَقَاءِ طَائِفَةٍ مِنْ أُمَّتِهِ عَلَى الْإِسْلَامِ رَغْمَ وُقُوعِ هَذِهِ الْكَوَارِثِ وَالْوَيْلَاتِ، وَأَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ مَعَ قِلَّتِهَا لَا تَتَضَرَّرُ بِكَيْدِ أَعْدَائِهَا وَمُخَالِفِيهَا.

Fitnah dengan terbunuhnya Utsman ﷺ dan itu berlanjut hingga hari ini. Dan dia memberitahu bahwa sebagian umatnya akan bergabung dengan orang-orang musyrik dalam negeri dan agama. Dan bahwa kelompok-kelompok dari umat akan beralih ke syirik dan itu telah terjadi seperti yang dia beritakan, maka kuburan, pohon-pohon, dan batu-batu disembah. Dan dia memberitakan tentang munculnya orang-orang yang mengaku kenabian - dan bahwa setiap orang yang mengklaimnya adalah pendusta; karena kenabian telah berakhir dengan diutusnya dia ﷺ. Dan dia ﷺ memberi kabar gembira dengan tetap adanya sekelompok umatnya yang berpegang pada Islam meskipun terjadinya bencana dan malapetaka ini, dan bahwa kelompok ini meskipun sedikit tidak akan dirugikan oleh tipu daya musuh-musuh dan penentangnya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ أَخْبَرَ فِيهِ أَنَّ جَمَاعَاتٍ مِنْ أُمَّتِهِ سَتَعْبُدُ الْأَوْثَانَ؛ فَفِيهِ الرَّدُّ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ وُقُوعَ الشِّرْكِ فِي الْأُمَّةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa Nabi ﷺ mengabarkan di dalamnya bahwa kelompok-kelompok dari umatnya akan menyembah berhala; maka di dalamnya terdapat bantahan terhadap orang yang mengingkari terjadinya syirik di dalam umat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُقُوعُ الشِّرْكِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ وَالرَّدُّ عَلَى مَنْ نَفَى ذَلِكَ.

1- Terjadinya syirik di umat ini dan bantahan terhadap orang yang menafikan hal itu.

٢- عِلْمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ –ﷺ حَيْثُ أَخْبَرَ بِأَخْبَارٍ وَقَعَ مَضْمُونُهَا كَمَا أَخْبَرَ.

2- Salah satu tanda kenabiannya ﷺ di mana beliau mengabarkan berita-berita yang isinya terjadi seperti yang beliau kabarkan.

٣- كَمَالُ شَفَقَتِهِ –ﷺ بِأُمَّتِهِ حَيْثُ سَأَلَ رَبَّهُ لَهَا مَا فِيهِ خَيْرُهَا وَأَعْظَمُهُ التَّوْحِيدُ، وَتَخَوَّفَ عَلَيْهَا مَا يَضُرُّهَا وَأَعْظَمُهُ الشِّرْكُ.

3- Kesempurnaan kasih sayang beliau –ﷺ terhadap umatnya di mana beliau memohon kepada Tuhannya untuk mereka apa yang terbaik bagi mereka dan yang paling agung adalah tauhid, dan beliau khawatir terhadap mereka apa yang membahayakan mereka dan yang paling besar adalah syirik.

٤- تَحْذِيرُ الْأُمَّةِ مِنَ الِاخْتِلَافِ وَدُعَاةِ الضَّلَالِ.

4- Memperingatkan umat dari perselisihan dan para penyeru kesesatan.

٥- خَتْمُ النُّبُوَّةِ بِهِ –ﷺ.

5- Penutup kenabian dengannya –ﷺ.

٦- الْبُشْرَى بِأَنَّ الْحَقَّ لَا يَزُولُ بِالْكُلِّيَّةِ وَبِبَقَاءِ طَائِفَةٍ عَلَيْهِ لَا يَضُرُّهَا مَنْ خَذَلَهَا وَلَا مَنْ خَالَفَهَا.

6- Kabar gembira bahwa kebenaran tidak akan hilang sepenuhnya dan dengan keberadaan sekelompok orang yang berpegang teguh padanya, tidak membahayakan mereka siapa yang mengecewakan mereka dan tidak pula yang menyelisihi mereka.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي السِّحْرِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي السِّحْرِ

Bab tentang apa yang datang mengenai sihir

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ﴾ [البقرة: ١٠٢] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat." [Al-Baqarah: 102]

وَقَوْلُهُ: ﴿يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ﴾ [النساء: ٥١] .

Dan firman-Nya: "Mereka beriman kepada jibt dan thaghut." [An-Nisa': 51]

قَالَ عُمَرُ: الجِبْتُ: السِّحْرُ. وَالطَّاغُوتُ: الشَّيْطَانُ.

Umar berkata: Al-Jibt adalah sihir. Dan Thaghut adalah setan.

وَقَالَ جَابِرٌ: الطَّوَاغِيتُ: كُهَّانٌ كَانَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فِي كُلِّ حَيٍّ وَاحِدٌ.

Jabir berkata: Thawaghit adalah para dukun yang didatangi oleh setan, satu orang di setiap kabilah.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ السِّحْرُ مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ إِذْ لَا يَأْتِي السِّحْرُ بِدُونِ الشِّرْكِ، عَقَدَ لَهُ المُصَنِّفُ هَذَا البَابَ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ؛ لِيُبَيِّنَ ذَلِكَ تَحْذِيرًا مِنْهُ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Karena sihir termasuk jenis syirik, dan sihir tidak terjadi tanpa syirik, maka penulis membuat bab ini dalam Kitab Tauhid untuk menjelaskan hal tersebut sebagai peringatan darinya.

مَا جَاءَ: أَيْ: مِنَ الوَعِيدِ وَبَيَانِ مُنَافَاتِهِ لِلتَّوْحِيدِ وَتَكْفِيرِ فَاعِلِهِ.

Apa yang datang: yaitu ancaman, penjelasan pertentangannya dengan tauhid, dan pengkafiran pelakunya.

فِي السِّحْرِ: السِّحْرُ لُغَةً: عِبَارَةٌ عَمَّا خَفِيَ وَلَطُفَ سَبَبُهُ. وَشَرْعًا: عَزَائِمُ وَرُقًى وَكَلَامٌ يُتَكَلَّمُ بِهِ وَأَدْوِيَةٌ وَتَدْخِينَاتٌ وَعُقَدٌ، يُؤَثِّرُ فِي الْقُلُوبِ وَالْأَبْدَانِ، فَيُمْرِضُ وَيَقْتُلُ وَيُفَرِّقُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ.

Tentang sihir: Sihir secara bahasa: ungkapan tentang sesuatu yang tersembunyi dan samar penyebabnya. Secara syariat: mantra-mantra, jampi-jampi, perkataan yang diucapkan, obat-obatan, pengasapan, dan simpul-simpul yang mempengaruhi hati dan tubuh, sehingga menyebabkan sakit, membunuh, dan memisahkan antara seseorang dengan pasangannya.

وَلَقَدْ عَلِمُوا: أَيْ: عَلِمَ الْيَهُودُ الَّذِينَ اسْتَبْدَلُوا السِّحْرَ عَنْ مُتَابَعَةِ الرُّسُلِ.

Dan sungguh mereka telah mengetahui: yaitu orang-orang Yahudi yang lebih memilih sihir daripada mengikuti para rasul.

لِمَنِ اشْتَرَاهُ: أَيْ: رَضِيَ بِالسِّحْرِ عِوَضًا عَنْ شَرْعِ اللهِ وَدِينِهِ.

Bagi siapa yang memilihnya: yaitu ridha dengan sihir sebagai ganti dari syariat Allah dan agama-Nya.

مِنْ خَلَاقٍ: مِنْ نَصِيبٍ.

Dari bagian: dari nasib.

الجِبْتُ: كَلِمَةٌ تَقَعُ عَلَى الصَّنَمِ وَالسَّاحِرِ وَالْكَاهِنِ. وَتَفْسِيرُ عُمَرَ لَهُ بِالسِّحْرِ مِنْ تَفْسِيرِ الشَّيْءِ بِبَعْضِ أَفْرَادِهِ.

Jibt: Sebuah kata yang merujuk pada berhala, penyihir, dan dukun. Penafsiran Umar terhadapnya sebagai sihir adalah penafsiran sesuatu dengan sebagian anggotanya.

الطَّاغُوتُ: مِنَ الطُّغْيَانِ وَهُوَ: مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ، فَكُلُّ مَنْ تَجَاوَزَ الْمِقْدَارَ وَالْحَدَّ فِي الْعِصْيَانِ فَهُوَ طَاغُوتٌ.

Thaghut: Berasal dari kata thughyan, yaitu: melampaui batas. Maka setiap orang yang melampaui ukuran dan batas dalam kedurhakaan, dia adalah thaghut.

الطَّوَاغِيتُ كُهَّانٌ: الْمُرَادُ بِهِ أَنَّ الْكُهَّانَ مِنَ الطَّوَاغِيتِ فَهُوَ مِنْ أَفْرَادِ الْمَعْنَى وَلَيْسَ الْمُرَادُ الْحَصْرَ.

Thaghut adalah dukun: Yang dimaksud dengannya adalah bahwa dukun termasuk thaghut, maka ia adalah bagian dari makna tersebut dan bukan dimaksudkan sebagai pembatasan.

يَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ: أَيْ: الشَّيَاطِينُ لَا إِبْلِيسُ خَاصَّةً فَهُوَ اسْمُ جِنْسٍ.

Setan turun kepada mereka: Yaitu: setan-setan, bukan khusus iblis, maka ia adalah nama jenis.

فِي كُلِّ حَيٍّ: فِي كُلِّ قَبِيلَةٍ.

Di setiap perkampungan: Di setiap kabilah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: يَقُولُ تَعَالَى: وَلَقَدْ عَلِمَ الْيَهُودُ الَّذِينَ اسْتَبْدَلُوا السِّحْرَ عَنْ مُتَابَعَةِ الرُّسُلِ وَالْإِيمَانِ بِاللهِ لِمَنِ اسْتَبْدَلَ السِّحْرَ بِكِتَابِ اللهِ وَمُتَابَعَةِ رُسُلِهِ مَا لَهُ نَصِيبٌ فِي الْآخِرَةِ، وَفِي الْآيَةِ الثَّانِيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَنِ الْيَهُودِ أَنَّهُمْ يُصَدِّقُونَ بِالْجِبْتِ الَّذِي مِنْهُ السِّحْرُ.

Makna umum dari dua ayat: Allah Ta'ala berfirman: Sungguh orang-orang Yahudi yang mengganti sihir dari mengikuti para rasul dan beriman kepada Allah, bagi siapa yang mengganti sihir dengan Kitabullah dan mengikuti rasul-rasul-Nya, tidak ada bagian baginya di akhirat. Dalam ayat kedua: Allah Ta'ala mengabarkan tentang orang-orang Yahudi bahwa mereka membenarkan jibt yang di antaranya adalah sihir.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّهُمَا يَدُلَّانِ عَلَى تَحْرِيمِ السِّحْرِ وَأَنَّهُ مِنَ الْجِبْتِ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: Bahwa keduanya menunjukkan keharaman sihir dan bahwa ia termasuk jibt.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat tersebut:

١- تَحْرِيمُ السِّحْرِ.

1- Pengharaman sihir.

٢- كُفْرُ السَّاحِرِ.

2- Kekufuran penyihir.

٣- الْوَعِيدُ الشَّدِيدُ لِمَنْ أَعْرَضَ عَنْ كِتَابِ اللهِ، وَاسْتَبْدَلَ بِهِ غَيْرَهُ.

3- Ancaman keras bagi siapa yang berpaling dari Kitabullah dan menggantikannya dengan selainnya.

٤- أَنَّ السِّحْرَ مِنَ الشِّرْكِ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ؛ لِأَنَّهُ اسْتِخْدَامٌ لِلشَّيَاطِينِ وَتَعَلُّقٌ بِهِمْ.

4- Bahwa sihir termasuk syirik yang bertentangan dengan tauhid; karena ia menggunakan setan-setan dan bergantung kepada mereka.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ" قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: "الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ" (١) .

Dari Abu Hurairah ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apa saja ketujuh dosa itu?" Beliau menjawab, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita mukmin yang memelihara kehormatan dan lengah." (1)

ــ

ــ

هَذَا الْحَدِيثُ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.

اجْتَنِبُوا: أَبْعِدُوا.

Ijtanibuu: Jauhilah.

الْمُوبِقَاتِ: الْمُهْلِكَاتِ، سُمِّيَتْ مُوبِقَاتٍ؛ لِأَنَّهَا تُهْلِكُ فَاعِلَهَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

Al-Muubiqaat: Dosa-dosa yang membinasakan, disebut muubiqaat karena menghancurkan pelakunya di dunia dan akhirat.

الشِّرْكُ بِاللهِ: بِأَنْ يَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا يَدْعُوهُ وَيَرْجُوهُ وَيَخَافُهُ.

Asy-Syirku billah: Dengan menjadikan tandingan bagi Allah yang dia seru, harapkan, dan takuti.

الَّتِي حَرَّمَ اللهُ: أَيْ: حَرَّمَ قَتْلَهَا.

Allati harramallah: Yakni, Allah mengharamkan membunuhnya.

إِلَّا بِالْحَقِّ: أَيْ: بِفِعْلٍ مُوجِبٍ لِلْقَتْلِ.

Illa bil haq: Yakni, dengan perbuatan yang mewajibkan pembunuhan.

وَأَكْلُ الرِّبَا: أَيْ؛ تَنَاوُلُهُ بِأَيِّ وَجْهٍ.

Wa aklur riba: Yakni, mengambilnya dengan cara apapun.

وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ: يَعْنِي: التَّعَدِّي فِيهِ –وَالْيَتِيمُ: مَنْ مَاتَ أَبُوهُ وَهُوَ دُونَ الْبُلُوغِ.

Wa aklu maalil yatiim: Maksudnya: melampaui batas padanya - dan yatim adalah orang yang ayahnya meninggal saat dia belum baligh.

التَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ: أَيِ الْإِدْبَارُ مِنْ وُجُوهِ الْكُفَّارِ وَقْتَ الْقِتَالِ.

At-Tawalli yaumaz zahf: Yaitu berpaling dari menghadapi orang-orang kafir pada saat peperangan.

وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ: رَمْيُهُنَّ بِالزِّنَا –وَالْمُحْصَنَاتُ: الْمَحْفُوظَاتُ مِنَ الزِّنَا. وَالْمُرَادُ: الْحَرَائِرُ الْعَفِيفَاتُ.

Dan menuduh wanita-wanita yang menjaga kesucian: menuduh mereka berzina - Al-Muhshanat: wanita-wanita yang terjaga dari zina. Yang dimaksud: wanita-wanita merdeka yang menjaga kesucian diri.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٧٦٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٨٩" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٢٨٧٤".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "2766", Muslim dengan nomor "89", dan Abu Dawud dengan nomor "2874".

الغَافِلَاتِ: عَنِ الفَوَاحِشِ وَمَا رُمِينَ بِهِ - أَيِ البَرِيئَاتِ.

Ghafilat: tentang perbuatan keji dan apa yang mereka dituduh - yaitu wanita yang tidak bersalah.

المُؤْمِنَاتِ: بِاللهِ.

Mukminat: kepada Allah.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَأْمُرُ ﷺ أُمَّتَهُ بِالابْتِعَادِ عَنْ سَبْعِ جَرَائِمَ مُهْلِكَاتٍ، وَلَمَّا سُئِلَ عَنْهَا مَا هِيَ؟ بَيَّنَهَا بِأَنَّهَا الشِّرْكُ بِاللهِ، بِاتِّخَاذِ الأَنْدَادِ لَهُ مِنْ أَيِّ شَكْلٍ كَانَتْ، وَبَدَأَ بِالشِّرْكِ؛ لِأَنَّهُ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ، وَقَتْلِ النَّفْسِ الَّتِي مَنَعَ اللهُ مِنْ قَتْلِهَا إِلَّا بِمُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ، وَتَنَاوُلِ الرِّبَا بِأَكْلٍ أَوْ بِغَيْرِهِ مِنْ وُجُوهِ الانْتِفَاعِ، وَالتَّعَدِّي عَلَى مَالِ الطِّفْلِ الَّذِي مَاتَ أَبُوهُ، وَالفِرَارِ مِنَ المَعْرَكَةِ مَعَ الكُفَّارِ، وَرَمْيِ الحَرَائِرِ العَفِيفَاتِ بِالزِّنَا.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ memerintahkan umatnya untuk menjauhi tujuh kejahatan yang membinasakan, dan ketika ditanya apa itu? Beliau menjelaskan bahwa itu adalah syirik kepada Allah, dengan mengambil tandingan bagi-Nya dalam bentuk apa pun, dan beliau memulai dengan syirik; karena itu adalah dosa terbesar, dan membunuh jiwa yang Allah larang untuk membunuhnya kecuali dengan alasan yang dibenarkan secara syar'i, dan mengambil riba dengan memakannya atau selain itu dari berbagai cara pemanfaatan, dan melanggar harta anak yang ayahnya telah meninggal, dan melarikan diri dari pertempuran melawan orang-orang kafir, dan menuduh wanita merdeka yang suci dengan zina.

وَجْهُ سِيَاقِ الحَدِيثِ فِي بَابِ السِّحْرِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى تَحْرِيمِ السِّحْرِ وَاعْتِبَارِهِ مِنَ الكَبَائِرِ المُهْلِكَةِ.

Relevansi hadits dalam bab sihir: bahwa di dalamnya terdapat dalil atas pengharaman sihir dan menganggapnya termasuk dosa besar yang membinasakan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الشِّرْكِ، وَأَنَّهُ هُوَ أَكْبَرُ الكَبَائِرِ وَأَعْظَمُ الذُّنُوبِ.

1- Pengharaman syirik, dan bahwa ia adalah dosa besar terbesar dan dosa terbesar.

٢- تَحْرِيمُ السِّحْرِ، وَأَنَّهُ مِنَ الكَبَائِرِ المُهْلِكَةِ وَمِنْ نَوَاقِضِ الإِسْلَامِ.

2- Pengharaman sihir, dan bahwa ia termasuk dosa besar yang membinasakan dan pembatal keislaman.

٣- تَحْرِيمُ قَتْلِ النَّفْسِ بِغَيْرِ حَقٍّ.

3- Diharamkan membunuh jiwa tanpa hak.

٤- جَوَازُ قَتْلِ النَّفْسِ إِذَا كَانَ بِحَقٍّ كَالْقِصَاصِ وَالرِّدَّةِ وَالزِّنَا بَعْدَ إِحْصَانٍ.

4- Diperbolehkan membunuh jiwa jika ada hak seperti qisas, murtad, dan zina setelah ihshan.

٥- تَحْرِيمُ الرِّبَا وَعَظِيمُ خَطَرِهِ.

5- Diharamkan riba dan bahayanya yang besar.

٦- تَحْرِيمُ الِاعْتِدَاءِ عَلَى مَالِ الْأَيْتَامِ.

6- Diharamkan menyerang harta anak-anak yatim.

٧- تَحْرِيمُ الْفِرَارِ مِنَ الزَّحْفِ.

7- Diharamkan melarikan diri dari medan perang.

٨- تَحْرِيمُ الْقَذْفِ بِالزِّنَا وَاللِّوَاطِ.

8- Diharamkan menuduh zina dan liwath.

٩- أَنَّ قَذْفَ الْكَافِرِ لَيْسَ مِنَ الْكَبَائِرِ.

9- Bahwa menuduh orang kafir bukanlah dosa besar.

* * *

* * *

وَعَنْ جُنْدُبٍ مَرْفُوعًا: "حَدُّ السَّاحِرِ ضَرْبُهُ بِالسَّيْفِ" رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ. وَقَالَ: الصَّحِيحُ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ (١) .

Dari Jundub secara marfu': "Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang". Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Dia berkata: Yang benar hadits ini mauquf (1).

وَفِي صَحِيحِ البُخَارِيِّ عَنْ بَجَالَةَ بْنِ عَبَدَةَ قَالَ: كَتَبَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: "أَنِ اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ وَسَاحِرَةٍ". قَالَ: فَقَتَلْنَا ثَلَاثَ سَوَاحِرَ (٢) .

Dalam Shahih Al-Bukhari dari Bajalah bin 'Abadah, dia berkata: Umar bin Al-Khaththab menulis surat: "Bunuhlah setiap penyihir laki-laki dan perempuan". Dia berkata: Maka kami membunuh tiga penyihir perempuan (2).

وَصَحَّ عَنْ حَفْصَةَ ﵂ أَنَّهَا أَمَرَتْ بِقَتْلِ جَارِيَةٍ لَهَا سَحَرَتْهَا. فَقُتِلَتْ (٣) . وَكَذَلِكَ صَحَّ عَنْ جُنْدُبٍ.

Telah sahih dari Hafshah ﵂ bahwa dia memerintahkan untuk membunuh budak perempuannya yang menyihirnya. Maka dia pun dibunuh (3). Demikian pula telah sahih dari Jundub.

قَالَ أَحْمَدُ: عَنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ.

Ahmad berkata: Dari tiga orang sahabat Nabi ﷺ.

ــ

ــ

حَدُّ السَّاحِرِ: أَيْ: عُقُوبَتُهُ.

Hukuman penyihir: Yaitu hukumannya.

ضَرْبُهُ بِالسَّيْفِ: أَيْ: قَتْلُهُ، رُوِيَ "ضَرْبُهُ" بِالْهَاءِ وَالتَّاءِ.

Dipenggal dengan pedang: Yaitu dibunuh, diriwayatkan "dharbuhu" dengan ha' dan ta'.

مَوْقُوفٌ: أَيْ: مِنْ كَلَامِ الصَّحَابِيِّ لَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ ﷺ.

Mauquf: Yaitu perkataan sahabat, bukan perkataan Nabi ﷺ.

عَنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ: هُمْ: عُمَرُ، وَحَفْصَةُ، وَجُنْدُبٌ.

Dari tiga orang sahabat Rasulullah: Mereka adalah Umar, Hafshah, dan Jundub.

مُنَاسَبَةُ الْآثَارِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا بَيَانَ حَدِّ السَّاحِرِ بِأَنَّهُ الْقَتْلُ؛ مِمَّا يَدُلُّ عَلَى عِظَمِ جَرِيمَةِ السِّحْرِ وَأَنَّهُ مِنَ الْكَبَائِرِ.

Kesesuaian atsar-atsar dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang hukuman penyihir yaitu dibunuh; yang menunjukkan besarnya kejahatan sihir dan bahwa ia termasuk dosa besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآثَارِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar-atsar:

١- بَيَانُ حَدِّ السَّاحِرِ وَأَنَّهُ يُقْتَلُ وَلَا يُسْتَتَابُ.

1- Penjelasan tentang hukuman penyihir dan bahwa dia dibunuh tanpa diminta untuk bertaubat.

٢- وُجُودُ تَعَاطِي السِّحْرِ فِي الْمُسْلِمِينَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ فَكَيْفَ بِمَنْ بَعْدَهُ.

2- Adanya praktik sihir di kalangan umat Islam pada masa Umar, lalu bagaimana dengan orang-orang setelahnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٤٦٠"، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي سُنَنِهِ الْكُبْرَى "٨/١٣٦"، وَالْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "٤/٣٦٠".
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor "1460", Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra "8/136", dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "4/360".
(٢) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣١٥٦" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "١/١٩٠".
(2) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "3156" dan Ahmad dalam Musnad "1/190".
(٣) أَخْرَجَهُ مَالِكٌ فِي مُوَطَّئِهِ "٢/٨٧٢".
(3) Dikeluarkan oleh Malik dalam Muwatha'-nya "2/872".

بَابُ بَيَانِ شَيْءٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ

بَابُ بَيَانِ شَيْءٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ

Bab penjelasan tentang beberapa jenis sihir

قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ حَيَّانَ بْنِ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا قَطَنُ بْنُ قَبِيْصَةَ عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "إِنَّ الْعِيَافَةَ وَالطَّرْقَ وَالطِّيَرَةَ مِنَ الْجِبْتِ" (١) .

Ahmad berkata: Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, 'Auf menceritakan kepada kami dari Hayyan bin Al-'Ala', Qathan bin Qabishah menceritakan kepada kami dari ayahnya, bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya 'iyafah, tharq, dan thiyarah termasuk jibt" (1).

قَالَ عَوْفٌ: الْعِيَافَةُ: زَجْرُ الطَّيْرِ، وَالطَّرْقُ: الْخَطُّ يُخَطُّ بِالْأَرْضِ.

'Auf berkata: Al-'Iyafah adalah meramal dengan burung, dan ath-tharq adalah garis yang digambar di tanah.

وَالْجِبْتُ قَالَ: الْحَسَنُ: رَنَّةُ الشَّيْطَانِ. إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ.

Al-Hasan berkata tentang al-jibt: Itu adalah bisikan setan. Sanadnya baik.

وَلِأَبِي دَاوُدَ وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ الْمُسْنَدُ مِنْهُ.

Abu Dawud, An-Nasa'i dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya meriwayatkan hadits ini secara musnad.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ ﵀ لَمَّا ذَكَرَ فِي الْبَابِ الَّذِي قَبْلَ هَذَا السِّحْرَ، ذَكَرَ فِي هَذَا الْبَابِ شَيْئًا مِنْ أَنْوَاعِهِ؛ لِكَثْرَةِ وُقُوعِهَا، وَخَفَائِهَا عَلَى النَّاسِ، حَتَّى ظَنُّوهَا مِنْ كَرَامَاتِ الْأَوْلِيَاءِ، وَآلَ بِهِمُ الْأَمْرُ إِلَى أَنْ عَبَدُوا أَصْحَابَهَا فَوَقَعُوا فِي الشِّرْكِ الْعَظِيمِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penulis ﵀ ketika menyebutkan sihir di bab sebelumnya, ia menyebutkan dalam bab ini beberapa jenisnya; karena seringnya terjadi, dan tersembunyinya hal itu dari manusia, sampai mereka mengira itu termasuk karamah para wali, dan ujung-ujungnya mereka menyembah para pelakunya sehingga terjerumus dalam syirik besar.

التَّرَاجِمُ:

Biografi perawi:

١- أَحْمَدُ هُوَ: الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ.

1- Ahmad adalah: Imam Ahmad bin Hanbal.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٣/٤٧٧" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٩٠٧"، وَابْنُ حِبَّانَ كَمَا فِي الْمَوَارِدِ بِرَقْمِ "١٤٢٦".
(1) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad "3/477", Abu Dawud dengan nomor "3907", dan Ibnu Hibban sebagaimana dalam al-Mawarid dengan nomor "1426".

٢- مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ هُوَ: الْمَشْهُورُ بِغُنْدُرٍ الهُذَلِيُّ الْبَصْرِيُّ ثِقَةٌ مَشْهُورٌ.

2- Muhammad bin Ja'far adalah: Yang terkenal dengan Ghundar Al-Hudzali Al-Bashri, seorang yang tsiqah dan masyhur.

٣- عَوْفٌ هُوَ: ابْنُ أَبِي جَمِيلَةَ الْمَعْرُوفُ بِعَوْفٍ الأَعْرَابِيِّ ثِقَةٌ.

3- 'Auf adalah: Ibnu Abi Jamilah yang dikenal dengan 'Auf Al-A'rabi, seorang yang tsiqah.

٤- عَنْ أَبِيهِ هُوَ: قُبَيْصَةُ بْنُ الْمُخَارِقِ الْهِلَالِيُّ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ.

4- Dari ayahnya adalah: Qubaishah bin Al-Mukhariq Al-Hilali, seorang sahabat yang masyhur.

٥- الْحَسَنُ هُوَ: الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ.

5- Al-Hasan adalah: Al-Hasan Al-Bashri.

زَجْرُ الطَّيْرِ: التَّفَاؤُلُ بِأَسْمَائِهَا وَأَصْوَاتِهَا وَمَمَرِّهَا.

Zajr ath-thair: Optimisme terhadap nama-nama, suara-suara, dan lintasan burung.

مِنَ الْجِبْتِ: أَيْ: مِنْ أَعْمَالِ السِّحْرِ.

Dari al-jibt: Yaitu: Dari amalan-amalan sihir.

يُخَطُّ بِالْأَرْضِ: يَخُطُّهُ الرَّمَّالُونَ وَيَدَّعُونَ بِهِ عِلْمَ الْغَيْبِ.

Yukhatthu bil ardh: Para peramal menggambar di tanah dan mengklaim dengannya pengetahuan gaib.

الْجِبْتُ رَنَّةُ الشَّيْطَانِ: هَذَا تَفْسِيرٌ لِلْجِبْتِ بِبَعْضِ أَفْرَادِهِ. وَالرَّنَّةُ: الصَّوْتُ، وَيَدْخُلُ فِيهِ كُلُّ أَصْوَاتِ الْمَلَاهِي، وَأَضَافَهُ إِلَى الشَّيْطَانِ لِأَنَّهُ يَدْعُو إِلَيْهِ.

Al-jibt rannatu asy-syaithan: Ini adalah penafsiran al-jibt dengan sebagian individunya. Ar-rannah adalah suara, dan termasuk di dalamnya semua suara hiburan, dan dinisbatkan kepada setan karena ia mengajak kepadanya.

وَلِأَبِي دَوَادَ ... إِلَخْ: أَيْ: أَنَّ هَؤُلَاءِ رَوَوْا الْحَدِيثَ وَاقْتَصَرُوا عَلَى الْمَرْفُوعِ مِنْهُ وَلَمْ يَذْكُرُوا تَفْسِيرَ عَوْفٍ.

Wa li Abi Dawud ... dst: Yaitu: Bahwa mereka meriwayatkan hadits dan membatasi pada bagian marfu'nya saja dan tidak menyebutkan tafsir 'Auf.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: بَيَانُ أَنَّ الْعِيَافَةَ وَالطَّرْقَ وَالطِّيَرَةَ مِنَ الْجِبْتِ الَّذِي هُوَ السِّحْرُ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Penjelasan bahwa 'iyafah, tharq, dan thirah termasuk al-jibt yang merupakan sihir yang bertentangan dengan tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ ادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ؛ لِأَنَّهُ يُنَافِي التَّوْحِيدَ.

1- Mengklaim memiliki pengetahuan gaib itu diharamkan; karena bertentangan dengan tauhid.

٢- تَحْرِيمُ الطِّيَرَةِ؛ لِأَنَّهَا تُنَافِي التَّوْحِيدَ أَوْ كَمَالَهُ.

2- Thiyarah (menganggap sial) itu diharamkan; karena bertentangan dengan tauhid atau kesempurnaannya.

٣- تَحْرِيمُ الْمَلَاهِي بِأَنْوَاعِهَا؛ لِأَنَّهَا تُنَافِي طَاعَةَ اللهِ وَكَمَالَ تَوْحِيدِهِ.

3- Segala jenis hiburan (yang melalaikan) itu diharamkan; karena bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan kesempurnaan tauhid kepada-Nya.

٤- أَنَّ الْمَلَاهِيَ بِأَنْوَاعِهَا –مِنَ الْأَغَانِي وَالْمَزَامِيرِ وَسَائِرِ آلَاتِ اللَّهْوِ- مِنْ رَنَّةِ الشَّيْطَانِ الَّذِي شَأْنُهُ كُلُّهُ الصَّدُّ عَنْ سَبِيلِ اللهِ.

4- Bahwa segala jenis hiburan - dari nyanyian, seruling, dan semua alat permainan - adalah bagian dari tipu daya setan yang keseluruhannya bertujuan untuk menghalangi dari jalan Allah.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "مَنِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ النُّجُومِ فَقَدِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ.

Dari Ibnu Abbas ﵄ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang mempelajari satu cabang ilmu perbintangan, maka ia telah mempelajari satu cabang sihir, ia akan bertambah seiring pertambahannya" (1) Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang sahih.

ــ

ــ

مَنِ اقْتَبَسَ: مَنْ تَعَلَّمَ.

من اقتبس: orang yang mempelajari.

شُعْبَةً: طَائِفَةٌ وَقِطْعَةٌ.

شعبة: bagian dan potongan.

شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ: الْمَعْلُومُ تَحْرِيمُهُ.

شعبة من السحر: yang diketahui keharamannya.

زَادَ مَا زَادَ: يَعْنِي: كُلَّمَا زَادَ مِنْ عِلْمِ النُّجُومِ زَادَ لَهُ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلَ إِثْمِ السَّاحِرِ أَوْ زَادَ مِنِ اقْتِبَاسِ شُعَبِ السِّحْرِ مِثْلَ مَا زَادَ مِنِ اقْتِبَاسِ عِلْمِ النُّجُومِ.

زاد ما زاد: artinya: setiap kali bertambah ilmu perbintangan, bertambah pula dosanya seperti dosa tukang sihir, atau bertambah pengambilan cabang-cabang sihir sebagaimana bertambahnya pengambilan ilmu perbintangan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ خَبَرًا مَعْنَاهُ النَّهْيُ وَالتَّحْذِيرُ أَنَّ مَنْ تَعَلَّمَ شَيْئًا مِنَ التَّنْجِيمِ فَقَدْ تَعَلَّمَ شَيْئًا مِنَ السِّحْرِ الْمُحَرَّمِ، وَكُلَّمَا زَادَ تَعَلُّمُهُ التَّنْجِيمَ زَادَ تَعَلُّمُهُ السِّحْرَ؛ وَذَلِكَ لِأَنَّ التَّنْجِيمَ تَحَكُّمٌ عَلَى الْغَيْبِ، بِحَيْثُ إِنَّ الْمُنَجِّمَ يُحَاوِلُ اكْتِشَافَ الْحَوَادِثِ الْمُسْتَقْبَلَةِ الَّتِي هِيَ مِنْ عِلْمِ الْغَيْبِ الَّذِي اسْتَأْثَرَ اللهُ بِعِلْمِهِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan dalam hadits ini sebuah berita yang maknanya adalah larangan dan peringatan bahwa barangsiapa mempelajari sesuatu dari ilmu perbintangan maka ia telah mempelajari sesuatu dari sihir yang diharamkan, dan setiap kali bertambah pembelajarannya tentang ilmu perbintangan maka bertambah pula pembelajarannya tentang sihir; hal itu karena ilmu perbintangan adalah kesewenang-wenangan terhadap perkara gaib, di mana ahli nujum berusaha menemukan peristiwa-peristiwa masa depan yang merupakan bagian dari ilmu gaib yang hanya Allah yang mengetahuinya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ أَخْبَرَ فِيهِ أَنَّ التَّنْجِيمَ نَوْعٌ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa Nabi ﷺ mengabarkan di dalamnya bahwa astrologi adalah salah satu jenis sihir.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٩٠٥" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٣٧٢٦"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "١/٢٧٧، ٣١١".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3905" dan Ibnu Majah dengan nomor "3726", dan Ahmad dalam Musnad-nya "1/277, 311".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّنْجِيمِ الَّذِي هُوَ الْإِخْبَارُ عَنِ الْمُسْتَقْبَلِ اعْتِمَادًا عَلَى أَحْوَالِ النُّجُومِ؛ لِأَنَّهُ مِنِ ادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ.

1- Haramnya ilmu nujum yang memberitakan tentang masa depan berdasarkan keadaan bintang-bintang; karena itu termasuk mengaku mengetahui perkara gaib.

٢- أَنَّ التَّنْجِيمَ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ الْمُنَافِي لِلتَّوْحِيدِ.

2- Bahwa ilmu nujum termasuk jenis sihir yang menafikan tauhid.

٣- أَنَّهُ كُلَّمَا زَادَ تَعَلُّمُهُ لِلتَّنْجِيمِ زَادَ تَعَلُّمُهُ لِلسِّحْرِ.

3- Bahwa semakin bertambah mempelajari ilmu nujum, semakin bertambah pula mempelajari sihir.

* * *

* * *

وَلِلنَّسَائِيِّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ: "مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا فَقَدْ سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ" (١) .

An-Nasa'i meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah: "Barangsiapa yang mengikat simpul kemudian meniupnya, maka sungguh ia telah berbuat sihir. Barangsiapa yang berbuat sihir, maka sungguh ia telah berbuat syirik. Dan barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (sebagai jimat), maka ia akan diserahkan kepadanya." (1)

ــ

ــ

مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً: عَلَى شَكْلِ مَا يَفْعَلُهُ السَّحَرَةُ مِنْ عَقْدِ الْخُيُوطِ وَنَحْوِهَا.

Mengikat simpul: Seperti yang dilakukan oleh para penyihir dengan mengikat benang dan sejenisnya.

وَنَفَثَ فِيهَا: النَّفْثُ هُوَ: النَّفْخُ مَعَ رِيقٍ وَهُوَ دُونَ التَّفْلِ.

Meniup padanya: An-nafts adalah meniup disertai dengan sedikit air liur, dan itu lebih sedikit daripada meludah.

فَقَدْ سَحَرَ: أَيْ: فَعَلَ السِّحْرَ الْمُحَرَّمَ.

Maka sungguh ia telah menyihir: Yakni, ia telah melakukan sihir yang diharamkan.

وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ: لِأَنَّ السِّحْرَ لَا يَتَأَتَّى بِدُونِ الشِّرْكِ؛ لِأَنَّهُ اسْتِعَانَةٌ بِالشَّيَاطِينِ.

Barangsiapa yang menyihir maka sungguh ia telah berbuat syirik: Karena sihir tidak dapat terjadi tanpa syirik; karena itu merupakan permintaan pertolongan kepada setan.

وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ: أَيْ: مَنْ تَعَلَّقَ قَلْبُهُ بِشَيْءٍ وَاعْتَمَدَ عَلَيْهِ وَكَّلَهُ اللهُ إِلَى ذَلِكَ الشَّيْءِ وَخَذَلَهُ.

Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (sebagai jimat), maka ia akan diserahkan kepadanya: Yakni, barangsiapa yang menggantungkan hatinya pada sesuatu dan bersandar padanya, Allah akan menyerahkannya kepada sesuatu itu dan membiarkannya.

مَعْنَى الحَدِيثِ إِجْمَالًا: يُبَيِّنُ –ﷺ نَوْعًا مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ وَحُكْمَهُ، مُحَذِّرًا أُمَّتَهُ مِنْ تَعَاطِيهِ. فَيَقُولُ: إِنَّ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ أَنْ يَعْقِدَ العُقَدَ فِي الخُيُوطِ وَنَحْوِهَا، وَيَنْفُخَ فِي تِلْكَ العُقَدِ نَفْخًا مَصْحُوبًا بِالرِّيقِ؛ وَذَلِكَ أَنَّ السَّحَرَةَ إِذَا أَرَادُوا عَمَلَ السِّحْرِ عَقَدُوا الخُيُوطَ، وَنَفَثُوا عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ حَتَّى يَنْعَقِدَ مَا يُرِيدُونَ مِنَ السِّحْرِ، فَتَتَكَيَّفُ نَفْسُهُ الخَبِيثَةُ بِالشَّرِّ، وَيَسْتَعِينُ بِالشَّيَاطِينِ، وَيَنْفُخُ فِي تِلْكَ العُقَدِ، فَيَخْرُجُ مِنْ نَفْسِهِ الخَبِيثَةِ نَفَسٌ مُقْتَرِنٌ

Makna hadits secara keseluruhan: Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan salah satu jenis sihir dan hukumnya, memperingatkan umatnya untuk tidak terlibat dalam sihir tersebut. Beliau bersabda: Salah satu jenis sihir adalah mengikat simpul pada benang dan sejenisnya, dan meniup simpul-simpul itu dengan tiupan yang disertai dengan air liur; yaitu ketika para penyihir ingin melakukan sihir, mereka mengikat benang-benang, dan meniup pada setiap simpul sampai terbentuk sihir yang mereka inginkan, sehingga jiwanya yang jahat terbentuk dengan kejahatan, dan ia meminta bantuan setan, dan meniup simpul-simpul itu, maka keluarlah dari jiwanya yang jahat nafas yang terkait

_________
(١) أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، وَلِلْجُزْءِ الأَخِيرِ مِنَ الحَدِيثِ شَوَاهِدُ يَتَقَوَّى بِهَا أَخْرَجَ الشَّاهِدَ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٠٧٣" وَأَحْمَدُ "٤/٣١٠، ٣١١" وَالحَاكِمُ "٤/٢١٦".
(1) Dikeluarkan oleh An-Nasa'i, dan untuk bagian terakhir dari hadits ini terdapat syawahid yang menguatkannya. Syahid dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor "2073", Ahmad "4/310, 311", dan Al-Hakim "4/216".

بِالرِّيقِ المُمَازِجِ لِلشَّرِّ، وَيَسْتَعِينُ بِالشَّيَاطِينِ فَيُصِيبُ المَسْحُورَ بِإِذْنِ اللهِ الكَوْنِيِّ القَدَرِيِّ.

Dengan air liur yang bercampur dengan kejahatan, dan meminta pertolongan kepada setan-setan sehingga menimpa orang yang tersihir dengan izin Allah yang bersifat kauniyah (universal) dan qadariyah (takdir).

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ؛ أَنَّ فِيهِ بَيَانَ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ، وَهُوَ سِحْرُ العُقَدِ المُسَمَّى بِالعَزِيمَةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab ini adalah bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang salah satu jenis sihir, yaitu sihir dengan simpul yang disebut 'azimah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بَيَانُ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ وَهُوَ مَا كَانَ بِوَاسِطَةِ العُقَدِ وَالنَّفْثِ.

1- Penjelasan tentang salah satu jenis sihir, yaitu sihir yang dilakukan melalui simpul dan tiupan.

٢- أَنَّ السِّحْرَ شِرْكٌ؛ لِأَنَّهُ اسْتِعَانَةٌ بِالشَّيَاطِينِ.

2- Bahwa sihir adalah syirik, karena meminta pertolongan kepada setan.

٣- أَنَّ مَنِ اعْتَمَدَ عَلَى غَيْرِ اللهِ خَذَلَهُ اللهُ وَأَذَلَّهُ.

3- Bahwa barangsiapa yang mengandalkan selain Allah, maka Allah akan menghinakan dan merendahkannya.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "أَلَا هَلْ أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ؟ هِيَ: النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ" (١) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Ibnu Mas'ud ﵁: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Maukah kalian aku beritahu apa itu al-'adh-hu? Yaitu: namimah (adu domba) yang menyebar di antara manusia" (1). Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

أَلَا: أَدَاةُ تَنْبِيهٍ.

Alaa: kata untuk menarik perhatian.

أُنَبِّئُكُمْ: أُخْبِرُكُمْ.

Unabbi'ukum: aku beritahu kalian.

الْعَضْهُ: بِفَتْحِ الْعَيْنِ وَسُكُونِ الضَّادِ مَصْدَرُ عَضَهَ يَعْضَهُ عَضْهًا بِمَعْنَى كَذَبَ وَسَحَرَ وَالْمُرَادُ بِهِ هُنَا: السِّحْرُ.

Al-'adh-hu: dengan fathah pada 'ain dan sukun pada dhad, mashdar dari 'adhaha ya'dhuhu 'adh-han yang berarti berdusta dan menyihir, yang dimaksud di sini adalah: sihir.

النَّمِيمَةُ: نَقْلُ الْحَدِيثِ عَلَى وَجْهِ الْإِفْسَادِ.

An-namimah: menyampaikan perkataan dengan tujuan membuat kerusakan.

الْقَالَةُ: كَثْرَةُ الْقَوْلِ وَإِيقَاعُ الْخُصُومَةِ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا يُحْكَى لِلْبَعْضِ عَنِ الْبَعْضِ.

Al-qaalah: banyak bicara dan menimbulkan permusuhan di antara manusia dengan apa yang diceritakan sebagian orang tentang sebagian yang lain.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَرَادَ –ﷺ أَنْ يُحَذِّرَ أُمَّتَهُ عَنِ السَّعَايَةِ بَيْنَ النَّاسِ بِنَقْلِ حَدِيثِ بَعْضِهِمْ فِي بَعْضٍ عَلَى وَجْهِ الْإِفْسَادِ، فَافْتَتَحَ حَدِيثَهُ بِصِيغَةِ الِاسْتِفْهَامِ، لِيَكُونَ أَوْقَعَ فِي النُّفُوسِ وَأَدْعَى لِلِانْتِبَاهِ، فَسَأَلَهُمْ مَا الْعَضْهُ –أَيْ مَا السِّحْرُ- ثُمَّ أَجَابَ عَنْ هَذَا السُّؤَالِ –بِأَنَّ الْعَضْهَ هُوَ نَقْلُ الْخُصُومَةِ بَيْنَهُمْ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَفْعَلُ مَا يَفْعَلُهُ السِّحْرُ مِنَ الْفَسَادِ وَتَفْرِيقِ الْقُلُوبِ.

Makna keseluruhan hadits: Rasulullah ﷺ ingin memperingatkan umatnya dari menyebarkan adu domba di antara manusia dengan menyampaikan perkataan sebagian mereka tentang sebagian yang lain dengan tujuan membuat kerusakan. Beliau memulai haditsnya dengan bentuk pertanyaan, agar lebih mengena di hati dan lebih menarik perhatian. Beliau bertanya kepada mereka apa itu al-'adh-hu –yaitu sihir-, kemudian beliau menjawab pertanyaan ini –bahwa al-'adh-hu adalah menyebarkan permusuhan di antara mereka; karena hal itu melakukan apa yang dilakukan sihir berupa kerusakan dan memecah belah hati.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ بَيَّنَ فِيهِ أَنَّ النَّمِيمَةَ نَوْعٌ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa Nabi –ﷺ menjelaskan di dalamnya bahwa namimah (adu domba) adalah salah satu jenis sihir.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٠٦".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2606".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ النَّمِيمَةَ نَوْعٌ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ؛ لِأَنَّهَا تَفْعَلُ مَا يَفْعَلُهُ السِّحْرُ مِنَ التَّفْرِيقِ بَيْنَ الْقُلُوبِ وَالْإِفْسَادِ بَيْنَ النَّاسِ –لَا أَنَّ النَّمَّامَ يَأْخُذُ حُكْمَ السَّاحِرِ مِنْ حَيْثُ الْكُفْرُ وَغَيْرُهُ.

1- Bahwa namimah (mengadu domba) adalah salah satu jenis sihir; karena ia melakukan apa yang dilakukan sihir yaitu memecah belah hati dan merusak hubungan antar manusia - bukan berarti bahwa orang yang mengadu domba mengambil hukum penyihir dari segi kekufuran dan lainnya.

٢- تَحْرِيمُ النَّمِيمَةِ، وَأَنَّهَا مِنَ الْكَبَائِرِ.

2- Haramnya namimah (mengadu domba), dan bahwa ia termasuk dosa besar.

٣- التَّعْلِيمُ عَلَى طَرِيقَةِ السُّؤَالِ وَالْجَوَابِ، لِأَنَّ ذَلِكَ أَثْبَتُ فِي الذِّهْنِ وَأَدْعَى لِلِانْتِبَاهِ.

3- Mengajar dengan metode tanya jawab, karena hal itu lebih melekat dalam pikiran dan lebih menarik perhatian.

* * *

* * *

وَلَهُمَا عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﵄: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرًا" (١) .

Dari Ibnu Umar ﵄: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya sebagian dari bayan (keindahan kata-kata) adalah sihir." (1)

ــ

ــ

الْبَيَانُ: الْبَلَاغَةُ وَالْفَصَاحَةُ.

Al-Bayan: kefasihan dan keindahan berbicara.

لَسِحْرًا: أَيْ: يَعْمَلُ عَمَلَ السِّحْرِ، فَيَجْعَلُ الْحَقَّ فِي قَالَبِ الْبَاطِلِ وَالْبَاطِلَ فِي قَالَبِ الْحَقِّ، فَيَسْتَمِيلُ قُلُوبَ الْجُهَّالِ.

Lasihran: yaitu: bekerja seperti sihir, menjadikan yang haq dalam bentuk yang batil dan yang batil dalam bentuk yang haq, sehingga menarik hati orang-orang bodoh.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُبَيِّنُ –ﷺ نَوْعًا آخَرَ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ وَهُوَ: الْبَيَانُ الْمُتَمَثِّلُ فِي الْفَصَاحَةِ وَالْبَلَاغَةِ؛ لِمَا يُحْدِثُهُ هَذَا النَّوْعُ مِنْ أَثَرٍ فِي الْقُلُوبِ وَالْأَسْمَاعِ؛ حَتَّى رُبَّمَا يُصَوِّرُ الْحَقَّ فِي صُورَةِ الْبَاطِلِ وَالْبَاطِلَ فِي صُورَةِ الْحَقِّ؛ كَمَا يَفْعَلُ السِّحْرُ. وَالْمُرَادُ ذَمُّ هَذَا النَّوْعِ مِنَ الْبَيَانِ الَّذِي يَلْبِسُ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَيُمَوِّهُ عَلَى السَّامِعِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ menjelaskan jenis lain dari sihir yaitu: Al-Bayan yang terwujud dalam kefasihan dan keindahan berbicara; karena jenis ini memiliki pengaruh pada hati dan pendengaran; terkadang menggambarkan yang haq dalam bentuk yang batil dan yang batil dalam bentuk yang haq; seperti yang dilakukan sihir. Yang dimaksud adalah mencela jenis Al-Bayan ini yang mencampurkan yang haq dengan yang batil dan menipu pendengar.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ وَهُوَ بَعْضُ الْبَيَانِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang salah satu jenis sihir yaitu sebagian Al-Bayan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بَيَانُ نَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ السِّحْرِ وَهُوَ الْبَيَانُ الَّذِي فِيهِ التَّمْوِيهُ.

1- Penjelasan tentang salah satu jenis sihir yaitu Al-Bayan yang mengandung tipuan.

٢- ذَمَّ هَذَا النَّوْعَ مِنَ الْبَيَانِ –وَأَمَّا الْبَيَانُ الَّذِي يُوَضِّحُ الْحَقَّ وَيُقَرِّرُهُ وَيُبْطِلُ الْبَاطِلَ وَيَدْحَضُهُ فَهُوَ مَمْدُوحٌ.

2- Mencela jenis penjelasan ini - Adapun penjelasan yang memperjelas kebenaran, menetapkannya, membatalkan kebatilan, dan menggugurkannya, maka itu terpuji.

* * *

* * *

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٥١٤٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٨٦٩".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "5146" dan Muslim dengan nomor "869".

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْكُهَّانِ وَنَحْوِهِمْ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْكُهَّانِ وَنَحْوِهِمْ

Bab tentang apa yang datang mengenai tukang ramal dan sejenisnya

رَوَى مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ فَصَدَّقَهُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا" (١) .

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sebagian istri Nabi ﷺ, dari Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa mendatangi 'arraf (tukang ramal) lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu dan membenarkannya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari" (1).

ــ

ــ

الْكُهَّانُ: جَمْعُ كَاهِنٍ وَهُوَ الَّذِي يُخْبِرُ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ فِي الْمُسْتَقْبَلِ اعْتِمَادًا عَلَى الِاسْتِعَانَةِ بِالشَّيَاطِينِ.

Al-Kuhhan: bentuk jamak dari kahin, yaitu orang yang mengabarkan perkara gaib di masa depan dengan mengandalkan bantuan setan.

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ الْكُهَّانُ وَنَحْوُهُمْ يَدَّعُونَ عِلْمَ الْغَيْبِ الَّذِي قَدِ اخْتَصَّ بِهِ اللهُ تَعَالَى، وَذَلِكَ دَعْوَى مُشَارَكَةِ اللهِ تَعَالَى فِي عِلْمِ الْغَيْبِ، أَرَادَ الْمُصَنِّفُ أَنْ يُبَيِّنَ فِي هَذَا الْبَابِ مَا جَاءَ فِي حَقِّهِمْ وَحَقِّ مَنْ صَدَّقَهُمْ مِنَ الْوَعِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Karena tukang ramal dan sejenisnya mengaku mengetahui perkara gaib yang hanya dikhususkan bagi Allah Ta'ala, dan itu adalah klaim kesetaraan dengan Allah Ta'ala dalam pengetahuan gaib, maka penulis ingin menjelaskan dalam bab ini ancaman yang datang berkenaan dengan mereka dan orang yang membenarkan mereka.

مَا جَاءَ فِي الْكُهَّانِ: أَيْ: مِنَ التَّغْلِيظِ وَالْوَعِيدِ.

Apa yang datang mengenai tukang ramal: yaitu berupa ancaman keras dan peringatan.

وَنَحْوِهِمْ: كَالْعَرَّافِينَ وَالْمُنَجِّمِينَ وَالرَّمَّالِينَ.

Dan sejenisnya: seperti tukang ramal, ahli nujum, dan peramal nasib.

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ: هِيَ: حَفْصَةُ.

Dari sebagian istri Nabi: yaitu Hafshah.

لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ: أَيْ: لَا ثَوَابَ لَهُ فِيهَا.

Shalatnya tidak akan diterima: maksudnya, dia tidak mendapatkan pahala di dalamnya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُبَيِّنُ ﷺ الوَعِيدَ المُتَرَتِّبَ عَلَى الذَّهَابِ إِلَى الكُهَّانِ وَنَحْوِهِمْ لِسُؤَالِهِمْ عَنِ المُغَيَّبَاتِ الَّتِي لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللهُ، أَنَّ جَزَاءَ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ حِرْمَانُهُ مِنْ ثَوَابِ صَلَاتِهِ لِمُدَّةِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا؛ لِتَلَبُّسِهِ بِالْمَعْصِيَةِ. وَفِي هَذَا وَعِيدٌ شَدِيدٌ وَنَهْيٌ أَكِيدٌ عَنْ هَذَا الفِعْلِ، مِمَّا

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ menjelaskan ancaman yang terkait dengan pergi ke dukun dan sejenisnya untuk menanyakan tentang hal-hal gaib yang hanya diketahui oleh Allah, bahwa balasan bagi orang yang melakukan hal itu adalah kehilangan pahala shalatnya selama empat puluh hari; karena dia terlibat dalam maksiat. Dalam hal ini terdapat ancaman yang keras dan larangan yang tegas terhadap perbuatan ini, yang mana

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٤٠" وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٤/٦٨"، "٥/٣٨٠".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2240" dan Ahmad dalam Musnad-nya "4/68", "5/380".

يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الْمُحَرَّمَاتِ، وَإِذَا كَانَ هَذَا جَزَاءُ مَنْ أَتَى الْكَاهِنَ فَكَيْفَ بِجَزَاءِ الْكَاهِنِ نَفْسِهِ! نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ ذَلِكَ وَنَسْأَلُ اللهَ الْعَافِيَةَ.

Ini menunjukkan bahwa pergi ke dukun termasuk di antara perbuatan yang paling diharamkan. Jika ini adalah balasan bagi orang yang mendatangi dukun, lalu bagaimana dengan balasan bagi dukun itu sendiri! Kita berlindung kepada Allah dari hal itu dan memohon keselamatan kepada-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ إِتْيَانِ الْكُهَّانِ وَنَحْوِهِمْ، وَعَنْ تَصْدِيقِهِمْ لِمُنَافَاتِهِ لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan mendatangi dukun dan sejenisnya, serta membenarkan mereka karena hal itu bertentangan dengan tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْمَنْعُ مِنَ الذَّهَابِ إِلَى الْكُهَّانِ وَسُؤَالِهِمْ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ وَتَصْدِيقِهِمْ فِي ذَلِكَ وَأَنَّهُ كُفْرٌ.

1- Larangan pergi ke dukun, menanyakan kepada mereka tentang hal-hal gaib, membenarkan mereka dalam hal itu, dan bahwa perbuatan tersebut adalah kufur.

٢- تَحْرِيمُ الْكِهَانَةِ، وَأَنَّهَا مِنَ الْكَبَائِرِ.

2- Pengharaman perdukunan, dan bahwa ia termasuk dosa besar.

فَائِدَةٌ؛ مَنْ ذَهَبَ إِلَى الْكُهَّانِ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، كَمَا جَاءَ فِي ذَلِكَ الْحَدِيثُ الْآخَرُ وَأَمَّا مَنْ صَدَّقَهُمْ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ –ﷺ.

Faidah: Barangsiapa pergi ke dukun namun tidak membenarkan mereka, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits lain. Adapun orang yang membenarkan mereka, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ﷺ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.

Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi dukun lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ" (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

وَلِلْأَرْبَعَةِ وَالْحَاكِمِ وَقَالَ: صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِهِمَا عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ: "مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ﷺ" (٢) .

Menurut riwayat al-Arba'ah dan al-Hakim, dia berkata: Shahih sesuai syarat keduanya, dari Nabi ﷺ: "Barangsiapa mendatangi 'arraf atau dukun lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ" (2).

وَلِأَبِي يَعْلَى بِسَنَدٍ جَيِّدٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ مَوْقُوفًا (٣) .

Menurut riwayat Abu Ya'la dengan sanad yang baik dari Ibnu Mas'ud secara mauquf (3).

ــ

ــ

بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ: أَيْ: الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ.

Dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad: yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ بِرِوَايَتَيْهِ: الْوَعِيدُ الشَّدِيدُ عَلَى إِتْيَانِ الْكُهَّانِ وَالْعَرَّافِينَ لِسُؤَالِهِمْ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ وَتَصْدِيقِهِمْ فِي ذَلِكَ؛ لِأَنَّ عِلْمَ الْغَيْبِ قَدِ اخْتَصَّ اللهُ تَعَالَى بِهِ. فَمَنْ أَتَاهُمْ وَصَدَّقَهُمْ فَقَدْ كَفَرَ بِالْوَحْيِ الْمُنَزَّلِ عَلَى مُحَمَّدٍ –ﷺ.

Makna umum dari hadits dengan dua riwayatnya: Ancaman keras terhadap mendatangi dukun dan peramal untuk bertanya kepada mereka tentang hal-hal gaib dan membenarkan mereka dalam hal itu; karena ilmu gaib hanya dikhususkan bagi Allah Ta'ala. Maka barangsiapa mendatangi mereka dan membenarkan mereka, sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ إِتْيَانِ الْكُهَّانِ وَالْعَرَّافِينَ وَبَيَانَ الْوَعِيدِ فِي ذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan mendatangi dukun dan peramal serta penjelasan ancaman dalam hal itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الذَّهَابِ إِلَى الكُهَّانِ وَالْعَرَّافِينَ وَسُؤَالِهِمْ وَوُجُوبُ الِابْتِعَادِ

1- Mengharamkan pergi ke dukun dan peramal, bertanya kepada mereka, dan wajibnya menjauhi mereka

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٩٠٤" وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٢/٤٠٨، ٤٢٩، ٤٧٦".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3904" dan Ahmad dalam Musnad-nya "2/408, 429, 476".
(٢) أَخْرَجَهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "١/٨" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٢/٤٢٩".
(2) Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "1/8" dan Ahmad dalam Al-Musnad "2/429".
(٣) أَخْرَجَهُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ "رَقْمَ ٥٤٠٨" وَالْبَزَّارُ كَمَا فِي الْكَشْفِ "رَقْمَ ٢٠٦٧" وَقَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٥/١١٨": رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ خَلَا هُبَيْرَةَ بْنَ يَرِيمَ وَهُوَ ثِقَةٌ.
(3) Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnad-nya "nomor 5408" dan Al-Bazzar seperti dalam Al-Kashf "nomor 2067". Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "5/118": Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan para perawinya adalah perawi hadits shahih kecuali Hubairah bin Yarim, dan dia tsiqah (terpercaya).

عَنْهُمْ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ كُفْرٌ إِذَا صَدَّقَهُمْ، وَمُحَرَّمٌ إِذَا لَمْ يُصَدِّقْهُمْ.

Tentang mereka; karena itu adalah kufur jika membenarkan mereka, dan haram jika tidak membenarkan mereka.

٢- وُجُوبُ تَكْذِيبِ الْكُهَّانِ وَالْمُنَجِّمِينَ.

2- Wajibnya mendustakan para dukun dan peramal.

٣- مَنْ أَتَاهُمْ وَصَدَّقَهُمْ فَقَدْ كَفَرَ بِالْوَحْيِ الْمُنَزَّلِ عَلَى مُحَمَّدٍ –ﷺ.

3- Barangsiapa mendatangi mereka dan membenarkan mereka, maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad –ﷺ.

٤- أَنَّ الْكِهَانَةَ شِرْكٌ؛ لِأَنَّهَا تَتَضَمَّنُ دَعْوَى مُشَارَكَةِ اللهِ تَعَالَى فِي عِلْمِ الْغَيْبِ.

4- Bahwa perdukunan adalah syirik; karena ia mengandung klaim keikutsertaan Allah Ta'ala dalam ilmu gaib.

* * *

* * *

وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ ﵁ مَرْفُوعًا: "لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطِيرَ لَهُ، أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ، وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ﷺ" (١) رَوَاهُ الْبَزَّارُ بِإِسْنَادٍ جَيِّدٍ، وَرَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْأَوْسَطِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ دُونَ قَوْلِهِ: "وَمَنْ أَتَى" إِلَى آخِرِهِ.

Dari 'Imran bin Hushain ﵁ secara marfu': "Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan tathayur atau ditathayurkan untuknya, atau melakukan perdukunan atau didukuni untuknya, atau melakukan sihir atau disihirkan untuknya, dan barangsiapa mendatangi dukun lalu membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ" (1) Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan sanad yang baik, dan diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Ausath dengan sanad yang hasan dari hadits Ibnu 'Abbas tanpa perkataan beliau: "Dan barangsiapa mendatangi" hingga akhir hadits.

قَالَ الْبَغَوِيُّ: الْعَرَّافُ: الَّذِي يَدَّعِي مَعْرِفَةَ الْأُمُورِ بِمُقَدِّمَاتٍ يَسْتَدِلُّ بِهَا عَلَى الْمَسْرُوقِ وَمَكَانِ الضَّالَّةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ -وَقِيلَ: هُوَ الْكَاهِنُ.

Al-Baghawi berkata: Al-'Arraf adalah orang yang mengaku mengetahui berbagai perkara dengan tanda-tanda yang dengannya ia menyimpulkan tentang barang yang dicuri, tempat barang yang hilang, dan semisalnya. Ada yang mengatakan: Dia adalah dukun.

وَالْكَاهِنُ هُوَ الَّذِي يُخْبِرُ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ فِي الْمُسْتَقْبَلِ.

Dukun adalah orang yang mengabarkan tentang hal-hal gaib di masa depan.

وَقِيلَ: الَّذِي يُخْبِرُ عَمَّا فِي الضَّمِيرِ.

Ada yang mengatakan: Yaitu orang yang mengabarkan tentang apa yang ada dalam hati.

وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: الْعَرَّافُ: اسْمٌ لِلْكَاهِنِ وَالْمُنَجِّمِ وَالرَّمَّالِ وَنَحْوِهِمْ مِمَّنْ يَتَكَلَّمُ فِي مَعْرِفَةِ الْأُمُورِ بِهَذِهِ الطُّرُقِ.

Abu Al-'Abbas Ibnu Taimiyah berkata: Al-'Arraf adalah sebutan untuk dukun, peramal, peramal nasib, dan semisalnya dari orang-orang yang berbicara tentang pengetahuan berbagai perkara dengan cara-cara ini.

ــ

ــ

لَيْسَ مِنَّا: أَيْ: لَا يَفْعَلُ هَذَا مَنْ هُوَ مِنْ أَشْيَاعِنَا الْعَامِلِينَ بِاتِّبَاعِنَا الْمُقْتَفِينَ لِشَرْعِنَا.

Bukan termasuk golongan kami: Maksudnya, orang yang melakukan ini bukanlah termasuk pengikut kami yang mengamalkan ajaran kami dan mengikuti syariat kami.

مَنْ تَطَيَّرَ: فَعَلَ الطِّيَرَةَ.

Barangsiapa yang melakukan tatayyur: maka ia telah melakukan thiyarah.

_________
(١) قَالَ الهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٥/١١٧": رَوَاهُ البَزَّارُ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ خَلَا إِسْحَاقَ بْنَ الرَّبِيعِ وَهُوَ ثِقَةٌ.
(1) Al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawaa'id "5/117": Al-Bazzar meriwayatkannya dan para perawinya adalah perawi as-Sahih kecuali Ishaq bin ar-Rabi' dan ia adalah tsiqah (terpercaya).

أَوْ تُطَيَّرَ لَهُ: أَمَرَ مَنْ يُتَطَيَّرُ لَهُ. وَمِثْلُهُ بَقِيَّةُ الأَلْفَاظِ.

Atau meminta seseorang untuk melakukan thiyarah untuknya: memerintahkan seseorang untuk melakukan thiyarah untuknya. Begitu pula dengan istilah-istilah lainnya.

الْمَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَقُولُ –ﷺ: لَا يَكُونُ مِنْ أَتْبَاعِنَا الْمُتَّبِعِينَ لِشَرْعِنَا مَنْ فَعَلَ الطِّيَرَةَ أَوِ الْكِهَانَةَ أَوِ السِّحْرَ أَوْ فُعِلَتْ لَهُ هَذِهِ الأَشْيَاءُ؛ لِأَنَّ فِيهَا ادِّعَاءً لِعِلْمِ الْغَيْبِ الَّذِي اخْتَصَّ اللهُ بِهِ، وَفِيهَا إِفْسَادٌ لِلْعَقَائِدِ وَالْعُقُولِ، وَمَنْ صَدَّقَ مَنْ يَفْعَلُ شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الأُمُورِ فَقَدْ كَفَرَ بِالْوَحْيِ الإِلَهِيِّ الَّذِي جَاءَ بِإِبْطَالِ هَذِهِ الْجَاهِلِيَّاتِ وَوِقَايَةِ الْعُقُولِ مِنْهَا. وَيَلْحَقُ بِذَلِكَ مَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ مِنْ قِرَاءَةِ مَا يُسَمَّى بِالْكَفِّ، أَوْ رَبْطِ سَعَادَةِ الإِنْسَانِ وَشَقَائِهِ وَحَظِّهِ بِالْبُرُوجِ وَنَحْوِ ذَلِكَ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ bersabda: Tidak termasuk pengikut kami yang mengikuti syariat kami orang yang melakukan thiyarah, kihānah (perdukunan), atau sihir, atau dilakukan untuknya hal-hal tersebut; karena di dalamnya terdapat pengakuan mengetahui perkara gaib yang hanya diketahui Allah, dan di dalamnya terdapat perusakan akidah dan akal. Barangsiapa membenarkan orang yang melakukan sesuatu dari perkara-perkara ini, maka sungguh ia telah kufur terhadap wahyu ilahi yang datang untuk membatalkan kejahiliyahan ini dan melindungi akal darinya. Termasuk dalam hal itu apa yang dilakukan sebagian orang seperti membaca apa yang disebut dengan telapak tangan, atau mengaitkan kebahagiaan, kesengsaraan, dan nasib manusia dengan zodiak dan semisalnya.

وَقَدْ بَيَّنَ كُلٌّ مِنَ الإِمَامَيْنِ البَغَوِيِّ وَابْنِ تَيْمِيَّةَ مَعْنَى العَرَّافِ وَالكَاهِنِ المُنَجِّمِ وَالرَّمَّالِ بِمَا حَاصِلُهُ: أَنَّ كُلَّ مَنْ يَدَّعِي عِلْمَ شَيْءٍ مِنَ المَغِيبَاتِ فَهُوَ إِمَّا دَاخِلٌ فِي اسْمِ الكَاهِنِ أَوْ مُشَارِكٌ لَهُ فِي المَعْنَى فَيُلْحَقُ بِهِ، وَالكَاهِنُ هُوَ الَّذِي يُخْبِرُ عَمَّا يَحْصُلُ فِي المُسْتَقْبَلِ وَيَأْخُذُ عَنْ مُسْتَرِقِ السَّمْعِ مِنَ الشَّيَاطِينِ كَمَا سَبَقَ فِي أَوَّلِ كِتَابِ التَّوْحِيدِ.

Imam al-Baghawi dan Ibnu Taimiyah telah menjelaskan makna 'arraf, kahin, munajjim, dan rammal dengan kesimpulan: bahwa setiap orang yang mengaku mengetahui sesuatu dari hal-hal gaib, maka ia termasuk dalam kategori kahin atau setidaknya memiliki kesamaan makna dengannya sehingga dapat disamakan dengannya. Kahin adalah orang yang memberitakan tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan mengambil informasi dari syaitan-syaitan yang mencuri pendengaran sebagaimana telah dijelaskan di awal kitab Tauhid.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ وَالتَّغْلِيظَ عَنْ فِعْلِ الكِهَانَةِ وَنَحْوِهَا وَتَصْدِيقَ أَهْلِهَا.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan dan ancaman keras terhadap praktik perdukunan dan sejenisnya serta membenarkan para pelakunya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ ادِّعَاءِ عِلْمِ الغَيْبِ؛ لِأَنَّهُ يُنَافِي التَّوْحِيدَ.

1- Haramnya mengaku mengetahui perkara gaib; karena hal itu bertentangan dengan tauhid.

٢- تَحْرِيمُ تَصْدِيقِ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ بِكِهَانَةٍ أَوْ غَيْرِهَا؛ لِأَنَّهُ كُفْرٌ.

2- Haramnya membenarkan orang yang melakukan hal tersebut dengan perdukunan atau lainnya; karena itu adalah kekufuran.

٣- وُجُوبُ تَكْذِيبِ الكُهَّانِ وَنَحْوِهِمْ وَوُجُوبُ الابْتِعَادِ عَنْهُمْ وَعَنْ عُلُومِهِمْ.

3- Wajibnya mendustakan para dukun dan sejenisnya serta menjauhi mereka dan ilmu-ilmu mereka.

٤- وُجُوبُ التَّمَسُّكِ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى الرَّسُولِ –ﷺ وَطَرْحُ مَا خَالَفَهُ.

4- Wajibnya berpegang teguh pada apa yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ dan meninggalkan apa yang menyelisihinya.

* * *

* * *

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فِي قَوْمٍ يَكْتُبُونَ أَبَا جَادٍ، وَيَنْظُرُونَ فِي النُّجُومِ: مَا أَرَى مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ لَهُ عِنْدَ اللهِ مِنْ خَلَاقٍ (١) .

Ibnu Abbas berkata tentang suatu kaum yang menulis Aba Jad dan memperhatikan bintang-bintang: Aku tidak melihat orang yang melakukan hal itu memiliki bagian di sisi Allah (1).

ــ

ــ

يَكْتُبُونَ أَبَا جَادٍ: أَيْ: يَقْطَعُونَ حُرُوفَ "أَبْجَدَ هَوَّزَ ... إِلَخْ" الَّتِي تُسَمَّى حُرُوفَ الْجُمَّلِ وَيَتَعَلَّمُونَهَا لِادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ.

Menulis Aba Jad: yaitu memotong huruf-huruf "Abjad Hawwaz ... dst" yang disebut huruf al-Jummal dan mempelajarinya untuk mengklaim pengetahuan gaib.

وَيَنْظُرُونَ فِي النُّجُومِ: أَيْ: وَيَعْتَقِدُونَ أَنَّ لَهَا تَأْثِيرًا فَيَبْنُونَ أُمُورَهُمْ عَلَى زَعْمٍ فَاسِدٍ وَاعْتِقَادٍ بَاطِلٍ فِي النُّجُومِ وَالْحِسَابِ الَّذِي يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ يُدْرِكُونَ بِهِ عِلْمَ الْغَيْبِ.

Memperhatikan bintang-bintang: yaitu meyakini bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh, lalu mereka membangun urusan mereka di atas anggapan yang rusak dan keyakinan yang batil terhadap bintang-bintang dan perhitungan yang mereka kira dengannya mereka dapat mengetahui ilmu gaib.

مَا أَرَى: بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ بِمَعْنَى: لَا أَعْلَمُ، وَبِضَمِّهَا بِمَعْنَى: لَا أَظُنُّ.

Ma ara: dengan fathah pada hamzah bermakna: aku tidak mengetahui, dan dengan dhammah bermakna: aku tidak menyangka.

مِنْ خَلَاقٍ: مِنْ نَصِيبٍ.

Min khalaq: dari bagian.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ: لَا أَعْلَمُ وَلَا أَظُنُّ أَنَّ مَنْ يَكْتُبُ حُرُوفَ أَبَا جَادٍ وَيَنْظُرُ فِي النُّجُومِ وَيَبْنِي عَلَى ذَلِكَ الْحُكْمَ عَلَى الْمُسْتَقْبَلِ، مَا أَرَى لِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَصِيبًا عِنْدَ اللهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَدْخُلُ فِي حُكْمِ الْعَرَّافِينَ الْمُدَّعِينَ لِعِلْمِ الْغَيْبِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Ibnu Abbas berkata: Aku tidak mengetahui dan tidak menyangka bahwa orang yang menulis huruf-huruf Aba Jad, memperhatikan bintang-bintang, dan membangun hukum atas masa depan berdasarkan hal itu, aku tidak melihat orang yang melakukan hal itu memiliki bagian di sisi Allah; karena hal itu termasuk dalam hukum para peramal yang mengklaim memiliki ilmu gaib.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ كِتَابَةَ أَبَا جَادٍ وَتَعَلُّمَهَا لِمَنْ يَدَّعِي بِهَا مَعْرِفَةَ عِلْمِ الْغَيْبِ وَالنَّظَرَ فِي النُّجُومِ عَلَى اعْتِقَادِ أَنَّ لَهَا تَأْثِيرًا، كُلُّ ذَلِكَ يَدْخُلُ فِي الْعِرَافَةِ وَمَنْ فَعَلَهُ فَقَدْ أَضَاعَ نَصِيبَهُ مِنَ اللهِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Ini menunjukkan bahwa menulis Aba Jad dan mempelajarinya bagi orang yang mengklaim dengannya pengetahuan gaib dan melihat bintang-bintang dengan keyakinan bahwa itu memiliki pengaruh, semua itu termasuk dalam 'irafah (perdukunan) dan barangsiapa melakukannya maka ia telah menyia-nyiakan bagiannya dari Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- تَحْرِيمُ تَعَلُّمِ أَبِي جَادٍ عَلَى وَجْهِ ادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ بِهِ؛ لِأَنَّهُ يُنَافِي

1- Haramnya mempelajari Abi Jad dengan tujuan mengklaim pengetahuan gaib dengannya; karena itu bertentangan dengan

_________
(١) قَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٥/١١٨": رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَفِيهِ خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْعُمَرِيُّ وَهُوَ كَذَّابٌ.
(1) Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "5/118": Ath-Thabrani meriwayatkannya dan di dalamnya terdapat Khalid bin Yazid Al-'Umari dan dia adalah seorang pendusta.

التَّوْحِيدُ. أَمَّا تَعَلُّمُهَا لِلتَّهَجِّي وَحِسَابِ الْجُمَلِ فَلَا بَأْسَ بِهِ.

Tauhid. Adapun mempelajarinya untuk mengeja dan menghitung jumlah, maka tidak mengapa.

٢- تَحْرِيمُ التَّنْجِيمِ؛ لِأَنَّهُ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ بِاللهِ تَعَالَى.

2- Pengharaman astrologi; karena itu adalah sarana menuju syirik kepada Allah Ta'ala.

٣- عَدَمُ الِاغْتِرَارِ بِمَا يُؤْتَاهُ أَهْلُ الْبَاطِلِ مِنْ مَعَارِفِهِمْ وَعُلُومِهِمْ.

3- Tidak terpedaya dengan apa yang diberikan kepada ahli kebatilan dari pengetahuan dan ilmu mereka.

لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ بَابِ الِاسْتِدْرَاجِ لَهُمْ.

Karena hal itu termasuk bentuk istidraj (menjebak secara bertahap) bagi mereka.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي النُّشْرَةِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي النُّشْرَةِ

Bab tentang apa yang datang mengenai Nusyrah

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ سُئِلَ عَنِ النُّشْرَةِ فَقَالَ: "هِيَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ" (١) رَوَاهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَقَالَ: سُئِلَ أَحْمَدُ عَنْهَا فَقَالَ: ابْنُ مَسْعُودٍ يَكْرَهُ هَذَا كُلَّهُ.

Dari Jabir bahwa Rasulullah ﷺ ditanya tentang Nusyrah, maka beliau bersabda: "Itu adalah perbuatan setan" (1) Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang baik, dan Abu Dawud, dan ia berkata: Ahmad ditanya tentangnya, maka ia berkata: Ibnu Mas'ud membenci semua ini.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ حُكْمَ السِّحْرِ وَالْكِهَانَةِ، ذَكَرَ فِي هَذَا الْبَابِ مَا جَاءَ فِي النُّشْرَةِ؛ لِأَنَّهَا قَدْ تَكُونُ مِنْ قِبَلِ الشَّيَاطِينِ وَالسَّحَرَةِ، فَتَكُونُ مُضَادَّةً لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Ketika penulis menyebutkan hukum sihir dan perdukunan, ia menyebutkan dalam bab ini apa yang datang mengenai Nusyrah; karena ia bisa jadi berasal dari setan dan penyihir, sehingga bertentangan dengan tauhid.

النُّشْرَةُ: نَوْعٌ مِنَ الْعِلَاجِ وَالرُّقْيَةِ يُعَالَجُ بِهِ مَنْ كَانَ يُظَنُّ أَنَّ بِهِ مَسًّا مِنَ السِّحْرِ؛ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّهَا يُنْشَرُ بِهَا عَنْهُ مَا خَامَرَهُ مِنَ الدَّاءِ أَيْ يُكْشَفُ وَيُزَالُ.

Nusyrah: Sejenis pengobatan dan ruqyah yang digunakan untuk mengobati orang yang diduga terkena sihir; dinamakan demikian karena dengannya penyakit yang menimpanya disibak, yaitu diungkap dan dihilangkan.

سُئِلَ عَنِ النُّشْرَةِ: أَيِ: النُّشْرَةِ الَّتِي كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَعْمَلُونَهَا.

Ditanya tentang Nusyrah: Yaitu Nusyrah yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah.

هِيَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ: لِأَنَّهُمْ يَنْشُرُونَ عَنِ الْمَسْحُورِ بِأَنْوَاعٍ مِنَ السِّحْرِ وَاسْتِخْدَامَاتٍ شَيْطَانِيَّةٍ.

Itu adalah perbuatan setan: Karena mereka menyingkap sihir dari orang yang terkena sihir dengan berbagai jenis sihir dan penggunaan setan.

يَكْرَهُ هَذَا كُلَّهُ: أَيْ: النُّشْرَةَ الَّتِي هِيَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ.

Dia membenci semua ini: yaitu, an-nusyrah yang merupakan perbuatan setan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سُئِلَ عَنْ عِلَاجِ الْمَسْحُورِ

Makna global dari hadits: bahwa Nabi ﷺ ditanya tentang pengobatan orang yang terkena sihir

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٨٦٨" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٣/٢٩٤".
(1) Dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3868" dan Ahmad dalam Musnad "3/294".

عَلَى الطَّرِيقَةِ الَّتِي كَانَتْ تَعْلَمُهَا الْجَاهِلِيَّةُ مَا حُكْمُهُ، فَأَجَابَ –ﷺ بِأَنَّهُ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ أَوْ بِوَاسِطَتِهِ؛ لِأَنَّهُ يَكُونُ بِأَنْوَاعٍ سِحْرِيَّةٍ وَاسْتِخْدَامَاتٍ شَيْطَانِيَّةٍ، فَهِيَ شِرْكِيَّةٌ وَمُحَرَّمَةٌ.

Tentang cara yang dipelajari oleh orang-orang Jahiliyah, apa hukumnya? Nabi -ﷺ- menjawab bahwa itu adalah perbuatan setan atau melalui perantaranya; karena itu terjadi dengan jenis-jenis sihir dan penggunaan setan, maka itu adalah syirik dan haram.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ دَلَّ عَلَى تَحْرِيمِ النُّشْرَةِ الَّتِي هِيَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ وَهِيَ نُشْرَةُ الْجَاهِلِيَّةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits itu menunjukkan keharaman nusyrah yang merupakan perbuatan setan, yaitu nusyrah Jahiliyah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ النُّشْرَةِ عَلَى الصِّفَةِ الَّتِي تَعْمَلُهَا الْجَاهِلِيَّةُ؛ لِأَنَّهَا سِحْرٌ وَالسِّحْرُ كُفْرٌ.

1- Larangan nusyrah dengan cara yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah; karena itu adalah sihir dan sihir adalah kufur.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ سُؤَالِ الْعُلَمَاءِ عَمَّا أَشْكَلَ حُكْمُهُ؛ حَذَرًا مِنَ الْوُقُوعِ فِي الْمَحْذُورِ.

2- Disyariatkannya bertanya kepada para ulama tentang hukum yang tidak jelas; agar terhindar dari terjerumus ke dalam hal yang terlarang.

* * *

* * *

وَفِي البُخَارِيِّ عَنْ قَتَادَةَ: قُلْتُ لِابْنِ المُسَيِّبِ: رَجُلٌ بِهِ طِبٌّ أَوْ يُؤَخَّذُ عَنِ امْرَأَتِهِ، أَيُحَلُّ عَنْهُ أَوْ يُنَشَّرُ؟ قَالَ لَا بَأْسَ بِهِ إِنَّمَا يُرِيدُونَ بِهِ الْإِصْلَاحَ، فَأَمَّا مَا يَنْفَعُ فَلَمْ يُنْهَ عَنْهُ.

Dalam Sahih Bukhari dari Qatadah: Aku bertanya kepada Ibnu Al-Musayyib: Seorang laki-laki terkena sihir atau terhalang dari istrinya, apakah sihir itu boleh dilepaskan darinya atau dinasakh (dibatalkan)? Beliau menjawab: Tidak mengapa, mereka hanya ingin kebaikan dengannya. Adapun yang bermanfaat maka tidak dilarang.

وَرُوِيَ عَنِ الحَسَنِ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَحُلُّ السِّحْرَ إِلَّا سَاحِرٌ.

Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa ia berkata: Tidak ada yang dapat melepaskan sihir kecuali tukang sihir.

قَالَ ابْنُ القَيِّمِ: النُّشْرَةُ: حَلُّ السِّحْرِ عَنِ المَسْحُورِ -وَهِيَ نَوْعَانِ:

Ibnu Al-Qayyim berkata: An-Nusyrah adalah melepaskan sihir dari orang yang terkena sihir, dan itu ada dua jenis:

إِحْدَاهُمَا: حَلٌّ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ، وَهُوَ الَّذِي مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ، وَعَلَيْهِ يُحْمَلُ قَوْلُ الحَسَنِ، فَيَتَقَرَّبُ النَّاشِرُ وَالمُنْتَشِرُ إِلَى الشَّيْطَانِ بِمَا يُحِبُّ فَيُبْطِلُ عَمَلَهُ عَنِ المَسْحُورِ.

Pertama: Melepaskan dengan sihir yang serupa, dan itulah yang termasuk perbuatan setan. Perkataan Al-Hasan ditafsirkan atas hal ini. Maka pelepas sihir dan orang yang meminta sihir dilepaskan mendekatkan diri kepada setan dengan apa yang ia sukai, lalu setan membatalkan sihirnya dari orang yang terkena sihir.

وَالثَّانِي: النُّشْرَةُ بِالرُّقْيَةِ وَالتَّعَوُّذَاتِ وَالْأَدْوِيَةِ وَالدَّعَوَاتِ المُبَاحَةِ، فَهَذَا جَائِزٌ.

Kedua: Nusyrah dengan ruqyah, ta'awwudz, obat-obatan, dan doa-doa yang diperbolehkan. Maka ini diperbolehkan.

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ قَتَادَةَ: هُوَ ابْنُ دُعَامَةَ السَّدُوسِيُّ البَصْرِيُّ ثِقَةٌ مِنْ أَحْفَظِ التَّابِعِينَ، مَاتَ سَنَةَ بِضْعَ عَشْرَةَ وَمِائَةٍ.

Biografi Qatadah: Dia adalah Ibnu Du'amah As-Sadusi Al-Bashri, seorang yang tsiqah (terpercaya) dari kalangan tabi'in yang paling hafidz. Wafat pada tahun seratus belasan.

بِهِ طِبٌّ: بِكَسْرِ الطَّاءِ أَيْ سِحْرٌ –كَنَوْا عَنْهُ بِالطِّبِّ تَفَاؤُلًا.

Bihi tibbun: Dengan kasrah pada huruf tha', artinya sihir. Mereka mengungkapkannya dengan kata tibb (pengobatan) sebagai bentuk optimisme.

يُؤَخَّذُ: بِفَتْحِ الوَاوِ مَهْمُوزَةٌ وَتَشْدِيدِ الخَاءِ –أَيْ: يُحْبَسُ عَنْ امْرَأَتِهِ وَلَا يَصِلُ إِلَى جِمَاعِهَا.

Diambil: dengan membuka wau yang berhamzah dan mentasydid kha' - yaitu: ditahan dari istrinya dan tidak sampai menyetubuhinya.

لَا بَأْسَ بِهِ: أَيْ: بِمُعَالَجَتِهِ بِأُمُورٍ مُبَاحَةٍ لَمْ يُرَدْ بِهَا إِلَّا الْمَصْلَحَةَ وَدَفْعَ الْمَضَرَّةِ.

Tidak mengapa dengannya: yaitu: dengan mengobatinya dengan perkara-perkara yang dibolehkan yang tidak dimaksudkan dengannya kecuali kemaslahatan dan menolak kemudharatan.

لَا يَحُلُّ السِّحْرَ إِلَّا سَاحِرٌ: أَيْ: لَا يَقْدِرُ عَلَى حَلِّهِ إِلَّا مَنْ يَعْرِفُ

Tidak ada yang dapat melepaskan sihir kecuali tukang sihir: yaitu: tidak mampu melepaskannya kecuali orang yang mengetahui

السِّحْرُ.

Sihir.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرَيْنِ: أَنَّ ابْنَ المُسَيِّبِ سُئِلَ عَنْ حُكْمِ النُّشْرَةِ فَأَفْتَى بِجَوَازِهَا؛ نَظَرًا لِأَنَّ المَقْصُودَ مِنْهَا النَّفْعُ وَزَوَالُ الضَّرَرِ، وَلَمْ يُنْهَ عَمَّا كَانَ كَذَلِكَ، وَمَقْصُودُهُ نَوْعٌ مِنَ النُّشْرَةِ لَا مَحْذُورَ فِيهِ: كَالرُّقَى بِأَسْمَاءِ اللهِ وَكَلَامِهِ. وَأَمَّا الحَسَنُ فَمَقْتَضَى كَلَامِهِ مَنْعُ النُّشْرَةِ؛ لِأَنَّهُ لَا يَقْدِرُ عَلَى حَلِّ السِّحْرِ إِلَّا مَنْ لَهُ مَعْرِفَةٌ بِالسِّحْرِ. وَهَذَا مَحْمُولٌ عَلَى حَلِّ السِّحْرِ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ، وَهُوَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ. وَفِي التَّفْصِيلِ الَّذِي ذَكَرَهُ ابْنُ القَيِّمِ جَمْعًا بَيْنَ القَوْلَيْنِ –حَاصِلُهُ: أَنَّ عِلَاجَ المَسْحُورِ بِأَدْوِيَةٍ مُبَاحَةٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ أَمْرٌ جَائِزٌ – وَعِلَاجُهُ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ مُحَرَّمٌ. وَاللهُ أَعْلَمُ.

Makna keseluruhan dari dua atsar: bahwa Ibnu Al-Musayyib ditanya tentang hukum nusyrah (pengobatan sihir dengan sihir) lalu ia berfatwa membolehkannya; karena tujuannya adalah manfaat dan menghilangkan bahaya, dan tidak dilarang apa yang demikian itu, dan yang dimaksudkannya adalah jenis nusyrah yang tidak ada larangan di dalamnya: seperti ruqyah dengan nama-nama Allah dan kalam-Nya. Adapun Al-Hasan, maka konsekuensi perkataannya adalah larangan nusyrah; karena tidak mampu menghilangkan sihir kecuali orang yang memiliki pengetahuan tentang sihir. Dan ini diartikan menghilangkan sihir dengan sihir yang serupa, dan itu termasuk perbuatan setan. Dalam perincian yang disebutkan Ibnu Al-Qayyim sebagai penggabungan antara dua pendapat –intinya: bahwa mengobati orang yang terkena sihir dengan obat-obatan yang dibolehkan dan membaca Al-Qur'an adalah perkara yang diperbolehkan – dan mengobatinya dengan sihir yang serupa adalah haram. Wallahu a'lam.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرَيْنِ لِلْبَابِ: بَيَانُ التَّفْصِيلِ فِي حُكْمِ النُّشْرَةِ وَبَيَانُ الجَائِزِ وَالمَمْنُوعِ مِنْهَا.

Kesesuaian dua atsar dengan bab: penjelasan perincian hukum nusyrah dan penjelasan yang diperbolehkan dan yang dilarang darinya.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّطَيُّرِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّطَيُّرِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّطَيُّرِ

Bab tentang apa yang datang mengenai thiyarah (merasa sial)

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [الأعراف: ١٣١] وَقَوْلُهُ: ﴿قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ﴾ [يس: ١٩] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." [Al-A'raf: 131] Dan firman-Nya: "Mereka berkata: "Nasibmu ada bersamamu (Muhammad)." [Yasin: 19].

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ الثَّانِيَةِ: ﴿أَئِن ذُكِّرْتُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ﴾ [يس: ١٩] .

Kelengkapan ayat kedua: "Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas." [Yasin: 19].

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَتِ الطِّيَرَةُ نَوْعًا مِنَ الشِّرْكِ الَّذِي يَتَنَافَى مَعَ التَّوْحِيدِ أَوْ يَنْقُصُ كَمَالَهُ عَقَدَ المُصَنِّفُ لَهَا هَذَا البَابَ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ تَحْذِيرًا مِنْهَا.

Kesesuaian bab dengan kitab tauhid: Karena thiyarah adalah salah satu bentuk syirik yang bertentangan dengan tauhid atau mengurangi kesempurnaannya, penulis membuat bab ini dalam kitab tauhid sebagai peringatan darinya.

مَا جَاءَ فِي التَّطَيُّرِ: أَيْ: مِنَ الوَعِيدِ -وَالتَّطَيُّرُ: مَصْدَرُ تَطَيَّرَ- وَهُوَ التَّشَاؤُمُ بِالشَّيْءِ المَرْئِيِّ أَوِ المَسْمُوعِ.

Apa yang datang mengenai thiyarah: yaitu dari ancaman - dan tathayur: mashdar dari tathayara - dan itu adalah merasa sial dengan sesuatu yang terlihat atau terdengar.

أَلَا: أَدَاةُ تَنْبِيهٍ.

Alaa: kata peringatan.

إِنَّمَا: أَدَاةُ حَصْرٍ.

Innama: kata pembatasan.

طَائِرُهُمْ: مَا قُضِيَ عَلَيْهِمْ وَقُدِّرَ لَهُمْ.

Tha'iruhum: apa yang ditetapkan dan ditakdirkan atas mereka.

عِنْدَ اللهِ: أَيْ: إِنَّمَا جَاءَهُمُ الشُّؤْمُ مِنْ قِبَلِهِ وَبِحُكْمِهِ الكَوْنِيِّ القَدَرِيِّ بِسَبَبِ كُفْرِهِمْ وَتَكْذِيبِهِمْ بِآيَاتِهِ وَرُسُلِهِ.

Di sisi Allah: Maksudnya, sesungguhnya kesialan datang kepada mereka dari sisi-Nya dan dengan hukum-Nya yang bersifat kauniyah (universal) dan qadariyah (takdir) disebabkan kekufuran mereka dan pendustaan mereka terhadap ayat-ayat-Nya dan rasul-rasul-Nya.

لَا يَعْلَمُونَ: وَصْفٌ لَهُمْ بِالجَهَالَةِ وَعَدَمِ العِلْمِ وَأَنَّهُمْ لَا يَدْرُونَ.

Mereka tidak mengetahui: Sifat bagi mereka dengan kebodohan dan ketiadaan ilmu, dan bahwa mereka tidak menyadari.

طَائِرُكُمْ: أَيْ: حَظُّكُمْ وَمَا نَابَكُمْ مِنْ شَرٍّ.

Nasib buruk kalian: Maksudnya, bagian kalian dan apa yang menimpa kalian berupa keburukan.

مَعَكُمْ: أَيْ: بِسَبَبِ أَفْعَالِكُمْ وَكُفْرِكُمْ وَمُخَالَفَتِكُمُ النَّاصِحِينَ.

Bersama kalian: Yakni: disebabkan oleh perbuatan, kekufuran, dan penentangan kalian terhadap para pemberi nasihat.

أَئِن ذُكِّرْتُم: أَيْ: مِنْ أَجْلِ أَنَّا ذَكَّرْنَاكُمْ قَابَلْتُمُونَا بِقَوْلِكُمْ: ﴿إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ﴾ [يس: ١٨] .

Apakah karena kalian diberi peringatan: Yakni: karena kami telah mengingatkan kalian, kalian menanggapi kami dengan perkataan kalian: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu" [Yasin: 18].

بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ: عَادَتُكُمُ الْإِسْرَافُ فِي الْعِصْيَانِ فَمِن ثَمَّ جَاءَكُمُ الشُّؤْمُ. وَالسَّرَفُ: الْفَسَادُ وَهُوَ مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ فِي مُخَالَفَةِ الْحَقِّ.

Bahkan kalian adalah kaum yang melampaui batas: Kebiasaan kalian adalah berlebih-lebihan dalam kedurhakaan, maka dari situlah datang kesialan kepada kalian. Dan pemborosan adalah kerusakan, yaitu melampaui batas dalam menentang kebenaran.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: الْآيَةُ الْأُولَى: لَمَّا كَانَ قَوْمُ فِرْعَوْنَ إِذَا أَصَابَهُمْ غَلَاءٌ وَقَحْطٌ قَالُوا: هَذَا أَصَابَنَا بِسَبَبِ مُوسَى وَأَصْحَابِهِ وَبِشُؤْمِهِمْ –رَدَّ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ بِأَنَّ مَا أَصَابَهُم مِّن ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ بِقَضَائِهِ وَقَدَرِهِ عَلَيْهِم بِكُفْرِهِمْ، ثُمَّ وَصَفَ أَكْثَرَهُم بِالْجَهَالَةِ وَعَدَمِ الْعِلْمِ، وَلَوْ فَهِمُوا وَعَقَلُوا لَعَلِمُوا أَنَّ مُوسَى مَا جَاءَ إِلَّا بِالْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَالْفَلَاحِ لِمَنْ آمَنَ بِهِ وَاتَّبَعَهُ.

Makna keseluruhan dari dua ayat: Ayat pertama: Ketika kaum Fir'aun ditimpa kenaikan harga dan kekeringan, mereka berkata: Ini menimpa kami karena Musa dan pengikutnya serta kesialan mereka - Allah Ta'ala membantah mereka bahwa apa yang menimpa mereka dari itu hanyalah karena ketetapan dan takdir-Nya atas mereka disebabkan kekufuran mereka, kemudian Dia menyifati kebanyakan mereka dengan kebodohan dan ketiadaan ilmu, dan seandainya mereka memahami dan berakal, niscaya mereka mengetahui bahwa Musa tidak datang kecuali dengan kebaikan, keberkahan, dan keberuntungan bagi siapa yang beriman kepadanya dan mengikutinya.

٢- الآيَةُ الثَّانِيَةُ: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ رَدَّ عَلَى مَنْ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَأُصِيبَ بِالْبَلَاءِ، ثُمَّ ادَّعَى أَنَّ سَبَبَهُ جَاءَ مِنْ قِبَلِ الرُّسُلِ وَبِسَبَبِهِمْ، فَبَيَّنَ اللهُ سُبْحَانَهُ أَنَّ سَبَبَ هَذَا الْبَلَاءِ مِنْ قِبَلِ أَنْفُسِهِمْ، وَبِسَبَبِ أَفْعَالِهِمْ وَكُفْرِهِمْ، لَا مِنْ قِبَلِ الرُّسُلِ كَمَا ادَّعَوْا. وَكَانَ اللَّائِقُ بِهِمْ أَنْ يَقْبَلُوا قَوْلَ النَّاصِحِينَ لِيَسْلَمُوا مِنْ هَذَا الْبَلَاءِ؛ لَكِنَّهُمْ قَوْمٌ مُتَمَادُونَ فِي الْمَعَاصِي فَمِنْ ثَمَّ جَاءَهُمُ الشُّؤْمُ وَالْبَلَاءُ.

2- Ayat kedua: bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab orang-orang yang mendustakan para Rasul lalu ditimpa bencana, kemudian mereka mengklaim bahwa penyebabnya datang dari para Rasul dan karena mereka. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa penyebab bencana ini adalah dari diri mereka sendiri, dan karena perbuatan serta kekufuran mereka, bukan dari para Rasul seperti yang mereka klaim. Seharusnya mereka menerima perkataan para pemberi nasihat agar selamat dari bencana ini; tetapi mereka adalah kaum yang terus-menerus dalam kemaksiatan, maka dari itu datanglah kepada mereka kemalangan dan bencana.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ ذَكَرَ أَنَّ التَّطَيُّرَ مِنْ عَمَلِ الْجَاهِلِيَّةِ وَالْمُشْرِكِينَ، وَقَدْ ذَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى وَمَقَتَهُمْ.

Kesesuaian dua ayat dengan bab: bahwa Allah menyebutkan bahwa menganggap sial (tathayyur) adalah perbuatan jahiliyah dan orang-orang musyrik, dan Allah Ta'ala telah mencela serta membenci mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat:

١- أَنَّ التَّطَيُّرَ مِنْ عَمَلِ الْجَاهِلِيَّةِ وَالْمُشْرِكِينَ.

1- Bahwa menganggap sial (tathayyur) adalah perbuatan jahiliyah dan orang-orang musyrik.

٢- إِثْبَاتُ الْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَالْإِيمَانُ بِهِمَا.

2- Menetapkan qadha' dan qadar serta beriman kepada keduanya.

٣- أَنَّ الْمَصَائِبَ بِسَبَبِ الْمَعَاصِي وَالسَّيِّئَاتِ.

3- Bahwa musibah disebabkan oleh kemaksiatan dan keburukan.

٤- فِي الْآيَةِ الْأُولَى: ذَمٌّ لِلْجَهْلِ؛ لِأَنَّهُ يُؤَدِّي إِلَى عَدَمِ مَعْرِفَةِ الشِّرْكِ وَوَسَائِلِهِ، وَمِنْ ثَمَّ الْوُقُوعُ فِيهِ.

4- Dalam ayat pertama: celaan terhadap kebodohan; karena hal itu menyebabkan ketidaktahuan tentang syirik dan sarana-sarananya, dan kemudian terjerumus ke dalamnya.

٥- فِي الْآيَةِ الثَّانِيَةِ: وُجُوبُ قَبُولِ النَّصِيحَةِ؛ لِأَنَّ عَدَمَ قَبُولِهَا مِنْ صِفَاتِ الْكُفَّارِ.

5- Dalam ayat kedua: kewajiban menerima nasihat; karena tidak menerimanya termasuk sifat-sifat orang-orang kafir.

٦- أَنَّ مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ فَهُوَ الْخَيْرُ وَالْبَرَكَةُ لِمَنِ اتَّبَعَهُ.

6- Bahwa apa yang dibawa oleh para rasul adalah kebaikan dan keberkahan bagi siapa yang mengikutinya.

* * *

* * *

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ قَالَ: "لَا عَدْوَى، وَلَا طِيَرَةَ، وَلَا هَامَةَ، وَلَا صَفَرَ" أَخْرَجَاهُ (١) .

Dari Abu Hurairah ﵁: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak ada 'adwa, tidak ada thiyarah, tidak ada haamah, dan tidak ada shafar" Diriwayatkan oleh keduanya (1) .

زَادَ مُسْلِمٌ: "وَلَا نَوْءَ، وَلَا غُولَ" (٢) .

Muslim menambahkan: "Tidak ada naw', dan tidak ada ghuul" (2) .

ــ

ــ

لَا عَدْوَى: الْعَدْوَى اسْمٌ مِنَ الْإِعْدَاءِ، وَهُوَ مُجَاوَزَةُ الْعِلَّةِ مِنْ صَاحِبِهَا إِلَى غَيْرِهِ، وَالْمَنْفِيُّ مَا كَانَ يَعْتَقِدُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ أَنَّ الْعِلَّةَ تَسْرِي بِطَبْعِهَا لَا بِقَدَرِ اللهِ.

Laa 'adwaa: Al-'Adwa adalah kata benda dari al-i'daa', yaitu perpindahan penyakit dari pemiliknya ke yang lain, dan yang dinafikan adalah apa yang diyakini oleh orang-orang jahiliyah bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, bukan dengan takdir Allah.

وَلَا طِيَرَةَ: الطِّيَرَةُ هِيَ: التَّشَاؤُمُ بِالطُّيُورِ وَالْأَسْمَاءِ وَالْأَلْفَاظِ وَالْبِقَاعِ وَالْأَشْخَاصِ وَلَا- يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُونَ نَافِيَةً أَوْ نَاهِيَةً وَالنَّفْيُ أَبْلَغُ.

Wa laa thiyarah: Ath-Thiyarah adalah: Pesimisme terhadap burung, nama, kata-kata, tempat, dan orang-orang, dan "laa" - mungkin bisa menjadi penafian atau larangan, dan penafian lebih kuat.

وَلَا هَامَةَ: الْهَامَةُ بِتَخْفِيفِ الْمِيمِ: الْبُومَةُ كَانُوا يَتَشَاءَمُونَ بِهَا، فَجَاءَ الْحَدِيثُ بِنَفْيِ ذَلِكَ وَإِبْطَالِهِ.

Wa laa haamah: Al-Haamah dengan meringankan mim: Burung hantu yang mereka anggap sial dengannya, maka hadits ini datang untuk menafikan dan membatalkan hal tersebut.

وَلَا صَفَرَ: قِيلَ الْمُرَادُ بِهِ: حَيَّةٌ تَكُونُ فِي الْبَطْنِ تُصِيبُ الْمَاشِيَةَ وَالنَّاسَ، يَزْعُمُونَ أَنَّهَا أَشَدُّ عَدْوَى مِنَ الْجَرَبِ، فَجَاءَ الْحَدِيثُ بِنَفْيِ هَذَا الزَّعْمِ، وَقِيلَ الْمُرَادُ: شَهْرُ صَفَرَ كَانُوا يَتَشَاءَمُونَ بِهِ، فَجَاءَ الْحَدِيثُ بِإِبْطَالِ ذَلِكَ.

Wa laa shafar: Dikatakan yang dimaksud dengannya: Ular yang berada di dalam perut yang menimpa hewan ternak dan manusia, mereka mengklaim bahwa itu lebih menular daripada kudis, maka hadits ini datang untuk menafikan klaim ini. Dan dikatakan yang dimaksud: Bulan Shafar yang mereka anggap sial dengannya, maka hadits ini datang untuk membatalkan hal tersebut.

وَلَا نَوْءَ: سَيَأْتِي بَيَانُ ذَلِكَ فِي بَابِهِ إِنْ شَاءَ اللهُ.

Dan tidak ada naw': penjelasan tentang hal itu akan datang pada babnya insya Allah.

وَلَا غُولَ: الغُولُ جِنْسٌ مِنَ الجِنِّ وَالشَّيَاطِينِ، يَزْعُمُونَ أَنَّهَا تُضِلُّهُمْ عَنِ الطَّرِيقِ وَتُهْلِكُهُمْ، فَجَاءَ الحَدِيثُ بِإِبْطَالِ ذَلِكَ، وَبَيَانِ أَنَّهَا لَا تَسْتَطِيعُ أَنْ تُضِلَّ أَحَدًا أَوْ تُهْلِكَهُ.

Dan tidak ada ghoul: Ghoul adalah sejenis jin dan setan, mereka mengklaim bahwa ghoul menyesatkan mereka dari jalan dan membinasakan mereka. Maka hadits ini datang untuk membatalkan hal tersebut, dan menjelaskan bahwa ghoul tidak mampu menyesatkan atau membinasakan siapa pun.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٥٧٥٧" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٢٠" "١٠٢".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "5757" dan Muslim dengan nomor "2220" "102".
(٢) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٢٠" "١٠٦".
(2) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2220" "106".

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْفِي –ﷺ مَا كَانَتْ تَعْتَقِدُهُ الجَاهِلِيَّةُ مِنِ اعْتِقَادَاتٍ بَاطِلَةٍ مِنَ التَّشَاؤُمِ بِالطُّيُورِ وَبَعْضِ الشُّهُورِ وَالنُّجُومِ وَبَعْضِ الجِنِّ وَالشَّيَاطِينِ، فَيَتَوَقَّعُونَ الهَلَاكَ وَالضَّرَرَ مِنْهَا؛ كَمَا كَانَ يَعْتَقِدُونَ سَرَيَانَ الأَمْرَاضِ مِنْ مَحَلِّ الإِصَابَةِ إِلَى غَيْرِهَا بِأَنْفُسِهَا. فَيَرُدُّ –ﷺ كُلَّ هَذِهِ الخُرَافَاتِ، وَيَغْرِسُ مَكَانَهَا التَّوَكُّلَ عَلَى اللهِ وَعَقِيدَةَ التَّوْحِيدِ الخَالِصِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ menolak apa yang diyakini oleh masyarakat jahiliyah dari keyakinan-keyakinan batil seperti pesimisme terhadap burung-burung, beberapa bulan, bintang-bintang, dan beberapa jin dan setan, sehingga mereka mengharapkan kehancuran dan bahaya darinya; sebagaimana mereka meyakini penularan penyakit dari tempat terjadinya ke tempat lain dengan sendirinya. Maka Nabi ﷺ menolak semua takhayul ini, dan menanamkan sebagai gantinya tawakkal kepada Allah dan akidah tauhid yang murni.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى إِبْطَالِ الطِّيَرَةِ، وَأَنَّهَا اعْتِقَادٌ جَاهِلِيٌّ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan pembatalan thiyarah (keyakinan takhayul), dan bahwa itu adalah keyakinan jahiliyah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Apa yang dapat diambil dari hadits:

١- إِبْطَالُ الطِّيَرَةِ.

1- Pembatalan thiyarah (keyakinan takhayul).

٢- إِبْطَالُ اعْتِقَادِ الجَاهِلِيَّةِ أَنَّ الأَمْرَاضَ تُعْدِي بِطَبِيعَتِهَا لَا بِتَقْدِيرِ اللهِ تَعَالَى.

2- Pembatalan keyakinan jahiliyah bahwa penyakit menular dengan sendirinya, bukan dengan takdir Allah Ta'ala.

٣- إِبْطَالُ التَّشَاؤُمِ بِالهَامَةِ وَشَهْرِ صَفَرٍ.

3- Pembatalan pesimisme terhadap burung hantu dan bulan Safar.

٤- إِبْطَالُ اعْتِقَادِ تَأْثِيرِ الأَنْوَاءِ.

4- Pembatalan keyakinan pengaruh bintang-bintang.

٥- إِبْطَالُ اعْتِقَادِ الجَاهِلِيَّةِ فِي الغِيلَانِ.

5- Pembatalan keyakinan jahiliyah terhadap ghilan (sejenis jin).

٦- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَالِاعْتِمَادِ عَلَيْهِ.

6- Kewajiban bertawakkal kepada Allah dan bersandar kepada-Nya.

٧- أَنَّ مِنْ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ الْحَذَرَ مِنَ الْوَسَائِلِ الْمُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

7- Bahwa mewujudkan tauhid adalah dengan mewaspadai sarana-sarana yang mengarah kepada syirik.

٨- إِبْطَالُ مَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ مِنَ التَّشَاؤُمِ بِالْأَلْوَانِ، كَالْأَسْوَدِ وَالْأَحْمَرِ، أَوْ بَعْضِ الْأَرْقَامِ وَالْأَسْمَاءِ وَالْأَشْخَاصِ وَذَوِي الْعَاهَاتِ.

8- Membatalkan apa yang dilakukan sebagian orang berupa pesimisme terhadap warna-warna, seperti hitam dan merah, atau terhadap sebagian angka, nama, orang, dan penyandang cacat.

* * *

* * *

وَلَهُمَا عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ" قَالُوا: وَمَا الْفَأْلُ؟ قَالَ: "الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ" (١) .

Dari Anas, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak ada penyakit menular dan thiyarah, dan aku menyukai al-fa'l." Mereka bertanya: "Apa itu al-fa'l?" Beliau menjawab: "Kalimat yang baik." (1)

ــ

ــ

الْفَأْلُ: مَهْمُوزٌ فِيمَا يُسِرّ وَيَسُوءُ بِخِلَافِ الطِّيَرَةِ، فَلَا تَكُونُ إِلَّا فِيمَا يَسُوءُ.

Al-fa'l: Berharap pada sesuatu yang menyenangkan dan menyedihkan, berbeda dengan thiyarah yang hanya terjadi pada sesuatu yang menyedihkan.

الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ: كَأَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مَرِيضًا فَيَسْمَعُ مَنْ يَقُولُ: يَا سَالِمُ. فَيُؤْمَلُ الْبُرْءُ مِنْ مَرَضِهِ.

Kalimat yang baik: Seperti seseorang yang sakit lalu mendengar orang lain berkata: "Wahai orang yang selamat." Maka ia berharap sembuh dari penyakitnya.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ أَنَّ الْفَأْلَ لَيْسَ مِنَ الطِّيَرَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan bahwa al-fa'l bukanlah bagian dari thiyarah yang dilarang.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ الْفَأْلَ لَيْسَ مِنَ الطِّيَرَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

1- Bahwa al-fa'l bukanlah bagian dari thiyarah yang dilarang.

٢- تَفْسِيرُ الْفَأْلِ.

2- Penjelasan tentang al-fa'l.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ حُسْنِ الظَّنِّ بِاللهِ وَالنَّهْيُ عَنْ سُوءِ الظَّنِّ بِهِ.

3- Disyariatkannya berbaik sangka kepada Allah dan larangan berburuk sangka kepada-Nya.

الْفَرْقُ بَيْنَ الْفَأْلِ وَالطِّيَرَةِ:

Perbedaan antara al-fa'l dan thiyarah:

١- الْفَأْلُ يَكُونُ فِيمَا يَسُرُّ.

1- Al-fa'l terjadi pada sesuatu yang menyenangkan.

٢- الْفَأْلُ فِيهِ حُسْنُ ظَنٍّ بِاللهِ، وَالْعَبْدُ مَأْمُورٌ أَنْ يُحْسِنَ الظَّنَّ بِاللهِ.

2- Dalam al-fa'l terdapat prasangka baik kepada Allah, dan seorang hamba diperintahkan untuk berbaik sangka kepada Allah.

٣- الطِّيَرَةُ لَا تَكُونُ إِلَّا فِيمَا يَسُوءُ.

3- Thiyarah hanya terjadi pada sesuatu yang menyedihkan.

٤- الطِّيَرَةُ فِيهَا سُوءُ ظَنٍّ بِاللهِ، وَالْعَبْدُ مَنْهِيٌّ عَنْ سُوءِ الظَّنِّ بِاللهِ.

4- Dalam thiyarah terdapat prasangka buruk kepada Allah, dan seorang hamba dilarang berburuk sangka kepada Allah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٥٧٥٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٢٤".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "5756" dan Muslim dengan nomor "2224".

وَلِأَبِي دَاوُدَ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: ذُكِرَتِ الطِّيَرَةُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: "أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ، وَلَا تَرُدَّ مُسْلِمًا، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ لَا يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ" (١) .

Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari 'Urwah bin 'Amir, ia berkata: Thayyirah (keyakinan sial) disebutkan di hadapan Rasulullah ﷺ, maka beliau bersabda: "Yang terbaik darinya adalah fal (optimisme), dan ia tidak menolak seorang Muslim. Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia mengucapkan: Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tidak ada yang menolak keburukan kecuali Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu." (1)

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ عُرْوَةَ: هُوَ: عُرْوَةُ بْنُ عَامِرٍ الْقُرَشِيُّ، وَقِيلَ: الْجَهَنِيُّ الْمَكِّيُّ. ذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي الثِّقَاتِ.

Biografi 'Urwah: Dia adalah 'Urwah bin 'Amir Al-Qurasyi, ada yang mengatakan: Al-Juhani Al-Makki. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats-Tsiqat (perawi-perawi terpercaya).

وَلَا تَرُدُّ مُسْلِمًا: بِخِلَافِ الْكَافِرِ فَإِنَّهَا تَرُدُّهُ عَنْ قَصْدِهِ.

Dan ia tidak menolak seorang Muslim: Berbeda dengan orang kafir, karena thayyirah menolaknya dari tujuannya.

لَا يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ ... إِلَخْ: أَيْ: وَلَا تَأْتِي الطِّيَرَةُ بِالْحَسَنَاتِ وَلَا تَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ.

Tidak ada yang mendatangkan kebaikan ... dst: Maksudnya, thayyirah tidak mendatangkan kebaikan dan tidak menolak keburukan.

وَلَا حَوْلَ: الْحَوْلُ: التَّحَوُّلُ وَالِانْتِقَالُ مِنْ حَالٍ إِلَى حَالٍ.

Dan tidak ada daya: Al-Hawl artinya perubahan dan perpindahan dari satu keadaan ke keadaan lain.

وَلَا قُوَّةَ: عَلَى ذَلِكَ.

Dan tidak ada kekuatan: Atas hal itu.

إِلَّا بِكَ: وَحْدَكَ.

Kecuali dengan-Mu: Hanya Engkau.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ الرَّاوِي أَنَّ الطِّيَرَةَ ذُكِرَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ –ﷺ؛ لِيُبَيِّنَ حُكْمَهَا وَمَا يُعْمَلُ حِيَالَهَا، فَأَبْطَلَ النَّبِيُّ –ﷺ الطِّيَرَةَ، وَأَخْبَرَ أَنَّ الْفَأْلَ مِنْهَا؛ وَلَكِنْ خَيْرٌ مِنْهَا –وَأَخْبَرَ –ﷺ أَنَّ الطِّيَرَةَ لَا تَرُدُّ مُسْلِمًا عَنْ قَصْدِهِ؛ لِإِيمَانِهِ أَنَّهُ لَا ضَارَّ وَلَا نَافِعَ إِلَّا اللهُ، وَإِنَّمَا تَرُدُّ الْمُشْرِكَ الَّذِي يَعْتَقِدُهَا –ثُمَّ أَرْشَدَ –ﷺ إِلَى الْعِلَاجِ الَّذِي تُدْفَعُ بِهِ الطِّيَرَةُ وَهُوَ هَذَا الدُّعَاءُ الْمُتَضَمِّنُ تَعَلُّقَ الْقَلْبِ وَحْدَهُ فِي جَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ

Makna keseluruhan hadits: Perawi menyebutkan bahwa thayyirah (pesimisme) disebutkan di hadapan Nabi –ﷺ; untuk menjelaskan hukumnya dan apa yang harus dilakukan terhadapnya. Nabi –ﷺ membatalkan thayyirah, dan mengabarkan bahwa fa'l (optimisme) darinya; tetapi lebih baik darinya –dan mengabarkan –ﷺ bahwa thayyirah tidak menolak seorang Muslim dari tujuannya; karena imannya bahwa tidak ada yang membahayakan dan tidak ada yang bermanfaat kecuali Allah, dan hanya menolak orang musyrik yang meyakininya –kemudian membimbing –ﷺ kepada pengobatan yang dengannya thayyirah ditolak yaitu doa ini yang mencakup ketergantungan hati semata dalam mendatangkan manfaat dan menolak

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٧١٩".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3719".

الضُّرُّ وَالتَّبَرِّي مِنَ الحَوْلِ وَالقُوَّةِ إِلَّا بِاللهِ.

Keburukan dan berlepas diri dari daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلبَابِ: أَنَّ فِيهِ إِبْطَالَ الطِّيَرَةِ وَبَيَانَ مَا تُدْفَعُ بِهِ وَاسْتِثْنَاءَ الفَأْلِ مِنْهَا.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat pembatalan thiyarah (pesimisme karena melihat atau mendengar sesuatu yang dianggap sial), penjelasan cara menolaknya, dan pengecualian faal (optimisme) darinya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- إِبْطَالُ الطِّيَرَةِ وَبَيَانُ مَا تُدْفَعُ بِهِ مِنَ الدُّعَاءِ وَالذِّكْرِ.

1- Pembatalan thiyarah dan penjelasan cara menolaknya dengan doa dan dzikir.

٢- أَنَّ مَا يَقَعُ فِي القَلْبِ مِنَ الطِّيَرَةِ لَا يَضُرُّ بَلْ يُذْهِبُهُ اللهُ بِالتَّوَكُّلِ.

2- Bahwa apa yang terjadi di dalam hati berupa thiyarah tidak membahayakan, bahkan Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal.

٣- أَنَّ الفَأْلَ مِنَ الطِّيَرَةِ وَهُوَ خَيْرُهَا.

3- Bahwa faal (optimisme) termasuk bagian dari thiyarah dan ia adalah yang terbaik darinya.

٤- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَالتَّبَرِّي مِنَ الحَوْلِ وَالقُوَّةِ.

4- Kewajiban bertawakkal kepada Allah dan berlepas diri dari daya dan kekuatan.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ مَرْفُوعًا: "الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلَّا، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ، وَجَعَلَ آخِرَهُ مِنْ قَوْلِ ابْنِ مَسْعُودٍ.

Dari Ibnu Mas'ud secara marfu': "Tiyarah (menganggap sial) adalah syirik, tiyarah adalah syirik, dan tidak ada di antara kami kecuali (pernah melakukannya), tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal" (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan ia menshahihkannya, dan ia menjadikan akhirnya dari perkataan Ibnu Mas'ud.

ــ

ــ

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ: لِمَا فِيهَا مِنْ تَعَلُّقِ الْقَلْبِ عَلَى غَيْرِ اللهِ.

Tiyarah adalah syirik: karena di dalamnya terdapat keterikatan hati kepada selain Allah.

وَمَا مِنَّا إِلَّا: فِيهِ إِضْمَارٌ تَقْدِيرُهُ: وَمَا مِنَّا إِلَّا وَقَعَ فِي قَلْبِهِ شَيْءٌ مِنْهَا.

Dan tidak ada di antara kami kecuali: di dalamnya terdapat sesuatu yang tersembunyi, perkiraannya: dan tidak ada di antara kami kecuali telah terlintas di hatinya sesuatu darinya (tiyarah).

يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ: أَيْ: التَّوَكُّلُ عَلَى اللهِ فِي جَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضُّرِّ يُذْهِبُ الطِّيَرَةَ.

Menghilangkannya dengan tawakkal: yaitu: bertawakkal kepada Allah dalam mendatangkan manfaat dan menolak bahaya menghilangkan tiyarah.

آخِرَهُ مِنْ قَوْلِ ابْنِ مَسْعُودٍ: وَهُوَ قَوْلُهُ: "وَمَا مِنَّا ... إِلَخْ" وَهُوَ الصَّوَابُ؛ لِأَنَّهَا شِرْكٌ، وَالنَّبِيُّ مَعْصُومٌ مِنَ الشِّرْكِ.

Akhirnya dari perkataan Ibnu Mas'ud: yaitu perkataannya: "Dan tidak ada di antara kami ... dst" dan itu yang benar; karena itu adalah syirik, dan Nabi terjaga dari syirik.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ يُخْبِرُ وَيُكَرِّرُ الْإِخْبَارَ؛ لِيَتَقَرَّرَ مَضْمُونُهُ فِي الْقُلُوبِ، أَنَّ الطِّيَرَةَ شِرْكٌ؛ لِمَا فِيهَا مِنْ تَعَلُّقِ الْقَلْبِ عَلَى غَيْرِ اللهِ وَسُوءِ الظَّنِّ بِهِ.

Makna keseluruhan hadits: bahwa Rasulullah –ﷺ mengabarkan dan mengulangi pemberitahuan; agar isinya tertanam di dalam hati, bahwa tiyarah adalah syirik; karena di dalamnya terdapat keterikatan hati kepada selain Allah dan buruk sangka kepada-Nya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الطِّيَرَةَ شِرْكٌ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa tiyarah adalah syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ الطِّيَرَةَ شِرْكٌ؛ لِأَنَّ فِيهَا تَعَلُّقَ الْقَلْبِ عَلَى غَيْرِ اللهِ.

1- Bahwa thiyarah (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu) adalah syirik; karena di dalamnya terdapat ketergantungan hati kepada selain Allah.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ تَكْرَارِ إِلْقَاءِ الْمَسَائِلِ الْمُهِمَّةِ؛ لِتُحْفَظَ وَتَسْتَقِرَّ فِي الْقُلُوبِ.

2- Disyariatkannya mengulang-ulang penyampaian masalah-masalah penting; agar dihafal dan tertanam di dalam hati.

٣- أَنَّ اللهَ يُذْهِبُ الطِّيَرَةَ بِالتَّوَكُّلِ عَلَيْهِ، فَلَا تَضُرُّ مَنْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ شَيْئًا مِنْهَا ثُمَّ تَوَكَّلَ عَلَى اللهِ وَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا.

3- Bahwa Allah menghilangkan thiyarah dengan bertawakal kepada-Nya, maka thiyarah tidak membahayakan orang yang mendapati sesuatu darinya dalam dirinya kemudian bertawakal kepada Allah dan tidak menghiraukannya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٩١٠" وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٦١٤" وَقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
(1) Dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan nomor "3910" dan Tirmidzi dengan nomor "1614", dan ia berkata: Ini adalah hadits hasan shahih.

وَلِأَحْمَدَ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَمْرٍو: "مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ"، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: "أَنْ يَقُولَ: اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ" (١) .

Dan Ahmad meriwayatkan dari hadits Ibnu Amr: "Barangsiapa yang thayyarah (merasa sial) menghalanginya dari kebutuhannya, maka ia telah berbuat syirik". Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apa kafarat (penebus) untuk itu?" Beliau bersabda, "Hendaklah ia mengucapkan: Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada burung (pertanda) kecuali dari-Mu, dan tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Engkau." (1)

وَلَهُ مِنْ حَدِيثِ الفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ: "إِنَّمَا الطِّيَرَةُ مَا أَمْضَاكَ أَوْ رَدَّكَ" (٢) .

Dan ia (Ahmad) juga meriwayatkan dari hadits Al-Fadhl bin Abbas: "Tiyarah (yang terlarang) adalah apa yang membuatmu meneruskan atau mengurungkan (suatu urusan)." (2)

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Keterangan:

١- ابْنُ عَمْرٍو هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ العَاصِ –﵄ أَحَدُ السَّابِقِينَ المُكْثِرِينَ.

1- Ibnu Amr adalah: Abdullah bin Amr bin Al-Ash –﵄, salah seorang sahabat yang terdahulu masuk Islam dan banyak meriwayatkan hadits.

٢- الفَضْلُ هُوَ: الفَضْلُ بْنُ العَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ ابْنُ عَمِّ النَّبِيِّ –ﷺ.

2- Al-Fadhl adalah: Al-Fadhl bin Al-Abbas bin Abdul Muththalib, sepupu Nabi –ﷺ.

فَقَدْ أَشْرَكَ: لِأَنَّهُ لَمْ يُخْلِصْ تَوَكُّلَهُ عَلَى اللهِ بِالْتِفَاتِهِ إِلَى غَيْرِهِ.

Maka ia telah berbuat syirik: karena ia tidak memurnikan tawakkalnya kepada Allah dengan berpaling kepada selain-Nya.

كَفَّارَةُ ذَلِكَ: أَيْ: مَا يَقَعُ مِنَ الطِّيَرَةِ.

Kafarat untuk itu: yakni apa yang terjadi dari tiyarah.

لَا إِلَهَ غَيْرُكَ: أَيْ: لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ سِوَاكَ.

Tidak ada ilah selain Engkau: yakni tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.

إِنَّمَا الطِّيَرَةُ: أَيِ: المَنْهِيُّ عَنْهَا.

Tiyarah itu: yakni yang dilarang.

مَا أَمْضَاكَ: أَيْ: حَمَلَكَ عَلَى المُضِيِّ فِيمَا أَرَدْتَ.

Apa yang membuatmu meneruskan: yakni mendorongmu untuk meneruskan apa yang kamu inginkan.

أَوْ رَدَّكَ: عَنِ المُضِيِّ فِيهِ.

Atau mengurungkan: dari meneruskannya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ الطِّيَرَةَ المَنْهِيَّ عَنْهَا

Makna global hadits: Nabi –ﷺ mengabarkan bahwa tiyarah yang dilarang adalah

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ "٢/٢٢٠".
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad "2/220".
(٢) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ "١/٢١٣".
(2) Diriwayatkan oleh Ahmad "1/213".

وَالَّتِي هِيَ شِرْكٌ، حَقِيقَتُهَا وَضَابِطُهَا مَا حَمَلَ الْإِنْسَانَ عَلَى الْمُضِيِّ فِيمَا أَرَادَهُ أَوْ رَدَّهُ عَنْهُ اعْتِمَادًا عَلَيْهَا، فَإِذَا رَدَّتْهُ عَنْ حَاجَتِهِ الَّتِي عَزِمَ عَلَيْهَا كَإِرَادَةِ السَّفَرِ وَنَحْوِهِ فَقَدْ وَلَجَ بَابَ الشِّرْكِ وَبَرِئَ مِنَ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَفَتَحَ عَلَى نَفْسِهِ بَابَ الْخَوْفِ. وَمَفْهُومُ الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ تَثْنِهِ الطِّيَرَةُ عَنْ عَزْمِهِ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ. ثُمَّ أَرْشَدَ ﷺ إِلَى مَا تُدْفَعُ بِهِ الطِّيَرَةُ مِنَ الْأَدْعِيَةِ فِيمَا فِيهِ الِاعْتِمَادُ عَلَى اللهِ وَالْإِخْلَاصُ لَهُ فِي الْعِبَادَةِ.

Dan yang merupakan syirik, hakikat dan kriterianya adalah apa yang membuat manusia terus melakukan apa yang dia inginkan atau menolaknya dengan bergantung padanya. Jika itu menolaknya dari kebutuhannya yang telah dia tekadkan seperti keinginan untuk bepergian dan sejenisnya, maka dia telah memasuki pintu syirik, berlepas diri dari tawakal kepada Allah, dan membuka pintu ketakutan pada dirinya sendiri. Makna hadits ini adalah bahwa siapa yang tidak dipalingkan oleh tiyarah (pesimisme) dari tekadnya, maka itu tidak membahayakannya. Kemudian Nabi ﷺ membimbing kepada doa-doa yang dengannya tiyarah dapat ditolak, yang di dalamnya terdapat sikap bergantung kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya dalam ibadah.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِمَا بَيَانًا لِحَقِيقَةِ الطِّيَرَةِ الشِّرْكِيَّةِ.

Kesesuaian dua hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang hakikat tiyarah (pesimisme) yang bersifat syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua hadits:

١- أَنَّ الطِّيَرَةَ شِرْكٌ.

1- Bahwa tiyarah (pesimisme) adalah syirik.

٢- أَنَّ حَقِيقَةَ الطِّيَرَةِ الشِّرْكِيَّةِ مَا دَفَعَتِ الْإِنْسَانَ إِلَى الْعَمَلِ بِهَا.

2- Bahwa hakikat tiyarah yang bersifat syirik adalah apa yang mendorong manusia untuk mengamalkannya.

٣- أَنَّ مَا لَمْ يُؤَثِّرْ عَلَى عَزْمِ الْإِنْسَانِ مِنَ التَّشَاؤُمِ فَلَيْسَ بِطَيَرَةٍ.

3- Bahwa apa yang tidak mempengaruhi tekad manusia dari pesimisme bukanlah tiyarah.

٤- مَعْرِفَةُ الذِّكْرِ الَّذِي تُدْفَعُ بِهِ الطِّيَرَةُ عَنِ الْقَلْبِ وَأَهَمِّيَّتُهُ لِلْمُسْلِمِ.

4- Mengetahui dzikir yang dengannya tiyarah dapat ditolak dari hati dan pentingnya bagi seorang Muslim.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّنْجِيمِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّنْجِيمِ

Bab Tentang Ilmu Perbintangan

قَالَ البُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ: قَالَ قَتَادَةُ: "خَلَقَ اللهُ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ: زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا. فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا غَيْرَ ذَلِكَ أَخْطَأَ وَأَضَاعَ نَصِيْبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ" (١) انتهى.

Al-Bukhari berkata dalam Shahih-nya: Qatadah berkata: "Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hal: perhiasan langit, alat untuk melempar setan, dan tanda-tanda petunjuk arah. Barangsiapa yang menafsirkannya selain itu, maka dia telah keliru, menyia-nyiakan bagiannya, dan memaksakan diri dalam hal yang tidak diketahuinya." (1) Selesai.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ بَعْضُ التَّنْجِيمِ بَاطِلًا، لِمَا فِيهِ مِنْ دَعْوَى مُشَارَكَةِ اللهِ فِي عِلْمِ الغَيْبِ، وَتَعَلُّقِ القَلْبِ بِغَيْرِ اللهِ، وَنِسْبَةِ التَّصَرُّفِ إِلَى النُّجُومِ، وَذَلِكَ يُنَافِي التَّوْحِيدَ، نَاسَبَ أَنْ يُعْقَدَ لَهُ بَابٌ هُنَا يُبَيِّنُ فِيهِ المَمْنُوعَ وَالجَائِزَ مِنْهُ، لِيَكُونَ المُسْلِمُ عَلَى بَصِيرَةٍ مِنْ ذَلِكَ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Karena sebagian ilmu perbintangan itu batil, disebabkan adanya klaim kesetaraan dengan Allah dalam pengetahuan gaib, keterikatan hati kepada selain Allah, dan penisbatan pengaturan kepada bintang-bintang, dan itu bertentangan dengan tauhid, maka sesuai untuk dibuatkan bab di sini yang menjelaskan tentang yang dilarang dan yang dibolehkan darinya, agar seorang Muslim memiliki pemahaman yang jelas tentang hal itu.

مَا جَاءَ فِي التَّنْجِيمِ: أَيْ: ذِكْرُ مَا يَجُوزُ مِنْهُ وَمَا لَا يَجُوزُ مِنْهُ وَذَمُّهُ وَتَحْرِيمُهُ وَمَا وَرَدَ مِنَ الْوَعِيدِ فِيهِ. وَالتَّنْجِيمُ هُوَ: الِاسْتِدْلَالُ بِالْأَحْوَالِ الْفَلَكِيَّةِ عَلَى الْحَوَادِثِ الْأَرْضِيَّةِ، وَهُوَ مَا يُسَمَّى بِعِلْمِ التَّأْثِيرِ.

Apa yang datang dalam ilmu nujum: yaitu: menyebutkan apa yang diperbolehkan darinya dan apa yang tidak diperbolehkan darinya, mencelanya, mengharamkannya, dan ancaman yang disebutkan di dalamnya. Ilmu nujum adalah: menyimpulkan keadaan astronomi terhadap peristiwa-peristiwa di bumi, dan itulah yang disebut dengan ilmu pengaruh.

قَالَ الْبُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ: أَيْ: تَعْلِيقًا.

Al-Bukhari berkata dalam Shahih-nya: yaitu: secara mu'allaq.

خَلَقَ اللهُ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ: هَذَا مَأْخُوذٌ مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ.

Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga hal: ini diambil dari Al-Qur'an Al-Karim.

زِينَةً لِلسَّمَاءِ: إِشَارَةٌ إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ﴾ [الْمُلْكُ: ٥] .

Sebagai hiasan langit: isyarat kepada firman Allah Ta'ala: "Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang" [Al-Mulk: 5].

وَرُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ: إِشَارَةٌ إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ﴾ [الْمُلْكُ: ٥] .

Dan sebagai alat untuk melempar setan: isyarat kepada firman Allah Ta'ala: "Dan Kami menjadikannya (bintang-bintang) sebagai alat-alat pelempar setan" [Al-Mulk: 5].

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا فِي كِتَابِ بَدْءِ الْخَلْقِ، بَابُ فِي النُّجُومِ "ص ٦١٤" ط بَيْتُ الْأَفْكَارِ الدَّوْلِيَّةِ.
(1) Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'allaq dalam Kitab Bad' al-Khalq, Bab tentang Bintang-Bintang "hal. 614" cetakan Bayt al-Afkar ad-Dauliyyah.

وَعَلَامَاتٍ: أَيْ دَلَالَاتٍ عَلَى الْجِهَاتِ وَالْبُلْدَانِ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

Dan tanda-tanda: Yaitu petunjuk-petunjuk arah, negeri, dan lainnya.

يُهْتَدَى بِهَا: أَيْ: يَهْتَدِي بِهَا النَّاسُ إِشَارَةً إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُواْ بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ﴾ [الأَنْعَامِ: ٩٧] .

Dengannya manusia mendapat petunjuk: Yaitu: manusia mendapat petunjuk dengannya, mengisyaratkan firman Allah Ta'ala: "Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut." [Al-An'am: 97].

فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا غَيْرَ ذَلِكَ: أَيْ: مَنْ زَعَمَ فِيهَا غَيْرَ مَا ذَكَرَهُ اللهُ تَعَالَى فِي هَذِهِ الثَّلَاثِ فَادَّعَى عِلْمَ الْغَيْبِ.

Barangsiapa yang menafsirkannya selain itu: Yaitu: orang yang mengklaim selain apa yang Allah Ta'ala sebutkan dalam tiga hal ini dan mengaku mengetahui yang gaib.

فَقَدْ أَخْطَأَ: حَيْثُ تَكَلَّمَ رَجْمًا بِالْغَيْبِ.

Maka sungguh dia telah keliru: karena dia berbicara dengan menduga-duga tentang hal gaib.

وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ: أَيْ: حَظَّهُ مِنْ عُمُرِهِ؛ لِأَنَّهُ اشْتَغَلَ بِمَا لَا فَائِدَةَ فِيهِ، بَلْ فِيهِ مَضَرَّةٌ.

Dan menyia-nyiakan bagiannya: Yaitu: keberuntungannya dari umurnya; karena dia sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan di dalamnya terdapat kerugian.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: أَنَّ قَتَادَةَ ﵀ يَذْكُرُ الحِكْمَةَ الَّتِي خَلَقَ اللهُ مِنْ أَجْلِهَا النُّجُومَ –كَمَا ذَكَرَهُ اللهُ فِي كِتَابِهِ- رَدًّا عَلَى الَّذِينَ ظَهَرُوا فِي عَصْرِهِ، وَيَعْتَقِدُونَ فِي النُّجُومِ غَيْرَ مَا ذَكَرَهُ خَالِقُهَا فِي كِتَابِهِ. وَهَؤُلَاءِ قَالُوا بِلَا عِلْمٍ، وَأَفْنَوْا أَعْمَارَهُمْ فِيمَا يَضُرُّهُمْ، وَكَلَّفُوا أَنْفُسَهُمْ مَا لَيْسَ فِي مَقْدُورِهَا الحُصُولُ عَلَيْهِ. وَهَكَذَا كُلُّ مَنْ طَلَبَ الحَقَّ مِنْ غَيْرِ الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ.

Makna keseluruhan dari atsar: bahwa Qatadah ﵀ menyebutkan hikmah yang Allah ciptakan untuk bintang-bintang - sebagaimana Allah sebutkan dalam kitab-Nya - sebagai bantahan terhadap orang-orang yang muncul pada masanya, dan mereka meyakini pada bintang-bintang selain apa yang disebutkan oleh Pencipta-nya dalam kitab-Nya. Dan mereka berkata tanpa ilmu, dan menghabiskan umur mereka dalam hal yang membahayakan mereka, dan membebani diri mereka dengan apa yang tidak mampu mereka capai. Demikianlah setiap orang yang mencari kebenaran dari selain Al-Kitab dan As-Sunnah.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ الحِكْمَةِ فِي خَلْقِ النُّجُومِ –كَمَا ذَكَرَهَا اللهُ فِي كِتَابِهِ- وَالرَّدَّ عَلَى مَنْ زَعَمَ فِي النُّجُومِ حِكْمَةً تُخَالِفُ مَا ذَكَرَهُ اللهُ فِيهَا.

Kesesuaian atsar dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat penjelasan hikmah penciptaan bintang-bintang - sebagaimana Allah sebutkan dalam kitab-Nya - dan bantahan terhadap orang yang mengklaim pada bintang-bintang hikmah yang bertentangan dengan apa yang Allah sebutkan padanya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الأَثَرِ:

Apa yang dapat diambil dari atsar:

١- بَيَانُ الحِكْمَةِ فِي خَلْقِ النُّجُومِ كَمَا دَلَّ عَلَيْهَا القُرْآنُ.

1- Penjelasan hikmah penciptaan bintang-bintang sebagaimana ditunjukkan oleh Al-Qur'an.

٢- الرَّدُّ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّ النُّجُومَ خُلِقَتْ لِحِكْمَةٍ غَيْرِ مَا ذَكَرَ اللهُ فِيهَا.

2- Bantahan terhadap orang yang mengklaim bahwa bintang-bintang diciptakan untuk hikmah selain yang Allah sebutkan padanya.

٣- أَنَّهُ يَجِبُ الرُّجُوعُ إِلَى كِتَابِ اللهِ؛ لِبَيَانِ الحَقِّ مِنَ البَاطِلِ.

3- Bahwa wajib merujuk kepada Kitabullah; untuk menjelaskan yang haq dari yang batil.

٤- أَنَّ مَنْ طَلَبَ الْهُدَى مِنْ غَيْرِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ فَقَدَ الصَّوَابَ وَضَيَّعَ وَقْتَهُ وَتَكَلَّفَ مَا لَا قُدْرَةَ لَهُ فِي الْوُصُولِ إِلَيْهِ.

4- Bahwa barangsiapa yang mencari petunjuk selain dari Al-Kitab dan As-Sunnah, maka dia telah kehilangan kebenaran, menyia-nyiakan waktunya, dan membebani diri dengan sesuatu yang tidak mampu dia capai.

وَكَرِهَ قَتَادَةُ تَعَلُّمَ مَنَازِلِ الْقَمَرِ، وَلَمْ يُرَخِّصْ ابْنُ عُيَيْنَةَ فِيهِ. ذَكَرَهُ حَرْبٌ عَنْهُمَا، وَرَخَّصَ فِي تَعَلُّمِ الْمَنَازِلِ أَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ.

Qatadah tidak menyukai belajar manzilah-manzilah bulan, dan Ibnu Uyainah tidak memberikan keringanan dalam hal itu. Harb menyebutkannya dari keduanya, sementara Ahmad dan Ishaq memberikan keringanan dalam mempelajari manzilah-manzilah.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

١- ابْنُ عُيَيْنَةَ: أَيْ: سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ.

1- Ibnu Uyainah: yaitu, Sufyan bin Uyainah.

٢- حَرْبٌ: أَيْ: حَرْبٌ الْكِرْمَانِيُّ مِنْ جِلَّةِ أَصْحَابِ أَحْمَدَ.

2- Harb: yaitu, Harb Al-Kirmani, salah satu murid senior Imam Ahmad.

٣- أَحْمَدُ: أَيِ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ.

3- Ahmad: yaitu, Imam Ahmad bin Hanbal.

٤- وَإِسْحَاقُ: أَيْ: إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ.

4- Ishaq: yaitu, Ishaq bin Rahawayh.

مَنَازِلُ الْقَمَرِ: الَّتِي يَنْزِلُ الْقَمَرُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مَنْزِلَةً مِنْهَا، وَهِيَ ثَمَانٍ وَعِشْرُونَ مَنْزِلَةً، وَمَعْرِفَةُ ذَلِكَ تُسَمَّى بِعِلْمِ التَّسْيِيرِ.

Manzilah-manzilah bulan: di mana bulan singgah setiap malam di salah satunya, dan jumlahnya ada dua puluh delapan manzilah. Pengetahuan tentang hal itu disebut ilmu tasyir.

الْغَرَضُ مِنْ هَذَا السِّيَاقِ: بَيَانُ خِلَافِ الْعُلَمَاءِ فِي حُكْمِ تَعَلُّمِ مَنَازِلِ الْقَمَرِ الَّذِي هُوَ: "عِلْمُ التَّسْيِيرِ" الَّذِي الْغَرَضُ مِنْهُ الِاسْتِدْلَالُ بِهِ عَلَى الْقِبْلَةِ، وَأَوْقَاتِ الصَّلَوَاتِ، وَمَعْرِفَةِ الْفُصُولِ. فَإِذَا كَانَ هَذَا اخْتِلَافُهُمْ فِي هَذَا النَّوْعِ الَّذِي لَا مَحْذُورَ فِيهِ حَسْمًا لِلْمَادَّةِ؛ -لِئَلَّا يَتَوَصَّلَ إِلَى الْمَمْنُوعِ- فَمَا بَالُكَ بِمَنْعِهِمْ مِنْ تَعَلُّمِ عِلْمِ التَّأْثِيرِ الَّذِي هُوَ ضَلَالٌ وَخَطَرٌ.

Tujuan dari konteks ini: menjelaskan perbedaan pendapat para ulama tentang hukum mempelajari manzilah-manzilah bulan yang merupakan "ilmu tasyir", yang tujuannya adalah untuk menentukan arah kiblat, waktu-waktu shalat, dan mengetahui musim. Jika ini adalah perbedaan pendapat mereka dalam jenis ilmu yang tidak ada larangan di dalamnya demi memutus sumber masalah, agar tidak menjadi sarana menuju yang terlarang, maka bagaimana dengan larangan mereka mempelajari ilmu ta'tsir yang merupakan kesesatan dan bahaya.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَقَاطِعُ الرَّحِمِ، وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ" (١) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ.

Dari Abu Musa, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tiga golongan tidak akan masuk surga: pecandu khamar, pemutus silaturahmi, dan orang yang membenarkan sihir" (1) Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya.

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ أَبِي مُوسَى: هُوَ أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ عَبْدُ اللهِ بْنُ قَيْسٍ، صَحَابِيٌّ جَلِيلٌ مَشْهُورٌ، مَاتَ بِالْكُوفَةِ سَنَةَ ٥٠ هـ.

Biografi Abu Musa: Dia adalah Abu Musa Al-Asy'ari Abdullah bin Qais, seorang sahabat yang mulia dan terkenal, wafat di Kufah pada tahun 50 H.

لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: هَذَا مِنْ نُصُوصِ الْوَعِيدِ الَّتِي تُمَرُّ كَمَا جَاءَتْ.

Tidak akan masuk surga: Ini termasuk nash-nash ancaman yang dibiarkan sebagaimana adanya.

مُدْمِنُ الْخَمْرِ: الْمُدَاوِمُ عَلَى شُرْبِهَا حَتَّى مَاتَ وَلَمْ يَتُبْ.

Pecandu khamar: Orang yang terus-menerus meminumnya hingga meninggal dan tidak bertaubat.

قَاطِعُ الرَّحِمِ: أَيْ: الَّذِي لَا يَقُومُ بِوَاجِبِ الْقَرَابَةِ.

Pemutus silaturahmi: Yaitu orang yang tidak menunaikan kewajiban kekerabatan.

وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ: الَّذِي مِنْ أَنْوَاعِهِ التَّنْجِيمُ، كَمَا مَرَّ فِي الْحَدِيثِ: "مَنْ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ النُّجُومِ فَقَدِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ".

Orang yang membenarkan sihir: Yang termasuk jenisnya adalah astrologi, seperti yang disebutkan dalam hadits: "Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu perbintangan, maka ia telah mempelajari sebagian dari sihir".

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ عَلَى وَجْهِ التَّحْذِيرِ أَنَّ ثَلَاثَةً مِنَ الْعُصَاةِ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ:

Makna global hadits: Nabi ﷺ mengabarkan sebagai peringatan bahwa tiga golongan pelaku maksiat tidak akan masuk surga:

الْأَوَّلُ: الْمُدَاوِمُ عَلَى شُرْبِ الْمُسْكِرِ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ كَانَ.

Pertama: Orang yang terus-menerus meminum minuman memabukkan, apapun jenisnya.

الثَّانِي: الَّذِي لَا يَقُومُ بِوَاجِبِ الْقَرَابَةِ الَّتِي أَمَرَ اللهُ بِصِلَتِهَا.

Kedua: Orang yang tidak menunaikan kewajiban silaturahmi yang Allah perintahkan untuk disambung.

الثَّالِثُ: مُصَدِّقٌ بِالسِّحْرِ الَّذِي يَجْمَعُ أَنْوَاعًا كَثِيرَةً وَأَشْكَالًا مُتَعَدِّدَةً. وَمِنْهَا التَّنْجِيمُ.

Ketiga: Membenarkan sihir yang mencakup banyak jenis dan berbagai bentuk. Di antaranya adalah ilmu nujum (astrologi).

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ وَعِيدَ مُصَدِّقٍ بِالسِّحْرِ، وَمِنْهُ التَّنْجِيمُ الَّذِي هُوَ مَوْضُوعُ الْبَابِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat ancaman bagi orang yang membenarkan sihir, dan di antaranya adalah ilmu nujum (astrologi) yang merupakan topik pembahasan bab ini.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٤/٣٩٩" وَابْنُ حِبَّانَ فِي مَوَارِدِ الظَّمْآنِ بِرَقْمِ "١٣٨٠، ١٣٨١".
(1) Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad "4/399" dan Ibnu Hibban dalam Mawarid azh-Zham'an dengan nomor "1380, 1381".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّنْجِيمِ وَأَنَّهُ مِنَ الكَبَائِرِ؛ لِأَنَّهُ دَاخِلٌ فِي السِّحْرِ الَّذِي لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ صَدَّقَ بِهِ.

1- Haramnya ilmu nujum (astrologi) dan ia termasuk dosa besar; karena ia termasuk dalam sihir yang mana orang yang membenarkannya tidak akan masuk surga.

٢- تَحْرِيمُ شُرْبِ الخَمْرِ وَالوَعِيدُ الشَّدِيدُ فِي حَقِّ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَتُبْ مِنْ شُرْبِهَا.

2- Haramnya meminum khamr dan ancaman keras bagi orang yang meninggal dan belum bertaubat dari meminumnya.

٣- وُجُوبُ صِلَةِ القَرَابَةِ وَتَحْرِيمُ قَطِيعَتِهَا.

3- Wajibnya menyambung silaturahmi dan haramnya memutuskannya.

٤- وُجُوبُ التَّكْذِيبِ بِالسِّحْرِ بِجَمِيعِ أَنْوَاعِهِ.

4- Wajibnya mendustakan sihir dengan segala jenisnya.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي الِاسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الِاسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ

Bab tentang apa yang datang mengenai meminta hujan dengan bintang-bintang

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ﴾ [الواقعة: ٨٢] .

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan kamu menjadikan rezeki kamu bahwa kamu mendustakan (Allah)." [Al-Waqi'ah: 82].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ نِسْبَةُ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى النَّوْءِ عَلَى وَجْهِ الِاعْتِقَادِ -أَنَّ لَهُ تَأْثِيرًا فِي نُزُولِهِ- شِرْكًا أَكْبَرَ كَاعْتِقَادِ جَلْبِ النَّفْعِ أَوْ دَفْعِ الضَّرِّ فِي الْأَمْوَاتِ وَالْغَائِبِينَ، أَوْ شِرْكًا أَصْغَرَ إِنْ كَانَ لَا يَعْتَقِدُ أَنَّ لَهَا تَأْثِيرًا وَإِنَّمَا هِيَ أَسْبَابٌ لِنُزُولِ الْمَطَرِ نَاسَبَ أَنْ يَعْقِدَ لَهُ الْمُصَنِّفُ بَابًا فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ لِلتَّحْذِيرِ مِنْهُ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Ketika menisbatkan turunnya hujan kepada bintang dengan keyakinan bahwa bintang memiliki pengaruh dalam turunnya hujan adalah syirik besar, seperti keyakinan mendatangkan manfaat atau menolak bahaya pada orang yang sudah mati dan yang tidak hadir, atau syirik kecil jika tidak meyakini bahwa bintang memiliki pengaruh, melainkan hanya sebab turunnya hujan, maka sesuai bagi penulis untuk membuat bab tersendiri dalam kitab tauhid untuk memperingatkan hal tersebut.

مَا جَاءَ: أَيْ: مِنَ الْوَعِيدِ.

Apa yang datang: yaitu ancaman.

فِي الِاسْتِسْقَاءِ: أَيْ: طَلَبُ السُّقْيَا وَمَجِيءُ الْمَطَرِ.

Dalam meminta hujan: yaitu meminta diturunkan hujan dan datangnya hujan.

بِالْأَنْوَاءِ: جَمْعُ نَوْءٍ -وَهِيَ مَنَازِلُ الْقَمَرِ- وَهِيَ ثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُونَ مَنْزِلَةً يَنْزِلُ الْقَمَرُ كُلَّ لَيْلَةٍ مَنْزِلَةً مِنْهَا، وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ﴾ [يس: ٣٩] وَهِيَ عِبَارَةٌ عَنْ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِينَ نَجْمًا مَعْرُوفَةِ الْمَطَالِعِ فِي كُلِّ ثَلَاثَةَ عَشَرَ يَوْمًا يَغِيبُ وَاحِدٌ مِنْهَا مَعَ طُلُوعِ الْفَجْرِ. وَيَطْلُعُ رَقِيبُهُ مِنَ الْمَشْرِقِ وَتَنْقَضِي كُلُّهَا مَعَ انْقِضَاءِ السَّنَةِ الْقَمَرِيَّةِ، وَتَزْعُمُ الْعَرَبُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنَّهُ إِذَا غَابَ وَاحِدٌ مِنْهَا وَطَلَعَ رَقِيبُهُ يَكُونُ مَطَرٌ وَيَنْسِبُونَهُ إِلَى طُلُوعِ النَّجْمِ أَوْ غُرُوبِهِ وَيَقُولُونَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا.

Dengan anwa': jamak dari nau' -yaitu fase-fase bulan- ada dua puluh delapan fase di mana bulan menempati satu fase setiap malamnya, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah" [Yasin: 39]. Ini merujuk pada dua puluh delapan bintang yang dikenal terbitnya, setiap tiga belas hari satu di antaranya terbenam bersamaan dengan terbitnya fajar. Penggantinya terbit dari timur dan semuanya berakhir dengan berakhirnya tahun qamariyah. Orang-orang Arab di masa Jahiliyah meyakini bahwa jika satu di antaranya terbenam dan penggantinya terbit, maka akan turun hujan. Mereka menisbatkannya pada terbit atau terbenamnya bintang, dan berkata: "Kita mendapat hujan karena nau' ini dan itu."

وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ: أَيْ: تَجْعَلُونَ نَصِيبَكُمْ -مِنْ شُكْرِ نِعْمَةِ اللهِ

Dan kalian menjadikan rezeki kalian: yaitu: kalian menjadikan bagian kalian -dari syukur atas nikmat Allah

بِإِنْزَالِ الْمَطَرِ – التَّكْذِيبُ.

Dengan menurunkan hujan - pendustaan.

أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ: بِنِسْبَةِ النِّعَمِ لِغَيْرِ اللهِ مِنَ الْكَوَاكِبِ فَتَقُولُونَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا.

Bahwa kalian berdusta: dengan menisbatkan nikmat kepada selain Allah dari bintang-bintang, maka kalian berkata: Kami diberi hujan oleh nau' ini dan itu.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ ﷾ يَعِيبُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ كُفْرَهُمْ بِنِعْمَةِ اللهِ بِنِسْبَةِ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى النَّجْمِ، وَيُخْبِرُ أَنَّ هَذَا الْقَوْلَ كَذِبٌ مَحْضٌ؛ لِأَنَّ نُزُولَ الْمَطَرِ إِنَّمَا هُوَ بِفَضْلِ اللهِ وَتَقْدِيرٍ وَلَا دَخْلَ فِيهِ لِمَخْلُوقٍ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Allah ﷾ mencela orang-orang musyrik atas kekufuran mereka terhadap nikmat Allah dengan menisbatkan turunnya hujan kepada bintang, dan Dia mengabarkan bahwa perkataan ini adalah dusta belaka; karena turunnya hujan hanyalah dengan karunia Allah dan takdir-Nya, dan tidak ada campur tangan makhluk di dalamnya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ أَنْكَرَ نُزُولَ الْمَطَرِ إِلَى غَيْرِهِ مِنَ النُّجُومِ وَالْأَنْوَاءِ وَسَمَّاهُ كَذِبًا.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa Allah subhanahu mengingkari turunnya hujan kepada selain-Nya dari bintang-bintang dan anwa', dan Dia menyebutnya sebagai dusta.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat diambil dari ayat:

١- إِبْطَالُ نِسْبَةِ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى الْأَنْوَاءِ.

1- Membatalkan penisbatan turunnya hujan kepada anwa'.

٢- أَنَّ نِسْبَةَ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى النَّوْءِ كَذِبٌ.

2- Bahwa menisbatkan turunnya hujan kepada nau' adalah dusta.

٣- وُجُوبُ شُكْرِ اللهِ عَلَى نِعَمِهِ وَوُجُوبُ نِسْبَةِ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَيْهِ تَفَضُّلًا مِنْهُ وَإِحْسَانًا.

3- Kewajiban bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya dan kewajiban menisbatkan turunnya hujan kepada-Nya sebagai karunia dan kebaikan dari-Nya.

* * *.

* * *.

وَعَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "أَرْبَعَةٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُوهُنَّ: الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ". وَقَالَ: "النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ" (١) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Malik Al-Asy'ari ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Ada empat perkara pada umatku yang termasuk perkara jahiliyah yang tidak mereka tinggalkan: berbangga dengan keturunan, mencela nasab, meminta hujan dengan bintang-bintang, dan meratapi mayit". Beliau bersabda: "Wanita yang meratap jika tidak bertaubat sebelum kematiannya, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan mengenakan baju dari ter dan baju besi dari kudis" (1). Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

أ- تَرْجَمَةُ أَبِي مَالِكٍ: اسْمُهُ الْحَارِثُ بْنُ الْحَارِثِ الشَّامِيُّ صَحَابِيٌّ.

a- Biografi Abu Malik: Namanya adalah Al-Harits bin Al-Harits Asy-Syami, seorang sahabat.

مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ: الْمُرَادُ بِالْجَاهِلِيَّةِ هُنَا مَا قَبْلَ الْبَعْثَةِ؛ سُمُّوا بِذَلِكَ لِفَرْطِ جَهْلِهِمْ، وَكُلُّ مَا يُخَالِفُ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ –ﷺ فَهُوَ جَاهِلِيَّةٌ.

Dari perkara jahiliyah: Yang dimaksud dengan jahiliyah di sini adalah masa sebelum kenabian; mereka disebut demikian karena kebodohan mereka yang berlebihan, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Rasul ﷺ adalah jahiliyah.

لَا يَتْرُكُوهُنَّ: أَيْ: سَتَفْعَلُهَا هَذِهِ الْأُمَّةُ إِمَّا مَعَ الْعِلْمِ بِتَحْرِيمِهَا أَوْ مَعَ الْجَهْلِ بِذَلِكَ.

Tidak meninggalkannya: Artinya, umat ini akan melakukannya baik dengan mengetahui keharamannya atau karena ketidaktahuan akan hal itu.

الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ: أَيْ: التَّعَاظُمُ عَلَى النَّاسِ بِالْآبَاءِ وَمَآثِرِهِمْ.

Berbangga dengan keturunan: Yaitu, menyombongkan diri atas manusia dengan leluhur dan jasa-jasa mereka.

وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ: أَيْ: الْوُقُوعُ فِيهَا بِالْعَيْبِ وَالتَّنَقُّصِ.

Mencela nasab: Yaitu, mencelanya dengan aib dan kekurangan.

وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ: أَيْ: نِسْبَةُ السُّقْيَا وَمَجِيءُ الْمَطَرِ إِلَى النُّجُومِ وَالْأَنْوَاءِ.

Dan meminta hujan dengan bintang-bintang: yaitu: menisbatkan turunnya hujan dan datangnya hujan kepada bintang-bintang dan anwa'.

وَالنِّيَاحَةُ: أَيْ: رَفْعُ الصَّوْتِ وَالنَّدْبُ إِلَى الْمَيِّتِ.

Dan meratap: yaitu: mengeraskan suara dan meratapi orang yang meninggal.

تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: تُبْعَثُ مِنْ قَبْرِهَا وَتُوقَفُ يَوْمَ الْحِسَابِ وَالْجَزَاءِ.

Dibangkitkan pada hari kiamat: dibangkitkan dari kuburnya dan dihentikan pada hari perhitungan dan pembalasan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٩٣٤".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "934".

سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ: أَيْ: ثَوْبٌ مِنْ نُحَاسٍ مُذَابٍ تُلَطَّخُ بِهِ فَيَصِيرُ كَالثَّوْبِ.

Serbala min qathiran: yaitu: pakaian dari tembaga cair yang dilumuri dengannya sehingga menjadi seperti pakaian.

دِرْعٌ: الدِّرْعُ: ثَوْبٌ يُنْسَجُ مِنْ حَدِيدٍ، يُلْبَسُ فِي الْحَرْبِ.

Dir'un: baju besi: pakaian yang ditenun dari besi, dipakai dalam peperangan.

مِنْ جَرَبٍ: الْجَرَبُ مَرَضٌ جِلْدِيٌّ.

Min jarabin: kudis adalah penyakit kulit.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ النَّبِيُّ –ﷺ أَنَّهُ سَيَسْتَمِرُّ فِي الْأُمَّةِ شَيْءٌ مِنَ الْمَعَاصِي الَّتِي كَانَ يَفْعَلُهَا النَّاسُ قَبْلَ الْبَعْثَةِ، وَذَلِكَ يَتَمَثَّلُ فِي أَرْبَعِ خِصَالٍ هِيَ: التَّعَاظُمُ بِالْآبَاءِ مَعَ أَنَّهُ لَا شَرَفَ إِلَّا بِالتَّقْوَى، وَتَنَقُّصُ أَنْسَابِ النَّاسِ وَعَيْبُهَا، وَنِسْبَةُ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى طُلُوعِ النُّجُومِ وَالْأَنْوَاءِ، وَرَفْعُ الصَّوْتِ بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ وَنَدْبُهُ. ثُمَّ يُبَيِّنُ الْوَعِيدَ فِي حَقِّ الْخَصْلَةِ الْأَخِيرَةِ بِأَنَّ مَنِ اسْتَمَرَّ عَلَيْهَا مِنْ غَيْرِ تَوْبَةٍ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَطَّخًا جِسْمُهُ بِالنُّحَاسِ الْمُذَابِ حَتَّى يَكُونَ ذَلِكَ كَالْقَمِيصِ، لِتَشْتَعِلَ بِهِ النَّارُ، وَتَلْتَصِقَ بِجِسْمِهِ وَتَنْتُنَ رَائِحَتُهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ mengabarkan bahwa akan terus ada dalam umat ini sebagian kemaksiatan yang dilakukan manusia sebelum kenabian, dan itu terwujud dalam empat sifat: membanggakan diri dengan nenek moyang padahal tidak ada kemuliaan kecuali dengan ketakwaan, merendahkan dan mencela nasab manusia, menisbatkan turunnya hujan kepada terbitnya bintang-bintang dan anwa', dan mengeraskan suara dengan tangisan dan ratapan atas mayit. Kemudian beliau menjelaskan ancaman bagi sifat terakhir, bahwa siapa yang terus-menerus melakukannya tanpa taubat, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan tubuhnya dilumuri tembaga cair hingga menjadi seperti kemeja, agar api menyala dengannya, melekat pada tubuhnya, dan baunya menjadi busuk.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى تَحْرِيمِ الِاسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ، وَأَنَّهُ مِنْ أُمُورِ الْجَاهِلِيَّةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas haramnya meminta hujan dengan anwa' (bintang-bintang), dan bahwa hal tersebut termasuk perkara jahiliyah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الِاسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ، وَأَنَّهُ مِنْ أُمُورِ الْجَاهِلِيَّةِ.

1- Haramnya meminta hujan dengan anwa' (bintang-bintang), dan bahwa hal tersebut termasuk perkara jahiliyah.

٢- أَنَّ مَا كَانَ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُهُ النَّاسُ كُلُّهُمْ.

2- Bahwa apa yang menjadi perkara jahiliyah tidak ditinggalkan oleh semua manusia.

٣- أَنَّ مَا كَانَ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ وَفِعْلِهِمْ فَهُوَ مَذْمُومٌ فِي دِينِ الْإِسْلَامِ.

3- Bahwa apa yang menjadi perkara jahiliyah dan perbuatan mereka maka hal itu tercela dalam agama Islam.

٤- مَنْعُ التَّشَبُّهِ بِالْجَاهِلِيَّةِ.

4- Larangan menyerupai jahiliyah.

٥- تَحْرِيمُ الِافْتِخَارِ بِالْأَحْسَابِ، وَأَنَّهُ مِنْ أُمُورِ الْجَاهِلِيَّةِ.

5- Haramnya berbangga dengan nasab-nasab, dan bahwa hal tersebut termasuk perkara jahiliyah.

٦- تَحْرِيمُ الْوُقُوعِ فِي الْأَنْسَابِ بِذَمِّهَا وَتَنَقُّصِهَا.

6- Haramnya mencela dan merendahkan nasab-nasab.

٧- تَحْرِيمُ النِّيَاحَةِ وَبَيَانُ عُقُوبَتِهَا وَأَنَّهَا مِنَ الْكَبَائِرِ.

7- Haramnya meratapi mayit, penjelasan hukumannya, dan bahwa hal tersebut termasuk dosa besar.

٨- التَّوْبَةُ تُكَفِّرُ الذَّنْبَ وَإِنْ عَظُمَ.

8- Taubat akan menghapus dosa meskipun dosa itu besar.

٩- أَنَّ الْمُسْلِمَ قَدْ يَكُوْنُ فِيْهِ شَيْءٌ مِنْ خِصَالِ الْجَاهِلِيَّةِ وَلَا يَقْتَضِي ذَلِكَ كُفْرُهُ.

9- Seorang Muslim mungkin memiliki beberapa sifat jahiliyah, dan hal itu tidak serta merta menjadikannya kafir.

* * *

* * *

وَلَهُمَا عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ: "أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟" قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ. فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوَاكِبِ" (١).

Dan dari keduanya (Bukhari dan Muslim), dari Zaid bin Khalid, ia berkata: Rasulullah ﷺ mengimami kami shalat Subuh di Hudaibiyah setelah hujan pada malam hari. Ketika selesai, beliau menghadap orang-orang dan bersabda: "Tahukah kalian apa yang telah difirmankan Rabb kalian?" Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Dia berfirman: 'Pagi ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: Kita diberi hujan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Sedangkan orang yang mengatakan: Kita diberi hujan karena nau' ini dan itu, maka dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.'" (1)

وَلَهُمَا مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ بِمَعْنَاهُ وَفِيهِ: قَالَ بَعْضُهُمْ لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا، فَأَنْزَلَ اللهُ هَذِهِ الْآيَةَ: ﴿فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ﴾ إِلَى قَوْلِهِ: ﴿تُكَذِّبُونَ﴾.

Dan dari keduanya (Bukhari dan Muslim), dari hadits Ibnu Abbas dengan maknanya, dan di dalamnya: Sebagian mereka berkata, "Sungguh benar nau' ini dan itu." Maka Allah menurunkan ayat ini: "Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang" hingga firman-Nya: "kamu mendustakan".

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ: هُوَ الْجُهَنِيُّ الْمَدَنِيُّ صَحَابِيٌّ مَشْهُورٌ.

Biografi Zaid bin Khalid: Dia adalah Al-Juhani Al-Madani, seorang sahabat yang terkenal.

صَلَّى لَنَا: أَيْ: صَلَّى بِنَا، فَاللَّامُ بِمَعْنَى الْبَاءِ.

Shalat untuk kami: Maksudnya, shalat bersama kami. Jadi, huruf lam bermakna huruf ba'.

الْحُدَيْبِيَةُ: قَرْيَةٌ سُمِّيَتْ بِبِئْرٍ هُنَاكَ عَلَى مَرْحَلَةٍ مِنْ مَكَّةَ، تُسَمَّى الْآنَ الشُّمَيْسِي.

Hudaibiyah: Sebuah desa yang dinamai dengan sumur di sana, berjarak satu marhalah dari Makkah, sekarang disebut Asy-Syumaisi.

إِثْرُ: بِكَسْرِ الهَمْزَةِ مَا يَعْقُبُ الشَّيْءَ.

Itsr: Dengan kasrah pada hamzah, sesuatu yang mengikuti sesuatu.

سَمَاءٌ: مَطَرٌ سُمِّيَ بِذَلِكَ؛ لِأَنَّهُ يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَهِيَ كُلُّ مَا ارْتَفَعَ.

Samaa': Hujan dinamai demikian karena turun dari langit, yaitu segala sesuatu yang tinggi.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٨٤٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٧١".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "846" dan Muslim dengan nomor "71".

مِنَ اللَّيْلِ: أَيْ: كَانَ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ.

Dari malam: Yakni: terjadi pada malam itu.

فَلَمَّا انْصَرَفَ: أَيْ: الْتَفَتَ إِلَى الْمَأْمُومِينَ وَلَيْسَ الْمُرَادُ الِانْصِرَافُ مِنَ الْمَكَانِ.

Ketika dia berpaling: Yakni: dia menoleh kepada makmum dan yang dimaksud bukanlah pergi dari tempat.

أَتَدْرُونَ؟ لَفْظُ الِاسْتِفْهَامِ مَعْنَاهُ التَّنْبِيهُ.

Tahukah kalian? Lafaz pertanyaan maknanya adalah peringatan.

مِنْ عِبَادِي: الْمُرَادُ الْعُبُودِيَّةُ الْعَامَّةُ.

Dari hamba-hamba-Ku: Yang dimaksud adalah penghambaan umum.

وَكَافِرٌ: أَيِ الْكُفْرُ الْأَصْغَرُ.

Dan kafir: Yakni kufur kecil.

مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا: أَيْ: نَسَبَ الْمَطَرَ إِلَى غَيْرِ اللهِ وَهُوَ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْمُنْزِلَ لَهُ هُوَ اللهُ.

Kita diberi hujan oleh bintang ini dan itu: Yakni: dia menisbatkan hujan kepada selain Allah padahal dia meyakini bahwa yang menurunkannya adalah Allah.

صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا: أَيْ: صَدَقَ سَحَابٌ وَمَطَرُ النَّجْمِ الْفُلَانِيِّ.

Bintang ini dan itu benar: Yakni: awan dan hujan bintang anu itu benar.

فَلَا أُقْسِمُ: هَذَا قَسَمٌ مِنَ اللهِ ﷿ وَهُوَ يُقْسِمُ بِمَا شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ.

Maka Aku tidak bersumpah: Ini adalah sumpah dari Allah ﷿ dan Dia bersumpah dengan apa yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya.

بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ: أَيْ: مَطَالِعُ الْكَوَاكِبِ وَمَغَارِبُهَا عَلَى قَوْلِ الْأَكْثَرِ مِنَ الْمُفَسِّرِينَ.

Demi tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang: Yakni: tempat terbit bintang-bintang dan tempat terbenamnya menurut pendapat mayoritas mufassir.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ لَنَا هَذَا الصَّحَابِيُّ الجَلِيلُ مَا كَانَ مِنْ إِرْشَادِ النَّبِيِّ –ﷺ لِأُمَّتِهِ، بِمُنَاسَبَةِ نُزُولِ المَطَرِ، وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ أَنْ يَقُولُوهُ عِنْدَ ذَلِكَ، فَيَرْوِي –ﷺ عَنْ رَبِّهِ أَنَّهُ حِينَمَا امْتَحَنَ النَّاسَ بِإِنْعَامِهِ عَلَيْهِمْ بِإِنْزَالِ الغَيْثِ الَّذِي فِيهِ حَيَاتُهُمْ، انْقَسَمُوا إِلَى قِسْمَيْنِ: قِسْمٌ اعْتَرَفَ بِفَضْلِ اللهِ وَنَسَبَ النِّعْمَةَ إِلَيْهِ عَلَى وَجْهِ الشُّكْرِ. وَقِسْمٌ أَنْكَرَ فَضْلَ اللهِ وَنَسَبَ النِّعْمَةَ إِلَى طُلُوعِ النَّجْمِ أَوْ غُرُوبِهِ وَسُمِّيَ عَمَلُ الأَوَّلِ إِيمَانًا وَعَمَلُ الثَّانِي كُفْرًا.

Makna keseluruhan hadits: Sahabat mulia ini menyebutkan kepada kita tentang bimbingan Nabi –ﷺ kepada umatnya, berkenaan dengan turunnya hujan, dan apa yang seharusnya mereka katakan pada saat itu. Beliau –ﷺ meriwayatkan dari Tuhannya bahwa ketika Dia menguji manusia dengan nikmat-Nya kepada mereka dengan menurunkan hujan yang di dalamnya terdapat kehidupan mereka, mereka terbagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mengakui karunia Allah dan menisbatkan nikmat kepada-Nya sebagai bentuk syukur, dan kelompok yang mengingkari karunia Allah dan menisbatkan nikmat kepada terbitnya bintang atau terbenamnya. Perbuatan kelompok pertama disebut iman dan perbuatan kelompok kedua disebut kufur.

وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ هَذِهِ الآيَاتِ وَهِيَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ﴾ وَمَا بَعْدَهَا نَزَلَتْ فِي إِنْكَارِ نِسْبَةِ نُزُولِ المَطَرِ إِلَى النُّجُومِ.

Dalam riwayat Ibnu Abbas, ayat-ayat ini yaitu firman Allah Ta'ala: ﴿Maka Aku bersumpah dengan tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang﴾ dan seterusnya, turun berkenaan dengan pengingkaran penisbatan turunnya hujan kepada bintang-bintang.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ تَحْرِيمَ نِسْبَةِ الْمَطَرِ إِلَى النَّجْمِ وَتَسْمِيَتَهُ كُفْرًا وَكَذِبًا.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat pengharaman menisbatkan hujan kepada bintang dan menyebutnya sebagai kekufuran dan kedustaan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ نِسْبَةِ نُزُولِ الْمَطَرِ إِلَى النَّجْمِ وَتَسْمِيَتُهُ كُفْرًا.

1- Haramnya menisbatkan turunnya hujan kepada bintang dan menyebutnya sebagai kekufuran.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ تَعْلِيمِ النَّاسِ وَتَنْبِيهِهِمْ عَلَى مَا يُخِلُّ بِالْعَقِيدَةِ.

2- Disyariatkannya mengajarkan manusia dan mengingatkan mereka terhadap hal-hal yang merusak akidah.

٣- وُجُوبُ شُكْرِ اللهِ عَلَى النِّعْمَةِ، وَأَنَّهُ لَا يَجُوزُ إِضَافَتُهَا إِلَى غَيْرِهِ.

3- Wajibnya bersyukur kepada Allah atas nikmat, dan tidak boleh menyandarkannya kepada selain-Nya.

٤- إِلْقَاءُ التَّعْلِيمِ عَلَى طَرِيقَةِ السُّؤَالِ وَالْجَوَابِ؛ لِأَنَّهُ أَوْقَعُ فِي النَّفْسِ.

4- Menyampaikan pengajaran dengan metode tanya jawab; karena lebih berkesan di dalam jiwa.

٥- أَنَّ مَنْ سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ فَإِنَّهُ يَتَوَقَّفُ وَيُكِلُّ الْعِلْمَ إِلَى عَالِمِهِ.

5- Bahwa orang yang ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya, maka hendaknya ia berhenti dan menyerahkan ilmu kepada yang lebih mengetahui.

٦- وَصْفُ اللهِ بِالْفَضْلِ وَالرَّحْمَةِ.

6- Menyifati Allah dengan sifat karunia dan rahmat.

٧- أَنَّ مِنَ الْكُفْرِ مَا لَا يُخْرِجُ مِنَ الْمِلَّةِ.

7- Bahwa di antara kekufuran ada yang tidak mengeluarkan dari agama.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ﴾ الْآيَةُ.

Bab Firman Allah Ta'ala: "Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah." Ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ﴾ [الْبَقَرَةُ: ١٦٥] .

Lengkapnya ayat: "Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." [Al-Baqarah: 165].

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَتْ مَحَبَّتُهُ سُبْحَانَهُ هِيَ أَصْلُ دِينِ الْإِسْلَامِ، فَبِكَمَالِهَا يَكْمُلُ دِينُ الْإِنْسَانِ، وَبِنُقْصَانِهَا يَنْقُصُ تَوْحِيدُ الْإِنْسَانِ، نَبَّهَ الْمُصَنِّفُ عَلَى ذَلِكَ بِهَذَا الْبَابِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Karena cinta kepada Allah adalah dasar agama Islam, maka dengan kesempurnaannya sempurnalah agama seseorang, dan dengan kekurangannya kuranglah tauhid seseorang. Penulis mengingatkan hal itu melalui bab ini.

أَنْدَادًا: أَمْثَالًا وَنُظَرَاءَ.

Andaadan: tandingan dan sekutu.

يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ: أَيْ: يُسَاوُونَهُمْ بِاللهِ فِي الْمَحَبَّةِ وَالتَّعْظِيمِ.

Mereka mencintai mereka seperti mencintai Allah: yaitu mereka menyamakan mereka dengan Allah dalam hal kecintaan dan pengagungan.

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ: أَيْ: مِنْ حُبِّ أَصْحَابِ الْأَنْدَادِ لِلَّهِ. وَقِيلَ: مِنْ حُبِّ أَصْحَابِ الْأَنْدَادِ لِأَنْدَادِهِمْ.

Dan orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah: yaitu: daripada cinta para pemilik sekutu kepada Allah. Dan dikatakan: daripada cinta para pemilik sekutu kepada sekutu-sekutu mereka.

مَعْنَى الْآيَةِ إِجْمَالًا: يُكَذِّرُ تَعَالَى حَالَ الْمُشْرِكِينَ فِي الدُّنْيَا، وَمَا لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْعَذَابِ، حَيْثُ جَعَلُوا لِلَّهِ أَمْثَالًا وَنُظَرَاءَ مِنْ خَلْقِهِ يُسَاوُونَهُمْ بِاللَّهِ فِي الْمَحَبَّةِ وَالتَّعْظِيمِ. وَيَذْكُرُ سُبْحَانَهُ أَنَّ الْمُؤْمِنِينَ يُخْلِصُونَ الْمَحَبَّةَ لِلَّهِ كَمَا يُخْلِصُونَ لَهُ سَائِرَ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ.

Makna ayat secara keseluruhan: Allah Ta'ala menyebutkan keadaan orang-orang musyrik di dunia, dan apa yang akan mereka terima di akhirat berupa azab, di mana mereka menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan dari makhluk-Nya yang mereka samakan dengan Allah dalam hal kecintaan dan pengagungan. Dan Allah Subhanahu menyebutkan bahwa orang-orang mukmin mengikhlaskan kecintaan kepada Allah sebagaimana mereka mengikhlaskan kepada-Nya seluruh jenis ibadah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ مَنِ اتَّخَذَ نِدًّا تَسَاوَى مَحَبَّتُهُ بِمَحَبَّةِ اللَّهِ فَهُوَ مُشْرِكٌ الشِّرْكَ الْأَكْبَرَ.

1- Bahwa barangsiapa yang menjadikan tandingan yang sama kecintaannya dengan kecintaan kepada Allah, maka dia adalah pelaku syirik besar.

٢- أَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ مَنْ يُحِبُّ اللَّهَ حُبًّا شَدِيدًا وَلَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ إِلَّا بِإِخْلَاصِ الْمَحَبَّةِ لِلَّهِ.

2- Bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan kecintaan yang kuat, namun hal itu tidak bermanfaat baginya kecuali dengan mengikhlaskan kecintaan hanya kepada Allah.

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ﴾ إِلَى قَوْلِهِ: ﴿أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ ...﴾ الْآيَةُ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak kalian" sampai firman-Nya: "lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya ..." ayat.

ــ

ــ

الْآيَةُ كَامِلَةً: ﴿قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ﴾ [التوبة: ٢٤] .

Ayat lengkapnya: "Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." [At-Taubah: 24].

عَشِيرَتُكُمْ: أَقْرِبَاؤُكُمْ مَأْخُوذٌ مِنَ الْعِشْرَةِ.

'Ashiratukum: kerabat dekat kalian, diambil dari kata 'isyrah.

اقْتَرَفْتُمُوهَا: اكْتَسَبْتُمُوهَا.

Iqtaraftumūhā: kalian mengusahakannya.

كَسَادَهَا: فَوَاتُ وَقْتِ نَفَاقِهَا وَرَوَاجِهَا.

Kasādahā: hilangnya waktu penjualan dan perputarannya.

وَمَسَاكِنُ: مَنَازِلُ.

Wa masākin: rumah-rumah.

تَرْضَوْنَهَا: تُعْجِبُكُمُ الْإِقَامَةُ فِيهَا.

Tarḍaunahā: kalian suka tinggal di dalamnya.

أَحَبُّ إِلَيْكُمْ: أَيْ: إِنْ كَانَتْ هَذِهِ الْأَشْيَاءُ أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ.

Lebih kamu cintai: Yaitu: Jika hal-hal ini lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya.

فَتَرَبَّصُوا: أَيْ: انْتَظِرُوا مَا يَحِلُّ بِكُمْ مِنْ عِقَابِهِ.

Maka tunggulah: Yaitu: Tunggulah apa yang akan menimpa kalian berupa hukuman-Nya.

مَعْنَى الْآيَةِ إِجْمَالًا: أَمَرَ اللهُ نَبِيَّهُ أَنْ يَتَوَعَّدَ مَنْ أَحَبَّ هَذِهِ الْأَصْنَافَ فَآثَرَهَا أَوْ بَعْضَهَا عَلَى حُبِّ اللهِ وَرَسُولِهِ وَفِعْلِ مَا أَوْجَبَ اللهُ عَلَيْهِ مِنَ الْأَعْمَالِ الَّتِي يُحِبُّهَا وَيَرْضَاهَا، كَالْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ وَنَحْوِ ذَلِكَ، فَبَدَأَ اللهُ بِالْآبَاءِ وَالْأَبْنَاءِ وَالْإِخْوَانِ وَكَذَا الْأَصْدِقَاءِ وَنَحْوِهِمْ فَمَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللهِ وَهُوَ يُقَدِّمُ مَحَبَّةَ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ عَلَى مَحَبَّتِهِ فَهُوَ كَاذِبٌ وَلْيَنْتَظِرِ الْعُقُوبَةَ.

Makna ayat secara keseluruhan: Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengancam orang yang mencintai golongan-golongan ini dan mengutamakannya atau sebagiannya atas cinta kepada Allah dan Rasul-Nya serta melakukan apa yang Allah wajibkan atasnya berupa amalan-amalan yang Dia cintai dan ridhai, seperti hijrah, jihad, dan sebagainya. Allah memulai dengan bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, juga teman-teman dan sejenisnya. Barangsiapa mengaku mencintai Allah sedangkan dia mendahulukan cinta kepada hal-hal ini atas cinta kepada-Nya, maka dia adalah pendusta dan hendaklah dia menunggu hukuman.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا وُجُوبَ تَقْدِيمِ مَحَبَّةِ اللهِ وَمَحَبَّةِ مَا يُحِبُّهُ

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat kewajiban mendahulukan kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada apa yang Dia cintai

اللهُ مِنَ الأَشْخَاصِ وَالأَعْمَالِ عَلَى مَحَبَّةِ مَا سِوَى ذَلِكَ.

Allah dari orang-orang dan amalan-amalan atas kecintaan selain itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Apa yang dapat diambil dari ayat ini:

١- وُجُوبُ مَحَبَّةِ اللهِ تَعَالَى وَمَحَبَّةِ مَا يُحِبُّهُ.

1- Kewajiban mencintai Allah Ta'ala dan mencintai apa yang Dia cintai.

٢- وُجُوبُ حُبِّ النَّبِيِّ –ﷺ.

2- Kewajiban mencintai Nabi –ﷺ.

٣- الوَعِيدُ عَلَى مَنْ كَانَتْ هَذِهِ الثَّمَانِيَةُ أَوْ غَيْرُهَا أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ دِينِهِ.

3- Ancaman bagi siapa saja yang kedelapan hal ini atau selainnya lebih dicintai daripada agamanya.

* * *

* * *

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dari Anas bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya." (1) Dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari dan Muslim).

ــ

ــ

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ: أَيْ: الْإِيمَانَ الْكَامِلَ.

Tidak beriman salah seorang di antara kalian: Yaitu iman yang sempurna.

حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ: بِنَصْبِ أَحَبَّ خَبَرَ أَكُونَ.

Hingga aku lebih dicintainya: Dengan men-nashab-kan (memfathahkan) kata 'ahabba' sebagai khabar (predikat) dari 'akuuna'.

وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ: مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ.

Dan manusia seluruhnya: Termasuk 'athaf al-'aam 'alaa al-khaash (menggabungkan yang umum kepada yang khusus).

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ أَحَدًا لَنْ يُؤْمِنَ الْإِيمَانَ الْكَامِلَ الَّذِي تَبْرَأُ بِهِ ذِمَّتُهُ وَيَسْتَحِقُّ بِهِ دُخُولَ الْجَنَّةِ حَتَّى يُقَدِّمَ مَحَبَّةَ الرَّسُولِ –ﷺ عَلَى مَحَبَّةِ أَقْرَبِ النَّاسِ إِلَيْهِ، وَعَلَى مَحَبَّةِ كُلِّ مَخْلُوقٍ، لِأَنَّ بِسَبَبِهِ –ﷺ حُصُولُ الْحَيَاةِ الْأَبَدِيَّةِ، وَالْإِنْقَاذُ مِنَ الضَّلَالِ إِلَى الْهُدَى، وَمَحَبَّتُهُ –ﷺ تَقْتَضِي طَاعَتَهُ وَاتِّبَاعَ مَا أَمَرَ بِهِ وَتَقْدِيمَ قَوْلِهِ عَلَى قَوْلِ كُلِّ مَخْلُوقٍ.

Makna global hadits: Nabi ﷺ mengabarkan bahwa seseorang tidak akan beriman dengan iman yang sempurna yang dengannya ia terbebas dari tanggungan dan berhak masuk surga hingga ia mendahulukan kecintaan kepada Rasul ﷺ atas kecintaan kepada orang-orang terdekatnya, dan atas kecintaan kepada setiap makhluk, karena sebab beliau ﷺ diperoleh kehidupan abadi, diselamatkan dari kesesatan menuju petunjuk, dan kecintaan kepada beliau ﷺ menuntut ketaatan kepadanya, mengikuti apa yang diperintahkannya, dan mendahulukan perkataannya atas perkataan setiap makhluk.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى وُجُوبِ تَقْدِيمِ مَحَبَّةِ الرَّسُولِ –ﷺ عَلَى مَحَبَّةِ كُلِّ مَخْلُوقٍ، وَأَنَّ تَحْقِيقَ الْإِيمَانِ مَشْرُوطٌ بِذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas wajibnya mendahulukan kecintaan kepada Rasul ﷺ atas kecintaan kepada setiap makhluk, dan bahwa merealisasikan iman disyaratkan dengan hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ مَحَبَّةِ الرَّسُولِ –ﷺ وَتَقْدِيمِهَا عَلَى مَحَبَّةِ كُلِّ مَخْلُوقٍ.

1- Kewajiban mencintai Rasulullah ﷺ dan mendahulukan cinta kepada beliau di atas cinta kepada semua makhluk.

٢- أَنَّ الأَعْمَالَ مِنَ الإِيمَانِ؛ لِأَنَّ الْمَحَبَّةَ عَمَلُ الْقَلْبِ وَقَدْ نُفِيَ الإِيمَانُ عَمَّنْ لَمْ يَكُنِ الرَّسُولُ –ﷺ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا ذُكِرَ.

2- Bahwa amal perbuatan adalah bagian dari iman; karena cinta adalah amalan hati, dan iman telah dinafikan dari orang yang tidak mencintai Rasulullah ﷺ melebihi apa yang disebutkan.

٣- أَنَّ نَفْيَ الإِيمَانِ لَا يَدُلُّ عَلَى الْخُرُوجِ مِنَ الإِسْلَامِ.

3- Bahwa menafikan iman tidak menunjukkan keluar dari Islam.

٤- أَنَّ الإِيمَانَ الصَّادِقَ لَا بُدَّ أَنْ يَظْهَرَ أَثَرُهُ عَلَى صَاحِبِهِ.

4- Bahwa iman yang benar pasti akan tampak pengaruhnya pada pemiliknya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "١٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٤٤".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. "15" dan Muslim no. "44".

وَلَهُمَا عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ".

Dan dari keduanya (Bukhari dan Muslim) dari Anas, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tiga perkara yang jika ada pada seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: Bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka."

وَفِي رِوَايَةٍ: "لَا يَجِدُ أَحَدٌ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ حَتَّى ... " (١) إِلَى آخِرِهِ.

Dan dalam sebuah riwayat: "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman hingga ... " (1) sampai akhir hadits.

ــ

ــ

وَلَهُمَا عَنْهُ: أَيْ: وَلِلْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ عَنْ أَنَسٍ.

Dan dari keduanya (Bukhari dan Muslim) dari Anas: Yakni dari Bukhari dan Muslim dari Anas.

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ: أَيْ: ثَلَاثُ خِصَالٍ مَنْ وُجِدْنَ فِيهِ. وَجَازَ الِابْتِدَاءُ بِثَلَاثٍ؛ وَإِنْ كَانَتْ نَكِرَةً لِأَنَّهَا عَلَى نِيَّةِ الْإِضَافَةِ.

Tiga perkara yang jika ada pada seseorang: Yakni tiga sifat yang jika ditemukan pada seseorang. Diperbolehkan memulai dengan kata 'tiga' meskipun nakirah (indefinite) karena dianggap sebagai mudhaf (possessed noun).

وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: لِمَا يَحْصُلُ لَهُ مِنْ لَذَّةِ الْقَلْبِ وَنَعِيمِهِ وَسُرُورِهِ.

Ia akan merasakan manisnya iman: Karena apa yang ia dapatkan dari kelezatan hati, kenikmatannya, dan kebahagiaannya.

أَحَبَّ إِلَيْهِ: مَنْصُوبٌ عَلَى أَنَّهُ خَبَرُ يَكُونَ.

Lebih dicintainya: Manshub sebagai khabar (predikat) dari kata 'yakuuna'.

مِمَّا سِوَاهُمَا: مِمَّا يُحِبُّهُ الْإِنْسَانُ بِطَبْعِهِ كَالْوَلَدِ وَالْأَزْوَاجِ وَنَحْوِ ذَلِكَ.

Daripada selain keduanya: Dari apa yang dicintai manusia secara alami seperti anak, pasangan, dan sebagainya.

أَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ: الَّذِي يَعْتَقِدُ إِيمَانَهُ وَعِبَادَتَهُ.

Ia mencintai seseorang: Yang diyakini keimanan dan ibadahnya.

لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ: أَيْ: لِأَجْلِ طَاعَةِ اللهِ.

Ia tidak mencintainya kecuali karena Allah: Yakni demi ketaatan kepada Allah.

أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ: أَيْ: يَرْجِعَ إِلَيْهِ.

Kembali kepada kekufuran: yaitu: kembali kepadanya.

كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ: يَعْنِي: يَسْتَوِي عِنْدَهُ الْأَمْرَانِ الْإِلْقَاءُ فِي

Sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan ke dalam api neraka: artinya: kedua perkara itu sama baginya, dilemparkan ke dalam

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "١٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٤٣".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "16" dan Muslim dengan nomor "43".

النَّارُ أَوِ الْعَوْدَةُ فِي الْكُفْرِ.

Api neraka atau kembali kepada kekufuran.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَيْ: لِلْبُخَارِيِّ.

Dan dalam sebuah riwayat: Yaitu: bagi Al-Bukhari.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا تَوَفَّرَتْ فِيهِ ثَلَاثُ خِصَالٍ هِيَ: تَقْدِيمُ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُولِهِ عَلَى مَحَبَّةِ مَا سِوَاهُمَا مِنْ أَهْلٍ وَمَالٍ. وَيُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُ مِنَ النَّاسِ مِنْ أَجْلِ إِيمَانِهِ وَطَاعَتِهِ لِلَّهِ لَا لِغَرَضٍ دُنْيَوِيٍّ وَيَكْرَهُ الْكُفْرَ كَرَاهِيَةً مُتَنَاهِيَةً بِحَيْثُ يَسْتَوِي عِنْدَهُ الْإِلْقَاءُ فِي النَّارِ وَالرُّجُوعُ إِلَيْهِ. مَنْ تَوَفَّرَتْ هَذِهِ الْخِصَالُ الثَّلَاثُ فِيهِ ذَاقَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ فَيَسْتَلِذُّ الطَّاعَاتِ وَيَتَحَمَّلُ الْمَشَقَّاتِ فِي رِضَا اللهِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad –ﷺ mengabarkan bahwa seorang Muslim jika memiliki tiga sifat yaitu: mendahulukan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaan kepada selain keduanya dari keluarga dan harta. Dan dia mencintai orang yang dicintainya dari manusia karena keimanannya dan ketaatannya kepada Allah, bukan karena tujuan duniawi, dan dia membenci kekufuran dengan kebencian yang sangat sehingga sama baginya dilemparkan ke dalam neraka dan kembali kepadanya (kekufuran). Barangsiapa yang memiliki tiga sifat ini, maka dia telah merasakan manisnya iman, sehingga dia menikmati ketaatan dan menanggung kesulitan dalam mencari ridha Allah.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ فَضِيلَةَ تَقْدِيمِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُولِهِ مُحَمَّدٍ –ﷺ عَلَى مَحَبَّةِ مَا سِوَاهُمَا.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat keutamaan mendahulukan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad –ﷺ di atas kecintaan kepada selain keduanya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضِيلَةُ تَقْدِيمِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُولِهِ مُحَمَّدٍ –ﷺ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ.

1- Keutamaan mendahulukan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad –ﷺ di atas segala sesuatu.

٢- فَضِيلَةُ الْمَحَبَّةِ فِي اللهِ.

2- Keutamaan cinta karena Allah.

٣- أَنَّ الْمُؤْمِنِينَ يُحِبُّونَ اللهَ تَعَالَى مَحَبَّةً خَالِصَةً.

3- Bahwa orang-orang beriman mencintai Allah Ta'ala dengan cinta yang murni.

٤- أَنَّ مَنِ اتَّصَفَ بِهَذِهِ الخِصَالِ الثَّلَاثِ فَهُوَ أَفْضَلُ مِمَّنْ لَمْ يَتَّصِفْ بِهَا وَلَوْ كَانَ الْمُتَّصِفُ بِهَا كَافِرًا فَأَسْلَمَ أَوْ كَانَ مُذْنِبًا فَتَابَ مِنْ ذَنْبِهِ.

4- Bahwa orang yang memiliki tiga sifat ini lebih baik daripada orang yang tidak memilikinya, meskipun orang yang memilikinya adalah seorang kafir yang kemudian masuk Islam atau seorang pendosa yang bertaubat dari dosanya.

٥- مَشْرُوعِيَّةُ بُغْضِ الْكُفْرِ وَالْكَافِرِينَ؛ لِأَنَّ مَنْ أَبْغَضَ شَيْئًا أَبْغَضَ مَنِ اتَّصَفَ بِهِ.

5- Disyariatkannya membenci kekufuran dan orang-orang kafir; karena siapa yang membenci sesuatu, ia akan membenci orang yang memiliki sifat tersebut.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ قَالَ: "مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ، وَأَبْغَضَ فِي اللهِ، وَوَالَى فِي اللهِ، وَعَادَى فِي اللهِ، فَإِنَّمَا تُنَالُ وَلَايَةُ اللهِ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ عَبْدٌ طَعْمَ الإِيمَانِ وَإِنْ كَثُرَتْ صَلَاتُهُ وَصَوْمُهُ حَتَّى يَكُونَ كَذَلِكَ، وَقَدْ صَارَتْ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لَا يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا" (١) رَوَاهُ بْنُ جَرِيرٍ.

Dari Ibnu Abbas ﵄ berkata: "Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, setia karena Allah, dan memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya wali Allah hanya bisa diraih dengan itu. Seorang hamba tidak akan merasakan manisnya iman meskipun banyak shalat dan puasanya hingga ia melakukan hal tersebut. Sungguh persaudaraan manusia telah menjadi umumnya karena urusan dunia, dan itu tidak bermanfaat bagi mereka sedikitpun." (1) Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ﴾ [البقرة: ١٦٦] قَالَ: المَوَدَّةُ (٢) .

Ibnu Abbas berkata tentang firman Allah Ta'ala: ﴿وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ﴾ [Al-Baqarah: 166], ia berkata: "(Maksudnya adalah) kasih sayang." (2)

ــ

ــ

مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ: أَيْ: أَحَبَّ المُؤْمِنِينَ مِنْ أَجْلِ إِيمَانِهِمْ بِاللهِ.

Mencintai karena Allah: yaitu mencintai orang-orang beriman karena keimanan mereka kepada Allah.

وَوَالَى فِي اللهِ: أَيْ: وَالَى المُؤْمِنِينَ بِنَصْرَتِهِمْ وَاحْتِرَامِهِمْ وَإِكْرَامِهِمْ.

Setia karena Allah: yaitu setia kepada orang-orang beriman dengan menolong, menghormati, dan memuliakan mereka.

وَأَبْغَضَ فِي اللهِ: أَيْ: أَبْغَضَ الكُفَّارَ وَالفَاسِقِينَ لِمُخَالَفَتِهِمْ لِرَبِّهِمْ.

Membenci karena Allah: yaitu membenci orang-orang kafir dan fasik karena mereka menentang Tuhan mereka.

وَعَادَى فِي اللهِ: أَيْ: أَظْهَرَ العَدَاوَةَ لِلْكُفَّارِ بِالفِعْلِ كَجِهَادِهِمْ وَالبَرَاءَةِ مِنْهُمْ.

Memusuhi karena Allah: yaitu menampakkan permusuhan terhadap orang-orang kafir dengan tindakan seperti memerangi mereka dan berlepas diri dari mereka.

وَلَايَةُ اللهِ: بِفَتْحِ الوَاوِ تَوَلِّيهِ لِعَبْدِهِ بِالنَّصْرَةِ وَالمَحَبَّةِ.

Wali Allah: dengan fathah pada huruf waw, maksudnya adalah Allah menjadikannya sebagai wali (pelindung) bagi hamba-Nya dengan pertolongan dan kecintaan.

طَعْمُ الإِيمَانِ: ذَوْقُ الإِيمَانِ وَلَذَّتُهُ وَالفَرَحُ بِهِ.

Rasa iman: merasakan iman, kelezatannya, dan kegembiraan dengannya.

مُؤَاخَاةُ النَّاسِ: تَآخِيهِمْ وَمَحَبَّةُ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ.

Persaudaraan manusia: persaudaraan mereka dan kecintaan sebagian mereka kepada sebagian yang lain.

عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا: أَيْ: لِأَجْلِ الدُّنْيَا فَأَحَبُّوهَا وَأَحَبُّوا لِأَجْلِهَا.

Karena urusan dunia: yaitu: demi dunia maka mereka mencintainya dan mencintai karenanya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ الْمُبَارَكِ فِي الزُّهْدِ "رَقْمُ ٣٥٣".
(1) Dikeluarkan oleh Ibnu Al-Mubarak dalam Az-Zuhd "nomor 353".
(٢) أَخْرَجَهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "٢/٢٧٢" وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.
(2) Dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "2/272", dia menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

وَذَلِكَ: أَيْ: الْمُؤَاخَاةُ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا.

Yaitu: Persaudaraan dalam urusan dunia.

لَا يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا: لَا يَنْفَعُهُمْ أَصْلًا بَلْ يَضُرُّهُمْ.

Tidak bermanfaat bagi mereka sedikit pun: Tidak bermanfaat bagi mereka sama sekali, bahkan merugikan mereka.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَحْصُرُ ابْنُ عَبَّاسٍ ﵄ الْأَسْبَابَ الَّتِي تُوجِبُ مَحَبَّةَ اللهِ لِعَبْدِهِ وَنَصْرَتَهُ لَهُ فِي مَحَبَّةِ أَوْلِيَاءِ اللهِ، وَبُغْضِ أَعْدَائِهِ، وَإِظْهَارِ هَذِهِ الْمَحَبَّةِ وَهَذِهِ الْعَدَاوَةِ عَلَانِيَةً بِمُنَاصَرَةِ الْمُؤْمِنِينَ وَمُقَاطَعَةِ الْمُجْرِمِينَ وَجِهَادِهِمْ. وَيَذْكُرُ أَنَّهُ لَنْ يَذُوقَ الْإِيمَانَ وَيَتَلَذَّذَ بِطَعْمِهِ مَنْ لَا يَتَّصِفُ بِذَلِكَ وَإِنْ كَثُرَتْ عِبَادَتُهُ. ثُمَّ يَذْكُرُ ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ هَذِهِ الْقَضِيَّةَ قَدِ انْعَكَسَتْ فِي وَقْتِهِ فَصَارَ النَّاسُ يَتَحَابُّونَ وَيُبَاغِضُونَ مِنْ أَجْلِ الدُّنْيَا، وَهَذَا لَا يَنْفَعُهُمْ بَلْ يَضُرُّهُمْ. ثُمَّ فَسَّرَ هَذِهِ الْآيَةَ الْكَرِيمَةَ. ﴿وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ﴾ بِأَنَّ الْمُرَادَ بِهَا أَنَّ الْمَحَبَّةَ الَّتِي كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا تَقَطَّعَتْ بِهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَخَانَتْهُمْ أَحْوَجَ مَا كَانُوا إِلَيْهَا، وَتَبَرَّأَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ، لَمَّا كَانَتْ هَذِهِ الْمَحَبَّةُ فِي غَيْرِ اللهِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Ibnu Abbas ﵄ membatasi sebab-sebab yang mewajibkan cinta Allah kepada hamba-Nya dan pertolongan-Nya kepadanya dalam mencintai para wali Allah, membenci musuh-musuh-Nya, dan menampakkan kecintaan dan permusuhan ini secara terang-terangan dengan menolong orang-orang beriman dan memboikot serta memerangi para penjahat. Beliau menyebutkan bahwa tidak akan merasakan iman dan menikmati rasanya orang yang tidak bersifat demikian meskipun banyak ibadahnya. Kemudian Ibnu Abbas menyebutkan bahwa perkara ini telah terbalik pada masanya, sehingga manusia saling mencintai dan membenci karena dunia, dan ini tidak bermanfaat bagi mereka bahkan membahayakan mereka. Kemudian beliau menafsirkan ayat yang mulia ini: ﴿وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ﴾ bahwa yang dimaksud dengannya adalah kecintaan yang ada di antara mereka di dunia terputus dari mereka pada hari kiamat dan mengkhianati mereka di saat mereka paling membutuhkannya, dan sebagian mereka berlepas diri dari sebagian yang lain, karena kecintaan ini bukan karena Allah.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ أَنَّ حُصُولَ مَحَبَّةِ اللهِ لِعَبْدِهِ وَنُصْرَتِهِ لَهُ مَشْرُوطٌ بِأَمْرَيْنِ:

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bahwa memperoleh mahabbah Allah kepada hamba-Nya dan pertolongan-Nya kepadanya disyaratkan dengan dua perkara:

أَحَدُهُمَا: مَحَبَّةُ أَوْلِيَاءِ اللهِ وَبُغْضُ أَعْدَائِهِ بِالْقَلْبِ.

Pertama: Mencintai para wali Allah dan membenci musuh-musuh-Nya dengan hati.

ثَانِيهُمَا: إِظْهَارُ مَحَبَّةِ أَوْلِيَاءِ اللهِ وَبُغْضِ أَعْدَائِهِ بِالْفِعْلِ مِنْ مُنَاصَرَةِ أَوْلِيَائِهِ وَجِهَادِ أَعْدَائِهِ.

Kedua: Menampakkan kecintaan kepada para wali Allah dan kebencian kepada musuh-musuh-Nya dengan perbuatan berupa menolong para wali-Nya dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- بَيَانُ الأَسْبَابِ الَّتِي تُنَالُ بِهَا مَحَبَّةُ اللهِ لِعَبْدِهِ وَنُصْرَتُهُ لِعَبْدِهِ.

1- Penjelasan sebab-sebab yang dengannya diperoleh mahabbah Allah kepada hamba-Nya dan pertolongan-Nya kepada hamba-Nya.

٢- وَصْفُ اللهِ بِالْمَحَبَّةِ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

2- Menyifati Allah dengan mahabbah sesuai dengan keagungan-Nya.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ وَفَضِيلَةُ الْحُبِّ فِي اللهِ وَالْبُغْضِ فِي اللهِ، وَأَنَّهُ لَا يُغْنِي عَنْهُمَا كَثْرَةُ الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

3- Disyariatkan dan keutamaan cinta karena Allah dan benci karena Allah, dan bahwa banyaknya amal saleh tidak dapat menggantikan keduanya.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ مُنَاصَرَةِ الْمُؤْمِنِينَ وَإِعَانَتِهِمْ، وَبُغْضِ الْكَافِرِينَ وَجِهَادِهِمْ.

4- Disyariatkannya menolong dan membantu orang-orang mukmin, serta membenci orang-orang kafir dan berjihad melawan mereka.

٥- بَيَانُ ثَمَرَةِ الْحُبِّ فِي اللهِ وَالْبُغْضِ فِي اللهِ مِنْ ذَوْقِ طَعْمِ الْإِيمَانِ وَالتَّلَذُّذِ بِهِ.

5- Penjelasan tentang buah dari mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, yaitu merasakan lezatnya iman dan menikmatinya.

٦- ذَمُّ الْحُبِّ وَالْبُغْضِ مِنْ أَجْلِ الدُّنْيَا وَبَيَانُ سُوءِ عَاقِبَتِهِ.

6- Celaan terhadap cinta dan benci karena dunia, serta penjelasan tentang buruknya akibat hal tersebut.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾ [آلِ عِمْرَانَ: ١٧٥] .

Bab firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." [Ali 'Imran: 175].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ الخَوْفُ مِنْ أَجْمَعِ أَنْوَاعِ العِبَادَةِ الَّتِي يَجِبُ إِخْلَاصُهَا لِلهِ تَعَالَى، نَبَّهَ المُصَنِّفُ بِهَذَا البَابِ عَلَى وُجُوبِ إِخْلَاصِهِ لِلهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Karena rasa takut termasuk jenis ibadah yang paling lengkap yang wajib diikhlaskan kepada Allah Ta'ala, penulis mengingatkan dengan bab ini tentang kewajiban mengikhlaskannya kepada Allah.

إِنَّمَا: أَدَاةُ حَصْرٍ.

Innama: kata pembatasan.

الشَّيْطَانُ: عَلَمٌ عَلَى إِبْلِيسَ اللَّعِينِ.

Asy-Syaitan: nama untuk Iblis yang terlaknat.

يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ: أَيْ: يُخَوِّفُكُمْ بِأَوْلِيَائِهِ وَيُوهِمُكُمْ أَنَّهُمْ ذَوُو بَأْسٍ شَدِيدٍ.

Yukhawwifu auliya'ahu: yaitu: menakut-nakuti kalian dengan para pengikutnya dan membuat kalian mengira bahwa mereka memiliki kekuatan yang hebat.

فَلَا تَخَافُوهُمْ: أَيْ: لَا تَخَافُوا أَوْلِيَاءَهُ الَّذِينَ خَوَّفَكُمْ إِيَّاهُمْ.

Fala takhafuhum: yaitu: janganlah takut kepada para pengikutnya yang dia gunakan untuk menakut-nakuti kalian.

وَخَافُونِ: فَلَا تُخَالِفُوا أَمْرِي.

Wa khafuni: maka janganlah menyelisihi perintah-Ku.

إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ: لِأَنَّ الإِيمَانَ يَقْتَضِي أَنْ تُؤْثِرُوا خَوْفَ اللهِ عَلَى خَوْفِ النَّاسِ.

In kuntum mu'minin: karena iman menuntut agar kalian lebih mengutamakan rasa takut kepada Allah daripada takut kepada manusia.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّ مِنْ كَيْدِ عَدُوِّ اللهِ أَنَّهُ يُخَوِّفُ المُؤْمِنِينَ مِنْ جُنْدِهِ وَأَوْلِيَائِهِ؛ لِئَلَّا يُجَاهِدُوهُمْ وَلَا يَأْمُرُوهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا يَنْهَوْهُمْ عَنْ مُنْكَرٍ. وَنَهَانَا أَنْ نَخَافَهُمْ، وَأَمَرَنَا أَنْ نَخَافَهُ وَحْدَهُ؛ لِأَنَّ هَذَا هُوَ مُقْتَضَى الإِيمَانِ، فَكُلَّمَا قَوِيَ إِيمَانُ العَبْدِ زَالَ خَوْفُ أَوْلِيَاءِ الشَّيْطَانِ

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahukan bahwa di antara tipu daya musuh Allah adalah dia menakut-nakuti orang-orang mukmin dengan tentara dan para walinya; agar mereka tidak berjihad melawan mereka, tidak memerintahkan mereka kepada yang ma'ruf, dan tidak melarang mereka dari yang mungkar. Dan Dia melarang kita untuk takut kepada mereka, dan memerintahkan kita untuk hanya takut kepada-Nya; karena ini adalah konsekuensi dari iman, semakin kuat iman seorang hamba maka hilang rasa takut kepada para wali setan.

مِنْ قَلْبِهِ، وَكُلَّمَا ضَعُفَ إِيمَانُهُ قَوِيَ خَوْفُهُ مِنْهُمْ.

Dari hatinya, dan setiap kali imannya melemah, semakin kuat rasa takutnya kepada mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- أَنَّ الْخَوْفَ عِبَادَةٌ يَجِبُ إِخْلَاصُهُ لِلَّهِ.

1- Bahwa rasa takut adalah ibadah yang wajib diikhlaskan hanya untuk Allah.

٢- أَنَّ صَرْفَ الْخَوْفِ لِغَيْرِ اللَّهِ شِرْكٌ كَأَنْ يَخَافَ مِنْ غَيْرِ اللَّهِ مِنْ وَثَنٍ أَوْ طَاغُوتٍ أَنْ يُصِيبَهُ بِمَا يَكْرَهُ.

2- Bahwa memalingkan rasa takut kepada selain Allah adalah syirik, seperti takut kepada selain Allah, berhala, atau thaghut, yang dapat menimpakan sesuatu yang dibenci.

٣- التَّحْذِيرُ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ.

3- Peringatan akan tipu daya setan.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللهِ﴾ الآيَةُ.

Dan firman-Nya: "Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah," tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah." Ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿وَلَئِن جَاءَ نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ﴾ [العنكبوت: ١٠] .

Sempurnanya ayat: "Dan sungguh, jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu." Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua makhluk?" [Al-'Ankabut: 10].

وَمِنَ النَّاسِ: أَيْ: بَعْضُ النَّاسِ.

Dan di antara manusia: yaitu: sebagian manusia.

مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللهِ: أَيْ: يَدَّعِي الإِيمَانَ بِلِسَانِهِ.

Orang yang berkata kami beriman kepada Allah: yaitu: mengaku beriman dengan lisannya.

أُوذِيَ فِي اللهِ: أَيْ: لِأَجْلِ اللهِ جَلَّ وَعَلَا.

Disakiti karena Allah: yaitu: karena Allah Jalla wa 'Ala.

فِتْنَةَ النَّاسِ: أَذَاهُمْ وَنَيْلَهُمْ إِيَّاهُ بِالْمَكْرُوهِ.

Fitnah manusia: gangguan mereka dan menimpakan hal yang tidak disukai kepadanya.

كَعَذَابِ اللهِ: أَيْ: جَعَلَ أَذَى النَّاسِ الَّذِي يَنَالُهُ بِسَبَبِ تَمَسُّكِهِ بِدِينِهِ، كَعَذَابِ اللهِ الَّذِي يَنَالُهُ عَلَى ارْتِدَادِهِ عَن دِينِهِ، فَفَرَّ مِنْ أَلَمِ أَذَى النَّاسِ إِلَى أَلَمِ عَذَابِ اللهِ فَارْتَدَّ عَن دِينِهِ.

Seperti azab Allah: yaitu: menjadikan gangguan manusia yang menimpanya karena berpegang teguh pada agamanya, seperti azab Allah yang menimpanya karena murtad dari agamanya, maka dia lari dari rasa sakit gangguan manusia kepada rasa sakit azab Allah lalu murtad dari agamanya.

نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ: فَتْحٌ وَغَنِيمَةٌ.

Pertolongan dari Tuhanmu: kemenangan dan ghanimah.

إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ: فِي الدِّينِ فَأَشْرِكُونَا فِي الْغَنِيمَةِ.

Sesungguhnya kami bersama kalian: dalam agama maka ikutsertakanlah kami dalam ghanimah.

بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ: بِمَا فِي قُلُوبِهِم مِّنَ الْإِيمَانِ وَالنِّفَاقِ.

Dengan apa yang ada di dalam dada semua makhluk: dengan apa yang ada di dalam hati mereka berupa iman dan kemunafikan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَنِ الدَّاخِلِ فِي الْإِيمَانِ بِلَا بَصِيرَةٍ أَنَّهُ إِذَا أَصَابَتْهُ مِحْنَةٌ وَأَذًى مِنَ الْكُفَّارِ جَعَلَ هَذَا الْأَذَى –الَّذِي لَا بُدَّ أَن يَنَالَ الرُّسُلَ وَأَتْبَاعَهُمْ مِمَّنْ خَالَفَهُمْ- جَعَلَ ذَلِكَ فِي فِرَارِهِ مِنْهُ وَتَرْكِهِ السَّبَبَ الَّذِي نَالَهُ مِنْ أَجْلِهِ كَعَذَابِ اللهِ الَّذِي فَرَّ مِنْهُ الْمُؤْمِنُونَ، فَفَرَّ مِنْ أَلَمِ عَذَابِ أَعْدَاءِ اللهِ فِي تَرْكِهِ دِينَهُ إِلَى عَذَابِ اللهِ، فَاسْتَجَارَ مِنَ الرَّمْضَاءِ بِالنَّارِ. وَإِذَا نَصَرَ اللهُ جُنْدَهُ وَأَوْلِيَاءَهُ قَالَ: إِنِّي كُنتُ مَعَكُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِمَا

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengabarkan tentang orang yang masuk Islam tanpa bashirah (ilmu dan pemahaman), bahwa jika ia tertimpa ujian dan gangguan dari orang-orang kafir, ia menjadikan gangguan ini -yang pasti menimpa para rasul dan pengikut mereka dari orang-orang yang menentang mereka- menjadikan hal itu dalam pelariannya darinya dan meninggalkan sebab yang membuatnya mendapatkannya seperti azab Allah yang darinya orang-orang beriman lari, maka ia lari dari rasa sakit siksaan musuh-musuh Allah dalam meninggalkan agamanya kepada azab Allah, maka ia berlindung dari terik matahari dengan api neraka. Dan jika Allah menolong tentara-Nya dan para wali-Nya, ia berkata: Sesungguhnya aku bersama kalian. Dan Allah Maha Mengetahui dengan apa yang

انْطَوَى عَلَيْهِ صَدْرُهُ مِنَ النِّفَاقِ.

Apa yang tersembunyi dalam hatinya dari kemunafikan.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا أَفَادَتْ أَنَّ الْخَوْفَ مِنَ النَّاسِ أَنْ يَنَالُوهُ بِمَا يَكْرَهُ بِسَبَبِ الْإِيمَانِ بِاللهِ مِنْ جُمْلَةِ الْخَوْفِ مِنْ غَيْرِ اللهِ الْمُسْتَلْزِمِ لِضَعْفِ الْإِيمَانِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat ini menunjukkan bahwa takut kepada manusia yang akan menyakitinya karena beriman kepada Allah termasuk takut kepada selain Allah yang mengharuskan lemahnya iman.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ الْخَوْفَ مِنْ أَذَى النَّاسِ بِسَبَبِ الْإِيمَانِ خَوْفٌ مِنْ غَيْرِ اللهِ.

1- Bahwa takut terhadap gangguan manusia karena iman adalah takut kepada selain Allah.

٢- وُجُوبُ الصَّبْرِ عَلَى الْأَذَى فِي سَبِيلِ اللهِ.

2- Kewajiban bersabar atas gangguan di jalan Allah.

٣- دَنَاءَةُ هِمَّةِ الْمُنَافِقِينَ.

3- Rendahnya cita-cita orang munafik.

٤- إِثْبَاتُ عِلْمِ اللهِ تَعَالَى.

4- Penetapan ilmu Allah Ta'ala.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ﴾ الآيَةُ.

Dan firman-Nya: "Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿فَعَسَى أُوْلَئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ﴾ [التوبة: ١٨] .

Sempurnanya ayat: "Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk" [At-Taubah: 18].

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ: أَيْ: إِنَّمَا تَسْتَقِيمُ عِمَارَتُهَا بِالْعِبَادَةِ وَالطَّاعَةِ.

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah: Yakni: Sesungguhnya pemakmurkannya hanya lurus dengan ibadah dan ketaatan.

مَنْ آمَنَ بِاللهِ ... إِلَخْ: أَيِ: الْجَامِعِينَ لِلْكَمَالاَتِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْعَمَلِيَّةِ.

Orang yang beriman kepada Allah ... dst: Yaitu: Orang-orang yang mengumpulkan kesempurnaan ilmu dan amal.

وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ: الْخَشْيَةُ هِيَ: الْمَخَافَةُ وَالْهَيْبَةُ، وَالْمُرَادُ بِالْخَشْيَةِ هُنَا: أَيْ خَشْيَةُ التَّعْظِيمِ وَالْعِبَادَةِ وَالطَّاعَةِ. أَمَّا الْخَشْيَةُ الْجِبَلِّيَّةُ كَخَشْيَةِ الْمَحَاذِيرِ الدُّنْيَوِيَّةِ فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ يَسْلَمُ مِنْهَا. وَيَنْبَغِي أَنْ يُخْشَى فِي ذَلِكَ كُلِّهِ قَضَاءُ اللهِ وَتَصْرِيفُهُ.

Dan tidak takut kecuali kepada Allah: Khasyah adalah: Ketakutan dan kewibawaan, dan yang dimaksud dengan khasyah di sini adalah: Yaitu khasyah pengagungan, ibadah, dan ketaatan. Adapun khasyah alami seperti takut pada hal-hal yang membahayakan duniawi, maka hampir tidak ada seorang pun yang selamat darinya. Dan seharusnya ditakuti dalam semua itu ketetapan Allah dan pengelolaan-Nya.

فَعَسَى أُولَئِكَ: الْمُتَّصِفُونَ بِهَذِهِ الصِّفَاتِ.

Maka mudah-mudahan mereka: Orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini.

أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ: أَيْ: أُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ. وَكُلُّ "عَسَى" مِنَ اللهِ فَهِيَ وَاجِبَةٌ.

Bahwa mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk: yaitu mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan setiap kata "'asā" (semoga) dari Allah adalah wajib.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: لَمَّا نَفَى تَعَالَى عِمَارَةَ الْمَسَاجِدِ الْمَعْنَوِيَّةَ بِالْعِبَادَةِ عَنِ الْمُشْرِكِينَ فِي الْآيَةِ الَّتِي قَبْلَهَا، أَثْبَتَ فِي الْآيَةِ عِمَارَتَهَا بِالْعِبَادَةِ لِلْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ آمَنُوا بِقُلُوبِهِمْ، وَعَمِلُوا بِجَوَارِحِهِمْ، وَدَاوَمُوا عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ بِأَرْكَانِهَا وَوَاجِبَاتِهَا وَسُنَنِهَا، وَأَعْطَوُا الزَّكَاةَ مُسْتَحِقِّيهَا، وَأَخْلَصُوا لِلَّهِ الْخَشْيَةَ وَهِيَ الْمَخَافَةُ وَالْهَيْبَةُ.

Makna keseluruhan ayat: Ketika Allah Ta'ala menafikan pemakmurkan masjid secara maknawi dengan ibadah dari orang-orang musyrik pada ayat sebelumnya, Dia menetapkan pada ayat ini pemakmurkannya dengan ibadah bagi orang-orang mukmin yang beriman dengan hati mereka, beramal dengan anggota tubuh mereka, senantiasa mendirikan shalat dengan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan sunnah-sunnahnya, memberikan zakat kepada yang berhak menerimanya, dan mengikhlaskan rasa takut kepada Allah yaitu rasa takut dan segan.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا وُجُوبَ إِخْلَاصِ الْخَشْيَةِ أَيِ الْخَوْفِ وَالْهَيْبَةِ الَّتِي هِيَ أَسَاسُ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ وَحْدَهُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat kewajiban mengikhlaskan rasa takut dan segan yang merupakan dasar ibadah hanya kepada Allah semata.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ إِخْلَاصِ الْخَشْيَةِ لِلَّهِ وَحْدَهُ.

1- Kewajiban mengikhlaskan rasa takut hanya kepada Allah semata.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ لَا يَنْفَعُ مَعَهُ عَمَلٌ.

2- Bahwa syirik tidak bermanfaat bersamanya amal perbuatan.

٣- أَنَّ عِمَارَةَ الْمَسَاجِدِ إِنَّمَا تَكُونُ بِالطَّاعَةِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ لَا بِمُجَرَّدِ الْبِنَاءِ.

3- Bahwa memakmurkan masjid itu dengan ketaatan dan amal saleh, bukan sekedar dengan pembangunan.

٤- الْحَثُّ عَلَى عِمَارَةِ الْمَسَاجِدِ حِسِّيًّا وَمَعْنَوِيًّا.

4- Dorongan untuk memakmurkan masjid secara fisik dan maknawi.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ ﵁ مَرْفُوعًا: "إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيَقِينِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ، وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ. إِنَّ رِزْقَ اللهِ لَا يَجُرُّهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كَرَاهِيَةُ كَارِهٍ" (١) .

Dari Abu Sa'id ﵁ secara marfu': "Sesungguhnya di antara tanda lemahnya keyakinan adalah engkau menyenangkan manusia dengan kemurkaan Allah, engkau memuji mereka atas rezeki Allah, dan engkau mencela mereka atas apa yang tidak Allah berikan kepadamu. Sesungguhnya rezeki Allah tidak dapat ditarik oleh kerakusan orang yang rakus, dan tidak dapat ditolak oleh kebencian orang yang benci." (1)

ــ

ــ

ضَعْفُ: بِضَمِّ الصَّادِ وَفَتْحِهَا ضِدُّ الْقُوَّةِ وَالصِّحَّةِ.

Dha'f: dengan dhammah pada huruf shad dan fathah, lawan dari kekuatan dan kesehatan.

الْيَقِينُ: ضِدُّ الشَّكِّ هُوَ: كَمَالُ الْإِيمَانِ.

Al-Yaqin: lawan dari keraguan, ia adalah kesempurnaan iman.

تُرْضِي النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ: أَيْ: تُؤْثِرُ رِضَاهُمْ عَلَى رِضَا اللهِ.

Menyenangkan manusia dengan kemurkaan Allah: yaitu: engkau lebih mengutamakan keridaan mereka daripada keridaan Allah.

وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ: أَيْ: تَشْكُرَهُمْ وَتُثْنِيَ عَلَيْهِمْ.

Dan engkau memuji mereka: yaitu: engkau berterima kasih kepada mereka dan menyanjung mereka.

عَلَى رِزْقِ اللهِ: أَيْ: مَا وَصَلَ مِنْهُ إِلَيْكَ عَلَى أَيْدِيهِمْ بِأَنْ تُضِيفَهُ إِلَيْهِمْ وَتَنْسَى الْمُنْعِمَ الْمُتَفَضِّلَ.

Atas rezeki Allah: yaitu: apa yang sampai darinya kepadamu melalui tangan mereka dengan engkau menyandarkannya kepada mereka dan melupakan Sang Pemberi nikmat lagi Maha Pemurah.

وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ: أَيْ: إِذَا طَلَبْتَهُمْ شَيْئًا فَمَنَعُوكَ ذَمَمْتَهُمْ عَلَى ذَلِكَ.

Dan engkau mencela mereka atas apa yang tidak Allah berikan kepadamu: yaitu: jika engkau meminta sesuatu kepada mereka lalu mereka tidak memberikannya, engkau mencela mereka atas hal itu.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيّ لِلْحَدِيثِ: يُبَيِّنُ –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ عَلَيْهِ الْمُسْلِمُ، مِنْ قُوَّةِ الثِّقَةِ بِاللهِ، وَالتَّوَكُّلِ عَلَيْهِ، وَاعْتِقَادِ أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ بِتَدْبِيرِهِ وَمَشِيئَتِهِ، وَمِنْ ذَلِكَ الْأَسْبَابُ إِذَا شَاءَ اللهُ رَتَّبَ عَلَيْهَا نَتَائِجَهَا

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad –ﷺ menjelaskan dalam hadits ini apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim, yaitu kekuatan kepercayaan kepada Allah, tawakkal kepada-Nya, dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi dengan pengaturan dan kehendak-Nya, termasuk sebab-sebab yang jika Allah menghendaki, Dia akan menentukan hasilnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ "٥/١٠٦"، "١٠/٤١". وَالْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيمَانِ "رَقْمُ ٢٠٣".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah "5/106", "10/41". Dan Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman "nomor 203".
وَأَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ. انْظُرْ مُعْجَمَهُ الْكَبِيرَ "١٠/٢١٥ –٢١٦ رَقْمُ ١٠٥١٤". وَقَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٤/٧١": فِيهِ خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْعُمَرِيُّ وَاتُّهِمَ بِالْوَضْعِ.
Dan diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari hadits Abdullah bin Mas'ud dari Nabi –ﷺ. Lihat Mu'jam Al-Kabir-nya "10/215-216 nomor 10514". Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "4/71": Di dalamnya terdapat Khalid bin Yazid Al-'Umari yang dituduh melakukan pemalsuan hadits.

فَأَدَّتِ الْمَطْلُوبَ بِهَا، وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهَا مِنْ أَدَاءِ نَتَائِجِهَا –وَكُلُّ ذَلِكَ رَاجِعٌ إِلَى اللهِ فَهُوَ الْمَحْمُودُ عَلَى السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالشِّدَّةِ وَالرَّخَاءِ- وَهَذَا هُوَ كَمَالُ الْيَقِينِ، وَأَمَّا مَنْ تَعَلَّقَ قَلْبُهُ بِالنَّاسِ وَمَالَ مَعَ الْأَسْبَابِ فَإِنْ نَالَ شَيْئًا مِنَ الْخَيْرِ عَلَى أَيْدِي النَّاسِ مَدَحَهُمْ. وَإِنْ لَمْ يَنَلْ مُرَادَهُ ذَمَّهُمْ وَلَامَهُمْ فَهَذَا قَدْ ضَعُفَ يَقِينُهُ وَاخْتَلَّ تَوَكُّلُهُ عَلَى اللهِ. ثُمَّ خَتَمَ –ﷺ الْحَدِيثَ بِمَا يُؤَكِّدُ وَيُوَضِّحُ مَا قَرَّرَهُ فِي أَوَّلِهِ بِأَنَّ الْعَطَاءَ وَالْمَنْعَ يَجْرِيَانِ بِأَمْرِ اللهِ وَحَسَبَ حِكْمَتِهِ وَلَا يَرْجِعَانِ إِلَى حِرْصِ الْعَبْدِ أَوْ كَرَاهِتِهِ.

Maka ia telah melakukan apa yang dituntut darinya, dan jika Allah menghendaki, Dia mencegahnya dari memberikan hasilnya - dan semua itu kembali kepada Allah, karena Dia-lah yang terpuji atas kesenangan, kesusahan, kesulitan, dan kemudahan - dan inilah kesempurnaan keyakinan. Adapun orang yang hatinya terikat pada manusia dan condong pada sebab-sebab, jika ia memperoleh kebaikan dari tangan manusia, ia akan memuji mereka. Namun jika ia tidak memperoleh yang ia inginkan, ia akan mencela dan menyalahkan mereka, maka keyakinannya telah melemah dan tawakalnya kepada Allah menjadi rusak. Kemudian Nabi ﷺ menutup hadits dengan apa yang menegaskan dan menjelaskan apa yang telah ditetapkan di awalnya, bahwa pemberian dan penolakan terjadi atas perintah Allah dan sesuai dengan hikmah-Nya, dan tidak kembali pada keinginan atau kebencian hamba.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ وُجُوبَ تَعَلُّقِ الْقَلْبِ بِاللهِ فِي جَلْبِ النَّفْعِ، وَدَفْعِ الضُّرِّ، وَخَوْفِهِ وَخَشْيَتِهِ وَحْدَهُ، وَعَدَمِ الِالْتِفَاتِ إِلَى الْخَلْقِ بِمَدْحٍ أَوْ ذَمٍّ عَلَى مَا يَحْصُلُ مِنَ الْإِعْطَاءِ وَالْمَنْعِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat kewajiban untuk mengikatkan hati kepada Allah dalam mendatangkan manfaat, menolak bahaya, takut dan khawatir hanya kepada-Nya, dan tidak memperhatikan makhluk dengan pujian atau celaan atas apa yang terjadi dari pemberian dan penolakan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَخَشْيَتِهِ وَطَلَبِ الرِّزْقِ مِنْهُ.

1- Kewajiban bertawakal kepada Allah, takut kepada-Nya, dan meminta rezeki dari-Nya.

٢- إِثْبَاتُ الْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ.

2- Menetapkan qadha' dan qadar.

٣- عَدَمُ الِاعْتِمَادِ عَلَى الْأَسْبَابِ.

3- Tidak mengandalkan sebab-sebab.

٤- تَقْدِيمُ رِضَا اللهِ عَلَى رِضَا الْمَخْلُوقِ.

4- Mendahulukan ridha Allah di atas ridha makhluk.

* * *

* * *

وَعَنْ عَائِشَةَ ﵂ -أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسُخْطِ النَّاسِ ﵁ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسُ. وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَى النَّاسِ بِسُخْطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ" (١) رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ.

Dari Aisyah ﵂ - bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia ﵁, maka Allah akan meridhainya dan manusia pun akan meridhainya. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan murka kepadanya dan manusia pun akan murka kepadanya." (1) Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya.

ــ

ــ

الْتَمَسَ: طَلَبَ.

Iltamasa: mencari.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُبَيِّنُ –ﷺ الطَّرِيقَ الَّذِي يَحْصُلُ بِهِ رِضَا اللهِ، وَرِضَا النَّاسِ، وَالطَّرِيقَ الَّذِي يَحْصُلُ بِهِ سُخْطُ اللهِ، وَسُخْطُ النَّاسِ. وَذَلِكَ أَنَّ النَّاسَ لِقُصُورِ مَعْرِفَتِهِمْ بِالْعَوَاقِبِ وَغَلَبَةِ الْمُؤَثِّرَاتِ عَلَيْهِمْ، قَدْ تَتَعَارَضُ رَغْبَتُهُمْ مَعَ مَا شَرَعَهُ اللهُ مِمَّا فِيهِ صَلَاحُهُمْ عَاجِلًا وَآجِلًا، وَهُنَا يَتَمَيَّزُ مَوْقِفُ الْمُؤْمِنِ الصَّحِيحِ الْإِيمَانِ مِنْ مَوْقِفٍ مُزَعْزَعِ الْإِيمَانِ. فَالْمُؤْمِنُ يُؤْثِرُ رِضَا اللهِ عَلَى رِضَا النَّاسِ، فَيَسْتَمِرُّ مَعَ شَرْعِ اللهِ لَا تَأْخُذُهُ فِي اللهِ لَوْمَةُ لَائِمٍ، فَيَتَوَلَّاهُ بِنَصْرِهِ؛ لِأَنَّهُ قَدِ اتَّقَى اللهَ ﴿وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا﴾ [الطلاق: ٢] .

Makna umum hadits: Nabi ﷺ menjelaskan jalan untuk mendapatkan ridha Allah dan ridha manusia, serta jalan yang mengundang murka Allah dan murka manusia. Hal itu karena manusia, karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang akibat dan kuatnya pengaruh pada mereka, keinginan mereka mungkin bertentangan dengan apa yang disyariatkan Allah yang di dalamnya terdapat kebaikan mereka di dunia dan akhirat. Di sinilah terlihat perbedaan sikap seorang mukmin yang benar imannya dengan sikap orang yang goyah imannya. Seorang mukmin lebih mengutamakan ridha Allah daripada ridha manusia, maka ia terus bersama syariat Allah, tidak peduli celaan orang yang mencela dalam (menaati) Allah, maka Allah akan melindunginya dengan pertolongan-Nya; karena ia telah bertakwa kepada Allah ﴿Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar﴾ [At-Talaq: 2].

وَمُزَعْزَعُ الإِيمَانِ يُؤْثِرُ رِضَا النَّاسِ عَلَى رِضَا اللهِ فَيُحَقِّقُ لَهُمْ مَطْلُوبَهُمْ وَإِنْ كَانَ مُخَالِفًا لِمَا شَرَعَهُ اللهُ، وَهَذَا فِي الحَقِيقَةِ قَدْ خَافَ النَّاسَ وَلَمْ يَخَفِ اللهَ، وَسَيَنْعَكِسُ عَلَيْهِ مُرَادُهُ فَيَنْقَلِبُ حَامِدُهُ فِي النَّاسِ ذَامًّا، وَلَنْ يُغْنُوا عَنْهُ مِنَ اللهِ شَيْئًا، فَضَرَّ نَفْسَهُ وَضَرَّ مَنْ أَرَادَ نَفْعَهُمْ بِمَعْصِيَةٍ

Dan orang yang imannya goyah lebih mengutamakan keridaan manusia daripada keridaan Allah, sehingga ia memenuhi keinginan mereka meskipun bertentangan dengan apa yang disyariatkan Allah. Sebenarnya, ia telah takut kepada manusia dan tidak takut kepada Allah. Keinginannya akan berbalik kepadanya, sehingga orang yang memujinya di antara manusia akan mencela. Mereka tidak akan dapat menolongnya sedikit pun dari Allah. Ia telah merugikan dirinya sendiri dan merugikan orang-orang yang ingin ia beri manfaat dengan kemaksiatan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ كَمَا فِي مَوَارِدِ الظَّمْآنِ بِرَقْمِ "١٥٤١، ١٥٤٢"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٤١٦".
(1) Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban sebagaimana dalam Mawarid azh-Zham'an dengan nomor "1541, 1542", dan at-Tirmidzi dengan nomor "2416".

اللهُ.

Allah.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ وُجُوبَ خَشْيَةِ اللهِ وَتَقْدِيمَ رِضَاهُ عَلَى رِضَا الْمَخْلُوقِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat kewajiban untuk takut kepada Allah dan mendahulukan keridhaan-Nya atas keridhaan makhluk.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ خَشْيَةِ اللهِ وَتَقْدِيمِ رِضَاهُ عَلَى رِضَا خَلْقِهِ.

1- Kewajiban untuk takut kepada Allah dan mendahulukan keridhaan-Nya atas keridhaan makhluk-Nya.

٢- بَيَانُ عُقُوبَةِ مَنْ آثَرَ رِضَا النَّاسِ عَلَى رِضَا اللهِ.

2- Penjelasan tentang hukuman bagi orang yang lebih mengutamakan keridhaan manusia daripada keridhaan Allah.

٣- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَالاعْتِمَادِ عَلَيْهِ.

3- Kewajiban untuk bertawakal kepada Allah dan bersandar kepada-Nya.

٤- بَيَانُ مَا فِي تَقْدِيمِ رِضَا اللهِ مِنَ الْعَوَاقِبِ الْحَمِيدَةِ وَمَا فِي تَقْدِيمِ رِضَا النَّاسِ عَلَى رِضَا اللهِ مِنَ الْعَوَاقِبِ السَّيِّئَةِ.

4- Penjelasan tentang konsekuensi terpuji dalam mendahulukan keridhaan Allah dan konsekuensi buruk dalam mendahulukan keridhaan manusia atas keridhaan Allah.

٥- أَنَّ قُلُوبَ الْعِبَادِ بِيَدِ اللهِ سُبْحَانَهُ.

5- Bahwa hati para hamba berada di tangan Allah Subhanahu.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾ [المائدة: ٢٣] .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman." [Al-Maidah: 23].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَرَادَ المُصَنِّفُ بِهَذَا البَابِ بَيَانَ أَنَّ التَّوَكُّلَ فَرِيضَةٌ يَجِبُ إِخْلَاصُهُ لِلهِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِ العِبَادَةِ وَأَعْلَى مَقَامَاتِ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Penulis ingin menjelaskan dalam bab ini bahwa tawakal adalah kewajiban yang harus diikhlaskan kepada Allah; karena ia termasuk ibadah yang paling utama dan tingkatan tauhid yang paling tinggi.

وَعَلَى اللهِ: أَيْ: لَا عَلَى غَيْرِهِ.

Dan kepada Allah: yaitu bukan kepada selain-Nya.

فَتَوَكَّلُوا: اعْتَمِدُوا عَلَيْهِ وَفَوِّضُوا أُمُورَكُمْ إِلَيْهِ.

Maka bertawakallah: Bersandarlah kepada-Nya dan serahkanlah urusan kalian kepada-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَذْكُرُ تَعَالَى أَنَّ مُوسَى ﵇ أَمَرَ قَوْمَهُ أَنْ يَدْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَهَا اللهُ لَهُمْ، وَلَا يَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ خَوْفًا مِنَ الجَبَّارِينَ، بَلْ يَمْضُوا قُدُمًا لَا يَهَابُونَهُمْ وَلَا يَخْشَوْنَهُمْ، مُتَوَكِّلِينَ عَلَى اللهِ فِي هَزِيمَتِهِمْ، مُصَدِّقِينَ بِصِحَّةِ وَعْدِهِ لَهُمْ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ.

Makna global ayat: Allah Ta'ala menyebutkan bahwa Musa ﵇ memerintahkan kaumnya untuk memasuki tanah suci yang telah Allah tetapkan bagi mereka, dan tidak berpaling ke belakang karena takut kepada para tiran, bahkan mereka harus maju tanpa gentar dan takut kepada mereka, dengan bertawakal kepada Allah dalam mengalahkan mereka, membenarkan janji-Nya kepada mereka jika mereka adalah orang-orang yang beriman.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَحْدَهُ سُبْحَانَهُ، وَأَنَّ صَرْفَ التَّوَكُّلِ لِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ؛ لِأَنَّهُ عِبَادَةٌ.

1- Wajibnya bertawakal hanya kepada Allah سبحانه وتعالى, dan bahwa menyerahkan tawakkal kepada selain Allah adalah syirik; karena tawakkal adalah ibadah.

٢- أَنَّ التَّوَكُّلَ عَلَى اللهِ شَرْطٌ فِي صِحَّةِ الْإِيمَانِ يَنْتَفِي الْإِيمَانُ عِنْدَ انْتِفَائِهِ.

2- Bahwa tawakal kepada Allah adalah syarat sahnya iman, iman menjadi tidak ada jika tawakal tidak ada.

وَقَوْلُهُ: ﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ﴾ الْآيَةُ.

Dan firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴾ [الْأَنْفَال: ٢] .

Sempurnanya ayat: "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal" [Al-Anfal: 2].

وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ: خَافَتْ مِنَ اللهِ.

Gemetarlah hati mereka: takut kepada Allah.

وَعَلَى رَبِّهِمْ: لَا عَلَى غَيْرِهِ.

Dan hanya kepada Tuhan mereka: bukan kepada selain-Nya.

يَتَوَكَّلُونَ: يُفَوِّضُونَ إِلَيْهِ أُمُورَهُمْ وَلَا يَخْشَوْنَ وَلَا يَرْجُونَ إِلَّا إِيَّاهُ.

Mereka bertawakkal: mereka menyerahkan urusan mereka kepada-Nya dan tidak takut serta tidak mengharap kecuali hanya kepada-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَصِفُ اللهُ –جَلَّ وَعَلَا- الْمُؤْمِنِينَ حَقَّ الْإِيمَانِ بِثَلَاثِ صِفَاتٍ عَظِيمَةٍ هِيَ:

Makna global ayat: Allah –Mahamulia dan Mahatinggi- mensifati orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman dengan tiga sifat yang agung, yaitu:

١- الْخَوْفُ مِنْهُ عِنْدَ ذِكْرِهِ، فَيَفْعَلُونَ أَوَامِرَهُ وَيَتْرُكُونَ زَوَاجِرَهُ.

1- Takut kepada-Nya ketika menyebut-Nya, maka mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

٢- زِيَادَةُ إِيمَانِهِمْ عِنْدَ سَمَاعِ تِلَاوَةِ كَلَامِهِ.

2- Bertambahnya iman mereka ketika mendengar bacaan kalam-Nya.

٣- وَتَفْوِيضُ الْأُمُورِ إِلَيْهِ وَالِاعْتِمَادُ عَلَيْهِ وَحْدَهُ.

3- Menyerahkan segala urusan kepada-Nya dan bersandar hanya kepada-Nya semata.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ التَّوَكُّلَ عَلَى اللهِ وَحْدَهُ مِنْ صِفَاتِ الْمُؤْمِنِينَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa tawakal kepada Allah semata adalah termasuk sifat orang-orang beriman.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- مَشْرُوعِيَّةُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَأَنَّهُ مِنْ صِفَاتِ الْمُؤْمِنِينَ.

1- Disyariatkannya bertawakkal kepada Allah dan bahwa itu merupakan sifat orang-orang yang beriman.

٢- أَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ. فَيَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ.

2- Bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

٣- أَنَّ الْإِيمَانَ بِاللهِ يَسْتَدْعِي التَّوَكُّلَ عَلَيْهِ وَحْدَهُ.

3- Bahwa iman kepada Allah menuntut untuk bertawakkal hanya kepada-Nya semata.

٤- أَنَّ مِنْ صِفَاتِ الْمُؤْمِنِينَ الْخُشُوعَ وَالذُّلَّ لِلَّهِ تَعَالَى.

4- Bahwa di antara sifat orang-orang yang beriman adalah khusyuk dan merendahkan diri kepada Allah Ta'ala.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ﴾ [الأنفال:٦٤] .

Dan firman-Nya: "Wahai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu." [Al-Anfal: 64].

وَقَوْلُهُ: ﴿وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾ [الطلاق: ٣] .

Dan firman-Nya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." [At-Talaq: 3].

ــ

ــ

حَسْبُكَ اللهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ: أَيْ: كَافِيكَ اللهُ وَحْدَهُ وَكَافِي أَتْبَاعِكَ.

Cukuplah Allah bagimu dan orang yang mengikutimu: Artinya, Allah saja sudah cukup bagimu dan bagi para pengikutmu.

فَهُوَ حَسْبُهُ: أَيْ: كَافِيهِ.

Maka Dia mencukupinya: Artinya, mencukupinya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِي لِلْآيَتَيْنِ: يُخْبِرُ اللهُ سُبْحَانَهُ نَبِيَّهُ وَأُمَّتَهُ بِأَنَّهُ هُوَ وَحْدَهُ كَافِيهِمْ، فَلَا يَحْتَاجُونَ مَعَهُ إِلَى أَحَدٍ، فَلْيَكُنْ تَوَكُّلُهُمْ وَرَغْبَتُهُمْ عَلَيْهِ وَحْدَهُ، كَمَا جَعَلَ سُبْحَانَهُ لِكُلِّ عَمَلٍ جَزَاءً، فَجَعَلَ جَزَاءَ التَّوَكُّلِ عَلَيْهِ كِفَايَتَهُ لِلْمُتَوَكِّلِ، فَإِذَا كَانَ اللهُ سُبْحَانَهُ كَافِيًا الْمُتَوَكِّلَ عَلَيْهِ وَحَسْبَهُ وَوَاقِيهِ فَلَا مَطْمَعَ فِيهِ لِعَدُوٍّ.

Makna umum dari kedua ayat tersebut: Allah Subhanahu memberitahu Nabi-Nya dan umat-Nya bahwa Dia sendiri sudah cukup bagi mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan siapa pun selain-Nya. Maka hendaklah tawakal dan keinginan mereka hanya kepada-Nya semata. Sebagaimana Allah Subhanahu menjadikan balasan untuk setiap amal, Dia menjadikan balasan tawakal kepada-Nya adalah kecukupan bagi orang yang bertawakal. Jika Allah Subhanahu telah mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, menjadi pelindung dan penjaganya, maka tidak ada celah bagi musuh untuk mengalahkannya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَتَيْنِ لِلْبَابِ: أَنَّهُمَا يَدُلَّانِ عَلَى وُجُوبِ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ؛ لِأَنَّهُ هُوَ الْكَافِي لِمَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ.

Kesesuaian kedua ayat dengan bab: Bahwa keduanya menunjukkan kewajiban bertawakal kepada Allah; karena Dialah yang mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua ayat:

١- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ.

1- Kewajiban bertawakal kepada Allah; karena itu adalah salah satu jenis ibadah terbesar.

٢- بَيَانُ فَضْلِ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَفَائِدَتِهِ، وَأَنَّهُ أَعْظَمُ الْأَسْبَابِ لِجَلْبِ النَّفْعِ وَدَفْعِ الضُّرِّ.

2- Penjelasan tentang keutamaan bertawakal kepada Allah dan manfaatnya, dan bahwa itu adalah sebab terbesar untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.

٣- أَنَّ الْجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ.

3- Bahwa balasan itu sesuai dengan jenis amal.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ قَالَ: ﴿حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ –﵇ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ.

Dari Ibnu Abbas ﵄ berkata: "﴿Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung﴾ Ibrahim –﵇ mengucapkannya ketika dilemparkan ke dalam api."

وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ ﷺ حِينَ قَالُوا لَهُ: ﴿إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ (١) [آل عمران: ١٧٣] . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَالنَّسَائِيُّ.

Dan Muhammad ﷺ mengucapkannya ketika mereka berkata kepadanya: ﴿Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.﴾ (1) [Ali 'Imran: 173]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan An-Nasa'i.

ــ

ــ

حَسْبُنَا اللهُ: أَيْ: كَافِينَا فَلَا نَتَوَكَّلُ إِلَّا عَلَيْهِ.

Cukuplah Allah bagi kami: Yakni: Dia mencukupi kami, maka kami tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya.

نِعْمَ الْوَكِيلُ: أَيِ: الْمَوْكُولُ إِلَيْهِ أُمُورُ عِبَادِهِ.

Sebaik-baik Pelindung: Yakni: Yang dipasrahi urusan hamba-hamba-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَرْوِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ –﵄ أَنَّ هَذِهِ الكَلِمَةَ العَظِيمَةَ: ﴿حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ قَالَهَا الخَلِيلَانِ إِبْرَاهِيمُ وَمُحَمَّدٌ –عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِي مَوْقِفَيْنِ حَرِجَيْنِ لَقِيَاهُمَا مِنْ قَوْمِهِمَا- وَذَلِكَ حِينَمَا دَعَا إِبْرَاهِيمُ قَوْمَهُ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ فَأَبَوْا وَكَسَّرَ أَصْنَامَهُمْ فَأَرَادُوا أَنْ يَنْتَصِرُوا لَهَا فَجَمَعُوا حَطَبًا وَأَضْرَمُوا لَهُ نَارًا وَرَمَوْهُ بِالْمَنْجَنِيقِ إِلَى وَسَطِهَا، فَقَالَ هَذِهِ الكَلِمَةَ. فَقَالَ اللهُ لِلنَّارِ: ﴿كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ﴾ [الأَنْبِيَاءُ: ٦٩] . وَحِينَمَا أَرْسَلَتْ قُرَيْشٌ إِلَى مُحَمَّدٍ –ﷺ تَتَوَعَّدُهُ وَتَقُولُ: إِنَّا قَدْ أَجْمَعْنَا السَّيْرَ إِلَيْكَ وَإِلَى أَصْحَابِكَ لِنَسْتَأْصِلَكُمْ. فَقَالَ –ﷺ عِنْدَ ذَلِكَ هَذِهِ الكَلِمَةَ العَظِيمَةَ: ﴿حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ . ﴿فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ﴾ [آلُ عِمْرَانَ: ١٧٤] .

Makna keseluruhan dari atsar: Abdullah bin Abbas –﵄ meriwayatkan bahwa kalimat agung ini: ﴿Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung﴾ diucapkan oleh dua kekasih Allah, Ibrahim dan Muhammad –ṣallallāhu 'alaihimā wa sallam dalam dua situasi sulit yang mereka hadapi dari kaum mereka- yaitu ketika Ibrahim menyeru kaumnya untuk menyembah Allah, namun mereka menolak dan ia menghancurkan berhala-berhala mereka, lalu mereka ingin membalas dendam, maka mereka mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api untuknya, lalu melemparkannya dengan manjaniq ke tengah-tengahnya, maka ia mengucapkan kalimat ini. Lalu Allah berfirman kepada api: ﴿Wahai api, jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim﴾ [Al-Anbiyā': 69]. Dan ketika Quraisy mengutus utusan kepada Muhammad –ﷺ untuk mengancamnya dan berkata: Kami telah sepakat untuk menyerang engkau dan para sahabatmu untuk memusnahkan kalian. Maka beliau –ﷺ mengucapkan kalimat agung ini: ﴿Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung﴾. ﴿Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa﴾ [Āli 'Imrān: 174].

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ أَنَّ هَذِهِ الْكَلِمَةَ الَّتِي هِيَ كَلِمَةُ التَّفْوِيضِ

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bahwa kalimat ini yang merupakan kalimat tafwidh

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٥٦٣، ٤٥٦٤".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4563, 4564".

وَالِاعْتِمَادُ عَلَى اللهِ، هِيَ الْكَلِمَةُ الَّتِي تُقَالُ عِنْدَ الْكُرُوبِ وَالشَّدَائِدِ. وَهِيَ تَدُلُّ عَلَى التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ فِي دَفْعِ كَيْدِ الْأَعْدَاءِ.

Dan bertawakkal kepada Allah, adalah kalimat yang diucapkan saat kesulitan dan kesusahan. Ini menunjukkan tawakkal kepada Allah dalam menolak tipu daya musuh.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- فَضْلُ هَذِهِ الْكَلِمَةِ، وَأَنَّهُ يَنْبَغِي أَنْ تُقَالَ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكُرُوبِ.

1- Keutamaan kalimat ini, dan bahwa ia seharusnya diucapkan saat kesulitan dan kesusahan.

٢- أَنَّ التَّوَكُّلَ مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ فِي حُصُولِ الْخَيْرِ وَدَفْعِ الشَّرِّ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

2- Bahwa tawakkal adalah salah satu sebab terbesar dalam memperoleh kebaikan dan menolak keburukan di dunia dan akhirat.

٣- أَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ.

3- Bahwa iman bertambah dan berkurang.

٤- أَنَّ مَا يَكْرَهُهُ الْإِنْسَانُ قَدْ يَكُونُ خَيْرًا لَهُ.

4- Bahwa apa yang dibenci manusia mungkin baik baginya.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ﴾ [الأعراف: ٩٩] .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." [Al-A'raf: 99].

وَقَوْلُهُ: ﴿وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ﴾ [الحِجر: ٥٦] .

Dan firman-Nya: "Dan tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." [Al-Hijr: 56].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَرَادَ المُؤَلِّفُ ﵀ بِهَذَا البَابِ أَنْ يُبَيِّنَ أَنَّ الأَمْنَ مِنْ مَكْرِ اللهِ وَالقُنُوطَ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ مِنْ أَعْظَمِ الذُّنُوبِ، وَأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا يُنَافِي كَمَالَ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّهُ يَجِبُ عَلَى المُؤْمِنِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الخَوْفِ وَالرَّجَاءِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Penulis ﵀ ingin menjelaskan dengan bab ini bahwa merasa aman dari makar Allah dan putus asa dari rahmat Allah termasuk dosa yang paling besar, dan bahwa keduanya bertentangan dengan kesempurnaan tauhid, dan bahwa seorang mukmin wajib menggabungkan antara rasa takut dan harapan.

مَكْرُ اللهِ: اسْتِدْرَاجُهُ العَبْدَ إِذَا عَصَى وَإِمْلَاؤُهُ لَهُ حَتَّى يَأْخُذَهُ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ.

Makar Allah: Membiarkan hamba ketika bermaksiat dan memberinya kesempatan hingga Dia menghukumnya dengan hukuman Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.

الخَاسِرُونَ: أَيْ: الهَالِكُونَ.

Orang-orang yang merugi: Yaitu orang-orang yang binasa.

يَقْنَطُ: القُنُوطُ: اسْتِبْعَادُ الفَرَجِ وَاليَأْسُ مِنْهُ.

Berputus asa: Putus asa adalah menganggap jauh datangnya jalan keluar dan putus harapan darinya.

الضَّالُّونَ: المُخْطِئُونَ طَرِيقَ الصَّوَابِ.

Orang-orang yang sesat: Orang-orang yang salah jalan yang benar.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَتَيْنِ: يَذْكُرُ اللهُ سُبْحَانَهُ حَالَ أَهْلِ الْقُرَى الْمُكَذِّبِينَ لِلرُّسُلِ، أَنَّ الَّذِي حَمَلَهُمْ عَلَى تَكْذِيبِهِمْ هُوَ الْأَمْنُ مِنِ اسْتِدْرَاجِ اللهِ لَهُمْ، وَعَدَمُ الْخَوْفِ مِنْهُ، فَتَمَادَوْا فِي الْمَعَاصِي وَالْمُخَالَفَاتِ، وَاسْتَبْعَدُوا الِاسْتِدْرَاجَ مِنَ اللهِ، وَهَذِهِ حَالُ الْهَالِكِينَ.

Makna keseluruhan dari dua ayat tersebut: Allah Subhanahu menyebutkan keadaan penduduk desa-desa yang mendustakan para rasul, bahwa yang mendorong mereka untuk mendustakan adalah rasa aman dari istidraj (hukuman yang ditangguhkan) Allah terhadap mereka, dan tidak adanya rasa takut kepada-Nya. Maka mereka terus-menerus melakukan kemaksiatan dan pelanggaran, dan mereka menganggap jauh kemungkinan adanya istidraj dari Allah, dan ini adalah keadaan orang-orang yang binasa.

وَفِي الْآيَةِ الثَّانِيَةِ يَحْكِي اللهُ عَنْ خَلِيلِهِ إِبْرَاهِيمَ –﵇ أَنَّهُ لَمَّا بَشَّرَتْهُ الْمَلَائِكَةُ بِوَلَدِهِ إِسْحَاقَ –﵇ اسْتَبْعَدَ ذَلِكَ عَلَى كِبَرِ سِنِّهِ، فَقَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: ﴿فَلَا تَكُن مِّنَ الْقَانِطِينَ﴾ [الحجر: ٥٥] . أَيْ: الْآيِسِينَ، فَأَجَابَهُمْ بِأَنَّهُ لَيْسَ بِقَانِطٍ؛ لَكِنَّهُ قَالَ ذَلِكَ عَلَى وَجْهِ التَّعَجُّبِ.

Dan dalam ayat kedua, Allah menceritakan tentang kekasih-Nya Ibrahim –﵇ bahwa ketika para malaikat memberinya kabar gembira tentang anaknya Ishaq –﵇, dia menganggap hal itu jauh (tidak mungkin) karena usianya yang sudah tua. Maka para malaikat berkata: "Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa" [Al-Hijr: 55]. Yaitu: orang-orang yang putus asa. Maka dia menjawab mereka bahwa dia bukanlah orang yang berputus asa; tetapi dia mengatakan hal itu sebagai bentuk keheranan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua ayat:

١- فِي الْآيَةِ الْأُولَى: التَّحْذِيرُ مِنَ الْأَمْنِ مِنْ مَكْرِ اللهِ، وَأَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الذُّنُوبِ.

1- Dalam ayat pertama: Peringatan dari merasa aman dari makar Allah, dan bahwa itu termasuk dosa terbesar.

٢- فِي الْآيَةِ الثَّانِيَةِ: التَّحْذِيرُ مِنَ الْقُنُوطِ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ، وَأَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الذُّنُوبِ.

2- Dalam ayat kedua: Peringatan dari putus asa terhadap rahmat Allah, dan bahwa itu termasuk dosa terbesar.

٣- فِي الْآيَتَيْنِ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُؤْمِنِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ فَلَا يُغَلِّبُ جَانِبَ الرَّجَاءِ فَيَأْمَنُ مِنْ مَكْرِ اللهِ وَلَا يُغَلِّبُ جَانِبَ الْخَوْفِ فَيَيْأَسُ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ.

3- Dalam kedua ayat tersebut, seorang mukmin harus menggabungkan antara rasa takut dan harapan, sehingga tidak mendominasi sisi harapan lalu merasa aman dari makar Allah, dan tidak pula mendominasi sisi ketakutan sehingga putus asa dari rahmat Allah.

٤- أَنَّ الْخَوْفَ وَالرَّجَاءَ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ الَّتِي يَجِبُ إِخْلَاصُهَا لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

4- Bahwa rasa takut dan harapan termasuk jenis ibadah yang wajib diikhlaskan hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ سُئِلَ عَنِ الْكَبَائِرِ فَقَالَ: "الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالْيَأْسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ، وَالْأَمْنُ مِنْ مَكْرِ اللهِ" (١) .

Dari Ibnu Abbas ﵄ bahwa Rasulullah ﷺ ditanya tentang dosa-dosa besar, maka beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah" (1).

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: "أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَالْأَمْنُ مِنْ مَكْرِ اللهِ، وَالْقُنُوطُ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ، وَالْيَأْسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ" (٢) . رَوَاهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ.

Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Dosa-dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan putus harapan dari pertolongan Allah" (2). Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq.

ــ

ــ

الْكَبَائِرُ: جَمْعُ كَبِيرَةٍ وَهِيَ: كُلُّ ذَنْبٍ تَوَعَّدَ اللهُ صَاحِبَهُ بِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أَوْ غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ أَوْ نَفْيِ الْإِيمَانِ أَوْ رَتَّبَ اللهُ عَلَيْهِ حَدًّا فِي الدُّنْيَا.

Al-Kabair: bentuk jamak dari kabirah, yaitu: setiap dosa yang Allah ancam pelakunya dengan neraka, laknat, murka, azab, penafian iman, atau Allah tetapkan had (hukuman) atasnya di dunia.

الشِّرْكُ بِاللهِ: فِي رُبُوبِيَّتِهِ وَعُبُودِيَّتِهِ.

Syirik kepada Allah: dalam rububiyah dan ubudiyah-Nya.

وَالْيَأْسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ: أَيْ قَطْعُ الرَّجَاءِ وَالْأَمَلِ مِنَ اللهِ فِيمَا يَرُومُهُ وَيَقْصِدُهُ وَيَخَافُهُ وَيَرْجُوهُ.

Putus asa dari rahmat Allah: yaitu memutus harapan dan angan-angan dari Allah dalam apa yang ia inginkan, tuju, takuti, dan harapkan.

مِنْ مَكْرِ اللهِ: أَيْ: مِنِ اسْتِدْرَاجِهِ لِلْعَبْدِ أَوْ سَلْبِهِ مَا أَعْطَاهُ مِنَ الْإِيمَانِ.

Dari makar Allah: yaitu: dari penundaan siksa-Nya terhadap hamba atau pencabutan apa yang telah Dia berikan berupa iman.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ كَبَائِرَ الذُّنُوبِ هِيَ: أَنْ يُجْعَلَ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ شَرِيكٌ فِي رُبُوبِيَّتِهِ أَوْعُبُودِيَّتِهِ وَبَدَأَ بِهِ؛ لِأَنَّهُ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ. وَقَطْعُ الرَّجَاءِ وَالْأَمَلِ مِنَ اللهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ

Makna keseluruhan hadits: Rasulullah –ﷺ menyebutkan dalam hadits ini bahwa dosa-dosa besar adalah: menjadikan sekutu bagi Allah سبحانه dalam rububiyah atau ubudiyah-Nya dan memulai dengannya; karena itu adalah dosa terbesar. Dan memutus harapan dan pengharapan dari Allah; karena itu

_________
(١) قَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "١/١٠٤" رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالطَّبَرَانِيُّ وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ.
(1) Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "1/104" diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dan para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya.
(٢) أَخْرَجَهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ فِي مُصَنَّفِهِ "١٠/٤٥٩" رَقْمَ "١٩٧٠١" وَالطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ "٩/١٥٦ رَقْمَ ٨٧٨٤". قَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "١/١٠٤": رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ.
(2) Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya "10/459" nomor "19701" dan Ath-Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir-nya "9/156 nomor 8784". Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "1/104": Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan sanadnya shahih.

إسَاءَةُ ظَنٍّ بِاللهِ وَجَهْلٌ بِسَعَةِ رَحْمَتِهِ، وَالأَمْنُ مِنِ اسْتِدْرَاجِهِ لِلْعَبْدِ بِالنِّعَمِ حَتَّى يَأْخُذَهُ عَلَى غِرَّةٍ. وَلَيْسَ الْمُرَادُ بِهَذَا الْحَدِيثِ حَصْرَ الْكَبَائِرِ فِيمَا ذُكِرَ؛ لِأَنَّ الْكَبَائِرَ كَثِيرَةٌ، لَكِنَّ الْمُرَادَ بَيَانُ أَكْبَرِهَا كَمَا يُفِيدُهُ أَثَرُ ابْنِ مَسْعُودٍ الَّذِي سَاقَهُ الْمُؤَلِّفُ بَعْدَهُ.

Berprasangka buruk kepada Allah dan ketidaktahuan akan luasnya rahmat-Nya, serta merasa aman dari istidraj-Nya kepada hamba dengan nikmat-nikmat hingga Dia mengazabnya secara tiba-tiba. Hadits ini tidak bermaksud membatasi dosa-dosa besar hanya pada apa yang disebutkan; karena dosa besar itu banyak, tetapi yang dimaksud adalah menjelaskan yang terbesar di antaranya sebagaimana ditunjukkan oleh atsar Ibnu Mas'ud yang disebutkan oleh penulis setelahnya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْأَمْنَ مِنْ مَكْرِ اللهِ وَالْيَأْسَ مِنْ رَحْمَتِهِ مِنْ كَبَائِرِ الذُّنُوبِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa merasa aman dari makar Allah dan putus asa dari rahmat-Nya termasuk dosa-dosa besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الْأَمْنِ مِنْ مَكْرِ اللهِ وَالْيَأْسِ مِنْ رَحْمَتِهِ، وَأَنَّهُمَا مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ كَمَا عَلَيْهِ الْمُرْجِئَةُ وَالْخَوَارِجُ.

1- Haramnya merasa aman dari makar Allah dan putus asa dari rahmat-Nya, dan bahwa keduanya termasuk dosa besar yang paling besar sebagaimana pendapat Murji'ah dan Khawarij.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ وَأَكْبَرُ الْكَبَائِرِ.

2- Bahwa syirik adalah dosa yang paling besar dan paling besar di antara dosa-dosa besar.

٣- أَنَّ الْوَاجِبَ عَلَى الْعَبْدِ أَنْ يَكُونَ بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ، فَإِذَا خَافَ لَا يَيْأَسُ، وَإِذَا رَجَا لَا يَأْمَنُ.

3- Bahwa kewajiban seorang hamba adalah berada di antara rasa takut dan harapan, jika ia takut maka ia tidak putus asa, dan jika ia berharap maka ia tidak merasa aman.

* * *

* * *

بَابُ مِنَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ الصَّبْرُ عَلَى أَقْدَارِ اللَّهِ

بَابُ مِنَ الْإِيمَانِ بِاللهِ الصَّبْرُ عَلَى أَقْدَارِ اللهِ

Bab tentang kesabaran terhadap takdir Allah sebagai bagian dari iman kepada Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَمَن يُؤْمِن بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ﴾ [التغابن: ١١] .

Firman Allah Ta'ala: "Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." [At-Taghabun: 11].

قَالَ عَلْقَمَةُ: هُوَ الرَّجُلُ تُصِيبُهُ الْمُصِيبَةُ فَيَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ عِنْدِ اللهِ فَيَرْضَى وَيُسَلِّمُ.

'Alqamah berkata: Dia adalah seorang laki-laki yang tertimpa musibah, lalu dia mengetahui bahwa musibah itu dari Allah, maka dia ridha dan berserah diri.

ــ

ــ

تَرْجَمَةُ عَلْقَمَةَ: هُوَ عَلْقَمَةُ بْنُ قَيْسِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَلْقَمَةَ، وُلِدَ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ مِنْ كِبَارِ التَّابِعِينَ وَعُلَمَائِهِمْ وَثِقَاتِهِمْ، مَاتَ بَعْدَ السِّتِّينَ مِنَ الْهِجْرَةِ.

Biografi 'Alqamah: Dia adalah 'Alqamah bin Qais bin Abdullah bin 'Alqamah, lahir pada masa hidup Nabi ﷺ dan termasuk senior tabi'in, ulama mereka, dan orang-orang terpercaya mereka. Dia wafat setelah tahun enam puluhan Hijriyah.

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَرَادَ الْمُصَنِّفُ بِهَذَا الْبَابِ بَيَانَ وُجُوبِ الصَّبْرِ عَلَى الْأَقْدَارِ وَتَحْرِيمِ التَّسَخُّطِ مِنْهَا؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يُنَافِي كَمَالَ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Penulis ingin menjelaskan dalam bab ini tentang kewajiban bersabar atas takdir dan haramnya mengeluh darinya; karena hal itu bertentangan dengan kesempurnaan tauhid.

الْإِيمَانُ: فِي اللُّغَةِ: التَّصْدِيقُ الَّذِي مَعَهُ ائْتِمَانٌ لِلْمُخْبِرِ. وَفِي الشَّرْعِ: نُطْقٌ بِاللِّسَانِ وَاعْتِقَادٌ بِالْقَلْبِ وَعَمَلٌ بِالْجَوَارِحِ.

Iman: Secara bahasa: Pembenaran yang disertai kepercayaan kepada pemberi kabar. Secara syariat: Ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amal dengan anggota badan.

الصَّبْرُ: فِي اللُّغَةِ: الحَبْسُ وَالكَفُّ -وَشَرْعًا هُوَ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزَعِ، وَاللِّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي وَالسُّخْطِ، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُودِ وَشَقِّ الجُيُوبِ.

Sabar: Dalam bahasa: menahan dan mencegah - dan secara syar'i adalah: menahan jiwa dari keluh kesah, lisan dari mengadu dan marah, dan anggota tubuh dari menampar pipi dan merobek saku.

وَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللهِ: فَيَعْتَقِدُ أَنَّ المُصِيبَةَ بِقَضَائِهِ وَقَدَرِهِ، وَيَسْتَرْجِعُ عِنْدَهَا.

Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah: maka dia meyakini bahwa musibah itu adalah dengan qadha' dan qadar-Nya, dan dia mengucapkan istirja' karenanya.

يَهْدِ قَلْبَهُ: لِلصَّبْرِ عَلَيْهَا.

Membimbing hatinya: untuk bersabar atasnya.

هُوَ الرَّجُلُ تُصِيبُهُ ... إلخ: هَذَا تَفْسِيرٌ لِلْإِيمَانِ الْمَذْكُورِ فِي الْآيَةِ.

Dia adalah seorang pria yang tertimpa ... dst: Ini adalah tafsir dari iman yang disebutkan dalam ayat.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّ مَنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ فَعَلِمَ أَنَّهَا مِنْ قَدَرِ اللهِ، فَصَبَرَ وَاحْتَسَبَ، وَاسْتَسْلَمَ لِقَضَاءِ اللهِ، هَدَى اللهُ قَلْبَهُ، وَعَوَّضَهُ كَمَا فَاتَهُ مِنَ الدُّنْيَا هُدًى فِي قَلْبِهِ وَيَقِينًا صَادِقًا، وَقَدْ يُخْلِفُ عَلَيْهِ مَا أُخِذَ مِنْهُ أَوْ خَيْرًا مِنْهُ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahukan bahwa siapa pun yang tertimpa musibah lalu mengetahui bahwa itu adalah takdir Allah, maka bersabarlah dan mengharap pahala, dan berserah diri pada ketetapan Allah, Allah akan membimbing hatinya, dan menggantikan apa yang luput darinya di dunia dengan petunjuk di hatinya dan keyakinan yang benar, dan mungkin Allah akan menggantikan apa yang diambil darinya atau yang lebih baik darinya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا دَلِيلًا عَلَى فَضِيلَةِ الصَّبْرِ عَلَى أَقْدَارِ اللهِ الْمُؤْلِمَةِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat dalil tentang keutamaan bersabar atas takdir Allah yang menyakitkan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat diambil dari ayat:

١- فَضِيلَةُ الصَّبْرِ عَلَى أَقْدَارِ اللهِ الْمُؤْلِمَةِ كَالْمَصَائِبِ.

1- Keutamaan bersabar atas takdir Allah yang menyakitkan seperti musibah.

٢- أَنَّ الْأَعْمَالَ مِنْ مُسَمَّى الْإِيمَانِ.

2- Bahwa amal perbuatan termasuk dalam makna iman.

٣- أَنَّ الصَّبْرَ سَبَبٌ لِهِدَايَةِ الْقَلْبِ.

3- Bahwa kesabaran adalah sebab hidayah hati.

٤- أَنَّ الْهِدَايَةَ مِنْ ثَوَابِ الصَّابِرِ.

4- Bahwa hidayah adalah bagian dari pahala orang yang sabar.

* * *

* * *

وَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "اثْنَتَانِ فِي النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ، وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ" (١) .

Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Dua hal pada manusia yang merupakan kekufuran pada mereka: mencela nasab dan meratapi mayit" (1).

ــ

ــ

هُمَا: أَيْ: الاثْنَتَانِ.

Huma: yaitu, dua hal tersebut.

بِهِمْ كُفْرٌ: أَيْ: هَاتَانِ الْخَصْلَتَانِ كُفْرٌ قَائِمٌ بِالنَّاسِ –حَيْثُ كَانَتَا مِنْ أَعْمَالِ الْكُفَّارِ.

Bihim kufrun: yaitu, kedua sifat ini adalah kekufuran yang ada pada manusia - di mana keduanya termasuk amalan orang-orang kafir.

الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ: أَيْ: الْوُقُوعُ فِيهِ بِالْعَيْبِ وَالتَّنَقُّصِ.

Ath-tha'nu fin-nasab: yaitu, mencelanya dengan aib dan merendahkannya.

وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ: أَيْ: رَفْعُ الصَّوْتِ بِتَعْدِيدِ شَمَائِلِهِ؛ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنَ التَّسَخُّطِ عَلَى الْقَدَرِ.

Wan-niyahatu 'alal-mayyit: yaitu, mengeraskan suara dengan menyebutkan sifat-sifat baiknya; karena hal itu mengandung sikap tidak ridha terhadap takdir.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّهُ سَيَسْتَمِرُّ فِي النَّاسِ خَصْلَتَانِ مِنْ خِصَالِ الْكُفْرِ، لَا يَسْلَمُ مِنْهُمَا إِلَّا مَنْ سَلَّمَهُ اللهُ.

Makna global dari hadits: Beliau ﷺ mengabarkan bahwa akan terus ada pada manusia dua sifat dari sifat-sifat kekufuran, tidak selamat darinya kecuali orang yang diselamatkan Allah.

الْأُولَى: عَيْبُ الْأَنْسَابِ وَتَنَقُّصُهَا.

Pertama: mencela dan merendahkan nasab.

الثَّانِيَةُ: رَفْعُ الصَّوْتِ عِنْدَ الْمُصِيبَةِ تَسَخُّطًا عَلَى الْقَدَرِ.

Kedua: mengeraskan suara ketika tertimpa musibah karena tidak ridha terhadap takdir.

لَكِنْ لَيْسَ مَنْ قَامَ بِهِ شُعْبَةٌ مِنْ شُعَبِ الْكُفْرِ يَكُونُ كَافِرًا الْكُفْرَ الْمُخْرِجَ مِنَ الْمِلَّةِ حَتَّى يَقُومَ بِهِ حَقِيقَةُ الْكُفْرِ.

Namun orang yang melakukan satu cabang dari cabang-cabang kekufuran tidak menjadi kafir dengan kekufuran yang mengeluarkan dari agama hingga dia melakukan hakikat kekufuran.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى تَحْرِيمِ النِّيَاحَةِ؛ لِمَا فِيهَا مِنَ السُّخْطِ عَلَى الْقَدَرِ وَعَدَمِ الصَّبْرِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas pengharaman niyahah; karena di dalamnya terdapat ketidakridaan terhadap takdir dan ketiadaan kesabaran.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ النِّيَاحَةِ وَأَنَّهَا مِنْ خِصَالِ الْكُفْرِ وَمِنَ الْكَبَائِرِ.

1- Pengharaman niyahah dan bahwa ia termasuk sifat-sifat kekufuran dan dosa-dosa besar.

٢- وُجُوبُ الصَّبْرِ؛ لِأَنَّهُ إِذَا حُرِّمَتِ النِّيَاحَةُ دَلَّ عَلَى وُجُوبِهِ ضِدُّهَا وَهُوَ الصَّبْرُ.

2- Kewajiban bersabar; karena jika niyahah diharamkan, maka menunjukkan wajibnya kebalikannya yaitu sabar.

٣- أَنَّ مِنَ الْكُفْرِ مَا لَا يَنْقُلُ عَنِ الْمِلَّةِ.

3- Bahwa di antara kekufuran ada yang tidak mengeluarkan dari agama.

٤- تَحْرِيمُ الطَّعْنِ فِي الْأَنْسَابِ وَتَنَقُّصِهَا.

4- Pengharaman mencela dan merendahkan nasab.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٦٧".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "67".

وَلَهُمَا عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ مَرْفُوعًا: "لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الخُدُودَ وَشَقَّ الجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ" (١) .

Dan dari keduanya, dari Ibnu Mas'ud ﵁ secara marfu': "Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek saku baju, dan berdoa dengan doa jahiliyah" (1).

ــ

ــ

لَيْسَ مِنَّا: هَذَا مِنْ بَابِ الوَعِيدِ وَلَا يَنْبَغِي تَأْوِيلُهُ.

Bukan dari golongan kami: Ini termasuk ancaman dan tidak seharusnya ditakwilkan.

مَنْ ضَرَبَ الخُدُودَ: خَصَّ الخَدَّ؛ لِأَنَّهُ الغَالِبُ، وَإِلَّا فَضَرْبُ بَقِيَّةِ الوَجْهِ مِثْلُهُ.

Orang yang menampar pipi: Mengkhususkan pipi karena itu yang umum, jika tidak maka menampar bagian wajah lainnya sama dengannya.

وَشَقَّ الجُيُوبَ: جَمْعُ جَيْبٍ وَهُوَ: مَدْخَلُ الرَّأْسِ مِنَ الثَّوْبِ.

Merobek saku baju: Bentuk jamak dari jaib yaitu: Lubang masuk kepala dari baju.

دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ: هِيَ: النَّدْبُ عَلَى المَيِّتِ وَالدُّعَاءُ بِالوَيْلِ وَالثُّبُورِ.

Doa jahiliyah: Yaitu: Meratapi mayit dan berdoa memohon kecelakaan dan kebinasaan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الرَّسُولَ ﷺ يَتَوَعَّدُ مَنْ فَعَلَ شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الأُمُورِ؛ لِأَنَّهَا مُشْتَمِلَةٌ عَلَى التَّسَخُّطِ عَلَى الرَّبِّ وَعَدَمِ الصَّبْرِ الوَاجِبِ، وَالإِضْرَارِ بِالنَّفْسِ مِنْ لَطْمِ الوَجْهِ، وَإِتْلَافِ المَالِ بِشَقِّ الثِّيَابِ وَتَمْزِيقِهَا، وَالدُّعَاءِ بِالوَيْلِ وَالثُّبُورِ، وَالتَّظَلُّمِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.

Makna keseluruhan hadits: Bahwa Rasulullah ﷺ mengancam orang yang melakukan sesuatu dari perkara-perkara ini; karena hal itu mencakup sikap tidak ridha terhadap Rabb dan tidak bersabar sebagaimana mestinya, membahayakan diri dengan menampar wajah, menyia-nyiakan harta dengan merobek dan mencabik pakaian, berdoa memohon kecelakaan dan kebinasaan, serta mengadukan (nasib) kepada Allah Ta'ala.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى تَحْرِيمِ التَّسَخُّطِ مِنْ قَدَرِ اللهِ بِالقَوْلِ وَالفِعْلِ، وَأَنَّ ذَلِكَ مِنْ كَبَائِرِ الذُّنُوبِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas haramnya sikap tidak ridha terhadap takdir Allah melalui perkataan dan perbuatan, dan bahwa hal itu termasuk dosa besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّسَخُّطِ مِنْ قَدَرِ اللهِ بِالْقَوْلِ أَوِ الْفِعْلِ، وَأَنَّهُ مِنَ الْكَبَائِرِ.

1- Diharamkan mengeluh terhadap takdir Allah dengan perkataan atau perbuatan, dan itu termasuk dosa besar.

٢- وُجُوبُ الصَّبْرِ عِنْدَ الْمُصِيبَةِ.

2- Wajibnya bersabar ketika tertimpa musibah.

٣- وُجُوبُ مُخَالَفَةِ الْجَاهِلِيَّةِ؛ لِأَنَّ مُخَالَفَتَهُمْ مِنْ مَقَاصِدِ الشَّارِعِ الْحَكِيمِ.

3- Wajibnya menyelisihi jahiliyah; karena menyelisihi mereka termasuk tujuan Asy-Syari' (Pembuat syariat) Yang Mahabijaksana.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "١٢٩٤"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "١٠٣".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. "1294", dan Muslim no. "103".

وَعَنْ أَنَسٍ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ" (١) . حَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ.

Dari Anas ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah Ta'ala mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Maka barangsiapa yang ridha, baginya keridhaan, dan barangsiapa yang murka, baginya kemurkaan." (1) Hadits ini dinyatakan hasan oleh At-Tirmidzi.

ــ

ــ

عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ: بِكَسْرِ الْعَيْنِ وَفَتْحِ الظَّاءِ –أَيْ: مَنْ كَانَ ابْتِلَاؤُهُ أَعْظَمَ فَجَزَاؤُهُ أَعْظَمُ.

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian: dengan kasrah pada 'ain dan fathah pada dzha' - yaitu: barangsiapa yang ujiannya lebih besar maka pahalanya lebih besar.

فَمَنْ رَضِيَ: بِمَا قَضَاهُ اللهُ وَقَدَّرَهُ عَلَيْهِ مِنَ الِابْتِلَاءِ.

Maka barangsiapa yang ridha: dengan apa yang Allah tetapkan dan takdirkan kepadanya berupa ujian.

فَلَهُ الرِّضَا: مِنَ اللهِ جَزَاءً وِفَاقًا.

Baginya keridhaan: dari Allah sebagai balasan yang setimpal.

وَمَنْ سَخِطَ: بِكَسْرِ الْخَاءِ وَالسُّخْطُ: الْكَرَاهِيَةُ لِلشَّيْءِ وَعَدَمُ الرِّضَا بِهِ.

Dan barangsiapa yang murka: dengan kasrah pada kha' dan as-sukht: kebencian terhadap sesuatu dan ketidakridhaannya.

فَلَهُ السُّخْطُ: أَيْ: مِنَ اللهِ عُقُوبَةً لَهُ.

Baginya kemurkaan: yaitu dari Allah sebagai hukuman baginya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ عَظَمَةَ الْأَجْرِ وَكَثْرَةَ الثَّوَابِ مَعَ عَظَمِ الِابْتِلَاءِ وَالِامْتِحَانِ الَّذِي يَجْرِي عَلَى الْعَبْدِ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا إِذَا صَبَرَ وَاحْتَسَبَ، وَأَنَّ مِنْ عَلَامَةِ مَحَبَّةِ اللهِ لِعَبْدِهِ أَنْ يَبْتَلِيَهُ؛ فَإِنْ رَضِيَ بِقَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ عَلَيْهِ وَاحْتَسَبَ الْأَجْرَ وَالثَّوَابَ وَأَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ ﵁ وَأَثَابَهُ، وَأَنَّ تَسَخُّطَ قَضَاءِ اللهِ وَجَزِعَ لِمَا أَصَابَهُ سَخَطَ اللهُ عَلَيْهِ وَعَاقَبَهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ memberitahukan bahwa besarnya pahala dan banyaknya ganjaran seiring dengan besarnya ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba di dunia ini jika ia bersabar dan mengharap pahala. Dan di antara tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah Dia mengujinya. Jika ia ridha dengan ketentuan dan takdir Allah atasnya, mengharap pahala dan ganjaran, berbaik sangka kepada Rabb-nya ﵁, maka Allah akan memberinya pahala. Namun jika ia tidak ridha dengan ketentuan Allah dan berkeluh kesah atas apa yang menimpanya, maka Allah murka kepadanya dan menghukumnya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ عَلَامَةِ مَحَبَّةِ اللهِ لِعَبْدِهِ وَبَيَانَ حِكْمَتِهِ فِيمَا يُجْرِيهِ عَلَيْهِ مِنَ الْمَكَارِهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya dan penjelasan hikmah-Nya pada apa yang Dia timpakan kepadanya berupa hal-hal yang tidak disukai.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٣٩٨" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٤٠٢١".
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi nomor "2398" dan Ibnu Majah nomor "4021".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- بَيَانُ عَلَامَةِ مَحَبَّةِ اللهِ لِعَبْدِهِ وَهِيَ الابْتِلَاءُ.

1- Penjelasan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya yaitu ujian.

٢- وَصْفُ اللهِ بِالمَحَبَّةِ وَالرِّضَا وَالسُّخْطِ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

2- Menyifati Allah dengan cinta, ridha, dan murka dengan apa yang sesuai dengan keagungan-Nya.

٣- إِثْبَاتُ الحِكْمَةِ لِلَّهِ فِي أَفْعَالِهِ.

3- Menetapkan hikmah bagi Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya.

٤- أَنَّ الجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ العَمَلِ.

4- Bahwa balasan itu sesuai dengan jenis amalan.

٥- الحَثُّ عَلَى الصَّبْرِ عَلَى المَصَائِبِ.

5- Anjuran untuk bersabar atas musibah.

٦- أَنَّ الإِنْسَانَ قَدْ يَكْرَهُ الشَّيْءَ وَهُوَ خَيْرٌ لَهُ.

6- Bahwa manusia terkadang membenci sesuatu padahal itu baik baginya.

* * *

* * *

وَقَالَ ﷺ: "إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ" (١) .

Dan Nabi ﷺ bersabda: "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia mempercepat hukuman baginya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, Dia menahan (hukuman) dosa darinya hingga ia menemui-Nya pada hari Kiamat." (1) .

ــ

ــ

هَذَا الْحَدِيثُ وَالَّذِي قَبْلَهُ رَوَاهُمَا التِّرْمِذِيُّ بِسَنَدٍ وَاحِدٍ وَصَحَابِيٍّ وَاحِدٍ؛ وَلِذَلِكَ جَعَلَهُمَا الْمُؤَلِّفُ كَالْحَدِيثِ الْوَاحِدِ.

Hadits ini dan yang sebelumnya diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan satu sanad dan satu sahabat; oleh karena itu penulis menjadikan keduanya seperti satu hadits.

عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا: أَيْ: يُنْزِلُ بِهِ الْمَصَائِبَ لِمَا صَدَرَ مِنْهُ مِنَ الذُّنُوبِ، فَيَخْرُجُ مِنْهَا وَلَيْسَ عَلَيْهِ ذَنْبٌ.

Mempercepat hukuman baginya di dunia: yaitu: menurunkan musibah kepadanya karena dosa-dosa yang telah ia lakukan, sehingga ia keluar darinya tanpa dosa.

أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ: أَيْ: أَخَّرَ عَنْهُ عُقُوبَةَ ذَنْبِهِ.

Menahan (hukuman) dosa darinya: yaitu: menunda hukuman dosanya.

يُوَافِي بِهِ: بِكَسْرِ الْفَاءِ مَبْنِيٌّ لِلْفَاعِلِ مَنْصُوبٌ بِحَتَّى أَيْ: يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُسْتَوْفَرَ الذُّنُوبِ فَيَسْتَوْفِي مَا يَسْتَحِقُّهُ مِنَ الْعِقَابِ.

Menemui-Nya: dengan kasrah pada huruf fa', dibangun untuk subjek (fi'il), dinashabkan dengan hatta, artinya: datang pada hari Kiamat dengan dosa yang banyak, lalu menerima hukuman yang pantas untuknya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ عَلَامَةَ إِرَادَةِ اللهِ الخَيْرَ بِعَبْدِهِ مُعَاجَلَتَهُ بِالْعُقُوبَةِ عَلَى ذُنُوبِهِ فِي الدُّنْيَا حَتَّى يَخْرُجَ مِنْهَا وَلَيْسَ عَلَيْهِ ذَنْبٌ يُوَافِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؛ لِأَنَّ مَنْ حُوسِبَ بِعَمَلِهِ عَاجِلًا خَفَّ حِسَابُهُ فِي الْآجِلِ. وَمِنْ عَلَامَةِ إِرَادَةِ الشَّرِّ بِالْعَبْدِ أَنْ لَا يُجَازَى بِذُنُوبِهِ فِي الدُّنْيَا حَتَّى يَجِيءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُسْتَوْفِرَ الذُّنُوبِ وَافِيهَا، فَيُجَازَى بِمَا يَسْتَحِقُّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ memberitahukan bahwa tanda Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya adalah dengan menyegerakan hukuman atas dosa-dosanya di dunia sehingga ia keluar dari dunia tanpa membawa dosa yang akan ditemuinya pada hari kiamat. Karena barangsiapa yang dihisab amalnya dengan segera, maka hisabnya akan ringan di akhirat. Dan tanda Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya adalah tidak menghukumnya atas dosa-dosanya di dunia sehingga ia datang pada hari kiamat dengan dosa yang banyak dan lengkap, lalu dihukum sesuai dengan apa yang pantas diterimanya pada hari kiamat.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الْحَثَّ عَلَى الصَّبْرِ عَلَى الْمَصَائِبِ وَالرِّضَا بِالْقَدَرِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ فِي صَالِحِ الْعَبْدِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dorongan untuk bersabar atas musibah dan ridha dengan takdir, karena hal itu demi kebaikan hamba.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٣٩٨" وَأَحْمَدُ بِرَقْمِ "٤/٨٧"، وَالْحَاكِمُ "١/٣٤٩".
(1) Dikeluarkan oleh Tirmidzi dengan nomor "2398", Ahmad dengan nomor "4/87", dan Al-Hakim "1/349".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- عَلَامَةُ إِرَادَةِ اللهِ الخَيْرَ بِعَبْدِهِ مُعَاجَلَتُهُ بِالعُقُوبَةِ عَلَى ذُنُوبِهِ فِي الدُّنْيَا.

1- Tanda Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya adalah dengan menyegerakan hukuman atas dosa-dosanya di dunia.

٢- عَلَامَةُ إِرَادَةِ الشَّرِّ بِالعَبْدِ أَنْ لَا يُجَازَى بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ.

2- Tanda Allah menghendaki keburukan bagi hamba adalah dengan tidak menghukumnya atas dosanya hingga ia menemuinya pada hari Kiamat.

٣- الخَوْفُ مِنَ الصِّحَّةِ الدَّائِمَةِ أَنْ تَكُونَ عَلَامَةَ شَرٍّ.

3- Takut akan kesehatan yang terus-menerus menjadi tanda keburukan.

٤- التَّنْبِيهُ عَلَى حُسْنِ الظَّنِّ بِاللهِ وَرَجَائِهِ فِيمَا يَقْضِيهِ عَلَيْهِ مِنَ المَكْرُوهِ.

4- Peringatan untuk berprasangka baik kepada Allah dan mengharap kepada-Nya dalam apa yang Dia tetapkan atas hamba berupa hal-hal yang tidak disukai.

٥- أَنَّ الإِنْسَانَ قَدْ يَكْرَهُ الشَّيْءَ وَهُوَ خَيْرٌ لَهُ، وَقَدْ يُحِبُّ الشَّيْءَ وَهُوَ شَرٌّ لَهُ.

5- Sesungguhnya manusia terkadang membenci sesuatu padahal ia baik baginya, dan terkadang menyukai sesuatu padahal ia buruk baginya.

٦- الحَثُّ عَلَى الصَّبْرِ عَلَى المَصَائِبِ.

6- Anjuran untuk bersabar atas musibah.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي الرِّيَاءِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الرِّيَاءِ

Bab tentang riya'

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ﴾ الْآيَةَ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.'" Ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾ [الكهف: ١١٠] .

Sempurnanya ayat: "Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." [Al-Kahf: 110].

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ هَذَا الْبَابِ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ الرِّيَاءُ مُخِلًّا بِالتَّوْحِيدِ وَمُحْبِطًا لِلْعَمَلِ الَّذِي قَارَنَهُ نَاسَبَ أَنْ يُنَبِّهَ عَلَيْهِ الْمُؤَلِّفُ فِي هَذَا الْبَابِ.

Kesesuaian penyebutan bab ini dalam Kitab Tauhid: Karena riya' itu merusak tauhid dan menggugurkan amalan yang menyertainya, maka penulis merasa perlu untuk mengingatkan tentangnya dalam bab ini.

الرِّيَاءُ: مَصْدَرُ رَاءَى مُرَاءَاةً وَرِيَاءً وَهُوَ أَنْ يَقْصِدَ أَنْ يَرَى النَّاسُ أَنَّهُ يَعْمَلُ عَمَلًا عَلَى صِفَةٍ وَهُوَ يُضْمِرُ فِي قَلْبِهِ صِفَةً أُخْرَى.

Riya': mashdar dari kata kerja raaa muraaa'atan wa riyaa'an, yaitu seseorang bermaksud agar orang-orang melihat bahwa dia melakukan suatu amalan dengan sifat tertentu padahal dalam hatinya dia menyembunyikan sifat yang lain.

قُلْ: الْخِطَابُ لِلنَّبِيِّ ﷺ أَيْ: قُلْ لِلنَّاسِ.

Katakanlah: Seruan ditujukan kepada Nabi ﷺ, yakni: Katakanlah kepada manusia.

أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ: أَيْ: فِي الْبَشَرِيَّةِ لَيْسَ لِي مِنَ الرُّبُوبِيَّةِ وَلَا مِنَ الْإِلَهِيَّةِ شَيْءٌ.

Aku hanyalah manusia seperti kalian: yakni dalam hal kemanusiaan, aku tidak memiliki sedikit pun sifat rububiyah maupun uluhiyah.

إِنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ: أَيْ: مَعْبُودُكُم بِحَقٍّ الَّذِي أَدْعُوكُمْ إِلَىٰ عِبَادَتِهِ مَعْبُودٌ وَاحِدٌ لَا شَرِيكَ لَهُ.

Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa: yaitu, yang berhak disembah yang aku serukan kepada kalian untuk menyembah-Nya adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ: أَيْ: يَخَافُ الْمَصِيرَ إِلَيْهِ وَيَطْمَعُ بِرُؤْيَتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya: yaitu, takut akan kembali kepada-Nya dan berharap dapat melihat-Nya pada hari Kiamat.

عَمَلًا صَالِحًا: هُوَ: مَا كَانَ مُوَافِقًا لِشَرْعِ اللهِ مَقْصُودًا بِهِ وَجْهَهُ.

Amal saleh: yaitu, apa yang sesuai dengan syariat Allah dengan tujuan mengharap wajah-Nya.

وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ: أَيْ: لَا يُرَائِي بِعَمَلِهِ.

dan tidak menyekutukan dalam beribadah kepada Tuhannya: yaitu: tidak riya' dalam amalnya.

أَحَدًا: نَكِرَةٌ فِي سِيَاقِ النَّفْيِ، فَتَعُمُّ كُلَّ وَاحِدٍ كَائِنًا مَنْ كَانَ.

ahadan: nakirah (indefinite) dalam konteks penafian, maka mencakup setiap individu siapapun dia.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ: يَأْمُرُ اللهُ تَعَالَى نَبِيَّهُ –ﷺ أَنْ يُخْبِرَ النَّاسَ أَنَّهُ بَشَرٌ مِثْلَهُمْ فِي الْبَشَرِيَّةِ لَيْسَ لَهُ مِنَ الرُّبُوبِيَّةِ وَالْأُلُوهِيَّةِ شَيْءٌ، وَإِنَّمَا مَهَمَّتُهُ إِبْلَاغُ مَا يُوحِيهِ اللهُ إِلَيْهِ، وَأَهَمُّ مَا أُوحِيَ أَلَيْهِ أَنَّ الْمَعْبُودَ حَقًّا مَعْبُودٌ وَاحِدٌ –هُوَ اللهُ- لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْرَكَ مَعَهُ أَحَدٌ فِي الْعِبَادَةِ، وَلَا بُدَّ مِنَ الْمَصِيرِ إِلَيْهِ فِي يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَالَّذِي يَرْجُو النَّجَاةَ فِي هَذَا الْيَوْمِ مِنْ عَذَابِ اللهِ يَسْتَعِدُّ لَهُ بِالْعَمَلِ الْخَالِصِ مِنَ الشِّرْكِ الْمُوَافِقِ لِمَا شَرَعَهُ اللهُ.

Makna global: Allah Ta'ala memerintahkan Nabi-Nya –ﷺ untuk memberitahu manusia bahwa beliau adalah manusia seperti mereka dalam hal kemanusiaan, tidak memiliki sifat rububiyah dan uluhiyah sedikitpun, dan tugasnya hanyalah menyampaikan apa yang Allah wahyukan kepadanya, dan yang terpenting dari apa yang diwahyukan kepadanya adalah bahwa yang berhak disembah hanyalah Tuhan Yang Maha Esa –yaitu Allah- tidak boleh menyekutukan siapapun bersama-Nya dalam ibadah, dan pasti akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, maka orang yang mengharapkan keselamatan pada hari itu dari azab Allah hendaklah mempersiapkan diri dengan amal yang ikhlas dari syirik yang sesuai dengan apa yang Allah syariatkan.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا الْأَمْرَ بِإِخْلَاصِ الْعَمَلِ مِنَ الشِّرْكِ الَّذِي مِنْهُ الرِّيَاءُ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat perintah untuk mengikhlaskan amal dari syirik yang di antaranya adalah riya'.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ أَصْلَ الدِّينِ هُوَ إِفْرَادُ اللهِ بِالْعِبَادَةِ.

1- Bahwa asal agama adalah mengesakan Allah dalam ibadah.

٢- أَنَّ الرِّيَاءَ شِرْكٌ.

2- Bahwa riya' adalah syirik.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ الوَاقِعَ مِنَ المُشْرِكِينَ هُوَ الشِّرْكُ فِي العِبَادَةِ.

3- Bahwa syirik yang dilakukan oleh orang-orang musyrik adalah syirik dalam ibadah.

٤- أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُعْبَدَ مَعَ اللهِ أَحَدٌ لَا مِنَ الأَصْنَامِ وَلَا مِنَ الأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَلَا غَيْرُهُمْ.

4- Bahwa tidak boleh menyembah siapapun bersama Allah, baik dari berhala-berhala, para nabi dan orang-orang saleh, maupun selain mereka.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –﵁ مَرْفُوعًا: "قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ مَعِيَ فِيهِ غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ" رَوَاهُ مُسْلِمٌ (١) .

Dari Abu Hurairah –﵁ secara marfu': "Allah Ta'ala berfirman: Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan syirik. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku di dalamnya, maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya." Diriwayatkan oleh Muslim (1).

ــ

ــ

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ: أَيْ: عَنْ مُشَارَكَةِ أَحَدٍ، وَعَنْ عَمَلٍ فِيهِ شِرْكٌ.

Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan syirik: yaitu dari penyekutuan siapa pun, dan dari amalan yang mengandung syirik.

أَشْرَكَ مَعِيَ فِيهِ غَيْرِي: أَيْ: قَصَدَ بِعَمَلِهِ غَيْرِي مِنَ الْمَخْلُوقِينَ.

Menyekutukan-Ku dengan selain-Ku di dalamnya: yaitu meniatkan amalannya untuk selain-Ku dari makhluk.

تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ: أَيْ: لَمْ أَقْبَلْ عَمَلَهُ بَلْ أَتْرُكُهُ لِغَيْرِ ذَلِكَ.

Aku tinggalkan dia dan syiriknya: yaitu Aku tidak menerima amalannya, bahkan Aku meninggalkannya karena selain itu.

مَعْنَى الْحَدِيثِ إِجْمَالًا: يَرْوِي النَّبِيُّ –ﷺ عَنْ رَبِّهِ ﷿ –وَهُوَ يُسَمَّى بِالْحَدِيثِ الْقُدْسِيِّ- أَنَّهُ يَتَبَرَّأُ مِنَ الْعَمَلِ الَّذِي دَخَلَهُ مُشَارَكَةٌ لِأَحَدٍ بِرِيَاءٍ أَوْ غَيْرِهِ؛ لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ لَا يَقْبَلُ إِلَّا مَا كَانَ خَالِصًا لِوَجْهِهِ.

Makna hadits secara keseluruhan: Nabi –ﷺ meriwayatkan dari Tuhannya ﷿ –yang disebut dengan hadits qudsi- bahwa Dia berlepas diri dari amalan yang tercampur dengan penyekutuan kepada siapa pun dengan riya' atau lainnya; karena Dia Mahasuci tidak menerima kecuali apa yang murni karena wajah-Nya.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِهِ فِي الْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى عَدَمِ قَبُولِ الْعَمَلِ الَّذِي دَاخَلَهُ رِيَاءٌ أَوْ غَيْرُهُ مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ.

Kesesuaian penyebutannya dalam bab ini: bahwa hadits ini menunjukkan tidak diterimanya amalan yang tercampur riya' atau jenis syirik lainnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنْهُ:

Pelajaran yang dapat diambil:

١- التَّحْذِيرُ مِنَ الشِّرْكِ بِجَمِيعِ أَشْكَالِهِ؛ وَأَنَّهُ مَانِعٌ مِنْ قَبُولِ الْعَمَلِ.

1- Peringatan dari syirik dengan segala bentuknya; dan bahwa syirik menghalangi diterimanya amalan.

٢- وُجُوبُ إِخْلَاصِ الْعَمَلِ لِلَّهِ مِنْ جَمِيعِ شَوَائِبِ الشِّرْكِ.

2- Kewajiban mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah dari segala kotoran syirik.

٣- وَصْفُ اللهِ بِالْغِنَى.

3- Mendeskripsikan Allah dengan kekayaan.

٤- وَصْفُ اللهِ بِالْكَلَامِ.

4- Mendeskripsikan Allah dengan perkataan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٩٨٥" وَأَحْمَدُ "٢/٣٠١، ٤٣٥" وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٤٢٠٢" وَابْنُ خُزَيْمَةَ بِرَقْمِ "٩٣٨".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2985", Ahmad "2/301, 435", Ibnu Majah dengan nomor "4202", dan Ibnu Khuzaimah dengan nomor "938".

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ –﵁ مَرْفُوعًا: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟ " قَالُوا: بَلَى. قَالَ: "الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، يَقُومُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ، لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ" رَوَاهُ أَحْمَدُ (١) .

Dari Abu Sa'id –﵁ secara marfu': "Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al-Masih Ad-Dajjal?" Mereka menjawab: Tentu. Beliau bersabda: "Syirik yang tersembunyi, seseorang berdiri lalu shalat, maka dia memperbagus shalatnya karena melihat pandangan seseorang" Diriwayatkan oleh Ahmad (1).

ــ

ــ

أَخْوَفُ: أَفْعَلُ تَفْضِيلٍ أَيْ: أَشَدُّ خَوْفًا.

Akhwaf: bentuk perbandingan (af'al tafdhil) yaitu: lebih menakutkan.

الْمَسِيحُ: صَاحِبُ الْفِتْنَةِ الْعُظْمَى، سُمِّيَ مَسِيحًا؛ لِأَنَّ عَيْنَهُ مَمْسُوحَةٌ، أَوْ لِأَنَّهُ يَمْسَحُ الْأَرْضَ أَيْ: يَقْطَعُهَا بِسُرْعَةٍ.

Al-Masih: pemilik fitnah terbesar, disebut Masih karena matanya tertutup, atau karena dia menjelajahi bumi dengan cepat.

الدَّجَّالُ: كَثِيرُ الدَّجَلِ أَيْ: الْكَذِبُ.

Ad-Dajjal: banyak dajal (kebohongan) yaitu: dusta.

الشِّرْكُ الْخَفِيُّ: سَمَّاهُ خَفِيًّا؛ لِأَنَّ صَاحِبَهُ يُظْهِرُ أَنَّ عَمَلَهُ لِلَّهِ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ قَدْ قَصَدَ بِهِ غَيْرَهُ.

Syirik yang tersembunyi: dinamakan tersembunyi karena pelakunya menampakkan bahwa amalnya untuk Allah padahal di dalam hatinya dia meniatkannya untuk selain-Nya.

يُزَيِّنُ صَلَاتَهُ: يُحَسِّنُهَا وَيُطِيلُهَا وَنَحْوَ ذَلِكَ.

Yuzayyinu sholaatahu: memperindah dan memperpanjang shalatnya dan sebagainya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: كَانَ الصَّحَابَةُ يَتَذَاكَرُونَ فِتْنَةَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَيَتَخَوَّفُونَ مِنْهَا، فَأَخْبَرَهُمْ –ﷺ أَنَّ هُنَاكَ مَحْذُورًا يَخَافُهُ عَلَيْهِمْ أَشَدَّ مِنْ خَوْفِ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَهُوَ الشِّرْكُ فِي النِّيَّةِ وَالْقَصْدِ الَّذِي لَا يَظْهَرُ لِلنَّاسِ، ثُمَّ فَسَّرَهُ بِتَحْسِينِ الْعَمَلِ الَّذِي يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ مِنْ أَجْلِ رُؤْيَةِ النَّاسِ.

Makna keseluruhan hadits: Para sahabat sedang membahas fitnah Dajjal dan mereka takut akan hal itu. Maka Nabi ﷺ memberitahu mereka bahwa ada sesuatu yang lebih beliau takutkan atas mereka daripada ketakutan terhadap fitnah Dajjal, yaitu syirik dalam niat dan tujuan yang tidak tampak bagi manusia. Kemudian beliau menafsirkannya sebagai memperbagus amalan yang dilakukan karena mengharap wajah Allah demi agar dilihat oleh manusia.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّحْذِيرَ مِنَ الرِّيَاءِ، وَفِيهِ تَفْسِيرُهُ.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: Bahwa di dalamnya terdapat peringatan dari riya', dan di dalamnya terdapat penafsirannya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٤٢٠٤". وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ ٣/٣٠.
(1) Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan nomor "4204". Dan Ahmad dalam Musnad 3/30.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فِي الْحَدِيثِ شَفَقَتُهُ –ﷺ عَلَى أُمَّتِهِ وَنُصْحُهُ لَهُمْ.

1- Dalam hadits ini terdapat kasih sayang beliau –ﷺ terhadap umatnya dan nasihat beliau kepada mereka.

٢- أَنَّ الرِّيَاءَ أَخْوَفُ عَلَى الصَّالِحِينَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ.

2- Bahwa riya' lebih menakutkan bagi orang-orang shalih daripada fitnah Dajjal.

٣- الْحَذَرُ مِنَ الرِّيَاءِ وَمِنَ الشِّرْكِ عُمُومًا.

3- Waspada terhadap riya' dan syirik secara umum.

* * *

* * *

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ إِرَادَةُ الْإِنْسَانِ بِعَمَلِهِ الدُّنْيَا

بَابُ مِنَ الشِّرْكِ إِرَادَةُ الْإِنْسَانِ بِعَمَلِهِ الدُّنْيَا

Bab tentang syirik karena seseorang menginginkan dunia dengan amalnya

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ﴾ الْآيَتَيْنِ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan" dua ayat.

ــ

ــ

الْآيَةُ الثَّانِيَةُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [هود: ١٥، ١٦] .

Ayat kedua adalah firman Allah Ta'ala: "Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" [Hud: 15-16].

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ أَنَّ الْعَمَلَ لِأَجْلِ الدُّنْيَا شِرْكٌ، يُنَافِي كَمَالَ التَّوْحِيدِ، وَيُحْبِطُ الْعَمَلَ، وَيَفْتَرِقُ عَنِ الْبَابِ الَّذِي قَبْلَهُ، أَنَّ هَذَا عَمِلٌ لِأَجْلِ دُنْيَا يُصِيبُهَا، وَالْمُرَائِي عَمِلَ لِأَجْلِ الْمَدْحِ فَقَطْ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: penjelasan bahwa beramal untuk dunia adalah syirik, bertentangan dengan kesempurnaan tauhid, dan menggugurkan amal. Bab ini berbeda dengan bab sebelumnya, bahwa ini adalah amal untuk dunia yang diperolehnya, sedangkan riya adalah beramal hanya untuk pujian.

يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا: أَيْ: يُرِيدُ بِعَمَلِهِ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَمَالَهَا.

Menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya: yaitu menginginkan dengan amalnya pahala dunia dan hartanya.

نُوَفِّ إِلَيْهِمْ: نُوَفِّرُ لَهُمْ ثَوَابَ أَعْمَالِهِمْ بِالصِّحَّةِ، وَالسُّرُورِ بِالْأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْوَلَدِ.

Kami berikan kepada mereka: Kami sediakan bagi mereka pahala amal perbuatan mereka dengan kesehatan, kebahagiaan bersama keluarga, harta, dan anak.

لَا يُبْخَسُونَ: لَا يُنْقَصُونَ.

Mereka tidak dikurangi: Mereka tidak dikurangi.

لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ: لِأَنَّهُمْ لَمْ يَعْمَلُوا إِلَّا لِلْحَيَاةِ الدُّنْيَا.

Tidak ada bagi mereka di akhirat kecuali neraka: karena mereka tidak beramal kecuali untuk kehidupan dunia.

وَحَبِطَ: بَطُلَ.

Dan sia-sia: batal.

مَا صَنَعُوا فِيهَا: فِي الْآخِرَةِ فَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ ثَوَابٌ عَلَيْهِ؛ لِأَنَّهُمْ لَمْ يُرِيدُوا بِهِ الْآخِرَةَ.

Apa yang mereka perbuat di dalamnya: di akhirat, maka tidak ada bagi mereka pahala atasnya; karena mereka tidak menginginkan akhirat dengannya.

مَعْنَى الْآيَتَيْنِ إِجْمَالًا: أَنَّ مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ وَطَلَبَتَهُ فَنَوَاهَا بِأَعْمَالِهِ وَلَمْ يَلْتَفِتْ لِلْآخِرَةِ، جَازَاهُ اللَّهُ بِحَسَنَاتِهِ فِي الدُّنْيَا إِنْ شَاءَ -تَعَالَى-

Makna kedua ayat secara ringkas: bahwa barangsiapa yang dunia menjadi perhatian dan tujuannya, lalu ia meniatkannya dengan amal perbuatannya dan tidak memperhatikan akhirat, Allah membalasnya dengan kebaikan-kebaikannya di dunia jika Dia berkehendak -Mahatinggi-

كَمَا فِي الْآيَةِ الْأُخْرَىٰ ﴿مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ﴾ الْآيَةَ [الْإِسْرَاءُ: ١٨] ثُمَّ يُفْضِي إِلَى الْآخِرَةِ وَلَيْسَ لَهُ حَسَنَةٌ يُعْطَىٰ بِهَا جَزَاءً.

Seperti dalam ayat lain ﴿Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki﴾ ayat [Al-Isra': 18], kemudian dia akan kembali ke akhirat dan tidak memiliki kebaikan yang dengannya dia akan diberi balasan.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْآيَتَيْنِ فِي الْبَابِ: أَنَّهُمَا بَيَّنَتَا حُكْمَ مَنْ أَرَادَ بِعَمَلِهِ الدُّنْيَا وَمَآلَهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

Kesesuaian penyebutan dua ayat dalam bab ini: bahwa keduanya menjelaskan hukum orang yang menginginkan dunia dengan amalnya dan akibatnya di dunia dan akhirat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَتَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua ayat tersebut:

١- فِيهِمَا أَنَّ الشِّرْكَ مُحْبِطٌ لِلْأَعْمَالِ، وَأَنَّ إِرَادَةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا بِالْعَمَلِ مُحْبِطَةٌ لَهُ.

1- Keduanya menyatakan bahwa syirik menggugurkan amalan, dan keinginan akan dunia serta perhiasannya dengan amalan juga menggugurkannya.

٢- فِيهِمَا أَنَّ اللهَ قَدْ يَجْزِي الْكَافِرَ وَطَالِبَ الدُّنْيَا بِحَسَنَاتِهِ فِي الدُّنْيَا وَلَا يَبْقَىٰ لَهُ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةٌ يُجَازَىٰ بِهَا.

2- Keduanya menyatakan bahwa Allah mungkin membalas orang kafir dan pencari dunia dengan kebaikannya di dunia, dan tidak tersisa baginya di akhirat kebaikan yang dengannya dia akan dibalas.

٣- فِيهِمَا التَّحْذِيرُ الشَّدِيدُ مِنْ إِرَادَةِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ.

3- Keduanya mengandung peringatan keras dari menginginkan dunia dengan amalan akhirat.

٤- فِيهِمَا الْحَثُّ عَلَىٰ إِرَادَةِ الْآخِرَةِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

4- Keduanya mendorong untuk menginginkan akhirat dengan amalan saleh.

* * *

* * *

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيلَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ، وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ. طُوبَى لِعَبْدٍ أَخَذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، أَشْعَثَ رَأْسُهُ، مُغْبَرَّةٌ قَدَمَاهُ، إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ، وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ، إِنِ اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ، وَإِنْ شَفَعَ لَمْ يُشَفَّعْ" (١) .

Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishoh, celakalah hamba khamilah, jika diberi ia ridha, dan jika tidak diberi ia murka, celakalah dan terjerumuslah, dan jika tertusuk duri maka tidak dapat mencabutnya. Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kekang kudanya di jalan Allah, rambutnya kusut, kakinya berdebu, jika berada dalam penjagaan maka ia berada dalam penjagaan, dan jika berada di barisan belakang maka ia berada di barisan belakang, jika meminta izin tidak diizinkan, dan jika memberi syafaat tidak diterima syafaatnya" (1).

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ.

Dalam Shahih: yaitu Shahih Bukhari.

تَعِسَ: بِكَسْرِ الْعَيْنِ: سَقَطَ وَالْمُرَادُ هُنَا: هَلَكَ.

Ta'isa: dengan kasrah pada 'ain: jatuh, dan yang dimaksud di sini: binasa.

الْخَمِيصَةُ: ثَوْبٌ خَزٌّ أَوْ صُوفٌ مُعَلَّمٌ، كَانَتْ مِنْ لِبَاسِ النَّاسِ قَدِيمًا.

Al-Khamishoh: pakaian sutra atau wol yang dihiasi, dulu merupakan pakaian orang-orang.

الْخَمِيلَةُ: بِفَتْحِ الْخَاءِ: الْقَطِيفَةُ.

Al-Khamilah: dengan fathah pada kha': kain beludru.

انْتَكَسَ: أَيْ: عَاوَدَهُ الْمَرَضُ. وَقِيلَ: انْقَلَبَ عَلَى رَأْسِهِ وَهُوَ: دُعَاءٌ عَلَيْهِ بِالْخَيْبَةِ.

Intakasa: yaitu: penyakit kambuh padanya. Dan dikatakan: terbalik di atas kepalanya, dan itu adalah doa atasnya dengan kegagalan.

شِيكَ: أَصَابَتْهُ شَوْكَةٌ.

Syika: tertusuk duri.

فَلَا انْتَقَشَ: فَلَا يَقْدِرُ عَلَى انْتِقَاشِهَا أَيْ: أَخْذِهَا بِالْمِنْقَاشِ.

Fala intaqasya: maka ia tidak mampu mencabutnya yaitu: mengambilnya dengan pinset.

طُوبَى: اسْمٌ لِلْجَنَّةِ أَوْ شَجَرَةٍ فِيهَا.

Thuba: nama untuk surga atau pohon di dalamnya.

عِنَان: بِكَسْرِ الْعَيْنِ: سَيْرُ اللِّجَامِ.

'Inan: dengan kasrah pada huruf 'ain: tali kekang.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٨٨٧".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "2887".

فِي سَبِيلِ اللهِ: أَيْ: جِهَادُ الْمُشْرِكِينَ.

Fi sabilillah: Artinya: berjihad melawan orang-orang musyrik.

أَشْعَثُ رَأْسُهُ: صِفَةٌ لِعَبْدٍ مَجْرُورٌ بِالْفَتْحَةِ نِيَابَةً عَنِ الْكَسْرَةِ؛ لِأَنَّهُ مَمْنُوعٌ مِنَ الصَّرْفِ، وَرَأْسُهُ فَاعِلٌ، وَمَعْنَاهُ: أَنَّهُ ثَائِرُ الرَّأْسِ شَغَلَهُ الْجِهَادُ عَنِ التَّنَعُّمِ بِالادِّهَانِ وَتَسْرِيحِ الشَّعْرِ.

Asy'atsu ra'suhu: Sifat untuk seorang hamba yang dijarr dengan fathah sebagai pengganti kasrah; karena ia termasuk yang tidak dapat ditashrif, dan ra'suhu adalah fa'il, maknanya: rambutnya berantakan karena disibukkan oleh jihad daripada bermewah-mewah dengan minyak rambut dan menyisir rambut.

مُغْبَرَّةٌ قَدَمَاهُ: صِفَةٌ ثَانِيَةٌ لِعَبْدٍ، وَقَدَمَاهُ فَاعِلٌ أَيْ: عَلِقَهُمَا الْغُبَارُ وَالتُّرَابُ بِخِلَافِ الْمُتْرَفِينَ الْمُتَنَعِّمِينَ.

Mughbarratun qadamahu: Sifat kedua untuk seorang hamba, dan qadamahu adalah fa'il, artinya: kakinya dilekati debu dan tanah, berbeda dengan orang-orang yang hidup mewah dan nyaman.

الْحِرَاسَةُ: بِكَسْرِ الْحَاءِ أَيْ: يَكُونُ فِي حِمَايَةِ الْجَيْشِ غَيْرَ مُقَصِّرٍ وَلَا غَافِلٍ.

Al-hirasah: Dengan kasrah pada huruf ha', artinya: ia berada dalam perlindungan pasukan, tidak lalai dan tidak lengah.

فِي السَّاقَةِ: أَيْ: يَكُونُ فِي آخِرِ الْجَيْشِ؛ لِأَنَّهُ يُقَلِّبُ نَفْسَهُ فِي مَصَالِحِ الْجِهَادِ.

Fi as-saqah: Artinya: ia berada di barisan belakang pasukan; karena ia membolak-balikkan dirinya dalam kepentingan jihad.

إِنِ اسْتَأْذَنَ: أَيْ: لِلدُّخُولِ عَلَى الْأُمَرَاءِ.

Ini sta'dzana: Artinya: untuk masuk menemui para pemimpin.

لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ: لِأَنَّهُ لَا جَاهَ لَهُ عِنْدَهُمْ؛ لِكَوْنِهِ لَا يَقْصِدُ بِعَمَلِهِ الدُّنْيَا وَالتَّزَلُّفَ إِلَى الْأُمَرَاءِ.

Lam yu'dzan lahu: Karena ia tidak memiliki kedudukan di sisi mereka; karena ia tidak menginginkan dunia dan tidak mengambil muka kepada para pemimpin dengan amalnya.

وَإِنْ شَفَعَ: أَيْ: أَلْجَأَتْهُ الْحَالُ إِلَى أَنْ يَتَوَسَّطَ فِي أَمْرٍ يُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ مِنْ قَضَاءِ حَوَائِجِ النَّاسِ.

Wa in syafa'a: Artinya: keadaan memaksanya untuk menjadi perantara dalam suatu perkara yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu memenuhi kebutuhan manusia.

لَمْ يُشْفَعْ: بِفَتْحِ الْفَاءِ الْمُشَدَّدَةِ أَيْ: لَمْ تُقْبَلْ شَفَاعَتُهُ عِنْدَ الْأُمَرَاءِ وَنَحْوِهِمْ.

Lam yusyfa': dengan fathah pada huruf fa' yang bertasydid, artinya: syafaatnya tidak diterima di sisi para pemimpin dan sejenisnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُصَوِّرُ النَّبِيُّ –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ حَالَةَ رَجُلَيْنِ: أَحَدُهُمَا مِنْ طُلَّابِ الدُّنْيَا، وَالْآخَرُ مِنْ طُلَّابِ الْآخِرَةِ؛ فَطَالِبُ بِلَفْظِ الْخَبَرِ: "تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ" أَيْ: إِذَا أَصَابَهُ شَرٌّ لَمْ يَخْرُجْ مِنْهُ وَلَمْ يَفْلَحْ؛ فَلَا نَالَ الْمَطْلُوبَ وَلَا خَلُصَ مِنَ الْمَرْهُوبِ، وَصَارَ

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ menggambarkan dalam hadits ini keadaan dua orang: salah satunya dari para penuntut dunia, dan yang lainnya dari para penuntut akhirat; maka penuntut dengan lafaz khabar: "Ta'isa wantakasa wa idza syika fala intaqasya" yaitu: jika keburukan menimpanya, ia tidak keluar darinya dan tidak beruntung; maka ia tidak memperoleh yang diinginkan dan tidak selamat dari yang ditakuti, dan menjadi

عَبْدًا لِمَا يَهْوَاهُ مِنْ شَهَوَاتِهِ؛ لَا صِلَةَ لَهُ بِرَبِّهِ يُخَلِّصُهُ بِسَبَبِهَا مِمَّا وَقَعَ فِيهِ. ثُمَّ بَيَّنَ –ﷺ حَالَ عَبْدِ اللهِ الصَّادِقِ السَّاعِي فِي مَرَاضِيهِ الْمُبْتَعِدِ عَنْ مَسَاخِطِهِ الصَّابِرِ عَلَى مَشَقَّةِ النَّصَبِ وَالتَّعَبِ؛ وَأَنَّهُ لَمْ يَتَفَرَّغْ لِلتَّرَفِ وَنَيْلِ الْمَلَذَّاتِ وَلَمْ يَتَظَاهَرْ أَمَامَ النَّاسِ حَتَّى يُعْرَفَ لَدَيْهِمْ وَيَكُونَ ذَا جَاهٍ عِنْدَهُمْ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُرِدْ بِعَمَلِهِ الدُّنْيَا وَنَيْلَ الْجَاهِ، بَلْ أَرَادَ بِهِ وَجْهَ اللهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ؛ فَجَزَاؤُهُ أَنَّ لَهُ الْجَنَّةَ أَوْ شَجَرَةً فِيهَا.

Menjadi hamba bagi apa yang ia sukai dari syahwatnya; tidak ada hubungan dengan Tuhannya yang menyelamatkannya dari apa yang ia alami. Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan keadaan hamba Allah yang jujur, yang berusaha dalam hal yang diridhai-Nya, menjauhi hal yang dibenci-Nya, bersabar atas kesulitan kelelahan dan kepayahan; dan bahwa ia tidak menyibukkan diri dengan kemewahan dan meraih kelezatan, dan tidak menampakkan diri di hadapan manusia hingga dikenal di sisi mereka dan menjadi orang yang berkedudukan di sisi mereka; karena ia tidak menginginkan dunia dan meraih kedudukan dengan amalnya, tetapi ia menginginkan wajah Allah dan negeri akhirat; maka balasannya adalah surga atau pohon di dalamnya.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ ذَمَّ الْعَمَلِ لِأَجْلِ الدُّنْيَا، وَمَدْحَ الْعَمَلِ لِأَجْلِ الْآخِرَةِ.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: bahwa di dalamnya terdapat celaan beramal untuk dunia, dan pujian beramal untuk akhirat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- ذَمُّ الْعَمَلِ لِأَجْلِ الدُّنْيَا، وَمَدْحُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ الْآخِرَةِ.

1- Celaan beramal untuk dunia, dan pujian beramal untuk akhirat.

٢- فَضْلُ التَّوَاضُعِ.

2- Keutamaan tawadhu' (rendah hati).

٣- فَضْلُ الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ.

3- Keutamaan jihad di jalan Allah.

٤- ذَمُّ التَّرَفِ وَالتَّنَعُّمِ، وَمَدْحُ الْخُشُونَةِ وَالرُّجُولَةِ وَالْقُوَّةِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُعِينُ عَلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ.

4- Celaan terhadap kemewahan dan kenikmatan, dan pujian terhadap kesederhanaan, kejantanan, dan kekuatan; karena hal itu termasuk yang membantu dalam berjihad di jalan Allah.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ أَطَاعَ الْعُلَمَاءَ وَالْأُمَرَاءَ فِي تَحْرِيمِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ أَوْ تَحْلِيلِ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَقَدِ اتَّخَذَهُمْ أَرْبَابًا

بَابُ مَنْ أَطَاعَ الْعُلَمَاءَ وَالْأُمَرَاءَ فِي تَحْرِيمِ مَا أَحَلَّ اللهُ أَوْ تَحْلِيلِ مَا حَرَّمَ اللهُ فَقَدِ اتَّخَذَهُمْ أَرْبَابًا

Bab tentang orang yang menaati para ulama dan penguasa dalam mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah, maka sungguh dia telah menjadikan mereka sebagai arbab (sesembahan selain Allah)

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُوشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ: أَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَتَقُولُونَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ"!.

Ibnu Abbas berkata, "Hampir saja batu-batu dari langit turun menimpa kalian. Aku katakan, 'Rasulullah ﷺ bersabda', namun kalian mengatakan, 'Abu Bakar dan Umar berkata'!"

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ هَذَا الْبَابِ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَتِ الطَّاعَةُ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، نَبَّهَ الْمُصَنِّفُ ﵀ بِهَذَا الْبَابِ عَلَى وُجُوبِ اخْتِصَاصِ الْخَالِقِ ﵎ بِهَا، وَأَنَّهُ لَا يُطَاعُ أَحَدٌ مِنَ الْخَلْقِ إِلَّا إِذَا كَانَتْ طَاعَتُهُ فِي غَيْرِ مَعْصِيَةِ اللهِ.

Kesesuaian penyebutan bab ini dalam kitab Tauhid: Karena ketaatan termasuk jenis ibadah, penulis ﵀ mengingatkan dengan bab ini tentang kewajiban mengkhususkan ketaatan hanya kepada Allah ﵎, dan bahwa tidak boleh taat kepada siapa pun dari makhluk kecuali jika ketaatan itu bukan dalam bermaksiat kepada Allah.

أَرْبَابًا: أَيْ: شُرَكَاءَ مَعَ اللهِ فِي التَّشْرِيعِ.

Arbaban: Yaitu sekutu-sekutu bersama Allah dalam membuat syariat.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ ... إِلَخْ: أَيْ: قَالَهُ لِمَنْ نَاظَرَهُ فِي مُتْعَةِ الْحَجِّ وَكَانَ هُوَ يَأْمُرُ بِهَا؛ لِأَمْرِ الرَّسُولِ ﷺ بِهَا، فَاحْتَجَّ عَلَيْهِ الْمُخَالِفُ بِنَهْيِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ عَنْهَا، وَاحْتَجَّ ابْنُ عَبَّاسٍ بِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ.

Ibnu Abbas berkata ... dst: Yaitu, dia mengatakannya kepada orang yang berdebat dengannya tentang mut'ah haji, dan dia (Ibnu Abbas) memerintahkannya karena Rasulullah ﷺ memerintahkannya. Lalu orang yang menyelisihinya berargumen dengan larangan Abu Bakar dan Umar tentangnya, sedangkan Ibnu Abbas berargumen dengan sunnah Rasulullah ﷺ.

يُوشِكُ: أَيْ: يَقْرُبُ وَيَدْنُو وَيُسْرِعُ.

Yusyiku: Yaitu hampir, mendekat, dan mempercepat.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ ﵄ يَتَوَقَّعُ أَنْ يُنْزِلَ اللهُ عُقُوبَةً مِنَ السَّمَاءِ عَاجِلَةً شَنِيعَةً بِمَنْ يُقَدِّمُ قَوْلَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ ﵄ عَلَى قَوْلِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، لِأَنَّ الْإِيمَانَ بِالرَّسُولِ ﷺ

Makna keseluruhan dari atsar: bahwa Ibnu Abbas ﵄ mengharapkan Allah akan menurunkan hukuman dari langit dengan segera yang mengerikan kepada siapa saja yang mendahulukan perkataan Abu Bakar dan Umar ﵄ atas perkataan Rasulullah ﷺ, karena iman kepada Rasul ﷺ

يَقْتَضِي مُتَابَعَتَهُ وَتَقْدِيمَ قَوْلِهِ عَلَى قَوْلِ كُلِّ أَحَدٍ كَائِنًا مَنْ كَانَ.

Mengharuskan untuk mengikutinya dan mendahulukan perkataannya atas perkataan siapa pun juga.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِهِ فِي الْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ طَاعَةِ الْعُلَمَاءِ وَالْأُمَرَاءِ فِيمَا خَالَفَ هَدْيَ الرَّسُولِ –ﷺ وَأَنَّهُ مُوجِبَةٌ لِلْعُقُوبَةِ.

Relevansi penyebutannya dalam bab ini: bahwa hal itu menunjukkan haramnya menaati para ulama dan pemimpin dalam hal yang menyelisihi petunjuk Rasulullah ﷺ, dan bahwa hal itu mewajibkan adanya hukuman.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- وُجُوبُ تَقْدِيمِ قَوْلِ الرَّسُولِ –ﷺ عَلَى قَوْلِ كُلِّ أَحَدٍ.

1- Wajibnya mendahulukan perkataan Rasulullah ﷺ atas perkataan siapa pun.

٢- أَنَّ مُخَالَفَةَ هَدْيِ الرَّسُولِ –ﷺ تُوجِبُ الْعُقُوبَةَ.

2- Bahwa menyelisihi petunjuk Rasulullah ﷺ mewajibkan adanya hukuman.

* * *

* * *

وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: عَجِبْتُ لِقَوْمٍ عَرَفُوا الْإِسْنَادَ وَصِحَّتَهُ، يَذْهَبُونَ إِلَى رَأْيِ سُفْيَانَ؛ وَاللهُ تَعَالَى يَقُولُ: ﴿فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ﴾ [النُّورِ: ٦٣] .

Dan Ahmad bin Hanbal berkata: Aku heran dengan kaum yang mengetahui isnad dan kesahihannya, mereka pergi kepada pendapat Sufyan; padahal Allah Ta'ala berfirman: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah" [An-Nur: 63].

أَتَدْرِي مَا الْفِتْنَةُ؟ الْفِتْنَةُ: الشِّرْكُ: لَعَلَّهُ إِذَا رَدَّ بَعْضَ قَوْلِهِ أَنْ يَقَعَ فِي قَلْبِهِ شَيْءٌ مِنَ الزَّيْغِ فَيَهْلِكَ".

Tahukah kamu apa fitnah itu? Fitnah adalah syirik: Mungkin jika dia menolak sebagian perkataannya, akan jatuh dalam hatinya sesuatu dari kesesatan sehingga dia binasa".

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

١- أَحْمَدُ هُوَ: الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَنْبَلٍ، مَاتَ سَنَةَ ٢٤١هـ ﵀.

1- Ahmad adalah: Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, wafat tahun 241 H rahimahullah.

٢- سُفْيَانُ هُوَ: أَبُو عَبْدِ اللهِ سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ الْإِمَامُ الزَّاهِدُ الْعَابِدُ الثِّقَةُ الْفَقِيهُ، مَاتَ سَنَةَ ١٦١هـ.

2- Sufyan adalah: Abu Abdullah Sufyan bin Sa'id Ats-Tsauri, seorang imam, zahid, ahli ibadah, terpercaya, dan ahli fikih, wafat tahun 161 H.

قَالَ أَحْمَدُ: أَيْ: لَمَّا قِيلَ لَهُ: إِنَّ قَوْمًا يَتْرُكُونَ الْحَدِيثَ وَيَذْهَبُونَ إِلَى رَأْيِ سُفْيَانَ أَوْ غَيْرِهِ مِنَ الْفُقَهَاءِ.

Ahmad berkata: Yakni, ketika dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ada kaum yang meninggalkan hadits dan pergi kepada pendapat Sufyan atau selainnya dari para ahli fikih.

عَرَفُوا الْإِسْنَادَ وَصِحَّتَهُ: أَيْ: عَرَفُوا صِحَّةَ إِسْنَادِ الْحَدِيثِ؛ لِأَنَّ صِحَّةَ الْإِسْنَادِ تَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ الْحَدِيثِ.

Mereka mengetahui isnad dan kesahihannya: Yakni, mereka mengetahui kesahihan isnad hadits; karena kesahihan isnad menunjukkan kesahihan hadits.

يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ: أَيْ: أَمْرِ اللهِ أَوِ الرَّسُولِ –ﷺ، وَعُدِّيَ الفِعْلُ بِـ "عَنْ" لِتَضَمُّنِهِ مَعْنَى الإِعْرَاضِ.

Mereka yang menentang perintah-Nya: yaitu perintah Allah atau Rasul-Nya ﷺ, dan kata kerja tersebut menggunakan "عَنْ" karena mengandung makna berpaling.

أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ: مِحْنَةٌ فِي الدُّنْيَا.

Bahwa mereka akan ditimpa fitnah: cobaan di dunia.

أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: فِي الآخِرَةِ.

Atau mereka akan ditimpa azab yang pedih: di akhirat.

لَعَلَّهُ: أَيِ: الإِنْسَانُ الَّذِي تَصِحُّ عِنْدَهُ سُنَّةُ الرَّسُولِ –ﷺ.

Semoga dia: yaitu manusia yang meyakini kebenaran sunnah Rasul ﷺ.

إِذَا رَدَّ بَعْضَ قَوْلِهِ: أَيْ: قَوْلِ النَّبِيِّ –ﷺ.

Jika dia menolak sebagian perkataannya: yaitu perkataan Nabi ﷺ.

مِنَ الزَّيْغِ: أَيِ الْعُدُولِ عَنِ الْحَقِّ وَفَسَادِ الْقَلْبِ.

Dari penyimpangan: yaitu berpaling dari kebenaran dan rusaknya hati.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ: يُنْكِرُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَلَى مَنْ يَعْرِفُ الْحَدِيثَ الصَّحِيحَ عَنْ رَسُولِ اللهِ –ﷺ ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يُقَلِّدُ سُفْيَانَ أَوْ غَيْرَهُ فِيمَا يُخَالِفُ الْحَدِيثَ، وَيَعْتَذِرُ بِالْأَعْذَارِ الْبَاطِلَةِ؛ لِيُبَرِّرَ فِعْلَهُ. مَعَ أَنَّ الْفَرْضَ وَالْحَتْمَ عَلَى الْمُؤْمِنِ إِذَا بَلَغَهُ كِتَابُ اللهِ –تَعَالَى- وَسُنَّةُ رَسُولِهِ –ﷺ وَعَلِمَ مَعْنَى ذَلِكَ فِي أَيِّ شَيْءٍ كَانَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ وَلَوْ خَالَفَهُ مَنْ خَالَفَهُ، فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا رَبُّنَا –﵎ وَأَمَرَنَا نَبِيُّنَا –ﷺ ثُمَّ يَتَخَوَّفُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَلَى مَنْ صَحَّتْ عِنْدَهُ سُنَّةُ رَسُولِ اللهِ –ﷺ، ثُمَّ خَالَفَ شَيْئًا مِنْهَا أَنْ يَزِيغَ قَلْبُهُ فَيَهْلِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَيَسْتَشْهِدُ بِالْآيَةِ الْمَذْكُورَةِ، وَمِثْلُهَا فِي الْقُرْآنِ كَثِيرٌ كَقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ﴾ [الصف: ٥] .

Makna keseluruhan: Imam Ahmad mengingkari orang yang mengetahui hadits shahih dari Rasulullah ﷺ kemudian setelah itu mengikuti Sufyan atau selainnya dalam hal yang bertentangan dengan hadits, dan meminta maaf dengan alasan-alasan yang batil; untuk membenarkan perbuatannya. Padahal kewajiban dan keharusan bagi seorang mukmin apabila sampai kepadanya Kitabullah –Ta'ala- dan Sunnah Rasul-Nya ﷺ dan mengetahui maknanya dalam hal apapun, hendaklah ia mengamalkannya meskipun orang lain menyelisihinya, karena demikianlah Rabb kita ﵎ memerintahkan kita dan Nabi kita ﷺ memerintahkan kita. Kemudian Imam Ahmad mengkhawatirkan orang yang telah terbukti baginya Sunnah Rasulullah ﷺ, lalu ia menyelisihi sesuatu darinya, sehingga hatinya menyimpang dan binasa di dunia dan akhirat, dan ia berdalil dengan ayat yang disebutkan, dan sejenisnya banyak terdapat dalam Al-Qur'an seperti firman-Nya Ta'ala: "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka" [Ash-Shaff: 5].

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ ذَلِكَ فِي الْبَابِ: التَّحْذِيرُ مِنْ تَقْلِيدِ الْعُلَمَاءِ مِنْ غَيْرِ دَلِيلٍ، وَتَرْكُ الْعَمَلِ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ أَنَّ ذَلِكَ شِرْكٌ فِي الطَّاعَةِ.

Kesesuaian penyebutan hal tersebut dalam bab ini: Peringatan dari taqlid kepada ulama tanpa dalil, dan meninggalkan amal dengan Al-Kitab dan As-Sunnah bahwa hal itu adalah syirik dalam ketaatan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- تَحْرِيمُ التَّقْلِيدِ عَلَى مَنْ يَعْرِفُ الدَّلِيلَ وَكَيْفِيَّةَ الِاسْتِدْلَالِ.

1- Haramnya taqlid bagi orang yang mengetahui dalil dan cara berdalil.

٢- جَوَازُ التَّقْلِيدِ لِمَنْ لَا يَعْرِفُ الدَّلِيلَ؛ بِأَنْ يُقَلِّدَ مَنْ يَثِقُ بِعِلْمِهِ وَدِينِهِ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ.

2- Bolehnya taqlid bagi orang yang tidak mengetahui dalil; dengan bertaqlid kepada orang yang dia percayai ilmu dan agamanya dari kalangan ahli ilmu.

* * *

* * *

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ –﵁ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ: ﴿اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللهِ﴾ [التوبة: ٣١]، فَقُلْتُ لَهُ: إِنَّا لَسْنَا نَعْبُدُهُمْ، قَالَ: "أَلَيْسَ يُحَرِّمُونَ مَا أَحَلَّ اللهُ فَتُحَرِّمُونَهُ، وَيُحِلُّونَ مَا حَرَّمَ اللهُ، فَتُحِلُّونَهُ؟ " فَقُلْتُ: بَلَى. قَالَ "فَتِلْكَ: عِبَادَتُهُمْ" (١) . رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ.

Dari 'Adi bin Hatim –﵁ bahwa ia mendengar Nabi ﷺ membaca ayat ini: ﴿Mereka menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah﴾ [At-Taubah: 31], maka aku berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka." Beliau bersabda: "Bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan lalu kalian mengharamkannya, dan mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan lalu kalian menghalalkannya?" Aku menjawab: "Benar." Beliau bersabda: "Maka itulah ibadah kepada mereka." (1) Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

عَدِيٌّ: هُوَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ الطَّائِيُّ، صَحَابِيٌّ شَهِيرٌ حَسُنَ الْإِسْلَامَ، مَاتَ سَنَةَ ٦٨هـ وَلَهُ ١٢٠ سَنَةً –﵁.

'Adi: Dia adalah 'Adi bin Hatim Ath-Tha'i, seorang sahabat terkenal yang baik keislamannya. Wafat pada tahun 68 H dalam usia 120 tahun –﵁.

اتَّخَذُوا: جَعَلُوا.

Ittakhadzu: Menjadikan.

أَحْبَارَهُمْ: عُلَمَاءُ الْيَهُودِ.

Ahbarahum: Para ulama Yahudi.

وَرُهْبَانَهُمْ: عُبَّادُ النَّصَارَى.

Wa ruhbanahum: Para rahib Nasrani.

أَرْبَابًا مِن دُونِ اللهِ: حَيْثُ اتَّبَعُوهُمْ فِي تَحْلِيلِ مَا حَرَّمَ اللهُ وَتَحْرِيمِ مَا أَحَلَّ.

Arbaban min dunillah: Di mana mereka mengikuti para ulama dan rahib dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan.

لَسْنَا نَعْبُدُهُمْ: ظَنَّ أَنَّ الْعِبَادَةَ يُرَادُ بِهَا التَّقَرُّبُ إِلَيْهِمْ بِالسُّجُودِ وَنَحْوِهِ فَقَطْ.

Lasna na'buduhum: Ia mengira bahwa yang dimaksud ibadah hanyalah mendekatkan diri kepada mereka dengan sujud dan semisalnya saja.

أَلَيْسَ يُحَرِّمُونَ ... إِلَخْ: بَيَانٌ لِمَعْنَى اتِّخَاذِهِمْ أَرْبَابًا.

Alaysa yuharrimuna ... dst: Penjelasan makna menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣١٠٤" وَذَكَرَهُ ابْنُ كَثِيرٍ فِي تَفْسِيرِهِ "٢/٤٥٨" وَعَزَاهُ إِلَى أَحْمَدَ وَالتِّرْمِذِيِّ وَابْنِ جَرِيرٍ. وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ.
(1) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor "3104" dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya "2/458" dan dia menisbatkannya kepada Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Jarir. At-Tirmidzi berkata: Ini adalah hadits gharib.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ: حِينَمَا سَمِعَ هَذَا الصَّحَابِيُّ الْجَلِيلُ تِلَاوَةَ الرَّسُولِ ﷺ لِهَذِهِ الْآيَةِ الَّتِي فِيهَا الْإِخْبَارُ عَنِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى: بِأَنَّهُمْ جَعَلُوا عُلَمَاءَهُمْ وَعُبَّادَهُمْ آلِهَةً لَهُمْ يُشَرِّعُونَ لَهُمْ مَا يُخَالِفُ تَشْرِيعَ اللهِ فَيُطِيعُونَهُمْ فِي ذَلِكَ، اسْتَشْكَلَ مَعْنَاهَا، لِأَنْ يَظُنَّ أَنَّ الْعِبَادَةَ مَقْصُورَةٌ عَلَى السُّجُودِ وَنَحْوِهِ. فَبَيَّنَ لَهُ الرَّسُولُ ﷺ أَنَّ مِنْ عِبَادَةِ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ: طَاعَتَهُمْ فِي تَحْرِيمِ الْحَلَالِ وَتَحْلِيلِ الْحَرَامِ، خِلَافَ حُكْمِ اللهِ -تَعَالَى- وَرَسُولِهِ ﷺ.

Makna keseluruhan: Ketika sahabat yang mulia ini mendengar Rasulullah ﷺ membaca ayat yang mengabarkan tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani: bahwa mereka menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai tuhan-tuhan yang membuat syariat bagi mereka yang bertentangan dengan syariat Allah, lalu mereka menaati mereka dalam hal itu, dia mempertanyakan maknanya, karena dia mengira bahwa ibadah terbatas pada sujud dan sejenisnya. Maka Rasulullah ﷺ menjelaskan kepadanya bahwa termasuk ibadah kepada para pendeta dan rahib adalah: menaati mereka dalam mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, bertentangan dengan hukum Allah -Ta'ala- dan Rasul-Nya ﷺ.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ طَاعَةَ الْمَخْلُوقِ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ عِبَادَةٌ لَهُ مِنْ دُونِ اللهِ، لَا سِيَّمَا فِي تَشْرِيعِ الْأَحْكَامِ، وَسَنِّ الْقَوَانِينِ الْمُخَالِفَةِ لِحُكْمِ اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa menaati makhluk dalam bermaksiat kepada Allah adalah ibadah kepadanya selain Allah, terutama dalam menetapkan hukum-hukum dan membuat undang-undang yang bertentangan dengan hukum Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ طَاعَةَ الْعُلَمَاءِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْمَخْلُوقِينَ فِي تَغْيِيرِ أَحْكَامِ اللهِ -إِذَا كَانَ الْمُطِيعُ يَعْرِفُ مُخَالَفَتَهُمْ لِشَرْعِ اللهِ- شِرْكٌ أَكْبَرُ.

1- Bahwa menaati para ulama dan makhluk lainnya dalam mengubah hukum-hukum Allah -jika yang menaati mengetahui pertentangan mereka terhadap syariat Allah- adalah syirik besar.

٢- أَنَّ التَّحْلِيلَ وَالتَّحْرِيمَ حَقٌّ لِلَّهِ تَعَالَى.

2- Bahwa menghalalkan dan mengharamkan adalah hak Allah Ta'ala.

٣- بَيَانٌ لِنَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ الشِّرْكِ وَهُوَ شِرْكُ الطَّاعَةِ.

3- Penjelasan tentang salah satu jenis syirik yaitu syirik ketaatan.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ تَعْلِيمِ الْجَاهِلِ.

4- Disyariatkannya mengajar orang yang tidak tahu.

٥- أَنَّ مَعْنَى الْعِبَادَةِ وَاسِعٌ يَشْمَلُ كُلَّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ.

5- Bahwa makna ibadah itu luas mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan dan perbuatan yang zahir maupun batin.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا ...﴾ الْآيَاتُ.

Bab firman Allah Ta'ala: "Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya..." ayat-ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَاتِ: ﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنزَلَ اللهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُودًا، فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاؤُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا﴾ [النساء: ٦٠- ٦٢] .

Kelengkapan ayat-ayat: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul," (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik benar-benar menghalangi (manusia) dari (beriman) kepadamu. Maka bagaimana halnya apabila (kelak) musibah menimpa mereka (orang munafik) disebabkan perbuatan tangannya sendiri, kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad) sambil bersumpah, "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan kedamaian." [An-Nisa': 60-62].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: نَبَّهَ الْمُؤَلِّفُ ﵀ بِهَذَا الْبَابِ عَلَى مَا تَضَمَّنَهُ التَّوْحِيدُ وَاسْتَلْزَمَهُ مِنْ تَحْكِيمِ الرَّسُولِ ﷺ فِي مَوَارِدِ النِّزَاعِ؛ إِذْ هَذَا مِنْ مُقْتَضَى الشَّهَادَتَيْنِ، فَمَنْ تَلَفَّظَ بِالشَّهَادَتَيْنِ ثُمَّ عَدَلَ إِلَى تَحْكِيمِ غَيْرِ الرَّسُولِ فَقَدْ كَذَبَ فِي شَهَادَتِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Penulis ﵀ mengingatkan dengan bab ini tentang apa yang terkandung dalam tauhid dan keharusan untuk menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai hakim dalam perselisihan; karena ini adalah konsekuensi dari dua kalimat syahadat. Barangsiapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian berpaling untuk menjadikan selain Rasul sebagai hakim, maka dia telah berdusta dalam syahadatnya.

أَلَمْ تَرَ: اسْتِفْهَامُ تَعَجُّبٍ وَاسْتِنْكَارٍ.

Tidakkah kamu memperhatikan: Pertanyaan yang menunjukkan keheranan dan pengingkaran.

يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا ... إِلَخْ: أَيْ: يَدَّعُونَ الْإِيمَانَ بِذَلِكَ وَهُمْ كَاذِبُونَ.

Mereka menyangka bahwa mereka telah beriman ... dst: Yaitu: Mereka mengklaim beriman kepada hal itu padahal mereka berdusta.

أَنْ يَتَحَاكَمُوا: أَيْ: يَتَخَاصَمُوا.

Untuk bersengketa: Yaitu: Untuk berselisih.

إِلَى الطَّاغُوتِ: هُوَ كَثِيرُ الطُّغْيَانِ، وَالْمُرَادُ بِهِ هُنَا كَعْبُ الْأَشْرَافِ الْيَهُودِيُّ، وَهُوَ يَشْمَلُ كُلَّ مَنْ حَكَمَ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ.

Kepada Thaghut: Dia adalah yang banyak melampaui batas, dan yang dimaksud di sini adalah Ka'b Al-Asyraf Al-Yahudi, dan ini mencakup setiap orang yang menghukumi dengan selain apa yang diturunkan Allah.

أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ: أَيْ يَرْفُضُوا طَاعَةَ الطَّاغُوتِ.

an yakfurū bih: yaitu menolak untuk menaati thaghut.

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ: بِأَمْرِهِ لِهَؤُلَاءِ وَتَزْيِينِهِ لَهُمُ التَّحَاكُمَ إِلَى الطَّاغُوتِ.

Wa yurīdusy-syaithānu: dengan memerintahkan mereka dan memperindah bagi mereka untuk berhukum kepada thaghut.

أَنْ يُضِلَّهُمْ: أَنْ يَصُدَّهُمْ عَنْ سَبِيلِ الْحَقِّ وَالْهُدَى.

an yudhillahum: yaitu memalingkan mereka dari jalan kebenaran dan petunjuk.

ضَلَالًا بَعِيدًا: فَيَجُورَ بِهِمْ جَوْرًا بَعِيدًا.

dhalālan ba'īdā: maka menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh.

إِلَى مَا أَنْزَلَ اللهُ: أَيْ: فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْحُكْمِ بَيْنَ النَّاسِ.

ilā mā anzalallāhu: yaitu dalam Al-Qur'an tentang hukum di antara manusia.

وَإِلَى الرَّسُولِ: لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ فِيمَا تَنَازَعُوا فِيهِ.

wa ilar-rasūli: agar dia memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.

رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ: أَيِ: الَّذِينَ يَدَّعُونَ الْإِيمَانَ وَهُمْ كَاذِبُونَ.

ra'aital-munāfiqīna: yaitu orang-orang yang mengaku beriman padahal mereka berdusta.

يَصُدُّونَ: يُعْرِضُونَ، فِي مَوْضِعِ نَصْبٍ عَلَى الْحَالِ.

yasuddūna: mereka berpaling, dalam posisi nashab sebagai hal (keterangan keadaan).

عَنْكَ: إِلَى غَيْرِكَ.

'anka: kepada selain engkau.

صُدُودًا: مَصْدَرُ "صَدَّ" أَوِ اسْمُ مَصْدَرٍ.

sudūdā: mashdar dari "shadda" atau ism mashdar.

فَكَيْفَ: أَيْ: مَاذَا يَكُونُ حَالُهُمْ؟ وَمَاذَا يَصْنَعُونَ؟

fa kaifa: yaitu bagaimana keadaan mereka? Dan apa yang mereka perbuat?

إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ: إِذَا نَزَلَتْ بِهِمْ عُقُوبَةٌ مِنْ قَتْلٍ وَنَحْوِهِ.

idzā ashābathum mushībah: jika menimpa mereka bencana berupa hukuman seperti pembunuhan dan semisalnya.

بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ: أَيْ: بِسَبَبِ التَّحَاكُمِ إِلَى غَيْرِكَ وَعَدَمِ الرِّضَا بِحُكْمِكَ، هَلْ يَقْدِرُونَ عَلَى الْفِرَارِ مِنْهَا؟

bimā qaddamat aidīhim: yaitu disebabkan mereka berhukum kepada selain engkau dan tidak ridha dengan hukum-Mu, apakah mereka mampu melarikan diri darinya?

ثُمَّ جَاءُوكَ: لِلِاعْتِذَارِ حِينَ يُصَابُونَ، مَعْطُوفٌ عَلَى إِصَابَتِهِمْ، أَوْ عَلَى يَصُدُّونَ.

tsumma jā'ūka: untuk meminta maaf ketika mereka tertimpa musibah, ma'thuf kepada ishābatihim, atau kepada yasuddūna.

إِنْ أَرَدْنَا: أَيْ: مَا أَرَدْنَا بِالْمُحَاكَمَةِ إِلَى غَيْرِكَ.

Jika kami menginginkan: Maksudnya: Kami tidak menginginkan pengadilan kepada selain Anda.

إِلَّا إِحْسَانًا: أَيْ: الْإِصْلَاحَ بَيْنَ النَّاسِ.

Kecuali kebaikan: Yaitu: Perdamaian di antara manusia.

وَتَوْفِيقًا: تَأْلِيفًا بَيْنَ الْخَصْمَيْنِ وَلَمْ نُرِدْ مُخَالَفَتَكَ.

Dan taufik: Menyelaraskan antara dua lawan dan kami tidak bermaksud menentangmu.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَاتِ: أَنَّ اللهَ –﷾ أَنْكَرَ عَلَى مَنْ يَدَّعِي الْإِيمَانَ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْأَنْبِيَاءِ قَبْلَهُ، وَهُوَ مَعَ ذَلِكَ يُرِيدُ أَنْ يَتَحَاكَمَ فِي فَصْلِ الْخُصُومَاتِ إِلَى غَيْرِ كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ،

Makna keseluruhan ayat-ayat: Bahwa Allah –﷾ mengingkari orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan kepada para nabi sebelumnya, namun ia ingin berperkara dalam memutuskan perselisihan kepada selain Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya,

وَيَحَاكَمُ إِلَى الطَّاغُوتِ الَّذِي أَمَرَ اللهُ عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ؛ وَلَكِنَّ الشَّيْطَانَ يُرِيدُ أَنْ يُضِلَّ هَؤُلَاءِ الْمُتَحَاكِمِينَ إِلَى الطَّاغُوتِ عَنْ سَبِيلِ الْهُدَى وَالْحَقِّ وَيُبْعِدَهُمْ عَنْهُ؛ وَإِذَا دُعِيَ هَؤُلَاءِ إِلَى التَّحَاكُمِ إِلَى كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ أَعْرَضُوا إِعْرَاضَ اسْتِكْبَارٍ وَتَمَتُّعٍ –فَمَاذَا يَكُونُ حَالُهُمْ وَصَنِيعُهُمْ إِذَا نَزَلَتْ بِهِمُ الْمَصَائِبُ وَاحْتَاجُوا إِلَى الرَّسُولِ فِي ذَلِكَ؟! لِيَدْعُوَ اللهَ لَهُمْ وَيَحُلَّ مَشَاكِلَهُمْ –فَجَاؤُوهُ يَعْتَذِرُونَ عَمَّا صَدَرَ مِنْهُمْ بِأَنَّهُمْ لَمْ يُرِيدُوا مُخَالَفَتَهُمْ فِي عُدُولِهِمْ إِلَى غَيْرِهِ، وَإِنَّمَا أَرَادَ الْإِصْلَاحَ وَالتَّأْلِيفَ بَيْنَ النَّاسِ. فَيُبْدُونَ هَذِهِ الْأَعْذَارَ الْبَاطِلَةَ لِيُبَرِّرُوا فِعْلَهُمْ حِينَمَا يُفْتَضَحُونَ.

Dan dia berhukum kepada thaghut yang Allah perintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengingkarinya; tetapi setan ingin menyesatkan mereka yang berhukum kepada thaghut dari jalan petunjuk dan kebenaran serta menjauhkan mereka darinya; dan jika mereka dipanggil untuk berhukum kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, mereka berpaling dengan sombong dan angkuh - lalu bagaimana keadaan dan perbuatan mereka jika musibah menimpa mereka dan mereka membutuhkan Rasul dalam hal itu?! Agar dia berdoa kepada Allah untuk mereka dan menyelesaikan masalah mereka - maka mereka datang kepadanya meminta maaf atas apa yang terjadi dari mereka bahwa mereka tidak bermaksud menyelisihi mereka dalam berpaling kepada selain-Nya, dan sesungguhnya dia hanya menginginkan perbaikan dan persatuan di antara manusia. Maka mereka mengemukakan alasan-alasan yang batil ini untuk membenarkan perbuatan mereka ketika mereka terbongkar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَاتِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat:

١- وُجُوبُ التَّحَاكُمِ إِلَى كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ وَالرِّضَا بِذَلِكَ وَالتَّسْلِيمُ لَهُ.

1- Kewajiban berhukum kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta ridha dan tunduk kepadanya.

٢- أَنَّ مَنْ تَحَاكَمَ إِلَى غَيْرِ الشَّرِيعَةِ الْإِسْلَامِيَّةِ فَلَيْسَ بِمُؤْمِنٍ، وَلَيْسَ بِمُصْلِحٍ وَإِنْ ادَّعَى أَنَّهُ يَقْصِدُ الْإِصْلَاحَ.

2- Bahwa barangsiapa yang berperkara kepada selain syariat Islam maka dia bukanlah seorang mukmin, dan bukan pula seorang mushlih (pembaharu) meskipun dia mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk perbaikan.

٣- أَنَّ مَنْ حَكَمَ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ فَهُوَ طَاغُوتٌ، وَمَنْ تَحَاكَمَ إِلَى غَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ فَهُوَ مُتَحَاكِمٌ إِلَى الطَّاغُوتِ، وَإِنْ سَمَّاهُ بِأَيِّ اسْمٍ.

3- Bahwa barangsiapa yang menghukumi dengan selain apa yang Allah turunkan maka dia adalah thaghut, dan barangsiapa yang berperkara kepada selain apa yang Allah turunkan maka dia berperkara kepada thaghut, meskipun dia menamakannya dengan nama apapun.

٤- وُجُوبُ الْكُفْرِ بِالطَّاغُوتِ.

4- Kewajiban kufur terhadap thaghut.

٥- التَّحْذِيرُ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ وَصَدِّهِ الْإِنْسَانَ عَنِ الْحَقِّ.

5- Peringatan dari tipu daya setan dan penghalangan manusia dari kebenaran.

٦- أَنَّ مَنْ دُعِيَ إِلَى التَّحَاكُمِ إِلَى مَا أَنْزَلَ اللهُ وَجَبَ عَلَيْهِ الْإِجَابَةُ وَالْقَبُولُ، فَإِنْ أَعْرَضَ فَهُوَ مُنَافِقٌ.

6- Bahwa barangsiapa yang diajak untuk berperkara kepada apa yang Allah turunkan maka wajib baginya untuk menjawab dan menerima, jika berpaling maka dia adalah seorang munafik.

٧- أَنَّ دَعْوَى قَصْدِ الْإِصْلَاحِ لَيْسَتْ بِعُذْرٍ فِي الْحُكْمِ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ.

7- Bahwa klaim bertujuan untuk perbaikan bukanlah alasan untuk menghukumi dengan selain apa yang Allah turunkan.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ﴾ [البقرة: ١١] .

Dan firman-Nya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah berbuat kerusakan di bumi!' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.'" [Al-Baqarah: 11].

ــ

ــ

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ: أَيْ: لِلْمُنَافِقِينَ.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: yaitu kepada orang-orang munafik.

لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ: أَيْ: بِالْكُفْرِ وَغَيْرِهِ مِنْ أَنْوَاعِ الْمَعَاصِي.

Janganlah berbuat kerusakan di bumi: yaitu dengan kekufuran dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya.

إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ: وَلَيْسَ مَا نَحْنُ فِيهِ بِفَسَادٍ.

Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan: dan apa yang kami lakukan bukanlah suatu kerusakan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ ﷾ يَذْكُرُ مِنْ صِفَاتِ الْمُنَافِقِينَ أَنَّهُمْ إِذَا نُهُوا عَنِ ارْتِكَابِ الْمَعَاصِي الَّتِي تُسَبِّبُ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ بِحُلُولِ الْعُقُوبَاتِ، وَأُمِرُوا بِالطَّاعَةِ الَّتِي فِيهَا صَلَاحُ الْأَرْضِ أَجَابُوا: بِأَنَّ شَأْنَنَا الْإِصْلَاحُ؛ لِأَنَّهُمْ تَصَوَّرُوا الْفَسَادَ بِصُورَةِ الصَّلَاحِ لِمَا فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الْمَرَضِ.

Makna keseluruhan dari ayat ini: bahwa Allah ﷾ menyebutkan di antara sifat-sifat orang munafik adalah ketika mereka dilarang melakukan kemaksiatan yang menyebabkan kerusakan di bumi dengan turunnya hukuman, dan diperintahkan untuk taat yang di dalamnya terdapat kebaikan bumi, mereka menjawab: bahwa urusan kami adalah melakukan perbaikan; karena mereka membayangkan kerusakan dalam bentuk kebaikan disebabkan penyakit yang ada di hati mereka.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ مَنْ دَعَا إِلَى التَّحَاكُمِ إِلَى مَا أَنْزَلَ اللهُ أَوْ دَعَا إِلَى الْمَعَاصِي فَقَدْ أَتَى بِأَعْظَمِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa siapa yang menyeru untuk berhukum kepada apa yang Allah turunkan atau menyeru kepada kemaksiatan, maka sungguh ia telah melakukan kerusakan terbesar di bumi.

مَا يُسْتَفَادُ مِنْهَا:

Pelajaran yang dapat diambil:

١- التَّحْذِيرُ مِنْ تَحْكِيمِ النُّظُمِ وَالْقَوَانِينِ الْمُخَالِفَةِ لِلشَّرِيعَةِ، وَإِنْ ادَّعَى أَصْحَابُهَا أَنَّ قَصْدَهُمُ الْإِصْلَاحُ.

1- Peringatan dari menghakimi sistem dan hukum yang bertentangan dengan syariat, meskipun para pendukungnya mengklaim bahwa tujuan mereka adalah reformasi.

٢- أَنَّ دَعْوَى الْإِصْلَاحِ لَيْسَتْ بِعُذْرٍ فِي تَرْكِ مَا أَنْزَلَ اللهُ.

2- Bahwa klaim reformasi bukanlah alasan untuk meninggalkan apa yang telah Allah turunkan.

٣- التَّحْذِيرُ مِنَ الْإِعْجَابِ بِالرَّأْيِ.

3- Peringatan dari kekaguman terhadap pendapat.

٤- أَنَّ مَرِيضَ الْقَلْبِ يَتَصَوَّرُ الْحَقَّ بَاطِلًا وَالْبَاطِلَ حَقًّا.

4- Bahwa orang yang sakit hati membayangkan kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.

٥- أَنَّ النِّيَّةَ الْحَسَنَةَ لَا تُسَوِّغُ مُخَالَفَةَ الشَّرْعِ.

5- Bahwa niat yang baik tidak membenarkan pelanggaran terhadap syariat.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا﴾ [الأعراف: ٥٦] .

Dan firman-Nya: "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya" [Al-A'raf: 56].

ــ

ــ

لَا: نَاهِيَةٌ.

Laa: larangan.

تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ: بِٱلشِّرْكِ وَٱلْمَعَاصِى.

Tufsiduu fil ardhi: dengan syirik dan maksiat.

بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا: بِبَعْثِ ٱلْأَنْبِيَاءِ وَشَرْعِ ٱلْأَحْكَامِ وَعَمَلِ ٱلطَّاعَاتِ.

Ba'da ishlaahihaa: dengan mengutus para nabi, mensyariatkan hukum-hukum, dan melakukan ketaatan.

اَلْمَعْنَى ٱلْإِجْمَالِىُّ لِلْآيَةِ: يَنْهَى ٱللَّهُ سُبْحَانَهُ عِبَادَهُ عَنِ ٱلْإِفْسَادِ فِى ٱلْأَرْضِ –بِٱلْمَعَاصِى وَٱلدُّعَاءِ إِلَىٰ طَاعَةِ ٱلْمَخْلُوقِينَ فِى مَعْصِيَةِ ٱلْخَالِقِ- بَعْدَ إِصْلَاحِهِ سُبْحَانَهُ إِيَّاهَا بِبَعْثِ ٱلرُّسُلِ وَبَيَانِ ٱلشَّرِيعَةِ وَٱلدُّعَاءِ إِلَىٰ طَاعَةِ ٱللَّهِ؛ فَإِنَّ عِبَادَةَ غَيْرِ ٱللَّهِ وَٱلدَّعْوَةَ إِلَىٰ غَيْرِهِ وَٱلشِّرْكَ بِهِ وَٱلظُّلْمَ وَٱلْمَعَاصِىَ هِىَ أَعْظَمُ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Subhanahu melarang hamba-hamba-Nya dari berbuat kerusakan di bumi - dengan maksiat dan menyeru kepada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta - setelah Dia Subhanahu memperbaikinya dengan mengutus para rasul, menjelaskan syariat, dan menyeru kepada ketaatan kepada Allah; karena menyembah selain Allah, menyeru kepada selain-Nya, menyekutukan-Nya, kezaliman, dan maksiat adalah kerusakan terbesar di bumi.

مُنَاسَبَةُ ٱلْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ مَنْ يَدْعُو إِلَى ٱلتَّحَاكُمِ إِلَىٰ غَيْرِ مَا أَنْزَلَ ٱللَّهُ فَقَدْ أَتَىٰ بِأَعْظَمِ ٱلْفَسَادِ فِى ٱلْأَرْضِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa siapa yang menyeru untuk berhukum kepada selain apa yang Allah turunkan, maka sungguh ia telah datang dengan kerusakan terbesar di bumi.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ ٱلْآيَةِ:

Apa yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ ٱلْمَعَاصِىَ إِفْسَادٌ فِى ٱلْأَرْضِ.

1- Bahwa maksiat adalah kerusakan di bumi.

٢- أَنَّ ٱلطَّاعَةَ إِصْلَاحٌ لِلْأَرْضِ.

2- Bahwa ketaatan adalah perbaikan bagi bumi.

٣- أَنَّ تَحْكِيمَ غَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِفْسَادٌ فِي الْأَرْضِ.

3- Bahwa menghakimi dengan selain apa yang diturunkan Allah adalah kerusakan di bumi.

٤- أَنَّ صَلَاحَ الْبَشَرِ وَإِصْلَاحَهُمْ لَا يَكُونُ إِلَّا بِتَحْكِيمِ مَا أَنْزَلَ اللهُ.

4- Bahwa kebaikan manusia dan perbaikan mereka hanya terjadi dengan menghakimi apa yang diturunkan Allah.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ...﴾ الْآيَةُ.

Dan firman-Nya: "Apakah mereka menginginkan hukum Jahiliyah ..." ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾ [الْمَائِدَةُ: ٥٠] .

Lengkap ayat: "Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin?" [Al-Maidah: 50].

أَفَحُكْمَ: اسْتِفْهَامٌ إِنْكَارِيٌّ.

Afahukma: pertanyaan pengingkaran.

الْجَاهِلِيَّةُ: مَا كَانَ قَبْلَ الْإِسْلَامِ وَكُلُّ مَا خَالَفَ الْإِسْلَامَ فَهُوَ مِنَ الْجَاهِلِيَّةِ.

Al-Jahiliyyah: apa yang ada sebelum Islam dan segala sesuatu yang bertentangan dengan Islam adalah bagian dari Jahiliyah.

يَبْغُونَ: يَطْلُبُونَ.

Yabghuna: mereka mencari.

وَمَنْ: أَيْ: لَا أَحَدَ.

Wa man: yaitu: tidak ada seorang pun.

أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا: هَذَا مِنْ اسْتِعْمَالِ أَفْعَلَ التَّفْضِيلِ فِيهِمَا لَيْسَ لَهُ فِي الطَّرَفِ الْآخَرِ مُشَارِكٌ.

Ahsanu minallahi hukman: ini adalah penggunaan af'al at-tafdhil (kata perbandingan) di mana tidak ada yang sebanding dengannya di sisi lain.

لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ: أَيْ: عِنْدَ قَوْمٍ يُوقِنُونَ فَإِنَّهُمْ هُمُ الَّذِينَ يَتَدَبَّرُونَ الْأُمُورَ فَيَعْلَمُونَ أَنْ لَا أَحْسَنَ حُكْمًا مِنْ حُكْمِ اللهِ.

Liqawmin yuqinun: yaitu: bagi kaum yang yakin, karena merekalah orang-orang yang merenungkan perkara-perkara sehingga mereka mengetahui bahwa tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُنْكِرُ تَعَالَى عَلَى مَنْ خَرَجَ عَنْ حُكْمِ اللهِ تَعَالَى –الْمُشْتَمِلِ عَلَى كُلِّ خَيْرٍ وَعَدْلٍ، وَالنَّاهِي عَنْ كُلِّ شَرٍّ- إِلَى مَا سِوَاهُ مِنْ: الْآرَاءِ وَالْأَهْوَاءِ الِاصْطِلَاحَاتِ الَّتِي وَضَعَهَا الرِّجَالُ بِلَا مُسْتَنَدٍ مِنْ شَرِيعَةِ اللهِ، كَمَا كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَحْكُمُونَ بِهِ مِنَ الضَّلَالَاتِ وَالْجَهَالَاتِ وَالْأَعْرَافِ الْقَبَلِيَّةِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengingkari orang yang keluar dari hukum Allah Ta'ala -yang mencakup semua kebaikan dan keadilan, dan melarang semua kejahatan- kepada selain itu dari: pendapat, hawa nafsu, dan istilah-istilah yang dibuat oleh manusia tanpa dasar dari syariat Allah, sebagaimana orang-orang Jahiliyah menghukumi dengannya berupa kesesatan, kebodohan, dan adat istiadat kesukuan.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ مَنِ ابْتَغَى غَيْرَ حُكْمِ اللهِ –مِنَ الْأَنْظِمَةِ وَالْقَوَانِينِ الْوَضْعِيَّةِ- فَقَدِ ابْتَغَى حُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa barangsiapa yang mencari selain hukum Allah -dari sistem dan hukum buatan manusia- maka sungguh dia telah mencari hukum Jahiliyah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ تَحْكِيمِ شَرِيعَةِ اللهِ.

1- Kewajiban menerapkan syariat Allah.

٢- أَنَّ مَا خَالَفَ شَرْعَ اللهِ فَهُوَ مِنْ حُكْمِ الْجَاهِلِيَّةِ.

2- Bahwa apa yang bertentangan dengan syariat Allah adalah hukum jahiliyah.

٣- بَيَانُ مَزِيَّةِ أَحْكَامِ الشَّرِيعَةِ وَأَنَّهَا هِيَ الْخَيْرُ وَالْعَدْلُ وَالرَّحْمَةُ.

3- Penjelasan keunggulan hukum-hukum syariat dan bahwa ia adalah kebaikan, keadilan, dan rahmat.

٤- أَنَّ تَحْكِيمَ الْقَوَانِينِ الْوَضْعِيَّةِ وَالنُّظُمِ الْغَرْبِيَّةِ كُفْرٌ.

4- Bahwa menerapkan hukum-hukum buatan manusia dan sistem-sistem Barat adalah kufur.

* * *

* * *

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ﵄: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ" قَالَ النَّوَوِيُّ: حَدِيثٌ صَحِيحٌ رَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ (١) .

Dari Abdullah bin Amr ﵄: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga keinginannya mengikuti apa yang aku bawa." An-Nawawi berkata: Hadits shahih, kami meriwayatkannya dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih (1).

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: النَّوَوِيُّ هُوَ: مُحْيِي الدِّينِ أَبُو زَكَرِيَّا يَحْيَى بْنُ شَرَفٍ النَّوَوِيُّ –نِسْبَةً إِلَى نَوَى قَرْيَةٍ بِالشَّامِ- وَهُوَ إِمَامٌ مَشْهُورٌ صَاحِبُ تَصَانِيفَ، تُوُفِّيَ سَنَةَ ٦٧٦ هـ ﵀.

Biografi: An-Nawawi adalah: Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi -dinisbatkan kepada Nawa, sebuah desa di Syam- dan dia adalah seorang imam terkenal, penulis banyak karya, wafat pada tahun 676 H ﵀.

الحُجَّةُ: أَيْ: كِتَابُ الحُجَّةِ عَلَى تَارِكِ المَحَجَّةِ لِلشَّيْخِ أَبِي الفَتْحِ نَصْرِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ المَقْدِسِيِّ الشَّافِعِيِّ.

Al-Hujjah: yaitu: kitab Al-Hujjah 'ala Tarik Al-Mahajjah karya Syaikh Abu Al-Fath Nashr bin Ibrahim Al-Maqdisi Asy-Syafi'i.

وَهَذَا الحَدِيثُ فِي إِسْنَادِهِ مَقَالٌ- لَكِنَّ مَعْنَاهُ صَحِيحٌ قَطْعًا وَإِنْ لَمْ يَصِحَّ إِسْنَادُهُ وَلَهُ شَوَاهِدُ مِنَ القُرْآنِ كَقَوْلِهِ: ﴿فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا﴾ [النساء: ٦٥] .

Hadits ini dalam sanadnya terdapat perkataan - tetapi maknanya sahih secara pasti meskipun sanadnya tidak sahih, dan hadits ini memiliki syawahid (penguat) dari Al-Qur'an seperti firman-Nya: "Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." [An-Nisa': 65].

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ: أَيْ: لَا يَحْصُلُ لَهُ الْإِيمَانُ الْوَاجِبُ وَلَا يَكُونُ مِنْ أَهْلِهِ.

Tidak beriman salah seorang di antara kalian: yaitu: tidak memperoleh iman yang wajib dan tidak termasuk ahlinya.

هَوَاهُ: أَيْ: مَا يَهْوَاهُ وَتُحِبُّهُ نَفْسُهُ وَتَمِيلُ إِلَيْهِ.

Hawanya: yaitu: apa yang ia sukai, dicintai jiwanya, dan condong kepadanya.

تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ: فَيُحِبُّ مَا أَمَرَ بِهِ الرَّسُولُ –ﷺ وَيَكْرَهُ مَا نَهَى عَنْهُ.

Mengikuti apa yang aku bawa: maka ia mencintai apa yang diperintahkan Rasul ﷺ dan membenci apa yang dilarangnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنَّ الْإِنْسَانَ لَا يَكُونُ مُؤْمِنًا الْإِيمَانَ

Makna global hadits: bahwa manusia tidak menjadi mukmin dengan iman

_________
(١) انْظُرِ الْأَرْبَعِينَ النَّوَوِيَّةَ "ص٤٨".
(1) Lihat al-Arba'in an-Nawawiyah "hal. 48".

الكَامِلُ الوَاجِبُ حَتَّى تَكُونَ مَحَبَّتُهُ تَابِعَةً لِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ –ﷺ مِنْ: الأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي وَغَيْرِهَا، فَيُحِبُّ مَا أَمَرَ بِهِ وَيَكْرَهُ مَا نَهَى عَنْهُ.

Kesempurnaan yang wajib adalah agar kecintaannya mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ berupa: perintah, larangan, dan lainnya, sehingga ia mencintai apa yang diperintahkan dan membenci apa yang dilarang.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: نَفْيُ الإِيمَانِ عَمَّنْ لَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَى شَرْعِ اللهِ وَيُحِبَّهُ، وَيَكْرَهَ مَا خَالَفَهُ مِنَ القَوَانِينِ وَالنُّظُمِ الوَضْعِيَّةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: menafikan iman dari orang yang tidak tenteram dengan syariat Allah dan mencintainya, serta membenci apa yang menyelisihinya berupa hukum dan sistem buatan manusia.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ مَحَبَّةِ كُلِّ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ –ﷺ وَلَا سِيَّمَا مِنَ التَّشْرِيعِ وَالعَمَلِ بِهِ.

1- Wajibnya mencintai segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ terutama dari segi syariat dan mengamalkannya.

٢- وُجُوبُ بُغْضِ كُلِّ مَا خَالَفَ شَرِيعَةَ الرَّسُولِ –ﷺ وَالِابْتِعَادُ عَنْهُ.

2- Wajibnya membenci segala sesuatu yang menyelisihi syariat Rasulullah ﷺ dan menjauhinya.

٣- انْتِفَاءُ الإِيمَانِ عَمَّنْ يَمِيلُ بِقَلْبِهِ إِلَى مُخَالَفَةِ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ –ﷺ وَلَوْ عَمِلَ بِهِ ظَاهِرًا.

3- Hilangnya iman dari orang yang condong hatinya untuk menyelisihi apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ meskipun secara lahiriah ia mengamalkannya.

* * *

* * *

وَقَالَ الشَّعْبِيُّ: "كَانَ بَيْنَ رَجُلٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ وَرَجُلٍ مِنَ الْيَهُودِ خُصُومَةٌ، فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: نَتَحَاكَمُ إِلَى مُحَمَّدٍ، عَرَفَ أَنَّهُ لَا يَأْخُذُ الرِّشْوَةَ، وَقَالَ الْمُنَافِقُ: نَتَحَاكَمُ إِلَى الْيَهُودِ: لِعِلْمِهِ أَنَّهُمْ يَأْخُذُونَ الرِّشْوَةَ، فَاتَّفَقَا أَنْ يَأْتِيَا كَاهِنًا فِي جُهَيْنَةَ فَيَتَحَاكَمَا إِلَيْهِ فَنَزَلَتْ: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ﴾ الْآيَةَ".

Asy-Sya'bi berkata: "Ada perselisihan antara seorang munafik dan seorang Yahudi. Orang Yahudi itu berkata: Mari kita mengadu kepada Muhammad, karena dia tahu bahwa beliau tidak menerima suap. Sedangkan si munafik berkata: Mari kita mengadu kepada orang-orang Yahudi, karena dia tahu bahwa mereka menerima suap. Maka keduanya sepakat untuk mendatangi seorang dukun dari Juhainah dan mengadu kepadanya. Lalu turunlah ayat: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ﴾ (Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku)".

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: الشَّعْبِيُّ هُوَ: عَامِرُ بْنُ شَرَاحِيلَ الشَّعْبِيُّ، وَقِيلَ: عَامِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَرَاحِيلَ الشَّعْبِيُّ الْحِمْيَرِيُّ أَبُو عَمْرٍو الْكُوفِيُّ ثِقَةٌ حَافِظٌ فَقِيهٌ مِنَ التَّابِعِينَ. قِيلَ مَاتَ سَنَةَ ١٠٣هـ ﵀، وَقِيلَ غَيْرُ ذَلِكَ.

Biografi: Asy-Sya'bi adalah 'Amir bin Syurahil Asy-Sya'bi, dan ada yang mengatakan: 'Amir bin Abdullah bin Syurahil Asy-Sya'bi Al-Himyari Abu 'Amr Al-Kufi, seorang yang tsiqah (terpercaya), hafizh, dan faqih dari kalangan tabi'in. Dikatakan ia wafat pada tahun 103 H, dan ada pendapat lain.

مِنَ الْمُنَافِقِينَ: جَمْعُ مُنَافِقٍ وَهُوَ الَّذِي يُظْهِرُ الْإِسْلَامَ وَيُبْطِنُ الْكُفْرَ.

Dari kalangan munafik: bentuk jamak dari munafik, yaitu orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran.

الْيَهُودُ: جَمْعُ يَهُودِيٍّ –مِنْ هَادَ إِذَا رَجَعَ- وَقِيلَ الْيَهُودِيُّ نِسْبَةٌ إِلَى يَهُودَا بْنِ يَعْقُوبَ ﵇.

Yahudi: bentuk jamak dari Yahudi - dari kata haada yang berarti kembali - dan dikatakan Yahudi dinisbatkan kepada Yahuda bin Ya'qub ﵇.

خُصُومَةٌ: أَيْ جِدَالٌ وَنِزَاعٌ.

Perselisihan: yaitu perdebatan dan pertikaian.

الرِّشْوَةُ: مَا يُعْطَى لِمَنْ يَتَوَلَّى شَيْئًا مِنْ أُمُورِ النَّاسِ لِيَحِيفَ مَعَ الْمُعْطِي وَمِنْ ذَلِكَ: مَا يُعْطِيهِ أَحَدُ الْخَصْمَيْنِ لِلْقَاضِي أَوْ غَيْرِهِ لِيَحْكُمَ لَهُ، مَأْخُوذَةٌ مِنَ الرِّشَاءِ الَّذِي يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى الْمَاءِ.

Risywah: Apa yang diberikan kepada orang yang menangani sesuatu dari urusan manusia agar berpihak kepada pemberi, di antaranya: apa yang diberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa kepada hakim atau lainnya agar memutuskan untuknya, diambil dari tali yang digunakan untuk mencapai air.

جُهَيْنَةُ: قَبِيلَةٌ عَرَبِيَّةٌ مَشْهُورَةٌ.

Juhainah: Suku Arab yang terkenal.

فَنَزَلَتْ: هَذَا بَيَانٌ لِسَبَبِ نُزُولِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ.

Maka turunlah: Ini adalah penjelasan sebab turunnya ayat yang mulia.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَرْوِي الشَّعْبِيُّ –رَحِمَهُ اللهُ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ الْكَرِيمَةَ: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ﴾ الْآيَةَ. نَزَلَتْ بِسَبَبِ مَا حَصَلَ مِنْ رَجُلٍ يَدَّعِي الْإِيمَانَ وَيُرِيدُ أَنْ يَتَحَاكَمَ إِلَى غَيْرِ الرَّسُولِ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، تَهَرُّبًا مِنْ

Makna keseluruhan dari atsar: Asy-Sya'bi –rahimahullah meriwayatkan bahwa ayat yang mulia ini: ﴿Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku﴾ ayat ini. Turun disebabkan apa yang terjadi dari seorang laki-laki yang mengaku beriman dan ingin berhukum kepada selain Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam, untuk menghindari dari

الحُكْمُ العَادِلُ؛ مِمَّا حَمَلَهُ عَلَى التَّحَاكُمِ إِلَى الطَّاغُوتِ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ بِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنْ مُنَاقَضَةٍ لِلْإِيمَانِ؛ مِمَّا يَدُلُّ عَلَى كَذِبِهِ فِي ادِّعَائِهِ الْإِيمَانَ؛ فَمَنْ عَمِلَ مِثْلَ عَمَلِهِ فَهُوَ مِثْلُهُ فِي هَذَا الحُكْمِ.

Keadilan yang adil; yang membuatnya berperkara kepada thaghut tanpa peduli dengan apa yang menyebabkan pertentangan dengan iman; yang menunjukkan kedustaannya dalam mengaku beriman; maka barangsiapa yang beramal seperti amalannya, maka ia seperti dirinya dalam hukum ini.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ التَّحَاكُمَ إِلَى غَيْرِ شَرْعِ اللهِ يُنَاقِضُ الْإِيمَانَ بِاللهِ وَكُتُبِهِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: bahwa berperkara kepada selain syariat Allah bertentangan dengan iman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- وُجُوبُ التَّحَاكُمِ إِلَى شَرِيعَةِ اللهِ.

1- Kewajiban berperkara kepada syariat Allah.

٢- أَنَّ التَّحَاكُمَ إِلَى غَيْرِ شَرِيعَةِ اللهِ يُنَافِي الْإِيمَانَ.

2- Bahwa berperkara kepada selain syariat Allah bertentangan dengan iman.

٣- فِيهِ كَشْفٌ لِحَقِيقَةِ الْمُنَافِقِينَ، وَأَنَّهُمْ شَرٌّ مِنَ الْيَهُودِ.

3- Di dalamnya terdapat penyingkapan hakikat orang-orang munafik, dan bahwa mereka lebih buruk daripada orang-orang Yahudi.

٤- تَحْرِيمُ أَخْذِ الرِّشْوَةِ؛ وَأَنَّ أَخْذَ الرِّشْوَةِ مِنْ أَخْلَاقِ الْيَهُودِ، وَقَدْ لَعَنَ النَّبِيُّ –ﷺ مُعْطِيَهَا وَآخِذَهَا.

4- Pengharaman mengambil suap; dan bahwa mengambil suap termasuk akhlak orang-orang Yahudi, dan Nabi -ﷺ telah melaknat pemberi dan penerimanya.

* * *

* * *

وَقِيلَ: "نَزَلَتْ فِي رَجُلَيْنِ اخْتَصَمَا، فَقَالَ أَحَدُهُمَا: نَتَرَافَعُ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَقَالَ الْآخَرُ: إِلَى كَعْبِ الْأَشْرَفِ، ثُمَّ تَرَافَعَا إِلَى عُمَرَ، فَذَكَرَ لَهُ أَحَدُهُمَا الْقِصَّةَ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يَرْضَ بِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ: أَكَذَلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَقَتَلَهُ".

Dan dikatakan: "Ayat ini turun berkenaan dengan dua orang yang berselisih. Salah seorang dari mereka berkata, 'Kita mengadu kepada Nabi ﷺ,' sedangkan yang lain berkata, 'Kepada Ka'b Al-Asyraf.' Kemudian mereka mengadu kepada Umar. Salah seorang dari mereka menceritakan kisah tersebut kepadanya. Maka Umar berkata kepada orang yang tidak rela dengan Rasulullah ﷺ, 'Benarkah demikian?' Ia menjawab, 'Ya.' Maka Umar memukulnya dengan pedang hingga membunuhnya."

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: كَعْبُ بْنُ الْأَشْرَفِ: يَهُودِيٌّ عَرَبِيٌّ مِنْ طَيِّئٍ وَأُمُّهُ مِنْ بَنِي النَّضِيرِ، كَانَ شَدِيدَ الْعَدَاوَةِ لِلنَّبِيِّ –ﷺ.

Biografi: Ka'b bin Al-Asyraf: Seorang Yahudi Arab dari suku Thayyi' dan ibunya dari Bani Nadhir. Dia sangat memusuhi Nabi ﷺ.

وَقِيلَ نَزَلَتْ: يَعْنِي: الْآيَةَ الْمَذْكُورَةَ سَابِقًا.

Dan dikatakan turun: Maksudnya: Ayat yang disebutkan sebelumnya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: هَذَا الْأَثَرُ فِيهِ بَيَانُ قَوْلٍ آخَرَ –غَيْرَ مَا سَبَقَ- فِي سَبَبِ نُزُولِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ﴾ الْآيَةَ. وَأَنَّ الْقِصَّةَ لَمَّا بَلَغَتْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ –﵁ وَاسْتَثْبَتَهَا قَتَلَ الَّذِي لَمْ يَرْضَ بِحُكْمِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ.

Makna keseluruhan dari atsar: Atsar ini menjelaskan pendapat lain –selain yang telah disebutkan sebelumnya- tentang sebab turunnya ayat yang mulia: ﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ﴾ (Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku). Dan bahwa ketika kisah tersebut sampai kepada Umar bin Al-Khaththab –﵁ dan dia memastikannya, dia membunuh orang yang tidak rela dengan hukum Rasulullah ﷺ.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِهِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى كُفْرِ مَنِ احْتَكَمَ إِلَى غَيْرِ شَرْعِ اللَّهِ وَاسْتِحْقَاقِهِ لِلْقَتْلِ؛ لِأَنَّهُ مُرْتَدٌّ عَنْ دِينِ الْإِسْلَامِ.

Kesesuaian penyebutannya dalam bab ini: Bahwa di dalamnya terdapat dalil tentang kekufuran orang yang berhukum kepada selain syariat Allah dan dia berhak untuk dibunuh; karena dia murtad dari agama Islam.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- أَنَّ تَحْكِيمَ غَيْرِ اللهِ تَعَالَى، وَرَسُولِهِ –ﷺ فِي فَضِّ الْمُنَازَعَاتِ رِدَّةٌ عَنِ الْإِسْلَامِ.

1- Bahwa menjadikan selain Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ﷺ sebagai hakim dalam menyelesaikan perselisihan adalah murtad dari Islam.

٢- أَنَّ الْمُرْتَدَّ عَنْ دِينِ الْإِسْلَامِ يُقْتَلُ.

2- Bahwa orang yang murtad dari agama Islam dibunuh.

٣- أَنَّ الدُّعَاءَ إِلَى تَحْكِيمِ غَيْرِ شَرْعِ اللهِ مِنْ صِفَاتِ الْمُنَافِقِينَ وَلَوْ كَانَ الْمَدْعُوُّ إِلَى تَحْكِيمِهِ إِمَامًا فَاضِلًا كَعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ﵁.

3- Bahwa menyeru untuk menjadikan selain syariat Allah sebagai hakim adalah sifat orang-orang munafik meskipun yang diajak untuk menjadi hakim adalah seorang imam yang utama seperti Umar bin Al-Khattab ﵁.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ الغَضَبِ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِدِينِهِ.

4- Disyariatkannya marah karena Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya.

٥- مَشْرُوعِيَّةُ تَغْيِيرِ المُنْكَرِ بِالْيَدِ لِمَنْ يَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ.

5- Disyariatkannya mengubah kemungkaran dengan tangan bagi yang mampu melakukannya.

٦- أَنَّ مَعْرِفَةَ الحَقِّ لَا تُغْنِي عَنِ العَمَلِ بِهِ وَالِانْقِيَادِ لَهُ.

6- Bahwa mengetahui kebenaran tidaklah cukup tanpa mengamalkannya dan tunduk kepadanya.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ جَحَدَ شَيْئًا مِنَ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ

بَابُ مَنْ جَحَدَ شَيْئًا مِنَ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ

Bab tentang orang yang mengingkari sesuatu dari nama-nama dan sifat-sifat Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ﴾ الْآيَةُ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Padahal mereka ingkar kepada Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah)" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ﴾ [الرعد: ٣٠] .

Sempurnanya ayat: "Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat."" [Ar-Ra'd: 30].

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ التَّوْحِيدُ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ: تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ، وَتَوْحِيدُ الْأُلُوهِيَّةِ، وَتَوْحِيدُ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ، وَكَانَ الْإِيمَانُ بِاللهِ لَا يَحْصُلُ إِلَّا بِتَحَقُّقِ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ؛ نَبَّهَ الْمُصَنِّفُ بِهَذَا الْبَابِ عَلَى هَذَا النَّوْعِ؛ لِيُبَيِّنَ حُكْمَ مَنْ جَحَدَهُ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Ketika tauhid terdiri dari tiga jenis: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma' wa shifat, dan iman kepada Allah tidak terwujud kecuali dengan terealisasinya ketiga jenis tauhid ini; maka penulis mengingatkan dengan bab ini tentang jenis tauhid ini; untuk menjelaskan hukum orang yang mengingkarinya.

بَابُ مَنْ جَحَدَ ... إِلَخْ: أَيْ: أَنَّهُ يَكْفُرُ بِذَلِكَ.

Bab tentang orang yang mengingkari ... dst: Yakni: bahwa dia kafir dengan hal itu.

وَهُمْ: أَيْ: كُفَّارُ قُرَيْشٍ.

Mereka: Yakni: orang-orang kafir Quraisy.

يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ: أَيْ: يَجْحَدُونَ هَذَا الِاسْمَ، مَعَ إِيمَانِهِمْ بِاللهِ، فَالرَّحْمَنُ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ، وَالرَّحْمَةُ صِفَةٌ مِنْ صِفَاتِهِ.

Mereka ingkar kepada Ar-Rahman: Yakni: mereka mengingkari nama ini, meskipun mereka beriman kepada Allah, karena Ar-Rahman adalah salah satu nama Allah, dan rahmat adalah salah satu sifat-Nya.

قُلْ: يَا مُحَمَّدُ رَدًّا عَلَيْهِمْ فِي كُفْرِهِمْ بِالرَّحْمَنِ.

Katakanlah: Wahai Muhammad sebagai bantahan terhadap mereka dalam kekafiran mereka terhadap Ar-Rahman.

هُوَ رَبِّي: أَيْ: الرَّحْمَنُ ﷿ رَبِّي وَإِنْ كَفَرْتُمْ بِهِ.

Dia adalah Tuhanku: yaitu Ar-Rahman ﷿ Tuhanku meskipun kalian mengingkari-Nya.

لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ: أَيْ: لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ سِوَاهُ.

Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Dia: artinya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain-Nya.

عَلَيْهِ: لَا عَلَى غَيْرِهِ.

Kepada-Nya: bukan kepada selain-Nya.

تَوَكَّلْتُ: فَوَّضْتُ أُمُورِي كُلَّهَا إِلَيْهِ وَاعْتَمَدْتُ عَلَيْهِ.

Aku bertawakkal: aku memasrahkan semua urusanku kepada-Nya dan bersandar kepada-Nya.

وَإِلَيْهِ مَتَابِ: مَرْجِعِي وَتَوْبَتِي.

Dan kepada-Nya tempat kembali: tempat kembali dan taubatku.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ ﷾ يُنْكِرُ عَلَى مُشْرِكِي قُرَيْشٍ جُحُودَهُمْ لِاسْمِهِ الرَّحْمَنِ، وَيَأْمُرُ رَسُولَهُ مُحَمَّدًا –ﷺ أَنْ يَرُدَّ عَلَيْهِمْ هَذَا الْجُحُودَ وَيُعْلِنَ إِيمَانَهُ بِرَبِّهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَأَنَّهُ سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يَسْتَحِقُّ الْعِبَادَةَ وَحْدَهُ، وَيَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَيُرْجَعُ إِلَيْهِ فِي جَمِيعِ الْأُمُورِ وَيُتَابُ إِلَيْهِ مِنَ الذُّنُوبِ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Allah ﷾ mengingkari orang-orang musyrik Quraisy yang mengingkari nama-Nya Ar-Rahman, dan memerintahkan Rasul-Nya Muhammad ﷺ untuk menolak pengingkaran ini dan menyatakan keimanannya kepada Tuhannya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan bahwa Dia Mahasuci yang berhak disembah sendirian, dan bertawakkal kepada-Nya dan kembali kepada-Nya dalam semua urusan dan bertaubat kepada-Nya dari dosa-dosa.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ جُحُودَ شَيْءٍ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِ كُفْرٌ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa mengingkari sesuatu dari nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah kufur.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Apa yang dapat dipetik dari ayat:

١- أَنَّ جُحُودَ شَيْءٍ مِنَ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ كُفْرٌ.

1- Bahwa mengingkari sesuatu dari nama-nama dan sifat-sifat adalah kufur.

٢- وُجُوبُ الْإِيمَانِ بِأَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِ.

2- Kewajiban beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah.

٣- وُجُوبُ التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ وَالتَّوْبَةِ إِلَيْهِ.

3- Kewajiban bertawakkal kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.

٤- وُجُوبُ إِخْلَاصِ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ.

4- Kewajiban mengikhlaskan ibadah kepada Allah.

* * *

* * *

وَفِي صَحِيحِ البُخَارِيِّ: قَالَ عَلِيٌّ: "حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ، أَتُرِيدُونَ أَنْ يُكَذِّبَ اللهُ وَرَسُولُهُ؟ " (١) .

Dalam Shahih al-Bukhari: Ali berkata: "Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?" (1).

ــ

ــ

صَحِيحُ البُخَارِيِّ: أَيِ الكِتَابُ الَّذِي جَمَعَ فِيهِ البُخَارِيُّ الأَحَادِيثَ الصَّحِيحَةَ. وَالبُخَارِيُّ هُوَ الإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ البُخَارِيُّ نِسْبَةً إِلَى بُخَارَى بَلْدَةٌ فِي المَشْرِقِ. وَكِتَابُهُ أَصَحُّ كِتَابٍ بَعْدَ كِتَابِ اللهِ.

Shahih al-Bukhari: Yaitu kitab yang di dalamnya al-Bukhari mengumpulkan hadits-hadits shahih. Al-Bukhari adalah Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari yang dinisbatkan kepada Bukhara, sebuah kota di timur. Kitabnya adalah kitab yang paling shahih setelah Kitabullah.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يُرْشِدُ أَمِيرُ المُؤْمِنِينَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ –﵁ إِلَى أَنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُحَدِّثَ عَامَّةَ النَّاسِ إِلَّا بِمَا هُوَ مَعْرُوفٌ يَنْفَعُ النَّاسَ فِي أَصْلِ دِينِهِمْ وَأَحْكَامِهِ مِنَ التَّوْحِيدِ وَبَيَانِ الحَلَالِ وَالحَرَامِ وَيُتْرَكُ مَا يَشْغَلُ عَنْ ذَلِكَ؛ مِمَّا لَا حَاجَةَ إِلَيْهِ أَوْ كَانَ مِمَّا قَدْ يُؤَدِّي إِلَى رَدِّ الحَقِّ وَعَدَمِ قَبُولِهِ مِمَّا يَشْتَبِهُ عَلَيْهِمْ فَهْمُهُ، وَيَصْعُبُ عَلَيْهِمْ إِدْرَاكُهُ؛ وَقَدْ قَالَ ذَلِكَ حِينَمَا كَثُرَ القُصَّاصُ أَيِ: الوُعَّاظُ فِي خِلَافَتِهِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib –﵁ mengarahkan bahwa tidak seharusnya berbicara kepada orang awam kecuali dengan apa yang dikenal bermanfaat bagi manusia dalam pokok agama dan hukum-hukumnya dari tauhid dan penjelasan halal dan haram, dan meninggalkan apa yang menyibukkan dari itu; dari apa yang tidak dibutuhkan atau apa yang mungkin mengarah pada penolakan kebenaran dan tidak menerimanya dari apa yang membingungkan pemahaman mereka, dan sulit bagi mereka untuk memahaminya; dan dia mengatakan itu ketika para pendongeng yaitu: para pengkhotbah menjadi banyak di masa kekhalifahannya.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: يَأْتِي بَيَانُهَا بَعْدَ ذِكْرِ الأَثَرِ الَّذِي بَعْدَهُ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Penjelasannya akan datang setelah menyebutkan atsar setelahnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ: أَنَّهُ إِذَا خُشِيَ ضَرَرٌ مِنْ تَحْدِيثِ النَّاسِ بِبَعْضِ مَا لَا يَفْهَمُونَ؛ فَلَا يَنْبَغِي تَحْدِيثَهُمْ بِذَلِكَ وَإِنْ كَانَ حَقًّا.

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar: bahwa jika dikhawatirkan adanya bahaya dari menceritakan kepada orang-orang sebagian hal yang tidak mereka pahami; maka tidak sepatutnya menceritakan hal tersebut kepada mereka meskipun itu benar.

* * *

* * *

(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "١٢٧".

(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "127".

وَرَوَى عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: "أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا انْتَفَضَ لَمَّا سَمِعَ حَدِيثًا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي الصِّفَاتِ؛ اسْتِنْكَارًا لِذَلِكَ فَقَالَ: مَا فَرَقَ هَؤُلَاءِ؟ يَجِدُونَ رِقَّةً عِنْدَ مُحْكَمِهِ وَيَهْلِكُونَ عِنْدَ مُتَشَابِهِهِ" انْتَهَى.

Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma'mar dari Ibnu Thawus dari ayahnya dari Ibnu Abbas: "Bahwa dia melihat seorang laki-laki gemetar ketika mendengar hadits dari Nabi ﷺ tentang sifat-sifat Allah; karena mengingkarinya. Maka dia berkata: "Apa yang ditakuti mereka? Mereka mendapati kelembutan pada ayat-ayat muhkam-Nya dan mereka binasa pada ayat-ayat mutasyabih-Nya." Selesai.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

١- عَبْدُ الرَّزَّاقِ هُوَ: عَبْدُ الرَّزَّاقِ بْنُ هَمَّامٍ الصَّنْعَانِيُّ الإِمَامُ الحَافِظُ صَاحِبُ المُصَنَّفَاتِ مَاتَ سَنَةَ ٢١١هـ ﵀.

1- Abdurrazzaq adalah: Abdurrazzaq bin Hammam Ash-Shan'ani, seorang imam, hafizh, penulis beberapa kitab. Wafat tahun 211 H, semoga Allah merahmatinya.

٢- مَعْمَرٌ هُوَ: أَبُو عُرْوَةَ مَعْمَرُ بْنُ رَاشِدٍ الأَزْدِيُّ البَصْرِيُّ ثِقَةٌ ثَبْتٌ مَاتَ سَنَةَ ١٥٤هـ ﵀.

2- Ma'mar adalah: Abu 'Urwah Ma'mar bin Rasyid Al-Azdi Al-Bashri, seorang yang tsiqah (terpercaya) lagi kuat hafalannya. Wafat tahun 154 H, semoga Allah merahmatinya.

٣- ابْنُ طَاوُوسٍ هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ طَاوُوسٍ اليَمَانِيُّ ثِقَةٌ فَاضِلٌ عَابِدٌ مَاتَ سَنَةَ ١٣٢هـ ﵀.

3- Ibnu Thawus adalah: Abdullah bin Thawus Al-Yamani, seorang yang tsiqah (terpercaya), utama, ahli ibadah. Wafat tahun 132 H, semoga Allah merahmatinya.

انْتَفَضَ: أَيْ: ارْتَعَدَ.

Intafadha: yakni gemetar.

فَقَالَ: أَيْ: ابْنُ عَبَّاسٍ.

Maka dia berkata: yakni Ibnu Abbas.

مَا: اسْتِفْهَامِيَّةٌ.

Ma: kata tanya.

فَرَقَ: بِفَتْحِ الفَاءِ وَالرَّاءِ أَيْ: خَوْفٌ.

Faraqa: dengan fathah pada fa' dan ra', artinya: takut.

هَؤُلَاءِ: يُشِيرُ إِلَى أُنَاسٍ يَحْضُرُونَ مَجْلِسَهُ مِنْ عَامَّةِ النَّاسِ.

Mereka: menunjuk kepada orang-orang yang hadir di majelisnya dari kalangan masyarakat umum.

رِقَّةً: لِينًا وَقَبُولًا.

Riqqah: kelembutan dan penerimaan.

مُحْكَمِهِ: مَا وَضَحَ مَعْنَاهُ فَلَمْ يَلْتَبِسْ عَلَى أَحَدٍ.

Muhkam-Nya: ayat yang maknanya jelas sehingga tidak samar bagi siapapun.

مُتَشَابِهِهِ: مَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِمْ فَهْمُهُ.

Mutasyabih-Nya: ayat yang maknanya samar bagi mereka untuk memahaminya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يُنْكِرُ ابْنُ عَبَّاسٍ –﵄ عَلَى

Makna keseluruhan dari atsar: Ibnu Abbas –﵄ mengingkari

أُنَاسٌ مِمَّنْ يَحْضُرُ مَجْلِسَهُ مِنْ عَامَّةِ النَّاسِ يَحْصُلُ مِنْهُمْ خَوْفٌ عِنْدَمَا يَسْمَعُونَ شَيْئًا مِنْ أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَيَرْتَعِدُونَ اسْتِنْكَارًا لِذَلِكَ، فَلَمْ يَحْصُلْ مِنْهُمُ الْإِيمَانُ الْوَاجِبُ بِمَا صَحَّ عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَرَفُوا مَعْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ وَهُوَ حَقٌّ لَا يَرْتَابُ فِيهِ مُؤْمِنٌ، وَبَعْضُهُمْ يَحْمِلُهُ عَلَى غَيْرِ مَعْنَاهُ الَّذِي أَرَادَهُ اللهُ فَيَهْلِكُ بِذَلِكَ.

Beberapa orang yang menghadiri majelisnya dari kalangan masyarakat umum merasa takut ketika mendengar sesuatu dari hadits-hadits sifat dan gemetar karena mengingkarinya. Mereka tidak memiliki iman yang wajib terhadap apa yang shahih dari Rasulullah ﷺ yang mereka ketahui maknanya dari Al-Qur'an, dan itu adalah kebenaran yang tidak diragukan oleh seorang mukmin. Sebagian dari mereka menafsirkannya dengan makna yang tidak dikehendaki Allah, sehingga mereka binasa karenanya.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: بَعْدَمَا ذَكَرَ الْمُؤَلِّفُ أَثَرَ عَلِيٍّ ﵁ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَنْبَغِي تَحْدِيثُ النَّاسِ بِمَا لَا يَعْرِفُونَ، ذَكَرَ هَذَا الْأَثَرَ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى أَنَّ نُصُوصَ الصِّفَاتِ لَيْسَتْ مِمَّا نُهِيَ عَنْ التَّحْدِيثِ بِهِ؛ بَلْ يَنْبَغِي ذِكْرُهَا وَإِعْلَانُهَا؛ فَلَيْسَ اسْتِنْكَارُ بَعْضِ النَّاسِ لَهَا بِمَعْنَاهُ مِنْ ذِكْرِهَا، فَمَا زَالَ الْعُلَمَاءُ قَدِيمًا وَحَدِيثًا يَقْرَأُونَ آيَاتِ الصِّفَاتِ وَأَحَادِيثَهَا بِحَضْرَةِ الْعَوَامِّ وَالْخَوَاصِّ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Setelah penulis menyebutkan atsar Ali ﵁ yang menunjukkan bahwa tidak sepatutnya menceritakan kepada orang-orang tentang apa yang tidak mereka ketahui, ia menyebutkan atsar ini yang menunjukkan bahwa nash-nash sifat bukanlah sesuatu yang dilarang untuk diceritakan. Bahkan, sepatutnya disebutkan dan diumumkan. Pengingkaran sebagian orang terhadapnya tidak berarti larangan untuk menyebutkannya. Para ulama dahulu dan sekarang senantiasa membaca ayat-ayat dan hadits-hadits sifat di hadapan orang awam dan khusus.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- أَنَّهُ لَا مَانِعَ مِنْ ذِكْرِ آيَاتِ الصِّفَاتِ وَأَحَادِيثِهَا بِحَضْرَةِ عَوَامِّ النَّاسِ وَخَوَاصِّهِمْ مِنْ بَابِ التَّعْلِيمِ.

1- Bahwa tidak ada larangan untuk menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah di hadapan orang awam dan khusus dalam rangka pengajaran.

٢- أَنَّ مَنْ رَدَّ شَيْئًا مِنْ نُصُوصِ الصِّفَاتِ أَوِ اسْتَنْكَرَهُ بَعْدَ صِحَّتِهِ فَهُوَ مِنَ الْهَالِكِينَ.

2- Bahwa siapa pun yang menolak atau mengingkari sesuatu dari nash-nash tentang sifat-sifat Allah setelah terbukti kesahihannya, maka ia termasuk orang-orang yang binasa.

٣- الْإِنْكَارُ عَلَى مَنِ اسْتَنْكَرَ شَيْئًا مِنْ نُصُوصِ الصِّفَاتِ.

3- Mengingkari orang yang mengingkari sesuatu dari nash-nash tentang sifat-sifat Allah.

* * *

* * *

وَلَمَّا سَمِعَتْ قُرَيْشٌ رَسُولَ اللهِ –ﷺ يَذْكُرُ الرَّحْمَنَ، أَنْكَرُوا ذَلِكَ، فَأَنْزَلَ اللهُ: ﴿... وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ ...﴾ .

Dan ketika Quraisy mendengar Rasulullah ﷺ menyebut Ar-Rahman, mereka mengingkari hal itu, maka Allah menurunkan: "... dan mereka mengingkari Ar-Rahman ...".

ــ

ــ

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَذْكُرُ الرَّحْمَنَ: يَعْنِي حِينَ كَتَبَ: "بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ" فِي صُلْحِ الْحُدَيْبِيَةِ فَقَالُوا: أَمَّا الرَّحْمَنُ، فَلَا نَعْرِفُهُ، وَلَا نَدْرِي مَا الرَّحْمَنُ، وَلَا نَكْتُبُ إِلَّا: بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ (١) فَيَكُونُ هَذَا هُوَ سَبَبُ نُزُولِ الْآيَةِ، وَقِيلَ: قَالُوا ذَلِكَ حِينَمَا سَمِعُوا الرَّسُولَ –ﷺ يَدْعُو فِي سُجُودِهِ وَيَقُولُ: "يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ" فَقَالُوا: هَذَا يَزْعُمُ أَنَّهُ يَدْعُو وَاحِدًا وَهُوَ يَدْعُو اثْنَيْنِ: الرَّحْمَنَ، الرَّحِيمَ وَهَذَا سَبَبٌ آخَرُ لِنُزُولِ الْآيَةِ وَلَا مَانِعَ أَنْ تَنْزِلَ الْآيَةُ لِسَبَبَيْنِ أَوْ أَكْثَرَ. وَتَقَدَّمَتْ هَذِهِ الْآيَةُ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهَا فِي أَوَّلِ الْبَابِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Menyebut Ar-Rahman: Maksudnya ketika beliau menulis: "Bismillahirrahmanirrahim" dalam perjanjian Hudaibiyah, mereka berkata: Adapun Ar-Rahman, kami tidak mengenalnya, dan tidak tahu apa itu Ar-Rahman, dan kami tidak akan menulis kecuali: Dengan nama-Mu ya Allah (1). Maka ini menjadi sebab turunnya ayat. Dan dikatakan: Mereka mengatakan itu ketika mendengar Rasulullah ﷺ berdoa dalam sujudnya dan berkata: "Wahai Ar-Rahman, wahai Ar-Rahim", maka mereka berkata: Dia mengklaim berdoa kepada satu, padahal dia berdoa kepada dua: Ar-Rahman, Ar-Rahim. Dan ini sebab lain turunnya ayat, dan tidak ada halangan ayat turun karena dua sebab atau lebih. Dan ayat ini serta yang berkaitan dengannya telah disebutkan di awal bab.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- ثُبُوتُ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ لِلَّهِ ﷿.

1- Ketetapan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah ﷿.

٢- أَنَّ تَعَدُّدَ الْأَسْمَاءِ لَا يَدُلُّ عَلَى تَعَدُّدِ الْمُسَمَّى.

2- Bahwa keberagaman nama tidak menunjukkan keberagaman yang dinamai.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ دُعَاءِ اللهِ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ.

3- Disyariatkannya berdoa kepada Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

* * *

* * *

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٧٣١، ٢٧٣٢".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "2731, 2732".

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا﴾ الْآيَةُ.

Bab Firman Allah Ta'ala: "Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" ayat.

قَالَ مُجَاهِدٌ مَا مَعْنَاهُ: "هُوَ قَوْلُ الرَّجُلِ: هَذَا مَالِي وَرِثْتُهُ عَنْ آبَائِي. وَقَالَ عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: "يَقُولُونَ: لَوْلَا فُلَانٌ لَمْ يَكُنْ كَذَا". وَقَالَ ابْنُ قُتَيْبَةَ: يَقُولُونَ: "هَذَا بِشَفَاعَةِ آلِهَتِنَا".

Mujahid berkata maknanya: "Ini adalah perkataan seseorang: Ini hartaku yang aku warisi dari nenek moyangku. 'Aun bin Abdullah berkata: "Mereka berkata: Seandainya bukan karena si Fulan, niscaya tidak akan terjadi begini". Ibnu Qutaibah berkata: Mereka berkata: "Ini berkat syafaat tuhan-tuhan kami".

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ﴾ [النحل: ٨٣] .

Lengkapnya ayat: "Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir" [An-Nahl: 83].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْمُصَنِّفَ أَرَادَ بِهَذَا الْبَابِ بَيَانَ وُجُوبِ التَّأَدُّبِ مَعَ الرُّبُوبِيَّةِ، بِتَجَنُّبِ الْأَلْفَاظِ الشِّرْكِيَّةِ الْخَفِيَّةِ كَنِسْبَةِ النِّعَمِ إِلَى غَيْرِ اللهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يُنَافِي كَمَالَ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa penulis ingin menjelaskan dengan bab ini tentang kewajiban beradab kepada Rububiyah, dengan menjauhi ungkapan-ungkapan syirik yang samar seperti menisbatkan nikmat kepada selain Allah; karena hal itu bertentangan dengan kesempurnaan tauhid.

التَّرَاجِمُ:

Biografi:

١- مُجَاهِدٌ هُوَ: شَيْخُ التَّفْسِيرِ مُجَاهِدُ بْنُ جَبْرٍ الْمَكِّيُّ الْإِمَامُ الرَّبَّانِيُّ مِنْ تَلَامِيذِ ابْنِ عَبَّاسٍ مَاتَ سَنَةَ ١٠٤هـ عَلَى الرَّاجِحِ ﵀.

1- Mujahid adalah: Syaikh tafsir Mujahid bin Jabr Al-Makki, seorang imam rabbani dari murid-murid Ibnu Abbas. Wafat tahun 104 H menurut pendapat yang rajih, semoga Allah merahmatinya.

٢- عَوْنٌ هُوَ: عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ الهُذَلِيُّ ثِقَةٌ عَابِدٌ مَاتَ حَوَالِي سَنَةَ ١٢٠هـ ﵀.

2- 'Aun adalah: 'Aun bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud Al-Hudzali, seorang yang tsiqah (terpercaya) dan ahli ibadah, wafat sekitar tahun 120 H, rahimahullah.

٣- ابْنُ قُتَيْبَةَ هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ قُتَيْبَةَ الدِّينَوَرِيُّ الحَافِظُ صَاحِبُ التَّفْسِيرِ وَغَيْرِهِ مِنَ المُؤَلَّفَاتِ مَاتَ سَنَةَ ٢٧٦هـ ﵀.

3- Ibnu Qutaibah adalah: Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dinawari Al-Hafizh, penulis kitab tafsir dan karya-karya lainnya, wafat pada tahun 276 H, rahimahullah.

يَعْرِفُونَ: أَيْ: يَعْرِفُ المُشْرِكُونَ.

Ya'rifuuna: yaitu: orang-orang musyrik mengetahui.

نِعْمَةَ اللهِ: اخْتُلِفَ فِي المُرَادِ بِهَا، وَقَدْ ذَكَرَ المُصَنِّفُ جُمْلَةً مِنْ

Ni'matallah: terdapat perbedaan pendapat mengenai maksudnya, dan penulis telah menyebutkan beberapa

أَقْوَالُ الْعُلَمَاءِ فِي ذَلِكَ.

Perkataan para ulama tentang hal itu.

وَرِثْتُهُ عَنْ آبَائِي ... إِلَخْ: وَقَاتِلُ هَذِهِ الْأَقْوَالِ وَنَحْوِهَا مُنْكِرٌ لِنِعْمَةِ اللهِ بِإِضَافَتِهَا إِلَى غَيْرِهِ، جَاحِدٌ لَهَا غَيْرُ مُعْتَرِفٍ بِهَا، وَالْآيَةُ تَعُمُّ مَا ذَكَرَهُ الْعُلَمَاءُ فِي مَعْنَاهَا.

Aku mewarisinya dari nenek moyangku ... dst: Orang yang mengatakan perkataan seperti ini dan sejenisnya adalah orang yang mengingkari nikmat Allah dengan menyandarkannya kepada selain-Nya, mengingkarinya dan tidak mengakuinya. Ayat ini mencakup apa yang disebutkan oleh para ulama tentang maknanya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ الْمُشْرِكِينَ يَعْتَرِفُونَ بِنِعَمِ اللهِ الَّتِي عَدَّدَهَا عَلَيْهِمْ –فِي سُورَةِ النَّحْلِ وَغَيْرِهَا- أَنَّهَا مِنَ اللهِ، ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا بِإِضَافَتِهَا إِلَى غَيْرِهِ مِنْ آلِهَتِهِمْ وَآبَائِهِمْ وَغَيْرِهِمْ، فَهُمْ مُتَنَاقِضُونَ فِي ذَلِكَ.

Makna global dari ayat ini adalah bahwa orang-orang musyrik mengakui nikmat-nikmat Allah yang telah Dia sebutkan kepada mereka –dalam surah An-Nahl dan lainnya- bahwa nikmat-nikmat itu dari Allah, kemudian mereka mengingkarinya dengan menyandarkannya kepada selain-Nya, seperti tuhan-tuhan mereka, nenek moyang mereka, dan lainnya. Maka mereka kontradiktif dalam hal itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- أَنَّ الْمُشْرِكِينَ مُعْتَرِفُونَ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ.

1- Bahwa orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyah.

٢- وُجُوبُ نِسْبَةِ النِّعَمِ إِلَى اللهِ ﷾ وَحْدَهُ.

2- Kewajiban menyandarkan nikmat-nikmat hanya kepada Allah ﷾ semata.

٣- التَّحْذِيرُ مِنْ نِسْبَةِ النِّعَمِ إِلَى غَيْرِ اللهِ؛ لِأَنَّهُ شِرْكٌ فِي الرُّبُوبِيَّةِ.

3- Peringatan dari menyandarkan nikmat kepada selain Allah; karena itu adalah syirik dalam rububiyah.

٤- وُجُوبُ التَّأَدُّبِ فِي الْأَلْفَاظِ، وَتَحْرِيمُ الِاعْتِمَادِ عَلَى الْأَسْبَابِ.

4- Kewajiban beradab dalam perkataan, dan haramnya bersandar pada sebab-sebab.

* * *

* * *

وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ -بَعْدَ حَدِيثِ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الَّذِي فِيهِ أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: "أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ.." الْحَدِيثَ -وَقَدْ تَقَدَّمَ-: "وَهَذَا كَثِيرٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، يَذُمُّ سُبْحَانَهُ مَنْ يُضِيفُ إِنْعَامَهُ إِلَى غَيْرِهِ، وَيُشْرِكُ بِهِ. قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: هُوَ كَقَوْلِهِمْ: كَانَتِ الرِّيحُ طَيِّبَةً، وَالْمَلَّاحُ حَاذِقًا ... وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا هُوَ جَارٍ عَلَى أَلْسِنَةِ كَثِيرٍ".

Abu Al-Abbas berkata -setelah hadits Zaid bin Khalid yang di dalamnya Allah Ta'ala berfirman: "Di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.." hadits tersebut telah disebutkan sebelumnya-: "Hal ini banyak terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, Allah Subhanahu mencela orang yang menyandarkan nikmat-Nya kepada selain-Nya, dan menyekutukan-Nya. Sebagian Salaf berkata: Itu seperti ucapan mereka: Anginnya bagus, nahkodanya cerdik ... dan semisalnya yang biasa diucapkan oleh banyak lisan".

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: أَبُو الْعَبَّاسِ: هُوَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ أَحْمَدُ ابْنُ تَيْمِيَةَ ﵀.

Keterangan: Abu Al-Abbas: Beliau adalah Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Taimiyah ﵀.

وَقَدْ تَقَدَّمَ: أَيْ: فِي بَابِ مَا جَاءَ فِي الِاسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ.

Telah disebutkan sebelumnya: Yakni: dalam bab tentang meminta hujan dengan bintang-bintang.

الْمَلَّاحُ: قَائِدُ السَّفِينَةِ.

Al-Mallah: Nahkoda kapal.

السَّلَفُ: هُمُ الْمُتَقَدِّمُونَ مِنْ عُلَمَاءِ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَأَتْبَاعِهِمْ.

As-Salaf: Mereka adalah para ulama terdahulu dari umat ini, dari kalangan Sahabat, Tabi'in, dan pengikut mereka.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: أَنَّ السُّفُنَ إِذَا جَرَيْنَ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ بِأَمْرِ اللهِ جَرْيًا حَسَنًا نَسَبُوا ذَلِكَ إِلَى طِيبِ الرِّيحِ وَحِذْقِ قَائِدِ السَّفِينَةِ؛ وَنَسُوا رَبَّهُمُ الَّذِي أَجْرَى لَهُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ رَحْمَةً بِهِمْ؛ فَيَكُونُ هَذَا مِنْ جِنْسِ نِسْبَةِ الْمَطَرِ إِلَى الْأَنْوَاءِ.

Makna keseluruhan dari atsar: bahwa kapal-kapal ketika berlayar dengan angin yang baik atas perintah Allah dengan pelayaran yang baik, mereka menisbatkan hal itu kepada baiknya angin dan kepiawaian nahkoda kapal; dan mereka melupakan Tuhan mereka yang menjalankan kapal-kapal di laut sebagai rahmat bagi mereka; maka ini termasuk jenis penisbatan hujan kepada bintang-bintang.

حُكْمُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ: فِيهِ تَفْصِيلٌ:

Hukum bagi yang melakukan hal itu: ada rinciannya:

١- إِنْ كَانَ الْمُتَكَلِّمُ بِذَلِكَ لَمْ يَقْصِدْ أَنَّ الرِّيحَ وَالْمَلَّاحَ وَنَحْوَ ذَلِكَ هُوَ الْفَاعِلُ لِذَلِكَ مِنْ دُونِ خَلْقِ اللهِ وَأَمْرِهِ، وَإِنَّمَا أَرَادَ نِسْبَتَهَا إِلَى السَّبَبِ

1- Jika pembicara tidak bermaksud bahwa angin, nahkoda, dan sejenisnya adalah pelaku hal itu tanpa ciptaan dan perintah Allah, melainkan ia hanya bermaksud menisbatkannya kepada sebab

فَقَطْ فَهَذَا شِرْكٌ أَصْغَرُ؛ لِأَنَّهُ أَضَافَ النِّعْمَةَ إِلَى غَيْرِ اللهِ، وَالْوَاجِبُ إِضَافَتُهَا إِلَى اللهِ.

Hanya ini adalah syirik kecil; karena ia menyandarkan nikmat kepada selain Allah, padahal wajib menyandarkannya kepada Allah.

٢- وَإِنْ كَانَ يَقْصِدُ أَنَّ هَذِهِ الْأَشْيَاءَ تَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْ دُونِ اللهِ؛ فَهَذَا شِرْكٌ أَكْبَرُ.

2- Jika ia bermaksud bahwa hal-hal ini melakukan itu tanpa Allah; maka ini adalah syirik besar.

وَالْأَوَّلُ هُوَ الَّذِي يَجْرِي عَلَى أَلْسِنَةِ كَثِيرٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَجِبُ الْحَذَرُ مِنْهُ.

Yang pertama adalah yang sering diucapkan oleh banyak Muslim, maka wajib waspada darinya.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: ٢٢] .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Maka janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah: 22].

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فِي الآيَةِ: "الأَنْدَادُ هُوَ: الشِّرْكُ؛ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ، وَهُوَ أَنْ تَقُولَ: وَاللهِ وَحَيَاتِكَ يَا فُلاَنُ وَحَيَاتِي، وَتَقُولَ: لَوْلاَ كُلَيْبَةُ هَذَا، لَأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَوْلاَ الْبَطُّ فِي الدَّارِ، لَأَتَى اللُّصُوصُ، وَقَوْلُ الرَّجُلِ لِصَاحِبِهِ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَقَوْلُ الرَّجُلِ: لَوْلاَ اللهُ وَفُلاَنٌ، لاَ تَجْعَلْ فِيهَا فُلاَنًا؛ هَذَا كُلُّهُ بِهِ شِرْكٌ". رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: "Al-Andaad adalah syirik; lebih tersembunyi daripada semut hitam yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Contohnya adalah ketika kamu berkata: 'Demi Allah dan demi hidupmu wahai Fulan dan hidupku', dan kamu berkata: 'Seandainya bukan karena anjing ini, pasti pencuri akan mendatangi kita', dan 'Seandainya bukan karena bebek di rumah, pasti pencuri akan datang', dan perkataan seseorang kepada temannya: 'Apa yang Allah kehendaki dan yang kamu kehendaki', dan perkataan seseorang: 'Kalau bukan karena Allah dan Fulan', jangan menyebut Fulan di dalamnya; semua ini adalah syirik". Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ مِنْ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ الاِحْتِرَازُ مِنَ الشِّرْكِ بِاللهِ فِي الأَلْفَاظِ، وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْهُ الْمُتَكَلِّمُ بِقَلْبِهِ؛ نَبَّهَ الْمُؤَلِّفُ ﵀ بِهَذَا الْبَابِ عَلَى ذَلِكَ وَبَيَّنَ بَعْضَ هَذِهِ الأَلْفَاظِ لِتُجْتَنَبَ هِيَ وَمَا مَاثَلَهَا.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa termasuk merealisasikan tauhid adalah menjaga diri dari syirik kepada Allah dalam ucapan, meskipun si pembicara tidak bermaksud demikian dalam hatinya. Penulis ﵀ mengingatkan hal itu melalui bab ini dan menjelaskan sebagian ungkapan tersebut agar dijauhi, baik ungkapan itu sendiri maupun yang serupa dengannya.

فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا: أَيْ: أَشْبَاهًا وَنُظَرَاءَ تَصْرِفُونَ لَهُمُ الْعِبَادَةَ أَوْ شَيْئًا مِنْهَا.

Maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan, yaitu: yang serupa dan setara yang kamu palingkan ibadah atau sesuatu darinya kepada mereka.

وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ: أَنَّهُ رَبُّكُمْ لَا يَرْزُقُكُمْ غَيْرُهُ وَلَا يَسْتَحِقُّ الْعِبَادَةَ سِوَاهُ.

Sedangkan kamu mengetahui bahwa Dia adalah Tuhanmu, tidak ada yang memberi rezeki kepadamu selain-Nya, dan tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia.

فِي الْآيَةِ: أَيْ: فِي تَفْسِيرِ الْآيَةِ.

Dalam ayat: yaitu: dalam tafsir ayat.

دَبِيبُ النَّمْلِ: مَشْيُهُ.

Rayapan semut: jalannya.

عَلَى صَفَاةٍ: الصَّفَا: الْحَجَرُ الْأَمْلَسُ.

Di atas batu licin. Ash-shafaa: batu yang licin.

كُلَيْبَةٌ: تَصْغِيرُ كَلْبَةٍ وَهِيَ هُنَا: الَّتِي تُتَّخَذُ لِحِفْظِ الْمَوَاشِي وَغَيْرِهَا.

Kulaibah: bentuk diminutif dari kalbah (anjing betina), yang di sini berarti: yang digunakan untuk menjaga ternak dan lainnya.

اللُّصُوصُ: جَمْعُ لِصٍّ وَهُمْ: السُّرَّاقُ.

Al-lushuush: bentuk jamak dari lishsh (pencuri), mereka adalah: para pencuri.

الْبَطُّ: جَمْعُ بَطَّةٍ وَهِيَ: مِنْ طُيُورِ الْمَاءِ تُتَّخَذُ فِي الْبُيُوتِ، فَإِذَا دَخَلَهَا غَيْرُ أَهْلِهَا اسْتَنْكَرَتْهُ وَصَاحَتْ.

Al-bath: bentuk jamak dari baththah (bebek), yaitu: salah satu jenis burung air yang dipelihara di rumah-rumah, jika ada orang asing (selain pemiliknya) masuk, maka bebek itu akan mengingkarinya dan bersuara.

لَا تَجْعَلْ فِيهَا فُلَانًا: أَيْ: لَا تَجْعَلْهُ فِي مَقَالَتِكَ فَتَقُولَ: لَوْلَا اللهُ وَفُلَانٌ، بَلْ قُلْ: لَوْلَا اللهُ وَحْدَهُ.

Jangan masukkan si Fulan di dalamnya: artinya: jangan masukkan dia dalam perkataanmu dengan mengatakan: kalau bukan karena Allah dan si Fulan, tetapi katakanlah: kalau bukan karena Allah semata.

هَذَا كُلُّهُ بِهِ شِرْكٌ. أَيْ: هَذِهِ الْأَلْفَاظُ الْمَذْكُورَةُ وَمَا شَابَهَهَا شِرْكٌ بِاللهِ أَيْ: شِرْكٌ أَصْغَرُ.

Semua ini mengandung syirik. Artinya: ungkapan-ungkapan yang disebutkan ini dan yang serupa dengannya adalah syirik kepada Allah, yaitu: syirik kecil.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَنَّ اللهَ –﵎ يَنْهَى النَّاسَ أَنْ يَتَّخِذُوا لَهُ أَمْثَالًا وَنُظَرَاءَ يَصْرِفُونَ لَهُمْ شَيْئًا مِنْ عِبَادَتِهِ؛ وَهُمْ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ وَحْدَهُ الخَالِقُ الرَّازِقُ؛ وَأَنَّ هَذِهِ الأَنْدَادَ عَاجِزَةٌ فَقِيرَةٌ لَيْسَ لَهَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ. وَمَا ذَكَرَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ أَمْثِلَةٌ لِاتِّخَاذِ الأَنْدَادِ؛ لِأَنَّ لَفْظَ الآيَةِ يَشْمَلُهَا وَإِنْ كَانَتْ شِرْكًا أَصْغَرَ وَالآيَةُ نَازِلَةٌ فِي الشِّرْكِ الأَكْبَرِ؛ فَالسَّلَفُ يَسْتَدِلُّونَ بِمَا نَزَلَ فِي الشِّرْكِ الأَكْبَرِ عَلَى الشِّرْكِ الأَصْغَرِ.

Makna keseluruhan ayat: bahwa Allah –﵎ melarang manusia untuk menjadikan tandingan dan sekutu bagi-Nya yang mereka persembahkan sesuatu dari ibadah kepada mereka; padahal mereka mengetahui bahwa hanya Allah satu-satunya Pencipta dan Pemberi rezeki; dan bahwa sekutu-sekutu ini lemah, miskin, tidak memiliki kekuasaan apapun. Apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas adalah contoh-contoh pengambilan sekutu; karena lafaz ayat mencakupnya meskipun itu adalah syirik kecil dan ayat turun tentang syirik besar; maka Salaf mengambil dalil dengan apa yang turun tentang syirik besar atas syirik kecil.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- التَّحْذِيرُ مِنَ الشِّرْكِ فِي العِبَادَةِ.

1- Peringatan dari syirik dalam ibadah.

٢- أَنَّ المُشْرِكِينَ مُقِرُّونَ بِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ.

2- Bahwa orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyah.

٣- أَنَّ الشِّرْكَ الأَصْغَرَ خَفِيٌّ جِدًّا وَقَلَّ مَنْ يَتَنَبَّهُ لَهُ.

3- Bahwa syirik kecil sangat samar dan sedikit orang yang menyadarinya.

٤- وُجُوبُ تَجَنُّبِ الأَلْفَاظِ الشِّرْكِيَّةِ وَلَوْ لَمْ يَقْصِدْهَا الإِنْسَانُ بِقَلْبِهِ.

4- Kewajiban menghindari ungkapan-ungkapan syirik meskipun seseorang tidak menyengajanya dalam hati.

* * *

* * *

وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ– أَنَّ رَسُولَ اللهِ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– قَالَ: "مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ" (١) رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ.

Dari Umar bin Al-Khaththab –radhiyallahu 'anhu– bahwa Rasulullah –shallallahu 'alaihi wa sallam– bersabda: "Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah kafir atau syirik" (1) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, ia menghasankannya, dan Al-Hakim menshahihkannya.

ــ

ــ

عَنْ عُمَرَ: صَوَابُهُ عَنِ ابْنِ عُمَرَ.

Dari Umar: yang benar adalah dari Ibnu Umar.

مَنْ حَلَفَ: الْحَلِفُ: الْيَمِينُ، وَهِيَ تَوْكِيدُ الْحُكْمِ بِذِكْرِ مُعَظَّمٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوصٍ.

Barangsiapa bersumpah: Al-Halfu adalah sumpah, yaitu pengukuhan hukum dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan dengan cara tertentu.

بِغَيْرِ اللهِ: أَيْ: بِأَيِّ مَخْلُوقٍ مِنَ الْمَخْلُوقَاتِ.

Dengan selain Allah: yaitu dengan makhluk apa pun dari makhluk-makhluk.

كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ: يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ هَذَا شَكًّا مِنَ الرَّاوِي. وَيُحْتَمَلُ أَنْ تَكُونَ "أَوْ" بِمَعْنَى الْوَاوِ فَيَكُونُ كَفَرَ وَأَشْرَكَ. وَالْمُرَادُ الْكُفْرُ وَالشِّرْكُ الْأَصْغَرَانِ.

Kafir atau syirik: Ada kemungkinan ini adalah keraguan dari perawi. Dan ada kemungkinan bahwa "atau" bermakna "dan", sehingga menjadi kafir dan syirik. Yang dimaksud adalah kufur dan syirik kecil.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– فِي هَذَا الْحَدِيثِ خَبَرًا مَعْنَاهُ النَّهْيُ: أَنَّ مَنْ أَقْسَمَ بِغَيْرِ اللهِ مِنَ الْمَخْلُوقَاتِ فَقَدِ اتَّخَذَ ذَلِكَ الْمَحْلُوفَ بِهِ شَرِيكًا لِلَّهِ وَكَفَرَ بِاللهِ؛ لِأَنَّ الْحَلِفَ بِالشَّيْءِ يَقْتَضِي تَعْظِيمَهُ، وَالْعَظَمَةُ فِي الْحَقِيقَةِ إِنَّمَا هِيَ لِلَّهِ وَحْدَهُ، فَلَا يُحْلَفُ إِلَّا بِهِ أَوْ بِصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –shallallahu 'alaihi wa sallam– mengabarkan dalam hadits ini sebuah berita yang maknanya adalah larangan: bahwa barangsiapa bersumpah dengan selain Allah dari makhluk-makhluk, maka ia telah menjadikan sesuatu yang ia bersumpah dengannya itu sebagai sekutu bagi Allah dan kafir kepada Allah; karena bersumpah dengan sesuatu menuntut pengagungannya, sedangkan keagungan pada hakikatnya hanyalah milik Allah semata, maka tidak boleh bersumpah kecuali dengan-Nya atau dengan salah satu sifat-Nya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدِ اتَّخَذَ المَحْلُوفَ بِهِ نِدًّا لِلَّهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah menjadikan sesuatu yang ia sumpahkan dengannya sebagai tandingan bagi Allah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٥٣٥" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٢٥١" وَالْحَاكِمُ "٤/٢٩٧".
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor "1535", Abu Dawud dengan nomor "3251", dan Al-Hakim "4/297".

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الْحَلِفِ بِغَيْرِ اللهِ وَأَنَّهُ شِرْكٌ وَكُفْرٌ بِاللهِ.

1- Haramnya bersumpah dengan selain Allah dan itu adalah syirik dan kufur kepada Allah.

٢- أَنَّ التَّعْظِيمَ بِالْحَلِفِ حَقٌّ لِلَّهِ ﷾ فَلَا يُحْلَفُ إِلَّا بِهِ.

2- Bahwa pengagungan dengan sumpah adalah hak Allah ﷾, maka tidak boleh bersumpah kecuali dengan-Nya.

٣- أَنَّ الْحَلِفَ بِغَيْرِ اللهِ لَا تَجِبُ بِهِ كَفَّارَةٌ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُذْكَرْ فِيهِ كَفَّارَةٌ.

3- Bahwa bersumpah dengan selain Allah tidak mewajibkan kafarat; karena tidak disebutkan kafarat di dalamnya.

* * *

* * *

وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: "لَأَنْ أَحْلِفَ بِاللهِ كَاذِبًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ صَادِقًا" (١) .

Ibnu Mas'ud berkata: "Sungguh aku bersumpah dengan nama Allah dalam keadaan berdusta lebih aku sukai daripada aku bersumpah dengan selain Allah dalam keadaan jujur." (1)

ــ

ــ

لِأَنَّ: اللَّامُ: لَامُ الِابْتِدَاءِ وَ"أَنَّ" مَصْدَرِيَّةٌ، وَالْفِعْلُ بَعْدَهَا مَنْصُوبٌ فِي تَأْوِيلِ مَصْدَرٍ مَرْفُوعٍ عَلَى الِابْتِدَاءِ.

Li-anna: Lam adalah lam ibtida' dan "anna" adalah mashdariyah, dan fi'il setelahnya manshub dalam takwil mashdar yang marfu' berdasarkan ibtida'.

أَحَبُّ ... إِلَخْ: خَبَرُ الْمُبْتَدَأِ.

Ahabbu ... dst: adalah khabar mubtada'.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَقُولُ ابْنُ مَسْعُودٍ –﵁: إِقْسَامِي بِاللهِ عَلَى شَيْءٍ أَنَا كَاذِبٌ فِيهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ إِقْسَامِي بِغَيْرِ اللهِ عَلَى شَيْءٌ أَنَا صَادِقٌ فِيهِ؛ وَإِنَّمَا رَجَّحَ الْحَلِفَ بِاللهِ كَاذِبًا عَلَى الْحَلِفِ بِغَيْرِهِ صَادِقًا؛ لِأَنَّ الْحَلِفَ بِاللهِ فِيهِ هَذِهِ الْحَالَةُ فِي حَسَنَةِ التَّوْحِيدِ، وَفِيهِ سَيِّئَةُ التَّوْحِيدِ أَعْظَمُ مِنْ حَسَنَةِ الصِّدْقِ. وَسَيِّئَةُ الْكَذِبِ أَسْهَلُ مِنْ سَيِّئَةِ الشِّرْكِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Ibnu Mas'ud –﵁ berkata: Sumpahku dengan nama Allah atas sesuatu yang aku berdusta padanya lebih aku sukai daripada sumpahku dengan selain Allah atas sesuatu yang aku jujur padanya. Dia lebih mengutamakan sumpah dengan nama Allah dalam keadaan berdusta daripada sumpah dengan selain Allah dalam keadaan jujur, karena sumpah dengan nama Allah dalam kondisi ini terdapat kebaikan tauhid, dan keburukan tauhid lebih besar daripada kebaikan kejujuran. Keburukan dusta lebih ringan daripada keburukan syirik.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الْحَلِفِ بِغَيْرِ اللهِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa atsar ini menunjukkan haramnya bersumpah dengan selain Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- تَحْرِيمُ الْحَلِفِ بِغَيْرِ اللهِ.

1- Haramnya bersumpah dengan selain Allah.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ الْأَصْغَرَ أَعْظَمُ مِنْ كَبَائِرِ الذُّنُوبِ كَالْكَذِبِ، وَنَحْوِهِ مِنَ الْكَبَائِرِ.

2- Bahwa syirik kecil lebih besar dosanya daripada dosa-dosa besar seperti dusta dan semisalnya dari dosa besar lainnya.

٣- جَوَازُ ارْتِكَابِ أَقَلِّ الشَّرَّيْنِ ضَرَرًا إِذَا كَانَ لَا بُدَّ مِنْ أَحَدِهِمَا.

3- Diperbolehkan melakukan yang paling sedikit mudaratnya di antara dua keburukan jika mesti melakukan salah satunya.

٤- دِقَّةُ فِقْهِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁.

4- Ketelitian fikih Ibnu Mas'ud ﵁.

_________
(١) قَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٤/١٧٧": رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ.
(1) Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "4/177": Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan para perawinya adalah perawi hadis shahih.

وَعَنْ حُذَيْفَةَ ﵁ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "لَا تَقُولُوا: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ قُولُوا: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ.

Dari Hudzaifah ﵁ dari Nabi ﷺ bersabda: "Janganlah kalian mengatakan: Apa yang Allah kehendaki dan yang si fulan kehendaki, tetapi katakanlah: Apa yang Allah kehendaki kemudian yang si fulan kehendaki" (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih.

وَجَاءَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ: "أَنَّهُ يُكْرَهُ أَنْ يَقُولَ: أَعُوذُ بِاللهِ وَبِكَ، وَيُجَوِّزُ أَنْ يَقُولَ: بِاللهِ ثُمَّ بِكَ"، قَالَ: "وَيَقُولُ: لَوْلَا اللهُ ثُمَّ فُلَانٌ، وَلَا تَقُولُوا: لَوْلَا اللهُ وَفُلَانٌ.

Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha'i: "Sesungguhnya dimakruhkan mengatakan: Aku berlindung kepada Allah dan kepadamu, dan dibolehkan mengatakan: Kepada Allah kemudian kepadamu", ia berkata: "Dan hendaklah mengatakan: Kalau bukan karena Allah kemudian si fulan, dan janganlah kalian mengatakan: Kalau bukan karena Allah dan si fulan.

ــ

ــ

لَا تَقُولُوا: لَا: نَاهِيَةٌ وَالْفِعْلُ بَعْدَهَا مَجْزُومٌ بِهَا وَعَلَامَةُ جَزْمِهَا حَذْفُ النُّونِ.

لَا تَقُولُوا: لَا: kata larangan dan fi'il (kata kerja) setelahnya dijazmkan dengannya dan tanda jazmnya adalah membuang huruf nun.

مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ: لِأَنَّ الْعَطْفَ بِالْوَاوِ يَقْتَضِي الْجَمْعَ وَالْمُسَاوَاةَ.

مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ: karena 'athaf (penghubung) dengan wawu menuntut penggabungan dan persamaan.

مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ: لِأَنَّ الْعَطْفَ بِثُمّ يَقْتَضِي التَّرْتِيبَ وَالتَّرَاخِيَ.

مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ: karena 'athaf dengan tsumma menuntut urutan dan penundaan.

يُكْرَهُ: الْكَرَاهَةُ فِي عُرْفِ السَّلَفِ يُرَادُ بِهَا التَّحْرِيمُ.

يُكْرَهُ: makruh dalam 'urf (kebiasaan) salaf yang dimaksud dengannya adalah pengharaman.

أَعُوذُ: الْعَوْذُ: الِالْتِجَاءُ إِلَى الْغَيْرِ وَالتَّعَلُّقُ بِهِ.

أَعُوذُ: Al-'Audz: berlindung kepada selain Allah dan bergantung kepadanya.

لَوْلَا: حَرْفُ امْتِنَاعٍ لِوُجُودٍ، أَيْ: امْتِنَاعُ شَيْءٍ لِوُجُودِ غَيْرِهِ.

لَوْلَا: huruf yang menunjukkan ketiadaan sesuatu karena adanya sesuatu yang lain, yaitu: ketiadaan sesuatu karena adanya sesuatu yang lain.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْهَى –ﷺ أَنْ يُعْطَفَ اسْمُ الْمَخْلُوقِ عَلَى اسْمِ الْخَالِقِ بِالْوَاوِ بَعْدَ ذِكْرِ الْمَشِيئَةِ وَنَحْوِهَا؛ لِأَنَّ الْمَعْطُوفَ بِهَا يَكُونُ مُسَاوِيًا لِلْمَعْطُوفِ عَلَيْهِ؛ لِكَوْنِهَا إِنَّمَا وُضِعَتْ لِمُطْلَقِ الْجَمْعِ فَلَا

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ melarang menggabungkan nama makhluk dengan nama Sang Pencipta menggunakan kata penghubung "dan" setelah menyebutkan kehendak Allah dan sejenisnya; karena yang dihubungkan dengannya menjadi setara dengan yang dihubungkan kepadanya; karena kata penghubung "dan" hanya digunakan untuk penggabungan secara mutlak, maka tidak

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٩٨٠" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٥/٣٨٤".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4980" dan Ahmad dalam Musnad "5/384".

تَقْتَضِي تَرْتِيبًا وَلَا تَعْقِيبًا؛ وَتَسْوِيَةُ الْمَخْلُوقِ بِالْخَالِقِ شِرْكٌ، وَيُجَوِّزُ –ﷺ عَطْفَ الْمَخْلُوقِ عَلَى الْخَالِقِ بِثُمَّ؛ لِأَنَّ الْمَعْطُوفَ بِهَا يَكُونُ مُتَرَاخِيًا عَنِ الْمَعْطُوفِ عَلَيْهِ بِمُهْلَةٍ فَلَا مَحْذُورَ؛ لِكَوْنِهِ صَارَ تَابِعًا. وَالْأَثَرُ الْمَرْوِيُّ عَنِ النَّخَعِيِّ يُفِيدُ مَا أَفَادَهُ الْحَدِيثُ.

Membutuhkan pengaturan dan tidak ada tindak lanjut; menyamakan makhluk dengan Sang Pencipta adalah syirik, dan Nabi ﷺ membolehkan menggabungkan makhluk dengan Sang Pencipta menggunakan ثُمَّ; karena yang digabungkan dengannya tertunda dari yang digabungkan kepadanya dengan jeda waktu sehingga tidak ada larangan; karena ia menjadi pengikut. Dan atsar yang diriwayatkan dari An-Nakha'i memberikan faidah seperti yang diberikan oleh hadits.

وَيَخْتَصُّ هَذَا الْحُكْمُ – وَهُوَ الْعَوْذُ بِالْمَخْلُوقِ – بِالْمَخْلُوقِينَ الْأَحْيَاءِ الَّذِينَ لَهُمْ قُدْرَةٌ، دُونَ الْأَمْوَاتِ وَالْعَاجِزِينَ فَلَا يَجُوزُ أَنْ يُسْنَدَ إِلَيْهِمْ شَيْءٌ.

Hukum ini - yaitu berlindung kepada makhluk - khusus untuk makhluk hidup yang memiliki kemampuan, bukan untuk yang mati dan yang lemah, maka tidak boleh menyandarkan sesuatu kepada mereka.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ وَالْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّهُمَا يَدُلَّانِ عَلَى النَّهْيِ عَنْ قَوْلِ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ" وَنَحْوَ ذَلِكَ؛ لِأَنَّهُ مِنِ اتِّخَاذِ الْأَنْدَادِ لِلَّهِ الَّذِي نَهَتْ عَنْهُ الْآيَةُ الَّتِي فِي أَوَّلِ الْبَابِ عَلَى مَا فَسَّرَهَا بِهِ ابْنُ عَبَّاسٍ.

Kesesuaian hadits dan atsar dengan bab: Keduanya menunjukkan larangan mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang si fulan kehendaki" dan sejenisnya; karena itu termasuk menjadikan tandingan bagi Allah yang dilarang oleh ayat di awal bab sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ قَوْلِ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ"، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ مِنَ الْأَلْفَاظِ مِمَّا فِيهِ الْعَطْفُ عَلَى اللهِ بِالْوَاوِ؛ لِأَنَّهُ مِنِ اتِّخَاذِ الْأَنْدَادِ لِلَّهِ.

1- Haramnya mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki", dan ungkapan serupa yang mengandung penggabungan (nama) kepada Allah dengan huruf waw; karena itu termasuk menjadikan tandingan bagi Allah.

٢- جَوَازُ قَوْلِ: "مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ"، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ مِمَّا فِيهِ الْعَطْفُ عَلَى اللهِ بِثُمَّ؛ لِانْتِفَاءِ الْمَحْذُورِ فِيهِ.

2- Diperbolehkan mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki kemudian yang engkau kehendaki", dan ungkapan serupa yang mengandung 'athaf (penggabungan) kepada Allah dengan kata ثُمَّ (kemudian); karena tidak adanya hal yang terlarang di dalamnya.

٣- إِثْبَاتُ الْمَشِيئَةِ لِلَّهِ، وَإِثْبَاتُ الْمَشِيئَةِ لِلْعَبْدِ، وَأَنَّهَا تَابِعَةٌ لِمَشِيئَةِ اللهِ تَعَالَى.

3- Menetapkan kehendak bagi Allah, menetapkan kehendak bagi hamba, dan bahwa kehendak hamba mengikuti kehendak Allah Ta'ala.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِيمَنْ لَمْ يَقْنَعْ بِالْحَلْفِ بِاللَّهِ

بَابُ مَا جَاءَ فِيمَنْ لَمْ يَقْنَعْ بِالْحَلِفِ بِاللهِ

Bab tentang ancaman bagi orang yang tidak puas dengan sumpah atas nama Allah

عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﵄ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ مَنْ حَلَفَ بِاللهِ فَلْيَصْدُقْ، وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللهِ فَلْيَرْضَ، وَمَنْ لَمْ يَرْضَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ" (١) . رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Ibnu Umar ﵄ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah kalian bersumpah atas nama bapak-bapak kalian. Barangsiapa bersumpah atas nama Allah, maka hendaklah ia jujur. Barangsiapa yang dimintai sumpah atas nama Allah, maka hendaklah ia ridha. Barangsiapa yang tidak ridha, maka ia bukan dari Allah." (1) Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad hasan.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ عَدَمَ الرِّضَا بِالْحَلِفِ بِاللهِ يُنَافِي كَمَالَ التَّوْحِيدِ؛ لِدَلَالَتِهِ عَلَى قِلَّةِ تَعْظِيمِ الرَّبِّ ﷻ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa ketidakpuasan dengan sumpah atas nama Allah bertentangan dengan kesempurnaan tauhid; karena menunjukkan kurangnya pengagungan terhadap Rabb ﷻ.

مَا جَاءَ فِيمَنْ ... إِلَخْ: أَيْ: مِنَ الْوَعِيدِ.

Apa yang datang tentang orang yang ... dst: yaitu ancaman.

الْحَلِفُ: الْقَسَمُ.

Al-half: sumpah.

لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ: نَهْيٌ عَنِ الْقَسَمِ بِالْآبَاءِ؛ لِأَنَّهُ هُوَ الْمَعْرُوفُ عِنْدَهُمْ وَلَا مَفْهُومَ لَهُ؛ لِتَقَدُّمِ النَّهْيِ عَنِ الْقَسَمِ بِغَيْرِ اللهِ مُطْلَقًا.

Janganlah kalian bersumpah atas nama bapak-bapak kalian: larangan bersumpah atas nama bapak-bapak; karena itulah yang dikenal di kalangan mereka dan tidak ada pemahaman darinya; karena telah didahului larangan bersumpah atas selain Allah secara mutlak.

فَلْيَصْدُقْ: أَيْ: وُجُوبًا تَعْظِيمًا لِلْيَمِينِ بِاللهِ، لِأَنَّ الصِّدْقَ وَاجِبٌ وَلَوْ لَمْ يَحْلِفْ بِاللهِ فَكَيْفَ إِذَا حَلَفَ بِهِ!.

Maka hendaklah ia jujur: yaitu wajib untuk mengagungkan sumpah atas nama Allah, karena kejujuran itu wajib meskipun tidak bersumpah atas nama Allah, apalagi jika bersumpah atas nama-Nya!

فَلْيَرْضَ: أَيْ: وُجُوبًا تَعْظِيمًا لِلْيَمِينِ بِاللهِ. وَهَذَا عَامٌّ الصِّدْقُ وَاجِبٌ وَلَوْ لَمْ يَحْلِفْ بِاللهِ فَكَيْفَ إِذَا حَلَفَ بِهِ!.

Maka hendaklah ia ridha: yaitu wajib untuk mengagungkan sumpah atas nama Allah. Ini bersifat umum, kejujuran itu wajib meskipun tidak bersumpah atas nama Allah, apalagi jika bersumpah atas nama-Nya!

فَلَيْسَ مِنَ اللهِ: هَذَا وَعِيدٌ، أَيْ: فَقَدْ بَرِئَ اللهُ مِنْهُ.

Ini adalah ancaman, yaitu: Allah telah berlepas diri darinya.

مَعْنَى الحَدِيثِ إِجْمَالًا: يَنْهَى ﷺ عَنِ الحَلِفِ بِالآبَاءِ؛ لِأَنَّ الحَلِفَ

Makna hadits secara keseluruhan: Nabi ﷺ melarang bersumpah dengan nama bapak-bapak; karena sumpah

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٢١٠١".
(1) Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan nomor "2101".

تَعْظِيمٌ لِلْمَحْلُوفِ بِهِ، وَالتَّعْظِيمُ حَقٌّ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ، ثُمَّ يَأْمُرُ مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ أَنْ يَكُونَ صَادِقًا فِيمَا يَحْلِفُ عَلَيْهِ؛ لِأَنَّ الصِّدْقَ مِمَّا أَوْجَبَهُ اللَّهُ عَلَى عِبَادِهِ مُطْلَقًا، فَكَيْفَ إِذَا حَلَفُوا بِاللَّهِ! وَيَأْمُرُ –ﷺ مَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فِي خُصُومَةٍ أَوْ غَيْرِهَا أَنْ يَرْضَى بِالْيَمِينِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ تَعْظِيمِ اللَّهِ، ثُمَّ يُبَيِّنُ –ﷺ الْوَعِيدَ الشَّدِيدَ فِي حَقِّ مَنْ لَمْ يَرْضَ بِالْحَلْفِ بِاللَّهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى عَدَمِ تَعْظِيمِهِ لِلَّهِ.

Pengagungan kepada yang disumpahi, dan pengagungan adalah hak Allah Subhanahu. Kemudian Dia memerintahkan orang yang bersumpah dengan nama Allah untuk jujur dalam apa yang dia sumpahkan; karena kejujuran adalah sesuatu yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya secara mutlak, apalagi jika mereka bersumpah dengan nama Allah! Dan Dia memerintahkan –ﷺ kepada orang yang disumpahi dengan nama Allah dalam perselisihan atau lainnya untuk ridha dengan sumpah tersebut; karena itu termasuk pengagungan kepada Allah. Kemudian Dia menjelaskan –ﷺ ancaman keras bagi orang yang tidak ridha dengan sumpah dengan nama Allah; karena itu menunjukkan ketiadaan pengagungannya kepada Allah.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الْوَعِيدَ الشَّدِيدَ فِي حَقِّ مَنْ لَمْ يَقْنَعْ بِالْحَلْفِ بِاللَّهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat ancaman keras bagi orang yang tidak puas dengan sumpah dengan nama Allah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْوَعِيدُ الشَّدِيدُ فِي حَقِّ مَنْ لَمْ يَقْنَعْ بِالْحَلْفِ بِاللَّهِ.

1- Ancaman keras bagi orang yang tidak puas dengan sumpah dengan nama Allah.

٢- وُجُوبُ الصِّدْقِ فِي الْيَمِينِ.

2- Kewajiban jujur dalam sumpah.

٣- تَحْرِيمُ الْكَذِبِ فِي الْيَمِينِ.

3- Pengharaman berbohong dalam sumpah.

٤- حُسْنُ الظَّنِّ بِالْمُسْلِمِ مَا لَمْ يَتَبَيَّنْ خِلَافُهُ.

4- Berbaik sangka kepada muslim selama tidak jelas kebalikannya.

٥- وُجُوبُ تَصْدِيقِ مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ إِذَا كَانَ مِنْ أَهْلِ الْإِيمَانِ.

5- Kewajiban membenarkan orang yang bersumpah dengan nama Allah jika dia termasuk ahli iman.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ

بَابُ قَوْلِ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ

Bab Perkataan: Apa yang Allah Kehendaki dan Engkau Kehendaki

عَنْ قُتَيْلَةَ: أَنَّ يَهُودِيًّا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تُشْرِكُونَ تَقُولُونَ مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَتَقُولُونَ: وَالْكَعْبَةِ. فَأَمَرَهُمُ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا أَرَادُوا أَنْ يَحْلِفُوا أَنْ يَقُولُوا: وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَأَنْ يَقُولُوا: مَا شَاءَ ثُمَّ شِئْتَ" (١) رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ.

Dari Qutailah: Bahwa seorang Yahudi datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, "Sesungguhnya kalian berbuat syirik dengan mengatakan 'Apa yang Allah kehendaki dan engkau kehendaki', dan kalian mengatakan 'Demi Ka'bah'. Maka Nabi ﷺ memerintahkan mereka jika ingin bersumpah agar mengatakan 'Demi Rabb (Tuhan) Ka'bah', dan agar mereka mengatakan 'Apa yang Allah kehendaki kemudian engkau kehendaki'" (1) Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan ia menshahihkannya.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ هَذَا الْبَابَ دَاخِلٌ فِي بَابِ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿... فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَادًا ...﴾ وَقَدْ سَبَقَ بَيَانُ مُنَاسَبَتِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Bahwa bab ini termasuk dalam bab firman Allah Ta'ala: "... Maka janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah ..." Dan telah dijelaskan sebelumnya kesesuaiannya.

التَّرَاجِمُ: قُتَيْلَةُ: بِضَمِّ الْقَافِ وَفَتْحِ التَّاءِ مُصَغَّرًا بِنْتُ صَيْفِيٍّ الْجُهَنِيَّةُ صَحَابِيَّةٌ ﵂.

Biografi: Qutailah: Dengan dhammah pada huruf qaf dan fathah pada huruf ta' (bentuk tashghir/pengecilan), putri Shaifi Al-Juhaniyyah, seorang sahabiyah ﵂.

قَوْلُ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ: أَيْ: مَا حُكْمُ التَّكَلُّمِ بِذَلِكَ هَلْ يَجُوزُ أَمْ لَا؟ وَإِذَا كَانَ لَا يَجُوزُ فَهَلْ هُوَ شِرْكٌ أَوْ لَا؟

Perkataan: Apa yang Allah kehendaki dan engkau kehendaki: Yaitu, apa hukum mengucapkan hal tersebut, apakah boleh atau tidak? Dan jika tidak boleh, apakah itu syirik atau bukan?

تُشْرِكُونَ: أَيِ: الشِّرْكَ الْأَصْغَرَ.

Kalian berbuat syirik: Yaitu syirik kecil (ashghar).

مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ: وَهَذَا فِي تَشْرِيكٌ فِي مَشِيئَةِ اللهِ.

Apa yang Allah kehendaki dan engkau kehendaki: Ini merupakan bentuk penyekutuan dalam kehendak Allah.

وَتَقُولُونَ: وَالْكَعْبَةِ: وَهَذَا قَسَمٌ بِغَيْرِ اللهِ.

Dan kalian berkata: "Demi Ka'bah", dan ini adalah sumpah selain Allah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ "٧/٦" بِرَقْمِ "٣٧٧٣" وَأَحْمَدُ "٦/٣٧١- ٣٧٢"، وَالْبَيْهَقِيُّ "٣/٢١٦"، وَالْحَاكِمُ "٤/٢٩٧"، وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.
(1) Dikeluarkan oleh An-Nasa'i "7/6" nomor "3773", Ahmad "6/371-372", Al-Baihaqi "3/216", Al-Hakim "4/297", dan dia menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: ذَكَرَ هَذَا اليَهُودِيُّ لِلنَّبِيِّ –ﷺ أَنَّ بَعْضَ المُسْلِمِينَ يَقَعُ فِي الشِّرْكِ الأَصْغَرِ حِينَمَا تَصْدُرُ مِنْهُ هَذِهِ الأَلْفَاظُ الَّتِي ذَكَرَهَا، فَأَقَرَّهُ النَّبِيُّ –ﷺ عَلَى اعْتِبَارِهَا مِنَ الشِّرْكِ، وَأَرْشَدَ إِلَى اسْتِعْمَالِ اللَّفْظِ البَعِيدِ مِنَ الشِّرْكِ بِأَنْ يَحْلِفُوا بِاللهِ، وَأَنْ يَعْطِفُوا مَشِيئَةَ العَبْدِ عَلَى مَشِيئَةِ اللهِ بِثُمَّ الَّتِي هِيَ لِلتَّرْتِيبِ وَالتَّرَاخِي، لِتَكُونَ مَشِيئَةُ العَبْدِ تَابِعَةً لِمَشِيئَةِ اللهِ.

Makna keseluruhan hadits: Orang Yahudi ini menyebutkan kepada Nabi –ﷺ bahwa sebagian kaum muslimin jatuh dalam syirik kecil ketika mereka mengucapkan lafaz-lafaz yang disebutkan. Maka Nabi –ﷺ mengakuinya sebagai syirik, dan membimbing untuk menggunakan lafaz yang jauh dari syirik dengan bersumpah atas nama Allah, dan menggantungkan kehendak hamba kepada kehendak Allah dengan menggunakan kata ثُمَّ yang menunjukkan urutan dan penundaan, agar kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ أَنَّ قَوْلَ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ" شِرْكٌ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan bahwa ucapan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki" adalah syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ قَوْلَ مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَالحَلِفَ بِغَيْرِ اللهِ شِرْكٌ، لِأَنَّ الرَّسُولَ –ﷺ أَقَرَّ اليَهُودِيَّ عَلَى اعْتِبَارِهِمَا مِنَ الشِّرْكِ.

1- Bahwa ucapan "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki", dan bersumpah dengan selain Allah adalah syirik, karena Rasulullah –ﷺ mengakui orang Yahudi dalam menganggap keduanya sebagai syirik.

٢- مَعْرِفَةُ اليَهُودِ بِالشِّرْكِ الأَصْغَرِ.

2- Pengetahuan orang-orang Yahudi tentang syirik kecil.

٣- فَهْمُ الإِنْسَانِ إِذَا كَانَ لَهُ هَوًى.

3- Pemahaman seseorang jika ia memiliki hawa nafsu.

٤- قَبُولُ الحَقِّ مِمَّنْ جَاءَ بِهِ وَإِنْ كَانَ عَدُوًّا مُخَالِفًا فِي الدِّينِ.

4- Menerima kebenaran dari siapa pun yang membawanya meskipun ia adalah musuh yang menentang agama.

٥- أَنَّ الشِّرْكَ الأَصْغَرَ لَا يُخْرِجُ مِنَ المِلَّةِ.

5- Bahwa syirik kecil tidak mengeluarkan seseorang dari agama.

٦- الابْتِعَادُ عَنِ الأَلْفَاظِ المُخِلَّةِ بِالعَقِيدَةِ وَاسْتِبْدَالُهَا بِالأَلْفَاظِ البَعِيدَةِ عَنِ الشِّرْكِ بِاللهِ.

6- Menjauhkan diri dari kata-kata yang merusak akidah dan menggantinya dengan kata-kata yang jauh dari syirik kepada Allah.

٧- أَنَّ العَالِمَ إِذَا نَهَى عَنْ شَيْءٍ فَإِنَّهُ يُبَيِّنُ البَدِيلَ الَّذِي يُغْنِي عَنْهُ إِذَا أَمْكَنَ.

7- Bahwa seorang alim jika melarang sesuatu, maka ia menjelaskan alternatif yang dapat menggantikannya jika memungkinkan.

٨- أَنَّ النَّهْيَ عَنِ الشِّرْكِ عَامٌّ لَا يَصْلُحُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى بِالكَعْبَةِ الَّتِي هِيَ بَيْتُ اللهِ فِي أَرْضِهِ فَكَيْفَ بِغَيْرِهَا؟!

8- Bahwa larangan syirik itu umum, tidak ada yang baik darinya sedikitpun bahkan di Ka'bah yang merupakan rumah Allah di bumi-Nya, apalagi selain Ka'bah?!

٩- إِثْبَاتُ المَشِيئَةِ لِلَّهِ، وَإِثْبَاتُ المَشِيئَةِ لِلْعَبْدِ، وَأَنَّهَا تَابِعَةٌ لِمَشِيئَةِ اللهِ.

9- Menetapkan kehendak bagi Allah, dan menetapkan kehendak bagi hamba, dan bahwa kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

وَلَهُ أَيْضًا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ. قَالَ: "أَجَعَلْتَنِي لِلَّهِ نِدًّا؟ بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ" (١) .

Dia juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas: bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ: "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki." Beliau bersabda: "Apakah engkau menjadikan aku sekutu bagi Allah? Sebaliknya, apa yang Allah kehendaki semata." (1) .

ــ

ــ

وَلَهُ: أَيْ: النَّسَائِيُّ.

Dia meriwayatkan: yaitu An-Nasa'i.

أَجَعَلْتَنِي: اسْتِفْهَامُ إِنْكَارٍ.

Apakah engkau menjadikan aku: pertanyaan pengingkaran.

نِدًّا: أَيْ: شَرِيكًا.

Tandingan: yaitu: sekutu.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: أَنْكَرَ –ﷺ عَلَى مَنْ عَطَفَ مَشِيئَةَ الرَّسُولِ عَلَى مَشِيئَةِ اللهِ بِالْوَاوِ؛ لِمَا يَقْتَضِيهِ هَذَا الْعَطْفُ مِنَ التَّسْوِيَةِ بَيْنَ اللهِ وَبَيْنَ الْمَخْلُوقِ، وَاعْتَبَرَ هَذَا مِنِ اتِّخَاذِ الشَّرِيكِ لِلَّهِ، ثُمَّ أَسْنَدَ الْمَشِيئَةَ إِلَى اللهِ وَحْدَهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengingkari orang yang menggabungkan kehendak Rasul dengan kehendak Allah dengan kata "dan"; karena penggabungan ini mengharuskan adanya persamaan antara Allah dan makhluk, dan menganggap ini sebagai bentuk menjadikan sekutu bagi Allah, kemudian beliau menyandarkan kehendak hanya kepada Allah semata.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ قَوْلَ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ" وَمَا أَشْبَهَ هَذَا اللَّفْظَ مِنِ اتِّخَاذِ النِّدِّ لِلَّهِ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ بِقَوْلِهِ: ﴿فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: ٢٢] .

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa perkataan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki" dan ungkapan serupa termasuk menjadikan tandingan bagi Allah yang dilarang dalam firman-Nya: "Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah: 22].

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنْ قَوْلِ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ" وَمَا أَشْبَهَهُ مِمَّا فِيهِ عَطْفُ مَشِيئَةِ الْعَبْدِ عَلَى مَشِيئَةِ اللهِ بِالْوَاوِ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.

1- Larangan mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki" dan ungkapan serupa yang mengandung penggabungan kehendak hamba dengan kehendak Allah menggunakan kata "dan" dan sejenisnya.

٢- أَنَّ مَنْ سَوَّى الْعَبْدَ بِاللهِ وَلَوْ فِي الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ فَقَدِ اتَّخَذَهُ نِدًّا لِلَّهِ.

2- Bahwa siapa yang menyamakan hamba dengan Allah meskipun dalam syirik kecil, maka sungguh dia telah menjadikannya tandingan bagi Allah.

٣- إِنْكَارُ الْمُنْكَرِ.

3- Mengingkari kemungkaran.

٤- أَنَّ رَسُولَ اللهِ –ﷺ قَدْ حَمَى حِمَى التَّوْحِيدِ، وَسَدَّ طُرُقَ الشِّرْكِ.

4- Bahwa Rasulullah ﷺ telah menjaga kemurnian tauhid, dan menutup jalan-jalan menuju syirik.

_________
(١) أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ فِي عَمَلِ الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ بِرَقْمِ "٩٨٨" وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "١/٢١٤، ٢٨٣، ٣٤٧".
(1) Dikeluarkan oleh An-Nasa'i dalam 'Amal Al-Yaum wa Al-Lailah nomor "988" dan Ahmad dalam Al-Musnad "1/214, 283, 347".

وَلِابْنِ مَاجَهْ عَنِ الطُّفَيْلِ أَخِي عَائِشَةَ لِأُمِّهَا، قَالَ: "رَأَيْتُ كَأَنِّي أَتَيْتُ عَلَى نَفَرٍ مِنَ الْيَهُودِ، فَقُلْتُ: إِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ، لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ، قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، ثُمَّ مَرَرْتُ بِنَفَرٍ مِنَ النَّصَارَى، فَقُلْتُ: إِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ، لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ، قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ، لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ أَخْبَرْتُ بِهَا مَنْ أَخْبَرْتُ، ثُمَّ أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ: "هَلْ أَخْبَرْتَ بِهَا أَحَدًا؟ " قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ طُفَيْلًا رَأَى رُؤْيًا أَخْبَرَ بِهَا مَنْ أَخْبَرَ مِنْكُمْ، وَإِنَّكُمْ قُلْتُمْ كَلِمَةً كَانَ يَمْنَعُنِي كَذَا وَكَذَا أَنْ أَنْهَاكُمْ عَنْهَا، فَلَا تَقُولُوا: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَلَكِنْ قُولُوا: مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ" (١) .

Ibnu Majah meriwayatkan dari Thufail, saudara Aisyah seibu, ia berkata: "Aku bermimpi seolah-olah aku mendatangi sekelompok orang Yahudi, lalu aku berkata: 'Kalian adalah kaum yang baik, seandainya kalian tidak mengatakan: Uzair adalah putra Allah.' Mereka berkata: 'Dan kalian juga kaum yang baik, seandainya kalian tidak mengatakan: Apa yang Allah kehendaki dan yang Muhammad kehendaki.' Kemudian aku melewati sekelompok orang Nasrani, lalu aku berkata: 'Kalian adalah kaum yang baik, seandainya kalian tidak mengatakan: Al-Masih adalah putra Allah.' Mereka berkata: 'Dan kalian juga kaum yang baik, seandainya kalian tidak mengatakan: Apa yang Allah kehendaki dan yang Muhammad kehendaki.' Ketika aku bangun di pagi hari, aku menceritakannya kepada orang-orang yang aku ceritakan, kemudian aku mendatangi Nabi ﷺ dan menceritakannya kepadanya. Beliau bersabda: 'Apakah engkau telah menceritakannya kepada seseorang?' Aku menjawab: 'Ya.' Beliau bersabda: 'Maka beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bersabda: 'Amma ba'du; sesungguhnya Thufail telah bermimpi dan menceritakannya kepada orang-orang di antara kalian. Dan kalian telah mengucapkan suatu kalimat yang ini dan itu menghalangiku untuk melarang kalian darinya. Maka janganlah kalian mengatakan: Apa yang Allah kehendaki dan yang Muhammad kehendaki. Akan tetapi katakanlah: Apa yang Allah kehendaki semata.'" (1)

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: الطُّفَيْلُ هُوَ: الطُّفَيْلُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ الحَارِثِ بْنِ سَخْبَرَةَ الأَزْدِيُّ صَحَابِيٌّ ﵁، وَلَيْسَ لَهُ إِلَّا هَذَا الحَدِيثُ.

Terjemahan: Ath-Thufail adalah: Ath-Thufail bin Abdullah bin Al-Harits bin Sakhbarah Al-Azdi, seorang sahabat ﵁, dan dia tidak memiliki hadits kecuali hadits ini.

عَلَى نَفَرٍ: النَّفَرُ: رَهْطُ الإِنْسَانِ وَعَشِيرَتُهُ اسْمُ جَمْعٍ يَقَعُ عَلَى الرِّجَالِ خَاصَّةً.

Atas beberapa orang: An-Nafar adalah: Keluarga seseorang dan kaumnya, nama jamak yang berlaku khusus untuk laki-laki.

لَأَنْتُمُ القَوْمُ: أَيْ: نِعْمَ القَوْمُ أَنْتُمْ.

Kalian adalah kaum: Yaitu: Sebaik-baik kaum adalah kalian.

_________
(١) أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٢١١٨" وَأَحْمَدُ "٥/٣٩٣".
(1) Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan nomor "2118" dan Ahmad "5/393".

لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ: أَيْ: لَوْلَا مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ مِنَ الشِّرْكِ بِنِسْبَةِ الْوَلَدِ إِلَى اللهِ؛ وَهَذَا لِأَنَّ عُزَيْرًا كَانَ يَحْفَظُ التَّوْرَاةَ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ، فَقَالُوا فِيهِ هَذِهِ الْمَقَالَةَ وَقِيلَ لِأَنَّهُ نَبِيٌّ.

Seandainya kalian tidak mengatakan Uzair adalah putra Allah, yaitu: seandainya bukan karena kemusyrikan yang kalian lakukan dengan menisbatkan anak kepada Allah; dan ini karena Uzair hafal Taurat di luar kepala, maka mereka mengatakan perkataan ini tentangnya, dan dikatakan karena dia adalah seorang nabi.

تَقُولُونَ مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ: عَارَضُوهُ بِذِكْرِ شَيْءٍ مِمَّا فِي بَضْعِ الْمُسْلِمِينَ مِنَ الشِّرْكِ الْأَصْغَرِ.

Kalian mengatakan apa yang Allah kehendaki dan yang Muhammad kehendaki: mereka membantahnya dengan menyebutkan sesuatu dari apa yang ada pada sebagian kaum muslimin berupa syirik kecil.

تَقُولُونَ الْمَسِيحُ: أَيْ: عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ﵇.

Kalian mengatakan Al-Masih, yaitu: Isa putra Maryam ﷺ.

ابْنُ اللهِ: فَتُشْرِكُونَ بِاللهِ بِنِسْبَةِ الْوَلَدِ إِلَيْهِ. وَإِنَّمَا قَالُوا هَذَا فِي عِيسَى؛ لِأَنَّهُ مِنْ أُمٍّ بِلَا أَبٍ.

Putra Allah: maka kalian menyekutukan Allah dengan menisbatkan anak kepada-Nya. Dan sesungguhnya mereka mengatakan ini tentang Isa; karena dia dari ibu tanpa ayah.

حَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ: الْحَمْدُ هُوَ: الثَّنَاءُ عَلَى الْجَمِيلِ الِاخْتِيَارِيِّ مِنَ الْإِنْعَامِ وَغَيْرِهِ، وَالثَّنَاءُ هُوَ: تَكْرَارُ الْمَحَامِدِ.

Dia memuji Allah dan menyanjung-Nya: pujian adalah: sanjungan atas kebaikan yang bersifat pilihan dari pemberian nikmat dan lainnya, dan sanjungan adalah: pengulangan pujian.

كَانَ يَمْنَعُنِي كَذَا وَكَذَا: هُوَ الْحَيَاءُ كَمَا فِي الرِّوَايَةِ الْأُخْرَى؛ لِأَنَّهُ حِينَذَاكَ لَمْ يُؤْمَرْ بِإِنْكَارِهَا.

Aku dicegah oleh ini dan itu: itu adalah rasa malu sebagaimana dalam riwayat yang lain; karena dia ketika itu belum diperintahkan untuk mengingkarinya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ الطُّفَيْلُ –﵁ أَنَّهُ رَأَى فِي مَنَامِهِ أَنَّهُ مَرَّ عَلَى جَمَاعَةٍ مِنْ أَهْلِ المِلَّتَيْنِ، فَأَنْكَرَ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ عَلَيْهِ مِنَ الشِّرْكِ بِاللهِ بِنِسْبَةِ الوَلَدِ إِلَيْهِ –تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ- فَعَارَضُوهُ بِذِكْرِ مَا عَلَيْهِ بَعْضُ المُسْلِمِينَ مِنَ الشِّرْكِ الأَصْغَرِ الوَارِدِ فِي بَعْضِ أَلْفَاظِهِمْ، وَعِنْدَمَا أَصْبَحَ قَصَّ هَذِهِ الرُّؤْيَا عَلَى النَّبِيِّ –ﷺ فَأَعْلَنَهَا الرَّسُولُ –ﷺ وَأَنْكَرَ عَلَى النَّاسِ التَّكَلُّمَ بِهَذِهِ الكَلِمَةِ الشِّرْكِيَّةِ، وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَتَلَفَّظُوا بِاللَّفْظِ الخَالِصِ مِنَ الشِّرْكِ.

Makna keseluruhan hadits: Ath-Thufail –﵁ mengabarkan bahwa ia melihat dalam mimpinya bahwa ia melewati sekelompok orang dari dua agama, lalu ia mengingkari apa yang mereka lakukan berupa syirik kepada Allah dengan menisbatkan anak kepada-Nya –Maha Suci Allah dari hal itu-. Mereka lalu membantahnya dengan menyebutkan apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin berupa syirik kecil yang terdapat dalam sebagian ucapan mereka. Ketika pagi hari, ia menceritakan mimpi ini kepada Nabi –ﷺ. Rasulullah –ﷺ lalu mengumumkannya dan mengingkari orang-orang yang mengucapkan kalimat syirik ini, serta memerintahkan mereka untuk mengucapkan lafaz yang bersih dari syirik.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ أَفَادَ أَنَّ التَّلَفُّظَ بِمَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ وَمَا أَشْبَهَهَا مِنَ الأَلْفَاظِ شِرْكٌ أَصْغَرُ كَمَا سَبَقَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini menunjukkan bahwa mengucapkan "Apa yang Allah kehendaki dan Muhammad kehendaki" dan ucapan-ucapan serupa adalah syirik kecil sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الِاعْتِنَاءُ بِالرُّؤْيَا وَأَنَّهَا سَبَبٌ لِتَشْرِيعِ بَعْضِ الْأَحْكَامِ وَقْتَ حَيَاةِ الرَّسُولِ –ﷺ.

1- Memperhatikan mimpi dan bahwa mimpi merupakan sebab disyariatkannya sebagian hukum pada masa hidup Rasulullah -ﷺ.

٢- أَنَّ قَوْلَ: "مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ" وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ شِرْكٌ أَصْغَرُ.

2- Bahwa ucapan: "Apa yang Allah kehendaki dan yang si fulan kehendaki" dan sejenisnya adalah syirik kecil.

٣- مَعْرِفَةُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى بِالشِّرْكِ الْأَصْغَرِ، مَعَ مَا هُمْ عَلَيْهِ مِنَ الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ مِنْ أَجْلِ الطَّعْنِ بِالْمُسْلِمِينَ.

3- Pengetahuan Yahudi dan Nasrani tentang syirik kecil, di samping syirik besar yang mereka lakukan, demi mencela kaum muslimin.

٤- تَقْدِيمُ حَمْدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ فِي الْخُطَبِ، وَقَوْلُ: أَمَّا بَعْدُ، فِيهَا.

4- Mendahulukan pujian dan sanjungan kepada Allah dalam khutbah, serta mengucapkan: Amma ba'du, di dalamnya.

٥- اسْتِحْبَابُ قَصْرِ الْمَشِيئَةِ عَلَى اللهِ، وَإِنْ كَانَ يَجُوزُ أَنْ يَقُولَ: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ.

5- Disunnahkan membatasi kehendak hanya kepada Allah, meskipun boleh mengatakan: Apa yang Allah kehendaki kemudian yang si fulan kehendaki.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ سَبَّ الدَّهْرَ فَقَدْ آذَى اللَّهَ

بَابُ مَنْ سَبَّ الدَّهْرَ فَقَدْ آذَى اللهَ

Bab tentang siapa yang mencela masa maka sungguh dia telah menyakiti Allah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ﴾ الآيَةَ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (al-dahr),'" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿وَمَا لَهُم بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ﴾ [الجَاثِيَةِ: ٢٤] .

Sempurnanya ayat: "Padahal tidak ada pengetahuan sedikitpun bagi mereka tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja." [Al-Jatsiyah: 24].

مُنَاسَبَةُ البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ سَبَّ الدَّهْرِ يَتَضَمَّنُ الشِّرْكَ؛ لِأَنَّ سَابَّ الدَّهْرِ إِذَا اعْتَقَدَ أَنَّهُ فَاعِلٌ مَعَ اللهِ فَهُوَ مُشْرِكٌ.

Kesesuaian bab dengan Kitab Tauhid: bahwa mencela masa (al-dahr) mengandung syirik; karena pencela masa jika meyakini bahwa ia adalah pelaku bersama Allah maka dia musyrik.

أَذَى اللهَ: حَيْثُ وَصَفَهُ بِصِفَاتِ النَّقْصِ.

Menyakiti Allah: di mana dia mensifati-Nya dengan sifat-sifat kekurangan.

وَقَالُوا: أَيْ: مُنْكِرُو البَعْثِ.

Dan mereka berkata: yaitu para pengingkar kebangkitan.

مَا هِيَ: أَيِ: الحَيَاةُ.

Tidaklah ia: yaitu kehidupan.

إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا: أَيِ: الَّتِي فِي الدُّنْيَا وَلَيْسَ هُنَاكَ حَيَاةٌ أُخْرَوِيَّةٌ.

Hanyalah kehidupan kita di dunia: yaitu yang ada di dunia dan tidak ada kehidupan akhirat.

نَمُوتُ وَنَحْيَا: أَيْ؛ يَمُوتُ بَعْضٌ وَيَحْيَا بَعْضٌ بِأَنْ يُولَدُوا.

Kita mati dan kita hidup: yaitu; sebagian mati dan sebagian hidup dengan dilahirkan.

وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ: أَيْ: مُرُورُ الزَّمَانِ.

Dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (al-dahr): yaitu berlalunya waktu.

وَمَا لَهُم بِذَلِكَ: أَيِ: القَوْلِ.

Padahal tidak ada bagi mereka tentang itu: yaitu perkataan.

مِنْ عِلْمٍ: أَيْ: لَا دَلِيلَ لَهُمْ عَلَيْهِ وَإِنَّمَا قَالُوهُ بِنَاءً عَلَى التَّقْلِيدِ وَالْإِنْكَارِ لِمَا لَمْ يَحُسُّوا بِهِ وَلَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ.

Dari ilmu: Artinya: Mereka tidak memiliki dalil atasnya, dan mereka hanya mengatakannya berdasarkan taklid dan pengingkaran terhadap apa yang tidak mereka rasakan dan tidak mereka kuasai ilmunya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَنِ الدَّهْرِيَّةِ مِنَ الْكُفَّارِ وَمَنْ وَافَقَهُمْ مِنْ مُشْرِكِي الْعَرَبِ فِي إِنْكَارِ الْبَعْثِ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ: لَيْسَ هُنَاكَ حَيَاةٌ

Makna umum ayat: Allah Ta'ala mengabarkan tentang orang-orang Dahriyah dari kalangan kafir dan orang-orang musyrik Arab yang sependapat dengan mereka dalam mengingkari kebangkitan, bahwa mereka berkata: Tidak ada kehidupan

غَيْرَ حَيَاتِنَا الْحَاضِرَةِ، لَا حَيَاةَ سِوَاهَا يَمُوتُ بَعْضُنَا وَيُولَدُ الْبَعْضُ الْآخَرُ، وَلَيْسَ هُنَاكَ سَبَبٌ لِمَوْتِنَا سِوَى مُرُورِ الزَّمَنِ وَتَكَرُّرِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، فَرَدَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ بِأَنَّهُمْ لَيْسَ لَهُمْ حُجَّةٌ عَلَى هَذَا الْإِنْكَارِ إِلَّا مُجَرَّدُ الظَّنِّ وَالظَّنُّ لَيْسَ بِحُجَّةٍ. وَالْمَفْرُوضُ فِيمَنْ نَفَى شَيْئًا أَنْ يُقِيمَ الْبُرْهَانَ عَلَى نَفْيِهِ، كَمَا أَنَّ مَنْ أَثْبَتَ شَيْئًا فَإِنَّهُ يُقِيمُ الدَّلِيلَ عَلَى إِثْبَاتِهِ.

Selain kehidupan kita saat ini, tidak ada kehidupan lain. Sebagian dari kita mati dan sebagian lainnya lahir, dan tidak ada alasan untuk kematian kita kecuali berlalunya waktu dan berulangnya malam dan siang. Maka Allah menjawab mereka bahwa mereka tidak memiliki hujjah atas pengingkaran ini kecuali hanya dugaan semata, dan dugaan bukanlah hujjah. Seharusnya bagi siapa yang menafikan sesuatu, ia harus mendirikan bukti atas penafiannya, sebagaimana orang yang menetapkan sesuatu, ia mendirikan dalil atas penetapannya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ مَنْ سَبَّ الدَّهْرَ فَقَدْ شَارَكَ هَؤُلَاءِ الدَّهْرِيَّةَ فِي سَبِّهِ وَإِنْ لَمْ يُشَارِكْهُمْ فِي الِاعْتِقَادِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa siapa yang mencela ad-dahr (masa), maka ia telah mengambil bagian dengan ad-dahriyyah ini dalam celaan terhadapnya meskipun ia tidak mengambil bagian dengan mereka dalam keyakinan.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- إِثْبَاتُ الْبَعْثِ وَالرَّدُّ عَلَى مَنْ أَنْكَرَهُ.

1- Menetapkan kebangkitan dan membantah orang yang mengingkarinya.

٢- ذَمُّ مَنْ يَنْسُبُ الْحَوَادِثَ إِلَى الدَّهْرِ.

2- Mencela orang yang menisbatkan peristiwa kepada ad-dahr (masa).

٣- أَنَّ مَنْ نَفَى شَيْئًا فَهُوَ مُطَالَبٌ بِالدَّلِيلِ عَلَى نَفْيِهِ كَالْمُثْبِتِ.

3- Bahwa siapa yang menafikan sesuatu, ia dituntut untuk memberikan dalil atas penafiannya seperti halnya orang yang menetapkan.

٤- أَنَّ الظَّنَّ لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ فِي الِاسْتِدْلَالِ فِي الْعَقَائِدِ.

4- Bahwa dugaan tidak dapat diandalkan dalam pengambilan dalil dalam masalah akidah.

* * *

* * *

وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –﵁ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "قَالَ اللهُ تَعَالَى: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ" وَفِي رِوَايَةٍ: "لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ، فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ" (١) .

Dalam Shahih dari Abu Hurairah –﵁ dari Nabi ﷺ bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Anak Adam menyakiti-Ku, dia mencela ad-dahr (masa), padahal Akulah ad-dahr, Aku membolak-balikkan malam dan siang" dan dalam riwayat lain: "Janganlah kalian mencela ad-dahr, karena sesungguhnya Allah adalah ad-dahr" (1) .

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: صَحِيحِ البُخَارِيِّ.

Dalam Shahih: yaitu: Shahih al-Bukhari.

يُؤْذِينِي: يَتَنَقَّصُنِي.

Yu'dzini: merendahkan-Ku.

يَسُبُّ الدَّهْرَ: أَيْ: يَذُمُّهُ وَيَلُومُهُ عِنْدَ المَصَائِبِ الَّتِي تَنْزِلُ.

Yasubbu ad-dahr: yaitu: mencelanya dan menyalahkannya ketika musibah yang turun.

وَأَنَا الدَّهْرُ: أَيْ: صَاحِبُ الدَّهْرِ وَمُدِيرُ الأُمُورِ الَّتِي يَنْسِبُونَهَا إِلَى الدَّهْرِ.

Wa ana ad-dahr: yaitu: pemilik ad-dahr dan pengatur urusan-urusan yang mereka nisbatkan kepada ad-dahr.

أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ: بِالمُعَاقَبَةِ بَيْنَهُمَا وَمَا يَجْرِي فِيهِمَا مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ.

Uqallibu al-laila wan-nahar: dengan pergantian di antara keduanya dan apa yang terjadi pada keduanya dari kebaikan dan keburukan.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَيْ: لِمُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ.

Wa fi riwayah: yaitu: bagi Muslim dan lainnya.

فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ: أَيْ: هُوَ الَّذِي يُجْرِي فِيهِ مَا أَرَادَهُ مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ.

Fa inna Allaha huwa ad-dahr: yaitu: Dialah yang menjadikan padanya apa yang Dia kehendaki dari kebaikan dan keburukan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَرْوِي الرَّسُولُ –ﷺ عَنْ رَبِّهِ ﷿: أَنَّ الَّذِي يَسُبُّ الدَّهْرَ عِنْدَ نُزُولِ الْمَصَائِبِ وَالْمَكَارِهِ إِنَّمَا يَسُبُّ اللهَ –تَعَالَى- وَيُؤْذِيهِ بِالتَّنَقُّصِ؛ لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يُجْرِي هَذِهِ الْأَفْعَالَ وَحْدَهُ؛ وَالدَّهْرُ إِنَّمَا هُوَ خَلْقٌ مُسَخَّرٌ، وَزَمَنٌ تَجْرِي فِيهِ الْحَوَادِثُ بِأَمْرِ اللهِ تَعَالَى.

Makna keseluruhan hadits: Rasulullah –ﷺ meriwayatkan dari Tuhannya ﷿: bahwa orang yang mencela masa ketika tertimpa musibah dan hal-hal yang dibenci, sebenarnya ia mencela Allah –Ta'ala- dan menyakiti-Nya dengan celaan tersebut; karena Dia Subhanahu adalah satu-satunya yang menjalankan perbuatan-perbuatan ini; dan masa hanyalah ciptaan yang ditundukkan, dan waktu di mana peristiwa-peristiwa terjadi atas perintah Allah Ta'ala.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ أَنَّ مَنْ سَبَّ الدَّهْرَ فَقَدْ آذَى اللهَ أَيْ:

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya disebutkan bahwa barangsiapa yang mencela masa maka sungguh ia telah menyakiti Allah, yaitu:

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٨٢٦" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٤٦".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4826" dan Muslim dengan nomor "2246".

تَنْقُصَهُ.

Mengurangi-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ سَبِّ الدَّهْرِ.

1- Haramnya mencela masa (dahr).

٢- وُجُوبُ الإِيمَانِ بِالقَضَاءِ وَالقَدَرِ.

2- Wajibnya beriman kepada qadha' dan qadar.

٣- أَنَّ الدَّهْرَ خَلْقٌ مُسَخَّرٌ.

3- Bahwa masa (dahr) adalah ciptaan yang ditundukkan.

٤- أَنَّ الخَلْقَ قَدْ يُؤْذُونَ اللهَ بِالتَّنَقُّصِ وَلَا يَضُرُّونَهُ.

4- Bahwa makhluk bisa menyakiti Allah dengan celaan tapi tidak membahayakan-Nya.

* * *

* * *

بَابُ التَّسَمِّي بِقَاضِي الْقُضَاةِ وَنَحْوِهِ

بَابُ التَّسَمِّي بِقَاضِي الْقُضَاةِ وَنَحْوِهِ

Bab tentang menamakan diri dengan Qadhi Al-Qudhat (Hakim Agung) dan sejenisnya

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ، لَا مَالِكَ إِلَّا اللهُ"، قَالَ سُفْيَانُ: مِثْلُ شَاهَانْ شَاهْ. وَفِي رِوَايَةٍ: "أَغْيَظُ رَجُلٍ عَلَى اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَخْبَثُهُ" (١) .

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ﵁, dari Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seorang laki-laki yang menamakan dirinya Raja Diraja, tidak ada pemilik (kerajaan) selain Allah". Sufyan berkata: "Seperti Syahanshah (Raja Diraja Persia)". Dan dalam riwayat lain: "Orang yang paling dimurkai Allah pada hari kiamat dan paling buruk" (1).

قَوْلُهُ: أَخْنَعُ: يَعْنِي: أَوْضَعُ.

Perkataannya "Akhna'": artinya paling hina.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ أَنَّ التَّسَمِّيَ بِاسْمٍ فِيهِ مُشَارَكَةٌ لِلَّهِ فِي التَّعْظِيمِ شِرْكٌ فِي الرُّبُوبِيَّةِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: menjelaskan bahwa menamakan diri dengan nama yang mengandung kesetaraan dengan Allah dalam keagungan adalah syirik dalam rububiyah.

التَّرَاجِمُ: سُفْيَانُ هُوَ: سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ بْنِ مَيْمُونٍ الْهِلَالِيُّ، ثِقَةٌ حَافِظٌ فَقِيهٌ، وُلِدَ بِالْكُوفَةِ سَنَةَ ١٠٧هـ وَسَكَنَ مَكَّةَ وَمَاتَ فِيهِ سَنَةَ ١٩٨هـ ﵀.

Biografi: Sufyan adalah Sufyan bin Uyainah bin Maimun Al-Hilali, seorang yang tsiqah (terpercaya), hafizh, dan faqih. Lahir di Kufah tahun 107 H, tinggal di Makkah dan wafat di sana tahun 198 H, semoga Allah merahmatinya.

وَنَحْوِهِ: أَيْ نَحْوُ قَاضِي الْقُضَاةِ مِثْلُ: حَاكِمُ الْحُكَّامِ، وَسُلْطَانُ السَّلَاطِينِ، وَسَيِّدُ السَّادَاتِ.

Dan sejenisnya: yaitu seperti Qadhi Al-Qudhat (Hakim Agung), misalnya Hakim Para Hakim, Sultan Para Sultan, dan Sayyid Para Sayyid.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih: maksudnya dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim.

يُسَمَّى: مَبْنِيٌّ لِلْمَجْهُولِ: أَيْ يُدْعَى بِذَلِكَ وَيَرْضَى بِهِ وَفِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ: تَسَمَّى بِالتَّاءِ أَيْ: سَمَّى نَفْسَهُ بِذَلِكَ.

Disebut: bentuk pasif: yaitu dipanggil dengan itu dan ridha dengannya, dan dalam sebagian riwayat: tasammā dengan ta', yaitu: menamakan dirinya dengan itu.

الأَمْلَاكُ: جَمْعُ مَلِكٍ بِكَسْرِ اللَّامِ.

Al-Amlāk: bentuk jamak dari malik dengan mengkasrahkan lām.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٦٢٠٥، ٦٢٠٦"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١٤٣".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhārī dengan nomor "6205, 6206", dan Muslim dengan nomor "2143".

لَا مَالِكَ إِلَّا اللهُ: هَذَا رَدٌّ عَلَى مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ بِأَنَّهُ وَضَعَ نَفْسَهُ شَرِيكًا لِلَّهِ فِيمَا هُوَ مِنْ خَصَائِصِهِ.

Tidak ada pemilik selain Allah: ini adalah bantahan terhadap orang yang melakukan hal itu dengan menempatkan dirinya sebagai sekutu bagi Allah dalam apa yang merupakan kekhususan-Nya.

شَاهَانْ شَاهٍ: هُوَ عِبَارَةٌ عِنْدَ الْعَجَمِ عَنْ مَلِكِ الْأَمْلَاكِ، وَهَذَا تَمْثِيلٌ لَا حَصْرٌ.

Syahan Syah: ini adalah ungkapan orang-orang non-Arab tentang raja diraja, dan ini adalah perumpamaan, bukan pembatasan.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَيْ: لِمُسْلِمٍ فِي صَحِيحِهِ.

Dan dalam sebuah riwayat: yaitu: bagi Muslim dalam kitab Shahih-nya.

أَغْيَظُ رَجُلٍ: الْغَيْظُ: مِثْلُ الْغَضَبِ وَالْبَغْضِ، أَيْ: أَنَّهُ يَكُونُ بَغِيضًا إِلَى اللهِ.

Pria yang paling dimurkai: Al-Ghaizh: seperti marah dan benci, yaitu: bahwa dia menjadi dibenci oleh Allah.

وَأَخْبَثَهُ: أَيْ: أَبْطَلَهُ، أَيْ: يَكُونُ خَبِيثًا عِنْدَ اللهِ مَغْضُوبًا عَلَيْهِ.

Dan paling buruk: yaitu: paling batil, yaitu: menjadi keji di sisi Allah dan dimurkai.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ أَوْضَعَ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ ﷿ مَنْ تَسَمَّى بِاسْمٍ يَحْمِلُ مَعْنَى الْعَظَمَةِ وَالْكِبْرِيَاءِ الَّتِي لَا تَلِيقُ إِلَّا بِاللهِ، كَمَلِكِ الْمُلُوكِ؛ لِأَنَّ هَذَا فِيهِ مُضَاهَاةٌ لِلَّهِ، وَصَاحِبُهُ يَدَّعِي لِنَفْسِهِ أَوْ يُدَّعَى لَهُ أَنَّهُ نِدٌّ لِلَّهِ؛ فَلِذَلِكَ صَارَ الْمُتَسَمِّي بِهَذَا الِاسْمِ مِنْ أَبْغَضِ النَّاسِ إِلَى اللهِ وَأَخْبَثِهِمْ عِنْدَهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ mengabarkan bahwa manusia yang paling hina di sisi Allah ﷿ adalah orang yang menamakan dirinya dengan nama yang mengandung makna keagungan dan kesombongan yang tidak pantas kecuali bagi Allah, seperti raja diraja; karena ini mengandung penyerupaan terhadap Allah, dan pemiliknya mengklaim untuk dirinya atau diklaim untuknya bahwa dia setara dengan Allah; oleh karena itu, orang yang menamai dirinya dengan nama ini menjadi manusia yang paling dibenci oleh Allah dan paling keji di sisi-Nya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ التَّسَمِّي بِقَاضِي الْقُضَاةِ وَنَحْوِهِ قِيَاسًا عَلَى تَحْرِيمِ التَّسَمِّي بِمَلِكِ الْمُلُوكِ الْوَارِدِ ذَمُّهُ وَالتَّحْذِيرُ مِنْهُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini menunjukkan haramnya menamai diri dengan qadhi al-qudhat (hakim agung) dan sejenisnya, dengan mengqiyaskan pada haramnya menamai diri dengan malik al-muluk (raja diraja) yang telah disebutkan celaan dan peringatan darinya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّسَمِّي بِقَاضِي الْقُضَاةِ وَنَحْوِهِ.

1- Haramnya menamai diri dengan qadhi al-qudhat (hakim agung) dan sejenisnya.

٢- وُجُوبُ احْتِرَامِ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى.

2- Wajibnya menghormati nama-nama Allah Ta'ala.

٣- الْحَثُّ عَلَى التَّوَاضُعِ وَاخْتِيَارِ الْأَسْمَاءِ الْمُنَاسِبَةِ لِلْمَخْلُوقِ وَالْأَلْقَابِ الْمُطَابِقَةِ لَهُ.

3- Anjuran untuk rendah hati dan memilih nama-nama yang sesuai bagi makhluk serta gelar-gelar yang cocok untuknya.

* * *

* * *

بَابُ احْتِرَامِ أَسْمَاءِ اللَّهِ وَتَغْيِيرِ الِاسْمِ لِأَجْلِ ذَلِكَ

بَابُ احْتِرَامِ أَسْمَاءِ اللهِ وَتَغْيِيرِ الِاسْمِ لِأَجْلِ ذَلِكَ

Bab Menghormati Nama-Nama Allah dan Mengubah Nama Karena Hal Itu

عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ ﵁ أَنَّهُ كَانَ يُكَنَّى أَبَا الْحَكَمِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: "إِنَّ اللهَ هُوَ الْحَكَمُ، وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ" فَقَالَ: إِنَّ قَوْمِي إِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ أَتَوْنِي فَحَكَمْتُ بَيْنَهُمْ، فَرَضِيَ كِلَا الْفَرِيقَيْنِ. فَقَالَ: "مَا أَحْسَنَ هَذَا! فَمَالَكَ مِنَ الْوَلَدِ؟" قُلْتُ: شُرَيْحٌ، وَمُسْلِمٌ، وَعَبْدُ اللهِ. قَالَ: "فَمَنْ أَكْبَرُهُمْ؟" قُلْتُ: شُرَيْحٌ. قَالَ: "فَأَنْتَ أَبُو شُرَيْحٍ" (١) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَغَيْرُهُ.

Dari Abu Syuraih ﵁ bahwa ia dipanggil dengan kunyah Abu Al-Hakam. Nabi ﷺ lalu berkata kepadanya, "Sesungguhnya Allah-lah Al-Hakam (Yang Maha Menetapkan Hukum), dan kepada-Nya lah hukum itu." Ia berkata, "Sesungguhnya kaumku apabila berselisih dalam suatu perkara, mereka mendatangiku, lalu aku memutuskan di antara mereka, dan kedua pihak ridha." Beliau bersabda, "Alangkah baiknya ini! Lalu siapa saja anak-anakmu?" Aku menjawab, "Syuraih, Muslim, dan Abdullah." Beliau bertanya, "Siapa yang paling tua di antara mereka?" Aku menjawab, "Syuraih." Beliau bersabda, "Kalau begitu, engkau adalah Abu Syuraih." (1) Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ احْتِرَامَ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَتَغْيِيرَ الِاسْمِ مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ مِنْ تَحْقِيقِ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid adalah: bahwa menghormati nama-nama Allah Ta'ala dan mengubah nama karena hal itu merupakan bagian dari merealisasikan tauhid.

التَّرَاجِمُ: أَبُو شُرَيْحٍ اسْمُهُ: هَانِئُ بْنُ يَزِيدَ الْكِنْدِيُّ، صَحَابِيٌّ نَزَلَ الْكُوفَةَ وَتُوُفِّيَ بِالْمَدِينَةِ سَنَةَ ٦٨هـ ﵁.

Biografi: Abu Syuraih, namanya adalah Hani' bin Yazid Al-Kindi, seorang sahabat yang tinggal di Kufah dan wafat di Madinah pada tahun 68 H ﵁.

احْتِرَامُ أَسْمَاءِ اللهِ: أَيْ: تَعْظِيمُهَا، وَاحْتَرَمَهُ: رَعَى حُرْمَتَهُ وَهَابَهُ.

Menghormati nama-nama Allah: yaitu mengagungkannya. Menghormati-Nya berarti menjaga kemuliaan-Nya dan takut kepada-Nya.

تَغْيِيرُ الاِسْمِ: أَيْ: تَحْوِيلُهُ وَتَبْدِيلُهُ وَجَعْلُ غَيْرِهِ مَكَانَهُ.

Mengubah nama: Yaitu: mengubah, mengganti, dan menjadikan yang lain sebagai gantinya.

مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ أَيْ: لِأَجْلِ احْتِرَامِ أَسْمَاءِ اللهِ.

Karena itu yaitu: demi menghormati nama-nama Allah.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٩٥٥"، وَالْبَيْهَقِيُّ "١٠/١٤٥" وَالْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ "٤/٢٧٩".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4955", Al-Baihaqi "10/145", dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak "4/279".

يُكَنَّى: الكُنْيَةُ مَا صُدِّرَ بِأَبٍ أَوْ أُمٍّ.

Dijuluki: Julukan adalah apa yang diawali dengan Abu atau Ummu.

الحَكَمُ: مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَمَعْنَاهُ: الحَاكِمُ الَّذِي إِذَا حَكَمَ لَا يُرَدُّ حُكْمُهُ.

Al-Hakam: Salah satu nama Allah Ta'ala yang artinya: Hakim yang jika Dia memutuskan, keputusan-Nya tidak dapat ditolak.

وَإِلَيْهِ الحُكْمُ: أَيْ: الفَصْلُ بَيْنَ العِبَادِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.

Dan kepada-Nya segala keputusan: Yaitu: Pemisahan antara hamba-hamba di dunia dan akhirat.

إِنَّ قَوْمِي ... إِلَخْ: أَيْ: أَنَا لَمْ أُكَنِّ نَفْسِي بِهَذِهِ الكُنْيَةِ وَإِنَّمَا كَنَّانِي بِهَا قَوْمِي.

Sesungguhnya kaumku ... dst: Maksudnya: Aku tidak menjuluki diriku dengan julukan ini, tetapi kaumkulah yang memberiku julukan ini.

مَا أَحْسَنَ هَذَا: أَيْ: الإِصْلَاحَ بَيْنَ النَّاسِ وَالحُكْمَ بَيْنَهُمْ بِالإِنْصَافِ وَتَحَرِّي العَدْلِ.

Alangkah baiknya ini: Yaitu: Mendamaikan antara manusia dan memutuskan di antara mereka dengan adil dan berusaha berlaku adil.

فَأَنْتَ أَبُو شُرَيْحٍ: كَنَّاهُ بِالأَكْبَرِ رِعَايَةً؛ لِأَنَّهُ أَوْلَى بِذَلِكَ.

Maka engkau adalah Abu Syuraih: Beliau memberinya julukan dengan (nama) yang lebih tua sebagai penghormatan; karena dia lebih berhak untuk itu.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: اسْتَنْكَرَ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى هَذَا الصَّحَابِيِّ تَكَنِّيَهُ بِأَبِي الحَكَمِ؛ لِأَنَّ الحُكْمَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ، وَأَسْمَاءُ اللهِ يَجِبُ احْتِرَامُهَا؛ فَبَيَّنَ لَهُ الصَّحَابِيُّ سَبَبَ هَذِهِ التَّكْنِيَةِ، وَأَنَّهُ كَانَ يُصْلِحُ بَيْنَ قَوْمِهِ وَيَحُلُّ مَشَاكِلَهُمْ بِمَا يُرْضِي المُتَنَازِعِينَ، فَاسْتَحْسَنَ النَّبِيُّ ﷺ هَذَا العَمَلَ دُونَ التَّكْنِيَةِ، وَلِذَلِكَ غَيَّرَهَا فَكَنَّاهُ بِأَكْبَرِ أَوْلَادِهِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengingkari sahabat ini yang dijuluki dengan Abu Al-Hakam; karena Al-Hakam adalah salah satu nama Allah, dan nama-nama Allah wajib dihormati; maka sahabat ini menjelaskan kepadanya sebab julukan ini, dan bahwa dia mendamaikan kaumnya dan menyelesaikan masalah mereka dengan apa yang memuaskan pihak-pihak yang berselisih, maka Nabi ﷺ menyukai perbuatan ini tanpa julukan tersebut, oleh karena itu beliau mengubahnya dan memberinya julukan dengan (nama) anaknya yang paling tua.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى المَنْعِ مِنْ إِهَانَةِ أَسْمَاءِ اللهِ بِالتَّسَمِّي بِأَسْمَائِهِ تَعَالَى المُخْتَصَّةِ بِهِ وَالتَّكَنِّي بِذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini menunjukkan larangan merendahkan nama-nama Allah dengan menamai diri dengan nama-nama-Nya yang khusus bagi-Nya dan menggunakan kunyah dengan itu.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فِيهِ تَحْرِيمُ امْتِهَانِ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَالمَنْعُ مِمَّا يُوهِمُ عَدَمَ احْتِرَامِهَا كَالتَّكَنِّي بِأَبِي الحَكَمِ وَنَحْوِهِ.

1- Di dalamnya terdapat pengharaman merendahkan nama-nama Allah Ta'ala dan larangan dari apa yang mengesankan ketidakhormatan terhadapnya, seperti menggunakan kunyah Abu Al-Hakam dan sejenisnya.

٢- أَنَّ الحَكَمَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى.

2- Bahwa Al-Hakam adalah salah satu nama Allah Ta'ala.

٣- جَوَازُ الصُّلْحِ وَالتَّحَاكُمِ إِلَى مَنْ يَصْلُحُ لِلْقَضَاءِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَاضِيًا وَأَنَّهُ يَلْزَمُ حُكْمُهُ.

3- Bolehnya berdamai dan berhukum kepada orang yang layak menjadi hakim meskipun ia bukan seorang qadhi, dan hukumnya mengikat.

٤- أَنَّهُ يُكَنَّى الرَّجُلُ بِأَكْبَرِ بَنِيهِ.

4- Bahwa seorang pria dipanggil dengan kunyah anak tertuanya.

٥- مَشْرُوعِيَّةُ تَقْدِيمِ الْكَبِيرِ.

5- Disyariatkannya mendahulukan yang lebih tua.

٦- مَشْرُوعِيَّةُ تَغْيِيرِ الِاسْمِ غَيْرِ الْمُنَاسِبِ إِلَى اسْمٍ مُنَاسِبٍ.

6- Disyariatkannya mengganti nama yang tidak sesuai menjadi nama yang sesuai.

* * *

* * *

بَابُ مَنْ هَزَلَ بِشَيْءٍ فِيهِ ذِكْرُ اللَّهِ أَوِ الْقُرْآنِ أَوِ الرَّسُولِ

بَابُ مَنْ هَزَلَ بِشَيْءٍ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ أَوِ الْقُرْآنِ أَوِ الرَّسُولِ

Bab tentang orang yang bercanda dengan sesuatu yang di dalamnya terdapat dzikir kepada Allah, Al-Qur'an, atau Rasul

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ﴾ الْآيَةَ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, pastilah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ﴾ [التوبة: ٦٥] .

Lengkapnya ayat: "Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?'" [At-Taubah: 65].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ حُكْمِ مَنْ هَزَلَ بِشَيْءٍ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ أَوِ الْقُرْآنِ أَوِ الرَّسُولِ ﷺ وَأَنَّهُ كُفْرٌ مُنَافٍ لِلتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: penjelasan hukum orang yang bercanda dengan sesuatu yang di dalamnya terdapat dzikir kepada Allah, Al-Qur'an, atau Rasul ﷺ dan bahwa hal itu adalah kekufuran yang bertentangan dengan tauhid.

بَابُ مَنْ هَزَلَ ... إِلَخْ: أَيْ: بَابُ بَيَانِ حُكْمِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ.

Bab man hazala ... dst: yaitu: bab penjelasan hukum orang yang melakukan hal itu.

هَزَلَ: الْهَزْلُ: الْمِزَاحُ ضِدُّ الْجِدِّ.

Hazala: al-hazl: canda, lawannya serius.

وَلَئِنْ: اللَّامُ لَامُ الْقَسَمِ.

Wa la-in: lam adalah lam sumpah.

سَأَلْتَهُمْ: الْخِطَابُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَيْ سَأَلْتَ هَؤُلَاءِ الْمُنَافِقِينَ عَنِ اسْتِهْزَائِهِمْ بِكَ وَبِالْقُرْآنِ.

Sa-altahum: khithab kepada Nabi ﷺ: yaitu engkau bertanya kepada orang-orang munafik ini tentang ejekan mereka terhadapmu dan Al-Qur'an.

لَيَقُولُنَّ: مُعْتَذِرِينَ.

Layaqūlunna: sebagai alasan.

نَخُوضُ وَنَلْعَبُ: وَلَمْ نَقْصِدِ الِاسْتِهْزَاءَ وَالتَّكْذِيبَ، وَإِنَّمَا قَصَدْنَا الْخَوْضَ فِي الْحَدِيثِ وَاللَّعِبَ.

Nakhūdhu wa nal'abu: dan kami tidak bermaksud mengejek dan mendustakan, kami hanya bermaksud berbincang-bincang dan bermain-main.

قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ: أَيْ: قُلْ لَهُمْ -تَوْبِيخًا لَهُمْ عَلَى اسْتِهْزَائِهِمْ وَالْخِطَابُ لِلنَّبِيِّ ﷺ إِنَّ عُذْرَكُمْ هَذَا لَنْ يُغْنِيَ عَنْكُمْ مِنَ اللهِ

Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Yaitu: Katakanlah kepada mereka -sebagai kecaman atas ejekan mereka dan khitab ini ditujukan kepada Nabi ﷺ bahwa alasan kalian ini tidak akan menyelamatkan kalian dari (azab) Allah.

شَيْئًا.

Sedikit pun.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ – ﷺ: وَلَئِنْ سَأَلْتَ هَؤُلَاءِ الْمُنَافِقِينَ الَّذِينَ تَكَلَّمُوا بِكَلِمَةِ الْكُفْرِ اسْتِهْزَاءً، فَإِنَّهُمْ سَيَعْتَذِرُونَ بِأَنَّهُمْ لَمْ يَقْصِدُوا الِاسْتِهْزَاءَ وَالتَّكْذِيبَ، وَإِنَّمَا قَصَدُوا الْخَوْضَ فِي الْحَدِيثِ، فَأَخْبَرَهُمْ أَنَّ عُذْرَهُمْ هَذَا لَا يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya – ﷺ: Jika engkau bertanya kepada orang-orang munafik yang mengucapkan kata-kata kufur dengan mengolok-olok, maka mereka akan memberi alasan bahwa mereka tidak bermaksud untuk mengolok-olok dan mendustakan, melainkan hanya bermaksud untuk bercakap-cakap. Maka beritahukanlah kepada mereka bahwa alasan mereka ini tidak akan menyelamatkan mereka sedikit pun dari (azab) Allah.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ مَعَ مَا بَعْدَهَا عَلَى كُفْرِ مَنْ هَزَلَ بِشَيْءٍ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ أَوِ الرَّسُولِ –ﷺ أَوِ الْقُرْآنِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Ayat ini menunjukkan bersama dengan ayat setelahnya tentang kekufuran orang yang mengolok-olok sesuatu yang di dalamnya terdapat zikir kepada Allah, Rasul-Nya –ﷺ, atau Al-Qur'an.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ الِاسْتِهْزَاءَ بِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُفْرٌ يُنَافِي التَّوْحِيدَ.

1- Bahwa mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya adalah kekufuran yang bertentangan dengan tauhid.

٢- أَنَّ مَنْ فَعَلَ الْكُفْرَ وَادَّعَى أَنَّهُ لَمْ يَعْلَمْ أَنَّهُ كُفْرٌ لَا يُعْذَرُ بِذَلِكَ.

2- Bahwa orang yang melakukan kekufuran dan mengklaim bahwa dia tidak tahu bahwa itu adalah kekufuran, maka dia tidak dimaafkan karena hal itu.

٣- وُجُوبُ تَعْظِيمِ ذِكْرِ اللهِ وَكِتَابِهِ وَرَسُولِهِ –ﷺ.

3- Wajibnya mengagungkan zikir kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya –ﷺ.

٤- أَنَّ مَنْ تَلَفَّظَ بِكَلَامِ الْكُفْرِ، كَفَرَ وَلَوْ لَمْ يَعْتَقِدْ مَا قَالَ بِقَلْبِهِ.

4- Bahwa orang yang mengucapkan perkataan kekufuran, maka dia telah kafir meskipun dia tidak meyakini apa yang dia ucapkan dalam hatinya.

* * *

* * *

عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَمُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ وَزَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ وَقَتَادَةَ، دَخَلَ حَدِيثُ بَعْضِهِمْ فِي بَعْضٍ: "أَنَّهُ قَالَ رَجُلٌ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ: مَا رَأَيْنَا مِثْلَ قُرَّائِنَا هَؤُلَاءِ أَرْغَبَ بُطُونًا، وَلَا أَكْذَبَ أَلْسِنَةً، وَلَا أَجْبَنَ عِنْدَ اللِّقَاءِ -يَعْنِي رَسُولَ اللهِ ﷺ وَأَصْحَابَهُ الْقُرَّاءَ- فَقَالَ لَهُ عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ مُنَافِقٌ؛ لَأُخْبِرَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَذَهَبَ عَوْفٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ لِيُخْبِرَهُ، فَوَجَدَ الْقُرْآنَ قَدْ سَبَقَهُ، فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ وَقَدِ ارْتَحَلَ وَرَكِبَ نَاقَتَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَتَحَدَّثُ حَدِيثَ الرَّكْبِ نَقْطَعُ بِهِ عَنَّا الطَّرِيقَ". فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: "كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مُتَعَلِّقًا بِنَسْعَةِ نَاقَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَإِنَّ الْحِجَارَةَ تَنْكُبُ رِجْلَيْهِ، وَهُوَ يَقُولُ: إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ، فَيَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: ﴿أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُنَ، لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ﴾ . التوبة: ٦٥-٦٦] . وَمَا يَتَلَفَّتُ إِلَيْهِ، وَمَا يَزِيدُهُ عَلَيْهِ.

Dari Ibnu Umar, Muhammad bin Ka'ab, Zaid bin Aslam, dan Qatadah, sebagian hadits mereka masuk ke dalam sebagian yang lain: "Seorang laki-laki berkata dalam perang Tabuk: 'Kami tidak pernah melihat seperti para qari kami ini yang lebih rakus perutnya, lebih dusta lisannya, dan lebih pengecut dalam menghadapi musuh -maksudnya Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya yang qari-', maka Auf bin Malik berkata kepadanya: 'Kamu telah berdusta, tetapi kamu adalah seorang munafik; aku pasti akan memberitahu Rasulullah ﷺ'. Maka Auf pergi kepada Rasulullah ﷺ untuk memberitahunya, namun ia mendapati Al-Qur'an telah mendahuluinya. Lalu orang itu datang kepada Rasulullah ﷺ yang telah berangkat dan menaiki untanya, ia berkata: 'Wahai Rasulullah, kami hanyalah bercanda dan berbincang-bincang sebagaimana perbincangan rombongan untuk memotong perjalanan kami'. Ibnu Umar berkata: "Seakan-akan aku melihatnya bergelantungan pada tali kekang unta Rasulullah ﷺ sementara batu-batu mengenai kedua kakinya, dan ia berkata: 'Kami hanyalah bercanda dan main-main'. Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: ﴿Apakah kepada Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman﴾ [At-Taubah: 65-66]. Beliau tidak menoleh kepadanya dan tidak menambahkan apa-apa lagi kepadanya."

ــ

التَّرَاجِمُ:

Biografi singkat:

١- ابْنُ عُمَرَ هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ﵄.

1- Ibnu Umar adalah: Abdullah bin Umar bin Al-Khattab ﵄.

٢- مُحَمَّدُ بْنُ كَعْبٍ هُوَ: مُحَمَّدُ بْنُ كَعْبِ بْنِ سُلَيْمٍ الْقَرَظِيُّ الْمَدَنِيُّ وَهُوَ ثِقَةٌ عَالِمٌ، مَاتَ سَنَةَ ١٢٠هـ.

2- Muhammad bin Ka'ab adalah: Muhammad bin Ka'ab bin Sulaim Al-Qurazhi Al-Madani dan dia seorang yang terpercaya lagi berilmu, wafat tahun 120 H.

٣- زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ هُوَ: مَوْلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ –﵁ وَهُوَ ثِقَةٌ مَشْهُورٌ مَاتَ سَنَةَ ١٣٦هـ ﵀.

3- Zaid bin Aslam adalah: mantan budak Umar bin Al-Khattab –﵁ dan dia seorang yang terpercaya lagi terkenal, wafat tahun 136 H ﵀.

٤- قَتَادَةُ هُوَ: قَتَادَةُ بْنُ دِعَامَةَ السَّدُوسِيُّ مُفَسِّرٌ حَافِظٌ مَاتَ سَنَةَ ١١٧هـ تَقْرِيبًا –﵀.

4- Qatadah adalah: Qatadah bin Di'amah As-Sadusi, seorang mufassir dan penghafal yang wafat sekitar tahun 117 H –﵀.

٥- عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ: هُوَ عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ الأَشْجَعِيُّ أَوَّلُ مَشَاهِدِهِ خَيْبَرُ، وَرَوَى عَنْهُ جَمَاعَةٌ مِنَ التَّابِعِينَ تُوُفِّيَ سَنَةَ ٧٣هـ ﵁.

5- 'Auf bin Malik: Dia adalah 'Auf bin Malik Al-Asyja'i, peperangan pertamanya adalah Khaibar, dan sekelompok tabi'in meriwayatkan darinya. Dia wafat pada tahun 73 H ﵁.

دَخَلَ حَدِيثُ بَعْضِهِمْ فِي بَعْضٍ: أَيْ: أَنَّ الحَدِيثَ مَجْمُوعٌ مِنْ رِوَايَاتِهِمْ.

Hadits sebagian mereka masuk ke dalam sebagian yang lain: Artinya: bahwa hadits itu terkumpul dari riwayat-riwayat mereka.

قُرَّائِنَا: القُرَّاءُ: جَمْعُ قَارِئٍ، وَهُمْ عِنْدَ السَّلَفِ: الَّذِينَ يَقْرَؤُونَ القُرْآنَ وَيَعْرِفُونَ مَعَانِيهِ.

Qurra' kita: Al-Qurra' adalah bentuk jamak dari qari', dan mereka menurut salaf adalah: orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan mengetahui maknanya.

أَرْغَبُ بُطُونًا: أَيْ: أَوْسَعُ بُطُونًا يَصِفُونَهُمْ بِسَعَةِ البُطُونِ وَكَثْرَةِ الأَكْلِ.

Perut yang paling luas: Artinya: perut yang paling lebar, mereka menyifati mereka dengan perut yang luas dan banyak makan.

عِنْدَ اللِّقَاءِ: يَعْنِي: لِقَاءَ العَدُوِّ.

Saat pertemuan: Maksudnya: pertemuan dengan musuh.

فَوَجَدَ القُرْآنَ قَدْ سَبَقَهُ: أَيْ: جَاءَ الوَحْيُ مِنَ اللهِ بِمَا قَالُوهُ قَبْلَ وُصُولِهِ إِلَى رَسُولِ اللهِ –ﷺ.

Lalu dia mendapati Al-Qur'an telah mendahuluinya: Artinya: wahyu datang dari Allah dengan apa yang mereka katakan sebelum sampai kepada Rasulullah –ﷺ.

إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ ... إِلخ: أَيْ: نَتَبَادَلُ الحَدِيثَ وَلَمْ نَقْصِدْ حَقِيقَةَ الاسْتِهْزَاءِ.

Sesungguhnya kami hanyalah bercakap-cakap ... dst: Artinya: kami saling bertukar pembicaraan dan tidak bermaksud benar-benar mengolok-olok.

نَسْعَةٌ: النَّسْعَةُ: سَيْرٌ مَضْفُورٌ عَرِيضٌ تُشَدُّ بِهِ الرِّحَالُ.

Nas'ah: Nas'ah adalah tali anyaman yang lebar untuk mengikat pelana.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يَصِفُ هَؤُلَاءِ الرُّوَاةُ مَا حَصَلَ مِنَ المُنَافِقِينَ مِنَ الوَقِيعَةِ بِرَسُولِ اللهِ –ﷺ وَأَصْحَابِهِ وَالسُّخْرِيَةِ بِهِمْ؛ وَذَلِكَ لِمَا تَنْطَوِي عَلَيْهِ قُلُوبُ هَؤُلَاءِ المُنَافِقِينَ مِنَ الكُفْرِ وَالحِقْدِ، وَقَدْ أَظْهَرَ اللهُ ذَلِكَ عَلَى أَلْسِنَتِهِمْ فَقَالُوا مَا قَالُوا، فَأَنْكَرَ عَلَيْهِمْ مَنْ حَضَرَهُمْ مِنَ المُؤْمِنِينَ الصَّادِقِينَ؛ غَيْرَةً لِلَّهِ وَلِدِينِهِ، ثُمَّ ذَهَبَ لِيَرْفَعَ أَمْرَهُمْ إِلَى الرَّسُولِ –ﷺ، وَلَكِنَّ اللهَ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى قَدْ سَمِعَ مَقَالَتَهُمْ وَأَخْبَرَ بِهَا رَسُولَهُ

Makna keseluruhan dari atsar: Para perawi ini menggambarkan apa yang terjadi dari orang-orang munafik berupa celaan terhadap Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya serta mengolok-olok mereka; hal itu karena apa yang tersimpan dalam hati orang-orang munafik ini berupa kekufuran dan kedengkian, dan Allah telah menampakkan hal itu melalui lisan-lisan mereka sehingga mereka mengatakan apa yang mereka katakan, maka orang-orang mukmin yang jujur yang hadir mengingkari mereka; karena kecemburuan kepada Allah dan agama-Nya, kemudian pergi untuk mengangkat perkara mereka kepada Rasul ﷺ, akan tetapi Allah Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang tersembunyi telah mendengar perkataan mereka dan memberitahukannya kepada Rasul-Nya

قَبْلَ وُصُولِ ذَلِكَ الْمُؤْمِنِ، وَحَكَمَ عَلَيْهِمْ سُبْحَانَهُ بِالْكُفْرِ وَعَدَمِ قَبُولِ اعْتِذَارِهِمْ، ثُمَّ جَاءَ أَحَدُ هَؤُلَاءِ الْمُنَافِقِينَ مُعْتَذِرًا إِلَى الرَّسُولِ –ﷺ فَرَفَضَ النَّبِيُّ –ﷺ قَبُولَ اعْتِذَارِهِ؛ لِأَمْرِ اللهِ لَهُ بِذَلِكَ. فَلَمْ يَزِدْ فِي رَدِّهِ عَلَيْهِ عَلَى مَا قَالَهُ اللهُ ﷾ فِي حَقِّهِمْ مِنَ التَّوْبِيخِ وَالتَّقْرِيعِ.

Sebelum kedatangan orang mukmin itu, Allah ﷻ telah menghukum mereka dengan kekufuran dan tidak menerima alasan mereka. Kemudian, salah seorang dari orang-orang munafik itu datang meminta maaf kepada Rasulullah ﷺ, tetapi Nabi ﷺ menolak untuk menerima permintaan maafnya karena perintah Allah kepadanya. Beliau tidak menambahkan apa pun dalam responsnya kepada orang itu selain apa yang telah Allah ﷾ katakan tentang mereka berupa celaan dan kecaman.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانًا وَتَفْسِيرًا لِلْآيَةِ الْكَرِيمَةِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan dan tafsir ayat yang mulia.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- بَيَانُ مَا تَنْطَوِي عَلَيْهِ نُفُوسُ الْمُنَافِقِينَ مِنَ الْعَدَاوَةِ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْمُؤْمِنِينَ.

1- Penjelasan tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa orang-orang munafik berupa permusuhan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.

٢- أَنَّ مَنِ اسْتَهْزَأَ بِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ فَهُوَ كَافِرٌ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا.

2- Bahwa siapa pun yang mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya, maka dia adalah kafir meskipun dia hanya bercanda.

٣- أَنَّ ذِكْرَ أَفْعَالِ الْفُسَّاقِ لِوُلَاةِ الْأَمْرِ؛ لِيَرْدَعُوهُمْ لَيْسَ مِنَ الْغِيبَةِ وَالنَّمِيمَةِ، بَلْ هُوَ مِنَ النَّصِيحَةِ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.

3- Bahwa menyebutkan perbuatan orang-orang fasik kepada para penguasa agar mereka mencegahnya bukanlah termasuk ghibah dan namimah, melainkan termasuk nasihat karena Allah, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan umat Islam secara umum.

٤- الْغِلْظَةُ عَلَى أَعْدَاءِ اللهِ وَرَسُولِهِ.

4- Bersikap keras terhadap musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

٥- أَنَّ مِنَ الْأَعْذَارِ مَا لَا يَنْبَغِي قَبُولُهُ.

5- Bahwa di antara alasan-alasan ada yang tidak pantas untuk diterima.

٦- الخَوْفُ مِنَ النِّفَاقِ؛ فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ أَثْبَتَ لِهَؤُلَاءِ إِيمَانًا قَبْلَ أَنْ يَقُولُوا مَا قَالُوهُ.

6- Takut akan kemunafikan; karena Allah سبحانه telah menetapkan iman bagi mereka sebelum mereka mengatakan apa yang mereka katakan.

٧- أَنَّ الِاسْتِهْزَاءَ بِاللهِ أَوْ بِالرَّسُولِ أَوْ بِالْقُرْآنِ نَاقِضٌ مِنْ نَوَاقِضِ الْإِسْلَامِ وَلَوْ لَمْ يَعْتَقِدْ ذَلِكَ بِقَلْبِهِ.

7- Bahwa mengolok-olok Allah, Rasul, atau Al-Qur'an adalah pembatal dari pembatal-pembatal Islam meskipun dia tidak meyakininya dalam hatinya.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي﴾

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِّنَّا مِن بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي﴾ [فصِّلت: ٥٠] .

Bab firman Allah Ta'ala: "Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku." [Fushshilat: 50]

قَالَ مُجَاهِدٌ: "هَذَا بِعَمَلِي وَأَنَا مَحْقُوقٌ بِهِ".

Mujahid berkata: "Ini karena amalku dan aku berhak atasnya."

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: "يُرِيدُ مِنْ عِنْدِي".

Ibnu Abbas berkata: "Maksudnya dari sisiku."

وَقَوْلُهُ: ﴿قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي﴾ [القصص: ٧٨] .

Dan firman-Nya: "Dia (Qarun) berkata: "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku." [Al-Qasas: 78]

قَالَ قَتَادَةُ: "عَلَى عِلْمٍ مِنِّي بِوُجُوهِ الْمَكَاسِبِ".

Qatadah berkata: "Karena pengetahuanku tentang cara-cara memperoleh penghasilan."

وَقَالَ آخَرُونَ: "عَلَى عِلْمٍ مِنَ اللهِ أَنِّي لَهُ أَهْلٌ".

Yang lain berkata: "Karena ilmu dari Allah bahwa aku berhak mendapatkannya."

وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِ مُجَاهِدٍ: "أُوتِيتُهُ عَلَى شَرَفٍ".

Ini adalah makna perkataan Mujahid: "Aku diberinya karena kemuliaan."

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِن رُّجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِندَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ﴾ [فصلت: ٥٠] .

Sempurnanya ayat: "Dan aku tidak mengira hari Kiamat itu akan terjadi, dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik di sisi-Nya." Maka sungguh, akan Kami beritakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat." [Fushshilat: 50]

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ أَنَّ زَعْمَ الْإِنْسَانِ اسْتِحْقَاقَهُ مَا حَصَلَ لَهُ مِنَ النِّعَمِ بَعْدَ الضَّرَّاءِ مُنَافٍ لِكَمَالِ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: menjelaskan bahwa anggapan manusia bahwa dia berhak atas nikmat yang diperolehnya setelah kesulitan bertentangan dengan kesempurnaan tauhid.

وَلَئِنْ: اللَّامُ: لَامُ قَسَمٍ.

Wa la'in: Lam adalah lam sumpah.

أَذَقْنَاهُ: آتَيْنَاهُ.

Adzaqnahu: Kami berikan kepadanya.

رَحْمَةً: غِنًى وَصِحَّةً.

Rahmah: kekayaan dan kesehatan.

ضَرَّاءَ: شِدَّةً وَبَلَاءً.

Dharra': kesulitan dan cobaan.

قَائِمَةٌ: أَيْ: تَقُومُ.

Kiamat: yaitu: terjadi.

وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي: أَيْ: وَلَئِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ –عَلَى سَبِيلِ الافْتِرَاضِ- وَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي.

Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku: yaitu: jika kiamat terjadi - dengan asumsi - dan aku kembali kepada Tuhanku.

إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى: أَيْ يَكُونُ لِي عِنْدَ اللهِ فِي الآخِرَةِ الحَالَةُ الحُسْنَى مِنَ الكَرَامَةِ؛ وَذَلِكَ لِاعْتِقَادِهِ أَنَّ مَا أَصَابَهُ مِنْ نِعَمِ الدُّنْيَا فَهُوَ لِاسْتِحْقَاقِهِ إِيَّاهُ وَلَيْسَ لِلهِ فِيهِ فَضْلٌ.

Sesungguhnya bagiku di sisi-Nya kebaikan: yaitu aku akan memiliki keadaan yang baik di sisi Allah di akhirat berupa kemuliaan; karena keyakinannya bahwa nikmat dunia yang diperolehnya adalah karena ia berhak mendapatkannya dan bukan karena karunia Allah.

فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا: فَلَنُخْبِرَنَّهُمْ.

Maka sungguh, Kami akan memberitahu orang-orang yang kafir: maka sungguh, Kami akan mengabarkan kepada mereka.

بِمَا عَمِلُوا: أَيْ: بِحَقِيقَةِ أَعْمَالِهِمْ، عَكْسَ مَا اعْتَقَدُوهُ مِنْ حُسْنِ مُنْقَلَبِهِمْ.

Tentang apa yang mereka kerjakan: yaitu: tentang hakikat amal perbuatan mereka, bertentangan dengan apa yang mereka yakini tentang baiknya tempat kembali mereka.

غَلِيظٌ: أَيْ: شَدِيدٌ.

Berat: yaitu: keras.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّ الإِنْسَانَ فِي حَالِ الضُّرِّ يَضُرُّ إِلَى اللهِ، وَيُنِيبُ إِلَيْهِ وَيَدْعُوهُ، وَأَنَّهُ فِي حَالِ اليُسْرِ وَالسَّعَةِ يَتَغَيَّرُ حَالُهُ، فَيُنْكِرُ نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْهِ، وَيُعْرِضُ عَنْ شُكْرِهَا؛ لِزَعْمِهِ أَنَّهُ إِنَّمَا حَصَلَتْ لَهُ هَذِهِ النِّعْمَةُ بِكَدِّهِ وَكَسْبِهِ وَحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ، وَأَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ أَنَّهُ يَنْفِي قِيَامَ السَّاعَةِ وَزَوَالَ الدُّنْيَا، وَيَقُولُ: إِنْ قُدِّرَ قِيَامُ السَّاعَةِ فَسَتَسْتَمِرُّ لِي هَذِهِ الحَالَةُ الحَسَنَةُ، لِأَنَّنِي أَسْتَحِقُّهَا. ثُمَّ يُعَقِّبُ سُبْحَانَهُ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهُ لَا بُدَّ أَنْ يُوقَفَ هَذَا وَأَمْثَالُهُ مِنَ الكَافِرِينَ عَلَى حَقِيقَةِ أَعْمَالِهِمُ الشَّنِيعَةِ وَيُجَازِيَهُمْ عَلَيْهَا بِأَشَدِّ العُقُوبَةِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahukan bahwa manusia dalam keadaan kesusahan akan berpaling kepada Allah, kembali kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Namun dalam keadaan kemudahan dan kelapangan, keadaannya berubah. Dia mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepadanya dan berpaling dari mensyukurinya, karena dia mengira bahwa nikmat ini diperolehnya semata-mata karena kerja keras, usaha, kekuatan, dan kemampuannya sendiri. Lebih parah lagi, dia menolak hari Kiamat dan kehancuran dunia, dan berkata: Jika Kiamat terjadi, keadaan baikku ini akan terus berlanjut karena aku berhak mendapatkannya. Kemudian Allah Subhanahu menanggapi hal itu dengan menegaskan bahwa orang ini dan orang-orang kafir sepertinya pasti akan dihadapkan pada hakikat perbuatan buruk mereka dan akan dibalas dengan azab yang paling keras.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- وُجُوبُ شُكْرِ نِعْمَةِ اللهِ وَالاعْتِرَافُ بِأَنَّهَا مِنْهُ وَحْدَهُ.

1- Kewajiban bersyukur atas nikmat Allah dan mengakui bahwa nikmat itu hanya dari-Nya semata.

٢- تَحْرِيمُ العُجْبِ وَالاغْتِرَارِ بِالحَوْلِ وَالقُوَّةِ.

2- Diharamkan merasa kagum pada diri sendiri (ujub) dan tertipu oleh kekuatan dan kemampuan diri.

٣- وُجُوبُ الْإِيمَانِ بِقِيَامِ السَّاعَةِ.

3- Wajibnya beriman kepada hari kiamat.

٤- وُجُوبُ الْخَوْفِ مِنْ عَذَابِ اللهِ فِي الْآخِرَةِ.

4- Wajibnya takut akan azab Allah di akhirat.

٥- وَعِيدٌ مَنْ كَفَرَ بِنِعْمَةِ اللهِ.

5- Ancaman bagi orang yang kufur terhadap nikmat Allah.

* * *

* * *

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "إِنَّ ثَلَاثَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ: أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فَأَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ: فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا: فَأَتَى الْأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ. قَالَ: فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا، قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْإِبِلُ أَوِ الْبَقَرُ -شَكَّ إِسْحَاقُ- فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، وَقَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا.

Dari Abu Hurairah ﵁ bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil: seorang yang berpenyakit kusta, seorang yang botak, dan seorang yang buta. Allah ingin menguji mereka, maka Dia mengutus seorang malaikat kepada mereka. Malaikat itu mendatangi si penderita kusta dan bertanya, 'Apa yang paling kamu sukai?' Ia menjawab, 'Warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan hilangnya penyakit yang membuatku dijauhi orang-orang.' Malaikat itu mengusapnya, maka hilanglah penyakitnya, lalu ia diberi warna kulit yang bagus dan kulit yang bagus. Malaikat bertanya lagi, 'Harta apa yang paling kamu sukai?' Ia menjawab, 'Unta atau sapi.' -Ishaq ragu- Maka ia diberi seekor unta yang sedang bunting. Malaikat itu berkata, 'Semoga Allah memberkahimu padanya.'

قَالَ: فَأَتَى الْأَقْرَعَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ، فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ، وَأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا، فَقَالَ: أَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْبَقَرُ أَوِ الْإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلًا، قَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا.

Malaikat itu lalu mendatangi si botak dan bertanya, 'Apa yang paling kamu sukai?' Ia menjawab, 'Rambut yang bagus, dan hilangnya penyakit yang membuatku dijauhi orang-orang.' Malaikat itu mengusapnya, maka penyakitnya hilang dan ia diberi rambut yang bagus. Malaikat bertanya, 'Harta apa yang paling kamu sukai?' Ia menjawab, 'Sapi atau unta.' Maka ia diberi seekor sapi yang sedang bunting. Malaikat itu berkata, 'Semoga Allah memberkahimu padanya.'

فَأَتَى الْأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْ يَرُدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ. فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْغَنَمُ. فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا، فَأَنْتَجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الْإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ.

Lalu dia mendatangi si buta, dan bertanya, "Apa yang paling kamu sukai?" Dia menjawab, "Semoga Allah mengembalikan penglihatanku agar aku dapat melihat orang-orang." Maka dia mengusapnya, dan Allah mengembalikan penglihatannya. Dia bertanya, "Harta apa yang paling kamu sukai?" Dia menjawab, "Kambing." Maka dia diberi seekor kambing yang sedang bunting. Lalu kedua kambing itu beranak, dan yang ini beranak, sehingga yang ini memiliki satu lembah unta, yang ini satu lembah sapi, dan yang ini satu lembah kambing.

قَالَ: ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الْأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِينٌ، قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلَا بَلَاغَ لِي الْيَوْمَ إِلَّا

Dia berkata, "Kemudian dia mendatangi si kusta dalam rupa dan keadaannya semula, lalu berkata, 'Seorang miskin yang terputus bekalnya dalam perjalanan, tidak ada yang dapat menyampaikanku pada hari ini kecuali

بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ: الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ. فَقَالَ لَهُ: كَأَنِّي أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذُرُكَ النَّاسُ، فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ ﷿ الْمَالَ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيِّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.

Demi Allah kemudian demi engkau, aku meminta kepadamu dengan Dzat yang telah memberimu warna kulit yang baik, kulit yang baik, dan harta, seekor unta yang dapat aku gunakan dalam perjalananku. Ia berkata, "Hak-hak (yang harus ditunaikan) itu banyak." Ia berkata kepadanya, "Seakan-akan aku mengenalmu. Bukankah engkau dulunya berpenyakit kusta yang dijauhi orang-orang, seorang yang fakir, lalu Allah ﷿ memberimu harta?" Ia menjawab, "Sesungguhnya aku mewarisi harta ini turun-temurun dari nenek moyangku." Ia berkata, "Jika engkau berdusta, maka Allah akan mengembalikanmu seperti keadaanmu semula."

قَالَ: وَأَتَى الْأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيِّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.

Ia berkata, "Dan ia (malaikat) mendatangi si botak dalam wujud aslinya, lalu berkata kepadanya seperti apa yang ia katakan kepada yang ini (si kusta), dan ia (si botak) menjawabnya seperti apa yang dijawab oleh yang ini (si kusta). Maka ia (malaikat) berkata, 'Jika engkau berdusta, maka Allah akan mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'"

قَالَ: وَأَتَى الْأَعْمَى فِي صُورَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلَا بَلَاغَ لِي الْيَوْمَ إِلَّا بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي. فَقَالَ: كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ؛ فَوَاللهِ لَا أَجْهَدُكَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ لِلهِ.

Ia berkata, "Dan ia (malaikat) mendatangi si buta dalam wujud aslinya, lalu berkata, 'Seorang miskin dan seorang musafir yang terputus bekalnya dalam perjalanan, maka tidak ada yang dapat menyampaikanku pada hari ini kecuali Allah kemudian engkau. Aku meminta kepadamu demi Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, seekor kambing yang dapat aku gunakan dalam perjalananku.' Ia (si buta) menjawab, 'Aku dahulu buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang engkau mau dan tinggalkanlah apa yang engkau mau. Demi Allah, aku tidak akan membebankanmu dengan sesuatu yang engkau ambil karena Allah.'"

فَقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dia berkata: "Simpanlah hartamu, karena kalian telah diuji. Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada dua sahabatmu." (1) Dikeluarkan oleh keduanya.

ــ

ــ

أَخْرَجَاهُ: أَيْ: الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Dikeluarkan oleh keduanya: yaitu: Al-Bukhari dan Muslim.

أَبْرَصُ: الْأَبْرَصُ: مَنْ بِهِ دَاءُ الْبَرَصِ وَهُوَ: بَيَاضٌ يَظْهَرُ فِي ظَاهِرِ

Abras}: Al-Abras} adalah orang yang menderita penyakit al-baras}, yaitu: putih yang muncul di bagian luar

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٣٤٦٤"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٩٦٤".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "3464", dan Muslim dengan nomor "2964".

الْبَدَنِ لِفَسَادِ الْمِزَاجِ.

Tubuh karena rusaknya temperamen.

وَأَقْرَعُ: هُوَ: مَنْ بِهِ قَرَعٌ وَهُوَ: دَاءٌ يُصِيبُ الصِّبْيَانَ فِي رُؤُوسِهِمْ ثُمَّ يَنْتَهِي بِزَوَالِ الشَّعْرِ أَوْ بَعْضِهِ وَيُطْلَقُ الْقَرَعُ عَلَى الصَّلَعِ.

Dan aqra': dia adalah: orang yang terkena qara' yaitu: penyakit yang menimpa anak-anak di kepala mereka kemudian berakhir dengan hilangnya rambut atau sebagiannya dan qara' juga digunakan untuk kebotakan.

وَأَعْمَى: هُوَ: مَنْ فَقَدَ بَصَرَهُ.

Dan a'ma: dia adalah: orang yang kehilangan penglihatannya.

أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ: أَيْ: يَخْتَبِرَهُمْ بِنِعْمَتِهِ.

Bahwa Dia menguji mereka: yaitu: menguji mereka dengan nikmat-Nya.

قَذِرَنِي النَّاسُ: بِكَسْرِ: الذَّالِ أَيْ: كَرِهُوا مُخَالَطَتِي وَعَدُّوْنِي مُسْتَقْذَرًا مِنْ أَجْلِهِ.

Qadzarani an-naas: dengan kasrah: huruf dzal artinya: mereka membenci bercampur denganku dan menganggapku menjijikkan karenanya.

شَكَّ إِسْحَاقُ: هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ رَاوِي الْحَدِيثِ.

Syakka Ishaq: dia adalah Ibnu Abdullah bin Abi Thalhah perawi hadits.

عُشَرَاءُ: بِضَمِّ الْعَيْنِ، وَفَتْحِ الشِّينِ وَالْمَدِّ وَهِيَ: النَّاقَةُ الْحَامِلُ الَّتِي أَتَى عَلَى حَمْلِهَا عَشَرَةُ أَشْهُرٍ أَوْ ثَمَانِيَةٌ.

'Usyaraa': dengan dhammah 'ain, fathah syin dan mad, yaitu: unta betina yang hamil yang kehamilannya telah mencapai sepuluh bulan atau delapan bulan.

وَالِدًا: أَيْ: ذَاتَ وَلَدٍ أَوِ الَّتِي عُرِفَ مِنْهَا كَثْرَةُ الْوَلَدِ وَالنِّتَاجِ.

Waalidan: yaitu: yang memiliki anak atau yang dikenal darinya banyaknya anak dan kelahiran.

أَنْتَجَ: أَيْ: تَوَلَّى صَاحِبُ النَّاقَةِ وَصَاحِبُ الْبَقَرَةِ نِتَاجَهُمَا.

Antaja: yaitu: pemilik unta betina dan pemilik sapi mengurus kelahiran keduanya.

وَوَلَّدَ: بِتَشْدِيدِ اللَّامِ أَيْ: تَوَلَّى وِلَادَهَا.

Wa wallada: dengan tasydid lam artinya: mengurus kelahirannya.

وَكَانَ لِهَذَا ... إِلَخْ: أَيْ: كَانَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مَا يَمْلَأُ الْوَادِيَ مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ.

Wa kaana li haadzaa ... ilakh: yaitu: setiap orang dari mereka memiliki apa yang memenuhi lembah dari unta, sapi, dan kambing.

انْقَطَعَتْ بِي الْحِبَالُ: أَيْ: أَسْبَابُ الْمَعِيشَةِ.

Inqatha'at biyal hibaal: yaitu: sebab-sebab penghidupan.

أَتَبَلَّغُ بِهِ: أَيْ: أَتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى الْبَلَدِ الَّذِي أُرِيدُهُ.

Aku menggunakannya untuk sampai: yaitu: aku menggunakannya untuk mencapai negeri yang aku inginkan.

كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ: أَيْ: وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ عَنْ كَبِيرٍ وَرِثَهُ عَنْ كَبِيرٍ آخَرَ فِي الشَّرَفِ.

Dari satu orang besar ke orang besar lainnya: yaitu: aku mewarisi harta ini dari orang besar yang mewarisinya dari orang besar lainnya dalam kemuliaan.

صَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ: أَيْ: رَدَّكَ إِلَى حَالِكَ الْأُولَى بِرُجُوعِ الْعَاهَةِ إِلَيْكَ.

Semoga Allah mengembalikanmu ke keadaanmu semula: yaitu: mengembalikanmu ke keadaanmu yang pertama dengan kembalinya penyakit kepadamu.

لَا أَجْهَدُكَ: أَيْ: لَا أَشُقُّ عَلَيْكَ بِرَدِّ شَيْءٍ تَأْخُذُهُ مِنْ مَالِي.

Aku tidak membebankanmu: yaitu: aku tidak membuatmu susah dengan mengembalikan sesuatu yang kamu ambil dari hartaku.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ عَنْ هَؤُلَاءِ الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ أُصِيبَ كُلُّ مِنْهُمْ بِعَاهَةٍ فِي الجَسَدِ وَفَقْرٍ مِنَ المَالِ، ثُمَّ إِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ أَرَادَ أَنْ يَخْتَبِرَهُمْ، فَأَزَالَ مَا أَصَابَهُمْ مِنَ العَاهَاتِ وَأَدَرَّ عَلَيْهِمْ مِنَ الأَمْوَالِ، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمُ المَلَكَ بِهَيْئَتِهِ الأُولَى مِنْ: المَرَضِ وَالقَرَعِ وَالعَمَى وَالفَقْرِ يَسْتَجْدِيهِ شَيْئًا يَسِيرًا، وَهُنَا تَكَشَّفَتْ سَرَائِرُهُمْ وَتَجَلَّتْ حَقَائِقُهُمْ، فَالأَعْمَى اعْتَرَفَ بِنِعْمَةِ اللهِ عَلَيْهِ وَنَسَبَهَا إِلَى مَنْ أَنْعَمَ عَلَيْهِ بِهَا، فَأَدَّى حَقَّ اللهِ فِيهَا، فَاسْتَحَقَّ الرِّضَا مِنَ اللهِ، وَكَفَرَ الآخَرَانِ بِنِعْمَةِ اللهِ عَلَيْهِمَا وَجَحَدَا فَضْلَهُ فَاسْتَحَقَّا السَّخَطَ بِذَلِكَ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ memberitahu tentang tiga orang yang masing-masing terkena cacat pada tubuh dan kemiskinan harta. Kemudian Allah subhanahu ingin menguji mereka, maka Dia menghilangkan cacat yang menimpa mereka dan melimpahkan harta kepada mereka. Lalu Allah mengutus malaikat kepada masing-masing dari mereka dalam bentuk aslinya dari penyakit, botak, kebutaan, dan kemiskinan untuk meminta sesuatu yang sedikit. Di sinilah terungkap rahasia mereka dan terbukti hakikat mereka. Orang buta mengakui nikmat Allah atasnya dan menisbatkannya kepada Dzat yang memberi nikmat kepadanya, maka dia menunaikan hak Allah padanya sehingga berhak mendapat ridha dari Allah. Sedangkan dua orang lainnya mengingkari nikmat Allah atas mereka dan mengingkari karunia-Nya sehingga berhak mendapat murka karena hal itu.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ بَيَانَ حَالِ مَنْ كَفَرَ النِّعَمَ وَمَنْ شَكَرَهَا.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang keadaan orang yang mengingkari nikmat dan orang yang mensyukurinya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- وُجُوبُ شُكْرِ نِعْمَةِ اللهِ فِي المَالِ وَأَدَاءِ حَقِّ اللهِ فِيهِ.

1- Kewajiban bersyukur atas nikmat Allah dalam harta dan menunaikan hak Allah di dalamnya.

٢- تَحْرِيمُ كُفْرِ النِّعْمَةِ وَمَنْعِ حَقِّ اللهِ فِي المَالِ.

2- Pengharaman mengingkari nikmat dan menahan hak Allah dalam harta.

٣- جَوَازُ ذِكْرِ حَالِ مَنْ مَضَى مِنَ الْأُمَمِ؛ لِيَتَّعِظَ بِهِ مَنْ سَمِعَهُ.

3- Diperbolehkan menyebutkan keadaan umat-umat terdahulu; agar menjadi pelajaran bagi yang mendengarnya.

٤- أَنَّ اللهَ يَخْتَبِرُ عِبَادَهُ بِالنِّعَمِ.

4- Sesungguhnya Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan nikmat-nikmat.

٥- مَشْرُوعِيَّةُ قَوْلِ: بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، فَيَكُونُ الْعَطْفُ بِثُمَّ لَا بِالْوَاوِ فِي مِثْلِ هَذَا التَّعْبِيرِ.

5- Disyariatkan mengatakan: Demi Allah kemudian demi engkau, maka athaf (penghubung) menggunakan tsumma bukan dengan wawu dalam ungkapan seperti ini.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلَا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلاَ لَهُ شُرَكَاء فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى الله عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾ [الأعراف: ١٩٠] .

Bab firman Allah Ta'ala: "Maka tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan." [Al-A'raf: 190].

قَالَ ابْنُ حَزْمٍ: "اتَّفَقُوا عَلَى تَحْرِيمِ كُلِّ اسْمٍ مُعَبَّدٍ لِغَيْرِ اللهِ؛ كَعَبْدِ عَمْرٍو، وَعَبْدِ الْكَعْبَةِ، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ، حَاشَا عَبْدَ الْمُطَّلِبِ.

Ibnu Hazm berkata: "Mereka sepakat atas pengharaman setiap nama yang mengandung penghambaan kepada selain Allah; seperti 'Abd 'Amr, 'Abd Al-Ka'bah, dan yang serupa dengannya, kecuali 'Abdul Muttalib.

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْآيَةِ، قَالَ: "لَمَّا تَغَشَّاهَا آدَمُ حَمَلَتْ، فَأَتَاهُمَا إِبْلِيسُ، فَقَالَ: إِنِّي صَاحِبُكُمَا الَّذِي أَخْرَجَتْكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ، لَتُطِيعُنَّنِي أَوْ لَأَجْعَلَنَّ لَهُ قَرْنَيْ أَيِّلٍ، فَيَخْرُجُ مِنْ بَطْنِكِ فَيَشُقُّهُ، وَلَأَفْعَلَنَّ، وَلَأَفْعَلَنَّ؛ -يُخَوِّفُهُمَا- سَمِّيَاهُ عَبْدَ الْحَارِثِ؛ فَأَبَيَا أَنْ يُطِيعَاهُ فَخَرَجَ مَيِّتًا.

Dari Ibnu Abbas tentang ayat tersebut, ia berkata: "Ketika Adam menggaulinya, ia mengandung, lalu Iblis mendatangi mereka berdua dan berkata: Sesungguhnya aku adalah sahabat kalian berdua yang telah mengeluarkan kalian dari surga, kalian harus menaatiku atau aku akan menjadikan baginya dua tanduk rusa, lalu ia akan keluar dari perutmu dan merobeknya, dan aku akan melakukan ini dan itu; -menakut-nakuti mereka berdua- berilah ia nama 'Abdul Harits; namun mereka berdua enggan untuk menaatinya, maka ia pun lahir dalam keadaan meninggal.

ثُمَّ حَمَلَتْ فَأَتَاهُمَا أَيْضًا فَقَالَ مِثْلَ قَوْلِهِ: فَأَبَيَا أَنْ يُطِيعَاهُ، فَخَرَجَ مَيِّتًا. ثُمَّ حَمَلَتْ فَأَتَاهُمَا فَذَكَرَ لَهُمَا فَأَدْرَكَهُمَا حُبُّ الْوَلَدِ، فَسَمَّيَاهُ عَبْدَ الْحَارِثِ؛ فَذَلِكَ قَوْلُهُ: ﴿جَعَلاَ لَهُ شُرَكَاء فِيمَا آتَاهُمَا﴾ (١) . رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

Kemudian dia hamil lagi, dan dia (Iblis) mendatangi mereka lagi dan mengatakan seperti perkataannya sebelumnya. Namun mereka menolak untuk menaatinya, sehingga (bayi itu) lahir dalam keadaan meninggal. Kemudian dia hamil lagi, dan dia (Iblis) mendatangi mereka dan menyebutkan kepada mereka (tentang anaknya), sehingga mereka diliputi oleh kecintaan terhadap anak. Maka mereka menamainya 'Abd al-Hārith. Itulah firman-Nya: "Mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya terhadap apa yang telah Dia berikan kepada keduanya." (1) Diriwayatkan oleh Ibnu Abī Hātim.

وَلَهُ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: "شُرَكَاءُ فِي طَاعَتِهِ وَلَمْ يَكُنْ فِي عِبَادَتِهِ".

Dan dia (Ibnu Abī Hātim) meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Qatādah, dia berkata: "Sekutu-sekutu dalam ketaatan kepada-Nya, dan bukan dalam ibadah kepada-Nya."

ــ

ــ

(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣٠٧٧" وَالْحَاكِمُ "٢/٥٤٥" وَصَحَّحَهُ.

(1) Dikeluarkan oleh at-Tirmidzī dengan nomor "3077" dan al-Hākim "2/545", dan dia menshahihkannya.

وَلَهُ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ فِي قَوْلِهِ: ﴿لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا﴾ قَالَ: "أَشْفَقَا أَلَّا يَكُونَ إِنْسَانًا". وَذَكَرَ مَعْنَاهُ عَنِ الْحَسَنِ وَسَعِيدٍ وَغَيْرِهِمَا.

Dan dia memiliki sanad yang sahih dari Mujahid tentang firman-Nya: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh" ia berkata: "Mereka khawatir bahwa ia bukan manusia". Dan dia menyebutkan maknanya dari Al-Hasan, Sa'id, dan selain mereka.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: ابْنُ حَزْمٍ هُوَ: عَالِمُ الْأَنْدَلُسِ أَبُو مُحَمَّدٍ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ حَزْمٍ الْقُرْطُبِيُّ الظَّاهِرِيُّ تُوُفِّيَ سَنَةَ ٤٥٦هـ ﵀.

Biografi: Ibnu Hazm adalah ulama Andalusia, Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm Al-Qurthubi Azh-Zhahiri, wafat tahun 456 H, rahimahullah.

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ أَنَّ تَعْبِيدَ الْأَوْلَادِ وَغَيْرِهِمْ لِغَيْرِ اللهِ فِي التَّسْمِيَةِ شِرْكٌ فِي الطَّاعَةِ وَكُفْرٌ بِالنِّعْمَةِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penjelasan bahwa menjadikan anak-anak dan selain mereka sebagai hamba selain Allah dalam penamaan adalah syirik dalam ketaatan dan kufur terhadap nikmat.

آتَاهُمَا: أَيْ: أَعْطَى آدَمَ وَحَوَّاءَ مَا طَلَبَاهُ مِنَ الْوَلَدِ الصَّالِحِ.

Memberikan kepada keduanya: Yakni, memberikan kepada Adam dan Hawa apa yang mereka minta berupa anak yang saleh.

صَالِحًا: أَيْ: وَلَدًا سَوِيًّا.

Saleh: Yakni, anak yang sempurna.

جَعَلَا لَهُ شُرَكَاءَ: أَيْ: جَعَلَا لِلَّهِ شَرِيكًا فِي الطَّاعَةِ.

Menjadikan sekutu bagi-Nya: Yakni, menjadikan sekutu bagi Allah dalam ketaatan.

فِيمَا آتَاهُمَا: أَيْ: مَا رَزَقَهُمَا مِنَ الْوَلَدِ بِأَنْ سَمَّيَاهُ عَبْدَ الْحَارِثِ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ عَبْدًا إِلَّا لِلَّهِ.

Dalam apa yang Dia berikan kepada keduanya: Yakni, apa yang Dia anugerahkan kepada keduanya berupa anak, dengan menamai anak itu 'Abdul Harits (hamba Harits), padahal tidak sepatutnya menjadi hamba kecuali hanya kepada Allah.

فَتَعَالَى اللهُ: أَيْ: تَنَزَّهَ.

Maka Mahatinggi Allah: Yakni, Mahasuci.

عَمَّا يُشْرِكُونَ: أَيْ: عَمَّا يَفْعَلُهُ أَهْلُ مَكَّةَ مِنَ الشِّرْكِ بِاللهِ، فَهُوَ انْتِقَالٌ مِنْ ذِكْرِ الشَّخْصِ إِلَى ذِكْرِ الْجِنْسِ.

Dari apa yang mereka persekutukan: Yaitu, dari apa yang dilakukan oleh penduduk Makkah berupa syirik kepada Allah, maka ini adalah perpindahan dari penyebutan individu kepada penyebutan jenis.

اتَّفَقُوا: لَعَلَّ مُرَادَهُ حِكَايَةُ الْإِجْمَاعِ.

Mereka sepakat: Mungkin yang dimaksud adalah menceritakan ijma'.

عَلَى تَحْرِيمِ كُلِّ اسْمٍ مُعَبَّدٍ لِغَيْرِ اللهِ: لِأَنَّهُ شِرْكٌ فِي الرُّبُوبِيَّةِ وَالْإِلَهِيَّةِ؛ لِأَنَّ الْخَلْقَ كُلَّهُمْ مِلْكٌ لِلَّهِ وَعَبِيدٌ لَهُ.

Atas pengharaman setiap nama yang diabdikan kepada selain Allah: Karena itu adalah syirik dalam rububiyyah dan uluhiyyah; karena seluruh makhluk adalah milik Allah dan hamba-hamba-Nya.

حَاشَا عَبْدَ الْمُطَّلِبِ: أَيْ: فَلَمْ يَتَّفِقُوا عَلَى تَحْرِيمِ التَّسْمِيَةِ بِهِ؛ لِأَنَّ أَصْلَهُ مِنْ عُبُودِيَّةِ الرِّقِّ، أَوْ لِأَنَّهُ مِنْ بَابِ الْإِخْبَارِ بِالِاسْمِ الَّذِي عُرِفَ بِهِ

Kecuali 'Abdul Muththalib: Yaitu, mereka tidak sepakat atas pengharaman penamaan dengannya; karena asalnya dari perbudakan, atau karena itu termasuk pemberitaan dengan nama yang dikenal dengannya

المُسَمَّى لَا مِن بَابِ إِنشَاءِ التَّسمِيَةِ.

Yang dinamai bukan dari bab menetapkan penamaan.

تَغَشَّاهَا: التَّغَشِّي: كِنَايَةٌ عَنِ الجِمَاعِ.

Taghasyāhā: at-taghasyī: kiasan untuk jima' (hubungan intim).

أَيِّل: بِفَتحِ الهَمزَةِ وَكَسرِ اليَاءِ مُشَدَّدَةً: ذَكَرُ الأَوعَالِ.

Ayyil: dengan membuka hamzah dan mengkasrah ya' yang ditasydid: jantan kijang gunung.

سَمِّيَاهُ عَبدَ الحَارِثِ: وَكَانَ الحَارِثُ اسمَ إِبلِيسَ فَأَرَادَ أَن يُسَمِّيَاهُ بِذَلِكَ؛ لِتَحصُلَ صُورَةُ الإِشرَاكِ بِهِ.

Namai dia 'Abdul Hārits: dan al-Hārits adalah nama Iblis, maka dia ingin agar keduanya menamai (anak mereka) dengan itu; agar terwujud bentuk kesyirikan kepadanya.

أَدرَكَهُمَا حُبُّ الوَلَدِ: أَي: حُبُّ سَلَامَةِ الوَلَدِ وَهَذَا مِنَ الامتِحَانِ.

Keduanya diliputi kecintaan pada anak: yaitu: kecintaan pada keselamatan anak dan ini termasuk ujian.

أَشفَقَا: أَي: خَافَا.

Keduanya khawatir: yaitu: takut.

أَن لَا يَكُونَ إِنسَانًا: أَي: بِأَن يَكُونَ بَهِيمَةً.

Bahwa ia bukan manusia: yaitu: bahwa ia adalah binatang.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ آدَمَ وَحَوَّاءَ أَنَّهُ لَمَّا أَجَابَ دُعَاءَهُمَا وَرَزَقَهُمَا وَلَدًا سَوِيًّا عَلَى الصِّفَةِ الَّتِي طَلَبَا، لَمْ يَقُومَا بِشُكْرِ تِلْكَ النِّعْمَةِ عَلَى الوَجْهِ المَرْضِيِّ كَمَا وَعَدَا بِذَلِكَ، بَلْ سَمَّيَاهُ عَبْدَ الحَارِثِ؛ فَعَبَّدَاهُ لِغَيْرِ اللهِ، وَمِنْ تَمَامِ الشُّكْرِ أَنْ لَا يُعَبَّدَ الِاسْمُ إِلَّا لِلَّهِ، فَحَصَلَ مِنْهُمَا بِذَلِكَ شِرْكٌ فِي التَّسْمِيَةِ لَا فِي العِبَادَةِ. ثُمَّ نَزَّهَ نَفْسَهُ عَنِ الشِّرْكِ عُمُومًا فِي التَّسْمِيَةِ وَفِي العِبَادَةِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memberitahukan tentang Adam dan Hawa bahwa ketika Dia mengabulkan doa mereka dan memberi mereka anak yang sempurna sesuai dengan sifat yang mereka minta, mereka tidak melaksanakan syukur atas nikmat itu dengan cara yang diridhai sebagaimana yang mereka janjikan, bahkan mereka menamainya 'Abdul Harits; sehingga mereka memperbudaknya kepada selain Allah, dan kesempurnaan syukur adalah tidak memperbudak nama kecuali kepada Allah, maka terjadi dari mereka dengan itu syirik dalam penamaan bukan dalam ibadah. Kemudian Dia menyucikan diri-Nya dari syirik secara umum dalam penamaan dan dalam ibadah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- تَحْرِيمُ التَّسْمِيَةِ بِكُلِّ اسْمٍ مُعَبَّدٍ لِغَيْرِ اللهِ، كَعَبْدِ الحُسَيْنِ، وَعَبْدِ الرَّسُولِ، وَعَبْدِ الكَعْبَةِ.

1- Pengharaman penamaan dengan setiap nama yang diperbudak kepada selain Allah, seperti 'Abdul Husain, 'Abdur Rasul, dan 'Abdul Ka'bah.

٢- أَنَّ الشِّرْكَ يَقَعُ فِي مُجَرَّدِ التَّسْمِيَةِ وَلَوْ لَمْ تُقْصَدْ حَقِيقَتُهَا.

2- Bahwa syirik terjadi pada sekadar penamaan meskipun hakikatnya tidak dimaksudkan.

٣- أَنَّ هِبَةَ اللهِ لِلرَّجُلِ الوَلَدَ السَّوِيَّ مِنَ النِّعَمِ الَّتِي تَسْتَحِقُّ الشُّكْرَ.

3- Bahwa pemberian Allah kepada seorang laki-laki berupa anak yang sempurna termasuk nikmat yang berhak disyukuri.

٤- أَنَّ مِنْ شُكْرِ إِنْعَامِ اللهِ بِالوَلَدِ تَعْبِيدَهُ لِلَّهِ.

4- Bahwa termasuk syukur atas nikmat Allah berupa anak adalah memperbudaknya kepada Allah.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلِلّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ﴾ (١) الآيَةُ.

Bab Firman Allah Ta'ala: "Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya." (1) Ayat.

ذَكَرَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: ﴿يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ﴾: "يُشْرِكُونَ". وَعَنْهُ: سَمَّوُا اللَّاتَ مِنَ الإِلَهِ وَالْعُزَّى مِنَ الْعَزِيزِ" وَعَنِ الأَعْمَشِ: "يُدْخِلُونَ فِيهَا مَا لَيْسَ مِنْهَا".

Ibnu Abi Hatim menyebutkan dari Ibnu Abbas: "(yulhiduuna fii asmaa-ihi) maksudnya: 'mensekutukan-Nya'. Dan darinya: 'Mereka menamakan al-Lata dari al-Ilah dan al-'Uzza dari al-'Aziz'. Dan dari al-A'masy: 'Mereka memasukkan ke dalamnya (nama-nama Allah) apa yang bukan bagian darinya'.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ﴾ [الأَعْرَافِ: ١٨٠] .

Lengkapnya ayat: "Kelak mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [Al-A'raf: 180].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَرَادَ الْمُصَنِّفُ ﵀ بِهَذَا الْبَابِ الرَّدَّ عَلَى مَنْ يَتَوَسَّلُ إِلَى اللهِ بِالأَمْوَاتِ، وَأَنَّ الْمَشْرُوعَ التَّوَسُّلُ إِلَى اللهِ بِأَسْمَائِهِ الْحُسْنَى وَصِفَاتِهِ الْعُلْيَا.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penulis ﵀ bermaksud dengan bab ini untuk menyanggah orang yang bertawassul kepada Allah melalui orang yang telah mati, dan bahwa yang disyariatkan adalah bertawassul kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.

التَّرَاجِمُ: الأَعْمَشُ هُوَ: سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ الْكُوفِيُّ الْفَقِيهُ ثِقَةٌ حَافِظٌ وَرِعٌ مَاتَ سَنَةَ ١٤٧هـ ﵀.

Biografi: Al-A'masy adalah Sulaiman bin Mihran al-Kufi, seorang ahli fikih, terpercaya, hafizh, wara', wafat tahun 147 H ﵀.

الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى: الَّتِي بَلَغَتِ الْغَايَةَ فِي الْحُسْنِ فَلَيْسَ فِي الْأَسْمَاءِ أَحْسَنُ مِنْهَا وَأَكْمَلُ وَلَا يَقُومُ غَيْرُهَا مَقَامَهَا.

Al-Asma'ul Husna: Yang telah mencapai puncak keindahan, tidak ada nama yang lebih indah dan lebih sempurna darinya, dan tidak ada yang lain dapat menggantikan kedudukannya.

فَادْعُوهُ بِهَا: أَيْ: اسْأَلُوهُ وَتَوَسَّلُوا إِلَيْهِ بِهَا.

Maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama tersebut: Yakni, mintalah kepada-Nya dan bertawassullah kepada-Nya dengan nama-nama tersebut.

_________
(١) فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ" أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٦٤١٠" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٧٧".
(1) Dari Abu Hurairah ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang menghafalnya akan masuk surga, dan Dia itu ganjil, menyukai yang ganjil." Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "6410" dan Muslim dengan nomor "2677".

وَذَرُوا الَّذِينَ: أَيْ: اتْرُكُوهُمْ وَأَعْرِضُوا عَنْ مُجَادَلَتِهِمْ.

Dan tinggalkanlah orang-orang yang: yaitu: biarkan mereka dan berpalinglah dari perdebatan mereka.

يُلْحِدُونَ: الْإِلْحَادُ: الْمَيْلُ، أَيْ: يَمِيلُونَ بِهَا عَنِ الصَّوَابِ إِمَّا بِجَحْدِهَا أَوْ جَحْدِ مَعَانِيهَا أَوْ جَعْلِهَا أَسْمَاءَ لِبَعْضِ الْمَخْلُوقَاتِ.

Ilhad: Ilhad adalah kecenderungan, yaitu: mereka menyimpang dengannya dari kebenaran, baik dengan mengingkarinya, mengingkari maknanya, atau menjadikannya sebagai nama untuk sebagian makhluk.

يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ: أَيْ: يُشْرِكُونَ غَيْرَهُ فِي أَسْمَائِهِ كَتَسْمِيَتِهِمُ الصَّنَمَ إِلَهًا.

Mereka menyimpang dalam nama-nama-Nya: yaitu: mereka menyekutukan selain-Nya dalam nama-nama-Nya seperti menamakan berhala sebagai tuhan.

سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ: وَعِيدٌ شَدِيدٌ وَتَهْدِيدٌ بِنُزُولِ الْعُقُوبَةِ بِهِمْ.

Mereka akan dibalas atas apa yang telah mereka kerjakan: ancaman yang keras dan peringatan akan turunnya hukuman kepada mereka.

وَعَنْهُ: أَيْ: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

Dan darinya: yaitu: dari Ibnu Abbas.

سَمَّوُا اللَّاتَ ... إِلَخْ: بَيَانٌ لِمَعْنَى الْإِلْحَادِ فِي أَسْمَائِهِ: أَنَّهُمُ اشْتَقُّوا مِنْهَا أَسْمَاءً لِأَصْنَامِهِمْ.

Mereka menamakan Al-Lata ... dst: penjelasan makna penyimpangan dalam nama-nama-Nya: bahwa mereka membuat nama-nama untuk berhala-berhala mereka yang berasal dari nama-nama-Nya.

يُدْخِلُونَ فِيهَا مَا لَيْسَ مِنْهَا: أَيْ: يُدْخِلُونَ فِي أَسْمَاءِ اللهِ مَا لَمْ يُسَمِّ بِهِ نَفْسَهُ وَلَمْ يُسَمِّهِ بِهِ رَسُولُهُ.

Mereka memasukkan ke dalamnya apa yang bukan bagian darinya: yaitu: mereka memasukkan dalam nama-nama Allah apa yang tidak Dia namakan untuk diri-Nya dan apa yang tidak dinamakan oleh Rasul-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: أَخْبَرَ تَعَالَى عَنْ نَفْسِهِ أَنَّ لَهُ أَسْمَاءً قَدْ بَلَغَتِ الغَايَةَ فِي الحُسْنِ وَالكَمَالِ؛ وَأَمَرَ عِبَادَهُ أَنْ يَسْأَلُوهُ وَيَتَوَسَّلُوا إِلَيْهِ بِهَا، وَأَنْ يَتْرُكُوا الَّذِينَ يَمِيلُونَ بِهَذِهِ الأَسْمَاءِ الجَلِيلَةِ إِلَى غَيْرِ الوِجْهَةِ السَّلِيمَةِ، وَيَنْحَرِفُونَ بِهَا عَنِ الحَقِّ بِشَتَّى الانْحِرَافَاتِ الضَّالَّةِ، وَأَنَّ هَؤُلَاءِ سَيَلْقَوْنَ جَزَاءَهُمُ الرَّادِعَ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Yang Mahatinggi memberitahukan tentang diri-Nya bahwa Dia memiliki nama-nama yang telah mencapai puncak keindahan dan kesempurnaan; dan Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya dan bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama tersebut, dan untuk meninggalkan orang-orang yang menyimpang dengan nama-nama yang agung ini ke arah yang tidak benar, dan mereka menyimpang darinya dengan berbagai penyimpangan yang sesat, dan bahwa mereka akan menerima balasan yang mencegah mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- إِثْبَاتُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ لِلَّهِ ﷿ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ.

1- Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah ﷿ sesuai dengan keagungan-Nya.

٢- أَنَّ أَسْمَاءَ اللَّهِ حُسْنَى.

2- Bahwa nama-nama Allah itu Maha Indah.

٣- الأَمْرُ بِدُعَاءِ اللَّهِ وَالتَّوَسُّلِ إِلَيْهِ بِأَسْمَائِهِ.

3- Perintah untuk berdoa kepada Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya.

٤- تَحْرِيمُ الإِلْحَادِ فِي أَسْمَاءِ اللَّهِ بِنَفْيِهَا أَوْ تَأْوِيلِهَا أَوْ إِطْلَاقِهَا عَلَى بَعْضِ

4- Pengharaman ilhad (penyimpangan) terhadap nama-nama Allah dengan menafikannya, menafsirkannya, atau menerapkannya pada sebagian

الْمَخْلُوقَاتِ.

Makhluk-makhluk.

٥- الْأَمْرُ بِالْإِعْرَاضِ عَنِ الْجَاهِلِينَ وَالْمُلْحِدِينَ وَإِسْقَاطِهِمْ مِنَ الِاعْتِبَارِ.

5- Perintah untuk berpaling dari orang-orang yang jahil dan mulhid serta menggugurkan mereka dari pertimbangan.

٦- الْوَعِيدُ الشَّدِيدُ لِمَنْ أَلْحَدَ فِي أَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِمْ.

6- Ancaman yang keras bagi siapa yang mulhid terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.

* * *

* * *

بَابُ لَا يُقَالُ: السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ

بَابٌ لَا يُقَالُ: السَّلَامُ عَلَى اللهِ

Bab Tidak Boleh Mengatakan: Salam Sejahtera Atas Allah

فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا: السَّلَامُ عَلَى اللهِ مِنْ عِبَادِهِ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ، وَفُلَانٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللهِ؛ فَإِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ" (١) .

Dalam Shahih dari Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: Dahulu kami ketika bersama Rasulullah ﷺ dalam shalat, kami mengucapkan: As-salamu 'alallahi min 'ibadihi, as-salamu 'ala fulan wa fulan (salam sejahtera atas Allah dari hamba-hamba-Nya, salam sejahtera atas si fulan dan si fulan). Maka Nabi ﷺ bersabda: "Janganlah kalian mengucapkan as-salamu 'alallah (salam sejahtera atas Allah), karena sesungguhnya Allah, Dialah As-Salam (Yang Maha Sejahtera)." (1)

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ السَّلَامُ عَلَى الشَّخْصِ مَعْنَاهُ: طَلَبُ السَّلَامَةِ لَهُ مِنَ الشُّرُورِ، وَالْآفَاتِ، امْتَنَعَ أَنْ يُقَالَ السَّلَامُ عَلَى اللهِ؛ لِأَنَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ السَّالِمُ مِنْ كُلِّ آفَةٍ وَنَقْصٍ، فَهُوَ يُدْعَى وَلَا يُدْعَى لَهُ، وَيُطْلَبُ مِنْهُ وَلَا يُطْلَبُ لَهُ؛ فَهَذَا الْبَابُ فِيهِ وُجُوبُ تَنْزِيهِ اللهِ عَنِ الْحَاجَةِ وَالنَّقْصِ وَوَصْفِهِ بِالْغِنَى وَالْكَمَالِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Ketika mengucapkan salam kepada seseorang maknanya adalah memohonkan keselamatan baginya dari kejahatan dan bencana, maka terlarang mengatakan "salam sejahtera atas Allah", karena Dia Maha Kaya dan Maha Sejahtera dari segala aib dan kekurangan. Dia-lah yang diseru dan tidak diseru untuk-Nya, diminta kepada-Nya dan tidak diminta untuk-Nya. Maka bab ini mengandung kewajiban mensucikan Allah dari kebutuhan dan kekurangan, serta mensifati-Nya dengan kekayaan dan kesempurnaan.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih: Yakni dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى اللهِ: أَيْ: فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ، كَمَا فِي بَعْضِ أَلْفَاظِ الْحَدِيثِ.

Kami mengucapkan "salam sejahtera atas Allah": Yakni dalam tasyahhud akhir, sebagaimana dalam sebagian lafaz hadits.

لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللهِ: هَذَا نَهْيٌ مِنْهُ ﷺ عَنِ التَّسْلِيمِ عَلَى اللهِ.

Jangan ucapkan salam kepada Allah: ini adalah larangan dari Nabi ﷺ untuk mengucapkan salam kepada Allah.

فَإِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ: تَعْلِيلٌ لِلنَّهْيِ، بِأَنَّ السَّلَامَ مِنْ أَسْمَائِهِ سُبْحَانَهُ، فَهُوَ غَنِيٌّ عَنْ أَنْ يُسَلَّمَ عَلَيْهِ.

Karena sesungguhnya Allah adalah As-Salaam: penjelasan alasan larangan tersebut, bahwa As-Salaam adalah salah satu nama-Nya سبحانه, maka Dia tidak membutuhkan salam yang diberikan kepada-Nya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٨٣٥" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٤٠٢".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. "835" dan Muslim no. "402".

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ ابْنُ مَسْعُودٍ ﵁ أَنَّهُمْ كَانُوا يُسَلِّمُونَ عَلَى اللهِ، فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ ذَلِكَ، وَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّ ذَلِكَ لَا يَلِيقُ بِاللهِ؛ لِأَنَّهُ هُوَ السَّلَامُ وَمِنْهُ السَّلَامُ، فَلَا يَلِيقُ بِهِ أَنْ يُسَلَّمَ عَلَيْهِ، بَلْ هُوَ الَّذِي يُسَلِّمُ عَلَى عِبَادِهِ وَيُسَلِّمُهُمْ مِنَ الآفَاتِ.

Makna keseluruhan hadits: Ibnu Mas'ud ﵁ mengabarkan bahwa mereka dahulu mengucapkan salam kepada Allah, lalu Nabi ﷺ melarang mereka dari hal itu, dan menjelaskan kepada mereka bahwa hal itu tidak pantas bagi Allah; karena Dia adalah As-Salaam dan dari-Nya lah keselamatan, maka tidak pantas bagi-Nya untuk diberi salam, bahkan Dia lah yang memberi salam kepada hamba-hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari bencana.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ أَنْ يُقَالَ: السَّلَامُ عَلَى اللهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan untuk mengatakan: "Assalaamu 'alallah" (salam sejahtera atas Allah).

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ السَّلَامِ عَلَى اللهِ.

1- Larangan mengucapkan salam kepada Allah.

٢- أَنَّ السَّلَامَ مِنْ أَسْمَائِهِ سُبْحَانَهُ.

2- Bahwa As-Salaam adalah salah satu nama-Nya ﷻ.

٣- تَعْلِيمُ الجَاهِلِ.

3- Mengajarkan orang yang tidak tahu.

٤- قَرْنُ الحُكْمِ بِعِلَّتِهِ.

4- Mengaitkan hukum dengan alasannya.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ

بَابُ قَوْلِ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ

Bab perkataan: Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ، فَإِنَّ اللهَ لَا مُكْرِهَ لَهُ".

Dalam Shahih dari Abu Hurairah ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berkata: 'Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki, Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau menghendaki'. Hendaklah ia memantapkan permintaannya, karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah."

وَلِمُسْلِمٍ: "وَلْيُعَظِّمِ الرَّغْبَةَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ" (١) .

Dan dalam riwayat Muslim: "Dan hendaklah ia mengagungkan keinginannya, karena sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dianggap besar oleh Allah untuk Dia berikan." (1)

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ قَوْلُ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ" يَدُلُّ عَلَى فُتُورِ الرَّغْبَةِ، وَقِلَّةِ الِاهْتِمَامِ بِالْمَطْلُوبِ، وَالِاسْتِغْنَاءِ عَنِ اللهِ مِنْ نَاحِيَةٍ، وَيُشْعِرُ بِأَنَّ اللهَ -تَعَالَى- قَدْ يَضْطَرُّهُ شَيْءٌ إِلَى فِعْلِ مَا يَفْعَلُ؛ وَفِي هَذَيْنِ الْمَحْذُورَيْنِ مُضَادَّةٌ لِلتَّوْحِيدِ؛ لِذَلِكَ نَاسَبَ عَقْدُ هَذَا الْبَابِ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Tatkala perkataan "Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki" menunjukkan lemahnya keinginan, sedikitnya perhatian terhadap yang diminta, merasa tidak butuh kepada Allah dari satu sisi, dan mengisyaratkan bahwa Allah -Ta'ala- mungkin saja dipaksa oleh sesuatu untuk melakukan apa yang Dia lakukan. Pada dua hal yang terlarang ini terdapat pertentangan dengan tauhid. Oleh karena itu, pembahasan bab ini sesuai ditempatkan dalam kitab tauhid.

بَابُ قَوْلِ اللَّهُمَّ ... إِلَخْ: أَيْ: أَنَّهُ لَا يَجُوزُ.

Bab perkataan "Ya Allah ... dst.": Yakni hal itu tidak boleh.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: فِي الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih: Yakni dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim).

لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ: أَيْ: لِيَجْزِمْ فِي طَلِبَتِهِ وَيُحَقِّقْ رَغْبَتَهُ وَيَتَيَقَّنِ الْإِجَابَةَ.

Hendaklah ia memantapkan permintaannya: Yakni hendaklah ia meyakini dalam permintaannya, merealisasikan keinginannya, dan meyakini akan dikabulkan.

لَا مُكْرِهَ لَهُ: أَيْ: لَا يَضْطَرُّهُ دُعَاءٌ وَلَا غَيْرُهُ إِلَى فِعْلِ شَيْءٍ.

Tidak ada yang bisa memaksa-Nya: artinya: tidak ada doa atau yang lainnya yang bisa memaksa-Nya untuk melakukan sesuatu.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٦٣٣٩" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٧٩".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "6339" dan Muslim dengan nomor "2679".

وَلْيُعَظِّمِ الرَّغْبَةَ: بِتَشْدِيدِ الظَّاءِ أَنْ: يُلِحَّ فِي طَلَبِ الْحَاجَةِ.

Dan hendaklah dia membesarkan keinginan: dengan mentasydid huruf ظ yaitu: bersungguh-sungguh dalam meminta hajat.

لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ: أَيْ: لَا يَكْبُرُ وَلَا يَعْسُرُ عَلَيْهِ.

Tidak ada sesuatu pun yang besar bagi-Nya untuk memberinya: yakni: tidak besar dan tidak sulit bagi-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْهَى ﷺ عَنْ تَعْلِيقِ طَلَبِ الْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ مِنَ اللهِ عَلَى الْمَشِيئَةِ، وَيَأْمُرُ بِعَزْمِ الطَّلَبِ دُونَ تَعْلِيقٍ؛ وَيُعَلِّلُ ذَلِكَ بِأَنَّ تَعْلِيقَ الطَّلَبِ مِنَ اللهِ عَلَى الْمَشِيئَةِ يُشْعِرُ بِأَنَّ اللهَ يُثْقِلُهُ شَيْءٌ مِنْ حَوَائِجِ خَلْقِهِ أَوْ يَضْطَرُّهُ شَيْءٌ إِلَى قَضَائِهَا، وَهَذَا خِلَافُ الْحَقِّ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ الْفَعَّالُ لِمَا يُرِيدُ.

Makna global dari hadits: Nabi ﷺ melarang menggantungkan permintaan ampunan dan rahmat dari Allah pada kehendak-Nya, dan memerintahkan untuk meminta dengan tegas tanpa menggantungkannya; dan menjelaskan alasannya bahwa menggantungkan permintaan dari Allah pada kehendak-Nya mengisyaratkan bahwa Allah merasa berat dengan sesuatu dari kebutuhan makhluk-Nya atau sesuatu memaksa-Nya untuk memenuhinya, dan ini bertentangan dengan kebenaran; karena Dia adalah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Yang Maha Berkuasa atas apa yang Dia kehendaki.

كَمَا يُشْعِرُ ذَلِكَ بِفُتُورِ الْعَبْدِ فِي الطَّلَبِ وَاسْتِغْنَائِهِ عَنْ رَبِّهِ؛ وَهُوَ لَا غِنَى لَهُ عَنِ اللهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ.

Sebagaimana hal itu juga mengisyaratkan kelesuan hamba dalam meminta dan ketidakbutuhannya kepada Tuhannya; padahal dia tidak bisa lepas dari Allah sekejap mata pun.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ تَعْلِيقِ طَلَبِ الْمَغْفِرَةِ مِنَ اللهِ بِالْمَشِيئَةِ وَبَيَانَ عِلَّةِ ذَلِكَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan menggantungkan permintaan ampunan dari Allah dengan kehendak-Nya dan penjelasan alasan hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنْ تَعْلِيقِ طَلَبِ الْمَطْلُوبِ مِنَ اللهِ -بِمَشِيئَتِهِ- وَالْأَمْرُ بِإِطْلَاقِ سُؤَالِ اللهِ دُونَ تَقْيِيدٍ.

1- Larangan menggantungkan permintaan yang diminta dari Allah -dengan kehendak-Nya- dan perintah untuk meminta kepada Allah tanpa batasan.

٢- تَنْزِيهُ اللهِ عَمَّا لَا يَلِيقُ بِهِ، وَسَعَةُ فَضْلِهِ، وَكَمَالُ غِنَاهُ، وَكَرَمُهُ وَجُودُهُ ﷾.

2- Mensucikan Allah dari apa yang tidak pantas bagi-Nya, keluasan karunia-Nya, kesempurnaan kekayaan-Nya, kemurahan-Nya dan kedermawanan-Nya ﷾.

* * *

* * *

بَابُ لَا يَقُولُ: عَبْدِي وَأَمَتِي

بَابٌ لَا يَقُولُ: عَبْدِي وَأَمَتِي

Bab Larangan Mengatakan: Budakku dan Amatku

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ: أَطْعِمْ رَبَّكَ، وَضِّئْ رَبَّكَ، وَلْيَقُلْ: سَيِّدِي وَمَوْلَايَ، وَلَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ: عَبْدِي وَأَمَتِي، وَلْيَقُلْ: فَتَايَ وَفَتَاتِي، وَغُلَامِي" (١) .

Dalam Shahih dari Abu Hurairah ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan: Berilah makan tuanmu, berwudhulah untuk tuanmu, tetapi hendaklah ia mengatakan: tuanku dan pemimpinku, dan janganlah salah seorang dari kalian mengatakan: budakku dan amatku, tetapi hendaklah ia mengatakan: pelayanku laki-laki, pelayanku perempuan, dan anak laki-lakiku." (1)

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ التَّلَفُّظَ بِهَذِهِ الْأَلْفَاظِ الْمَذْكُورَةِ يُوهِمُ الْمُشَارَكَةَ فِي الرُّبُوبِيَّةِ، فَنُهِيَ عَنْهُ تَأَدُّبًا مَعَ الرُّبُوبِيَّةِ، وَحِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ بِسَدِّ الذَّرَائِعِ الْمُفْضِيَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: bahwa pengucapan kata-kata yang disebutkan ini mengesankan kesetaraan dalam rububiyah (ketuhanan), maka dilarang mengucapkannya sebagai adab terhadap rububiyah, dan perlindungan terhadap tauhid dengan menutup perantara yang mengarah kepada syirik.

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: الصَّحِيحَيْنِ.

Dalam Shahih: yaitu Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim).

لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ: لَا: نَاهِيَةٌ، وَالْفِعْلُ بَعْدَهَا مَجْزُومٌ بِهَا، أَيْ: لَا يَقُلْ ذَلِكَ لِمَمْلُوكِهِ.

Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan: Laa adalah larangan, dan kata kerja setelahnya dijazmkan dengannya, artinya: janganlah ia mengatakan itu kepada budaknya.

أَطْعِمْ رَبَّكَ: بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ أَمْرٌ مِنَ الْإِطْعَامِ.

Berilah makan tuanmu: dengan membuka hamzah adalah perintah dari kata ith'aam (memberi makan).

وَضِّئْ رَبَّكَ: أَمْرٌ مِنَ التَّوَضُّؤِ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْمَوْضِعَيْنِ لِمَنْعِ الْمُضَاهَاةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ لِأَنَّهُ هُوَ الرَّبُّ. وَهَذَا الْمَنْعُ يَخْتَصُّ فِي مَنْعِ الرُّبُوبِيَّةِ لِلْإِنْسَانِ، بِخِلَافِ غَيْرِهِ فَيُقَالُ رَبُّ الدَّارِ وَالدَّابَّةِ.

Berwudhulah kepada Tuhanmu: perintah untuk berwudhu, dan larangan terhadap dua tempat untuk mencegah penyerupaan dengan Allah سبحانه karena Dia adalah Rabb. Dan larangan ini khusus dalam mencegah rububiyyah bagi manusia, berbeda dengan selainnya maka dikatakan rabb ad-daar (pemilik rumah) dan rabb ad-daabbah (pemilik hewan).

وَلْيَقُلْ سَيِّدِي: لِأَنَّ السِّيَادَةَ مَعْنَاهَا الرِّئَاسَةُ عَلَى مَا تَحْتَ يَدِهِ.

Dan hendaklah ia mengatakan sayyidii (tuanku): karena sayyid maknanya adalah kepemimpinan atas apa yang ada di bawah kekuasaannya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٥٥٢" وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٢٤٩".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "2552" dan Muslim dengan nomor "2249".

وَأَيْضًا هُنَاكَ فَرْقٌ بَيْنَ الرَّبِّ وَالسَّيِّدِ: فَإِنَّ الرَّبَّ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ بِالِاتِّفَاقِ بِخِلَافِ السَّيِّدِ فَقَدِ اخْتُلِفَ فِي كَوْنِهِ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ. وَعَلَى الْقَوْلِ بِأَنَّهُ مِنْهَا فَلَيْسَ لَهُ مِنَ الشُّهْرَةِ وَكَثْرَةِ الِاسْتِعْمَالِ مِثْلَ مَا لِلرَّبِّ.

Dan juga ada perbedaan antara Rabb dan Sayyid: Rabb adalah salah satu nama Allah dengan kesepakatan, berbeda dengan Sayyid yang diperselisihkan apakah ia termasuk nama Allah. Dan menurut pendapat yang mengatakan bahwa ia termasuk nama-Nya, ia tidak memiliki ketenaran dan banyaknya penggunaan seperti Rabb.

وَمَوْلَايَ: الْمَوْلَى يُطْلَقُ عَلَى مَعَانٍ كَثِيرَةٍ مِنْهَا: الْمَالِكُ وَهُوَ الْمُرَادُ هُنَا.

Dan Maulaya: Al-Maula digunakan untuk banyak makna, di antaranya: pemilik, dan itulah yang dimaksud di sini.

وَلَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ عَبْدِي وَأَمَتِي: لِأَنَّ الَّذِي يَسْتَحِقُّ الْعُبُودِيَّةَ هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ؛ وَلِأَنَّ فِي ذَلِكَ تَعْظِيمًا لَا يَسْتَحِقُّهُ الْمَخْلُوقُ.

Dan janganlah salah seorang dari kalian mengatakan 'abdī (budak laki-lakiku) dan amatī (budak perempuanku): karena yang berhak atas penghambaan adalah Allah Subhanahu; dan karena dalam hal itu terdapat pengagungan yang tidak pantas bagi makhluk.

وَلْيَقُلْ فَتَايَ وَفَتَاتِي وَغُلَامِي: لِأَنَّ هَذِهِ الْأَلْفَاظَ لَا تَدُلُّ عَلَى الْعُبُودِيَّةِ كَدَلَالَةِ عَبْدِي وَأَمَتِي، وَفِيهَا تَجَنُّبٌ لِلْإِيهَامِ وَالتَّعَاظُمِ.

Dan hendaklah ia mengatakan fatāya (pemudaku), fatātī (pemudiku), dan ghulāmī (pelayanku): karena kata-kata ini tidak menunjukkan penghambaan seperti 'abdī dan amatī, dan di dalamnya terdapat penghindaran dari keraguan dan kesombongan.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْهَى ﷺ عَنِ التَّلَفُّظِ بِالأَلْفَاظِ الَّتِي تُوهِمُ الشِّرْكَ، وَفِيهَا إِسَاءَةُ أَدَبٍ مَعَ اللهِ كَإِطْلَاقِ رُبُوبِيَّةِ إِنْسَانٍ لِإِنْسَانٍ أَوْ عُبُودِيَّةِ إِنْسَانٍ لِإِنْسَانٍ؛ لِأَنَّ اللهَ هُوَ الرَّبُّ المَعْبُودُ وَحْدَهُ. ثُمَّ أَرْشَدَ ﷺ إِلَى اللَّفْظِ السَّلِيمِ الَّذِي لَا إِيهَامَ فِيهِ؛ لِيَكُونَ بَدِيلًا مِنَ اللَّفْظِ المُوهِمِ، وَهَذَا مِنْهُ ﷺ حِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ وَحِفَاظًا عَلَى العَقِيدَةِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ melarang mengucapkan kata-kata yang menyiratkan syirik, dan di dalamnya terdapat perilaku tidak sopan kepada Allah seperti menyebut seorang manusia sebagai rabb (tuhan) bagi manusia lain atau seorang manusia sebagai hamba bagi manusia lain; karena hanya Allah yang merupakan Rabb yang disembah. Kemudian Nabi ﷺ membimbing kepada lafaz yang benar yang tidak mengandung keraguan; agar menjadi pengganti dari lafaz yang meragukan, dan ini darinya ﷺ sebagai perlindungan terhadap tauhid dan penjagaan terhadap akidah.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ قَوْلِ: عَبْدِي وَأَمَتِي.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan mengatakan: budakku dan amatku.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ اسْتِعْمَالِ الأَلْفَاظِ الَّتِي تُوهِمُ الشِّرْكَ.

1- Larangan menggunakan kata-kata yang menyiratkan syirik.

٢- سَدُّ الطُّرُقِ المُوصِلَةِ إِلَى الشِّرْكِ.

2- Menutup jalan-jalan yang mengarah kepada syirik.

٣- ذِكْرُ البَدِيلِ الَّذِي لَا مَحْذُورَ فِيهِ؛ لِيُسْتَعْمَلَ مَكَانَ مَا فِيهِ مَحْذُورٌ مِنَ الأَلْفَاظِ.

3- Menyebutkan pengganti yang tidak ada larangan di dalamnya; untuk digunakan sebagai ganti dari lafaz-lafaz yang mengandung larangan.

* * *

* * *

بَابُ لَا يُرَدُّ مَنْ سَأَلَ بِاللَّهِ

بَابُ لَا يَرُدُّ مَنْ سَأَلَ بِاللهِ

Bab Tidak Menolak Orang yang Meminta dengan Nama Allah

عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﵄ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللهِ فَأَعِيذُوهُ، وَمَنْ سَأَلَ بِاللهِ فَأَعْطُوهُ، وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ، وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْنَ أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ" (١) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ.

Dari Ibnu Umar ﵄, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah, maka lindungilah ia. Barangsiapa yang meminta dengan nama Allah, maka berilah ia. Barangsiapa yang mengundang kalian, maka penuhilah undangannya. Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Jika kalian tidak mendapati sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah untuknya hingga kalian merasa telah membalasnya." (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa'i dengan sanad yang shahih.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لِأَنَّ فِي عَدَمِ إِعْطَاءِ مَنْ سَأَلَ بِاللهِ عَدَمَ إِعْظَامٍ لِلَّهِ، وَعَدَمَ إِجْلَالٍ لَهُ؛ وَذَلِكَ يُخِلُّ بِالتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: karena tidak memberi orang yang meminta dengan nama Allah berarti tidak mengagungkan Allah dan tidak memuliakanNya; dan itu mengurangi tauhid.

مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللهِ: أَيْ: مَنْ لَجَأَ إِلَى اللهِ وَسَأَلَكُمْ أَنْ تَدْفَعُوا عَنْهُ شَرَّكُمْ أَوْ شَرَّ غَيْرِكُمْ.

Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah: yaitu orang yang berlindung kepada Allah dan meminta kalian untuk menolak keburukan kalian atau keburukan selain kalian darinya.

فَأَعِيذُوهُ: أَيْ: امْنَعُوهُ مِمَّا اسْتَعَاذَ مِنْهُ وَكُفُّوهُ عَنْهُ تَعْظِيمًا لِاسْمِ اللهِ.

Maka lindungilah ia: yaitu cegahlah ia dari apa yang ia minta perlindungan darinya dan hentikanlah ia darinya demi mengagungkan nama Allah.

وَمَنْ سَأَلَ بِاللهِ: بِأَنْ قَالَ: أَسْأَلُكَ بِاللهِ.

Barangsiapa yang meminta dengan nama Allah: dengan mengatakan, "Aku meminta kepadamu dengan nama Allah."

فَأَعْطُوهُ: أَيْ: أَعْطُوهُ مَا سَأَلَ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيعَةَ رَحِمٍ.

Maka berilah ia: yaitu berilah ia apa yang ia minta selama tidak meminta dosa atau memutus silaturahmi.

وَمَنْ دَعَاكُمْ: أَيْ: إِلَى طَعَامٍ أَوْ غَيْرِهِ.

Dan siapa pun yang mengundang Anda: yaitu: untuk makan atau lainnya.

فَأَجِيبُوهُ: أَيْ: أَجِيبُوا دَعْوَتَهُ.

Maka penuhilah: yaitu: penuhilah undangannya.

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ: أَيْ: مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكُمْ أَيَّ إِحْسَانٍ.

Dan siapa pun yang berbuat baik kepada Anda: yaitu: siapa pun yang berbuat baik kepada Anda dengan kebaikan apa pun.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ "رَقْمَ ١٦٧٢، ٥١٠٩" وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ "رَقْمَ ٨٠٦"، وَالنَّسَائِيُّ "٥/٨٢".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud "nomor 1672, 5109", 'Abd bin Humaid "nomor 806", dan An-Nasa'i "5/82".

مَعْرُوفًا: المَعْرُوفُ: اسْمٌ جَامِعٌ لِلْخَيْرِ.

Ma'ruf: Al-Ma'ruf adalah kata yang mencakup semua kebaikan.

فَكَافِئُوهُ: أَيْ: عَلَى إِحْسَانِهِ بِمِثْلِهِ أَوْ خَيْرٍ مِنْهُ.

Maka balaslah: Yaitu, atas kebaikannya dengan yang serupa atau yang lebih baik darinya.

فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا: أَيْ: لَمْ تَقْدِرُوا عَلَى مُكَافَأَتِهِ.

Jika kalian tidak mendapati: Yaitu, tidak mampu membalasnya.

فَادْعُوا لَهُ ... إِلَخْ: أَيْ: فَبَالِغُوا فِي الدُّعَاءِ لَهُ جُهْدَكُمْ.

Maka berdoalah untuknya ... dst: Yaitu, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa untuknya semaksimal mungkin.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ:

Makna global hadits:

يَأْمُرُ –ﷺ فِي هَذَا الحَدِيثِ بِخِصَالٍ عَظِيمَةٍ، فِيهَا تَعْظِيمُ حَقِّ اللهِ سُبْحَانَهُ بِإِعْطَاءِ مَنْ سَأَلَ بِهِ، وَإِعَاذَةِ مَنِ اسْتَعَاذَ بِهِ، وَتَعْظِيمٌ لِحَقِّ المُؤْمِنِ مِنْ إِجَابَةِ دَعْوَتِهِ، وَمُكَافَأَتِهِ عَلَى إِحْسَانِهِ بِمِثْلِهِ أَوْ أَحْسَنَ مِنْهُ مَعَ القُدْرَةِ، وَمَعَ عَدَمِهَا بِإِحَالَةِ مُكَافَأَتِهِ إِلَى اللهِ بِطَلَبِ الخَيْرِ لَهُ مِنْهُ.

Nabi ﷺ memerintahkan dalam hadits ini sifat-sifat yang agung, di dalamnya terdapat pengagungan hak Allah dengan memberi orang yang meminta dengan nama-Nya, melindungi orang yang memohon perlindungan dengan-Nya, pengagungan hak seorang mukmin dengan mengabulkan panggilannya, membalas kebaikannya dengan yang serupa atau lebih baik jika mampu, dan jika tidak mampu maka dengan menyerahkan balasannya kepada Allah dengan memohonkan kebaikan untuknya dari-Nya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ الأَمْرَ بِإِعْطَاءِ مَنْ سَأَلَ بِاللهِ وَعَدَمِ رَدِّهِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat perintah untuk memberi orang yang meminta dengan nama Allah dan larangan menolaknya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّهُ لَا يُرَدُّ مَنْ سَأَلَ بِاللهِ إِجْلَالًا لِلَّهِ وَتَعْظِيمًا لَهُ.

1- Bahwa orang yang meminta dengan nama Allah tidak boleh ditolak demi mengagungkan Allah dan memuliakanNya.

٢- أَنَّ مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللهِ وَجَبَتْ إِعَاذَتُهُ وَدَفْعُ الشَّرِّ عَنْهُ.

2- Bahwa orang yang memohon perlindungan dengan Allah wajib dilindungi dan dihindarkan dari keburukan.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ إِجَابَةِ دَعْوَةِ المُسْلِمِ لِوَلِيمَةٍ أَوْ غَيْرِهَا.

3- Disyariatkannya memenuhi undangan seorang muslim untuk walimah atau selainnya.

٤- مَشْرُوعِيَّةُ مُكَافَأَةِ الْمُحْسِنِ عِنْدَ الْقُدْرَةِ.

4- Disyariatkannya memberi hadiah kepada orang yang berbuat baik ketika mampu.

٥- مَشْرُوعِيَّةُ الدُّعَاءِ لِلْمُحْسِنِ عِنْدَ الْعَجْزِ عَنْ مُكَافَأَتِهِ.

5- Disyariatkannya berdoa untuk orang yang berbuat baik ketika tidak mampu membalasnya.

* * *

* * *

بَابُ لَا يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللَّهِ إِلَّا الْجَنَّةُ

بَابُ لَا يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللهِ إِلَّا الْجَنَّةُ

Bab Tidak Meminta dengan Wajah Allah kecuali Surga

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ﵄ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "لَا يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللهِ إِلَّا الْجَنَّةُ" (١) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.

Dari Jabir bin Abdullah ﵄ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah meminta dengan wajah Allah kecuali surga" (1). Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ يَجِبُ احْتِرَامُ أَسْمَاءِ اللهِ وَصِفَاتِهِ؛ فَلَا يُسْأَلُ عَنْ شَيْءٍ مِنَ الْمَطَالِبِ الدُّنْيَوِيَّةِ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ؛ بَلْ يُسْأَلُ بِهِ أَهَمُّ الْمَطَالِبِ وَأَعْظَمُ الْمَقَاصِدِ وَهُوَ الْجَنَّةُ، فَهَذَا مِنْ حُقُوقِ التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa wajib menghormati nama-nama dan sifat-sifat Allah; maka janganlah meminta sesuatu dari tuntutan duniawi dengan wajah-Nya Yang Mulia; tetapi mintalah dengan itu tuntutan yang paling penting dan maksud yang paling agung yaitu surga, maka ini termasuk hak-hak tauhid.

لَا يُسْأَلُ: رُوِيَ بِالنَّفْيِ وَرُوِيَ بِالنَّهْيِ.

Laa yus'alu (janganlah meminta): diriwayatkan dengan bentuk nafyi (peniadaan) dan diriwayatkan dengan bentuk larangan.

بِوَجْهِ اللهِ: هُوَ صِفَةٌ مِنْ صِفَاتِهِ الذَّاتِيَّةِ يَلِيقُ بِجَلَالِهِ وَعَظَمَتِهِ.

Biwajhillah (dengan wajah Allah): ia adalah sifat dari sifat-sifat dzatiyah-Nya yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.

إِلَّا الْجَنَّةُ: أَوْ مَا هُوَ وَسِيلَةٌ إِلَيْهَا مِنَ الْمَقَاصِدِ الْعِظَامِ.

Illal jannah (kecuali surga): atau apa yang menjadi sarana menuju surga dari maksud-maksud yang agung.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْهَى ﷺ أَنْ يُسْأَلَ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيمِ الْأُمُورُ الْحَقِيرَةُ وَحَوَائِجُ الدُّنْيَا؛ إِجْلَالًا لِلَّهِ وَتَعْظِيمًا لَهُ، وَيَقْصُرُ ﷺ السُّؤَالَ بِوَجْهِ اللهِ عَلَى الْجَنَّةِ الَّتِي هِيَ غَايَةُ الْمَطَالِبِ.

Makna global hadits: Nabi ﷺ melarang meminta dengan wajah Allah Yang Mulia perkara-perkara yang hina dan kebutuhan-kebutuhan dunia; sebagai pengagungan dan penghormatan kepada Allah. Beliau ﷺ membatasi permintaan dengan wajah Allah hanya untuk surga yang merupakan puncak segala tuntutan.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ أَنْ يُسْأَلَ بِوَجْهِ اللهِ غَيْرَ الجَنَّةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan meminta dengan wajah Allah selain surga.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- إِثْبَاتُ الوَجْهِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ كَسَائِرِ صِفَاتِهِ.

1- Menetapkan sifat wajah bagi Allah ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya seperti sifat-sifat-Nya yang lain.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "١٦٧١".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1671.

٢- وُجُوبُ تَعْظِيمِ اللهِ وَاحْتِرَامِ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ.

2- Wajibnya mengagungkan Allah dan menghormati nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

١- جَوَازُ سُؤَالِ الجَنَّةِ –وَالأُمُورِ المُوصِّلَةِ إِلَيْهَا- بِوَجْهِ اللهِ وَالمَنْعُ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ بِهِ شَيْءٌ مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا.

1- Bolehnya meminta surga -dan hal-hal yang menghantarkan kepadanya- dengan wajah Allah dan larangan meminta sesuatu dari kebutuhan dunia dengannya.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي اللَّوِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي اللَّوْ

Bab tentang apa yang datang mengenai 'lau' (seandainya)

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا ...﴾ الْآيَةُ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Mereka berkata, 'Seandainya kita mempunyai urusan (peperangan) sedikit pun, niscaya kita tidak akan terbunuh di sini...'" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آلِ عِمْرَانَ: ١٥٤] .

Sempurnanya ayat: "Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." [Ali 'Imran: 154].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ مِنْ كَمَالِ التَّوْحِيدِ الِاسْتِسْلَامَ لِلْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ؛ وَأَنَّ قَوْلَ "لَوْ" لَا يُجْدِي شَيْئًا، وَهُوَ يُشْعِرُ بِعَدَمِ الرِّضَا بِالْقَدَرِ وَهَذَا مُخِلٌّ بِالتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa di antara kesempurnaan tauhid adalah berserah diri pada qadha' dan qadar; dan bahwa mengatakan "seandainya" tidak ada gunanya, dan itu mengisyaratkan ketidakridaan terhadap takdir, dan ini merusak tauhid.

مَا جَاءَ فِي اللَّوْ: أَيْ: مِنَ الْوَعِيدِ وَالنَّهْيِ عَنْهُ.

Apa yang datang mengenai 'lau': yaitu dari ancaman dan larangan terhadapnya.

يَقُولُونَ: أَيْ: يَقُولُ بَعْضُ الْمُنَافِقِينَ يَوْمَ أُحُدٍ مُعَارَضَةً لِلْقَدَرِ.

Mereka berkata: yaitu sebagian orang munafik berkata pada hari Uhud sebagai penentangan terhadap takdir.

لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ: أَيْ: لَوْ كَانَ الِاخْتِيَارُ إِلَيْنَا.

Seandainya kita memiliki pilihan dalam perkara ini, yaitu: seandainya pilihan itu ada pada kita.

مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا: أَيْ: لَمَا غُلِبْنَا وَلَمَا قُتِلَ مَنْ قُتِلَ مِنَّا فِي هَذِهِ الْمَعْرَكَةِ.

Kita tidak akan terbunuh di sini, yaitu: kita tidak akan dikalahkan dan tidak akan ada di antara kita yang terbunuh dalam pertempuran ini.

لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ: أَيْ: وَفِيكُمْ مَنْ كَتَبَ اللهُ عَلَيْهِ الْقَتْلَ.

Seandainya kalian berada di rumah-rumah kalian, yaitu: dan di antara kalian ada orang yang telah ditetapkan oleh Allah untuk terbunuh.

لَبَرَزَ: أَيْ خَرَجَ.

Niscaya akan keluar, yaitu: pergi.

الَّذِينَ كُتِبَ: أَيْ قُضِيَ.

Orang-orang yang telah ditetapkan, yaitu: diputuskan.

عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ: أَيْ: مِنْكُمْ.

Atas mereka kematian, yaitu: dari kalangan kalian.

إِلَى مَضَاجِعِهِمْ: أَيْ: مَصَارِعِهِمْ وَلَمْ يُنْجِهِمْ قُعُودُهُمْ؛

Menuju tempat-tempat kematian mereka, yaitu: tempat-tempat mereka terbunuh dan duduk (diam) tidak akan menyelamatkan mereka;

لِأَنَّ قَضَاءَ اللهِ كَائِنٌ لَا مَحَالَةَ.

Karena ketetapan Allah pasti terjadi.

وَلِيَبْتَلِيَ اللهُ: أَيْ: يَخْتَبِرَ.

Dan agar Allah menguji, yaitu: mencoba.

مَا فِي صُدُورِكُمْ: أَيْ: قُلُوبِكُمْ مِنَ الْإِخْلَاصِ وَالنِّفَاقِ.

Apa yang ada di dalam dada kalian, yaitu: hati kalian, berupa keikhlasan dan kemunafikan.

وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ: أَيْ: يُمَيِّزَ مَا تَنْطَوِي عَلَيْهِ مِنَ النِّيَّاتِ.

Dan untuk memurnikan apa yang ada di dalam hati kalian, yaitu: membedakan niat yang terkandung di dalamnya.

بِذَاتِ الصُّدُورِ: بِمَا فِي الْقُلُوبِ فَهُوَ غَنِيٌّ عَنِ الِابْتِلَاءِ وَإِنَّمَا يَفْعَلُهُ لِيَظْهَرَ لِلنَّاسِ وَلِيَتَرَتَّبَ عَلَيْهِ الثَّوَابُ وَالْعِقَابُ.

Dengan isi dada, yaitu: dengan apa yang ada di dalam hati. Dia Mahakaya, tidak membutuhkan ujian. Dia melakukannya agar tampak bagi manusia dan agar pahala dan siksa mengikutinya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ اللهُ –سُبْحَانَهُ- عَمَّا كَانَ يُكِنُّهُ الْمُنَافِقُونَ يَوْمَ وَقْعَةِ أُحُدٍ مِنَ الِاعْتِرَاضِ عَلَى الْقَدَرِ وَالتَّسَخُّطِ لِمَا وَقَعَ عَلَيْهِمْ مِنَ اللهِ، وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ: لَوْ كَانَ الِاخْتِيَارُ وَالْمَشُورَةُ إِلَيْنَا مَا خَرَجْنَا؛ وَلَنَجَوْنَا مِمَّا حَصَلَ مِنَ الْهَزِيمَةِ وَالْقَتْلِ، فَرَدَّ اللهُ عَلَيْهِمْ بِأَنَّ مَا حَصَلَ قَدَرٌ مُقَدَّرٌ لَا يُنْجِي مِنْهُ الْبَقَاءُ فِي الْبُيُوتِ؛ فَالتَّلَهُّفُ وَقَوْلُ: "لَوْ" لَا يُجْدِي شَيْئًا.

Makna keseluruhan ayat: Allah –Mahasuci Dia– mengabarkan tentang apa yang disembunyikan oleh orang-orang munafik pada hari Perang Uhud berupa keberatan terhadap takdir dan kemarahan atas apa yang menimpa mereka dari Allah. Mereka berkata, "Seandainya pilihan dan musyawarah ada pada kami, kami tidak akan keluar. Kami akan selamat dari kekalahan dan pembunuhan yang terjadi." Maka Allah menjawab mereka bahwa apa yang terjadi adalah takdir yang telah ditetapkan. Tinggal di rumah tidak akan menyelamatkan darinya. Penyesalan dan perkataan "seandainya" tidak berguna sama sekali.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ قَوْلَ: "لَوْ" فِي الْمُقَدَّرَةِ لَا يَجُوزُ؛ وَهُوَ مِنْ كَلَامِ الْمُنَافِقِينَ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa mengatakan "seandainya" pada perkara yang telah ditakdirkan tidak boleh. Itu adalah perkataan orang-orang munafik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- النَّهْيُ عَنْ قَوْلِ: "لَوْ" فِي الْأُمُورِ الْمُقَدَّرَةِ؛ لِأَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى التَّسَخُّطِ عَلَى الْقَدَرِ وَتُجَدِّدُ الْأَحْزَانَ فِي النُّفُوسِ، أَمَّا قَوْلُ: "لَوْ" تَنَدُّمًا عَلَى فَوَاتِ الطَّاعَةِ فَلَا بَأْسَ بِهِ؛ لِأَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى الرَّغْبَةِ فِي الْخَيْرِ.

1- Larangan mengatakan: "seandainya" dalam perkara yang telah ditakdirkan; karena itu menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir dan memperbarui kesedihan dalam jiwa, adapun mengatakan: "seandainya" sebagai penyesalan atas hilangnya ketaatan maka tidak mengapa; karena itu menunjukkan keinginan pada kebaikan.

٢- مَشْرُوعِيَّةُ الِاسْتِسْلَامِ لِلْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَعَدَمُ تَسَخُّطِهِ.

2- Disyariatkannya berserah diri pada qadha' dan qadar serta tidak bersikap tidak puas terhadapnya.

٣- أَنَّ الْحَذَرَ لَا يُنْجِي مِنَ الْقَدَرِ.

3- Bahwa kewaspadaan tidak menyelamatkan dari takdir.

٤- أَنَّ مَنْ كُتِبَ عَلَيْهِ الْمَوْتُ فِي مَحَلٍّ فَلَا بُدَّ أَنْ يَذْهَبَ إِلَيْهِ، وَلَوْ حَاوَلَ الِامْتِنَاعَ عَنْهُ.

4- Bahwa siapa yang telah ditetapkan kematiannya di suatu tempat, maka dia pasti akan pergi ke sana, meskipun dia berusaha menghindar darinya.

وَقَوْلُهُ: ﴿الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا﴾ الْآيَةُ.

Dan firman-Nya: ﴿Orang-orang yang berkata kepada saudara-saudara mereka dan mereka duduk (tidak ikut berperang), "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.﴾ Ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الْآيَةِ: ﴿قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ﴾ [آلِ عِمْرَانَ: ١٦٨] .

Sempurnanya ayat: ﴿Katakanlah (Muhammad), "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang yang benar."﴾ [Ali 'Imran: 168].

قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ: أَيْ: قَالُوا لِلْمُسْلِمِينَ الْمُجَاهِدِينَ، سُمُّوا إِخْوَانَهُمْ؛ لِمُوَافَقَتِهِمْ فِي الظَّاهِرِ، وَقِيلَ: إِخْوَانَهُمْ فِي النَّسَبِ.

Mereka berkata kepada saudara-saudara mereka: Yaitu, mereka berkata kepada kaum muslimin yang berjihad, mereka disebut saudara-saudara mereka; karena kesesuaian mereka secara lahiriah, dan dikatakan: saudara-saudara mereka dalam nasab.

وَقَعَدُوا: أَيْ: عَنِ الْجِهَادِ.

Dan mereka duduk: Yaitu, dari jihad.

لَوْ أَطَاعُونَا: أَيْ: فِي الْقُعُودِ.

Sekiranya mereka mengikuti kita: Yaitu, dalam duduk (tidak ikut berperang).

مَا قُتِلُوا: أَيْ: كَمَا لَمْ نُقْتَلْ.

Tentulah mereka tidak terbunuh: Yaitu, sebagaimana kita tidak terbunuh.

قُلْ: أَيْ: لِهَؤُلَاءِ.

Katakanlah: Yaitu, kepada mereka itu.

فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ: أَيْ: ادْفَعُوهُ عَنْهَا.

Maka tolaklah kematian itu dari dirimu: Yaitu, tangkislah ia dari dirimu.

إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ: أَيْ: فِي أَنَّ الْقُعُودَ يُنَجِّي مِنْهُ.

Jika kamu orang yang benar: Yaitu, dalam hal duduk (tidak ikut berperang) itu menyelamatkan darinya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُنْكِرُ تَعَالَى عَلَى المُنَافِقِينَ الَّذِينَ يُعَارِضُونَ القَدَرَ بِقَوْلِهِمْ لِمَنْ خَرَجَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَوْمَ أُحُدٍ: لَوْ سَمِعُوا مَشُورَتَنَا عَلَيْهِمْ بِالقُعُودِ وَعَدَمِ الخُرُوجِ مَا قُتِلُوا مَعَ مَنْ قُتِلَ، وَيَرُدُّ عَلَيْهِمْ بِأَنَّهُمْ إِنْ كَانُوا يَقْدِرُونَ عَلَى دَفْعِ القَتْلِ عَمَّنْ كُتِبَ عَلَيْهِ فَلْيَدْفَعُوا المَوْتَ عَنْ أَنْفُسِهِمْ، فَهِيَ أَوْلَى بِالدَّفْعِ عَنْهَا، فَإِذَا لَمْ يَقْدِرُوا عَلَى الدَّفْعِ عَنْهَا فَغَيْرُهَا مِنْ بَابٍ أَوْلَى.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengingkari orang-orang munafik yang menentang takdir dengan perkataan mereka kepada orang-orang yang keluar bersama Rasulullah ﷺ pada hari Uhud: Seandainya mereka mendengarkan nasihat kami kepada mereka untuk duduk dan tidak keluar, niscaya mereka tidak akan terbunuh bersama orang-orang yang terbunuh. Allah membantah mereka bahwa jika mereka mampu menolak kematian dari orang yang telah ditetapkan kematiannya, maka hendaklah mereka menolak kematian dari diri mereka sendiri, karena itu lebih utama untuk ditolak. Jika mereka tidak mampu menolaknya dari diri mereka sendiri, maka menolaknya dari orang lain lebih tidak mungkin lagi.

مُنَاسَبَةُ الآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ قَوْلَ: "لَوْ" فِي الأُمُورِ المُقَدَّرَةِ مِنْ سِمَاتِ

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa perkataan "seandainya" dalam perkara-perkara yang telah ditakdirkan merupakan ciri-ciri

الْمُنَافِقِينَ.

Orang-orang munafik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- التَّحْذِيرُ مِنْ قَوْلِ: "لَوْ" عَلَى وَجْهِ الْمُعَارَضَةِ لِلْقَدَرِ وَالتَّأَسُّفِ عَلَى الْمَصَائِبِ.

1- Peringatan dari mengatakan: "Seandainya" sebagai bentuk penentangan terhadap takdir dan penyesalan atas musibah.

٢- أَنَّ مُقْتَضَى الْإِيمَانِ الِاسْتِسْلَامُ لِلْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ؛ وَأَنَّ عَدَمَ الِاسْتِسْلَامِ لَهُ مِنْ صِفَاتِ الْمُنَافِقِينَ.

2- Bahwa konsekuensi iman adalah berserah diri pada qadha' dan qadar; dan bahwa tidak berserah diri kepadanya termasuk sifat orang-orang munafik.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ مُجَادَلَةِ الْمُنَافِقِينَ وَغَيْرِهِمْ مِنْ أَهْلِ الْبَاطِلِ؛ لِإِبْطَالِ شُبَهِهِمْ وَدَحْضِ أَبَاطِيلِهِمْ.

3- Disyariatkannya mendebat orang-orang munafik dan ahli kebatilan lainnya; untuk membatalkan syubhat mereka dan menolak kebatilan mereka.

* * *

* * *

فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ– أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَلَا تَعْجَزَنَّ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا؛ لَكَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ" (١) .

Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah –radhiyallahu 'anhu– bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Bersungguh-sungguhlah pada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah. Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau berkata: Seandainya aku melakukan begini, niscaya akan begini dan begini. Tetapi katakanlah: Allah telah menakdirkan dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Sesungguhnya 'seandainya' membuka pintu (godaan) setan." (1).

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ: فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ.

Dalam Shahih: Yakni dalam Shahih Muslim.

احْرِصْ: الحِرْصُ هُوَ: بَذْلُ الجُهْدِ وَاسْتِفْرَاغُ الوُسْعِ.

Bersungguh-sungguhlah: Al-Hirsh adalah mengerahkan usaha dan mencurahkan kemampuan.

عَلَى مَا يَنْفَعُكَ: يَعْنِي: فِي مَعَاشِكَ وَمَعَادِكَ.

Pada apa yang bermanfaat bagimu: Yakni dalam kehidupan dunia dan akhiratmu.

وَاسْتَعِنْ بِاللهِ: أَيْ: الإِعَانَةُ فِي جَمِيعِ أُمُورِكَ مِنَ اللهِ لَا مِنْ غَيْرِهِ.

Mintalah pertolongan kepada Allah: Yakni pertolongan dalam semua urusanmu dari Allah, bukan dari selain-Nya.

وَلَا تَعْجَزَنَّ: بِكَسْرِ الجِيمِ وَفَتْحِهَا: أَيْ: لَا تُفَرِّطْ فِي طَلَبِ مَا يَنْفَعُكَ مُتَّكِلًا عَلَى القَدَرِ، وَمُسْتَسْلِمًا لِلْعَجْزِ وَالكَسَلِ.

Dan janganlah lemah: Dengan mengkasrahkan jim dan membukanya, yakni: Janganlah engkau lalai dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu dengan bersandar pada takdir, menyerah pada kelemahan dan kemalasan.

وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ: أَيْ: وَإِنْ غَلَبَكَ أَمْرٌ وَلَمْ يَحْصُلِ المَقْصُودُ بَعْدَ بَذْلِ الجُهْدِ وَالِاسْتِطَاعَةِ.

Jika sesuatu menimpamu: Yakni jika suatu perkara mengalahkanmu dan tujuan tidak tercapai setelah mengerahkan usaha dan kemampuan.

فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا: أَيْ: فَإِنَّ هَذَا القَوْلَ لَا يُجْدِي عَلَيْكَ شَيْئًا.

Janganlah engkau berkata: Seandainya aku melakukan begini: Yakni perkataan ini tidak akan memberi manfaat apapun bagimu.

وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرَ اللهُ: أَيْ: لِأَنَّ مَا قَدَّرَهُ لَا بُدَّ أَنْ يَكُوْنَ وَالْوَاجِبُ التَّسْلِيْمُ لِلْمَقْدُوْرِ.

Tetapi katakanlah: Allah telah menakdirkan: yaitu: karena apa yang telah Dia takdirkan pasti terjadi dan wajib berserah diri kepada takdir.

فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ: أَيْ: لِمَا فِيْهَا مِنَ التَّأَسُّفِ عَلَى مَا فَاتَ

Karena 'seandainya' membuka pintu perbuatan setan: yaitu: karena di dalamnya terdapat penyesalan atas apa yang telah berlalu

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٦٤" وَأَحْمَدُ "٢/٣٦٦، ٣٧٠".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim no. "2664" dan Ahmad "2/366, 370".

وَالتَّحَسُّرِ وَالْحُزْنِ وَلَوْمِ الْقَدَرِ.

dan penyesalan, kesedihan, dan menyalahkan takdir.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَأْمُرُ النَّبِيُّ –ﷺ فِي هَذَا الْحَدِيثِ بِالْحِرْصِ عَلَى النَّافِعِ مِنَ الْأَعْمَالِ، وَالِاسْتِعَانَةِ بِاللهِ فِي الْقِيَامِ بِهَا، وَتَرَقُّبِ ثَمَرَاتِهَا، وَيَنْهَى عَنِ الْعَجْزِ؛ لِأَنَّهُ يُنَافِي الْحِرْصَ عَلَى مَا يَنْفَعُ، وَلَمَّا كَانَ الْإِنْسَانُ مُعَرَّضًا لِلْمَصَائِبِ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا أَمَرَ بِالصَّبْرِ وَالتَّحَمُّلِ وَعَدَمِ التَّلَوُّمِ بِقَوْلِ: لَوْ أَنَّنِي فَعَلْتُ، لَوْ أَنَّنِي تَرَكْتُ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ لَا يُجْدِي شَيْئًا مَعَ أَنَّهُ يَفْتَحُ عَلَى الْإِنْسَانِ ثُغْرَةً لِعَدُوِّهِ الشَّيْطَانِ يَدْخُلُ عَلَيْهِ مِنْهَا فَيُحْزِنُهُ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ dalam hadits ini memerintahkan untuk bersemangat dalam melakukan amalan yang bermanfaat, memohon pertolongan kepada Allah dalam melakukannya, dan mengharapkan buahnya. Beliau melarang kelemahan; karena itu bertentangan dengan semangat untuk melakukan apa yang bermanfaat. Karena manusia rentan terhadap musibah di dunia ini, beliau memerintahkan untuk bersabar, tabah, dan tidak menyalahkan diri sendiri dengan mengatakan: Seandainya aku melakukan ini, seandainya aku meninggalkan itu; karena itu tidak ada gunanya, selain itu membuka celah bagi musuhnya yaitu setan untuk masuk dan membuatnya sedih.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ قَوْلِ: "لَوْ" عِنْدَ نُزُولِ الْمَصَائِبِ، وَبَيَانَ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى قَوْلِهَا مِنَ الْمَفْسَدَةِ.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: bahwa di dalamnya terdapat larangan mengatakan: "Seandainya" ketika tertimpa musibah, dan penjelasan kerusakan yang timbul akibat mengucapkannya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- الْحَثُّ عَلَى الِاجْتِهَادِ فِي طَلَبِ النَّفْعِ الْعَاجِلِ وَالْآجِلِ بِبَذْلِ أَسْبَابِهِ.

1- Dorongan untuk bersungguh-sungguh dalam mencari manfaat dunia dan akhirat dengan mengupayakan sebab-sebabnya.

٢- وُجُوبُ الِاسْتِعَانَةِ بِاللهِ فِي الْقِيَامِ بِالْأَعْمَالِ النَّافِعَةِ وَالنَّهْيُ عَنِ الِاعْتِمَادِ عَلَى الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ.

2- Kewajiban memohon pertolongan kepada Allah dalam melakukan perbuatan yang bermanfaat dan larangan untuk mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri.

٣- النَّهْيُ عَنِ الْعَجْزِ وَالْبَطَالَةِ وَتَعْطِيلِ الْأَسْبَابِ.

3- Larangan untuk lemah, menganggur, dan mengabaikan sebab-sebab.

٤- إِثْبَاتُ الْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَأَنَّهُ لَا يُنَافِي بَذْلَ الْأَسْبَابِ وَالسَّعْيَ فِي طَلَبِ الْخَيْرَاتِ.

4- Menetapkan qadha' dan qadar, dan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan mengupayakan sebab-sebab dan berusaha dalam mencari kebaikan.

٥- وُجُوبُ الصَّبْرِ عِنْدَ نُزُولِ الْمَصَائِبِ.

5- Kewajiban bersabar ketika tertimpa musibah.

٦- النَّهْيُ عَنْ قَوْلِ: "لَوْ" عَلَى وَجْهِ التَّسَخُّطِ عِنْدَ نُزُولِ الْمَصَائِبِ وَبَيَانُهُ مَفْسَدَتُهَا.

6- Larangan mengucapkan: "Seandainya" sebagai bentuk keluhan saat tertimpa musibah dan penjelasan tentang kerusakannya.

٧- التَّحْذِيرُ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ.

7- Peringatan terhadap tipu daya setan.

* * *

* * *

بَابُ النَّهْيِ عَنْ سَبِّ الرِّيحِ

بَابُ النَّهْيِ عَنْ سَبِّ الرِّيحِ

Bab larangan mencaci angin

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ﵁: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُونَ فَقُولُوا: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيحِ وَخَيْرِ مَا فِيهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيحِ وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ" (١) صَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ.

Dari Ubay bin Ka'b ﵁: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah kalian mencaci angin. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak disukai, maka ucapkanlah: Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan yang diperintahkan padanya. Kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya, dan keburukan yang diperintahkan padanya." (1) Hadis ini dishahihkan oleh At-Tirmidzi.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ سَبَّ الرِّيحِ سَبٌّ لِمُدَبِّرِهَا وَهُوَ اللهُ تَعَالَى؛ لِأَنَّهَا تَجْرِي بِأَمْرِهِ، فَسَبُّهَا مُخِلٌّ بِالتَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Bahwa mencaci angin adalah mencaci Pengaturnya yaitu Allah Ta'ala; karena angin berhembus dengan perintah-Nya, maka mencacinya merusak tauhid.

التَّرَاجِمُ: أُبَيٌّ هُوَ: أُبَيُّ بْنُ كَعْبِ بْنِ قَيْسٍ الْأَنْصَارِيُّ سَيِّدُ الْقُرَّاءِ شَهِدَ الْعَقَبَةَ وَبَدْرًا وَالْمَشَاهِدَ كُلَّهَا، قِيلَ: مَاتَ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ، وَقِيلَ: فِي خِلَافَةِ عُثْمَانَ سَنَةَ ٣٠هـ ﵁.

Biografi: Ubay adalah Ubay bin Ka'b bin Qais Al-Anshari, pemimpin para qari. Dia menyaksikan Bai'at Aqabah, Perang Badar, dan seluruh peperangan. Ada yang mengatakan dia wafat pada masa kekhalifahan Umar, dan ada pula yang mengatakan pada masa kekhalifahan Utsman tahun 30 H ﵁.

لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ: أَيْ: لَا تَشْتُمُوهَا وَلَا تَلْعَنُوهَا لِلُحُوقِ ضَرَرٍ بِسَبَبِهَا.

Janganlah kalian mencaci angin: Yakni jangan mencela dan melaknatnya karena terkena bahaya yang disebabkan olehnya.

فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُونَ: أَيْ: مِنَ الرِّيحِ إِمَّا شِدَّةَ حَرِّهَا أَوْ بَرْدِهَا أَوْ قُوَّتِهَا.

Jika kalian melihat sesuatu yang tidak disukai: Yakni dari angin, baik karena panasnya yang sangat, dinginnya, atau kekuatannya.

فَقُولُوا اللَّهُمَّ ... إِلَخْ: رُجُوعٌ إِلَى خَالِقِهَا وَمُدَبِّرِهَا بِسُؤَالِهِ خَيْرَهَا

Maka katakanlah Allahumma ... dst: kembali kepada Pencipta dan Pengaturnya dengan memohon kebaikan-Nya

_________
(١) أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٢٥٣"، وَأَحْمَدُ "٥/١٢٣".
(1) Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dengan nomor "2253", dan Ahmad "5/123".

وَدَفْعَ شَرِّهَا.

Dan menolak keburukannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَنْهَى –ﷺ عَنْ سَبِّ الرِّيحِ؛ لِأَنَّهَا مَخْلُوقَةٌ مَأْمُورَةٌ مِنَ اللهِ، فَسَبُّهَا سَبٌّ لِلَّهِ وَتَسَخُّطٌ لِقَضَائِهِ، ثُمَّ أَرْشَدَ –ﷺ إِلَى الرُّجُوعِ إِلَى خَالِقِهَا بِسُؤَالِهِ مِنْ خَيْرِهَا وَالِاسْتِعَاذَةِ بِهِ مِنْ شَرِّهَا؛ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنَ الْعُبُودِيَّةِ لِلَّهِ –تَعَالَى- وَذَلِكَ هُوَ حَالُ أَهْلِ التَّوْحِيدِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ melarang mencela angin; karena ia adalah makhluk yang diperintah oleh Allah, maka mencelanya adalah mencela Allah dan tidak ridha dengan ketetapan-Nya, kemudian Nabi –ﷺ membimbing untuk kembali kepada Penciptanya dengan memohon kebaikan darinya dan berlindung kepada-Nya dari keburukannya; karena di dalamnya terdapat penghambaan kepada Allah –Ta'ala- dan itulah keadaan ahli tauhid.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ سَبِّ الرِّيحِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat larangan mencela angin.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنْ سَبِّ الرِّيحِ؛ لِأَنَّهَا خَلْقٌ مُدَبَّرٌ فَيَرْجِعُ السَّبُّ إِلَى خَالِقِهَا وَمُدَبِّرِهَا.

1- Larangan mencela angin; karena ia adalah makhluk yang diatur maka celaan itu kembali kepada Pencipta dan Pengaturnya.

٢- الرُّجُوعُ إِلَى اللهِ وَالِاسْتِعَاذَةُ بِهِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.

2- Kembali kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari keburukan apa yang Dia ciptakan.

٣- أَنَّ الرِّيحَ تَكُونُ مَأْمُورَةً بِالْخَيْرِ وَتَكُونُ مَأْمُورَةً بِالشَّرِّ.

3- Bahwa angin terkadang diperintahkan dengan kebaikan dan terkadang diperintahkan dengan keburukan.

٤- الْإِرْشَادُ إِلَى الْكَلَامِ النَّافِعِ إِذَا رَأَى الْإِنْسَانُ مَا يَكْرَهُ لِلسَّلَامَةِ مِنْ شَرِّهِ.

4- Petunjuk kepada perkataan yang bermanfaat jika seseorang melihat apa yang dia benci untuk keselamatan dari keburukannya.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَظُنُّونَ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ﴾ الآيَةُ.

Bab firman Allah Ta'ala: "Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah: 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.'" Ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِم مَّا لاَ يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحَّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آل عمران: ١٥٤] .

Sempurnanya ayat: "Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.' Katakanlah: 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." [Ali 'Imran: 154].

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: التَّنْبِيهُ عَلَى أَنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللهِ مِنْ وَاجِبَاتِ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّ سُوءَ الظَّنِّ بِاللهِ يُنَافِي التَّوْحِيدَ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: Peringatan bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah bagian dari kewajiban tauhid, dan buruk sangka kepada Allah bertentangan dengan tauhid.

يَظُنُّونَ: أَيْ: الْمُنَافِقُونَ، وَالظَّنُّ فِي الْأَصْلِ -خِلَافُ الْيَقِينِ.

Mereka menyangka: yaitu orang-orang munafik, dan prasangka pada dasarnya adalah lawan dari keyakinan.

غَيْرَ الْحَقِّ: أَيْ: غَيْرَ الظَّنِّ الْحَقِّ.

Selain yang benar: yaitu selain prasangka yang benar.

ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ: بَدَلٌ مِنْ "غَيْرَ الْحَقِّ" أَيْ: الظَّنُّ الْمَنْسُوبُ إِلَى أَهْلِ الْجَهْلِ حَيْثُ اعْتَقَدُوا أَنَّ اللهَ لَا يَنْصُرُ رَسُولَهُ وَالْمُرَادُ بِالْجَاهِلِيَّةِ مَا قَبْلَ الْإِسْلَامِ.

Prasangka jahiliyah: pengganti dari "selain yang benar", yaitu: prasangka yang dinisbatkan kepada orang-orang bodoh di mana mereka meyakini bahwa Allah tidak menolong Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan jahiliyah adalah masa sebelum Islam.

يَقُولُونَ: بَدَلٌ مِنْ "يَظُنُّونَ".

Mereka berkata: pengganti dari "mereka menyangka".

هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ: اسْتِفْهَامٌ بِمَعْنَى النَّفْيِ أَيْ: مَا لَنَا مِنَ النَّصْرِ وَالظَّفَرِ نَصِيبٌ قَطّ. أَوْ قَدْ مُنِعْنَا مِنْ تَدْبِيرِ أَنْفُسِنَا فَلَمْ يَبْقَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ.

Apakah ada bagi kami bagian dalam urusan ini?: pertanyaan yang bermakna penafian, yaitu: kami sama sekali tidak memiliki bagian dalam pertolongan dan kemenangan. Atau kami telah dilarang untuk mengatur diri kami sendiri sehingga tidak tersisa bagi kami sedikitpun dari urusan ini.

قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ: أَيْ: لَيْسَ لَكُمْ وَلَا لِغَيْرِكُمْ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ بَلْ

Katakanlah sesungguhnya urusan itu seluruhnya milik Allah: yaitu: kalian dan selain kalian tidak memiliki bagian sedikitpun dalam urusan ini, tetapi

الأَمْرُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَهُوَ الَّذِي لَا رَادَّ لِمَا شَاءَهُ وَأَرَادَهُ.

Semua urusan adalah milik Allah, Dialah yang tidak ada yang dapat menolak apa yang Dia kehendaki dan inginkan.

يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِمْ: أَيْ: مِنَ الْإِنكَارِ وَالتَّكْذِيبِ.

Mereka menyembunyikan dalam diri mereka: yaitu: pengingkaran dan pendustaan.

مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ: أَيْ: غَيْرَ الَّذِي يُظْهِرُونَ لَكَ مِنَ الْإِيمَانِ وَطَلَبِ الِاسْتِرْشَادِ.

Apa yang tidak mereka nyatakan kepadamu: yaitu: selain dari apa yang mereka tunjukkan kepadamu berupa keimanan dan permintaan petunjuk.

وَبَقِيَّةُ الْمُفْرَدَاتِ تَقَدَّمَ شَرْحُهَا فِي بَابِ مَا جَاءَ فِي اللَّوْ.

Penjelasan sisa kosakata telah dibahas sebelumnya pada bab tentang law (seandainya).

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ تَعَالَى عَمَّا حَصَلَ مِنَ الْمُنَافِقِينَ يَوْمَ أُحُدٍ أَنَّهُمْ ظَنُّوا بِاللَّهِ الظَّنَّ الْبَاطِلَ، وَأَنَّهُ لَا يَنصُرُ رَسُولَهُ، وَأَنَّ أَمْرَهُ سَيَضْمَحِلُّ، وَأَنَّ الْأَمْرَ لَوْ كَانَ إِلَيْهِمْ وَكَانَ الرَّسُولُ ﷺ وَأَصْحَابُهُ تَبَعًا لَهُمْ يَسْمَعُونَ مِنْهُمْ؛ لَمَا أَصَابَهُمُ الْقَتْلُ، وَلَكَانَ النَّصْرُ وَالظَّفَرُ لَهُمْ؛ فَأَكْذَبَهُمُ اللَّهُ ﷿ فِي هَذَا الظَّنِّ، وَبَيَّنَ أَنَّهُ لَا يَكُونُ وَلَا يَحْدُثُ إِلَّا مَا سَبَقَ بِهِ قَضَاؤُهُ وَقَدَرُهُ وَجَرَى بِهِ كِتَابُهُ السَّابِقُ وَأَنَّهُ لَا رَادَّ لِقَضَائِهِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengabarkan tentang apa yang terjadi pada orang-orang munafik pada hari Uhud, bahwa mereka berprasangka buruk terhadap Allah, bahwa Dia tidak akan menolong Rasul-Nya, bahwa urusan-Nya akan lenyap, dan bahwa seandainya urusan itu di tangan mereka dan Rasulullah ﷺ serta para sahabatnya mengikuti mereka dan mendengarkan mereka; niscaya mereka tidak akan tertimpa pembunuhan, dan kemenangan serta keberhasilan akan menjadi milik mereka; maka Allah ﷿ mendustakan mereka dalam prasangka ini, dan menjelaskan bahwa tidak akan terjadi dan tidak akan ada kecuali apa yang telah ditetapkan oleh qadha' dan qadar-Nya serta telah tertulis dalam kitab-Nya yang terdahulu dan bahwa tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- أَنَّ مَنْ ظَنَّ أَنَّ اللهَ يُدِيلُ الْبَاطِلَ عَلَى الْحَقِّ إِدَالَةً مُسْتَمِرَّةً يَضْمَحِلُّ مَعَهَا الْحَقُّ اضْمِحْلَالًا لَا يَقُومُ بَعْدَهُ فَقَدْ ظَنَّ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ.

1- Bahwa siapa yang menyangka Allah membiarkan kebatilan mengalahkan kebenaran secara terus-menerus sehingga kebenaran lenyap dan tidak bangkit lagi, maka sungguh ia telah berprasangka kepada Allah dengan prasangka yang tidak benar, prasangka jahiliyah.

٢- إِثْبَاتُ الْحِكْمَةِ فِيمَا يُجْرِيهِ اللهُ مِنْ ظُهُورِ الْبَاطِلِ أَحْيَانًا.

2- Menetapkan hikmah pada apa yang Allah jalankan berupa munculnya kebatilan terkadang.

٣- بَيَانُ خُبْثِ طَوِيَّةِ الْمُنَافِقِينَ، وَأَنَّهُمْ عِنْدَ الشَّدَائِدِ يَظْهَرُ مَا عِنْدَهُمْ مِنَ النِّفَاقِ.

3- Menjelaskan buruknya niat orang-orang munafik, dan bahwa mereka saat menghadapi kesulitan akan tampak apa yang ada pada mereka berupa kemunafikan.

٤- إِثْبَاتُ الْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ.

4- Menetapkan qadha' dan qadar.

٥- وُجُوبُ تَنْزِيهِ اللهِ عَمَّا لَا يَلِيقُ بِهِ سُبْحَانَهُ.

5- Wajibnya mensucikan Allah dari apa yang tidak layak bagi-Nya subhanahu.

٦- وُجُوبُ حُسْنِ الظَّنِّ بِاللهِ تَعَالَى.

6- Wajibnya berprasangka baik kepada Allah Ta'ala.

* * *

* * *

وَقَوْلُهُ: ﴿الظَّانِّينَ بِاللهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ﴾ الآيَةُ.

Dan firman-Nya: "Orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapatkan balasan yang buruk," ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيرًا﴾ [الفتح: ٦] .

Lengkapnya ayat: "Dan Allah murka terhadap mereka, melaknat mereka dan menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan neraka itu seburuk-buruk tempat kembali." [Al-Fath: 6].

الظَّانِّينَ: أَيِ: المُسِيئِينَ الظَّنَّ بِاللهِ مِنَ المُنَافِقِينَ وَالمُنَافِقَاتِ.

Azh-zhaanniin: Yaitu: Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk kepada Allah.

ظَنَّ السَّوْءِ: بِفَتْحِ السِّينِ وَضَمِّهَا، أَيْ: ظَنَّ الأَمْرِ السَّوْءِ وَهُوَ: أَنْ لَا يَنْصُرَ رَسُولَهُ وَالمُؤْمِنِينَ.

Zhanna as-sau'i: Dengan fathah pada huruf sin dan dhammah, yaitu: Prasangka terhadap perkara yang buruk, yaitu: Bahwa Allah tidak akan menolong Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.

عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ: أَيْ: دَائِرَةُ العَذَابِ وَالذُّلِّ لَازِمَةٌ لَهُمْ لَا تَتَخَطَّاهُمْ.

'Alaihim daa'iratu as-sau'i: Yaitu: Lingkaran azab dan kehinaan yang menimpa mereka, tidak melewati mereka.

وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ: أَيْ: سَخِطَ عَلَيْهِمْ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ.

Wa ghadhiba Allahu 'alaihim wa la'anahum: Yaitu: Allah murka kepada mereka dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.

وَأَعَدَّ لَهُمْ: أَيْ: هَيَّأَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ.

Wa a'adda lahum: Yaitu: Allah menyiapkan bagi mereka di akhirat.

جَهَنَّمَ: أَيِ: النَّارَ الشَّدِيدَةَ العَذَابِ.

Jahannama: Yaitu: Neraka yang sangat pedih siksaannya.

وَسَاءَتْ مَصِيرًا: أَيْ: مَنْزِلًا يَصِيرُونَ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ.

Wa saa'at mashiiraa: Yaitu: Seburuk-buruk tempat kembali yang mereka tuju pada hari Kiamat.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَقُولُ تَعَالَى: عَلَى الَّذِينَ يَتَّهِمُونَ اللهَ فِي حُكْمِهِ، وَيَظُنُّونَ أَنَّهُ لَا يَنْصُرُ رَسُولَهُ –ﷺ وَأَصْحَابَهُ وَأَتْبَاعَهُ، -عَلَى أَعْدَائِهِمْ- دَائِرَةُ الْعَذَابِ وَأَبْعَدَهُمُ اللهُ مِنْ رَحْمَتِهِ، وَهَيَّأَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ نَارًا يَصِيرُونَ إِلَيْهَا هِيَ شَرُّ مَا يُصَارُ إِلَيْهِ.

Makna keseluruhan ayat: Allah berfirman: Bagi orang-orang yang menuduh Allah dalam hukum-Nya, dan menyangka bahwa Dia tidak akan menolong Rasul-Nya –ﷺ, para sahabatnya, dan pengikutnya, -atas musuh-musuh mereka- adalah lingkaran azab dan Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya, dan Dia menyiapkan bagi mereka di akhirat api neraka yang mereka akan memasukinya, itulah seburuk-buruk tempat kembali.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهَا أَنَّ مَنْ ظَنَّ أَنَّ اللهَ لَا يَنْصُرُ حِزْبَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ فَقَدْ ظَنَّ بِهِ ظَنَّ السُّوءِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat bahwa barangsiapa yang menyangka bahwa Allah tidak akan menolong golongan-Nya atas musuh-musuh mereka, maka sungguh dia telah berprasangka buruk kepada-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

١- التَّحْذِيرُ مِنْ سُوءِ الظَّنِّ بِاللهِ وَوُجُوبُ حُسْنِ الظَّنِّ بِهِ.

1- Peringatan untuk tidak berprasangka buruk kepada Allah dan kewajiban untuk berprasangka baik kepada-Nya.

٢- أَنَّ مَنْ ظَنَّ أَنَّ اللهَ لَا يَنْصُرُ رَسُولَهُ وَدِينَهُ فَقَدْ ظَنَّ بِهِ ظَنَّ السُّوءِ.

2- Barangsiapa yang mengira bahwa Allah tidak akan menolong Rasul-Nya dan agama-Nya, maka sungguh dia telah berprasangka buruk kepada-Nya.

٣- وَصْفُ اللهِ بِأَنَّهُ يَغْضَبُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَيَلْعَنُهُمْ.

3- Sifat Allah bahwa Dia murka terhadap musuh-musuh-Nya dan melaknat mereka.

٤- بَيَانُ عَاقِبَةِ الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ.

4- Penjelasan tentang akibat bagi orang-orang kafir dan munafik.

* * *

* * *

قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ –رَحِمَهُ اللهُ فِي الْآيَةِ الْأُولَى: "فُسِّرَ هَذَا الظَّنُّ بِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ لَا يَنْصُرُ رَسُولَهُ، وَأَنَّ أَمْرَهُ سَيَضْمَحِلُّ، وَأَنَّ مَا أَصَابَهُمْ لَمْ يَكُنْ بِقَدَرِ اللهِ وَحِكْمَتِهِ، فَفُسِّرَ بِإِنْكَارِ الْحِكْمَةِ، وَإِنْكَارِ الْقَدَرِ، وَإِنْكَارِ أَنْ يُتِمَّ أَمْرَ رَسُولِهِ وَأَنْ يُظْهِرَهُ اللهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ. وَهَذَا هُوَ ظَنُّ السُّوءِ الَّذِي ظَنَّهُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُشْرِكُونَ فِي سُورَةِ الْفَتْحِ، وَإِنَّمَا كَانَ هَذَا ظَنَّ السُّوءِ؛ لِأَنَّهُ ظَنٌّ غَيْرُ مَا يَلِيقُ بِهِ سُبْحَانَهُ وَمَا يَلِيقُ بِحِكْمَتِهِ وَحَمْدِهِ وَوَعْدِهِ الصَّادِقِ.

Ibnu Qayyim –semoga Allah merahmatinya– berkata tentang ayat pertama: "Prasangka ini ditafsirkan bahwa Allah سبحانه tidak akan menolong Rasul-Nya, bahwa urusan beliau akan lenyap, dan bahwa apa yang menimpa mereka bukanlah dengan takdir dan hikmah Allah. Maka ini ditafsirkan sebagai pengingkaran terhadap hikmah, pengingkaran terhadap takdir, dan pengingkaran bahwa Allah akan menyempurnakan urusan Rasul-Nya dan menampakkannya di atas semua agama. Inilah prasangka buruk yang disangkakan oleh orang-orang munafik dan musyrik dalam surah Al-Fath. Ini adalah prasangka buruk karena merupakan prasangka yang tidak layak bagi Allah سبحانه dan tidak sesuai dengan hikmah, pujian, serta janji-Nya yang benar."

فَمَنْ ظَنَّ أَنَّهُ يُدِيلُ الْبَاطِلَ عَلَى الْحَقِّ إِدَالَةً مُسْتَقِرَّةً يَضْمَحِلُّ مَعَهَا الْحَقُّ، أَوْ أَنْكَرَ أَنْ يَكُونَ مَا جَرَى بِقَضَائِهِ وَقَدَرِهِ، أَوْ أَنْكَرَ أَنْ يَكُونَ قَدَّرَهُ بِحِكْمَةٍ بَالِغَةٍ يَسْتَحِقُّ عَلَيْهَا الْحَمْدَ، بَلْ زَعَمَ أَنَّ ذَلِكَ لِمَشِيئَةٍ مُجَرَّدَةٍ، فَـ ﴿ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ﴾ [سورة ص: ٢٧] . وَأَكْثَرُ النَّاسِ يَظُنُّونَ بِاللهِ ظَنَّ السُّوءِ فِيمَا يَخْتَصُّ بِهِمْ، وَفِيمَا يَفْعَلُهُ بِغَيْرِهِمْ، وَلَا يَسْلَمُ مِنْ ذَلِكَ إِلَّا مَنْ عَرَفَ اللهَ وَأَسْمَاءَهُ وَصِفَاتِهِ وَمُوجِبَ حِكْمَتِهِ وَحَمْدِهِ وَوَعْدِهِ الصَّادِقِ.

Barangsiapa yang mengira bahwa dia dapat memenangkan kebatilan atas kebenaran dengan kemenangan yang mapan yang dengannya kebenaran itu lenyap, atau mengingkari bahwa apa yang terjadi adalah dengan qadha' dan qadar-Nya, atau mengingkari bahwa Dia mentakdirkannya dengan hikmah yang sempurna yang karenanya Dia berhak mendapat pujian, bahkan dia mengklaim bahwa hal itu karena kehendak yang murni, maka ﴿Itu adalah persangkaan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka﴾ [Surat Shad: 27]. Kebanyakan manusia berprasangka buruk kepada Allah dalam hal yang khusus bagi mereka, dan dalam apa yang Dia lakukan terhadap selain mereka. Dan tidak selamat dari hal itu kecuali orang yang mengenal Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, konsekuensi hikmah-Nya, pujian-Nya, dan janji-Nya yang benar.

فَلْيَعْتَنِ اللَّبِيبُ النَّاصِحُ لِنَفْسِهِ بِهَذَا، وَلْيَتُبْ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرْهُ مِنْ ظَنِّهِ بِرَبِّهِ ظَنَّ السُّوءِ.

Maka hendaklah orang yang berakal dan menasihati dirinya sendiri memperhatikan hal ini, dan hendaklah dia bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya dari prasangka buruknya terhadap Tuhannya.

وَلَوْ فَتَّشْتَ مَنْ فَتَّشْتَ لَرَأَيْتَ عِنْدَهُ تَعَنُّتًا عَلَى الْقَدَرِ وَمَلَامَةً لَهُ، وَأَنَّهُ كَانَ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ كَذَا وَكَذَا، فَمُسْتَقِلٌّ وَمُسْتَكْثِرٌ، وَفَتِّشْ نَفْسَكَ هَلْ أَنْتَ سَالِمٌ؟

Seandainya engkau memeriksa siapa pun yang engkau periksa, niscaya engkau akan melihat pada dirinya sikap keras kepala terhadap takdir dan mencela-Nya, dan bahwa seharusnya begini dan begitu, ada yang menganggap sedikit dan ada yang menganggap banyak. Maka periksalah dirimu, apakah engkau selamat?

فَإِنْ تَنْجُ مِنْهَا تَنْجُ مِنْ ذِي عَظِيمَةٍ

Jika kamu selamat darinya, kamu selamat dari sesuatu yang besar

وَإِلَّا فَإِنِّي لَا إِخَالُكَ نَاجِيًا

Jika tidak, maka aku tidak mengira kamu akan selamat

ــ

ــ

قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ: أَيْ: فِي زَادِ الْمَعَادِ فِي الْكَلَامِ عَلَى مَا تَضَمَّنَتْهُ وَقْعَةُ أُحُدٍ، وَمُنَاسَبَةُ ذِكْرِ كَلَامِهِ هُنَا تَوْضِيحُ مَعْنَى الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ.

Ibnu Qayyim berkata: Yaitu: dalam Zaad Al-Ma'ad dalam pembahasan tentang apa yang terkandung dalam peristiwa Uhud, dan kesesuaian penyebutan perkataannya di sini adalah untuk menjelaskan makna ayat yang mulia.

فُسِّرَ هَذَا الظَّنُّ: أَيِ الْمَذْكُورُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿يَظُنُّونَ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ﴾ [آل عمران: ١٥٤] .

Prasangka ini ditafsirkan: yaitu yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala: ﴿Mereka menyangka kepada Allah dengan sangkaan yang tidak benar﴾ [Ali 'Imran: 154].

سَيَضْمَحِلُّ: أَيْ: يَذْهَبُ وَيَتَلَاشَى حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ أَثَرٌ. وَالِاضْمِحْلَالُ: ذَهَابُ الشَّيْءِ.

Akan lenyap: yaitu: hilang dan musnah hingga tidak tersisa jejaknya. Al-idmihlal: hilangnya sesuatu.

فَفُسِّرَ: أَيْ: فُسِّرَ هَذَا الظَّنُّ بِثَلَاثَةِ تَفَاسِيرَ.

Maka ditafsirkan: yaitu: prasangka ini ditafsirkan dengan tiga penafsiran.

بِإِنْكَارِ الْحِكْمَةِ: أَيْ: أَنَّ مَا أَجْرَاهُ فِي وَقْعَةِ أُحُدٍ لَمْ يَكُنْ لِحِكْمَةٍ بَالِغَةٍ وَهِيَ الَّتِي أَشَارَ إِلَيْهَا بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلِيَبْتَلِيَ اللهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آل عمران: ١٥٤] .

Dengan mengingkari hikmah: yaitu: bahwa apa yang Dia lakukan dalam peristiwa Uhud bukanlah untuk suatu hikmah yang sempurna, yaitu yang diisyaratkan oleh firman-Nya: ﴿Dan agar Allah menguji apa yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati﴾ [Ali 'Imran: 154].

وَإِنْكَارِ الْقَدَرِ: أَيْ: أَنَّهُمْ لَوْ أَطَاعُونَا وَلَمْ يَخْرُجُوا مَا قُتِلُوا.

Dan mengingkari takdir: yaitu: seandainya mereka menaati kita dan tidak keluar, niscaya mereka tidak akan terbunuh.

وَإِنْكَارُ أَنْ يَتِمَّ أَمْرُ رَسُولِهِ: حَيْثُ ظَنُّوا أَنَّ الْمُشْرِكِينَ لَمَّا ظَهَرُوا تِلْكَ السَّاعَةَ أَنَّهَا الْفَاصِلَةُ وَأَنَّ الْإِسْلَامَ قَدْ بَادَ أَهْلُهُ.

Dan mengingkari bahwa perintah Rasul-Nya akan terlaksana: di mana mereka mengira bahwa ketika orang-orang musyrik muncul pada saat itu, itulah penentunya dan Islam telah binasa para pemeluknya.

فِي سُورَةِ الْفَتْحِ: أَيْ: الظَّنُّ الَّذِي ذَكَرَهُ اللهُ عَنِ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُشْرِكِينَ فِي سُورَةِ الْفَتْحِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿... الظَّانِّينَ بِاللهِ ظَنَّ السَّوْءِ ...﴾ [الْفَتْحِ: ٦] .

Dalam surah Al-Fath: yaitu prasangka yang Allah sebutkan tentang orang-orang munafik dan musyrik dalam surah Al-Fath dalam firman-Nya: "... orang-orang yang menyangka terhadap Allah dengan sangkaan yang buruk ..." [Al-Fath: 6].

يُدِيلُ الْبَاطِلَ: أَيْ: يَجْعَلُ لَهُ الدَّوْلَةَ وَالْغَلَبَةَ.

Memenangkan kebatilan: yaitu: menjadikannya memiliki kekuasaan dan kemenangan.

تَعَنُّتًا عَلَى الْقَدَرِ: أَيْ: اعْتِرَاضًا وَافْتِرَاضًا عَلَيْهِ.

Keberatan terhadap takdir: yaitu: keberatan dan asumsi terhadapnya.

فَمُسْتَقِلٌّ وَمُسْتَكْثِرٌ: أَيْ: مِنْ هَذَا الِاعْتِرَاضِ عَلَى الْقَدَرِ.

Ada yang sedikit dan ada yang banyak: yaitu: dari keberatan terhadap takdir ini.

فَإِنْ تَنْجُ مِنْهَا: أَيْ: مِنْ هَذِهِ الخِصْلَةِ.

Jika kamu selamat darinya: yaitu: dari sifat ini.

تَنْجُ مِنْ ذِي عَظِيمَةٍ: أَيْ: مِنْ أَمْرٍ ذِي مُصِيبَةٍ عَظِيمَةٍ.

Kamu akan selamat dari yang besar: yaitu: dari perkara yang memiliki musibah yang besar.

إِخَالُكَ: بِكَسْرِ الهَمْزَةِ أَيْ أَظُنُّكَ.

Saya mengiramu: dengan mengkasrahkan hamzah yaitu saya menyangkamu.

نَاجِيًا: مِنَ الاِعْتِرَاضِ عَلَى القَدَرِ.

Selamat: dari keberatan terhadap takdir.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي مُنْكِرِي الْقَدَرِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي مُنْكِرِي الْقَدَرِ

Bab tentang apa yang datang mengenai pengingkar takdir

وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: "وَالَّذِي نَفْسُ ابْنِ عُمَرَ بِيَدِهِ؛ لَوْ كَانَ لِأَحَدِهِمْ مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا، ثُمَّ أَنْفَقَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ: مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ". ثُمَّ اسْتَدَلَّ بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: "الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ" (١) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Ibnu Umar berkata: "Demi Dzat yang jiwa Ibnu Umar berada di tangan-Nya; seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, kemudian dia menginfakkannya di jalan Allah, Allah tidak akan menerimanya sampai dia beriman kepada takdir." Kemudian dia berdalil dengan sabda Nabi ﷺ: "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk." (1) Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّهُ لَمَّا كَانَ تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ لَا يَتِمُّ إِلَّا بِإِثْبَاتِ الْقَدَرِ، وَالْإِيمَانِ بِهِ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ مَا جَاءَ فِي الْوَعِيدِ فِي إِنْكَارِهِ؛ تَنْبِيهًا عَلَى وُجُوبِ الْإِيمَانِ بِهِ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab Tauhid: Bahwa ketika tauhid rububiyah tidak sempurna kecuali dengan menetapkan takdir dan beriman kepadanya, penulis menyebutkan ancaman yang datang bagi yang mengingkarinya; sebagai peringatan akan wajibnya beriman kepadanya.

مَا جَاءَ فِي مُنْكِرِي الْقَدَرِ: أَيْ: مِنَ الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ. وَالْقَدَرُ: بِفَتْحِ الْقَافِ وَالدَّالِ: مَا يُقَدِّرُهُ اللهُ مِنَ الْقَضَاءِ وَمَا يَجْرِي فِي الْكَوْنِ.

Apa yang datang mengenai pengingkar takdir: Yaitu ancaman yang keras. Al-Qadar dengan fathah pada huruf qaf dan dal adalah apa yang Allah tetapkan dari ketetapan dan apa yang terjadi di alam semesta.

أُحُدٌ: بِضَمَّتَيْنِ جَبَلٌ بِقُرْبِ مَدِينَةِ النَّبِيِّ ﷺ مِنْ جِهَةِ الشَّامِ.

Uhud: Dengan dua dhammah, gunung di dekat kota Nabi ﷺ dari arah Syam.

ثُمَّ اسْتَدَلَّ بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: أَيْ: لَمَّا سَأَلَهُ جِبْرِيلُ عَنِ الْإِيمَانِ. وَوَجْهُ الِاسْتِدْلَالِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ عَدَّ الْإِيمَانَ بِالْقَدَرِ مِنْ أَرْكَانِ الْإِيمَانِ فَمَنْ أَنْكَرَهُ لَمْ يَكُنْ مُؤْمِنًا مُتَّقِيًا وَاللهُ لَا يَقْبَلُ إِلَّا مِنَ الْمُتَّقِينَ.

Kemudian ia menggunakan dalil dari perkataan Nabi ﷺ: yaitu: ketika Jibril bertanya kepadanya tentang iman. Sisi pengambilan dalilnya adalah: bahwa Nabi ﷺ menghitung iman kepada qadar sebagai salah satu rukun iman, maka barangsiapa yang mengingkarinya tidaklah menjadi seorang mukmin yang bertakwa, dan Allah tidak menerima kecuali dari orang-orang yang bertakwa.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٨" وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٦٩٥"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٦١٣"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٦٣".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "8", Abu Dawud dengan nomor "4695", At-Tirmidzi dengan nomor "2613", dan Ibnu Majah dengan nomor "63".

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ –﵄ لَمَّا بَلَغَهُ أَنَّ قَوْمًا يُنْكِرُونَ القَدَرَ، بَيَّنَ أَنَّهُمْ بِهَذَا الاِعْتِقَادِ الفَاسِدِ قَدْ خَرَجُوا مِنَ الدِّينِ؛ حَيْثُ أَنْكَرُوا أَصْلًا مِنْ أُصُولِهِ، وَاسْتَدَلَّ عَلَى ذَلِكَ بِحَدِيثِ الرَّسُولِ –ﷺ الَّذِي وَرَدَ فِيهِ أَنَّ الإِيمَانَ بِالقَدَرِ أَحَدُ أَرْكَانِ الإِيمَانِ السِّتَّةِ الَّتِي يَجِبُ الإِيمَانُ بِهَا جَمِيعًا؛ فَمَنْ جَحَدَ بَعْضَهَا فَهُوَ كَافِرٌ بِالجَمِيعِ.

Makna keseluruhan dari atsar: bahwa Abdullah bin Umar –﵄ ketika sampai kepadanya bahwa suatu kaum mengingkari takdir, ia menjelaskan bahwa mereka dengan keyakinan yang rusak ini telah keluar dari agama; di mana mereka mengingkari salah satu dari pokok-pokoknya, dan ia berdalil atas hal itu dengan hadits Rasulullah –ﷺ yang di dalamnya disebutkan bahwa iman kepada takdir adalah salah satu dari enam rukun iman yang wajib diimani semuanya; maka barangsiapa yang mengingkari sebagiannya maka ia kafir terhadap semuanya.

مُنَاسَبَةُ الأَثَرِ لِلْبَابِ: بَيَانُ حُكْمِ مُنْكِرِي القَدَرِ.

Kesesuaian atsar dengan bab: penjelasan hukum orang-orang yang mengingkari takdir.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- أَنَّ إِنْكَارَ القَدَرِ كُفْرٌ.

1- Bahwa mengingkari takdir adalah kekufuran.

٢- أَنَّ الأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ لَا تُقْبَلُ إِلَّا مِنَ المُؤْمِنِ.

2- Bahwa amalan-amalan saleh tidak diterima kecuali dari orang mukmin.

٣- الاِسْتِدْلَالُ عَلَى الأَحْكَامِ مِنَ الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ.

3- Berdalil terhadap hukum-hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah.

* * *

* * *

وَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ: أَنَّهُ قَالَ لِابْنِهِ: يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ، فَقَالَ: رَبِّ، وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ". يَا بُنَيَّ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: "مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي".

Dari 'Ubadah bin Ash-Shamit: bahwa ia berkata kepada anaknya: "Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan merasakan manisnya iman hingga engkau mengetahui bahwa apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan menimpamu. Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: 'Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berfirman kepadanya: Tulislah! Pena itu menjawab: Wahai Tuhanku, apa yang harus aku tulis? Allah berfirman: Tulislah takdir segala sesuatu hingga hari Kiamat tiba.' Wahai anakku, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: 'Barangsiapa meninggal tidak di atas keyakinan ini, maka ia bukan dari golonganku.'"

وَفِي رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ، فَجَرَى فِي تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".

Dalam riwayat Ahmad: "Sesungguhnya yang pertama kali Allah ﷻ ciptakan adalah pena, lalu Dia berfirman kepadanya: Tulislah! Maka pena itu pun menuliskan pada saat itu juga apa yang akan terjadi hingga hari Kiamat."

وَفِي رِوَايَةٍ لِابْنِ وَهْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "فَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ؛ أَحْرَقَهُ اللَّهُ بِالنَّارِ".

Dalam riwayat Ibnu Wahb, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa tidak beriman kepada takdir, baik dan buruknya, niscaya Allah akan membakarnya dengan api neraka."

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ:

Catatan kaki:

١- قَالَ لِابْنِهِ: هُوَ: الْوَلِيدُ بْنُ عُبَادَةَ، وُلِدَ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ مِنْ كِبَارِ التَّابِعِينَ، وَمَاتَ بَعْدَ السَّبْعِينَ ﵀.

1- Ia berkata kepada anaknya: Dia adalah Al-Walid bin 'Ubadah, lahir pada masa Nabi ﷺ dan termasuk senior Tabi'in, wafat setelah tahun 70 H.

٢- ابْنُ وَهْبٍ: هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ مُسْلِمٍ المِصْرِيُّ الثِّقَةُ الفَقِيهُ صَاحِبُ مَالِكٍ وُلِدَ سَنَةَ ١٢٥هـ تُوُفِّيَ سَنَةَ ١٩٧هـ ﵀.

2- Ibnu Wahb: Dia adalah Abdullah bin Wahb bin Muslim Al-Mishri Ats-Tsiqah Al-Faqih, sahabat Malik. Lahir pada tahun 125 H dan wafat pada tahun 197 H, rahimahullah.

طَعْمُ الإِيمَانِ: أَيْ: حَلَاوَتُهُ؛ فَإِنَّ لَهُ حَلَاوَةً وَطَعْمًا مَنْ ذَاقَهُمَا تَسَلَّى عَنِ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا.

Kenikmatan iman: Yaitu manisnya iman; karena iman memiliki rasa manis dan kenikmatan yang jika seseorang telah merasakannya, maka ia akan terhibur dari dunia dan apa yang ada di dalamnya.

مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ... إِلَخْ: أَيْ: أَنَّ مَا قُدِّرَ عَلَيْكَ مِنَ الخَيْرِ وَالشَّرِّ فَلَنْ يَتَجَاوَزَكَ وَمَا لَمْ يُقَدَّرْ عَلَيْكَ فَلَنْ يُصِيبَكَ.

Apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu ... dst.: Artinya, apa yang telah ditakdirkan atasmu berupa kebaikan dan keburukan tidak akan melewatimu, dan apa yang tidak ditakdirkan atasmu tidak akan menimpamu.

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ... إلخ: هَذَا اسْتِدْلَالٌ مِنْ عُبَادَةَ عَلَى مَا سَبَقَ.

Aku mendengar Rasulullah ... dst: Ini adalah istidlal (pengambilan dalil) dari 'Ubadah atas apa yang telah lalu.

إنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ: أَيْ: هُوَ أَوَّلُ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللهُ قَبْلَ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَيْسَ هُوَ أَوَّلَ الْمَخْلُوقَاتِ مُطْلَقًا.

Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam: Yakni, ia adalah sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi, dan ia bukanlah makhluk pertama secara mutlak.

مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا: أَيْ: عَلَى غَيْرِ الْإِيمَانِ بِالْقَدَرِ.

Barangsiapa yang mati tidak di atas ini: Yakni, tidak di atas iman kepada qadar.

فَلَيْسَ مِنِّي: أَيْ: أَنَا بَرِيءٌ مِنْهُ؛ لِأَنَّهُ مُنْكِرٌ لِعِلْمِ اللهِ الْقَدِيمِ بِأَفْعَالِ الْعِبَادِ وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ فَهُوَ كَافِرٌ.

Maka ia bukan bagian dariku: Yakni, aku berlepas diri darinya; karena ia mengingkari ilmu Allah yang qadim tentang perbuatan hamba, dan barangsiapa demikian maka ia kafir.

مَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِالْقَدَرِ: أَيْ: بِمَا قَدَّرَهُ اللهُ وَقَضَاهُ فِي خَلْقِهِ.

Barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar: Yakni, kepada apa yang Allah tetapkan dan putuskan pada ciptaan-Nya.

أَحْرَقَهُ اللهُ بِالنَّارِ: لِكُفْرِهِ وَبِدْعَتِهِ؛ لِأَنَّهُ جَحَدَ قُدْرَةَ اللهِ التَّامَّةَ وَمَشِيئَتَهُ النَّافِذَةَ وَخَلْقَهُ لِكُلِّ شَيْءٍ وَكَذَّبَ بِكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ.

Allah membakarnya dengan api neraka: Karena kekufuran dan bid'ahnya; karena ia mengingkari qudrah (kekuasaan) Allah yang sempurna, kehendak-Nya yang berlaku, penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan mendustakan kitab-kitab-Nya serta para rasul-Nya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ –﵁ يُوصِي ابْنَهُ الْوَلِيدَ بِالْإِيمَانِ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَيُبَيِّنُ لَهُ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى الْإِيمَانِ بِهِ مِنَ الثِّمَرَاتِ الطَّيِّبَةِ وَالنَّتَائِجِ الْحَسَنَةِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى إِنْكَارِ الْقَدَرِ مِنَ الشُّرُورِ وَالْمَحَاذِيرِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَيَسْتَدِلُّ عَلَى مَا يَقُولُ بِسُنَّةِ الرَّسُولِ –ﷺ الَّتِي تُثْبِتُ أَنَّ اللهَ قَدَّرَ الْمَقَادِيرَ وَأَمَرَ الْقَلَمَ بِكِتَابَتِهَا قَبْلَ وُجُودِ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ، فَلَا يَقَعُ فِي الْكَوْنِ شَيْءٌ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلَّا بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ.

Makna keseluruhan dari atsar: bahwa 'Ubadah bin Ash-Shamit –﵁ berwasiat kepada putranya Al-Walid untuk beriman kepada qadar, baik dan buruknya, dan menjelaskan kepadanya apa yang menjadi konsekuensi dari beriman kepadanya berupa buah-buah yang baik dan hasil-hasil yang bagus di dunia dan akhirat, dan apa yang menjadi konsekuensi dari mengingkari qadar berupa keburukan dan bahaya di dunia dan akhirat, dan ia mengambil dalil atas apa yang ia katakan dengan sunnah Rasulullah –ﷺ yang menetapkan bahwa Allah telah menentukan takdir dan memerintahkan pena untuk menuliskannya sebelum adanya makhluk-makhluk ini, maka tidak terjadi sesuatu di alam semesta hingga hari kiamat kecuali dengan qadha' dan qadar.

مُنَاسَبَةُ الْأَثَرِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ وُجُوبَ الْإِيمَانِ بِالْقَدَرِ، وَالتَّحْذِيرَ مِنْ إِنْكَارِهِ وَالْكُفْرَ بِهِ، وَبَيَانَ الْوَعِيدِ الْمُتَرَتِّبِ عَلَى ذَلِكَ.

Kesesuaian atsar dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat kewajiban beriman kepada qadar, peringatan dari mengingkarinya dan kufur kepadanya, dan penjelasan ancaman yang menjadi konsekuensi dari hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Apa yang dapat diambil faedah dari atsar:

١- وُجُوبُ الْإِيمَانِ بِالْقَدَرِ.

1- Kewajiban beriman kepada qadar.

٢- الْوَعِيدُ الشَّدِيدُ الْمُتَرَتِّبُ عَلَى إِنْكَارِ الْقَدَرِ.

2- Ancaman keras yang menjadi konsekuensi dari mengingkari qadar.

٣- إِثْبَاتُ الْقَلَمِ وَكِتَابَةُ الْمَقَادِيرِ الْمَاضِيَةِ وَالْمُسْتَقْبَلَةِ بِهِ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ.

3- Menetapkan pena dan penulisan takdir masa lalu dan masa depan dengannya hingga hari kiamat.

* * *

* * *

وَفِي الْمُسْنَدِ وَالسُّنَنِ عَنِ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ: "أَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، فَقُلْتُ: فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنَ الْقَدَرِ؛ فَحَدِّثْنِي بِشَيْءٍ، لَعَلَّ اللهَ يُذْهِبُهُ مِنْ قَلْبِي. فَقَالَ: لَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا؛ مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا؛ لَكُنْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ. قَالَ: فَأَتَيْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ وَحُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ؛ فَكُلُّهُمْ حَدَّثَنِي بِمِثْلِ ذَلِكَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ" (١) حَدِيثٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ الْحَاكِمُ فِي صَحِيحِهِ.

Dalam Musnad dan Sunan, dari Ibnu Ad-Dailami, ia berkata: "Aku mendatangi Ubay bin Ka'b, lalu aku berkata: Dalam diriku ada sesuatu tentang takdir; maka ceritakanlah kepadaku sesuatu, semoga Allah menghilangkannya dari hatiku. Maka ia berkata: Seandainya engkau menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu hingga engkau beriman kepada takdir, dan mengetahui bahwa apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan menimpamu, dan seandainya engkau mati tidak dalam keadaan ini, niscaya engkau termasuk penghuni neraka. Ia berkata: Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas'ud, Hudzaifah bin Al-Yaman, dan Zaid bin Tsabit; maka semuanya menceritakan kepadaku seperti itu dari Nabi ﷺ." (1) Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Shahih-nya.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: ابْنُ الدَّيْلَمِيِّ هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ فَيْرُوزَ الدَّيْلَمِيُّ ثِقَةٌ مِنْ كِبَارِ التَّابِعِينَ. وَأَبُوهُ فَيْرُوزُ قَاتِلُ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيِّ الْكَذَّابِ.

Biografi: Ibnu Ad-Dailami adalah Abdullah bin Fairuz Ad-Dailami, seorang yang tsiqah (terpercaya) dari kalangan senior Tabi'in. Ayahnya, Fairuz, adalah pembunuh Al-Aswad Al-'Ansi Al-Kadzdzab.

وَفِي الْمُسْنَدِ وَالسُّنَنِ: أَيْ: فِي مُسْنَدِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ وَسُنَنِ أَبِي دَاوُدَ وَابْنِ مَاجَهْ.

Dalam Musnad dan Sunan: Yaitu, dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Ibnu Majah.

فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنَ الْقَدَرِ: أَيْ: شَكٌّ وَاضْطِرَابٌ يُؤَدِّي إِلَى جَحْدٍ.

Dalam diriku ada sesuatu tentang takdir: Yaitu, keraguan dan keguncangan yang mengarah pada pengingkaran.

لَوْ أَنْفَقْتَ ... إِلَخْ: هَذَا تَمْثِيلٌ لَا تَحْدِيدٌ.

Seandainya engkau menginfakkan ... dan seterusnya: Ini adalah perumpamaan, bukan pembatasan.

حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ: أَيْ: بِأَنَّ جَمِيعَ الْأُمُورِ كَائِنَةٌ بِقَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ.

Sampai engkau beriman kepada qadar: Yaitu, bahwa semua perkara terjadi dengan qadha' Allah dan qadar-Nya.

وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا: أَيْ: عَلَى غَيْرِ الْإِيمَانِ بِالْقَدَرِ.

Dan seandainya engkau mati tidak dalam keadaan ini: Yaitu, tidak dalam keadaan beriman kepada qadar.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٦٩٩"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٧٧"، وَأَحْمَدُ فِي الْمُسْنَدِ "٥/١٨٢، ١٨٣، ١٨٥، ١٨٩"، وَابْنُ حِبَّانَ فِي مَوَارِدِ الظَّمْآنِ بِرَقْمِ "١٨١٧".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4699", Ibnu Majah dengan nomor "77", Ahmad dalam Musnad "5/182, 183, 185, 189", dan Ibnu Hibban dalam Mawarid azh-Zham'an dengan nomor "1817".

لَكُنْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ: أَيْ: لِأَنَّكَ جَحَدْتَ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِ الْإِيمَانِ، وَمَنْ جَحَدَ وَاحِدًا مِنْهَا فَقَدْ جَحَدَ جَمِيعَهَا.

Kamu akan menjadi penghuni neraka: yaitu: karena kamu mengingkari salah satu rukun iman, dan barangsiapa yang mengingkari salah satunya maka dia telah mengingkari semuanya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْأَثَرِ: يُخْبِرُ عَبْدُ اللهِ بْنُ فَيْرُوزَ الدَّيْلَمِيُّ أَنَّهُ حَدَثَ فِي نَفْسِهِ إِشْكَالٌ فِي أَمْرِ الْقَدَرِ، فَخَشِيَ أَنْ يُفْضِيَ بِهِ ذَلِكَ إِلَى جُحُودِهِ، فَذَهَبَ يَسْأَلُ أَهْلَ الْعِلْمِ مِنْ صَحَابَةِ رَسُولِ اللهِ؛ لِحَلِّ هَذَا الْإِشْكَالِ –وَهَكَذَا يَنْبَغِي لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَسْأَلَ الْعُلَمَاءَ عَمَّا أُشْكِلَ عَلَيْهِ عَمَلًا بِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿..فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ..﴾ [سُورَةُ النَّحْلِ: ٤٣] فَأَفْتَاهُ هَؤُلَاءِ الْعُلَمَاءُ كُلُّهُمْ بِأَنَّهُ لَا بُدَّ مِنَ الْإِيمَانِ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ. وَأَنَّ مَنْ مَاتَ وَهُوَ لَا يُؤْمِنُ بِهِ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ.

Makna keseluruhan dari atsar: Abdullah bin Fairuz Ad-Dailami mengabarkan bahwa muncul dalam dirinya keraguan tentang masalah takdir, maka dia khawatir hal itu akan membuatnya mengingkarinya. Lalu dia pergi bertanya kepada para ulama dari kalangan sahabat Rasulullah untuk menyelesaikan permasalahan ini. Demikianlah seharusnya seorang mukmin bertanya kepada para ulama tentang apa yang tidak dia pahami, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "...maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui..." [QS. An-Nahl: 43]. Maka para ulama itu semuanya memberi fatwa kepadanya bahwa wajib beriman kepada qadha' dan qadar. Dan bahwa siapa yang meninggal dalam keadaan tidak beriman kepadanya, maka dia termasuk penghuni neraka.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْأَثَرِ فِي الْبَابِ: بَيَانُ أَنَّ الْإِيمَانَ بِالْقَدَرِ أَمْرٌ حَتْمٌ، وَأَنَّهُ هُوَ الَّذِي رَوَاهُ الصَّحَابَةُ عَنْ نَبِيِّهِمْ –ﷺ.

Kesesuaian penyebutan atsar dalam bab ini: Menjelaskan bahwa beriman kepada takdir adalah perkara yang pasti, dan bahwa itulah yang diriwayatkan oleh para sahabat dari Nabi mereka ﷺ.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْأَثَرِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari atsar:

١- الوَعِيدُ الشَّدِيدُ عَلَى مَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِالْقَدَرِ.

1- Ancaman keras bagi yang tidak beriman kepada takdir.

٢- سُؤَالُ الْعُلَمَاءِ عَمَّا أَشْكَلَ مِنْ أُمُورِ الِاعْتِقَادِ وَغَيْرِهِ.

2- Bertanya kepada para ulama tentang perkara akidah dan lainnya yang tidak jelas.

٣- أَنَّ مِنْ وَظِيفَةِ الْعُلَمَاءِ كَشْفَ الشُّبُهَاتِ وَنَشْرَ الْعِلْمِ بَيْنَ النَّاسِ.

3- Bahwa di antara tugas para ulama adalah menyingkap syubhat dan menyebarkan ilmu di antara manusia.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْمُصَوِّرِينَ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْمُصَوِّرِينَ

Bab tentang apa yang datang mengenai para pembuat gambar

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي؛ فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً، أَوْ لِيَخْلُقُوا حَبَّةً، أَوْ لِيَخْلُقُوا شَعِيرَةً" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dari Abu Hurairah ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: 'Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang pergi membuat ciptaan seperti ciptaan-Ku? Maka hendaklah mereka menciptakan biji żarrah, atau hendaklah mereka menciptakan biji (gandum), atau hendaklah mereka menciptakan biji gandum!'" (1) Dikeluarkan oleh keduanya (Al-Bukhari dan Muslim).

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: لَمَّا كَانَ التَّصْوِيرُ وَسِيلَةَ الشِّرْكِ الْمُضَادِّ لِلتَّوْحِيدِ، نَاسَبَ أَنْ يَعْقِدَ الْمُؤَلِّفُ هَذَا الْبَابَ؛ لِبَيَانِ تَحْرِيمِهِ وَمَا وَرَدَ فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Karena penggambaran adalah sarana syirik yang bertentangan dengan tauhid, maka penulis merasa perlu untuk membuat bab ini; untuk menjelaskan keharamannya dan ancaman keras yang disebutkan di dalamnya.

مَا جَاءَ فِي الْمُصَوِّرِينَ: أَيْ: مِنَ الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ.

Apa yang datang mengenai para pembuat gambar: Yaitu: dari ancaman yang keras.

وَمَنْ أَظْلَمُ: أَيْ: لَا أَحَدَ أَظْلَمُ مِنْهُ.

Dan siapakah yang lebih zalim: Yaitu: tidak ada yang lebih zalim darinya.

يَخْلُقُ كَخَلْقِي: أَيْ: لِأَنَّ الْمُصَوِّرَ يُضَاهِي خَلْقَ اللهِ.

Membuat ciptaan seperti ciptaan-Ku: Yaitu: karena pembuat gambar menyerupai ciptaan Allah.

فَلْيَخْلُقُوا: أَمْرُ تَعْجِيزٍ وَتَحَدٍّ وَتَهْدِيدٍ.

Maka hendaklah mereka menciptakan: Perintah yang melemahkan, menantang, dan mengancam.

ذَرَّةً: هِيَ: النَّمْلَةُ الصَّغِيرَةُ.

Biji żarrah: Yaitu: semut kecil.

أَوْ لِيَخْلُقُوا: تَعْجِيزٌ آخَرُ.

Atau hendaklah mereka menciptakan: Pelemahan lainnya.

حَبَّةً: أَيْ: حَبَّةَ حِنْطَةٍ فِيهَا طَعْمٌ وَمَادَّةُ نَبَاتٍ وَإِنْتَاجٍ.

Biji: Yaitu: biji gandum yang memiliki rasa, bahan tumbuhan, dan produksi.

أَوْ لِيَخْلُقُوا: تَعْجِيزٌ آخَرُ.

Atau hendaklah mereka menciptakan: Pelemahan lainnya.

شَعِيرَةً: نَوْعٌ آخَرُ مِنَ الْحُبُوبِ.

Biji gandum: Jenis biji-bijian lainnya.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٥٩٥٣"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١١١".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor hadits "5953", dan Muslim dengan nomor hadits "2111".

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَرْوِي النَّبِيُّ –ﷺ عَنْ رَبِّهِ ﷿ أَنَّهُ يَقُولُ: لَا أَحَدَ أَشَدُّ ظُلْمًا مِمَّنْ يُصَوِّرُ الصُّوَرَ عَلَى شَكْلِ خَلْقِ اللهِ؛ لِأَنَّهُ بِذَلِكَ يُحَاوِلُ مُشَابَهَةَ اللهِ فِي فِعْلِهِ، ثُمَّ يَتَحَدَّاهُ اللهُ –﷿ وَيُبَيِّنُ عَجْزَهُ عَنْ أَنْ يَخْلُقَ أَصْغَرَ شَيْءٍ مِنْ مَخْلُوقَاتِهِ وَهُوَ الذَّرَّةُ، بَلْ هُوَ عَاجِزٌ عَنْ أَنْ يَخْلُقَ مَا هُوَ أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَهُوَ الْجَمَادُ الصَّغِيرُ، وَمَعَ ذَلِكَ لَا قُدْرَةَ لَهُمْ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ؛ لِأَنَّ اللهَ هُوَ الْمُتَفَرِّدُ بِالْخَلْقِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ meriwayatkan dari Tuhannya ﷿ bahwa Dia berfirman: Tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang menggambar gambar menyerupai ciptaan Allah; karena dengan demikian ia mencoba menyerupai Allah dalam perbuatan-Nya, kemudian Allah –﷿ menantangnya dan menunjukkan ketidakmampuannya untuk menciptakan sesuatu yang terkecil dari makhluk-Nya yaitu dzarrah (atom), bahkan ia tidak mampu menciptakan sesuatu yang lebih rendah dari itu yaitu benda mati yang kecil, dan meskipun demikian mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu semua; karena Allah-lah yang memiliki kekhususan dalam penciptaan.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ هَذَا الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ التَّصْوِيرِ، وَأَنَّهُ مِنْ أَظْلَمِ الظُّلْمِ.

Kesesuaian penyebutan hadits ini dalam bab: bahwa hadits ini menunjukkan keharaman menggambar, dan bahwa itu termasuk kezaliman yang paling besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ، وَبِأَيِّ وَسِيلَةٍ وُجِدَ وَأَنَّ الْمُصَوِّرَ مِنْ أَظْلَمِ الظَّالِمِينَ.

1- Keharaman menggambar, dengan cara apapun dan bahwa pelukis termasuk orang-orang yang paling zalim.

٢- وَصْفُ اللهِ أَنَّهُ يَتَكَلَّمُ.

2- Sifat Allah bahwa Dia berbicara.

٣- أَنَّ التَّصْوِيرَ مُضَاهَاةٌ لِخَلْقِ اللهِ، وَمُحَاوَلَةٌ لِمُشَارَكَتِهِ فِي الْخَلْقِ.

3- Bahwa menggambar adalah menyaingi ciptaan Allah, dan upaya untuk berpartisipasi dengan-Nya dalam penciptaan.

٤- أَنَّ الْقُدْرَةَ عَلَى الْخَلْقِ مِنْ خَصَائِصِ اللهِ ﷾.

4- Bahwa kemampuan untuk menciptakan adalah kekhususan Allah ﷾.

* * *

* * *

وَلَهُمَا عَنْ عَائِشَةَ ﵂: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهِئُونَ بِخَلْقِ اللهِ" (١) .

Dari 'Aisyah ﵂: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupai ciptaan Allah" (1).

ــ

ــ

وَلَهُمَا: أَيْ: الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Walahuma: yaitu: Al-Bukhari dan Muslim.

يُضَاهِئُونَ بِخَلْقِ اللهِ: أَيْ: يُشَابِهُونَ بِمَا يَصْنَعُونَهُ مَا يَصْنَعُهُ اللهُ.

Yudhaahi'uuna bikhalqillah: yaitu: mereka menyerupai dengan apa yang mereka buat apa yang Allah ciptakan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ – ﷺ خَبَرًا مَعْنَاهُ: النَّهْيُ وَالزَّجْرُ، أَنَّ الْمُصَوِّرِينَ أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدَّارِ الْآخِرَةِ، لِأَنَّهُمْ أَقْدَمُوا عَلَى جَرِيمَةٍ شَنْعَاءَ وَهِيَ صِنَاعَتُهُمْ مَا يُشَابِهُ لِخَلْقِ اللهِ فِي صِنَاعَةِ الصُّوَرِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan – dengan berita yang maknanya: larangan dan ancaman, bahwa para pembuat gambar adalah orang yang paling berat siksaannya di akhirat, karena mereka melakukan kejahatan yang keji yaitu membuat sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah dalam pembuatan gambar.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى شِدَّةِ عُقُوبَةِ الْمُصَوِّرِينَ، مِمَّا يُفِيدُ أَنَّ التَّصْوِيرَ جَرِيمَةٌ كُبْرَى.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa hadits ini menunjukkan beratnya hukuman bagi para pembuat gambar, yang mana ini menunjukkan bahwa menggambar adalah kejahatan besar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ بِجَمِيعِ أَشْكَالِهِ وَبِأَيِّ وَسِيلَةٍ وُجِدَ، وَأَنَّهُ مُضَاهَاةٌ لِخَلْقِ اللهِ.

1- Haramnya menggambar dengan segala bentuknya dan dengan cara apapun, dan bahwa itu adalah tindakan menyerupai ciptaan Allah.

٢- أَنَّ الْعَذَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَتَفَاوَتُ بِحَسَبِ الْجَرَائِمِ.

2- Bahwa siksaan pada hari kiamat berbeda-beda sesuai dengan kejahatannya.

٣- أَنَّ التَّصْوِيرَ مِنْ أَعْظَمِ الذُّنُوبِ، وَأَنَّهُ مِنَ الْكَبَائِرِ.

3- Bahwa menggambar termasuk dosa besar, dan termasuk dosa-dosa besar.

* * *

* * *

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٤٧٩"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١٠٧".
(1) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan nomor hadits "2479", dan Muslim dengan nomor hadits "2107".

وَلَهُمَا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يُجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُورَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسٌ يُعَذَّبُ بِهَا فِي جَهَنَّمَ" (١) . وَلَهُمَا عَنْهُ مَرْفُوعًا: "مَنْ صَوَّرَ صُورَةً فِي الدُّنْيَا؛ كُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيهَا الرُّوحَ، وَلَيْسَ بِنَافِخٍ" (٢) .

Dan dari mereka berdua (Bukhari dan Muslim), dari Ibnu Abbas ﵄, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Setiap pembuat gambar (makhluk bernyawa) akan berada di neraka, dijadikan baginya untuk setiap gambar yang ia buat, satu jiwa yang akan menyiksanya di Jahannam" (1). Dan dari mereka berdua juga, darinya (Ibnu Abbas), secara marfu': "Barangsiapa membuat suatu gambar di dunia, ia akan dibebani untuk meniupkan ruh ke dalamnya, padahal ia tidak mampu meniupkannya" (2).

ــ

ــ

كُلُّ مُصَوِّرٍ: أَيْ: لِذِي رُوحٍ.

Setiap pembuat gambar: yaitu (gambar) yang memiliki ruh.

فِي النَّارِ: لِتَعَاطِيهِ مَا يُشْبِهُ مَا انْفَرَدَ اللهُ بِهِ مِنَ الْخَلْقِ وَالِاخْتِرَاعِ.

Di neraka: karena ia melakukan apa yang menyerupai ciptaan dan kreasi yang hanya Allah yang memilikinya.

يُجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُورَةٍ نَفْسٌ يُعَذِّبُ بِهَا: الْبَاءُ بِمَعْنَى "فِي" أَيْ: يُجْعَلُ لَهُ فِي كُلِّ صُورَةٍ رُوحٌ تُعَذِّبُهُ نَفْسُ الصُّورَةِ الَّتِي جُعِلَتْ فِيهَا الرُّوحُ.

Dijadikan baginya untuk setiap gambar satu jiwa yang akan menyiksanya: huruf ba' bermakna "di dalam", yaitu: dijadikan baginya di dalam setiap gambar satu ruh yang akan menyiksanya, yaitu jiwa gambar yang dimasukkan ruh ke dalamnya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ ﷺ أَنَّ مَآلَ المُصَوِّرِينَ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى النَّارِ، يُعَذَّبُونَ فِيهَا بِأَشَدِّ العَذَابِ بِأَنْ تُحْضَرَ جَمِيعُ الصُّوَرِ الَّتِي صَوَّرُوهَا فِي الدُّنْيَا، فَيُجْعَلُ فِي كُلِّ صُورَةٍ مِنْهَا رُوحٌ ثُمَّ تُسَلَّطُ عَلَيْهِ بِالْعَذَابِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، فَيُعَذَّبُ بِمَا صَنَعَتْ يَدُهُ وَالْعِيَاذُ بِاللهِ. وَمِنْ تَعْذِيبِهِ أَيْضًا أَنْ يُكَلِّفَ مَا لَا يُطِيقُ وَهُوَ نَفْخُ الرُّوحِ فِي الصُّورَةِ الَّتِي صَوَّرَهَا.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan bahwa tempat kembali para pembuat gambar pada hari kiamat adalah neraka, mereka akan disiksa di dalamnya dengan siksaan yang paling berat, yaitu dengan dihadirkannya semua gambar yang mereka buat di dunia, lalu pada setiap gambar itu ditiupkan roh kemudian dikenakan siksaan di neraka Jahannam, maka ia akan disiksa dengan apa yang diperbuat tangannya, kita berlindung kepada Allah dari hal itu. Dan termasuk siksaannya juga adalah dibebani dengan sesuatu yang tidak mampu ia lakukan, yaitu meniupkan roh pada gambar yang ia buat.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ دَلِيلًا عَلَى تَحْرِيمِ التَّصْوِيرِ وَوَعِيدِ المُصَوِّرِينَ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat dalil atas haramnya menggambar dan ancaman bagi para pembuat gambar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ وَأَنَّهُ مِنَ الكَبَائِرِ.

1- Haramnya menggambar dan bahwa ia termasuk dosa besar.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٢٢٥"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١١٠".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari nomor "2225", dan Muslim nomor "2110".
(٢) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٥٩٦٣"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢١١٠/١٠٠".
(2) Dikeluarkan oleh al-Bukhari nomor "5963", dan Muslim nomor "2110/100".

٢- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ بِجَمِيعِ أَنْوَاعِهِ: تَمَاثِيلَ أَوْ نُقُوشٍ، وَسَوَاءٌ كَانَ رَسْمًا بِالْيَدِ أَوِ الْتِقَاطًا بِآلَةِ التَّصْوِيرِ الْفُوتُوغْرَافِيَّةِ، إِذَا كَانَتِ الصُّورَةُ مِنْ ذَوَاتِ الْأَرْوَاحِ، إِلَّا مَا دَعَتْ إِلَيْهِ الضَّرُورَةُ.

2- Pengharaman segala jenis penggambaran: patung atau ukiran, baik itu digambar dengan tangan atau diambil dengan kamera, jika gambar tersebut merupakan makhluk bernyawa, kecuali jika ada kebutuhan mendesak.

٣- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ لِأَيِّ غَرَضٍ كَانَ إِلَّا لِدَفْعِ ضَرُورَةٍ.

3- Pengharaman penggambaran untuk tujuan apapun kecuali untuk memenuhi kebutuhan mendesak.

٤- فِي الرِّوَايَةِ الْأُخْرَى دَلِيلٌ عَلَى طُولِ تَعْذِيبِ الْمُصَوِّرِينَ وَإِظْهَارِ عَجْزِهِمْ.

4- Dalam riwayat lain terdapat dalil tentang lamanya penyiksaan terhadap para penggambar dan menampakkan ketidakmampuan mereka.

٥- فِيهَا أَنَّ الْخَلْقَ وَنَفْخَ الرُّوحِ لَا يَقْدِرُ عَلَيْهِمَا إِلَّا اللهُ تَعَالَى.

5- Di dalamnya terdapat bahwa penciptaan dan meniupkan ruh tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah Ta'ala.

* * *

* * *

وَلِمُسْلِمٍ عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ؛ قَالَ: قَالَ لِي عَلِيٌّ –﵁: "أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ: أَلَّا تَدَعَ صُورَةً إِلَّا طَمَسْتَهَا وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ" (١) .

Muslim meriwayatkan dari Abu Al-Hayyaj; dia berkata: Ali –﵁ berkata kepadaku: "Tidakkah aku mengutusmu untuk melakukan apa yang Rasulullah ﷺ mengutusku untuk melakukannya: Jangan biarkan gambar kecuali kamu menghapusnya dan jangan biarkan kuburan yang meninggi kecuali kamu meratakan" (1).

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: أَبُو الْهَيَّاجِ هُوَ: حَيَّانُ بْنُ حُصَيْنٍ الْأَسَدِيُّ تَابِعِيٌّ ثِقَةٌ.

Biografi: Abu Al-Hayyaj adalah: Hayyan bin Hushain Al-Asadi, seorang Tabi'in yang terpercaya.

أَلَا: أَدَاةُ تَنْبِيهٍ.

Ala: kata peringatan.

أَبْعَثُكَ: أُوَجِّهُكَ.

Ab'atsuka: aku mengutusmu.

لَا تَدَعْ: لَا تَتْرُكْ.

La tada': jangan biarkan.

إِلَّا طَمَسْتَهَا: أَيْ: أَزَلْتَهَا وَمَحَوْتَهَا.

Illa thamastaha: yaitu: menghapus dan menghilangkannya.

مُشْرِفًا: أَيْ: مُرْتَفِعًا.

Musyrifan: yaitu: yang tinggi.

إِلَّا سَوَّيْتَهُ: أَيْ: جَعَلْتَهُ مُسَاوِيًا لِلْأَرْضِ.

Illa sawwaitahu: yaitu: membuatnya rata dengan tanah.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَعْرِضُ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ –﵁ عَلَى أَبِي الْهَيَّاجِ أَنْ يُوَجِّهَهُ إِلَى الْقِيَامِ بِالْمَهَمَّةِ الَّتِي وَجَّهَهُ رَسُولُ اللهِ –ﷺ لِلْقِيَامِ بِهَا وَهِيَ: إِزَالَةُ الصُّوَرِ وَمَحْوُهَا؛ لِمَا فِيهَا مِنَ الْمُضَاهَاةِ لِخَلْقِ اللهِ وَالِافْتِتَانِ بِهَا بِتَعْظِيمِهَا؛ مِمَّا يُؤَوِّلُ بِأَصْحَابِهَا إِلَى الْوَثَنِيَّةِ.

Makna keseluruhan hadits: Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib –﵁ menawarkan kepada Abu Al-Hayyaj untuk menugaskannya melakukan misi yang Rasulullah ﷺ tugaskan kepadanya, yaitu: menghapus dan menghilangkan gambar-gambar; karena di dalamnya terdapat penyerupaan terhadap ciptaan Allah dan terpesona dengannya melalui pengagungannya; yang menyebabkan para pemiliknya condong kepada kemusyrikan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٩٦٩"، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٣٢١٨"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٠٤٩"، وَأَحْمَدُ "١/٩٦، ١٢٩".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor "969", Abu Dawud dengan nomor "3218", At-Tirmidzi dengan nomor "1049", dan Ahmad "1/96, 129".

وَتَسْوِيَةُ الْقُبُورِ الْعَالِيَةِ حَتَّى تَصِيرَ مُسَاوِيَةً لِلْأَرْضِ؛ لِمَا فِي تَعْلِيتِهَا مِنَ الافْتِتَانِ بِأَصْحَابِهَا وَاتِّخَاذِهِمْ أَنْدَادًا لِلَّهِ فِي الْعِبَادَةِ وَالتَّعْظِيمِ.

Dan meratakan kuburan yang tinggi hingga sama dengan tanah; karena meninggikannya dapat menyebabkan kekaguman berlebihan terhadap pemiliknya dan menjadikan mereka tandingan bagi Allah dalam ibadah dan pengagungan.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ طَمْسِ الصُّوَرِ وَإِتْلَافِهَا.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa hadits tersebut menunjukkan kewajiban menghapus dan memusnahkan gambar-gambar.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ التَّصْوِيرِ وَوُجُوبُ إِزَالَةِ الصُّوَرِ وَمَحْوِهَا بِجَمِيعِ أَنْوَاعِهَا.

1- Haramnya menggambar dan wajibnya menghilangkan serta menghapus gambar dengan segala jenisnya.

٢- التَّوَاصِي بِالْحَقِّ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتَبْلِيغُ الْعِلْمِ.

2- Saling menasihati dalam kebenaran, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah kemungkaran, dan menyampaikan ilmu.

٣- تَحْرِيمُ رَفْعِ الْقُبُورِ بِبِنَاءٍ أَوْ غَيْرِهِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ وَسَائِلِ الشِّرْكِ.

3- Haramnya meninggikan kuburan dengan bangunan atau lainnya; karena hal itu termasuk sarana kesyirikan.

٤- وُجُوبُ هَدْمِ الْقِبَابِ الْمَبْنِيَّةِ عَلَى الْقُبُورِ.

4- Wajibnya menghancurkan kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan.

٥- أَنَّ التَّصْوِيرَ مِثْلُ الْبِنَاءِ عَلَى الْقُبُورِ وَسِيلَةٌ إِلَى الشِّرْكِ.

5- Bahwa menggambar seperti membangun di atas kuburan merupakan sarana menuju kesyirikan.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي كَثْرَةِ الْحَلْفِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي كَثْرَةِ الْحَلِفِ

Bab tentang apa yang datang mengenai banyaknya sumpah

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿..وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ..﴾ [الْمَائِدَةُ: ٨٩] .

Dan firman Allah Ta'ala: "..dan jagalah sumpah-sumpahmu.." [Al-Maidah: 89].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "الْحَلِفُ مَنْفَقَةٌ لِلسِّلْعَةِ مَمْحَقَةٌ لِلْكَسْبِ" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dari Abu Hurairah ﵁, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sumpah itu melariskan dagangan dan menghapuskan keuntungan." (1) Dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari dan Muslim).

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ مِنْ كَمَالِ التَّوْحِيدِ احْتِرَامَ اسْمِ اللهِ وَعَدَمَ امْتِهَانِهِ بِكَثْرَةِ الْحَلِفِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى الِاسْتِخْفَافِ بِهِ وَعَدَمِ التَّعْظِيمِ لَهُ.

Kesesuaian bab ini dengan kitab tauhid: bahwa di antara kesempurnaan tauhid adalah menghormati nama Allah dan tidak merendahkannya dengan banyak bersumpah; karena hal itu menunjukkan sikap meremehkan dan tidak mengagungkan-Nya.

مَا جَاءَ فِي كَثْرَةِ الْحَلِفِ: أَيْ: مِنَ النَّهْيِ عَنْهُ، وَالْحَلِفُ: بِفَتْحِ الْحَاءِ وَكَسْرِ اللَّامِ: الْيَمِينُ.

Apa yang datang mengenai banyaknya sumpah: yaitu larangan darinya, dan al-halif: dengan fathah pada huruf ha' dan kasrah pada huruf lam: sumpah.

وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ: أَيْ: لَا تَحْلِفُوا، وَقِيلَ: لَا تَتْرُكُوهَا بِغَيْرِ تَكْفِيرٍ، وَقِيلَ: لَا تَحْنَثُوا.

Dan jagalah sumpah-sumpahmu: yaitu janganlah kalian bersumpah, dan dikatakan: janganlah kalian meninggalkannya tanpa kafarat, dan dikatakan: janganlah kalian melanggarnya.

مَنْفَقَةٌ: بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالْفَاءِ مَفْعَلَةٌ مِنَ النَّفَاقِ بِفَتْحِ النُّونِ وَهُوَ: الرَّوَاجُ.

Manfaqah: dengan fathah pada mim dan fa', maf'alah dari an-nafaq dengan fathah pada nun, yaitu: laris.

لِلسِّلْعَةِ: بِكَسْرِ السِّينِ: الْمَتَاعُ.

Lis-sil'ah: dengan kasrah pada sin: barang dagangan.

مَمْحَقَةٌ: بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالْحَاءِ مِنَ الْمَحْقِ وَهُوَ: النَّقْصُ وَالْمَحْوُ.

Mamhaqah: dengan fathah pada mim dan ha', dari al-mahq yaitu: pengurangan dan penghapusan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيّ لِلْحَدِيثِ: يُحَذِّرُ ﷺ مِنَ التَّهَاوُنِ بِالْحَلِفِ وَكَثْرَةِ

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ memperingatkan dari meremehkan sumpah dan memperbanyak

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٠٨٧"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "١٦٠٦".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "2087", dan Muslim dengan nomor "1606".

اسْتِعْمَالُهُ؛ لِتَرْوِيجِ السِّلَعِ وَجَلْبِ الْكَسْبِ، فَإِنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا حَلَفَ عَلَى سِلْعَةٍ أَنَّهُ أُعْطِيَ فِيهَا كَذَا وَكَذَا أَوْ أَنَّهُ اشْتَرَاهَا بِكَذَا وَهُوَ كَاذِبٌ فَقَدْ يَظُنُّهُ الْمُشْتَرِي صَادِقًا فِيمَا حَلَفَ عَلَيْهِ فَيَأْخُذُهَا بِزِيَادَةٍ عَلَى قِيمَتِهَا تَأَثُّرًا بِيَمِينِ الْبَائِعِ، وَهُوَ إِنَّمَا حَلَفَ طَمَعًا فِي الزِّيَادَةِ؛ فَيَكُونُ قَدْ عَصَى اللهَ، فَيُعَاقَبُ بِمَحْقِ الْبَرَكَةِ.

Menggunakannya; untuk mempromosikan barang dan mendapatkan keuntungan, karena jika seseorang bersumpah atas suatu barang bahwa dia diberi ini dan itu atau bahwa dia membelinya dengan harga sekian dan dia berbohong, maka pembeli mungkin menganggapnya jujur dalam sumpahnya, sehingga dia mengambilnya dengan harga lebih tinggi dari nilainya karena terpengaruh oleh sumpah penjual, dan dia bersumpah karena tamak akan kelebihan; maka dia telah bermaksiat kepada Allah, dan dihukum dengan menghilangkan keberkahan.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّحْذِيرَ مِنِ اسْتِعْمَالِ الْحَلِفِ؛ لِأَجْلِ تَرْوِيجِ السِّلَعِ، وَبَيَانَ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الضَّرَرِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat peringatan dari penggunaan sumpah; untuk mempromosikan barang, dan penjelasan tentang kerugian yang ditimbulkan dari hal tersebut.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- التَّحْذِيرُ مِنِ اسْتِعْمَالِ الْحَلِفِ؛ لِأَجْلِ تَرْوِيجِ السِّلَعِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ امْتِهَانٌ لِاسْمِ اللهِ تَعَالَى وَهُوَ يَنْقُصُ التَّوْحِيدَ.

1- Peringatan dari penggunaan sumpah; untuk mempromosikan barang; karena hal itu merupakan penghinaan terhadap nama Allah Ta'ala dan mengurangi tauhid.

٢- بَيَانُ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى الْأَيْمَانِ الْكَاذِبَةِ مِنَ الْمَضَارِّ.

2- Penjelasan tentang kerugian yang ditimbulkan dari sumpah palsu.

٣- أَنَّ الْكَسْبَ الْحَرَامَ وَإِنْ كَثُرَتْ كَمِّيَّتُهُ فَإِنَّهُ مَنْزُوعُ الْبَرَكَةِ لَا خَيْرَ فِيهِ.

3- Bahwa penghasilan haram meskipun banyak jumlahnya, maka ia terlepas dari keberkahan, tidak ada kebaikan di dalamnya.

* * *

* * *

وَعَنْ سَلْمَانَ ﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ –ﷺ قَالَ: "ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: أُشَيْمِطٌ زَانٍ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ، وَرَجُلٌ جَعَلَ اللهَ بِضَاعَتَهُ، لَا يَشْتَرِي إِلَّا بِيَمِينِهِ، وَلَا يَبِيعُ إِلَّا بِيَمِينِهِ" (١) رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ.

Dari Salman ﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih: orang tua yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli kecuali dengan sumpahnya dan tidak menjual kecuali dengan sumpahnya" (1) Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan sanad yang sahih.

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: سَلْمَانُ لَعَلَّهُ أَبُو عَبْدِ اللهِ: سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ، أَصْلُهُ مِنْ أَصْبَهَانَ أَوْ رَامِ هُرْمُزَ، أَسْلَمَ عِنْدَ قُدُومِ النَّبِيِّ –ﷺ الْمَدِينَةَ وَشَهِدَ الْخَنْدَقَ وَغَيْرَهَا تُوُفِّيَ سَنَةَ ٣٦هـ ﵁.

Biografi: Salman mungkin adalah Abu Abdullah: Salman Al-Farisi, asalnya dari Asbahan atau Ram Hurmuz, masuk Islam ketika kedatangan Nabi ﷺ ke Madinah dan menyaksikan Perang Khandaq dan lainnya. Wafat pada tahun 36 H ﵁.

لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ: هَذَا وَعِيدٌ شَدِيدٌ فِي حَقِّهِمْ؛ لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ يُكَلِّمُ أَهْلَ الْإِيمَانِ.

Allah tidak akan berbicara kepada mereka: Ini adalah ancaman yang keras terhadap mereka; karena Dia ﷻ berbicara kepada orang-orang beriman.

وَلَا يُزَكِّيهِمْ: أَيْ: لَا يُثْنِي عَلَيْهِمْ وَلَا يُطَهِّرُهُمْ مِنْ دَنَسِ الذُّنُوبِ.

Dan tidak menyucikan mereka: Yakni: tidak memuji mereka dan tidak membersihkan mereka dari kotoran dosa-dosa.

وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: مُوجِعٌ؛ لِأَنَّهُمْ لَمَّا عَظُمَ ذَنْبُهُمْ عَظُمَتْ عُقُوبَتُهُمْ.

Dan bagi mereka azab yang pedih: Menyakitkan; karena ketika dosa mereka besar, hukuman mereka pun besar.

أُشَيْمِطٌ: تَصْغِيرُ أَشْمَطَ وَهُوَ الَّذِي فِي شَعْرِهِ شَمَطٌ أَيْ شَيْبٌ وَصُغِّرَ تَحْقِيرًا لَهُ.

Ushaimith: Bentuk diminutif dari ashmath yaitu orang yang rambutnya beruban alias memutih, dan diminutif di sini untuk merendahkannya.

زَانٍ: أَيْ: يَرْتَكِبُ فَاحِشَةَ الزِّنَا مَعَ كِبَرِ سِنِّهِ.

Pezina: Yakni: melakukan perbuatan keji zina di usia tuanya.

وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ: الْعَائِلُ: الْفَقِيرُ أَيْ: يَتَكَبَّرُ مَعَ أَنَّهُ فَقِيرٌ، وَالْكِبْرُ: بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

Dan orang miskin yang sombong: Al-'Aail artinya orang miskin, yaitu: dia menyombongkan diri padahal dia miskin, dan kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

جَعَلَ اللهُ بِضَاعَتَهُ: أَيْ: جَعَلَ الْحَلِفَ بِاللهِ بِضَاعَةً لَهُ؛ لِكَثْرَةِ

Menjadikan Allah sebagai barang dagangannya: yaitu: menjadikan sumpah demi Allah sebagai barang dagangan baginya; karena banyaknya

_________
(١) قَالَ الْهَيْثَمِيُّ فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ "٤/٧٨": رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الثَّلَاثَةِ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ.
(1) Al-Haitsami berkata dalam Majma' Az-Zawaid "4/78": Ath-Thabrani meriwayatkannya dalam tiga kitab, dan para perawinya adalah perawi hadits shahih.

اسْتِعْمَالُهُ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ.

Menggunakannya dalam jual beli.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ: يُخْبِرُ –ﷺ عَنْ ثَلَاثَةِ أَصْنَافٍ مِنَ الْعُصَاةِ يُعَاقَبُونَ أَشَدَّ الْعُقُوبَةِ، لِشَنَاعَةِ جَرَائِمِهِمْ.

Makna keseluruhan: Nabi ﷺ memberitahu tentang tiga jenis pelaku maksiat yang akan dihukum dengan hukuman paling berat, karena kejinya kejahatan mereka.

أَحَدُهُمْ: مَنْ يَرْتَكِبُ فَاحِشَةَ الزِّنَا مَعَ كِبَرِ سِنِّهِ؛ لِأَنَّ دَاعِيَ الْمَعْصِيَةِ ضَعِيفٌ فِي حَقِّهِ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الْحَامِلَ لَهُ عَلَى الزِّنَا مَحَبَّةُ الْمَعْصِيَةِ وَالْفُجُورِ، وَإِنْ كَانَ الزِّنَا قَبِيحًا مِنْ كُلِّ أَحَدٍ، فَهُوَ مِنْ هَذَا أَشَدُّ قُبْحًا.

Salah satunya: orang yang melakukan perbuatan keji zina di usia tuanya; karena dorongan untuk berbuat maksiat lemah baginya, ini menunjukkan bahwa yang mendorongnya berzina adalah kecintaan pada kemaksiatan dan kefasikan, dan meskipun zina itu buruk bagi setiap orang, namun bagi orang ini lebih buruk lagi.

الثَّانِي: فَقِيرٌ يَتَكَبَّرُ عَلَى النَّاسِ، وَالْكِبْرُ وَإِنْ كَانَ قَبِيحًا مِنْ كُلِّ أَحَدٍ، لَكِنَّ الْفَقِيرَ لَيْسَ لَهُ مِنَ الْمَالِ مَا يَدْعُوهُ إِلَى الْكِبْرِ فَاسْتِكْبَارُهُ مَعَ عَدَمِ الدَّاعِي إِلَيْهِ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْكِبْرَ طَبِيعَةٌ لَهُ.

Kedua: orang miskin yang sombong terhadap orang lain, dan meskipun kesombongan itu buruk bagi setiap orang, tetapi orang miskin tidak memiliki harta yang mendorongnya untuk sombong, sehingga kesombongannya meskipun tidak ada pendorong untuk itu menunjukkan bahwa kesombongan adalah sifat alaminya.

الثَّالِثُ: مَنْ يَجْعَلُ الْحَلِفَ بِاللهِ بِضَاعَةً لَهُ يُكْثِرُ مِنِ اسْتِعْمَالِهِ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ فَيَمْتَهِنُ اسْمَ اللهِ وَيَجْعَلُهُ وَسِيلَةً لِاكْتِسَابِ الْمَالِ.

Ketiga: orang yang menjadikan sumpah demi Allah sebagai barang dagangan, dia memperbanyak penggunaannya dalam jual beli sehingga merendahkan nama Allah dan menjadikannya sebagai sarana untuk memperoleh harta.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّحْذِيرَ مِنْ كَثْرَةِ الْحَلِفِ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat peringatan dari banyaknya sumpah dalam jual beli.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- التَّحْذِيرُ مِنْ كَثْرَةِ اسْتِعْمَالِ الحَلِفِ فِي البَيْعِ وَالشِّرَاءِ، وَالحَثُّ عَلَى تَوْقِيرِ اليَمِينِ وَاحْتِرَامِ أَسْمَاءِ اللهِ سُبْحَانَهُ.

1- Peringatan dari terlalu sering bersumpah dalam jual beli, dan dorongan untuk menghormati sumpah dan menghormati nama-nama Allah subhanahu.

٢- إِثْبَاتُ الكَلَامِ لِلَّهِ وَأَنَّهُ يُكَلِّمُ مَنْ أَطَاعَهُ وَيُكْرِمُهُ بِذَلِكَ.

2- Menetapkan bahwa Allah berbicara dan Dia berbicara kepada orang yang menaati-Nya dan memuliakannya dengan itu.

٣- التَّحْذِيرُ مِنْ جَرِيمَةِ الزِّنَا لَا سِيَّمَا مِنْ كَبِيرِ السِّنِّ.

3- Peringatan dari kejahatan zina terutama bagi orang yang sudah lanjut usia.

٤- التَّحْذِيرُ مِنَ الكِبْرِ لَا سِيَّمَا فِي حَقِّ الفَقِيرِ.

4- Peringatan dari kesombongan terutama terhadap orang miskin.

* * *

* * *

وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ". قَالَ عِمْرَانُ: فَلَا أَدْرِي أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا. "ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذُرُونَ وَلَا يُوفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ" (١) .

Dalam Shahih Muslim, dari 'Imran bin Hushain ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Sebaik-baik umatku adalah generasiku (qarn), kemudian yang setelah mereka, kemudian yang setelah mereka". 'Imran berkata: Aku tidak tahu apakah beliau menyebutkan setelah generasinya dua kali atau tiga kali. "Kemudian sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang bersaksi namun kesaksian mereka tidak diminta, mereka berkhianat dan tidak dipercaya, mereka bernazar namun tidak memenuhinya, dan obesitas akan nampak di antara mereka" (1).

ــ

ــ

فِي الصَّحِيحِ: أَيْ فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ.

Dalam Shahih: yaitu dalam Shahih Muslim.

قَرْنِي: أَيْ: أَهْلُ قَرْنِي وَهُمُ الصَّحَابَةُ، وَالْقَرْنُ: كُلُّ طَبَقَةٍ مِنَ النَّاسِ مُقْتَرِنِينَ فِي وَقْتٍ.

Qarniy: yaitu penduduk generasiku (qarn) dan mereka adalah para sahabat. Qarn adalah setiap lapisan manusia yang hidup dalam satu masa.

ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ: وَهُمُ التَّابِعُونَ.

Kemudian yang setelah mereka: yaitu para tabi'in.

ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ: وَهُمْ تَابِعُو التَّابِعِينَ.

Kemudian yang setelah mereka: yaitu tabi'ut tabi'in.

يَشْهَدُونَ: أَيْ: شَهَادَةَ الزُّورِ.

Mereka bersaksi: yaitu kesaksian palsu.

وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ: أَيْ: لَا يُطْلَبُ مِنْهُمُ الشَّهَادَةُ؛ لِفِسْقِهِمْ أَوْ لِاسْتِخْفَافِهِمْ بِأَمْرِهَا وَعَدَمِ تَحَرِّيهِمُ الصِّدْقَ.

Namun kesaksian mereka tidak diminta: yaitu kesaksian tidak diminta dari mereka karena kefasikan mereka atau karena mereka meremehkan urusan kesaksian dan tidak berusaha jujur.

وَيَخُونُونَ: أَيْ: يَخُونُونَ مَنِ ائْتَمَنَهُمْ.

Mereka berkhianat: yaitu mengkhianati orang yang mempercayai mereka.

وَلَا يُؤْتَمَنُونَ: أَيْ: لَا يَأْتَمِنُهُمُ النَّاسُ لِظُهُورِ خِيَانَتِهِمْ.

Dan tidak dipercaya: yaitu orang-orang tidak mempercayai mereka karena khianat mereka yang nampak.

وَيَنْذُرُونَ لَا يُوفُونَ: أَيْ: لَا يُؤَدُّونَ مَا وَجَبَ عَلَيْهِمْ بِالنَّذْرِ.

Mereka bernazar namun tidak memenuhinya: yaitu mereka tidak menunaikan kewajiban yang menjadi tanggungan mereka karena nazar.

وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ: السِّمَنُ كَثْرَةُ اللَّحْمِ، وَذَلِكَ لِتَنَعُّمِهِمْ وَغَفْلَتِهِمْ عَنِ الآخِرَةِ.

Dan kegemukan akan terlihat pada mereka: Kegemukan adalah banyaknya daging, dan itu karena kenikmatan dan kelalaian mereka terhadap akhirat.

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٦٥١"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٥٣٥".
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan nomor "2651", dan Muslim dengan nomor "2535".

المَعْنَى الإِجْمَالِيّ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ القُرُونُ الثَّلَاثَةُ وَهُمْ: الصَّحَابَةُ، وَالتَّابِعُونَ، وَأَتْبَاعُ التَّابِعِينَ؛ لِظُهُورِ الإِسْلَامِ فِيهِمْ، وَقُرْبِهِمْ مِنْ نُورِ النُّبُوَّةِ. ثُمَّ بَعْدَ هَذِهِ القُرُونِ المُفَضَّلَةِ يَحْدُثُ الشَّرُّ فِي الأُمَّةِ، وَتَكْثُرُ البِدَعُ، وَالتَّهَاوُنُ بِالشَّهَادَةِ، وَالِاسْتِخْفَافُ بِالأَمَانَةِ وَالنُّذُورِ، وَالتَّنَعُّمُ فِي الدُّنْيَا، وَالغَفْلَةُ عَنِ الآخِرَةِ؛ وَظُهُورُ هَذِهِ الأَعْمَالِ الذَّمِيمَةِ يَدُلُّ عَلَى ضَعْفِ إِسْلَامِهِمْ.

Makna keseluruhan: Nabi Muhammad ﷺ memberitahu bahwa sebaik-baik umat ini adalah tiga generasi yaitu: para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in; karena menonjolnya Islam pada mereka, dan dekatnya mereka dengan cahaya kenabian. Kemudian setelah generasi-generasi yang utama ini, terjadi keburukan pada umat, banyak bid'ah, meremehkan kesaksian, menganggap ringan amanah dan nazar, bersenang-senang dengan dunia, dan lalai terhadap akhirat; munculnya amalan-amalan tercela ini menunjukkan lemahnya keislaman mereka.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ ذَمَّ الَّذِينَ يَتَسَاهَلُونَ بِالشَّهَادَةِ وَهِيَ نَوْعٌ مِنَ اليَمِينِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat celaan terhadap orang-orang yang meremehkan kesaksian, dan kesaksian adalah salah satu jenis sumpah.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- فَضْلُ القُرُونِ الثَّلَاثَةِ أَوِ الأَرْبَعَةِ: الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُونَ وَأَتْبَاعُهُمْ.

1- Keutamaan tiga atau empat generasi: para sahabat, tabi'in, dan pengikut mereka.

٢- ذَمُّ التَّسَرُّعِ فِي الشَّهَادَةِ.

2- Celaan terhadap tergesa-gesa dalam bersaksi.

٣- ذَمُّ التَّهَاوُنِ بِالنُّذُورِ وَوُجُوبُ الوَفَاءِ بِهَا.

3- Celaan terhadap meremehkan nazar dan kewajiban memenuhinya.

٤- ذَمُّ الخِيَانَةِ فِي الأَمَانَةِ وَالحَثُّ عَلَى أَدَائِهَا.

4- Celaan terhadap khianat dalam amanah dan dorongan untuk menunaikannya.

٥- ذَمُّ التَّنَعُّمِ وَالرَّغْبَةِ فِي الدُّنْيَا وَالإِعْرَاضِ عَنِ الآخِرَةِ.

5- Celaan terhadap bersenang-senang dan keinginan terhadap dunia serta berpaling dari akhirat.

٦- عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ –ﷺ حَيْثُ أَخْبَرَ بِالشَّيْءِ قَبْلَ وُقُوعِهِ فَوَقَعَ كَمَا أَخْبَرَ.

6- Salah satu tanda kenabian beliau –ﷺ adalah memberitakan sesuatu sebelum terjadi, lalu terjadi sesuai dengan apa yang beliau kabarkan.

* * *

* * *

وَفِيهِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ" (١) . قَالَ إِبْرَاهِيمُ: "كَانُوا يَضْرِبُونَنَا عَلَى الشَّهَادَةِ وَالْعَهْدِ وَنَحْنُ صِغَارٌ".

Dan di dalamnya dari Ibnu Mas'ud ﵁ bahwa Nabi ﷺ bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang setelah mereka, kemudian yang setelah mereka, kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya" (1). Ibrahim berkata: "Mereka memukul kami karena persaksian dan janji ketika kami masih kecil".

ــ

ــ

التَّرَاجِمُ: إِبْرَاهِيمُ هُوَ: أَبُو عِمْرَانَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَزِيدَ النَّخَعِيُّ الْكُوفِيُّ مِنَ التَّابِعِينَ وَمِنْ فُقَهَائِهِمْ، مَاتَ سَنَةَ ٩٦هـ ﵀.

Biografi: Ibrahim adalah Abu Imran Ibrahim bin Yazid An-Nakha'i Al-Kufi, dari kalangan Tabi'in dan termasuk ahli fikih mereka. Wafat pada tahun 96 H ﵀.

تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ ... إِلَخْ: أَيْ: يَجْمَعُ بَيْنَ الْيَمِينِ وَالشَّهَادَةِ، فَتَارَةٌ تَسْبِقُ هَذِهِ وَتَارَةٌ تَسْبِقُ هَذِهِ.

Persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya ... dst: Yaitu, menggabungkan antara sumpah dan persaksian, terkadang yang ini mendahului dan terkadang yang itu mendahului.

كَانُوا: أَيِ: التَّابِعُونَ.

Mereka: Yaitu, para Tabi'in.

يَضْرِبُونَنَا عَلَى الشَّهَادَةِ ... إِلَخْ: أَيْ: لِئَلَّا يَعْتَادُوا إِلْزَامَ أَنْفُسِهِمْ بِالْعُهُودِ؛ لِمَا يَلْزَمُ الْحَالِفَ مِنَ الْوَفَاءِ، وَكَذَا الشَّهَادَةُ لِئَلَّا يَسْهُلَ عَلَيْهِمْ أَمْرُهَا.

Mereka memukul kami karena persaksian ... dst: Yaitu, agar mereka tidak terbiasa mengikat diri dengan janji-janji; karena orang yang bersumpah harus memenuhinya, demikian pula persaksian agar urusannya tidak menjadi mudah bagi mereka.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ –ﷺ أَنَّ خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ القُرُونُ الثَّلَاثَةُ، ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِهِمْ قَوْمٌ يَتَسَاهَلُونَ فِي الشَّهَادَةِ وَالْيَمِينِ؛ لِضَعْفِ إِيمَانِهِمْ، فَيَخِفُّ عَلَيْهِمْ أَمْرُ الشَّهَادَةِ وَالْيَمِينِ تَحَمُّلًا وَأَدَاءً؛ لِقِلَّةِ خَوْفِهِمْ مِنَ اللهِ وَعَدَمِ مُبَالَاتِهِمْ بِذَلِكَ (٢) .

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ memberitahukan bahwa sebaik-baik umat ini adalah tiga generasi pertama, kemudian setelah mereka akan datang suatu kaum yang meremehkan kesaksian dan sumpah; karena lemahnya iman mereka, maka mereka menganggap ringan perkara kesaksian dan sumpah baik dalam menanggungnya maupun menunaikannya; karena sedikitnya rasa takut mereka kepada Allah dan ketidakpedulian mereka terhadap hal itu (2).

_________
(١) أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٢٦٥٢"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٥٣٣".
(1) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "2652", dan Muslim dengan nomor "2533".
(٢) فَعَنْ أَنَسٍ –﵁ أَنَّ رَسُولَ اللهِ –ﷺ قَالَ: "لَا يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ إِلَّا وَالَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ" أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٧٠٦٨".
(2) Dari Anas –﵁ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah datang kepada manusia suatu zaman kecuali yang setelahnya lebih buruk darinya hingga kalian berjumpa dengan Rabb kalian" Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor "7068".

وَيُخْبِرُ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ عَنِ التَّابِعِينَ أَنَّهُمْ يُلَقِّنُونَ صِغَارَهُمْ تَعْظِيمَ الشَّهَادَةِ وَالْعَهْدِ؛ لِيَنْشَأُوا عَلَى ذَلِكَ وَلَا يَتَسَاهَلُوا فِيهِمَا.

Dan Ibrahim An-Nakha'i mengabarkan tentang para tabi'in bahwa mereka mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk mengagungkan syahadat dan janji; agar mereka tumbuh di atas hal itu dan tidak meremehkan keduanya.

مُنَاسَبَةُ الْحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ التَّحْذِيرَ مِنَ التَّسَاهُلِ بِالْيَمِينِ وَالشَّهَادَةِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa di dalamnya terdapat peringatan dari sikap meremehkan sumpah dan kesaksian.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- أَنَّ الْقُرُونَ الْمُفَضَّلَةَ ثَلَاثَةٌ، وَأَنَّهُمْ خَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ.

1- Bahwa generasi yang utama ada tiga, dan mereka adalah sebaik-baik umat ini.

٢- ذَمُّ التَّسَرُّعِ فِي الشَّهَادَةِ وَالْيَمِينِ.

2- Celaan terhadap sikap tergesa-gesa dalam bersaksi dan bersumpah.

٣- عِلْمٌ مِنْ أَعْلَامِ نُبُوَّتِهِ –ﷺ فَإِنَّهُ وُجِدَ مَا أَخْبَرَ بِهِ.

3- Salah satu tanda kenabian beliau ﷺ, karena apa yang beliau kabarkan telah terjadi.

٤- عِنَايَةُ السَّلَفِ بِتَرْبِيَةِ الصِّغَارِ وَتَأْدِيبِهِمْ.

4- Perhatian salaf terhadap pendidikan dan pembinaan anak-anak.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ وَذِمَّةِ نَبِيِّهِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي ذِمَّةِ اللهِ وَذِمَّةِ نَبِيِّهِ

Bab tentang apa yang datang mengenai perlindungan Allah dan perlindungan Nabi-Nya

وَقَوْلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا﴾ الآيَةَ.

Dan firman Allah Ta'ala: "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya" ayat.

ــ

ــ

تَمَامُ الآيَةِ: ﴿وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ﴾ [النحل: ٩١] .

Sempurnanya ayat: "padahal kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat" [An-Nahl: 91].

مُنَاسَبَةُ هَذَا البَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: التَّنْبِيهُ عَلَى أَنَّ الوَفَاءَ بِالعُهُودِ تَعْظِيمٌ لِلهِ، وَعَدَمَ الوَفَاءِ بِهَا عَدَمُ تَعْظِيمٍ لَهُ؛ فَهُوَ قَدْحٌ فِي التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Peringatan bahwa memenuhi janji adalah pengagungan kepada Allah, dan tidak memenuhinya adalah ketiadaan pengagungan kepada-Nya; maka itu adalah kekurangan dalam tauhid.

مَا جَاءَ فِي ذِمَّةِ اللهِ: ذِمَّةُ اللهِ هِيَ: العَهْدُ، وَفِيهِ الحَثُّ عَلَى حِفْظِهَا وَالوَفَاءِ بِهَا إِذَا أُعْطِيَتْ لِأَحَدٍ.

Apa yang datang mengenai perlindungan Allah: Perlindungan Allah adalah: Perjanjian, dan di dalamnya terdapat dorongan untuk menjaganya dan memenuhinya jika diberikan kepada seseorang.

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللهِ: بِالالْتِزَامِ بِمُوجِبِهِ مِنْ عُقُودِ البَيْعَةِ وَالأَيْمَانِ وَغَيْرِهَا.

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah: Dengan mematuhi kewajibannya dari akad bai'at, sumpah, dan lainnya.

وَلاَ تَنقُضُوا الأَيْمَانَ: أَيْ: أَيْمَانَ البَيْعَةِ أَوْ مُطلَقَ الأَيْمَانِ.

Dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah: Yaitu: Sumpah bai'at atau sumpah secara mutlak.

بَعْدَ تَوْكِيدِهَا: أَيْ: بَعْدَ تَوْثِيقِهَا بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى.

Setelah menguatkannya: Yaitu: setelah mengokohkannya dengan menyebut Allah Ta'ala.

وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا: أَيْ: شَاهِدًا عَلَيْكُمْ بِتِلْكَ الْبَيْعَةِ.

Dan sungguh, kamu telah menjadikan Allah sebagai penjamin atas dirimu: Yaitu: sebagai saksi atas kamu terhadap bai'at tersebut.

إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ: أَيْ: مِنْ نَقْضِ الْأَيْمَانِ وَالْعُهُودِ وَهَذَا تَهْدِيدٌ.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan: Yaitu: dari melanggar sumpah dan perjanjian, dan ini adalah ancaman.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يَأْمُرُ تَعَالَى بِالْوَفَاءِ بِالْعُهُودِ وَالْمَوَاثِيقِ؛ وَالْمُحَافَظَةِ عَلَى الْأَيْمَانِ الْمُؤَكَّدَةِ بِذِكْرِهِ؛ لِأَنَّهُمْ بِذَلِكَ جَعَلُوهُ سُبْحَانَهُ شَاهِدًا وَرَقِيبًا عَلَيْهِمْ؛ وَهُوَ سُبْحَانَهُ يَعْلَمُ أَفْعَالَهُمْ وَتَصَرُّفَاتِهِمْ وَسَيُجَازِيهِمْ

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala memerintahkan untuk memenuhi janji dan perjanjian; serta menjaga sumpah yang dikuatkan dengan menyebut-Nya; karena dengan demikian, mereka telah menjadikan-Nya sebagai saksi dan pengawas atas mereka; dan Dia Mahasuci mengetahui perbuatan dan tindakan mereka, dan Dia akan membalas mereka.

عَلَيْهَا.

Atasnya.

مُنَاسَبَةُ الْآيَةِ لِلْبَابِ: أَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ الْوَفَاءِ بِالْعُهُودِ، وَمِنْهَا مَا يَجْرِي بَيْنَ النَّاسِ مِنْ إِعْطَاءِ الذِّمَّةِ؛ فَإِنَّهَا يَجِبُ الْوَفَاءُ بِهَا؛ لِأَنَّهَا فَرْدٌ مِنْ أَفْرَادِ مَعْنَى الْآيَةِ.

Kesesuaian ayat dengan bab: bahwa ayat ini menunjukkan kewajiban memenuhi perjanjian, termasuk apa yang berlaku di antara manusia dalam memberikan perlindungan; maka wajib memenuhinya; karena itu adalah bagian dari makna ayat.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْآيَةِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat:

١- وُجُوبُ الْوَفَاءِ بِالْعُهُودِ وَالْمَوَاثِيقِ.

1- Kewajiban memenuhi perjanjian dan kesepakatan.

٢- تَحْرِيمُ نَقْضِ الْعُهُودِ وَالْأَيْمَانِ الدَّاخِلَةِ فِي الْعُهُودِ وَالْمَوَاثِيقِ.

2- Pengharaman melanggar perjanjian dan sumpah yang termasuk dalam perjanjian dan kesepakatan.

٣- إِثْبَاتُ الْعِلْمِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَأَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ.

3- Penetapan ilmu bagi Allah Subhanahu dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.

٤- وَعِيدٌ مِنْ نَقَضَ الْعُهُودَ وَالْمَوَاثِيقَ.

4- Ancaman bagi orang yang melanggar perjanjian dan kesepakatan.

* * *

* * *

عَنْ بُرَيْدَةَ ﵁ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا أَمَّرَ أَمِيرًا عَلَى جَيْشٍ أَوْ سَرِيَّةٍ؛ أَوْصَاهُ بِتَقْوَى اللهِ –تَعَالَى- وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ خَيْرًا، فَقَالَ: "اغْزُوا بِسْمِ اللهِ، فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا، وَلَا تَغُلُّوا، وَلَا تَغْدِرُوا، وَلَا تُمَثِّلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا.

Dari Buraidah ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ ketika mengangkat seorang amir (pemimpin) atas suatu pasukan atau sariyyah, beliau berwasiat kepadanya untuk bertakwa kepada Allah –Ta'ala- dan berbuat baik kepada orang-orang Muslim yang bersamanya. Kemudian beliau bersabda: "Berperanglah dengan nama Allah di jalan Allah, perangilah orang yang kufur kepada Allah, berperanglah dan janganlah kalian berkhianat, jangan melampaui batas, jangan mencincang (mayat musuh), dan jangan membunuh anak kecil."

وَإِذَا لَقِيتَ عَدُوَّكَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، فَادْعُهُمْ إِلَى ثَلَاثِ خِلَالٍ "أَوْ خِصَالٍ" فَأَيَّتُهُنَّ مَا أَجَابُوكَ: فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ: ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ، فَإِنْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى التَّحَوُّلِ مِنْ دَارِهِمْ إِلَى دَارِ الْمُهَاجِرِينَ، وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ إِنْ فَعَلُوا ذَلِكَ؛ فَلَهُمْ مَا لِلْمُهَاجِرِينَ، وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَى الْمُهَاجِرِينَ، فَإِنْ أَبَوْا أَنْ يَتَحَوَّلُوا مِنْهَا؛ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ يَكُونُونَ كَأَعْرَابِ الْمُسْلِمِينَ، يَجْرِي عَلَيْهِمْ حُكْمُ اللهِ الَّذِي يَجْرِي عَلَى الْمُؤْمِنِينَ، وَلَا يَكُونُ لَهُمْ فِي الْغَنِيمَةِ وَالْفَيْءِ شَيْءٌ، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدُوا مَعَ الْمُسْلِمِينَ، فَإِنْ هُمْ أَبَوْا؛ فَاسْأَلْهُمُ الْجِزْيَةَ، فَإِنْ هُمْ أَجَابُوكَ؛ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ، فَإِنْ هُمْ أَبَوْا؛ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَقَاتِلْهُمْ.

Dan jika engkau bertemu dengan musuhmu dari kalangan orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada tiga hal "atau tiga pilihan" mana saja yang mereka terima: terimalah dari mereka dan tahanlah diri dari mereka: kemudian ajaklah mereka kepada Islam, jika mereka menerimanya maka terimalah dari mereka, kemudian ajaklah mereka untuk berpindah dari negeri mereka ke negeri kaum Muhajirin, dan beritahukanlah kepada mereka bahwa jika mereka melakukan hal itu; maka mereka akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh kaum Muhajirin, dan mereka berkewajiban apa yang diwajibkan atas kaum Muhajirin, jika mereka enggan untuk berpindah darinya; maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan menjadi seperti orang-orang Arab Muslim, berlaku atas mereka hukum Allah yang berlaku atas orang-orang mukmin, dan mereka tidak mendapatkan bagian apapun dari ghanimah dan fai', kecuali jika mereka berjihad bersama kaum muslimin, jika mereka enggan; maka mintalah jizyah dari mereka, jika mereka menerimanya; maka terimalah dari mereka dan tahanlah diri dari mereka, jika mereka enggan; maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka.

وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ، فَأَرَادُوكَ أَنْ تَجْعَلَ ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ؛ فَلَا تَجْعَلْ لَهُمْ ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ، وَلَكِنِ اجْعَلْ لَهُمْ ذِمَّتَكَ وَذِمَّةَ أَصْحَابِكَ؛ فَإِنَّكُمْ إِنْ تُخْفِرُوا ذِمَمَكُمْ وَذِمَّةَ أَصْحَابِكُمْ أَهْوَنُ مِنْ أَنْ تُخْفِرُوا ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ.

Dan jika kamu mengepung penduduk benteng, lalu mereka memintamu untuk membuat perjanjian atas nama Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah kamu membuat perjanjian atas nama Allah dan Rasul-Nya, tetapi buatlah perjanjian atas namamu dan nama sahabat-sahabatmu. Karena jika kamu melanggar perjanjian atas namamu dan nama sahabat-sahabatmu, itu lebih ringan daripada kamu melanggar perjanjian atas nama Allah dan Rasul-Nya.

وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ فَأَرَادُوكَ أَنْ تُنْزِلَهُمْ عَلَى حُكْمِ اللهِ؛ فَلَا تُنْزِلْهُمْ عَلَى حُكْمِ اللهِ، وَلَكِنْ أَنْزِلْهُمْ عَلَى حُكْمِكَ؛ فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي أَتُصِيبُ حُكْمَ اللهِ فِيهِمْ أَمْ لَا" (١) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dan jika kamu mengepung penduduk benteng, lalu mereka meminta kepadamu untuk menurunkan mereka berdasarkan hukum Allah; maka janganlah kamu menurunkan mereka berdasarkan hukum Allah, tetapi turunkanlah mereka berdasarkan hukummu; karena sesungguhnya kamu tidak tahu apakah kamu akan mengenai hukum Allah pada mereka atau tidak" (1) Diriwayatkan oleh Muslim.

ــ

ــ

أَمَّرَ أَمِيرًا: أَيْ: جَعَلَ شَخْصًا أَمِيرًا.

Mengangkat seorang amir: yaitu: menjadikan seseorang sebagai amir.

عَلَى جَيْشٍ: أَيْ: جُنُودٌ كَثِيرَةٌ.

Atas pasukan: yaitu: tentara yang banyak.

أَوْ سَرِيَّةٍ: هِيَ: الْقِطْعَةُ مِنَ الْجَيْشِ تَخْرُجُ مِنْهُ وَتُغِيرُ وَتَرْجِعُ إِلَيْهِ.

Atau sariyyah: yaitu: bagian dari pasukan yang keluar darinya, menyerang, dan kembali kepadanya.

وَمَنْ مَعَهُ: أَيْ: بِمَنْ مَعَهُ.

Dan orang yang bersamanya: yaitu: dengan orang yang bersamanya.

خَيْرًا: أَيْ: أَنْ يَفْعَلَ بِهِمْ خَيْرًا.

Kebaikan: yaitu: agar berbuat baik kepada mereka.

اغْزُوا: أَيْ: اشْرَعُوا فِي فِعْلِ الْغَزْوِ.

Berperanglah: yaitu: mulailah melakukan peperangan.

فِي سَبِيلِ اللهِ: أَيْ: فِي طَاعَتِهِ وَمِنْ أَجْلِهِ.

Di jalan Allah: yaitu: dalam ketaatan kepada-Nya dan karena-Nya.

مَنْ كَفَرَ بِاللهِ: أَيْ: لِأَجْلِ كُفْرِهِمْ وَخَصَّ مِنْهُ مَنْ لَا يَجُوزُ قَتْلُهُ مِنَ الْكُفَّارِ كَالنِّسَاءِ وَمَنْ لَهُ عَهْدٌ ... إِلْخ.

Orang yang kafir kepada Allah: yaitu: karena kekafiran mereka dan mengkhususkan dari mereka orang yang tidak boleh dibunuh dari orang-orang kafir seperti wanita dan orang yang memiliki perjanjian ... dst.

وَلَا تَغُلُّوا: الْغُلُولُ: الْأَخْذُ مِنَ الْغَنِيمَةِ قَبْلَ قِسْمَتِهَا.

Dan janganlah kalian berkhianat: Al-Ghulul: mengambil dari ghanimah sebelum pembagiannya.

وَلَا تَغْدِرُوا: أَيْ: لَا تَنْقُضُوا الْعَهْدَ.

Dan janganlah kalian melanggar janji: yaitu: jangan melanggar perjanjian.

وَلَا تُمَثِّلُوا: التَّمْثِيلُ: تَشْوِيهُ الْقَتِيلِ بِقَطْعِ أَعْضَائِهِ.

Dan janganlah kalian mencincang: At-Tamtsil: memutilasi mayat dengan memotong anggota tubuhnya.

وَلِيدًا: هُوَ: الصَّبِيُّ وَالْعَبْدُ.

Anak kecil: dia adalah: anak kecil dan budak.

ثَلَاثَ خِلَالٍ أَوْ خِصَالٍ: شَكٌّ مِنَ الرَّاوِي وَمَعْنَاهُمَا وَاحِدٌ.

Tiga pilihan atau sifat: keraguan dari perawi dan maknanya sama.

فَاقْبَلْ مِنْهُمْ: أَيْ: اقْبَلْ مِنْهُمُ الإِسْلَامَ وَكُفَّ عَنْهُمُ الْقِتَالَ.

Maka terimalah dari mereka: Yaitu: terimalah Islam dari mereka dan hentikan peperangan terhadap mereka.

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "١٧٣١"، وَأَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٢٦١٢، ٢٦١٣"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "١٦١٧"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "٤٨٥٨"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٥/٣٥٢، ٣٥٨".
(1) Diriwayatkan oleh Muslim dengan nomor "1731", Abu Dawud dengan nomor "2612, 2613", At-Tirmidzi dengan nomor "1617", Ibnu Majah dengan nomor "4858", dan Ahmad dalam Musnad-nya "5/352, 358".

دَارُ الْمُهَاجِرِينَ: يَعْنِي: الْمَدِينَةَ إِذْ ذَاكَ.

Dar al-Muhajirin: Artinya: Madinah pada saat itu.

فَلَهُمْ مَا لِلْمُهَاجِرِينَ: أَيْ: فِي اسْتِحْقَاقِ الْفَيْءِ وَالْغَنِيمَةِ.

Maka bagi mereka apa yang menjadi hak para Muhajirin: Yaitu: dalam hal berhak mendapatkan fai' dan ghanimah.

مَا عَلَى الْمُهَاجِرِينَ: مِنَ الْجِهَادِ وَغَيْرِهِ.

Apa yang menjadi kewajiban para Muhajirin: dari jihad dan lainnya.

كَأَعْرَابِ الْمُسْلِمِينَ: السَّاكِنِينَ فِي الْبَادِيَةِ مِنْ غَيْرِ هِجْرَةٍ وَلَا غَزْوٍ.

Seperti orang-orang Arab Badui Muslim: Yang tinggal di pedesaan tanpa berhijrah atau berperang.

فَاسْأَلْهُمُ الْجِزْيَةَ: أَيْ: اطْلُبْ مِنْهُمْ أَنْ يَدْفَعُوا الْجِزْيَةَ، وَهِيَ مَالٌ يُؤْخَذُ مِنَ الْكُفَّارِ عَلَى وَجْهِ الصَّغَارِ وَالذِّلَّةِ لَهُمْ، وَاشْتِقَاقُهَا مِنَ الْجَزَاءِ كَأَنَّهَا جَزَاءٌ عَنِ الْقَتْلِ.

Maka mintalah jizyah dari mereka: Yaitu: Mintalah dari mereka untuk membayar jizyah, yaitu harta yang diambil dari orang-orang kafir sebagai bentuk kehinaan dan kerendahan bagi mereka, dan kata jizyah berasal dari kata jaza' (balasan) seakan-akan jizyah itu adalah balasan atas pembunuhan.

فَإِنْ أَبَوْا: أَيْ امْتَنَعُوا عَنِ الدُّخُولِ فِي الْإِسْلَامِ وَدَفْعِ الْجِزْيَةِ.

Jika mereka menolak: Yaitu enggan masuk Islam dan membayar jizyah.

حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ: الْحِصْنُ: كُلُّ مَكَانٍ مَحْمِيٍّ مُحْرَزٍ، وَحَاصَرْتَهُمْ: ضَيَّقْتَ عَلَيْهِمْ وَأَحَطْتَ بِهِمْ.

Jika engkau mengepung penduduk benteng: Benteng adalah setiap tempat yang terlindungi dan terjaga, dan engkau mengepung mereka berarti engkau mempersempit mereka dan mengelilingi mereka.

ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ: الذِّمَّةُ هُنَا الْعَهْدُ.

Perlindungan Allah dan perlindungan Nabi-Nya: Perlindungan di sini berarti perjanjian.

أَنْ تُخْفِرُوا ذِمَمَكُمْ: أَيْ: تَنْقُضُوا عُهُودَكُمْ.

Bahwa kalian mengkhianati perjanjian kalian: Yaitu: kalian melanggar perjanjian-perjanjian kalian.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ لَنَا هَذَا الصَّحَابِيُّ الْجَلِيلُ بُرَيْدَةُ بْنُ الْحُصَيْبِ ﵁ مَا كَانَ يَفْعَلُهُ النَّبِيُّ –ﷺ عِنْدَمَا يُرْسِلُ الْجُيُوشَ وَالسَّرَايَا لِلْقِتَالِ فِي سَبِيلِ اللهِ، أَنَّهُ كَانَ يُوصِي الْقُوَّادَ بِالتَّحَرُّزِ بِطَاعَةِ اللهِ مِنْ عُقُوبَتِهِ بِالْتِزَامِ التَّقْوَى، وَيَأْمُرُهُمْ بِالشُّرُوعِ فِي الْغَزْوِ مُسْتَعِينِينَ بِاللهِ لِيُقَاتِلُوا الْكُفَّارَ؛ لِإِزَالَةِ كُفْرِهِمْ حَتَّى يَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ، وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْخِيَانَةِ فِي الْعُهُودِ وَالْأَخْذِ مِنَ الْمَغَانِمِ قَبْلَ قِسْمَتِهَا، وَعَنْ تَشْوِيهِ الْقَتْلَى وَقَتْلِ مَنْ لَا يَسْتَحِقُّ الْقَتْلَ مِنَ الْوِلْدَانِ. وَعِنْدَمَا يُلَاقُونَ عَدُوَّهُمْ فَإِنَّهُمْ يُخَيِّرُونَهُمْ بَيْنَ ثَلَاثَةِ أُمُورٍ: إِمَّا أَنْ يَدْخُلُوا فِي الْإِسْلَامِ، وَإِمَّا أَنْ يُؤَدُّوا الْجِزْيَةَ، وَإِمَّا أَنْ يُقَاتِلُوهُمْ. فَإِنْ دَخَلُوا فِي الْإِسْلَامِ خُيِّرُوا بَيْنَ أَمْرَيْنِ: إِمَّا الِانْتِقَالُ إِلَى دَارِ الْهِجْرَةِ، وَلَهُمْ مَا لِلْمُهَاجِرِينَ وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَى

Makna keseluruhan hadits: Sahabat mulia Buraidah bin Al-Hushaib ﵁ menyebutkan kepada kita apa yang dilakukan Nabi ﷺ ketika mengirim pasukan dan sariyyah untuk berperang di jalan Allah, bahwa beliau berwasiat kepada para komandan untuk berlindung dengan ketaatan kepada Allah dari hukuman-Nya dengan berkomitmen pada ketakwaan, dan memerintahkan mereka untuk memulai peperangan dengan memohon pertolongan Allah untuk memerangi orang-orang kafir; untuk menghilangkan kekufuran mereka hingga agama semuanya menjadi milik Allah, dan melarang mereka dari khianat dalam perjanjian dan mengambil ghanimah sebelum pembagiannya, serta merusak jenazah dan membunuh anak-anak yang tidak layak dibunuh. Dan ketika mereka bertemu musuh, mereka memberi pilihan antara tiga hal: masuk Islam, membayar jizyah, atau diperangi. Jika mereka masuk Islam, mereka diberi pilihan antara dua hal: pindah ke darul hijrah, dan mereka mendapat apa yang didapat para muhajirin serta berkewajiban apa yang diwajibkan atas

الْمُهَاجِرِينَ، وَإِمَّا الْبَقَاءُ مَعَ أَعْرَابِ الْمُسْلِمِينَ لَهُمْ مَا لَهُمْ وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَيْهِمْ. ثُمَّ يُوصِي –ﷺ الْقُوَّادَ عِنْدَمَا يُحَاصِرُونَ الْكُفَّارَ فِي مَعَاقِلِهِمْ؛ فَيَطْلُبُ الْكُفَّارُ مِنْهُمْ أَنْ يَجْعَلُوا لَهُمْ عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ نَبِيِّهِ أَنْ لَا يَجْعَلُوا لَهُمْ ذَلِكَ، وَلَكِنْ يَجْعَلُوا لَهُمْ عَهْدَهُمْ هُمْ؛ فَإِنَّ نَقْضَ عَهْدِ اللهِ وَعَهْدِ رَسُولِهِ أَعْظَمُ جُرْمًا مِنْ نَقْضِ عُهُودِهِمْ. وَإِذَا طَلَبُوا مِنْهُمُ النُّزُولَ عَلَى حُكْمِ اللهِ فَلَا يُجِيبُوهُمْ بَلْ يُنْزِلُونَهُمْ عَلَى حُكْمِهِمْ هُمْ وَاجْتِهَادِهِمْ؛ خَشْيَةَ أَنْ لَا يُصِيبُوا حُكْمَ اللهِ تَعَالَى، فَيَنْسِبُونَ إِلَى اللهِ مَا هُوَ خَطَأٌ.

Para Muhajirin, atau tetap bersama orang-orang Arab Muslim, mereka mendapatkan apa yang mereka dapatkan dan mereka menanggung apa yang mereka tanggung. Kemudian beliau ﷺ berwasiat kepada para pemimpin ketika mereka mengepung orang-orang kafir di benteng mereka; lalu orang-orang kafir meminta kepada mereka untuk memberikan perjanjian Allah dan perjanjian Nabi-Nya bahwa mereka tidak memberikan hal itu kepada mereka, tetapi mereka memberikan perjanjian mereka sendiri; karena melanggar perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya lebih besar dosanya daripada melanggar perjanjian mereka. Dan jika mereka meminta kepada mereka untuk menyerah pada hukum Allah, maka janganlah mereka menjawabnya, tetapi mereka menyerahkan mereka pada hukum dan ijtihad mereka sendiri; karena khawatir tidak mengenai hukum Allah Ta'ala, sehingga mereka menisbatkan kepada Allah apa yang salah.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثِ فِي الْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنْ إِعْطَاءِ ذِمَّةِ اللهِ وَذِمَّةِ رَسُولِهِ لِلْكُفَّارِ؛ خَشْيَةَ عَدَمِ الْوَفَاءِ بِذَلِكَ، فَتَكُونُ الْجَرِيمَةُ عَظِيمَةً، وَيَكُونُ ذَلِكَ هَضْمًا لِعَهْدِ اللهِ، وَنَقْصًا فِي التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: bahwa di dalamnya terdapat larangan memberikan perlindungan Allah dan perlindungan Rasul-Nya kepada orang-orang kafir; karena khawatir tidak memenuhi hal itu, maka kejahatan itu menjadi besar, dan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian Allah, dan kekurangan dalam tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Apa yang dapat diambil dari hadits:

١- مَشْرُوعِيَّةُ بَعْثِ السَّرَايَا وَالْجُيُوشِ لِلْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ.

1- Disyariatkannya mengirim pasukan dan tentara untuk berjihad di jalan Allah.

٢- أَنَّهُ يَجِبُ أَنْ يَكُونَ الْقِتَالُ لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللهِ وَمَحْوِ آثَارِ الْكُفْرِ مِنَ الْأَرْضِ لَا لِنَيْلِ الْمُلْكِ وَطَلَبِ الدُّنْيَا، أَوْ نَيْلِ الشُّهْرَةِ.

2- Bahwa peperangan harus dilakukan untuk meninggikan kalimat Allah dan menghapus jejak kekufuran dari muka bumi, bukan untuk meraih kekuasaan, mencari dunia, atau meraih ketenaran.

٣- مَشْرُوعِيَّةُ تَنْصِيبِ الْأُمَرَاءِ عَلَى الْجُيُوشِ وَالسَّرَايَا.

3- Disyariatkannya mengangkat para pemimpin atas pasukan dan tentara.

٤- أَنَّهُ يُشْرَعُ لِوَلِيِّ الْأَمْرِ أَنْ يُوصِيَ الْقُوَّادَ وَيُوَضِّحَ لَهُمُ الْخُطَّةَ الَّتِي يَسِيرُونَ عَلَيْهَا فِي جِهَادِهِمْ.

4- Bahwa disyariatkan bagi pemimpin untuk berwasiat kepada para komandan dan menjelaskan kepada mereka rencana yang mereka jalankan dalam jihad mereka.

٥- أَنَّ الْجِهَادَ يَكُونُ بِإِذْنِ وَلِيِّ الْأَمْرِ وَتَنْفِيذِهِ.

5- Bahwa jihad dilakukan dengan izin dan pelaksanaan dari pemimpin.

٦- مَشْرُوعِيَّةُ الدَّعْوَةِ إِلَى الْإِسْلَامِ قَبْلَ الْقِتَالِ.

6- Disyariatkannya berdakwah kepada Islam sebelum berperang.

٧- مَشْرُوعِيَّةُ أَخْذِ الْجِزْيَةِ مِنْ جَمِيعِ الْكُفَّارِ.

7- Disyariatkannya mengambil jizyah dari seluruh orang-orang kafir.

٨- النَّهْيُ عَنْ قَتْلِ الصِّبْيَانِ.

8- Larangan membunuh anak-anak.

٩- النَّهْيُ التَّمْثِيلُ بِالْقَتْلَى.

9- Larangan mencincang orang-orang yang terbunuh.

١٠- النَّهْيُ عَنِ الغُلُولِ وَالخِيَانَةِ فِي العُهُودِ.

10- Larangan melakukan pengkhianatan dan perbuatan curang dalam perjanjian.

١١- احْتِرَامُ ذِمَّةِ اللهِ وَذِمَّةِ نَبِيِّهِ وَالفَرْقُ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ ذِمَّةِ المُسْلِمِينَ.

11- Menghormati perlindungan Allah dan perlindungan Nabi-Nya serta perbedaan antara keduanya dengan perlindungan kaum muslimin.

١٢- طَلَبُ الاحْتِيَاطِ عَنِ الوُقُوعِ فِي المَحْذُورِ.

12- Berusaha berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam hal yang terlarang.

١٣- أَنَّ المُجْتَهِدَ يُخْطِئُ وَيُصِيبُ وَالفَرْقُ بَيْنَ حُكْمِ اللهِ وَحُكْمِ العُلَمَاءِ.

13- Bahwa seorang mujtahid bisa salah dan benar, serta perbedaan antara hukum Allah dan hukum para ulama.

١٤- الإِرْشَادُ إِلَى ارْتِكَابِ أَقَلِّ الأَمْرَيْنِ خَطَرًا.

14- Petunjuk untuk melakukan yang paling sedikit bahayanya di antara dua perkara.

١٥- مَشْرُوعِيَّةُ الاجْتِهَادِ عِنْدَ الحَاجَةِ.

15- Disyariatkannya ijtihad ketika dibutuhkan.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْإِقْسَامِ عَلَى اللَّهِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي الْإِقْسَامِ عَلَى اللهِ

Bab tentang apa yang datang mengenai bersumpah atas nama Allah

عَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "قَالَ رَجُلٌ: وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لِفُلَانٍ، فَقَالَ اللهُ ﷿: مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ؟! إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ" (١) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Jundab bin Abdullah ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Seorang laki-laki berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan'. Maka Allah ﷿ berfirman: 'Siapakah yang berani bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalmu.'" (1) Diriwayatkan oleh Muslim.

وَفِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ الْقَائِلَ رَجُلٌ عَابِدٌ (٢) .

Dan dalam hadits Abu Hurairah bahwa yang mengucapkan itu adalah seorang ahli ibadah (2).

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: "تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ" (٣) .

Abu Hurairah berkata: "Dia mengucapkan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (3)

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ هَذَا الْبَابِ فِي كِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَنَّ الْإِقْسَامَ عَلَى اللهِ إِذَا

Kesesuaian penyebutan bab ini dalam Kitab Tauhid: bahwa bersumpah atas nama Allah jika

_________
(١) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٦٢١".
(1) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2621".
(٢) فَقَدْ رَوَى أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٩٠١"، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ. فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ. فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا! فَقَالَ: وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ وَلَا يُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي. وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ".
(2) Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4901", dari Abu Hurairah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Ada dua orang dari Bani Israil yang bersaudara, salah satunya berbuat dosa dan yang lain bersungguh-sungguh dalam ibadah. Orang yang bersungguh-sungguh itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa, lalu ia berkata, 'Hentikanlah!' Pada suatu hari ia mendapatinya berbuat dosa, maka ia berkata, 'Hentikanlah!' Saudaranya menjawab, 'Biarkan aku dan Rabbku, apakah engkau diutus sebagai pengawas atasku?' Ia berkata, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu dan tidak akan memasukkanmu ke surga.' Lalu Allah mencabut nyawa keduanya, dan mereka berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah berfirman kepada orang yang bersungguh-sungguh itu, 'Apakah engkau mengetahui-Ku atau mampu menguasai apa yang ada di tangan-Ku?' Dan Allah berfirman kepada orang yang berdosa, 'Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku.' Dan Allah berfirman kepada yang lain, 'Bawalah ia ke neraka.'"
(٣) فَقَدْ أَخْرَجَ التِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٢٣٢٠" أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: "إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ"، وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
(3) At-Tirmidzi meriwayatkan dengan nomor "2320" bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya seseorang mengucapkan suatu perkataan yang ia tidak menyangka akan sampai sejauh itu, (namun) Allah menuliskan kemurkaan-Nya kepadanya hingga hari ia berjumpa dengan-Nya." At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih.

كَانَ عَلَى وَجْهِ الْحَجْرِ عَلَى اللهِ فَهُوَ مُنَافٍ لِلتَّوْحِيدِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ سُوءِ الْأَدَبِ مَعَ اللهِ تَعَالَى.

Itu adalah bentuk pembatasan terhadap Allah yang bertentangan dengan tauhid; karena itu merupakan bentuk kesalahan adab kepada Allah Ta'ala.

مَا جَاءَ فِي الْإِقْسَامِ عَلَى اللهِ: أَيْ: مِنَ الْأَدِلَّةِ عَلَى تَحْرِيمِ ذَلِكَ.

Apa yang datang tentang bersumpah atas nama Allah: yaitu: dari dalil-dalil atas pengharaman hal tersebut.

مَنْ ذَا الَّذِي؟: اسْتِفْهَامُ إِنْكَارٍ.

Siapakah dia yang?: pertanyaan pengingkaran.

يَتَأَلَّى عَلَيَّ: أَيْ: يَحْلِفُ، وَالْأَلِيَّةُ: بِتَشْدِيدِ الْيَاءِ: الْحَلِفُ.

Bersumpah atas nama-Ku: yaitu: bersumpah, dan al-aliyyah: dengan tasydid pada huruf ya': sumpah.

أَحْبَطْتُ عَمَلَكَ: أَيْ: أَهْدَرْتُهُ.

Aku menggugurkan amalmu: yaitu: Aku meniadakannya.

أَوْبَقَتْ: أَيْ: أَهْلَكَتْ.

Membinasakan: yaitu: menghancurkan.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ النَّبِيُّ –ﷺ عَلَى وَجْهِ التَّحْذِيرِ مِنْ خَطَرِ اللِّسَانِ، أَنَّ رَجُلًا حَلَفَ أَنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ لِرَجُلٍ مُذْنِبٍ؛ فَكَأَنَّهُ حَكَمَ عَلَى اللهِ وَحَجَرَ عَلَيْهِ؛ لِمَا اعْتَقَدَ فِي نَفْسِهِ عِنْدَ اللهِ مِنَ الْكَرَامَةِ وَالْحَظِّ وَالْمَكَانَةِ، وَلِذَلِكَ الْمُذْنِبِ مِنَ الْإِهَانَةِ، وَهَذَا إِدْلَالٌ عَلَى اللهِ وَسُوءُ أَدَبٍ مَعَهُ، أَوْجَبَ لِذَلِكَ الرَّجُلِ الشَّقَاءَ وَالْخُسْرَانَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi –ﷺ mengabarkan sebagai peringatan dari bahaya lisan, bahwa seorang laki-laki bersumpah bahwa Allah tidak akan mengampuni seorang laki-laki yang berdosa; seakan-akan dia menghakimi Allah dan membatasi-Nya; karena dia meyakini dalam dirinya di sisi Allah adanya kemuliaan, keberuntungan, dan kedudukan, dan bagi pendosa itu penghinaan, dan ini adalah bentuk kesombongan terhadap Allah dan kesalahan adab kepada-Nya, yang mewajibkan bagi laki-laki itu kesengsaraan dan kerugian di dunia dan akhirat.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الحَدِيثِ فِي البَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الإِقْسَامِ عَلَى اللهِ عَلَى وَجْهِ الحَجْرِ عَلَى اللهِ وَالإِعْجَابِ بِالنَّفْسِ؛ وَذَلِكَ نَقْصٌ فِي التَّوْحِيدِ.

Kesesuaian penyebutan hadits dalam bab ini: bahwa hadits tersebut menunjukkan haramnya bersumpah atas nama Allah dengan cara membatasi Allah dan mengagumi diri sendiri; dan itu merupakan kekurangan dalam tauhid.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الإِقْسَامِ عَلَى اللهِ إِلَّا إِذَا كَانَ عَلَى وَجْهِ حُسْنِ الظَّنِّ بِهِ وَتَأْمِيلِ الخَيْرِ مِنْهُ.

1- Haramnya bersumpah atas nama Allah kecuali jika dengan cara berbaik sangka kepada-Nya dan mengharapkan kebaikan dari-Nya.

٢- وُجُوبُ حُسْنِ الأَدَبِ مَعَ اللهِ.

2- Wajibnya beradab baik kepada Allah.

٣- شِدَّةُ خَطَرِ اللِّسَانِ وَوُجُوبُ حِفْظِهِ.

3- Besarnya bahaya lisan dan wajibnya menjaganya.

* * *

* * *

بَابُ لَا يُسْتَشْفَعُ بِاللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ

بَابُ لَا يُسْتَشْفَعُ بِاللهِ عَلَى خَلْقِهِ

Bab Tidak Boleh Meminta Syafaat Kepada Allah atas Makhluk-Nya

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ﵁ قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ: نُهِكَتِ الْأَنْفُسُ، وَجَاعَ الْعِيَالُ، وَهَلَكَتِ الْأَمْوَالُ؛ فَاسْتَسْقِ لَنَا رَبَّكَ؛ فَإِنَّا نَسْتَشْفِعُ بِاللهِ عَلَيْكَ، وَبِكَ عَلَى اللهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "سُبْحَانَ اللهِ! سُبْحَانَ اللهِ! " فَمَا زَالَ يُسَبِّحُ حَتَّى عُرِفَ ذَلِكَ فِي وُجُوهِ أَصْحَابِهِ. ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "وَيْحَكَ! أَتَدْرِي مَا اللهُ؟ إِنَّ شَأْنَ اللهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ؛ إِنَّهُ لَا يُسْتَشْفَعُ بِاللهِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ" (١) وَذَكَرَ الْحَدِيثَ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.

Dari Jubair bin Muth'im ﵁ berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: "Wahai Rasulullah, jiwa-jiwa telah letih, keluarga kelaparan, dan harta benda binasa; maka mohonkanlah hujan untuk kami kepada Tuhanmu; karena kami meminta syafaat kepada Allah atas engkau, dan (meminta syafaat) kepada engkau atas Allah." Maka Nabi ﷺ bersabda: "Subhanallah! Subhanallah! (Mahasuci Allah! Mahasuci Allah!)" Beliau terus bertasbih hingga hal itu tampak di wajah para sahabatnya. Kemudian Nabi ﷺ bersabda: "Celakalah engkau! Tahukah engkau siapa Allah itu? Sesungguhnya keagungan Allah lebih besar dari itu; sesungguhnya tidak boleh meminta syafaat kepada Allah atas seorang pun dari makhluk-Nya." (1) Lalu beliau menyebutkan hadits tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ تَحْرِيمِ الِاسْتِشْفَاعِ بِاللهِ عَلَى خَلْقِهِ؛ لِأَنَّهُ هَضْمٌ لِلرُّبُوبِيَّةِ وَقَدْحٌ فِي تَوْحِيدِ الْعَبْدِ؛ لِأَنَّ الشَّافِعَ يَشْفَعُ عِنْدَ مَنْ هُوَ أَعْلَى مِنْهُ وَاللهُ تَعَالَى مُنَزَّهٌ عَنْ ذَلِكَ؛ لِأَنَّهُ لَا أَحَدَ أَعْلَى مِنْهُ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penjelasan tentang haramnya meminta syafaat kepada Allah atas makhluk-Nya; karena hal itu merendahkan sifat rububiyah (ketuhanan) dan mencela tauhid seorang hamba; karena pemberi syafaat meminta syafaat kepada yang lebih tinggi darinya, sedangkan Allah Ta'ala Mahasuci dari hal itu; karena tidak ada seorang pun yang lebih tinggi dari-Nya.

التَّرَاجِمُ: جُبَيْرٌ هُوَ: جُبَيْرُ بْنُ مُطْعِمِ بْنِ عَدِيِّ بْنِ نَوْفَلِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ الْقُرَشِيُّ كَانَ مِنْ أَكَابِرِ قُرَيْشٍ أَسْلَمَ قَبْلَ الْفَتْحِ وَمَاتَ سَنَةَ ٥٧هـ ﵁.

Terjemahan: Jubair adalah: Jubair bin Muth'im bin 'Adi bin Naufal bin 'Abd Manaf Al-Qurasyi adalah salah satu pembesar Quraisy, masuk Islam sebelum penaklukan Makkah dan wafat pada tahun 57 H, semoga Allah meridhainya.

نُهِكَتْ: بِضَمِّ النُّونِ أَيْ: جُهِدَتْ وَضَعُفَتْ.

Nuhikat: dengan dhammah pada huruf nun, artinya: dipaksa dan dilemahkan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٧٢٦".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4726".

فَاسْتَسْقِ لَنَا رَبَّكَ: أَيْ: اسْأَلْهُ أَنْ يَسْقِيَنَا بِأَنْ يُنْزِلَ الْمَطَرَ.

Mintalah kepada Tuhanmu untuk memberi kami minum: yaitu: mintalah kepada-Nya untuk memberi kami minum dengan menurunkan hujan.

نَسْتَشْفِعُ بِاللهِ عَلَيْكَ: نَجْعَلُهُ وَاسِطَةً إِلَيْكَ.

Kami memohon syafaat kepada Allah atasmu: kami menjadikan-Nya perantara kepadamu.

سُبْحَانَ اللهِ: أَيْ: تَنْزِيهًا لِلَّهِ عَمَّا لَا يَلِيقُ بِهِ.

Subhanallah: yaitu: mensucikan Allah dari apa yang tidak layak bagi-Nya.

عُرِفَ ذَلِكَ فِي وُجُوهِ أَصْحَابِهِ: أَيْ: عُرِفَ الْغَضَبُ فِيهَا؛ لِغَضَبِ رَسُولِ اللهِ –ﷺ.

Hal itu diketahui dari wajah-wajah para sahabatnya: yaitu: kemarahan diketahui dari wajah-wajah mereka; karena kemarahan Rasulullah ﷺ.

وَيْحَكَ: كَلِمَةٌ تُقَالُ لِلزَّجْرِ.

Celakalah kamu: kata yang diucapkan untuk mencela.

أَتَدْرِي مَا اللهُ؟: إِشَارَةٌ إِلَى قِلَّةِ عِلْمِهِ بِعَظَمَةِ اللهِ وَجَلَالِهِ.

Tahukah kamu siapa Allah?: isyarat kepada sedikitnya pengetahuannya tentang keagungan Allah dan kebesaran-Nya.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يَذْكُرُ هَذَا الصَّحَابِيُّ أَنَّ رَجُلًا مِنَ البَادِيَةِ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ يَشْكُو مَا أَصَابَ النَّاسَ مِنَ الحَاجَةِ إِلَى المَطَرِ؛ وَيَطْلُبُ مِنَ النَّبِيِّ –ﷺ أَنْ يَسْأَلَ رَبَّهُ أَنْ يُنْزِلَهُ عَلَيْهِمْ؛ لَكِنَّهُ أَسَاءَ الأَدَبَ مَعَ اللهِ؛ حَيْثُ اسْتَشْفَعَ بِهِ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ وَهَذَا جَهْلٌ مِنْهُ بِحَقِّ اللهِ؛ لِأَنَّ الشَّفَاعَةَ إِنَّمَا تَكُونُ مِنَ الأَدْنَى إِلَى الأَعْلَى، وَلِذَلِكَ أَنْكَرَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ –ﷺ ذَلِكَ وَنَزَّهَ رَبَّهُ عَنْ هَذَا التَّنَقُّصِ، وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ الِاسْتِشْفَاعَ بِالنَّبِيِّ –ﷺ إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ بِدُعَائِهِ إِيَّاهُ.

Makna keseluruhan hadits: Sahabat ini menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari pedesaan datang kepada Nabi –ﷺ mengadukan apa yang menimpa orang-orang berupa kebutuhan akan hujan; dan meminta kepada Nabi –ﷺ untuk memohon kepada Tuhannya agar menurunkannya kepada mereka; tetapi dia bersikap tidak sopan kepada Allah; di mana dia meminta syafaat kepada-Nya melalui Nabi –ﷺ dan ini adalah kebodohan darinya tentang hak Allah; karena syafaat itu hanya dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, oleh karena itu Nabi –ﷺ mengingkari hal itu dan mensucikan Tuhannya dari kekurangan ini, dan tidak mengingkari permintaan syafaat melalui Nabi –ﷺ kepada Allah سُبْحَانَهُ dengan doanya kepada-Nya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الِاسْتِشْفَاعِ بِاللهِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ؛ لِأَنَّهُ تَنَقُّصٌ يُنَزَّهُ اللهُ عَنْهُ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa hadits ini menunjukkan haramnya meminta syafaat kepada Allah atas salah satu makhluk-Nya; karena hal itu merupakan pengurangan yang Allah disucikan darinya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَحْرِيمُ الِاسْتِشْفَاعِ بِاللهِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ؛ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنَ التَّنَقُّصِ لِلَّهِ تَعَالَى.

1- Haramnya meminta syafaat kepada Allah atas salah satu makhluk-Nya; karena hal itu merupakan pengurangan bagi Allah تَعَالَى.

٢- تَنْزِيهُ اللهِ عَمَّا لَا يَلِيقُ بِهِ.

2- Mensucikan Allah dari apa yang tidak pantas bagi-Nya.

٣- إِنْكَارُ المُنْكَرِ وَتَعْلِيمُ الجَاهِلِ.

3- Mengingkari kemungkaran dan mengajarkan orang yang bodoh.

٤- جَوَازُ الِاسْتِشْفَاعِ بِالرَّسُولِ –ﷺ فِي حَيَاتِهِ، بِأَنْ يُطْلُبَ مِنْهُ أَنْ يَدْعُوَ اللهَ

4- Diperbolehkan meminta syafaat kepada Rasulullah ﷺ semasa hidupnya, dengan meminta beliau untuk berdoa kepada Allah

فِي قَضَاءِ حَاجَةِ الْمُحْتَاجِ؛ لِأَنَّهُ مُسْتَجَابُ الدَّعْوَةِ، أَمَّا بَعْدَ مَوْتِهِ فَلَا يُطْلَبُ مِنْهُ ذَلِكَ لِأَنَّ الصَّحَابَةَ لَمْ يَكُونُوا يَفْعَلُونَ ذَلِكَ.

Dalam memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan; karena doanya mustajab, adapun setelah kematiannya maka hal itu tidak diminta darinya karena para sahabat tidak melakukan hal itu.

٥- التَّعْلِيمُ بِطَرِيقَةِ السُّؤَالِ، لِأَنَّهُ أَوْقَعُ فِي النَّفْسِ.

5- Pengajaran dengan metode tanya jawab, karena lebih berkesan di dalam jiwa.

* * *

* * *

بَابُ مَا جَاءَ فِي حِمَايَةِ النَّبِيِّ ﷺ حِمَى التَّوْحِيدِ وَسَدِّهِ طُرُقَ الشِّرْكِ

بَابُ مَا جَاءَ فِي حِمَايَةِ النَّبِيِّ ﷺ حِمَى التَّوْحِيدِ وَسَدِّهِ طُرُقَ الشِّرْكِ

Bab tentang perlindungan Nabi ﷺ terhadap tauhid dan penutupan jalan-jalan menuju syirik

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الشِّخِّيرِ ﵁ قَالَ: انْطَلَقْتُ فِي وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقُلْنَا: أَنْتَ سَيِّدُنَا. فَقَالَ: "السَّيِّدُ اللهُ ﵎". فَقُلْنَا: وَأَفْضَلُنَا فَضْلًا، وَأَعْظَمُنَا طَوْلًا. فَقَالَ: "قُولُوا بِقَوْلِكُمْ، أَوْ بَعْضَ قَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ" (١) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ.

Dari Abdullah bin Asy-Syikhkhir ﵁, ia berkata: Aku pergi bersama delegasi Bani 'Amir kepada Rasulullah ﷺ, lalu kami berkata, "Engkau adalah pemimpin kami." Beliau bersabda, "Pemimpin adalah Allah ﵎." Kami berkata, "Dan engkau yang paling utama di antara kami dalam keutamaan, dan yang paling agung di antara kami dalam kedudukan." Beliau bersabda, "Katakanlah perkataan kalian, atau sebagian dari perkataan kalian, dan jangan sampai setan memperdayakan kalian." (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang baik.

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: بَيَانُ أَنَّ التَّوْحِيدَ لَا يَتِمُّ إِلَّا بِتَجَنُّبِ كُلِّ قَوْلٍ يُفْضِي إِلَى الْغُلُوِّ فِي الْمَخْلُوقِ، وَيُخْشَى مِنْهُ الْوُقُوعُ فِي الشِّرْكِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penjelasan bahwa tauhid tidak sempurna kecuali dengan menjauhi setiap perkataan yang mengarah kepada ghuluw (sikap berlebihan) terhadap makhluk, dan dikhawatirkan darinya terjatuh dalam kesyirikan.

التَّرَاجِمُ: ابْنُ الشِّخِّيرِ: بِكَسْرِ الشِّينِ وَتَشْدِيدِ الْخَاءِ هُوَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ الشِّخِّيرِ بْنِ عَوْفِ بْنِ كَعْبِ بْنِ وَقْدَانَ الْحَرِيشِيُّ أَسْلَمَ يَوْمَ الْفَتْحِ وَلَهُ صُحْبَةٌ وَرِوَايَةٌ.

Biografi: Ibnu Asy-Syikhkhir: dengan kasrah pada huruf syin dan tasydid pada huruf kha', dia adalah: Abdullah bin Asy-Syikhkhir bin 'Auf bin Ka'b bin Waqdan Al-Harisyi, masuk Islam pada hari penaklukan Makkah dan ia memiliki persahabatan dan periwayatan hadits.

حِمَايَةُ: حِمَايَةُ الشَّيْءِ صَوْنُهُ عَمَّا يَتَطَرَّقُ إِلَيْهِ مِنْ مَكْرُوهٍ وَأَذًى.

Perlindungan: Perlindungan terhadap sesuatu adalah menjaganya dari apa yang menimpanya berupa hal yang tidak disukai dan gangguan.

الْمُصْطَفَى: أَيْ: الْمُخْتَارُ مِنَ الصَّفْوَةِ وَهِيَ خَالِصُ الشَّيْءِ.

Al-Musthofa: Yaitu: Yang terpilih dari yang terbaik, yaitu sesuatu yang murni.

حِمَى التَّوْحِيدِ: صَوْنُهُ عَمَّا يَشُوبُهُ مِنَ الْأَعْمَالِ وَالْأَقْوَالِ الَّتِي

Perlindungan tauhid: Menjaganya dari apa yang mencampurinya berupa perbuatan dan perkataan yang

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٨٠٦"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٤/٢٥".
(1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4806", dan Ahmad dalam Musnad-nya "4/25".

تُضَادُّهُ أَوْ تَنْقُصُهُ.

Bertentangan dengannya atau menguranginya.

السَّيِّدُ اللهُ: أَيْ: السُّؤْدَدُ التَّامُّ لِلَّهِ ﷿، وَالْخَلْقُ كُلُّهُمْ عَبِيدُ اللهِ.

As-Sayyid Allah: Artinya, keagungan yang sempurna hanya milik Allah ﷿, dan seluruh makhluk adalah hamba Allah.

وَأَفْضَلُنَا فَضْلًا: الْفَضْلُ: الْخَيْرِيَّةُ ضِدُّ النَّقِيصَةِ –أَيْ: أَنْتَ خَيْرُنَا.

Wa afḍalunā faḍlan: Al-faḍl: kebaikan kebalikan dari kekurangan - yaitu: engkau adalah yang terbaik di antara kami.

طَوْلًا: الطَّوْلُ: الْفَضْلُ وَالْعَطَاءُ وَالْقُدْرَةُ وَالْغِنَى.

Ṭawlan: Aṭ-ṭawl: keutamaan, pemberian, kemampuan, dan kekayaan.

قُولُوا بِقَوْلِكُمْ: أَيْ: الْقَوْلُ الْمُعْتَادُ لَدَيْكُمْ وَلَا تَتَكَلَّفُوا الْأَلْفَاظَ الَّتِي تُؤَدِّي الْغُلُوَّ.

Qūlū biqawlikum: Yaitu, perkataan yang biasa kalian ucapkan dan jangan memaksakan kata-kata yang mengarah kepada sikap berlebihan.

أَوْ بَعْضَ قَوْلِكُمْ: أَيْ: أَوْ دَعُوا بَعْضَ قَوْلِكُمُ الْمُعْتَادِ وَاتْرُكُوهُ، تَجَنُّبًا لِلْغُلُوِّ.

Aw ba'ḍa qawlikum: Yaitu, atau tinggalkan sebagian perkataan kalian yang biasa dan tinggalkan, untuk menghindari sikap berlebihan.

لَا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ: الْجَرِيُّ: الرَّسُولُ أَيْ: لَا يَتَّخِذَكُمْ جَرِيًّا أَيْ: وَكِيلًا لَهُ وَرَسُولًا.

Lā yastajriyannakumusy-syaiṭān: Al-jariyy: utusan, artinya: jangan jadikan kalian sebagai jariyy yaitu: wakil dan utusannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: لَمَّا بَالَغَ هَذَا الْوَفْدُ فِي مَدْحِ النَّبِيِّ –ﷺ نَهَاهُمْ عَنْ ذَلِكَ؛ تَأَدُّبًا مَعَ اللهِ وَحِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ، وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَقْتَصِرُوا عَلَى الْأَلْفَاظِ الَّتِي لَا غُلُوَّ فِيهَا وَلَا مَحْذُورَ؛ كَأَنْ يَدْعُوهُ بِمُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ كَمَا سَمَّاهُ اللهُ ﷿.

Makna keseluruhan hadits: Ketika delegasi ini berlebihan dalam memuji Nabi ﷺ, beliau melarang mereka melakukan hal itu; sebagai bentuk adab kepada Allah dan perlindungan terhadap tauhid, dan memerintahkan mereka untuk membatasi pada kata-kata yang tidak mengandung sikap berlebihan dan terlarang; seperti menyebutnya Muhammad Rasulullah sebagaimana Allah ﷿ menamakannya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّ فِيهِ النَّهْيَ عَنِ الغُلُوِّ فِي المَدْحِ وَاسْتِعْمَالِ الأَلْفَاظِ المُتَكَلِّفَةِ الَّتِي رُبَّمَا تُوقِعُ فِي الشِّرْكِ.

Kesesuaian hadits dengan bab: Bahwa di dalamnya terdapat larangan berlebihan dalam pujian dan penggunaan kata-kata yang dibuat-buat yang mungkin menyebabkan syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- تَوَاضُعُهُ –ﷺ وَتَأَدُّبُهُ مَعَ رَبِّهِ.

1- Kerendahan hati beliau –ﷺ dan kesopanan beliau terhadap Tuhannya.

٢- النَّهْيُ عَنِ الغُلُوِّ فِي المَدْحِ وَمُوَاجَهَةِ الإِنْسَانِ بِهِ.

2- Larangan berlebihan dalam pujian dan menghadapkan seseorang dengannya.

٣- أَنَّ السُّؤْدُدَ حَقِيقَةٌ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ، وَأَنَّهُ يَنْبَغِي تَرْكُ المَدْحِ بِلَفْظِ السَّيِّدِ.

3- Bahwa keagungan adalah milik Allah سبحانه, dan bahwa meninggalkan pujian dengan kata sayyid (tuan) adalah sepatutnya.

٤- النَّهْيُ عَنِ التَّكَلُّفِ فِي الأَلْفَاظِ وَأَنَّهُ يَنْبَغِي الاقْتِصَادُ فِي المَقَالِ.

4- Larangan membuat-buat kata-kata dan bahwa bersikap sederhana dalam perkataan adalah sepatutnya.

٥- حِمَايَةُ التَّوْحِيدِ عَمَّا يُخِلُّ بِهِ مِنَ الأَقْوَالِ وَالأَعْمَالِ.

5- Menjaga tauhid dari apa yang merusaknya berupa perkataan dan perbuatan.

وَعَنْ أَنَسٍ ﵁ أَنَّ نَاسًا قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، يَا خَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرِنَا، وَسَيِّدَنَا، وَابْنَ سَيِّدِنَا. فَقَالَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُولُوا بِقَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَنْزِلَتِيَ الَّتِي أَنْزَلَنِيَ اللهُ ﷿" (١) . رَوَاهُ النَّسَائِيُّ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ.

Dari Anas ﵁ bahwa sekelompok orang berkata: "Wahai Rasulullah, wahai sebaik-baik kami dan putra sebaik-baik kami, pemimpin kami, dan putra pemimpin kami." Beliau bersabda: "Wahai manusia, katakanlah dengan ucapan kalian, dan janganlah setan memperdaya kalian. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah Allah tetapkan untukku ﷿" (1). Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dengan sanad yang baik.

ــ

ــ

يَا خَيْرَنَا: أَيْ: أَفْضَلَنَا.

Wahai sebaik-baik kami: Maksudnya, yang paling utama di antara kami.

يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ: أَيْ: يُزَيِّنُ لَكُمْ هَوَاكُمْ، أَوْ يَذْهَبُ بِعُقُولِكُمْ.

Janganlah setan memperdaya kalian: Maksudnya, menghiasi hawa nafsu kalian, atau melenyapkan akal kalian.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: كَرِهَ –ﷺ مَدْحَهُ بِهَذِهِ الأَلْفَاظِ وَنَحْوِهَا؛ لِئَلَّا يَكُونَ ذَلِكَ وَسِيلَةً إِلَى الغُلُوِّ فِيهِ وَالإِطْرَاءِ؛ لِأَنَّهُ قَدْ أَكْمَلَ اللهُ لَهُ مَقَامَ العُبُودِيَّةِ، فَصَارَ يَكْرَهُ أَنْ يُبَالِغَ فِي مَدْحِهِ؛ صِيَانَةً لِهَذَا المَقَامِ، وَإِرْشَادًا لِلْأُمَّةِ إِلَى تَرْكِ ذَلِكَ؛ نُصْحًا لَهُمْ وَحِمَايَةً لِلتَّوْحِيدِ. وَأَرْشَدَهُمْ أَنْ يَصِفُوهُ بِصِفَتَيْنِ هُمَا أَعْلَى مَرَاتِبِ العَبْدِ، وَقَدْ وَصَفَهُ اللهُ بِهِمَا فِي مَوَاضِعَ وَهُمَا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، وَلَا يُرِيدُ أَنْ يَرْفَعُوهُ فَوْقَ هَذِهِ المَنْزِلَةِ الَّتِي أَنْزَلَهُ اللهُ إِيَّاهَا.

Makna keseluruhan hadits: Nabi Muhammad ﷺ tidak menyukai dipuji dengan kata-kata ini dan sejenisnya; agar hal itu tidak menjadi sarana untuk berlebih-lebihan dalam memujinya dan melebih-lebihkannya; karena Allah telah menyempurnakan baginya kedudukan 'ubudiyyah (penghambaan), sehingga beliau tidak suka jika orang-orang berlebihan dalam memujinya; untuk menjaga kedudukan ini, dan membimbing umat untuk meninggalkan hal itu; sebagai nasihat bagi mereka dan perlindungan terhadap tauhid. Dan beliau membimbing mereka untuk menyifatinya dengan dua sifat yang merupakan derajat tertinggi seorang hamba, dan Allah telah menyifatinya dengan keduanya di beberapa tempat, yaitu: hamba Allah dan Rasul-Nya, dan beliau tidak ingin mereka mengangkatnya di atas kedudukan ini yang telah Allah berikan kepadanya.

مُنَاسَبَةُ الحَدِيثِ لِلْبَابِ: أَنَّهُ –ﷺ نَهَى أَنْ يُمْدَحَ بِغَيْرِ مَا وَصَفَهُ اللهُ بِهِ؛

Kesesuaian hadits dengan bab: bahwa Nabi ﷺ melarang untuk dipuji dengan selain apa yang Allah sifati dengannya;

_________
(١) أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ فِي عَمَلِ اليَوْمِ وَاللَّيْلَةِ بِرَقْمِ "٢٤٨، ٢٤٩"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "٣/١٥٣، ٢٤١".
(1) Dikeluarkan oleh An-Nasa'i dalam 'Amal Al-Yaum wa Al-Lailah nomor "248, 249", dan Ahmad dalam Musnad-nya "3/153, 241".

صِيَانَةً لِلتَّوْحِيدِ وَسَدًّا لِبَابِ الْغُلُوِّ الْمُفْضِي إِلَى الشِّرْكِ.

Menjaga tauhid dan menutup pintu sikap berlebihan yang mengarah kepada syirik.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:

١- النَّهْيُ عَنِ الْغُلُوِّ فِي الْمَدْحِ، وَتَكَلُّفِ الْأَلْفَاظِ فِي ذَلِكَ؛ لِئَلَّا يُفْضِيَ إِلَى الشِّرْكِ.

1- Larangan bersikap berlebihan dalam pujian, dan memaksakan kata-kata dalam hal itu; agar tidak mengarah kepada syirik.

٢- تَوَاضُعُهُ –ﷺ وَحِرْصُهُ عَلَى صِيَانَةِ الْعَقِيدَةِ عَمَّا يُخِلُّ بِهَا.

2- Kerendahan hati beliau ﷺ dan kegigihannya dalam menjaga akidah dari hal-hal yang merusaknya.

٣- أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، وَلَيْسَ لَهُ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ؛ وَالْأَمْرُ كُلُّهُ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ.

3- Bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan tidak memiliki kuasa atas suatu perkara; dan segala urusan semuanya milik Allah subhanahu.

٤- التَّحْذِيرُ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ؛ وَأَنَّهُ قَدْ يَأْتِي مِنْ طَرِيقِ الزِّيَادَةِ عَلَى الْحَدِّ الْمَشْرُوعِ.

4- Peringatan akan tipu daya setan; dan bahwa ia bisa datang melalui jalan menambah-nambah melebihi batas yang disyariatkan.

* * *

* * *

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَمَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾ [الزُّمَرِ: ٦٧] .

Bab Firman Allah Ta'ala: "Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." [Az-Zumar: 67].

ــ

ــ

مُنَاسَبَةُ هَذَا الْبَابِ لِكِتَابِ التَّوْحِيدِ: أَرَادَ الْمُصَنِّفُ ﵀ أَنْ يَخْتِمَ كِتَابَهُ بِهَذَا الْبَابِ الْمُشْتَمِلِ عَلَى النُّصُوصِ الدَّالَّةِ عَلَى عَظَمَةِ اللهِ، وَخُضُوعِ الْمَخْلُوقَاتِ لَهُ؛ مِمَّا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ، وَأَنَّ لَهُ صِفَاتِ الْكَمَالِ وَنُعُوتَ الْجَلَالِ.

Kesesuaian bab ini dengan Kitab Tauhid: Penulis ﵀ ingin menutup kitabnya dengan bab ini yang mencakup nash-nash yang menunjukkan keagungan Allah, dan ketundukan makhluk kepada-Nya; yang menunjukkan bahwa Dialah yang berhak untuk disembah semata, dan bahwa Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan.

بَابُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: أَيْ: مَا جَاءَ فِي مَعْنَى هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ مِنَ الْأَحَادِيثِ وَالْآثَارِ.

Bab Firman Allah Ta'ala: Yakni, apa yang datang dalam makna ayat mulia ini dari hadits-hadits dan atsar.

مَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ: أَيْ: مَا عَظَّمَ الْمُشْرِكُونَ اللهَ حَقَّ تَعْظِيمِهِ؛ إِذْ عَبَدُوا مَعَهُ غَيْرَهُ.

Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya: Yakni, orang-orang musyrik tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya; karena mereka menyembah selain-Nya bersama-Nya.

وَالْأَرْضُ ... إِلَخْ: جُمْلَةٌ حَالِيَّةٌ.

Padahal bumi ... dst: Jumlah haaliyyah (keterangan keadaan).

جَمِيعًا: أَيْ: بِجَمِيعِ جِهَاتِهَا وَطَبَقَاتِهَا.

Seluruhnya: Yakni, dengan seluruh penjuru dan lapisannya.

سُبْحَانَهُ: تَنْزِيهًا لَهُ.

Mahasuci Dia: Penyucian bagi-Nya.

وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ: بِهِ مِنَ الْأَصْنَامِ وَالْأَنْدَادِ الْعَاجِزَةِ الْحَقِيرَةِ.

Dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan: dengan-Nya berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang lemah dan hina.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْآيَةِ: يُخْبِرُ اللهُ تَعَالَى أَنَّ الْمُشْرِكِينَ مَا عَظَّمُوا اللهَ حَقَّ تَعْظِيمِهِ؛ حَيْثُ عَبَدُوا مَعَهُ غَيْرَهُ، وَهُوَ الْعَظِيمُ الَّذِي لَا أَعْظَمَ مِنْهُ،

Makna keseluruhan ayat: Allah Ta'ala mengabarkan bahwa orang-orang musyrik tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya; di mana mereka menyembah selain-Nya bersama-Nya, padahal Dialah Yang Mahaagung yang tidak ada yang lebih agung daripada-Nya,

الْقَادِرُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، الْمَالِكُ لِكُلِّ شَيْءٍ، وَكُلُّ شَيْءٍ تَحْتَ قَهْرِهِ وَقُدْرَتِهِ، وَالْمَخْلُوقَاتُ كُلُّهَا بِالنِّسْبَةِ إِلَيْهِ صَغِيرَةٌ حَقِيرَةٌ، ثُمَّ نَزَّهَ نَفْسَهُ عَنْ شِرْكِ الْمُشْرِكِينَ وَتَنَقُّصِ الْجَاهِلِينَ.

Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, Pemilik segala sesuatu, dan segala sesuatu berada di bawah kekuasaan dan kemampuan-Nya, dan semua makhluk kecil dan hina dibandingkan dengan-Nya, kemudian Dia menyucikan diri-Nya dari syirik orang-orang musyrik dan celaan orang-orang bodoh.

تَنْبِيهٌ:

Perhatian:

١- مَذْهَبُ السَّلَفِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿... وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ...﴾ هُوَ إِمْرَارُهُ كَمَا جَاءَ مَعَ اعْتِقَادِ مَا دَلَّ عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلَا تَكْيِيفٍ. وَالْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ تُفَسِّرُهَا وَتُوَضِّحُهَا.

1- Mazhab Salaf dalam firman Allah Ta'ala: "... dan bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya..." adalah menerimanya sebagaimana adanya dengan meyakini apa yang ditunjukkannya tanpa tahrif (penyimpangan) atau takyif (mempertanyakan bagaimana). Hadits-hadits dan atsar menafsirkan dan menjelaskannya.

٢- مَا يُسْتَفَادُ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ يَأْتِي بَعْدَ ذِكْرِ مَا يَتَعَلَّقُ بِهَا مِنَ الْأَحَادِيثِ الْوَارِدَةِ فِي هَذَا الْبَابِ.

2- Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini akan disebutkan setelah menyebutkan hadits-hadits yang berkaitan dengannya dalam bab ini.

* * *

* * *

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: "جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الْأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللهَ يَجْعَلُ السَّمَاوَاتِ عَلَى أَصْبُعٍ، وَالْأَرَضِينَ عَلَى أَصْبُعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى أَصْبُعٍ، وَالثَّرَى عَلَى أَصْبُعٍ، وَسَائِرَ الْخَلْقِ عَلَى أَصْبُعٍ، فَيَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ". ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَمَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ﴾ الْآيَةَ. وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: "وَالْجِبَالَ وَالشَّجَرَ عَلَى أَصْبُعٍ ثُمَّ يَهُزُّهُنَّ فَيَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا اللهُ"، وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: "يَجْعَلُ السَّمَاوَاتِ عَلَى أَصْبُعٍ، وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى أَصْبُعٍ، وَسَائِرَ الْخَلْقِ عَلَى أَصْبُعٍ" (١) أَخْرَجَاهُ.

Dari Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: "Seorang pendeta dari para pendeta datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata: Wahai Muhammad, kami mendapati bahwa Allah menjadikan langit-langit di atas satu jari, bumi-bumi di atas satu jari, pepohonan di atas satu jari, tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari, kemudian Dia berfirman: Akulah Raja. Maka Nabi ﷺ tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, membenarkan perkataan sang pendeta". Kemudian beliau membaca: ﴿Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat﴾ ayat. Dan dalam riwayat Muslim: "Dan gunung-gunung serta pepohonan di atas satu jari kemudian Dia mengguncangkannya seraya berfirman: Akulah Raja, Akulah Allah", dan dalam riwayat Bukhari: "Dia menjadikan langit-langit di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari" (1) Keduanya meriwayatkannya.

وَلِمُسْلِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا: "يَطْوِي اللهُ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ السَّبْعَ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ" (٢) وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: "مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرَضُونَ السَّبْعُ فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ إِلَّا كَخَرْدَلَةٍ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ".

Dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu': "Allah akan melipat langit pada hari kiamat, kemudian mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu berfirman: Akulah Raja, di manakah para penguasa yang sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong? Kemudian Dia melipat tujuh bumi, lalu mengambilnya dengan tangan kiri-Nya, kemudian berfirman: Akulah Raja, di manakah para penguasa yang sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?" (2) Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Tidaklah tujuh langit dan tujuh bumi di telapak tangan Ar-Rahman kecuali seperti biji sawi di tangan salah seorang dari kalian."

ــ

ــ

حِبْرٌ: بِفَتْحِ الْحَاءِ وَكَسْرِهَا أَحَدُ أَحْبَارِ الْيَهُودِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِتَحْبِيرِ

Hibr: dengan membuka huruf ha' dan mengkasrahnya, salah satu ahli Taurat Yahudi, yaitu orang yang alim dengan penulisan.

_________
(١) أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ بِرَقْمِ "٤٨١١"، وَمُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٧٨٦".
(1) Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dengan nomor "4811", dan Muslim dengan nomor "2786".
(٢) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ بِرَقْمِ "٢٧٨٨".
(2) Dikeluarkan oleh Muslim dengan nomor "2788".

الكَلَامُ وَتَحْسِينُهُ سُمِّيَ حِبْرًا؛ لِمَا يَبْقَى لَهُ مِنْ أَثَرِ عُلُومِهِ فِي قُلُوبِ النَّاسِ.

Perkataan dan memperindahnya disebut hiberan; karena bekas ilmunya yang tetap di hati manusia.

عَلَى أَصْبُعٍ: وَاحِدُ الْأَصَابِعِ يُذَكَّرُ وَيُؤَنَّثُ.

Pada jari: satu jari, bisa mudzakkar dan mu'annats.

الثَّرَى: التُّرَابُ النَّدِيُّ وَلَعَلَّ الْمُرَادَ بِهِ هُنَا الْأَرْضُ.

Ats-tsara: tanah yang lembab dan mungkin yang dimaksud di sini adalah bumi.

الشَّجَرُ: مَا لَهُ سَاقٌ صُلْبٌ كَالنَّخْلِ وَغَيْرِهِ.

Pohon: apa yang memiliki batang yang keras seperti pohon kurma dan lainnya.

وَسَائِرُ الْخَلْقِ: أَيْ: بَاقِيهِمْ.

Dan seluruh makhluk: yaitu: sisanya.

نَوَاجِذُهُ: جَمْعُ نَاجِذٍ وَهِيَ: أَقْصَى الْأَضْرَاسِ، وَقِيلَ: الْأَنْيَابُ، وَقِيلَ: مَا بَيْنَ الْأَسْنَانِ وَالْأَضْرَاسِ، وَقِيلَ: هِيَ الضَّوَاحِكُ.

Gerahamnya: jamak dari najidzun yaitu: geraham paling ujung, ada yang mengatakan: taring, ada yang mengatakan: antara gigi dan geraham, ada yang mengatakan: gigi seri.

يَهُزُّهُنَّ: هَزُّ الشَّيْءِ تَحْرِيكُهُ أَيْ: يُحَرِّكُهُنَّ.

Mengguncangkannya: mengguncangkan sesuatu berarti menggerakkannya yaitu: menggerakkannya.

الْجَبَّارُونَ: جَمْعُ جَبَّارٍ وَهُوَ الْعَانِي الْمُتَسَلِّطُ.

Para tiran: jamak dari jabbarun yaitu yang keras kepala dan berkuasa.

كَخَرْدَلَةٍ: هِيَ حَبَّةٌ صَغِيرَةٌ جِدًّا.

Seperti biji sawi: ia adalah biji yang sangat kecil.

المَعْنَى الإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: ذَكَرَ عَالِمٌ مِنْ عُلَمَاءِ اليَهُودِ لِلنَّبِيِّ –ﷺ مَا يَجِدُونَهُ فِي كِتَابِهِمُ التَّوْرَاةِ مِنْ بَيَانِ عَظَمَةِ اللهِ، وَصِغَرِ المَخْلُوقَاتِ بِالنِّسْبَةِ إِلَيْهِ –سُبْحَانَهُ- وَأَنَّهُ يَضَعُهَا عَلَى أَصَابِعِهِ، فَوَافَقَهُ النَّبِيُّ –ﷺ عَلَى ذَلِكَ، وَسُرَّ بِهِ وَتَلَا مَا يُصَدِّقُهُ مِنَ القُرْآنِ الكَرِيمِ الَّذِي أَنْزَلَهُ اللهُ عَلَيْهِ.

Makna keseluruhan hadits: Seorang ulama dari kalangan Yahudi menyebutkan kepada Nabi –ﷺ apa yang mereka temukan dalam kitab mereka, Taurat, tentang penjelasan keagungan Allah, dan kecilnya makhluk dibandingkan dengan-Nya –Mahasuci Dia-, dan bahwa Dia meletakkannya di atas jari-jari-Nya. Nabi –ﷺ menyetujui hal itu, gembira dengannya, dan membaca apa yang membenarkannya dari Al-Qur'an yang mulia yang diturunkan Allah kepadanya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الآيَةِ وَالحَدِيثِ بِرِوَايَاتِهِ:

Apa yang dapat dipetik dari ayat dan hadits dengan riwayat-riwayatnya:

١- بَيَانُ عَظَمَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَصِغَرِ المَخْلُوقَاتِ بِالنِّسْبَةِ إِلَيْهِ.

1- Penjelasan keagungan Allah سبحانه dan kecilnya makhluk dibandingkan dengan-Nya.

٢- أَنَّ مَنْ أَشْرَكَ بِهِ سُبْحَانَهُ لَمْ يُقَدِّرْهُ حَقَّ قَدْرِهِ.

2- Bahwa siapa yang menyekutukan-Nya سبحانه berarti tidak menghargai-Nya dengan sebenar-benarnya.

٣- إِثْبَاتُ اليَدَيْنِ وَالأَصَابِعِ وَاليَمِينِ وَالشِّمَالِ وَالكَفِّ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا يَلِيقُ بِهِ.

3- Menetapkan dua tangan, jari-jari, kanan, kiri, dan telapak tangan bagi Allah سبحانه sesuai dengan apa yang layak bagi-Nya.

٤- أَنَّ هَذِهِ العُلُومَ الجَلِيلَةَ الَّتِي فِي التَّوْرَاةِ بَاقِيَةٌ عِنْدَ اليَهُودِ الَّذِينَ فِي زَمَنِ الرَّسُولِ –ﷺ لَمْ يُنْكِرُوهَا وَلَمْ يُحَرِّفُوهَا.

4- Bahwa ilmu-ilmu agung yang ada dalam Taurat ini masih ada pada orang-orang Yahudi yang hidup pada zaman Rasulullah –ﷺ, mereka tidak mengingkarinya dan tidak mengubahnya.

٥- تَفَرُّدُ اللهِ سُبْحَانَهُ بِالمُلْكِ وَزَوَالُ كُلِّ مُلْكٍ لِغَيْرِهِ.

5- Keunikan Allah سبحانه dalam kekuasaan dan lenyapnya setiap kekuasaan selain-Nya.

وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ زَيْدٍ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: "مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَدَرَاهِمَ سَبْعَةٍ أُلْقِيَتْ فِي تُرْسٍ" قَالَ: وَقَالَ أَبُو ذَرٍّ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: "مَا الْكُرْسِيُّ فِي الْعَرْشِ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ أُلْقِيَتْ بَيْنَ ظَهْرَيْ فَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ".

Ibnu Jarir berkata: Yunus menceritakan kepadaku, Ibnu Wahb memberitahu kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tujuh langit dibandingkan dengan Kursi hanyalah seperti tujuh dirham yang dilemparkan ke dalam turs (permukaan yang luas)." Ia berkata: Abu Dzar berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Kursi dibandingkan dengan 'Arsy hanyalah seperti cincin besi yang dilemparkan di antara padang pasir yang luas di bumi."

ــ

ــ

تُرْسٌ: بِضَمِّ التَّاءِ: الْقَاعُ الْمُسْتَدِيرُ الْمُتَّسِعُ، وَالتُّرْسُ أَيْضًا صَفْحَةُ فُولَاذٍ تُحْمَلُ لِاتِّقَاءِ السَّيْفِ وَالْمُرَادُ هُنَا الْمَعْنَى الْأَوَّلُ.

Turs: dengan dhammah pada huruf ta': permukaan yang bulat dan luas, dan turs juga berarti lempengan baja yang dibawa untuk menangkis pedang, yang dimaksud di sini adalah makna yang pertama.

فَلَاةٌ: هِيَ الصَّحْرَاءُ الْوَاسِعَةُ.

Falaat: ia adalah padang pasir yang luas.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثَيْنِ: يُخْبِرُ –ﷺ عَنْ عَظَمَةِ الْكُرْسِيِّ وَالْعَرْشِ، وَأَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ عَلَى سِعَتِهَا، وَكَثَافَتِهَا، وَتَبَاعُدِ مَا بَيْنَهَا بِالنِّسْبَةِ لِسَعَةِ الْكُرْسِيِّ، كَسَبْعَةِ دَرَاهِمَ وُضِعَتْ فِي قَاعٍ وَاسِعٍ، فَمَاذَا تَشْغَلُ مِنْهُ؟! إِنَّهَا لَا تَشْغَلُ مِنْهُ إِلَّا حَيِّزًا يَسِيرًا.

Makna keseluruhan dari kedua hadits tersebut: Nabi ﷺ mengabarkan tentang keagungan Kursi dan 'Arsy, dan bahwa tujuh langit dengan keluasannya, ketebalannya, dan jarak yang jauh di antaranya jika dibandingkan dengan luasnya Kursi, seperti tujuh dirham yang diletakkan di permukaan yang luas, maka apa yang dapat ditempatinya?! Sesungguhnya ia hanya menempati bagian yang sedikit darinya.

كَمَا يُخْبِرُ –ﷺ فِي حَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ الْكُرْسِيَّ مَعَ سَعَتِهِ وَعَظَمَتِهِ بِالنِّسْبَةِ لِلْعَرْشِ كَحَلْقَةِ حَدِيدٍ وُضِعَتْ فِي صَحْرَاءَ وَاسِعَةٍ مِنَ الْأَرْضِ؛ وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى عَظَمَةِ خَالِقِهَا وَقُدْرَتِهِ التَّامَّةِ.

Sebagaimana Nabi Muhammad ﷺ mengabarkan dalam hadits Abu Dzar bahwa Kursi dengan keluasan dan keagungannya dibandingkan dengan 'Arsy bagaikan sebuah cincin besi yang diletakkan di padang pasir yang luas di bumi; dan ini menunjukkan keagungan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang sempurna.

مُنَاسَبَةُ ذِكْرِ الْحَدِيثَيْنِ فِي الْبَابِ: أَنَّهُمَا يَدُلَّانِ عَلَى عَظَمَةِ اللهِ وَكَمَالِ قُدْرَتِهِ وَقُوَّةِ سُلْطَانِهِ.

Kesesuaian penyebutan dua hadits dalam bab ini: bahwa keduanya menunjukkan keagungan Allah, kesempurnaan kekuasaan-Nya, dan kekuatan kekuasaan-Nya.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua hadits:

١- أَنَّ الْكُرْسِيَّ أَكْبَرُ مِنَ السَّمَاوَاتِ، وَأَنَّ الْعَرْشَ أَكْبَرُ مِنَ الْكُرْسِيِّ.

1- Bahwa Kursi lebih besar dari langit, dan bahwa 'Arsy lebih besar dari Kursi.

٢- عَظَمَةُ اللهِ وَكَمَالُ قُدْرَتِهِ.

2- Keagungan Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.

٣- أَنَّ الْعَرْشَ غَيْرُ الْكُرْسِيِّ.

3- Bahwa 'Arsy bukanlah Kursi.

٤- الرَّدُّ عَلَى مَنْ فَسَّرَ الْكُرْسِيَّ بِالْمُلْكِ أَوِ الْعِلْمِ.

4- Bantahan terhadap orang yang menafsirkan Kursi sebagai kerajaan atau ilmu.

* * *

* * *

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﵁ قَالَ: "بَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا وَالَّتِي تَلِيهَا خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْكُرْسِيِّ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ الْكُرْسِيِّ وَالْمَاءِ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَالْعَرْشُ فَوْقَ الْمَاءِ، وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِكُمْ". أَخْرَجَهُ ابْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللهِ.

Dari Ibnu Mas'ud ﵁ berkata: "Antara langit dunia dan langit yang mengikutinya adalah lima ratus tahun, dan antara setiap langit adalah lima ratus tahun, dan antara langit ketujuh dan Kursi adalah lima ratus tahun, dan antara Kursi dan air adalah lima ratus tahun, dan 'Arsy berada di atas air, dan Allah berada di atas 'Arsy, tidak ada sesuatu pun dari amalan-amalan kalian yang tersembunyi bagi-Nya". Dikeluarkan oleh Ibnu Mahdi dari Hammad bin Salamah dari 'Ashim dari Zirr dari Abdullah.

وَرَوَاهُ بِنَحْوِهِ عَنِ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ. قَالَهُ الْحَافِظُ الذَّهَبِيُّ ﵀، قَالَ: وَلَهُ طُرُقٌ.

Dan dia meriwayatkannya dengan makna yang serupa dari Al-Mas'udi dari 'Ashim dari Abu Wa'il dari Abdullah. Al-Hafizh Adz-Dzahabi ﵀ mengatakannya, dia berkata: "Dan hadits ini memiliki beberapa jalur periwayatan."

وَعَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ﵁ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ؟ " قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "بَيْنَهُمَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَكِثَفُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَبَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْعَرْشِ بَحْرٌ، بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَاللَّهُ فَوْقَ ذَلِكَ؛ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ" (١) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَغَيْرُهُ.

Dari Al-'Abbas bin 'Abdul Muththalib ﵁ berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi?" Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Di antara keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara setiap langit ke langit berikutnya adalah perjalanan lima ratus tahun, dan ketebalan setiap langit adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara langit ketujuh dan 'Arsy terdapat lautan, antara dasarnya dan permukaannya seperti antara langit dan bumi, dan Allah di atas itu semua; tidak ada sesuatu pun dari amalan bani Adam yang tersembunyi bagi-Nya" (1). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya.

ــ

ــ

هَلْ تَدْرُونَ؟: أَخْرَجَ الْأَخْبَارَ بِصِيغَةِ الِاسْتِفْهَامِ؛ لِيَكُونَ أَبْلَغَ فِي

Tahukah kalian?: Mengeluarkan berita dalam bentuk pertanyaan; agar lebih mengena dalam

_________
(١) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِرَقْمِ "٤٧٢٣"، وَالتِّرْمِذِيُّ بِرَقْمِ "٣٣١٧"، وَابْنُ مَاجَهْ بِرَقْمِ "١٩٣"، وَأَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ "١/٢٠٦، ٢٠٧".
(1) Dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan nomor "4723", At-Tirmidzi nomor "3317", Ibnu Majah nomor "193", dan Ahmad dalam Musnad-nya "1/206, 207".

النُّفُوسِ.

Jiwa-jiwa.

اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ: إِسْنَادُ الْعِلْمِ إِلَى الرَّسُولِ ﷺ إِنَّمَا يَكُونُ فِي حَيَاتِهِ، أَمَّا بَعْدَ وَفَاتِهِ فَيُقَالُ: اللهُ أَعْلَمُ فَقَطْ.

Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui: Penyandaran ilmu kepada Rasulullah ﷺ hanya terjadi semasa hidupnya, adapun setelah wafatnya maka dikatakan: Hanya Allah yang lebih mengetahui.

كَثْفُ كُلِّ سَمَاءٍ: الْكَثْفُ هُوَ: السِّمْكُ وَالْغِلَظُ.

Ketebalan setiap langit: Al-Katsf adalah: ketebalan dan ketebalannya.

الْمَعْنَى الْإِجْمَالِيُّ لِلْحَدِيثِ: يُخْبِرُ ﷺ عَنِ الْمَخْلُوقَاتِ الْعُلْوِيَّةِ، مِنْ حَيْثُ عَظَمَتُهَا وَسَعَتُهَا وَتَبَاعُدُ مَا بَيْنَ أَجْرَامِهَا، فَيُخْبِرُ أَنَّ السَّمَاوَاتِ سَبْعُ طِبَاقٍ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ، وَأَنَّ مَسَافَةَ ارْتِفَاعِهَا عَنِ الْأَرْضِ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ وَالَّتِي تَلِيهَا مَسَافَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَسِمْكُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَفَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ الْكُرْسِيُّ، وَفَوْقَ الْكُرْسِيِّ الْبَحْرُ، بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَعُمْقُ الْبَحْرِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَفَوْقَ الْبَحْرِ الْعَرْشُ، وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ.

Makna keseluruhan hadits: Nabi ﷺ mengabarkan tentang makhluk-makhluk yang tinggi, dari segi keagungan, keluasan, dan jarak antara benda-benda langitnya. Beliau mengabarkan bahwa langit itu tujuh lapis, sebagiannya di atas sebagian yang lain, dan jarak ketinggiannya dari bumi adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara setiap langit dengan yang setelahnya adalah jarak lima ratus tahun, dan ketebalan setiap langit adalah perjalanan lima ratus tahun. Di atas langit ketujuh adalah Kursi, dan di atas Kursi adalah lautan, antara keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun, dan kedalaman lautan seperti antara langit dan bumi. Di atas lautan adalah 'Arsy, dan Allah di atas 'Arsy, tidak ada sesuatu pun dari amalan bani Adam yang tersembunyi bagi-Nya.

مُنَاسَبَةُ هَذَيْنِ الْحَدِيثَيْنِ لِلْبَابِ: بَيَانُ عَظَمَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَقُدْرَتِهِ الْبَاهِرَةِ وَعُلُوِّهِ عَلَى مَخْلُوقَاتِهِ وَعِلْمِهِ بِأَحْوَالِهِمْ.

Kesesuaian dua hadits ini dengan bab: menjelaskan keagungan Allah Yang Maha Suci, kekuasaan-Nya yang luar biasa, ketinggian-Nya di atas makhluk-Nya, dan pengetahuan-Nya tentang keadaan mereka.

مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثَيْنِ:

Pelajaran yang dapat diambil dari dua hadits:

١- فِيهِمَا بَيَانُ عَظَمَةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ وَوُجُوبُ إِفْرَادِهِ بِالْعِبَادَةِ.

1- Di dalamnya terdapat penjelasan tentang keagungan Allah, kekuasaan-Nya, dan kewajiban untuk mengesakan-Nya dalam ibadah.

٢- فِيهِمَا بَيَانُ صِفَةِ الْأَجْرَامِ الْعُلْوِيَّةِ وَعَظَمَتِهَا وَاتِّسَاعِهَا وَتَبَاعُدِ أَقْطَارِهَا.

2- Di dalamnya terdapat penjelasan tentang sifat benda-benda langit, keagungannya, keluasannya, dan jarak yang jauh antara ujung-ujungnya.

٣- فِيهَا الرَّدُّ الْوَاضِحُ عَلَى أَهْلِ النَّظَرِيَّاتِ الْحَدِيثَةِ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِوُجُودِ السَّمَاوَاتِ وَالْكُرْسِيِّ وَالْعَرْشِ وَيَزْعُمُونَ أَنَّ الْكَوْنَ الْعُلْوِيَّ فَضَاءٌ وَكَوَاكِبٌ فَقَطْ.

3- Di dalamnya terdapat bantahan yang jelas terhadap para penganut teori modern yang tidak percaya akan adanya langit, Kursi, dan 'Arsy, dan mengklaim bahwa alam semesta hanyalah ruang angkasa dan planet-planet saja.

٤- فِيهِمَا إِثْبَاتُ عُلُوِّ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ بِذَاتِهِ الْمُقَدَّسَةِ؛ خِلَافَ مَا تَزْعُمُهُ

4- Di dalamnya terdapat penetapan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya dengan Dzat-Nya Yang Maha Suci; berbeda dengan apa yang diklaim oleh _________

الجَهْمِيَّةُ وَالمُعْتَزِلَةُ وَالأَشَاعِرَةُ الَّذِينَ يَنْفُونَ عُلُوَّ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ.

Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Asy'ariyah yang mengingkari ketinggian Allah di atas makhluk-Nya.

٥- فِيهَا إِثْبَاتُ عِلْمِ اللهِ المُحِيطِ بِكُلِّ شَيْءٍ مَعَ عُلُوِّهِ فَوْقَ مَخْلُوقَاتِهِ.

5- Di dalamnya terdapat penetapan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu beserta ketinggian-Nya di atas makhluk-Nya.

٦- فِيهَا مَشْرُوعِيَّةُ بَيَانِ هَذِهِ الحَقَائِقِ العَظِيمَةِ لِلنَّاسِ؛ لِيَعْرِفُوا عَظَمَةَ اللهِ وَقُدْرَتَهُ وَاللهُ أَعْلَمُ. وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ.

6- Di dalamnya terdapat pensyariatan untuk menjelaskan hakikat-hakikat agung ini kepada manusia; agar mereka mengetahui keagungan Allah dan kekuasaan-Nya, dan Allah lebih mengetahui. Semoga shalawat dan salam Allah tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.